gambaran perilaku hand hygiene dan determinannya...

140
GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP GEDUNG X RUMAH SAKIT Y JAKARTA TAHUN 2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun oleh Rahfita Ferdinah 1112101000041 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2017

Upload: dothuy

Post on 05-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA

PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP GEDUNG X

RUMAH SAKIT Y JAKARTA TAHUN 2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun oleh

Rahfita Ferdinah

1112101000041

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2017

Page 2: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2017

Rahfita Ferdinah

Page 3: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA

PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP GEDUNG X

RUMAH SAKIT Y JAKARTA TAHUN 2017

Disusun Oleh :

Rahfita Ferdinah

1112101000041

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Agustus 2017

Mengetahui,

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Page 4: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

iii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Agustus 2017

Penguji I,

Dela Aristi, S.K.M., M.K.M

Penguji II,

Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, S.K.M., M.KKK

Penguji III,

Ir. Rulyenzi Rasyid, M.KKK

Page 5: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Agustus 2017

Rahfita Ferdinah, NIM: 1112101000041

Gambaran Perilaku Hand Hygiene dan Determinannya pada Perawat di

Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017

(XVIII + 97 halaman , 8 tabel, 5 gambar, 3 lampiran)

ABSTRAK

Hand hygiene atau kebersihan tangan merupakan salah satu hal penting

dalam mencegah dan mengendalikan infeksi rumah sakit terutama bagi perawat

yang bersentuhan secara langsung dengan pasien. Data kepatuhan perawat dalam

penerapan hand hygiene yang didapatkan dari komite PPIRS Rumah Sakit Y

Jakarta masih berada di bawah standar yang telah ditetapkan (≥ 85%) yaitu

sebesar 83,4% tahun 2015 dan 82,4% pada periode Januari-Juli 2016 sehingga

menyebabkan masih tingginya angka kejadian infeksi di Rumah Sakit Y pada

tahun 2016 semester 1 yaitu sebesar 2,43% (VAP) dan 2,11% (IDO).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku hand hygiene

pada perawat dan determinannya, yaitu usia, tingkat pendidikan, masa kerja,

pengetahuan, sikap, persepsi, pelatihan, fasilitas, serta pengawasan. Desain

penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan metode pengumpulan

data melalui lembar kuesioner dan observasi. Sampel pada penelitian ini

berjumlah 94 perawat dan dilakukan pada bulan Desember 2016-Februari 2017.

Berdasarkan hasil penelitian, secara umum perilaku hand hygiene yang

kurang yaitu sebesar 55,3%, sedangkan perilaku kurang pada hand hygiene

dengan sabun dan air mengalir maupun dengan handrub berturut-turut yaitu

sebesar 61,7% dan 57,4%. Hasil uji crosstab menunjukkan bahwa perilaku kurang

sebagian besar dimiliki oleh perawat dengan usia dewasa awal, tingkat pendidikan

menengah, masa kerja ≥ 2 tahun, pengetahuan kurang, yang menyatakan fasilitas

tidak tersedia dan tidak adanya pengawasan. Perilaku kurang dalam penerapan

hand hygiene dengan sabun dan air mengalir ditemukan pada perawat yang

memiliki sikap negatif, sedangkan pada penerapan hand hygiene dengan handrub

ditemukan pada perawat yang memiliki persepsi positif.

Untuk meningkatkan perilaku baik dalam penerapan hand hygiene, rumah

sakit perlu untuk menambah agenda diskusi kelompok mengenai hand hygiene

pada kegiatan rapat yang dilakukan secara rutin dan berkala, membentuk petugas

khusus pengawasan secara langsung dan role model yang berasal dari kepala

perawat ruangan maupun perawat itu sendiri, termasuk memberikan sanksi yang

tegas kepada perawat yang tidak menerapkan hand hygiene sesuai prosedur, serta

menyebarkan leaflet atau poster terkait hand hygiene.

Kata Kunci :Infeksi Rumah Sakit, Kebersihan Tangan, Hand Hygiene,

Perilaku

Daftar Bacaan :79 (1990-2017)

Page 6: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH CONCENTRATION

Undergraduate Thesis, August 2017

Rahfita Ferdinah, ID Number: 1112101000041

Description of Hand Hygiene Behavior and Its Determinant among Nurse in

Inpatient Room Building X at Y Hospital Jakarta in 2017

(XVIII + 97 pages , 8 tables, 5 images, 3 attachments)

ABSTRACT

Hand hygiene is one of the important things in preventing and controlling

hospital infection, especially for nurses who in direct contact with patient. The

data of nurse compliance in hand hygiene implementation that obtained from

PPIRS committee at Y Hospital Jakarta is still below the established standard (≥

85%) that are 83,4% in 2015 and 82,4% in the period of January-July 2016

causing high incidence of infection in Y Hospital in 2016 semester 1 that are

equal to 2,43% (VAP) and 2,11% (IDO).

The purpose of this study was to determine the description of hand hygiene

behavior and its determinant among nurse, that are age, education level, years of

service, knowledge, attitude, perception, training, facilities, and supervision. This

study is a cross sectional study design that use a questionnaire and observation

sheet as a data sources. The samples of this study are 94 nurses and conducted in

Desember 2016-Februari 2017.

The result of this study shows that in general, bad behavior of hand hygiene

among nurses is 55,3%, while bad behavior of hand hygiene with soap and

running water or with handrub in a row are 61,7% and 57,4%. The result of

crosstab test shows that bad behavior is mostly owned by nurses with early adult

age, intermediate level of education, years of work ≥ 2 years, lack of knowledge,

stating that facilities are not available and the absence of supervision. Bad

behavior on the implementation of hand hygiene with soap and running water is

owned by nurses with a negative attitude, while on the implementation of hand

hygiene with handrub is owned by nurses with a positive perceptions.

To improve a good behavior on the implementation of hand hygiene,

hospital needs to adding an agenda of group discussions about hand hygiene at

regular and periodic meetings, forming a specific supervisor and role model from

nurse’s head or nurses itself, as well as provides strict sanctions to nurses who do

not apply hand hygiene according to the procedure, and distribute hand hygiene

related leaflets or posters.

Keywords : Hospital Acquired Infections, Hand Hygiene, Behavior

Reading List : 79 (1990-2017)

Page 7: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Rahfita Ferdinah

Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta/ 24 Februari 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Komp. Gardenia Estate Blok A5/ No. 12 A. RT 001/ RW

014, Ciputat, Tangerang Selatan. 15411

Telp : 0896-0857-2492

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

a. 1999-2000 TK Islam Puspa Indah, Bukit Pamulang Indah

b. 2000-2006 SD Negeri Ciputat VII, Ciputat-Tangerang Selatan

c. 2006-2009 SMP Negeri 2 Ciputat, Ciputat-Tangerang Selatan

d. 2009-2012 SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan, Pondok

Ranji-Tangerang Selatan

e. 2012-sekarang Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

PENGALAMAN ORGANISASI

2006-2009 Anggota Pramuka SMP Negeri 2 Ciputat

(sekarang SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan)

2006-2009 Anggota Paskibra SMP Negeri 2 Ciputat

(sekarang SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan)

2009-2010 Anggota Paskibra SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan

2014-2015 Staf HRD Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Periode 2014/2015

2015-2016 Staf HRD Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Periode 2015/2016

Page 8: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

vii

RIWAYAT KARIR

2007 Juara 3 Lomba Senam Pramuka dalam Acara Apresiasi Cinta Anak

Bangsa Tahun 2007 di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2007 Juara Umum Pertama Tingkat SMP/Mts Lomba Baris-Berbaris Tingkat

SMP/Mts se-wilayah VI Kabupaten Tangerang

2007 Petugas Paskibra Sekolah Angkatan 2007 pada kegiatan Upacara HUT

Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-62 di Lapangan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2008 Petugas Paskibra Sekolah Angkatan 2008 pada kegiatan Upacara HUT

Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-63 di Lapangan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2009 Petugas Paskibra Sekolah pada kegiatan Upacara HUT Kemerdekaan

Republik Indonesia yang ke-64 di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan

2010 Peringkat II Kelas X Bilingual SMAN 4 Kota Tangerang Selatan

2010 Peserta Mata Lomba Kebumian pada Olimpiade Sains Tingkat Gugus 01

SMA Kota Tangerang Selatan

2010 Peserta Mata Lomba Kebumian pada Olimpiade Sains Tingkat Kota

Tangerang Selatan

2012 Peserta Orientasi Akademik dan Kebangsaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2012

2012 Peserta Seminar Profesi “Towards Universal Health Coverage and

Equity” Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2013 Peserta dalam acara Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2013 : Go

Ahead To Attack Cigarette UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013 Peserta Seminar Profesi “Detik-Detik Menyongsong Jaminan Kesehatan

Nasional 2014” Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2013 Peserta Seminar Profesi “Be Smart and Healthy with Social Media

Networking” Peminatan Promosi Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Page 9: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

viii

2013 Peserta Seminar Profesi “Ribuan Anak Terancam HIV-AIDS, Let’s

Prevent Mother to Child Transmission” Peminatan Epidemiologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2013 Peserta Seminar Profesi “From Trash to Treasure” Peminatan Kesehatan

Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013 Peserta Seminar Profesi “Gambaran Budaya K3 di Rumah Sakit Tahun

2013” Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2014 Peserta Workshop “Safety in The Process Industries”

2014 Peserta Training “SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50 Tahun

2012” FSK3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014 Peserta Seminar Profesi “Have Your Perfect Weight with a Proper Diet”

Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014 Peserta Seminar Profesi “Climate Change and Mosquitos–An

Inconvenient Truth” Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2014 Peserta Seminar Profesi “Optimalisasi Pemenuhan Regulasi Prasarana

Perlintasan Kereta Api Demi Stabilitas Transportasi Nasional” Peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014 Peserta Seminar Profesi “Menstrual and Pre-Menstrual Syndrome:

Protect, Care and Attend Your (Pretty) Miss V” Peminatan Epidemiologi

UIN Jakarta

2014 Peserta Workshop “Ergonomics in The Work Place”

2015 Peserta Workshop “Management of Fire Safety” dan “Risk Assessment in

The Work Place”

2015 Peserta Pelatihan Keselamatan Konstruksi (Lifting Crane) FSK3 UIN

Jakarta

2015 Peserta Seminar Profesi “Combat The Neglected Tropical Disease

Towards a Filariasis-Free Country by 2020” Peminatan Kesehatan

Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2015 Peserta Seminar Profesi “Are You Selected Eater? Be Careful To Obesity!”

Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 10: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

ix

2016 Mahasiswa Magang di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Tangerang Mill

Periode Januari-Februari 2016

KEPANITIAAN

2009 Divisi Perlengkapan Panitia Lomba Paskibra SMA Negeri 4 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2009

2012 Penyuluh Ketok 1000 Pintu “Aksi Tanggap Peduli Kesehatan Keluarga”

Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2012

2013 Divisi Konsumsi Panitia “Social Project FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2013”

2014 Kelompok Panitia Pemungutan Suara Komisi Pemilihan Umum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

2015 Badan Pengawas Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

2015 Divisi PHD Panitia Seminar Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 “Peduli

Keselamatan Berkendara: Aku dan Ojek Online Tertib Berlalu Lintas”

2016 Divisi Acara-Registrasi GEMAS (Gerakan Masyarakat Sehat) VI “Peduli

Kesehatan Gigi” Manggarai

Page 11: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku Hand

Hygiene dan Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X

Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam proses

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dalam proses penyusunannya,

penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat, kasih sayang, serta karunia yang telah

diberikan.

2. Keluarga penulis khususnya papa, mama, serta adik-adik yang telah

melimpahkan doa, kasih sayang, dukungan serta semangatnya kepada

penulis.

3. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumatri, S.K.M., M.Kes selaku Dekan FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan para dosen

Kesehatan Masyarakat atas segala ilmu yang telah diajarkan kepada

penulis.

5. Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T., M.KKK, selaku pembimbing I dan dosen

peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang telah memberikan

ilmu serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

6. Bapak dr. Yuli Prapancha Satar, MARS, selaku pembimbing II yang telah

memberikan ilmu serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi.

7. Bapak Ubay, Ibu Yunisar, Ibu Dewi, serta seluruh staf PPIRS dan perawat

ruang rawat inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta yang telah menerima

dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Page 12: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

xi

8. Sahabat-sahabat penulis, Devina Koesnatasha Alvionita, Eka Ari Nuryanti,

S.K.M., dan Lilis Yuliarti yang selalu memberi dukungan dan

semangatnya, selalu berbagi suka dan duka selama masa kuliah hingga

tahap terakhir penulis menjadi mahasiswa.

9. Kawan seperjuangan Nova Elyanti, Elsya Ristia, S.K.M., Rr. Putri

Annisya A. P, S.K.M., Anis Rohmana Malik, S.K.M., kawan-kawan

Katiguys dan Kesmas 2012 lainnya, serta sahabat dugong yang sudah dan

masih berjuang dalam penyelesaian skripsinya, terimakasih atas dukungan

serta semangatnya selama ini kepada penulis.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan doa dan harapan bahwa

segala kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar

kelak dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi penulis dan seluruh pembaca yang lain. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juli 2017

Penulis

Page 13: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xvii

DAFTAR ISTILAH ......................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 7

1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................................ 7

1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................................................... 7

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 8

1.5.1 Manfaat untuk Rumah Sakit .................................................................................. 8

1.5.2 Manfaat untuk Perawat .......................................................................................... 8

1.5.3 Manfaat untuk Peneliti ........................................................................................... 8

1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 10

2.1 Infeksi Rumah Sakit ................................................................................................... 10

2.1.1 Penyebab Infeksi Rumah Sakit ............................................................................ 12

2.1.2 Jenis-Jenis Infeksi Rumah Sakit .......................................................................... 15

2.1.3 Rantai Penularan Infeksi Rumah Sakit ................................................................ 17

2.1.4 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit ........................................... 20

2.2 Kewaspadaan Standar ................................................................................................. 22

2.3 Perilaku ....................................................................................................................... 29

2.4 Determinan Perilaku ................................................................................................... 31

2.4.1 Usia ...................................................................................................................... 31

Page 14: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

xiii

2.4.2 Tingkat Pendidikan .............................................................................................. 32

2.4.3 Masa Kerja ........................................................................................................... 33

2.4.4 Pengetahuan ......................................................................................................... 33

2.4.5 Sikap .................................................................................................................... 35

2.4.6 Persepsi ................................................................................................................ 36

2.4.7 Fasilitas ................................................................................................................ 37

2.4.8 Pelatihan............................................................................................................... 38

2.4.9 Pengawasan .......................................................................................................... 38

2.5 Kerangka Teori ........................................................................................................... 39

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............................... 40

3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................................... 40

3.1 Definisi Operasional ................................................................................................... 42

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 44

4.1 Desain Penelitian ........................................................................................................ 44

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................................................... 44

4.3 Populasi dan Sampel .................................................................................................. 44

4.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............................................... 45

4.4.1 Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 45

4.4.2 Instrumen Penelitian ............................................................................................ 46

4.5 Pengolahan Data ......................................................................................................... 46

4.5.1 Coding .................................................................................................................. 46

4.5.2 Editing .................................................................................................................. 50

4.5.3 Entry..................................................................................................................... 50

4.5.4 Cleaning ............................................................................................................... 50

4.6 Analisis Data .............................................................................................................. 50

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ............................................................................. 50

BAB V HASIL ..................................................................................................................... 53

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Y .............................................................................. 53

5.2 Gambaran Perilaku Hand Hygiene Perawat ............................................................... 56

5.3 Gambaran Determinan Perilaku Hand Hygiene Perawat ........................................... 57

Page 15: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

xiv

5.4 Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Faktor Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung

X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017 ............................................................................. 59

5.5 Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan Faktor

Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y

Jakarta Tahun 2017 .......................................................................................................... 63

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................................... 67

6.1 Keterbatasan Penelitian .............................................................................................. 67

6.2 Perilaku Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X

Rumah Sakit Y Jakarta ..................................................................................................... 67

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 90

7.1 Simpulan ..................................................................................................................... 90

7.2 Saran ........................................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 93

LAMPIRAN

Page 16: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ………………….............................. 42

Tabel 4.1 Jumlah Sampel Minimal Tiap Variabel …………………... 45

Tabel 4.2 Kode Variabel …………………….................................... 46

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Hand Hygiene pada Perawat

di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta

Tahun 2017 .....................................................................

56

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kategori Perilaku Hand Hygiene pada

Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y

Jakarta Tahun 2017 ..........................................................

56

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Determinan Perilaku Hand Hygiene

pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah

Sakit Y Jakarta Tahun 2017 .............................................

57

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun

dan Air Mengalir Berdasarkan Faktor Determinannya pada

Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y

Jakarta Tahun 2017 .........................................................

60

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Hand Hygiene dengan

Handrub Berdasarkan Faktor Determinannya pada Perawat

di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta

Tahun 2017 .....................................................................

63

Page 17: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Lawrence Green ……………………………………….... 30

Gambar 2.2 Kerangka Teori ………………………………………… 39

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ………………………………………… 40

Page 18: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Lembar Observasi Penelitian

Lampiran 3 Output Hasil Penelitian

Page 19: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

xviii

DAFTAR ISTILAH

Akper : Akademi Keperawatan

APD : Alat Pelindung Diri

BSPO : Bedah Saraf Post Operasi

CDC : Centers for Disease Control and Prevention

CEEBM : Center for Clinical Epidemiology & Evidence-Based Medicine

Ditjen : Direktorat Jenderal

DTT : Disinfeksi Tingkat Tinggi

ETO : Etilen Oksida

HAI : Hospital Acquired Infections

HAIs : Healthcare Associated Infections

HAP : Hospital Acquired Pneumonia

HCU : High Care Unit

HIPPII : Himpunan Perawat Pengendali Infeksi Indonesia

IAD : Infeksi Aliran Darah

ICTEC : Indonesian Clinical Training and Education Center

IDO : Infeksi Daerah Operasi

ILI : Influenza Like Illness

ILO : Infeksi Luka Operasi

IPD : Invasive Pneumococcal Disease

ISK : Infeksi Saluran Kemih

ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut

PKIA : Pusat Kesehatan Ibu Anak

PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

PPIRS : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

SPK : Sekolah Perawat Kesehatan

VAP : Ventilator Associated Pneumonia

WHO : World Health Organization

Page 20: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai tempat untuk pencarian pengobatan, juga memiliki

potensi sebagai sumber bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah

sakit (Menkes, 2007). Adanya berbagai potensi bahaya yang ada di rumah sakit

tersebut, maka rumah sakit dituntut untuk menjamin kesehatan dan keselamatan,

baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja, maupun masyarakat

sekitar. Salah satu potensi bahaya di rumah sakit yaitu adanya bahaya penyakit

infeksi yang biasanya disebut infeksi nosokomial atau kini dikenal dengan istilah

infeksi rumah sakit (Hospital Acquired Infections/HAI) atau infeksi yang

berkaitan dengan pelayanan kesehatan (Healthcare-associated Infections/HAIs).

Infeksi rumah sakit merupakan salah satu isu penting dalam aspek

keselamatan pasien yang perlu mendapat perhatian karena menjadi salah satu

penyebab meningkatnya angka morbiditas pasien yang dirawat di rumah sakit.

Hal tersebut berkaitan dengan yang dikemukakan oleh Setiowati (2013), di mana

ketidakpedulian akan keselamatan pasien menyebabkan kerugian bagi pasien

dan pihak rumah sakit yang berdampak pada mutu rumah sakit. Dampak tersebut

dapat berupa biaya yang harus ditanggung pasien menjadi lebih besar, pasien

semakin lama dirawat di rumah sakit, dan terjadinya resistensi obat. Maka dari

itu, infeksi rumah sakit sebagai bagian dari aspek keselamatan pasien dan

petugas kesehatan merupakan salah satu isu yang penting untuk diperhatikan.

Infeksi rumah sakit atau infeksi yang berkaitan dengan pelayanan

kesehatan adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama proses perawatan di

rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang tidak ada atau dalam

masa inkubasi pada saat masuk ke fasilitas kesehatan, dan juga merupakan

infeksi akibat kerja pada staf fasilitas (Kemenkes RI, 2011). Infeksi rumah sakit

atau infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan itu sendiri dapat terjadi

dan telah menjadi perhatian di seluruh dunia, baik itu negara maju maupun

negara berkembang. Setiap saat, lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia

menderita komplikasi infeksi yang diperoleh di rumah sakit (WHO, 2002).

Page 21: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

2

Dari hasil survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit dari

14 negara yang mewakili 4 kawasan WHO (Eropa, Timur Tengah, Asia

Tenggara, dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% dari pasien rumah

sakit mengalami infeksi nosokomial. Frekuensi tertinggi infeksi nosokomial

dilaporkan dari rumah sakit di Kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara

(masing-masing 11,8% dan 10,0%), dengan prevalensi 7,7% dan 9,0% masing-

masing di kawasan Eropa dan Pasifik Barat (WHO, 2002). Sementara itu, data

dari WHO juga didapatkan tahun 2005 di Itali diperoleh angka kejadian HAIs

sebesar 6,7%, tahun 2006 di UK sebesar 9% dan di Perancis sebesar 6,7-7,4%.

Begitu pula di Indonesia, dari 10 RSU Pendidikan yang mengadakan surveilans

aktif diperoleh angka kejadian HAIs sebesar 6-16% dengan rata-rata 9,8%

(Ditjen Yankes, 2017).

Pada seminar sehari Patient Safety dan Pencegahan Pengendalian Infeksi

di Jakarta, Menteri Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa kejadian infeksi

nosokomial terus meningkat dari 1% di beberapa Negara Eropa dan Amerika,

sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika, maka dari itu infeksi

nosokomial merupakan masalah penting di seluruh dunia (Depkes, 2011).

Rumah Sakit Y Jakarta merupakan rumah sakit bertaraf internasional dan

termasuk dalam klasifikasi rumah sakit kelas A dengan fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik lebih banyak dibandingkan rumah sakit dengan klasifikasi

kelas B, C, dan D sehingga setiap hari Rumah Sakit Y dipadati oleh banyaknya

jumlah pasien yang masuk serta pengunjung. Berdasarkan data yang dilaporkan

oleh komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) di

Rumah Sakit Y, khususnya di gedung X, ditemukan kasus infeksi rumah sakit

jenis IAD, plebitis, dan ISK tertinggi pada tahun 2010 yaitu masing-masing

sebesar 4,08%, 2,51%, dan 19,12%.

Infeksi jenis HAP juga ditemukan dengan kasus tertinggi pada tahun 2010

dan 2011 yaitu sebesar 1,81% dan 1,97%, jenis VAP tertinggi pada tahun 2011

(21,02%), 2013 (3,29%), dan masih ditemukan pada tahun 2016 semester 1 yaitu

sebesar 2,43%. Sementara untuk kasus dekubitus, angka kejadian tertinggi

terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 2,93% dan angka kejadian IDO tertinggi

pada tahun 2014 yaitu sebesar 2,00% yang kemudian mengalami peningkatan

Page 22: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

3

hingga tahun 2016 semester 1 menjadi 2,11%. Angka kejadian infeksi rumah

sakit tersebut masih berada di atas standar kejadian infeksi rumah sakit untuk

jenis pelayanan rawat inap, yaitu sebesar 1,5% berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 129 tahun 2008 mengenai Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit.

Petugas kesehatan, khususnya perawat, sebagai pemberi pelayanan

kesehatan di rumah sakit, merupakan orang-orang yang berhubungan secara

langsung dengan pasien sehingga memiliki peran yang besar dalam rantai

penularan terjadinya infeksi. Pentingnya peran perawat dalam terjadinya infeksi

rumah sakit tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bady, dkk

(2007) di IRNA I RSUP Dr. Sardjito. Penelitian tersebut mendapatkan hasil

bahwa kinerja SDM perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial sangat baik

(85,96%) sehingga kontribusi perawat dalam menyebabkan infeksi nosokomial

rendah/kecil. Sedangkan dalam penelitian lain yang dilakukan di RS Roemani

Semarang oleh Kasmad (2010), ditemukan bahwa kejadian infeksi nosokomial

saluran kemih yang mendapatkan perawatan kateter dengan kualitas yang kurang

sebesar 83,33%. Hal itu menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas

perawatan kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih dengan p

value (0,029). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Prastika (2012) di RSUD

Majalaya juga didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan

pemasangan infus yang tidak memperhatikan prinsip sterilitas dengan kejadian

flebitis dengan p value (0,031). Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian di

ruang rawat inap RSUD Tugurejo Semarang oleh Triwidyawati (2013) dengan p

value (0,000).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa

tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan selama melakukan perawatan

kepada pasien memiliki pengaruh terhadap terjadinya infeksi rumah sakit. Salah

satu upaya untuk mengendalikan infeksi rumah sakit yaitu memutus rantai

penularan infeksi dengan menerapkan kewaspadaan isolasi (isolation

precautions) di mana kewaspadaan isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan

kewaspadaan berdasarkan transmisi.

Page 23: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

4

Kewaspadaan standar merupakan kewaspadaan yang terpenting dan

dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien dalam

rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan standar

ini merupakan gabungan dari kewaspadaan universal (universal precautions)

dan body substance isolation (Kemenkes RI, 2011). Penerapan kewaspadaan

universal sebagai bagian dari kewaspadaan standar penting dilakukan. Hal

tersebut didukung oleh Nurulhuda dkk (2013) dalam penelitiannya yang

didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penerapan universal

precautions dengan proses penyembuhan luka operasi (p value 0,023). Penelitian

tersebut juga mendapatkan hasil bahwa penerapan seluruh prosedur universal

precautions memiliki peluang 5,4 kali untuk mencegah terjadinya tanda dan

gejala infeksi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Fauzia dkk (2014) didapatkan hasil

bahwa sebesar 36% perawat di Rumah Sakit X melaksanakan hand hygiene

sesuai dengan SOP. Hasil tersebut masuk dalam kategori cukup namun masih

kurang dari 50%, padahal menurut WHO, kepatuhan cuci tangan sebagai salah

satu bentuk pencegahan terhadap terjadinya infeksi harus lebih dari 50%.

Penerapan kewaspadaan standar di Rumah Sakit Y sendiri, dari sebelas

item yang ada pada pedoman PPI dari Kemenkes tahun 2011, hanya dua item

yang diawasi langsung oleh pihak PPIRS, yaitu kepatuhan penerapan hand

hygiene dan penggunaan APD yang telah berjalan dari tahun 2011. Kepatuhan

penerapan hand hygiene pada petugas kesehatan, khususnya di gedung X pada

tahun 2015 masih berada di bawah target yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Y

(≥ 85%), yaitu sebesar 83,4%, sementara pada periode Januari-Juli 2016,

kepatuhan petugas dalam penerapan hand hygiene juga masih di bawah target,

yaitu sebesar 82,4%. Untuk kepatuhan petugas dalam pemakaian APD selama

tahun 2015 di gedung X mencapai 84,9%, di mana angka ini masih berada di

bawah target (≥ 95%), begitu juga pada periode Januari-Juni 2016, kepatuhan

petugas dalam pemakaian APD sebesar 88%.

Selain hand hygiene dan pemakaian APD, dua item lainnya dalam

kewaspadaan standar (peralatan perawatan pesien dan pemrosesan peralatan

pasien dan penatalaksanaan linen) pengawasannya juga dilakukan oleh pihak

Page 24: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

5

PPIRS dan baru dijalankan pada tahun 2016, namun kelengkapan data tidak

tersedia sehingga tidak dapat dilihat angka kepatuhan penerapan kedua item

tersebut. Sementara tujuh item sisanya (pengendalian lingkungan, pengelolaan

limbah, kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan, penempatan

pasien, hygiene respirasi/etika batuk, praktek menyuntik aman, praktek untuk

lumbal pungsi) tidak ada pengawasan langsung dari pihak PPIRS sehingga tidak

ada data terkait ketujuh item kewaspadaan standar tersebut.

Angka kepatuhan penerapan kewaspadaan standar di Rumah Sakit Y yang

masih di bawah standar tersebut menunjukkan masih rendahnya perilaku

penerapan kewaspadaan standar oleh perawat. Perilaku itu sendiri dipengaruhi

oleh beberapa faktor pembentuknya, seperti dalam penelitian yang dilakukan

oleh Ningsih (2013) didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan

dan motivasi dengan perilaku pencegahan infeksi rumah sakit dengan p value

masing-masing sebesar 0,002 dan 0,006, begitu pula dengan penelitian yang

dilakukan oleh Setiyawati (2008), Khoidrudin dkk (2011), Mada dkk (2013),

Yanti (2014), Abdullah, Sidin, & Andi Pasinringi (2014), Salawati dkk (2014),

Handojo (2015), dan Marnita (2015). Pada penelitian Ambasari (2013) juga

ditemukan ada hubungan antara pelatihan, sarana dan prasarana, serta dukungan

supervisi dalam pencegahan infeksi rumah sakit dengan p value masing-masing

sebesar 0,001; 0,000 dan 0,000.

Berdasarkan data yang menunjukkan bahwa masih tingginya angka

kejadian infeksi rumah sakit dan masih rendahnya angka kepatuhan penerapan

hand hygiene perawat di gedung X Rumah Sakit Y, maka peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku hand hygiene dan

determinannya pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y

Jakarta tahun 2017, mengingat gedung X merupakan gedung rawat inap yang

setiap harinya menampung banyak pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Jika dilihat berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,

kejadian infeksi rumah sakit yang ditemukan di Rumah Sakit Y pada semester

1 tahun 2016 masih tergolong dalam kejadian infeksi yang cukup tinggi, begitu

Page 25: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

6

pula angka kepatuhan penerapan hand hygiene yang masih berada di bawah

target yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Y (≥ 85%), yaitu 82,4%. Tindakan

keperawatan, termasuk tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang

dilakukan oleh petugas kesehatan, memiliki peran penting dalam mencegah

terjadinya infeksi rumah sakit. Sehingga berdasarkan data tersebut, perlu

diketahui bagaimana gambaran perilaku hand hygiene dan determinannya pada

perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta yang berperan

dalam terjadinya infeksi. Hal ini dilakukan sebagai langkah untuk menganalisis

bagaimana pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit

Y sehingga outcome yang didapat yaitu menurunnya angka morbiditas dan

mortalitas pasien yang dirawat akibat infeksi rumah sakit atau infeksi yang

berkaitan dengan pelayanan kesehatan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran perilaku hand hygiene pada perawat di ruang rawat

inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017?

2. Bagaimana gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan usia pada perawat

di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017?

3. Bagaimana gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan tingkat pendidikan

pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun

2017?

4. Bagaimana gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan masa kerja pada

perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017?

5. Bagaimana gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan pengetahuan pada

perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017?

6. Bagaimana gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan sikap pada

perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017?

7. Bagaimana gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan persepsi pada

perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017?

8. Bagaimana gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan fasilitas pada

perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017?

Page 26: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

7

9. Bagaimana gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan pelatihan pada

perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017?

10. Bagaimana gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan pengawasan pada

perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene dan

determinannya pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah

Sakit Y Jakarta tahun 2017.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene pada perawat di

ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017.

2. Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan usia

pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta

tahun 2017.

3. Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan tingkat

pendidikan pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah

Sakit Y Jakarta tahun 2017.

4. Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan masa

kerja pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y

Jakarta tahun 2017.

5. Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan

pengetahuan pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah

Sakit Y Jakarta tahun 2017.

6. Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan sikap

pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta

tahun 2017.

Page 27: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

8

7. Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan

persepsi pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit

Y Jakarta tahun 2017.

8. Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan fasilitas

pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta

tahun 2017.

9. Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan

pelatihan pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit

Y Jakarta tahun 2017.

10. Diketahuinya gambaran perilaku hand hygiene berdasarkan

pengawasan pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah

Sakit Y Jakarta tahun 2017.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat untuk Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan evaluasi dari program

pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit.

1.5.2 Manfaat untuk Perawat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

penerapan kewaspadaan standar, khususnya hand hygiene dan

menambah wawasan mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi di

rumah sakit.

1.5.3 Manfaat untuk Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan

dan pengetahuan mengenai infeksi rumah sakit dan cara pencegahan

serta pengendaliannya, juga dapat menjadi bahan masukan untuk

penelitian lebih lanjut.

Page 28: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

9

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku hand

hygiene dan determinannya pada perawat di ruang rawat inap gedung X

Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017 yang akan diteliti oleh mahasiswa

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan

Desember 2016-Februari 2017.

Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan data dari PPIRS, ditemukan

masih tingginya angka kejadian infeksi rumah sakit dan angka kepatuhan

hand hygiene khususnya di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y

Jakarta yang masih di bawah target yang telah ditetapkan oleh pihak PPIRS

Rumah Sakit Y, sehingga perlu diketahui bagaimana gambaran perilaku hand

hygiene dan determinannya pada perawat di ruang rawat inap gedung X

Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017 yang berperan dalam terjadinya infeksi

rumah sakit tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional karena dilakukan pada satu waktu.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

diperoleh peneliti dari pengisian kuesioner oleh responden, yaitu perawat dan

pengisian lembar observasi oleh peneliti.

Page 29: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Rumah Sakit

Rumah sakit, sebagai unit pelayanan medis di mana di dalamnya

terdapat berbagai macam peralatan medis yang sederhana maupun modern,

sebagai tempat bertemu dan berinteraksi baik secara langsung maupun tidak

langsung antara tenaga kesehatan dengan pasien yang datang atau sedang

dirawat dengan berbagai jenis penyakit. Kondisi yang padat seperti itu terjadi

setiap hari, dan jika ditambah dengan sanitasi lingkungan rumah sakit yang

buruk maka dapat menimbulkan risiko terjadinya cross infection atau infeksi

silang antara tenaga kesehatan dengan pasien yang sedang dirawat.

Saat pasien sedang dirawat di rumah sakit, mereka memiliki daya tahan

tubuh yang lemah sehingga dapat mempermudah terjadinya infeksi silang

tersebut. Infeksi yang terjadi pada pasien yang sedang dalam proses

perawatan di rumah sakit dikenal dengan istilah infeksi nosokomial atau kini

disebut dengan infeksi rumah sakit (Hospital Acquired Infections) atau infeksi

yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan (Healthcare-associated

Infections).

Infeksi rumah sakit adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama

proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang tidak

ada atau dalam masa inkubasi pada saat masuk ke fasilitas kesehatan, dan

juga merupakan infeksi akibat kerja pada staf fasilitas (Direktorat Jenderal

Bina Pelayanan Medik, 2008). Infeksi rumah sakit merupakan jenis infeksi

yang tidak ada atau tidak sedang dalam masa inkubasi saat pasien dirawat di

rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan dalam rentang waktu 48 jam

setelah perawatan (Breathnach, 2013).

Dalam Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit

(Depkes, 2001), infeksi nosokomial didefinisikan sebagai suatu kondisi lokal

atau sistemik:

(1) Sebagai akibat dari reaksi tubuh terhadap adanya kuman infeksius

atau toksinnya;

Page 30: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

11

(2) Yang tidak ada atau tidak dalam masa inkubasi pada waktu masuk

rumah sakit.

Suatu infeksi pada penderita dapat dikatakan sebagai infeksi

nosokomial bila memenuhi beberapa kriteria berikut: (Hasbullah, 1993)

a. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak

didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut;

b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang

dalam inkubasi dari infeksi tersebut;

c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-

kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai perawatan;

d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya;

e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda

infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika

dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta

belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Baik di negara maju maupun negara berkembang, infeksi rumah sakit

masih menjadi masalah karena merupakan salah satu penyebab tingginya

angka morbiditas dan mortalitas di rumah sakit. Infeksi rumah sakit pertama

kali dikenal pada tahun 1847 oleh Semmelweis dan sejak tahun 1950 sudah

mulai diteliti lebih mendalam di berbagai negara, terutama di Amerika Serikat

dan Eropa. Angka infeksi rumah sakit yang tercatat di beberapa negara

berkisar antara 3,3% - 9,2% di mana hal itu berarti sekian persen pasien yang

sedang dirawat mengalami infeksi rumah sakit dan dapat terjadi secara akut

ataupun kronis (Darmadi, 2008).

Infeksi rumah sakit dapat dijadikan sebagai tolak ukur mutu pelayanan

rumah sakit, di mana jika angka kejadian infeksi di suatu rumah sakit tinggi

maka izin operasional rumah sakit tersebut dapat dicabut. Infeksi ini diyakini

akan menjadi lebih penting sebagai masalah kesehatan masyarakat seiring

dengan meningkatnya dampak ekonomi dan manusia sebagai akibat dari

peningkatan populasi, kepadatan penduduk, serta meningkatnya jumlah orang

dengan kekebalan tubuh yang rendah yang disebabkan oleh usia, penyakit,

dan perawatan/pengobatan (Akpochafor, 2015).

Page 31: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

12

2.1.1 Penyebab Infeksi Rumah Sakit

Terdapat dua kelompok patogen yang merupakan penyebab utama

terjadinya infeksi rumah sakit, yaitu Staphylococcus aureus dan

organisme gram-negatif (Davey, 2005). Berikut penjelasannya:

a. Infeksi Staphylococcus aureus, yang biasanya berhubungan

dengan pemasangan selang infus. Gejala akut yang biasa

ditimbulkan berupa demam tinggi dan kekakuan. Tingkat

mortalitas akibat infeksi yang ditimbulkan oleh patogen ini

yaitu sebanyak 20-30%.

b. Organisme gram-negatif, khususnya Eschericia coli,

Pseudomonas dan Klebsiella sp. Organisme ini biasanya

berasal dari saluran kemih atau gastrointestinal. Gejala yang

ditimbulkan akibat patogen ini dapat berupa demam,

menggigil, hipotensi, bahkan tanda-tanda kelainan mental

(seperti kebingungan dan delirium). Di antara bakteremia

gram-negatif, 25% - 40% berhubungan dengan syok, di mana

tingkat kematiannya dapat mencapai 25%.

Faktor-faktor penting penyebab terjadinya infeksi rumah sakit

adalah sebagai berikut: (Davey, 2005)

a. Pasien rawat inap memiliki penyakit yang menyebabkan

sistem imun mereka relatif kurang efektif;

b. Pemberian antibiotik khusus untuk organisme tertentu saja,

khususnya organisme gram-negatif yang resisten, seperti

Pseudomonas sp. dan Candida sp.;

c. Prosedur dan perawatan yang dilakukan di rumah sakit

mempengaruhi pertahanan alami tubuh terhadap infeksi,

seperti pemasangan infus.

Sementara menurut WHO (2002), faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya infeksi rumah sakit adalah sebagai berikut:

a. Agen mikroba

Pasien memiliki risiko yang tinggi untuk terkena

mikroorganisme selama perawatan di rumah sakit. Kontak

Page 32: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

13

antara pasien dengan mikroorganisme tidak dengan sendirinya

mengakibatkan perkembangan penyakit klinis, tetapi

tergantung pada karakteristik mikroorganisme itu sendiri,

seperti resistensi agen antimikroba, virulensi intrinsik, serta

jumlah bakteri infektif. Infeksi rumah sakit, selain disebabkan

oleh mikroorganisme dari orang lain di rumah sakit (infeksi

silang), juga dapat disebabkan oleh flora pasien itu sendiri

(infeksi endogen), sementara beberapa organisme dapat berasal

dari objek atau zat lain yang sudah terkontaminasi dari pasien

lainnya.

Sebelum dikenalnya praktik hygiene dasar dan antibiotik

dalam praktik medis, kebanyakan infeksi rumah sakit terjadi

karena patogen dari luar (foodborne dan airborne disease,

tetanus, dan sebagainya) atau disebabkan oleh mikroorganisme

yang tidak ada dalam flora normal pasien (seperti diphtheria

dan tuberculosis). Tetapi dengan berkembangnya terapi

antibiotik infeksi bakteri telah menurunkan angka kematian

akibat berbagai penyakit infeksi.

b. Kerentanan pasien

Faktor-faktor dalam diri pasien yang mempengaruhi

terjadinya infeksi di antaranya usia, status kekebalan, penyakit

yang mendasari, serta intervensi diagnostik dan terapeutik.

Pasien dengan penyakit kronis seperti tumor ganas, leukemia,

diabetes melitus, gagal ginjal, serta AIDS memiliki tingkat

kerentanan yang tinggi terhadap infeksi dengan patogen

oportunistik.

Organisme yang biasanya tidak berbahaya, misal flora

normal dalam tubuh, dapat menjadi patogen ketika kekebalan

tubuh terganggu. Prosedur diagnosis modern seperti biopsi,

pemeriksaan endoskopi, kateterisasi, serta prosedur bedah

dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.

Page 33: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

14

c. Faktor lingkungan

Rumah sakit sebagai tempat bertemu antara pasien yang

terinfeksi dengan pasien lain maupun tenaga kesehatan lainnya

dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi rumah sakit.

Pasien yang telah terinfeksi dapat menjadi sumber infeksi

selanjutnya. Padatnya kondisi di rumah sakit, frekuensi

perpindahan pasien dari satu unit ke unit lainnya, serta

tingginya kerentanan pasien terhadap infeksi dalam satu area

memiliki kontribusi yang sama dengan meningkatnya kejadian

infeksi rumah sakit. Mikroba dapat mengkontaminasi benda,

peralatan, dan bahan lainnya yang kemudian kontak dengan

bagian tubuh pasien yang rentan.

d. Resistensi bakteri

Meluasnya penggunaan antimikroba untuk terapi atau

profilaksis merupakan penentu utama munculnya resistensi

yang menyebabkan agen antimikroba menjadi kurang efektif.

Saat ini, sudah banyak virus dan bakteri, seperti pneumococci,

staphylococci, enterococci, dan tuberculosis, yang tahan

terhadap sebagian besar atau semua antimikroba yang

sebelumnya efektif ketika diberikan kepada pasien yang

terinfeksi.

Darmadi (2008) mengungkapkan faktor-faktor luar yang

mempengaruhi terjadinya infeksi rumah sakit adalah sebagai berikut:

a. Petugas pelayanan medis, yaitu dokter, perawat, bidan, tenaga

laboratorium.

b. Peralatan dan material medis, seperti jarum, kateter, respirator,

kain, kassa.

c. Lingkungan, dapat berupa lingkungan internal dan eksternal.

Lingkungan internal di antaranya ruangan/bangsal perawatan,

kamar bersalin, dan kamar bedah. Lingkungan eksternal di

antaranya halaman rumah sakit, tempat pembuangan

sampah/pengolahan limbah.

Page 34: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

15

d. Makanan/minuman, yaitu hidangan yang disajikan setiap saat

kepada penderita.

e. Penderita lain, di mana keberadaan penderita lain dalam satu

kamar/ruangan/bangsal perawatan dapat menjadi sumber

penularan.

f. Pengunjung/keluarga, di mana keberadaan tamu/keluarga dapat

menjadi sumber penularan.

Selain faktor-faktor yang berasal dari luar tersebut, faktor lain yang

juga berperan dalam terjadinya infeksi rumah sakit adalah sebagai

berikut: (Darmadi, 2008)

a. Faktor-faktor yang ada pada diri penderita (instrinsic factors)

seperti usia, jenis kelamin, kondisi umum penderita, risiko

terapi, atau adanya penyakit lain yang menyertai penyakit

dasar (multipatologi) beserta komplikasinya;

b. Faktor keperawatan, seperti lamanya hari perawatan (length of

stay), menurunnya standar pelayanan perawatan, serta

padatnya penderita dalam satu ruangan; dan

c. Faktor mikroba patogen, seperti tingkat kemampuan invasi

serta tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya

pemaparan (length of exposure) antara sumber penularan

(reservoir) dengan penderita.

2.1.2 Jenis-Jenis Infeksi Rumah Sakit

Menurut WHO (2002), jenis/tipe infeksi rumah sakit yaitu:

a. Infeksi Luka Operasi (ILO)/Infeksi Daerah Operasi

Infeksi luka operasi memiliki kriteria yaitu setiap keluarnya

purulen, abses, atau selulitis yang menyebar di lokasi

pembedahan selama sebulan setelah operasi. Pada Pedoman

Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit (Depkes,

2001), faktor risiko terjadinya ILO yaitu tingkat kontaminasi

luka, faktor pejamu (usia ekstrem, obesitas, adanya infeksi

perioperatif, penggunaan kortikosteroid, DM, malnutrisi berat),

Page 35: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

16

faktur pada lokasi luka (pencukuran daerah operasi, devitalisasi

jaringan, benda asing, suplai darah yang buruk ke daerah

operasi, lokasi luka yang mudah tercemar), lama perawatan, dan

lama operasi.

b. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih memiliki kriteria yaitu kultur urin

positif (satu atau dua jenis) dengan setidaknya 105 bakteri/ml,

dengan atau tanpa gejala klinis. Pada Pedoman Pengendalian

Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit (Depkes, 2001), infeksi

saluran kemih terdiri dari beberapa jenis, yaitu ISK

simptomatik, ISK asimptomatik, dan jenis ISK lainnya. Faktor

risiko terjadinya ISK yaitu adanya kateterisasi menetap (cara

pemasangan kateter, lama pemasangan, kualitas perawatan

kateter), kerentanan pasien (usia), decubitus, dan pasca

persalinan.

c. Infeksi saluran pernapasan/pneumonia

Infeksi saluran pernapasan memiliki kriteria yaitu gejala

respirasi dengan setidaknya dua atau lebih tanda-tanda berikut

yang muncul selama perawatan, yaitu batuk, sputum purulen,

infiltrat baru pada chest radiograph yang konsisten dengan

infeksi. Pada Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial di

Rumah Sakit (Depkes, 2001), faktor risiko terjadinya pneumonia

ini yaitu instrumentasi saluran nafas, tindakan operasi, kondisi

yang mudah menyebabkan aspirasi, usia tua, obesitas, penyakit

obstruksi paru menahun, tes fungsi paru abnormal, intubasi

dalam waktu lama, dan gangguan fungsi imunologi.

d. Infeksi kateter intravaskular/aliran darah primer

Infeksi kateter intravaskular memiliki kriteria yaitu adanya

inflamasi, lymphangitis atau keluarnya purulen pada sisipan

bagian kateter. Pada Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial

di Rumah Sakit (Depkes, 2001), faktor risiko terjadinya jenis

infeksi ini yaitu pemasangan kateter intravena yang berkaitan

Page 36: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

17

dengan jenis kanula, metode pemasangan, dan lama pemasangan

kanula; serta kerentanan pasien terhadap infeksi.

e. Septicaemia

Septicaemia memiliki kriteria yaitu demam atau kekakuan

dan setidaknya satu kultur darah positif.

Jenis infeksi rumah sakit lainnya berdasarkan letak infeksi menurut

Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit (Depkes,

2001), di antaranya osteomyelitis, sendi atau bursa, ruang discus, infeksi

intrakranial, meningitis atau ventrikulitis, abses spinal tanpa meningitis,

infeksi arterial atau venous, endocarditis, myocarditis atau pericarditis,

mediastinitis, conjunctivitis, mata (selain conjunctivitis), telinga dan

mastoid, rongga mulut, sinusitis, gastroenteritis, infeksi traktus

digestivus, hepatitis, intraabdominal, necrotizing enterocolitis,

bronchitis, endometritis, episiotomi, infeksi pada saluran reproduksi,

kulit, jaringan lunak, ulcus decubitus, disseminated infection, luka

bakar, omphalitis, pustulosis anak, dan circumcition neonatus.

2.1.3 Rantai Penularan Infeksi Rumah Sakit

Rantai penularan pada penyakit infeksi merupakan proses

berpindah atau menyebarnya mikroba patogen dari sumber penularan

(reservoir) ke pejamu melalui mekanisme penularan. Untuk

memutuskan rantai penularan infeksi, maka perlu untuk mengetahui

komponen dari rantai penularan itu sendiri, yaitu agen infeksi, reservoir,

pintu keluar (portal of exit), transmisi (cara penularan), pintu masuk

(portal of entry), dan pejamu (host) yang suseptibel. Penjelasan dari

keenam komponen rantai penularan penyakit infeksi tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Agen infeksi atau sumber penularan

Agen infeksi adalah suatu mikroorganisme, berupa

bakteri, virus, ricketsia, jamur, dan parasit, yang dapat

menyebabkan terjadinya infeksi. Terdapat tiga faktor pada

agen penyebab yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi,

Page 37: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

18

yaitu patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis) (Kemenkes,

2011). Sumber penularan dalam rantai penularan dapat

diputuskan dengan cara mengeliminasi, membuang,

menjauhkan, atau memasang barrier (Darmadi, 2008).

b. Reservoir

Reservoir atau tempat di mana agen infeksi dapat

hidup, tumbuh, berkembang biak, dan siap ditularkan,

biasanya adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah,

air, dan bahan-bahan organik lainnya. Terutama pada orang

sehat, reservoir yang paling umum adalah permukaan kulit,

selaput lendir saluran napas atas, usus, dan vagina (Depkes,

2011).

c. Pintu keluar (portal of exit)

Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan di mana agen

infeksi meninggalkan reservoir. Pintu keluar ini dapat

melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran

kemih dan kelamin, kulit dan membran mukosa,

transplasenta, darah serta cairan tubuh lainnya (Depkes,

2011).

d. Transmisi

Transmisi atau cara penularan adalah mekanisme

transpor agen infeksi dari reservoir ke pejamu yang

suseptibel. Ada beberapa cara penularan, yaitu melalui

kontak langsung atau tidak langsung, droplet, airborne,

makanan, minuman/air, darah, dan vektor (serangga atau

binatang pengerat) (Depkes, 2011).

e. Pintu masuk (portal of entry)

Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat di mana

agen infeksi masuk ke pejamu yang suseptibel. Pintu masuk

ini dapat melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan,

saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang

tidak utuh (luka) (Depkes, 2011).

Page 38: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

19

f. Pejamu (host) yang suseptibel

Pejamu (host) yang suseptibel adalah orang yang tidak

memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen

infeksi serta mencegah terjadinya infeksi atau penyakit.

Terdapat faktor khusus yang mempengaruhi kondisi pejamu

sehingga rentan terhadap agen infeksi, yaitu umur, status gizi,

status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas,

trauma atau pembedahan, pengobatan dengan imunosuresan,

sedangkan faktor yang mungkin mempengaruhi adalah jenis

kelamin, etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup,

pekerjaan, dan herediter (Depkes, 2011). Pejamu dalam rantai

penularan ini dapat diputuskan dengan cara memperpendek

waktu pemaparan, serta memasang barrier atau melakukan

isolasi (Darmadi, 2008).

Proses terjadinya infeksi rumah sakit melalui tiga tahapan, yaitu:

(Darmadi, 2008).

a. Tahap I

Pada tahap ini, mikroba bergerak menuju tempat yang

menguntungkan (pejamu/penderita) melalui penularan

langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung melalui

droplet nuclei yang berasal dari petugas,

keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan

lainnya adalah melalui transfusi darah. Sementara pada

penularan tidak langsung yaitu melalui vehicle-borne

(penyebaran mikroba melalui benda mati), vector-borne,

food-borne, water-borne, dan air-borne.

b. Tahap II

Pada tahap ini, patogen melakukan invasi ke

jaringan/organ pejamu dengan cara mencari akses masuk

untuk masing-masing penyakit, seperti adanya kerusakan/lesi

kulit atau mukosa dari rongga hidung, mulut, orificium

urethrae, dan lainnya.

Page 39: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

20

c. Tahap III

Pada tahap ini, setelah mikroba memperoleh akses

masuk, mikroba patogen dengan segera melakukan invasi dan

mencari jaringan yang sesuai yang selanjutnya melakukan

multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan

destruktif terhadap jaringan hingga terjadilah infeksi yang

mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan

fisiologis jaringan pada penderita.

2.1.4 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

Ancaman terjadinya infeksi rumah sakit pada pasien yang sedang

dalam perawatan dapat terjadi setiap saat. Hal tersebut patut untuk

diwaspadai sehingga petugas kesehatan harus mengetahui dan

menguasai standar kerja tentang bagaimana cara pencegahan infeksi

dengan mengetahui dan mengenal sumber-sumber penularannya. Setiap

program pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit merupakan

fokus perhatian dari tiap fasilitas pelayanan dan harus didukung oleh

direktur rumah sakit dan pemerintah.

Tujuan utama dari program pengendalian infeksi rumah sakit ini

adalah untuk mengurangi risiko terjadinya endemi dan epidemi

nosokomial, baik pada pasien, petugas kesehatan, maupun pengunjung.

Program ini dilakukan guna terciptanya kondisi lingkungan rumah sakit

yang memenuhi persyaratan agar menjamin pencegahan infeksi rumah

sakit dan membantu proses pengobatan serta penyembuhan pasien,

sehingga rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan, cakupan

dan efisiensi (Depkes, 2001). Pencegahan dan pengendalian infeksi

rumah sakit ini juga diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau

tidak melakukan tindakan sesuai dengan standar/prosedur yang telah

ditetapkan (Depkes, 2006).

Page 40: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

21

Sama hal-nya dengan penyakit infeksi lain, infeksi rumah sakit

dapat pula dicegah dan dikendalikan dengan memperhatikan tiga sikap

pokok berikut ini: (Darmadi, 2008)

a. Kesadaran dan rasa tanggung jawab para petugas (medical

provider) bahwa dirinya dapat menjadi sumber penularan

atau media perantara dalam setiap prosedur dan tindakan

medis (diagnosis dan terapi), sehingga dapat menimbulkan

terjadinya infeksi rumah sakit;

b. Selalu ingat akan metode mengeliminasi mikroba patogen

melalui tindakan aseptik, disinfeksi, dan sterilisasi;

c. Di setiap unit pelayanan perawatan dan unit tindakan medis,

khususnya kamar operasi dan kamar bersalin, harus terjaga

mutu sanitasinya.

Program pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit adalah

untuk mengendalikan perkembangbiakan mikroba patogen dengan

mengeliminasi reservoir mikroba yang akan kontak dengan pasien, baik

secara langsung maupun tidak langsung, serta mencegah penyebaran

mikroba patogen dengan mencegah berpindahnya mikroba patogen

melalui perilaku atau kebiasaan petugas medis terkait dengan layanan

medis atau layanan keperawatan kepada pasien (Darmadi, 2008).

Berdasarkan Kemenkes RI (2011), terdapat empat strategi dalam

pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit, yaitu:

a. Peningkatan daya tahan pejamu

Peningkatan daya tahan pejamu dapat dilakukan dengan

pemberian imunisasi aktif atau pasif. Promosi kesehatan juga

dapat dilakukan terutama mengenai cakupan nutrisi yang

adekuat sebagai langkah peningkatan daya tahan tubuh.

b. Inaktivasi agen penyebab infeksi

Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan dengan metode

fisik maupun kimiawi. Metode fisik dapat berupa pemanasan

(pasteurisasi atau sterilisasi), sedangkan metode kimiawi

dapat berupa klorinasi air dan disinfeksi.

Page 41: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

22

c. Memutus rantai penularan

Untuk memutus rantai penularan, telah disusun suatu

tindakan pencegahan yang disebut kewaspadaan isolasi

(isolation precaution). Kewaspadaan isolasi ini terdiri dari

dua pilar, yaitu kewaspadaan standar (standard precaution)

dan kewaspadaan berdasarkan transmisi (transmission-based

precaution) atau kewaspadaan berdasarkan cara penularan.

Penerapan dua pilar kewaspadaan isolasi tersebut dapat

dilaksanakan secara terpisah ataupun kombinasi antara

keduanya.

d. Tindakan pencegahan paska pajanan terhadap petugas

kesehatan

Tindakan pencegahan ini terutama berkaitan dengan

pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan

cairan tubuh lainnya yang sering terjadi akibat luka tusuk

jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Beberapa penyakit

yang perlu mendapat perhatian di antaranya hepatitis B,

hepatitis C, dan HIV.

Dari keempat strategi pencegahan dan pengendalian infeksi

rumah sakit yang telah dijelaskan sebelumnya, tindakan memutus rantai

penularan merupakan cara yang paling mudah dilakukan untuk

mencegah penularan penyakit infeksi, walaupun hasilnya akan sangat

bergantung kepada kepatuhan petugas dalam melaksanakan prosedur

yang telah ditetapkan.

2.2 Kewaspadaan Standar

Petugas kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit,

merupakan orang-orang yang berhubungan secara langsung dengan pasien.

Hal tersebut menempatkan perawat berada dalam posisi penting untuk

meningkatkan keselamatan pasien karena kedekatannya yang melekat kepada

pasien. Posisi ini membutuhkan wawasan yang luas bagi perawat untuk

Page 42: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

23

mengidentifikasi masalah dalam sistem kesehatan dan menjadi bagian dari

solusi keselamatan pasien.

Perawat memiliki peran besar sebagai media perantara sekaligus

sumber penularan dalam risiko terjadinya infeksi rumah sakit. Risiko infeksi

rumah sakit semakin tinggi apabila petugas kesehatan tidak melakukan

pekerjaan dengan tepat sehingga perlu diperhatikan tindakan yang diambil

dalam pelayanan kesehatan yang mereka berikan dengan menerapkan

prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Salah satu upaya untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah

sakit (Hospital Acquired Infections) yaitu prosedur kewaspadaan standar.

Kewaspadaan standar sebagai bagian dari kewaspadaan isolasi bersama

dengan kewaspadaan berdasarkan transmisi ditujukan untuk pelayanan

kepada semua pasien. Kewaspadaan standar dirancang untuk mengurangi

risiko terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber

infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui yang kemudian

diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien dalam rumah sakit

dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (Kemenkes RI, 2011).

Kewaspadaan standar yang dibuat untuk mencegah transmisi silang

sebelum diagnosis ditegakkan atau hasil pemeriksaan laboratorium belum ada

merupakan gabungan dari kewaspadaan universal dan body substance

isolation yang telah ada sebelumnya. Kewaspadaan universal (universal

precautions) merupakan kewaspadaan yang bersifat umum dan dapat

diterapkan kepada semua pasien tanpa memandang status diagnosisnya

(Depkes, 2010). Pelaksanaan kewaspadaan universal ini merupakan langkah

penting untuk menjaga sarana kesehatan sebagai tempat untuk pencarian

pengobatan dan penyembuhan, bukan menjadi sumber infeksi. Peran penting

dari pimpinan, tenaga kesehatan, serta pasien dan keluarganya dibutuhkan

untuk mendukung kewaspadaan universal ini agar dapat terlaksana secara

maksimal. Penerapan kewaspadaan universal didasarkan pada keyakinan

bahwa darah dan cairan tubuh sangat berpotensi dalam menularkan penyakit,

baik yang berasal dari pasien maupun petugas kesehatan, sehingga prosedur

Page 43: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

24

ini juga dianggap sebagai pendukung program K3 bagi petugas kesehatan

(Depkes, 2010).

Terdapat tiga prinsip utama dalam prosedur kewaspadaan universal

pelayanan kesehatan, yaitu menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi

ruangan, dan sterilisasi peralatan kesehatan. Ketiga prinsip utama tersebut

kemudian dijabarkan menjadi sebelas kegiatan pokok yang termasuk dalam

kewaspadaan standar, di antaranya yaitu kebersihan tangan/hand hygiene,

Alat Pelindung Diri (APD), peralatan perawatan pasien, pengendalian

lingkungan, pengelolaan limbah, pemrosesan peralatan pasien dan

penatalaksanaan linen, kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan,

penempatan pasien, hygiene respirasi/etika batuk, praktek menyuntik yang

aman, dan praktek untuk lumbal pungsi (Kemenkes RI, 2011).

2.2.1 Kebersihan tangan/hand hygiene

Kebersihan tangan merupakan hal paling penting untuk mencegah

penyebaran infeksi yang dilakukan bertujuan untuk menghilangkan

semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh

mikoorganisme pada kulit, di mana mikroorganisme ini diperoleh dari

kontak dengan pasien dan lingkungan (Kemenkes RI, 2011).

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan

tangan, di antaranya:

1) Hindari menyentuh permukaan di sekitar pasien agar tangan

terhindar kontaminasi patogen dari dan ke permukaan.

2) Bila tangan jelas terlihat kotor, mengandung bahan berprotein,

cairan tubuh, lakukan cuci tangan dengan sabun

biasa/antimikroba dengan air mengalir.

3) Bila tangan tidak jelas terlihat kotor, dekontaminasi dengan

alkohol handrub.

4) Melakukan cuci tangan sebelum kontak langsung dengan

pasien dan pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan.

Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan

sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun telah menggunakan

Page 44: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

25

sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini bertujuan untuk

menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan

sehingga dapat mengurangi penyebaran infeksi dan lingkungan tetap

terjaga.

Cuci tangan harus dilakukan pada saat diperkirakan adanya

kemungkinan terjadi perpindahan kuman melalui tangan, yaitu sebelum

melakukan suatu tindakan perawatan yang seharusnya dilakukan secara

bersih, dan setelah melakukan tindakan perawatan yang kemungkinan

terjadi pencemaran. Menurut WHO (2009), terdapat lima indikasi

kebersihan tangan yang kemudian dikembangkan oleh Komite PPIRS

Rumah Sakit Y (2015) menjadi sebagai berikut:

1) Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila

terlihat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh

lainnya, atau setelah menggunakan toilet.

2) Apabila terbukti atau dicurigai kuat memiliki kontak dengan

patogen yang kemungkinan membentuk spora.

3) Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptik

tangan rutin pada semua situasi dan bila tangan tidak terlihat

kotor.

4) Dilakukan kebersihan tangan pada kondisi berikut: sebelum

dan sesudah menyentuh pasien; sebelum melakukan tindakan

invasif untuk perawatan pasien, tidak peduli apakah

menggunakan sarung tangan atau tidak; setelah kontak dengan

cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak

intak, atau merawat luka; apabila berpindah dari area tubuh

yang terkontaminasi ke area tubuh lain selama perawatan pada

pasien yang sama; setelah kontak dengan permukaan benda

mati dan objek termasuk peralatan medis; setelah melepas

sarung tangan steril.

5) Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan.

Page 45: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

26

Keefektifan kegiatan cuci tangan ini juga harus didukung dengan

sarana cuci tangan yang memadai. Sarana tersebut yaitu: (Kemenkes

RI, 2011)

1) Air mengalir

Air mengalir merupakan sarana utama untuk cuci tangan

disertai dengan saluran pembuangan atau bak penampungan

yang memadai. Air mengalir dapat melepaskan

mikroorganisme dari tangan karena gesekan mekanis atau

kimiawi saat cuci tangan. Air mengalir tersebut dapat berupa

kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun cara

mengguyur dengan gayung tidak dianjurkan karena memiliki

risiko kontaminasi yang cukup besar, baik melalui gagang

gayung maupun dari percikan air bekas cucian yang dapat

kembali ke bak penampungan air bersih.

2) Sabun

Sabun yang digunakan dalam proses mencuci tangan

tidak dapat membunuh mikroorganisme tetapi hanya

menghambat dan mengurangi jumlah mikroorganisme dengan

jalan mengurangi tegangan permukaan sehingga

mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan mudah

terbawa oleh air. Namun, meskipun jumlah mikroorganisme

dapat berkurang, cuci tangan dalam frekuensi yang sering

dapat membuat lapisan lemak kulit menghilang dan membuat

kulit menjadi kering dan pecah-pecah.

3) Larutan antiseptik

Larutan antiseptik atau antimikroba topikal digunakan

untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme

pada kulit. Tingkat efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa pada

kulit setelah pemakaian antiseptik tergantung oleh keragaman

jenis antiseptik tersebut dan reaksi kulit masing-masing

individu.

Page 46: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

27

Pemilihan antiseptik yang digunakan perlu

mempertimbangkan beberapa kriteria, di antaranya:

a) Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak

mikroorganisme secara luas (gram positif dan gram

negatif, virus lipofilik, bacillus dan tuberculosis,

fungi, endospora).

b) Efektivitas, kecepatan aktivitas awal, dan efek residu,

aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam

pertumbuhan.

c) Tidak mengakibatkan iritasi kulit dan alergi.

d) Dapat diterima secara visual maupun estetik.

4) Lap tangan yang bersih dan kering

Ada sebelas langkah yang diadaptasi dari WHO guidelines on

hand hygiene in health care : first global patient safety challenge tahun

2009 dalam prosedur standar membersihkan tangan dengan sabun dan

air mengalir yang harus dilakukan kira-kira dalam waktu satu menit,

yaitu sebagai berikut:

1) Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih;

2) Tuangkan 3-5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh

permukaan tangan;

3) Ratakan dengan kedua telapak tangan;

4) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan

kanan dan sebaliknya;

5) Gosok kedua telapak dan sela-sela jari;

6) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci;

7) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan

dan lakukan sebaliknya;

8) Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri

dan sebaliknya;

9) Bilas kedua tangan dengan air mengalir;

10) Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel

sampai benar-benar kering;

Page 47: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

28

11) Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk

menutup kran

Jika tidak terdapat fasilitas air mengalir untuk mencuci tangan,

maka dapat dipertimbangkan untuk menggunakan larutan berbasis

alkohol tanpa air (handrub antiseptic). Penggunaan handrub ini akan

lebih efektif dalam penurunan jumlah flora tangan awal pada tangan

yang bersih, dapat melindungi dan melembutkan kulit karena berisi

emolien seperti gliserin, glisol propelin, atau sorbitol.

Teknik untuk menggosok tangan dengan handrub antiseptic

adalah sebagai berikut: (WHO, 2009)

1) Tuangan handrub berbasis alkohol untuk dapat mencakup

seluruh permukaan tangan dan jari-jari (kira-kira 3-5 cc atau

satu sendok teh);

2) Gosokkan kedua telapak tangan;

3) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan

kanan dan sebaliknya;

4) Gosok kedua telapak dan sela-sela jari;

5) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci;

6) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan

dan lakukan sebaliknya;

7) Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri

dan sebaliknya;

8) Diamkan tangan hingga kering.

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kebersihan tangan

dengan menggunakan handrub antiseptic adalah kurang lebih 20-30

detik (WHO, 2009). Perlu diperhatikan bahwa penggunaan handrub

antiseptic ini tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga

jika tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan

tubuh maka harus mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

terlebih dahulu. Selain itu, jika telah menggunakan handrub antiseptic

5-10 kali maka tetap diperlukan untuk mencuci tangan dengan sabun

dan air mengalir untuk mengurangi penumpukan emolien pada tangan.

Page 48: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

29

2.3 Perilaku

Perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang

merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal. Jika dilihat dari

pandangan biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas dari

organisme yang bersangkutan sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku

manusia pada dasarnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.

Kemudian jika dibuat dalam kerangka analisis, perilaku adalah apa yang

dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang diamati secara langsung

maupun secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).

Seorang ahli psikologi, yaitu Skinner (1938), merumuskan bahwa

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar) (Zubaedah, 2009). Hal serupa juga disampaikan oleh

Sunaryo (2004) bahwa dari perspektif psikologi, perilaku manusia adalah

aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati

secara langsung maupun tidak langsung. Sementara perilaku dalam ranah

kesehatan dikenal istilah perilaku kesehatan (health behavior), yaitu suatu

respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-

sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan)

seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan

(Notoatmodjo, 2010). Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua

aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak

dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan, di mana pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau

melindungi diri dari penyakit atau masalah kesehatan lain, meningkatkan

kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah

kesehatan.

Banyak teori yang digunakan untuk menentukan determinan perilaku,

salah satunya adalah teori Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010). Teori

Lawrence Green ini menjelaskan bahwa perilaku ditentukan berdasarkan tiga

faktor utama seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1, yaitu:

1) Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,

Page 49: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

30

antara lain karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, masa kerja), pengetahuan, sikap, persepsi, keyakinan,

kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

2) Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang

memungkinkan atau memfasilitasi terbentuknya perilaku atau

tindakan, seperti pelatihan, sarana dan prasarana.

3) Faktor penguat (reinforcing factors), yaitu faktor yang mendorong

atau memperkuat terjadinya perilaku, seperti pengawasan,

peraturan, dan undang-undang.

Sumber : Notoatmodjo, 2010

Gambar 2.1 Teori Lawrence Green

Berdasarkan teori Green tersebut, Notoatmodjo (2010) menyimpulkan

bahwa terdapat dua faktor utama untuk terbentuknya perilaku seseorang,

yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berada dalam diri

individu itu sendiri, dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi,

pengetahuan, keyakinan, keinginan, niat, fantasi, dan sugesti.

Faktor Predisposisi:

a. Karakteristik individu (usia,

jenis kelamin, tingkat

pendidikan, masa kerja)

b. Pengetahuan

c. Sikap

d. Persepsi

e. Keyakinan

f. Nilai-nilai dan tradisi

Faktor Pemungkin:

a. Fasilitas

b. Pelatihan

Faktor Penguat:

a. Peraturan dan undang-undang

b. Pengawasan

Perilaku

Page 50: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

31

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

individu tersebut, seperti fasilitas, lingkungan, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik. Faktor eksternal yang paling besar peranannya

adalah faktor sosial dan budaya di mana seseorang tersebut berada.

Faktor sosial sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi

terbentuknya perilaku seseorang di antaranya struktur sosial, pranata

sosial, dan permasalahan-permasalahan sosial lainnya, sementara

faktor budaya yang mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang

di antaranya nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan

masyarakat, dan tradisi.

2.4 Determinan Perilaku

Perilaku seseorang terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa

determinan pembentuk perilaku, di antaranya:

2.4.1 Usia

Sugono (1990) mengemukakan secara umum bahwa usia

merupakan lama waktu seseorang untuk hidup atau ada di dunia (sejak

dilahirkan). Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Begitu juga dengan berjalannya perkembangan hidup, di

mana semakin tua seseorang akan semakin bijaksana dan semakin

banyak hal yang dikerjakan sehingga dapat menambah pengetahuannya

(Notoatmodjo, 2003).

Ada batas usia produktif seseorang yang memungkinkan bertahan

dengan kekuatan pekerjaannya, adapula terjadi penurunan kemampuan

dalam menghasilkan pekerjaan seiring dengan bertambahnya usia.

Kematangan individu dengan pertambahan usia berhubungan erat

dengan kemampuan analisis terhadap permasalahan atau fenomena

yang ditemukan (Pancaningrum, 2011). Hal tersebut menunjukkan

bahwa semakin tinggi usia, semakin mampu menunjukkan kematangan

Page 51: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

32

jiwa dan semakin dapat berpikir rasional, semakin bijaksana, serta

mampu mengendalikan emosi dan semakin terbuka terhadap pandangan

orang lain.

Oleh karena itu, setiap individu dengan periode usia yang berbeda

memiliki perkembangan yang berbeda, sehingga mereka dapat menilai

atau merespon sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda pula. Usia

juga menentukan kemampuan seseorang untuk bekerja, termasuk

bagaimana orang tersebut merespon stimulus (Handayani, 2014).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2009) dan

Damanik (2012) didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara usia

dengan ketaatan dalam penerapan hand hygiene pada petugas

kesehatan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa petugas kesehatan

dengan rentang usia dewasa awal (18-40 tahun) lebih banyak tidak taat

dalam melakukan hand hygiene, sehingga diperoleh pula bahwa petugas

kesehatan pada rentang usia dewasa madya (>40-60 tahun) mempunyai

peluang 0,94 kali untuk taat melakukan hand hygiene dibandingkan

dengan petugas kesehatan pada rentang usia dewasa awal.

2.4.2 Tingkat Pendidikan

Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada

proses mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu

dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan di

mana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang

tersebut akan semakin luas pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan

sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

mengerti dan memahami tentang suatu ilmu serta akan berpengaruh

pada perilakunya (Setiyawati, 2008). Tingkat pendidikan juga

mempengaruhi pengetahuan dan penerimaan seseorang terhadap suatu

informasi (Handojo, 2015).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiyawati (2008) diperoleh

hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat

Page 52: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

33

pendidikan dengan perilaku kepatuhan perawat dalam pencegahan

infeksi luka operasi dengan p value 0,076. Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Damanik (2012) dan Setiawati (2009) yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ketaatan dalam

penerapan hand hygiene dengan tingkat pendidikan petugas kesehatan,

di mana petugas kesehatan dengan tingkat pendidikan tinggi (DIII, S1,

S2/spesialis) lebih taat dengan peluang 1,06 kali dibandingkan dengan

petugas kesehatan yang berpendidikan rendah (SPK).

2.4.3 Masa Kerja

Masa kerja mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap

pekerjaan dan lingkungan tempat ia bekerja. Masa kerja dapat membuat

seseorang memahami tugas-tugas suatu pekerjaan sehingga dapat

melaksanakan pekerjaannya dengan baik, di mana semakin lama ia

bekerja maka semakin banyak pengalamannya dan akan lebih terampil

dalam mengerjakan pekerjaannya (Handoko, 2009).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuniari (2012) didapatkan

hasil bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan perilaku

penerapan pencegahan infeksi rumah sakit sehingga tidak ada jaminan

bahwa petugas yang lebih lama bekerja dapat dikatakan lebih produktif

dibandingkan dengan petugas yang belum senior. Penelitian tersebut

juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawati (2008)

dengan p value sebesar 0,111. Sementara dalam penelitian yang

dilakukan oleh Damanik (2012) didapatkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara masa kerja (p=0,026) dengan kepatuhan petugas

kesehatan melakukan hand hygiene, di mana petugas kesehatan dengan

masa kerja ≥ 2 tahun lebih patuh dalam melakukan hand hygiene

dengan perolehan sebanyak 26 (44,8%) petugas kesehatan.

2.4.4 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris, khususnya mata dan telinga, terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior), di mana perilaku yang

Page 53: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

34

didasari oleh pengetahuan umumnya akan bersifat langgeng (Sunaryo,

2004). Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) adalah hasil tahu dan

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu.

Pengetahuan meliputi pemahaman tentang tugas dan tanggung

jawab dalam bekerja, memiliki pengetahuan di bidang yang

berhubungan dengan peraturan, prosedur dan keahlian teknis, dapat

menggunakan informasi, material, peralatan dan teknik dengan tepat

dan benar, serta mampu mengikuti perkembangan peraturan, prosedur

dan teknik terbaru dalam keperawatan (Pancaningrum, 2011).

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: (Notoatmodjo,

2012)

1) Tahu (know) : mengingat kembali (recall) suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur tahu dapat

melalui proses menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

dan menyatakan.

2) Memahami (comprehension): kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui. Orang yang telah paham

terhadap objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, dan meramalkan.

3) Aplikasi (application): kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi/kondisi riil

(sebenarnya).

4) Analisis (analysis): kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih

dalam struktur organisasi tersebut, misal dapat membedakan,

memisahkan, dan mengelompokkan.

5) Sintesis (synthesis): kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru, misal dapat menyusun, merencanakan,

meringkaskan, dan menyesuaikan.

Page 54: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

35

6) Evaluasi (evaluation): kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap materi atau objek.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyanita &

Listiowati (2014) dan Yanti (2014), penelitian yang dilakukan oleh

Mada, Susilo & Nekada (2013) juga mengungkapkan bahwa

pengetahuan perawat yang baik berhubungan dengan asuhan

keperawatan yang aman. Di mana peningkatan pengetahuan perawat

tentang keselamatan pasien akan berdampak pada peningkatan kualitas

pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2012) menunjukkan

bahwa pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan perawat terhadap

kewaspadaan standar, begitu pula penelitian yang dilakukan oleh

Setiawati (2009), Abdullah (2012), Yuniari (2012), Ningsih (2013),

Nurkhasanah dan Sujianto (2013), Marnita (2015), dan Khoidrudin

(2015). Penelitian lain juga dilakukan oleh Damanik (2012), Widyanita

(2014), dan Indri (2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan (p=0,000) dengan kepatuhan petugas

kesehatan melakukan hand hygiene.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian

yang dilakukan oleh Rahmawati dan Susanti (2014) menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat

tentang pencegahan infeksi nosokomial dengan pelaksanaan cuci tangan

dengan nilai taraf signifikan () sebesar 0,246.

2.4.5 Sikap

Sikap merupakan suatu cara bereaksi terhadap perangsang

tertentu, di mana pada dasarnya, proses pembentukan sikap berawal

dari lingkungan keluarga kemudian interaksi dengan lingkungan

masyarakat (Azhari, 2004). Sikap menurut Notoatmodjo (2012)

merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

stimulus atau objek, sehingga sikap belum merupakan suatu tindakan

atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau

perilaku.

Page 55: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

36

Terdapat empat tingkatan sikap yaitu: (Notoatmodjo, 2012)

1) Menerima (receiving): diartikan bahwa orang (subjek) mau

menerima dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(objek).

2) Merespons (responding): memberikan jawaban terhadap

pertanyaan yang diberikan mengenai objek.

3) Menghargai (valuing): mengajak orang lain atau

mendiskusikan dengan orang lain tentang objek.

4) Bertanggung jawab (responsible): bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiyawati (2008), Yuniari

(2012) dan Khoidrudin (2015) ditemukan bahwa sikap memiliki

hubungan terhadap perilaku penerapan pencegahan dan pengendalian

infeksi rumah sakit. Sementara pada penelitian Yuliana (2012),

Rahmawati dan Susanti (2014), Sudrajat (2015) dan Marnita (2015)

ditemukan tidak ada hubungan antara sikap dengan penerapan

pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit.

2.4.6 Persepsi

Persepsi menurut Supratman dan Mahadian (2016) adalah

pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Sunaryo (2004) juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses

diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian

sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati

tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri

individu. Dari beberapa pengertian mengenai persepsi yang telah

dijabarkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah

tanggapan atau pendapat seseorang tentang suatu objek yang sangat

menentukan perilakunya terhadap objek tersebut, di mana persepsi

seseorang terhadap rangsangan atau stimulus yang diterimanya akan

berbeda satu sama lainnya (Supratman dan Mahadian, 2016).

Page 56: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

37

Persepsi dapat terjadi jika terpenuhinya syarat-syarat berikut:

(Sunaryo, 2004)

1) Adanya objek : Objek stimulus alat indra (reseptor).

2) Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan

persepsi.

3) Adanya alat indra sebagai reseptor/penerima stimulus.

4) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak,

kemudian dari otak akan dibawa melalui saraf motoris sebagai

alat untuk mengadakan respon.

Sementara itu, diperlukan tiga proses untuk terbentuknya suatu

persepsi, yaitu: (Sunaryo, 2004)

1) Proses fisik (kealaman) : objek stimulus reseptor/alat

indra

2) Proses fisiologis : stimulus saraf sensoris otak

3) Proses psikologis : proses dalam otak sehingga individu

menyadari stimulus yang diterima

2.4.7 Fasilitas

Menurut teori Green (1980), perilaku seseorang dipengaruhi oleh

faktor pemungkin, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana yang

disediakan di tempat kerja (Notoatmodjo, 2010). Tanpa adanya sumber

daya yang memadai, seseorang tidak akan mampu menerapkan suatu

perilaku dengan baik.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2012) ditemukan

bahwa terdapat hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan

kepatuhan perawat terhadap kewaspadaan standar, begitu pula dengan

penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011), Yuniari (2012),

Nurkhasanah dan Sujianto (2013), Yanti (2014) dan Khoidrudin (2015).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Indri (2016) juga menunjukkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara fasilitas dengan

pelaksanaan langkah-langkah hand hygiene perawat. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2012) yang menunjukkan

Page 57: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

38

bahwa tidak ada hubungan antara fasilitas dengan kepatuhan hand

hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

2.4.8 Pelatihan

Pelatihan dalam teori Green (1980) termasuk dalam faktor

pemungkin dalam terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo,

2010). Pelatihan tersebut merupakan salah satu media untuk

memperoleh informasi dan keterampilan perawat, terutama terkait

penerapan kewaspadaan standar. Hal tersebut didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Ambasari (2013) yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara pelatihan dengan pencegahan infeksi nosokomial

plebitis dengan p value sebesar 0,001, begitu pula dengan penelitian

yang dilakukan oleh Putri (2011), Yuliana (2012), Nurkhasanah dan

Sujianto (2013).

2.4.9 Pengawasan

Pengawasan dalan teori Green (1980) merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo,

2010). Pengawasan adalah fungsi administratif untuk memastikan

bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat

sebelumnya (Nurdin, 2007). Sistem pengawasan ini digunakan untuk

mengarahkan dan memberi dukungan kepada pekerja sehingga mereka

dapat melaksanakan fungsinya secara efektif. Pengawasan berfungsi

sebagai media komunikasi standar kepada pekerja secara efektif,

termasuk memantau kinerja dan memberikan umpan balik serta

dukungan sesuai dengan yang dibutuhkan (Al-Assaf, 2009).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2014), ditemukan

bahwa tidak ada hubungan antara efektivitas fungsi pengawasan kepala

ruangan dengan kepatuhan perawat dalam penerapan pengendalian

infeksi rumah sakit dengan p value sebesar 0,285. Hasil penelitian

tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2012)

dengan p value sebesar 0,329. Berbanding terbalik dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sudrajat (2015) yang dalam penelitiannya

menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengawasan dari supervisi

Page 58: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

39

terhadap kepatuhan perawat dalam pelaksanaan hand hygiene dengan p

value sebesar 0,001.

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan pemaparan tinjauan pustaka, dapat diketahui bahwa peran

petugas kesehatan dalam melaksanakan prosedur pencegahan dan

pengendalian infeksi di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya sangat

penting dalam mencegah terjadinya kejadian infeksi rumah sakit atau infeksi

yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Berdasarkan teori determinan

pembentukan perilaku dari Green (1980), serta prosedur kewaspadaan standar

untuk pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit yang dikeluarkan

oleh Kemenkes RI (2011), dapat digambarkan kerangka teori dalam

penelitian ini seperti pada gambar 2.2.

Sumber: Green, 1980 (Notoatmodjo, 2010), Kemenkes RI (2011).

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Perilaku Penerapan Kewaspadaan

Standar:

1. Kebersihan Tangan/Hand Hygiene

2. Alat Pelindung Diri (APD)

3. Peralatan Perawatan Pasien

4. Pengendalian Lingkungan

5. Pengelolaan Limbah

6. Pemrosesan Peralatan Pasien dan

Penatalaksanaan Linen

7. Kesehatan Karyawan/Perlindungan

Petugas Kesehatan

8. Penempatan Pasien

9. Hygiene Resirasi/Etika Batuk

10. Praktek Menyuntik yang Aman

11. Praktek untuk Lumbal Pungsi

Faktor Predisposisi:

a. Karakteristik

individu (usia, jenis

kelamin, tingkat

pendidikan, masa

kerja)

b. Pengetahuan

c. Sikap

d. Persepsi

e. Keyakinan

f. Nilai-nilai, tradisi

Faktor Pemungkin:

a. Fasilitas

b. Pelatihan

Faktor Penguat:

a. Peraturan dan

undang-undang

b. Pengawasan

Page 59: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

40

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya dapat

ditarik kesimpulan variabel-variabel apa saja yang akan diteliti dalam

penelitian ini, yaitu usia, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap

dan persepsi tentang hand hygiene serta fasilitas, pelatihan, pengawasan, dan

perilaku penerapan hand hygiene. Adapun kerangka konsep penelitian ini

seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang tidak diteliti, di

antaranya jenis kelamin, keyakinan, nilai-nilai dan tradisi, serta peraturan dan

perundang-undangan. Variabel jenis kelamin tidak diteliti karena responden,

yaitu perawat, mayoritas memiliki jenis kelamin perempuan sehingga tidak

bervariasi. Sementara variabel keyakinan, nilai-nilai, dan tradisi tidak diteliti

karena variabel tersebut sulit untuk diukur. Variabel peraturan dan

perundang-undangan juga tidak diteliti karena variabel ini dianggap

homogen, di mana semua responden mendapatkan perlakuan yang sama dari

tempat kerja.

Perilaku Penerapan

Hand Hygiene

a. Sabun dan Air

Mengalir

b. Handrub

Faktor Determinan:

a. Usia

b. Tingkat pendidikan

c. Masa kerja

d. Pengetahuan tentang

hand hygiene

e. Sikap tentang hand

hygiene

f. Persepsi tentang hand

hygiene

g. Fasilitas

h. Pelatihan

i. Pengawasan

Page 60: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

41

Selain terdapat beberapa variabel terkait faktor pembentukkan perilaku

yang tidak diteliti, penelitian ini juga dilakukan hanya fokus pada satu item

dalam kewaspadaan standar, yaitu hand hygiene karena disesuaikan dengan

program prioritas dari pihak PPIRS Rumah Sakit Y sendiri dan berdasarkan

data yang diperoleh dari PPIRS Rumah Sakit Y angka kepatuhan penerapan

hand hygiene masih berada di bawah target (≥ 85%) yang ditetapkan oleh

PPIRS Rumah Sakit Y.

Page 61: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

42

3.1 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala

1. Perilaku

hand hygiene

Kegiatan/tindakan responden terkait

penerapan hand hygiene sesuai prosedur

di tempat kerjanya

Pengisian

lembar

observasi oleh

peneliti

Lembar

observasi

1. Baik, jika skor jawaban >

12,75 (median)

0. Kurang, jika skor jawaban

12,75 (median)

Ordinal

Perilaku

hand hygiene

dengan

sabun dan air

mengalir

Kegiatan/tindakan responden terkait

penerapan hand hygiene dengan sabun

dan air mengalir sesuai prosedur di

tempat kerjanya

Pengisian

lembar

observasi oleh

peneliti

Lembar

observasi

1. Baik, jika skor jawaban >8

(median)

0. Kurang, jika skor jawaban 8

(median)

Ordinal

Perilaku

hand hygiene

dengan

handrub

Kegiatan/tindakan responden terkait

penerapan hand hygiene dengan handrub

sesuai prosedur di tempat kerjanya

Pengisian

lembar

observasi oleh

peneliti

Lembar

observasi

1. Baik, jika skor jawaban >4,75

(median)

0. Kurang, jika skor jawaban

4,75 (median)

Ordinal

2. Usia Lamanya waktu hidup responden dihitung

mulai dari tanggal lahir sampai ulang

tahun terakhir saat penelitian dilakukan

Pengisian

kuesioner oleh

responden

Kuesioner 1. Usia dewasa awal (18-40)

(Damanik, 2012)

2. Usia dewasa madya (> 40)

(Damanik, 2012)

Ordinal

3. Tingkat

pendidikan

Pendidikan formal terakhir yang

dijalankan oleh responden

Pengisian

kuesioner oleh

responden

Kuesioner 1. Menengah

2. Tinggi

Ordinal

4. Masa kerja Lamanya responden telah bekerja

dihitung dari pertama kali bekerja hingga

Pengisian

kuesioner oleh

Kuesioner 1. < 2 tahun (Damanik, 2012)

2. ≥ 2 tahun (Damanik, 2012)

Ordinal

Page 62: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

43

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala

penelitian dilakukan responden

5. Pengetahuan

tentang hand

hygiene

Hal yang diketahui dan dipahami

responden mengenai hand hygiene

Pengisian

kuesioner oleh

responden

Kuesioner 1. Baik, jika skor jawaban >34

(median)

0. Kurang, jika skor jawaban

34 (median)

Ordinal

6. Sikap

tentang hand

hygiene

Ungkapan perasaan, keyakinan, dan

kecenderungan responden untuk

melakukan suatu tindakan dalam

penerapan hand hygiene

Pengisian

kuesioner oleh

responden

Kuesioner 1. Positif, jika skor jawaban

>62,5 (median)

0. Negatif, jika skor jawaban

62,5 (median)

Ordinal

7. Persepsi

tentang hand

hygiene

Pendapat/pandangan responden tentang

penerapan hand hygiene

Pengisian

kuesioner oleh

responden

Kuesioner 1. Positif, jika skor jawaban >39

(median)

0. Negatif, jika skor jawaban

39 (median)

Ordinal

8. Fasilitas Ketersediaan fasilitas pendukung yang

dibutuhkan responden dalam menerapkan

hand hygiene

Pengisian

kuesioner oleh

responden

Kuesioner 1. Tersedia, jika skor jawaban

>11 (median)

0. Tidak tersedia, jika skor

jawaban 11 (median)

Ordinal

9. Pelatihan

Kegiatan yang pernah dilakukan oleh

responden untuk menambah keterampilan

dan pengetahuan terkait hand hygiene

Pengisian

kuesioner oleh

responden

Kuesioner 1. Ya

0. Tidak

Ordinal

10. Pengawasan Kegiatan pemantauan yang dilakukan

oleh pihak PPIRS atau kepala ruang

terhadap responden terkait penerapan

hand hygiene

Pengisian

kuesioner oleh

responden

Kuesioner 1.Ya, jika skor jawaban >7

(median)

0.Tidak, jika skor jawaban 7

(median)

Ordinal

Page 63: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

44

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini merupakan desain

penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu dengan jenis penelitian cross sectional

karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku hand

hygiene dan determinannya pada perawat di ruang rawat inap gedung X

Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y

Jakarta dan dilakukan pada bulan Desember 2016-Februari 2017.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi target dari penelitian ini yaitu perawat di ruang rawat inap

gedung X Rumah Sakit Y Jakarta yang berinteraksi langsung dengan pasien

dan berpotensi sebagai perantara dalam kejadian infeksi rumah sakit.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode probability sampling, yaitu

simple random sampling karena seluruh perawat memiliki potensi yang sama

sebagai perantara kejadian infeksi rumah sakit. Penentuan besar sampel

dihitung dengan menggunakan rumus estimasi proporsi sebagai berikut:

Keterangan:

n = besar sampel

Zα = CI (derajat kepercayaan) 95% (1,96)

p = probabilitas dari penelitian terdahulu

d = presisi/ketepatan = 10%

Page 64: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

45

Berdasarkan rumus perhitungan besar sampel tersebut didapatkan besar

sampel minimal pada penelitian ini yaitu sebanyak 85 responden. Namun,

untuk mencegah terjadinya kekurangan sampel, maka peneliti menambahkan

jumlah sampel sehingga jumlah besar sampel dalam penelitian ini menjadi 94.

Penentuan besar sampel minimal ditentukan berdasarkan hasil perhitungan

besar sampel pada beberapa variabel yang diteliti. Perhitungan besar sampel

menggunakan nilai p variabel independen dari hasil penelitian sebelumnya.

Adapun besar sampel minimal pada tiap-tiap variabel dijelaskan dalam tabel

4.1.

Tabel 4.1 Jumlah Sampel Minimal Tiap Variabel

Variabel Penelitian

Sebelumnya

P N

Pengetahuan Damanik (2012) 0,672 84,67

Sikap Sudrajat (2015) 0,189 58,88

Pengawasan Damanik (2012) 0,155 50,31

4.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

4.4.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data

primer. Metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah

pengisian kuesioner yang diberikan kepada responden, yaitu perawat

yang bertugas di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta.

Kuesioner digunakan untuk memperoleh data mengenai faktor

determinan perilaku perawat dalam penerapan hand hygiene yang

terdiri dari usia, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap,

persepsi, fasilitas, pelatihan, serta pengawasan.

Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan pengisian

lembar observasi kepada perawat yang dilakukan oleh peneliti.

Pengisian lembar observasi ini dilakukan untuk memperoleh data

mengenai perilaku perawat dalam penerapan hand hygiene di tempat

kerjanya.

Page 65: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

46

4.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

lembar kuesioner dan lembar observasi. Lembar kuesioner yang

digunakan berupa daftar pernyataan dengan total 75 pernyataan yang

mencakup nama responden, usia, masa kerja, tingkat pendidikan,

pelatihan, pengetahuan tentang hand hygiene 18 pernyataan, sikap

tentang hand hygiene 23 pernyataan, persepsi tentang hand hygiene 16

pernyataan, fasilitas terkait hand hygiene 5 pernyataan, dan pengawasan

terkait hand hygiene 8 pernyataan. Sementara lembar observasi

digunakan untuk mengukur variabel perilaku hand hygiene sebanyak 18

pernyataan.

4.5 Pengolahan Data

4.5.1 Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka/bilangan atau sebaliknya, yaitu dengan

pengklasifikasian data dengan memberikan kode pada data yang telah

dikumpulkan. Rincian kode masing-masing variabel dijelaskan dalam

tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kode Variabel

Variabel Kode

Identitas responden A1-A3

Usia

Masa kerja

Tingkat Pendidikan

Pelatihan

A4

A5

A6

A7

Pengetahuan tentang hand hygiene B1-B18

Sikap tentang hand hygiene C1-C23

Persepsi tentang hand hygiene D1-D16

Fasilitas terkait hand hygiene E1-E5

Pengawasan terkait hand hygiene F1-F8

Perilaku hand hygiene G1-G18

Page 66: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

47

Perhitungan pada masing-masing variabel dilakukan dengan cara

menjumlah skor pernyataan pada variabel terkait. Kemudian hasil skor

diinterpretasikan ke dalam masing-masing kategori berdasarkan nilai

mean atau median. Penentuan penggunaan nilai mean atau median

dilakukan berdasarkan uji normalitas data, jika data berdistribusi

normal, cut off point yang digunakan adalah mean, sedangkan untuk

data yang tidak berdistribusi normal, cut off point yang digunakan

adalah median. Berikut adalah penjelasan mengenai variabel, skoring,

dan hasil ukur pada penelitian ini:

a. Perilaku hand hygiene

Pada variabel ini, terdapat 18 pernyataan (G1-G18)

dengan dua skala jawaban: ya (1 poin) dan tidak (0 poin).

Sementara hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) baik jika skor

jawaban > 12,75 (median), dan (0) kurang jika skor jawaban

12,75 (median). Perilaku hand hygiene selanjutnya

dikategorikan menjadi penerapan hand hygiene dengan sabun

dan air mengalir, dan penerapan hand hygiene dengan

handrub.

Pada kategori perilaku hand hygiene dengan sabun dan air

mengalir, terdapat 11 pernyataan (G1-G11), sementara untuk

kategori perilaku hand hygiene dengan handrub terdapat 7

pernyataan (G12-G18). Kategori perilaku hand hygiene

tersebut memiliki dua skala jawaban, yaitu ya (1 poin) dan

tidak (0 poin). Untuk kategori perilaku hand hygiene dengan

sabun dan air mengalir, hasil ukurnya yaitu (1) baik jika skor

jawaban > 8 (median), dan (0) kurang jika skor jawaban 8

(median), sedangkan untuk kategori perilaku hand hygiene

dengan handrub, hasil ukurnya yaitu (1) baik jika skor jawaban

> 4,75 (median), dan (0) kurang jika skor jawaban 4,75

(median).

Page 67: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

48

b. Usia

Pada variabel ini, skala jawabannya yaitu dalam satuan

tahun. Kemudian dikategorikan menjadi dua, yaitu usia dewasa

awal (18-40 tahun) dan usia dewasa madya (>40 tahun).

c. Tingkat pendidikan

Pada variabel ini, hasil ukurnya yaitu (1) menengah (DIII

Keperawatan/Akper) dan (2) tinggi (S1 Keperawatan).

d. Masa kerja

Pada variabel ini, skala jawabannya yaitu dalam satuan

tahun. Kemudian dikategorikan menjadi dua, yaitu masa kerja

< 2 tahun dan masa kerja ≥ 2 tahun.

e. Pengetahuan tentang hand hygiene

Pada variabel ini, terdapat 18 pernyataan (B1-B18) dengan

dua skala jawaban: benar (2 poin), dan salah (1 poin).

Sementara hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) baik jika skor

jawaban > 34 (median) dan (0) kurang jika skor jawaban 34

(median).

f. Sikap tentang hand hygiene

Pada variabel ini, terdapat 23 pernyataan (C1-C23) dengan

empat skala jawaban: sangat setuju (3 poin), setuju (2 poin),

tidak setuju (1 poin), dan sangat tidak setuju (0 poin).

Sementara hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) positif jika

skor jawaban > 62,5 (median) dan (0) negatif jika skor

jawaban 62,5 (median).

g. Persepsi tentang hand hygiene

Pada variabel ini, terdapat 16 pernyataan (D1-D16)

dengan empat skala jawaban: sangat setuju (3 poin), setuju (2

poin), tidak setuju (1 poin), dan sangat tidak setuju (0 poin).

Sementara hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) positif jika

skor jawaban > 39 (median) dan (0) negatif jika skor jawaban

39 (median).

Page 68: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

49

h. Fasilitas

Pada variabel ini, terdapat 5 pernyataan (E1-E5) dengan

empat skala jawaban: sangat setuju (3 poin), setuju (2 poin),

tidak setuju (1 poin), dan sangat tidak setuju (0 poin).

Sementara hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) tersedia jika

skor jawaban > 11 (median), dan (0) tidak tersedia jika skor

jawaban 11 (median).

i. Pelatihan

Pada variabel ini, hasil ukurnya yaitu (1) ya dan (0) tidak.

j. Pengawasan

Pada variabel ini, terdapat 8 pernyataan (F1-F8) dengan

dua skala jawaban: ya (1 poin) dan tidak (0 poin). Sementara

hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) ya jika skor jawaban > 7

(median), dan (0) tidak jika skor jawaban 7 (median).

Pada variabel pengetahuan, terdapat dua pernyataan negatif, yaitu

pada kode variabel B7 dan B8, untuk variabel sikap terdapat tiga

pernyataan negatif, yaitu pada kode variabel C1, C4, dan C5, sementara

pada variabel persepsi, terdapat tiga pernyataan negatif, yaitu pada kode

variabel D6, D15, dan D16. Pada variabel fasilitas terdapat satu

pernyataan negatif yaitu dengan kode variabel E1, dan untuk variabel

pengawasan terdapat satu pernyataan negatif yaitu pada kode variabel

F4.

Pernyataan negatif tersebut selanjutnya dalam proses analisis data

akan dilakukan recode sesuai dengan jawaban yang benar, yaitu untuk

variabel pengetahuan, jika responden mengisi jawaban pada kolom

benar akan mendapat skor 1, dan jika mengisi jawaban pada kolom

salah akan mendapat skor 2. Sementara pada variabel sikap, persepsi

dan fasilitas, jika mengisi jawaban pada kolom sangat tidak setuju akan

mendapat skor 3, pada kolom tidak setuju akan mendapat skor 2, pada

kolom setuju akan mendapat skor 1, dan pada kolom sangat setuju akan

mendapat skor 0. Sementara pada variabel pengawasan, jika responden

Page 69: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

50

mengisi jawaban pada kolom ya akan mendapat skor 0, dan jika

mengisi jawaban pada kolom tidak akan mendapat skor 1.

4.5.2 Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

lembar kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah

lengkap, jelas, relevan, dan konsisten, yaitu dengan cara mengukur,

mengurutkan, mengelompokkan dan mengoreksi data yang telah

terkumpul.

4.5.3 Entry

Entry merupakan kegiatan memasukkan data ke dalam program

komputer untuk analisis data setelah semua isian kuesioner terisi penuh

dan benar, dan juga sudah melewati proses pengkodean.

4.5.4 Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah di entry, bertujuan untuk mengetahui apakah ada data yang

belum di entry atau ada kesalahan saat mengentry data.

4.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

univariat, karena sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu memberikan

gambaran perilaku hand hygiene dan determinannya pada perawat di ruang

rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017, di mana variabel-

variabel yang diteliti yaitu usia, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan,

sikap dan persepsi tentang hand hygiene serta fasilitas, pengawasan,

pelatihan, dan perilaku hand hygiene.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Data

A. Uji Validitas Data

Uji validitas data merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen yang digunakan dalam sebuah

Page 70: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

51

penelitian (Ambasari, 2013). Suatu instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat.

Uji validitas pada variabel dengan jenis pernyataan skala likert

(variabel sikap, persepsi, dan fasilitas) dapat dilakukan dengan

membandingkan nilai korelasi atau r hitung variabel dengan r tabel. Jika r

hitung > r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan valid. Sementara jika r

hitung < r tabel maka variabel tersebut dinyatakan tidak valid. Nilai r tabel

yang digunakan untuk uji validitas penelitian ini yaitu 0,3388 dengan

jumlah sampel 34 orang. Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner

penelitian ini, didapatkan dari 44 pernyataan pada kuesioner terdapat 12

pernyataan yang tidak valid (empat pernyataan pada variabel sikap dan

delapan pernyataan pada variabel persepsi), kemudian pernyataan yang

tidak valid tersebut dilakukan modifikasi pernyataan sehingga pernyataan

dapat lebih mudah dipahami.

Uji validitas pada variabel dengan jenis pernyataan skala guttman

(variabel pengetahuan, pengawasan, dan pelatihan) dilakukan dengan

validitas isi. Validitas isi ini dilakukan dengan melihat tanggapan

responden saat menjawab kuesioner. Kuesioner dinyatakan valid apabila

responden dapat langsung menjawab dan memahami maksud pernyataan

kuesioner, juga durasi waktu responden dalam menjawab kuesioner sesuai

dengan estimasi waktu yang ditetapkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil uji

validitas kuesioner penelitian ini, seluruh pernyataan pada variabel

pengetahuan, pengawasan, dan pelatihan dinyatakan telah valid.

B. Uji Reliabilitas Data

Uji reliabilitas data merupakan suatu uji instrumen yang digunakan

untuk menyatakan tingkat kepercayaan instrumen sehingga dapat

digunakan sebagai alat pengumpul data (Ambasari, 2013). Instrumen yang

sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang

konsisten bila dilakukan berulang kali (Arifin, 2012).

Instrumen dapat dikatakan reliabel jika nilai r hasil (nilai cronbach

alpha) > r tabel. Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diketahui bahwa seluruh

Page 71: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

52

variabel memiliki nilai r hasil > r tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel.

Page 72: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

53

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Y Jakarta

Rumah Sakit Y Jakarta merupakan salah satu rumah sakit kelas A milik

Kementerian Kesehatan RI. Visi rumah sakit ini yaitu menciptakan

pengalaman istimewa untuk semua melalui Academic Health System, dengan

misi yaitu:

1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta

terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

2. Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan lulusan unggul,

berbasis riset dalam rumah sakit bertaraf internasional.

3. Melaksanakan penelitian kedokteran dan penelitian pendidikan

kedokteran bertaraf internasional, lintas disiplin untuk mengatasi dan

mengantisipasi masalah kesehatan di masa depan.

4. Berperan aktif membantu pemerintah pusat dan pemerintah daerah

dalam bidang pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian

kesehatan.

5. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang terintegrasi, efektif,

efisien, dan akuntabel, sehingga terwujud pertumbuhan finansial

serta manajemen yang handal.

Rumah Sakit Y Jakarta ini memiliki 24 departemen, yaitu departemen

medik kesehatan anak, patologi anatomik, medik gigi dan mulut, radiologi,

forensik & medikolegal, rehabilitas medis, medik orthopaedi dan

traumatologi, urologi, ilmu penyakit dalam, medik ilmu bedah, bedah saraf,

akupuntur, THT, neurologi, medik ilmu kesehatan jiwa, farmakologi klinik,

medik anestesi, patologi klinik, medik kebidanan dan kandungan, radioterapi,

kulit dan kelamin, gizi klinik, mata, serta mikrobiologi klinik.

Di rumah sakit ini terdapat pula delapan instalasi pelayanan, yaitu

instalasi gawat darurat, gizi, PKRS, bedah pusat, farmasi, sterilisasi pusat,

administrasi logistik, pelatihan & simulasi klinik (ICTEC), serta 12 unit

pelayanan, di antaranya yaitu unit pelayanan terpadu Kencana,

Page 73: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

54

PKIA Kiara, unit rawat jalan terpadu, unit rawat inap terpadu gedung X, unit

pelayanan jantung terpadu, unit rekam medik dan administrasi rawat inap,

unit admisi, unit pelayanan bedah sehari, unit pelayanan transfusi darah, unit

CEEBM (Center for Clinical Epidemiology & Evidence–Based Medicine),

unit pelayanan laboratorium terpadu, dan unit pelayanan terpadu teknologi

kedokteran sel punca RSY – FKUI.

Salah satu unit pelayanan yang ada di Rumah Sakit Y Jakarta yaitu unit

rawat inap terpadu gedung X. Unit ini merupakan unit rawat inap yang

diresmikan pada tanggal 8 Mei 2008 dengan kapasitas tempat tidur sebanyak

900 tempat tidur dan terdiri dari 169 kamar rawat, menjadikan gedung X

sebagai unit rawat inap terbesar di Indonesia dengan sasaran pasar terbesar

yaitu pasien Jaminan Kesehatan Nasional.

Pelayanan rawat inap yang diterapkan di gedung X ini meliputi:

a. Inpatient services, termasuk di antaranya yaitu ruang rawat dewasa

(obstetri dan ginekologi, bedah termasuk transpalant hati dan ginjal,

penyakit dalam, THT, kulit dan kelamin, isolasi imunitas menurun,

isolasi airborne disease, neurologi, bedah saraf, dan ruang stroke)

dan ruang rawat anak.

b. Ruang rawat High Care Unit, termasuk di antaranya ruang rawat

high care unit dewasa dan ruang rawat high care unit bedah saraf

post operasi (BSPO).

c. Penunjang aktif proses inti unit kerja pelayanan yaitu pelayanan

farmasi, gizi, dan patologi klinik.

Gedung X terdiri dari 8 lantai dengan masing-masing pembagian lokasi

ruangan di tiap lantai adalah sebagai berikut:

a. Lantai 1: lobi utama (ruang kasir dan penjamin, ruang discharge

planner), zona A (ruang rawat anak) dan zona B (ruang rawat khusus

VVIP).

b. Lantai 2: zona A (ruang rawat transisi anak, onkologi obsgin) dan

zona B (ruang kemoterapi obsgin, ruang rawat ginekologi, ruang

rawat gabung, ruang rawat kangoroo mother care).

c. Lantai 3: ruang rawat VVIP, VIP, kelas 1, dan ruang kemoterapi.

Page 74: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

55

d. Lantai 4: ruang rawat bedah, ruang rawat ortopedi, ruang rawat

urologi, ruang rawat fast track.

e. Lantai 5: ruang rawat neurologi, ruang rawat bedah saraf, ruang high

care unit bedah saraf post operasi (BSPO), ruang rawat stroke unit.

f. Lantai 6: ruang rawat High Care Unit (HCU), ruang rawat kardiologi,

ruang rawat kelas 1.

g. Lantai 7: ruang rawat IPD, ruang rawat dermatologi dan venerologi,

dan ruang rawat THT.

h. Lantai 8: ruang rawat hematoonkologi medik IPD, dan ruang rawat

geriatri.

Ruang rawat di gedung X ini dibedakan menjadi empat kelas berdasarkan

fasilitas yang disediakan di tiap-tiap ruang rawat, yaitu:

a. Fasilitas kelas 3 (6 tempat tidur/kamar) dengan rincian fasilitas yaitu

AC, penerangan yang cukup, gordyn penyekat, nurse call, kamar

mandi di dalam+shower, bed side cabinet, over bed table, outlet

oxygen dan suction dinding, wastafel, tempat sampah infeksius dan

non infeksius.

b. Fasilitas kelas 1 (4 tempat tidur/kamar) dengan rincian fasilitas yaitu

AC, penerangan yang cukup, gordyn penyekat, nurse call, kamar

mandi di dalam+shower, bed side cabinet, over bed table, outlet

oxygen dan suction dinding, wastafel, tempat sampah infeksius dan

non infeksius, dan televisi.

c. Fasilitas kelas VIP (2 tempat tidur/kamar) dengan rincian fasilitas

yaitu AC, penerangan yang cukup, gordyn penyekat, nurse call,

kamar mandi di dalam+shower, bed side cabinet, over bed table,

outlet oxygen dan suction dinding, wastafel, tempat sampah infeksius

dan non infeksius, televisi, dispenser, dan kulkas.

d. Fasilitas kelas VVIP (1 tempat tidur/kamar) dengan rincian fasilitas

yaitu AC, penerangan yang cukup, gordyn privasi, nurse call, kamar

mandi di dalam+shower, bed side cabinet, over bed table, outlet

oxygen dan suction dinding, wastafel, tempat sampah infeksius dan

Page 75: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

56

non infeksius, televisi kabel indovision, dispenser, kulkas, dan sofa

bed.

Kepatuhan penerapan hand hygiene pada perawat di gedung X

merupakan tanggung jawab dari bagian Komite PPIRS. Dalam pelaksanaan

penerapan hand hygiene tersebut guna memenuhi angka kepatuhan yang telah

ditentukan oleh Komite PPIRS, fasilitas pendukung penerapan hand hygiene

telah disediakan di gedung X. Untuk penerapan hand hygiene dengan sabun

dan air mengalir, disediakan sebanyak 201 wastafel beserta sabun dan tissue

yang berada di tiap nurse station dan kamar rawat pasien. Sementara

penyediaan fasilitas handrub yaitu sebanyak 1101 handrub yang berada di

tiap nurse station, samping pintu kamar rawat pasien, dan ujung tempat tidur

rawat pasien.

5.2 Gambaran Perilaku Hand Hygiene Perawat

Gambaran perilaku hand hygiene pada perawat didapatkan berdasarkan

hasil observasi oleh peneliti. Hasil distribusi frekuensi perilaku penerapan

hand hygiene perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta

tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.1 dan tabel 5.2.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap

Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017

Variabel Mean Median Min – Max Std. Deviasi

Perilaku Hand

Hygiene 12,91 12,75 9,5-16 1,339

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kategori Perilaku Hand Hygiene pada Perawat di Ruang

Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017

Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Perilaku Hand Hygiene Baik 42 44,7

Kurang 52 55,3

Perilaku Hand Hygiene

dengan Sabun dan Air

Mengalir pada Perawat

Baik 36 38,3

Kurang 58 61,7

Perilaku Hand Hygiene

dengan Handrub pada

Perawat

Baik 40 42,6

Kurang 54 57,4

Total 94 100

Page 76: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

57

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa rata-rata perilaku hand hygiene

perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta yaitu 12,91,

dengan nilai median sebesar 12,75 dan nilai standar deviasi sebesar 1,339.

Diketahui pula bahwa skor terendah perilaku penerapan hand hygiene

perawat yaitu 9,5 dan skor tertinggi yaitu 16.

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa perilaku hand hygiene perawat

yang baik yaitu sebanyak 42 (44,7%) perawat, sedangkan perilaku yang

kurang sebanyak 52 (55,3%) perawat. Berdasarkan kategori perilaku

penerapan hand hygiene, perawat yang memiliki perilaku hand hygiene

dengan sabun dan air mengalir yang baik sebanyak 36 (38,3%) perawat,

sedangkan perilaku yang kurang sebanyak 58 (61,7%) perawat. Sementara

perawat yang memiliki perilaku hand hygiene dengan handrub yang baik

sebanyak 40 (42,6%) perawat, dan perilaku yang kurang sebanyak 54 (57,4%)

perawat.

5.3 Gambaran Determinan Perilaku Hand Hygiene Perawat

Pada penelitian ini, determinan perilaku hand hygiene pada perawat

yang diteliti di antaranya yaitu usia, tingkat pendidikan, masa kerja,

pengetahuan, sikap, persepsi, fasilitas, pelatihan, dan pengawasan. Hasil

distribusi determinan tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Determinan Perilaku Hand Hygiene pada Perawat di Ruang

Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017

No Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Usia

Dewasa Madya 29 30,9

Dewasa Awal 65 69,1

2. Tingkat Pendidikan

Tinggi 12 12,8

Menengah 82 87,2

3. Masa Kerja

≥ 2 Tahun 79 84

< 2 Tahun 15 16

4. Pengetahuan

Baik 20 21,3

Kurang 74 78,7

5. Sikap

Positif 47 50

Negatif 47 50

6. Persepsi

Positif 45 47,9

Negatif 49 52,1

7. Fasilitas Tersedia 37 39,4

Page 77: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

58

No Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Tersedia 57 60,6

8. Pelatihan

Ya 93 98,9

Tidak 1 1,1

9. Pengawasan

Ya 6 6,4

Tidak 88 93,6

Total 94 100

1. Gambaran Usia Perawat

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa perawat dengan usia

dewasa awal (18-40 tahun) yaitu sebanyak 65 (69,1%) perawat, sedangkan

perawat dengan usia dewasa madya (≥ 40 tahun) yaitu sebanyak 29

(30,9%) perawat.

2. Gambaran Tingkat Pendidikan Perawat

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa perawat dengan

tingkat pendidikan menengah (D3 Keperawatan atau Akper) yaitu

sebanyak 82 (87,2%) perawat, sedangkan perawat dengan tingkat

pendidikan tinggi (S1 Keperawatan) yaitu sebanyak 12 (12,8%) perawat.

3. Gambaran Masa Kerja Perawat

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa perawat dengan masa

kerja < 2 tahun yaitu sebanyak 15 (16%) perawat, sedangkan perawat

dengan masa kerja ≥ 2 tahun yaitu sebanyak 79 (84%) perawat.

4. Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa perawat dengan

tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 20 (21,3%) perawat,

sedangkan perawat dengan tingkat pengetahuan yang kurang yaitu

sebanyak 74 (78,7%) perawat.

5. Gambaran Sikap Perawat tentang Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa perawat dengan

sikap positif dan negatif terhadap penerapan hand hygiene memiliki hasil

yang sama, yaitu sebanyak 47 (50%) perawat.

Page 78: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

59

6. Gambaran Persepsi Perawat tentang Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa perawat yang

memiliki persepsi positif terhadap penerapan hand hygiene yaitu sebanyak

45 (47,9%) perawat, sedangkan perawat yang memiliki persepsi negatif

terhadap penerapan hand hygiene yaitu sebanyak 49 (52,1%) perawat.

7. Gambaran Fasilitas terkait Penerapan Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa ketersediaan fasilitas

pendukung penerapan hand hygiene dinyatakan tersedia oleh sebanyak 37

(39,4%) perawat, sedangkan ketersediaan fasilitas pendukung penerapan

hand hygiene dinyatakan tidak tersedia oleh sebanyak 57 (60,6%) perawat.

8. Gambaran Pelatihan terkait Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa sebanyak 93 (98,9%)

perawat telah mendapatkan pelatihan terkait hand hygiene di tempat

kerjanya, sedangkan 1 (1,1%) perawat belum pernah mendapatkan

pelatihan terkait hand hygiene di tempat kerjanya.

9. Gambaran Pengawasan terkait Penerapan Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa sebanyak 6 (6,4%)

perawat menyatakan adanya pengawasan terkait penerapan hand hygiene

di tempat kerjanya, sedangkan sebanyak 88 (93,6%) perawat menyatakan

tidak adanya pengawasan terkait penerapan hand hygiene di tempat

kerjanya.

5.4 Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Faktor Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap

Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017

Perilaku hand hygiene dengan sabun dan air mengalir merupakan

kegiatan/tindakan perawat terkait penerapan hand hygiene dengan

menggunakan sabun dan air mengalir sesuai pada prosedur yang ada di

tempat kerjanya. Faktor determinan pada perilaku penerapan hand hygiene ini

yaitu usia, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, persepsi,

Page 79: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

60

fasilitas, pelatihan, dan pengawasan terkait penerapan hand hygiene. Hasil

distribusi perilaku hand hygiene dengan sabun dan air mengalir berdasarkan

faktor determinannya tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Faktor Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah

Sakit Y Jakarta Tahun 2017

No. Variabel Kategori

Perilaku Hand Hygiene dengan

Sabun dan Air Mengalir

Baik Kurang

N % N %

1. Usia Dewasa Madya 15 41,7 14 24,1

Dewasa Awal 21 58,3 44 75,9

2. Tingkat

Pendidikan

Tinggi 8 22,2 4 6,9

Menengah 28 77,8 54 93,1

3. Masa Kerja ≥ 2 Tahun 29 80,6 50 86,2

< 2 Tahun 7 19,4 8 13,8

4. Pengetahuan Baik 4 11,1 16 27,6

Kurang 32 88,9 42 72,4

5. Sikap Positif 19 52,8 28 48,3

Negatif 17 47,2 30 51,7

6. Persepsi Positif 16 44,4 29 50

Negatif 20 55,6 29 50

7. Fasilitas Tersedia 15 41,7 22 37,9

Tidak Tersedia 21 58,3 36 62,1

8. Pelatihan Ya 35 97,2 58 100

Tidak 1 2,8 0 0

9. Pengawasan Ya 2 5,6 4 6,9

Tidak 34 94,4 54 93,1

Page 80: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

61

1. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Usia Perawat

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa perawat dengan usia

dewasa madya (≥ 40 tahun) yang memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 15

(41,7%) perawat, sedangkan perawat dengan usia dewasa awal (18-40

tahun) yang memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 21 (58,3%) perawat.

2. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Perawat

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa perawat dengan

tingkat pendidikan tinggi (S1 Keperawatan) yang memiliki perilaku baik

yaitu sebanyak 8 (22,2%) perawat, sedangkan perawat dengan tingkat

pendidikan menengah (D3 Keperawatan atau Akper) yang memiliki

perilaku baik yaitu sebanyak 28 (77,8%) perawat.

3. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Masa Kerja Perawat

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa perawat dengan masa

kerja ≥ 2 tahun yang memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 29 (80,6%)

perawat, sedangkan perawat dengan masa kerja < 2 tahun yang memiliki

perilaku baik yaitu sebanyak 7 (19,4%) perawat.

4. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Pengetahuan Perawat tentang Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa perawat dengan

tingkat pengetahuan yang baik dan memiliki perilaku baik yaitu sebanyak

4 (11,1%) perawat, sedangkan perawat dengan tingkat pengetahuan yang

kurang dan memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 32 (88,9%) perawat.

5. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Sikap Perawat tentang Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa perawat dengan

sikap positif terhadap penerapan hand hygiene dan memiliki perilaku baik

Page 81: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

62

yaitu sebanyak 19 (52,8%) perawat, sedangkan perawat dengan sikap

negatif terhadap penerapan hand hygiene dan memiliki perilaku baik yaitu

sebanyak 17 (47,2%) perawat.

6. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Persepsi Perawat tentang Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa perawat yang

memiliki persepsi positif terhadap penerapan hand hygiene dan memiliki

perilaku baik yaitu sebanyak 16 (44,4%) perawat, sedangkan perawat yang

memiliki persepsi negatif terhadap penerapan hand hygiene dan memiliki

perilaku baik yaitu sebanyak 20 (55,6%) perawat.

7. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Fasilitas terkait Penerapan Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa perawat yang

menyatakan ketersediaan fasilitas pendukung penerapan hand hygiene

tersedia dan memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 15 (41,7%) perawat,

sedangkan perawat yang menyatakan ketersediaan fasilitas pendukung

penerapan hand hygiene tidak tersedia dan memiliki perilaku baik yaitu

sebanyak 21 (58,3%) perawat.

8. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Pelatihan terkait Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa sebanyak 35 (97,2%)

perawat yang telah mendapatkan pelatihan terkait hand hygiene di tempat

kerjanya memiliki perilaku baik, sedangkan 1 (2,8%) perawat yang belum

pernah mendapatkan pelatihan terkait hand hygiene di tempat kerjanya

memiliki perilaku baik.

9. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir

Berdasarkan Pengawasan terkait Penerapan Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa sebanyak 2 (5,6%)

perawat yang menyatakan adanya pengawasan terkait penerapan hand

hygiene di tempat kerjanya memiliki perilaku yang baik, sedangkan

Page 82: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

63

sebanyak 34 (94,4%) perawat yang menyatakan tidak adanya pengawasan

terkait penerapan hand hygiene di tempat kerjanya memiliki perilaku yang

baik.

5.5 Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan Faktor

Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit

Y Jakarta Tahun 2017

Perilaku hand hygiene dengan handrub merupakan kegiatan/tindakan

perawat terkait penerapan hand hygiene dengan menggunakan handrub

antiseptik sesuai pada prosedur yang ada di tempat kerjanya. Faktor

determinan pada perilaku penerapan hand hygiene ini yaitu usia, tingkat

pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, persepsi, fasilitas, pelatihan, dan

pengawasan terkait penerapan hand hygiene. Hasil distribusi perilaku hand

hygiene dengan handrub berdasarkan faktor determinannya tersebut dapat

dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan Faktor

Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta

Tahun 2017

No. Variabel Kategori

Perilaku Hand Hygiene dengan

Handrub

Baik Kurang

N % N %

1. Usia Dewasa Madya 13 32,5 16 29,6

Dewasa Awal 27 67,5 38 70,4

2. Tingkat

Pendidikan

Tinggi 8 20 4 7,4

Menengah 32 80 50 92,6

3. Masa Kerja ≥ 2 Tahun 35 87,5 44 81,5

< 2 Tahun 5 12,5 10 18,5

4. Pengetahuan Baik 9 22,5 11 20,4

Kurang 31 77,5 43 79,6

5. Sikap Positif 20 50 27 50

Page 83: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

64

No. Variabel Kategori

Perilaku Hand Hygiene dengan

Handrub

Baik Kurang

N % N %

Negatif 20 50 27 50

6. Persepsi Positif 17 42,7 28 51,9

Negatif 23 57,5 26 48,1

7. Fasilitas Tersedia 15 37,5 22 40,7

Tidak Tersedia 25 62,5 32 59,3

8. Pelatihan Ya 39 97,5 54 100

Tidak 1 2,5 0 0

9. Pengawasan Ya 4 10 2 3,7

Tidak 36 90 52 96,3

1. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan

Usia Perawat

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa perawat dengan usia

dewasa madya (≥ 40 tahun) yang memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 13

(32,5%) perawat, sedangkan perawat dengan usia dewasa awal (18-40

tahun) yang memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 27 (67,5%) perawat.

2. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Perawat

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa perawat dengan

tingkat pendidikan tinggi (S1 Keperawatan) yang memiliki perilaku baik

yaitu sebanyak 8 (20%) perawat, sedangkan perawat dengan tingkat

pendidikan menengah (D3 Keperawatan atau Akper) yang memiliki

perilaku baik yaitu sebanyak 32 (80%) perawat.

Page 84: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

65

3. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan

Masa Kerja Perawat

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa perawat dengan masa

kerja ≥ 2 tahun yang memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 35 (87,5%)

perawat, sedangkan perawat dengan masa kerja < 2 tahun yang memiliki

perilaku baik yaitu sebanyak 5 (12,5%) perawat.

4. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan

Pengetahuan Perawat tentang Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa perawat dengan

tingkat pengetahuan yang baik dan memiliki perilaku baik yaitu sebanyak

9 (22,5%) perawat, sedangkan perawat dengan tingkat pengetahuan yang

kurang dan memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 31 (77,5%) perawat.

5. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan

Sikap Perawat tentang Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa perawat dengan

sikap positif terhadap penerapan hand hygiene dan memiliki perilaku baik

yaitu sebanyak 20 (50%) perawat, begitu pula pada perawat dengan sikap

negatif terhadap penerapan hand hygiene dan memiliki perilaku baik yaitu

sebanyak 20 (50%) perawat.

6. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan

Persepsi Perawat tentang Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa perawat yang

memiliki persepsi positif terhadap penerapan hand hygiene dan memiliki

perilaku baik yaitu sebanyak 17 (42,7%) perawat, sedangkan perawat yang

memiliki persepsi negatif terhadap penerapan hand hygiene dan memiliki

perilaku baik yaitu sebanyak 23 (57,5%) perawat.

7. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan

Fasilitas terkait Penerapan Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa perawat yang

menyatakan ketersediaan fasilitas pendukung penerapan hand hygiene

Page 85: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

66

tersedia dan memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 15 (37,5%) perawat,

sedangkan perawat yang menyatakan ketersediaan fasilitas pendukung

penerapan hand hygiene tidak tersedia dan memiliki perilaku baik yaitu

sebanyak 25 (62,5%) perawat.

8. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan

Pelatihan terkait Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa sebanyak 39 (97,5%)

perawat yang telah mendapatkan pelatihan terkait hand hygiene di tempat

kerjanya memiliki perilaku baik, sedangkan 1 (2,5%) perawat yang belum

pernah mendapatkan pelatihan terkait hand hygiene di tempat kerjanya

memiliki perilaku baik.

9. Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan

Pengawasan terkait Penerapan Hand Hygiene

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa sebanyak 4 (10%)

perawat yang menyatakan adanya pengawasan terkait penerapan hand

hygiene di tempat kerjanya memiliki perilaku yang baik, sedangkan

sebanyak 36 (90%) perawat yang menyatakan tidak adanya pengawasan

terkait penerapan hand hygiene di tempat kerjanya memiliki perilaku yang

baik.

Page 86: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

67

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian. Adapun keterbatasan penelitian ini, yaitu:

1. Distribusi kuesioner di beberapa unit pelayanan rawat inap tidak

dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada responden sehingga

kurang maksimal dalam proses penyampaian tujuan penelitian dan

dikhawatirkan terdapat bias informasi pada saat pengisian

kuesioner.

2. Pelaksanaan observasi di sebagian besar unit pelayanan rawat inap

dilakukan hanya saat perawat berada di nurse station, yaitu

sebelum dan setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak

dengan lingkungan sekitar pasien, sehingga observasi tidak dapat

dilakukan saat sebelum perawat melakukan tindakan asepsis dan

setelah terkena cairan tubuh pasien.

6.2 Perilaku Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X

Rumah Sakit Y Jakarta

Kejadian infeksi rumah sakit merupakan salah satu indikator mutu dari

suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Tingginya angka kejadian infeksi rumah

sakit dapat menurunkan citra dan mutu pelayanan rumah sakit, sehingga

pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit sangatlah penting untuk

dilakukan guna meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit

maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit dapat dilakukan

dengan menerapkan kewaspadaan standar yang tidak terlepas dari peran

masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pimpinan, staf

administrasi, pemberi pelayanan kesehatan, maupun pengguna jasa termasuk

pasien dan pengunjung. Pemberi pelayanan kesehatan, khususnya perawat,

tentu memiliki peran yang penting terhadap pencegahan dan pengendalian

Page 87: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

68

infeksi karena perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang

berhubungan langsung dengan pasien dan bahan infeksius di ruang rawat

(Darmadi, 2008).

Perilaku perawat dalam menerapkan pencegahan dan pengendalian

infeksi rumah sakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti yang

disebutkan dalam teori Green (1980) bahwa faktor-faktor pembentuk perilaku

antara lain faktor predisposisi (karakteristik individu, pengetahuan, sikap,

persepsi, keyakinan, nilai-nilai, tradisi), faktor pemungkin (fasilitas,

pelatihan), dan faktor penguat (peraturan perundang-undangan, pengawasan).

Hand hygiene merupakan salah satu hal penting dalam mencegah dan

mengendalikan penyebaran infeksi rumah sakit dengan cara menghilangkan

semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme

pada kulit yang diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan

(Kemenkes RI, 2011). Hand hygiene atau kebersihan tangan dilakukan baik

sebelum maupun sesudah perawat melakukan tindakan perawatan sehingga

kemungkinan terjadinya perpindahan mikroorganisme melalui tangan dapat

diantisipasi.

Kepatuhan perawat dalam menerapkan hand hygiene besar peranannya

dalam menekan kejadian infeksi rumah sakit. Angka kepatuhan perawat yang

didapatkan dari komite PPIRS dalam menerapkan hand hygiene di Gedung X

Rumah Sakit Y Jakarta masih berada di bawah target yang telah ditetapkan (≥

85%), yaitu sebesar 83,4% sehingga berpengaruh pula pada masih tingginya

angka kejadian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Y Jakarta. Rendahnya

kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene dapat menggambarkan

bagaimana perilaku perawat dalam menerapkan hand hygiene di lingkungan

kerjanya.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa masih banyak perawat

yang memiliki perilaku kurang dalam penerapan hand hygiene yaitu sebanyak

52 perawat (55,3%). Sementara itu, berdasarkan jenisnya, perilaku hand

hygiene dibagi menjadi dua, yaitu hand hygiene dengan sabun dan air

mengalir, dan hand hygiene dengan menggunakan handrub. Perilaku perawat

yang kurang masih ditunjukkan dalam penerapan dari kedua jenis hand

Page 88: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

69

hygiene tersebut, di mana untuk perilaku hand hygiene dengan sabun dan air

mengalir persentase kategori kurang yang didapatkan sebesar 61,7% (58

perawat), sedangkan perilaku hand hygiene dengan handrub yaitu sebesar

57,4% (54 perawat). Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa masih

banyak perawat yang memiliki perilaku kurang dalam penerapan hand

hygiene, bahkan hasilnya masih jauh berada di bawah angka kepatuhan yang

dilaporkan oleh komite PPIRS, sehingga hal ini dapat menjadi faktor

penyebab masih tingginya angka kejadian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit

Y Jakarta.

Rendahnya perilaku hand hygiene menurut Maryanti (2014) dapat

disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kebersihan

tangan di kalangan petugas kesehatan, khususnya perawat, kurangnya

kewaspadaan terhadap risiko yang dapat terjadi selama proses perawatan

pasien, salahnya pemahaman petugas kesehatan mengenai hal-hal seperti

penggunaan sarung tangan yang dapat menggantikan tindakan cuci tangan,

tidak tersedianya fasilitas penunjang pelaksanaan hand hygiene, serta

kurangnya peran pihak tertentu seperti rekan sejawat dan atasan terhadap

pelaksanaan hand hygiene.

Ambasari (2013) menyatakan bahwa hand hygiene merupakan pilar dari

pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga bila tidak dilakukan

menyebabkan terjadinya perpindahan mikroorganisme dari manusia ke

manusia atau ke benda. Dari hasil wawancaranya dengan ketua komite

pencegahan dan pengendalian infeksi RSUD Al Ihsan pada awal tahun 2013

didapatkan informasi bahwa sebenarnya tidak mudah bagi perawat di ruangan

menerapkan kewaspadaan standar, alasannya adalah kurangnya kesadaran diri

petugas kesehatan dalam melakukan cuci tangan, terutama lima momen dan

sarana handrub dan hand wash yang tidak merata, di mana idealnya adalah

satu kamar pasien ada satu handrub/hand wash.

Dalam penelitian Khoidrudin (2009) juga didapatkan mayoritas perawat

(60%) belum melakukan tindakan pencegahan dengan baik. Hal ini

menunjukan bahwa perawat belum mampu melakukan hal yang berkaitan

dengan keselamatan dan keamanan kerja di rumah sakit, padahal salah satu

Page 89: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

70

upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah dengan

memprioritaskan pengendalian infeksi.

Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat

adanya rangsangan (stimulus) baik dari dalam dirinya sendiri (internal)

maupun dari luar individu (eksternal). Salah satu rangsangan pembentuk

perilaku dari internal adalah pemahaman manfaat tindakan hand hygiene itu

sendiri, di mana pemahaman manfaat ini dapat menimbulkan penguatan yang

positif ataupun negatif dalam melakukan praktik hand hygiene di area

pelayanan kesehatan. Selain itu, perasaan terampil dan mampu melakukan

hand hygiene juga turut mendorong perawat untuk melakukan praktik hand

hygiene lebih sering (Setiawati, 2009).

Pada hasil penelitian ini, diketahui bahwa perawat paling banyak

memiliki perilaku kurang pada jenis hand hygiene dengan sabun dan air

mengalir dibandingkan jenis hand hygiene dengan handrub. Hal ini

disebabkan karena letak fasilitas wastafel yang terbatas, yaitu hanya ada pada

nurse station dan dekat toilet pasien sehingga lebih banyak perawat yang

memilih melakukan hand hygiene dengan handrub karena fasilitas handrub

yang disediakan lebih terjangkau.

Pada beberapa praktik hand hygiene juga masih ditemukan beberapa

perawat yang melakukan cuci tangan belum memenuhi standar waktu yang

direkomendasikan. Walaupun waktu yang digunakan masih kurang, namun

perawat meyakini bahwa mereka sudah mencuci tangan dengan hati-hati.

Kondisi ini dapat ditemukan pada area yang tingkat ketergantungan pasiennya

tinggi sehingga dalam bekerja perawat memiliki kesibukan yang tinggi pula.

Walau demikian, pada prinsipnya jika mencuci tangan dengan cepat tidak

akan mempunyai dampak yang signifikan dalam membersihkan flora

sementara, sehingga perilaku tersebut pada akhirnya tetap saja akan

menyebabkan terjadinya infeksi rumah sakit terus meningkat (Setiawati,

2009). Perilaku ketaatan terhadap hand hygiene dari perawat ini diharapkan

dapat membuat perubahan pada diri perawat itu sendiri agar senantiasa

mempertahankan dan meningkatkan perilaku hand hygiene sebagaimana

Page 90: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

71

mestinya, sehingga hasil akhirnya dapat menurunkan angka kejadian infeksi

di rumah sakit.

Berdasarkan masih rendahnya perilaku perawat, baik pada hand

hygiene dengan sabun dan air mengalir maupun dengan handrub, maka perlu

adanya penanganan terkait hal tersebut. Perilaku timbul karena adanya suatu

rangsangan internal dan eksternal. Rangsangan internal maupun eksternal

dipengaruhi oleh pemahaman manfaat serta perasaan terampil dan mampu

dalam melakukan tindakan hand hygiene. Untuk memberikan pemahaman

manfaat yang positif terhadap perilaku hand hygiene dan meningkatkan

keterampilan serta kemampuan perawat dalam menerapkan hand hygiene

perlu adanya kontribusi dari pihak manajemen serta rekan sesama perawat di

lingkungan perawat itu sendiri.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman manfaat

yang positif, keterampilan serta kemampuan perawat dalam menerapkan hand

hygiene adalah melalui diskusi kelompok maupun penyebaran informasi antar

rekan sejawat terkait hand hygiene melalui media promosi kesehatan seperti

leaflet dan poster. Diskusi kelompok merupakan salah satu bentuk promosi

kesehatan yang memiliki tujuan untuk memperluas pandangan seseorang

terhadap suatu topik, di mana tiap-tiap orang memiliki kesempatan untuk

saling mengemukakan pendapat secara demokratis (Maulana, 2009).

Diskusi kelompok, khususnya terkait hand hygiene, dapat dilakukan

dengan menambah agenda pada rapat rutin yang dilakukan di masing-masing

nurse station, penambahan agenda diskusi pada kegiatan rutin yang sudah

dilakukan di rumah sakit akan lebih efektif dibandingkan jika kembali

membuat program diskusi kelompok khusus terkait hand hygiene mengingat

jam kerja dan kesibukan masing-masing perawat setiap harinya.

Selain diskusi kelompok, media lain yang dapat digunakan untuk

menyebar informasi yaitu menggunakan leaflet/brosur dan poster. Leaflet dan

poster merupakan media yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan

melalui tulisan, gambar, maupun kombinasi keduanya (Maulana, 2009).

Teknik ini sering digunakan untuk mencapai sasaran sebanyak mungkin

dalam waktu yang singkat dan mampu mengubah persepsi, sikap, dan

Page 91: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

72

perilaku seseorang dalam waktu yang panjang (Efendi dan Makhfudli, 2009).

Penggunaan media informasi ini bermanfaat untuk mengatasi berbagai

hambatan dalam pemahaman perawat mengenai hand hygiene, selain itu

penggunaannya pun dapat meningkatkan minat perawat sehingga perawat

terangsang untuk meneruskan pesan yang diperolehnya tersebut kepada

perawat lain. Dalam pelaksanaannya diperlukan koordinasi manajemen,

terutama pihak PPIRS dengan kepala perawat yang bertanggung jawab di

tiap-tiap nurse station untuk mengadakan diskusi-diskusi ringan serta

meningkatkan penyebaran informasi terkait penerapan hand hygiene sesuai

dengan standar melalui media leaflet/brosur maupun poster yang khusus

diperuntukkan kepada perawat di nurse station tersebut, mengingat selama ini

di gedung X Rumah Sakit Y penyebaran poster kesehatan hanya difokuskan

kepada pasien dan pengunjung rumah sakit saja.

Pengawasan terhadap kepatuhan perilaku hand hygiene juga penting

untuk dilakukan guna menyadarkan perawat bahwa mereka memiliki

tanggung jawab kepada tiap-tiap pasien yang ada di rumah sakit. Pengawasan

ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan budaya kepatuhan mencuci

tangan, sehingga observasi kepada perawat mengenai kepatuhan dalam hand

hygiene secara rutin dan menyeluruh dapat dijadikan bagian dari program

pencegahan infeksi di rumah sakit. WHO telah menetapkan lima momen yang

harus perawat lakukan dalam menerapkan hand hygiene, yaitu sebelum

kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah berisiko terkena

cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan

lingkungan sekitar pasien. Penerapan kelima momen tersebut dapat dijadikan

standar dalam menetapkan angka kepatuhan hand hygiene perawat (Elizabeth,

2017).

Talbot (2015) menyatakan bahwa angka kepatuhan hand hygiene yang

didapatkan dari hasil observasi dapat dijadikan acuan untuk menentukan area

mana yang perlu untuk ditingkatkan pengawasannya sehingga dapat

mencapai target angka kepatuhan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah

sakit. Angka kepatuhan hand hygiene perawat dapat meningkat jika dalam

lingkungan kerja tersebut memiliki peran pemimpin yang kuat, tim perawat

Page 92: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

73

yang dapat bekerja sama dengan baik, serta komunikasi yang baik antara

pengawas dan perawat pelaksana (Talbot, 2015). Pengawasan terhadap

kepatuhan hand hygiene perawat penting sebagai evaluasi program

pencegahan infeksi di rumah sakit, di mana WHO sendiri telah

merekomendasikan metode observasi secara langsung dengan menggunakan

lima momen hand hygiene (Elizabeth., dkk, 2017).

Hasil observasi pada penelitian ini masih memiliki keterbatasan

mengingat proses pelaksanaannya yang tidak dilakukan hingga pada ruang

rawat pasien, sehingga hasil yang didapatkan belum cukup menggambarkan

perilaku perawat terhadap penerapan hand hygiene langsung pada saat akan

bersentuhan atau melakukan tindakan kepada pasien. Oleh karena itu,

diharapkan pada peneliti selanjutnya kegiatan observasi dapat dilakukan

sesuai dengan lima momen hand hygiene, terutama saat perawat akan

bersentuhan atau memberikan tindakan keperawatan langsung kepada pasien.

6.2.1 Perilaku Hand Hygiene Berdasarkan Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap daya

tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Semakin meningkatnya usia seseorang

diharapkan juga psikologis dan kedewasaannya ikut meningkat sehingga

mampu menunjukkan kematangan dalam berfikir dan bertindak, serta

pengambilan keputusan yang semakin bijak (Septiani, 2016).

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner,

didapatkan bahwa perawat dengan usia dewasa awal lebih banyak dari usia

dewasa madya, yaitu sebesar 69,1% (65 perawat). Pada jenis hand hygiene

dengan sabun dan air mengalir, perilaku kurang lebih banyak dimiliki oleh

perawat dengan usia dewasa awal yaitu sebesar 75,9% (44 perawat), begitu

pula pada jenis hand hygiene dengan handrub, perilaku kurang diperoleh dari

perawat pada usia dewasa awal yaitu sebesar 70,4% (38 perawat). Hal ini

menunjukkan bahwa perawat pada usia dewasa awal cenderung memiliki

perilaku yang kurang dalam melaksanakan hand hygiene.

Page 93: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

74

Hasil penelitian ini didukung dengan pernyataan yang dikemukakan

oleh Pancaningrum (2011), yaitu di mana kematangan individu dengan

pertambahan usia berhubungan erat dengan kemampuan analisis terhadap

permasalahan atau fenomena yang ditemukan. Sehingga hal tersebut

menunjukkan bahwa semakin tinggi usia, semakin mampu menunjukkan

kematangan jiwa dan semakin dapat berpikir rasional, semakin bijaksana,

serta mampu mengendalikan emosi dan semakin terbuka terhadap pandangan

orang lain. Usia juga menentukan kemampuan seseorang untuk bekerja,

termasuk bagaimana orang tersebut merespon stimulus (Handayani, 2014).

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Setiawati (2009) dan Damanik (2012) yang menunjukkan bahwa petugas

kesehatan dengan rentang usia dewasa awal (18-40 tahun) lebih banyak tidak

taat dalam melakukan hand hygiene, sehingga diperoleh bahwa petugas

kesehatan pada rentang usia dewasa madya (>40-60 tahun) mempunyai

peluang 0,94 kali untuk taat melakukan hand hygiene dibandingkan dengan

petugas kesehatan pada rentang usia dewasa awal.

Pada penelitian ini, dari 65 perawat dengan usia dewasa awal

ditemukan sebanyak 44 perawat yang memiliki perilaku kurang pada hand

hygiene jenis sabun dan air mengalir, serta sebanyak 38 perawat pada hand

hygiene jenis handrub. Namun, ditemukan pula perawat dengan usia dewasa

awal yang memiliki perilaku baik terhadap penerapan hand hygiene. Hal ini

dipengaruhi karena perawat dengan usia dewasa awal tersebut memiliki masa

kerja yang lebih lama ( ≥ 2 tahun) dan memiliki persepsi yang positif

terhadap penerapan hand hygiene, terutama pada jenis hand hygiene dengan

sabun dan air mengalir.

Kecenderungan perawat usia dewasa awal memiliki perilaku kurang

dipengaruhi oleh masih rendahnya kesadaran dan kematangan dalam berfikir

dan bertindaknya seorang perawat terhadap penerapan hand hygiene. Robin

(1996 dalam Pancaningrum, 2011) juga menjelaskan bahwa usia yang lebih

muda dianggap memiliki sedikit pengalaman dan keterampilan sehingga tidak

terampil dalam melakukan tindakan pencegahan infeksi rumah sakit.

Page 94: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

75

Oleh karena itu, perlu adanya penanganan terhadap perawat usia

dewasa awal yang memiliki perilaku kurang agar dapat meningkatkan

pengetahuan serta keterampilannya dalam menerapkan hand hygiene, begitu

pula dengan perawat usia dewasa madya yang masih ditemukan memiliki

perilaku kurang dalam penerapan hand hygiene. Program pelatihan dan

pendidikan, termasuk seminar edukasi dan diskusi mengenai hand hygiene,

dapat dilakukan guna meningkatkan pengetahuan serta keterampilan

(Pancaningrum, 2011), sehingga baik itu pada perawat usia dewasa awal

maupun dewasa madya dapat menerapkan hand hygiene sesuai dengan

standar dan terus-menerus dilakukan selama perawat berada di lingkungan

pasien, terutama saat akan melakukan tindakan keperawatan kepada pasien.

6.2.2 Perilaku Hand Hygiene Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan memiliki hubungan yang erat dengan pengetahuan,

di mana diharapkan seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka orang

tersebut akan semakin luas pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Maka dari

itu, seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki kecenderungan

untuk melakukan pekerjaannya secara efektif sesuai dengan keterampilan dan

pengetahuan yang diperolehnya dari masa pendidikan.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perawat dengan tingkat

pendidikan menengah lebih banyak dari perawat dengan tingkat pendidikan

tinggi, yaitu sebesar 87,2% (82 perawat). Pada jenis hand hygiene dengan

sabun dan air mengalir, perilaku kurang diperoleh dari perawat dengan

tingkat pendidikan menengah yaitu sebesar 93,1% (54 perawat). Sedangkan

pada jenis hand hygiene dengan handrub, perilaku kurang juga diperoleh dari

perawat dengan tingkat pendidikan menengah yaitu sebesar 92,6% (50

perawat). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah dapat

mempengaruhi rendahnya perilaku seseorang, dalam hal ini perilaku terkait

hand hygiene.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan yang

dimiliki juga akan semakin banyak serta tidak akan menghambat

perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenalnya

Page 95: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

76

(Nursalam, 2008). Pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam

mengambil keputusan sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

semakin mengerti dan memahami pula tentang suatu ilmu serta akan

berpengaruh pada perilakunya (Setiyawati, 2008). Handojo (2015) juga

menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan dan

penerimaan seseorang terhadap suatu informasi.

Pada penelitian ini, perawat dengan perilaku kurang cenderung

memiliki tingkat pendidikan menengah, baik itu pada hand hygiene jenis

sabun dan air mengalir maupun jenis handrub. Namun, ditemukan pula

perawat dengan tingkat pendidikan menengah yang memiliki perilaku hand

hygiene yang baik, hal ini dikarenakan perawat tersebut memiliki masa kerja

yang lebih lama dan memiliki sikap yang positif terhadap penerapan hand

hygiene.

Oleh karena masih banyaknya perawat dengan tingkat pendidikan

menengah yang memiliki perilaku penerapan hand hygiene yang kurang,

maka perlu adanya peningkatan pemahaman perawat terutama mengenai

hand hygiene melalui kegiatan seminar maupun diskusi antar rekan sejawat.

Seperti yang diungkapkan oleh Widiyatun (1999) bahwa pengetahuan dapat

diperoleh melalui pendidikan formal ataupun informal, di mana salah satunya

adalah melalui seminar edukasi dan diskusi terkait hand hygiene secara rutin.

6.2.3 Perilaku Hand Hygiene Berdasarkan Masa Kerja

Lama kerja seseorang diketahui dapat mempengaruhi perilakunya.

Perawat yang sudah bekerja lebih dari satu tahun cenderung memiliki

perilaku yang baik dibandingkan dengan perawat dengan lama kerja kurang

dari satu tahun (Damanik, 2012). Menurut Saragih dan Rampea (2011) dalam

Ningsih (2013), masa kerja yang lama akan cenderung membuat seseorang

betah dalam sebuah organisasi yang disebabkan karena telah beradaptasi

dengan lingkungan yang cukup lama sehingga akan merasa nyaman dalam

bekerja.

Pancaningrum (2011) juga menjelaskan bahwa semakin sering individu

melakukan suatu pekerjaan yang sama maka akan semakin terampil pula ia

Page 96: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

77

dalam melakukan pekerjaannya. Masa kerja dapat membuat seseorang

memahami tugas-tugas suatu pekerjaan sehingga dapat melaksanakan

pekerjaannya dengan baik, di mana semakin lama ia bekerja maka semakin

banyak pengalamannya dan akan lebih terampil dalam mengerjakan

pekerjaannya (Handoko, 2009).

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perawat dengan masa kerja ≥ 2

tahun lebih banyak dari perawat dengan masa kerja < 2 tahun, yaitu sebesar

84% (79 perawat). Pada jenis hand hygiene dengan sabun dan air mengalir,

perilaku kurang lebih banyak diperoleh dari perawat dengan masa kerja ≥ 2

tahun yaitu sebesar 86,2% (50 perawat). Sedangkan pada jenis hand hygiene

dengan handrub, perilaku kurang juga diperoleh dari perawat dengan masa

kerja ≥ 2 tahun yaitu sebesar 81,5% (44 perawat). Hal ini menunjukkan

bahwa perawat dengan masa kerja ≥ 2 tahun cenderung berperilaku kurang

dalam penerapan hand hygiene.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa

semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin berpengalaman sehingga

tingkat prestasi dan kecakapannya akan semakin tinggi, dan prestasi yang

tinggi tersebut didapat dari perilaku yang baik. Sebagian besar perawat yang

memiliki masa kerja ≥ 2 tahun tersebut cenderung memiliki sikap negatif dan

pengetahuan yang kurang terhadap penerapan hand hygiene. Keterkaitan

antar faktor pembentuk perilaku individu menyebabkan meskipun masa kerja

perawat tersebut lebih lama, tidak menutup kemungkinan ia akan berperilaku

kurang baik, terutama jika pengetahuannya kurang dan sikapnya terhadap

penerapan hand hygiene negatif.

Maka dari itu, baik untuk perawat dengan masa kerja ≥ 2 tahun maupun

perawat dengan masa kerja < 2 tahun perlu untuk melakukan diskusi-diskusi

ringan secara rutin dan berkala terkait hand hygiene sehingga informasi yang

diterima, baik itu yang berasal dari pengetahuan secara umum perawat

maupun dari pelatihan yang telah diikuti, mampu diserap dan dipahami

kembali dengan baik oleh perawat.

Page 97: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

78

6.2.4 Perilaku Hand Hygiene Berdasarkan Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan

pembentuk tindakan seseorang, sementara Setiawati (2009) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pencegahan infeksi rumah sakit.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perawat dengan tingkat

pengetahuan kurang lebih banyak dari perawat dengan tingkat pengetahuan

baik, yaitu sebesar 78,7% (74 perawat). Pada jenis hand hygiene dengan

sabun dan air mengalir, perilaku kurang baik lebih banyak diperoleh dari

perawat dengan tingkat pengetahuan kurang yaitu sebesar 72,4% (42

perawat). Sedangkan pada jenis hand hygiene dengan handrub, perilaku

kurang juga diperoleh dari perawat dengan tingkat pengetahuan yang kurang

yaitu sebesar 79,6% (43 perawat). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

perawat yang berpengetahuan kurang terutama mengenai hand hygiene

memiliki perilaku yang kurang pula terhadap penerapan hand hygiene.

Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2009)

dan Yuniari (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna

antara pengetahuan dengan ketaatan petugas kesehatan melakukan upaya

pencegahan infeksi nosokomial melalui hand hygiene.

Berbeda dengan penelitian Khoidrudin (2009) yang menemukan bahwa

sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup baik (42,5%).

Perawat mampu mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari

berkaitan dengan tindakan pencegahan universal. Selain itu, perawat juga

mampu menjelaskan secara benar tentang tindakan pencegahan universal

yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.

Perawat juga mampu melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi tentang tindakan pencegahan universal.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

Page 98: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

79

terbentuknya tindakan seseorang, dari pengalaman dan penelitian terbukti

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Pendapat lain yang memperkuat hasil penelitian ini yang menyatakan

bahwa perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan sebagai faktor predisposisi,

jika pengetahuan baik diharapkan pada akhirnya praktiknya juga baik

(Notoatmodjo, 2003). Secara teoritis perubahan perilaku seseorang dalam

mengadopsi perilaku baru umumnya mengikuti tahap-tahap proses perubahan

yang meliputi pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik

(practice).

Pengetahuan seseorang diperoleh melalui pengalaman yang berasal dari

berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, kerabat

dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu

sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut (Notoatmodjo,

2003). Pengetahuan dasar perawat mengenai infeksi rumah sakit termasuk di

dalamnya mengenai hand hygiene dapat menjadi sebuah kesadaran dan

menumbuhkan komitmen untuk melakukan tindakan hand hygiene sesuai

dengan standar. Hal ini juga dinyatakan oleh WHO (2002) bahwa kurangnya

pengetahuan tentang hand hygiene merupakan salah satu hambatan untuk

melakukan hand hygiene sesuai dengan yang direkomendasikan.

Penelitian ini menyimpulkan masih kurangnya pengetahuan perawat

mengenai hand hygiene dapat menyebabkan kurangnya pula perilaku perawat

dalam melaksanakan tindakan hand hygiene. Namun demikian, ditemukan

pula perawat dengan pengetahuan yang kurang memiliki perilaku hand

hygiene yang baik. Hal ini mungkin dikarenakan masa kerja perawat tersebut

cenderung lebih lama sehingga sudah lebih sering dan sudah terbiasa untuk

melakukan hand hygiene meskipun sikap dan persepsi perawat tersebut

mayoritas negatif.

Adanya kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan perawat selain

melalui jalur pendidikan formal perlu untuk dilakukan. Salah satu cara untuk

menambah pengetahuan tersebut adalah dengan rutin mengikuti pelatihan

maupun melakukan diskusi antara perawat di mana dengan melakukan

Page 99: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

80

komunikasi dua arah tersebut dapat secara efektif memberikan informasi dan

pesan kesehatan yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi

rumah sakit, khususnya hand hygiene.

Di Rumah Sakit Y sendiri, kegiatan pelatihan sudah dilakukan dari

pihak Diklat kepada sebagian besar perawat, namun diketahui bahwa perawat

hanya mengikuti pelatihan satu kali sejak perawat tersebut masuk sampai

penelitian ini dilakukan. Maka dari itu, kegiatan diskusi antar perawat terkait

hand hygiene dirasa lebih efektif terutama jika dilaksanakan secara rutin dan

berkelanjutan, baik itu untuk perawat lama maupun baru. Sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Yuniari (2012) bahwa kegiatan pelatihan serta diskusi guna

menambah pengetahuan perawat tidak dapat dilakukan dalam waktu yang

singkat, tetapi harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, dengan

demikian pengetahuan tetap akan menjadi kontrol terhadap seseorang untuk

berperilaku baik.

Penggunaan media promosi juga dapat meningkatkan pemahaman

seseorang terhadap suatu informasi. Media informasi yang menggunakan alat-

alat visual seperti leaflet/brosur dan poster diketahui dapat mempermudah

seseorang dalam menerima informasi, yang mana pengetahuan mampu

disalurkan melalui indra penglihatan yaitu kurang lebih 75%-87% sehingga

pengertian serta pemahaman yang diperoleh dapat diterima dengan baik dan

lebih lama tersimpan dalam ingatan (Maulana, 2009).

6.2.5 Perilaku Hand Hygiene Berdasarkan Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan

adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004).

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perawat yang memiliki sikap

negatif sama besarnya dengan perawat yang memiliki sikap positif, yaitu

sebesar 50% (47 perawat). Pada jenis hand hygiene dengan sabun dan air

mengalir, perilaku kurang baik diperoleh dari perawat yang memiliki sikap

Page 100: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

81

negatif terhadap pelaksanaan hand hygiene yaitu sebesar 51,7% (30 perawat).

Sedangkan pada jenis hand hygiene dengan handrub, perawat yang memiliki

sikap negatif dan sikap positif memiliki jumlah yang sama memiliki perilaku

kurang baik, yaitu sebesar 50% (27 perawat). Hal ini menunjukkan bahwa

perawat yang memiliki sikap negatif terhadap perilaku penerapan hand

hygiene cenderung memiliki perilaku yang rendah dalam menerapkan hand

hygiene.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoidrudin

(2009), di mana sebagian besar sikap responden terhadap penerapan prosedur

tindakan pencegahan universal adalah cukup baik (45%) sehingga responden

telah mampu menerima terhadap stimulus yang ada dan mampu merespon

terhadap penerapan prosedur pencegahan universal yang dimanifestasikan

dalam perilaku yang tertutup. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square

diperoleh nilai x2 sebesar 11,635 dengan nilai p sebesar 0,003. Hal ini berarti

ada hubungan antara sikap perawat terhadap penerapan prosedur tindakan

pencegahan universal terhadap perilaku perawat dalam menjalankan prosedur

tindakan pencegahan universal di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr.Kariadi

Semarang, karena p value (0,003) lebih kecil dari 0,05. Hal ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat, dkk (2015) yang menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam

melaksanakan hand hygiene sebelum tindakan keperawatan dengan p value

0,053.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa

perilaku atau praktik seseorang timbul disebabkan oleh beberapa faktor yang

salah satunya adalah sikap yang dimiliki oleh orang tersebut. Sikap

merupakan reaksi yang tertutup, bukan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

terbuka. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bereaksi atau berespon

terhadap objek atau stimulus, di mana sikap tidak dapat langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap juga diliputi oleh emosi yang timbul pada saat melakukan suatu

tindakan, serta lingkungan di mana tindakan tersebut dilakukan. Pengaruhnya

dapat bersifat positif atau negatif. Perilaku yang berpengaruh positif akan

Page 101: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

82

sering diulangi, sedangkan perilaku yang berpengaruh negatif akan cenderung

untuk dikurangi atau dibatasi. Dengan demikian, diketahuinya sikap

seseorang terhadap suatu keadaan maka akan didapatkan gambaran perilaku

yang ditampilkan orang tersebut.

Perubahan sikap dipengaruhi oleh informasi yang diterima dan dimiliki

oleh individu, pandangan atau penilaian terhadap suatu objek, dan

pengalaman seseorang. Oleh karena itu, perlu adanya petugas khusus yang

menjamin terlaksananya hand hygiene sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan, baik itu dari pihak perawat sendiri, kepala perawat, maupun dari

pihak PPIRS.

Peran pengawasan oleh petugas tersebut penting untuk mempengaruhi

stimulus individu sebelum akhirnya terbentuk respon individu terhadap objek

yang diterima sehingga individu tersebut semakin mengerti dan paham akan

pentingnya penerapan hand hygiene guna mencegah dan mengendalikan

infeksi rumah sakit. Faktor tekanan dalam proses pengawasan berupa

pemberian sanksi yang tegas kepada perawat yang tidak menerapkan hand

hygiene sesuai prosedur juga perlu untuk dilakukan. Tekanan berupa sanksi

ini digunakan untuk merubah pandangan atau penilaian perawat terhadap

penerapan hand hygiene sehingga dapat meningkatkan perubahan sikap

perawat terhadap hand hygiene ke arah yang lebih baik lagi.

6.2.6 Perilaku Hand Hygiene Berdasarkan Persepsi

Persepsi adalah tanggapan atau pendapat seseorang tentang suatu objek

yang sangat menentukan perilakunya terhadap objek tersebut, di mana

persepsi seseorang terhadap rangsangan atau stimulus yang diterimanya akan

berbeda satu sama lainnya (Supratman dan Mahadian, 2016). Sunaryo (2004)

menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses diterimanya rangsang melalui

pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu

mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik

yang ada di luar maupun dalam diri individu, hingga akhirnya terbentuklah

suatu respon individu terhadap objek atau stimulus yang diterimanya.

Page 102: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

83

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perawat dengan persepsi negatif

lebih banyak dari perawat dengan persepsi positif, yaitu sebesar 52,1% (49

perawat). Pada jenis hand hygiene dengan sabun dan air mengalir, perilaku

kurang memiliki hasil yang sama antara perawat dengan persepsi positif

maupun negatif, yaitu sebesar 50% (29 perawat). Sementara pada jenis hand

hygiene dengan handrub, perilaku kurang lebih banyak diperoleh dari

perawat dengan persepsi yang positif yaitu sebesar 51,9% (28 perawat). Hal

ini menunjukkan bahwa persepsi positif perawat mengenai hand hygiene

tidak selalu menyebabkan perilaku perawat tersebut baik dalam menerapkan

hand hygiene.

Secara teori, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nurkhasanah dan Sujianto (2013) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara persepsi dengan kepatuhan perawat dalam

penerapan kewaspadaan universal, yang artinya persepsi yang positif

memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk perawat patuh terhadap

penerapan kewaspadaan universal. Namun, perlu pula diperhatikan

keterkaitan persepsi seseorang terhadap perilaku yang juga dipengaruhi oleh

faktor individu lainnya, baik faktor internal maupun eksternal individu,

sehingga persepsi yang positif belum tentu menghasilkan perilaku yang baik.

Seperti yang didapatkan dalam penelitian ini, pada beberapa perawat

yang memiliki persepsi positif ternyata memiliki sikap yang negatif terhadap

penerapan hand hygiene sehingga perilaku yang terlihat adalah perilaku yang

kurang baik terhadap penerapan hand hygiene. Peran rekan sejawat serta

atasan di tempat kerja merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk

respon seseorang terhadap suatu stimulus. Penunjukkan role model dalam

penerapan hand hygiene sesuai dengan prosedur dapat mempengaruhi

pandangan serta keyakinan perawat lainnya terhadap hand hygiene.

Role model ini bertujuan untuk memberikan pandangan yang lebih luas

terhadap suatu perilaku baru di mana peran ini lebih menekankan pada proses

belajar dengan cara mengobservasi, mempraktikan, menirukan, dan membagi

pengalaman tersebut (Efendi dan Makhfudli, 2009). Sehingga tidak dapat

dipungkiri bahwa faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap

Page 103: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

84

pembentukan persepsi seseorang, baik itu berupa persepsi positif maupun

negatif terhadap pelaksanaan hand hygiene.

6.2.7 Perilaku Hand Hygiene Berdasarkan Fasilitas

Fasilitas yang disediakan di tempat kerja merupakan salah satu faktor

pemungkin yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang (Green,

1980 dalam Notoatmodjo, 2010). Tanpa adanya sumber daya yang memadai,

seseorang tidak akan mampu menerapkan suatu perilaku dengan baik.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 57 perawat (60,6%)

menyatakan bahwa secara keseluruhan fasilitas penunjang hand hygiene tidak

tersedia. Pada jenis hand hygiene dengan sabun dan air mengalir, perilaku

kurang lebih banyak diperoleh dari perawat yang menyatakan bahwa fasilitas

tidak tersedia, yaitu sebesar 62,1% (36 perawat). Sedangkan pada jenis hand

hygiene dengan handrub, perilaku kurang juga diperoleh dari perawat yang

menyatakan bahwa fasilitas tidak tersedia, yaitu sebesar 59,3% (32 perawat).

Hal ini menujukkan bahwa sebagian besar perawat yang memiliki perilaku

kurang terhadap penerapan hand hygiene menyatakan bahwa fasilitas yang

ada di tempat kerjanya tidak tersedia. Ketidaktersediaan pada hasil ini

dimaksudkan pada sulitnya keterjangkauan fasilitas terutama wastafel untuk

tindakan cuci tangan.

Hal tersebut didapatkan berdasarkan item pada kuesioner variabel

fasilitas, di mana hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa masih banyak

perawat yang menyatakan setuju jika fasilitas cuci tangan yang ada di

ruangan sulit untuk dijangkau yaitu sebesar 58,5% (perawat). Sedangkan

untuk item lainnya, berturut-turut perawat menyatakan bahwa air mengalir,

sabun, lap kering, dan handrub selalu tersedia di ruangan dengan persentase

52,1%, 58,5%, 36,2%, dan 54,3%.

Hasil per item tersebut sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan

peneliti, yaitu didapatkan bahwa wastafel yang tersedia hanya terletak di tiap-

tiap nurse station, yang mana letaknya cukup jauh dengan ruang rawat pasien

dan hanya ada satu wastafel di dalam ruang rawat dekat dengan toilet pasien.

Sementara untuk ketersediaan fasilitas lainnya, di masing-masing nurse

Page 104: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

85

station sudah di lengkapi tissue dan sabun cuci tangan. Persediaan tissue yang

dibutuhkan jika habis letaknya pun tidak jauh dari posisi wastafel tersebut.

Sementara untuk handrub, sudah tersedia pada masing-masing troli yang ada

di nurse station yang ditujukan untuk tiap perawat yang akan memeriksa

pasien di ruang rawatnya. Ketersediaan handrub di sisi dinding pintu masuk

ruang rawat pasien dan di tiap-tiap ujung sisi tempat tidur pasien juga selalu

tersedia dilengkapi dengan kontak yang dapat dihubungi jika handrub

tersebut telah habis.

Ketersediaan sarana dan prasarana kerja mempengaruhi kinerja pegawai

dalam melakukan tindakan hand hygiene. Ketersediaan sarana dan prasarana

mencuci tangan yang cukup dan terjangkau memiliki peranan yang sangat

penting untuk meningkatkan ketaatan pelaksanaan mencuci tangan menjadi

optimal sesuai dengan standar. Berdasarkan hasil observasi, didapatkan

bahwa perawat lebih sering melakukan tindakan hand hygiene dengan

menggunakan handrub dibandingkan dengan menggunakan air mengalir dan

sabun. Hal ini disebabkan karena letak ketersediaan handrub yang berada di

sisi tempat tidur pasien lebih terjangkau dibandingkan dengan wastafel yang

hanya disediakan di beberapa titik saja, sehingga tidak dapat dipungkiri jika

pelaksanaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir masih rendah

dibandingkan dengan melakukan kebersihan tangan dengan handrub.

Berdasarkan hasil analisis chi-square pada penelitian yang dilakukan

oleh Ambasari (2013) menunjukkan variabel ketersediaan sarana dan

prasarana mempunyai korelasi tinggi dengan tindakan pencegahan infeksi

nosokomial plebitis, sehingga dapat diasumsikan bila sarana tidak memadai

infeksi nosokomial dapat terjadi sehingga mempengaruhi perilaku perawat

asosiasi dalam melakukan tindakan pemasangan infus dan kebersihan tangan,

hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa ada hubungan

antara dukungan manajemen (sarana dan prasarana) dengan pencegahan

infeksi nosokomial plebitis.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Bady, Kusnanto

& Handono (2007) didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara fasilitas RS dengan kinerja SDM dalam pengendalian infeksi

Page 105: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

86

nosokomial (r = 0,184 dan p = 0,100). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh

Setiawati (2009) mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, ketersediaan fasilitas dengan ketaatan petugas

kesehatan melakukan upaya pencegahan infeksi nosokomial melalui hand

hygiene. Sarana dan prasarana kerja merupakan salah satu faktor yang

mendukung individu dalam bekerja. Tanpa sarana atau perlengkapan kerja

yang memadai pegawai tidak dapat melakukan pekerjaannya (Simanjuntak,

2005).

6.2.8 Perilaku Hand Hygiene Berdasarkan Pelatihan

Pelatihan dalam teori Green (1980) termasuk dalam faktor pemungkin

dalam terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010), di mana

pelatihan tersebut merupakan salah satu media untuk memperoleh informasi

dan keterampilan perawat, terutama terkait penerapan kewaspadaan standar.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 93 perawat (98,9%)

telah mendapatkan pelatihan terkait hand hygiene. Pada jenis hand hygiene

dengan sabun dan air mengalir, perilaku kurang diperoleh oleh perawat yang

telah mendapatkan pelatihan, yaitu sebesar 100% (58 perawat). Sedangkan

pada jenis hand hygiene dengan handrub, perilaku kurang juga diperoleh oleh

perawat yang telah mendapatkan pelatihan, yaitu sebesar 100% (54 perawat).

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang telah mendapatkan

pelatihan memiliki perilaku yang kurang terhadap penerapan hand hygiene.

Keadaan ini turut dipengaruhi oleh masih banyaknya perawat yang memiliki

pengetahuan terkait hand hygiene yang kurang, serta memiliki sikap dan

persepsi yang negatif terhadap penerapan hand hygiene meskipun ia telah

mendapatkan pelatihan.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil analisis pada penelitian

yang dilakukan oleh Ambasari (2013) yang menunjukkan pelatihan

mempunyai hubungan dengan tindakan pencegahan infeksi nosokomial

plebitis, sebanyak 20 orang (60,6%) memiliki kinerja kurang dalam

pencegahan infeksi nosokomial, jadi dalam hal ini ada pengaruh bila

pelatihan pencegahan infeksi tidak dilakukan dapat mempengaruhi perilaku

Page 106: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

87

perawat asosiasi dalam melakukan tindakan pemasangan infus dan kebersihan

tangan, hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara kompetensi (pelatihan) dengan pencegahan infeksi

nosokomial plebitis. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan

oleh Bady, Kusnanto & Handono (2007) yang menyatakan terdapat hubungan

yang bermakna antara pelatihan dengan kinerja SDM dalam pengendalian

infeksi nosokomial (r = 0,233 dan p = 0,045).

Pelatihan diharapkan dapat mencapai hasil yang lebih baik dari

sebelumnya terutama dalam meningkatkan perilaku yang lebih baik dari

pegawai (Ambasari, 2013). Pelatihan tidak saja diperuntukkan bagi pegawai

baru namun perlu juga diberikan pada pegawai lama untuk dapat terus

meningkatkan keterampilan serta sebagai penyegaran pengetahuan,

mengingat ilmu tentang infeksi rumah sakit berkembang dengan cepat

sehingga bila tidak sering mengikuti seminar, workshop dan pelatihan

dikhawatirkan akan ketinggalan informasi terkini mengenai teori atau

penelitian pencegahan infeksi.

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang

telah mengikuti pelatihan masih memiliki perilaku kurang terhadap penerapan

hand hygiene dapat dijadikan gambaran bahwa pelatihan yang telah

dilaksanakan belum cukup efektif dalam meningkatkan perilaku hand hygiene

sesuai dengan prosedur. Maka dari itu, diharapkan pihak rumah sakit lebih

mengutamakan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan secara rutin dan

berkelanjutan, seperti diskusi antar rekan sesama perawat maupun dengan

kepala perawat, guna tercapainya efektifitas suatu kegiatan untuk

meningkatkan perilaku hand hygiene perawat.

6.2.9 Perilaku Hand Hygiene Berdasarkan Pengawasan

Pengawasan adalah fungsi administratif untuk memastikan bahwa apa

yang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya

(Nurdin, 2007). Sistem pengawasan ini digunakan untuk mengarahkan dan

memberi dukungan kepada pekerja sehingga mereka dapat melaksanakan

fungsinya secara efektif. Pengawasan juga berfungsi sebagai media

Page 107: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

88

komunikasi standar kepada pekerja secara efektif, termasuk memantau kinerja

dan memberikan umpan balik serta dukungan sesuai dengan yang dibutuhkan

(Al-Assaf, 2009).

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 88 perawat (93,6%)

menyatakan tidak adanya pengawasan terhadap pelaksanaan hand hygiene di

tempat kerjanya. Pada jenis hand hygiene dengan sabun dan air mengalir,

perawat yang memiliki perilaku kurang diperoleh oleh perawat yang

menyatakan tidak ada pengawasan terhadap pelaksanaan hand hygiene, yaitu

sebesar 93,1% (54 perawat). Sedangkan pada jenis hand hygiene dengan

handrub, perawat yang memiliki perilaku kurang juga diperoleh oleh perawat

yang menyatakan tidak adanya pengawasan terhadap pelaksanaan hand

hygiene, yaitu sebesar 96,3% (52 perawat). Sehingga hal ini menunjukkan

bahwa pengawasan terhadap penerapan hand hygiene yang tidak

dilaksanakan dapat menyebabkan perilaku perawat masih kurang dalam

penerapan hand hygiene.

Namun, pada hasil ini ditemukan pula perawat yang menyatakan bahwa

tidak adanya pengawasan terhadap penerapan hand hygiene tetapi memiliki

perilaku yang baik, hal ini disebabkan karena perawat tersebut mempunyai

sikap dan persepsi yang positif terhadap penerapan hand hygiene, sehingga

meskipun tidak ada pengawasan, perawat yang bersangkutan tetap

menerapkan hand hygiene sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sudrajat (2015) yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan

antara pengawasan dari supervisi terhadap kepatuhan perawat dalam

pelaksanaan hand hygiene dengan p value sebesar 0,001. Berbanding terbalik

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2014), ditemukan bahwa

tidak ada hubungan antara efektivitas fungsi pengawasan kepala ruangan

dengan kepatuhan perawat dalam penerapan pengendalian infeksi rumah sakit

dengan p value sebesar 0,285. Hasil penelitian tersebut didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2012) dengan p value sebesar

0,329.

Page 108: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

89

Pengawasan oleh pihak PPIRS yang tidak rutin dan tidak secara berkala

dilakukan menyeluruh kepada semua perawat mengakibatkan rendahnya

angka kepatuhan pelaksanaan hand hygiene sehingga angka kejadian infeksi

rumah sakit pun masih berada di atas standar kejadian infeksi yang telah

ditetapkan baik oleh Kemenkes RI maupun pihak Rumah Sakit Y Jakarta itu

sendiri. Beban kerja petugas PPIRS Rumah Sakit Y Jakarta juga

mempengaruhi kinerja pengawasan terhadap penerapan hand hygiene,

sehingga adanya pembagian wewenang dan tugas pengawasan yang jelas

kepada staf tertentu perlu untuk dilakukan.

Pembentukan petugas khusus pengawasan yang dapat berasal dari

masing-masing kepala perawat di ruangan maupun perawat itu sendiri dapat

dijadikan masukan guna terlaksananya pengawasan terhadap perawat

terutama di lingkungan kerja tertentu terkait penerapan hand hygiene dengan

baik, serta mampu memberikan umpan balik yang maksimal tanpa

mengganggu tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang lainnya.

Pengawasan secara langsung dan adanya teguran serta motivasi yang

diberikan akan mempengaruhi kepatuhan perawat dalam menerapkan hand

hygiene (Saragih., dkk, 2015). Dalam meningkatkan motivasi kerja, pengawas

memiliki fungsi sebagai model (Marquis dan Huston, 2009). Sebagai model

yang dimaksud yaitu seseorang yang dapat menjadi contoh dan panutan

tentang perilakunya, sehingga dapat memacu anggota unit kerja untuk

berkontribusi secara aktif dan positif agar tujuan organisasi tercapai.

Menurut Lairing., dkk (2009), semakin baik pengawasan kepada

perawat maka semakin baik pula kinerja perawat, di mana frekuensi dan

kualitas pengawasan yang dilakukan menjadi sangat penting mengingat

pelaksanaan pengawasan merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang

dapat meningkatkan kinerja individu.

Page 109: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

90

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 94 perawat ruang

rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017 dapat disimpulkan

bahwa:

1. Perawat yang memiliki perilaku kurang dalam penerapan hand

hygiene berjumlah 52 perawat (55,3%). Sedangkan berdasarkan

jenisnya, perilaku perawat yang kurang dalam penerapan hand

hygiene dengan sabun dan air mengalir yaitu sebanyak 58 perawat

(61,7%), dan perilaku perawat yang kurang dalam penerapan hand

hygiene dengan handrub yaitu sebanyak 54 perawat (57,4%).

2. Perilaku kurang dalam penerapan hand hygiene dengan sabun dan

air mengalir maupun dengan handrub dimiliki oleh perawat usia

dewasa awal yaitu masing-masing sebanyak 44 perawat (75,9%)

dan 38 perawat (70,4%).

3. Perilaku kurang dalam penerapan hand hygiene dengan sabun dan

air mengalir maupun dengan handrub dimiliki oleh perawat dengan

tingkat pendidikan menengah yaitu masing-masing sebanyak 54

perawat (93,1%) dan 50 perawat (92,6%).

4. Perilaku kurang dalam penerapan hand hygiene dengan sabun dan

air mengalir maupun dengan handrub dimiliki oleh perawat dengan

masa kerja ≥ 2 tahun yaitu masing-masing sebanyak 50 perawat

(86,2%) dan 44 perawat (81,5%).

5. Perilaku kurang dalam penerapan hand hygiene dengan sabun dan

air mengalir maupun dengan handrub dimiliki oleh perawat dengan

tingkat pengetahuan kurang yaitu masing-masing sebanyak 42

perawat (72,4%) dan 43 perawat (79,6%).

Page 110: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

91

6. Perilaku kurang dalam penerapan hand hygiene dengan sabun dan

air mengalir dimiliki oleh perawat dengan sikap yang negatif yaitu

sebanyak 30 perawat (51,7%), sedangkan perilaku kurang dalam

penerapan hand hygiene dengan handrub diperoleh hasil yang sama

oleh perawat dengan sikap yang positif dan negatif yaitu sebanyak

27 perawat (50%).

7. Perilaku baik dalam penerapan hand hygiene dengan sabun dan air

mengalir maupun dengan handrub dimiliki oleh perawat dengan

persepsi yang negatif yaitu masing-masing sebanyak 20 perawat

(55,6%) dan 23 perawat (57,5%).

8. Perilaku kurang dalam penerapan hand hygiene dengan sabun dan

air mengalir dimiliki oleh perawat yang menyatakan bahwa fasilitas

penerapan hand hygiene tidak tersedia yaitu sebanyak 36 perawat

(62,1%), sedangkan dalam penerapan hand hygiene dengan

handrub perilaku baik dimiliki oleh perawat yang menyatakan

bahwa fasilitas di tempat kerjanya tidak tersedia yaitu sebanyak 25

perawat (62,5%).

9. Sebanyak 58 perawat (100%) yang telah mengikuti pelatihan

memiliki perilaku kurang dalam penerapan hand hygiene dengan

sabun dan air mengalir, begitu pula sebanyak 54 perawat (100%)

yang telah mengikuti pelatihan juga memiliki perilaku kurang

dalam penerapan hand hygiene dengan handrub.

10. Perilaku baik dalam penerapan hand hygiene dengan sabun dan air

mengalir dimiliki oleh perawat yang menyatakan bahwa tidak

adanya pengawasan dalam penerapan hand hygiene yaitu sebanyak

34 perawat (94,4%), sedangkan dalam penerapan hand hygiene

dengan handrub perilaku kurang dimiliki oleh perawat yang

menyatakan bahwa tidak adanya pengawasan dalam penerapan

hand hygiene yaitu sebanyak 52 perawat (96,3%).

Page 111: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

92

7.2 Saran

Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, maka peneliti mengajukan

saran untuk dipertimbangkan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit

a. Menambahkan agenda diskusi kelompok terkait hand hygiene

pada kegiatan rapat secara rutin dan berkala.

b. Membentuk petugas khusus, baik dari kepala perawat maupun

perawat lain di ruangan, untuk mengawasi pelaksanaan

penerapan hand hygiene secara langsung agar sesuai dengan

prosedur, serta memberi sanksi yang tegas terhadap

pelaksanaan penerapan hand hygiene secara rutin.

c. Menunjuk role model untuk penerapan hand hygiene sesuai

dengan prosedur pada masing-masing nurse station yang

berasal dari perawat ruangan.

d. Menyebarkan leaflet/brosur atau poster terkait hand hygiene.

2. Bagi Perawat

Menerapkan hand hygiene sesuai dengan prosedur sebagai

langkah pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit, serta

memberi contoh yang baik bagi rekan sejawatnya terkait penerapan

hand hygiene di tempat kerja.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Distribusi kuesioner penelitian dilakukan secara langsung

oleh peneliti sehingga maksimal dalam proses penyampaian

tujuan penelitian serta mengurangi bias informasi pada saat

pengisian kuesioner.

b. Melakukan observasi terhadap penerapan hand hygiene

berdasarkan lima momen hand hygiene, terutama saat

sebelum perawat melakukan tindakan asepsis dan setelah

terkena cairan tubuh pasien.

Page 112: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

93

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K., Sidin, A. I., & Andi Pasinringi, S. (2014). Hubungan Pengetahuan,

Motivasi, dan Supervisi dengan Kinerja Pencegahan Infeksi Nosokomial

di RSUD Haji Makassar.

Akpochafor, M. O., Eze, C. U., Adeneye, S. O., & Ajekigbe, A. T. (2015).

Assessment Of Ultrasound Equipment As A Possible Source Of

Nosocomial Infection In Lagos State Hospitals And Radio-Diagnostic

Centres. Radiography, 21(2), 154-159. Doi:

http://dx.doi.org/10.1016/j.radi.2014.09.008.

Al-Assaf, A. F. (2009). Mutu Pelayanan Kesehatan: Perspektif Internasional.

Jakarta: EGC.

Alkaff, Raihana Nadra dan Minsarnawati. (2012). Psikologi Kesehatan Bagi

Praktisi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ambasari, Wulan Novita. (2013). Hubungan Faktor-Faktor yang

Melatarbelakangi Kinerja Perawat Asosiasi dengan Pencegahan Infeksi

Nosokomial Plebitis di Ruang Inap Zumar, Zaitun II Bedah, Zaitun III

Kebidanan RSUD Al Ihsan Bandung. Jurnal Kesehatan STIKES Budi

Luhur Cimahi Volume 7 No. 2, Juli 2014.

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Posdaka.

Azhari, Akyas. (2004). Psikologi: Umum dan Perkembangan. Jakarta: Penerbit

Teraju.

Bady, A. M. (2007). Analisis Kinerja Sumber Daya Manusia (Perawat) dalam

Pengendalian Infeksi Nosokomial di Irna I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Universitas Gadjah Mada. Retrieved from http://www.infodiknas.com/wp-

content/uploads/2014/11/ANALISIS-KINERJA-PERAWAT-DALAM-

PENGENDALIAN-INFEKSI-NOSOKOMIAL-DI-IRNA.pdf.

Breathnach, Aodhan S. (2013). Nosocomial Infection and Infection Control.

Medicine 41:11.

CDC. (2008). Guideline for Disinfection and Sterilization in Healthcare

Facilities.

Damanik, Sri Melfa., dkk. (2012). Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit

Immanuel Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran.

Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.

Davey, P. (2005). At A Glance Medicine.

Depkes. (2001). Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit.

Depkes. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient

Safety).

Depkes. (2010). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan

Kesehatan.

Depkes. (2011). Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial

Merupakan Unsur Patient Safety.

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. (2008). Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Page 113: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

94

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2017). Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi di RSJS Magelang. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

(Online), diakses dari http://yankes.kemkes.go.id/read-persiapan-menuju-

akreditasi-internsional---1381.html pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul

12.24.

Efendi, Ferry., Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori

dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Elizabeth., Sydney., Cyrus. (2017). Chapter 8 Interventions to Improve Hand

Hygiene Compliance: Brief Update Review. (Online) diakses dari

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK133371/ pada tanggal 24

September 2017.

Fauzia, Neila., Ansyori, Anis., & Hariyanto, Tuti. (2014). Kepatuhan Standar

Prosedur Operasional Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1,

2014.

Handayani, Meliana., dkk. (2014). Determinan Kepatuhan Perawat di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Bagian Manajemen

Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Handojo, Ludy Hammami. (2015). Pengetahuan Perawat tentang Infeksi

Nosokomial di Ruang D2 dan D3 Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan

Surabaya. Adi Husada Nursing Journal, 1.

Handoko, T. H. (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: BPFE.

Haryanti, L., Pudjiadi, A. H., Irfan, E., Thayeb, A., Amir, I., & Hegar, B. (2013).

Prevalens dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Pasca-bedah. Sari

Pediatri, 15, 207-212.

Hasbullah, H. Thamrin. (1993). Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS

Persahabatan, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran, 82, 8-12.

Himpunan Perawat Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII). (2013). Pemrosesan

Peralatan Perawatan Pasien. Yogyakarta.

Indri, Patricia. (2016). Hubungan Faktor Perilaku dengan Pelaksanaan Langkah-

Langkah Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Rasidin

Padang Tahun 2016. Diploma Thesis, Universitas Andalas.

Kasmad, K., Sujianto, U., & Hidayati, W. (2010). Hubungan Antara Kualitas

Perawatan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih.

Nurse Media Journal of Nursing, 1(1).

Kemenkes RI. (2011). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah

Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.

Khoidrudin, Afip., dkk. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perawat dalam Menerapkan Prosedur Tindakan Pencegahan Universal di

Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Keperawatan

FIKKES Vol. 4 No.1, Maret 2011.

Komite PPIRS. (2015). Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Rumah Sakit di Rumah Sakit Y Jakarta Edisi 5.

Lairing, Parida., Irfan., Elly L. Sjattar. (2009). Pengaruh Fungsi Pengarahan

Kepala Ruangan terhadap Kepatuhan Perawat Pelaksana Menjalankan

Patient Safety: Five Moment Hand Hygiene di Ruang Keperawatan

Intensif RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Konsentrasi

Page 114: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

95

Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Program Studi Magister

Keperawatan Universitas Hasanuddin.

Mada, M. D., dkk. (2013). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi

Nosokomial dengan Penerapan Prinsip Steril pada Pemasangan Infus di

RS Kristen Lende Moripa, Sumba Barat. Medika Respati, 8(1).

Marnita, Miftahul Jannah. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan

terhadap Penerapan Universal Precaution di RSU PKU Muhammaddiyah

Yogyakarta. Program Studi Bidan Pendidik Jenjang D IV Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Yogyakarta.

Marquis, Bessie L., Carol J. Huston. (2009). Leadership Roles and Management

Functions in Nursing : Theory and Application 6th Edition. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins.

Maryanti, Yurika. (2014). Kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam Menjalankan

Kebersihan Tangan di Unit Perawatan Intensif Anak Rumah Sakit Dr.

Cipto Mangunkusumo. Tesis Fakultas Kedokteran Program Pendidikan

Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia.

Maulana, Heri D. J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Menkes. (2007). Kepmenkes RI Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang

Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah

Sakit.

Menkes. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Ningsih, Evie Wulan. (2013). Hubunan Antara Tingkat Pengetahuan dan

Motivasi Perawat dengan Perilaku Pencegahan Infeksi Nosokomial di

Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nurdin, Diding. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2: Ilmu Pendidikan

Praktis. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama Tim Pengembang Ilmu

Pendidikan FIP-UPI.

Nurkhasanah dan Sujianto, Untung. (2013). Kepatuhan Perawat dalam

Penerapan Kewaspadaan Universal di Rumah Sakit Dokter Kariadi

Semarang Tahun 2013. Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa

Tengah 2014.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurulhuda, Uun., Mumpuni., & Suharyanto, Toto. (2013). Analisis Hubungan

Kepatuhan Perawat terhadap Penerapan Metode Universal Precaution

dengan Penyembuhan Luka Operasi. Jurnal Health Quality Vol. 4 No. 1,

November 2013, Hal. 1-76.

Page 115: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

96

Pancaningrum, Dian. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap dalam Pencegahan Infeksi

Nosokomial di RS Haji Jakarta Tahun 2011. Tesis Fakultas Ilmu

Keperawatan Program Magister Keperawatan Universitas Indonesia,

Depok.

PPIRS Rumah Sakit Y. (2015). Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi Rumah Sakit Edisi 5 Tahun 2015. Rumah Sakit Y Jakarta.

Prastika, D. (2012). Kejadian Flebitis di Rumah Sakit Umum Daerah Majalaya.

Students e-Journal, 1(1), 32.

Putri, Aulia. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan

Penerapan Prinsip Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) oleh

Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun

2010. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Padang.

Rahayu, BM. Siti., Alviona, Dionisia Weni., dan Saragih Sr. Sofia Gusnia N.

(2014). Hubungan Efektivitas Fungsi Pengawasan Kepala Ruangan

dengan Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Pengendalian Infeksi

Nosokomial di Rumah Sakit Santo Yusup Bandung.

Rahmawati, Rita dan Susanti, Mey. (2014). Pengetahuan dan Sikap Perawat

Pencegahan Infeksi Nosokomial dalam Pelaksanaan Cuci Tangan.

Journals of Ners Community Vol. 5 No. 2, November 2014.

Salawati, L., Taufik, N. H., & Putra, A. (2014). Analisis Tindakan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di

Ruang ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Kedokteran

Syiah Kuala, 14(3), 128-134.

Saragih, Sr. Sofia Gusnia N., B. M. Siti Rahayu., Dionisia Weni Alvionita.

(2015). Hubungan Efektivitas Fungsi Pengawasan Kepala Ruangan

dengan Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Pengendalian Infeksi

Nosokomial di Rumah Sakit Santo Yusup Bandung. Jurnal Kesehatan

"Caring and Enthusiasm" No. 1 Vol. 4 Desember 2015.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali

Pers.

Septiani, Dewiayu. (2016). Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hand

Hygiene Perawat di Bangsal Ar Royan RS PKU Muhammadiyah Gamping

Sleman. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogayakarta.

Setiawati.. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketaatan Petugas

Kesehatan Melakukan Hand Hygiene dalam Mencegah Infeksi

Nosokomial di Ruang Perinatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta. Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Anak

Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Depok.

Setiowati, D., dkk. (2013). Kepemimpinan Efektif Head Nurse Meningkatkan

Penerapan Budaya Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana di

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Makara Journal of Health

Research, 17(2), 55-60.

Setiyawati, Wiwik. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Kepatuhan Perawat dalam pencegahan Infeksi Luka Operasi di Ruang

Rawat Inap RSUD DR. Moewardi Surakarta. 87-92.

Page 116: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

97

Sudrajat, Fedi., Purwanti, Ery., dan Nurlaila. (2015). Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Hand

Hygiene Sebelum Tindakan Keperawatan di RSUD Dr. Soedirman

Kebumen. Program STudi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah. Gombong.

Sugono, Dendi. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat. Jakarta: PT Gramedia.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Supratman, Lucy Pujadari dan Adi Bayu Mahadian. (2016). Psikologi

Komunikasi. Yogyakarta: Deepublish.

Talbot, Thomas. (2015). Going Beyond Hand Hygiene Compliance. (Online)

diakses dari

http://www.ihi.org/communities/blogs/_layouts/15/ihi/community/blog/ite

mview.aspx?List=0f316db6-7f8a-430f-a63a-ed7602d1366a&ID=49 pada

tanggal 24 September 2017.

Triwidyawati, D. (2013). Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Menjalankan

SOP Pemasangan Infus dengan Kejadian Phlebitis. Jurnal Ilmu

Keperawatan dan Kebidanan, 1(3).

Walgito, Bimo. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

WHO. (2002). Prevention of Hospital-acquired Infections A Practical Guide 2nd

Edition.

WHO. (2007). Standard Precautions in Health Care.

WHO. (2009). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: First Global

Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care.

Widayatun, R. T. (1999). Ilmu Perilaku M.A 104 “Buku Pegangan Mahasiswa

AKPER”. Jakarta: CV Sagung Seto.

Widyanita, Anietya dan Ekorini Listiowati. (2014). Hubungan Tingkat

Pengetahuan Hand Hygiene dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hand

Hygiene pada Peserta Program Pendidikan Profesi Dokter. Jurnal

Biomedika Volume 6 Nomor 1, Februari 2014.

Yanti, Lia Fitri. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawat

terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Kelas II

dan III RSAU dr. Ernawan Antariksa Tahun 2013. Jurnal Ilmiah

Kesehatan Vol. 6 No. 1, Januari 2014.

Yuliana, Citra. (2012). Kepatuhan Perawat terhadap Kewaspadaan Standar di

RSKO Jakarta Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia.

Yuniari, Eka. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Penerapan Kewaspadaan Universal pada Pertolongan Persalinan oleh

Bidan di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Provinsi Bali Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Program

Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas

Universitas Indonesia. Depok.

Zubaedah, Siti. (2009). Evaluasi Implementasi Program Observasi Keselamatan

di Service Department PT Trakindo Utama (PTTU) Cabang Jakarta

Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia. Depok.

Page 117: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Lampiran 1 LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Rumah Sakit Y Jakarta

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (FORMULIR

INFORMED CONSENT)

Peneliti Utama : Rahfita Ferdinah

Pemberi Informasi :

Penerima Informasi

Nama Subyek

Tanggal Lahir (Umur)

Jenis Kelamin

Alamat

No. Telp (Hp)

:

:

:

:

:

JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI

1. Judul Penelitian Gambaran Perilaku Hand Hygiene dan Determinannya

pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah

Sakit Y Jakarta Tahun 2017.

2. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran perilaku hand hygiene

dan determinannya pada perawat di ruang rawat inap

Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017.

3. Cara dan Prosedur

Penelitian

Yth. Bapak/Ibu/Saudara perawat.

Pada saat ini Saya sedang mengadakan penelitian

untuk mendapatkan gambaran perilaku hand hygiene

dan determinannya pada perawat di ruang rawat inap

Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta tahun 2017.

Penelitian ini dilakukan kepada beberapa perawat di

Gedung X yang akan dipilih oleh peneliti.

Apabila perawat berpartisipasi dalam penelitian ini,

maka perawat diminta untuk mengisi kuesioner yang

diberikan oleh peneliti.

Partisipasi perawat dalam penelitian ini akan

dirahasiakan dan semua informasi yang didapat dari

penelitian ini dijaga kerahasiaannya.

Selain itu, keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara dalam

penelitian bersifat sukarela (tidak ada paksaan).

Bapak/Ibu/Saudara berhak untuk menolak apakah akan

berpartisipasi atau tidak namun tidak mengganggu

pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit Y.

4. Jumlah Subjek 94 perawat

5. Waktu Penelitian Desember 2016-Februari 2017

6. Manfaat Penelitian

termasuk manfaat bagi

subyek penelitian

Dapat menjadi masukan dalam penerapan hand

hygiene dan menambah wawasan mengenai

pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit.

7. Risiko dan efek samping

dalam penelitian Tidak ada

8. Ketidaknyamanan Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi

NRM :

Nama :

Jenis Kelamin :

Tanggal Lahir :

(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)

Page 118: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI

subyek penelitian

9. Kompensasi bila terjadi

efek samping Tidak ada

10. Alternatif penanganan Tidak ada

11. Penjagaan kerahasiaan

data

Pencatatan dilakukan dengan koding inisial

12. Biaya yang ditanggung

oleh subjek Tidak ada

13. Insentif bagi subyek Souvenir

14. Nama dan alamat

peneliti serta nomor

telepon yang dapat

dihubungi

Rahfita Ferdinah

Komp. Gardenia Estate Blok A5/12A. Ciputat.

0896-0857-2492

Setelah mendengarkan penjelasan pada halaman 1 dan 2 mengenai penelitian yang

akan dilakukan oleh Rahfita Ferdinah dengan judul: Gambaran Perilaku Hand

Hygiene dan Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah

Sakit Y Jakarta Tahun 2017, informasi tersebut telah Saya pahami dengan baik.

Dengan menandatangani formulir ini, Saya menyetujui untuk diikutsertakan dalam

penelitian di atas dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun. Apabila suatu

waktu Saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, Saya berhak membatalkan

persetujuan ini.

_________________________

Tanda Tangan Subyek atau cap jempol

_________________________________

Tanggal

_________________________

Nama Subyek

_________________________

Tanda Tangan Saksi/ Wali

Tanggal

_________________________

Nama Saksi/ Wali

Ket: Tanda tangan saksi/ wali diperlukan bila subyek tidak bisa baca tulis, penurunan kesadaran,

mengalami gangguan jiwa, dan berusia dibawah 18 tahun.

Saya telah menjelaskan kepada subyek secara benar dan jujur mengenai maksud

penelitian, manfaat penelitian, prosedur penelitian, serta resiko dan ketidaknyamanan

potensial yang mungkin timbul (penjelasan terperinci sesuai dengan hal yang Saya tandai

di atas). Saya juga telah menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait penelitian dengan

sebaik-baiknya.

_________________________

______________________ Tanda Tangan Peneliti Tanggal

________________________

Nama Peneliti

Page 119: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Petunjuk pengisian kuesioner:

1. Isilah kuesioner penelitian ini dengan jujur dan sesuai dengan kondisi Anda.

2. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi Anda.

3. Kolom kode diisi oleh peneliti.

A. Identitas Responden Kode

A1 No. Responden (diisi oleh peneliti)

A2 Nama Responden

A3 No. Hp

A4 Usia Tahun

A5 Masa Kerja Tahun

A6 Tingkat Pendidikan (1) DIII

Keperawatan

(2) S1/S2

Keperawatan

A7 Apakah Anda pernah mengikuti

pelatihan tentang hand hygiene?

(1) Ya (0) Tidak

No Pernyataan

Jawaban

Kode (2)

Benar

(1)

Salah

B. Pengetahuan tentang Hand Hygiene

B1 Perawat merupakan salah satu unsur yang dapat menyebarkan infeksi

dari satu pasien ke pasien lain, ke petugas kesehatan lain, pengunjung,

dan lingkungan

2 1

B2 Kebersihan tangan bertujuan untuk menghilangkan semua kotoran dan

debris serta menghambat dan membunuh mikroorganisme pada kulit

2 1

B3 Mencuci tangan harus dengan air mengalir dan sabun 2 1

B4 Sabun biasa digunakan untuk melepas mikroorganisme dari tangan

secara mekanik

2 1

B5 Sabun antiseptik (antimikroba) dapat membunuh atau menghambat

pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikroorganisme

2 1

B6 Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting untuk

mencegah penyebaran infeksi

2 1

B7 Sebaiknya menggunakan handrub berbasis alkohol jika tangan terlihat

kotor

2 1

B8 Handrub berbasis alkohol dapat digunakan setelah menyentuh kulit

yang tidak utuh, darah, atau cairan tubuh

2 1

B9 Dibutuhkan waktu sekitar 40-60 detik untuk mencuci tangan dengan

sabun dan air mengalir

2 1

B10 Jika tangan terlihat kotor atau terkontaminasi oleh darah dan cairan

tubuh, maka harus mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun

2 1

B11 Setelah pemakaian handrub antiseptik berulang (5-10 kali), maka

diperlukan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun

2 1

B12 Untuk menjaga kebersihan tangan, maka perlu diperhatikan bahwa

kuku harus tetap pendek

2 1

B13 Pemakaian sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci

tangan atau pemakaian handrub antiseptic

2 1

B14 Sebelum menggunakan sarung tangan perlu untuk melakukan

kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun atau handrub

antiseptic

2 1

B15 Setelah menggunakan sarung tangan perlu untuk melakukan

kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun atau handrub

antiseptik

2 1

Page 120: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

No Pernyataan

Jawaban

Kode (2)

Benar

(1)

Salah

B16 Sebelum melakukan tindakan invasif untuk perawatan pasien, perawat

harus melakukan kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun

atau handrub antiseptic

2 1

B17 Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun harus dilakukan setelah

kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit

yang tidak utuh, atau merawat luka pasien

2 1

B18 Apabila berpindah dari area tubuh yang terkontaminasi ke area tubuh

lainnya selama perawatan pada pasien yang sama maka harus

melakukan kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun

2 1

No Pernyataan

Jawaban Kode

(0)

Sangat

Tidak

Setuju

(1)

Tidak

Setuju

(2)

Setuju

(3)

Sangat

Setuju

C. Sikap tentang Hand Hygiene

C1 Saya melakukan cuci tangan dengan air

mengalir dan sabun dalam waktu kurang dari 40

detik

0 1 2 3

C2 Saya melakukan dekontaminasi dengan handrub

antiseptik selama 20-30 detik

0 1 2 3

C3 Saya akan melakukan kebersihan tangan segera

setelah melakukan tindakan keperawatan

0 1 2 3

C4 Jika saya sudah menggunakan handrub

antiseptik berulang-ulang maka Saya tidak perlu

untuk mencuci tangan

0 1 2 3

C5 Jika Saya sudah menggunakan sarung tangan

maka tidak perlu mencuci tangan setelah

melakukan tindakan keperawatan

0 1 2 3

Saya selalu melakukan langkah-langkah berikut saat mencuci tangan dengan air dan sabun:

C6 Membasahi tangan dengan air mengalir yang

bersih

0 1 2 3

C7 Menuangkan 3-5cc sabun cair untuk menyabuni

seluruh permukaan tangan

0 1 2 3

C8 Meratakan sabun dengan kedua telapak tangan 0 1 2 3

C9 Menggosok punggung dan sela-sela jari tangan

kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya

0 1 2 3

C10 Menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela

jari

0 1 2 3

C11 Mengunci jari-jari sisi dalam dari kedua tangan 0 1 2 3

C12 Menggosok ibu jari kiri berputar dalam

genggaman tangan kanan dan sebaliknya

0 1 2 3

C13 Menggosok dengan memutar ujung-ujung jari di

telapak tangan kiri dan sebaliknya

0 1 2 3

C14 Membilas kedua tangan dengan air mengalir 0 1 2 3

C15 Mengeringkan tangan dengan handuk sekali pakai

atau tissue towel sampai benar-benar kering

0 1 2 3

Page 121: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

No Pernyataan

Jawaban Kode

(0)

Sangat

Tidak

Setuju

(1)

Tidak

Setuju

(2)

Setuju

(3)

Sangat

Setuju

C16 Menggunakan handuk sekali pakai atau tissue

towel untuk menutup kran air

0 1 2 3

Saya selalu melakukan langkah-langkah berikut saat melakukan dekontaminasi dengan handrub

antiseptik (handrub berbasis alkohol)

C17 Menuangkan handrub berbasis alkohol untuk

dapat mencakup seluruh permukaan tangan dan

jari (kira-kira satu sendok teh/3-5cc)

0 1 2 3

C18 Meratakan handrub antiseptik dengan kedua

telapak tangan

0 1 2 3

C19 Menggosok punggung dan sela-sela jari tangan

kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya

0 1 2 3

C20 Menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela

jari

0 1 2 3

C21 Mengunci jari-jari sisi dalam dari kedua tangan 0 1 2 3

C22 Menggosok ibu jari kiri berputar dalam

genggaman tangan kanan dan sebaliknya

0 1 2 3

C23 Menggosok dengan memutar ujung-ujung jari di

telapak tangan kiri dan sebaliknya

0 1 2 3

D. Persepsi tentang Hand Hygiene

D1 Menurut Saya, bila tangan tampak kotor,

mengandung bahan protein, atau cairan tubuh

pasien harus mencuci tangan dengan air mengalir

dan sabun

0 1 2 3

D2 Menurut Saya, jika tangan tidak kotor cukup

dekontaminasi dengan handrub antiseptik saja

0 1 2 3

D3 Menurut Saya, setelah tiba di tempat kerja harus

mencuci tangan atau melakukan dekontaminasi

dengan handrub antiseptik

0 1 2 3

D4 Menurut Saya, sebelum kontak langsung dengan

pasien saya harus mencuci tangan atau melakukan

dekontaminasi dengan handrub antiseptik

0 1 2 3

D5 Menurut Saya, sebelum memakai sarung tangan

untuk melakukan pemeriksaan klinis dan tindakan

invasif, saya harus mencuci tangan atau

melakukan dekontaminasi dengan handrub

antiseptik

0 1 2 3

D6 Menurut saya, mencuci tangan tidak perlu

dilakukan jika Saya akan melakukan tindakan

invasif dengan menggunakan sarung tangan

0 1 2 3

D7 Menurut Saya, sebelum mempersiapkan/

menyediakan obat-obatan, Saya harus mencuci

tangan atau menggunakan handrub antiseptik

0 1 2 3

D8 Menurut Saya, sebelum meninggalkan rumah

sakit, Saya harus mencuci tangan atau melakukan

dekontaminasi dengan handrub antiseptik

0 1 2 3

Page 122: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

No Pernyataan

Jawaban Kode

(0)

Sangat

Tidak

Setuju

(1)

Tidak

Setuju

(2)

Setuju

(3)

Sangat

Setuju

D9 Menurut Saya, jika tangan terkontaminasi saat

melakukan prosedur tertentu pada pasien yang

sama, maka Saya harus mencuci tangan

0 1 2 3

D10 Menurut Saya, setelah kontak dengan pasien,

Saya harus mencuci tangan atau melakukan

dekontaminasi dengan handrub antiseptik

0 1 2 3

D11 Menurut Saya, setelah melepas sarung tangan

atau APD lainnya harus mencuci tangan atau

menggunakan handrub antiseptik

0 1 2 3

D12 Menurut Saya, setelah kontak dengan darah,

cairan tubuh, sekresi, eksudat luka dan peralatan

yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi

dengan darah atau cairan tubuh pasien, Saya

harus mencuci tangan dengan air mengalir dan

sabun

0 1 2 3

D13 Menurut Saya, setelah menggunakan toilet harus

mencuci tangan atau melakukan dekontaminasi

dengan handrub antiseptik

0 1 2 3

D14 Menurut Saya, setelah kontak dengan permukaan

benda mati atau objek lainnya (termasuk

peralatan medis), Saya harus mencuci tangan atau

melakukan dekontaminasi dengan handrub

antiseptik

0 1 2 3

D15 Menurut Saya, tidak masalah jika Saya

menggunakan sabun dan handrub antiseptik

secara bersamaan

0 1 2 3

D16 Menurut Saya, melakukan cuci tangan sesuai

dengan prosedur dapat membuang waktu dan

menghambat Saya untuk menyelesaikan

pekerjaan Saya

0 1 2 3

E. Fasilitas terkait Penerapan Hand Hygiene

E1 Menurut Saya, fasilitas cuci tangan yang ada di

ruangan sulit untuk dijangkau

0 1 2 3

E2 Menurut Saya, air mengalir untuk keperluan cuci

tangan selalu tersedia di ruangan

0 1 2 3

E3 Menurut Saya, sabun untuk keperluan cuci tangan

selalu tersedia di ruangan

0 1 2 3

E4 Menurut Saya, lap kering untuk keperluan cuci

tangan selalu tersedia di ruangan

0 1 2 3

E5 Menurut Saya, handrub antiseptik untuk

keperluan kebersihan tangan perawat selalu

tersedia di ruangan

0 1 2 3

Page 123: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

No Pernyataan

Jawaban

Kode (1) Ya

(0)

Tidak

F. Pengawasan terkait Penerapan Hand Hygiene

F1 Pihak PPIRS atau kepala ruang melakukan pengawasan

langsung dalam pelaksanaan kebersihan tangan perawat

1 0

F2 Pihak PPIRS atau kepala ruang melakukan pengawasan secara

rutin terhadap pelaksanaan kebersihan tangan perawat

1 0

F3 Pihak PPIRS atau kepala ruang melakukan pengawasan

langsung terhadap fasilitas cuci tangan di ruangan

1 0

F4 Pihak PPIRS atau kepala ruang memberikan pemberitahuan

kepada perawat terlebih dahulu sebelum melakukan

pengawasan dalam pelaksanaan kebersihan tangan

1 0

F5 Pihak PPIRS atau kepala ruang melakukan upaya perbaikan

kepatuhan cuci tangan perawat dengan memberikan sanksi

1 0

F6 Saat melakukan pengawasan, pihak PPIRS atau kepala ruang

memberikan teguran atau sanksi jika perawat tidak melakukan

tindakan cuci tangan sesuai dengan prosedur

1 0

F7 Rumah Sakit menetapkan sanksi bagi perawat yang tidak

melaksanakan kebersihan tangan/hand hygiene sesuai prosedur

1 0

F8 Adanya pengawasan dari pihak PPIRS atau kepala ruang dapat

meningkatkan motivasi Saya untuk patuh dalam melakukan

keersihan tangan/hand hygiene sesuai dengan prosedur

1 0

“Terimakasih Atas Kesediaan Anda Mengisi Kuesioner Penelitian Ini”

Page 124: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Lampiran 2 LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

No/Nama Responden :

Shift :

Ket. Pengisian : Ya ( √ ), Tidak ( X )

No. Pernyataan Waktu Observasi Ke-

1 2 3 4

G. Perilaku Penerapan Hand Hygiene

Saat melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, responden melakukan langkah-langkah

berikut:

G1 Membasahi tangan dengan air mengalir yang bersih

G2 Menuangkan 3-5cc sabun cair untuk menyabuni seluruh permukaan

tangan

G3 Meratakan sabun dengan kedua telapak tangan

G4 Menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan

kanan dan sebaliknya

G5 Menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

G6 Mengunci jari-jari sisi dalam dari kedua tangan

G7 Menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan

dan sebaliknya

G8 Menggosok dengan memutar ujung-ujung jari di telapak tangan kiri

dan sebaliknya

G9 Membilas kedua tangan dengan air mengalir

G10 Mengeringkan tangan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel

sampai benar-benar kering

G11 Menggunakan handuk sekali pakai/tissue towel untuk menutup kran

air

Saat melakukan kebersihan tangan dengan handrub antiseptik, responden melakukan langkah-langkah

berikut:

G12 Menuangkan handrub antiseptik untuk dapat mencakup seluruh

permukaan tangan dan jari (kira-kira satu sendok teh/3-5cc)

G13 Meratakan handrub antiseptik dengan kedua telapak tangan

G14 Menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan

kanan dan sebaliknya

G15 Menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

G16 Mengunci jari-jari sisi dalam dari kedua tangan

G17 Menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan

dan sebaliknya

G18 Menggosok dengan memutar ujung-ujung jari di telapak tangan kiri

dan sebaliknya

Page 125: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Lampiran 3 OUTPUT HASIL PENELITIAN

OUTPUT USIA

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

A4_Usia .110 94 .007 .947 94 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

A4_Usia Mean 34.93 1.106

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 32.73

Upper Bound 37.12

5% Trimmed Mean 34.47

Median 33.00

Variance 114.951

Std. Deviation 10.722

Minimum 20

Maximum 68

Range 48

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Usia Dewasa Awal 65 69.1 69.1 69.1

Usia Dewasa Madya 29 30.9 30.9 100.0

Total 94 100.0 100.0

OUTPUT MASA KERJA

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

A5_Masa_Kerja .145 94 .000 .905 94 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

A5_Masa_Kerja Mean 12.90 1.034

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 10.85

Upper Bound 14.96

5% Trimmed Mean 12.48

Median 10.00

Variance 100.453

Std. Deviation 10.023

Minimum 1

Maximum 35

Range 34

Masa_Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 2 Tahun 15 16.0 16.0 16.0

> 2 Tahun 79 84.0 84.0 100.0

Total 94 100.0 100.0

Page 126: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

OUTPUT TINGKAT PENDIDIKAN

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

A6_Tingkat_Pendidikan .521 94 .000 .392 94 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

A6_Tingkat_Pendidikan Mean 1.13 .035

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.06

Upper Bound 1.20

5% Trimmed Mean 1.09

Median 1.00

Variance .113

Std. Deviation .335

Minimum 1

Maximum 2

Range 1

A6_Tingkat_Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Menengah 82 87.2 87.2 87.2

Tinggi 12 12.8 12.8 100.0

Total 94 100.0 100.0

OUTPUT PELATIHAN

Descriptives

Statistic Std. Error

A7_Pelatihan Mean .99 .011

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .97

Upper Bound 1.01

5% Trimmed Mean 1.00

Median 1.00

Variance .011

Std. Deviation .103

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

A7_Pelatihan .530 94 .000 .079 94 .000

a. Lilliefors Significance Correction

A7_Pelatihan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 1 1.1 1.1 1.1

Ya 93 98.9 98.9 100.0

Total 94 100.0 100.0

Page 127: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

OUTPUT PENGETAHUAN

Descriptives

Statistic Std. Error

skoring_pengetahuan Mean 33.73 .117

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 33.50

Upper Bound 33.97

5% Trimmed Mean 33.80

Median 34.00

Variance 1.294

Std. Deviation 1.138

Minimum 30

Maximum 36

Range 6

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skoring_pengetahuan .252 94 .000 .876 94 .000

a. Lilliefors Significance Correction

pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 74 78.7 78.7 78.7

Baik 20 21.3 21.3 100.0

Total 94 100.0 100.0

OUTPUT SIKAP

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

skoring_sikap .251 94 .000 .807 94 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

skoring_sikap Mean 57.23 .947

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 55.35

Upper Bound 59.12

5% Trimmed Mean 57.46

Median 62.50

Variance 84.375

Std. Deviation 9.186

Minimum 42

Maximum 68

Range 26

sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 47 50.0 50.0 50.0

Positif 47 50.0 50.0 100.0

Total 94 100.0 100.0

Page 128: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

OUTPUT PERSEPSI

Descriptives

Statistic Std. Error

skoring_persepsi Mean 38.65 .556

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 37.55

Upper Bound 39.75

5% Trimmed Mean 38.67

Median 39.00

Variance 29.026

Std. Deviation 5.388

Minimum 29

Maximum 48

Range 19

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skoring_persepsi .137 94 .000 .952 94 .002

a. Lilliefors Significance Correction

persepsi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 49 52.1 52.1 52.1

Positif 45 47.9 47.9 100.0

Total 94 100.0 100.0

OUTPUT FASILITAS

Descriptives

Statistic Std. Error

skoring_fasilitas Mean 10.89 .225

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 10.45

Upper Bound 11.34

5% Trimmed Mean 10.86

Median 11.00

Variance 4.763

Std. Deviation 2.182

Minimum 7

Maximum 15

Range 8

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

skoring_fasilitas .148 94 .000 .950 94 .001

a. Lilliefors Significance Correction

fasilitas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Tersedia 57 60.6 60.6 60.6

Tersedia 37 39.4 39.4 100.0

Total 94 100.0 100.0

Page 129: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

E1_NEW Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 3.2 3.2 3.2

1 6 6.4 6.4 9.6

2 55 58.5 58.5 68.1

3 30 31.9 31.9 100.0

Total 94 100.0 100.0

E2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 2 2.1 2.1 2.1

2 43 45.7 45.7 47.9

3 49 52.1 52.1 100.0

Total 94 100.0 100.0

E3 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 13 13.8 13.8 13.8

2 55 58.5 58.5 72.3

3 26 27.7 27.7 100.0

Total 94 100.0 100.0

E4 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 7 7.4 7.4 7.4

1 34 36.2 36.2 43.6

2 34 36.2 36.2 79.8

3 19 20.2 20.2 100.0

Total 94 100.0 100.0

E5 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 3 3.2 3.2 3.2

2 51 54.3 54.3 57.4

3 40 42.6 42.6 100.0

Total 94 100.0 100.0

OUTPUT PENGAWASAN

Descriptives

Statistic Std. Error

skoring_pengawasan Mean 6.21 .130

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 5.95

Upper Bound 6.47

5% Trimmed Mean 6.31

Median 7.00

Variance 1.589

Std. Deviation 1.260

Minimum 1

Maximum 8

Range 7

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

skoring_pengawasan .287 94 .000 .824 94 .000

Page 130: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Descriptives

Statistic Std. Error

skoring_pengawasan Mean 6.21 .130

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 5.95

Upper Bound 6.47

5% Trimmed Mean 6.31

Median 7.00

Variance 1.589

Std. Deviation 1.260

Minimum 1

Maximum 8

Range 7

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

skoring_pengawasan .287 94 .000 .824 94 .000

a. Lilliefors Significance Correction

pengawasan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 88 93.6 93.6 93.6

Ya 6 6.4 6.4 100.0

Total 94 100.0 100.0

OUTPUT PERILAKU HAND HYGIENE

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

skoring_hand_hygiene 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

skoring_hand_hygiene Mean 12.9176 .13813

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 12.6433

Upper Bound 13.1919

5% Trimmed Mean 12.8874

Median 12.7500

Variance 1.794

Std. Deviation 1.33923

Minimum 9.50

Maximum 16.00

Range 6.50

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

skoring_hand_hygiene .115 94 .004 .957 94 .004

a. Lilliefors Significance Correction

Page 131: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Perilaku_HandHygiene

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 52 55.3 55.3 55.3

Baik 42 44.7 44.7 100.0

Total 94 100.0 100.0

OUTPUT PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN SABUN DAN AIR MENGALIR

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

skoring_cuci_tangan 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

skoring_cuci_tangan Mean 8.0426 .08921

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 7.8654

Upper Bound 8.2197

5% Trimmed Mean 8.0284

Median 8.0000

Variance .748

Std. Deviation .86497

Minimum 5.25

Maximum 10.25

Range 5.00

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

skoring_cuci_tangan .137 94 .000 .965 94 .013

a. Lilliefors Significance Correction

Perilaku_HandHygiene_Sabun_AirMengalir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 58 61.7 61.7 61.7

Baik 36 38.3 38.3 100.0

Total 94 100.0 100.0

OUTPUT PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN HANDRUB

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

skoring_handrub 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

skoring_handrub Mean 4.8750 .07903

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 4.7181

Upper Bound 5.0319

Page 132: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

5% Trimmed Mean 4.8422

Median 4.7500

Variance .587

Std. Deviation .76618

Minimum 2.25

Maximum 7.00

Range 4.75

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skoring_handrub .139 94 .000 .936 94 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Perilaku_HandHygiene_Handrub

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 54 57.4 57.4 57.4

Baik 40 42.6 42.6 100.0

Total 94 100.0 100.0

OUTPUT PERILAKU SABUN DAN AIR MENGALIR DENGAN DETERMINANNYA

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Usia * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir

Total Kurang Baik

Usia Dewasa Awal Count 44 21 65

% within Usia 67.7% 32.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

75.9% 58.3% 69.1%

Dewasa Madya Count 14 15 29

% within Usia 48.3% 51.7% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

24.1% 41.7% 30.9%

Total Count 58 36 94

% within Usia 61.7% 38.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat_Pendidikan * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Page 133: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Tingkat_Pendidikan * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAir

Mengallir

Total Kurang Baik

Tingkat_Pendidikan Menengah Count 54 28 82

% within Tingkat_Pendidikan 65.9% 34.1% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

93.1% 77.8% 87.2%

Tinggi Count 4 8 12

% within Tingkat_Pendidikan 33.3% 66.7% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

6.9% 22.2% 12.8%

Total Count 58 36 94

% within Tingkat_Pendidikan 61.7% 38.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Masa_Kerja * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Masa_Kerja * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir

Total Kurang Baik

Masa_Kerja < 2 Tahun Count 8 7 15

% within Masa_Kerja 53.3% 46.7% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

13.8% 19.4% 16.0%

> 2 Tahun Count 50 29 79

% within Masa_Kerja 63.3% 36.7% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

86.2% 80.6% 84.0%

Total Count 58 36 94

% within Masa_Kerja 61.7% 38.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan *

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Page 134: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Pengetahuan * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir

Total Kurang Baik

Pengetahuan Kurang Count 42 32 74

% within Pengetahuan 56.8% 43.2% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

72.4% 88.9% 78.7%

Baik Count 16 4 20

% within Pengetahuan 80.0% 20.0% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

27.6% 11.1% 21.3%

Total Count 58 36 94

% within Pengetahuan 61.7% 38.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sikap * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Sikap * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir

Total Kurang Baik

Sikap Negatif Count 30 17 47

% within Sikap 63.8% 36.2% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

51.7% 47.2% 50.0%

Positif Count 28 19 47

% within Sikap 59.6% 40.4% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

48.3% 52.8% 50.0%

Total Count 58 36 94

% within Sikap 61.7% 38.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Persepsi * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Page 135: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Persepsi * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Total

Kurang Baik

Persepsi Negatif Count 29 20 49

% within Persepsi 59.2% 40.8% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

50.0% 55.6% 52.1%

Positif Count 29 16 45

% within Persepsi 64.4% 35.6% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

50.0% 44.4% 47.9%

Total Count 58 36 94

% within Persepsi 61.7% 38.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Fasilitas * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Fasilitas * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir

Total Kurang Baik

Fasilitas Tidak Tersedia Count 36 21 57

% within Fasilitas 63.2% 36.8% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

62.1% 58.3% 60.6%

Tersedia Count 22 15 37

% within Fasilitas 59.5% 40.5% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

37.9% 41.7% 39.4%

Total Count 58 36 94

% within Fasilitas 61.7% 38.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Sabun

DanAirMengallir

100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pelatihan * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Page 136: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Pelatihan * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir

Total Kurang Baik

Pelatihan Tidak Count 0 1 1

% within Pelatihan .0% 100.0% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_SabunDan

AirMengallir

.0% 2.8% 1.1%

Ya Count 58 35 93

% within Pelatihan 62.4% 37.6% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_SabunDan

AirMengallir

100.0% 97.2% 98.9%

Total Count 58 36 94

% within Pelatihan 61.7% 38.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_SabunDan

AirMengallir

100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengawasan * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Pengawasan * Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAirMengallir Total

Kurang Baik

Pengawasan Tidak Count 54 34 88

% within Pengawasan 61.4% 38.6% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAir

Mengallir

93.1% 94.4% 93.6%

Ya Count 4 2 6

% within Pengawasan 66.7% 33.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAir

Mengallir

6.9% 5.6% 6.4%

Total Count 58 36 94

% within Pengawasan 61.7% 38.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_SabunDanAir

Mengallir

100.0% 100.0% 100.0%

OUTPUT PERILAKU HAND HYGIENE DENGAN HANDRUB DAN DETERMINANNYA

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * Perilaku_HandHygiene_Handrub 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Page 137: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Usia * Perilaku_HandHygiene_Handrub Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_Handrub

Total Kurang Baik

Usia Dewasa Awal Count 38 27 65

% within Usia 58.5% 41.5% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 70.4% 67.5% 69.1%

Dewasa Madya Count 16 13 29

% within Usia 55.2% 44.8% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 29.6% 32.5% 30.9%

Total Count 54 40 94

% within Usia 57.4% 42.6% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat_Pendidikan * Perilaku_HandHygiene_Handrub 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Tingkat_Pendidikan * Perilaku_HandHygiene_Handrub Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_Handrub

Total Kurang Baik

Tingkat_Pendidikan Menengah Count 50 32 82

% within Tingkat_Pendidikan 61.0% 39.0% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 92.6% 80.0% 87.2%

Tinggi Count 4 8 12

% within Tingkat_Pendidikan 33.3% 66.7% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 7.4% 20.0% 12.8%

Total Count 54 40 94

% within Tingkat_Pendidikan 57.4% 42.6% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Masa_Kerja * Perilaku_HandHygiene_Handrub 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Masa_Kerja * Perilaku_HandHygiene_Handrub Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_Handrub

Total Kurang Baik

Masa_Kerja < 2 Tahun Count 10 5 15

% within Masa_Kerja 66.7% 33.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 18.5% 12.5% 16.0%

Page 138: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

> 2 Tahun Count 44 35 79

% within Masa_Kerja 55.7% 44.3% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 81.5% 87.5% 84.0%

Total Count 54 40 94

% within Masa_Kerja 57.4% 42.6% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Perilaku_HandHygiene_Handrub 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Pengetahuan * Perilaku_HandHygiene_Handrub Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_Handrub Total

Kurang Baik

Pengetahuan Kurang Count 43 31 74

% within Pengetahuan 58.1% 41.9% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 79.6% 77.5% 78.7%

Baik Count 11 9 20

% within Pengetahuan 55.0% 45.0% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 20.4% 22.5% 21.3%

Total Count 54 40 94

% within Pengetahuan 57.4% 42.6% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sikap * Perilaku_HandHygiene_Handrub 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Sikap * Perilaku_HandHygiene_Handrub Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_Handrub

Total Kurang Baik

Sikap Negatif Count 27 20 47

% within Sikap 57.4% 42.6% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 50.0% 50.0% 50.0%

Positif Count 27 20 47

% within Sikap 57.4% 42.6% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 50.0% 50.0% 50.0%

Total Count 54 40 94

% within Sikap 57.4% 42.6% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 100.0% 100.0% 100.0%

Page 139: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Persepsi * Perilaku_HandHygiene_Handrub 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Persepsi * Perilaku_HandHygiene_Handrub Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_Handrub

Total Kurang Baik

Persepsi Negatif Count 26 23 49

% within Persepsi 53.1% 46.9% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 48.1% 57.5% 52.1%

Positif Count 28 17 45

% within Persepsi 62.2% 37.8% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 51.9% 42.5% 47.9%

Total Count 54 40 94

% within Persepsi 57.4% 42.6% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Fasilitas * Perilaku_HandHygiene_Handrub 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Fasilitas * Perilaku_HandHygiene_Handrub Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_Handrub

Total Kurang Baik

Fasilitas Tidak Tersedia Count 32 25 57

% within Fasilitas 56.1% 43.9% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 59.3% 62.5% 60.6%

Tersedia Count 22 15 37

% within Fasilitas 59.5% 40.5% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 40.7% 37.5% 39.4%

Total Count 54 40 94

% within Fasilitas 57.4% 42.6% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pelatihan * Perilaku_HandHygiene_Handrub 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Pelatihan * Perilaku_HandHygiene_Handrub Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_Handrub Total

Kurang Baik

Pelatihan Tidak Count 0 1 1

Page 140: GAMBARAN PERILAKU HAND HYGIENE DAN DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36710/1/RAHFITA... · ii pernyataan persetujuan judul skripsi gambaran perilaku

% within Pelatihan .0% 100.0% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub .0% 2.5% 1.1%

Ya Count 54 39 93

% within Pelatihan 58.1% 41.9% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 100.0% 97.5% 98.9%

Total Count 54 40 94

% within Pelatihan 57.4% 42.6% 100.0%

% within Perilaku_HandHygiene_Handrub 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengawasan * Perilaku_HandHygiene_Handrub 94 100.0% 0 .0% 94 100.0%

Pengawasan * Perilaku_HandHygiene_Handrub Crosstabulation

Perilaku_HandHygiene_Handrub Total

Kurang Baik

Pengawasan Tidak Count 52 36 88

% within Pengawasan 59.1% 40.9% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 96.3% 90.0% 93.6%

Ya Count 2 4 6

% within Pengawasan 33.3% 66.7% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 3.7% 10.0% 6.4%

Total Count 54 40 94

% within Pengawasan 57.4% 42.6% 100.0%

% within

Perilaku_HandHygiene_Handrub 100.0% 100.0% 100.0%