gambaran kesesuaian standar porsi makan rumah sakit …repository.poltekkes-kdi.ac.id/766/1/kti luh...

67
GAMBARAN KESESUAIAN STANDAR PORSI MAKAN RUMAH SAKIT DENGAN BESAR PORSI YANG DISAJIKAN PADA DIET DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI GIZI RSUD BAHTERAMAS Karya Tulis Ilmiah Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan D-III Gizi Oleh : LUH SEPTY DEBITYA SUGIARTI NIM.P00331015.012 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKHNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN GIZI 2018

Upload: lydang

Post on 05-Jun-2019

290 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

1

GAMBARAN KESESUAIAN STANDAR PORSI MAKAN RUMAH SAKIT

DENGAN BESAR PORSI YANG DISAJIKAN PADA DIET DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI GIZI RSUD BAHTERAMAS

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan D-III Gizi

Oleh :

LUH SEPTY DEBITYA SUGIARTI

NIM.P00331015.012

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKHNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN GIZI

2018

ii

iii

iv

RINGKASAN

LUH SEPTY DEBITYA SUGIARTI

Di bawah bimbingan Sri Yunanci V. G. dan Kasmawati

Latar belakang : Ruang lingkup penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi

produksi dan distribusi makanan kepada pasien dalam rangka pencapaian status

kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Diet yang tepat harus sesuai

diagnosis gizi yang telah ditetapkan yang kemudian diimplementasikan ke dalam suatu

intervensi menu diet. Di dalam menu diet terdapat standar yang harus disesuaikan

dengan kondisi pasien, seperti standar porsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kesesuaian standar porsi makan rumah sakit dengan besar porsi yang disajikan pada diet

diabetes mellitus tipe 2 di ruang rawat inap kelas I, II dan III RSUD Bahteramas.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survey dan

telah dilaksanakan pada tanggal 23 Juli s/d 5 Agustus 2018 bertempat di RSUD

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampel yag digunakan dalam penelitian ini

adalah 17 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling.

Hasil : Hasil penelitian menurut kesesuaian standar porsi menunjukkan bahwa dari 17

sampel yang peneliti gunakan, kesesuaian standar porsi sebagian kecil yaitu 2 orang

(11,8%) dalam kategori baik dan sebagian besar yaitu 15 orang (88,2%) dalam kategori

kurang. Kesesuaian standar porsi ini dapat disimpulkan bahwa kesesuaian standar porsi

makanan pokok ( nasi ) dari hasil penimbangan menu selama satu hari penimbangan

makan tergolong kurang.

Kata Kunci : Kesesuaian Standar Porsi, Besar Porsi dan Diabetes Mellitus Tipe 2

Daftar Bacaan :12 (2002 – 2017)

v

A DESCRIPTION OF THE SUITABILITY OF THE STANDARD HOSPITAL

MEAL PORTION WITH THE LARGE PORTION SERVED ON THE

TYPE 2 DIABETES MELLITUS DIET IN THE NUTRITIONAL

INSTALLATION OF BAHTERAMAS PUBLIC HOSPITAL

ABSTRACT

Luh Septy Debytia Sugiarti

Background : The scope of hospital food administration includes the production and

distribution of food to patients in order to achieve optimal health status through the

provision of appropriate diets. The right diet must match a predetermined nutritional

diagnosis which is then implemented into a diet menu intervention. In the diet menu

there are standards that must be adjusted to the patient's condition, such as serving

standards. This study aims to determine the suitability of the standard hospital meal

portions with the large portions served on type 2 diabetes mellitus diets in the class I, II

and III inpatient rooms of Bahteramas Public Hospital.

Method : This research is a descriptive study with a survey approach and has been

carried out on 23 July to 5 August 2018 at the Bahteramas Regional Hospital of

Southeast Sulawesi Province. The sample used in this study was 17 people. The

sampling technique used was purposive sampling.

Result : The results of the study according to the standard portion suitability showed

that of the 17 samples that the researcher used, the proportion of the standard portion

was 2 people (11.8%) in the good category and most of them were 15 people (88.2%) in

the poor category. Suitability of this portion standard can be concluded that the

suitability of the standard portion of staple food (rice) from the results of weighing the

menu for one day weighing meals is classified as lacking.

Keyword : Suitability of Portion Standard, Portion Size and Type 2 Diabetes Mellitus

References : 12 (2002 – 2017)

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan Judul “Gambaran Kesesuaian Standar Porsi Makan Rumah Sakit

Dengan Besar Porsi Yang Disajikan Pada Diet Diabetes Melitus Tipe 2 Di Instalasi Gizi

Rumah Sakit Bahteramas” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Diploma III Bidang Gizi.

Proses Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang

dalam penyusunannya yang tentu tidak lepas dari bantuan moril dan material pihak lain.

Karena itu sudah sepatutnya penulis dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati

menyampaikan ucapan terima kasih pada :

1. Askrening, SKM, M. Kes, selaku Direktur Poltekes Kemenkes Kendari.

2. Sri Yunanci, VG, SST, MPH, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes

Kendari sekaligus Pembimbing I dengan penuh kesabaran dan keikhlasan

membimbing penuh dan membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

3. Kasmawati, S. Gz, M. Kes, selaku Pembimbing II dengan segala kemampuan dan

keikhlasannya membimbing dan membantu penulis sehingga terselesaikannya

Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Hariani, SST, MPH, selaku Penguji I yang telah memberikan kritik dan saran demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Dr. Fatmawati, SKM, M. Kes dan Dr. Suriana Koro, SP, M. Kes, selaku penguji

II yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah

ini.

6. I Made Rai S., S, Gz. MPH, selaku penguji III yang telah memberikan kritik dan

saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh Staf Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kendari.

8. Kepala Rumah Sakit dan Kepala Instalasi Gizi di Rumah Sakit Bahteramas yang

telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Semua rekan-rekan mahasiswa Tingkat III.

vii

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Ucapan terimakasih yang tidak ternilai harganya penulis persembahkan kepada

Ayahanda (I Made Sugiarta), Ibunda (Ni Ketut Sutia W.) yang telah memberikan kasih

sayangnya serta merawat, mendidik, membantu, dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Tidak lupa juga kepada adik saya yang tercinta

(Kadek Ari Sugiarta dan Putu Sintha Kristiani), keluarga yang tercinta, Pembimbing

Akademik Ahmad, SKM, M. Kes, sahabat (Pebrianti Rahim, Feni Pramaditha,

Samudra Munse, Jeki Jaya S, Misdanayanti, Wa Ode Revyta, Sri Asnita, Lilis

Angriani, Sri Putri Nurjannah, Febyana Sesa, Rina Eka, Titas Kusuma dan Novha

Fanca Cisillia) dan terimakasih juga untuk I Gede Mediana Saputra yang telah

memberikan motivasi, membantu dan menemani saya dalam menyusun KTI.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah Penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat

mengharapkan setiap koreksi, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah

ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi semua. Svaha.

Kendari, Agustus 2018

Penyusun,

Luh Septy Debitya Sugiarti

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

RINGKASAN ............................................................................................... iv

ABSTRACT ................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Massalah ................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 6

A. Penyelenggaraan Makanan ..................................................... 6

1. Pengertian Penyelenggaraan Makanan ............................ 6

2. Jenis Penyelenggaraan Makanan ...................................... 6

3. Faktor- faktor dalam Penyelenggaraan Makanan .............. 8

B. Standar Porsi ......................................................................... 10

1. Pengertian Standar Porsi .................................................. 10

2. Food Weighing ................................................................ 12

C. Pemorsian Menu Makanan ..................................................... 12

D. Pemorsian Makanan Diet Khusus........................................... 14

E. Definisi Diabetes Melitus Tipe 2 ........................................... 15

F. Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2 ....................................... 15

G. Patogenesis ........................................................................... 16

H. Patofisologi ........................................................................... 16

I. Faktor Resiko ........................................................................ 17

J. Gejala Klinis ......................................................................... 18

ix

K. Diagnosis .............................................................................. 19

L. Obat – Obat Diabetes Melitus ............................................... 20

1. Antidiabetik oral ........................................................... 20

2. Insulin ........................................................................... 21

M. Komplikasi diabetes mellitus ................................................ 21

1. Komplikasi akut ............................................................ 22

2. Komplikasi Kronis ........................................................ 22

N. Pencegahan ........................................................................... 22

1. Pencegahan Premordial .................................................. 23

2. Pencegahan Primer ......................................................... 23

3. Pencegahan Sekunder ..................................................... 24

4. Pencegahan Tersier ........................................................ 24

O. Terapi Diit ............................................................................ 25

1. Pengaturan Kandungan Hidrat Arang Dalam Diit ........... 25

2. Kandungan Kalori Dalam Makanan Setiap Hari ............. 25

3. Kandungan Protein Dan Lemak ...................................... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 28

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 28

B Waktu dan Tempat ................................................................ 28

C Populasi dan Sampel .............................................................. 28

1. Populasi ......................................................................... 28

2. Sampel ............................................................................ 28

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................ 29

1. Data Primer .................................................................... 29

2. Data Sekunder ................................................................ 29

E. Pengolahan, analisis dan penyajian data ................................ 29

1. Pengolahan Data ............................................................ 29

2. Analisis Data .................................................................. 30

3. Penyajian Data ............................................................... 30

F. Penyajian Data ....................................................................... 30

G. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................. 30

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 32

A. Hasil .......... ................................................................................... 32

1. Gambaran Umum Lokasi ...................................................... 32

a. Letak Geografis ............................................................... 32

b. Lingkungan Fisik ............................................................ 32

c. Status Rumah Sakit .......................................................... 33

d. Sarana dan Prasarana ...................................................... 34

e. Fasilitas Pelayanan Kesehatan ......................................... 35

f. Sumber Daya Manusia .................................................... 36

g. Visi dan Misi .................................................................. 37

h. Instalasi Gizi ................................................................... 37

2. Gambaran Umum Sampel ..................................................... 38

a. Karakteristik Sampel Penelitian ....................................... 39

3. Standar Porsi Diet DM Tipe 2 Di Instalasi Gizi RSUD........... 40

4. Kesesuaian Standar Porsi ...................................................... 41

B. Pembahasan .. ................................................................................... 42

1. Standar Porsi .............................................................................. 42

2. Porsi Yang Disajikan .................................................................. 42

3. Kesesuaian Standar Porsi ............................................................ 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 45

A. Kesimpulan .. ................................................................................... 45

B. Saran .......... ................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 47

LAMPIRAN ............................................................................................... 49

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jenjang Pendidikan Tenaga Di Instalasi Gizi RSUD Bahteramas ............ 37

2 Karakteristik Sampel ............................................................................. 39

3 Standar Porsi Diet DM Tipe 2 Di Instalasi Gizi RSUD Bahteramas ....... 40

4 Kesesuaian Standar Porsi Makan ........................................................... 41

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

2 Kuesioner

3 Form Kesesuaian Standar Porsi Makan

4 Surat Izin Pengambilan Data Awal

5 Surat Permohonan Penerbitan Izin Penelitian

6 Surat Permohonan Izin Penelitian

7 Surat Izin Penelitian Dari Badan Riset

8 Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian

9 Surat Izin Penelitian Di RSUD Bahteramas

10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

11 Master Tabel

12 Dokumentasi Penelitian

1

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan

mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan,

perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan

penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan pelaporan,

serta evaluasi. Tujuan dari penyelenggaraan makanan rumah sakit yaitu

menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan

dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.

Konsumen dalam penyelenggaraan makananan rumah sakit adalah pasien,

terutama pasien rawat inap ( Kemenkes RI, 2013 dalam Bill, 2015).

Ruang lingkup penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi produksi

dan distribusi makanan kepada pasien dalam rangka pencapaian status kesehetan

yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Diet yang tepat harus sesuai

diagnosis gizi yang telah ditetapkan yang kemudian diimplementasikan ke dalam

suatu intervensi menu diet. Di dalam suatu menu diet terdapat standar yang

harus disesuaikan dengan kondisi pasien, seperti standar porsi (Ambarwati,

2016).

Menurut penelitian Ambarwati ( 2016 ) besar porsi seringkali menjadi

hal yang salah saat menyajikan makanan, terutama dalam pemorsian makanan.

Masih terjadi kelebihan dan kekurangan porsi karena tidak ada ukuran yang

tepat dalam pemorsian makanan pokok. Pemorsian makanan ini harus sesuai

2

dengan standar porsi yang telah ditentukan oleh pihak instalasi gizi rumah sakit

dimana sandar porsi yang digunakan yaitu 25 – 30 kkal/kg BB (almatsier, 2006).

Besar porsi akan berpengaruh langsung tehadap nilai gizi yang terkandung

dalam suatu makanan.

Berdasarkan hasil penelitian Wadyomukti (2017), menunjukkan bahwa

sebagian besar hasil pemorsian dari pemorsian nasi, bubur nasi dan bubur saring

yang disajikan oleh subjek ada yang tidak tepat porsi. Porsi yang tidak tepat

sebanyak 36% nasi, 72% bubur nasi dan 90% pada bubur saring. Oleh sebab itu

sangat diperlukan observasi untuk melihat kesesuaian standar porsi yang

ditetapkan, begitu juga standar porsi pada pasien dirumah sakit utamanya pasien

yang menderita penyakit diabetes mellitus.

Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik menahun yang

diakibatkan oleh pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tubuh

tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif sehingga dapat

mengakibatkan terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah

(hiperglikemia) (Kemenkes, 2014 dalam Nakamireto, 2016). Berdasarkan data

Internasional Diabetes Federation/(IDF) (2014) dalam penelitian Nakamireto

(2016), jumlah penduduk yang mengalami diabetes mellitus di seluruh dunia

saat ini sebanyak 8,3% atau sebanyak 387 juta jiwa. Sedangkan benua Asia

menduduki peringkat pertama dari 7 benua yaitu 138 juta jiwa atau 8,5%.

Diabetes mellitus dibagi menjadi empat yaitu, diabetes mellitus tipe 1,

diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus gestasional, dan diabetes mellitus tipe

lain (Suyono, 2011 Nakamireto, 2016). Dari keempat tipe diabetes mellitus

jumlah terbanyak terdiagnosis adalah diabetes mellitus tipe 2. Studi populasi

3

diabetes mellitus tipe 2 di berbagai negara oleh IDF pada tahun 2014

menunjukan bahwa jumlah penderita diabetes mellitus (20-79 tahun) di

Indonesia menempati urutan ke-5 terbesar setelah China, India, Amerika, dan

Brazil dengan jumlah 5,81% atau sekitar 9,1 juta jiwa (IDF, 2014 dalam

Nakamireto, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Bahteramas, mulai bulan

Januari hingga Desember 2017, jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak

3.405 pasien. Dimana pada bulan Januari 234 pasien, Februari 248 pasien, Maret

284 pasien, April 249 pasien, Mei 329 pasien, Juni 290 pasien, Juli 290 pasien,

Agustus 284 pasien, September 188 pasien, Oktober 349 pasien, November 336

pasien dan Desember sebanyak 324 pasien ( RSUD, 2017 ).

Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor

risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik

yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok

tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, Indeks Masa

Tubuh, lingkar pinggang dan umur. Tidak jarang, penderita DM yang sudah

parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan.Untuk

menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka

dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat

oral hiperglikemik dan insulin ( Fatimah, 2015 ).

Dari penjelasan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian

tentang “Gambaran kesesuaian standar porsi makan Rumah Sakit dengan besar

porsi yang disajikan pada diet diabetes mellitus tipe 2 di Instalasi Gizi RSUD

Bahteramas”.

4

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran kesesuaian standar porsi makan ( makanan pokok )

yang ditetapkan dengan besar porsi yang disajikan pada diet DM tipe 2 di

Instalasi Gizi RSUD Bahteramas?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kesesuaian standar porsi makan ( makanan pokok )

yang ditetapkan dengan besar porsi yang disajikan pada diet DM tipe 2 di

Instalasi Gizi RSUD Bahteramas.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan standar porsi diet DM Tipe 2 di Instalasi Gizi RSUD

Bahteramas.

b. Mendeskripsikan besar porsi diet DM Tipe 2 yang disajikan oleh

petugas di Instalasi Gizi RSUD Bahteramas.

c. Mendeskripsikan kesesuaian besar porsi makanan (makan pokok) yang

ditetapkan dengan besar porsi yang disajikan untuk diet DM tipe 2 di

RSUD Bahteramas.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat mengetahui kesesuaian standar porsi yang ditetapkan

dengan besar porsi yang disajikan di Instalasi Gizi RSUD Bahteramas.

5

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan evaluasi oleh Instalasi Gizi RSUD Bahteramas dalam

meningkatkan ketelitian proses pemorsian agar sesuai dengan standar porsi

yang ditetapkan oleh RSUD Bahteramas.

3. Bagi Petugas Gizi

Memberi informasi tentang kesesuaian standar porsi Diet DM Tipe 2

dengan besar porsi yang disajikan di Instalasi Gizi RSUD Bahteramas.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyelenggaraan Makanan

1. Pengertian Penyelenggaraan Makanan

Penyelenggaraan makanan institusi adalah serangkaian kegiatan mulai

dari perencanaan menu, penyediaan atau pembelian bahan makanan,

penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan, persiapan dan

pemasakan bahan makanan, pencatatan dan pelaporan serta evaluasi yang

dilaksanakan dalam rangka penyediaan makanan bagi kelompok masyarakat

di sebuah institusi. Selain untuk memenuhi kebutuhan gizi, penyelenggaraan

makanan bertujuan untuk menyediakan makanan yang baik dari segi mutu,

jenis maupun jumlahnya (Depkes RI, 2006 dalam Crisyanti, 2016).

Tujuan penyelenggaraan makanan institusi adalah menyediakan makanan

yang berkualitas baik, bervariasi, memenuhi kecukupan gizi, dapat diterima

dan menyenangkan konsumen dengan memperhatikan standar higiene dan

sanitasi yang tinggi termasuk macam peralatan dan sarana yang digunakan.

2. Jenis Penyelenggaraan Makanan

Menurut penelitian Crisyanti ( 2016 ) pada dasarnya penyelenggaraan makan

terdiri dari :

a. Penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi pada keuntungan

(bersifat komersial). Penyelenggaraan makanan ini dilaksanakan untuk

mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Bentuk usaha ini seperti

restaurant, snack bars, cafetaria, dan catering. Usaha penyelenggaraan

7

makanan ini bergantung pada cara menarik konsumen sebanyak-

banyaknya dan manajemennya harus dapat bersaing dengan

penyelenggaraan makanan yang lain.

b. Penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi pelayanan (bersifat

non-komersial). Penyelenggaraan makanan ini dilakukan oleh suatu

instansi baik dikelola pemerintah, badan swasta ataupun yayasan sosial

yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Bentuk

penyelenggaraan ini biasanya berada didalam satu tempat yaitu asrama,

panti asuhan, rumah sakit, perusahaan, lembaga kemasyarakatan, sekolah

dan lain lain. Frekuensi makan dalam penyelenggaraan makanan yang

bersifat non komersial ini 2-3 kali dengan atau tanpa selingan (Moehyi,

1992 dalam Khazanah, 2010). Berbeda dengan penyelenggaraan

makanan komersial, penyelenggaraan makanan institusi non-komersial

berkembang sangat lambat. Keterbatasan dalam penyelenggaraan

makanan institusi non- komersial, seperti pelayanan yang tidak terlatih

dan biaya serta peralatan yang terbatas menyebabkan penyelenggaraan

makanan institusi non- komersial lambat dalam mengalami kemajuan.

Hal ini yang menyebabkan penyelenggaraan makanan di berbagai

institusi seperti panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, bahkan di

asrama-asrama pelajar selalu terkesan kurang baik.

c. Penyelenggaraan makanan institusi yang bersifat semi komersial. Semi

komersial adalah organisasi yang dibangun dan dijalankan bukan hanya

untuk tujuan komersial, tetapi juga untuk tujuan sosial (masyarakat yang

kurang mampu).

8

3. Faktor- faktor dalam Penyelenggaraan Makanan

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam Penyelenggaraan Makanan

Institusi:

a. Standar Makanan

Setiap proses dalam penyelenggaraan makanan sangat

mempengaruhi jumlah standar porsi yang akan dihasilkan. Pembelian

bahan makanan harus disesuaikan dengan menu, jumlah dan standar

porsi yang direncanakan. Selain itu, penyimpanan bahan makanan ,

proses, persiapan, pemasakan dan penyajian harus benar agar tidak

mengurangi jumlah bahan makanan yang digunakan. Salah satu hal

penting dalam penyelenggaraan makanan yaitu jumlah bahan makanan

dan standar porsi yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan jumlah bahan

makanan berpengaruh terhadap standar porsi yang dihasilkan. Jumlah

bahan makanan harus ditetapkan secara teliti agar standar porsi sesuai

dengan yang telah direncanakan sebelumnya sehingga dapat memenuhi

kebutuhan klien (Mukrie, 1990 dan Suyatno 2010 dalam Crisyanti,

2016).

Standar porsi dapat diartikan sebagai banyaknya makanan yang

disajikan dan ukuran porsi untuk setiap individu. Dalam suatu

penyelenggaraan makanan, standar porsi sangat berkaitan dengan

perhitungan kebutuhan bahan makanan dan perencanaan standar porsi.

Pengawasan standar porsi dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas

suatu makanan yang dihasilkan. Hal ini tentu akan mempengaruhi

terpenuhinya kebutuhan gizi seseorang. Standar porsi juga akan sangat

9

mempengaruhi terhadap nilai gizi setiap hidangan (Muchatob, 2001 dan

Puckett, 2004 dalam Crisyanti, 2016)

b. Variasi Menu

Menu adalah hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara

makan, baik makan pagi, makan siang maupun makan malam, dengan

atau tanpa selingan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan

penyelenggaraan makanan institusi adalah tersedianya menu yang baik

secara kualitas maupun kuantitas. Oleh sebab itu perlu dibuat

perencanaan menu yang baik ( Moehyi, 1992 dan Yuliati dan Santoso,

1995 dalam Crisyanti, 2016).

Dalam penyelenggaraan makanan institusi menu dapat disusun dalam

jangka waktu yang cukup lama misalnya untuk tujuh hari atau sepuluh hari.

Ini tentunya berkaitan dengan variasi menu yang harus dihidangkan dalam

suatu hidangan. Variasi menu adalah susunan golongan bahan makanan yang

terdapat dalam satu hidangan yang berbeda pada setiap kali penyajian. Variasi

menu yang ada di Indonesia umumnya adalah terdiri dari berbagai hidangan

sebagai berikut (Moehyi, 1992 dalam Crisyanti, 2016):

a. Makanan pokok

Makanan pokok yang ada di Indonesia umumnya adalah nasi.

Berbagai variasi makanan pokok dari nasi antara lain, nasi kuning, nasi

uduk, dan nasi tim.

b. Lauk pauk

Lauk pauk merupakan pendamping makanan pokok. Hidangan ini bisa

terbuat dari bahan makanan hewani atau nabati atau gabungan keduanya.

10

Bahan makanan hewani yang digunakan dapat berupa daging sapi,

daging ayam, ikan, telur, udang. Sedangkan bahan makanan nabati dapat

berupa tahu, tempe, atau sejenis kacang-kacangan.

c. Sayuran

Hidangan sayuran biasanya terdiri dari dua macam yaitu hidangan

sayuran berkuah dan hidangan sayuran yang tidak berkuah.

d. Buah-buahan

Buah biasanya disajikan dalam bentuk utuh buah segar atau dibuat

olahan sebagai minuman seperti jus buah. Buah biasanya hanya

berfungsi sebagai pencuci mulut yang dikonsumsi setelah makan.

B. Standar Porsi

1. Pengertian Standar Porsi

Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam

berat bersih mentah untuk setiap hidangan. Dalam suatu penyelenggaraan

makanan, standar porsi sangat berkaitan dengan perhitungan kebutuhan

bahan makanan dan perencanaan standar porsi. Pengawasan standar porsi

dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas suatu makanan yang dihasilkan,

Hal ini tentu akan mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan gizi seseorang.

Standar porsi juga akan sangat mempengaruhi terhadap nilai gizi setiap

hidangan ( Muchatob, 2001 dan Puckett, 2004 dalam Crisyanti, 2016).

Pada umumnya suatu institusi yang menyediakan makanan banyak akan

menetapkan sejumlah dan untuk biaya makan klien, sehingga dalam

11

menetapkan kebutuhan bahan makanan bagi institusi perlu disesuaikan

dengan hal-hal berikut:

a. Sumber Daya Institusi

1. Ketetapan anggaran belanja makanan bagi klien

2. Sarana fisik, peralatan dan perlengkapan

3. Prosedur kerja yang ditetapkan.

b. Kebiasaan makan klien

1. Geografi

2. Keadaan pasar

3. Kebiasaan masyarakat

4. Ketetapan sebagai bahan makanan menurut situasi bahan makanan

setempat (Mukrie, 1990 dalam Crisyanti, 2016).

Pembelian bahan makanan harus disesuaikan dengan menu, jumlah dan

standar porsi yang direncanakan. Selain itu, penyimpanan bahan makana,

proses, persiapan, pemasakan dan penyajian harus benar agar tidak

mengurangi jumlah bahan makanan yang digunakan. Salah satu hal penting

dalam penyelenggaraan makanan yaitu jumlah bahan makanan dan standar

porsi yang dihasilkan, hal ini dikarenakan jumlah bahan makanan

berpengaruh terhadap standar porsi yang dihasilkan. Jumlah bahan makanan

harus ditetapkan secara teliti agar standar porsi sesuai dengan yang telah

direncanakan sebelumnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan klien

(Mukrie, 1990 dan Suyatno 2010 dalam Crisyanti, 2016).

12

2. Food Weighing

Food weighing merupakan metode penimbangan makanan sampel.

Responden/petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang

dikonsumsi selama satu hari. Kelebihan penimbangan makanan :

a. Data yang diterima lebih akurat dan teliti

b. Relatif murah dan lebih sederhana

c. Dapat dilakukan sendiri oleh responden

d. Tidak membutuhkan latihan khusus

e. Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan

kebiasaan makan ( Supariasa,2002 dalam Crisyanti, 2016).

Kekurangan penimbangan makanan :

a. Memerlukan waktu lebih lama dan cukup mahal karena perlu peralatan

b. Bila dilakukan dalam kurun waktu yang lama, responden dapat

merubah kebiasaan

c. Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil

d. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden (Supariasa, 2002

dalam Crisyanti, 2016)

C. Pemorsian Menu Makanan

Menu merupakan tujuan utama yang akan dicapai selain pelayanan yang

memuaskan. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya perencanaan

menu dan persiapan yang serius. Kegiatan perencanaan menu merupakan salah

satu fungsi manajemen dalam pengadaan makanan. Perencanaan menu juga

dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan menyusun hidangan dalam variasi

13

yang serasi untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Rumah sakit harus

melayani berbagai jenis makanan khusus sesuai kebutuhan orang sakit dengan

citarasa yang dapat diterima untuk mempercepat proses penyembuhan.

Pemorsian menu makanan adalah suatu proses atau cara mencetak

makanan sesuai dengan standar porsi yang telah ditentukan. Standar porsi adalah

rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam jumlah bersih pada setiap

hidangan. Dalam penyelenggaraan makanan di rumah sakit, diperlukan adanya

standar porsi untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah hidangan

menjadi jelas. Porsi yang standar harus ditentukan untuk semua jenis makanan

dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur, centong, sendok pembagi harus

distandarkan.

Porsi bahan makanan mentah yang digunakan harus sesuai dengan

standar porsi masing-masing. Standar porsi merupakan standar macam dan

jumlah bahan makanan dalam berat bersih dari suatu hidangan perorangan untuk

sekali makan. Porsi matang suatu hidangan dapat mengalami perubahan atau

ketidaksesuaian dengan standar porsi yang ada, bisa bertambah bahkan

berkurang. Bagian yang dapat dimakan merupakan salah satu penyebab selain

proses persiapan dan pengolahan.

Kesalahan dalam persiapan, pemotongan maupun cara pengolahan

mungkin menjadi salah satu penyebab ketidaksesuaian porsinya. Pengolahan

dengan cara digoreng akan mengakibatkan penyusutan berat pada suatu bahan

makanan, karena dengan digoreng kandungan air yang terkandung di dalam

bahan makanan menjadi berkurang (Ambarwati, 2016).

14

D. Pemorsian Makanan Diet Khusus

Menurut penelitian Ambarwati ( 2016 ) pemorsian makanan diet khusus

adalah pembagian makanan diet khusus untuk setiap pasien sesuai permintaan

dengan kitir/label makanan menggunakan standar pemberian makanan di rumah

sakit berupa URT.

Pemorsian makanan pada pasien rawat inap di rumah sakit dibagikan ke

dalam porsi sesuai diet yang dianjurkan, kemudian di distribusikan kepada

pasien.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemorsian makanan diet

khusus adalah sebagai berikut:

1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah

terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah makanan tidak

terkontaminasi silang, bila satu tercemar yang lain dapat diamankan dan

memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan

makanan.

2. Prinsip pemisah artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah

seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang khusus harus dipisahkan

setiap jenis makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak

terjadi kontaminasi silang.

3. Prinsip kesesuaian/ketepatan artinya pemberian makanan terutama diet

khusus harus sesuai antara permintaan dengan penerimaan makanan kepada

pasien dari segi kandungan gizi, porsi, dan konsistensi makanan untuk

mempercepat proses penyembuhan pasien.

15

E. Definisi Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik

dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus

ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan

penyakit vaskular mikroangiopati.

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat

insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau

berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta

pankreas, maka diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai non insulin dependent

diabetes mellitus.

Menurut penelitian Fatimah (2015) diabetes Mellitus Tipe 2 juga

dikatakan penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah

akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi

insulin (resistensi insulin).

F. Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2

Prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosa dokter tertinggi

terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (2,6%), disusul dengan DKI Jakarta

(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), Kalimantan Timur (2,3%), Bangka Belitung dan

Jawa Timur (2,1%), Aceh dan Sumatera Utara (1,8%), Jawa Tengah, Sulawesi

Tengah dan Sulawesi Selatan (1,6%), Gorontalo (1,5%), Kalimantan Selatan

(1,4%), Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Banten dan Bali (1,3%),

Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah dan Maluku Utara (1,2%), Jambi dan

16

Sulawesi Tenggara (1,1%), Riau, Maluku dan Papua Barat (1,0%), Sumatera

Selatan, Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat (0,9%), Kalimantan Barat, Sulawesi

Barat dan Papua (0,8%) serta yang terakhir atau prevalensi penyakit diabetes

mellitus terendah yaitu Lampung (0,7%) ( Riskesdas, 2013).

G. Patogenesis

Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya

kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi

melalui 3 jalan, yaitu:

1. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)

2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas

3. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer ( Fatimah,

2015 ).

H. Patofisologi

Menurut penelitian Fatimah ( 2015 ) dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat

beberapa keadaan yang berperan yaitu :

1. Resistensi insulin

2. Disfungsi sel B pancreas

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,

namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin

secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi

insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta

penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi

17

glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengerusakan sel-sel B

langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi

insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak

absolut.

Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan

gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal

mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada

perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan

sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan

defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen.

Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua

faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.

I. Faktor Resiko

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,

berkaitan dengan beberapa faktor yaitu :

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM

(first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi

dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita

DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg).

2. Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT

≥25kg/m² atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki,

kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.

18

3. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic

ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki riwatyat

toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu

(GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti

stroke, PJK, atau peripheral Arterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,

faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi dan kafein

(Fatimah, 2015).

J. Gejala Klinis

Menurut penlitian Fatimah ( 2015 ) gejala diabetes melitus dibedakan

menjadi dua yaitu :

1. Gejala akut diabetes melitus : Poliphagia (banyak makan), polidipsia

(banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari),

nafsu makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg

dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.

2. Gejala kronik diabetes melitus : Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti

tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah

mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,

kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada

ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan

atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

19

K. Diagnosis

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah

sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi

glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-

kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi

diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia

dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang

menurun cepat.

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji

diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan

pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak

bergejala, tetapi punya resiko DM usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi,

riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr,

kolesterol HDL < 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik

dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar

glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti

dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar penatalaksanaan diabetes

mellitus. Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai

dengan Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien DM.

20

Tujuan Penatalaksanaan DM adalah :

1. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa

nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.

2. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit

mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.

Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,

tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara

holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.

L. Obat – Obat Diabetes Melitus

1. Antidiabetik oral

Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar gula

darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan menghilangkan

gejala, optimalisasi parameter metabolik, dan mengontrol berat badan. Bagi

pasien DM tipe 1 penggunaan insulin adalah terapi utama. Indikasi

antidiabetik oral terutama ditujukan untuk penanganan pasien DM tipe 2

ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan

energi dan karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini ditambahkan bila

setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula darah

tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan

menggantikan upaya diet, melainkan membantunya.

Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan

keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi menggunakan antidiabetik

21

oral dapat dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi. Pemilihan dan

penentuan regimen antidiabetik oral yang digunakan harus

mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit DM serta kondisi kesehatan

pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang

ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah termasuk golongan

sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing.

2. Insulin

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5.808 pada

manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua

rantai yang dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan

asam amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak terkontrol

dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-

obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara,

misalnya selama kehamilan.

Namun pada pasien DM tipe 2 yang memburuk, penggantian insulin total

menjadi kebutuhan. Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi

metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi

insulin antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel

sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif,

menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah

penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari

glukosa.

22

M. Komplikasi diabetes melitus

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan

komplikasi akut dan kronis. Menurut PERKENI dalam Fatimah (2015)

komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

1. Komplikasi akut

a. Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai

normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita

DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah

yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan

energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.

b. Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah

meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan

metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma

Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.

2. Komplikasi Kronis

a. Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang umum

berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan

darah pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK),

gagal jantung kongetif, dan stroke.

b. Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi

pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati

(kebutaan), neuropati, dan amputasi.

23

N. Pencegahan

Menurut penelitian Fatimah ( 2015 ) pencegahan penyakit diabetes melitus

dibagi menjadi empat bagian yaitu :

1. Pencegahan Premordial

Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari

kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus

diciptakan dengan multimitra. Pencegahan premodial pada penyakit DM

misalnya adalah menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa

bahwa konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang

kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah

kurang baik bagi kesehatan.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang

termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM,

tetapi berpotensi untuk menderita DM diantaranya :

a. Kelompok usia tua ( >45tahun )

b. Kegemukan ( BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2) )

c. Tekanan darah tinggi ( >140/90mmHg )

d. Riwayat keiuarga DM

e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr

f. Dislipidemia ( HvL<35mg/dl dan atau trigliserida>250mg/dl )

g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT).

24

Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor

tersebut. Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini

hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan

jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga badan agar

tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat

timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan

pengobatan sejak awal penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal

sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan

terjadinya penyulit menahun. Pilar utama pengelolaan DM meliputi:

a. Penyuluhan

b. Perencanaan makanan

c. Latihan jasmani

d. Obat berkhasiat hipoglikemik.

4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih

lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut

menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin

terkait sangat diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para

ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi

medis, gizi dan lain-lain.

25

O. Terapi Diit

Moehji (1997) dalam Henny (2002) mengemukakan pemberian diit pada

penderita DM ditentukan menurut beratnya DM dan kemampuan penderita

untuk menjalankan diit. Disamping itu ada beberapa ketentuan khusus yang

harus diikuti oleh penderita DM adalah sebagai berikut :

1. Pengaturan Kandungan Hidrat Arang Dalam Diit

Kumlah hidrat arang dalam makanan untuk setiap kalimakan harus diatur

sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hidrat

arang sepanjang hari. Bagi penderita yang mendapat terapi insulin,

pemberian makanan harus disesuaikan dengan waktu pemberian insulin.

Pembatasan jumlah kandungan hidratarang dalam diit penderita harus

dilakukan dan juga dalam pemilihan jenis hidrat arang yang akan

digunakan, dimana hidrat arang yang mudah diserap seperti sirup, gula dan

sebagainya harus dihindari karena penderita diabetes memiliki kemampuan

tubuh yang terbatas dalam mengatur metabolism hidrat arang.

2. Kandungan Kalori Dalam Makan Setiap Hari

Kandungan kalori dalam diit penderita setiap hari ditentukan oleh keadaan

penyakit yang dideritanya. Jika penderita tergolong obesitas maka selain

pembatas hidrat arang dan lemak juga dilakukan pembatasan terhadap kalori

dalam diit.

3. Kandungan Protein Dan Lemak

Gangguan penggunaan glukosa oleh tubuh menyebabkan terpakainya asam

amino untuk sumber energi melalui proses glukoneogenesis. Oleh karena

penyakit diabetes sering bersamaan dengan terjadinya obesitas dan

26

mengalami kelainan fungsi ginjal maka kandungan protein dan lemak dalam

diit perlu diatur atau dibatasi sampai batas yang diperbolehkan.

Moehji (1997) dalam Henny (2002) menyatakan petunjuk umum bagi

penderita DM dalam mengatur diitnya :

4. Penderita DM harus melatih diri untuk senantiasa mematuhi 3 tepat ( tepat

waktu, tepat jumlah dan tepat macam ).

5. Penderita diabetes masih dapat menikmati hidangan yang biasa disajikan

dilingkungan keluarga.

6. Kandungan kalori dalam diit penderita harus terbagi sedemikian rupa

menjadi beberapa kali makan sehari untuk mencegah terjadinya

hipoglikemia.

7. Pemakaian gula atau bahan makanan yang diberi gula atau diolah dengan

menggunakan gula hendaknya dihindarkan.

Tujuan pemberian diit pada penderita DM adalah menyesuaikan

makanan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya, agar penderita

mencapai keadaan faal normal ( Bagian Gizi RSCM & Persagi, 1999 dalam

Henny, 2002 )

Diit yang diberikan sesuai dengan penyakit pasien dimana pedoman diit

yang terpakai terdiri dari delapan macam diit DM yaitu :

1. Diit I – III (1100kal, 1300kal dan 1500kal) kepada penderita diabetes yang

tergolong penderita obesitas.

2. Diit IV – V (1700kal dan 1900kal) diberikan kepad penderita yang

mempunyai berat badan normal.

27

3. Diit VI – VIII (2100kal, 2300kal dan 2500kal) diberikan kepada penderita

yang klinis, diabetes pada remaja (Juvenile Diabetes) atau diabetes dengan

kom(Bagian Gizi RSCM & Persagi, 1999 dalam Henny, 2002).

Moehyi (1997) dalam Henny (2002) menyatakan tujuan perawatan

dietetic bagi penderita diabetes mellitus adalah :

1. Mencegah terjadinya hiperglikemia postprandial yang berlebihan.

2. Mencegah terjadinya hipoglikemia apabila penderita memaakai obat insulin.

3. Memelihara agar tidak terjadi kelebihan berat badan.

4. Menjaga agar kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah penderita tetap

pada batas yang normal.

5. Mencegah kerusakan pada pembuluh darah.

Ada beberapa petunjuk tentang makanan diabetes mellitus yang harus

diikuti yaitu :

1. Rendah kalori, rendah lemak, tinggi serat dan karbohidrat kompleks.

Dimana serat berfungsi untuk mengatur metabolism glikemia dan glukosa.

2. Hindari terlalu banyak makan.

3. Hindari makanan yang lama diproses seperti gula, tepung dan produknya,

makanan tinggi kolesterol dan makana yang digoreng.

4. 80% diet sebaiknya terdiri dari makanan mentah karena untuk merangsang

pancreas mengikat produk insulin (Chang, 1997 dalam Henny, 2002).

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu menggambarkan

standar porsi makan ( makanan pokok ) yang ditetapkan di rumah sakit dan

bagaimana realita besar porsi yang disajikan untuk pasien penderita DM tipe 2 di

RSUD Bahteramas.

B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2018 sampai

dengan 5 Agustus 2018, bertempat di Ruangan pasien ( Kelas I, II dan III ) DM

tipe 2 di RSUD Bahteramas.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap (kelas I, II dan III)

yang menderita DM Tipe 2 di RSUD Bahteramas.

2. Sampel

Dalam pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling

dimana sampel/penderita yang dipilih melalui penunjukan langsung dengan

kriteria sebagai berikut :

a. Responden yang di diagnosa DM Tipe 2.

b. Pasien rawat inap ( kelas I, II dan III ) di RUSD Bahteramas.

29

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

a. Data gambaran umum sampel meliputi : identitas penderita. Data ini

diperoleh dari hasil wawancara langsung pada penderita dengan

menggunakan kuesioner terstruktur.

b. Data besar porsi yang disajikan oleh petugas di Instalasi Gizi RSUD

Bahteramas diperoleh dari hasil penimbangan/menimbang berat makan

( makanan pokok ) yang disajikan oleh petugas pemorsian.

2. Data Sekunder

Data tentang gambaran umum rumah sakit diperoleh melalui penelusuran

dokumen dan informasi atau wawancara dengan pihak yang terkait dirumah

sakit tempat penelitian pada bagian umum rumah sakit yang bersangkutan.

E. Pengolahan, analisis dan penyajian data

1. Pengolahan data

a. Data tentang karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin dan

pekerjaan diolah menggunakan bantuan laptop/komputer.

b. Data mengenai menu diolah secara manual dengan bantuan

komputerisasi kemudian dianalisis secara deskriptif.

c. Data kesesuaian porsi saji ( makanan pokok ) diperoleh dengan

membandingkan berat porsi saji dengan standar porsi yang telah

ditetapkan di RSUD Bahteramas.

30

2. Analisis data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat yaitu

dengan mendeskriprifkan variabel – variabel penelitian tentang data

kesesuain porsi saji ( makanan pokok ).

3. Penyajian data

Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk table dan narasi.

F. Penyajian Data

Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk

tabulasi dan narasi kemudian ditarik kesimpulan.

G. Definisi Operasional dan kriteria Objektif

Diabetes melitus tipe 2 adalah jenis diabetes yang diakibatkan oleh tubuh yang

tidak memproduksi cukup insulin, dimana insulin sangat penting karena

mengontrol jumlah gula (glukosa) yang didapat sel-sel tubuh (Hellosehat,

2017).

Penderita diabetes mellitus adalah seseorang atau pasien rawat inap di RSUD

Bahteramas yang kadar gula darah sewaktunya melebihi batas normal,

dimana kriteria objektif gula darah sewaktu yaitu :

1. Baik, jika Glukosa Darah = 80 – 200 mg/dl

2. Buruk, jika Glukosa Darah = >200 mg/dl ( Perkeni, 2006 dalam

Wahyuni, 2008 )

31

Standar porsi adalah banyaknya golongan bahan makanan yang direncanakan

setiap kali makan untuk pasien DM tipe 2 dengan menggunakan satuan

penukar sesuai dengan standar makanan yang berlaku dengan kategori :

1. Baik, jika makanan pokok yang disediakan menghasilkan energi

cukup 25 - 30 kkal/kg BB.

2. Kurang, jika makanan pokok yang disediakan menghasilkan energi

lebih atau tidak cukup 25 – 30 kkal/kg BB.

Kesesuaian standar porsi adalah kesesuaian rata-rata berat porsi yang

dihidangkan dengan standar porsi anjuran kemudian dirata-rata dan

diaktegorikan dengan kategori :

1. Sesuai, jika persentase besar porsi yang dihasilkan ≥95,8% dari standar

porsi yang telah ditentukan.

2. Tidak Sesuai, jika persentase besar porsi yang dihasilkan <95,8% dari

standar porsi yang telah ditentukan kemudian memasukkan data

kedalam form ceklist kesesuaian standar porsi ( Crisyanti, 2016 ).

Makanan pokok adalah makanan yang dikonsumsi dalam jumlah banyak

(Dewi, 2015), sumber karbohidrat dimana karbohidrat banyak

menyumbangkan energi pada tubuh, tetapi dalam pemorsian makanan

pokok pada penyakit DM Tipe 2 seharusnya diperhatikan. Dimana

kriteria objektif pada makanan pokok yang menghasilkan energi cukup

sebesar 25-30 kkal/kg BB (almatsier, 2006).

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis

Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara (BLUD. RSU. Bahteramas) sejak tanggal

21 November 2012 pindah lokasi dari jalan Dr. Ratulanggi No. 115

Kelurahan Kemaraya Kecamatan Mandonga ke jalan Kapt. Piere

Tendean No. 40 Baruga. Lokasi ini sangat strategis karena mudah

dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas-batas sebagai berikut :

1) Sebelah Utara : Jalan Kapten Piere Tendean

2) Sebelah Timur : BTN PNS Kendari

3) Sebelah Selatan : Polsek Baruga

4) Sebelah Barat : Balai Pertanian Provinsi

b. Lingkungan Fisik

Badan Layanan Umum Daerah RSU. Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara berdiri di atas tanah selus 17,5 Ha. Luas seluruh

seluruh bangunan adalah 53,269 m2, luas bangunan yang terealisasi

sampai dengan akhir tahun 2012 adalah 35,410 m2. Bangunan yang ada

mempunyai tingkat aktivitas yang sangat tinggi. Pengelompokan

ruangan berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok

kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang medis,

33

kelompok kegiatan penunjang non medis dan kelompok kegiatan

administrasi.

c. Status Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara dibangun secara

bertahap tahun 1969/1970 dengan sebutan “Perluasan Rumah Sakit

Kendari” adalah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan

klasifikasi type C berdasarkan SK Menkes No.51/Menkes/II/1979

tanggal 22 Februari 1979. Susunan struktur organisasi berdasarkan SK

Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara No.77 tahun 1983 tanggal 28

Maret 1984.

Pada tanggal 28 Desember 1998, Rumah Sakit Umum Provinsi

Sulawesi Tenggara meningkat klasifikasinya menjadi type B (Non

pendidikan) sesuai dengan SK Menkes No. 1482/Menkes/SK/XII/1998,

yang ditetapkan dengan perda No. 3 Tahun 1999 tanggal 8 Mei 1999.

Kedudukan rumah sakit secara teknis berada dibawah Dinas kesehatan

Provinsi Sulawesi Tenggara dan secara operasional berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Gubernur, sesuai dengan kebutuhan

pendidikan medic di Sulawesi Tenggara maka sejak tahun 201 Rumah

Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sultra telah teakreditasi menjadi RS

type B pendidikan.

Pada tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara

telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi Manajemen,

Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan

dan Rekam Medik sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.

34

00.07.4.5.139. Selanjutnya Akreditasi 12 pelayanan sesuai dengan SK

Dirjen Yanmed No. HK. 00.07.4.5.139 tanggal 31 Desember 2010,

yang meliputi pelayanan Administrasi dan Manajemen, Pelayanan

Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan

Rekam Medik, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Laboratorium,

Pelayanan Farmasi, Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar Operasi,

Pelayanan pencegahan infeksi, Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja.

Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009

dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka BLUD RSU

Bahteramas Prov. Sultra telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah

yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara

Nomor : 653 Tahun 2010 tangganl 15 Oktober 2010. Pada tanggal 21

November 2012 RSU Prov. Sultra telah pindah lokasi dan berubah

nama menjadi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara (Rumah Sakit Umum Bahteramas Prov. Sultra) yang

diresmikan pengguanaannya oleh Menteri Koordinator Bidang

Ekonomi dan Keuangan RI Ir. H. Hatta Rajasa dan Gubernur Sulawesi

Tenggara H. Nur Alam, SE

d. Sarana dan Prasarana

1) Bangunan Fisik

Rumah Sakit Umum Bahteramas memiliki sarana dan prasarana

yang terdiri dari bangunan fisik seluas 35,410 m2.

35

2) Prasarana

a) Listrik dari PLN tersedia 1400 KVA dibantu dengan 2 unit

genset (2x250KVA).

b) Air yang digunakan di BLUD RSU Bahtermas berasal dari

sumur dalam, sumur bor dan PDAM.

c) Sarana komunikasi berupa jaringan internet.

d) Sistem alarm Kebakaran, Hidrant dan Tabung Pemadam

Kebakaran di semua gedung.

e) Pembuangan Limbah yaitu : Limbah padat adalah insenator

dan limbah cair adalah IPAL.

f) Sebuah masjid yang masih dalam pembangunan.

e. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sampai dengan akhir tahun 2012 fasilitas/sarana pelayanan

kesehatan yang ada di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit

Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah :

1) Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Rawat jalan Badan Layaan Umum Daerah Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari Instalasi Gawat

Darurat (IGD), Instalasi Rawat Jalan yang terdiri dari Poliklinik

Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Poliklinik Kesehatan Anak,

Polikinik Penyakit Dalam, Poliklinik Bedah, Poliklinik Neurologi,

Poliklinik Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Poliklinik Mata,

Poliklinik THT, Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik Kulit dan

Kelamin, Poliklinik Orthopedy, Poliklinik Gizi, Poliklinik Jiwa,

36

Poliklinik Terpadu (Klinik VCT) dan Intalasi Rehabilitasi Medik

yang terdiri dari Fisioterapi dan Akupuntur.

2) Pelayanan Kesehatan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap di Badan Layanan Umum Daerah Rumah

Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari

Instalasi Rawat Inap Intensif (ICU, PICU, ICCU), Instalasi Kamar

Operasi, Instalasi Kamar Bersalin dan Inslasi Rawat Inap : Ruang

Asoka (Kelas III), Ruang Anggrek (VIP dan Kelas I), Ruang

Mawar Lantai I (Ruang Kelas II) dan Ruang Mawar Lantai II

(Ruang Perawatan Anak) serta Ruang Perawatan Bayi (termasuk

PICU/NICU).

3) Perawatan Penunjang Medik

Pelayanan Penunjang yang ada di Badan Layanan Umum Daerah

Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu

Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Radiologi dan Farmasi/Apotik.

4) Pelayanan Lain

Pelayanan lain yang ada yaitu Dapur Gizi, Binatu, Perawatan dan

Pengantaran Jenazah, Ambulance.

f. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) Badan Layanan Umum Daerah

Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara sampai

dengan akhir tahun 2012 berjumlah 517 orang PNS, terdiri dari tenaga

medis, paramedik dan non medis sedangkan tenaga kontrak sebanyak

69 orang.

37

g. Visi dan Misi

Visi Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Terwujudnya Rumah

Sakit Unggulan di Sulawesi Tenggara Tahun 2014. Sedangkan Misi

sebagai berikut :

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandaskan etika

profesi.

2) Menyelenggarakan pendidikan profesi dokter, pendidikan

kesehatan lainnya serta pelatihan dan penelitian.

3) Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

h. Instalasi Gizi

a) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di instalasi gizi di RSUD Bahteramas adalah

tenaga gizi ruangan 12 orang, staff 8 orang, juru masak 12 orang,

pramusaji 24 orang dan kepala instalasi gizi 1 orang. Adapun

jenjang pendidikan dari semua sumber daya manusia di instalasi

gizi adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Jenjang Pendidikan tenaga di Instalasi Gizi RSUD Bahteramas

No Jenjang Pendidikan Jumlah

1 S2 1

2 S1 9

3 D III 12

4 SMA 32

5 SMK 3

Jumlah 57

38

b) Fasilitas

Instalasi gizi memiliki fasilitas yang terdiri dari:

1) Ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan yang

digunakan sebagai penerimaan bahan makanan yang

didalamnya memiliki fasilitas seperti chiless, lemari bahan

kering dan kulkas pendingin.

2) Ruang persiapan bahan makanan, digunakan sebagai tempat

persiapan bahan makanan, pengolahan, pencucian bahan

makanan yang didalamnya memiliki fasilitas seperti meja

distribusi, meja cuci ganda, lemari makan gantung, lemari alat-

alat, kertas makan, panci, wajan, alat pengaduk dan

penggoreng, alat makan (piring, gelas, sendok, mangkuk, dll),

blender, oven listrik, tempat sampah.

3) Ruang fasilitas pegawai digunakan untuk tempat ganti pakaian,

istrahat, ruang makan, kamar mandi, dan kamar kecil yang

didalamnya memiliki fasilitas seperti lemari pakaian, meja dan

kursi makan serta matras tidur.

4) Ruang pegawai di perlukan untuk pegawai atau kepala unit

untuk melakukan kegiatannya yang didalamnya memiliki

fasilitas seperti meja dan kursi kerja, komputer, kipas angin

dan telepon.

2. Gambaran Umum Sampel

Sampel yang ada pada penelitian ini adalah pasien yang di diagnosa

menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Bahteramas yang

39

berjumlah 17 orang. Menu yang diamati pada penelitian ini adalah makanan

pokok (nasi) yang digunakan untuk menu makan siang selama satu hari,

menu terdiri dari hidangan yang meliputi makanan pokok.

a. Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur, jenis

kelamin dan pekerjaan. Sampel yang terpilih adalah sebesar 17 orang

yang dirawat dikelas I, II dan III RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara. Adapun distribusi sampel menurut karakteristik dapat dilihat

pada tabel 2 berikut :

Tabel 2

Karakteristik Sampel

Karakteristik n %

Umur (Tahun)

26 – 35

36 – 45

46 – 55

>55

1

3

2

11

5,9

17,6

11,8

64,7

Jumlah 17 100

Jenis kelamin

Laki – laki

Perempuan

11

6

64,7

35,3

Jumlah 17 100

Pekerjaan

IRT

Petani

Wiraswasta

PNS/Pensiunan

3

1

3

10

17,6

5,9

17,6

58,8

Jumlah 17 100

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 17 sampel menunjukkan

bahwa dari distribusi karakteristik sampel berdasarkan umur, sebagian

besar yaitu 11 orang (64,7%) pada kategori umur >55 tahun dan

sebagian kecil yaitu 1 orang (5,9%) pada kategori umur 26 - 35 tahun.

40

Distribusi karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin

menunjukkan bahwa dari 17 sampel, sebagian besar yaitu 11 orang

(64,7%) berjenis kelamin laki – laki, selebihnya yaitu 6 orang (35,3%)

berjenis kelamin perempuan.

Distribusi karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan menunjukan

bahwa dari 17 sampel, sebagian besar yaitu 10 orang (58,8%) adalah

PNS/pensiunan dan hanya sebagian kecil yakni 1 orang (5,9%) petani.

3. Standar Porsi Diet DM Tipe 2 Di Instalasi Gizi RSUD Bahteramas

Standar porsi yang digunakan di instalasi gizi RSUD Bahteramas yaitu

berdasarkan perhitungan 25 – 30kkal/kg BB. Berikut anjuran porsi makanan

pokok (nasi) yang sesuai dengan berat badan sampel dapat dilihat pada tabel 3 :

Tabel 3

Standar Porsi Diet DM Tipe 2 Di Instalasi Gizi RSUD Bahteramas

Berat Badan

(Kg)

Berat Nasi Yang Di Anjurkan

(Gr)

45 186 – 226

46 192 – 230

48 202 – 240

53 220 – 262

55 228 – 274

56 232 – 280

58 240 – 290

60 250 – 300

63 262 – 314

67 278 – 334

75 312 – 374

78 324 – 388

Sumber : Data Primer 2018

41

4. Kesesuaian Standar Porsi

Saat melakukan penimbangan makanan untuk pasien yang menderita

penyakit diabetes mellitus tipe 2 dikategorikan menjadi 2 kelompok

berdasarkan besar porsi nasi yang sesuai dan besar porsi nasi yang tidak

sesuai. Berat makanan pokok (nasi) untuk pasien yang menderita penyakit

diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Bahteramas selama satu hari penimbangan

dapat dilihat pada tabel 5.

Sedangkan kesesuaian standar porsi makan pasien yang menderita

diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Bahteramas dihitung berdasarkan rata –

rata berat penimbangan makanan selama satu hari penimbangan dan dibagi

dengan anjuran makan berdasarkan penukar bahan makanan kemudian

dipresentasekan kedalam kategori baik dan kurang. Data kesesuaian standar

porsi makan pasien yang menderita diabetes mellitus tipe 2 dapat dilihat

pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4

Kesesuaian Standar Porsi Makan

Kategori Jumlah

n %

Sesuai 2 12

Tidak Sesuai 15 88

Jumlah 17 100

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kesesuaian standar

porsi makan di Instalasi Gizi RSUD Bahteramas sebagian kecil 2 orang

(12%) dalam kategori baik dan sebagian besar 15 orang (88%) dalam

kategori kurang.

42

B. Pembahasan

1. Standar Porsi

Standar porsi makanan sangat berperan dalam penyelenggaraan makanan

yang dikaitkan dengan nilai gizi makanan. Apabila porsi makanan kurang

atau lebih, otomatis nilai gizi makanan pasien berkurang atau berlebih

sehingga menyebabkan mutu makanan menjadi kurang baik ( Ambarwati,

2016 ). Standar porsi yang digunakan di instalasi gizi RSUD Bahteramas

menggunakan standar porsi 25 – 30 Kkal/BB untuk diet penyakit diabetes

mellitus/diabetes mellitus tipe 2. Hal ini akan menyebabkan besarnya

standar porsi nasi untuk diet pasien yang menderita penyakit diabetes

mellitus/diabetes mellitus tipe 2.

Apabila nantinya bahan makanan kurang atau berlebih, besar

kemungkinan menyebabkan standar porsi yang dihasilkan pun akan

berkurang bahkan menjadi lebih. Dalam penyelenggaraan makanan,

perencanaan dan perhitungan pemakaian bahan makanan sangat erat

kaitannya dengan standar porsi yang akan dihasilkan. Oleh karena itu,

sangat penting untuk melakukan perencanaan dan perhitungan kebutuhan

bahan makanan secara tepat dan teliti (Pucket, 2004 dalam Crisyanti, 2016).

2. Porsi Yang Disajikan

Pemorsian makanan adalah suatu proses atau cara mencetak makanan

sesuai dengan standar porsi yang telah ditentukan. Standar porsi adalah

rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam jumlah bersih pada setiap

hidangan. Dalam penyelenggaraan makanan di rumah sakit, diperlukan

adanya standar porsi untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah

43

hidangan menjadi jelas. Porsi yang standar harus ditentukan untuk semua

jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur, centong,

sendok pembagi harus distandarkan (Mukrie, 1996 dalam Ambarwati,2016).

Pemorsian makanan untuk pasien diabetes mellitus tipe 2 yang disajikan

di instalasi gizi RSUD Bahteramas dilakukan dengan cara estimasi

karyawan pantry. Hal ini dinilai kurang baik jika dibandingkan dengan

menggunakan Ukuran Rumah Tangga (URT) yang sudah distandarisasikan

untuk standar porsi, karena di khawaatirkan kebutuhan gizi pasienpun

belum terjamin dapat terpenuhi oleh setiap pasien terlebihnya khusus untuk

pasien yang mempunyai diet khusus. Alangkah sebaiknya jika pemorsian

untuk pasien yang memiliki diet khuhus (dengan komplikasi dan tanpa

komplikasi) dilakukan penimbangan terlebih dahulu agar kebutuhan gizi

pasien tersebut terpenuhi.

3. Kesesuaian Standar Porsi

Standar porsi makanan juga sangat berperan dalam penyelenggaraan

makanan yang dikaitkan dengan nilai gizi makanan. Apabila porsi makanan

kurang, otomatis nilai gizi makanan pasien berkurang sehingga

menyebabkan mutu makanan menjadi kurang bagus.

Berdasarkan hasil penelitian Ambarwati, 2016 kesesuaian besar porsi

untuk makanan pokok yaitu 0% dimana takaran pramusaji tidak sesuai

dengan standar Diet Jantung II. Besar porsi yang direncanakan untuk bubur

nasi yaitu 200 gr, sedangkan takaran pramusaji yaitu 250 gr, 260 gr, dan 280

gr. Ini adalah jumlah yang cukup besar karena melebihi besar porsi yang

direncanakan dan lebih dari batas kompensasi 10%. Untuk pengambilan

44

bubur takaran pramusaji yaitu 2,5 sendok sayur besar. Untuk takaran sesuai

URT 200 gram bubur nasi yaitu 2 sendok sayur peres.

Kemudian hasil penelitian menurut kesesuaian standar porsi yang

peneliti lakukan menunjukkan bahwa dari 17 sampel yang diteliti,

kesesuaian standar porsi sebagian kecil yaitu 2 orang (11,8%) dalam

kategori baik dan sebagian besar yaitu 15 orang (88,2%) dalam kategori

kurang. Kesesuaian standar porsi dapat disimpulkan bahwa makanan pokok

( nasi ) dari hasil penimbangan menu selama satu hari penimbangan makan

tergolong kurang.

Penimbangan makanan untuk pasien diabetes mellitus tipe 2 tergolong

dalam kategori kurang dikarenakan kekeliruan petugas kesehatan khususnya

ahli gizi dalam pemilihan diet untuk penyakit tertentu (Diabetes

Mellitus/Diabetes Mellitus Tipe 2) yang mengakibatkan besarnya standar

porsi nasi untuk penderita diabetes mellitus/diabetes mellitus tipe 2. Dimana

yang seharusnya penderita diabetes mellitus/diabetes mellitus tipe 2 harus

mengurangi mengkonsumsi sumber karbohidrat yang cukup tinggi dan

mengurangi konsumsi makanan yang mengandung indeks glikemik tinggi

seperti nasi putih.

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Standar porsi makan diinstalasi gizi RSUD Bahteramas untuk penyakit

diabetes mellitus/diabetes mellitus tipe 2 menggunakan standar porsi

menurut berat badan sampel/pasien ( 25 – 30 Kkal/BB ).

2. Besar porsi yang disajikan untuk makanan pokok (nasi) pasien yang

menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2 di instalasi gizi RSUD

Bahteramas sebagian besar dalam kategori kurang dibandingkan dengan

standar porsi yang telah ditetapkan.

3. Kesesuaian standar porsi makan pasien yang menderita penyakit diabetes

mellitus tipe 2 di instalasi gizi RSUD Bahteramas dapat disimpulkan bahwa

standar porsi makanan pokok (nasi) dari hasil penimbangan menu selama

satu hari penimbangan makan tergolong tidak sesuai.

B. Saran

1. Bagi pihak rumah sakit agar meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

khususnya pelayanan makanan yakni standar porsi atau diet untuk penyakit

diabetes mellitus, diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit – penyakit yang

lainnya khususnya diruangan kelas I, II dan III RSUD Bahteramas.

2. Bagi petugas kesehatan khususnya petugas gizi sebaiknya menu siang hari

dilakukan pemorsian dengan anjuran porsi makan yang sesuai dengan

46

kebutuhan atau diet untuk pasien yang menderita penyakit khusus contohnya

diabetes mellitus, diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit – penyakit lainnya.

3. Bagi peneliti lain, hendaknya meneliti variable lain yang belum diteliti

terkait dengan pemorsian makan pagi dan sore pasien yang menderita

diabetes mellitus tipe 2 dan berat porsi makan ( lauk hewani, lauk nabati,

sayur dan buah ) yang disajikan dari instalasi gizi ke pasien yang menderita

diabetes mellitus tipe 2 maupun penyakit – penyakit lainnya di RSUD

Bahteramas.

47

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,S. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hal.240.

Ambarwati,R. 2016. Laporan Praktik Kuliah Lapangan (PKL) Menetapkan Standar RS

dan Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan RSUD Panembahan Senopati

Bantul. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Skripsi.

Bill,B. 2015. Gambaran Nilai Gizi Diet Biasa Kelas I, II, III di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 [online]

URL:https://www.academia.edu/23931735/PROPOSAL_PENELITIAN_GAM

BARAN_NILAI_GIZI_fix?auto=download. [diakses pada tanggal 23

Desember 2017].

Crisyanti,R.N. 2016. Gambaran Kesesuaian Standar Porsi, Pola Menu dan Status Gizi

Remaja Putri Di Pondok Pesantren Al Anwar Mranggen. Universitas

Muhammadiyah Semarang. Skripsi.

Dewi YDP, Purwidiani N. 2015. Studi Pola Konsumsi Makan Pokok pada Penduduk

Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura.

Universitas Surabaya.EdisiYudisiumPeriodeOktober2015. Vol. 4, No.3.

Hal:109.

Fatimah,R.N. 2015. Diabetes Melitu Tipe 2. Medical Faculty Lampung University.

EdisiFebruari2015 Vol. 4, No.5. Hal:1-8.

Henny. 2002 Penatalaksanaan Diit Pada Penderita Diabetes Mellitus Pasien Rawat Inap

Di RSUD Propinsi Sulawesi Tenggara. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Gizi. Skripsi.

Hellosehat, 2017. Apa Itu Diabetes Melitus Tipe 2 (Kencing Manis)?. [online] URL: https://hellosehat.com/penyakit/diabetes-melitus-tipe-2-kencing-manis/.

[diakses pada tanggal 23 desember 2017].

Kementerian Kesehatan RI Poltekkes Jurusan Gizi, 2017. Pedoman Menulis Karya

Ilmiah Prodi D-III Gizi. Untuk Kalangan Sendiri.

Khazanah, N. 2010. Gambaran Penyelenggaraan Makanan di Pondok Pesantren Darul

Muttaqien (santri putri) Parung Bogor Tahun 2010. [online].

URL:http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/NUR%20KHASANAH.pdf.

[diakses pada tanggal 10 januari 2018].

Nakamireto,G.P. 2016. Hubungan Pengetahuan Diet Diabetes Mellitus Dengan

Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja

Puskesmas Gamping Ii Sleman Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Skripsi.

Riset Kesehatan Dasar, 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementrian Republik Indonesia. Jakarta.

RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. 2017. Data Jumlah Pasien Di RSUD

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Pada Tahun 2017.

Wadyomukti,R.A. 2017. Hubungan Karakteristik Tenaga Pemorsi dan Alat Pemorsian

Dengan Ketepatan Pemorsian Makanan Pokok Berdasarkan Standar Porsi Di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan. Skripsi.

48

Wahyuni,S. 2008. Gambaran Asupan Energi, Zat Gizi Makro, Kadar Gula Darah dan

Perkembangan Kesembuhan Luka Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II

Dengan Komplikasi Gangren Di Bangsal Melati 1 RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Hal.19.

49

LAMPIRAN

50

Lampiran 2 : Kuesioner

KUESIONER

GAMBARAN KESESUAIAN STANDAR PORSI MAKAN RUMAH SAKIT

DENGAN BESAR PORSI YANG DISAJIKAN PADA DIET DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI GIZI RSUD BAHTERAMAS

DAFTAR PERTANYAAN

Form 1 : Data Penderita Dm Tipe 2

A. Identitas Pasien

Nama :

Usia :

Status :

Agama :

Suku :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Berat Badan :

Tempat di Rawat :

Tanggal MRS :

No. Hp :

51

Lampiran 3 : Form Kesesuaian Standar Porsi Makan

B. Form Kesesuaian Standar Porsi

Standar porsi yang digunakan yaitu 25 – 30 kkal/kg BB untuk hidangan makan

siang ( 30%) :

Berat Badan ( Kg )

Kebutuhan Energi Sehari

( Kkal )

Kebutuhan Energi

Makan Siang ( 30% )

Berat Beras ( Gr )

Berat Nasi ( Gr )

Berat Nasi Yang Di Sajikan

(Gr)

Keterangan

45 1125 - 1350 336 – 405 93 – 113 186 – 226

46 1150 - 1380 345 – 414 96 – 115 192 – 230

47 1175 - 1410 354 – 423 98 – 118 196 – 236

48 1200 - 1440 363 – 432 101 – 120 202 – 240

49 1225 - 1470 372 – 441 103 – 122 206 – 244

50 1250 - 1500 375 – 450 104 – 125 208 – 250

51 1275 - 1530 382.5 – 459 106 – 127 212 – 254

52 1300 - 1560 390 – 468 108 – 129 216 – 258

53 1325 - 1590 397.5 – 477 110 – 132 220 – 262

54 1350 - 1620 405 – 486 112 – 135 224 – 266

55 1375 - 1650 412.5 – 490 114 – 137 228 – 274

56 1400 - 1680 420 – 504 116 – 140 232 – 280

57 1425 - 1710 427.5 – 513 118 – 142 236 – 284

58 1450 - 1740 435 – 522 120 – 145 240 – 290

59 1475 - 1770 442.5 – 531 123 – 147 246 – 294

60 1500 - 1800 450 – 540 125 – 150 250 – 300

61 1525 - 1830 457.5 – 549 127 – 152 254 – 304

62 1550 - 1860 465 – 558 129 – 155 258 – 310

63 1570 - 1890 472.5 – 567 131 – 157 262 – 314

64 1600 - 1920 480 – 576 133 – 160 266 – 320

65 1625 - 1950 487.5 – 585 135 – 162 270 – 324

66 1650 - 1980 495 - 594 137 – 165 274 – 330

67 1675 - 2010 602.5 – 603 139 – 167 278 – 334

68 1700 - 2040 510 – 612 141 – 170 282 – 340

69 1725 - 2070 517.5 – 621 143 – 172 286 – 344

70 1750 - 2100 525 – 630 143 – 175 286 – 350

71 1775 - 2130 532.5 – 639 147 – 177 294 – 354

72 1800 - 2160 540 – 648 150 – 180 300 – 360

73 1825 – 2190 547.5 – 657 152 – 182 304 – 364

74 1850 - 2220 555 – 666 154 – 185 308 – 370

75 1875 - 2250 562.5 – 675 156 – 187 312 – 374

76 1900 - 2280 570 – 684 158 – 190 316 – 380

77 1925 - 2310 577.5 – 693 160 – 192 320 – 384

78 1950 - 2340 585 – 702 162 – 194 324 – 388

79 1975 - 2370 592.5 – 711 164 – 197 328 – 394

80 2500 - 2400 600 – 720 166 – 200 332 – 400

52

Lampiran 11 : Master Tabel

Master tabel

No Nama Umur

(Tahun)

Jenis

Kelamin

Pekerjaan Berat

Badan

(Kg)

Berat Nasi

Yang Di

Anjurkan

(Gram)

Berat Nasi

Yang

Disajikan

(Gram)

Persentase

(%)

Kategori

(Baik/Kurang)

1 Tn. MFT 67 Laki - laki PNS/Pensiunan 45 186 – 226 169 90.8 Kurang

2 Tn. P 63 Laki - laki Petani 46 192 – 230 188 97.9 Baik

3 Ny. S 62 Perempuan IRT 46 192 – 230 100 52 Kurang

4 Tn. AT 47 Laki - laki PNS/Pensiunan 48 202 – 240 165 81.6 Kurang

5 Tn. S 40 Laki - laki PNS/Pensiunan 53 220 – 262 132 60 Kurang

6 Tn. T 53 Laki - laki Wiraswasta 55 228 – 274 161 70.6 Kurang

7 Ny. S 51 Perempuan PNS/Pensiunan 55 228 – 274 149 65.3 Kurang

8 Tn. A 65 Laki - laki PNS/Pensiunan 56 232 – 280 192 82.7 Kurang

9 Tn. T 40 Laki - laki Wiraswasta 58 240 – 290 178 74.1 Kurang

10 Tn. H 61 Laki - laki PNS/Pensiunan 58 240 – 290 157 65.4 Kurang

11 Tn. A 32 Laki - laki Wiraswasta 58 240 – 290 140 58.3 Kurang

12 Ny. N 53 Perempuan IRT 60 250 – 300 170 68 Kurang

13 Ny. A 53 Perempuan IRT 63 262 – 314 170 64.8 Kurang

14 Ny. O 42 Perempuan PNS/Pensiunan 67 278 – 334 291 104.6 Baik

15 Tn. AR 61 Laki - laki PNS/Pensiunan 67 278 – 334 148 53.2 Kurang

16 Ny. Y 58 Perempuan PNS/Pensiunan 75 312 – 374 149 47.7 Kurang

17 Tn. P 61 Laki - laki PNS/Pensiunan 78 324 – 388 164 50.6 Kurang

Keterangan :

Kategori baik : ≥ 95,8 %

Kategori kurang : ≤ 95,8 % ( Crisyanti, 2016 )

100 gram beras putih : 360.9 Kkal

53

Daftar Lampiran 12 : Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Proses wawancara mengenai data pasien/penderita DM tipe 2

Gambar 2. Penimbangan berat badan pasien/enderita DM tipe 2

54

Gambar 3. Proses penimbangan berat nasi

Gambar 4. Menu makan siang pasien/penderita DM tipe 2

55