’gaji komisaris harus dikembalikan’

3
’Gaji Komisaris Harus Dikembalikan’ Jumat, 16/12/2011 | 10:46 WIB Saat ini ada empat pejabat pemprov setingkat eselon IIA menjabat komisasr BUMD SURABAYA-Perseteruan terkait sejumlah pejabat di jajaran Pemerintah Provi (Pemprov) Jatim yang merangkap jabatan di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) makin meruncing. Selain meminta mundur dari jabatan komisaris, Komisi C D Jawa Timur juga mendesak para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang rangkap jab untuk mengembalikan gaji sewaktu mereka duduk sebagai komisaris di BUMD. Komisi C DPRD Jatim mengaku sudah meminta rekomendasi dari Biro Hukum Kementrian BUMN mengenai persoalan rangkap jabatan para PNS. Sesuai UU No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, para PNS tidak boleh merangkap ja sebagai komisaris di BUMD. Meksipun BUMD dilindungi dengan hukum privat y Perseroan Terbatas (PT). “Komisi C sudah berkonsultasi dengan pusat, dan menyebutkan kalau PNS mem harus patuh dan tunduk pada UU Pelayanan Publik tanpa terkecuali. Dalam a itu, PNS tidak boleh merangkap jabatan di BUMD, karena itu gaji komisaris mereka terima selama ini harus dikembalikan, karena menyalahi aturan,” se Yusuf Rohana, anggota Komisi C DPRD Jatim, Jumat (16/12).Saat ini, ada em pejabat teras di jajaran Pemprov Jatim yang juga duduk sebagai komisaris BUMD (lihat tabel). BUMD selama ini selalu berlindung di balik hukum privatnya sehingga tidak tersentuh oleh kalangan legislatif. Namun, karena saham terbesar BUMD ber di tangan pemerintah mau tidak mau tetap harus patuh terhadap hukum publi Terlebih lagi, modal awal dari masing-masing BUMD berasal dari APBD yang bersumber dari uang rakyat. “Kami akan mempertegas larangan itu, dengan menuangkannya dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang BUMD. Apalagi modal BUMD awalnya berasal dari APBD merupakan uang rakyat,” katanya. Aturan itu, sambung dia, ditujukan untuk meningkatkan profesionalitas BUM sehingga mampu menyetorkan laba bagi penambahan pendapatan asli daerah (P Apalagi, sejumlah unsur pimpinan BUMD kerap rangkap jabatan. Selain itu,

Upload: adisuparto2009

Post on 01-Jan-2016

95 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ’Gaji Komisaris Harus Dikembalikan’

’Gaji Komisaris Harus Dikembalikan’Jumat, 16/12/2011 | 10:46 WIB

Saat ini ada empat pejabat pemprov setingkat eselon IIA menjabat komisasris di BUMD

SURABAYA-Perseteruan terkait sejumlah pejabat di jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim yang merangkap jabatan di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) makin meruncing. Selain meminta mundur dari jabatan komisaris, Komisi C DPRD Jawa Timur juga mendesak para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang rangkap jabatan untuk mengembalikan gaji sewaktu mereka duduk sebagai komisaris di BUMD.

Komisi C DPRD Jatim mengaku sudah meminta rekomendasi dari Biro Hukum Kementrian BUMN mengenai persoalan rangkap jabatan para PNS. Sesuai UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, para PNS tidak boleh merangkap jabatan sebagai komisaris di BUMD. Meksipun BUMD dilindungi dengan hukum privat yaitu Perseroan Terbatas (PT).

“Komisi C sudah berkonsultasi dengan pusat, dan menyebutkan kalau PNS memang harus patuh dan tunduk pada UU Pelayanan Publik tanpa terkecuali. Dalam aturan itu, PNS tidak boleh merangkap jabatan di BUMD, karena itu gaji komisaris yang mereka terima selama ini harus dikembalikan, karena menyalahi aturan,” seloroh Yusuf Rohana, anggota Komisi C DPRD Jatim, Jumat (16/12).Saat ini, ada empat pejabat teras di jajaran Pemprov Jatim yang juga duduk sebagai komisaris di BUMD (lihat tabel).

BUMD selama ini selalu berlindung di balik hukum privatnya sehingga tidak tersentuh oleh kalangan legislatif. Namun, karena saham terbesar BUMD berada di tangan pemerintah mau tidak mau tetap harus patuh terhadap hukum publik. Terlebih lagi, modal awal dari masing-masing BUMD berasal dari APBD yang bersumber dari uang rakyat.

“Kami akan mempertegas larangan itu, dengan menuangkannya dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang BUMD. Apalagi modal BUMD awalnya berasal dari APBD yang merupakan uang rakyat,” katanya.

Aturan itu, sambung dia, ditujukan untuk meningkatkan profesionalitas BUMD sehingga mampu menyetorkan laba bagi penambahan pendapatan asli daerah (PAD). Apalagi, sejumlah unsur pimpinan BUMD kerap rangkap jabatan. Selain itu, BUMD masih kerap dijadikan ‘lahan parkir’ para pensiunan pejabat teras Pemprov Jatim.

“Dalam Perda BUMD yang akan disahkan pada 2012 mendatang, susunan pimpinan Komisaris dan Direksi BUMD akan diisi oleh orang-orang profesional dan bukan hanya untuk titipan para pensiunan pejabat,” cetusnya.

Terpisah, Ketua Komisi C DPRD Jatim Kartika Hidayati menuturkan, hasil konsultasi dengan Biro Hukum Kementrian BUMN diharapkan menjadi masukan bagi para pejabat yang masih rangkap jabatan di BUMD untuk segera mengundurkan diri. Seorang PNS harus mengutamakan pelayanan terhadap publik sehingga ada larangan PNS untuk duduk sebagai pimpinan BUMD.

“Kami akan secepatnya menyelesaikan draft raperda BUMD sehingga bisa secepatnya disahkan. Sehingga legislatif bisa memiliki kewenangan mengkontrol BUMD apalagi sebagian modalnya masih

Page 2: ’Gaji Komisaris Harus Dikembalikan’

disuntik dari APBD,” katanya.

Sementara itu, Pemprov Jatim memiliki 12. Dan Bank Jatim merupakan BUMD paling produktif dengan memberikan setoran sebesar Rp 231 miliar pada PAD tahun 2010. Kepemilikan saham Pemprov di Bank Jatim 72,50 persen dan saham Pemkot/Pemkab se-Jatim sebesar 27,50 persen. Pada tahun 2011 Bank Jatim ditargetkan bisa memberikan sumbangan PAD hingga Rp 300 miliar. yop

PEJABAT PEMPROV YANG JUGA KOMISARIS DI BUMD

Fattah Jasin                 Kepala Dinas Koperasi dan UKM        Komisaris PT Bank UMKM

Nur Wiyatno                Kepala Badan Keuangan dan Aset      Komisaris PT Jatim Graha Utama

Achmad Sukardi          Asisten IV Setdaprov                           Komisaris PT Jamkrida

Hadi Prasetyo              Asisten II Setdaprov                            Komisaris PT Petrogas Jatim Utama

UU 25/2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

Pasal 17

Pelaksana dilarang

a.         Merangkap sebagai komisaris atau pengurus organisasi usaha bagi pelaksana yang berasal dari lingkungan instansi pemerintah, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah;