documentg

5
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang  Acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layu adalah sebuah manifestasi klinik yang bersifat lemah atau paralisis dan mengurangi ketahanan otot yang di sebabkan oleh berbagai macam penyebab yang sering di gunakan untuk menggambarkan serangan tiba-tiba, seperti yang di temui pada polio. AFP di dapatkan di negara maju, terutama negara  berkembang atau belum berkembang khususnya pada masyarakat dengan derajat sosial ekonomi yang rendah, lingkungan sangat padat, tingkat  pendidikan kurang dan akses pada pelayanan kesehatan kurang dengan angka kematian kasus (CFR) sangat rendah. Surveilans AFP adalah pengamatan yang di lakukan terhadap semua kasus kelumpuhan yang sifatnya seperti kelumpuhan pada poliomielitis dan terjadi pada anak-anak < 15 tahun. Berdasarkan KepMenKes No.483/Menkes/SK/IV/2007, disebutkan  pada lampiran bahwa untuk meningkatkan sensitifitas penemuan kasus  polio, di lakukan pengamatan semua kasus lumpuh layu akut yang terjadi  pada usia <15 tahun (Depkes RI,20 03).  1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini yaitu tentang “Bagaimana tren dan isu keperawatan acute flaccid paralysis?”. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca dapat mengetahui tentang tren dan isu keperawatan acute flaccid paralysis. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Pengertian AFP. 2. Riwayat alamiah AFP.

Upload: bayou-fore-you

Post on 11-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dd

TRANSCRIPT

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layu adalah sebuah

    manifestasi klinik yang bersifat lemah atau paralisis dan mengurangi

    ketahanan otot yang di sebabkan oleh berbagai macam penyebab yang

    sering di gunakan untuk menggambarkan serangan tiba-tiba, seperti yang di

    temui pada polio. AFP di dapatkan di negara maju, terutama negara

    berkembang atau belum berkembang khususnya pada masyarakat dengan

    derajat sosial ekonomi yang rendah, lingkungan sangat padat, tingkat

    pendidikan kurang dan akses pada pelayanan kesehatan kurang dengan

    angka kematian kasus (CFR) sangat rendah.

    Surveilans AFP adalah pengamatan yang di lakukan terhadap semua

    kasus kelumpuhan yang sifatnya seperti kelumpuhan pada poliomielitis dan

    terjadi pada anak-anak < 15 tahun.

    Berdasarkan KepMenKes No.483/Menkes/SK/IV/2007, disebutkan

    pada lampiran bahwa untuk meningkatkan sensitifitas penemuan kasus

    polio, di lakukan pengamatan semua kasus lumpuh layu akut yang terjadi

    pada usia

  • 3. Faktor resiko AFP.

    4. Penatalaksanaan umum AFP.

  • BAB 2

    TINJAUAN TEORI

    2.1 Pengertian

    Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah kelumpuhan atau paralisis

    secara fokal yang onsetnya akut tanpa penyebab lain yang nyata seperti

    trauma. Yang ditandai dengan flaccid dan mengenai anak kelompok < 15

    tahun termasuk didalamnya Sindrom Guillain-Barre. AFP disebabkan oleh

    beberapa agen termasuk enterovirus, echovirus, atau adenovirus.

    Setiap kasus AFP adalah keadaan darurat klinis dan membutuhkan

    penanganan segera. Kasus AFP adalah semua anak-anak yang berusia

    kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh),

    terjadi secara akut (mendadak), bukan disebabkan oleh ruda paksa.

    Yang dimaksud kelumpuhan terjadi secara akut adalah perkembangan

    kelumpuhan yang berlangsung cepat (rapid progressive) antara 114 hari

    sejak terjadinya gejalah awal (rasa nyeri, kesemutan, rasa tebal/kebas)

    sampai kelumpuhan maksimal. Yang dimaksud kelumpuhan flaccid adalah

    kelumpuhan yang bersifat lunglai, lemas atau layu (bukan kaku), atau terjadi

    penurunan tonus otot.

    Acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layu adalah sebuah

    manifestasi klinik yang bersifat lemah atau paralysis dan mengurangi

    ketahanan otot yang di sebabkan oleh berbagai macam penyebab yang

    sering di gunakan untuk menggambarkan serangan tiba-tiba ,seperti yang di

    temui pada polio.

    2.2 Riwayat Alamiah

    Secara umum penularan penyakit acute flaccid paralysis (AFP) atau

    penyakit lumpuh layu akut tergantung dari penyebab dari penyakit

    kelumpuhan tersebut. Penyakit AFP yang disebabkan oleh virus polio akan

    cepat menular pada kondisi yang sangat rentan. Masa inkubasi polio

    biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-

    satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar

    manusia melalui rute oro-fekal. Penularan melalui sekret faring dapat terjadi

  • bila keadaan higiene sanitasinya baik sehingga tidak memungkinkan

    terjadinya penularan oro-fekal. Makanan dan bahan lain yang tercemar

    dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi. Penularan melalui

    serangga belum bisa dibuktikan.

    Pada akhir masa inkubasi dan awal gejala, penderita AFP karena virus

    polio liar sangat paten untuk menularkan penyakit. Setelah terpajan dari

    penderita, virus polio dapat ditemukan pada sekret tenggorokan 36 jam

    kemudian dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta pada tinja

    dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu atau lebih.

    Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat

    kelumpuhan yang bervariasi. Kelumpuhan yang terjadi hanya sekitar 1%

    saja. Dari semua kelumpuhan, 90% akan sembuh dengan sendirinya dan

    sekitar 10% akan menetap.

    Penyakit AFP yang disebabkan oleh virus polio liar gejala awal

    biasanya terjadi selama 1-4 hari, kemudian menghilang. Gejala lain yang

    bisa muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak di perut, demam

    ringan, lemas dan nyeri kepala ringan. Gejalah ringan yang mengarah pada

    kecurigaan serangan virus polio adalah adanya demam dan kelumpuhan

    akut. Kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa. Kelumpuhan

    biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris dan dapat menetap

    selamanya yang bisa disertai gejalah nyeri kepala dan muntah. Biasanya

    terdapat kekakuan pada leher dan punggung dalam waktu 24 jam.

    Lumpuh layu akut (AFP, acute flaccide paralysis) biasanya

    menyerang satu tungkai, lemas sampai tidak ada gerakan. Otot bisa

    mengecil, refleks fisiologis dan refleks patologis negatif. AFP oleh penyakit

    mielitis transversa yaitu suatu peradangan sumsum tulang belakang.

    Kelumpuhan layu biasanya menyerang kedua tungkai, bersifat akut, dan

    lemas. Refleks fisiologis dan refleks patologis negatif, biasa disertai dengan

    gangguan buang air besar dan buang air kecil. Diagnosis banding lainya

    adalah GBS (Guillain-Barre Sindrom), dimana terjadi demam disertai

    gejalah khas kelumpuhan yang berangsur dari ujung jari naik ke atas dengan

    batas tegas, bila sudah sampai pergelangan membentuk gambaran seperti

  • sarung tangan/kaki (Glove Phenomenon). Kelumpuhan menyerang kedua

    tungkai, refleks fisiologis negatif, sedangkan refleks patologis positif. Bila

    kelumpuhan menyerang otot saluran pernapasan, maka penderita dapat

    mengalami sesak napas sampai meninggal.

    2.3 Epidemiologi

    Kelemahan tungkai adalah keluhan yang biasa ditemui pada kasus

    gangguan neuromuskular. Guillain-Barre Syndrome (GBS) merupakan

    penyebab utama non-traumatic, non-stroke paralisis flaccid akut di negara-

    negara barat, dengan angka kejadian 0,75-2,0 kasus per 100.000 orang.

    Myasthenia Gravis (MG) adalah penyebab paling umum transmisi

    penyakit neuromuskuler, dengan prevalensi sebesar 14,2 kasus per 100.000

    orang. Botulisme terjadi lebih jarang, di AS yang dilaporkan oleh Centers

    for Disease Control and Prevention (CDC) dari tahun 1973-1996. Penelitian

    terbaru menunjukkan bahwa virus West Nile juga dapat menyebabkan

    paralysis flaccid. Penyebab paralysis flaccid akut lainnya termasuk

    poliomyelitis paralitik dan myelitis transversal; etiologi yang jarang terjadi

    berupa neuritis traumatis, ensefalitis, meningitis dan tumor .

    2.4 Faktor Resiko

    2.5 Penatalaksanaan Umum

    Pengobatan pada penderita AFP tidak spesifik. Pengobatan ditujukan

    untuk meredakan gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan

    stamina penderita. Perlu diberikan pelayanan fisioterapi untuk

    meminimalkan kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi atrofi otot.

    Perawatan ortopedi tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan

    menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah pencegahan

    melalui vaksinasi dan surveilans AFP.