documentg

13
b. Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul. c. Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit. Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada BBL dengan alasan efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya. Disamping itu pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan karena zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah G. KLASIFIKASI Menurut Ngastiyah ( 2005: 231), klasikfikasi kejang demam adalah 1. Kejang demam sederhana

Upload: rizkhy-wahyu

Post on 10-Sep-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gefrgiweutgtiuaweatuhg

TRANSCRIPT

b. Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul.c. Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada BBL dengan alasan efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya. Disamping itu pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan karena zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah

G. KLASIFIKASIMenurut Ngastiyah ( 2005: 231), klasikfikasi kejang demam adalah 1. Kejang demam sederhanayaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :a. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahunb. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.c. Kejang bersifat umumd. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normalf. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan.g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali2. Kejang kompleksKejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

H. KOMPLIKASIMenurut Lumbantobing ( 2005: 31) Dan Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (2005: 849-850). Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit yaitu :1. Kerusakan otakTerjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible.2. Retardasi mentalDapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.

I. PENCEGAHANMenurut Ngastiyah ( 2005: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.1. Pencegahan berulanga. Mengobati infeksi yang mendasari kejangb. Penkes tentang 1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37C)3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :a. Baringkan pasien pada tempat yang rata b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuhc. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napasd. Lepaskan pakaian yang ketate. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

J. PEMERIKSAAN PENUNJANGMenurut Komite Medik RSUP Dr. sardjito ( 2005:193) dan LUmbantobing dan Ismail (2005 :43), pemeriksaannya adalah :1. EEGPemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.2. Lumbal PungsiTes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak.- Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologhis dan pemeriksaan lumbal pungsi- Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :1) Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L)

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIANHal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut Greenberg (2005: 122 128)1. Riwayat Keperawatana. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluargab. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuhd. Adanya riwayat trauma kepala2. Pengkajian fisika. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangatb. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badanc. Adanya kelemahan dan keletihand. Adanya kejange. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning3. Riwayat Psikososial atau Perkembangana. Tingkat perkembangan anak terganggub. Adanya kekerasan penggunaan obat obatan seperti obat penurun panasc. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu sakit.4. Pengetahuan keluargaa. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurangb. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demamc. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuhd. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnyA

B. DIAGNOSA KEPERAWATANMenurut Doengoes, dkk (2005: 876), Angram (2005 : 629 630) dan carpenito (2005: 132), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam1. Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang2. Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus3. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi

C. INTERVENSI KEPERAWATANDX 1: Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejangTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama poroses keperawatan diharapkan resiko cidera dapat di hindari, dengan kriteria hasil NOC: Pengendalian Resikoa. Pengetahuan tentang resikob. Monitor lingkungan yang dapat menjadi resikoc. Monitor kemasan personald. Kembangkan strategi efektif pengendalian resikoe. Penggunaan sumber daya masyarakat untuk pengendalian resikoNIC : mencegah jatuha. identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat menjadiakn potensial jatuh dalam setiap keadaanb. identifikasi mkarakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial jatuhc. monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasid. instruskan pada pasien untuk memanggil asisten kalau mau bergerak

DX 2: Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamusTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam rentang normaNOC : Themoregulationa. Suhu tubuh dalam rentang normalb. Nadi dan RR dalam rentang normalc. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing

NIC : Temperatur regulationa. Monitor suhu minimal tiap 2 jamb. Rencanakan monitor suhu secara kontinyu c. Monitor tanda tanda hipertensid. Tingkatkan intake cairan dan nutrisie. Monitor nadi dan RR

DX 3 : Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi aliran darah ke otakTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali normal , dengan kriteria hasil :NOC : status sirkulasi a. TD sistolik dbnb. TD diastole dbnc. Kekuatan nadi dbnd. Tekanan vena sentral dbne. Rata- rata TD dbnNIC : monitor TTV:a. monitor TD, nadi, suhu, respirasi rateb. catat adanya fluktuasi TDc. monitor jumlah dan irama jantungd. monitor bunyi jantunge. monitor TD pada saat klien berbarning, duduk, berdiriNIC II : status neurologiaa. monitor tingkat kesadranb. monitor tingkat orientasic. monitor status TTVd. monitor GCSDX 4 : Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasiTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang kondisi pasienNOC : knowledge ; diease prosesa. Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan program pengobatanb. Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benarc. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainyaNIC : Teaching : diease processa. Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifikb. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepatc. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepatd. Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.Lumbantobing,SM.2005.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUISachann, M Rossa. 2005. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2005. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika JakartaNgastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.

Diposkan oleh ardo costilla di 01.55 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLabel: askep askep Tidak ada komentar:Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Mengenai Saya

ardo costilla ..aq lahir 28 08 1992..aq anak ke tiga dari 4 saudara .orang tua q memberi nama q.M SUHUD ARDONI.aq lahir di kotabumi ,lampung utara,,aq orang na suka becanda,yg pasti na q orang na sederhana..cita2 q mau jadi perawat sukses,dan bahagiin ortu qLihat profil lengkapku Total Tayangan Laman8,227 PengikutShare ItLencana FacebookSuhud ArdoniCostilla

Buat Lencana Anda Arsip Blog 2013 (20) April (1) Maret (19) Leflet maag Kalau dengar bawang putih, mungkin yang terbayang ... melawan diabetes dengan buah pare obat hipertensi anti diare pelatihan perawat anastesi RSUD Dr MOEWARDI SURAKA... KTI stroke askep jiwa waham gambar al arvha askep hipertensi KTI appendiksitis KTI stroke ASKEP sectio caesarea .....jalan jalan q ma temen2,,,ini temen udah ... askep anemia askep anak kejang demam 2012 (1)