g. lamongan, jawa timur - esdm

17
G. LAMONGAN, JAWA TIMUR Gunungapi Lamongan (Umar R, 2005) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Lemongan Nama Kawah : Lamongan Lokasi a. Geografis Puncak b. Administratif : : 7 o 59’ LS dan 113 o 20,5’ BT Kabupaten Lumajang Ketinggian : 1671 m. dpl Tipe Gunungapi : Strato Kota terdekat Pos Pengamatan : Lumajang Gunung Meja, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, 7 o 58’ 38,52“ LS dan 113 o 16’ 51,12“ BT PENDAHULUAN Gunungapi Lamongan merupakan gunungapi muda dari G. Tarub yang posisinya berada di bagian timur. Pertumbuhan G. Lamongan diawali pensesaran tubuh G. Tarub yang berarah tenggara – baratlaut. Pensesaran ini mengakibatkan bagian barat G. Tarub runtuh, kemudian pada bagian ini tumbuh G. Lamongan. Diantara gunungapi aktif yang tersebar di Jawa Timur, G. Lamongan merupakan gunungapi yang menarik. Di G. Lamongan terdapat sekitar 64 pusat erupsi parasit yang terdiri dari 37 kerucut vulkanik dan 27 buah “maar” (Matahelumual, 1960). Aspek lain yang

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

G. LAMONGAN, JAWA TIMUR

Gunungapi Lamongan (Umar R, 2005)

KETERANGAN UMUM

Nama Lain : Lemongan

Nama Kawah : Lamongan

Lokasi

a. Geografis Puncak

b. Administratif

:

:

7o 59’ LS dan 113o 20,5’ BT

Kabupaten Lumajang

Ketinggian : 1671 m. dpl

Tipe Gunungapi : Strato

Kota terdekat

Pos Pengamatan

: Lumajang

Gunung Meja, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang,

7o 58’ 38,52“ LS dan 113o 16’ 51,12“ BT

PENDAHULUAN

Gunungapi Lamongan merupakan gunungapi muda dari G. Tarub yang posisinya

berada di bagian timur. Pertumbuhan G. Lamongan diawali pensesaran tubuh G. Tarub

yang berarah tenggara – baratlaut. Pensesaran ini mengakibatkan bagian barat G. Tarub

runtuh, kemudian pada bagian ini tumbuh G. Lamongan.

Diantara gunungapi aktif yang tersebar di Jawa Timur, G. Lamongan merupakan

gunungapi yang menarik. Di G. Lamongan terdapat sekitar 64 pusat erupsi parasit yang

terdiri dari 37 kerucut vulkanik dan 27 buah “maar” (Matahelumual, 1960). Aspek lain yang

Page 2: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

membuat gunungapi ini berbeda adalah bahwa G. Lamongan merupakan gunungapi yang

berkomposisi basaltis.

Cara Mencapai Puncak

Cara pencapaian : Dari Pos PGA G. Meja melewati Ranu Klakah Desa Papringan

dekat G. Kene Puncak, dapat dilakukan dengan kendaraan roda empat sampai G. Anyer,

selanjutnya berjalan kaki menuju puncak, kurang lebih 5 jam.

Inventarisasi Sumberdaya gunungapi

Sumber air panas Segaran

Ditemukan di Desa Segaran, Temperatur 46oC, suhu udara 22o–24oC, pH (6),

mengandung H2S, rasa air tawar, warna air : bersih, ada oksida besi, luas kenampakan :

6x6 = 36 m2 berasosiasi dengan batuan Tupa dan basalt, debit air = 5–10 l/detik.

Sumber air panas Tiris / Betok

Ditemukan di Desa Segaran, Temperatur 42oC, suhu udara 22o–24oC, pH (6,5)

mendekati normal, sedikit mengandung H2S, warna air : bersih/bening, sedikit oksidasi

besi, luas kenampakan 2X3= 6m2, berasosiasi dengan batuan tupa dan andesit, debit air =

1–2 l/detik. Sumberdaya gunungapi lainnya termasuk sumberdaya mineral, energi, tata

guna lahan, vegetasi belum ada data laporannya

Wisata

Potensi wisata gunungapi yang berada di sekitar kawasan G. Lamongan berupa

maar yang berada di sekitar lereng kaki gunungapi tersebut dengan berbagai ukuran dan

bentuk morfologinya. Jumlah maar di sekitar lereng G. Lamongan berjumlah 24 maar yang

membentuk ranu. Tiga belas ranu diantaranya terisi air seperti Ranu Klakah, Ranu Pakis,

Ranu Bedali dan beberapa Ranu lainnya (I. Matahelumual, 1990). Tetapi diantara 13 Ranu

yang ada, juga dijumpai beberapa Ranu yang sudah tidak terisi air lagi. Kemungkinan

disebabkan oleh penurunan muka air atau pola air tanah yang menyebar di sekitarnya

Disamping pembentukan ranu-ranu, juga dijumpai kerucut yang tumbuh disekitar

lereng tubuh G. Lamongan yang jumlahnya mencapai 29 buah, diantaranya kerucut G.

Jalak, G. Pakem, dan G. Pakis.

Lokasi Ranu yang berpotensi dan layak untuk dikembangkan adalah:

a. Ranu Klakah,

b. Ranu Pakis,

Page 3: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

c. Ranu Logong,

d. Ranu Segaran

Untuk ketiga lokasi yang disebutkan pertama, disamping karena pertimbangan

faktor pencapaian lokasi serta sarana jalan menuju lokasi yang telah beraspal baik, juga

faktor bentang alam yang relatif landai di bagian dinding ranu, sehingga lebih mudah di

jangkau hingga ke permukaan air ranu.

Faktor kendala alam juga perlu diperhatikan, yaitu berhubungan dengan aktivitas

gempa bumibumi tektonik yang pernah terjadi pada tahun 1925, 1985, dan 1988, yang

menyebabkan terbentuknya retakan tanah didekat ranu tersebut. Disamping itu juga faktor

kendala alam yang disebabkan oleh akitivitas vulkanisme yang terjadi di sekitar G.

Lamongan.

Ranu Segaran juga termasuk kawasan ranu yang layak untuk dikembangkan

walaupun kendala pencapaian lokasi yang relatif jauh dari lintas utama jalan propinsi. Nilai

tambah pada Ranu Segaran adalah terdapatnya mata airpanas yang dijumpai di daerah

Tiris, berdekatan dengan lokasi ranu kemungkinan akan sangat mendukung wisata

gunungapi pada kawasan Ranu Segaran.

SEJARAH LETUSAN

1799, terjadi erupsi pada kawah pusat

1806, sesudah berhenti 7 tahun, pada April mulai mengeluarkan asap tebal dan sedikit batuan gunungapi.

Pada malam hari keliatan lidah api. Suara gemuruh dan gempa bumi vulkanik kadang-kadang

terjadi.

1808 terjadi erupsi di kawah utama

1818, 1821, 1822, 21 Desember–22 Januari, terjadi erupsi pada kawah utama dan kawah parasit. Erupsi di

kawah utama disertai semburan lava pijar

1824 erupsi di kawah utama yang disertai leleran lava pijar

1826, erupsi exlposif di kawah utama disertai semburan bom vulkanik

1829, erupsi eksplosif di kawah utama disertai suara gemuruh dan semburan material pijar. Terjadi leleran

lava.

1830, Pebruari–Maret terjadi erupsi pada kawah pusat, terjadi leleran lava

1838 (4-6 Juli, 18 Oktober), terjadi erupsi normal di kawah utama, semburan lava pijar yang berulang-

ulang

1841, erupsi di kawah utama, diikuti longsoran pada sebagian dinding kawah

1843, erupsi-erupsi di kawah utama, disertai semburan lava pijar. 3 orang tewas.

1844, erupsi abu di kawah utama

1847, 26 Maret-26 Juni, terjadi erupsi normal pada kawah pusat, erupsi-erupsi di kawah utama, disertai

leleran lava

Page 4: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

1848, Juni-September terjadi erupsi normal pada kawah pusat, erupsi parasiter dan aliran lava

1849, erupsi di kawah utama, disertai leleran lava

1856, 1 Maret sampai 14 Juni terjadi erupsi di kawah utama

1859, Pebruari–Maret terjadi erupsi di kawah utama. Mulai 27 Februari pukul 23.00 jatuh hujan abu di

daerah Probolinggo. 28 Pebruari pukul 06.00 abu sampai daerah Pamekasan.

1860, terjadi erupsi pada kawah utama

1864, 9 dan 10 Juni malam terjadi hujan abu sekitar lereng G. Lamongan, dan puncaknya berwarna

kemerah-merahan. 12 Juni sebagian dinding kawah runtuh. 2 Juli di Lumajang dan Pasuruan jatuh

hujan abu yang mengandung belerang, erupsi di kawah utama, terjadi leleran lava

1869, 6 April, pukul 07.00 kegiatan meningkat dan terjadi aliran lava, 6 rumah di Desa Solok terbakar. 12

September terjadi erupsi di kawah utama, yang mengakibatkan 8 orang meninggal, karena tertimpa

bom gunungapi dan abu. 1870, 2 Maret, pukul 06.00 terjadi erupsi, lamanya 3 jam. 18 Agustus

terjadi hujan abu sampai Krakatau

1871, 22–24 Januari, di lereng selatan dan puncak Barat terjadi hujan abu, di waktu malam hari terlihat

lidah api di sekitar puncak

1872, 15 Agustus–18 September terjadi hujan abu di sekitar puncak

1873, 20 Mei, pagi hari dan 20 Agustus terjadi erupsi asap pada kawah pusat

1877, 11 Mei selama 24 jam terjadi hujan abu di daerah Probolinggo. Hujan abu ini sampai Pasuruan dan

Surabaya. 18 bahu tanaman rakyat rusak. Aliran lava sejauh 2 km dari puncak.

1883, 13 April terjadi erupsi parasiter dengan aliran lava di lereng Barat Daya pada titik ketinggian 950 m.

Lava ini panjangnya 3500 m, lebar 300 m, dan tebal antara 10 sampai 15 m, kecepatan 1 m/jam.

Akibat aliran lava ini banyak pohon dan tanaman rakyat rusak.

1884, 14 Januari–16 April dan 23 Juni terjadi erupsi normal pada kawah utama

1885-1886, 28 Maret, bagian puncak sebelah Barat yang dahulunya berbentuk kerucut tampak terbelah

maka terlihatlah erupsi yang keluar dari celah tersebut. Pada bulan April terlihat aliran lava kearah

Barat Daya, sepanjang 1,6 km, lebar 25 m, tebal antara 5–10 meter. Oktober 1886 terjadi hujan abu

di sekitar Desa Padagangan

1887, dalam bulan Juli dan November terjadi erupsi normal pada kawah utama. Skala erupsi IV, volume

bahan erupsi : 0,010 km3, BD 2,3, energi kalor yang dilepaskan 2.9, 10, 23 erg, kesetaraan Bom

Atom 34.4.

1889, April, terjadi erupsi freatik. 7 September terjadi hujan abu di Probolinggo. Oktober dan November

terjadi peningkaatan aktivitas.

1890, Maret–Mei dan September–Desember terjadi erupsi normal pada kawah utama

1891, Januari ?, September–Oktober, terjadi erupsi normal pada kawah utama dan aliran lava

1892, November, terjadi erupsi normal pada kawah utama, awan panas, daerah rusak

1896, 5 September, terjadi erupsi abu dan pasir, disertai suara dentuman dan gemuruh. 9 September

terjadi hujan abu di Desa Papringan dan Suberweringin setebal 1,5 cm. Penyebaran abu ini sampai

di daerah Probolinggo, Besuki, Welingi dan Surabaya

1898, 5 Februari terjadi erupsi dasyat dari suatu titik yang letaknya di lereng Barat, gunung ini pada

ketinggian 400 m dpl. Titik erupsi ini membentuk suatu bukit, dengan sisa aliran lava di Timur Laut

G. Kene (tinggi 43 m), bukit baru yang terbentuk ini disebut G. Anyar.

Page 5: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

1925 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah barat Gunungapi Lamongan yang

mengakibatkan terjadi retakan tanah.

1978 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah barat Gunungapi Lamongan yang

mengakibatkan terjadi retakan tanah.

1985 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah barat Gunungapi Lamongan yang

mengakibatkan terjadi retakan tanah.

1988 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah barat Gunungapi Lamongan yang

mengakibatkan terjadi retakan tanah.

1989 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah barat Gunungapi Lamongan yang

mengakibatkan terjadi retakan tanah.

1991 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah barat Gunungapi Lamongan yang

mengakibatkan terjadi retakan tanah.

2005 terjadi peningkatan kegempa bumian

Lingkaran hitam = pusat gempa bumi tahun 1988, garis penuh adalah retakan yang terjadi pada tahun 1925, 1978, 1985 dan 1988.

Karakter Letusan

Gunungapi Lamongan mempunyai karakter erupsi sangat unik yaitu :

1. Jika terjadi kegiatan maka pusat kegiatannya selalu disamping kawah utama yang

berada di puncak

2. Selain itu, dikelilingi oleh tidak kurang dari 60 pusat erupsi parasitik yang terdiri dari

kerucut vulkanik dan maar

Periode Erupsi

Dari awal sampai tahun akhir, periode erupsi variatif : (dari tahun 1799 s/d 1898) :

7 tahun, 2, 9, 5, 2, 2, 3, 1, 8, 3, 1, 2, 3, 2, 7, 5, 3, 5, 1, 1, 1, 3, 3, 6, 1, 2, 1, 1, 1, 1, 1, 2, 3, 2

tahun (1898).

Page 6: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

GEOLOGI

Stratigrafi

Berdasarkan data geologi menunjukkan bahwa produk Gunungapi Lamongan dapat

dikelompokkan menjadi produk erupsi pusat G. Tarub (Lamongan Tua), Lamongan Muda

(Lamongan Sekarang), hasil erupsi samping, erupsi eksentrik, erupsi freatik, dan endapan

sekunder (Sukhyar dkk, 1980). Hasil erupsi kawah pusat sebagian besar terdiri atas lava

dan jatuhan piroklastik, sedangkan hasil erupsi samping umumnya berupa aliran lava,

sedangkan erupsi eksentrik terdiri atas lava saja atau piroklastik dan kombinasi lava serta

piroklastik. Adapun hasil proses sekunder umunya berupa lahar dan endapan fluviatil.

Data geologi baik dari peneliti terdahulu maupun dari hasil penyelidikan langsung di

lapangan tidak ditemukan adanya produk erupsi G. Lamongan yang berupa endapan

aliran piroklastik. Diantara produk-produk Lamongan tersebut belum ada yang dilengkapi

dengan table umur absolute baik dari analisis Potassium Argon (K/Ar) maupun Karbon 14

(14C).

Urutan satuan batuan produk G. Lamongan dari tua ke muda sbb,

• Endapan Piroklastik Pandan (PDP) ; terdiri dari piroklastik, pasir lapilli sampai bom

skoria

• Lava Lamongan Tua (Llt) ; lava basalt olivin

• Lava Erupsi Samping Tua Lamongan (Llst) tua basalt olivin

• Lava Muda Lamongan (Llm); lava basalt olivin

• Endapan piroklastik Geni (GP); terdiri dari piroklastika lepas, skoria, basaltik

• Lava Parang (Pl) ; lava basalt piroksima

• Endapan Piroklastik Lamongan (Lp); terdiri dari bahan piroklastika yang tersusun oleh

andesit basaltik terubah dan basalt skoria, lepas sampai tergabung lemah

• Lava Erupsi Samping Muda G. Lamongan (Llsm) ; jenis batuan basalt, olivin dan

piroksin dalam masa dasar kaca gunungapi dan mikrokistalin

• Endapan Lahar Muda (Elm) ; endapan lahar tergabung lemah sampai kuat, terdiri dari

bongkah lava basalt, masa dasar pasir lanau tufaan Sedangkan di bawah produk G.

Lamongan adalah : G. Tarub dan G. Argopuro

Struktur Geologi

G. Lamongan (1671 m dpl) yang dikelilingi banyak kerucut eksentrik atau parasit

(“epigones”) adalah sangat aktif dalam daerah yang mempunyai sumbu barat-timur

sepanjang 37 km dan sumbu utara-selatan sepanjang 18 km. G. Lamongan dan kerucut-

kerucut “epigones” tersebut terletak pada sayatan depresi sumbu antiklin Pulau Jawa

Page 7: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

(Bemmelen, 1949). Demikian juga system fissure antara timur-timurlaut (ENE) sampai

barat-baratdaya (WSW) terbuka sepanjang 4 km antara Zona Klakah dan Zona Puncak G.

Lamongan, disertai gempa bumi lokal (Bemmelen, 1949). Oleh karena itu daerah

kompleks G. Lampongan cukup sering terjadi gempa bumi yang mengakibatkan rekahan-

rekahan baru. Adanya banyak ranu/’maar” dan bukit-bukit lava dan piroklastik di daerah

Lamongan pada masa lalu kemungkinan berhubungan erat dengan adanya pola-pola

struktur yang berkembang di daerah ini. Dengan demikian bukan suatu hal yang tidak

mungkin bahwa proses yang sama dapat juga terjadi pada suatu waktu.

Peta Geologi G. Lamongan

GEOFISIKA

Seismik

Pemantauan kegempa bumian G. Lamongan dilakukan dari Pos PGA, di

Kecamatan Klakah-Lumajang dengan menggunakan seismograf tipe PS 2, satu

komponen bersistem RTS. Kegempa bumian G. Lamongan umumnya didominasi oleh

gempa bumi tektonik, sedangkan gempa bumi vulkanik jarang terekam.

Page 8: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

Data kegempaan terkahir yang tercatat yaitu : Pada 04 Januari 2005 pukul 20:00

status Gunungapi Lamongan dinaikkan dari “Aktif Normal” menjadi “Waspada”

sehubungan dengan adanya peningkatan jumlah Gempa Bumi Vulkanik Dalam yang

terjadi secara cepat pada pukul 16:32. Peningkatan jumlah tersebut berlangsung sekitar

2,5 jam, dan kemudian pada pukul 18:55 mulai terjadi Gempa Bumi Tremor menerus

dengan amplitude lebih besar dari 20 mm.

Sebelum terjadi peningkatan kegempaan tersebut, pada pukul 10.00 terjadi gempa

bumi terasa yang bersumber di Situbondo berkekuatan 4,6 skala Richter.

Pada pukul 12:55 (05 Januari) terjadi gempa bumi terasa dengan skala MMI I-III.

Gempa bumi terasa mulai sering terjadi hingga siang hari (lebih kurang sebanyak 30 kali

yang dapat dirasakan di Pos PGA G. Meja). Gempa bumi terasa tersebut banyak

dirasakan oleh semua orang di sekeliling G. Lamongan.

Pada jam 05:00 kembali terjadi Gempa Bumi Tektonik Jauh dengan kekuatan 4.85

Skala Richter yang bersumber di laut selatan (keterangan BMG)

Pada 5 Januari 2005 tercatat 430 kali Gempa Bumi Tektonik Local, 90 Gempa

Bumi Vulkanik Dalam (VA) dan 1 Gempa Bumi Tektonik Jauh. Kegempaan mulai

menurun, sementara Gempa Bumi Tremor masih menerus namun amplitudanya semakin

kecil.

Suhu air Ranu tidak menunjukkan adanya peningkatan. Pengukuran suhu yang

dilakukan pada tanggal 05 dan 06 Januari 2005 tercatat 29o-30oC untuk Ranu Klakah dan

Ranu Pakis. Sementara Tinggi permukkan air Ranu Klakah turun 4 cm dan Ranu Pakis

turun 9 cm dibanding pengukuran bulan November 2004. Namun pengukuran yang

dilakukan pada tanggal 06 Januari 2005, masing-masing menunjukkan peningkatan tinggi

muka air sebesar 5 cm.

Page 9: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

Sementara itu di Pos PGA Semeru yang terletak di G. Sawur (40 km barat daya G.

Lamongan mencatat 55 kali kejadian Gempa Bumi Tektonik Lokal dan 4 kali gempa bumi

terasa, dan di Pos PGA Bromo di Cemoro Lawang (40 km, barat laut G. Lamongan) juga

mencatat 28 kali Gempa Bumi Tektonik Local. Berkaitan dengan rentetan gempa bumi

tersebut tercatat 18 rumah yang berada di desa Ranu Gedang, Kec. Tiris mengalami

kerusakan sedang (dinding retak-retak).

Pada tanggal 6 Januari tercatat gempa bumi sebanyak 72 kali; 55 kali Gempa Bumi

Tektonik Lokal dan 17 kali Gempa Bumi Vulkanik Dalam. Sementarara amplituda tremor

semakin mengecil (< 5 mm).

Sejak tanggal 07 Januari, seismograf sudah tidak merekam lagi Gempa Bumi

Tremor. Sementara jumlah Gempa Bumi Vulkanik dan Tektonik Lokal menurun tajam.

Tercatat 7 kali Gempa Bumi Vulkanik dan 13 kali Gempa Bumi Tektonik Local.

Untuk mengetahui arah datang (sumber gempa bumi) sejak tanggal 08 Januari

dipasang lagi 2 (dua) seismometer tambahan di 2 (dua) lokasi, yaitu di Pos PGA (G. Meja)

1 1 1 3

430

5513155151373 111

0100200300400500

1-Dec-04

3-Dec-04

5-Dec-04

7-Dec-04

9-Dec-04

11-Dec-04

13-Dec-04

15-Dec-04

17-Dec-04

19-Dec-04

21-Dec-04

23-Dec-04

25-Dec-04

27-Dec-04

29-Dec-04

31-Dec-04

2-Jan-05

4-Jan-05

6-Jan-05

8-Jan-05

10-Jan-05

12-Jan-05

14-Jan-05

16-Jan-05

18-Jan-05

20-Jan-05

22-Jan-05

24-Jan-05

26-Jan-05

28-Jan-05

30-Jan-05

JUMLAH GEMPA

TANGGAL

GRAFIK GEMPA TEKTONIK G.LAMONGAN NOVEMBER-DESEMBER 2004

Tektonik Jauh

0 1 12 11 1

54

90

1772 11 1

0

20

40

60

80

100

1-Dec-04

3-Dec-04

5-Dec-04

7-Dec-04

9-Dec-04

11-Dec-04

13-Dec-04

15-Dec-04

17-Dec-04

19-Dec-04

21-Dec-04

23-Dec-04

25-Dec-04

27-Dec-04

29-Dec-04

31-Dec-04

2-Jan-05

4-Jan-05

6-Jan-05

8-Jan-05

10-Jan-05

12-Jan-05

14-Jan-05

16-Jan-05

18-Jan-05

20-Jan-05

22-Jan-05

24-Jan-05

26-Jan-05

28-Jan-05

30-Jan-05

JUMLAH GEMPA

TANGGAL

GRAFIK GEMPA VULKANIK G.LAMONGAN

DESEMBER 2004 - JANUARI 2005

VA

VB

Page 10: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

dan di G. Cilik. Semua data yang ada direkam secara digital dengan menggunakan

Datamark LS-7000. Semua gempa bumi yang terekam menunjukan bahwa waktu tiba

gempa bumi pertama kali terekam oleh stasiun G. Cilik, kemudian G. Meja dan terakhir

terekam oleh stasiun G. Anyar.

Salah satu hasil rekaman gempa bumi.

Lingkaran hitam = pusat gempa bumi tahun 1988, garis penuh adalah retakan yang terjadi pada tahun 1925, 1978, a985 dan 1988.

-8000

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

6000

8000

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-12000

-10000

-8000

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

00

:30

.0

00

:30

.6

00

:31

.2

00

:31

.8

00

:32

.4

00

:33

.1

00

:33

.7

00

:34

.3

00

:34

.9

00

:35

.5

00

:36

.1

00

:36

.7

00

:37

.3

00

:37

.9

00

:38

.5

00

:39

.2

00

:39

.8

00

:40

.4

00

:41

.0

00

:41

.6

00

:42

.2

00

:42

.8

00

:43

.4

00

:44

.0

00

:44

.6

Sta G. ANYAR

Sta POS/G. MEJA

Sta G. CILIK

Page 11: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

Hasil analisa pusat gempa bumi dengan metoda tripartit menunujukkan bahwa

pusat gempa bumi terletak di sebelah barat G. Lamongan atau di sekitar Ranu Bedali dan

di sebelah utara G. Cilik, dengan kedalaman berkisar antara 1 – 6 km (umumnya 3–5 km)

di bawah permukaan.

Hasil analisa pusat gempa bumi dengan metoda Tripartit.

Gaya Berat

Pengukuran gaya berat G. Lamongan dilakukan pada tanggal 23 April - 9 Mei 1988.

Daerah pengukuran gaya berat yaitu profil jalur barat–timur (daerah Karangtengah sampai

Anten) dan jalur utara – selatan (daerah Ranu Bedali sampai Ranu Lamongan) masing-

masing bertemu di daerah Cibuntu. Tujuan dari penyelidikan gaya berat ini adalah untuk

mengetahui kondisi geologi bawah permukaan yang mempengaruhi terhadap aktivitas

daerah penyelidikan. di daerah yang mengalami retakan, yaitu di Kp. Curahbuntu dan Kp.

Cipto–Desa Sumber Petung. Dari hasil pengukuran yang dilakukan di daerah ini ada 12

buah dibuat permanen dari bahan campuran batu dan semen dengan maksud sebagai titik

ukur acuan bagi survei gravitasi selanjutnya. Dari hasil pengukuran topografi di dapat

sebagai berikut:

Stasiun Bujur Lintang Ketinggian

BM.1 113o 17’ 56.80” BT 07

o 58’18.20” LS 423.381 m

BM.2 113o 17’ 31.60” BT 07

o 58’13.20” LS 372.847 m

BM.3 113o 17’ 10.90” BT 07

o 58’ 09.10” LS 346.858 m

Page 12: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

BM.4 113o 16’ 55.10” BT 07

o 58’ 06.60” LS 328.905 m

BM.5 113o 16’ 34.20” BT 07

o 58’ 03.00” LS 307.902 m

BM.6 113o 16’ 19.40” BT 07

o 58’ 00.40” LS 291.951 m

BM.7 113o 16’ 03.40” BT 07

o 57’ 57.50” LS 282.998 m

BM.8 113o 15’ 47.40” BT 07

o 57’ 54.40” LS 268.933 m

BM.9 113o 16’ 40.60” BT 07

o 58’ 44.80” LS 300.785 m

BM.10 113o 16’ 33.60” BT 07

o 58’ 26.30” LS 301.176 m

BM.11 113o 16’ 36.80” BT 07

o 57’ 38.80” LS 319.232 m

BM.12 113o 16’ 40.60” BT 07

o 57’ 30.10” LS d339.764 m

Data gravitasi (gaya berat) setelah dilakukan koreksi : (dalam m.gal)

BM.1 = 218.100 BM.5 = 217.850 BM.9 = 219.580

BM.2 = 217.635 BM.6 = 218.320 BM.10 = 218.981

BM.3 = 217.775 BM.7 = 218.641 BM.11 = 217.249

BM.4 = 217.273 BM.8 = 218.577 BM.12 = 216.910

Kesimpulan penyelidikan gaya berat di daerah Lamongan yaitu :

- Terdapat body massa bawah permukaan di antara daerah Curahbuntu dan G. Cilik

dengan kedalaman yang dangkal dan lebar body yang kecil yang diperkirakan

berhubungan dengan krisis seismik pada Februari sampai Maret 1988 dan erupsi kecil

pada April 1988.

- Adanya anomaly negatif di Timur Curahbuntu antara BM 5 dan BM 4 yang berasosiasi

dengan zona frakturasi bawah permukaan.

DEFORMASI

Penelitian deformasi di G. Lamongan adalah pengukuran jarak dengan

menggunakan EDM (Electronic Distance Measurement) sedangkan levelling yang

biasanya dilakukan secara bersamaan kali ini tidak dilakukan. Dalam penelitian ini

dilakukan pemasangan titik ukur baru sebanyak 5 buah titik ukur yang di lokasi tertentu

yang dapat saling pandang sehingga membentuk suatu jaring tri laterasi. Di G. Lamongan,

titik ukur yang dipasang ditempatkan terutama di bagian Barat G. Lamongan yaitu di Pos

PGA (DLM1), Gunung Cilik (DLM2), Gunung Anyar (DLM3), Area Hutan Jati (DLM4), dan

bagian lereng G. Lamongan. Pemilihan lokasi ini dititik beratkan di daerah Barat dari G.

Lamongan, hal ini disebabkan karena lava terakhir yang pernah terjadi ada di sebelah

Barat.

Page 13: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

STASIUN AZIMUTH Jarak Miring (m)

Jarak Datar (m)

SD (m)

TGL

DISTOMAT REFLEKTOR HOR VER

040698 DLM 2 DLM1 N022oE 272

oE16’12” 1766.426 1765.426 0.001

050698 DLM3 DLM1 N125oE 268

oE16’12” 4078.483 4076.656 0.002

050698 DLM4 DLM3 N145oE 269

oE15’15” 991.811 991.127 0.001

050698 DLM4 DLM5 N205oE 277

oE26’21” 911.811 1831.928 0.002

050698 DLM3 DLM5 N242oE 277

oE52’55” 1853.529 1809.386 0.002

050698 DLM2 DLM5 N304oE 273

oE27’33” 1826.973 4883.714 0.003

060698 DLM1 DLM4 N305oE 271

oE31’13” 4893.101 4981.159 0.006

060698 DLM1 DLM5 N285oE 273

oE54’24” 5450.989 5438.079 0.006

060698 DLM1 DLM3 N300oE 271

oE41’39” 4078.043 4076.216 0.002

Hasil pengukuran ini merupakan awal atau referensi untuk pengukuran berikutnya,

dengan demikian kondisi internal dari G. Lamongan ini masih belum dapat

diinterpretasikan.

GEOKIMIA

Kimia Batuan

Penelitian kimia di G. Lamongan lebih memusatkan perhatian terhadap produk

erupsi G. Lamongan. Penelitian ini hanya dibatasi pada analisis unsur utama SiO2, Al6O3,

Fe total, CaO, MgO Na2O, K2O, MnO, TiO2, P2O5, dan H2O. Unsur utama ini ditentukan

dengan tiga metode, yaitu ; gravimetri, spectrofotometri, dan spketro fotometri serapan

atom. Ketiga sampel batuan diambil dari G. Lamongan, Lumajang, Jawa Timur. Hasil akhir

analisis kimia unsur utama Batuan G. Lamongan diperlihatkan pada table di bawah ini.

SAMPEL (% MASSA) No.

SENYAWA LAB LAG LAR

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

SiO2 Al2O3 Fe Total CaO MgO Na2O K2O MnO TiO2 P2O5 H2O HD

45.84 22.02 13.66 8.04 3.65 2.41 1.47 0.14 0.36 0.31 0.32 0.73

45.89 21.00 13.34 10.14 4.03 1.48 1.48 0.12 0.24 0.23 0.12 0.60

45.97 22.54 13.59 7.23 2.93 1.99 1.43 0.11 0.38 0.22 0.24 0.28

Total 98.95 98.67 96.91

Kandungan SiO2 untuk ketiga sampel tersebut menunjukkan bahwa batuan tersebut

termasuk kedalam kelompok batuan Basalt. Kandungan SiO2 dalam sampel batuan

batuan G. Lamongan yang pernah di analisis memberikan harga antara 43%-52%, dapat

memberi petunjuk bahwa gunungapi ini senantiasa sering memperlihatkan sifat efusifnya,

dan kecil tingkat eksplosifnya.

Page 14: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

Beberapa contoh hasil analisa kimia batuan G. Lamongan dan sekitarnya, di antaranya

yaitu :

1. Basalt Piroksin dari lava puncak G. Lamongan

2. Basalt Piroksin Olivin G. Anyar

3. Basalt Piroksin Olivin G. Kenek

4. Basalt Piroksin Olivin G. Kendeng

5. Basalt G. Melawang

6. Picro Basalt G. Geni

7. Basalt G. Geni

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Visual

Pemantauan visual dan kegempa bumian G. Lamongan dilakukan dari Pos PGA di

Kecamatan Klakah-Lumajang dengan menggunakan seismograf tipe PS 2 satu

komponen sistem RTS. Seismometer ditempatkan di G. Anyar pada daerah aliran lava

termuda hasil erupsi samping G. Lamongan, pada koordinat 7o 59’ 34,20‘‘LS dan 113o

18’39,80‘‘BT dengan elevasi 483 m di atas permukaan laut (dpl). Pengamatan lainnya

secara visual dilakukan pengukuran suhu puncak/fumarola/solftara dan pengukuran sifat

keasaman secara berkala (1 bulan sekali atau 3 bulan sekali). Pembuatan peta kawasan

rawan bencana serta peta tematik lainnya. Pembuatan bangunan-bangunan pengendali

lahar. Penyuluhan terhadap masyarakat sekitar G. Lamongan terhadap manfaat dan

bahayanya gunungapi.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI

Kawasan rawan bencana G. Lamongan digambarkan dalam sebuah peta yang

disebut sebagai Peta Kawasan Rawan Bencana G. Lamongan. Peta Kawasan Rawan

Bencana G. Lamongan dapat dibagi dalam 2 tingkat yaitu ; Kawasan Rawan Bencana II

dan Kawasan Rawan Bencana I.

Kawasan Rawan Bencana II

Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran/leleran lava,

lontaran batu (pijar), hujan abu (lebat), dan aliran lahar. Kawasan Rawan Bencana II dapat

dibedakan menjadi 2 kawasan yakni ;

a. Kawasan Rawan Bencana terhadap aliran massa berupa aliran lava dan aliran lahar.

Page 15: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

b. Kawasan Rawan Bencana terhadap material lontaran dan jatuhan berupa lontaran batu

(pijar), dan hujan batu lebat.

Daerah/dusun yang termasuk dalam kawasan ini adalah Darungan 1, Darungan

Timur, Salakjaya, Joboan, Kalibanter, Ranulanding, Bercak, Papringan, Anter, Gunturan,

dan Alun-alun. Luas kawasan ini mencapai 60 km2. Pada kawasan ini, msyarakat

diharuskan mengungsi jika terjadi peningkatan kegiatan gunungapi, dimana peningkatan

kegiatan ini atas penentuan Pusat Vulkanologi. Masyarakat bisa menempati tempat

semula jika status kegiatan gunungapi tersebut kembali ke tingkat normal.

Kawasan Rawan Bencana I

Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu-

pasir, aliran lahar dan kemungkinan terkena perluasan aliran lava, serta lontaran batu

(pijar). Kawasan ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Kawasan Rawan Bencana terhadap aliran lahar dan kemungkinan terkena perluasan

aliran lava.

b. Kawasan Rawan Bencana terhadap hujan abu-pasir dan kemungkinan dapat terkena

lontaran batu (pijar).

Daerah/dusun yang termasuk dalam kawasan ini adalah Jurangdalem, Buku,

Maktagon, Palasari, Pekalongan, Ranugedang, Bukor, Bintaru, Jetokan, Parsian,

Darungan Barat, Angin-angin, Klempangan, Blimbingan, Ranugedang, Darungan Timur,

Tancak, Ranuagung, Tiris, Bates, Kongsi, Andungsari, Telogosari, Segaran, Lalangan,

Curahputih, Wangkit, Kedunglier, Pakisan, Kaliglagah, Kalipenggung, Kalijeruk,

Gunungkenek, Sumbertumpak, Toroyandaya, Toroyan, Kajar, Salak, Wangkitan, Kali

Anyar, Salak Tengah, Sumberweringin, Lebaklaok, Sumberpetung, Curahbuntu, Alun-alun

I, Gunturan I, Gunungrindang, Moleran, dan Jambuan.

Kawasan ini hanya akan terancam oleh hujan abu-pasir jika erupsi kian membesar,

penduduk disarankan untuk tinggal di dalam rumah/perlindungan. Penggunaan masker

dan kacamata sangat dianjurkan terutama ketika berada di luar rumah/perlindungan. Luas

kawasan ini mencapai 95 km2.

Pengungsian dari kawasan ini hanya dilakukan atas perintah Pemda setempat atas

saran Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Page 16: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Lamongan

Page 17: G. LAMONGAN, JAWA TIMUR - ESDM

DAFTAR PUSTAKA

Bronto. S, Situmorang. T, W. Effendi, Peta Geologi G. Lamongan, Lumajang Jawa Timur, 1986.

Bronto S, dkk., Peta Geologi G. Lamongan-Lumajang-Jawa Timur, 1986. Djoharman L, Restikajaya K, Laporan hasil pengukuran deformasi sekitar G.

Tangkubanparahu dan G. Lamongan antara Desember 1987 – Juli 1988. Husein. S. H., Laporan hasil penyelidikan gaya berat sektor barat daerah Curah

Buntu G. Lamongan, 1988. Hadisantoro. R.D, Martono. A, Sumpena A.D, Dahlan. A, 2001, Peta Kawasan

Rawan Bencana G. Lamongan (KRB). Irawan. W, dkk., 2000, Peta Kawasan Rawan Bencana. Sjarifudin. M.Z., Simatupang. Y. S. H, 1988, Petrokimia Batuan G. Lamongan

dan sekitarnya-Lumajang, Jawa Timur. Syarifudin, M.Z, Simatupang. Y. S. H, 1989,Petrokimia batuan gunungapi

Lamongan dan sekitarnya-Lumajang-Jawa Timur. Tjetjep. W. S, 1988, Penafsiran temperatur reservoir panasbumi G. Lamongan,

Kec. Tiris-Kab. Probolinggo-Jawa Timur, berdasarkan metoda geothermometer kuantitatif.

Tjetjep .W. S, 1988, Penyelidikan Gaya Berat Sektor Barat, Daerah Curahbuntu

G. Lamongan. Zainudin, dkk., 1997, Pengamatan visual dan seismik G. Lamongan-Jawa Timur.