fungsi dan ragam bahasa

Upload: ziessreiy-siieygadiestphalcha-eankeghoieszz

Post on 10-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nhjhbkbhk

TRANSCRIPT

  • TUGAS BAHASA

    KONSEP BAHASA DAN FUNGSI BAHASA

    RAGAM DAN LARAS BAHASA

    Nama

    FEPRIYANSYAH

    NPM

    1315031034

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    TAHUN AKADEMIK

    2013-2014

  • BAB 1

    KONSEP DASAR BAHASA DAN FUNGSI BAHASA

    1. KONSEP DASAR BAHASA INDONESIA

    1. Ada 2 cara berkomunikasi dalam berbahasa INDONESIA :

    - Secara Verbal

    - Secara Non Verbal

    Verbal : adalah bahasa yang menggunakan alat media bahasa yaitu :

    1. Lisan

    2. Tulisan

    Non Verbal : adalah bahasa digunakan selain menggunakan bahasa :

    1. Simbol ( tanda lalin )

    2. Isyarat ( lambaian tangan )

    3. Bunyi-bunyian ( sirine )

    4. Kode ( morse )

    2.Fungsi Bahasa

    Fungsi bahasa sebagai alat :

    1. Berkomunikasi

    2. Kontrol Sosial

    3. Mengekspresikan Diri

    4. Beradaptasi sosial & berintegrasi

    3. Ragam dan Laras bahasa

    -Ragam bahasa adala variasa bahasa terjadi karena pemakaian bahasa

    Ragam bahasa di bedakan menjadi 5 :

    - berdasarkan media pengantar :

    1. Ragam Lisan

    2. Ragam Tulis

    - berdasarkan pemakaian :

    1. Ragam formal

    2. Ragam semiformal

    3. Ragam non formal

    3.Perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulis

    Ragam lisan :

    - menghendaki lawan bicara

    - unsur fungsi gramatika dinyatakan dengan gerakan tubuh

    - terikat dalam situasi, kondisi,waktu dan ruang

    - makna di pengaruhi panjang-pendeknya dan tinggi- rendahnya nada bicara

  • Ragam tulis

    - tidak perlu awan bicara

    - unsur fungsi gramatika ( subjek, predikat, objek ) dinyatakan dengan kata-kata

    - tidak terikat situasi, kondisi, waktu, ruang

    - makna di tentukan tanda baca

    Contoh :

    Ragam formal :

    - Saya, Bapak, Ibu, Saudara

    Ragam semiformal :

    - Aku, Kamu, Bung, Mas

    Ragam nonformal :

    - Gue, Lue

    Pemakaian ragam formal, nonformal :

    Ragam formal lisan :

    - berpidato

    - berceramah

    - presentasi

    Ragam formal tulis :

    - menulis surat resmi

    - menulis proposal

    Ragam nonformal lisan :

    - berbica sehari-hari

    - bergunjing

    - bercerita

    Ragam nonformal tulis :

    - menulis surat ke teman

    - menulis catatan

    Ragam baku/ formal

    - Merupakan ragam yang tinggi, bersifat formal

    - memilikisi sifat :

    - kemantapan dinamis --> kaidah yang tetap dan seragam

    - cedikia --> logis, masuk akal

  • 2. FUNGSI BAHASA

    Definisi/Pengertian Fungsi Bahasa

    Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak

    menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang

    dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan

    berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.

    Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia

    dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan

    merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak

    adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.

    Bahasa sebagai alat komunikasi

    Melalui Bahasa, manusia dapat berhubungan dan berinteraksi dengan alam sekitarnya, terutama

    sesama manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat memikirkan, mengelola dan

    memberdayakan segala potensi untuk kepentingan kehidupan umat manusia menuju

    kesejahteraan adil dan makmur. Manusia dalam berkomunikasi tentu harus memperhatikan dan

    menerapkan berbagai etika sehingga terwujud masyarakat yang madani selamat dunia dan

    akhirat. Bahasa sebagai alat komunikasi berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana untuk

    mencapai suatu keberhasilan dan kesuksesan hidup manusia, baik sebagai insan akademis

    maupun sebagai warga masyarakat. Penggunaan bahasa yang tepat menjadikan seseorang dalam

    memperlancar segala urusan. Melalui bahasa yang baik, maka lawan komunikasi dapat

    memberikan respon yang positif. Akhirnya, dapat dipahami apa maksud dan tujuannya.

    Bahasa sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

    Penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dilakukan melalui buku-buku pelajaran, buku-

    buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lainnya. Banyak buku dan majalah

    tersebut menggunakan bahasa asing. Karena itu dibutuhkan penerjemah agar buku tersebut

    diterjemahkan ke bahasa indonesia, dengan menggunakan bahasa Indonesia. Rakyat indonesia

    akan mudah mempelajarinya dan akhirnya akan membantu perkembangan ilmu pengetahuan.

    Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :

    1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.

    2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.

    3. Alat untuk mengidentifikasi diri.

  • Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa :

    1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa

    jurnalistik, dsb.

    2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto,

    gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.

    3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek

    bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa

    jawa, dan lain sebagainya.

    4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa

    orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

    5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.

    6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak

    baku).

    Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur

    menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh

    karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta

    menghormati lawan bicara / target komunikasi.

    Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui

    gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat

    bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.

    Bahasa dalam kehidupan kita sehari hari jug mempunyai fungsi atau kegunaan yang beraneka

    rgam, di antara nya sebagai berikut:

    Sebagai informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antar anggota keluarga

    ataupun anggota-anggota masyarakat.

    Sebagai ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan,emosi atau tekanan-

    tekanan perasaan pembaca.

    Untuk adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota

    masyarakat, melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat istiadat,

    kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakatnya.

    Sebagai kontrol sosial. Selain itu bahasa juga mempunyai fungsi untuk mempengaruhi sikap dan

    pendapat orang lain.

    Kemudian Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi :

    Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu

    Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan prilaku orang lain

    Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain

    Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain

    Fungsi heuristik, yakni bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu

    Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi

    Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.

    Di dalam bernegara peranan dan fungsi bahasa Indonesia sangat vital diantaranya sebagai

    Bahasa resmi kenegaraan

    Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

  • Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta

    kepentingan pemerintah

    Di bidang kebudayan mempunyai fungsi Alat pengembangan kebudayaan

    Fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa baku :

    Fungsi Pemersatu, artinya bahasa Indonesia mempersatukan suku bangsa yang berlatar budaya

    dan bahasa yang berbeda-beda

    Fungsi pemberi kekhasan, artinya bahasa baku memperbedakan bahasa itu dengan bahasa yang

    lain

    Fungsi penambah kewibawaan, penggunaan bahasa baku akan menambah kewibawaan atau

    prestise.

    Fungsi sebagai kerangka acuan, mengandung maksud bahwa bahasa baku merupakan kerangka

    acuan pemakaian bahasa

  • BAB 2

    RAGAM DAN LARAS BAHASA

    1. Ragam Bahasa Indonesia

    Manusia adalah makhluk social yang saling berinteraksi dalam masyarakat menggunakan

    bahasa, dan dalam masyarakat tersebut terdapat bermacam macam bahasa yang disebut Ragam Bahasa. Indonesia merupakan Negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, yang dihuni oleh

    ratusan suku bangsa dengan pola kebudayaan sendiri-sendiri, pasti melahirkan berbagai ragam

    bahasa yang bermacam-macam dan ini disebut Ragam Bahasa Indonesia.

    Ragam bahasa menurut sudut pandang penutur atau ragam daerah ( logat / dialek) yaitu baku dan

    tidak baku.Ragam bahasa menurut sikap penutur , gaya atau langgam yang digunakan penutur

    terhadap orang yang diajak bicara. Dari sudut pandangan bidang atau pokok persoalan ragam

    menurut sarananya yaitu Lisan : dengan intonasi yaitu tekanan, nada, tempo suara, dan

    perhentian. Dan Tulisan : dipengaruhi oleh bentuk, pola kalimat, dan tanda baca. ragam yang

    mengalami gangguan pencampuran. Ragam bahasa menurut bidang wacana :

    Ragam ilmiah : bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah,ceramah, tulisan-tulisan ilmiah.

    Ragam populer : bahasa yang digunakan dalam pergaulan seharihari dan dalam tulisan populer.

    Ragam bahasa baku dan tidak baku

    Ciri ciri ragam bahasa baku yaitu kemantapan dinamis, memiliki kaidah dan aturan yang relatif tetap dan luwes. Kecendekiaan, sanggup mengungkap proses pemikiran yang rumit diberbagai

    ilmu dan tekhnologi.Keseragaman kaidah adalah keseragaman aturan atau norma.

    Proses pembakuan bahasa terjadi karena keperluan komunikasi. Dalam proses pembakuan atau

    standardisasi variasi bahasa, bahasa itu disebut bahasa baku atau standard. Pembakuan tidak

    bermaksud untuk mematikan variasi-variasi bahasa tidak baku. Untuk mengatasi

    keanekaragaman pemakaian bahasa yang merupakan variasi dari bahasa tidak baku maka

    diperlukan bahasa bahasa baku atau bahasa standard.

    Bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang dipergunakan dalam: komunikasi resmi, yakni

    surat-menyurat resmi, pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, penamaan dan

    peristilahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya. wacana teknis, yakni dalam laporan

    resmi dan karangan ilmiah.

    pembicaraan di depan umum yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah, pembicaraan dengan orang

    yang dihormati yakni orang yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya dan orang yang baru

    dikenal.

    Ciri struktur (unsur-unsur) bahasa Indonesia baku adalah sebagai berikut.

    Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.

    b. Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat, dan sebagainya secara eksplisit dan konsisten.

    c. Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten (pemakaian kata

    penghubung secara tepat dan ajeg.

    d. Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara konsisten (penggunaan

    urutan kata yang tepat).

    e. Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis).

    f. Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara konsisten.

    g. Pemakaian preposisi yang tepat.

  • h. Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi dan tempatnya.

    i. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai bahasa

    Indonesia baku.

    j. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD).

    k. Pemakaian peristilahan resmi.

    Ragam Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan menurut pemakaian kaidah yang baku di antaranya.

    Ada dua perbedaan yang mencolok mata yang dapat diamati antara ragam bahas tulis dengan

    ragam bahasa lisan, yaitu :

    a. Dari segi suasana peristiwa

    Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja orang yang diajak berbahasa tidak ada dihadapan

    kita. Olehnya itu, bahasa yang digunakan perlu lebih jelas. Fungsi gramatikal, seperti subjek,

    predikat, objek, dan hubungan antara setiap fungsi itu harus nyata dan erat. Sedangkan dalam

    bahasa lisan, karena pembicara berhadapan langsung dengan pendengar, unsur (subjek-predikat-

    objek) kadangkala dapat diabaikan.

    b. Dari segi intonasi

    Yang membedakan bahasa lisan dan tulisan adalah berkaitan dengan intonasi (panjang-pendek

    suara/tempo, tinggi-rendah suara/nada, keras-lembut suara/tekanan) yang sulit dilambangkan

    dalam ejaan dan tanda baca, serta tata tulis yang dimiliki. Goeller (1980) mengemukakan bahwa

    ada tiga krakteristik bahasa tulisan yaitu acuracy, brevety, claryty (ABC).

    Acuracy (akurat) adalah segala informasi atau gagasan yang dituliskan dapat memberi keyakinan

    bagi pembaca bahwa hal tersebut masuk akal atau logis.

    Brevety (ringkas) yang berarti gagasan tertulis yang disampaikan bersifat singkat karena tidak

    menggunakan kata yang mubazir dan berulang, seluruh kata yang digunakan dalam kalimat ada

    fungsinya. Claryty (jelas) adalah tulisan itu mudah dipahami, alur pikirannya mudah diikuti oleh

    pembaca. Tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

    Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat tempat

    terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topic

    pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang perlu

    diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan

    serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Ada pun berbahasa Indonesia

    yang benar adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa

    Indonesia.

    Menurut Felicia (2001:8),raga bahasa dibagi berdasarkan:

    1. Media pengantarnya atau saranannya,yang terdiri atas:

    a. Ragam lisan.

    b. Ragam tulis.

    Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa.kita dapat menemukan

    ragam lisan yang standar,misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan,dalam

    situasi perkuliahan,ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar,misalnya dalam percakapan

    antarteman,dipasar,atau dalam kesempatan nonformal lainnya.

    Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau tercetak.ragam tulispun dapat berupa ragam

    tulis yang standar maupun nonstandar.ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku

  • pelajaran,teks,majalah,surat kabar,poster,iklan.kita juga dapat menemukan ragam tulis

    nonstandar dalam majalah remaja,iklan,atau poster.

    2. Berdasarkan situasi dan pemakaian Ragam bahasa baku dapat beerupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku

    lisan.dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkan tidak

    ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur

    kalimat.oleh karena itu,dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecepatan dan

    ketetapan didalam pemilihan kata,penerapan kaidah ejaan,struktur bentuk kata dan struktur

    kalimat,serta kelengkapan unsur-unsur bahasa didalam struktur kalimat.

    Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi

    pelepasan kalimat.Namun,hal itu tidak mengurangi cirri kebakuannya.walaupun

    demikian,ketepatan dalam pilihan didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam

    ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung didalam

    memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.

    Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan

    pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.jika ragam bahasa lisan dituliskan,ragam

    bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis,tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan,hanya

    saja diwujudkan dalam bentuk tulis.oleh karena itu,bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak

    menunjukkan cirri-ciri ragam tulis,walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis,ragam bahasa

    serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.kedua ragam itu masing-masing,ragam tulis

    dan ragam lisan memiliki cirri kebakuan yang berbeda.

    Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis(berdasarkan tata bahasa

    dan kosa kata):

    1. Tata bahasa

    (Bentuk kata,tata bahasa,struktur kalimat,kosa kata)

    a. Ragam bahasa lisan :

    - Melyana sedang baca surat kabar

    - Ari mau nulis surat

    - Tapi kau tidak boleh nolak lamaran itu.

    - Mereka tinggal di Menteng.

    - Jalan laying itu mengatasi kemacetan lalu lintas.

    - Saya akan tanyakan soal itu

    b. Ragam bahasa tulis :

    - Melyana sedang membaca surat kabar

    - Ari mau menulis surat

    - Namun,engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

    - Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.

    - Akan saya tanyakan soal itu.

    2. Kosa kata

    Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :

    a. Ragam lisan

    - Rani bilang kalau kita harus belajar

    - Kita harus bikin karya tulis

  • - Rasanya masih terlalu pagi buat saya,pak

    b. Ragam tulis

    - Rani mengatakan bahwa kita harus belajar

    - Kita harus membuat karya tulis.

    - Rasanya masih terlalu muda bagi saya,pak.

    Istilah lain yang menggunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar,semi

    standard an nonstandart.

    a. Ragam standar,

    b. Ragam nonstandard

    c. Ragam semi standar.

    Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap.akan

    tetapi,kemantapan itu tidak bersifat kaku.ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan

    perubahan dibidang kosa kata,peristilahan,serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras

    yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi,1998:14).

    Pembedaan antara ragam standar,nonstandard,dan semi standar dilakukan berdasarkan :

    a. Topik yang sedang dibahas,

    b. Hubungan antar pembicara,

    c. Medium yang digunakan,

    d. Lingkungan atau

    e. Situasi saat pembicaan terjadi

    Ciri yang membedakan antara ragam standar,semi standard an nonstandard :

    - Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,

    - Penggunaan kata tertentu,

    - Penggunaan imbuhan,

    - Penggunaan kata sambung (konjungsi),dan

    - Penggunaan fungsi yang lengkap.

    Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pempeda ragam standard an ragam

    nonstandard yang sangat menonjol.kepada orang yang kita hormati,kita akan cenderung

    menyapa dengan menggunakan kata Bapak,Ibu,Saudara,Anda.jika kita menyebut diri kita,dalam

    standar kita akan menggunakan kata saya atau aku.dalam ragam nonstandard,kita akan

    menggunakan kata gue.

    Penggunaan kata tertentu merupakan cirri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standard

    dan ragam nonstandard.Dalam ragam standar,digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku

    atau istilah dan bidang ilmu tertentu.penggunaan imbuhan adalah ciri lain.dalam ragam standar

    kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.

    Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan cirri pembeda

    lain.dalam ragam nonstandar,sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan.kadang

    kala,kenyataan ini meengganggu kejelasan kalimat.

    Contoh : (1) Ibu mengatakan,kita akan pergi besok

    (ia) ibu mengatakan bahwa kita akan peergi besok

    Pada contoh (1) merupakan ragam semi standard an diperbaiki contoh (ia) yang merupakan

    ragam standar.

    Contoh : (2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.

  • (2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

    Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa),sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan

    (untuk).dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan.hal ini menunjukkan bahwa

    laras jurnalistik termasuk ragam semi standar.

    Kelengkapan fungsi merupakan cirri terakhir yang membedakan ragam standard an

    nonstandard.artinya,ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah di anggap

    cukup mendukung pengertian.dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu,predikat kalimat

    dihilangkan.seringkali pelepasan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang.misalnya,

    Hai, ida,mau kemana? pulang. Sering kali juga kita menjawab tau. Untuk menyatakan tidak tau. Sebenarnya,pembedaan lain,yang juga muncul,tetapi tidak disebutkan diatas adalah intonasi.Masalahnya,pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak

    terwujud dalam ragam tulis.

    B.Laras Bahasa

    Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi,bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai

    dengan fungsi pemakaianya.jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan

    pemakaianya.dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah,laras populer,laras featue,laras

    komik,laras sastra, yang masih dapat di bagi atas laras cerpen, laras puisi,laras novel, dan

    sebagainya.

    Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat di

    sampaikan secara lisan atau di tulis dalam bentuk standar, semi standar,atau nonstandar. Laras

    bahasa yang akan kita bahas pada kesempatan ini adalah laras ilmiah.

    2.laras ilmiah

    Dalam uraian di atas di katakan bahwa setiap laras dapat di sampaikan dalam ragam standar,

    semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras

    ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.

    Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil

    pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun

    kembali berbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun

    atau pembuat karya ilmiah tidak di sebut pengarang melainkan di sebut penulis (soeseno,1981:

    1).

    Dalam uraian di atas dapat di bedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang

    akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita. Sedangkan seorang penulis akan

    merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang di

    ceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah di buktikan kebenaranya, tetapi

    tidak secara langsung di alami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dari dokumen, surat

    keterangan,press release, surat kabar atau sumber bacaan lain,bahkan suatu peristiwa faktual.

    Faktual berarti rangkaian peristiwa atau percobaan yang di ceritakan benar-benar dilihat di

    rasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin, 1994:378).

    Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas.meskipun demikian, dalam

    karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai

    kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap haru dipikirkan. Penulisan karya

    ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyaikan hasil penelitian. Kita

    harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat

    pula, kita menubangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah

    tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan pada pembacanya.

  • Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk di anggap sebagai sebuah karya ilmiah adalah

    sebagai berikut (brotowidjoyo, 1988: 15-16).

    1. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam

    pada situasi spesifik.

    2. Karya ilmiah di tulis secara cermat,tepat,jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian

    jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.

    3. Karya ilmiah di susun secara sistematis, setiap langkah di rencanakan secara terkendali,

    konseptual, dan prosedual.

    4. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif

    yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.

    5. Karya ilmiah mengandung pandangan yang di sertai dukungan dan pembuktian berdasarkan

    suatu hipotetis.

    6. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung

    kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pernyataan benada keraguan. Penulis karya

    ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajian tidak

    boleh bersifat emotif.

    7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif

    dan persuasif, hal itu di timbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan

    demikian, fakta dan hukum alam di terapkan pada situasi spesifik itu di biarkan berbicara sendiri.

    Pembaca di biarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran keyakinan dan keyakinan

    akan kebenaran karya ilmiah tersebut.

    Berdasarkan uraian di atas,dari segi bahasa, dapat di katakana bahwa karya ilmiah memiliki tiga

    ciri yaitu:

    1. harus tepat tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna

    2. harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang di gunakan, agar tidak

    menimbulkan kerancuan atau keraguan

    3. harus singkat, berdasarkan ekonomi bahasa.

    Disamping persyaratan tersebut di atas, untuk dapat di publikasikan sebagai karya ilmiah ada

    ketentuan struktur atau format karangan yang kurang lebih bersifat baku. Ketentuan itu

    merupakan kesepakatan sebagaimana tertuang dalam internasional standardization organization

    (ISO). Publikasi yang tidak mengindakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ISO

    memberikan kesan bahwa publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah (soehardjan,1997

    :10). Struktur karya ilmiah (soehardjan, 1997 :38) terdiri atas judul, nama penulis, abstrak,

    pendahuluan,bahan dan metode, hasil pembahasan, kesimpulan, ucapan terimakasi dan daftar

    pustaka.ISO 5966 (1982) menetapkan agar terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, kata kunci,

    pendahuluan, inti tluisan ( teori metode, hasil, dan pembahasan), simpulan, dan usulan, ucapan

    terimakasih, dan daftar pustaka (soehardjan, 1997 :38).

    3.ragam bahasa keilmuan

    Menurut sunaryo, (1994 :). Bahwa dalam kita berkomonikasi, perlu di perhatikan kaidah-

    kaidah berbahasa, baik yang berkaitan keebenaran kaidah pemakaian bahasa sesuai dengan

    konteks situasi, kondisi, dan sosio budayanya. Pada saat kita berbahasa, baik lisan maupun tulis,

    kita selalu memperhatikan factor-faktor yang menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita

    gunakan. Pada saat menulis, misalnya kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan kita, apa

    yang kita tulis, apa tujuan tulisan itu, dan di media apa kita menulis. Hal yang perlu mendapat

  • perhatian terssebut merupakan faktoer penentu dalam berkomunikasi. faktor-faktor penentu

    berkomunikasi meliputi: partisipan, topik latar, tujuan, dan saluran (lisan atau tulis)

    Partisipan tutur ini berupa PI yaitu pembicara/penulis dan P2 yaitu pembaca atau

    pendengar tutur. Agar pesan yang di sampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik, maka

    pembaca atau penulis perlu (a) mengetahui latar belakang pembaca/pendengar, dan(b)

    memperhatikan hubungan antara pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca. Hal itu harus di

    ketahui agar pilihan bentuk bahasa digunakan tepat, disamping agar pesanya dapat tersampaikan,

    agar tidak menyinggung perasaan, menyepelehkan, merendahkan dan sejenisnya.

    Topik tutur berkenaan dengan masalah apa yang di sampaikan penutur ke penanggap

    penutur. Penyampaian topik tutur dapat di lakukan secara: (a) naratif (peristiwa, perbuatan,

    cerita), (b) deskriptif (hal-hal faktual : keadaan, tempat barang, dsb.), (c). ekspositoris, (d)

    argumentatif dan persuasif.

    Ragam bahasa keilmuan mempunyai ciri:

    (1) Cendekia : bahasa Indonesia keilmuan itu mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil

    berfikir logis secara cepat.

    (2) Lugas dan jelas : bahasa Indonesia keilmuan di gunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah

    secara jelas dan tepat.

    (3) Gagasan sebagai pangkal tolak : bahasa Indonesia keilmuan di gunakan dengan orientasi

    gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang di ungkapkan,

    tidak pada penulis.

    (4) Formal dan objektif : komunikasi ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal. Hal

    ini berarti bahwa unsure-unsur bahasa Indonesia yang di gunakan dalam bahasa Indonesia

    keilmuan adalah unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi. Pada lapis

    kosa kata dapat di temukan kata-kata yang berciri formal dan kata-kata yang berciri informal

    (syafiie, 1992: 8-9). Contoh:

    berciri formal kata berciri informal

    Korps korp

    Berkata bilang

    Karena lantaran

    Suku cadang onderdil

    4. laras ilmiah populer

    Laras ilmiah populer merupakan sebuah tulisan yang bersifat ilmiah, tetapi di ungkapkan

    dengan cara penuturan yang mudah di mengerti. Karya ilmiah populer tidak selau merupakan

    hasil penelitian ilmiah. Tulisan itu dapat berupa petunjuk teknis, pengalaman dan pengamatan

    biasa yang di uraikan dengan metode ilmiah. Jika karya ilmiah harus selalu di sajikan dalam

    ragam bahasa yang standar, karya ilmiah dapat di sajikan dalam ragam bahasa yang standar, semi

    standar dan nonstandar. Penyusun karya ilmiah populer akan tetap di sebut penulis bukan

    pengarang, karena proses penyusunan karya ilmiah populer sama dengan proses penyusunan

    karya ilmiah. Pembedaan terjadi hanya dalam cara penyajianya.

    Seperti di uraikan di atas, persyaratan berlaku bagi sebuah karya ilmiah berlaku pula bagi

    karya ilmiah populer. Akan tetapi, dalam kaya ilmiah populer terdapat pula persoalan lain,

    seperti kritik terhadap pemerintah, analisi atas suatu peristiwa yang sedang populer di

    masyarakat, jalan keluar bagi persoalan yang sedang di hadapi masyarakat, atau sekedar

    informasi baru yang ingin di sampaikan kepada masyarakat.

  • Jika karya ilmiah memiliki struktur yang baku, tidak demikian halnya dengan karya

    ilmiah populer. Oleh karena itu, karya ilmiah populer biasanya di sajikan dalam media surat

    kabar dan majalah, biasanya, format penyajianya mengikuti format yang berlaku dalam laras

    jurnalistik. Pemilihan topik dan perumusan tema harus di rumuskan dengan cermat. Tema itu

    kemudian di kerjakan dengan jenis karangan tertentu, misalnya narasi, eksposisi, argumentsi,

    atau deskripsi. Secara lebih rinci lagi, penulis dapat mengembangkan gagasanya dalam berbagai

    bentuk pengembangan paragraph seperti pola pemecahan masalah, pola kronologis, pola

    perbandingan, atau pola sudut pandang.

    Sumber referensi :

    1. http://erikgundar.wordpress.com/2011/11/29/definisipengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia/

    2. bagus-stikom.blogspot.com/2012/10/konsep-dasar-bahasa-indonesia.html 3. http://back-stabber666.blogspot.com/2012/10/peranan-bahasa-indonesia-dalam-

    konsep.html