fungsi dan makna simbolik tingkuluak koto nan …

17
http://dx.doi.org/10.21776/ub.sbn.2020.004.01.02 © 2020 Jurnal Studi Budaya Nusantara - SBN All rights reserved FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN GADANG PAYAKUMBUH Desra Imelda Prodi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang [email protected] Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Diterima Juni 2020 Disetujui Juni 2020 Dipublikasikan Juni 2020 Koto Nan Gadang merupakan salah satu nagari di Payakumbuh Utara yang masih melestarikan pakaian adat Minangkabau, ini bisa dilihat pada waktu melaksanakan upacara-upacara adat seperti acara pernikahan, batagak penghulu, dan lain-lain masyarakar masih menjunjung tinggi adat budaya daerahnya dengan masih memakai pakaian adat selama proses acara berlangsung. Penelitian ini tentang Tingkuluak Koto Nan Gadang yang dikhususkan pada fungsi dan makna simbol yang terkandung pada masing-masing tingkuluak. Diperoleh kesimpulan bahwa Tingkuluak Koto Nan Gadang memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai pakaian adat mamanggia, pakaian untuk maanta, dan pakaian untuk menanti tamu. Tingkuluak Koto Nan Gadang juga merupakan simbol dan tanda bagi si pemakainya, orang lain akan bisa mengetahui status si pemakai dari pakaian yang dia pakai. Kata Kunci: Tingkuluak Koto Nan Gadang, Fungsi, dan symbol Abstract Koto Nan Gadang is one of the nagari in North Payakumbuh that still preserves Minangkabau traditional clothes, this can be seen when carrying out traditional ceremonies such as weddings, batagak pengulu, and others. The community still respects the local cultural customs by still wearing traditional clothing during the event process.This research is about Tingkuluak Koto Nan Gadang which is devoted to the function and meaning of the symbols contained in each tingkuluak. It was concluded that Tingkuluak Koto Nan Gadang has several functions, namely as mamanggia traditional clothes, clothes for maanta, and clothes to await guests. Tingkuluak Koto Nan Gadang is also a symbol and sign for the wearer, others will be able to know the status of the wearer from the clothes he wears. Keywords: Tingkuluak Koto Nan Gadang, Function, dan symbol

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

http://dx.doi.org/10.21776/ub.sbn.2020.004.01.02

© 2020 Jurnal Studi Budaya Nusantara - SBN All rights reserved

FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK

KOTO NAN GADANG PAYAKUMBUH

Desra Imelda Prodi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang

[email protected]

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Diterima Juni 2020 Disetujui Juni 2020 Dipublikasikan Juni 2020

Koto Nan Gadang merupakan salah satu nagari di Payakumbuh Utara yang masih melestarikan pakaian adat Minangkabau, ini bisa dilihat pada waktu melaksanakan upacara-upacara adat seperti acara pernikahan, batagak penghulu, dan lain-lain masyarakar masih menjunjung tinggi adat budaya daerahnya dengan masih memakai pakaian adat selama proses acara berlangsung. Penelitian ini tentang Tingkuluak Koto Nan Gadang yang dikhususkan pada fungsi dan makna simbol yang terkandung pada masing-masing tingkuluak. Diperoleh kesimpulan bahwa Tingkuluak Koto Nan Gadang memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai pakaian adat mamanggia, pakaian untuk maanta, dan pakaian untuk menanti tamu. Tingkuluak Koto Nan Gadang juga merupakan simbol dan tanda bagi si pemakainya, orang lain akan bisa mengetahui status si pemakai dari pakaian yang dia pakai. Kata Kunci: Tingkuluak Koto Nan Gadang, Fungsi, dan symbol

Abstract

Koto Nan Gadang is one of the nagari in North Payakumbuh that still preserves Minangkabau traditional clothes, this can be seen when carrying out traditional ceremonies such as weddings, batagak pengulu, and others. The community still respects the local cultural customs by still wearing traditional clothing during the event process.This research is about Tingkuluak Koto Nan Gadang which is devoted to the function and meaning of the symbols contained in each tingkuluak. It was concluded that Tingkuluak Koto Nan Gadang has several functions, namely as mamanggia traditional clothes, clothes for maanta, and clothes to await guests. Tingkuluak Koto Nan Gadang is also a symbol and sign for the wearer, others will be able to know the status of the wearer from the clothes he wears. Keywords: Tingkuluak Koto Nan Gadang, Function, dan symbol

Page 2: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

18

PENDAHULUAN

Dalam lingkup sebuah kebudayaan, pakaian adalah bagian yang tidak dapat

terpisahkan dari peristiwa budaya seperti upacara adat yang berlangsung dalam kehidupan

masyarakat. Ibenzani Usman (1991:21) menjelaskan bahwa pakaian tradisional berfungsi

sebagai pakaian untuk melaksanakan upacara baik upacara keagamaan maupun upacara

adat, disamping itu pakaian tradisional secara adat berfungsi sebagai cerminan kepribadian

atau prestise bagi pemiliknya. Berbicara mengenai pakaian adat, masyarakat Koto Nan

Gadang sampai saat ini masih melestarikan dan menjaga cara berpakaian yang anggun dan

bermartabat sebagai perempuan Minangkabau, yang bisa dilihat di waktu proses pesta

pernikahan. Selama proses upacara pernikahan, masyarakat Koto Nan Gadang

melaksanakan dengan khidmad dan menaati aturan adat yang telah disepakati dan

dilaksanakan sampai saat ini salah satunya cara berpakaian perempuan dalam adat

Minangkabau yaitu: berbaju kurung dengan bawahannya kodek, penutup kepala disebut

tingkuluak, memakai selendang, dilengkapi assesoris berupa kalung, gelang dan sandal.

Dari riset awal yang dilakukan, ditemukan bahwa tingkuluak yang dipakai di nagari

Koto Nan Gadang digunakan pada upacara adat, pernikahan, pergi mengundang, baralek

pangulu, dan lain-lain. Tingkuluak ini adalah bagian dari pakaian adat Minangkabau yang

merupakan kain penutup kepala. Menurut Gouzali (2004:394)tingkuluak adalah kain

penutup kepala wanita yang berpakaian adat di Minangkabau. Sedangkan menurut Ernatip

(2009:23) tingkuluak adalah suatu benda yang digunakan untuk menutupi kepala sekaligus

hiasan kepala.

Ada beberapa jenis tingkuluak Koto Nan Gadang yang disesuaikan dengan usia si

pemakai dan kesempatan pemakainya, yaitu: (1) Tingkuluak baikek, tingkuluak ini

menyerupai tanduk kerbau yang pada ujuang tanduknya tumpul. Tingkuluak baikek ada

beberapa jenis diantaranya tingkuluak cawek, tingkuluak gobah, tingkuluak cukia kuniang,

tingkuluak batiak baikek, dan tingkuluak ikek putiah. (2) Tingkuluak kompong, bahannya dari

kain batik dan bisa juga dari kain tenun. (3) Tingkuluak bugih, terbuat dari kain sarung bugis

dengan motif kotak-kotak. (4) Tingkuluak talakuang putiah, kain yang digunakan adalah kain

katun putih menyerupai mukena. Setiap jenis tingkuluak tersebut memiliki fungsi dan makna

simbol tersendiri yang memiliki muatan khusus dan berkaitan dengan tatanan kehidupan

masyarakatnya. Dibalik keberagaman bahan yang digunakan dan warna yang berbeda

memiliki banyak warna tersirat dan nilai-nilai luhur yang perlu diungkap dan digali untuk

pelestarian budaya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginfentarisasi jenis tingkuluak di

Koto Nan Gadang sesuai dengan sistem upacara. Artikel ini juga bertujuan untuk

menginterpretasikan fungsi dan makna simbolik tingkuluak Koto Nan Gadang serta

Page 3: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

19

implementasinya dalam sistem kemasyarakatan Minangkabau, khususnya di Koto Nan

Gadang.

METODE

Prosedur analisa data menggunakan interpretasi yang dideskripsikan. Teknik analisis

deskripsi lebih utama karena sasaran penelitian adalah masalah benda budaya yaitu

pakaian adat. Setelah data terkumpul dilakukan analisa data dengan tahapan sebagai

berikut: Pertama, melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data. Setya Yumana

(2001:83) menjelaskan bahwa untuk memeriksa keabsahan data perlu melakukan

triangulasi sumber data, pengumpul data, metode pengumpul data, dan triangulasi teori

yang dilakukan dengan mengkaji berbagai teori yang relevan. Dalam penelitian ini sumber

data terdiri atas (1) informan kunci (ahli) yaitu pemuka masyarakat yang memiliki

pengetahuan tentang seluk beluk budaya Minangkabau; (2) informan biasa, yaitu

masyarakat adat Minangkabau khususnya masyarakat Koto Nan Gadang; (3) melakukan

pengamatan langsung tingkuluak Koto Nan Gadang dalam upacara-upacara adat. Kedua,

setelah diperoleh data, selanjutnya dianalisis dengan tahapan seperti yang dikemukakan

oleh Setya Yumana (2001:80) tentang tahapan-tahapan dalam menganalisis data

kebudayaan : (1) open coding, proses merinci ( breaking down), memeriksa (examming),

membandingkan (comparing), mengkonseptualisasikan (conceptualizing), dan

mengkategorikan (categorizing) data. (2) axial coding, menganalisis hubungan antar

kategori. (3) selective coding, proses pemeriksaan kategori inti dengan kategori lainnya,

data yang absah akan dimasukkan ke dalam tahapan pengolahan sesuai tujuan penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Temuan Penelitian

Ada beberapa penelitian dan buku yang bisa dijadikan acuan dalam

penelitian ini walaupun tidak membahas secara khusus masalah tingkuluak namun

tingkuluak merupakan bagian dari pakaian adat kaum perempuan Minangkabau,

diantaranya:

1. Fungsi dan makna simbol/pakaian adat kaum perempuan serta implementasinya,

oleh Zubaidah (2010). Menjelaskan bahwa kaum perempuan masyarakat Solok

masih menggunakan pakaian adat dalam melaksanakan berbagai ritual adat, dan

umumnya kaum ibu menggunakan pakaian dengan beragam jenis sesuai dengan

peran kaum perempuan.

2. Implementasi makna simbol pakaian adat wanita terhadap sistem

kemasyarakatan Minangkabau, kajian rupa pada struktur, warna, motif hias

pakaian adat Koto Nan Gadang oleh Zubaidah (2009). Bahwa fungsi dan makna

Page 4: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

20

struktur, warna, motif hias pakaian adat kaum perempuan Koto Nan Gadang

adalah simbol bahwa kaum perempuan bertanggung jawab atas kelangsungan

hidup baik dalam rumah tangga sebagai ibu, maupun pemimpin dalam

masyarakat sebagai bundo kanduang.

3. Tingkuluak di nagari Koto Nan Gadang Payakumbuh Sumbar, oleh Indah Mifta

Hurahmi (2005). Menyebutkan bahwa tekhnik pembuatan tingkuluak berbeda

pada setiap jenisnya, dan makna tingkuluak terdapat dari segi bentuk dan jenis

bahan yang digunakan.

B. Pendekatan Teoritis

1. Pendekatan Antropologis

Kebudayaan merupakan keseluruhan proses kehidupan manusia yang

bertujuan untuk mempertahankan eksistensi manusia sebagai pencipta sekaligus

pengguna sistem tersebut. Semua komponen budaya merupakan bagian-bagian

yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya yaitu sistem kepercayaan,

organisasi sosial, sistem pengetahuan dan kesenian seperti yang dikatakan

Koentjaraningrat (1993:83) bahwa kebudayaan sebagai sebuah sistem dalam

masyarakat memiliki sub-sistem yang mencakup bahasa, teknologi, ekonomi,

organisasi sosial, pengetahuan, religi, dan kesenian. Semua unsur tersebut

terdapat dalam kehidupan masyarakat baik kecil, terisolasi, komplek, dan

masyarakat maju.

Pakaian adat khususnya tingkuluak yang ditemukan pada daerah-daerah

di Indonesia merupakan refleksi dari sistem yang memiliki keterkaitan dengan

pandangan hidup sosial sebagai wujud benda (material culture). Ahli antropologi

menjelaskan bahwa minimal ada delapan benda peralatan tradisional yang

dilahirkan oleh kebudayaan fisik manusia, salah satunya adalah pakaian dan

perhiasan, Koentjaraningrat (1980:375).

2. Pendekatan Semiotik

Semiotik merupakan alat untuk mengetahui permasalahan tanda yang

melekat dalam karya manusia. Tanda mempunyai dua entitas yaitu signifier dan

signified atau wahana tanda, penanda, dan petanda. (Saussure dalam Zubaidah.

2010: 12). Tanda dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) ikon, merupakan tanda

yang memiliki bentuk menyerupai benda yang ditandai (2) indeks, adalah sebuah

tanda yang dapat kita lihat dari indikasi-indikasi yang diakibatkan oleh tanda itu

sendiri (3) symbol, yaitu tanda konvensional yang diciptakan melalui kesepakatan

bersama (Pierce dalam Zubaidah. 2010:12).

Penjelasan teori di atas bahwa karya merupakan tanda yang memiliki

konsep khusus yang berhubungan dengan sistem dan proses yang berlaku bagi

Page 5: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

21

si pengguna tanda, secara individual memiliki indikasi dan secara konvensional

tanda sebagai simbol dalam masyarakat pengguna budaya tanda tersebut. Sub-

sub sistem yang terdapat dalam sebuah kebudayaan dapat dipandang sebagai

bagian dari tanda, keberadaan tanda-tanda tersebut merupakan simbol yang

memiliki arti dan makna tertentu bagi suatu kelompok masyarakat pengguna,

kemampuan membaca tanda bagi masyarakat merupakan usaha terus menerus

yang harus dilakukan untuk mempertahankan hidup. Makna yang terkandung

dalam sebuah simbol merupakan sebuah kompleksitas yang terjadi akibat

hubungan antar sub-sistem yang dimiliki sebuah kelompok masyarakat. Semua

unsur budaya (bahasa, kepercayaan, ekonomi, teknologi, upacara, dan

kesenian) melebur menjadi sebuah petanda atau makna yang kemudian

berfungsi sebagai pemberi arah bagi kelangsungan dinamika sebuah kelompok

masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Batas Wilayah Koto Nan Gadang

Koto Nan Gadang adalah salah satu nagari yang berada di wilayah Kecamatan

Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh Sumatera Barat, yang terdiri dari 25 kelurahan

yaitu: Balai Baru, Balai Betung, Balai Cacang, Balai Gadang, Balai Gurun, Balai Jariang,

Balai Kaliki, Bunian, Cubadak Air, Kaning Bukit, Koto Baru Janggo, Kubu Gadang,

Labuh Baru, Muaro, Nan Kodok, Napar, Padang Kaduduk, Pasir, Payolinyam,

Payonibung, Talawi, Tanjung Anau, dan Timbago. Batas nagari Koto Nan Gadang yaitu:

sebelah Barat berbatasan dengan Koto Nan Ampek, sebelah Utara berbatasan dengan

nagari Simalanggang, sebelah Timur berbatasan dengan Tanjung Pati, dan sebelah

Selatan berbatasan dengan nagari Payobasung/Tiaka.

Gambar 1. Peta Perbatasan Nagari Koto Nan Gadang

Page 6: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

22

2. Jenis Tingkuluak dan Kelengkapannya

2.1. Tingkuluak Baikek

Tingkuluak baikek adalah tingkuluak yang strukturnya menyerupai tanduk

kerbau. Tingkuluak ini ada beberapa jenis diantaranya:

a. Cawek

Gambar 2. Cawek

Tingkuluak ini dipakai oleh anak gadis yang belum menikah pada saat

maanta dan menanti tamu. Kelengkapannya adalah tingkuluak yang dibuat dari

cawek dengan bahan tenun berumbai-umbai, selendang songket yang dilingkarkan

dari bahu sebelah kanan ke bawah ketiak, baju kuruang basiba bahan beludru,

bawahan kain tenun berminsia empat tingkat. Di bagian belakang terdapat sungkuik

mato dari kain beludru yang ditaburi manik-manik pipih, di bawah sungkuik mato

terdapat kain talakuang siti kawek. Cawek dilengkapi dengan perhiasan yaitu

kaluang koban jo pinyaram. Selain itu, pakaian ini juga dilengkapi dengan dua

macam gelang, yaitu galang tangan yang berfungsi untuk pengikat lengan baju dan

galang gadang.

Page 7: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

23

b. Gobo

Gambar 3. Gobo

Gobo dan kelengkapannya dipakai pada saat mamanggia dan maanta marapulai

oleh perempuan yang sudah menikah tetapi belum berminantu. Kelengkapannya tingkuluak

gobo yang terbuat dari kain tenun, sandang gobo dipasang dari bawah ketiak kiri dan di

buhul di puncak bahu sebelah kanan, baju kuruang basiba bahan tenun, bawahan lambak

tenun. Pada bagian belakang terdapat sungkuik mato berbahan beludru berhias manik pipih

dan di bawahnya terdapat kain yang disebut talokuang hitam. Gobo dihiasi kaluang koban jo

pinyaram serta gelang tangan untuk pengikat lengan baju dan galang gadang.

c. Cukia Kuniang Lambak Bintang

Gambar 4. Cukia Kuniang Lambak Bintang

Page 8: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

24

Tingkuluak ini dipakai oleh ibu anak daro / marapulai pada waktu mamanggia dan

maanta. Kelengkapannya yaitu selendang cukia kuniang yang dibuhul di bahu sebelah

kanan, baju kuruang basiba ba minsia dengan bawahan lambak bintang berbahan tenun. Di

bagian belakang terdapat sungkuik mato dari bahan songket pada bagian bawahnya

terdapat kain talakuang itam. Perhiasannya terdiri dari kaluang koban jo kaluang lain dan

galang gadang jo galang tangan biasa yang dipakai untuk pengikat lengan baju.

d. Cukia Kuniang

Gambar 5. Cukia Kuniang

Cukia kuniang dipakai pada saat mamanggia dan maanta oleh perempuan yang

sudah berminantu boleh juga dipakai oleh ibu anakdaro/ marapulai yang berminantu kedua

kalinya.

Cukia kuniang dibuat dari kain tenun berumbai, selendang cukia kuniang dipasang

dari bawah ketiak kiri ke puncak bahu sebelah kanan dengan cara dibuhul, baju kuruang

basiba, bawahannya lambak tenun pada bagian dalam terdapat lambak minsia. Di bagian

belakang terdapat sungkuik mato berbahan beludru dihiasi manik pipih dibagian bawahnya

terdapat talakuang itam. Perhiasannya terdiri dari kaluang koban jo pinyaram dan galang

bulek jo galang gadang dengan cara pasangnya gelang di atas lengan baju sebagai

pengikat.

Page 9: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

25

e. Batiak Baikek/Kalipik Lokuang Itam

Gambar 6. Kalipik Lokuang Itam

Tingkuluak ini terbuat dari kain batik panjang, dipakai oleh kakak perempuan dari ibu

anak daro/marapulai pada saat mamanggia dan maanta. Dilengkapi selendang kuriak bahan

tenun yang dipasang dari ketiak sebelah kiri dan dibuhul di bahu sebelah kanan, baju

kuruang basiba ba minsia, bawahan sarung bugih yang dibagian dalam terdapat lambak

bingkai. Di bagian belakang terdapat lokuang itam, perhiasannya terdiri dari kaluang piah jo

kaluang merah dan galang bulek jo galang gadang yang berfungsi untuk mengikat lengan

baju.

f. Talakuang Putiah Baikek

Gambar 7. Talakuang Putiah Baikek

Page 10: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

26

Tingkuluak ini dipakai oleh ibu anakdaro / marapulai pada saat mamanggia maupun

maanta dikarenakan salah satu anggota keluarganya meninggal dunia.

Selendangnya boleh pakai selendang cukia kuniang maupun selendang gobo

dengan pemasangannya dibuhul di bahu sebelah kanan, baju kuruang basiba, bawahannya

lambak tenun. Pada bagian belakang dipakai kain penutup sanggul yang disebut juga

sanggua batutuik.

2.2. Tingkuluak Talokuang Putiah Basipek

Yaitu tingkuluak yang dibuat dari kain berbentuk mukena berwarna putih.

Tingkuluak ini ada dua macam dilihat dari segi kelengkapan dan umur pemakainya.

a. Talokuang Putiah Basipek untuk perempuan yang sudah menikah dan

belum berminantu dipakai pada saat mamanggia dan maanta.

Gambar 8. Talokuang Putiah Basipek

Kelengkapannya selendang cukia ayam yang dipasang dibuhul di bahu sebelah

kanan, baju kuruang basiba, bawahannya lambak tenun baminsia. Perhiasannya kaluang

koban ketek dan galang biaso.

Page 11: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

27

b. Talokuang Putiah Basipek untuk perempuan yang sudah berminantu sampai lanjut

usia, dipakai saat mamanggia dan maanta.

Gambar 9. Talokuang Putiah Basipek

Kelengkapannya selendang kuriak itam dipasang dibuhul di bahu sebelah

kanan, baju kuruang basiba, bawahannya saruang bugih di bagian dalamnya

terdapat lambak bingkai. Perhiasannya yaitu kaluang merah dan kaluang piah serta

galang bulek.

2.3. Tingkuluak Kompong

Gambar 10. Tingkuluak Kompong

Page 12: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

28

Tingkuluak ini dipakai oleh perempuan semua umur baik puti bungsu (belum

menikah) maupun bundo kanduang (sudah menikah). Tingkuluak ini berfungsi hanya

untuk menanti tamu. Terbuat dari kain songket maupun batik, dilengkapi selendang

batik yang disandang biasa, baju kuruang basiba, dan saruang batiak.

2.4. Tingkuluak Bugih

Gambar 11. Tingkuluak Bugih

Tingkuluak ini dibuat dari kain sarung bugis, dipakai oleh ibu anak

daro/marapulai atau saudara ibu pada saat menanti tamu. Kelengkapannya

selendang batik yang disandang biasa, baju kuruang basiba, bawahannya saruang

bugih.

3. Tahap dan Proses Pelaksanaan Alek Pernikahan di Negeri Koto Nan Gadang

Ada beberapa langkah yang dilalui dalam proses melaksanakan alek pernikahan di

Koto Nan Gadang, yaitu:

1. Mufakat Saparuik

Pada tahap ini keluarga terdekat anak daro bermufakat untuk mendapatkan satu

kesepakatan tentang hal-hal yang diperlukan pada proses perencanaan alek

pernikahan.

2. Mufakat dengan keluarga besar dan ninik mamak

Setelah mendapatkan satu kesepakatan sewaktu mufakat saparuik, maka

selanjutnya diberitahukan ke ninik mamak dan keluarga besar untuk mengadakan

mufakat lagi guna merapungkan perencanaan alek.

Page 13: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

29

3. Setelah mendapatkan kesepakatan dengan keluarga besar, maka pihak anak daro

datang ke rumah calon marapulai untuk marosok atau manatak hari kapan akan

diadakan alek pernikahan.

4. Setelah diperoleh kesepakatan hari apa akan diadakan alek, maka selajutnya

dilaksanakan proses mamanggia ninik mamak dan bako. Pihak anak daro harus

mamanggia ninik mamak dan bako di pihak dia sendiri dan di pihak marapulai, begitu

juga sebaliknya pihak marapulai harus mamanggia ninik mamak di pihak dia sendiri

dan di pihak anak daro.

5. Selanjutnya diadakan proses baadok-adok antara pihak anak daro dan pihak

marapulai yang diadakan di rumah anak daro pada hari senin untuk membahas

kesiapan alek yang akan dilaksanakan.

6. Pada hari rabu pihak anak daro datang ke rumah marapulai untuk menetapkan

hari dilaksanakannya alek pernikahan.

7. Hari kamis diadakan proses manggulai di rumah anak daro, maka pihak marapulai

datang ke rumah anak daro.

8. Pada hari jumat diadakan alek bagi-bagi bareh di rumah anak daro, pada alek

bagi-bagi bareh tidak ada aktifitas makan-minum, tamu yang datang hanya sekedar

mengantar beras dan pulang kembali.

9. Hari sabtu adalah hari pelaksanaan alek pernikahan, tamu yang datang akan

disuguhi makanan dan minuman.

10. Seminggu setelah selesai alek pernikahan, dilanjutkan dengan acara manjapuik

bamalam. Anak daro dan marapulai akan dibawa ke rumah pihak marapulai untuk

bermalam sehari semalam.

11. Sehari setelah itu anak daro dan marapulai akan diantar kembali ke rumah anak

daro.

Itulah deretan prosesi acara alek pernikahan di Nagari Koto Nan Gadang

Payakumbuh. Selama proses rangkaian acara demi acara tersebut, maka tingkuluak

dan kelengkapannya akan dipakaikan sesuai fungsi dan aturannya.

4. Fungsi dan Makna Simbol Tingkuluak Koto Nan Gadang

4.1. Fungsi

Tingkuluak dan kelengkapannya di Koto Nan Gadang memiliki fungsi sebagai

berikut 1) sebagai pakaian untuk mamanggia ninik mamak dan sumandan sebelum

alek pernikahan, jenis pakaiannya yaitu cukia kuniang lambak bintang, cukia

kuniang, gobo, kalipik lokuang itam (batiak baikek), dan talokuang putiah basipek. 2)

sebagai pakaian untuk maanta marapulai pakaiannya antara lain cawek, cukia

kuniang lambak bintang, cukia kuniang, gobo, kalipik lokuang itam, dan talokuang

Page 14: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

30

putiah basipek. 3) sebagai pakaian untuk mamanggia dan maanta jika ada

kemalangan di pihak yang akan baralek maka dipakailah tingkuluak talokuang putiah

baikek. 4) sebagai akaian penanti tamu yaitu cawek, tingkuluak bugih dan tingkuluak

kompong.

4.2. Makna Simbol

Simbol adalah tanda yang mewakili objeknya melalui kesepakatan atau

persetujuan dalam konteks spesifik, makna-makna dalam suatu symbol dibangun

melalui kesepakatan sosial atau melalui beberapa tradisi historis (Danesi, 2004: 38,

44). Sedangkan menurut Budiman (2004: 32) simbol merupakan jenis tanda yang

bersifat konvensional.

Tingkuluak dan kelengkapannya di Koto Nan Gadang mengatur dengan

sedemikian rupa siapa dan berapa umur pemakainya sehingga orang yang melihat

akan mengetahui dengan sendirinya dengan tidak perlu bertanya manakah ibu anak

daro, karena disaat seseorang memakai tingkuluak cukia kuniang dengan bawahan

lambak bintang maka dialah ibu anak daro / marapulai. Jadi cukia kuniang lambak

bintang merupakan simbol yang sudah disepakati bersama di koto Nan Gadang

bahwa ibu pengantenlah yang memakai pakaian tersebut.

Tingkuluak menciptakan persamaan sehingga kaya dan miskin tidak terlihat

perbedaan karena pakaian yang dipakai sama bentuknya, sehingga tercipta iklim

damai dengan tidak mengelompokkan masyarakatnya dalam strata sosial.

Pengelompokan berasal dari sisi usia sehingga yang muda bisa menghormati yang

tua dan yang tua menyayangi yang muda. Hal ini seperti tercantum dalam pepatah

Minang tau jo kato mandaki, malereng jo manurun yang merupakan adat

bersosialisasi dengan orang lain.

Adat berpakaian di Koto Nan Gadang mengatur bahwa pakaian yang paling

meriah dan banyak assesoris adalah pakaian anak muda yang belum menikah sepeti

cawek yang dilengkapi kalung koban besar jo pinyaram dan galang gadang jo galang

tangan. Sedangkan kalung koban ketek dan galang tangan saja menandakan ibu-

ibu muda yang belum berminantu, sementara yang memakai kalung piah jo kalung

merah dan gelang bulek tandanya yang memakai adalah ibu yang sudah lanjut usia.

5. Implementasi Makna Simbol Pakaian Pada Sistem Kemasyarakatan di Koto

Nan Gadang

Pakaian adat memuat simbol-simbol yang bermakna sebagai ajaran yang berisi

aturan, norma dalam berperilaku dan menjalankan tanggung jawab yang ditujukan

terhadap kaum ibu. Kaum ibu dalam sistem adat Minangkabau memiliki peran yang

sentral sesuai dengan sistem kekerabatan yang matrilineal artinya berbagai hal

Page 15: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

31

menyangkut kelangsungan hidup mulai dari rumah tangga sampai ke lingkungan

masyarakat adat, ibu memiliki peran penting dalam mengambil berbagai keputusan.

Dalam mengemban tugasnya sebagai ibu dalam sistem kekerabatan di Minangkabau

dikenal ibu berperan sebagai bundo kanduang, induak bako dan sumandan. Ketiga

peran tersebut merupakan gambaran dari tanggung jawab ibu dalam melaksanakan

tugas kepemimpinannya dalam masyarakat.

Bundo kanduang merupakan simbol panggilan wanita menurut adat Minangkabau.

Idrus (1994:69) menjelaskan bundo artinya ibu, kanduang adalah sejati, jadi bundo

kanduang adalah ibu sejati yang memiliki sifat-sifat keibuan dan kepemimpinan. Jadi

panggilan bundo kanduang bermaksud bahwa ibu merupakan perantara keturunan

mempunyai peran utama dalam membentuk watak keturunan sejak dari dalam

kandungan sampai dewasa. Ibu juga sebagai bako (saudara perempuan ayah). Bako

perempuan disebut juga induak bako, jadi saudara perempuan ayah menjadi ibu bagi

keturunan ayah. Induak bako bertanggung jawab terhadap anak-anak saudara laki-

lakinya ketika terjadi sesuatu yang baik maupun buruk. Ibu juga merupakan seorang

sumandan yaitu seorang perempuan yang merupakan istri dari paman atau istri dari

saudara laki-laki ibu. Sumandan juga mempunyai peranan yang harus diembannya

dalam keluarga suaminya pada saat terjadi kemalangan maupun acara pesta.

Dalam adat Minangkabau Tingkuluak Tanduak merupakan salah satu tingkuluak

bundo kanduang. Pada masyarakat Koto Nan Gadang Tingkuluak Tanduak disebut juga

tingkuluak baikek yang memiliki makna tersendiri. Simbol dua buah tanduk pada

tingkuluak baikek melambangkan bahwa dalam memecahkan setiap permasalahan kita

memerlukan seseorang sebagai pendengar tentang masalah yang kita hadapi. Kita tidak

akan bisa memecahkan persoalan jika kita tidak mendiskusikannya dengan orang lain,

jadi dalam adat Minangkabau orang lain sebagai tempat mengadu atau ba iyo (Nurmani,

92th).

Tingkuluak lokuang putiah basipek yang dibuat dari mukena sholat kaum

perempuan, memiliki simbol ketaatan perempuan Minang dalam beribadah dan

menjalankan perintah Allah. Jika dalam suatu acara datang waktu sholat maka

tingkuluak bisa dijadikan mukena sehingga kaum ibu tidak kehilangan waktu sholat

walaupun dalam melaksanakan acara pesta.

Berdasarkan hasil penelitian tentang jenis dan makna simbol tingkuluak Koto Nan

Gadang Payakumbuh, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa masyarakat Koto Nan

Gadang masih memakaikan dan melestarikan macam-macam tingkuluak sampai saat ini

yang dipakai pada berbagai macam upacara adat di Koto Nan Gadang. Tingkuluak Koto

Nan Gadang menjadi penanda bagi pemakainya, orang bisa mengetahui dengan

Page 16: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

32

sendirinya tanpa bertanya siapakah yang memakai tingkuluak tersebut, karena tiap jenis

tingkuluak mempunyai aturan tersendiri bagi yang memakainya.

Penulis berharap kedepannya adat Koto Nan Gadang tidak pernah ditinggalkan

seperti beberapa daerah di Minangkabau yang sudah melupakan pakaian adatnya

sehingga ciri khas adat daerah tersebut tidak ada lagi, tidak bisa dibayangkan beberapa

tahun ke depan generasi muda tidak akan tahu lagi dengan adat daerah asalnya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang jenis dan makna simbol tingkuluak Koto Nan

Gadang Payakumbuh, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa masyarakat Koto Nan

Gadang masih memakaikan dan melestarikan macam-macam tingkuluak sampai saat ini

yang dipakai pada berbagai macam upacara adat di Koto Nan Gadang. Tingkuluak Koto

Nan Gadang menjadi penanda bagi pemakainya, orang bisa mengetahui dengan sendirinya

tanpa bertanya siapakah yang memakai tingkuluak tersebut, karena tiap jenis tingkuluak

mempunyai aturan tersendiri bagi yang memakainya. Penulis berharap kedepannya adat

Koto Nan Gadang tidak pernah ditinggalkan seperti beberapa daerah di Minangkabau yang

sudah melupakan pakaian adatnya sehingga ciri khas adat daerah tersebut tidak ada lagi,

tidak bisa dibayangkan beberapa tahun ke depan generasi muda tidak akan tahu lagi

dengan adat daerah asalnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anita K. 1976. Sebuah Pengantar KMEenSuIju Logika Kebudayaan. Terjemahan dari

Umberto Eco. Introduction Toward a Logic of culture a Theory of Semiotics.

Bloomington. London: Indiana University Press.

Budiman, Kris. 2004. Semiotik Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik.

Danesi, Marcel. 2004. Pesan, Tanda, dan Makna :Buku Teks Mengenai Semiotika dan Teori

Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Ernatip, Jumhari. 2009. Eksistensi Pakaian Bundo Kanduang Dalam Upacara Adat di Kota

Payakumbuh. Padang: BPSNT Padang Press.

Idrus, Hakimi. 1994. Pegangan Penghulu Bundo Kanduang, dan Pidato Alua Pasambahan

Adat Minangkabau. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Page 17: FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN …

Desra Imelda/ Fungsi dan Makna Simbolik.... – Vol.4 No.1 (2020) 17-33

33

Mifta Hurahmi, Indah. 2015. Tingkuluak di Nagari Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh

Provinsi Sumatera Barat ( Artikel). Padang : F Teknik UNP.

Sudikan, Setya Yumana. 2001. Metode Penelitian Kebudayaan. Surabaya: Citra Wacana.

Sachari, Agus. 2001. Desain dan Dunia Kesenirupaan Indonedia dan wacana Transformasi

Budaya. Bandung: ITB.

Saydan, Gouzali. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Minang. Pusat Pengkajian Islam dan

Minangkabau (PPIM) Sumatera Barat.

Zubaidah. 2009. Implementasi makna Simbol Pakaian Adat Wanita Terhadap Sistem

Kemasyarakatan Minangkabau; Kajian Rupa pada Struktur, Warna, Motif Hias

Pakaian Adat Kaum Perempuan Minangkabau Sumatera Barat (Laporan

Penelitian). Padang: FBSS UNP.