fung sire pro duk sip ria

26
FUNGSI REPRODUKSI PRIA, HORMON SEKS PRIA DAN GLANDULA PINEALIS Fungsi reproduksi pria dapat dibagi dalam tiga subgolongan utama: pertama, spermatogenesis, yang hanya berarti pembentukan sperma; kedua, pelaksanaan kerja seksual pria; dan ketiga, pengaturan fungsi seksual pria oleh berbagai hormone. Yang berhubungan dengan fungsi reproduksi ini adalah efek hormone seks pria pada organ seks tambahan, pada metabolisme sel, pada pertumbuhan, dan pada fungsi tubuh lain. Anatomi Fisiologi Organ Seks Pria. Testis terdiri dari sejumlah besar tubulus seminiferus yang berkelok-kelok, tempat sperma dibentuk. Sperma kemudian dikosongkan ke dalam epidimis, dan kemudian menuju vas deferens, yang membesar pada ampula vas deferens segera sebelum vas masuk ke badan kelenjar prostate. Vesika seminalis, masing-masing terletak di tiap sisi prostate, bermuara dalam ujung prostatik ampula, serta isi dari kedua ampula dan vesika seminalis berjalan masuk duktus ejakulatorius yang masuk ke dalam badan kelenjar prostate untuk bermuara ke dalam uretra interna. Duktus prostatikus selanjutnya bermuara ke dalam duktus ejakulatoris. Akhirnya uretra merupakan penghubung terakhir ke luar. Uretra disuplai dengan mucus yang berasal dari banyak kelenjar Littre kecil, yang terletak sepanjang uretra dan juga dari kelenjar bulbouretralis besar bilateral yang terletak dekat pangkal uretra. SPERMATOGENESIS Spermatogenesis terjadi pada semua tubulus seminiferus selama kehidupan seks aktif, mulai rata-rata pada usia 13 tahun, sebagai akibat perangsangan oleh hormone-hormon

Upload: andi-nova

Post on 11-Aug-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

FUNGSI REPRODUKSI PRIA, HORMON SEKS PRIA DAN GLANDULA PINEALIS

Fungsi reproduksi pria dapat dibagi dalam tiga subgolongan utama: pertama, spermatogenesis, yang hanya berarti pembentukan sperma; kedua, pelaksanaan kerja seksual pria; dan ketiga, pengaturan fungsi seksual pria oleh berbagai hormone. Yang berhubungan dengan fungsi reproduksi ini adalah efek hormone seks pria pada organ seks tambahan, pada metabolisme sel, pada pertumbuhan, dan pada fungsi tubuh lain.

Anatomi Fisiologi Organ Seks Pria.

Testis terdiri dari sejumlah besar tubulus seminiferus yang berkelok-kelok, tempat sperma dibentuk. Sperma kemudian dikosongkan ke dalam epidimis, dan kemudian menuju vas deferens, yang membesar pada ampula vas deferens segera sebelum vas masuk ke badan kelenjar prostate. Vesika seminalis, masing-masing terletak di tiap sisi prostate, bermuara dalam ujung prostatik ampula, serta isi dari kedua ampula dan vesika seminalis berjalan masuk duktus ejakulatorius yang masuk ke dalam badan kelenjar prostate untuk bermuara ke dalam uretra interna. Duktus prostatikus selanjutnya bermuara ke dalam duktus ejakulatoris. Akhirnya uretra merupakan penghubung terakhir ke luar. Uretra disuplai dengan mucus yang berasal dari banyak kelenjar Littre kecil, yang terletak sepanjang uretra dan juga dari kelenjar bulbouretralis besar bilateral yang terletak dekat pangkal uretra.

SPERMATOGENESIS

Spermatogenesis terjadi pada semua tubulus seminiferus selama kehidupan seks aktif, mulai rata-rata pada usia 13 tahun, sebagai akibat perangsangan oleh hormone-hormon gonadotropin adenohipofisis dan terus berlangsung selama hidup.

Langkah-langkah spermatogenesis

Tubulus seminiferus, mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran kecil sampai sedang yang dinamakan spermatogonia, yang terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang pinggir luar epitel tubulus. Sel-sel ini terus mengalami proliferasi untuk melengkapi mereka kembali, dan sebagian dari mereka berdiferensiasi melalui stadium-stadium definitive perkembangan untuk membentuk sperma.

Page 2: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Stadium pertama spermatogenesis adalah pertumbuhan beberapa spermatogonia menjadi sel yang sangat besar yang dinamakan spermatosit. Kemudian spermatosis membelah dengan proses meiosis membentuk dua spermatosit, masing-masing mengandung 23 kromosom. Spermatid tidak membelah lagi tetapi menjadi matur selama beberapa minggu untuk menjadi spermatozoa.

Kromosom Seks.

Pada setiap spermatogonium, salah satu dari 23 pasang kromosom membawa informasi genetic yang menentukan seks dari turunan akhir. Pasangan ini terdiri dari satu kromosom “X”, yang dinamakan kromosom wanita dan satu kromosom “Y”, kromosom pria. Selama pembelahan mitosis, kromosom penentu seks dibagi diantara spermatid sehingga separoh sperma menjadi sperma pria yang mengandung kromosom “Y” dan setengah lainnya sperma wanita yang mengandung kromosom “X”. Kelamin dari keturunan ditentukan oleh jenis sperma mana yang mengadakan fertilisasi pada ovum.

Pembentukan Sperma.

Bila spermatid pertama kali dibentuk, mereka masih mempunyai sifat umum sel epiteloid, tetapi segera sebagian besar sitoplasmanya menghilang, dan setiap spermatid mulai memanjang menjadi spermatozoa, terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Untuk membentuk kepala, zat inti memadat menjadi suatu massa yang padat, dan membrane sel berkontraksi sekitar inti. Ini adalah zat inti yang melakukan fertilisasi ovum.

Di depan kepala sperma terdapat struktur kecil yang dinamakan akrosom, yang dibentuk dari aparatus golgi serta mengandung hialuronidase dan protease yang memegang peranan penting untuk masuknya sperma ke dalam ovum.

Sentriol mengelompok pada leher sperma dan mitokondria tersusun berbentuk spiral dalam badan.

Yang menonjol ke luar tubuh adalah ekor panjang, yang merupakan pertumbuhan keluar dari salah satu sentriol. Ekor hampir mempunyai struktur yang hampir sama seperti silia. Ekor mengandung dua pasang mikrotubulus yang turun ke tengah dan sembilan mikrotubulus ganda yang tersusun sekitar pinggir. Ekor diliputi oleh perluasan membrane sel, dan mengandung banyak adenosine trifosfat, yang niscaya memberi energi pergerakan ekor. Pada pengeluaran sperma dari saluran genitalis pria ke dalam saluran genitalis wanita, ekor mulai bergerak bolak-balik dan bergerak spiral pada ujungnya, memberikan pendorongan yang menyerupai ular yang menggerakkan sperma ke depan dengan kecepatan maksimum sekitar 20 sentimeter per jam.

Page 3: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Fungsi Sel Sertoli.

Sel sertoli dari epitel germinativum, yang dikenal sebagai sel sustentakular. Sel ini besar, meluas dari basis epitel tubulus seminiferus sampai bagian dalam tubulus. Spermatid meletakkan dirinya pada sel sertoli, dan timbul hubungan spesifik antara dua sel ini yang menyebabkan spermatid berubah menjadi spermatozoa. Sel-sel sertoli memberikan zat gizi, hormone dan mungkin juga enzim yang penting untuk menyebabkan perubahan yang tepat pada spermatid. Sel-sel sertoli juga membuang kelebihan sitoplasma sewaktu spermatid dikonversi menjadi spermatozoa.

Pematangan Sperma pada Epididimis.

Setelah pembentukan pada tubulus seminiferus, sperma masuk epididimis. Sperma yang dikeluarkan dari tubulus seminiferus belum bergerak sama sekali, dan mereka tidak dapat membuahi ovum. Akan tetapi, setelah sperma berada dalam epididimis selama 18 jam sampai 10 hari, mereka mengembangkan kemampuan bergerak walaupun beberapa faktor penghambat masih mencegah motilitas sampai setelah ejakulasi. Sperma juga mampu membuahi ovum, suatu proses yang dinamakan pematangan. Epididimis menyekresi banyak cairan yang mengandung hormone, enzim, dan gizi khusus yang mungkin penting atau esensial untuk pematangan sperma

Penyimpanan Sperma.

Sejumlah kecil sperma dapat disimpan dalam epididimis, tetapi sebagian besar sperma disimpan dalam vas deferens dalam arti luas dalam ampula vas deferens. Sperma dapat tetap disimpan, mempertahankan fertilitasnya dalam tempat ini selama beberapa bulan, walaupun diragukan bahwa selama aktifitas seksual normal terjadi penyimpanan yang demikia lama. Tentu saja dengan aktifitas seksual yang berlebihan, penyimpanan mungkin tidak lebih lama dari beberapa jam.

Fisiologi Sperma Matang.

Sperma yang biasanya motil dan fertil mampu melakukan pergerakan dengan menggunakan flagel melalui media cair dengan kecepatan sekitar 1 sampai 4 mm per menit. Selanjutnya sperma normal cenderung bergerak dalam garis rotasi lurus bukan dengan pergerakan melingkar. Aktifitas sperma sangat diperbesar pada media netral dan sedikit alkali seperti dalam semen yang diejakulasi, tetapi sangat berkurang pada media yang sedikit asam, dan media sam kuat dapat menyebabkan kematian sperma yang cepat. Walaupun sperma dapat hidup selama berminggu-minggu pada saluran genitalia testis, masa hidup sperma di dalam traktus genitalia wanita hanya satu sampai empat hari.

Page 4: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Fungsi kelenjar seminalis

Vesika seminalis merupakan kelenjar sekresi yang dibatasi oleh epitel yang menyekresi zat mukoid yang mengandung banyak fruktosa dan zat gizi lain maupun banyak prostaglandin, dan fibrinogen. Selam proses ejakulasi, setiap vesika seminalis mengosongkan isinya ke dalam duktus ejakulatorius segera setelah vas deferens mengeluarkan sperma. Hal ini sangat menambah semen ejakulasi, serta fruktosa dan zat-zat lain dalam cairan semen mempunyai nilai gizi yang besar untuk sperma yang diejakulasi sampai salah satu diantara mereka membuahi ovum. Prostaglandin dianggap membantu fertilisasi dalam dua jalan: (1) dengan bereaksi dengan mucus services agar menjadi lebih reseptif bagi sperma, dan (2) mungkin menyebabkan kontraksi peristaltic dalam arah terbalik pada uterus dan tuba falopii, untuk menggerakkan sperma ke arah ovarium.

Fungsi kelenjar prostate

Kelenjar prostate menyekresi cairan alkali yang encer, seperti susu, yang mengandung asam sitrat, kalsium, dan beberapa zat lain. Selama pemancaran kapsula kelenjar prostate berkontraksi serantak dengan kontraksi vas deferens dan vesika seminalis sehingga cairan kelenjar prostate yang encer, seperti susu menambah massa semen. Sifat alkali cairan prostate mungkin sangat penting untuk keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens relatif asam karena adanya hasil akhir metabolisme sperma dan akibatnya menghambat fertilitas dan motilitas sperma. Sekret vagina pada wanita juga asam (pH 3,5 sampai 4,0). Sperma tidak dapat bergerak optimum sampai pH cairan sekitarnya meningkat sekitar 6 sampai 6,5. Akibatnya, mungkin bahwa cairan prostate menetralkan keasaman cairan lain tersebut setelah ejakulasi dan sangat meningkatkan pergerakan dan fertilisasi sperma.

Semen Semen, yang diejakulasi pria waktu hubungan seks, terdiri dari cairan vas deferens,

vesika seminalis, kelenjar prostate, dan kelenjar mukosa, khususnya kelenjar bulbouretralis. Massa semen yang utama adalah cairan vesika seminalis, yang diejakulasi terakhir dan berperanan memberikan sperma ke luar dari duktus ejakulatorius dan uretra. pH rata-rata semen gabungan sekitar 7,5, cairan prostate yang alkali menetralkan bagian semen lain yang agak asam. Cairan prostate memberikan bentuk semen seperti susu, sedangkan cairan dari vesika seminalis dan dari kelenjar mukosa memberikan konsistensi mukoid pada semen. Tentu saja enzim pembekuan dari cairan prostate menyebabkan fibrinogen cairan vesika seminalis membentuk koagulum yang lemah, yang kemudian larut setelah 15 sampai 20 menit berikutnya karena lisis oleh fibrinogen yang dibentuk dari profibrinolisin prostate. Pada menit-menit pertama setelah ejakulasi, sperma tetap relatif tidak bergerak, mungkin karena viskositas koagulum. Akan tetapi, setelah koagulum larut, sperma segera menjadi sangat mobil.

Page 5: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Walaupun sperma dapat hidup selama berminggu-minggu pada saluran genitalia pria sekali ia diejakulasikan dalam semen, masa hidup maksimumnya hanya 24 – 72 jam pada suhu tubuh. Akan tetapi, pada suhu yang lebih rendah, semen bisa disimpan selama beberapa minggu dan bila semen di bekukan pada suhu dibawah –1000 c, sperma beberapa binatang telah terawetkan lebih dari 1 tahun.

Efek Jumlah Sperma pada Fertilitas.

Biasanya jumlah semen yang di ejakulasikan pada setiap koitus rata-rata sekitar 3,5 mL, dan pada setiap milliliter semen rata-rata terdapat sekitar 120 jt sperma, walau pun pada orang normal jumlah ini dapat bervariasi dari 35 jt – 200 jt. Berarti bahwa rata-rata 400 jt sperma biasanya terdapat pada setiap ejakulat. Bila jumlah sperma pada setiap mili liter turun dibawah sekitar 20 jt orang mungkin infertile, jadi walaupun hanya 1 sperma diperlukan untuk membuahi ovum, karena alasan yang belum sepenuhnya di mengerti, ejakulat harus mengandung banyak sekali sperma meskipun hanya satu yang membuahi ovum. Alasan yang mungkin untuk ini adalah sebagai berikut :

Fungsi hialuronidase dan proteinase yang disekresi oleh sperma untuk proses fertilisasi. Hialuronidase dan proteinase disimpan dalam jumlah besar di dalam akrosom sperma. Hialuronidase merupakan suatu enzim yang melakukan depolimerisasi polimer asam hialuronat yang terdapat dalam jumlah besar pada zat semen interselular ; proteinase dapat melarutkan protein jaringan.

Bila ovum dilontarkan dari folikel ovarii masuk rongga abdomen, ia membawa beberapa lapis sel. Sebelum sperma dapat mencapai ovum untuk membuahinya, sel-sel ini harus dibuang. Diduga bahwa hialuronidase dan proteinase yang di keluarkan oleh akrosom paling tidak berperanan kecil menyababkan sel-sel tersebut terlepas dari ovum, jadi memungkinkan sperma mencapai permukaan ovum. Bila jumlah sperma tidak cukup, sering orang tersebut steril. Sterilitas ini diduga akibat dari kekurangan enzim untuk membantu membuang lapisan sel dari ovum.

Kemungkinan fungsi proteinase lainnya adalah memungkinkan sperma menembus mucus yang sering terbentuk pada serviks uteri. Proteinase bekerja sebagai enzim mukolitik yang diduga mendahului sperma dan membentuk saluran didalam sumbat mucus. Diduga bahwa kekurangan enzin yang sesuai untuk melakukan fungsi ini kadang-kadang juga bertanggung jawab bagi sterilitas pria.

Sperm cells pass through a series of ducts to reach the outside of the body. After they leave the testes, the sperm passes through the epididymis, ductus deferens, ejaculatory duct, and urethra.

Page 6: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Epididymis

Sperm leave the testes through a series of efferent ducts that enter the epididymis. Each

epididymis is a long (about 6 meters) tube that is tightly coiled to form a comma-shaped organ located along the superior and posterior margins of the testes. When the sperm leave the testes, they are immature and incapable of fertilizing ova. They complete their maturation process and become fertile as they move through the epididymis. Mature sperm are stored in the lower portion, or tail, of the epididymis.

Ductus Deferens

The ductus deferens, also called vas deferens, is a fibromuscular tube that is continuous ( or contiguous) with the epididymis. It begins at the bottom (tail) of the epididymis then turns sharply upward along the posterior margin of the testes. The ductus deferens enters the abdominopelvic cavity through the inguinal canal and passes along the lateral pelvic wall. It crosses over the ureter and posterior portion of the urinary bladder, and then descends along the posterior wall of the bladder toward the prostate gland. Just before it reaches the prostate gland, each ductus deferens enlarges to form an ampulla. Sperm are stored in the proximal portion of the ductus deferens, near the epididymis, and peristaltic movements propel the sperm through the tube.

The proximal portion of the ductus deferens is a component of the spermatic cord, which contains vascular and neural structures that supply the testes. The spermatic cord contains the ductus deferens, testicular artery and veins, lymph vessels, testicular nerve, cremaster muscle that elevates the testes for warmth and at times of sexual stimulation, and a connective tissue covering.

Page 7: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Ejaculatory Duct

Each ductus deferens, at the ampulla, joins the duct from the adjacent seminal vesicle (one of the accessory glands) to form a short ejaculatory duct. Each ejaculatory duct passes through the prostate gland and empties into the urethra.

Urethra

The urethra extends from the urinary bladder to the external urethral orifice at the tip of the penis. It is a passageway for sperm and fluids from the reproductive system and urine from the urinary system. While reproductive fluids are passing through the urethra, sphincters contract tightly to keep urine from entering the urethra.

The male urethra is divided into three regions. The prostatic urethra is the proximal portion that passes through the prostate gland. It receives the ejaculatory duct, which contains sperm and secretions from the seminal vesicles, and numerous ducts from the prostate glands. The next portion, the membranous urethra, is a short region that passes through the pelvic floor. The longest portion is the penile urethra (also called spongy urethra or cavernous urethra), which extends the length of the penis and opens to the outside at the external urethral orifice. The ducts from the bulbourethral glands open into the penile urethra.

TINDAKAN SEKSUAL PRIA.

Rangsang saraf untuk melaksanakan tindakan seksual pria

Isyarat saraf terpenting untuk memulai tindakan seksual pria berasal dari dalam glasa penis, karena glans penis mengandung sistim organ akhir sensoris yang sangat rapi, yang menghantarkan ke susunan saraf pusat suatu modalitas kesan khusus yang

Page 8: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

dinamakan kesan seksual kerja pemijitan glans waktu hubungan kelamin merangsang organ akhir sensorik, dan kesa seksual selanjutnya di hantarkan melalui nervus pudendus, kemudian ke pleksus sakralis masuk bagaian sacral medulla spinalis, dan akhirnya berjalan ke atas elalui medulla spinalis menuju ke daerah serebrum yang belum jelas. Impuls juga dapat masuk medulla spinalis dari daerah-daerah yang berdekatan penis untuk membantu meragsang tindakan seksual. Misalnya perangsangan epitel anus, skrotum, dan struktur perineum umumnya semua dapat mengirimkan impuls ke dalam medulla spinalis yang menambah kesanseksual. Kesan seksual malahan dapat berasal dari struktur interna, seperti perangsangan daerah uretra, kandung kemih, prostate, vesika seminalis, testis, dan vas deferens. Tentu saja salah satu penyebab “ dorongan seksual “ mungkin oleh pengisian berlebihan organ seksual dengan secret. Infeksi dan peradangan organseksual ini kadang-kadang hamper selalu menyebabkan hasrat seksual yang terus menerus, dan obat “ pfrodisiak “ seperti kantrid, meningkatkan hasrat seksual dengan mengiritasi mukosa kandung kemih dan uretra.

Unsur Psikis Perangsangan Seksual Pria.

Rangsangan psikis yang sesuai dapat sangat meningkatkan kemampuan seeorang untuk melakukan tindakan seksual. Memikirkan gagasan seksual atau malahan mimopi sedang melakukan hubungan seksual dapat menyebabkan terjadi tindakan seksual pria dan mencapai puncak pada ejakulasi. Tentu saja emisi noturna waktu mimpi terjadi pada banyak pria selama beberapa stadium kehidupan seksual, khususnya selama usia belasan tahun.

Integrasi Tindakan Seksual Pria pada Medula Spinalis.

Walaupun factor psikis biasanya memegang peranan penting pada tindakan seksual pria dan jelas dapat memulainya, serebrum mungkin tidak diperlukan secara absolute untuk pelaksanaannya, karena perangsangan genitalia yang cocok dapat menyababkan ejakulasi pada beberapa binatang dan kadang-kadang pada manusia yang medulla spinalisnya telah dipotong di atas daerah lumbal. Oleh karena itu, tindakan seksual pria akibat dari mekanisme refleks yang terintegrasi pada daerah sacral dan lumbal medulla spinalis, dan mekanisme ini dapat diaktifkan oleh rangsangan psikis atau rangsangan seksual yang sebenarnya.

Page 9: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

The accessory glands of the male reproductive system are the seminal vesicles, prostate gland, and the bulbourethral glands. These glands secrete fluids that enter the urethra.

Seminal Vesicles

The paired seminal vesicles are saccular glands posterior to the urinary bladder. Each gland has a short duct that joins with the ductus deferens at the ampulla to form an ejaculatory duct, which then empties into the urethra. The fluid from the seminal vesicles is viscous and contains fructose, which provides an energy source for

the sperm; prostaglandins, which contribute to the mobility and viability of the sperm; and proteins that cause slight coagulation reactions in the semen after ejaculation.

Prostate

The prostate gland is a firm, dense structure that is located just inferior to the urinary bladder. It is about the size of a walnut and encircles the urethra as it leaves the urinary bladder. Numerous short ducts from the substance of the prostate gland empty into the prostatic urethra. The secretions of the prostate are thin, milky colored, and alkaline. They function to enhance the motility of the sperm.

Bulbourethral Glands

The paired bulbourethral (Cowper's) glands are small, about the size of a pea, and located near the base of the penis. A short duct from each gland enters the proximal end of the penile urethra. In response to sexual stimulation, the bulbourethral glands secrete an alkaline mucus-like fluid. This fluid neutralizes the acidity of the urine residue in the urethra, helps to neutralize the acidity of the vagina, and provides some lubrication for the tip of the penis during intercourse.

Seminal Fluid

Page 10: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Seminal fluid, or semen, is a slightly alkaline mixture of sperm cells and secretions from the accessory glands. Secretions from the seminal vesicles make up about 60 percent of the volume of the semen, with most of the remainder coming from the prostate gland. The sperm and secretions from the bulbourethral gland contribute only a small volume.

The volume of semen in a single ejaculation may vary from 1.5 to 6.0 ml. There are usually between 50 to 150 million sperm per milliliter of semen. Sperm counts below 10 to 20 million per milliliter usually present fertility problems. Although only one sperm actually penetrates and fertilizes the ovum, it takes several million sperm in an ejaculation to ensure that fertilization will take place.

Stadium-stadium tindakan seksual pria.

Ereksi.

Ereksi merupakan efek pertama perangsangan seksual pria, dan derajat ereksi sebanding dengan derajat perangsangan, baik oleh psikis atau fisik.

Ereksi disebabkan oleh impuls parasimpatis yang berjalan dari bagian sacral medulla spinalis ke penis. Impuls parasimpatis ini melebarkan arteri penis dan mungkin serentak menyebabkan konstriksi pada vena-vena, jadi memungkinkan darah arteri mengalir dengan tegangan tinggi masuk ke jaringan erektil penis. Jaringan erektil ini terdiri dari sinusoid venosus kavernosus yang besar, yang dalam keadaan normal relative kosong tetapi akan sangat melebar bila darah arteri mengalir masuk dengan tekanan. Juga, badan erektil dikelilingi oleh selubung fibrosa yang kuat, oleh karena itu tekanan tinggi dalam sinusoid menyebabkan pengembangan jaringan erektil sedemikian rupa sehingga penis menjadi keras dan memanjang.

Pelumasan.

Selama perangsangan seksual, impuls parasimpatis, selain meningkatkan ereksi, menyebabkan kelenjar Littre dan kelenjar bulbouretralis menyekresi mucus. Jadi, mucus mengalir melalui uretra waktu hubungan kelamin untuk membantu melumasi koitus. Akan tetapi,sebagian besar pelumasan koitus dilakukan oleh organ seksual wanita bukan oleh organ seksual pria. Tanpa pelumasan yang memuaskan, tindakabn seksual pria jarang berhasil karena hubungan seksual yang tanpa pelumasan menyababka impuls nyeri yang menghambat kesan seksual.

Emisi dan ejakulasi. Emisi dan ejakulasi merupakan puncak tindakan seksual pria. Bila rangsangan

seksual menjadi sangat kuat, pusat-pusat refleks medulla spinalis menuju ke organ genitalia untuk memulai emisi, yang merupakan pendahulu ejakulasi.

Page 11: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Emisi diduga dimulai dengan kontraksi epididimis, vas deferens, dan ampula untuk menyebabkan pendorongan sperma masuk uretra interna. Kemudian kontraksi pada vesika seminalis dan otot-otot yang meliputi kelenjar prostate mengeluarkan cairan vesika seminalis dan cairan prostate, mendorong sperma ke depan. Semua cairan ini bercampur dengan mucus yang telah disekresi oleh kelenjar bulbouretralis untuk membentuk semen. Proses sampai disini dinamakan emisi.

Pengisian uretra interna kemudian menimbulkan isyarat yang dihantarkan ke

daerah sacral medulla spinalis. Selanjutnya, impuls saraf berirama di kirim dari medulla spinalis ke otot-otot rangka yang meliputi basis jaringan erektil, menyebabkan peningkatan tekanan berirama yang seperti gelombang pada jaringan tersebut, yang “mengejakulasi” semen dari uretra ke luar. Ini adalah proses ejakulasi.

TESTOSTERON DAN HORMON SEKS PRIA LAINNYA.

Sekresi testoseron oleh sel interstisial testis.

Testis mensekresi beberapa hormone seks pria, yang bersama-sama dinamai androgen. Tetapi, salah satu diantaranya, testosterone, jauh lebih banyak dan kuat daripada lainnya serta dapat dianggap merupakan satu hormone bermakna yang bertanggung jawab akan efek hormonal pria.

Testosterone, dibentuk oleh sel interstisial leydig yang terletak pada interstisial antara tubulus seminiferus dan membentuk sekitar 20% massa testis dewasa. Sel-sel interstisial testis pada anak-anak tidak banyak, tetapi banyak pada bayi pria yang baru lahir dan juga pada pria dewasa setelah pubertas. Pada kedua waktu tersebut testis menyekresi banyak testosterone. Selanjutnya, bila timbul tumor dari sel interstisial leydig, maka testosterone disekresikan dalam jumlah besar sekali. Akhirnya, bila epitel germinativum testis dirusak oleh pengobatan sinar-x atau oleh panas yang berlebihan, sel interstisial yang lebih sukar dihancurkan tetap menghasilkan testosterone.

Sekresi “androgen” di suatu tempat dalam tubuh.

Istilah “androgen” digunakan sinonim dengan istilah “hormone seks pria”, tetapi androgen juga termasuk hormone seks pria yang dihasilkan dalam tubuh selain testis misalnya, kelenjar adrenal menyekresi paling sedikit lima androgen, walaupun aktifitas totsl maskulinisasi dari semua androgen ini dalam keadaan normal demikian kecil sehingga mereka tidak menyebabkan sifat maskulinisasi yang bermakna, meskipun pada wanita. Tetapi bila terjadi tumor adrenal yang menghasilkan androgen, jumlah hormone androgen dapat menjadi cukup besar untuk menyebabkan semua sifat seksual sekunder pria yang biasa.

Kimia testosterone.

Page 12: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Semua androgen merupakan senyawa steroid untuk testosterone. Dalam testis dan adrenal, androgen dapat disintesis dari kolesterol atau langsung dari asetil koenzim A.

Metabolisme testosterone.

Setelah disekresi oleh testis, sebagian besar testosterone berikatan longgar dengan protein plasma, beredar dalam darah tidak lebih dari 15-30 menit sebelum ia diikat pada jaringan atau didegradasi menjadi bentuk tak aktif dan kemudian disekresi.

Sebagian testosterone yang terikat pada jaringan diubah dalam sel menjadi dihidrotestosteron, dalam bentuk ini testosterone melakukan banyak fungsi intraselnya.

Page 13: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Degradasi dan ekskresi testosterone.

Testosterone yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat diubah, terutama oleh hati, menjadi androsteron dan dehidroepiandrosteron, dan dengan serentak berkonjugasi sebagai glukuronida atau sulfat. Konjugasi ini diekskresi dalam usus melalui empedu atau ke dalam urina.

Page 14: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Fungsi testosterone.

Pada umumnya, testosterosn bertanggung jawab untuk membedakan sifat maskulinisasi tubuh. Testis dirangsang oleh gonadotropin korionik plasenta untuk menghasilkan sedikit testosterone waktu kehidupan fetal, tetapi pada hakekatnya, tidak ada testosterone yang dihasilkan waktu anak-anak sampai sekitar usia 10-13 tahun. Kemudian pembentukan testosterone meningkat cepat pada permulaan pubertas dan barlangsung hamper seluruh kehidupan, berkurang cepat setelah usia 40 tahun sampai mungkin manjadi satu perlima nilai puncak menjelang usia 80 tahun.

Fungsi testosterone waktu perkembangan fetus.

Testosterone mulai dikeluarkan oleh pria sekitar bulan kedua kehidupan embrional. Tentu saja, ahli embriologi yakin bahwa perbedaan fungsional utama antara kromosom seks pria dan wanita adalah bahwa kromosom pria menyebabkan rigi-rigi genital yang baru berkembang mensekresi testosterone, sedangkan kromosom wanita menyebabkan rigi-rigi ini mensekresi estrogen. Penyuntikan hormone seks pria dalam jumlah besar ke binatang yang hamil menyebabkan perkembangan organ seks jantan walaupun fetus tersebut betina. Juga, pembuangan testis fetus pada fetus jantan menyebabkan perkwmbangan organ seks betina. Oleh karena itu, ada atau tidak adanya testosterone pada fetus merupakan factor yang menentukan perkembangan sifat dan organ genitalia pria atau wanita. Yaitu, testosterone yang disekresi oleh ‘ridge’ genitalia dan perkembangan selanjutnya testis bertanggung jawab akan perkembangan sifat kelamin pria, termasuk pertumbuhan penis dan skrotum bukan pembentukan klitoris dan vagina. Juga, testosterone menyebabkan perkembangan kelenjar prostate, vesika seminalis, dan saluran genitalia pria, sedangkan pada saat yang sama menekan pembentukan organ genitalia wanita.

Efek pada desensus testis.

Testis biasanya mengalami desensus masuk skrotum selama dua bulan terakhir kehamilan, waktu testis menyekresi testosterone dalam jumlah yang cukup. Bila anak lelaki dilahirkan dengan testis yang tidak mengalami desensus, pemberian testosterone menyebabkan testis mengalami desensus dengan cara yang biasa bila kanalis inguinalis cukup besar untuk dilalui testis atau pemberian hormone gonadotropin yang merangsang sel interstisial testis menghasilkan testosterone, juga menyebabkan desensus testis. Jadi rangsangan untuk desensus testis adalah testosterone.

Efek testosterone pada perkembangan sifat seksual primer dan sekunder dewasa.

Sekresi testosterone setelah pubertas menyebabkan penis, skrotum, dan testis semuanya membesar beberapa kali sampai sekitar usia 20 tahun. Selain itu, testosterone menyebabkan “sifat seksual sekunder” pria berkembang pada saat yang sama, mulai pada pubertas dan berakhir waktu dewasa. Sifat seksual sekunder ini,selain organ seksual itu sendiri,membedakan pria dan wanita sebagai berikut:

Page 15: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

o Distribusi rambut tumbuh. Testosterone menyebabkan pertumbuhan rambut (1) di atas pubis (2) pada wajah (3) pada dada pria (4) pada daerah tubuh lain seperti punggung.

o Botak. Testosterone mengurangi pertumbuhan rambut pada puncak kepala.botak merupakan akibat dari dua factor: pertama, dasar genetic perkembangan botak dan kedua, tumpang tindih pada dasar genetic ini,jumlah hormone androgen yang banyak. Wanita yang mempunyai dasar genetic yang cocok dan yang menderita tumor androgenic yang berlangsung lama menjadi botak dengan cara yang sama seperti pria.

o Efek pada suara. Testosterone yang disekresi testis atau yang disuntikkan pada tubuh menyebabkan hipertrofi mukosa laring dan pembesaran laring. Efek ini menyebabkan mula-mula suara menjadi relative sumbang seperti “pecah”, tetapi hal ini lambat laun berubah menjadi suara bass yang khas untuk pria.

o Efek pada kulit. Testosterone meningkatkan tebal kulit pada seluruh tubuh dan meningkatkan kekasaran jaringan subkutis.

o Efek pada pembentukan protein dan perkembangan otot. Salah satu sifat pria yang terpenting adalah perkembangan peningkatan otot setelah pubertas.hal ini dihubungkan dengan peningkatan protein pada bagian tubuh lainnya. Banyak perubahan pada kulit juga disebabkan karena pengendapan protein pada kulit, dan perubahan pada suara mungkin sekurang-kurangnya sebagian, akibat fungsi anabolic protein dan testosterone.

o Efek pada pertumbuhan tulang dan retensi kalsium. Setelah pubertas atau setelah penyuntikan testosterone jangka lama, tulang tumbuh sangat tebal dan juga mengendapkan banyak garam-garam kalsium.bila testosterone disekresi dalam jumlah besar pada anak yang sedang tumbuh, kecepatan pertumbuhan tulang meningkat nyata, menyebabkan percepatan pertumbuhan tubuh seluruhnya juga. Akan tetapi, testosterone juga menyebabkan epifis tulang bersatu dengan batang tulang pada usia yang lebih muda. Oleh karena itu walaupun pertumbuhan cepat, persatuan epifis ini mencegah orang tumbuh setinggi seperti pertumbuhan yang akan terjadi bila testosterone tidak disekresi sama sekali.

o Efek pada sel darh merah. Rata-rata pria mempunyai 700 ribu sel darah merah per milliliter kubik daripada rata-rata wanita. Akan tetapi, perbedaan ini mungkin sebagian akibat peningkatan laju metabolisme setelah pemberian testosterone bukan efek langsung testosterone pada pembentukan sel darah merah.

Mekanisme kerja dasar testosterone intrasel .

Walaupun tidak diketahui dengan tepat bagaimana testosterone menyebabkan semua efek yang baru dibicarakan, diduga bahwa mereka terutama akibat peningkatan kecepatan pembentukan protein dalam sel. Pada kelenjar prostate, testosterone masuk sel dalam beberapa menit setelah sekresi, disini ia diubah menjadi dihidrotestosteron dan

Page 16: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

berikatan dengan “protein reseptor” sitoplsma. Gabungan ini kemudian bermigrasi ke inti, tempat ia berikatan dengan protein inti dan merangsang proses transkripsi DNA-RNA. Dalam 30 menit konsentrasi RNA mulai meningkat dalam sel, dan hal ini diikuti peningkatan progresif pada protein sel. Setelah beberapa hari jumlah DNA dalam kelenjar juga meningkat, dan serentak disertai peningkatan jumlah sel-sel prostate.

Pengaturan fungsi seksual pria oleh hormone gonadotropin-FSH dan LH.

Kelenjar hipofisis anterior menyekresi dua hormone gonadotropin (1) hormone perangsang folikel (2) hormone luteinisasi. Kedua hormone ini memegang peranan utama mengatur fungsi seksual pria.

Pengaturan pembentukan testosterone oleh LH.

Testosterone dihasilkan oleh sel interstisial leydig bila testis dirangsang oleh LH dari kelenjar hipofisis, dan jumlah testosterone yang disekresi bervariasi kira-kira sebanding dengan jumlah LH yang tersedia.

Penyuntikan LH murni pada anak-anak menyebabkan fibroblast dalam daerah interstisial testis berkembang menjadi sel interstisial leydig, walaupun sel leydig matang dalam keadaan normal tidak ditemukan pada testis anak sampai setelah usia sekitar 10 tahun. Juga pemberian prolaktin secara serentak sangat mempotensiasi efek LH dalam meningkatkan pembentukan testosterone.

Efek gonadotropin korionik pada testis fetus.

Selama kehamilan, plasenta menyekresi gonadotropin korionik manusia dalam jumlah besar, suatu hormone yang hampir mempunyai sifat yang hampir sama seperti LH. Hormone ini merangsang pembentukan sel interstisial testis fetus dan menyebabkan sekresi testosterone.

Pengaturan spermatogenesis oleh hormone FSH dan testosterone.

Spermatogonia menjadi spermatosit dalam tubulus seminiferus dirangsang oleh FSH dari kelenjar hipofisis anterior, bila tidak ada FSH spermatogenesis tidak akan terjadi. Akan tetapi, FSH sendirian tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa. Agar spermatogenesis berlangsung sempurna, testosterone harus disekresi dalam jumlah sedikit oleh sel interstisial secara serentak. Jadi, FSH mengawali proses proliferasi spermatogenesis dan testosterone yang berdifusi dari sel interstisial masuk tubulus seminiferus tampaknya diperlukan untuk pematang akhir spermatozoa. Karena testosterone disekresi oleh sel interstisial di bawah pengaruh LH, FSH dan LH keduanya harus disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior agar spermatogenesis berlangsung.

Page 17: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

Pengaturan sekresi LH dan FSH oleh hipotalamus.

Gonadotropin seperti kortikotropin dan tirotropin, disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior terutama akibat aktifitas saraf pada hipotalamus. Misalnya, pada biri-biri, kambing dan rusa, stimulus saraf dalam respon terhadap perubahan cuaca dan jumlah cahaya di sepanjang hari meningkatkan jumlah gonadotropin selama satu musim dalam setahun musim kawin, jadi memungkinkan kelahiran anaknya selama masa yang cocok untuk bertahan hidup. Juga stimulus psikis dapat mempengaruhi fertilitas hewan jantan, misalnya dari kenyataan bahwa pengangkutan banteng dalam keadaan yang tidak menyenangkan sering dapat menyebabkan sterilitas temporer yang hampir lengkap.

LH-RH, hormone hipotalamus yang merangsang sekresi gonadotropin. Pada laki-laj\ki dan perempuan, hipotalamus mengatur sekresi gonadotropin

melalui system portal hipotalamus-hipofisis. Walau ada dua hormone gonadotropin yang berbeda, hormone luteinisasi dan hormone perangsang folikel, hanya satu ‘hipotalamic releasing hormone’ yang ditemukan yaitu LHRH. Hormone ini terutama mempunyai efek yang kuat dalam menginduksi sekresi hormone luteinisasi oleh glandula hipofisis anterior, tetapi ia juha mempunyai efek kuat dalam menyebabkan sekresi hormone perangsang folikel

LHRH memainkan peranan yang serupa dalam mengatur sekresi gonadotropin pada wanita, suatu proses yang hubungannya jauh lebih kompleks.

Inhibisi timbal balik hipotalamus-sekresi hormone gonadotropin hipofisis anterior oleh hormone testicular.

Pengaturan umpan balik sekresi testosterone. System pengaturan umpan balik negative berikut beroperasi terus menerus untuk mengatur dengan sangat tepat kecepatan sekresi testosterone.

1. Hipotalamus yang menyekresi LHRH, yang merangsang kelenjar hipofisis anterior intuk menyekresikan hormone luteinisasi.

2. sebaliknya hormone luteinisasi merangsang hiperplasia sel-sel leydig testis dan juga merangsang produksi testosterone oleh sel-sel ini.

3. sebaliknya testosterone memberikan umpan balik negative ke hipotalamus yang menghambat produksi LHRH. Jelas ini membatasi kecepatan pembentukan testosterone terlalu rendah, tidak adanya inhibisi hipotalamus menyebabkan kembalinya sekresi testosterone ke kadar yang normal.

Pengaturan umpan balik spermatogenesis-perana “inhibin”.

Telah diketahui bahwa spertogenesis oleh testis menghambat sekresi FSH. Dianggap bahwa sel-sel sertoli mensekresikan hormone yang terutama berefek langsung atas kelenjar hipofisis anterior yang menghambat sekresi FSH. Telah ditemukan hormone yang mempunyai berat molekul antara 25 ribu dan 100 ribu serta dinamai inhibin, yang

Page 18: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

mungkin bertanggung jawab bagi efek ini, sehingga siklus umpan balik untuk pengaturan spermatogenesis terlihat sebagai berikut:

1. Hormone perangsang folikel menginduksi proliferasi epithelium germinativum tubulus seminiferus dan pada waktu yang sama merangsang sel-sel sertoli yang memberikan nutrisi untuk perkembangan spermatozoa.

2. Sel-sel sertoli melepaskan inhibin yang sebaliknya memberikan umpan balik negative ke kelenjar hipofisis anterior untuk menghambat pembentukan FSH. Jadi siklus umpan balik ini mempertahankan kecepatan spermatogenesis yang diperlukan untuk fungsi reproduksi laki-laki.

Pubertas dan regulasi mulainya.

Selama sepuluh tahun pertama kehidupan, anak laki-laki hampir tidak mensekresi gonadotropin dan karenanya hamper tidak ada testoteron. Kemudian pada usia sekitar 10 tahun, kelenjar hipofisis anterior mulai mensekresi gonadotropin dalam jumlah yang progresif meningkat dan ini di ikuti oleh peningkatan fungsi testis yang berhubungan. Dengan mencapai usia kapasitas seksual dewasa penuh. Masa perubahan ini dinamakan pubertas.

Penyebab mulainya peburtas mungkin sebagai berikut : selama masa kanak-kana, hiputalamus tidakmenyekresi ‘luteizing hormone – releasing hormon’ dalam jumlah yang bermakna. Karena jumlah testoteron yang sangat sedikit menghambat pembentukannya oleh hipotalamus anak-anak. Sehingga, testis juga tetap tertekan secara persisten. Tetapi dengan alasan yang belum diketahui, hipotalamus kehilangan sensitivitas inhibisi ini pada waktu pubertas, yang memungkinkan mekanisme sekresi mengembangkan aktivitas penuh. Jadi pubertas dianggap akibat proses yang mematangkan pusat pengatur seksual hipotalamus.

The male sexual response includes erection and orgasm accompanied by ejaculation of semen. Orgasm is followed by a variable time period during which it is not possible to achieve another erection.

Three hormones are the principle regulators of the male reproductive system. Follicle-stimulating hormone (FSH) stimulates spermatogenesis; luteinizing hormone (LH) stimulates the production of testosterone; and testosterone

Page 19: Fung Sire Pro Duk Sip Ria

stimulates the development of male secondary sex characteristics and spermatogenesis.