fraktur tertutup femur dextra sepertiga distal

10
Fraktur Tertutup Femur Dextra Sepertiga Distal Abstrak Fraktur tulang adalah keadaan di mana terjadi disintegritas tulang atau pat kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang leng fragmen tulang bergeser. Fraktur dapat dibedakan dan diklasifikasikan berdasarka tulang dengan jaringan di sekitarnya menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuk dibedakan berdasarkan bentuk patahan tulang. Antara gejala klasik fraktur adalah rasa nyeri, bengkak, deformitas dan gangguan fungsi muskuloskeletal pada bagian Komplikasi fraktur termasuk sindrom emboli lemak, sindrom kompartemen, nekrosis dan osteomyelitis. Pada fraktur tertutup, penatalaksanaan yang utama adalah reposisi dan immobilisasi. Kata kunci: fraktur, fraktur tertutup, reposisi, immobilisasi Abstract A bone fracture is a medical condition in which there is a break in the co bone. Fractures can occur in any bone in the body. Fractures can be classified i fracture and open fracture, depending on whether or not the fractured bones mak with the outer surroundings. Among the classical signs of fracture are deformities especially at around the affected area. The complications of bone fracture include fatty emboli syndrome, compartment syndrome, avascular necrosis dan osteomyeli important therapy for closed bone fracture includes reposition and immo fractured bone. Keywords: fracture, closed fracture, reposition, immobilisation 1

Upload: angela-mitchelle-nyangan

Post on 04-Nov-2015

111 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Blok 14 Muskuloskeletal

TRANSCRIPT

Fraktur Tertutup Femur Dextra Sepertiga Distal

AbstrakFraktur tulang adalah keadaan di mana terjadi disintegritas tulang atau patahan pada kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser. Fraktur dapat dibedakan dan diklasifikasikan berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di sekitarnya menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka selain dapat dibedakan berdasarkan bentuk patahan tulang. Antara gejala klasik fraktur adalah riwayat trauma, rasa nyeri, bengkak, deformitas dan gangguan fungsi muskuloskeletal pada bagian yang terlibat. Komplikasi fraktur termasuk sindrom emboli lemak, sindrom kompartemen, nekrosis avaskular, dan osteomyelitis. Pada fraktur tertutup, penatalaksanaan yang utama adalah reposisi dan immobilisasi. Kata kunci: fraktur, fraktur tertutup, reposisi, immobilisasiAbstractA bone fracture is a medical condition in which there is a break in the community of the bone. Fractures can occur in any bone in the body. Fractures can be classified into closed fracture and open fracture, depending on whether or not the fractured bones make any contact with the outer surroundings. Among the classical signs of fracture are pain, swelling and deformities especially at around the affected area. The complications of bone fracture include fatty emboli syndrome, compartment syndrome, avascular necrosis dan osteomyelitis. The most important therapy for closed bone fracture includes reposition and immobilisation of the fractured bone. Keywords: fracture, closed fracture, reposition, immobilisation

PendahuluanFraktur adalah keadaan di mana terjadi disintegritas tulang atau patahan pada kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser. Penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur. Fraktur dapat terjadi di semua bagian tulang pada tubuh, seperti os femur. Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung; kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari ketinggian. Antara hal yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur adalah trauma atau peristiwa kekerasan dan keadaan patologis. Pada saat pasien datang dengan adanya fraktur pada bagian di tubuh badannya, diagnosis dapat dipastikan dengan melakukan anamnesis singkat yang rinci dan disertai dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat mendukung diagnosis agar dapat dilakukan penatalaksanaan yang sesuai dan efektif. 1Makalah ini akan membahas tentang penyebab terjadinya fraktur, klasifikasi fraktur berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di sekitarnya dan bentuk patahan tulang, gejala gejala fraktur, komplikasi dan penanganannya . Anamnesis dan Pemeriksaan Pada anamnesis ditanyakan mengenai riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian lain yang berhubungan dengan cedera tersebut, riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat obatan yang diambil pasien, riwayat alergi dan riwayat penyakit lain. Pada umumnya sewaktu pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal penting, yaitu inspeksi (look) diperhatikan ada atau tidak deformitas , palpasi (feel) pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, dan gerakan (move) untuk menilai ada atau tidak keterbatasan pada pergerakan sendi yang berdekatan dengan lokasi fraktur. 2Seorang laki laki, 18 tahun, dibawa ke UGD RS dengan keluhan sakit pada kaki kanannya setelah mengalami kecelakaan sepeda motor satu jam yang lalu. Laki laki tersebut mengalami kesakitan pada tungkai atas kanan sendi lutut. Laki laki tersebut tidak dapat berdiri dan merasa kesakitan ketika berusaha mengangkat pahanya. Pada pemeriksaan fisik, didapati tanda tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh berada dalam batas normal. Pada regio femur dextra sepertiga distal tampak edema, hematom, deformitas, krepitasi (+), nyeri tekan (+), pulsasi distal teraba dan tidak melemah, dan gerakan tungkai terbatas. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain laboratorium meliputi darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa Pemeriksaan radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two: dua gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral, memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur, memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak) dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan. 2Pengertian FrakturFraktur adalah keadaan di mana terjadi disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur. Fraktur juga dapat diertikan sebagai suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser. Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung; kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari ketinggian. Patah pada daerah ni dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok. 1EtiologiAntara hal yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur adalah peristiwa trauma atau kekerasan. Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan.1 Patah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau mengiring. Kekerasan tidak langsung pula menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan, terutama bagian yang paling lemah dalam hantaran vector kekerasan. Sebagai contoh, apabila seseorang terjatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu, akan terjadi patahan pada tulang tumit dan juga os tibia dengan kemungkinan turut mengalami kepatahan pada tulang paha dan tulang belakang. Demikian pula apabila terjatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga dapat menyebabkan patah pergelangan tangan dan tulang lengan bawah. Kekerasan akibat tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. 1 2 Keadaan patologis seperti kelelahan atau stress fraktur dan kelemahan pada tulang juga dapat menyebabkan fraktur. Fraktur terjadi akibat kelelahan apabila seseorang melakukan aktivitas berulang ulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat dari biasanya menyebabkan tulang mengalami perubahan struktural. Fraktur akibat kelemahan tulang dapat terjadi disebabkan oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang seperti osteoporosis dan tumor pada tulang. Tekanan yang paling kecil saja dapat menyebabkan terjadinya fraktur pada daerah tulang yang rapuh. 1Klasifikasi FrakturFraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di sekitarnya dan bentuk patahan tulang. 1Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di sekitarnya, fraktur dapat dibagi menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Pada fraktur tertutup atau closed fracture, tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pada fraktur terbuka atau open fracture, terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka dapat terbagi atas tiga derajat seperti yang terdapat pada tabel No. 1 berikut. 1, 3 Tabel No 1. Derajat pada Fraktur Terbuka1DerajatDeskripsi

Ii. Luka < 1 cmii. Kerusakan jaringan lunak sedikit dan tiada tanda luka remukiii. Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau komunitif ringaniv. Kontaminasi minimal

IIi. Luka > 1 cmii. Kerusakan jaringan lunak tetapi tidak luas dan terdapat avulseiii. Fraktur komunitif sedangiv. Kontaminasi sedang

III (A)i. Luka > 10 cm ii. Fraktur sangat kominutifiii. Otot banyak rusak iv. Kulit masih dapat menutup luka

III (B)i. Kehilangan jaringan lunakii. Fraktur tulang terpapar / komunitif massifiii. Kulit tidak dapat menutup luka

III (C)i. Luka pada pembuluh arteri atau saraf perifer

Gambar 1. Gambaran Fraktur Terbuka dan Fraktur Tertutup 1Fraktur juga dapat terbagi berdasarkan bentuk patahan tulang. Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjag tulang atau bentuknya melintang dari tulang dan kebiasaannya mudah dikontrol dengan pembidaian gips. Fraktur spiral pula adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi ekstremitas atau pada alat gerak dan hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak. Fraktur oblik adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring di mana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang dan fraktur segmental adalah dua fraktur yang terletak berdekatan pada satu tulang di mana terdapat segmen tulang yang retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen dari suplai darah. Fraktur komunitif mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang. Greenstick fracture adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak anak. Fraktur impaksi adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada di antaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Terakhir adalah fraktur fissura, yaitu fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti; fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi. 1,3-4

Gambar 2. Fraktur Berdasarkan Bentuk Patahan Tulang 1

Manifestasi KlinikGejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler. Apabila terdapat gejala gejala tersebut secara klinis diagmosis fraktur dapat ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya belum dapat ditentukan.1,5 Pada deformitas, daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya dan perubahan keseimbangan dan kontour terjadi seperti rotasi pemendekan tulang dan penekanan tulang. Bengkak, yaitu edema yang muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravakuasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur. Gejala klinik yang lain adalah spasme otot involuntir dekat fraktur, tenderness, kehilangan sensasi atau mati rasa yang berkemungkinan terjadi akibat dari rusaknya saraf atau perdarahan, pergerakan abnormal atau terbatas, dan nyeri yang mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. 1,5-6

Komplikasi FrakturKomplikasi pertama adalah sindrom emboli lemak yang merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelembung lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh pembuluh darah pulmonari yang menyebabkan kesukaran bernafas. Gejala dari sindrom ini mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental, takikardi, demam dan ruam kulit petikie. 4-5Kedua adalah compartment syndrome. Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan seterusnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka dan rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius dan ulna). 7Seterusnya adalah nekrosis avaskular atau nekrosis aseptik yang dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intraskapular femur, saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Komplikasi ini mencakup proses yang terjadi dalam periode yang lama, penderita mungkin tidak akan merasakan gejalanya. 7Komplikasi fraktur yang lain adalah osteomyelitis, yaitu infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskuler memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar. 7Penatalaksanaan Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Pada anak-anak reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan remodeling. Penatalaksanaan umum fraktur meliputi menghilangkan rasa nyeri, menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur agar terjadi penyatuan tulang kembali untuk mengembalikan fungsi seperti semula. 1Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat dilakukan imobilisasi, (tidak menggerakkan daerah fraktur) dan dapat diberikan obat penghilang nyeri. Teknik imobilisasi dapat dilakukan dengan pembidaian atau gips. Bidai dan gips tidak dapat pempertahankan posisi dalam waktu yang lama; diperlukan teknik seperti pemasangan traksi kontinu, fiksasi eksteral, atau fiksasi internal. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan mengecilnya otot dan kakunya sendi maka diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin. 1 ,7 Beberapa penatalaksanaan fraktur secara ortopedi meliputi proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi, imobilisasi dengan fiksasi, reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi, reposisi dengan traksi, reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar, reposisi secara nonoperatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif, reposisi secara operatif dikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna, dan eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis.1Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi digunakan pada penanganan fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan kecacatan dikemudian hari. Contoh adalah pada fraktur kosta, fraktur klavikula pada anak-anak, fraktur vertebrae dengan kompresi minimal. 7Pada imobilisasi dengan fiksasi dilakukan imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting. 1,5Tindakan reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada fraktur radius distal. Reposisi dengan traksi dilakukan terus-menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa minggu, kemudian diikuti dengan imobilisasi. Tindakan ini dilakukan pada fraktur yang bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi kembali dalam gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat, misalnya fraktur femur. 5Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar dilakukan untuk fiksasi fragmen patahan tulang, dimana digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di kulit luar. Beberapa indikasi pemasangan fiksasi luar antara lain fraktur dengan rusaknya jaringan lunak yang berat (termasuk fraktur terbuka), dimana pemasangan internal fiksasi terlalu berisiko untuk terjadi infeksi, atau diperlukannya akses berulang terhadap luka fraktur di sekitar sendi yang cocok untuk internal fiksasi namun jaringan lunak terlalu bengkak untuk operasi yang aman, asien dengan cedera multiple yang berat, fraktur tulang panggul dengan perdarahan hebat, atau yang terkait dengan cedera kepala fraktur dengan infeksi. 7Reposisi dilakukan secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara operatif, misalnya reposisi patah tulang pada fraktur kolum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif dengan meja traksi, setelah tereposisi, dilakukan pemasangan prosthesis secara operatif pada kolum femur. 1Reposisi secara operatif dikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna dilakukan, misalnya pada fraktur femur, tibia, humerus, atau lengan bawah. Fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa juga plat dengan skrup di permukaan tulang. Keuntungan reposisi secara operatif adalah dapat dicapai reposisi sempurna, dan bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak diperlukan pemasangan gips lagi dan segera bisa dilakukan imobilisasi. Indikasi pemasangan fiksasi interna adalah fraktur tidak bisa di reduksi kecuali dengan operasi, fraktur yang tidak stabil dan cenderung terjadi displacement kembali setelah reduksi fraktur dengan penyatuan yang buruk dan perlahan (fraktur femoral neck), fraktur patologis, fraktur multiple dimana dengan reduksi dini bisa meminimkan komplikasi, fraktur pada pasien dengan perawatan yang sulit (paraplegia, pasien geriatri). Eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis dilakukan pada fraktur kolum femur. Caput femur dibuang secara operatif dan diganti dengan prosthesis. Tindakan ini diakukan pada orang tua yang patahan pada kolum femur tidak dapat menyambung kembali. 1KesimpulanFraktur adalah keadaan di mana terjadi disintegritas tulang atau patahan pada kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser. Pada kasus ini, laki laki tersebut yang mengeluh sakit pada kaki kanannya setelah mengalami kecelakaan sepeda motor satu jam sebelumnya dan mengalami kesakitan pada tungkai atas kanan sendi lutut menyebabkannya tidak dapat berdiri dan merasa kesakitan ketika berusaha mengangkat pahanya. Laki laki ini didiagnosis mengalami fraktur tertutup femur dextra sepertiga distal. Fraktur terbagi atas dua; fraktur tertutup dan fraktur terbuka berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di sekitarnya selain dapat dibedakan berdasarkan bentuk patahan tulang. Beberapa gejala seperti rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler dapat membantu menegakkan diagnosis fraktur. Penatalaksanaan yang cepat dan tepat harus dilakukan untuk memulihkan fraktur agar tidak menimbulkan komplikasi yang dapat mengganggu aktivitas seharian seseorang.

Daftar Pustaka1. Williams NS, Bulstrode CJK, OConnel PR. Bailey and love short practice of surgery. 26th ed. London: CRC Press; 2010.p.364 792. Isbagio H, Setiyohadi B. Anamnesis dan pemeriksaan fisis penyakit muskuloskletal. Dalam: Sudoyo AW, Idrus A, editors. Buku ajar penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 2447-8.3. Simbardjo, Djoko. Fraktur ekstremitas bawah. Dalam: Pusponegoro AD, Kartono D, editors. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher. h.496-9.4. Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harissons principles of internal medicine. 18th ed. London:McGraw Hill; 2012.p.4145 67.5. Langamore M, Wilkinson IB, Wallin E, Baldwin A. Oxford handbook of clinical medicine. 9th ed. New York: Oxford University Press; 2014.p.540 53. 6. Maxwell RW. Quick medical reference. 6th ed. New York:Maxwell Publishing Company; 2011.p.56 63.7. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins basic pathology. 9th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2013.p.766 79.

1