fraktur femur sepertiga tengah

49
PENDAHULUAN Trauma merupakan suatu keadaan di mana seseorang mengalami cedera oleh salah satu sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industry, olah raga, dan rumah tangga. Setiap tahun 60 juta penduduk di Amerika Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis. Didapatkan 300 ribu orang di antaranya menderita kecacatan yang bersifat menetap (1%) dan 8,7 juta orang menderita kecacatan sementara (30%). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian sebanyak 145 ribu orang pertahun (0,5%). Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orang pertahun. 1 Berdasarkan data di atas maka desakan untuk memperbaiki/meningkatkan cara dan system penanggulangan penderita gawat darurat sekarang sangat dirasakan. Untuk meningkatkan kemampuan penanggulangan trauma di rumah sakit, di Indonesia saat ini diadakan kursus Advanced Trauma Life Support (ATLS). 1 I. Advanced Trauma Life Support (ATLS) Pengelolaan penderita yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian. Pada penderita trauma, waktu sangat penting, karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksankan. Proses ini dikenal dengan Initial assessment (penilaian awal) dan meliputi : 2 1

Upload: resa-aini

Post on 16-Apr-2015

213 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

paper fraktur femur

TRANSCRIPT

Page 1: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

PENDAHULUAN

Trauma merupakan suatu keadaan di mana seseorang mengalami cedera oleh salah satu

sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industry, olah raga, dan rumah

tangga. Setiap tahun 60 juta penduduk di Amerika Serikat mengalami trauma dan 50%

memerlukan tindakan medis. Didapatkan 300 ribu orang di antaranya menderita kecacatan yang

bersifat menetap (1%) dan 8,7 juta orang menderita kecacatan sementara (30%). Keadaan ini

dapat menyebabkan kematian sebanyak 145 ribu orang pertahun (0,5%). Di Indonesia kematian

akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orang pertahun.1

Berdasarkan data di atas maka desakan untuk memperbaiki/meningkatkan cara dan

system penanggulangan penderita gawat darurat sekarang sangat dirasakan. Untuk meningkatkan

kemampuan penanggulangan trauma di rumah sakit, di Indonesia saat ini diadakan kursus

Advanced Trauma Life Support (ATLS).1

I. Advanced Trauma Life Support (ATLS)

Pengelolaan penderita yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan pengelolaan

yang tepat guna menghindari kematian. Pada penderita trauma, waktu sangat penting, karena itu

diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksankan. Proses ini dikenal dengan Initial

assessment (penilaian awal) dan meliputi : 2

1. Persiapan

2. Triase

3. Primary Survey (ABCDE)

4. Resusitasi

5. Tambahan terhadap Primary Survey dan Resusitasi

6. Secondary Survey, pemeriksaan Head to Toe dan anamnesis

7. Tambahan terhadap Secondary Survey

8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan

9. Penanganan Definitif

1

Page 2: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

ATLS dapat digunakan sebagai panduan dalam melakukan penilaian dan resusitasi

penderita trauma. Harus ada keijakan dalam menerapkan prosedur yang diperlukan, karena tidak

semua prosedur perlu diterapkan pada satu penderita.

I.1. Persiapan

Persiapan penderita sebaiknya berlangsung dalam 2 fase yang berbeda. Fase pertama

adalah fase pra-rumah sakit (pre-hospital), di mana seluruh penanganan penderita sebaiknya

berlangsung dalam koordinasi dengan dokter di rumah sakit. Fase kedua adalah fase rumah sakit

(hospital) di mana dilakukan persiapan untuk menerima penderita, sehingga dapat dilakukan

resusitasi dalam waktu cepat.

I.1.1. Fase Pra-Rumah Sakit

Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan petugas lapangan akan

menguntungkan penderita. Sebaiknya rumah sakit sudah diberitahukan sebelum penderita mulai

diangkat dari tempat kejadian. Pemberitahuan ini memungkinkan rumah sakit mempersiapkn

Tim Trauma sehingga sudah siap saat penderita sampai di rumah sakit. Pada fase pra-rumah sakit

titik berat diberikan pada penjagaan airway, control perdarahan dan syok, imobilisasi penderita

dan segera ke rumah sakit terdekat yang fasilitasnya cocok, dan sebaiknya ke suatu pusat trauma

yang diakui.

Waktu di tempat kejadian yang lama harus dihindari. Yang juga penting adalah

mengumpulakan keterangan yang nanti dibutuhkan di rumah sakit, seperti waktu kejadian, sebab

kejadian, dan riwayat penderita. Mekanisme kejadian dapat menerangkan jenis dan berat

perlukaan.2

I.1.2. Fase Rumah Sakit

Harus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba. Sebaiknya ada ruangan/daerah

khusus resusitasi untuk pasien trauma. Perlengkapan Airway (laringoskop, endoktrakeal tube dan

sebagainya) sudah dipersiapkan, dicoba, dan diletakkan di tempat yang mudah terjangkau.

Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan disipakan dan diletkkan pada tempat yang mudah 2

Page 3: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

dicapai. Perlengkapan monitoring yang diperlukan sudah dipersiapkan. Suatu system

pemanggilan tenaga medic tambahan sudah harus ada, demikian juga tenaga laboratorium dan

radiologi. Juga dipersiapkan formulir rujukan ke pusat trauma, serta proses rujukannya.

Semua tenaga medic yang yang berhubungan dengan penderita harus dihindari dari

kemungkinan penularan penyakit menular, terutama hepatitis dan AIDS. Centre of Disease

Control dan pusat kesehatan lain sangat menganjurkan pemakaian alat-alat protektif seperti

masker, kaca mata, naju kedap air, sepatu dan sarung tangan kedap air, bila ada kontak dengan

cairan tubuh penderita.2

I.2. Triase

Triase adalah cara pemilihan penderita berdasarakan kebutuhan terapi dan sumber daya

yang tersedia. Terapi didasarkan pada priorotas ABC (Airway dengan control vertebra servikal),

Breathing, dan Circulation dengan control perdarahan.

Triase juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah sakit yang akan

dirujuk, merupakan tanggung jawab bagi tenaga pra-rumah sakit untuk mengirim ke rumah sakit

yang sesuai.

Dua jenis keadan triase dapat terjadi :

a. Multiple Casualties

Musibah masssal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melampaui

kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita dengan masalah yang mengncam

jiwa dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu.

b. Mass Casualties

Musibah massal dengan junmlah penderita dan beratnya luka melampaui kemampuan

rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita

dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan

dan tenaga paling sedikit.2

3

Page 4: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

I.3. Primary Survey

Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis perlukaan, tanda-

tanda vital, dan mekanisme trauma. Pada penderita yang terluka parah, terapi diberikan

berdasarkan prioritas. Tanda vital penderita harus dinilai secara cepat dan efisien. Pengelolaan

penderita berupa primary survey yang cepat dan kemudian resusitasi, secondary survey dan

akhirnya terapi definitive. Proses ini mrupaan ABC-nya trauma, dan berusaha untuk mengenali

keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut :

A : Airway, menjaga airway dengan control servikal (cervical spine control)

B : Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi

C : Circulation, dengan control perdarahan (hemorrhage control)

D : Disability : status neurologis

E : Exposure/environmental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermi

Selama primary survey, keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali, dan

resusitasinya dilakukan pada saat itu juga. Tindakan primary survey di atas adalah dalam bentuk

beruruta (sekuensial) namun dalam prakteknya hal-ha di atas sering dilakukan bersamaan

(simultan).

Prioritas pada penderita anak pada dasarnya sama dengan dewasa. Walaupun jumlah

darah, cairan obat, ukuran anak, kehilangan panas, dan pola perlukaan dapat berbeda, namun

prioritas penilaian dan resusitasi adalah sama seperti orang dewasa.

Prioritas pada orang hamil sama seperti tidak hamil, akan tetapi perubahan anatomis

dan fisiologis dalam kehmailan dapat mengubah respon penderita hamil terhadap trauma.

Penting untuk survival ibu dan anak adalah pengenalan dini adanya kehamilan yang dapat

dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium (HCG), dan penilaian dini terhadap janin.

Resusitasi pada usia tua perlu mendapat perhatian khusus, karena cadangan

fisiologis penderita berkurang sebanding pertambahan umur. Kemamppuan bertahan orang tua

terhadap trauma akan berkurang karaena adanya penyakit jantung, paru-paru dan metabolic yang 4

Page 5: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

kronis. Penyakit penyerta seperti DM, PPOM, penyakit coroner, penyakit hati dan gangguan

vascular akan ditemukan lebih sering, dan akan memperberat keadaan. Pemakaian jangka

panjang obat-obatan mungkin merubah respon terhadap trauma. 2

I.3.1. Airway, dengan Kontrol Servikal (Cervical Spine Control)

Nilai kelancaran jalan nafas. Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh

benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibular atau maksila, fraktur laring atau trakea.

Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi vertebra servikal. Dalam hal ini dapat

dimulai dengan melakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat

dianggap bahwa jalan nafas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus

tetap dilakukan.

Penderita dengan gangguan kesadaran atau GCS sama atau kuramg dari 8 biasanya

memerlukan pemasangaan airway definitive. Adanay gerakan motoric yang tak bertujuan,

mengindikasikan perlunya perlunya airway definitive.

Selama memeriksa dan memperbaiki airway, harus diperhatikan bahwa tidak

dilkaukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher. Kecurigaan adanya kelainan vertebra servikalis

didasarkan pada riwayat perlukaan; pemeriksaan neurologis tidak sepenuhnya dapat

menyingkirkannya.

Dalam keadaan kecurigaan fraktur servikal, harus dipakai alat imobilisasi. Bila alat

imobilisasi ini harus dibuka untuk sementara, maka terhadap kepala harus dilkaukan imobilisasi

manual. Alat imobilisasi ini harus dipakai sampai kemungkinana fraktur servikal dapat

disingkirkan.

Proteksi vertebra sevikal (serta spinal cord) merupakan hal penting. Foto servikal

dapat dilakukan setelah keadaan yang mengancam nyawa telah dilakukan resusitasi. Anggaplah

ada fraktur servikal pada setiap penderita multi-trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran

atau perlukaan di atas klavikula.

5

Page 6: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Harus dilakukan segala usaha untuk menjaga jalan nafas dan memasang irway

definitive bila diperlukan. Penting untuk mengenali kemungkinan gangguan airway yang dapat

terjadi kemudian, dan ini hanya dapat dikenali dengan re-evaluasi berulang terhadap airway ini.2

I.3.2. Breathing dan Ventilasi

Airway yang baik tidak menjamin ventilas yang baik. Pertukaran gas yang terjadi

pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari

tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.

Setiap komponen ini harus dievaluasi secara cepat.

Dada penderita harus dibuka untuk meihat ekspansi pernafasan. Auskultasi

dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru. Perkusi dilakukan untuk menilai

adanya udara atau darah dalam rongga pleura. Inspeksi dan palpasi dapat memerlihatkan

kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi.

Perlukaan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension

pneumothoraks, flail chest dengan kontusio paru, dan open pneumothoraks. Keadaan-keadaan ini

harus dikenali pada saat dilakukan primary survey. Hemato-thorkas, simple pneumothoraks,

patahnya tulang iga dan kontusio paru mengganggu ventilasi paru dalam derajat yang lebih

ringan dan harus dikenali pada saat melakukan secondary survey.2

I.3.3. Circulation dan Kontrol Perdarahan

I.3.3.1. Volume darah dan cardiac output

Perdarahan merupakan sebab utama kematian pasca-bedah yang mungkin dapat di

atasi dengan terapi yang cepat dan tepat di rumah sakit. Suatu keadaan hipotensi pada penderita

trauma harus dianggap disebabkan oleh hipovolemia, sampai terbukti sebaliknya. Dengan

demikian maka diperlukan penilaian yang cepat dari status hemodinamik penderita. Ada 3

penemuan klinis yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan

hemo-dinamik ini, yaitu tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi.

6

Page 7: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

a. Tingkat kesadaran

Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang akan

mengkibatkan penurunan kesadaran (jangan dibalik : penderita yang sadar belum

tentu normovolemik).

b. Warna kulit

Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Penderita trauma yang

kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang yang dalam

keadaan hipovolemia. Sebaliknya, wajah pucat keabu-abuan dan kulit

ekstremitas yang pucat, merupakan tanda hipovolemia.

c. Nadi

Perikas pada nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri karotis (kiri-

kanan), untuk kekuatan nadi, kecepatan, dan irama. Nadi yang tidak cepat, kuat

dan teratur biasanya merupakan tanda normo-volemia. Nadi yang cepat dan kecil

merupakan tanda hipovolemia, walaupun dapat disebabkan keadaan yang lain.

Kecepatan nadi yang normal bukan jaminan bahwa nrmo-volemia. Nadi yang

tidak teratur biasanya merupakan anda gangguan jantung. Tidak ditemukannya

pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi segera.2

I.3.3.2. Perdarahan

Perdarahan nadi arteri luar harus dikelola pada primary survey. Perdarahan eksternal

dihentikan dengan penekanan pada luka. Spalk udara (pneumatic splinting device) juga dapat

digunakan untuk mengontrol perdarahan. Spalk jenis ini harus tembus cahaya untuk dapat

dilakukan pengawasan perdarahan. Tourniquet sebaiknya jangan dipakai karena merusak

jaringan dan menyebabkan iskemia distal, sehingga tourniquet hanya dipakai bia ada amputasi

traumatic.

Pemakaian hemostat memerlukan waktu dan dapat merusak jaringan seperti syaraf

dan pembuluh darah. Sumber perdarahan internal (tidak telihat) adalah perdarahan dalam rongga

7

Page 8: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

toraks, abdomen, sekitar fraktur dari tulang panjang, retro-peritoneal akibat fraktur pelvis, atau

sebagai akibat dari luka tembus dada/perut.

I.3.4. Disability (Neurologic Evaluation)

Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.

Yang dinilai adalah :

- Tingkat kesadaran

- Ukuran dan reaksi pupil

- Tanda-tanda lateralisasi

- Tingkat/level cedera spinal

GCS adalah system skoring yang sederhana dan dapat meramal outcome penderita.

Bila belum dilkaukan pda survey primer, harus dilkukan pada secondary survey pada saat

pemeriksaan neurologis.

Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi dan/atau penurunan

perfusi ke otak, atau disebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan kesadaran menuntut

dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi.

Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran penderita. Walaupun

demiikian bila sudaj disingkirkan kemungkinan hipoksia atau hipovolemia sebagai sebab

penurunan kesadaran, maka trauma kapitis dianggap sebagai penyebab penurunan kesadaran dan

bukan alkoholisme sampai terbukti sebaliknya.2

I.3.5. Exposure/Kontrol Lingkungan

Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiaannya, sering dengan cara menggunting,

guna memeriksa dan evaluasi penderita.setelah pakaian dibuka, selimuti penderita gar tidak

kedinginan. Harus dipakaikan selimut hangat, ruangan cukup hangat, dan diberikan cairan intra-

vena yang sudah dihangatkan.

8

Page 9: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

I.4. Resusitasi

Resusitasi yang agresif dan pengelolaan cepat pada kasus yang mengancam nyawa

merupakan hal yang mutlak bila ingin penderita tetap hidup.

I.4.1 Airway

Airway harus dijaga dengan baik pada semua penderita. Jaw thrust atau chin lift

dapat dipakai. Pada penderita yang masih sadar dapat dipakai naso-pharingeal airway. Bila

penderita tidak sadar dan tidak ada gag reflex, dapat dipakai oro-pharyngeal airway. Bila ada

keraguan mengenai kemampuan menjaga airway, lebih baik memasang airway definitive.

I.4.2. Breathing/ventilasi/oksigenasi

Kontrol jalan nafas pada penderita yang airway nya terganggu karena factor

mekanik, ada gangguan ventilasi, atau ada gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi

endotrakeal, baik oral maupun nasal. Prosedur ini dilakukan dengan kontrol terhadap vertebra

servikal. Surgical way (cricothyroidotomy) dilakukan bila intubasi endo-trakeal tidak

memungkinkan karena kontra indikasi atau karena masalah tekhnis.

Tension pneumothoraks akan sangat mengganggu ventilasi, dan bila curiga adanya

keadaan ini, harus segera dilkaukan dekompresi. Setiap penderita trauma diberikan oksigen. Bila

tanpa intubasi sebaiknya oksigen diberikan dengan face-mask. Pemakaian pulse oximeter baik

untuk menilai saturasi O2 yang adekuat. 2

I.4.3. Circulation (dengan kontrol perdarahan)

Lakukan control perdarahan dengan tekanan langsung atau secara operatif. Bila ada

gangguan sirkulasi, pasang sedikitnya 2 IV line. Awalnya sbaiknya mnggunakan vena pada

lengan. Jalur IV line lain seperti vena seksi, atau vena sentralis tergantung kemampuan petugas

yang melayani. Perbaikan volum sirkulasi dengan cara pemberian cairan yang agresif tidak dapat

menggantikan proses penghentian (control) perdarahan, baik manual maupun operatif.

Pada saat datang, penderita diinfus cepat dengan 2-3 liter cairan kristaloid,

sebaiknya Ringer Lactat. Bila tidak ada respon degna pemberian bolus kristaloid tadi, diberikan

9

Page 10: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

diberikan darah segolongan. Jangan terapi syok hipovolemik dengan operatif untuk

menghentikan perdarahan.

Hipotermia dapat terjadi pada penderita yang diberikan ringer laktat yang tidak

dihangatkan atau darah yang masi dingin, atau bila penderita juga dalam keadaan kedinginan

karena tidak diselimuti. 2

I.5. Tambahan Pada Primary Survey dan Resusuitasi

I.5.1. Monitor EKG

Dipasang pada semua penderita trauma. Disritmia (termasuk takikardi yang tidak

diketahui sebabnya) fibrilasi atrium atau ekstra-sistol dan perubahan segmen ST dapat

disebabkan kontusio jantung Pulseless Electrical Activity (PEA, dulu disebut Disosiasi olektro

mekanikal) mungkin disebabkan tamponade jantung, tension pneumothoraks, dan/atau

hipovolemi berat. Bila ditemukan bradikardi ataupun ekstra sistol harus segera dicurigai adanya

hipoksia dan hipoperfusi. Hipotermia yang berat juga dapat menyebabkn disritmia.

I.5.2 Kateter urin dan lambung

a. Kateter uretra

produksi urin merupakan indicator yang peka untuk menilai keadaan perfusi ginjal

dan hemodinamik. Kateter urin jangan dipasang bila ada dugaan rupture uretra, yang

ditandai :

1. Darah di orifisium uretra eksterna

2. Hematom di skrotum atau perineum

3. Pada colok dubur, prostat letak tinggi atau tidak teraba

4. Adanay fraktur pelvis

Artinya pemasangan kateter urin tidak boleh dilakukan sebelum pemeriksaan genital

dan colok dubur. Bila curiga rupture uretra, urerogram terlebih dahulu.

10

Page 11: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

b. Kateter lambung

Untuk mengurangi distensi lambung dan mengurangi kemungkinan muntah. Bila

lamina kribrosa patah aau diduga patah, kateter lambung harus dipasang melalui mulut

untuk mencegah masuknya NGT daam rongga otak. Dalam keadaan ini semua pipa

jangan dimasukkan lewat jalur naso-faringeal.

I.5.3. Monitor

Monitoring hasil resusitasi didasarkan pada penemuan klinis seperti laju nafas, nadi,

tekanan darah, ABG (arterial blood gases), suhu tubuh dan keluaran urin. Hasil pemeriksaan

tersebut didapatkan secepatnya setelah mnyelesaikan survey primer.

a. Laju nafas dan ABG digunakan untuk menilai airway dan breathing.

ETT dapat berubah posisi pada saat penderita berubah posisi. Alat pengukur CO2

yang mnegukur End-Tidal CO2 merupakan cara yang baik untuk menetapkan bahwa

posisi ETT dalam trakea, dan bukan dalam esophagus.

b. Penggunaan Pulse oximetry

Mengukur kadar O2 saturasi. Suatu sensor diletakkan pada ujung jari atau cuping

telinga, dan kemudian mengukur SatO2, biasanya sekaligus tercatat denyut nadi.

c. Pada penilaian tekanan darah harus disadari bahwa tekanan darah merupakan indicator

yang kurang baik guna menilai perfusi jaringan. Jangan puas dengan mendapatkan

tekanan darah normal, tetapi harus dipastikan bahwa perfusi perifer sudah membaik.2

I.6. Secondary Survey

11

Page 12: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Dilakukan setelah primary surveey selesai. Secondary survey adalah pemeriksaan

kepala sampai kaki, termasuk re-evaluasi pemeriksaan tanda vital.

A. Riwayat AMPLE penderita dan mekanisme cedera

1. Dapatkan riwayat AMPLE dari penderita, keluarga, atau petugas pra-rumah sakit

A = alergi

M = medikasi (obat yang diminum saat ini)

P = past illness (penyakit penyerta) / pregnancy

L = last meal

E = event/environment (lingkungan) yang berhubungan dengan kejadian

perlukaan

2. Dapatkan anamnesis sebab cdan meanisme cedera

B. Kepala dan Maksilofasial

1. Penilaian

a. Inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk menemukan adanya laserasi,

kontusi, fraktur dan luka termal

b. Re-evaluasi pupil

c. Re-evaluasi tingkat kesadaran dengan skor GCS

d. Penilaian mata untuk perdarahan, luka tembus, ketajaman penglihatan, dislokasi

lensa, dan adanya lensa kontak

e. Evaluasi syaraf kranial

f. Periksa telinga dan hidung akan adanya kebocoran cairan serebro spinal.

12

Page 13: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

g. Periksa mulut untuk adanya perdarahan dan kebocoran cairan serebro spinal,

perlukaan jaringan lunak dan ggi goyang

2. Pengelolaan

a. Jaga airway,pernafasan dan oksigenasi

b. Control perdarahan

c. Cegah kerusakan otak sekunder

d. Lepaskan lensa kontak

C. Vertebra servikalis dan leher

Penilaian

a. Periksa adanya cedera tumpul atau tajam, deviasi trakea, dan pemakaian otot

pernafasan tambahan

b. Palpasi untuk adanya nyeri, deformitas, pembengkakan, emfisema subkutan,

deviasi trakea, simetri pulsasi

c. Identifikasi//tentukan cedera pada laring, fraktur servikal, kerusakan vascular,

cedera esophagus, gangguan neurologis.

D. Toraks

Inspeksi dari depan dan belakang untuk melihat adanya flail chest atau pneumothoraks.

Palpasi pada tiap iga dan klavikula. Penekanan pada sternum dapat menimbulkan nyeri

bila ada fraktur sternum.

Kontusio dan hematoma pada dinding dada mungkin disertai kelainan dalam rongga

toraks.

13

Page 14: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Bising nafas diperiksa pada bagian atas toraks untuk menentukan pneumotoraks, dan

pada bagian posterior untuk untuk adanya hemotoraks.

Auskultasi dilkaukan untuk mendengarkan bunyi jantung. Bunyi jantung yang jauh

disertai tekanan nadi yang kecil mungkin disebabkan tamponade jantung.

Tamponade jantung ata tension pneumothoraks dapat terlihat dari adanya distensi pada

vena jugularis, walaupun adanya hipovolemi akan meniadakan tanda ini.

Foto toraks dapat menunjukkan adanya hemo atau pneumothoraks. Mediastinum yang

melebar atau menyimpangnya NGT kea rah kanan dapat merupakan tanda rupture aorta.

E. Abdomen

Diagnosis yang tepat pada trauma abdomen tidak terlalu dibutuhkan, yang penting

adalah adanya indikasi untuk operasi. Pada saat penderita baru datang, pemeriksaan

abdomen yang normal tidak menyingkirkan diagnosis perlukaan intraabdomen, karena

gejala mungkin timbul agak lambat. Diperlukan pemeriksaan ulang dan observasi ketat.

Penderita dengan hipotensi yang tidak dapat diterangkan, kelainan neurologis,

gangguan ksadaran karena alcohol dan/atau obat dan penemuan pemeriksaa fisik

abdomen yang meragukan, harus dipertimbangkan diagnostic peritonela lavage (DPL),

USG abdomen, atau bila keadaan umum memungkinkan, pemeriksaan CT-Scan abdomen

dengan kontras.

F. Perineum/Rektum/Vagina

Perineum diperiksa untuk melihat adanya kontusio, hematoma, laserasi, dan perdarahan

uretra.

Colok dubur harus dilakukan sebelum pemasangan kateter uretra.

Harus diteliti kemungkinan adanya darah dari lumen rectum, prostat letak tinggi, adanya

fraktur pelvis, utuh tidaknya dinding rectum, dan tonus musculus sfingter ani.

14

Page 15: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Paa wanita, pemeriksaan colok vagina, dapat menentukan adanya darah dalam vagina

atau laserasi. Juga harus dilakukan tes kehamilan pada semua wanita usia subur.

G. Muskuloskeletal

Ekstremitas diperiksa untk menemukan adanya luka atau deformitas. Fraktur yang

kurang jelas dapat ditegakkan dengan memeriksa adanya nyeri, krepitasi atau

gerakan abnormal

Fraktur pada pelvis dikenal dengan adanya jejas daerah ala ossis ilii, pubis, labia,

atau skrotum. Nyeri pada kompresi kedua SIAS, atau adanya mobilitas pelvis dan

simfisis osis pubis membantu diagnosis. Karena manipulasi pelvis seperti ini

dapat menyebabkan perdarahan, sebaiknya tes kompresi ini dilakukan satu kali

saja oleh ahli bedah.

Penilaian pulsasi dapat menentukan adanya gangguan vascular. Perlukaan berat

pada ekstremitas dapat terjadi tanpa disertai fraktur. Kerusakan ligament dapat

menyebabkan sendi menjadi tidak stabil, kerusakan otot-tendo akan mengganggu

pergerakan.

Gangguan sensasi dan/atau hilangnya kemampuan kontraksi otot dapat

disebabkan kerusakan saraf perifer atau iskemia.

H. Neurologis

1. Penilaian

a. Reevaluasi pupil dan tingkat kesadaran

b. Tentuan skor GCS

c. Evaluasi motoric dan sensorik dari keempat ekstremitas

d. Tentukan adanya tanda lateralisasi

15

Page 16: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

2. Pengelolaan

a. Teruskan ksigenasi dan ventilasi

b. Pertahankan imobilisasi penderita2

I.7. Tambahan Pada Secondary Survey

Dalam secondary survey, mungkin akan dilakukan pemeriksaan diagnostic yang lebih

spesifik misalnya,

a. Foto tambaha daru tuulang belakang serta ekstremitas

b. CT scan kepala, dada, abdomen, spine

c. Urografi dan angiografi

d. USG transesofageal

e. Bronkhoskopi

f. Esofagoskopi dll

Pemeriksaan-pemeriksaan ini seringkali membutuhkan transportasi penderita ke ruangan

yang lain, harus tersedia perlengkapan untuk resusitasi. Semua prosedur di atas jangan dilakukan

sebelum hemodinamik penderita stabil.

I.8. Re-evaluasi

Lakukan evaluasi ulang terus menerus, sehingga gejala yang baru timbul segera dapat

dikenali dan ditangani secepatnya. Penyakit penyerta dapat menjadi nyata. Kewaspadaan yang

tinggi akan memungkinkan diagnosis dini dan terapi segera.

Monitoring tanda vital dan produksi urin penting dilkaukan. Produksi urin pada dewasa

sebaiknya dijaga 0,5 cc/kgBB/jam, pada anak 1 cc/kgBB/jam.

16

Page 17: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Penanganan rasa nyeri merupakan hal yang penting. Pemakaian analgesia yang tepat

diperbolehkan. Golongan opiate dan anxiolitika harus diberikan secara intravena dan sebaiknya

jangan intra-muskular. Obat-obat ini harus diberikan secara hati-hati dan cukup untuk mencapai

analgesia tau menghilangkan ketakutan.

I.9. Terapi Definitif

Untuk keputusan merujuk penderita dapat dipakai Interhospital Triage Criteria. Kriteria

ini memakai data fisiologis penderita, cedera anatomis, mekanisme perlukaan, penyakit penyerta

serta factor-faktor yang dapat mengubah prognosis. Apabila keputusan merujuk penderita telah

diambil, maka harus dipilih rumah sakit terdekat yang cocok untuk penanganan pasien.2

II. Anatomi Femur

Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan

trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi

dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat

lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput.

Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki

tulang pada fovea.3

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah,

belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil)

dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh

penyakit.

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yang

menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista

intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum

quadratum.

17

Page 18: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat

pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera.

Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai

crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.Tepian

lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior

batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah

berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk

daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.

Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior

dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh

permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atas

condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan

langsung dengan epicondylus medialis.4

III. Definisi Fraktur Femur

Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan. Fraktur femur merupakan

iskontinuita femur yang dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal tulang.1

IV. Gambaran Klinis

Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding dengan normal serta

fragmen distal dalam posisi eksorotasi dan aduksi karena empat penyebab:

1) Tanpa stabilitas longitudinal femur, otot yang melekat pada fragmen atas dan

bawah berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian paha yang patah

membengkak.

2) Aduktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas. Fraktur

memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja tanpa ada aksi

antagonis.

18

Page 19: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

3) Beban berat kaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna.

4) Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang fraktur yang

tajam dan paha terisi dengan darah, sehingga terjadi pembengkakan.6,7,8

Selain itu, adapun tanda dan gejalanya adalah :

Nyeri hebat di tempat fraktur

Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

Rotasi luar dari kaki lebih pendek

Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,

kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

V. Klasifikasi Fraktur Femur

Fraktur femur dapat dibagi dalam :

V.1. Frakur Leher Femur1,5

Sering ditemukan pada orang tua terutama wanita umur 60 tahun ke atas disertai tulang

yang osteoporosis.

Mekanisme trauma :

19

Page 20: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Jatuh pada daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang

tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi di mana panggul dalam keadaan fleksi dan

rotasi.

Klasifikasi :

1. Hubungan terhadap kapsul

Ekstrakapsuler

Intrakapsuler

2. Sesuai lokasi

Sub-kapital

Trans-servikal

3. Radiologis

a. Berdasarkan keadaan fraktur

Tidak ada pergeseran fraktur

Fragmen distal, rotasi eksterna, abduksi dan dapat bergeser ke

proksimal

Fraktur impaksi

b. Klasifikasi menurut Garden

Tingkat I : fraktur impoaksi yang tidak total

Tingkat II : fraktur total tapi tidak bergeser

Tingkat III : fraktur total disertai dengan sedikit pergeseran

20

Page 21: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Tingkat IV: fraktur disertai dengan pergeseran yang hebat

c. Klasifikasi menurut Pauwel

Berdasarkan atas sudut inklinasi leher femur.

Tipe I : fraktur dengan garis fraktur 300

Tipe II : fraktur dengan garis fraktur 500

Tipe III : fraktur dengan garis fraktur 700

Pada tipe II dan III tekanan yang dialami oleh daerah fraktur lebih besar

dan prognosisnya jelek.

Patologi :

Kaput femur mendapat aliran darah dari tiga sumber :

1. Pembuluh darah intrameduler di dalam leher femur

2. Pembuluh darah servikal asendens dalam retinaculum kapsul sendi

3. Pembuluh darah dari ligament yang berputar

Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah intrameduler dan pembuluh darah retinaculum selalu

mengalami robekan, bila terjadi pergeseran fragmen. Fraktur transervikal adalah fraktur yang

bersifat intrakapsuler yang mempunyai kapasitas yang sangat rendah dalam penyembuhan karena

adanya kerusakan pembuluh darah, periosteum yang rapuh serta hambatan dari cairan synovia.

Gambaran klinis :

Riwayat jatuh dari ketinggian disertai nyeri pada daerah panggul terutama pda daerah

inguinal depan. Nyeri dan pemendekan anggota gerak bawah dalam posisi rotasi lateral.

Pengobatan :

21

Page 22: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

1. Konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas

2. Terapi operatif

Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan pada penderita fraktur leher femur, karena :

Perlu reduksi yang akurat dan stabil

Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi

Jenis-jenis oprasi :

1. Pemasangan pin

2. Pemasangan plate dan screw

3. Artroplasti; dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun, berupa :

Eksisi artroplasti

Hemiartroplasti

Artroplasti total

V.2. Fraktur Daerah Trokanter1,5,9

Disebut juga fraktur trokanterik (intertrokanterik), adalah semua fraktur yang terjadi

antara trokanter mayor dan minor. Bersifat ekstraartikuler dan sering terjadi pada orang tua di

atas 60 tahun.

Mekanisme trauma :

Terjadi bila penderita jatuh dengan trauma langsung pada trokanter mayor atau pada

trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang terjadi antara trokanter mayor dan minor di

22

Page 23: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

mana fragmen proksimal cendrung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat komunitif

terutama pada korteks bagian posteromedial.

Kalisifikasi :

1. Stabil

2. Tidak stabil

Disebut tidak stabil bila korteks bagian medial remuk dan fragmen besar mengalami

pergeseran terutama trikanter minor.

Fraktur trokanterik diklasifkasikan aats 4 tipe :

Tipe I : fraktur melewati trokanter mayor dan minor tanpa pergeseran

Tipe II : fraktur melewati trokanter mayor disertai pergeseran trokanter

minor

Tipe III : fraktur disertai dengan fraktur spiral femur

Gambaran klinis :

Penderita lanjut usia dengan riwayat trauma pada daerah femur proksimal. Pada

pemeriksaan didapatkan pemendekan anggota gerak bawah disertai rotasi eksterna.

Pemeriksaan radiologis :

Dapat menentukan jenis fraktur dan seberapa jauh pergeseran fraktur.

Pengobatan :

Fraktur tanpa pergeseran dapat dilakukan terapi konservatif dengan traksi. Pada fraktur

trokanterik sebaiknya dilakukan pemasangan fiksasi interna dengan tujuan :

23

Page 24: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

1. Untuk memperoleh fiksasi yang kuat

2. Untuk memberikan mobilisasi yang cepat pada orang tua

V.3. Fraktur Subtrokanter1,5,9

Dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat trauma yang hebat.

Gambaran klinis :

Anggota gerak bawah dalam keadaan rotasi eksterna, memendek dan ditemukan

pembengkakan pada daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan.

Pemeriksaan radiologis :

Dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di bawah trokanter minor. Garis fraktur bias

berifat transversal, oblik, atau spiral dan sering bersifat komunitif. Fragmen proksimal dalam

posisi fleksi sedangkan distal dalam posisi adduksi dan bergeser ke proksimal.

Pengobatan :

Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan dengan

mempergunakan plate dan screw.

V.4. Fraktur Diafisis Femur1,5

Dapat terjadi pada setiap umur, biasanya karena trauma hebat misalnya kecelakaan lalu

lintas atau trauma lain misalnya jatuh dari ketinggian. Femur diliputi oleh otot yang kuat dan

merupakan proteksi untuk tulang femur, tetapi juga dapat berakibat jelek karena dapat menarik

fragmen fraktur sehingga bergeser. Femur dapat pula mengalami fraktur patologis akibat 24

Page 25: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

metastasis tumor ganas. Fraktur femur sering disertai dengan perdarahan masif yang harus selalu

dipikirkan sebagai penyebab syok.

Mekanisme trauma :

Pada pokoknya ini adalah fraktur orang dewasa muda.

Fraktur spiral biasanya disebabkan oleh jatuh dengan posisi kaki tertambat sementara

daya pemuntir ditransmisikan ke femur.

Fraktur melintang dan oblik biasanya akibat angulasi atau benturan langsung, karena itu

ini sering ditemukan dalam kecelakaan sepeda motor.

Pada benturan keras (sering berupa kombinasi kekuatan langung dan tak langsung) frakur

mungkin ersifat kominutif, atau tulang dapat patah pada lebih dari satu tempat (fraktur

segmental).

Meskipun jaringan lunak selalu mengalami cedera dan perdrahan mungkin hebat (dapat

kehilngan darah lebih dari satu liter), otot masih dapat menstabilkan fraktur batang-tengah yang

diterapi dengan traksi. Sebaliknya fraktur pada kedua ujung biasanya sulit dikendalikan.

Gambaran klinik :

Sebagian besar pasien adalah orang dewasa muda. Mungkin datang dalam keadaan syok,

dan pada fraktur tertutup emboli lemak sering ditemukan. Kaki berotasi luar dan mungkin

memendek dan mengalami deformitas. Paha membengkak dan memar.

Pemeriksaan radiolgis :

Dengan foto rontgen dapat ditentukan lokalisasi dan jenis fraktur.

Fraktur dapat terjadi pada setiap bagian batang, tetapi tempat ang plaing sering terjadi

adalah sepertiga bagian tengah. Fraktur dapat bebrbentuk spiral atau melintang, atau mungkin

terdapat fragmen berbentuk segitiga (“kupu-kupu”) yang terpisah pada satu sisi. Pergeseran

25

Page 26: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

dapat terjadi pada setiap arah. Kadan-kadang terdapat dua fragmen melintang, sehingga segmen

femur akan terisolasi.

Pelvis harus selalu difoto dengan sinar-X untuk menghindari terlewatkannya cedera

pinggul atau fraktur pelvis yang menyertai.

Terapi darurat :

Di tempat kecelakaan, syok harus diterapi dan fraktur dibebat sebelum pasien

dipindahkan. Tungkai yang mengalami cedera dapat diikat pada kaki yang satunya atau dengan

bebat yang sesuai. Untuk pengangkutan, idealnya digunakan bebat Thomas: kaki ditarik lurus

dan dilewatkan melalui cincin bebat; kaki yang dipasangi ladam diikat pada persilangan untuk

mempertahankan traksi, dan tungkai serta bebat dibalut bersama-sama dengan erat.

Begitu sampai di rumah sakit dan cocok untuk dioperasi, pasien di anestesi, bebat dilepas

(dilakukan pembersihan luka kalau fraktur itu terbuka) dan diberikan terapi yang pasti.

Pengobatan :

1. Terapi konservatif

Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitive

untuk mengurangi spasme otot.

Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara

klinis

2. Terapi operatif

Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur proksimal dan distal femur

Mempergunkan K-nail, AO-nail, atau jenis-jenis lain baik dengan operasi tertutup

ataupun terbuka. Indikasi K-nail, AO-nail, terutama pada fraktur diafisis.

26

Page 27: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Fiksasi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur komunitif, infected

pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.

Komplikasi :

1. Komplikasi dini :

Syok; dapat terjadi perdarahan sebanyak -2 liter walaupun fraktur bersifat tertutup

Emboli lemak; sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur.

Perlu dilalkukan pemeriksaan gas darah.

Trauma pembuluh drah besar; ujung fragmen tulang menembus jaringan lunak

dan merusak arteri femoralis. Dapat berupa kontusi saja dengan oklusi atau

terpotong sama sekali.

Trauma saraf; trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen daapt disertai

kerusakan saraf yang dapat bervariasi dari neuropraksia samapi aksonotemesis.

Trombo-emboli; penderita dengan tirah baring yang lama misalnya ditraksi di

tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo-emboli.

Infeksi; dapat terjadi pada fraktur terbuka akibat kontaminasi dari luka, infeksi

dapat pula terjadi setelah tindakan operasi.

2. Komplikasi lanjut :

Delayed union; fraktur femur pada orang dewasa mengalami union daam 4

bulan

Nonunion; apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik dicurigai

adanya nonunion dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft

Malunion; bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, maka diperlukan

pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi lebih sering ditemukan.

27

Page 28: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Malunion juga menyebabkan pemendekan pada tungkai sehingga diperlukan

koreksi berupa osteotomy

Kaku sendi lutut; setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan pada

sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi periartikuler atau adhesi

intramuskuler

Refraktur; terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang

solid

V.5. Fraktur Suprakondiler Femur1,5

Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas

metafisis dengan diafisis femur.

Mekanisme trauma :

Fraktur terjadi karena tekanan varus atau valgus disertai kekuatan aksial dan putaran.

Klasifikasi :

1. Tidak bergeser

2. Impaksi

3. Bergeser

4. Komunitif

Pergeseran terjadi pada fraktur oleh karena tarikan otot sehingga pada terapi konservatif

lutut harus difleksi untuk menghilangkan tarikan otot.

Gambaran klinis :

28

Page 29: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Berdasarkan anamnesis ditemukan riwayat trauma yang disertai pembengkakan dan

deformitas pada daerah suprakondiler. Pada pemeriksaan mungkin ditemukan adanya

krepitasi.

Pemeriksaan radiologis ;

Dapat menetukan jenis frakur.

Pengobatan :

1. Terapi konservatif

Traksi berimgbang dengan mempergunakan bidai Thomas

Cast-bracing

Spika panggul

2. Terapi operatif

Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran fraktur yang tidak

dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-plate

dan screw dengan macam-macam tipe yang tersedia.

V.6. Fraktur Suprakondiler Femur dan Fraktur Interkondiler1,5

Fraktur suprakondiler femur sering bersama-sama dengan fraktur interkondiler yang

memberikan masalah pengelolaan yang lebih kompleks.

Klasifikasi :

29

Page 30: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Klasifikasi menurut Neer, Grantham, Shelton :

Tipe I : fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T

Tipe IIA : fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagian metafisis (bentuk Y)

Tipe IIB : sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil

Tipe III : fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler yang tidak total

Pengobatan :

1. Terapi konservatif, seperti pada fraktur suprakondiler dengan indikasi yang sama

2. Terapi operatif, karena fraktur ini bersifat intra-artikuler, maka sebaiknya dilakukan

terapi operatif dengan fiksasi interna yang rigid untuk memperoleh posisi anatomis sendi

dan segera dilakukan mobilisasi

V.7. Fraktur Kondilus Femur1,5

Kalsifikasi :

Tipe I : fraktur kondilus dalam posisi sagittal

Tipe II : fraktur dalam posisi koronal di mana bagian posterior kondilus femur

bergeser

Tipe III : kombinasi antara sagittal dan koronal

Gambaran Klinis :

Terdapat trauma pada lutut disertai nyeri dan pembengkakan . mungkin ditemukan

krepitasi dan hemartrosis sendi lutut.30

Page 31: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Pemeriksaan radiologis :

Sebaiknya dilakukan foto posisi AP, lateral, dan oblik untuk melihat posisi fraktur.

Pengobatan :

1. Terapi konserfativ; pada fraktur yang tidak bergeser dapat dipergunakan pemasangan

gips sirkuler di atas lutut.

2. Terapi operatif; mempergunakan screw agar didapatkan posisi anatomis sendi lutut dan

mobilisasi dapat segera dilakukan

Laporan Kasus

Pasien perempuan usia 25 tahun datang ke IGD RS Achmad Muchtar Bukittinggi dengan

keluhan nyeri pada paha kiri sejak 2 jam sebelum masuk RS.

Primary Survey :

A = clear

B = baik, 22 x/menit, bentuk dan pergerakan dada simetris

31

Page 32: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

C = baik, TD: 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit

D = alert, GCS 15

Secondary Survey :

Keluhan utama : nyeri pada paha kiri sejak 2 jam sebelum masuk RS

RPS :

- Awalnya pasien sedang naik mobil yang kemudian menabrak batu besar, bagian depan

mobil ringsek sehingga paha pasien terhimpit antara dashboard dan bangku

- Pasien sadar, sakit kepala (-), muntah (-)

- Pasien merasa nyeri di paha kiri yang disertai bengkak dan tidak dapat menggerakkan

kaki kirinya

- Perdarahan dari mulut, hidung, telinga (-)

- Pasien baru dapat dikeluarkan dari mobil ± 1 jam setelah kecelakaan dan langsung di

bawa ke puskesmas, kemudian dirujuk ke RSAM.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

Keadaan umum : Tampak Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis cooperatif

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/m

Suhu : Afebris

32

Page 33: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Pernafasan : 22x / menit

Kepala : dalam batas normal

Leher : JVP tidak meningkat

Thorax : Bentuk dan gerak simetris

Abdomen : supel, NT (-) dan NL (-)

Jantung : Bunyi jantung murni dan reguler

Ekstremitas Atas : dalam batas normal

Ekstremitas Bawah : status lokalis

Status Lokalis

a/r femur sinistra :

Look : Skin : abrasi (-), wound (-), hematome (-),

Shape : swelling (+)

Deformity : (+), angulasi ke lateral, diskrepansi (+)

Feel : Skin : warm

NT (+)

Pulsasi arteri popliteal, arteri tibialis anterior, arteri dorsalis pedis normal

compare to the other side

Sensibilitas distal (+) baik

33

Page 34: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Capillary refill < 2”

Movement : ROM of hip to knee joint is limited due to pain

DIAGNOSIS KLINIS: Close fraktur femur sinistra

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto polos femur sinistra AP dan Lateral

Kesan : close fraktur 1/3 tengah femur sinistra tansverse displaced

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Dalam batas normal

DIAGNOSIS: close fraktur shaft femur sinistra 1/3 tengah transverse displaced

RENCANA TERAPI

Analgetik

ATS

Imobilisasi pasien dengan skin traksi

ORIF elektif

34

Page 35: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

Daftar Pustaka

1. Rasjad Chairuddin, 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 2. Bintang Lamumpatue.

Makassar . Hal 437-447

2. ATLS Advance Trauma Life Support Untuk Dokter. 2004. Edisi 7. American College of

Surgeon. United States. Hal 13-65

3. Thompson Jon C, 2002. Netter’s Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. Elsevier.

Philadelphia. Hal 180-185

4. Anatomi Femur. Diakses dari http://doctorology.net.. Diunduh tanggal 6 Februari 2012

5. Apley Graham A, Solomon Louis, 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.

Edisi 7. Widya Medika. Jakarta. Hal 367-381

35

Page 36: Fraktur Femur Sepertiga Tengah

6. De Jong W, Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta. Hal

180-183

7. Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian

Bedah FKUI.

8. Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York:

Churchill Livingstone, 1989.

9. Mostofi Sayed Behrooz. Fractur Classifications in Clinical Practice. 2006. Springer.

United Kingdom. Hal 43-54

36