formulasi shadow price

Upload: azizahkaka

Post on 06-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Formulasi Shadow Price

    1/4

    Formulasi Shadow Price

    Formula tingkat upah bayangan (shadow wage rate )

    SWR harus di tafsirkan untuk setiap tipe pekerjaan. Umpamakan seorang tenaga

    kerja yang tidak trampil di pindahkan dari pasar tenaga kerja sempurna ke

    lapangan kerja yang membayar upah tetap, w, yang lebih besar daripada produk

    marginal yang dikorbankan,m. Jika pekerja tersebut mengkonsumsikan seluruh

    kenaikan pendapatannya, maka :

    SWR =m+(w-m)(-d/v)+(w-m)ed/v(1)

    Dimana m adalah output yang di korbankan menurut harga-harga perbatasan

    (harga efisiensi daripada tenaga kerja) ; (w-m) adalah kenaikan konsumsi

    (menurut harga-harga pasar) yang dikalikan dengan nisbah akonting, , untuk

    mengetahui biayanya bagi pemerintah di ukur dengan devisa yang di korbankan

    dan dengan bobot a/v dan bobot ed/v yang mencerminkan nilai sosial daripada

    kenaikan konsumsi dan biaya sosial daripada pengurangan kesenggangan.

    Kalau mempertimbangkan lebih lanjut implikasi daripada nilai parameter kritis

    tertentu atau asumsi penyederhanaan yang mungkin cocok.

    Pertama, umpamakan d/v = (yakni, pemerintah bersikap indiferen mengenai

    distribusi pendapatan diantara sector swasta dan sector public) dan umpamakan

    = 0 (yakni biaya sosial daripada kenaikan kegiatan kerja adalah nol), dengandemikian :

    SWR = m..(2)

    SWR ini hanya mengukur output yang dikorbankan menurut harga-harga akonting

    dan merupakan titik tolak yang baik untuk menyelidiki asumsi-asumsi alternative.

    http://qsampah.blogspot.com/2011/04/formulasi-shadow-price.htmlhttp://qsampah.blogspot.com/2011/04/formulasi-shadow-price.html
  • 8/3/2019 Formulasi Shadow Price

    2/4

    Kedua, umpamakan v = (yakni pemerintah tidak memberikan penilaian kepada

    konsumsi sector swasta); dengan demikian :

    SWR = m+(w-m).(3)

    SWR ini akan cocok ketika tujuan tunggal pemerintah hanyalah memaksimalkan

    pertumbuhan. Persamaan (3) dapat dirumuskan kembali sebagai :

    SWR = w+(-)m

    Factor (-) menyesuaikan produk marginal sedemikian rupa sehingga sehingga

    ia mencerminkan harga akonting dan bukan harga pasar. di tetapkan m apabilam dipandang sebagai barang-barang konsumsi yang dibeli dengan pendapatan

    yang berupa m, jika =, maka SWR = w, yakni biaya konsumsi daripada upah

    pasar yang dibayarkan oleh proyek menurut harga akonting.

    Ketiga, umpamakan d dari v sama dengan nilai spesifik yang didasarkan pada

    tujuan distribusi pendapatan dan pertumbuhan negeri bersangkutan dan

    umpamakan =0; dengan demikian ;

    SWR =m+(w-m)(-d/v)(4)

    SWR ini cocok jika tujuan pemerintah menvakup distribusi pandapatan dan

    pertumbuhan. SWR akan semakin tinggi dengan semakin pentingnya tujuan

    pertumbuhan (yakni semakin tinggi v) dan semakin rendah dengan semakin

    pentingnya tujuan distribusi pendapatan dan semakin miskin penerima

    pendapatan (yakni semakin tinggi d).

    Keempat, umpamakan d dan v sama dengan nilai spesifik dan umpamakan =1 ;

    dengan demikian :

    SWR =m+(w-m)(-d/v)+(w-m) ed/v..(5)

    SWR ini memperhitungkan biaya sosial daripada kegiatan kerja swasta setaraf

    dengan biaya-biaya dan manfaat lainnya. SWR ini akan lebih rendah jika

    ditetapkan lebih rendah daripada satu, yang mencerminkan suatu penilaian bahwa

  • 8/3/2019 Formulasi Shadow Price

    3/4

    pemerintah menganggap kenaikan kegiatan kerja swasta mempunyai biaya yang

    lebih rendah daripada biaya output atau konsumsi yang dikorbankan.

    Di waktu yang lampau, evaluasi proyek biasanya mengasumsikan bahwa SWR

    sama dengan output marginal yang dikorbankan menurut harga pasar, yakni

    bahwa SWR =m. Dengan kata lain, asumsi implisitnya ialah :

    1. Bahwa pemerintah tidak menganggap kenaikan kegiatan kerja sebagai biaya

    sosial, sehingga =0

    2. Bahwa distribusi konsumsi dipandang optimal atau bahwa pemerintah tidak ingin

    menggunakan pemilihan proyek untuk mempengaruhi distribusi yang ada

    sehingga d=1

    3. Bahwa pendapatan public dianggap mempunyai nilai yang sama dengankonsumsi swasta, apabila kedua-duanya diukur dengan devisa, sehingga v = 1/

    4. Bahwa harga pasar daripada output yang dikorbankan mencerminkan nilai sosial

    daripada output tersebut, sehingga =1

    5. Bahwa output yang dikorbankan sama dengan produk marginal tenaga kerja.

    Contoh :

    Umpamakan bahwa taksiran terbaik bagi parameter yang diperlukan oleh SWR

    pada persamaan pertama adalah sebagai berikut m/w 0,5 /w =1 e=0,5 =0,9

    =0,8 n=1 =0,5 dan v=3. Dimana adalah tingkat konsumsi per kapita per rata-

    rata. Jika upah menopang lebih dari satu orang, maka upah tersebut harus

    dijadikan per kapita, karena konsep inilah yang relevan untuk dibandingkan

    dengan . Bilamana nilai n dan nisbah /w dan m/w sudah di tentukan, maka

    parameter distribusi, d, dapat ditentukan. Nilai v mempunyai arti bahwa

    pendapatan publik dianggap mempunyai nilai tiga kali konsumsi rata-rata. Formula

    diatas menghasilkan taksiran SWR alternative :

    Dari persamaan (2) : SWR = 0,5 x 0,9 w = 0,45 w

    Dari persamaan (3) : SWR = (0,45 + 0,5 x 0,8) = 0,85 w

    Dari persamaan (4) : SWR = (0,85 0,5 x 1,4/3) w = 0,62 w

    Dari persamaan (5) : SWR = (0,62 + 0,5 x 0,5 x 1,4/3) w = 0,74 w

    Dari persamaan (1) : SWR = (0,62 + 0,5 x 0,5 x 0,5 x 1,4/3) w = 0,68 w

  • 8/3/2019 Formulasi Shadow Price

    4/4

    Dalam contoh ini SWR terkecil terdapat pada keadaan dimana hanya output yang

    dikorbankan yang dipertimbangkan (persamaan 2) yang merupakan pendekatan

    analitis tradisional. Jika kenaikan konsumsi diperlakukan sebagai biaya murni

    (persamaan 3), maka SWR akan mencapai maksimum. Jika konsumsi dianggap

    mempunyai sesuatu nilai (persamaan 4) maka hal itu akan mengurangi SWR,

    tetapi diperhitungkannya disutilitas daripada kegiatan kerja (persamaan 5) akan

    menaikan SWR. Akhirnya jika hanya sebagian saja dari disutilitas kegiatan kerja

    itu yang dianggap pemerintah sebagai biaya (persamaan 1), maka SWR agak

    lebih rendah.

    Uraian mengenai SWR memperlihatkan bagaimana kenaikan konsumsi karena

    pendapatan upah yang dihasilkan oleh kesempatan kerja baru harus dibobot

    supaya dapat mencerminkan biaya devisanya bagi pemerintah dan juga nilai

    sosialnya sebagai konsumsi atau tabungan. Semua kenaikan pendapatan yang

    diakibatkan oleh proyek (dari laba, sewa suplus konsumen dan lainya) harus

    diperlakukan dengan cara yang serupa, tetapi terdapat 4 hal yang perlu

    diperhatikan. Pertama, nilai d akan berubah dengan berubahnya tingkat konsumsi

    seseorang. Kedua, hanya kenaikan pendapatan saja yang harus dipertimbangkan.

    Ketiga, ada kenaikan pendapatan yang merupakan biaya dan ada yang merupakn

    manfaat. Keempat, hendaknya dicatat bahwa bobot distribusional tidak diterapkan

    kepada output atau penjualan yang timbul oleh proyek, tetapi hanya kepada

    kenaikan pendapatan yang ditimbulkan oleh proyek. Dengan kata lain, manfaat-

    manfaat sesuatu proyek tidaklah lebih besar karena outputnya dijual kepada

    orang-orang miskin dan bukannya kepada orang-orang kaya (kecuali jika

    penjualan kepada golongan miskin mengandung subsidi, atau transfer

    pendapatan) yang terpenting adalah apakah konsumsi (pendapatan) mereka

    mengalami kenaikan karena proyek yang bersangkutan