formulasi shadow price
TRANSCRIPT
-
8/3/2019 Formulasi Shadow Price
1/4
Formulasi Shadow Price
Formula tingkat upah bayangan (shadow wage rate )
SWR harus di tafsirkan untuk setiap tipe pekerjaan. Umpamakan seorang tenaga
kerja yang tidak trampil di pindahkan dari pasar tenaga kerja sempurna ke
lapangan kerja yang membayar upah tetap, w, yang lebih besar daripada produk
marginal yang dikorbankan,m. Jika pekerja tersebut mengkonsumsikan seluruh
kenaikan pendapatannya, maka :
SWR =m+(w-m)(-d/v)+(w-m)ed/v(1)
Dimana m adalah output yang di korbankan menurut harga-harga perbatasan
(harga efisiensi daripada tenaga kerja) ; (w-m) adalah kenaikan konsumsi
(menurut harga-harga pasar) yang dikalikan dengan nisbah akonting, , untuk
mengetahui biayanya bagi pemerintah di ukur dengan devisa yang di korbankan
dan dengan bobot a/v dan bobot ed/v yang mencerminkan nilai sosial daripada
kenaikan konsumsi dan biaya sosial daripada pengurangan kesenggangan.
Kalau mempertimbangkan lebih lanjut implikasi daripada nilai parameter kritis
tertentu atau asumsi penyederhanaan yang mungkin cocok.
Pertama, umpamakan d/v = (yakni, pemerintah bersikap indiferen mengenai
distribusi pendapatan diantara sector swasta dan sector public) dan umpamakan
= 0 (yakni biaya sosial daripada kenaikan kegiatan kerja adalah nol), dengandemikian :
SWR = m..(2)
SWR ini hanya mengukur output yang dikorbankan menurut harga-harga akonting
dan merupakan titik tolak yang baik untuk menyelidiki asumsi-asumsi alternative.
http://qsampah.blogspot.com/2011/04/formulasi-shadow-price.htmlhttp://qsampah.blogspot.com/2011/04/formulasi-shadow-price.html -
8/3/2019 Formulasi Shadow Price
2/4
Kedua, umpamakan v = (yakni pemerintah tidak memberikan penilaian kepada
konsumsi sector swasta); dengan demikian :
SWR = m+(w-m).(3)
SWR ini akan cocok ketika tujuan tunggal pemerintah hanyalah memaksimalkan
pertumbuhan. Persamaan (3) dapat dirumuskan kembali sebagai :
SWR = w+(-)m
Factor (-) menyesuaikan produk marginal sedemikian rupa sehingga sehingga
ia mencerminkan harga akonting dan bukan harga pasar. di tetapkan m apabilam dipandang sebagai barang-barang konsumsi yang dibeli dengan pendapatan
yang berupa m, jika =, maka SWR = w, yakni biaya konsumsi daripada upah
pasar yang dibayarkan oleh proyek menurut harga akonting.
Ketiga, umpamakan d dari v sama dengan nilai spesifik yang didasarkan pada
tujuan distribusi pendapatan dan pertumbuhan negeri bersangkutan dan
umpamakan =0; dengan demikian ;
SWR =m+(w-m)(-d/v)(4)
SWR ini cocok jika tujuan pemerintah menvakup distribusi pandapatan dan
pertumbuhan. SWR akan semakin tinggi dengan semakin pentingnya tujuan
pertumbuhan (yakni semakin tinggi v) dan semakin rendah dengan semakin
pentingnya tujuan distribusi pendapatan dan semakin miskin penerima
pendapatan (yakni semakin tinggi d).
Keempat, umpamakan d dan v sama dengan nilai spesifik dan umpamakan =1 ;
dengan demikian :
SWR =m+(w-m)(-d/v)+(w-m) ed/v..(5)
SWR ini memperhitungkan biaya sosial daripada kegiatan kerja swasta setaraf
dengan biaya-biaya dan manfaat lainnya. SWR ini akan lebih rendah jika
ditetapkan lebih rendah daripada satu, yang mencerminkan suatu penilaian bahwa
-
8/3/2019 Formulasi Shadow Price
3/4
pemerintah menganggap kenaikan kegiatan kerja swasta mempunyai biaya yang
lebih rendah daripada biaya output atau konsumsi yang dikorbankan.
Di waktu yang lampau, evaluasi proyek biasanya mengasumsikan bahwa SWR
sama dengan output marginal yang dikorbankan menurut harga pasar, yakni
bahwa SWR =m. Dengan kata lain, asumsi implisitnya ialah :
1. Bahwa pemerintah tidak menganggap kenaikan kegiatan kerja sebagai biaya
sosial, sehingga =0
2. Bahwa distribusi konsumsi dipandang optimal atau bahwa pemerintah tidak ingin
menggunakan pemilihan proyek untuk mempengaruhi distribusi yang ada
sehingga d=1
3. Bahwa pendapatan public dianggap mempunyai nilai yang sama dengankonsumsi swasta, apabila kedua-duanya diukur dengan devisa, sehingga v = 1/
4. Bahwa harga pasar daripada output yang dikorbankan mencerminkan nilai sosial
daripada output tersebut, sehingga =1
5. Bahwa output yang dikorbankan sama dengan produk marginal tenaga kerja.
Contoh :
Umpamakan bahwa taksiran terbaik bagi parameter yang diperlukan oleh SWR
pada persamaan pertama adalah sebagai berikut m/w 0,5 /w =1 e=0,5 =0,9
=0,8 n=1 =0,5 dan v=3. Dimana adalah tingkat konsumsi per kapita per rata-
rata. Jika upah menopang lebih dari satu orang, maka upah tersebut harus
dijadikan per kapita, karena konsep inilah yang relevan untuk dibandingkan
dengan . Bilamana nilai n dan nisbah /w dan m/w sudah di tentukan, maka
parameter distribusi, d, dapat ditentukan. Nilai v mempunyai arti bahwa
pendapatan publik dianggap mempunyai nilai tiga kali konsumsi rata-rata. Formula
diatas menghasilkan taksiran SWR alternative :
Dari persamaan (2) : SWR = 0,5 x 0,9 w = 0,45 w
Dari persamaan (3) : SWR = (0,45 + 0,5 x 0,8) = 0,85 w
Dari persamaan (4) : SWR = (0,85 0,5 x 1,4/3) w = 0,62 w
Dari persamaan (5) : SWR = (0,62 + 0,5 x 0,5 x 1,4/3) w = 0,74 w
Dari persamaan (1) : SWR = (0,62 + 0,5 x 0,5 x 0,5 x 1,4/3) w = 0,68 w
-
8/3/2019 Formulasi Shadow Price
4/4
Dalam contoh ini SWR terkecil terdapat pada keadaan dimana hanya output yang
dikorbankan yang dipertimbangkan (persamaan 2) yang merupakan pendekatan
analitis tradisional. Jika kenaikan konsumsi diperlakukan sebagai biaya murni
(persamaan 3), maka SWR akan mencapai maksimum. Jika konsumsi dianggap
mempunyai sesuatu nilai (persamaan 4) maka hal itu akan mengurangi SWR,
tetapi diperhitungkannya disutilitas daripada kegiatan kerja (persamaan 5) akan
menaikan SWR. Akhirnya jika hanya sebagian saja dari disutilitas kegiatan kerja
itu yang dianggap pemerintah sebagai biaya (persamaan 1), maka SWR agak
lebih rendah.
Uraian mengenai SWR memperlihatkan bagaimana kenaikan konsumsi karena
pendapatan upah yang dihasilkan oleh kesempatan kerja baru harus dibobot
supaya dapat mencerminkan biaya devisanya bagi pemerintah dan juga nilai
sosialnya sebagai konsumsi atau tabungan. Semua kenaikan pendapatan yang
diakibatkan oleh proyek (dari laba, sewa suplus konsumen dan lainya) harus
diperlakukan dengan cara yang serupa, tetapi terdapat 4 hal yang perlu
diperhatikan. Pertama, nilai d akan berubah dengan berubahnya tingkat konsumsi
seseorang. Kedua, hanya kenaikan pendapatan saja yang harus dipertimbangkan.
Ketiga, ada kenaikan pendapatan yang merupakan biaya dan ada yang merupakn
manfaat. Keempat, hendaknya dicatat bahwa bobot distribusional tidak diterapkan
kepada output atau penjualan yang timbul oleh proyek, tetapi hanya kepada
kenaikan pendapatan yang ditimbulkan oleh proyek. Dengan kata lain, manfaat-
manfaat sesuatu proyek tidaklah lebih besar karena outputnya dijual kepada
orang-orang miskin dan bukannya kepada orang-orang kaya (kecuali jika
penjualan kepada golongan miskin mengandung subsidi, atau transfer
pendapatan) yang terpenting adalah apakah konsumsi (pendapatan) mereka
mengalami kenaikan karena proyek yang bersangkutan