formulasi biopestisida berbahan aktif jamur …eprints.ulm.ac.id/255/1/jurnal biodiversitas.pdf ·...

12
FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENDOFITIK DAN BAKTERI RHIZOSFIR SPESIFIK LOKASI LAHAN PASANG SURUT UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADI (Rhizoctonia solani) 71 FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENDOFITIK DAN BAKTERI RHIZOSFIR SPESIFIK LOKASI LAHAN PASANG SURUT UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADI (Rhizoctonia solani) Ismed Setya Budi, Mariana dan Ismed Fachruzi Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru e-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji keampuhan kombinasi bakteri rhizosfir dan jamur endofitik spesifik lokasi lahan pasang surut terhadap tingkat ketahanan tanaman padi akibat penyakit busuk pangkal batang (Rhizoctonia solani) di lahan pasang surut. Hasil uji berpasangan terlihat bahwa daya hambat jamur T. viride PS-2.1 (88,00%), dan FNP PS-1.5 (77,98%), sedangkan dari kelompok bakteri; P. flourescent PS-4.8 (65,80%), dan Bacillus sp. PS-3.14 (52,00%). Hasil uji daya antagonis di rumah kaca, menunjukkan bahwa aplikasi antagonis ke dalam tanah satu minggu sebelum tanam dan ditambah dengan cara perendaman benih selama 24 jam sebelum tanaman, ternyata pada kombinasi FNP PS-1.5 + P. flourescen PS-4.8 intensitas penyakit hanya 10,00% dengan tinggi tanaman 52,20 cm, sedangkan pada kombinasi T. viride PS-2.1 + P. flourescent PS- 4.8 intensitas penyakit 10,47% dengan tinggi tanaman 69,29 cm. Berdasarkan hasil uji di lapang ternyata pada fase taradak, ampak dan lacak menunjukkan bahwa aplikasi formulasi terbaik adalah T. viride PS-2.1 + P. fluorescens PS-4.8 dengan intensitas penyakit 8,73%, 10,40% dan 5,00% dengan tinggi tanaman masing-masing 24,15 cm, 44,17 cm dan 64,15 cm. Intensitas penyakit tertinggi pada fase ampak dengan perlakuan FNP PS-1.5 + Bacillus sp. PS-3.14 sebesar 23,28%. Dari hasil uji viabilitas menunjukkan bahwa antagonis berada dalam batang dan akar tanaman padi, sehingga dapat direisolasi kembali saat tanaman dipanen. Kata kunci: Biopestisida, Rhizoctonia solani, padi, pasang surut

Upload: hoangtram

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENDOFITIK DAN BAKTERI RHIZOSFIR SPESIFIK LOKASI LAHAN PASANG SURUT UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADI

(Rhizoctonia solani)

71

FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENDOFITIK DAN BAKTERI RHIZOSFIR SPESIFIK LOKASI

LAHAN PASANG SURUT UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG

PADI (Rhizoctonia solani)

Ismed Setya Budi, Mariana dan Ismed Fachruzi Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji keampuhan kombinasi bakteri

rhizosfir dan jamur endofitik spesifik lokasi lahan pasang surut terhadap

tingkat ketahanan tanaman padi akibat penyakit busuk pangkal batang

(Rhizoctonia solani) di lahan pasang surut. Hasil uji berpasangan terlihat

bahwa daya hambat jamur T. viride PS-2.1 (88,00%), dan FNP PS-1.5

(77,98%), sedangkan dari kelompok bakteri; P. flourescent PS-4.8

(65,80%), dan Bacillus sp. PS-3.14 (52,00%). Hasil uji daya antagonis di

rumah kaca, menunjukkan bahwa aplikasi antagonis ke dalam tanah satu

minggu sebelum tanam dan ditambah dengan cara perendaman benih

selama 24 jam sebelum tanaman, ternyata pada kombinasi FNP PS-1.5 + P.

flourescen PS-4.8 intensitas penyakit hanya 10,00% dengan tinggi tanaman

52,20 cm, sedangkan pada kombinasi T. viride PS-2.1 + P. flourescent PS-

4.8 intensitas penyakit 10,47% dengan tinggi tanaman 69,29 cm.

Berdasarkan hasil uji di lapang ternyata pada fase taradak, ampak dan lacak

menunjukkan bahwa aplikasi formulasi terbaik adalah T. viride PS-2.1 + P.

fluorescens PS-4.8 dengan intensitas penyakit 8,73%, 10,40% dan 5,00%

dengan tinggi tanaman masing-masing 24,15 cm, 44,17 cm dan 64,15 cm.

Intensitas penyakit tertinggi pada fase ampak dengan perlakuan FNP PS-1.5

+ Bacillus sp. PS-3.14 sebesar 23,28%. Dari hasil uji viabilitas menunjukkan

bahwa antagonis berada dalam batang dan akar tanaman padi, sehingga

dapat direisolasi kembali saat tanaman dipanen.

Kata kunci: Biopestisida, Rhizoctonia solani, padi, pasang surut

Page 2: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

Ismed et al. Semnas Pestisida Nabati IV, Jakarta 15 Oktober 2011

72

PENDAHULUAN

Pengendalian hayati penyakit tanaman menggunakan mikroba

antagonis terus berkembang pesat seiring dengan makin meningkatnya

kebutuhan dan tantangan untuk menyediakan pangan yang sehat dan

berkualitas.

Penggunaan endofitik antagonis sebagai alternatif pengendalian

yang mampu mengendalikan perkembangan penyakit secara efektif, efisien

dan aman terhadap lingkungan, perlu terus dikembangkan untuk menjawab

tantangan masa depan.

Penyakit busuk pangkal batang padi akibat Rhizoctonia solani

menjadi masalah utama pada penanaman padi di lahan pasang surut

Kalimantan Selatan. Intensitas penyakit terus meningkat akibat

pengendalian menggunakan pestisida sintetis mengalami kendala karena

kondisi lahan yang kadang tergenang (Budi dan Mariana, 2007). Kegagalan

pengendalian juga akibat di dalam tanah pestisida sintetis mengalami

pencucian, fiksasi oleh liat, dan perombakan oleh mikroorganisme tanah

tertentu menjadi derivat yang tidak efektif (Bollen 1961; Frissel dan Bolt

1962). Bahkan pada sistem penanaman varietas lokal di lahan pasang surut

dengan tiga kali pemindahan (taradak, ampak dan lacak) mengakibatkan

penggunaan pestisida kurang efisien (Budi et al. 2010).

Penggunaan gabungan beberapa antagonis mampu lebih baik

dibanding hanya menggunakan antagonis secara tunggal, namun hasilnya

tidak menentu karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan waktu

aplikasi (Yigit dan Dikilitas 2007). Penelitian menggunakan Trichoderma spp.

dan Gliocladium sp. memperoleh hasil yang optimal untuk mengendalikan

patogen tular tanah dan udara bila aplikasi dilakukan pada saat populasi

inokulum patogen masih rendah (Cook dan Baker 1983). Oleh sebab itu,

waktu aplikasi yang tepat perlu dipelajari.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi

formulasi mikroba antagonis pada penanaman padi di lahan pasang surut

terhadap pertumbuhan tanaman dan penekanan perkembangan patogen

busuk pangkal batang (R. solani).

Page 3: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENDOFITIK DAN BAKTERI RHIZOSFIR SPESIFIK LOKASI LAHAN PASANG SURUT UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADI

(Rhizoctonia solani)

73

METODE PENELITIAN

Isolasi dan perbanyakan agens antagonis

Isolasi antagonis dilakukan dengan mengambil tanaman sampel dari

tanaman sehat yang berada di areal pertanaman padi yang terinfestasi R.

solani. Isolasi endofitik dari akar dan pangkal batang tanaman padi sesuai

menurut prosedur Homby (Tuite 1970) dan dilanjutkan dengan metode

teknik cawan pengenceran (dilution plate technique) pada tingkatan 10-4

sampai 10-6. Isolasi bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens

menggunakan media selektif Sands dan Rovira (1970) dengan prosedur

isolasi menurut Bashan et al. (1993). Setiap Pseudomonas kelompok

fluorescens yang diperoleh kemudian diuji menurut metode Dhingra dan

Sinclair (1995).

Uji in-vitro daya hambat antagonis terhadap R. solani dan uji

kesesuaian kombinasi antagonis

Uji dilakukan pada media agar dengan cara menginokulasikan isolat

yang ada secara berpasangan dalam cawan petri berdiameter 9 cm2. Isolat

yang akan diuji diambil dari biakan yang sudah berumur tujuh hari dan

diambil menggunakan pelubang gabus (cork borrer) berdiameter 3 mm

dengan jarak masing-masing 3 cm dari tepi cawan Petri (Gambar 1).

* *

A B

Gambar 1. Peletakan Kedua Isolat dalam Cawan Petri. A = isolat jamu

Endofitik/ bakteri, dan B = isolat patogen

Perhitungan daya penghambatan dilakukan dengan menggunakan

rumus Fokhema et al. (1959);

I = ( r1 - r2 ) (r1)-1 x 100

Keterangan:

I = persentase penghambatan r1 = jari-jari koloni A yang tumbuh ke arah berlawanan dengan tempat B r2 = jari-jari koloni A yang tumbuh ke arah B

Page 4: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

Ismed et al. Semnas Pestisida Nabati IV, Jakarta 15 Oktober 2011

74

Uji in-vivo Kemampuan Isolat Antagonis Menekan Penyakit Busuk

Batang

Uji in vivo dilakukan di rumah kaca pada kondisi tanah steril dan di

lahan petani yang sudah terinfeksi penyakit busuk pangkal batang. Inokulasi

patogen di rumah kaca dilakukan pada tanaman padi berumur tiga minggu,

sedangkan aplikasi antagonis sesuai perlakuan. Pengamatan dilakukan tiga

minggu kemudian pada tiap fase penanaman (taradak, ampak dan lacak)

dengan menghitung jumlah tanaman yang layu atau bergejala busuk

pangkal batang dan mengukur tinggi tanaman.

Semua perlakuan diuji dengan rancangan lingkungan acak kelompok

dengan lima ulangan pada tiap perlakuan. Untuk mengetahui pengaruh

antar perlakuan dilakukan uji beda nilai tengah Duncan (DMRT) taraf uji 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara

akumulatif ditemukan sebanyak 98 koloni dan diantaranya terdapat 14

koloni bakteri, sedangkan hasil isolasi endofit dari pangkal batang tanaman

padi ditemukan 17 koloni jamur. Hal ini membuktikan bahwa lahan sawah

pasang surut yang kadang tergenang akibat pengaruh langsung dari pasang

surutnya air laut memiliki mikroba yang berbeda. Dengan demikian, masing-

masing tipe lahan memiliki ekosistem yang khas sehingga macam dan

jumlah mikroba dominan juga berbeda.

Berdasarkan hasil uji daya hambat secara berpasangan terhadap

semua isolat yang ada, terbukti semua isolat mampu menghambat

pertumbuhan patogen R. solani. Isolat yang mempunyai kemampuan daya

hambat tertinggi adalah End 2.1 (Trichoderma viride PS-2.1) sebesar

88,00%, dan isolat End 1.5 (Fusarium non-patogen PS-1.5) sebesar

77,98%. Pada kelompok bakteri rhizosfir, kemampuan tertinggi pada isolat

Bak 4.8 (Pseudomonas fluorescent PS-4.8) sebesar 65,80% sedangkan isolat

Bak 3.14 (Bacillus sp PS-3.14) sebesar 52,00%.

Dari hasil uji kesesuaian kemungkinan pasangan isolat, terbukti ada

empat kombinasi pasangan yang tepat yakni (T. viride PS-2.1+ P.

fluorescens PS-4.8), (FNP PS-1.5 + P. fluorescens PS-4.8), (T. viride PS-2.1

+ Bacillus sp.) dan pasangan (FNP PS-1.5 + Bacillus sp PS-3.14).

Page 5: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENDOFITIK DAN BAKTERI RHIZOSFIR SPESIFIK LOKASI LAHAN PASANG SURUT UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADI

(Rhizoctonia solani)

75

Penggunaan antagonis secara tunggal maupun dengan kombinasi

terbukti mampu menghambat perkembangan patogen busuk pangkal batang

padi. Dibanding dengan kontrol terjadi pengurangan penyakit berkisar

antara 29,22 – 87,29%, dan kombinasi terbaik adalah penggunaan

pasangan T. viride PS-2.1 + P. fluorescens PS-4.8 (84,50%) dan FNP PS-1.5

+ P. fluorescens PS-4.8 (87,29%). Penggunaan gabungan beberapa

antagonis akan mampu meningkatkan daya hambat terhadap

perkembangan penyakit busuk pangkal batang padi. Guetsky et al. (2001)

menyatakan bahwa kombinasi antagonis yang tepat mampu meningkatkan

daya hambat terhadap penyakit.

Hasil uji waktu aplikasi menunjukkan bahwa penggunaan antagonis

akan lebih efektif apabila aplikasi ke tanah dilakukan satu minggu sebelum

tanam dan ditambah dengan perendaman benih selama 12 jam sebelum

tanam dalam suspensi antagonis dengan kerapatan 105 konidia/ml, dimana

aplikasi kombinasi (T. viride PS-2.1+ P. fluorescens PS-4.8) mampu

mengurangi serangan sebesar 84,50% sedangkan aplikasi kombinasi (FNP

PS-1.5 + P. fluorescens PS-4.8) sebesar 87,29%. Namun aplikasi gabungan

empat macam antagonis (T. viride + FNP PS-1.5 + P. fluorescens PS-4.8 +

Bacillus sp. PS-3.14) terjadi pengurangan hanya 29,22% (Tabel 1).

Hasil penelitian ini sama dengan yang pernah dilakukan Yigit dan

Dikilitas (2007), bahwa penggunaan (FNP + P. fluorescent) dan (T.

harzianum T-22 + P. fluorescent) pada uji laboratorium menunjukkan

kemampuan yang terbaik menghambat perkembangan Fusarium oxysporum

f.sp. lycopersici Snyder dan Hansen dibanding hanya menggunakan satu

jenis. Bahkan sebelumnya Fuchs et al. (1999) dan Alabouvette et al (1993)

sudah membuktikan bahwa kombinasi Fusarium isolat Fo47 + dan P.

fluorescent strain C7 terbaik dalam menghambat perkembangan layu

fusarium pada tomat. Aplikasi gabungan antara P. fluorescent dan Bacillus

subtilis pada uji di tanah steril menunjukkan kemampuan daya hambat yang

lebih baik dibanding aplikasi hanya satu jenis secara tunggal karena kedua

bakteri mampu bekerja secara sinergis (Janisiewiez et al. 1988).

Page 6: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

Ismed et al, Prosiding Semnas Pesnab IV, Jakarta, 15 Oktober 2011

76

Gambar 2. Pengaruh perlakuan terhadap intensitas penyakit akibat R. solani

Kemampuan Trichoderma spp memang sudah banyak diteliti yang

menunjukkan adanya mekanisme kerja dari enzim seperti β-1-3 glucanases

dan β-1-4 glucanases. Trichoderma juga mampu menghasilkan zat

antibiosis, dapat memacu perkembangan ketahanan (induced resistance)

dan kemampuannya berkompetisi ruang dan nutrisi dibanding patogen.

Namun yang tidak kalah pentingnya jamur ini mampu meningkatkan

kesuburan tanah, terbukti dengan adanya penambahan tinggi tanaman baik

pada saat fase taradak, ampak maupun lacak (Tabel 1). Keberadaan jamur

antagonis disamping mampu menekan perkembangan penyakit, juga

mampu sebagai penyedia unsur hara bagi pertumbuhan tanaman (Altomare

et al. 1999; Hanson dan Howell 2004; Harman 2006).

Kemampuan FNP tidak kalah dibanding Trichoderma sp menurut

Benhamou et al. (2002) karena ke-mampuannya mengkoloni permukaan

akar tanaman dengan cepat sehingga menjadi pelindung bagi gangguan

patogen, namun menurut Tamietti et al. (1993) justru yang lebih berperan

karena kemampuannya menghasilkan enzym kitinase, β-1-3 glucanase dan

1-4 glucosidase, bahkan ditambahkan oleh Thomashow dan Weller (1996)

akibat beberapa faktor seperti adanya toksin, antibiotik dan siderofor.

Page 7: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENDOFITIK DAN BAKTERI RHIZOSFIR SPESIFIK LOKASI LAHAN PASANG SURUT UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADI

(Rhizoctonia solani)

77

Tabel 1. Intensitas penyakit busuk pangkal batang padi pada perlakuan waktu aplikasi dan kombinasi antagonis

ANTAGONIS TANAMAN BERGEJALA TINGGI TANAMAN (cm)

FORMULASI WAKTU APLIKASI INTENSITAS

PENYAKIT (%)

PENGU-

RANGAN

Kontrol 85,14 a 0,00 28,20 a

T. viride PS-2.1

+

P. fluorescen PS-4.8

7 hari sblm tanam 25,18 b 70,43 37,64 b

Perendaman benih 20,44 c 75,99 39,12 b

7 hari sblm tanam + Perendaman benih

10,47 d 87,71 69,29 d

FNP PS-1.5

+

P. fluorescen PS-4.8

7 hari sblm tanam 18,39 c 78,41 38,56 b

Perendaman benih 13,78 cd 83,82 31,92 ab

7 hari sblm tanam +

Perendaman benih

10,00 d 88,26 52,20 c

T. viride PS-2.1

+

Bacillus sp PS-3.14

7 hari sblm tanam 31,20 b 63,35 30,25 ab

Perendaman benih 27,25 b 67,99 39,00 b

7 hari sblm tanam +

Perendaman benih

20,50 c 75,92 45,25 c

FNP PS-1.5

+

Bacillus sp PS-3.14

7 hari sblm tanam 34,40 b 59,60 37,64 b

Perendaman benih 31,00 b 63,59 39,50 b

7 hari sblm tanam + Perendaman benih

22,47 c 73,61 45,70 c

Keterangan: Bilangan yang diikuti huruf yang sama pada kolom menunjukkan

tidak berbeda pada taraf 5% uji DMRT

Penggunaan variasi kombinasi antagonis terbukti mampu

meningkatkan daya antagonis dan menambah kesuburan tanaman. Hasil ini

sama seperti pengujian yang dilakukan oleh Duijff et al. (1998) yang

memperlihatkan bahwa terjadi sinergistik pada penggunaan kombinasi

antara Pseudomonas fluorescent WCS417 + FNP sehingga mampu

menghambat perkembangan patogen layu fusarium dengan lebih baik

dibanding secara tunggal. Alabouvette et al. (2003) berhasil mengurangi

variabilitas pengendalian pada kondisi lingkungan berbeda dengan

menggunakan dua macam antagonis yaitu F. oxysporum avirulen

digabungkan dengan Pseudomonas kelompok fluorescens dalam

Page 8: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

Ismed et al, Prosiding Semnas Pesnab IV, Jakarta, 15 Oktober 2011

78

mengendalikan penyakit layu pada berbagai tanaman. Kombinasi beberapa

isolat bakteri antagonis dengan jamur Trichoderma hamatum lebih efektif

menekan penyakit disebabkan R. solani dibandingkan dengan hanya satu

jenis isolat antagonis (Kwok et al. 1987).

Gambar 3. Intensitas penyakit dan tinggi tanaman padi setelah aplikasi antagonis di lahan pasang surut

Kemampuan dari FNP menghambat perkembangan beberapa

penyakit pernah dikemukakan Weller (1988), mekanisme pertahanan

tanaman yang dipicu oleh suatu imbasan tertentu seperti adanya agens

antagonis yang bersifat endofit. Informasi sebelumnya pernah dikemukakan

oleh Loon et al. (1998) bahwa sebagai agen induksi resistensi (induced

resistance) yang dapat memicu pertahanan tanaman dapat berupa bahan

kimia tertentu, mikroorganisme non-patogen, patogen virulen atau ras

inkompatibel.

Kemampuan jamur endofit mengambat perkembangan patogen

karena mekanisme antibiosis, kompetisi dan mikoparasit. Ozbay dan

Newman (2004) membuktikan bahwa jamur Trichoderma spp mampu

mengakumulasi CO dalam kompetisinya mendapatkan ruang dan nutrisi,

Page 9: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENDOFITIK DAN BAKTERI RHIZOSFIR SPESIFIK LOKASI LAHAN PASANG SURUT UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADI

(Rhizoctonia solani)

79

bahkan pada T. harzianum strain T24 mampu menghasilkan enzim selulose

berupa 1,3-glukanase satu jam setelah inokulasi. Pada strain SC164, SC 167

dan SC 168 yang diuji di rumah kaca mampu menghambat serangan R.

solani pada tomat karena menghasilkan enzim khitinasi dan glukanase.

Dengan demikian, jamur endofit dari dalam batang tanaman dan

bakteri dari rhizosfir tanah sekitar akar, setelah diperbanyak dan dilepas

kembali ke daerah perakaran tanaman merupakan usaha konservasi

lingkungan rhizosfir yang akan memberikan prospek cerah dalam usaha

konservasi lingkungan secara hayati. Navi dan Bandyopadhyay (2002)

menyatakan aplikasi lahan pertanaman jahe dengan penambahan

(augment) jamur rhizosfir asal tanaman seperti T. viride, maka akan terjadi

resistensi berkelanjutan karena terjadi kelimpahan jamur antagonis yang

mampu melindungi tanaman terhadap patogen penyebab tanaman layu.

Demikian pula, aplikasi T. viride pada tanaman pisang mampu mencegah

penyakit layu akibat Fusarium sp. (Getha dan Vineswary 2002).

KESIMPULAN

Kombinasi formulasi terbaik adalah menggunakan T. viride + P.

fluorescen atau FNP + P. fluorescen.

Waktu aplikasi antagonis terbaik adalah pmberian ke tanah 7 hari

sebelum tanam dan ditambah dengan cara perendaman benih selama 24

jam sebelum tanaman.

Antagonis T. viride, FNP, P. flurichoderma sp bukan hanya sebagai

biopestisida yang efektif untuk penyakit busuk pangkal batang pada padu

tapi juga dapat sebagai biofertilizer karena terbukti mampu meningkatkan

pertumbuhan tanaman

Perlu dilakukan pengujian biopestisida terhadap penyakit busuk

batang pada tanaman lain seperti kedelai, tomat, jagung dan kelapa sawit,

mengingat semua tanaman tersebut sering pula ditanam di lahan pasang

surut

Ucapan terima kasih: Terima kasih diucapkan kepada Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yang telah memberikan bantuan dana penelitian melalui Hibah Bersaing tahun 2010/2011

Page 10: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

Ismed et al, Prosiding Semnas Pesnab IV, Jakarta, 15 Oktober 2011

80

DAFTAR PUSTAKA

Alabouvette, C.,P. Lemanceuau dan C. Steinberg. 1993. Recent advances in

the biological control of Fusarium wilt. Pestic. Sci., 37:365-373

Altomare, C., W.A. Norvell, T. Bjbrkmar dan G.E. Harman. 1999. Solubilization

of phosphates dan micronutriens by the plant growth promoting and

biocontrol fungus Trichoderma harzianum Rifai 1295-22. Applied

Environ. Microbiol, 65: 2926-2933.

Baker, K.F. dan R.J. Cook. 1996. The nature and Practice of Biological

Control of Plant Pathogen 3nd . The Amer. Phytopathol. Soc. pp. 367

Benhamou,N., C. Garand dan A Goulet. 2002. Ability of Nonpathogenic

Fusarium oxysporum Strain Fo47 to Induce resistence aggainst Pythium

ultimum infection in cucumber. Applied Environ. Microbiol.68:4044-4060

Budi, I.S. dan Mariana. 2007. Upaya pengendalian penyakit layu padi di lahan

pasang surut Kalimantan Selatan dengan memanfaatkan antagonis dan

pestisida botanis . Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru.

Budi, I.S. dan Mariana. 2009. Formulasi biopestisida berbahan aktif jamur

Endofitik untuk pengendalian penyakit busuk batang padi (Rhizoctonia

solani). Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru.

Cook, R.J. & K.F. Baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of

Plant Pathogens. APS Press, St. Paul, MN, USA.

Duijff, B.J., D. Pouhair, C. Olivain, C. Alabouvette dan P. Lemanceau. 1998.

Implication of systemic induced resistance in the suppresion of fusarium

wilt of tomato by Pseudomonas fluorescens WCS417r and by

nonpathogenic Fusarium oxysporum Fo47. Eur. J. Palnt Pathol. 104:

903-910.

Dhingra,O.D. & J.B. Sinclair. 1995. Basic Plant Pathology Methods. Second

edition. CRC Press, Inc., Boca Raton.

Fokkema, N.J., J.H. Bond dan H.A. Fribourg. 1959. Methods for Studying Soil

Microflora Plant Disease Relationships. Burgess Publ. Co. USA. pp. 247.

Fuchs, J.G., Y. Moenne-Loccoz dan G. Defago. 1999. Nonpathogenic Fusarium

oxysporum strain Fo47 to protect tomato against Fusarium wilt. Bio.

Control, 4:105-110 in tomato

Guetsky, R., D. Shtienberg, Y. Elad & A. Dinoor. 2001. Combining biocontrol

Page 11: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENDOFITIK DAN BAKTERI RHIZOSFIR SPESIFIK LOKASI LAHAN PASANG SURUT UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADI

(Rhizoctonia solani)

81

Agents to reduce the variability of biological control. Phytopathol 91:

621-627.

Howell, C.R. dan Stipanovic. 1995. Mechanisms in the control of Rhizoctonia

solani induced cotton seedling disese by Gliocladium virens antibiosis.

Phytopathol. J. 85:469-472

Hanson, L.E. dan C.R. Howell. 2004. Elicitors of plant defense responses from

biocontrol strains of Trichoderma virens. Phytopathol. 94:171-176.

Harman G.E. 2006. Overview of mechanisms and uses of Trichoderma spp.

Phytopatol. 96:190-194

Kwok, O. C. H., Gahy, P. C., Hoitink, H. A. J., dan Kuter, G. A. 1987.

Interactions Between bacteria and Trichoderma hamatum in uppression

of Rhizoctonia damping-off in bark compost media. Phytopathology

77:1206-1212.

Menge, J.A. & L.W. Timmer. 1982. Procedures for inoculation of plants with

vesicular-arbuscular mycorrhizae in the laboratory, greenhouse and field.

pp. 59-68 In. N.C.Schenck (Ed.). Methods and Principles of Mycorrhizal

Research. American Phytopathological Society, St. Paul.

Nel, B., C. Steinberg, N. Labuschagne dan A. Vilioen. 2006. The potential of

non-pathogenic Fusarium oxysporum and other biological control

organisms for suppressing fusarium wilt of banana. Plant Pathol. Journal,

1(55):217-223

Ozbay, N dan S. Newman. 2004. Biocontrol with Trichoderma spp with

emphasis on T. harzianum. Pakistan Journal of Biological Science

7(4):478-484

Sands, D.C. & A.D. Rovira. 1970. Isolation of fluorescent pseudomonads with a

selective medium. Applied Microbiology 20: 513-514.

Thomashow,L.S. dan D.M. Weller. 1996. Current concepts in the use of

introduced bacteria for biological disease control: Mechanisms and

antifungal metabolites. In: Plant-Microbe Interactions. Stacey, G., dan

N.T. Keen (Eds) New York: Chapman and Hill. Pp:236-271.

Tuite, J. 1970. Plant Pathological Method Fungi and Bacteria. Burgess Publ.

Co. Minneapolis. pp. 232

Page 12: FORMULASI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR …eprints.ulm.ac.id/255/1/JURNAL BIODIVERSITAS.pdf · Hasil isolasi mikroba pada empat tipe lahan pasang, secara akumulatif ditemukan

Ismed et al, Prosiding Semnas Pesnab IV, Jakarta, 15 Oktober 2011

82

Von Alten, H., A. Lindemann dan F. Schönbeck. 1993. Stimulation of vesicular

arbuscular mycorrhiza by fungicides or rhizosphere bacteria. Mycorrhiza

2 :

Weller, D. M. 1988. Biological control of soilborne plant pathogens in the

rhizosphere with bacteria. Annu. Rev. Phytopathol. 26:379-407.

Yigit, F dan M. Dikilitas. 2007. Control of Fusarium wilt of tomato by

combination of Fluorescent Pseudomonas, Non-pathogen Fusarium and

Trichoderma harzianum T-22 in Greenhouse Conditions. Plant Pathol.

Journal 6: 159-163