formation completion

27
BAB III FORMATION COMPLETION 3.1. Pengertian dan Tujuan Well Completion Well Completion adalah pekerjaan tahap akhir atau pekerjaan penyempurnaan untuk mempersiapkan suatu sumur pemboran menjadi sumur produksi. Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimum dan mengatasi efek negatif dari setiap lapisan produktif maka harus dilakukan pemilihan metode well completion yang tepat dan ukuran peralatan yang sesuai untuk setiap sumur. Tidak ada dua jenis well completion yang sama persis antara sumur satu dengan yang lainnya, tetapi selalu bervariasi tergantung dari faktor yang dipertimbangkan. Tujuan dari well completion adalah mengatur aliran fluida dari formasi produktif dasar sumur ke permukaan sebaik mungkin. 3.2. Jenis-Jenis Formation Completion Metoda well completion terbagi atas tiga bagian utama, yaitu bottom hole (formation) completion, tubing completion dan wellhead completion. Bottom hole completion dapat dilakukan secara open hole completion, perforated casing completion dan liner completion.

Upload: inu-redz

Post on 26-Jul-2015

288 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Formation Completion

BAB III

FORMATION COMPLETION

3.1. Pengertian dan Tujuan Well Completion

Well Completion adalah pekerjaan tahap akhir atau pekerjaan

penyempurnaan untuk mempersiapkan suatu sumur pemboran menjadi sumur

produksi. Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimum dan mengatasi efek

negatif dari setiap lapisan produktif maka harus dilakukan pemilihan metode well

completion yang tepat dan ukuran peralatan yang sesuai untuk setiap sumur.

Tidak ada dua jenis well completion yang sama persis antara sumur satu dengan

yang lainnya, tetapi selalu bervariasi tergantung dari faktor yang dipertimbangkan.

Tujuan dari well completion adalah mengatur aliran fluida dari formasi produktif

dasar sumur ke permukaan sebaik mungkin.

3.2. Jenis-Jenis Formation Completion

Metoda well completion terbagi atas tiga bagian utama, yaitu bottom hole

(formation) completion, tubing completion dan wellhead completion. Bottom hole

completion dapat dilakukan secara open hole completion, perforated casing

completion dan liner completion.

Pada tubing completion diusahakan agar mampu mengangkat fluida yang

telah berada dalam lubang sumur ke permukaan dengan semaksimal mungkin.

Tubing completion berdasarkan jumlah production string yang digunakan dalam

satu sumur, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu single completion, commingle

completion, dan multiple completion.

Wellhead completion dimaksudkan untuk memberikan keselamatan kerja

pada waktu penggantian atau pemasangan peralatan produksi dibawah permukaan

dan juga berfungsi untuk mengontrol aliran fluida dari sumur.

Dari semua jenis tipe komplesi secara umum, adapun halnya yang akan

dibahas lebih terperinci hanya Bottom hole (Formation) Completion.

Page 2: Formation Completion

3.2.1. Bottom Hole (Formation) Completion

Merupakan jenis komplesi yang berfungsi untuk memaksimalkan aliran

fluida dari reservoir ke dalam lubang sumur. Berdasarkan pemasangan peralatan

dan fungsinya maka formation completion dapat dibagi menjadi beberapa metode

yaitu open hole completion, perforated casing completion dan Liner completion.

3.2.1.1. Open Hole Completion

Merupakan metode yang paling sederhana dan paling murah yaitu

dengan membuka seluruh formasi produktifnya, casing dipasang dan disemen di

atas lapisan produktifnya sehingga formasi produktif tidak tertutup secara

mekanis, sehigga aliran fluida reservoir dapat langsung masuk ke dalam lubang

sumur tanpa penghalang. Gambar 3.1 menunjukkan penampang metode open hole

completion.

Metode ini hanya dipakai untuk formasi yang terkosolidasi dengan baik,

sehingga tidak mudah gugur. Ciri formasinya adalah tebal dan tekanan formasinya

relatif rendah.

Dalam mengevaluasi well performance standart yang dipakai ialah PI dari

open hole yang menembus seluruh zona atau lapisan produktif dimana tidak ada

gangguan permeabilitas di sekitar lubang sumurnya.

Metoda ini merupakan metoda paling sederhana dan termurah, dimana

casing dipasang hanya sampai puncak formasi produktif (Gambar 3.1), sehingga

formasi produktif tidak tertutup secara mekanis. Metoda ini hanya cocok untuk

formasi yang kompak (tidak mudah gugur, harga factor sementasi ”m” 2 sampai

2.2). Misalnya limestone, dimana tidak dikhawatirkan adanya keguguran,

Page 3: Formation Completion

kemudian zone lapisan produktifnya hanya satu tetapi tebal dan tekanan

formasinya relatif cukup rendah.

Gambar 3.1.

Open Hole Completion 2)

Faktor yang perlu diketahui dan diperhatikan dalam perencanaan open

hole completion adalah kestabilan formasi, dimana hal ini sangat berkaitan dengan

terjadinya keruntuhan lubang bor pada saat operasi dilakukan, baik pemboran

maupun produksi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesetabilan formasi

pada batuan karbonat adalah sementasi batuan dan kekuatan formasi.

A. Perhitungan Rate Produksi Pada Fully Penetrating Well

Tingkat kedalaman pemboran sangat berpengaruh terhadap besarnya rate

produksi yang di hasilkan. Fully penetrating well merupakan sumur dimana

pemboran menembus seluruh ketebalan formasi produktif.

Page 4: Formation Completion

Untuk kondisi ini dimana aliran fluida membentuk aliran radial, maka

penentuan rate produksi dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh

Darcy, sebagai berikut :

q=7 .082kh (Pe−Pwf )

μο Bο ln (re/rw ) ....................................................................... (3-1)

B. Perhitungan Rate Produksi Pada Partially Penetrating Well

Partial penetration well merupakan sumur dengan lubang pemboran hanya

mencapai sebagian dari ketebalan formasi produktif sebagaimana terlihat dalam

Gambar 3.2.

Gambar 3.2.

Partially Penetration Well 8)

Muskat menyatakan bahwa kapasitas produksi pada partially penetration

well adalah berbanding lurus terhadap fraksi penembusan/penetrasi dari ketebalan

total formasi produktif.

Untuk sumur-sumur open hole completion, dimana sumur hanya

menembus sebagian formasinya (partially penetrating wells) seperti ditunjukkan

pada Gambar 3.2, maka produktivitas sumur dapat ditentukan sebagai berikut :

q=7 .082khf (Pe−Pwf )

μο Bο ln (re /r w) [1+7rw

2 fhcos ( f 900 )]

................................... (3-2)

Page 5: Formation Completion

dimana :

f = fraksi penetrasi (D/h), tanpa satuan

D = jarak kedalaman penetrasi, ft.

Partial penetration well dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut :

Pengaruh coning.

Adanya pengaruh coning dalam hubungannya dengan partial penetration akan

menggangu effisiensi pengurasan sumur. Gambar 3.2 menunjukkan jenis cone

yang terjadi pada suatu sumur akibat berkurangnya tekanan disekitar sumur.

Cone akan bertambah dengan bertambahnya tekanan drawdown sumur.

Tekanan drawdown maksimum tanpa menyebabkan air masuk ke dalam

sumur dapat diperkirakan dengan rumus :

Pmax = 0.433 (w – o) hmax ................................................................ (3-3)

Pengaruh berkurangnya tekanan dasar sumur (Pwf).

Tekanan dasar sumur pada partially penetrating adalah lebih kecil dari pada

kondisi totally penetration.

Pengaruh skin damage.

Adanya perubahan aliran fluida secara radial menjadi spherical karena

pengaruh partial penetration ini akan menyebabkan bertambahnya pressure

drop disekitar lubang bor yang dinyatakan dengan extra skin faktor. Menurut

Brons dan Marting, besarnya pseudo skin dapat ditentukan dan merupakan

fungsi dua parameter, yaitu fraksi penetrasi (b) dan perbandingan ketebalan

lapisan produktif terhadap jari-jari sumur, atau :

b= total int erval penembusanketebalan total formasi produktif

hrw

= ketebalan lapisan produktifjari− jari sumur

Page 6: Formation Completion

Jenis komplesi sangat cocok diterapkan pada reservoir solution gas drive.

Pemakaian open hole completion pada suatu formasi mempunyai beberapa

keuntungan dan kelemahan.

Beberapa keuntungan metoda open hole completion adalah :

1. Laju produksi dapat mencapai harga maksimum, karena diameter lubang

sumur yang terbuka adalah lebar didepan formasi produktifnya.

2. Sumur mudah dilakukan pemboran yang lebih dalam saat workover.

3. Tidak memerlukan biaya perforasi dan mengurangi kerusakan formasi.

4. Penggantian sistem komplesi mudah dilakukan, seperti memasang liner atau

perforated completion.

5. Intepretasi log memberikan hasil yang cukup baik.

Sedang kelemahan open hole completion adalah sebagai berikut :

1. Produksi air dan gas sulit dikontrol.

2. Sumur lebih banyak memerlukan pekerjaan workover atau clean-out.

3. Sukar dilakukan stimulasi secara selektif.

4. Pemasangan casing dilakukan dengan cara coba-coba sebelum pemboran

terhadap formasi produktif.

3.2.1.2. Perforated Casing Completion

Dalam metoda ini casing produksi dipasang menembus formasi produktif

dan disemen. Selanjutnya dilakukan perforasi pada interval-interval yang

diinginkan. Dengan adanya casing, maka formasi yang mudah gugur dapat

ditahan. Metoda ini banyak diterapkan pada sumur-sumur dengan formasi

produktif kurang kompak dan banyak fracture atau porositas bergoa, yang dapat

menyebabkan keruntuhan formasi. Untuk komunikasi antara formasi produktif

dengan lubang sumur dilakukan perforasi sebagai saluran masuknya minyak ke

lubang sumur. Perforated casing completion umumnya digunakan pada formasi-

formasi dengan faktor sementasi (m) lebih kecil dari 1.7.

Page 7: Formation Completion

Perforated casing completion merupakan metode completion yang paling

umum diterapkan dilapangan minyak, karena adanya beberapa faktor yang

menguntungkan, yaitu:

1. Memberikan kemungkinan paling baik untuk pekerjaan-pekerjaan yang akan

datang (workover dan stimulasi sumur).

2. Memungkinkan memproduksi beberapa zona secara bersama-sama melalui

tubing yang terpisah.

3. Zona-zona dapat distimulasi secara selektif.

4. Memungkinkan pemboran melalui zona produktif untuk pemasangan casing

jika diperlukan.

5. Adanya keruntuhan formasi dapat ditahan oleh casing.

Dalam metoda perforated casing completion ini, terlebih dahulu harus

dipahami mengenai teknik perforasi, interval perforasi, pressure drop pada

perforasi dan pemilihan jenis perforator yang sesuai agar pekerjaan ini berhasil

dengan baik.

A. Teknik Perforasi

Pada umumnya teknik perforasi secara konvensional dilakukan dengan

menggunakan wireline, dimana kedalaman perforator ditentukan dengan

mengukur panjang kabel dan penyalaannya dilakukan dipermukaan. Selama

pengerjaan diperlukan lumpur bor untuk mengimbangi tekanan sumur agar tidak

terjadi blow out. Disini ada dua macam perforasi yang umum, yaitu perforasi

overbalance dan perforasi underbalance.

1. Perforasi Overbalance

Teknik perforasi ini dilakukan pada kondisi dimana tekanan dasar sumur lebih

besar dari tekanan formasi, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.3. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa cara ini tidak menguntungkan, dikarenakan

lubang hasil perforasi akan tersumbat oleh partikel-partikel, seperti lumpur

dan serpih pecahan batuan sebagai akibat aliran fluida pemboran dari lubang

Page 8: Formation Completion

sumur ke dalam formasi pada saat pelubangan. Hal ini terjadi karena tekanan

dasar sumur lebih tinggi dari tekanan formasi, sehingga pada saat sumur

diproduksikan, aliran fluida akan terhalang oleh partikel padatan yang

menyumbat lubang perforasi.

2. Perforasi Underbalance

Perforasi underbalance merupakan kebalikan dari teknik perforasi

overbalance, yaitu tekanan dasar sumur lebih kecil dari tekanan formasi. Pada

dasarnya secara teknik perforasi teknik underbalance dapat digolongkan

menjadi dua metoda, yaitu metoda wireline dan tubing conveyed (Gambar

3.4).

Gambar 3.3.

Metoda Perforasi Overbalance 16)

Page 9: Formation Completion

Gambar 3.4.

Metoda Perforasi Underbalance 16)

Karena perforasi dilakukan pada tekanan formasi lebih tinggi dari tekanan

dasar sumur, maka saat setelah perlubangan akan terjadi aliran fluida kedalam

sumur, dimana aliran ini akan membersihkan lubang perforasi dari pecahan

batuan, semen dan padatan lumpur pemboran.

B. Penentuan Interval Perforasi

Penentuan interval perforasi dimaksudkan untuk mendapatkan suatu posisi

dan panjang rangkaian perforasi optimum yang memberikan laju produksi

maksimum tanpa ikut terproduksinya air dan gas. Chierici menggunakan model

potentiometric dalam mencari hubungan antara laju produksi kritis dengan

parameter-parameter reservoir serta produksi untuk menentukan interval perforasi

serta posisinya.

Anggapan-anggapan atau asumsi yang digunakan dalam perhitungan

Chierici ini adalah sebagai berikut :

Reservoir homogen.

Kontak antar muka fluida adalah horizontal pada kondisi statik.

Pengaruh tekanan kapiler diabaikan.

Fluida reservoir bersifat incompressible.

Page 10: Formation Completion

Volume aquifer terbatas dan tidak memiliki kontribusi sebagai mekanisme

dorong reservoir.

Gas cap berkembang dengan kecepatan yang relatif kecil, sehingga gradient

potensialnya diabaikan.

Laju produksi minyak yang melalui sumur produksi tidak boleh melebihi harga :

Qoc , w=3 . 073×10−3[ h2 Δρwo kh

μo Bo]ψ (rDe , f b , hcw /h )

............................. (3-4)

Qoc , g=3 . 073×10−3[ h2 Δρog kh

μo Bo]ψ (r De , f b , hcg/h )

.............................. (3-5)

dimana :

Qoc,w = laju produksi maksimum sebelum terjadi water coning, stb/hari

Qoc,g = laju produksi maksimum sebelum terjadi gas coning, stb/hari

wo = selisih berat jenis air-minyak, gr/cc

og = selisih berat jenis minyak-gas, gr/cc

kh = permeabilitas horisontal, mD

kv = permeabilitas vertikal, mD

o = viskositas minyak, cp

Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/stb

rDe = parameter jari-jari pengurasan, ft =re /h√(kh /kv )

fb = fraksi total kolom minyak yang dikomplesi

hcg = jarak dari batas gas-minyak ke puncak interval perforasi, ft

hcw = jarak dari batas air-minyak ke dasar interval perforasi, ft

h = total ketebalan kolom minyak, ft.

Berdasarkan persamaaan (3-4) dan (3–5), maka bila laju produksi minyak

(Qo) lebih besar dari (Qoc,w) akan terjadi water coning sehingga akan menyebabkan

terproduksinya air. Demikian pula bila Qo lebih besar dari Qoc,g maka akan terjadi

gas coning yang akan menyebabkan terproduksinya gas. Agar tidak terjadi coning

secara simultan, maka Qo harus memenuhi persamaan :

Page 11: Formation Completion

Qo Qow dan Qo Qog ...................................................................... (3–6)

Dengan diketahuinya harga-harga re, h, kh, kv, o, rw, re, µo dan Bo, maka

dengan menggunakan bantuan Gambar 3.5 dapat ditentukan interval perforasi dan

posisinya dengan prosedur sebagai berikut :

a. Hitung harga rDe.

b. Tentukan harga og/ow.

c. Misalkan kemungkinan harga fb.

d. Dengan menggunakan salah satu Gambar 3.5 yang sesuai dengan harga rDe,

salah satu dari beberapa kemungkinan harga fb, dan harga og/ow, maka

akan diperoleh harga .

Apabila terdapat aquifer dan gas cap, maka kondisi maksimum laju produksi

kritis secara teoritis adalah memenuhi kondisi berikut :

Qoptimum = Qoc,g = Qoc,w

e. Hitung harga-harga Qoptimum dengan persamaan (3-4) dan (3-5) dengan

menggunakan harga-harga yang telah diperoleh pada langkah d.

f. Dengan mengetahui kemampuan sumur pada berbagai interval perforasi, maka

dari berbagai harga Qoptimum yang telah dihitung pada langkah e dapat

ditentukan harga Qoptimum yang sesuai atau laju kritis yang sesuai dari sumur

yang bersangkutan.

g. Dari harga Qoptimum yang diperoleh pada langkah f, maka harga fb untuk

sumur yang bersangkutan dapat diketahui, sehingga harga-harga berikut

ini diperoleh :

b = fb h = panjang interval perforasi

hcg = dg h = jarak antara batas gas-minyak sampai puncak perforasi

hcw = h – b – hcg = jarak antara batas air-minyak, sampai dasar perforasi.

Page 12: Formation Completion

Gambar 3.5.

Kurva Fungsi Terhadap rDe Untuk Menentukan Interval Perforasi 8)

C. Pressure Drop Perforasi

Carl Granger dan Kermit Brown menggunakan analisa nodal untuk

mengevaluasi penurunan tekanan (pressure drop) yang melalui lubang perforasi,

pada berbagai harga density perforasinya. Analisa nodal ini, diterapkan untuk

standart perforated well, dengan menganggap perforated hole turun sebesar 90o

dan tidak terjadi adanya damage zone disekeliling lubang bor.

Anggapan-anggapan lain yang digunakan dalam mengevaluasi pressure

drop melalui lubang perforasi ini adalah :

1. permeabilitas dari crushed zone atau compact zone adalah :

Page 13: Formation Completion

2. 10% dari permeabilitas formasi, apabila diperforasi dengan tekanan

overbalanced (tekanan hidrostatik dalam lubang bor lebih besar dari pada

tekanan formasi).

a. 40% dari permeabilitas formasi, apabila diperforasi dengan tekanan

underbalanced (tekanan hidrostatik dalam bor lebih kecil dari pada

tekanan formasi).

3. Ketebalan crushed zone adalah ½ inchi.

4. Infinite reservoir, sehingga Pwfs tetap pada sisi dari compact zone. Jadi pada

closed outer boundary, konstanta –¾ pada persamaan Darcy dihilangkan.

5. Untuk mengevaluasi pressure drop melalui lubang perforasi digunakan

persamaan dari Jones, Blount dan Galze.

Persamaan yang digunakan untuk open perforation drop sumur-sumur

minyak, yaitu :

Pwfs – Pwf = aq2 + bq = P................................................................... (3-7)

Atau :

P=[2 . 30×10−14 βBo ρo ( 1

r p

+ 1rc

)]Lp

2q2+[ μo Bo( ln

re

r p)

7 . 08×10−3 Lpk p]q

.............. (3-8)

dimana :

Bo = faktor volume formasi, bbl/stb

o = densitas minyak, lb/cuft

Lp = perforation length, ft

kp = permeabilitas compact zone, mD (kp = 0.1 k formasi, jika overbalance

dan kp = 0.4 k formasi jika kondisi underbalanced)

rp = jari-jari lubang perforasi, ft

rc = jari-jari compacted zone, ft (rc = rp + 0.5 inch)

o = viskositas minyak, cp.

Page 14: Formation Completion

D. Jenis Perforator

Jenis perforator ada dua macam, yaitu bullet perforator dan shape charge

(jet) perforator.

1. Bullet (Gun) Perforator

Gambar 3.6 memperlihatkan bentuk irisan melintang dari gun perforator.

Gun body terdiri dari silinder panjang yang terbuat dari besi, sejumlah gun

ditempatkan pada gun body dengan interval tertentu. Masing-masing gun berisi

sebuah ”bullet” (peluru) yang terbuat dari baja.

Gambar 3.6.

Bentuk Irisan Melintang Suatu Gun Perforator 2)

Rangkaian gun body yang berisi beberapa gun diturunkan ke dalam sumur

dengan bantuan wire line. Melalui wire line arus listrik dialirkan dari permukaan

menuju igniter (penyala/pematik api) untuk menyalakan propellant (bahan

pembakar) yang terdapat di dalam catridge tube (tempat peluru). Terbakarnya

propellant disertai dengan timbulnya ledakan yang mampu melontarkan bullet

Page 15: Formation Completion

dengan kecepatan yang sangat tinggi, hingga dapat menembus casing, semen dan

formasi yang ditargetkan. Tembakan gun dapat dilakukan secara satu per satu atau

secara serentak. Proses perforasi dengan gun perforator dapat dilihat pada Gambar

3.7.

Gambar 3.7.

Proses Perforasi Dengan Gun Perforator 2)

Berikut beberapa keuntungan penggunaan bullet perforator :

Ekonomis untuk interval perforasi kecil.

Dapat menimbulkan rekahan pada formasi, sehingga dapat memperbesar

permeabilitas didepan lapisan produktifnya.

Lubang yang dihasilkan bulat, sehingga apabila sewaktu-waktu diperlukan

dapat disumbat dengan klep bola.

Pada formasi yang lunak, lubang yang dihasilkan lebih dalam dibandingkan

dengan jet perforator.

Besarnya ”stand off” (jarak perforator dengan casing) tidak begitu

berpengaruh terhadap kekuatan penembusan.

Sedangkan kerugian dari penggunaan gun perforator adalah:

Page 16: Formation Completion

Tidak dapat digunakan untuk formasi bertemperatur tinggi (lebih dari 250 oF).

Pada lapisan tipis, terbentuknya rekahan dapat menyebabkan ikut terproduksinya

air ataupun gas.

Kurang baik untuk casing yang berlapis-lapis dan formasi yang keras, juga

jenis ini tidak dapat digunakan untuk perforasi pada permanent type

completion, karena tidak dapat diturunkan melalui tubing (diameternya lebih

besar dari diameter tubing).

2. Jet Perforator

Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan bullet perforator. Disini bukan

gaya explosive (bahan peledak berkekuatan besar/propellant) yang

melontarkan bullet, melainkan explosivenya sendiri yang diarahkan oleh

bentuk explosive charge menjadi arus berkekuatan besar ke sasaran yang telah

ditentukan. Proses perforasi dengan menggunakan jet perforator dapat dilihat

pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8.

Proses Perforasi Dengan Jet Perforator 2)

Page 17: Formation Completion

Dalam hal ini liner (penyekat) dan case (tempat bahan peledak) yang

hancur akibat ledakan explosive, akan menyatu dengan arus jet berkekuatan tinggi

( 3000 feet/detik) dan secara bersama-sama menembus casing, semen dan

lapisan produktif yang telah ditargetkan. Masuknya pecahan liner dan case yang

terbawa oleh arus jet (disebut dengan carrot) ke dalam lapisan produktif dapat

menutup perforasi yang telah dibuat. Tetapi disain jet perforator yang baru

mampu mengatasi masalah seperti ini.

Jet perforator ada yang diturunkan pada alat retrievable (yang dapat

diambil kembali) seperti halnya gun perforator, ada pula yang setelah penembakan

dapat hancur dengan sendirinya. Beberapa keuntungan penggunaan jet perforator

adalah sebagai berikut :

Dapat digunakan untuk formasi dengan temperatur tinggi, yaitu hingga 400 oF.

Tidak menimbulkan rekahan yang besar pada semen dan formasi, sehingga

terproduksinya air dapat dicegah.

Lebih murah untuk interval perforasi yang panjang karena dapat menghasilkan

lubang yang banyak untuk sekali pengoperasian.

Penembusan pada formasi yang keras lebih baik dari pada gun perforator.

Cocok untuk perforasi pada permanent type completion, karena dapat

diturunkan melalui tubing (diameternya lebih kecil dari pada diameter tubing).

Kerugian jet perforator adalah sebagai berikut :

Rekahan yang dihasilkan kecil, sehingga tidak dapat menaikkan harga

permeabilitas pada lapisan yang tebal.

Karena lubang yang dihasilkan runcing-runcing dibagian dalam dan

tidak bulat, maka klep-klep bola tidak dapat digunakan untuk menutupnya

bila diperlukan.

Stand off (jarak perforator dengan casing) yang besar akan mengurangi

kecepatan jet.

3.2.1.3. Liner Completion

Page 18: Formation Completion

Metoda ini biasa digunakan untuk formasi produktif dengan faktor

sementasi antara 1.4 sampai 1.7. Liner completion dapat dibedakan menjadi dua

berdasarkan cara pemasangan linernya, yaitu screen liner completion dan

perforated liner completion.

1. Screen Liner Completion

Dalam metoda ini casing dipasang sampai puncak dari lapisan/zona

produktif, kemudian liner dipasang pada formasi produktif yang dikombinasikan

dengan screen, sehingga pasir yang terproduksi tertahan oleh screen. Komplesi

jenis ini ditunjukkan pada Gambar 3.9 (a).

Keuntungan screen liner completion adalah sebagai berikut :

1. Formation damage selama pemboran melewati zona produktif dapat dikurangi

karena tidak dilakukan penyemenan.

2. Pengurangan biaya karena tidak perlu memasang production casing sampai

permukaan dan tidak melakukan perforasi.

3. Dapat disesuaikan dengan cara khusus untuk mengontrol pasir.

4. Pekerjaan pembersihan lubang dapat dihindarkan.

Kerugian screen liner completion adalah sebagai berikut :

1. Produksi air dan gas sulit dikontrol.

2. Stimulasi tidak dapat dilakukan secara selektif.

3. Rig time bertambah dengan digunakannnya cable tool.

4. Sumur tidak mudah ditambah kedalamannya.

5. Fluida tidak mengalir dengan diameter penuh.

(a) (b)

Page 19: Formation Completion

Gambar 3.9Liner Completion 2)

(a) Screenliner completion ; (b) Perforatedliner completion

2. Perforated Liner Completion

Dalam metoda ini casing dipasang sampai di atas zona produktifnya,

kemudian disambung dengan casing liner yang disemen dan diperforasi. Jenis

komplesi ini diperlihatkan pada Gambar 3.9 (b).

Keuntungan metoda perforated liner completion adalah sebagai berikut :

1. Produksi gas atau air dapat dikontrol.

2. Stimulasi dapat dilakukan secara selektif.

3. Sumur dapat ditambah kedalaman dengan mudah.

Kerugian metoda perforated liner completion adalah sebagai berikut :

1. Fluida mengalir kelubang sumur tidak dengan diameter penuh.

2. Interpretasi log kritis, karena perlu dilakukan gamma ray log agar tidak salah

memilih lapisan pasir dan menghindari zona sub margin pada saat akan

dilakukan perforasi.

3. Penyemenan liner sulit dilakukan.

4. Ada tambahan biaya untuk perforasi, penyemenan dan rig time.