bab ii well completion

41
BAB II WELL COMPLETION 2.1. DASAR TEORI Setelah pemboran mencapai target pemboran (formasi produktif), maka sumur perlu dipersiapkan untuk dikomplesi. Persiapan sumur untuk dikomplesi bertujuan untuk memproduksikan fluida hidrokarbon ke permukaan. Komplesi sumur demikian dikenal dengan istilah Well Completion. Komplesi sumur meliputi bagian tahapan operasi produksi, yaitu : 1. Tahap pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi (production casing). 2. Tahap perforasi dan atau pemasangan pipa liner. 3. Tahap penimbaan (swabbing) sumur. 2.1.1. Metoda Well Completion. Kriteria umum untuk klasifikasi metode well completion didasarkan pada beberapa faktor, yaitu : Down-hole completion atau formation completion, yaitu membuat hubungan antar formasi produktif dengan tiga metoda, yaitu : 1) Open-hole completion (komplesi sumur dengan formasi produktif terbuka).

Upload: mierza-saputra

Post on 06-Aug-2015

533 views

Category:

Documents


46 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Well Completion

BAB II

WELL COMPLETION

2.1. DASAR TEORI

Setelah pemboran mencapai target pemboran (formasi produktif), maka

sumur perlu dipersiapkan untuk dikomplesi. Persiapan sumur untuk dikomplesi

bertujuan untuk memproduksikan fluida hidrokarbon ke permukaan. Komplesi

sumur demikian dikenal dengan istilah Well Completion.

Komplesi sumur meliputi bagian tahapan operasi produksi, yaitu :

1. Tahap pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi

(production casing).

2. Tahap perforasi dan atau pemasangan pipa liner.

3. Tahap penimbaan (swabbing) sumur.

2.1.1. Metoda Well Completion.

Kriteria umum untuk klasifikasi metode well completion didasarkan pada

beberapa faktor, yaitu :

Down-hole completion atau formation completion, yaitu membuat hubungan

antar formasi produktif dengan tiga metoda, yaitu :

1) Open-hole completion (komplesi sumur dengan formasi produktif

terbuka).

2) Cased-hole completion atau perforated completion (komplesi sumur

dengan formasi produktif dipasang casing dan diperforasi).

3) Sand exclussion completion (problem kepasiran).

Tubing completion (komplesi pipa produksi) yaitu merencanakan

pemasangan atau pemilihan pipa produksi (tubing), yaitu meliputi metoda

natural flow dan artificial lift.

Well-head completion yaitu meliputi komplesi X-mastree, casing head, dan

tubing head.

2.1.1.1. Open-hole Completion

Page 2: Bab II Well Completion

Pada metoda ini, pipa selubung produksi hanya dipasang hingga di atas zone

produktif ( zona produktif terbuka). Metoda komplesi ini diterapkan jika formasi

produktif kompak, dan keuntungannya adalah didapatkan lubang sumur secara

maksimum, kerusakan/skin akibat perforasi dapat dieliminir, mudah dipasang

screen, liner, gravel packing dan mudah diperdalam apabila diperlukan. Kerugian

metoda ini adalah sulit menempatkan casing produksi pada horison yang tepat

diatas zona produktif, sukarnya pengontrolan bila produksi air atau gas

berlebihan dan sukarnya menentukan zona stimulasi.

2.1.1.2. Conventional Perforated Completion

Pada tipe komplesi ini, casing produksi disemen hingga zona produktif,

kemudian dilakukan perforasi. Komplesi ini sangat umum dipakai, terutama

apabila formasi perlu penahan atau pada formasi yang kurang kompak.

Keuntungan metoda ini, produksi air atau gas yang berlebihan mudah

dikontrol, stimulasi mudah dilakukan, mudah dilakukan penyesuaian untuk

konfigurasi multiple completion jika diperlukan. Kerugian metoda ini, diperlukan

biaya untuk perforasi dan kerusakan (damage) akibat perforasi.

2.1.1.3. Sand Exclusion Types.

Akibat telepasnya pasir dari formasi dan terproduksi bersama fluida, dapat

menyebabkan abrasi pada alat-alat produksi dan kerugian lain, maka untuk

mengatasi adanya kepasiran diperlukan cara pencegahan pada sistem

komplesinya, yaitu dengan menggunakan :

1. Slotted atau screen liner.

2. Menutup permukaan formasi dengan gravel dan ditahan dengan screen

(gravel) packing system.

2.1.1.3.1. Slotted atau Screen Liner.

Cara ini dapat diterapkan baik pada open-hole maupun cased-hole, yaitu dengan

menempatkan slot atau screen didepan formasi. Terdapat tiga bentuk/macam

screen :

a. Horizontal slotted screen.

b. Vertical slotted screen.

c. Wire wrapped screen.

Page 3: Bab II Well Completion

Untuk pemasangan liner, mud cake harus dibersihkan terlebih dahulu dari

zona produktif untuk mencegah terjadinya penyumbatan (plugging) dengan

menggunakan fluida bebas clay aktif pada fluida komplesinya atau dengan air

garam.

2.1.1.3.2. Gravel Packing

Gravel pack juga dapat dikerjakan baik pada open hole maupun pada cased

hole completion. Metoda ini dilakukan baik untuk memperbaiki kegagalan screen

liner maupun sebagai metoda komplesi yang dipilih.

Sebelum menempatkan gravel, lubang harus dibersihkan sehingga ruang/gua

untuk menempatkan gravel dapat dibuat, kemudian memasukkan screen liner dan

pompakan gravel sampai mengisi seluruh ruang atau gua di muka formasi

produktif, dengan demikian pasir akan tertahan oleh gravel sehingga fluida

produksi bebas dari pasir.

2.1.2. Perforasi

Pembuatan lubang menembus casing dan semen sehingga terjadi

komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi

dapat mengalir ke dalam sumur, disebut perforasi.

2.1.2.1. Perforator

Untuk melakukan perforasi, digunakan perforator yang dibedakan atas dua

tipe perforator :

a. Bullet/Gun perforator.

b. Shape charge/Jet perforator.

2.1.2.1.1. Bullet/Gun perforator

Komponen utama dari bullet perforator meliputi :

a. Fluid seal disk : pengaman agar fluida sumur tidak masuk ke

dalam alat.

b. Gun barrel. Badan gun dimana disekrupkan dan untuk menempatkan

sumbu (ignitor) dan propellant (peluru) dengan shear disk didasarnya,

untuk memegang bullet ditempatnya sampai tekanan maksimum dicapai

karena terbakarnya powder.

Page 4: Bab II Well Completion

c. Electric Wire : kawat listrik yang meneruskan arus untuk

pengontrolan pembakaran powder charge.

d. Gun body terdiri dari silinder panjang terbuat dari besi yang

dilengkapi dengan suatu alat kontrol untuk penembakan. Sejumlah

gun/susunan gun ditempatkan dengan interval tertentu dan diturunkan

kedalam sumur dengan menggunakan kawat ( electric wire-line cable)

dimana kerja gun dikontrol dari permukaan melalui wireline untuk

melepaskan peluru (penembakan) baik secara sendiri maupun serentak.

2.1.2.1.2. Jet Perforator

Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan gun perforator, bukannya gaya

powder yang melepas bullet tetapi powder yang eksplosif diarahkan oleh bentuk

powder chargenya menjadi suatu arus yang berkekuatan tinggi yang dapat

menembus casing, semen, dan formasi.

2.1.2.2. Kondisi Kerja Perforasi

2.1.2.2.1. Conventional Overbalance

Merupakan kondisi kerja di dalam sumur dimana tekanan formasi dikontrol

oleh fluida/lumpur komplesi atau dengan kata lain bahwa tekanan hidrostatik

lumpur (Ph) lebih besar dibandingkan tekanan formasi (Pf), sehingga

memungkinkan dilakukan perforasi, pemasangan tubing dan perlengkapan sumur

lainnya.

Cara overbalance ini, umumnya digunakan pada :

a. Komplesi multizona.

b. Komplesi gravel-pack (cased-hole).

c. Komplesi dengan menggunakan liner.

d. Komplesi pada casing intermidiate.

Masalah/problem yang sering timbul dengan teknik overbalance ini adalah :

a. Terjadinya kerusakan formasi (damage) yang lebih besar, akibat

reaksi antara lumpur komplesi dengan mineral-mineral batuan

formasi.

b. Penyumbatan oleh bullet/charge dan runtuhan batuan.

c. Sulit mengontrol terjadinya mud-loss dan atau kick.

Page 5: Bab II Well Completion

d. Clean-up sukar dilakukan.

2.1.2.2.2. Underbalance

Merupakan kebalikan dari overbalance, dimana tekanan hidrostatik lumpur

komplesi lebih kecil dibandingkan tekanan formasi. Cara ini sangat cocok

digunakan untuk formasi yang sensitif/reaktif dan umumnya lebih baik

dibandingkan overbalance, karena :

a. Dengan Ph < Pf, memungkinkan terjadinya aliran balik : dari formasi

ke sumur, sehingga hancuran hasil perforasi (debris) dapat segera

terangkat keluar dan tidak menyumbat hasil perforasi.

b. Tidak memungkinkan terjadinya mud-loss dan skin akibat reaksi

antara lumpur dengan mineral batuan.

c. Clean-up lebih cepat dan efektif.

2.1.2.3. Teknik/Cara Perforasi

Berdasarkan cara menurunkan gun ke dalam sumur, ada dua teknik

perforasi, yaitu :

a. Teknik perforasi dengan wireline (wireline conveyed perforation).

b. Teknik perforasi dengan tubing (tubing conveyed perforation).

2.1.2.3.1. Wireline Conveyed Perforation

Pada sistem ini gun diturunkan ke dalam sumur dengan menggunakan

wireline (kawat listrik).

a. Wireline conveyed perforation

Biasanya menggunakan gun berdiameter besar. Kondisi kerja perforasi

dengan teknik ini adalah overbalance, sehingga tidak terjadi aliran setelah

perforasi dan menara pemboran dengan blow out preventer (BOP) masih tetap

terpasang untuk penyelesaian sumur lebih lanjut.

b. Wireline conveyed tubing gun

Gun berdiameter kecil dimasukkan kedalam sumur melalui X-mastree dan

tubing string, setelah tubing dan packer terpasang diatas interval perforasi.

Penyalaan gun dilakukan pada kondisi underbalance dan untuk operasi ini,

Page 6: Bab II Well Completion

umumnya tidak diperlukan menara pemboran tetapi cukup dengan lubricator (alat

kontrol tekanan) atau snubbing unit.

2.1.2.3.2. Tubing Conveyed Perforator (TCP).

Gun berdiameter besar dipasang pada ujung bawah tubing atau ujung tail-

pipe yang diturunkan kedalam sumur bersama-sama dengan tubing string. Setelah

pemasangan X-mastree dan packer, perforasi dilakukan secara mekanik dengan

menjatuhkan bar atau go-devil melalui tubing yang akan menghantam firing-head

yang ditempatkan di bagian atas perforator. Perforasi dapat dilakukan baik pada

kondisi overbalance maupun underbalance dan setelah perforasi dilakukan, gun

dibiarkan tetap tergantung atau dijatuhkan ke dasar sumur (rathole).

2.1.3. Swabbing

Swabbing adalah pengisapan fluida sumur/fluida komplesi setelah perforasi

pada kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat

mengalir masuk kedalam sumur dan kemudian diproduksikan ke permukaan. Ada

2 sistem pengisapan fluida yang berbeda pada sumur sebelum diproduksikan,

yaitu :

1. Penurunan densitas cairan.

Dengan menginjeksikan lumpur yang mempunyai densitas lebih kecil dari

fluida yang berada di sumur, sehingga densitas lumpur baru akan

memperkecil tekanan hidrostatik (Ph) fluida sumur, sehingga akan terjadi

aliran dari formasi menuju sumur produksi selanjutnya ke permukaan.

2. Penurunan kolom cairan.

Seperti halnya penurunan densitas, untuk tujuan menurunkan tekanan

hidrostatik fluida dalam sumur agar lebih kecil dari tekanan formasi, dapat

dilakukan dengan dua cara :

a. Pengisapan

Dengan memasukkan karet penghisap (swabb-cup) yang berdiameter

persis sama dengan tubing untuk swabbing. Dengan cara menari swab-

cup keatas, maka tekanan dibawah swab-cup menjadi kecil sehingga

akan terjadi surge dari bawah yang akan mengakibatkan aliran.

Page 7: Bab II Well Completion

b. Timba

Timba dimasukkan melalui tubing, dimana pada saat timba diturunkan,

katup pada ujung membuka dan bila ditarik katup tersebut akan menutup.

Dengan cara ini, maka suatu saat tekanan formasiakan melebihitekanan

hidrostatik kolom lumpur.

Page 8: Bab II Well Completion

2.2. DESKRIPSI ALAT

2.2.1. - Nama Alat : Casing 11 3/8”

- Fungsi : ● Melindungi lubang bor dari pengaruh-pengaruh

fluida formasi dan tekanan-tekanan di sekitarnya.

Melindungi lubang bor dari keguguran

Memisahkan formasi produktif satu dengan yang

lainnya

Bersama-sama memperkuat dinding lubang bor serta

mempermudah operasi produksi nantinya

- Mekanisme : Casing dipasang mulai dari permukaan yang disebut

dengan conductor casing. Lalu memasang surface

casing, intermediate casing dan yang terakhir pada zona

formasi produktif adalah production casing, dimana

semakin dalam diameter casing semakin kecil.

Gambar 2.1. Casing 11 3/8”

(http://www.bridgat.com/oil_well_casing_tubing_with_api_5ct-o64910.html)

Page 9: Bab II Well Completion

- Spesifikasi :

Tabel II-1. Spesifikasi Casing 11 3/8”

Casing

Size

OD (in)

Casing

coupling

OD (in)

Nominal

Weight

(lbs/ft)

Inside

Diameter

ID (in)

API

Drift ID

(in)

Roller

cone bit

size OD

(in)

Fixed

Cutter

bit size

OD (in)

11-3/4 12.750 42.00 11.084 10.928 10-5/8 10-5/8

11.750 12.750 47.00 11.000 10.884 10-5/8 10-5/8

12.750 54.00 10.880 10.724 10-5/8 10-5/8

12.750 60.00 10.772 10.616 9-7/8 9-7/8

Page 10: Bab II Well Completion

2.2.2. - Nama Alat : Liner

- Fungsi : Menjaga stabilitas lubang bor di

subsurface, selain itu biasanya

dipasangkan dengan screen untuk

menanggulangi problem kepasiran.

- Mekanisme : Dengan menempatkan liner didepan formasi. Terlebih

dahulu mud cake harus dibersihkan untuk mencegah

terjadinya penyumbatan (plugging).

Gambar 2.2. Liner

(http://www.qualitystoves.co.uk/images/liner.png)

Page 11: Bab II Well Completion

- Spesifikasi :

Tabel II-2. Spesifikasi Liner

SizePipe OD-

in

Weight Threads

ends

Liner

(lb/ft) OD-in

¾ 1.05 1.14 14 NDT 0.842

¾ s 1.05 1.48 14 NDT 0.742

1s 4.315 2.18 NU 10 RD 0.957

1 ¼ 1.66 2.3 NU 10 RD 1.38

1 ½ 1.9 2.75 NU 10 RD 1.61

Page 12: Bab II Well Completion

2.2.3. - Nama Alat : Screen

- Fungsi : Mencegah ikut terproduksinya butiran pasir bersamaan

dengan fluida hidrokarbon dari formasi produktif

kedalam lubang sumur

- Mekanisme : Dengan menempatkan screen didepan formasi. Terlebih

dahulu mud cake harus dibersihkan untuk mencegah

terjadinya penyumbatan (plugging).

Jenis-jenis screen :

Horizontal Slotted Screen

Vertical Slotted Screen

Wire Wrapped Screen

Screen memiliki outside diameter yang sama dengan

inside diameter tubing, sehingga ketika dimasukkan

kedalam tubing akan membutuhkan tenaga dorongan

yang relatif cukup besar.

Gambar 2.3. Conventional Screen

(www.jlfiberservices.com/images/Screen-

Cylinder-Purple_sm.gif)

Page 13: Bab II Well Completion

- Spesifikasi :

Table II-3. Spesifikasi Conventional Screen

Base Pipe

OD

(inch)

Base pipe

Weight (lb/ft)

Perforations

Size

(inch)

Perforations

Hole

(per ft)

Screen OD

(inch)

2.375 4.60 3/8” 48 3.24

2.875 6.40 3/8” 48 3.74

3.500 9.20 3/8” 60 4.35

4.000 9.50 3/8” 60 4.86

4.500 11.60 3/8” 72 5.40

5.000 15.00 3/8” 72 5.90

5.500 17.00 3/8” 84 6.40

6.625 24.00 3/8” 84 7.53

7.000 23.00 3/8” 96 7.93

Page 14: Bab II Well Completion

2.2.4. - Nama Alat : Expandable Screen

- Fungsi : 1. Mengatasi adanya masalah kepasiran pada komplesi

sumur.

2. Menyaring fluida formasi yang masuk ke dalam

formasi.

- Mekanisme : Dengan menempatkan screen didepan formasi.Terlebih

dahulu mud cake harus dibersihkan untuk mencegah

terjadinya penyumbatan (plugging). Dengan

menggunakan fluida bebas clay aktif pada fluida

komplesi atau dengan menggunakan air garam.

Expandable screen memiliki outside diameter yang

lebih kecil dari inside diameter tubing, sehingga akan

lebih mudah untuk dimasukkan. Kemudian nantinya

dengan alat tertentu screen ini akan mengembang

sehingga outside diameter akan sama dengan inside

diameter tubing. Expandable Screen biasanya

digunakan pada sumur horizontal dengan kondisi

underbalance.

Gambar 2.4. Expandable Screen

(http://images.pennnet.com/articles/os/thm/

th_122070.jpg)

Page 15: Bab II Well Completion

- Spesifikasi :

Tabel II-4. Spesifikasi Expandable Screen

SizePipe OD-

in

Weight Threads

ends

Line Approx.

ship.wt

(lbs/ft)(lb/ft) OD-in

¾ 1.05 1.14 14 NDT 0.842 1.7

¾ s 1.05 1.48 14 NDT 0.742 2.9

1s 4.315 2.18 NU 10 RD 0.957 3.6

1 ¼ 1.66 2.3 NU 10 RD 1.38 4.5

1 ½ 1.9 2.75 NU 10 RD 1.61 5.2

2 1/16 2.063 3.25 19 EU IRD 1.751 6

3 ½ 3.5 9.2 NU 10 RD 2.992 10

4 ½ 4.5 9.5 NU 10 RD 4.09 12.9

5 5 13 SHT CSG 4.494 14.3

6 5/8 6.625 14 SHT CSG 5.921 19.3

Page 16: Bab II Well Completion

2.2.5. - Nama Alat : Gravel Pack

- Fungsi : 1. Mengatasi masalah kepasiran.

2. Memperbaiki kegagalan screen liner.

- Mekanisme : Sebelum menempatkan gravel, lubang dibersihkan

sehingga ruang atau gua untuk menempatkan gravel

dapat dibuat. Masukkan screen liner dan pompakan

gravel sampai mengisi seluruh ruang atau gua dimuka

formasi produktif sehingga pasir akan tertahan dan

fluida produksi bebas dari pasir.

Gambar 2.5. Gravel Pack

(http:// api_11b_polish_rod_and.html)

Page 17: Bab II Well Completion

- Spesifikasi :

Tabel II-5. Spesifikasi Gravel Pack

Size Thread

B×P

Maximum

OD

(in./mm)

Fishing

OD

(in./mm)

Minimum

ID

(in./mm)

Maximum

Shear Value

(lb/kg)

Model

SS4 4-

in.

Stroke

Model

SS12

12-in.

Stroke

2-

3/8

EU 8rd 3.10 78.74 2.89 73.40 1.98 50.29 43,500

19,731

918220 918243

NU

10rd

918251 918246

2-

7/8

EU 8rd 3.71 94.23 3.55 90.17 2.43 61.72 43,500

19,731

1125211 1125682

NU

10rd

1125446 1126786

3-

1/2

EU 8rd 4.55

115.57

4.30

109.22

2.98 75.69 63,600

28,848

1125135 1127046

NU

10rd

1126839 1127048

4 NU 8rd 4.80

121.92

4.80

121.92

3.46 87.88 63,600

28,848

1151965 1151986

4-

1/2

LTC 5.46

138.68

5.05

128.27

3.91 99.31 63,600

28,848

1152219 1152208

5 LTC 5.88

149.35

5.55

140.97

4.26

108.20

63,600

28,848

1312307 1291447

5-

1/2

LTC 6.05

153.67

6.05

153.67

4.67

118.62

63,600

28,848

1312324 1291458

Page 18: Bab II Well Completion

2.2.6. - Nama Alat : Coiled Tubing

- Fungsi : 1. Pembersihan sumur dan kickoff

2. Drill Stem Test

3. Media untuk injeksi fluida untuk stimulasi

4. Untuk memisahkan zona produksi pada squeeze

cementing.

- Mekanisme : Penggunaan CT untuk operasi pemboran

menggantikan drill pipe konvensional

didasari/didorong oleh tersedianya ukuran CT yang

lebih besar (>1 in.), sehingga memungkinkan untuk

meneruskan hydraulic horsepower ke downhole

motor melalui fluida pernboran untuk memutar pahat

dan sekaligus membersihkan lubang bor.

- Spesifikasi :

Gambar 2.6. Coiled Tubing

(http://www.slb.com)

Coiled Tubing

Page 19: Bab II Well Completion

Tabel II-6. Spesifikasi Coiled tubing

Maximum Operating Pressure Temp

11/16-in. (17.46-mm) to 15/16-in.

(23.81-mm) CHC

5,000 PSI (34,500 kPa) 250°F (121°C)

1-in. (25.40-mm) to 1 1/4-in.

(31.75-mm) CHC

6,000 PSI (41,368 kPa) 275°F (135°C)

1 3/8-in. (34.93-mm) to 6 3/8-in.

(161.93-mm) CHC

7,500 PSI (51,710 kPa) 275°F (135°C)

2.2.7 - Nama Alat : Bullet/Gun Perforator

Page 20: Bab II Well Completion

- Fungsi : Di gunakan untuk melubangi casing produksi sehingga

memberikan ruang untuk mengalirkan fluida dari formasi

ke lubang bor.

- Mekanisme : Tenaga yang dihasilkan oleh bullet untuk melubangi

casing dapat dikontrol dari permukaan juga dapat di

setting sesuai dengan suhu yang diperlukan di bawah

permukaan. Komponen dari bullet yaitu :

Fluid seal disk : pengaman agar fluida sumur tidak

masuk ke dalam alat.

Gun barrel.

Badan gun dimana barrel diskrupkan dan untuk

menempatkan sumbu (ignitor) dan propellant

(peluru) dengan shear disk didasarnya, untuk

memegang bullet ditempatnya sampai tekanan

maksimum dicapai karena terbakarnya powder.

Electric wire : kawat listrik yang meneruskan arus

unutuk mengontrol pembakaran powder charge.

- Spesifikasi :

Gambar 2.7. Bullet Perforated

(cnpc.com.cn)

Page 21: Bab II Well Completion

Tabel II-7. Spesifikasi Bullet/Gun Perforator

Distance 6”

Mesh Range 0, 10-0, 500

Max Saw Dia 4 ½

Saw ID 4 ½

Casing size Up to 20’ max

Page 22: Bab II Well Completion

2.2.8. - Nama Alat : Jet Perforator

- Fungsi : Sebagai pembuat lubang menembus casing sehingga

terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang

mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam

sumur.

- Mekanisme : Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan gun

perforator. Powder yang eksplosif diarahkan oleh

bentuk powder chargernya menjadi suatu arus yang

berkekuatan tinggi yang dapat menembus casing,

semen dan formasi.

Gambar 2.8. Jet Perforator

(www.tdtoolsinc.comindex_filesPage324.htm)

Page 23: Bab II Well Completion

- Spesifikasi :

Tabel II-8. Spesifikasi Jet Perforator

Capacity16 Spindles, straight & undercut

machines. Slot center to center

Distance 6”

Mesh Range 0, 10-0, 500

Max Saw Dia 4 ½

Saw ID 4 ½

Casing size Up to 20’ max

Page 24: Bab II Well Completion

2.2.9. - Nama Alat : Hydraulic Perforator

- Fungsi : Untuk melubangi casing, tubing, dan formasi agar

terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang

mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke

lubang sumur.

- Mekanisme : Tenaga pendorong menggunakan udara yang

termampatkan. Prinsip kerjanya mirip dengan

accumulator di sistem BOP yakni hidrolis akibat efek

dari liquid dan udara yang termampatkan. Tenaga

yang dibutuhkan untuk melubangi steel casing setebal

0,450 inch(maksimum) adalah 80 -90 psi

Gambar 2.9. Hydraulic Perforator

(http://www.americawestdrillingsupply.com/

products2/AirPerforators.as)

Page 25: Bab II Well Completion

- Spesifikasi :

Tabel II-9. Spesifikasi Hydraulic Perforator

- ---------------------------------------------------------------------------------------

----------------------

- Range 50 m 100 m 150 m 200 m 250 m 300 m 350

m 400 m 450 m 500 m

- ---------------------------------------------------------------------------------------

----------------------

- 50 m Zero X +2,3 +1,8 -2,1 -9,4 -20,5 -35,9 -

56,3 -82,2 -113,6

- 100 m Zero -1,2 X -1,7 -6,8 -15,3 -27,5 -44,1 -

65,7 -92,7 -125,3

- 150 m Zero -0,6 +1,2 X -4,4 -12,4 -24,0 -40,0 -

61,0 -87,5 -119,5

- 200 m Zero +0,5 +3,4 +3,3 X -6,9 -17,4 -32,3 -

52,2 -77,5 -108,4

- 250 m Zero +1,9 +6,1 +7,4 +5,5 X -9,2 -22,7 -

41,2 -65,2 -94,7

- 300 m Zero +3,4 +9,2 +12,0 +11,6 +7,6 X -12,0

-29,0 -51,5 -79,5

- 350 m Zero +5,1 +12,6 +17,1 +18,4 +16,2 +10,3 X

-15,3 -36,1 -62,4

- 400 m Zero +7,0 +16,4 +22,9 +26,1 +25,8 +21,8

+13,4 X -18,8 -43,2

- 450 m Zero +9,1 +20,6 +29,2 +34,5 +36,2 +34,3

+28,0 +16,7 X -22,3

- 500 m Zero +11,4 +25,1 +35,9 +43,4 +47,4 +47,7

+43,7 +34,6 +20,1 X

Tabel II-9. Spesifikasi Hydraulic Perforator (lanjutan)

Page 26: Bab II Well Completion

- ---------------------------------------------------------------------------------------

----------------------

- 219 m PB Zero +1,0 +4,4 +4,8 +2,0 -4,4 -14,4 -28,8

-48,2 -73,1 -103,5

- ---------------------------------------------------------------------------------------

----------------------

- Velocity m/s 958,5 916,1 875,1 835,4 796,4 754,5

713,7 674,3 636,1 599,1

- Energy Joule 4138,7 3781,3 3450,5 3144,2 2857,7 2564,4

2294,9 2048,5 1823,0 1617,0

- Deflection cm 0,6 2,1 4,7 8,6 13,8 20,2 28,3

38,3 50,2 63,7

- Correction MOA/m/s 0,086 0,158 0,240 0,332 0,426 0,518

0,621 0,737 0,858 0,980

- Time s 0,051 0,104 0,160 0,219 0,280 0,345 0,412

0,485 0,561 0,641

Page 27: Bab II Well Completion

2.2.10. - Nama Alat : Swab Cup

- Fungsi : Untuk menghisap fluida sumur/fluida komplesi

setelah perforasi dilakukan, sehingga fluida produksi

dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur

dan kemudian diproduksikan ke permukaan.

- Mekanisme : Ukuran yang sama dengan diamater dalam tubing

ketika dinaikk-turunkan akan menyebabkan

perubahan tekanan. Ketika swab cup ditarik kearah

atas menjauhi dasar sumur maka akan menimbukan

ruang kosong yang tekanannya lebih rendah dari

tekanan formasi(ruang vakum). Akibat tekanan yang

lebih rendah tersebut maka fluida reservoir mulai

mengalir ke dalam dasar sumur.

Gambar 2.10. Swab Cup

(www.dewriteservice_swab.ca)

Page 28: Bab II Well Completion

Spesifikasi :

Tabel II-10. Spesifikasi Swab Cup

Norma

l

Casing

Size

(inch)

Weight

(lb/ft)

STANDART

I.D

(inch)

Capacit

y

(Bbl per

1000 ft)

Type 'J' Type 'JS'

Part

No.

O.D.

(inch)

I.D.

(inch)

Part

No.

O.D.

(inch)

I.D.

(inch)

4 1/2

9.5 4.090 16.2 45597 4.060 2.435 61495 4.062 2.435

11.6 4.000 15.5 45597 4.060 2.435 61495 4.062 2.435

12.6 3.958 15.2 45597 4.060 2.435 61495 4.062 2.435

13.5 3.920 14.9 - - - - - -

4 3/4 16.0 4.082 16.2 45597 4.060 2.435 - - -

5 1/2

13.0 5.044 24.7 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435

14.0 5.012 24.7 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435

15.0 4.974 24.0 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435

15.5 4.950 23.8 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435

17.0 4.892 23.2 52384 4.838 2.435 - - -

20.0 4.778 22.2 52384 4.838 2.435 - - -

5 3/4 22.5 4.990 24.2 45829 4.950 2.435 - - -

717.0 6.538 41.5 45831 6.520 2.435 - - -

20.0 6.456 40.5 45831 6.520 2.435 - - -

2.3. PEMBAHASAN

Page 29: Bab II Well Completion

Suatu sumur pemboran siap untuk dikomplesi apabila pemboran telah

mencapai formasi produktif. Komplesi ini bertujuan untuk memproduksikan

hidrokarbon ke permukaan. Adapun tipe komplesi itu terutama tergantung pada

karakteristik dan konfigurasi antara formasi produktif dengan formasi di atasnya

dan di bawahnya, tekanan formasi, jenis fluida dan metode produksi.

Setelah pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi, kemudian

dilakukan perforasi. Perforasi adalah pembuatan lubang menembus casing dan

semen sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang

mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur. Umumnya

penggunaan bullet perforator dapat digunakan pada sumur dengan temperatur

tinggi hingga 400 0 F.

Untuk melakukan perforasi, digunakan 2 macam alat, yaitu Bullet /Gun

Perforator, dan Jet Perforator. Pada formasi yang sangat kompak, Gun Perforator

sangat cocok digunakan dari pada Jet Perforator, karena Bullet Perforator

menggunakan propellant (peluru), tetapi hal ini sangat besar kemungkinannya

mengakibatkan kerusakan formasi. Dibandingkan dengan Jet Perforator, alat ini

menggunakan Powder Charge berkekuatan tinggi, sehingga kemungkinan

kerusakan formasi sangat kecil, tetapi pada tahap perforasi menggunakan alat ini

sangat susah mengatur interval perforasinya. Dengan demikian, masing – masing

alat ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing tergantung

keperluan.

Jika perforasi telah dilakukan maka tahap selanjutnya adalah swabbing.

Alat Swabbing yaitu swab-cup rubber dimasukkan ke dalam tubing. Saat swab-

cup ditarik ke atas, maka tekanan di bawah swab-cup menjadi kecil sehingga akan

terjadi surgedari bawah yang akan mengakibatkan aliran. Swabbing perlu

dilakukan agar fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam

sumur.

2.4. KESIMPULAN

Page 30: Bab II Well Completion

1. Tahapan dari operasi pemboran setelah mencapai target formasi

produktif adalah komplesi sumur (well completion) di mana bertujuan

untuk memproduksikan fluida hidrokarbon ke permukaan.

Adapun tahapan dari komplesi sumur meliputi :

a. Tahap pemasangan serta penyemenan production casing.

b. Tahap perforasi serta pemasangan pipa liner

c. Tahap penimbaan (swabbing) sumur setelah perforasi pada kondisi

overbalance dilakukan, dengan tujuan agar fluida produksi dari

formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur dan selanjutnya

diproduksikan ke permukaan.

2. Klasifikasi metode well completion didasarkan pada beberapa factor

yaitu :

a. Down hole completion atau formation completion.

Dibagi atas tiga metode, yaitu :

Open-hole completion

Cased-hole completion atau perforated completion

Sand exclussion completion

b. Tubing completion

c. Well-head completion

3. Perforasi merupakan pembuatan lubang menembus casing dan semen

sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang

mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur.

Perforasi dapat dilakukan dengan perforator yang dapat dibedakan atas :

a. Bullet/Gun perforator

b. Shape Charge/Jet Perforator

4. Swabbing adalah pengisapan fluida sumur /fluida komplesi setelah

perforasi pada kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi

dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur dan kemudian

diproduksikan ke permukaan.