format penulisan makalah seminar...

64
SEMINAR NASIONAL REKAYASA & DESAIN ITENAS 2017 Seminar Nasional Bidang Desain: Seminar Desain dalam Industri Kreatif

Upload: vuongkhanh

Post on 03-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

SEMINAR NASIONAL

REKAYASA & DESAIN ITENAS 2017

Seminar Nasional Bidang Desain:

Seminar Desain dalam Industri Kreatif

Page 2: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan
Page 3: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 1

Optimalisasi Presentasi Mahasiswa Desain Interior

Dengan Metode Storyboard

Edwin Widia

Jurusan Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Teknologi Nasional

Jl. PKH. Mustapha No. 23, Bandung 40124

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Presentasi Desain interior, merupakan proses penyampaian produk desain interior yang masih berupa

gagasan yang bertujuan memberikan persamaan persepsi antara perencana dengan audiens, sehingga

gagasan suatu produk desain dari perencana dapat disampaikan dengan efektif dan efisien kepada audiens,

dengan tujuan agar audien paham atas produktivitas kinerja, karya dan ide dari produk desain interior,

baik secara kuantitas maupun kualitas produknya, Namun beberapa mahasiswa masih belum dapat optimal

dalam menyampaikan gagasan tersebut dalam presentasi desain yang dilakukan, walaupun

produktivitasnya tinggi, hal tersebut terjadi karena mahasiswa masih tidak maksimal dalam merangkum

luasnya dari elemen-elemen proyeknya menjadi materi presentasi yang singkat dan padat. Hal tersebut

terjadi karena masalah kesiapan mental untuk berbicara didepan, sehingga membuat mereka berbicara

tidak terstruktur dan cenderung acak sehingga menghabiskan waktu. Namun hal tersebut dapat ditekan

dengan mempersiapkan sketsa struktur presentasi secara berurutan yang bersifat pra-visual struktur

materi presentasi, yaitu dengan menggunakan metode storyboard yang dapat di implementasikan secara

sketsa sehingga mudah dibuat dan membantu memonitor materi secara keseluruhan.

Kata Kunci : Optimalisasi, Presentasi, Storyboard, Desain Interior

ABSTRACT

Presentation Interior design is a process of delivering interior design products that are still ideas, that aims

to provide a shared perception between the planner with the audience, so the idea of a product design of

planners can be delivered effectively and efficiently to the audience, with the aim that audience understand

the productivity of the work, performance and ideas of the interior design products, both in quantity and

quality of the product, but some students still cannot be optimal in conveying the idea in the design

presentation, although high productivity, occurs because the student is still not maximized in summarizing

the extent of the elements of the project into a short presentation material. This happens mainly to the

problem of mental readiness to speak in front of them, thus making them speak unstructured and tend to go

randomly to spend time. However, this can be suppressed by preparing a sketch of the presentation

structure in a sequence that is pre-visual of the structure of the presentation material, by using a storyboard

method that can be implemented in a sketch so that it is easy to create and helps to monitor the material as

a whole.

Keywords: Optimization, Presentation, Storyboard, Interior Design

Page 4: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 2

Latar Belakang Masalah

Mahasiswa sering tidak mampu menyampaikan idenya secara struktural baik verbal maupun non-verbal

sehingga sering terjebak dengan penjelasan secara acak, yang menghabiskan waktu yang disediakan, tanpa

mampu menjelaskan inovasi, keunikan dan kelebihan dari proyek desainnya, dari latar belakang konsep,

hingga implementasi.

Luasnya kompleksitas produk desain interior terkadang membuat mahasiswa bingung dalam memulai dan

memilih materi yang yang didahulukan atau struktur presentasi antara, pembuka,isi dan penutup, sehingga

inovasi desain yang bersifat kualitatif tidak tersampaikan dengan optimal, namun hanya menjelaskan

kuantitas produktivitas gambarnya saja.

Identifikasi Masalah

Mahasiswa sering tidak terstruktur ketika melakukan presentasi desain interior, sehingga ide dan inovasi

desain sering tidak tersampaikan ketika melakukan presentasi

Batasan Masalah

Presentasi yang dilakukan mahasiswa memiliki durasi 10 -15 menit, waktu tersebut harus dapat

dimanfaatkan seefektif mungkin agar isi dari portofolio dapat disampaikan dengan jelas, namun luasnya

variabel produk desain interior yang harus disampaikan cukup kompleks, sehingga dibutuhkan mekanisme

tentang perangkuman suatu materi presentasi desain interior yang juga dapat mendukung cara berpikir

presenter agar lebih matang.

Maksud dan Tujuan

Mencari metode yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dalam mendukung proses presentasi yang

merupakan kesatuan dari proses perencanaan desain interior. Membuat alat bantu rencana interaksi

presentasi

Manfaat

Dengan memahami metode ini mahasiswa akan mampu merangkum kompleksitas produk desain interior

mereka menjadi satu kesatuan presentasi yang mudah dipahami, mulai dari latar belakang hingga solusi

desain.

Tinjauan Storyboard dan Presentasi Desain Interior

StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan pembuatan film, cara tersebut digunakan untuk

mempermudah tim produksi film dalam merencanakan kegiatannya, agar dapat menekan tingkat kerugian

dan kesalahan. Film sendiri juga merupakan suatu produk yang dihasil berdasarkan rencana desain dengan

output suatu karya yang ditampilkan pada layar atau. Hal tersebut berkaitan dengan presentasi desain

interior, dimana produk desain memiliki kompleksitas yang cukup tinggi, namun harus dapat disampaikan

secara jelas dan komprehensif, oleh karena beberapa persamaan pola pikir tersebut dapat diadopsi dalam

perencanaan presentasi desain interior.

“Storyboards serve two purposes: First, they allowed a filmaker to previsualize his ideas and refine them

in the same way writer develops idea through succesive drafts; secondly, they serve as clearest langage to

communicate ideas to the entire production team. Admittedly, the communication value of storyboards

grows with the complexity of the production” Katz, 1991.

Melihat dari kutipan diatas, dengan melalui mekanisme storyboard filmmaker atau yang dianalogikan

sebagai mahasiswa, dapat mempra-visualisasikan proyeknya, sebelum mereka memulai pekerjaannya,

sehingga dengan menggunakan storyboard, mahasiswa sudah bisa mendesain sebagai bahan presentasi

yang menjadi suatu proposal desainnya.

Page 5: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 3

Bagan 1. Bagan mekanisme dan siklus presentasi

Melihat gambar dari bagan satu, dapat dilihat presentasi merupakan siklus yang sangat terikat dalam proses

perencanaan desain interior, sehingga kegitan presentasi tersebut merupakan bagian dari rencana desain

yang bersifat proses pengembangan rencana desain.

Hal ini juga merupakan akibat dari luasnya kompleksitas produk desain interior yang harus disampaikan

oleh mahasiswa yang seringkali membuat mereka tidak dapat mengoptimalisasikan materi presentasinya,

diluar pekerjaan produksi gambar kerja, konsep, skema dan lainnya.

Perencanaan Presentasi Desain Interior

Presentation ; an activity in which someone shows, describes, or explains something to a group of people

“, merriam-webster.

Presentasi merupakan proses penyampaian materi yang dilakukan presenter kepada audien, dalam rangka

menyampaikan tujuan tertentu. Hal ini merupakan kegiatan yang menjadikan multi persepsi bagi audiens.

Oleh karena itu persepsi sebisa mungkin bagi presenter dapat direncanakan agar meminimalisir terbentuk

banyaknya persepsi.

Komunikasi Produk Desain Interior melalui kompilasi presentasi

Konsep Desain Interior yang dimulai dari latar belakang hingga implementasinya pada gambar kerja yang

diterapkan pada ruang, harus dapat dijelaskan kepada audiens secara komprehensif, yang sangat diperlukan

dalam proses penyampaiannya, sehingga maksud dari tujuan desain baik secara, fungsi, estetis hingga

filosofis dan mudah dicerna oleh audiens. Hal tersebut membutuhkan struktur yang jelas dalam proses

perangkumannya, dimana durasi waktu yang tersedia dapat di manfaatkan dengan maksimal. Oleh karena

itu komunikasi melalui kompilasi presentasi sangatlah penting untuk selalu dikembangkan secara

terstruktur, storyboard merupakan salah satu fasilitas pra visual yang dapat dimanfaatkan guna

meningkatkan kualitas dan kuantitas produk desain interior yang akan disampaikan.

Sidang Evaluasi I -IV

Page 6: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 4

Bagan 2. Irisan dasar kebutuhan pra-rencana presentasi

Dari Irisan kebutuhan dasar pada bagan dua. Terlihat bahwa presentasi juga membutuhkan dasar rencana

atau sketsa sebagaimana terencananya proses desain, karena kompleksitas dari produk desain interior yang

cukup banyak, dimana batasan durasi menjadi hal penting ketika berpresentasi, sehingga rasionalisasi dan

unity dari antara konsep dan portofolio harus tetap terkendali dan tidak keluar dari konsistensi desain.

Kompilasi skestsa rencana presentasi dibutuhkan sebagai pra-visualisasi yang bertujuan menstimulasi

,narasi dan imajinasi presenter dalam menyampaikan ide yang bersifat abstrak menjadi suatu rencana

produk desain yang konkrit sehingga mendapatkan suatu persepsi bersama dalam rang mencapai kesamaan

visi desain baik secara akademis maupun profesi. Ikatan durasi menjadikan titik penting pada saat

presentasi , dimana waktu yang ditentukan dapat menjadi lama atau sebentar yang menjadi dasar

menariknya suatu presentasi dalam menyampaikan materi yang dapat menjadikan kualitas presntasi

bermakna.

Kuesioner dan tata cara pengisian

Dalam merancang kuesioner yang dijabarkan dalam bentuk angket yang ditujukan kepada para mahasiswa

sebagai obyek penelitian maka peneliti mengangkat pertanyaan berdasarkan, pertanyaan awal yang bersifat

mendasar namun merupakan pertanyaan yang dapat mewakilkan secara umum tentang kesulitan mahasiswa

dalam melakukan presentasi ketika harus memutuskan penentuan desain. Pertanyaan ditujukan kepada

mahasiswa 90 orang mahasiswa desain interior, hal ini dilakukan untuk mengetahui proses dasar hingga

atas tentang pemahaman storyboard dalam mengembangkan desainnya, sehingga peneliti dapat mengetahui

dimana titik kemudahan kerja mahasiswa yang mendukung optimalisasi presentasinya, yang dilanjutkan

dengan implementasi storyboard kepada mahasiswa.

Hasil Dan Pembahasan

Bagan 3. Bagan Storyboard 10 modul

Pada penelitian ini mahasiswa diminta untuk membuat storyboard dari portofolio mata kuliah studio dengan

menggunakan 10 modul storyboard yang didalamnya terdapat rencana presentasi desain interior tersebut.

Page 7: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 5

Tujuan dari modul tersebut dibuat untuk mengetahui proses implementasi presentasi tersebut dengan

diawali proses perencanaan presentasinya, sehingga kegiatan presentasi tersebut dapat dilaksanakan sesuai

dengan waktu yang ditentukan. Dengan Modul tersebut mahasiswa diminta membuat rencana presentasinya

dengan menggunakan storyboard, kemudian mereka ber-presentasi, setelah itu mereka diminta untuk

mengisi kuesioner, yang berisi tentang, apa yang mereka rasakan ketika berpresentasi menggunakan

storyboard.

Sampel kuesioner

No Pertanyaan Jawaban Analisa

Ya T

1 Apakah dengan storyboard,

anda dapat menyiapkan rencana

konten presentasi sesuai waktu

presentasi?

86 6 93%menjawab ya, kondisi ini adalah

dimana mahasiswa dapat merencanakan

kesesuain waktu dengan isi dari materi

yang akan disampaikan

2 Apakah dengan storyboard,

waktu yang (5menit) dapat

menjelaskan latarbelakang

hingga konsep anda?

71 24 76% Mahasiswa menjawab ya, lima menit

pertama merupalkan waktu krusian dengan

rasio 1 menit latar belakang, 1 menit

tujuan, 1 menit kajian pustaka, dan 2 menit

konsep desain.

3 Apakah dengan storyboard,

dapat menurunkan rasa tidak

percaya diri (grogi) anda ?

60 35 64% menjawab ya, dimana kondisi

mayoritas mahasiswa ketika merasa grogi

mereka hanya membaca struktur

storyboard saja, 35%merasa beberapa

masalah yang bersifat psychosomatis

belum bisa diatasi hanya dengan membaca

struktur storyboard, hanya bisa dilakukan

dengan menambah waktu presentasi atau

beristirahat.

4 Apakah dengan storyboard,

dapat membantu melihat

kekurangan dari materi/konten

desain anda?

84 4 91% menjawab ya, kondisi ini menunjukan

storyboard dapat mendukung mahasiswa

dalam membaca keseluruhan masalah

secara konsisten.

No. Gambar

1.

Contoh sampel yang diambil : Urutan urutan rancangan presentasi dibuat menyesuaikan kerangka

persyaratan konsep desain, dengan begitu mahasiswa dapat merancang konten dari materi

presentasinya hingga sketsa dan durasi presentasi .

Page 8: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 6

No Pertanyaan Jawaban Analisa

Ya T

5 Apakah dengan storyboard,

anda dapat menjelaskan dan

memahami solusi anda ?

87 8 93% menjawab ya dari kondisi ini

mahasiswa dapat melihat masalah desain

dan mereka dapat memprediksi solusi

desain yang diperlukan

6 Apakah dengan storyboard,

anda dapat membantu dan

mencari inovasi desain anda?

66 29 70% menjawab ya, dengan kondisi ini bisa

melihat karakter masalah yang sama

dengan yang lain namun dapat

memberikan solusi yang berbeda yang

bersifat inovatif

7 Apakah dengan storyboard,

anda dapat merancang

presentasi yang jelas dan

komprehensif?

87 8 93% menjawab ya, kondisi menjelaskan

mahasiswa dapat memahami dalam

membuat urutan dan kerangka presentasi

secara terstruktur.

8 Apakah dengan storyboard,

anda mampu bicara secara

efektif dan lancar

72 23 77% menjawab ya, kondisi ini

menjelaskan bagaimana mahasiswa dapat

mengoptimalisasikan waktu presentasi .

9 Apakah dengan storyboard,

dapat membantu

mengembangkan rancangan

desain anda?

63 32 67% menjawab ya, kondisi ini

menjelaskan bagaimana mahasiswa dapat

meneliti kekuranga pada desainnya.

10 Apakah dengan storyboard,

dapat membuat merencanakan

presentasi yang menarik

89 6 95% menjawab ya, kondisi ini

menjelaskan mahasiswa dapat merancang

bentuk presentasi yang akan ditampilkan

sesuai dengan konsep dari konten

desainnya.

11 Apakah dalam membuat

presentasi desain perlu

menggunakan storyboard

88 7 94% menjawab ya, dengan menggunakan

metode ini mahasiswa dapat merancang

alur presentasi yang dapat disesuiakan

dengan konsep dari konten desain yang

mereka buat.

Kesimpulan

Kegiatan presentasi merupakan bagian penting dari proses pra-produksi desain yang bertujuan mendukung

proses realisasi desain, oleh karena itu perencanaan materi presentasi harus direncanakan dengan baik, salah

satu alat bantunya adalah dengan merancang storyboard. Sehingga dengan mengetahui kondisi kondisi

diatas maka, mahasiswa dapat melihat area desain yang dapat dioptimalisasikan, dalam rangka membangun

arsitektural presentasi untuk mendorang performa presentasi lebih baik. Metode menggunakan storyboard

secara sistem presentasi mendukung mahasiswa berpresentasi lebih terstruktur sehingga, mereka tidak

kehabisan kalimat ketika berpresentasi, Membantu merencanakan durasi presentasi lebih efektif,

Membantu mempersiapkan rancangan kalimat, Membantu meningkatkan daya imajinasi yang bersifat story

telling sehingga konsep desain dapat diceritakan dengan meningkatkan materi baik secara visual, narasi

dan deskripsi, Membantu mempertahankan konsistensi latar belakang masalah terhadap solusi, dan inovasi

desain.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan alat bantu, yang dapat mendukung proses evaluasi mahasiswa yang

diterapkan dalam metode presentasi lebih terukur dan terstruktur, sehubungan dengan populasi mahasiswa

yang selalu bertambah setiap tahun-nya. Namun penelitian ini masih jauh dari sempurna sehingga masih

perlu dikembangkan lagi menyesuaikan dengan fenomena-fenomena baru yang terjadi pada lingkungan

desain interior, baik akademis maupun profesi.

Page 9: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 7

Image : _______

Notes : ________

____________

____________

Durasi : _______

Daftar Pustaka

[1] Widia, Edwin. 2015. Simulasi Ruang pada Desain Interior dengan pendekatan Virtual. Hibah LPPM

Itenas

[2] Widia, Edwin. 2016. Simulasi Rancang bangun pengembangan ruang desain interior pada rumah

tinggal tipe 45. Penelitian , hibah LPPM Itenas.

[3] Katz, Steven D.1991.Film directing. Shot by Shot, Visualisizing from concept to screen

[4] Fiske, John. (1990). Cultural and Communication Studies ( sebuah pengantar paling komprehensif ).

Routledge

[5] Fitzherbert, Nick. Presentation Magic!

[6] Binet,Alfred.2017.The Mind and The Brain

[7] Piliang, Yasraf A. 2010. Tamasya melampaui batas-batas kebudayaan. Dunia yang dilipat.

[8] Virtual, Shields, Rob 2003. Sebuah pengantar komprehensif.

[9] Berger dan Chaffee, (1987). Handbook of Communication series.

[10] Mulyana, Deddy, 2008.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya.

[11] William Lidwell, Kritina Holden, Jill Butler (2003). Universal Principles of Design, United States of

America

[12] Norman , Donald A. (2004), Emotional Design, Why We Love (or Hate) Everyday Things.

[13] Papanek. J, Victor. Design For the Real World . (1971). Human Ecology and Social Change, 2nd

Edition.

Terdapat area untuk menempatkan visualisasi dari

konten desain yang akan dipresentasikan, sehingga

mahasiswa dapat meningkatkan daya imajinasi dan

pengembangan deskripsi dari konten prsentasinya

Area untuk menempatkan judul modul, dengan

menempatkan judul modul, mahasiswa dapat

merencanakan headline dari konten, sehingga

rencana pra-visualisasi konten dan terbantu dalam

menstimulus item yang akan diringkas

Notes, merupakan area untuk memberikan narasi dan

mendeskripsikan secara singkat esensi dari isi materi

presentasi yang merupakan konten utama dalam

desain

Durasi, area untuk menentukan rencana lama bicara

untuk membahas konten tersebut

Page 10: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan
Page 11: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 8

Inovasi Desain Furnitur Murah Untuk Pasar Mahasiswa Dengan

Konsep Flatpack

Andika Dwicahyo Aribowo

Jurusan Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Teknologi Nasional

Jl. PKH. Mustapha No. 23, Bandung 40124

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Para mahasiswa umumnya memiliki kamar dengan ukuran sempit dan mereka kebanyakan hanya memiliki

sepeda motor sebagai alat transportasi, sehingga banyak di antara mereka yang memaksakan dirinya

untuk mengangkut dengan susah payah atau diangkut dengan menyewa kendaraan. Untuk itu, diperlukan

sistem furnitur yang mudah untuk dikemas dan dirangkai kembali dengan teknologi sederhana namun

efektif untuk memecahkan masalah mobilitas dan keterbatasan ruang. Riset Inovasi dan Pengembangan

Bisnis Furnitur Murah Untuk Pasar Mahasiswa Dengan Konsep Flat Pack adalah riset yang bertujuan

untuk membuat penyederhanaan sistem packaging dari produk furniture untuk mencapai tingkat mobilitas

perpindahan produk dari produsen ke konsumen yang lebih efisien.

Metode riset yang akan digunakan adalah observasi, interview dan questionnaire, design thinking,

pembuatan prototype, uji pasar terhadap protoype produk yang dihasilkan dari proses riset dan inovasi,

dan menyimpulkan hasil program ini, sebagai referensi untuk program sejenis berikutnya. Diharapkan

dengan riset ini pasar akan mendapatkan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhannya baik secara

fungsional/ tepat guna, estetik (sesuai selera secara proporsional), praktis dan terjangkau.

Kata Kunci : Efisiensi, Furnitur, Mahasiswa, Mobilitas, Lemari

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Tingkat permintaan untuk furnitur murah di kota Bandung semakin tinggi seiring dengan semakin

meningkatnya jumlah mahasiswa yang datang ke kota Bandung. Produk furnitur murah yang laku bagi

kalangan mahasiswa antara lain berupa lemari pakaian, meja tulis, dan rak buku dengan bahan baku dari

kayu kelas 3 ataupun 2 seperti albasia dan borneo ataupun kayu olahan seperti multipleks dan 'blockboard'.

Namun, meningkatnya permintaan akan furnitur murah bukan berarti bahwa pasar merasa puas akan barang

yang dibelinya. Kualitas yang kurang baik dan perkembangan desain yang cenderung lambat, menunjukkan

adanya hambatan dari bahan baku dan juga referensi pengetahuan desain yang kurang baik pada

pengrajinnya.

Bahan dari kayu kelas rendah memiliki kelemahan terhadap kelembaban, sehingga tidak tahan lama.

Problem keterbatasan ruang kerap juga dialami oleh konsumen yang umumnya mahasiswa, dimana furnitur

murah yang dijual umumnya berukuran besar dan juga berat sehingga tingkat mobilitas sangatlah terbatas.

Para mahasiswa umumnya memiliki kamar dengan ukuran sempit dan mereka kebanyakan hanya memiliki

sepeda motor sebagai alat transportasi, sehingga banyak di antara mereka yang memaksakan dirinya untuk

mengangkut dengan susah payah atau diangkut dengan menyewa kendaraan.

Page 12: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 9

Untuk itu, Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat sistem furnitur

yang mudah untuk dikemas dan dirangkai kembali dengan teknologi sederhana namun efektif untuk

memecahkan masalah mobilitas dan keterbatasan ruang.

Sistem Flat Pack telah berkembang menjadi salah satu sistem yang memudahkan proses produksi,

pengemasan, dan pemasaran. Untuk itu, melalui penelitian ini sistem ini akan dikaji tingkat efektifitasnya

untuk dapat diterapkan pada industri furnitur murah dengan target pasar mahasiswa.

1.2. Rumusan Masalah

Untuk itu, Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat sistem furnitur

yang mudah untuk dikemas dan dirangkai kembali dengan teknologi sederhana namun efektif untuk

memecahkan masalah mobilitas dan keterbatasan ruang.

1.3. Tujuan Penelitian

Mengembangkan desain produk furniture berdasarkan studi karakter pengguna/ pasar potensial melalui

pengembangan Desain dengan melakukan eksplorasi berbagai bentuk dan sistem yang kiranya dapat

diadopsi secara sederhana, mudah untuk di rangkai, diproduksi dan juga mudah untuk dibawa. Selain itu

diharapkan riset ini akan menghasilkan prototype berdasarkan hasil studi, dan menguji secara nyata nilai

komersil dari prototype yang dihasilkan selama riset berlangsung.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dikategorikan sebagai manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis,

penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu desain, khususnya desain interior.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pengrajin untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk yang

dihasilkan dari segi desain dan nilai jual.

2. Memberikan kemudahan dari segi mobilitas dan harga beli yang murah bagi pasar, dalam penelitian

ini adalah mahasiswa, untuk membeli produk yang berkualitas

3. Memberikan pemahaman yang tepat tentang kerjasama saling menguntungkan antara perusahaan,

pemerintah dan masyarakat terkait skala produksi dan pemasaran.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan Tentang Industri Furnitur di kota Bandung

Haryanto, Eko (2004:17) mengatakan bahwa kata Furniture berasal dari bahasa Perancis Fourniture yang

artinya perabotan rumah tangga. Fourniture mempunyai asal kata Fournir yang artinya Furnish atau

perabot rumah atau ruangan. Furniture pada umumnya adalah istilah yang digunakan untuk perabot

rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat

mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya.

Kebutuhan akan furniture di masyarakat Kota Bandung sangatlah tinggi. Hal tersebut dapat dlihat dari

banyaknya jumlah toko yang menjual barang berupa furniture, seperti dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Page 13: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 10

No Lokasi Jumlah

1 Jalan Jenderal Ahmad Yani 25 Toko

2 Jalan Kopo 20 Toko

3 Jalan Soekarno Hatta 14 Toko

4 Jalan Sukajadi 10 Toko

5 Jalan Kiaracondong 8 Toko

6 Jalan Setiabudhi 6 Toko

7 Jalan Braga 5 Toko

8 Jalan Pasir Koja 5 Toko

9 Jalan Pasir Kaliki 5 Toko

10 Jalan Babakan Ciparay 5 Toko

11 Lain-lain 149 Toko

Total 252 Toko

Tabel 1

Data Toko-toko Furniture di Kota Bandung

Tabel 1 diatas menunjukkan penyebaran toko Furniture di kawasan Bandung dan sekitarnya. Berdasarkan

tabel tersebut, dapat diamati bahwa komunitas terbesar toko furniture di Bandung terletak di jalan Jenderal

Ahmad Yani, Bandung. Sayangnya, produk-produk yang ditawarkan kurang sesuai terhadap kebutuhan

masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah.

Barang yang umum dijumpai di toko furniture Jalan Ahmad Yani adalah sofa-sofa berukuran besar, lemari

serta perabot lain yang berbahan dasar kayu olahan dan dengan ukuran besar pula. Penulis barasumsi

bahwa hal tersebut dikarenakan anggapan dari produsen dan penjual bahwa selera pasar masih berorientasi

pada kaum menengah keatas. Sedangkan pada kenyataannya di lapangan, masyarakat golongan menengah

kebawah cenderung memiliki keterbatasan ruang yang dimiliki di rumah mereka. Sehingga yang terjadi

pada saat ini adalah masyarakat tidak memiliki pilihan terhadap produk-produk yang dijual dengan harga

murah dan juga sesuai dengan keterbatasan mereka tersebut, dimana umumnya harga adalah tolok ukur

utama bagi mereka dalam menentukan barang yang sesuai.

Gambar 2

Salah satu Furniture yang diproduksi dan dijual di Jalan Jenderal A.Yani. Bandung

(sumber: Dok. Pribadi)

Page 14: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 11

2.2. Tinjauan tentang Furniture Flat Pack

Jika ditilik dari segi kata, kita menemukan kata “pack” di dalam flatpack. Artinya, pendekatan desain seperti

ini memang menintikberatkan pada masalah bagaimana packaging sebuah produk. Konsep flat pack

ditemukan oleh Gillis Lundgren, seorang drafter asal Swedia yang bekerja di perusahaan perabotan rumah

tangga asal Skandinavia, IKEA. Penemuan konsep ini tidak disengaja, ketika Lundgren kesulitan

memasukkan meja ke dalam mobilnya. Karena ia enggan menggunakan jasa pengiriman atau paket, maka

ia memutuskan untuk mematahkan kaki-kaki meja tersebut agar bisa masuk ke mobilnya, dan merakitnya

kembali sesampainya di rumah.

Dari pengalaman ini ia menyadari bahwa proses pengiriman dari toko atau pabrik menuju rumah konsumen

bukan perkara sepele, dan seharusnya bisa diselesaikan melalui desain. Maka kemudian ia membahas hal

ini kepada atasannya di IKEA. Setelah itu, IKEA pun meluncurkan produk berkonsep flatpack untuk

pertama kalinya tahun 1956 dan terus mengembangkan konsep produknya dengan konsep tersebut sampai

sekarang.

Kesimpulannya, titik berat konsep flatpack lebih terletak pada ruang yang diperlukan dalam proses

berpindahnya produk dari toko atau pabrik ke rumah konsumen, bukan ruang dimana produk ini akan

diletakkan pada akhirnya (rumah konsumen).

3. Metode Penelitian

Gambar 3. Skema Metode Penelitian

Page 15: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 12

Penelitian ini dilakukan dengan membuat beberapa tahapan. Secara terperinci, dapat diurutkan menjadi

tahap eksplorasi konsep desain, tahap design development, tahap fokus desain tahap pembuatan prototype.

Adapun secara jelasnya dapat dilihat pada Bagan 1 berikut.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Tahap Eksplorasi Konsep Desain

Tahap Eksplorasi Konsep Desain ini adalah tahap pembuatan model eksplorasi bidang-bidang dengan

menggunakan bahan dasar yang cenderung tidak kaku. Hal ini bertujuan untuk menguji kekuatan konstruksi

dari model furniture yang akan dibuat. Pada proses eksplorasi ini, mahasiswa dilibatkan untuk membuat

model konsep.

Bahan yang dipergunakan untuk tahap awal penelitian ini menggunakan Corrugated Board dengan sistem

double wall yang memiliki ketebalan 12mm, yang kemudian dipola dan dirakit tanpa adanya bahan perekat.

Teknik pemotongan menggunakan cutter dan alat bantu penggaris dari material logam.

Gambar 4.1 Tahap eksplorasi dengan bahan corrugated board

Bahan Corrugated Board dipola dan dirakit tanpa adanya bahan perekat. Bahan ini dipilih karena

karakternya yang mudah untuk dipotong, dipola, kemudian tingkat kekakuan yang rendah (mudah terlipat),

sehingga apabila bahan ini sudah cukup kuat secara konstruksi, maka dapat dipastikan apabila

menggunakan bahan bambu laminasi akan lebih kuat lagi. Model konsep yang sudah jadi kemudian diuji

kekuatan konstruksinya dengan cara diduduki. Model yang kurang kuat kemudian diperbaiki dan kembali

diuji kekuatannya. Hasil dari tahap eksplorasi ini dapat dilihat pada gambar 4.2.

Page 16: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 13

Gambar 4.2 Tahap Eksplorasi tahap 1

Untuk dapat memfokuskan desain pada tahap selanjutnya, maka dari tahap eksplorasi ini kemudian dibuat

kedalam 2 klasifikasi model, yaitu elemen dan unit. Dari masing-masing klasifikasi model ini akan dibuat

pengembangan desain dengan batasan desain sesuai klasifikasinya.

Gambar 4.3 Rencana Tahapan Design Development dan Prototyping

Page 17: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 14

Gambar 4.4 Pengelompokan Eksplorasi tahap 1

4.2 Tahap Pengembangan Desain

Para mahasiswa umumnya memiliki kamar dengan ukuran sempit dan mereka kebanyakan hanya memiliki

sepeda motor sebagai alat transportasi, sehingga banyak di antara mereka yang memaksakan dirinya untuk

mengangkut dengan susah payah atau diangkut dengan menyewa kendaraan.

Gambar 4.5 Faktor mobilitas yang kurang pada meubel yang ada di pasaran

Untuk itu, pengembangan desain selanjutnya difokuskan pada sistem furnitur yang mudah untuk dikemas

dan dirangkai kembali dengan teknologi sederhana namun efektif untuk memecahkan masalah mobilitas

dan keterbatasan ruang.

Page 18: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 15

4.3 Tahap Desain Akhir

Desain Terfokus adalah berupa Modul-modul yang dapat disusun dengan struktur besi, dengan

mempertimbangkan tingkat kekakuan dan kemampuan untuk menopang beban dari benda pengisinya.

Adapun Desain modul dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini.

Gambar 4.6 Sketsa Pengembangan Desain Terfokus

4.4 Kegiatan Pembuatan Prototype

Untuk pembuatan Prototype diperlukan keahlian khusus dari pengrajin Furnitur dan dikerjakan di

workshop. Untuk itu dalam penelitian ini, tim peneliti berkerjasama dengan workshop Bengkel Hijau yang

berlokasi di Pasir Impun, Bandung. Berikut adalah dokumentasi dari proses pembuatan Prototype yang

dilakukan.

1. Proses Pembuatan Alat Bending

Untuk membuat modul pengujian, tim Peneliti mencoba menggunakan bahan bambu laminasi.

Pembuatan dengan teknik ini memerlukan Alat Bending sebagai alat bantu membuat lapisan demi

lapisan bambu. Alat ini sendiri dibuat dari bahan plat besi dengan ketebalan 3mm. Proses produksi

alat bending dilakukan di workshop.

Page 19: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 16

Gambar 4.7 Alat Bending

2. Proses Pelapisan bambu laminasi

Bambu yang sudah dibuat menjadi lembaran panjang-panjang dipress dan dipola dengan alat

bending serta diberi lem kayu. Kemudian setelah dipola dipress dengan alat press dan dibiarkan

selama 5 menit tiap lapisan. Demikian seterusnya proses tersebut diulang-ulang sehingga

diperoleh ketebalan yang diinginkan. Adapun prosesnya dapat dilihat di Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Proses pembuatan Prototype

Pada tahap 2 ini tim menemui kendala dengan bahan baku bambu yang digunakan. Karena sudut dari

bending yang terlalu tegak lurus mengakibatkan terjadi cracking pada modul. Untuk itu prototype dengan

bahan bambu laminasi ini dinilai kurang tepat.

Page 20: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 17

Gambar 4.9 Cracking pada proses Prototyping

4.5 Tahap Evaluasi

Beberapa catatan sebagai evaluasi dari Penelitian ini antara lain :

- Bahan baku bambu lembaran cenderung mudah patah apabila ditekuk dengan sudut tajam

- Proses pembuatan dengan teknik bambu laminasi masih belum dikuasai oleh pengrajin lokal

karena tingkat kesulitannya cukup tinggi dan rumit dan memakan waktu yang cukup lama untuk

proses pengeringan lapisan demi lapisannya

- Resiko kegagalan cukup tinggi. Apabila diproduksi untuk skala komersil dinilai tidak efektif

- Tingkat kerapihan sulit dicapai karena keterbatasan keahlian dari pengrajin

4.6 Rencana Kelanjutan Kegiatan

Penelitian ini dapat dikembangkan dengan cara :

- Mengganti bahan baku dengan bahan yang lebih kaku dan mudah dalam pembuatannya. Bahan

lain yang dapat dipertimbangkan adalah bahan dasar kayu, baik kayu solid ataupun kayu olahan

(ex. MDF, Multipleks, dll)

- Mengembangkan variasi desain-desain lainnya dengan menggunakan sistem yang sama (flat pack)

- Melakukan riset terhadap kemasan modul dengan menggunakan bahan baku murah

- Melakukan riset terhadap reaksi pasar terhadap produk untuk mencari pendapat mengenai

kekurangan dan kelebihan produk, kemudian melakukan perbaikan terhadap desain

Program ini dapat membuka potensi kerjasama dengan industri bambu yang ada di Jawa Barat khususnya,

serta Indonesia umumnya, dalam kasus ini industri furnitur. Institusi (ITENAS) memiliki sumber daya

kreatif dalam bidang desain, sedangkan industri memiliki tenaga ahli di bidang produksi. Keduanya dapat

bersinergi untuk menghasilkan produk-produk unggulan yang mampu bersaing dengan produk dari negara

lain.

5. Kesimpulan

Tujuan dalam proposal belumlah sepenuhnya tercapai. Hal ini dikarenakan faktor teknis dalam bahan baku

yang belum sepenuhnya dipahami karakternya oleh pengrajin sehingga dalam proses pembuatan prototype

Page 21: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 18

masih ditemui kendala. Berdasarkan tahap evaluasi sebagaimana disampaikan pada sub-Bab 4.6,

diperlukan penelitian selanjutnya yang dapat memperbaiki kekurangan dari penelitian ini.

Daftar Pustaka

[1] Bamboo Style by Gale Beth Goldberg (Sep 15, 2004)

[2] Design and Manufacture of Bamboo and Rattan Furniture (General Studies) by United Nations

Industrial Development Organization (Jun 1996)

[3] How to Build with Bamboo by Jo Scheer (Jan 3, 2005)

[4] How-to Bamboo: Simple Instructions And Projects by Paul N. Hasluck (Dec 2006)

[5] Indonesia Wood, Bamboo, Furniture, Household Export-import and Business Opportunities

Handbook by IBP USA (Jul 20, 2010)

[6] The Craft & Art of Bamboo, Revised & Updated: 30 Eco-Friendly Projects to Make for Home &

Garden by Carol Stangler (Jan 6, 2009)

[7] Uncovering the Bamboo of Indonesia by Dwinita Larasati. Jurnal Ilmu Desain, FSRD ITB, Vol 1. no

3, 2006, pp.117-190.

Page 22: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan
Page 23: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 19

Desain Elemen Interior Ruang dari Limbah Plastik dengan

Pendeketan Eksplorasi 3R (Reduce-Reuse-Recycle)

Iyus Kusnaedi

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung

Jl. PKH. Mustapha No. 23, Bandung 40124

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Di kota-kota besar sampah non organik berupa limbah plastik ternyata masih sangat sulit untuk

dihancurkan dan membutuhkan waktu untuk bisa mengurainya. Eksplorasi limbah plastik menjadi karya

baru yang bermanfaat tanpa harus diurai dan dihancurkan merupakan salah satu solusinya. Di antara

pengolahan limbah plastik yang sudah banyak dilakukan upaya mengolah untuk menjadikan barang desain

untuk interior ruang mulai banyak dilakukan yang membuat alternatif bisa lebih banyak. Dengan

pendekatan konsep 3R (Reduce-Reuse-Recycle) limbah plastik bisa dijadikan produk baru yang berfungsi

baru. Material elemen interior yang bersifat hayati akan habis dan dibutuhkan material baru sebagai

penggantinya. Eksplorasi limbah plastik diharapkan dapat menjawab tantangan untuk melahirkan material

pengganti yang selama ini dipakai di interior yang lebih variatif, mudah didapat dan tentunya memiliki

nilai ekonomis. Melalui ekplorasi dengan pendekatan konsep 3R (Reduce-Reuse-Recycle) secara design by

doing diharapkan bisa menjadi sebuah industry kreatif yang dapat memberdayakan masyarakat khususnya

pengolahan limbah plastik menjadi wall system. Dengan kreatifitas, limbah plastik ternyata dapat

dieksplor menjadi produk dinding untuk interior tuang.

Kata Kunci: plastik, interior, design by doing, dinding

1. Pendahuluan

Pola pengelolaan sampah yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia sebagai berikut: diangkut dan

ditimbun di TPA (69%), dikubur (10%), dikompos dan didaur ulang (7%), dibakar (5%), dan sisanya tidak

terkelola (7%). Saat ini lebih dari 90% kabupaten/ kota di Indonesia masih menggunakan sistem open

dumping atau bahkan dibakar. Pada saat ini, upaya pemilahan dan pengolahan sampah masih sangat minim

sebelum akhirnya sampah ditimbun di TPA. Jika kebijakan ‘do nothing’ tetap dilaksanakan, maka

kebutuhan lahan untuk TPA akan meningkat menjadi 1.610 hektar pada tahun 2020. Dilema sulitnya

pengadaan lahan TPA mendorong Pemerintah Indonesia (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)

pada tahun 2014 untuk menggagas lahirnya komitmen “Indonesia Bersih Sampah 2020”. Upaya

pengurangan timbulan sampah tanpa menghilangkan nilai guna dan nilai ekonominya menjadi tantangan

pengelolaan sampah ke depan bagi Pemerintah Indonesia.

Sampah yang dihasilkan Indonesia secara keseluruhan mencapai 175.000 ton per hari atau 0,7 kilogram per

orang. Sayangnya, pada 2014, data statistik sampah di Indonesia mencatat bahwa Indonesia menduduki

negara penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia setelah Cina. Jumlah sampah di Indonesia akan

terus meningkat jika penanganan sampah belum serius. Diprediksikan, pada 2019, produksi sampah di

Indonesia akan

Hijrah Putra, 2010 menyimpulkan bahwa sampah plastik memiliki bahaya yang cukup besar bagi

keberlangsungan hidup manusia, oleh karena itu diperlukan suatu usaha yang serius oleh berbagai pihak

untuk mengelolanya. Karena disamping bahaya yang ditumbulkannya, plastik sekaligus memiliki potensi

yang menjanjikan untuk dikembangkan sebagai produk dan jasa kreatif. Belum banyak yang

Page 24: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 20

mengembangkan produk dari limbah plastik dibanding dengan usaha sebagai pengepul dan dijual kembali

dan kemudian dihancurkan, sedikit yang dikembangkan menjadi produk baru yang bermanfaat.

Safinia & Alkalbani, 2016 menyatakan bahwa hasil penelitian pembuatan bata beton yang terbuat dari botol

plastik selain lebih kuat 57% dari bata beton biasa juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena bahan-

bahannya mudah dijumpai, namun masih perlu dikembangkan dari sisi desain apabila penggunaan bata

beton botol plastik ini akan dipakai secara ekspos. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut bagaimana

mengeksplorasi sehingga tampilan desain nya bisa lebih baik lagi. Dalam penelitian lain Prochazkova,

2015, menghasilkan produk dinding dari bahan campuran limbah plastik namun membutuhkan ukuran

dinding yang tebal sehingga terkesan berat, dan masih perlu penelitian lanjutan sehingga produk yang

dihasilkan butuh space yang tidak terlalu tebal. Menurut Kusnaedi, 2016, Dengan sentuhan kreativitas,

sampah plastik khususnya botol plastik memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk baru yang

lebih bermanfaat. Dalam hal ini potensi untuk Interior bisa jadi berasal dari limbah plastik.

Limbah plastik yang banyak dijumpai di sekitar kita, perlu diolah secara tepat sehingga dapat lebih

bermanfaat lagi dikemudian hari. Banyak upaya untuk mengurangi sampah yang di ataranya mengurangi

(Reduce) , mengunakan kembali (Reuse), dan Recycle (mendaur ulang) sampah.

1.1. Maksud

Sebagai salah satu upaya penanggulangan sampah khususnya limbah plastik yang dikelola dan dieksplor

dan dikembangkan menjadi produk elemen interior secara kreatif dengan pendekatan konsep 3R,

diharapkan dapat memberikan solusi mengurangi jumlah sampah dan dapat memberikan peluang usaha

baru untuk masyarakat.

1.2. Tujuan

- Mengurangi dan memanfaatkan sampah khususnya sampah plastik menjadi bentuk baru yang

bermanfaat khususnya di bidang interior.

- Membuat produk baru yang dapat dimanfaatkan kembali dengan fungsi lain yang bersifat recycle

- Dengan konsep 3R masyarakat sadar akan pentingnya pemanfaatan sampah yang tidak harus selalu

dibuang.

1.3. Manfaat

- Mengurangi dan memanfaatkan sampah khususnya sampah plastik menjadi material baru khususnya

untuk interior ruangan.

- Membuat desain baru yang dapat dimanfaatkan kembali dengan fungsi lain yang dapat diaplikasikan

untuk kebutuhan interior ruangan.

- Membantu membuka peluang usaha baru bagi masyarakat

2. Bahan & Metode Penelitian

Dalam penelitian ini bahan utama yang dijadikan objek penelitian adalah limbah plastik dengan kode : 1

(PET / PETE : Polyethylene Terephthalate), 3 (PVC : Polyvinyl Chloride), 4 (LDPE : Low Density

Polyethylene), 5 (PP : Polypropylene) dan 6 (PS : Polystyrene), di mana selain kuat, anti air, mudah ditemui,

mempunyai desain yang bagus, murah, ringan juga lentur dan mudah dibentuk. Limbah plastik didapat dari

sampah kampus Itenas & dari pengepul yang sudah dipilah dan masih bagus dan baik bentuknya.

Penelitian ini berfokus pada eksplorasi limbah plastik menjadi karya baru khususnya wall system yang

menunjang untuk interior ruang, maka metode pendekatan yang digunakan dengan tahapan sebagai berikut

:

- Identifikasi dan analisa

Page 25: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 21

- Dilakukan untuk mengklasifikasi jenis dan memilah limbah plastik yang bisa dikembangkan.

- Observasi dan wawancara

- Dilakukan dalam rangka studi banding dan mengetahui sejauh mana dan kemungkinan plastik bisa

dimanfaatkan untuk desain interior wall system

- Workshop/ Pelatihan

- Workshop yang melibatkan 16 partisipan dari mahasiswa Desain Interior Itenas dilakukan dengan

cara praktik langsung design by doing mengeksplor kemungkinan alternatif pengembangan limbah

plastik mulai dari proses pencarian sampai ke sketsa desain.

- Proses Pembuatan Prototype

- Pada tahap ini hasil sketsa desain dikembangakan menjadi beberapa prototype

3. Hasil & Pembahasan

3.1. Eksplorasi dan Potensi Pengembangan

Produk-produk plastik sangat banyak dan bisa diklasifikasi, yang terdiri dari 7 yang dapat disimbolkan

yaitu jenis yang bersimbol 1 (PET / PETE : Polyethylene Terephthalate), 2 (HDPE : High Density

Polyethylene), 3 (PVC : Polyvinyl Chloride), 4 (LDPE : Low Density Polyethylene), 5 (PP : Polypropylene),

6 (PS : Polystyrene) dan 7 other.

Gambar 1. Contoh produk-produk & Simbol-simbol Plastik

(sumber : Pravitasari, 2009)

Limbah plastik yang banyak dijumpai dan diekslpor dalam penelitian ini difokuskan pada kode : 1 (PET /

PETE : Polyethylene Terephthalate), 3 (PVC : Polyvinyl Chloride), 4 (LDPE : Low Density Polyethylene)

& 6 (PS : Polystyrene).

Wokshop

Dalam penelitian ini untuk memudahkan peneliti dalam mengeksplorasi limbah plastik menjadi elemen

interior perlu keterlibatan mahasiswa sebagai partisipan. Partisipan diarahkan untuk mengeksplor limbah

plastik untuk dijadikan elemen interior berupa wall system, Wokshop diselenggarakan pada tanggal 3 Mei

Page 26: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 22

2017 sebanyak 42 orang. Dalam workshop ini , setelah diberikan materi awal & petunjuk khusus ,

mahasiswa kemudian bereksperimen dan mengeksplor potensi limbah plastik untuk bisa dijadikan wall

system.

Gambar 2. Workshop eksplorasi limbah plastik

Dengan menggunakan bahan limbah plastik dan alat-alat yang disediakan, akhirnya 16 partisipan yang

terbagi menjadi 5 kelompok miminal dapat mengeksplor 2 alternatif pengembangan wall system.

3.2. Pengembangan Desain

Sebagai lanjutan eksplorasi dari workshop limbah plastik, partisipan bersama peneliti bersama-sama

mengembangkan desain yang akan dibuat prototype. Berikut beberapa sketsa awal pembuatan wall system:

Gambar 3 & 4. Beberapa sketsa desain partisi

Page 27: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 23

Setelah sketsa desain dilakukan, sebelum dilanjutkan dengan pembuatan prototype wall system dilakukan

pembuatan image desain 3D . Berikut contoh pengembangan alternatif wall system yang dalam hal ini

desain partisi yang dipilih.

Gambar 5 & 6. Beberapa alternatif desain partisi

Gambar 7. Beberapa alternatif desain partisi

3.3. Prototype

Setelah image desain 3D, maka dilanjutkan dengan pembuatan prototype wall system. Berikut contoh

pengembangan alternatif wall system yang dalam hal ini desain partisi yang dipilih.

Gambar 8 & 9. Prototype desain partisi dari plastik makanan kode 3 (PVC) dan 6 (PS).

Page 28: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 24

Gambar 10 Prototype desain desain partisi dari pipa PVC kode 3 (PVC)

Gambar 11 & 12. Prototype desain partisi dari kantong plastik keresek kode 4 (LDPE) & pipa PVC 3

(PVC)

Dalam proses pembuatan prototype interior wall system terdapat pengembangan dari sketsa awal, hal ini

terbentur mengenai teknis, waktu serta tampilan hasil akhir sehingga dapat meningkatkan nilai dari estetika

wall system tersebut, baik nilai ekonomis dan daya jual jika prototype hasil pengembangan ini dipasarkan.

4. Kesimpulan

- Dengan sentuhan kreativitas, limbah plastik memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk

baru yang lebih bermanfaat terutama untuk material interior.

- Pengembangan desain wall system yang berbahan dasar limbah plastik ternyata bisa banyak untuk

dikembangkan serta bisa dipadupadankan dengan bahan plstik lainnya.

- Hasil desain pengolahan limbah menjadi wall system tidak hanya befungsi sebagai pembatas ruang,

bisa berfungsi lebih atau juga tematik

Page 29: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 25

Daftar Pustaka

[1] Halliwelll, J., Lambert, B. 2004. Revise for Product Design: graphics with materials technology.

UK: Heinemann Educational publishers.

[2] Hermono, Ulli. 2009. Inspirasi dari Limbah Plastik. Kawan Pustaka. Jakarta.

[3] Kusnaedi, Iyus.2016. Ekplorasi Sampah Botol Plastik Menjadi Produk Pendukung Interior Ruangan

dengan Pendekatan 3R (Reduce-Reuse-Recycle), Prosiding Seminar Nasional Rekayasa dan Desain

Itenas 2016, ISBN : 978-602-74127-12, LPPM Itenas, hal 28-35

[4] Pamungkas, T.A. 2006. Iswanto: Bukan Membuang tapi Mengelola, dalam Sampah Dilema Manusia

Modern dan Krisis Ekologi. Balairung Jurnal Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Edisi 39.

Yogyakarta.

[5] Prochazkova, Zdenka, 2015, Recycled plastic material properties defined by nanoindentation,

Research article, Advanced. Mater. Letter. 2016, 7(1),78-82 (diunduh 23 Maret 2017 22:01)

[6] Purnama Putra, Hijrah dan Yebi Yuriandala, 2010, Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi

Produk dan Jasa Kreatif, Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, ISSN: 2085‐1227 , Volume 2,

Nomor 1, Januari 2010, Halaman 21‐31, Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia.

[7] Puspitawati, Yuni & Mardwi Rahdriawan, 2012. Kajian Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

dengan Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Kelurahan Larangan Kota Cirebon, Jurnal

Pembangunan Wilayah dan Kota Biro Penerbit Planologi Undip Volume 8 (4): 349‐359 Desember

2012

[8] Pravitasari, Anita. 2009. Simbol Daur Ulang pada Botol dan Kemasan Plastik, didownload dari

http://majarimagazine.com/2009/02/simbol-daur-ulang-pada-botol-dan-kemasan-plastik/ (diunduh

5 April 2016, 14:10)

[9] Safinia, Sina & Amani Alkalbani, 2016, Use of Recycled Plastic Water Bottles in Concrete Blocks,

Creative International prociding, Construction Conference 2016 (diunduh 24 Maret 2017 17:39)

[10] http://www.menlh.go.id/rangkaian-hlh-2015-dialog-penanganan-sampah-plastik/ (diunduh 6 April

2016, 22:35)

[11] http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2015-02-13/indonesia-nomor-2-terbanyak-membuang-

sampah-plastik-di-lautan/1414921 (diunduh 6 April 2016, 23:45)

[12] http://geotimes.co.id/2019-produksi-sampah-di-indonesia-671-juta-ton-sampah-per-tahun/ (diunduh

6 April 2016, 23:55)

[13] http://regional.liputan6.com/read/2416636/setiap-hari-200-ton-sampah-plastik-banjiri-kota-

bandung (diunduh 8 April 2016, 24:32)

[14] http://regional.liputan6.com/read/2416636/setiap-hari-200-ton-sampah-plastik-banjiri-kota-

bandung (diunduh 8 April 2016, 24:32)

[15] http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2013/11/Konsp-Bank-Sampah-diterapkan-dalam-

project-B-Indonesia.jpg (diunduh 24 Maret 2017 13:32)

[16] http://media.gettyimages.com/photos/worker-walks-past-a-wall-made-of-recycled-plastic-bottles-

at-the-picture-id98439104 (diunduh 23 Maret 2017 22:50)

[17] http://2.bp.blogspot.com/-iYKXnGF879o/TWCeP-0zF-

I/AAAAAAAAACc/WMHTHygPz3Y/s1600/Flora+Expo+2011+037.JPG (diunduh 23 Maret 2017

22:52)

[18] https://cdn.thinglink.me/api/image/505717954332065792/1240/10/scaletowidth (diunduh 10 Agustus

2017, 20:34)

[19] http://sabangplas.com/media/2016/05/sabang-jenis-plastik.jpg (diunduh 10 Agustus 2017, 20:41

Page 30: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan
Page 31: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 26

Peningkatan Kualitas Lingkungan di IKM Alas Kaki Melalui

Perancangan Tata Ruang dan Perbaikan Alat Bantu Produksi Dengan

Konsep Bengkel Sehat

Boyke Arief Taufik Firdaus1, Muhamad Arif Waskito2 1 Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITENAS, Bandung 2 Jurusan Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITENAS, Bandung

Jl. PKH. Mustapha No. 23, Bandung 40124

E-mail: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Kondisi lingkungan kerja di suatu area industri menjadi sangat mempengaruhi kualitas dan produktivitas

kerja dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Adanya keterkaitan antara manusia, aktivitas, sistem,

fasilitas, ruang dan lingkungan tidak bisa dinafikan keberadaannya karena aspek-aspek tersebut akan

selalu saling mempengaruhi seiring perkembangan usaha dari industri yang bersangkutan. Sedangkan

pada kondisi riil dari lingkungan kerja di bengkel-bengkel produksi IKM sektor alas kaki umumnya masih

jauh dari kondisi ideal, khususnya jika dikaitkan dengan aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Kondisi

lingkungan yang sangat rentan terhadap kesehatan manusia dan situasi existing ruang yang mengganggu

aktivitas kerja tersebut tentunya sangat mempengaruhi produktivitas industri itu sendiri. Melihat kondisi

tersebut maka diperlukan usaha-usaha khusus yang berkaitan dengan perbaikan secara fisik melalui

perbaikan tata ruang dan fasilitas kerja, maupun perbaikan mental berupa pembentukan sikap, perilaku,

kebiasaan yang dibentuk melalui penerapan sistem regulasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan di bengkel

kerja.

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan deskriptif-partisipatif, dimana kondisi-kondisi riil yang

berkaitan antara ruang dan manusia digambarkan secara komprehensif hingga dapat diidentifikasi

masalah dan solusinya. Untuk mendapatkan konklusinya, pada proses riset ini dilibatkan juga para pelaku

usaha sebagai subjek yang terlibat langsung dalam kondisi ruang kerja tersebut, hingga didapat umpan

balik yang spesifik dari situasi kerja yang menjadi pangkal permasalahannya. Adapun hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja dari para pelaku usaha IKM sektor alas kaki dalam bentuk

peningkatan produktivitas dan perbaikan kualitas hidupnya melalui perbaikan kualitas lingkungan kerja

yang lebih baik.

Kata kunci: ruang kerja, bengkel alas kaki, produktivitas

ABSTRACT

The condition of the working environment in an industrial area greatly affects the quality and work

productivity of the people involved in it. The existence of interconnection between human, activity, system,

facility, space and environment can not be denied existence because of these aspects will always influence

each other as business development of the industry concerned. While in the real condition of the working

environment in SME's production workshops the footwear sector is generally still far from ideal conditions,

especially if associated with aspects of occupational health and safety. Environmental conditions are very

vulnerable to human health and the existing situation of space that interfere with the work activities of

course greatly affect the productivity of the industry itself. Seeing these conditions

Page 32: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 27

requires special efforts related to physical improvement through improvements in spatial and work

facilities, as well as mental improvement in the form of attitudes, behaviors, habits established through

the implementation of the regulatory system implementation of activities in the workshop.

This research is conducted through a descriptive-participative approach, where the real conditions

relating to space and human are described comprehensively so that problems and solutions can be

identified. To get the conclusions, in this research process involved also the business actors as the

subject directly involved in the condition of the workspace, to obtain specific feedback from the work

situation that became the base of the problem. The results of this study are expected to improve the

performance of SMEs in footwear sector in the form of increased productivity and improvement of

quality of life through improving the quality of work environment better.

Keywords: workspace, footwear workshop, productivity

1. Pendahuluan

Produktivitas manusia yang bekerja dalam sebuah organisasi proses produksi pada sebuah unit kerja

merupakan faktor penting yang selalu dipantau, dievaluasi dan dijaga kualitasnya. Baik atau buruk

produktivitas dari hasil kegiatan tersebut tentunya akan mempengaruhi kinerja unit usaha secara

langsung. Salah satu aspek yang mempengaruhi produkstivitas kerja adalah pengaruh lingkungan dalam

bentuk suasana dan kondisi ruang yang dirancang khusus sesuai dengan bentuk aktivitas didalamnya.

Sehgal mengatakan bahwa sekitar 86% dari masalah produktivitas berada di lingkungan kerja sebuah

organisasi. Lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan (2012:1). Dengan demikian jelas

ada keterkaitan yang erat antara suasana lingkungan dengan kinerja manusia yang ada di dalamnya.

Seperti juga lingkungan kerja lainnya, dalam sebuah bengkel (workshop) sepatu terdapat beberapa

elemen yang saling terikat satu dengan lainnya yang kemudian membentuk kinerja lingkungan dalam

bentuk produktivitas kerja. Elemen-elemen yang terdiri dari ruang, aktivitas, manusia, sistem dan

lingkungan tersebut kemudian menghasilkan output yang kualitasnya juga bergantung pada performa

dari elemen-elemen itu sendiri. Namun jika melihat manusia sebagai subjek yang memegang peranan

terpenting dan menentukan hasil dari kinerja sistem tersebut, maka ia juga akan sangat dipengaruhi oleh

elemen-elemen lainnya sebagai objek pendukungnya. Dalam sebuah organisasi bengkel sepatu

sederhana, manusia akan memiliki peranan vital dimana setiap aktivitas yang dilakukannya akan

merujuk pada kondisi lingkungan yang mendukungnya. Tata ruang yang baik akan mempenaruhi

kenyamanan dan daya tahan manusia yang bekerja di dalamnya meskipun beban yang diterimanya

berlangsung dalam kondisi yang terus menerus. Disamping itu peralatan pendukung kerja yang

memadai, kondisi ruangan yang cukup cahaya, cukup udara, ruang gerak yang leluasa tentunya sangat

mempengaruhi kondisi kerja mereka. Namun sayang pada kenyataaannya bengkel-bengkel sepatu/ alas

kaki yang banyak berkembang di Indonesia, khususnya di Bandung memiliki kondisi lingkungan yang

jauh dari kelayakan sebagai area kerja. Seperti halnya di wilayah Cimenyan, bengkel-bengkel sepatu

yang terdapat disana atau pun yang tersebar di sekitar Bandung masuk dalam katagori industri kecil-

menengah (IKM) yang nota bene terbentuk dari industri rumah tangga yang memanfaatkan ruang-ruang

rumah tinggalnya sebagai tempat kerja. Tidak jarang jika kamar tidur menjadi gudang penyimpanan

bahan baku atau pun bahan-bahan perekat, ruang keluarga menjadi area kerja memotong pola dan

menjahit upper, dapur tempat pemasangan sol (lasting) dan pekerjaan-pekerjaan lainnya sehingga

fungsi rumah tinggal di malam hari kemudian beralih fungsi sebagai bengkel kerja pada siang harinya.

Penataan dan menentukan fungsi ruang di bengkel sepatu sudah tidak lagi mengikuti kaidah-kaidah

ideal sebagai tempat kerja atau pun sebagai rumah tinggal yang layak baik dilihat dari sisi fungsi, luasan

area, pencahayaan, sirkulasi udara dan aspek psikologis lainnya agar tempat kerja tersebut dapat terasa

nyaman ketika dipakai bekerja.

Page 33: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 28

Kondisi bengkel sepatu yang dianggap tidak layak juga tidak hanya dilihat dari faktor teknis saja, tapi

juga kondisi tersebut akan diperparah lagi dengan adanya bahan-bahan yang membahayakan kesehatan

manusia seperti bau menyengat yang berasal dari bahan perekat, bahan pengencer (thiner/ wash banzen),

cat kulit, juga potongan-potongan kulit yang biasanya dimusnahkan dengan cara dibakar. Kondisi

tersebut tentunya sangat membahayakan kesehatan atau pernafasan dari anggota-anggota keluarga yang

tinggal di bengkel, khususnya anak-anak.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka dalam melakukan kegiatan kerjanya sangatlah dibutuhkan fasilitas

ruang beraktifitas yang mampu memfasilitasi budaya kerja serta memberikan kenyamanan ruang yang

berkualitas, yang juga dapat memberikan dampak yang baik bagi kesehatan serta produktifitas kerja

penggunanya. Selanjutnya, penelitian ini akan mengungkap relasi antara elemen pembentuk ruang

secara interpretative sehingga dapat dijadikan sebagai sebuah usuluan dasar kriteria dalam merancang

ruang untuk aktifitas kerja yang ideal dan berkelanjutan pada industri kecil dan menengah.

Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penelitian ini antara lain : Mengidentifikasi permasalahan yang

berkaitan dengan kondisi ruang kerja yang efektif untuk menunjang produktivitas para pelaku usaha

industri kecil di sektor alas kaki, Menelaah faktor-faktor yang berpotensi menciptakan bahaya kesehatan

yang dapat terjadi di bengkel-bengkel sepatu, khususnya akibat alih fungsi ruang di tempat tinggal

menjadi ruang kerja, dan Membuat konsep perancangan tata ruang dan alat bantu produksi bengkel alas

kaki yang berorientasi pada kesehatan, keamanan dan keselamatan area kerja (K3).

Adapun yang menjadi Urgensi Penelitian diantaranya; Perlunya ada usaha mengidentifikasi masalah

yang berkaitan dengan kondisi ruang kerja yang efektif untuk menunjang produktivitas para pelaku

usaha industri kecil di sektor alas kaki, Pentingnya menjaga kualitas ruang kerja yang sehat berdasarkan

kriteria keselamatan dan kesehatan kerja untuk menunjang kegiatan di bengkel alas kaki, Penting untuk

membuat strategi pembentukan mentalitas kerja yang berwawasan lingkungan dengan

mengimplementasikan nilai-nilai tersebut melalui perancangan ruang kerja dan alat bantu produksi yang

digunakan di bengkel alas kaki tersebut.

2. Metode Penelitian

Pada penelitian ini akan dilakukan melalui metode kualitatif pastisipatif dimana objek riset akan

dilibatkan dalam merancang dan mengambil keputusan atas tindakan-tindakan desain yang akan

dilakukan agar objek riset dalam hal ini memahami pula keterkaitan antara latarbelakang keputusan dan

tujuannya dalam merancang bengkel produksi yang berkonsep lingkungan sehat ini.

2.1 Kerangka berpikir penelitian

Untuk mempermudah pemetaan jenis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, maka

dibuat skema/ bagan alur yang menunjukkan setiap kegiatan terebut beserta dengan target-target

capaainnya. Dalam bagan alur ini ditunjukkan bahwa pendekatan atas permasalahan-permasalahan yang

telah teridentifikasi tersebut dibagi dalam dua kelompok kegiatan penelusuran. Kelompok pertama

adalah kegiatan yang berkaitan dengan penelusuran permasalahan yang masuk dalam ruang lingkup

kondisi-kondisi yang terkait dengan aspek-aspek peningkatan efektifitas kerja. Sedangkan kelompok

kajian lain adalah yang berkaitan dengan permasalahan pengembangan desain ruang kerja yang ideal

secara teknis dan kesehatan kerja

Page 34: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 29

Pembagian tahapan dalam penelitian ini seperti pada tabel di bawah ini;

Tabel Pembagian Tahapan Penelitian.

No Jenis Kegiatan Metode pencapaian Indikator Keberhasilan

1.

Identifikasi permasalahan-

permasalahan lingkungan

yang berkaitan dengan

kegiatan proses produksi

Melakukan observasi lingkungan kerja

(field study), pengumpulkan data primer

yang berkaitan dengan alur produksi, jenis

kegiatan, perilaku manusia, dan existing

luas ruang kerja

1. Didapatkan kesimpulan tentang masalah-

masalah kerja dan lingkungan yang terjadi di

bengkel produksi alas kaki

2. Dirumuskannya konsep antisipatif untuk

mereduksi permasalahan yang diakibatkan

kompleksitas alur produksi dengan tata ruang

kerja

2.

Mengidentifikasi batasan

masalah yang berkaitan

dengan manusia, aktivitas,

ruang dan sarana kerja,

serta regulasi kesehatan

dan keamanan kerja

Melakukan studi literatur, wawancara

nara sumber, melakukan pengamatan

untuk mengidentifikasi dan

merekapitulasi data.

1. Disusunnya kriteria-kriteria teknis untuk

mendukung terbentuknya lingkungan kerja

dengan standar kesehatan lingkungan yang

lebih layak

2. Dirumuskannya konsep antisipatif untuk

mereduksi permasalahan efektifitas kerja dan

sarana bantu kerja yang mampu mereduksi

polusi akibat debu dan penurunan kualitas

udara dalam ruang

3.

Melakukan proses analisis

terhadap aspek-aspek

desain yang terkait dengan

permasalahan lingkungan

kerja

Melakukan analisis dan sintesis atas

permasalahan yang berkaitan dengan tata

ruang, perumusan kerja efektif, ergonomi

kerja, kualitas lingkungan, kesehatan dan

keselamatan kerja

1. Dihasilkannya alternatif desain tata ruang

kerja yang mengutamakan efektifitas kerja

dan peningkatan kualitas lingkungan

2. Ditentukannya salah satu alat bantu

produksi di industri alas kaki yang

perancangannya memperhatikan perbaikan

kualitas lingkungan kerja

4. Perancangan dan

Implementasi desain

Melakukan proses perancangan ruang

kerja yang berbasis lingkungan dan

pembuatan produk/ sarana kerja yang

berorientasi kesehatan dan keamanan kerja

1. Dibuatnya sketsa dasar pengembangan ruang

kerja dan alat bantu produksi yang akan

dijadikan output penelitian.

Gambar Skema kerangka berpikir penelitian

Page 35: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 30

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Identifikasi Permasalahan Yang Berkaitan Dengan Kondisi Ruang Kerja dan Kegiatan Proses

Produksi Industri Kecil di Sektor Alas Kaki.

Bengkel IKM Alas Kaki milik pak Dadang adalah salah satu dari beberapa IKM yang sama/sejenis,

yang berada di daerah Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, yang letaknya jauh di luar Sentra

industri Alas kaki Cibaduyut. Dengan berlokasi di Desa Ciparumpung Gunung, bengkelnya bersatu

dengan tempat tinggalnya, sehingga dari luar rumah tidak tampak terlihat bahwa ada aktivitas kerja

bengkel di dalamnya. Hanya pada saat-saat tertentu, seperti saat pesanan banyak, maka sesekali di teras

depan rumahnya tampak kegiatan kerja memproduksi Alas Kaki tersebut.

Luas bengkelnya ditambah ruang display kurang lebih hanya hampir sepertiga (17,2 M2) dari luas

bangunan keseluruhan rumahnya yang kurang lebih sekitar lima puluh delapan koma sembilan enam

meter persegi (58,96 M2). Semua aktivitas proses produksi terjadi di dalamnya, yang dilakukan pak

Dadang bersama dengan dua orang karyawannya. Sementara pada rumah tersebut juga ditinggali oleh

anggota keluarga pak Dadang yang terdiri dari seorang istri, dan tiga orang anaknya yang masih kecil-

kecil.

Seperti halnya yang terjadi pada umumnya di industri kecil dan menengah, yang seringkali

menggunakan rumah tinggal sebagai bengkel kerja, pada bengkel milik pak Dadang pun demikian.

Dimana aktivitas kerja dilakukan menyatu dengan aktivitas keseharian tinggal. Tanpa disadari

seringkali dapat mengganggu kelangsungan dari masing-masing aktivitas tersebut, baik dari sisi

aktivitas kerja yang tampaknya menjadi terbatasi ruang geraknya oleh berbagai aktivitas tinggal,

ataupun sebaliknya, kenyamanan tinggal menjadi terkurangi oleh aktivitas proses produksi yang

membutuhkan area/ruang gerak yang cukup leluasa.

Pada proses perancangan produk alas kaki dilakukan analisis-analisis karakteristik user, visual, serta

material yang ditemukan melalui observasi terhadap latar belakang user kemudian dipecahkan melalui

metoda design by drawing yaitu pengembangan desain melalui pembuatan sketsa-sketsa awal hingga

sketsa rendering sebagai teknik memvisualisasikan gagasan-gagasan yang didapat. Selain itu dilakukan

pula metoda design by doing yaitu mengimplementasikan sketsa-sketsa yang telah dibuat menjadi

produk jadi (prototyping). Untuk mendapatkan produk akhir dengan desain yang paling optimal,

prototype yang telah dibuat kemudian dievaluasi kekurangan-kekurangannya baik dari sisi teknis

maupun sisi desain yang selanjutnya dibuat produk sepatu lagi berdasarkan desain akhir yang telah

ditentukan.

Proses prototyping sebagai proses realisasi gagasan ke dalam bentuk produk riil dilakukan dalam

beberapa tahap pengerjaan, yaitu; Proses Penentuan Bentuk Sol, Proses Pembuatan Shoelas,

Pembuatan Pola Dasar, Perakitan Upper, Proses Tarik, dan Pemasangan Sol.

Dari proses pembuatan prototype ini dihasilkan dua buah sepatu yang bentuknya sesuai dengan desain

yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian setelah itu sepatu-sepatu tersebut masuk dalam proses

evaluasi yang dilakukan oleh tim desainer dan didampingi oleh konsultan untuk dikaji bersama hingga

didapat produk yang sesuai dengan konsep pengembangan desain yang telah dirumuskan sebelumnya.

Semua tahapan proses produksi tersebut di atas sebagian besar dilakukan pada ruang dan tempat yang

dapat dikatakan seadanya, tidak dibuat adanya pembagian area yang jelas dan tidak terdapat alat bantu

khusus yang lengkap untuk setiap tahapannya. Selain alat bantu jahit pada tahap perakitan upper,

tahapan lainnya seperti tahap proses penentuan bentuk Sol, proses pembuatan Shoelas, pembuatan pola

dasar, pembuatan bagian-bagian pola sepatu, proses Tarik, maupun pemasangan Sol dilakukan dimana

Page 36: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 31

saja, bahkan lebih banyak dikerjakan hanya di atas lantai saja tanpa alat bantu khusus untuk setiap

tahapannya.

Dari sisi ketersediaan ruang atau area simpan dan kerja, pada bengkel Alas Kaki milik pak Dadang

tampaknya sangat perlu dibenahi. Walaupun kelihatannya sudah ada upaya pengelompokan tempat

untuk kerja dan menyimpan alat serta bahan, tetapi terlihat dapat dikatakan masih berantakan tidak

tertata dengan baik. Pengelompokan tempat untuk kerja dan simpan alat serta bahan yang dilakukan

belum disesuaikan dengan tahapan alur proses produksinya. Penataan ulang menjadi penting dilakukan

karena dengan tertatanya tempat untuk kerja dan simpan alat serta bahan sesuai dengan alur proses

produksi akan didapatkan adanya keteraturan, sehingga dapat menimbulkan kemudahan kerja dan

mempercepat waktu proses produksi.

Demikian halnya dengan pencahayaan yang digunakan pada area bengkel, terlihat masih kurang terang

untuk menerangi area kerja. Dengan hanya mengandalkan penerangan dari satu buah lampu TL

Daylight 40 Watt yang tertempel pada dinding, yang digunakan untuk penerangan seluruh proses

produksi yang dilakukan di bengkel. Walaupun pada siang hari penerangannya dibantu dengan adanya

bukaan jendela yang agak besar, tetapi tetap masih kurang terang, apalagi pada saat malam hari.

Dalam memproduksi alas kaki tidak akan terlepas dari adanya penggunaan bahan-bahan yang

membahayakan kesehatan manusia seperti bahan perekat, bahan pengencer (thiner/ wash banzen), dan

cat kulit. Bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan bau yang menyengat, dan terhirup setiap saat oleh

setiap orang yang berada disekitarnya. Upaya untuk menghindarinya adalah dengan menyediakan

tempat khusus untuk proses kerja pengeleman, pencampuran, maupun pengecatan yang terpisah dengan

aktivitas kerja lainnya. Juga dengan membuat media pertukaran udara yang cukup, misalnya dengan

terdapatnya lubang-lubang ventilasi dan pemasangan kipas angin, agar bengkel tidak terasa pengap. Hal

ini juga masih terlihat kurang diperhatikan pada bengkel pak Dadang. Tidak terdapat kipas angin, dan

lubang ventilasi yang ada kurang besar serta kurang banyak.

Berdasarkan paparan di atas maka masalah-masalah yang ditemukan pada Bengkel Alas Kaki milik pak

Dadang diantaranya;

a) Masih belum terpisahnya secara jelas antara ruang-ruang dan area untuk melakukan aktivitas kerja

memproduksi alas kaki, dengan ruang-ruang dan area untuk aktivitas tinggal, guna mendapatkan

kondisi lingkungan ruang yang tidak saling mengganggu,

b) Masih kurangnya kelengkapan ruang untuk media pertukaran udara dan pencahayaan ruang kerja

agar dapat terciptanya bengkel yang sehat,

c) Fasilitas kerja dan tempat penyimpanan alat dan bahan belum tertata dengan baik, yang dapat

menimbulkan keteraturan sesuai dengan alur proses kerja memproduksi alas kaki,

d) Belum lengkapnya fasilitas kerja dan tempat simpan alat serta bahan yang khusus untuk setiap

tahapan proses produksi alas kaki guna mempermudah kerja dan meningkatkan produkvitas kerja.

3.2 Analisis Aspek-Aspek Desain Yang Terkait Dengan Permasalahan Lingkungan Kerja.

Berdasarkan dari hasil identifikasi, pada umumnya masalah-masalah tersebut akan dapat mempengaruhi

tingkat kenyamanan aktivitas kerja dan tinggal, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam jangka yang

cukup lama sangat memungkinkan timbulnya hal-hal seperti ; saling terganggunya aktivitas kerja

dengan aktivitas tinggal, tidak sehatnya udara yang dihirup oleh setiap individu yang berada

dilingkungan rumah dan bengkel, kelelahan mata karena kurang terang, lamanya pekerjaan yang

dikarenakan oleh aktivitas mencari tempat mengerjakan proses produksi dan mencari alat dan bahan,

Page 37: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 32

serta tidak nyamannya posisi kerja karena tidak terdapatnya alat bantu kerja yang lengkap dan

ergonomis. Pada akhirnya akan dengan cepat memunculkan keletihan kerja yang dapat mengurangi

tingkat produktivitas kerja dan kesehatan tinggal.

Masalah-masalah tersebut perlu kiranya ditangani dengan baik. Apabila mengacu pada laporan kegiatan

ILO yang berkaitan dengan permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor alas kaki

“Improving Safety, Health and the Working Environment in the Informal” (2003), menyatakan bahwa

terdapat beberapa faktor yang penting untuk ditangani yaitu permasalahan fisik lingkungan, kondisi

ruangan, ergonomi kerja, fasilitas pendukung kenyamanan kerja, perlengkapan perlindungan diri, dan

perlengkapan kesehatan, maka yang harus dilakukan pada Bengkel milik pak Dadang disamping yang

berhubungan dengan penyediaan perlengkapan perlindungan diri dan perlengkapan kesehatan, adalah

perbaikan lingkungan kerja, kondisi ruang, ergonomi kerja, dan fasilitas pendukung kenyamanan kerja

yang terbagi kedalam dua bagian yaitu; Penataan interior ruang yang sesuai dengan kebutuhan aktivitas

kerja dan tinggal, dan Pembuatan desain alat bantu kerja yang sesuai dengan masing-masing tahap

proses produksi.

Dalam penanganan untuk penataan interior ruang kerja, yang sangat diperlukan adalah ketepatan

penyelesaian masalah desain ruang sebagai bentuk dari perbaikan fungsi, pengayaan estetika, serta

peningkatan nilai psikologis dari ruang interior (Francis DK Ching : 2011: 46). Dimulai dengan

memecahkan masalah tentang belum terpisahnya secara jelas antara ruang-ruang dan area untuk

melakukan aktivitas kerja memproduksi alas kaki sebagai fungsi ruang kerja, dengan ruang-ruang dan

area untuk aktivitas tinggal sebagai fungsi ruang hunian. Upaya yang dilakukan adalah dengan cara

memperjelas pemisahan ruang-ruangnya, untuk mendapatkan kondisi lingkungan ruang yang nyaman

untuk aktivitas masing-masing agar tidak saling mengganggu.

Berikutnya adalah menentukan bentuk yang efektif untuk menciptakan terjadinya sirkulasi udara dari

luar ke dalam ruang dan sebaliknya. Juga menentukan titik lampu dan besaran cahaya lampu maupun

cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam ruang kerja, selain menentukan warna dinding, lantai,

ceiling, dan furnitur yang dapat membantu ruang menjadi terasa lebih terang. Hal ini dilakukan sebagai

pemecahan dari masalah kekurangan kelengkapan ruang untuk media pertukaran udara dan

pencahayaan ruang kerja agar dapat terciptanya bengkel yang sehat, dengan udara baik dan pencahayaan

yang cukup sesuai untuk aktivitas kerja di bengkel alas kaki.

Upaya lainnya adalah penataan dan penyediaan fasilitas kerja dan tempat penyimpanan alat dan bahan

yang sesuai dengan kebutuhan, sebagai penyelesaian dari masalah belum tertatanya dengan baik fasilitas

kerja dan tempat penyimpanan alat dan bahan. Dengan penataan ini diharapkan dapat menciptakan

keteraturan yang sesuai dengan alur proses kerja memproduksi alas kaki, serta dapat menimbulkan nilai-

nilai estetika ruang disamping dapat meningkatkan nilai psikologis ruangnya.

Sementara untuk penanganan dari masalah belum lengkapnya fasilitas kerja dan tempat simpan alat

serta bahan yang khusus untuk setiap tahapan proses produksi alas kaki, diperlukan upaya perencanaan

desain yang khusus pula untuk masing-masing tahap, yang disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas kerja

yang dilakukan saat bekerja. Desain yang dibuat harus dapat memberikan pengaruh yang dapat

mempermudah kerja dan meningkatkan produkvitas kerja.

Desain dari alat bantu tersebut harus memiliki bentuk yang telah disesuaikan dengan kebutuhannya

seperti; luas area kerja, perletakan alat dan bahan, material yang mendukung proses pekerjaan, serta

menerapkan dimensi yang sesuai dengan faal tubuh dan posisi gerak pengguna saat bekerja, harus

Page 38: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 33

menerapkan nilai-nilai ergonomi. Dimensi yang diterapkan mengacu pada dimensi tubuh penggunanya

dengan berdasarkan pada standar antropometri, agar alat bantu yang didesain menjadi terasa ergonomis.

Daftar Pustaka

[1] Ballast David K., AIA. 1992.Interior Design Reference Manual. Ca. Profesional Publications Inc.,

Belmont.

[2] Ching, Francis D.K. Corky Binggeli. 2011. Desain Interior dengan ilustrasi. PT Indeks, Jakarta.

[3] ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja: Sarana untuk Produktivitas.

International Labour Office, Jakarta.

[4] Mathis Robert L, dan Jackson John H.2006, Human Resource Management, alih bahasa. Salemba

Empat. Jakarta.

[5] Refika Aditama Rivai, Veltzhal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.

[6] Sehgal, Shruti. 2012. Relationship between Environmental and productivity. International Journal

of Engineering Research and Application (IJERA). Vol. 2. Issue 4.

[7] Thurman, J.E., Louizine, A.E. Kogi,K., 1988. Higer Productivity and a better place to work,

Geneva, International Labour Office

Page 39: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 34

Potensi Bambu untuk Pengembangan Armatur Lampu dari Produk

Budaya Lokal

Bambang Arief Ruby RZ

Program Studi Desain Interior, FSRD,ITENAS Bandung

Email : [email protected]

ABSTRAK

Berdasarkan pada kondisi saat ini, telah banyak usaha untuk mengurangi pemakaian kayu pada produk

industri mebel, ke bahan dasar bambu, baik dalam bidang seni rupa maupun desain. Namun dari hasil

yang didapat masih jauh minat masyarakat seni rupa dan desain pada bahan bambu tersebut, hal ini

disebabkan nilai jual bahan bambu masih dibawah standar. Disamping harga jual, teknik pengolahan

bambu cukup sulit untuk dijadikan bahan funitur termasuk dalam armatur lampu, sedangkan

ketersediaan untuk mendapatkan ukuran ketebalan dan lebar yang luas, sangat sulit didapat di pasaran.

Potensi bambu sangat mudah didapat dan pertumbuhannya sangat cepat serta dapat tumbuh

diberbagai daerah terutama pada area berudara hangat dan sedang atau dingin dengan laju

pertumbuhan tertinggi, diperkirakan dapat tumbuh 100 cm (39 in) dalam satu hari namun sangat

ditentukan oleh jenis tanah, kondisi geografis dan jenis bambu. Laju pertumbuhan yang paling umum

adalah sekitar 3–10 cm (1,2–3,9 in) per hari. tumbuh hingga mencapai tinggi maksimum dalam satu

musim tumbuh (sekitar 3 sampai 4 bulan). (https://id.wikipedia.org/wiki/Bambu)

Selain bahan kayu, penggunaan berbahan bambu, sangat dimungkinkan dapat dijadikan sebagai bahan

dasar menjadi produk desain armatur lampu. Pada era post-modern / kontemporer dalam isu global

seperti green-design atau desain ramah lingkungan pada masa kini dan kedepan, bahan bambu sangat

dimungkinkan sebagai sebuah bahan pengganti kayu, yang dapat digunakan pada berbagai produk,

terutama pada produk desain armatur lampu.

Penelitian ini merupakan studi rancang bangun armatur lampu dari modifikasi atau pengembangan

potensi bentuk dasar produk kerajinan tradisional bambu, dalam masyarakat Sunda. Hal ini

dikarenakan produk armatur lampu berbahan bambu masih sangat kurang dikembangkan atau

terperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari produk-produk yang ada di pasar lokal maupun nasional,

hanya beberapa saja yang dapat kita temukan, hal itupun masih belum ada kemajuan, berbeda halnya

dengan produk wadah anyaman bambu, perkembangannya cukup baik. Disamping itu upaya ini

dimaksudkan untuk membantu keberlanjutan terhadap pengembangan dan peningkatan potensi

sumberdaya pengrajin bambu (produk vernakular), ke arah peningkatkan dan pengembangan kearah

ilmu desain khususnya dalam ilmu desain Interior.

Penelitian ini meliputi analisa bentuk dan penyeleksian produk produk bambu tidak beranyam dan

beranyam. Perencanaan dan perancangan desain Armatur Lampu tersebut mengambil dari empat jenis

produk bambu, yang akan dikembangkan dari bentuk dasarnya dan dikombinasikan dengan material

pabrikan, sebagai konstruksi dan aksen bentuk yang memberikan citraan modern. Sedangkan

pembuatan prototip armatur lampu produk penelitian ini, dibuat di sentra kerajinan bambu

Tasikmalaya.

Kata Kunci: Bambu, Produk Budaya, Desain, Armatur Lampu

Page 40: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 35

1. Pendahuluan

Perkembangan industri modern dalam memenuhi kebutuhan alat atau tempat kegunaan lainnya yang

bersifat praktis dan ekonomis, telah merambah ke dalam kebutuhan rumah tangga di Indonesia. Mulai

dari alat dan wadah untuk kebutuhan menananak nasi hingga peralatan tradisional telah merubah pola

pikir, cara pandang, pola kerja dan pola prilaku yang serba praktis.

Akibat dari hal tersebut peralatan produk kriya bambu dan lainnya tergeser oleh produk industri.

Berkurangnya penggunaan peralatan anyaman bambu dalam rumah tangga, kini telah beralih pangsa

pasar ke pada restauran atau kafe di Bandung dan Jakarta, mengakibatkan persaingan para pengrajin

semakin tidak sehat. Hal ini di utarakan dalam hasil wawancar dengan salah satu pengrajin di desa

Maniis, Singaparna, Tasikmalaya.

Keunikan bentuk serta keanekaan produk kerajinan bambu yang telah lama diwariskan kepada kita

mempunyai nilai yang sangat tinggi, baik dari segi bentuk, corak anyaman, teknik, citraan, serta Filosofi

pada setiap produknya. Disamping nilai produk, kemampuan para pengrajin sangat terampil dan

mempunyai kemampuan yang luas dalam pengolahan anyaman bambu, dan telah dikembangkan pada

produk anyaman yang modern dan sudah dieksport ke beberapa negara maju. Sehingga sangat

disayangkan apabila kriya bambu tersebut semakin terpuruk dan memungkinkan hilang begitu saja

tanpa ada upaya untuk membuatnya tetap hadir di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Melalui pengembangan dan kreativitas dari keilmuan akademik, memungkinkan upaya untuk

mentransformasikan produk kriya kedalam dunia desain dengan sentuhan inovasi dan material modern,

serta teknik finishing yang lebih baik dan berkualitas, sehingga dapat bersaing lebih baik pasar lokal

maupun internasioaonal. Melalui salah satu gagasan sederhana ini diarahkan dapat merubah,

menggubah dan mengembangkan bentuk dasar produk budaya tradisi bambu serta dapat meningkatkan

citraan atau image kriya yang murah tersebut menjadi sebuah desain lampu yang lebih modern dan

kontemporer dengan harga yang lebih tinggi.

2. Permasalahan terhadap Produk Kerajinan teradap Produk Kerajinan dan Pengrajin

Pengembangan dan peningkatan kerajinan produk tradisional bambu yang dianggap mempunyai fungsi

dan nilai yang rendah dalam pandangan masyarakat modern, berdampak pada keterpurukan para

pengrajin anyaman bambu. Penghargaan terhadap nilai kerajinan harus dilihat dari sudut pandangan

kebutuhan akan kualitas masyarakat modern pada kelas ekonomi menengah, sehingga produk tersebut

dapat diterima dan sesui dengan cara dan tuntutan nilai kualitas lingkungan dan gaya hidupnya. Dalam

pendekatan tersebut perlu digaris bawahi bahwa nilai kualitas estetik, kualitas material, kualitas teknik

dan finishing terhadap suatu produk kerajinan, harus dilihat dari sudut pandang seorang desainer

terhadap tuntutan pasar konsumen, mengingat kajian nilai dalam keilmuan desain harus dilihat dari

berbagai sudut pandang, untuk menghasilkan kualitas estetik yang ideal.

Faktor kendala kebiasaan yang ada pada pengrajin, mempunyai pertanggungjawaban yang kurang baik,

sehingga kondisi produk yang ada masih terdapat kekurangan dalam kualitas, serta kurang adanya minat

mengerjakan kerajinan yang menuntut kualitas yang sangat baik. Hal ini dijelaskan oleh saudara

Nuryana pengrajin anyaman bambu di kampung Paniis, bahwa masyarakat pengrajin disana lebih

menyukai pekerjaan yang bersifat masal, tanpa harus memikirkan kualiti kontrol yang ideal.

Page 41: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 36

3. Pendekatan Pengembangan Desain Terhadap Permasalahan Sumberdaya Pengarajin

Berdasarkan hasil analisa lapangan, peneliti mencoba menerapkan sebuah desain yang sederhana dan

mengikuti pola pikir yang mudah dapat dipahami oleh para pengrajin. Hal ini didasari oleh pola pikir

dan faktor kebiasaan cara kerja yang bersifat spontan dengan pola kerja motorik yang berulang. Desain

yang dikerjakan, masih menggunakan bentuk-bentuk yang mudah dan bisa dikenal dengan teknik yang

dipahami oleh pengrajin, melalui analisa kolaboratif bersama pengrajin, dari hasil dialog, dibuat suatu

gambaran kemungkinan-kemungkinan untuk bisa dikuasai dalam pengerjaan prototip desain armatur

lampu. Setelah hasil pembicaraan penulis membuat sebuah gambar desain sederhana yang

memungkinkan dapat dipahami oleh pengrajin, dan selanjutnya gambar tersebut dilakukan uji coba oleh

pengrajin.

4. Pengembangan Desain dari Anyaman Bentuk Dasar Produk Lokal

Pada tahap pertama, desain yang diberikan untuk dibuat prototip adalah mengambil bentuk dasar dari

topi petani atau dudukuy ctok, yang dibentuk dari dua susunan. Dalam proses pada tahap pertama

pengrajin mengalami kesulitan terhadap ukuran dan proporsi yang ditentukan, hal ini berkaitan dengan

keterbatasan ruas bambu tali yang mempunyai ukuran standar 60 cm dan kini sangat jarang

mendapatkan ukuran 70cm hingga 75 cm, sehingga ukuran mengalami perobahan. Bentuk dari anyaman

sangat ditentukan oleh ukuran ruas bambu dan berbanding diameter dan ketinggian. Bentuk kerajinan

anyaman pada topi petani atau dudukuy cetok, menggunakan panjang ruas bambu 60cm dan dapat

dibentuk diameter 40cm (tanpa anyaman sambungan) kecuali anyaman yang menggunakan sistem

anyam sambung ( baha Sundanya anyaman sambung disebut sarungsum) seperti boboko, tolombong

biasanya menggunakan anyam sambung. Sehingga dalam proses adaptasi pengerjaan bentuk baru,

pengerjaan perlu dibuat beberapa kali, untuk menghasilkan produk kerajinan yang baik

Gambar 1. Bentuk topi petani / dudukuy ctok dan Desain Armatur Lampu dari Bentuk dasar topi

petani / Dudukuy cetok, pada gambar 1 desain awal dan gambar 2 meperlihatkan desain armatur yang

sudah di rubah ukurannya

Pembuatan prototip mengalami perubahan pada pola susun bagian bawah, perubahan tersebut dicoba

digeser atau direnggangkan antara armatur kerucut atas dengan kerucut bagian bawah, dimana dalam

desain awal, kerucut atas dengan kerucut bawah mrapat atau menempel, sehingga ukuran diameter pada

bagian bawah dirobah atau ditambah yang semula ukuran 21cm menjadi 30cm. Dapat dilihat pada

gambar 10 di bawah.

Page 42: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 37

Gb. 2 Sebelah Kiri Desain Armatur Lampu Lantai dan Sebelah Kanan Hasil Prototipe

Inovasi yang signifikan adalah dengan menyusun bentuk tudung kepala petani yang dipotong bagian

runcingnya, dimasukan atau dikunci menggunakan fiting lampu pada kerucut bagian bawah, fiting

tersebut disambungkan kepada kaki pipa alumunium 1/2 inc. Sedangkan kerucut bagian atas tersambung

pipa drat 1/4 inc. dan diberi sanggahan dari bahan akrilic bening untuk memperkokoh dan menghindari

benturan dan kemiringan. Bentuk tudung kepala atau dudukuy ctok yang dibentuk tersebut sudah tidak

dapat dikenali dari bentuk aslinya. Dengan demikian penerapan yang dilakukan, tidak membuat

pengrajin anyaman harus melakukan proses perubahan dalam pembentukan atau pembuatan armatur

tersebut.

5. Prototip Lampu Gantung (Pendant Lamp)

Pembuatan prototip Lampu Gantung mengambil bentuk dasar dari topi petani atau dudukuy ctok

dikombinasikan dengan bentuk boboko pada bagian atasnya menjadi dua susunan. Sama halnya dengan

bentuk standing lamp, anyaman boboko tersebut dianyam hampir menyerupai pola dan teknik anyaman

pada kukusan nasi (aseupan), hanya bentuk anyaman pada boboko mempunyai pola lebih rumit yang

dikenal dengan teknik anyaman kepang tanjeur dan kepang biasa. Bentuk kerucut dudukuy cetok

mengarah ke atas, sehingga lubang yang terbuka lebar mengarah ke bawah. Pada bagian sudut kerucut

dipotong, dan disambung dengan bentuk boboko yang berukuran kecil.

Pembuatan prototip pada ukuran bentuk boboko, mengalami perubahan. Perubahan tersebut

dikarenakan adanya kendala pembentukan dalam teknik anyaman. Sehingga helai anyam bambu

mengalami kerusakan pecah dan tidak rapih. Untuk itu bentuk dan ukuran harus menyesuaikan dengan

pola dan teknik bentukan anyaman yag dihasilkan pengrajin. Penulis hanya memberikan arahan bentuk

dasar ukuran wengku kontruksi pengikat anyaman pada bagian bibir atau lubang boboko mengalami

perubahan, yang semula berukuran 4 cm menjadi 2 cm dan sedangkan ukuran soko sebelumnya

berukuran 16cm x 16cm, menjadi 10cm x 10cm. sedangkan ukuran tinggi mengikuti pembentukan yang

dihasilkan oleh bentukan pola anyaman, yang semula dalam desain ukuran tingginya 5 cm menjadi

8,5cm. Hal ini dapat dilihat pada gambar 12, halaman 28 dengan ukuran prototip pada gambar 13 di

bawah

Untuk penerapan fiting dan kabel pada armatur lampu gantung cukup praktis dan mudah dikerjakan.

Pengikatan fiting pada boboko, cukup hanya melubangi bagian tengah anyaman yang ada sokonya

tersebut, dan fiting tersebut dikunci dengan mur topi yang terbuat dari plastik, yang sudah ada tersedia

Page 43: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 38

dalam satu set. Sedangkan pengikat kuncian pemasangan kabel ke permukaan atas atau plapon dipasang

sebuah plat yang merbentuk U dan menggunakan skrup pada kuking plat tersebut dan diberi tutup

mangkuk dengan sistem kunci baut dan mur yang berbentuk krucut, terbuat dari plastik, sehingga dapat

mengunci atau menjepit kabel.

Gb. 3 sebelah kiri Desain Armatur lampu Gantung dan sebelah kanan hasil Prototipe Armatur

lampu Gantung

6. Prototip Lampu Dinding (Sconce Lamp)

Pembuatan prototip lampu Dinding yang semula mengambil bentuk Boboko atau Tempat nasi. Di rubah

menjadi desain armatur lampu dari bentuk Aseupan. hal ini dikarenakan pembuatan teknik anyaman

pemotongan dan rajitan dari bentuk dasar boboko tersebut masih perlu di kaji ulang. Pola dan teknik

perlu disesuaikan kembali pada batasan kemampuan pengrajin dan teknik anyaman yang membentuk

armatur tersebut. Disamping itu adanya keterbatasan waktu dan adanya keterlambatan produksi prototip

dari pihak pengrajin akibat hal pekerjaan rutinitas pesanan tahunan.

Perubahan desain tersebut diganti dengan desain armatur lampu dinding yang terbuat dari bentuk dasar

Aseupan yang dipotong terbagi dua, dan disusun rangkap dua. Pada pola susun bagian bawah, bentuk

setengah krucut aseupan tersebut lebih bersifat utuh, sedangkan pola aseupan bagian atas sudut

kerucutnya dipangkas atau dipotong untuk memberi luasan posisi lampu yang berada pada susunan atas

bagian tengah. Sehingga fiting lampu berada pada sudut kerucut bagian bawah yang diberi ambalan plat

besi sebagai dudukan fiting lampu.

Gambar 4. Desain armatur lampu Dinding dengan posisi pemasangan yang berbeda

Desain armatur lampu dinding yang terbuat dari bentuk dasar Aseupan tersebut mempunyai dua pungsi

penyinaran atau arah pencahayaan. Posisi armatur tersebut dapat dipasang dalam posisi lubang yang

mengarah ke atas, sehingga sorot lampu mengarah ke atas. Disamping pemasangan tersebut diatas,

pemasangan armatur lampu dapat dipasang terbalik, yaitu pola arah sinar menyorot ke bawah. Inovasi

bentuk susunan kerucut tersebut tampak terlihat tidak lagi memperlihatkan image aseupan, atau bentuk

Page 44: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 39

tersebut sudah tidak dapat dikenali dari bentuk aslinya. Sama halnya dengan penerapan pembentukan

anyaman lampu lain yang dibuat, dapat memudahkan pembuatan anyaman oleh pengrajin, tanpa harus

melakukan proses perubahan atau pembentukan terlalu sulit dalam pembentukan atau pembuatan

armatur tersebut.

Gambar 5. Prototip lampu dinding, dengan pemasangan berbeda

7. Prototip Lampu meja atau Table Lamp

Desain armatur lampu meja atau Table Lamp masih harus banyak penyesuaian dan perbaikan dalam

produksi prototip. Pembuatan prototip lampu meja tersebut, dibangun dengan bentuk dasar boboko yang

tinggi dari ukuran proporsi pada umumnya. Penerapan awal dalam desain sebelumnya terbentuk dari

tiga susunan, namun adanya kendala kesulitan dalam membuat bentuk aseupan yersebut,

mengakibatkan percepatan produksi prototip tidak bisa dilakukan dengan baik. Sehingga bentuk

armatur lampu meja tersebut dibangun dengan dengan satu bentuk boboko yang ditutup dengan

anyaman ayakan atau tutup alumunium. Sehingga sebaran sinar atau cahaya dipantulkan ke arah bawah.

Gambar. 6 Desain Armatur lampu dari bentuk boboko yamg bersusun 3 yang tidak dapat

diproduksi dengan baik (mengalami perubahan)

8. Analisis hasil Pencahayaan

Cahaya yang tembus dari armatur atau tabir lampu dari anyaman bambu dalam tingkat transparansinya

tidak sama, hal ini diakibatkan dari beragam tebal tipis helai atau pita anyaman bamboo yang di raut

atau diserut secara manual. Secara umum, ketebalan pita anyaman bambu tidak sama tebalnya dan

karakter ini menghasilkan garis pita yang mempunyai sifat tranfaran yang sangat beragam dari cahaya

lampu, namun tidak mengurangi nilai estetik bayangan yang dihasilkannya. Atas hal tersebut perlu

adanya penelitian lebih lanjut agar dapat menghasilkan anyaman pita bambu yang lebih baik dalam

pembuatan pita bambu pada masa datang.

Page 45: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 40

9. Kesimpulan

Dengan sentuhan kreativitas, desain armatur berbahan bambu memiliki potensi untuk dikembangkan

menjadi produk baru yang lebih bermanfaat. Keunikan armatur atau tudung lampu yang dihasilkan

cahaya lampu menghasilkan sebaran dan redaman cahaya yang sangat menarik. Sifat lembaran pita

bambu yang dianyaman menghasilkan efek tembus cahaya memberikan karakteristik pendaran cahaya

yang menarik karena menghasilkan intensitas cahaya yang berbeda disetiap pola atau helayan pita

anyaman bambu. Berbeda halnya dengan armatur lampu yang terbuat dari produk pabrikan, yang

biasanya menggunakan bahan plastik mika atau kain, yang menghasilkan bayangan atau sebaran cahaya

yang rata.

Cahaya yang tembus dari tudung lampu dari anyaman bamboo, mempunyai transparansi yang tidak

sama, hal ini diakibatkan dari keberagaman tebal dan tipis helai atau pita anyaman bamboo yang di raut

atau diserut secara manual. Secara umum, ketebalan pita anyaman bambu tidak sama tebalnya dan

karakter ini menghasilkan garis pita yang mempunyai sifat tranfaran yang sangat beragam dari cahaya

lampu. Hasil pencahayaan yang didapatkan tidak mengurangi nilai estetik, terhadap bayangan yang

dihasilkannya. Atas hal tersebut perlu adanya penelitian lebih lanjut agar dapat menghasilkan anyaman

pita bambu yang lebih baik dalam pembuatan pita bambu pada masa datang.

Daftar Pustaka

[1] Primadi Tabrani, Bahasa Rupa, Kelir, 2012

[2] July Hidayat, Jurnal Ilmu Desain, ITB, Vol. 1-2 2006

[3] Dormer, Peter, 1982, Post-war craft, Marxism Today, http://www.unz.org/Pub/MarxismToday-

1982jul-00036?View=PDF. Diakses 18 November 2015.

[4] Rosidi, Ajip, dkk, 2000, Ensiklopedia Sunda, alam, manusia, dan budaya, termasuk budaya

Cirebon dan Betawi Pustaka Jaya, Jakarta

[5] Jamaludin dan Bambang Arief, Rancang Bangun Desain Armatur Lampu Berbasis Diversifikasi

Fungsi Produk Budaya Lokal, ITENAS,2016

[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, kbbi.web.id/

[7] https://id.wikipedia.org/wiki/Desain

[8] http://rumahbacabukusunda.blogspot.co.id/2012/07/nganyam-jeung-ragam-anyaman.html

Page 46: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan
Page 47: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 41

Makna Penerapan Elemen Pembentukan Interior sebagai

Konsep Tanda pada Rancang Interior Tematis Mal Boemi Kedaton

di Lampung

Novrizal Primayudha

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Teknologi Nasional

Email: [email protected]

ABSTRAK

Bangsa Indonesia memiliki Heterogenitas kultural yang sangat banyak mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan perancangan Arsitektural inter ior, hingga melahirkan berbagai bentuk dan

ornamen budaya yang memiliki makna sebagai komunikasi non verbal dari populasi sosio kultural

masyarakatnya. Objek rancangan interior merupakan manifestasi dari interaksi tanda-tanda sebagai

sistem komunikasi antara desainer yang membuat pesan dalam rancangan interior bangunan, dan

pengamat/masyarakat awam untuk menginterpretasi atau mempersepsikannya sesuai dengan latar

belakang budaya dan tingkat pemahamannya. Fokus dari penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

hubungan penerapan elemen interior sebagai tanda pada rancangan interior food court dan

department store di Mal Boemi Kedaton Lampung, melalui analisa Tanda dan klasifikasi elemen

rancangan interiornya. Interpretasi terhadap makna Tanda diperlukan untuk memperoleh sebuah

kesepakatan penafsiran, sebagai sebuah usulan untuk memperoleh konsep desain yang memberikan

makna baru bagi pengamatnya.

Kata kunci: semiotika arsitektural interior, analisa tanda arsitektural interior, makna tanda pada

rancangan interior mal boemi kedaton

ABSTRACT

The Heterogeneity of Indonesian cultures has influenced Architectural design development for many

decades. These unique cultural forms and non verbal symbolize must be interpreted as a meaningful

Interior Architectural sign. The implementation of interior design objects yields many sign interaction

as a communicational system between designer-the messages- with their design approach and the

observers to feel or perceive-able by their cultural background and interpretation. The vocal purpose

of this research is to unleash a relation of interior elements implementation on the interior food court

and department store mall boemi kedaton Lampung. This observation will explore all of interior signs

through signage analyze and interior elements classification. At the end, the Interpretation of those sign

needs to gain a conceive meaning, which can deliver as an alternative of making a design concept and

give a new meaning to their observers.

Keywords: architectural interior semiotics, architectural sign analyze, meaning of signification in

interior mal boemi kedaton

Page 48: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 42

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Fenomena rancangan interior department store saat ini sangat mempengaruhi citra dari corporate dalam

upaya memberikan pelayanan terbaik bagi konsumennya, tidak terbatas hanya menyediakan produk dan

jasa saja. Rancangan interior ini secara tidak langsung memberikan kenyamanan kerja, kemudahan

display, kenyamanan visual, kemudahan orientasi dan pencapaian serta eksplorasi tema-tema rancangan

yang menarik secara konseptual. Kualitas ruang sebuah pusat perbelanjaan saat ini menjadi elemen

penting yang diperhitungkan dalam bisnis retail yang berkelanjutan.

Pusat perbelanjaan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah Chandra Dept. Store Lampung yang

memiliki program pengembangan desain interiornya setiap kurun waktu 4 hingga 5 tahun. Sama seperti

fenomena rancangan interior pusat perbelanjaan di atas, Chandra dept. store memberikan fasilitas ruang

belanja yang terencana meliputi rancangan pola lantai, rencana ceiling, backwall display, kolom display,

Meja kasir, hingga fixture displaynya.

Hal yang menjadi kajian penelitian adalah mengenai relasi elemen-elemen interior tersebut sebagai

sebuah tanda yang memiliki makna bagi pengamatnya. Lebih lanjut lagi, penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan sebuah regulasi penataan ruang dalam yang merepresentasikan sebuah pusat perbelanjaan

terbaik di kota Lampung yang dicintai konsumennya dalam konteks belanja nyaman belanja hemat

sesuai visi bisnis corporatenya.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengungkap relasi tanda-tanda pada

rancangan interiornya untuk dijadikan sebagai dasar penentuan kriteria konsep rancangan pusat

perbelanjaan yang ideal dengan re-interpretasi makna yang senantiasa berkelanjutan. Metoda penelitian

yang dipakai adalah kualititatif interpretatif dengan analisa semiotika secara etnografi berdasarkan

fenomena yang diamati sebagai proses peng-identifikasian permasalahan yang kemudian diinterpretasi

dengan acuan landasan teoritis dan dire-interpretasi dengan hasil responden untuk menghasilkan makna

baru sebagai dasar perencanaan konsep interior retail yang dapat berguna bagi akademisi maupun

praktisi.

1.2. Review Penelitian Terdahulu

No Judul penelitian Peneliti Publish Abstrak

1 Kajian Semiotika pada Interior

Gereja Santo Yakobus Surabaya

Rezca

Navtalia

Sutiono

Universitas

Kristen Petra

Penelusuran makna tanda

pada interior gereja,

dengan metoda analisis

teks

2 Makna Tanda dalam Interior

Ruang Tamu: Studi Semiotika

Sistem Tertutup Pada Interior

Ruang Tamu Lima Status Sosial

di Yogyakarta.

Artbanu

Wishnu AJi

ISI

yogyakarta

Penelusuran makna tanda

pada interior ruang tamu

berdasarkan tingkatan

status sosial

3 Kajian Semiotik Ornamen

Interior Pada Lamin Dayak

Kenyah ( Studi Kasus Interior

Lamin Di Desa Budaya

Pampang)

Maria

Sicilia

Mayasari

Universitas

Kristen Petra

Penelusuran makna tanda

pada interior lamin,

dengan metoda analisis

teks

Page 49: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 43

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud

Maksud dari dilakukannya Penelitian ini adalah untuk memperoleh keberagaman kajian pemaknaan

tanda yang dapat dijadikan sebuah usulan perancangan yang objektif secara berkelanjutan.

Tujuan

1. Melakukan identifikasi ruang dalam secara menyeluruh terhadap objek penelitian untuk

memperoleh data lapangan yang orisinal dan objektif untuk dijadikan base data pengembangan

penelitian.

2. Mengungkap relasi dan klasifikasi antara elemen-elemen pembentuk rancangan ruang sebagai

tanda yang menghasilkan kesepakatan penafsiran makna.

3. Menghasilkan pandangan bermanfaat yang dapat mempermudah perancangan interior retail shop

bagi akademisi maupun praktisi desain/ pengembang.

2. Tinjauan Pustaka

Hasil karya rancangan interior merupakan sebuah sistem komunikasi tanda yang terdiri melalui

kompleksivitas populasi tanda, wujud ini memuat mengenai tanda dan makna yang dikomposisikan

secara estetis dalam perancangannya. Interpretasinya sebagai sebuah fisik yang terukur, dengan material

dan warna pelingkupnya merupakan sebuah upaya interaksi perancang -dalam memuat pesan atau

makna karyanya- dengan lingkungannya.

2.1. Semiotika dalam Arsitektur Interior

Semiotika didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure dalam Course in General Linguistics, sebagai “ilmu

yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial” (Saussure, 1990) implisit dalam

definisi Saussure adalah prinsip bahwa semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan main atau

kode sosial yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat dipahami maknanya secara

kolektif. [1]

Arsitektur dan Desain Interior menghasilkan sebuah karya rancang dalam wujud fisik sebagai sebuah

teks yang memuat ide-ide rancangannya. Teks ini menjadi kajian dalam Semiotika arsitektur yang

membahas mengenai identifikasi, interpretasi, serta relasi tanda-tanda terhadap konteks perancangan

fisik, tata ruang, pola, ukuran, proporsi, jarak, bahan, warna dan lain sebagainya. Sementara, tanda

mampu memberikan aksi dan reaksi tertentu (pragmatis) berupa penanda dan petanda dalam sistem

arsitektur yakni gaya bangunan pada elemen arsitektural (paradigmatik) dan detail dari keseluruhan

bangunannya (sintagmatis) [2] ataupun pendekatan empiris berupa representament (fungsi), objek

(bentuk), dan interpretant [3]

Berdasarkan pada ilmu tanda triadic yang dikembangkan oleh Charles sander peirce, pada setiap benda

selalu ada tiga pokok penting, yaitu Representamen merupakan sesuatu yang merepresentasikan

sesuatu yang lain, Objek adalah sesuatu yang direpresentasikan, dan interpretan sebagai interpretasi

seseorang terhadap tanda sebagai trikotomi elemen tanda.

Melalui uraian di atas kemudian dihasilkan tiga trikotomi: trikotomi pertama adalah qualisign, sinsign,

dan legisign. Trikotomi kedua adalah ikonis, indeks, simbol; trikotomi ketiga adalah terms (rheme),

proposisi (dicent), dan argumen. Relasi ini dielaborasi berdasarkan klasifikasi sepuluh tanda utama

Peircean [4]

Page 50: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 44

Representamen (visualisasi fisikal):

Kepertamaan/firstness: memuat mengenai subjek: nama ruang.

Keduaan/ secondeness: memuat mengenai fungsi: Peruntukkan aktifitas.

ketigaan/ thirdness: memuat mengenai identitas fisikal: unsur visual yang dapat terbaca.

Objek (perbandingan dengan benda lain) :

Kepertamaan/firstness: memuat mengenai tanda Icon yang muncul karena keserupaannya dengan benda

lain

Keduaan/ secondeness: memuat mengenai tanda Indeks yang muncul karena sebab akibat dan saling

berhubungan

ketigaan/ thirdness: memuat mengenai tanda Symbol yang muncul merupakan tanda yang disepakati

secara sosial/umum.

Interpretant (Penafsiran objek berdasarkan pengalaman pengamat):

Kepertamaan/firstness: memuat mengenai penafsiran awal

Keduaan/ secondeness: memuat mengenai kesesuaian penafsiran

ketigaan/ thirdness: memuat mengenai kesepakatan penafsiran secara umum

2.2. Analisis Tanda dan Makna

Charles W. Morris dalam The Pragmatic Movement in American Philosophy, (1970), bahwa Makna

Tanda dapat di representasikan menjadi tiga tipe pemaknaan, yaitu:

1) Makna Sintaktik, adalah sebuah kajian pemaknaan yang diperoleh berdasarkan hubungan Struktur

Tanda dan Kombinasinya, mengacu pada kedekatan eksistensi tanda. 2) Makna Pragmatis, adalah

sebuah kajian pemaknaan yang diperoleh berdasarkan hubungan Tanda dan pengamatnya, bersifat

memberi penekanan pada dampak Tanda terhadap perilaku manusia, dan berdasarkan atas kemiripan

terhadap sesuatu. 3) dan Makna Semantik, sebagai sebuah kajian pemaknaan yang diperoleh dari

Makna dan Tandanya, bersifat mewakili terhadap sesuatu atas dasar hubungan konvesi sosial. [5]

3. Metode Penelitian

3.1 Jenis dan Rangkaian Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif interpretatif dengan analisis

semiotika empiris secara etnografi, dimana objek riset akan melibatkan responden dengan quisioner dan

observasi sebagai pengontrol analisa integrasi untuk menentukan temuan penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Mal Boemi Kedaton (MBK) jl. Teuku Umar/ Sultan Agung Kedaton,

Bandar Lampung.

3.3. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan antara lain:

4. Melakukan observasi lapangan dengan mengidentifikasi elemen-elemen pembentuk ruang

objek kajian penelitian.

5. Mengambil sample kajian penelitian untuk di interpretasi dengan pendekatan keilmuan guna

memperoleh landasan teoritis sebagai upaya penyelesaian masalah.

6. Melakukan analisa semiotika secara interpretatif dengan mengungkap relasi tanda dan makna

yang muncul dalam elemen-elemen pembentuk ruangnya

Page 51: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 45

7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penelitian dan pengembangan perancangan interior retail

shop yang terencana secara konseptual yang berkelanjutan.

4. Hasil dan Pemabahasan

Penelitian ini dilakukan di provinsi Lampung, tepat nya di mal boemi kedaton untuk mengungkap relasi

tanda-tanda yang membentuk konsep sebuah karya rancangan interior, dengan melakukan klasifikasi

penanda-petandanya serta pemaknaannya. Hal ini diperoleh dari hasil quesioner penelitian berdasarkan

pengelompokkan kriteria dan jenis tanda yang diberikan kepada 3 kelompok responden profesi, antara

lain: umum, user, dan arsitek/ designer.

4.1. Identifikasi Permasalahan-Permasalahan Lingkungan yang Berkaitandengan Kegiatan

Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan objektifikasi dan identifikasi ruang pada mal boemi kedaton

melalui area-area yang ramai dikunjungi pengunjung juga lama waktu pengunjung untuk berdiam diri

di sana. Hal ini ditelusuri dengan mengamati aktifitas pengunjung pada weekhour dan weekend serta

menyebarkan quesioner kepada pengunjung untuk memperoleh data-data yang dijadikan acuan

instrumen penelitian.

4.2. Mennetapkan Instrumen-Instrumen Penelitian pada Objek Studi Penelitian

Objek penelitian yang diambil menghasilkan beberapa instrumen penelitian dan kriteria pendukung

datanya yang selanjutnya direkapitulasi dan dieksplorasi berdasarkan substansi kajiannya. Pada fase ini

langkah-langkah pencapaian yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur, wawancara

narasumber, melakukan pengamatan untuk mengidentifikasi dan merekapitulasi data, serta

pengelompokkan komponen tanda sebagai dan klasifikasinya untuk menghasilkan analisa tanda

diperoleh melalui kajian teoritis.

4.3. Melakukan Proses Analisis Secara Empirik dengan Mengungkap Relasi Tanda dan Makna

pada Objek Penelitian

Analisa makna dan konsep tanda pada rancangan interior yang dijadikan objek penelitian pada Mal

boemi kedaton, Lampung adalah sebagai berikut:

Page 52: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 46

5. Kesimpulan

Melalui serangkaian penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa Proses

pengidentifikasian setiap elemen interior dalam bangunan ini memberikan pemahaman tentang konsep

rancangan interior ruang publik kompleksitas tinggi yang menghasilkan elemen-elemen olahan yang

mampu mendukung aktifitas manusia dalam ruang serta ekspresi yang tertata secara teratur dan estetis

Pemahaman selanjutnya adalah, bahwa makna tanda pada karya rancangan interior dapat dieksplorasi

dengan menguraikan relasi komponen tanda yang muncul dalam rancangan. Penguraian ini merupakan

proses memaknai tanda untuk menghasilkan penafsiran yang mendukung rancangan interior sebuah

bangunan.

Semoga hasil pembahasan ini dapat memberikan wawasan baru yang dapat digunakan dalam merancang

interior bangunan publik kompleksitas tinggi.

Daftar Pustaka

[1] Ferdinand De Saussure, Course in General Linguistics, 1990. Duckworth, London, 1990, hlm. 15.

[2] Piliang, Yasraf Amir. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika. Bandung, Matahari, hlm. 303

[3] Salura, Purnama. 2010. Arsitektur yang Membodohkan. Bandung, CSS Publishing, Hlm. 82

[4] Noth, Winfried. 1995. Handbook of Semiotics. Indiana University Press.

[5] Morris, Charles William. 1970. The Pragmatic Movement in American Philosophy. Routledge.

Page 53: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 47

Revitalisasi Tatanen Huma Sunda melalui Penerapan Iptek Aero-

hidroponik pada Desain Produk Pertanian Kawasan Desa Hutan

Edi Setiadi Putra

Jurusan Desain Produk, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Di beberapa kawasan desa-hutan di Jawa Barat, terjadi peningkatan kesadaran petani rakyat terhadap

pentingnya pelestarian ekosistem hutan. Para petani tidak lagi merambah hutan untuk membuka lahan

pertanian. Hutan menjadi sumber kehidupan yang layak dijaga dari eksploitasi yang berlebihan. Petani

hanya mengelola lahan seadanya di kawasan desa, yang semakin mengecil karena terjadi pembagian

waris dan alih pekerjaan. Adanya fenomena kebutuhan peningkatan produktivitas hasil pertanian,

menjadikan petani rakyat semakin tertekan dan frustasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

kemungkinan menerapkan iptek aerohidroponik (konsep urban farming aeroponic-hydroponic-

aquaponic) di kawasan desa-hutan. Penelitian ini mempergunakan pendekatan deskriptif kualitatif

melalui analisis eksplorasi etnografis dan partisipatori masyarakat dalam mewujudkan sarana kerja

bertani yang relevan dengan situasi dan kondisi lingkungan desa-hutan. Upaya ini menghasilkan

kesimpulan adanya potensi kuat dari desain produk aerohidroponik yang dirancang, sebagai sarana

kerja yang efektif dalam menghasilkan hasil pertanian yang produktif di kawasan desa-hutan.

Kata kunci : desain produk, aerohidroponik, desa-hutan, pertanian rakyat

ABSTRACT

In some areas of the forests-villages in West Java, there is an increasing awareness of smallholder

farmers on the importance of conserving forest ecosystems. The farmers no longer penetrated the forest

to open agricultural land. Forests become a viable source of life guarded from excessive exploitation.

The farmers only manage the soil in the village area, which is getting smaller because of the division

of inheritance and the transfer of jobs. The existence of a phenomenon of increasing needs of

agricultural productivity, making peasants increasingly depressed and frustrated. This study aims to

examine the possibility of applying aerohidroponic science (urban farming aeroponic-hydroponic-

aquaponic concept) in the forest villages. This study used a qualitative descriptive approach through

ethnographic exploration and community participatory analysis in realizing farming facilities relevant

to the situation and environmental conditions of the villages. These efforts result in the conclusion of

the strong potential of the designed aerohidroponic, as an effective means of working in producing

productive agricultural yields in the forest-villages.

Keywords: product design, aerohidroponics, forest-villages, folk agriculture

Page 54: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 48

1. Penadahuluan

Pembangunan pedesaan di Jawa Barat berkembang sangat pesat di segala bidang. Selain penguatan

dalam infrastruktur prasarana pedesaan, juga mencakup sikap mentalitas masyarakat desa dalam

memahami situasi dan kondisi lingkungan hidupnya.i

Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat, merupakan salah satu

contoh desa yang berkembang sangat pesat. Di bidang pertanian, pada tanggal 9 November 2006 Desa

Cibeureum dicanangkan oleh Menteri Pertanian RI sebagai kawasan agropolitan yang ditandai dengan

peresmian P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) Karangsari, sebagai pusat kegiatan

perkembangan agribisnis dan agroforesty. Di bidang kebudayaan, salah satu kesenian khas Kecamatan

Sukamantri yaitu “bebegig’ telah memenangkan kontes parade di karnaval internasional di Kota Rio De

Jainero Brazilia. Di bidang sosial kemasyarakatan, Desa Cibeureum memiliki LMDH (Lembaga

Masyarakat Desa Hutan), yang sangat memperhatikan kelestarian hutan di sekitar lingkungan desa.

Hutan belantara di lingkungan desa pada dasarnya sangat terancam oleh perkembangan agribisnis yang

membutuhkan lahan pertanian homogen yang sangat luas. Beberapa kawasan hutan yang telah digunduli

menjadi lahan kebun bisnis sayuran, menimbulkan dampak buruk kepada masyarakat, dimana sumber-

sumber air yang terdapat di kawasan hutan tercemari pestisida, yang mengakibatkan gangguan

kesehatan yang meluas terhadap warga desa. Kawasan desa dihantui kemungkinan munculnya erosi,

longsor dan gempa bumi. Semua warga desa sangat mempercayai keyakinan tentang prinsip

keseimbangan alam yang diatur alamiah, sehingga jika struktur ekosistem terganggu atau berubah, maka

alam akan berupaya menyusun kembali dengan sendirinya. Hakikat keseimbangan alam ini sangat

berpengaruh dalam kehidupan masyarakat di kawasan desa-hutan, menyebabkan tingginya tingkat

kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan ini.

Masyarakat petani Desa Cibeureum sangat ingin meningkatkan produktifitas pertanian tanpa harus

melakukan penggundulan hutan desa. Petani membutuhkan lahan pertanian yang cukup besar untuk

meningkatkan produktivitasnya, namun lahan yang dimiliki pada umumnya semakin menyempit karena

terjadi perubahan jumlah lahan akibat pembagian waris. Di kawasan desa, petani hanya dapat

menggarap kebun kecil di pekarangan rumah, kolam ikan dan sawah dalam luas yang terbatas.

Keterbatasan lahan dan tuntutan produktivitas tani merupakan permasalahan umum yang dialami setiap

petani rakyat di kawasan desa hutan. Pekarangan dapat diberdayakan untuk pemenuhan gizi keluarga.ii

Prinsip pertanian masa kini yang sedang marak di wilayah perkotaan di berbagai negara maju, adalah

apa yang disebut dengan urban farming, yaitu cara bertani modern dengan memanfaatkan lahan sempit

di pekarangan sebagai lahan pertanian hidroponik yang dinilai sangat praktis dan produktif.iii Namun

sistem hidroponik yang dirintis oleh masyarakat pencinta tanaman di beberapa kota di Indonesia,

ternyata kurang berkembang di masyarakat umum, dan berkecenderungan hanya hidup di lingkungan

komunitas pencinta hidroponik.

Prinsip dan sistem kerja hidroponik, aeroponik dan akuaponik yang diperkenalkan aktivis petani kota

di berbagai media sosial ke masyarakat Indonesia, pada dasarnya telah cukup dikenal warga pedesaan,

namun karena tidak berasal dari akar budayanya, maka petani desa tidak antusias untuk menyambut

sistem baru tersebut.

Page 55: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 49

2. Metodologi

Dalam mengkaji data-data yang sifatnya deskriptif kualitatif, dilaksanakan upaya pemahaman melalui

cara pengamatan (observasi) dan pendalaman wawasan, melalui proses metodologi penelitian etnografi

yang dikembangkan Spradley (1985), M.Agar (1996) dan Fatterman (1998). Dalam rangka memperoleh

data komprehensif yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan terintegrasi, digunakan metode

deskripsi karena masalah yang diteliti terkait dengan konsep perilaku (human behavior) dan kehidupan

manusia (urban culture) di kawasan Kota Bandung. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi

(field work observation) dan wawancara etnografis (ethnographic interviews) dengan menggunakan

pedoman pengumpulan data.iv

Metode etnografi dari Spradley, seperti tampak pada skema berikut :

Gambar 1

Konsep kajian etnografi pada sektor budaya yang melibatkan aplikasi iptek

Adaptasi dari Spradley-Agar-Fatterman

Implementasi etnografi dalam dunia Desain Produk, adalah mengenai pengamatan tentang perilaku

kerja manusia (observing what people do) sebagai suatu sudut pandang sosio-cultural yang berpengaruh

dalam keputusan desain. Sudut pandang lain yang terlibat dalam pembentukan produk adalah paradigma

aplikasi teknologi berupa desain partisipatori (participatory design) berupa kompetensi dalam berkreasi

dan berproduksi (what people make) yang terpadu dengan unsur ilmu pengetahuan berbasis kearifan

lokal, yang dapat diserap melalui wawancara langsung (traditional interviewing) mengenai kemampuan

mendasar yang dimiliki masyarakat budaya tertentu (what people say they do). v

3. Hasil dan Pembahasan

Struktur masyarakat Indonesia menurut Wertheim (1954) pada umumnya terdiri dari masyarakat

peladang yang berada di kawasan pedalaman dan dataran tinggi, masyarakat petani sawah yang

bermukim di kawasan aliran sungai, danau dan rawa, serta masyarakat pelaut (nelayan) yang bermukim

di kawasan pesisir pantai.vi Edi S Ekajati (2005) menunjukkan bahwa masyarakat suku Sunda terdiri

dari tiga kelompok besar, yaitu masyarakat pahuma yang hidup berladang di dataran tinggi dan kawasan

gunung berapi, masyarakat panyawah yang bermukim di dataran rendah dimana terdapat sumber air,

mata air, aliran sungai, danau dan rawa-rawa, serta masyarakat pamayang yang bermukim di pesisir

pantai dan muara.

Page 56: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 50

Masyarakat pahuma tinggal di kawasan hutan pegunungan dataran tinggi dengan pola hidup nomadik.

Mereka melakukan penjelajahan di pedalaman rimba sebagai paninggaran (pemburu) dan bertani umbi-

umbian dan sayuran. Masyarakat panyawah bermukim secara permanen di suatu kawasan subur yang

memiliki sumber air untuk bercocok tanam padi, palawija, sayuran, memelihara kolam ikan dan hewan

ternak. Masyarakat pamayang bermukim di kawasan subur yang memiliki sumber air untuk bercocok

tanam palawija, buah-buahan, dan peternakan. Masyarakat pamayang ini memiliki kemampuan

membuat perahu dan mencari ikan laut di kawasan pesisir.

Gambar tentang kosmologi Sunda di bawah ini menunjukkan adanya konsep trigatra dalam struktur

masyarakat Sunda. Gatra pahuma (peladang) yang hidup di dataran tinggi atau kawasan gunung berapi

merupakan kawasan yang memiliki derajat tinggi sebagai kaum yang sakral, karena memungkinkan

terjadinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan kekuatan alam. Pahuma ini berfungsi

sebagai penjaga alam.vii

Gambar 2

Gambaran Kosmologi Sunda

(sumber: elaborasi penulis)

Kehidupan pahuma yang memiliki tugas menjaga alam berada dalam wilayah sakral yang disebut

mandala (kawasan suci). Karena memiliki sifat yang dinamis, pahuma tidak berada di suatu tempat

secara permanen. Pahuma selalu bergerak dan berpindah. Proses pergerakan ini sering disebut dengan

jarambah atau merambah hutan sampai ke pedalaman hutan. Dengan demikian, pahuma memiliki

pengetahuan yang banyak dan unik terkait hubungannya dengan alam lingkungan. Banyak pengetahuan

tentang gejala alam dan petunjuk alam yang berasal dari pengalaman pahuma dalam menjelajah atau

ngumbara ngalalana. Kehidupan pahuma, perkakas kerja dan lingkungan huma, membentuk konsep

pemeriharaan alam lingkungan dalam bentuk aturan adat tentang pendayagunaan lingkungan hutan

untuk penopang kehidupan. Seperti gambar berikut :

Page 57: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 51

Gambar 3

Lingkaran kehidupan pahuma

(sumber: elaborasi penulis)

Pada masa awal peradaban manusia Sunda, kehidupan nomaden yang dinamis merupakan pilihan yang

sangat efektif untuk mengenal alam lingkungannya. Para orang tua membawa anak-anaknya ke hutan

untuk diperkenalkan dan diajari bagaimana memahami alam lingkungannya. Pola ini menjadikan

pengetahuan tentang alam sangat terjaga dan semakin bertambah.

Kehidupan pahuma yang harmonis dengan alam, telah menempatkan mereka pada posisi yang sangat

dihormati masyarakat Sunda lainnya (panyawah dan pamayang). Pahuma dianggap sebagai masyarakat

yang sakral, karena hidup di kawasan mandala di puncak suatu bukit atau pegunungan. Gunung-gunung

berapi yang menjulang tinggi, merupakan tonggak alam yang disakralkan oleh semua lapisan

masyarakat Sunda, juga oleh para pembaharu yang membawa risalah Islam. Gunung secara fisik disebut

Giri, sedangkan secara filosofis gunung diartikan sebagai Guru nu Agung (Guru besar). Pahuma sering

disebut jalma gunung atau tiyang gunung oleh masyarakat lain. Tempat pahuma bermukim di sebut

padukuhan atau padesaan mandala.

Filosofi ini mengantarkan adanya visi mulasara buana dan misi Ngertakeun Bumi Lamba, yang

mempengaruhi tiga aspek tanda kesundaan yang dibentuk oleh unsur Rama (rakyat, petani), Resi

(rohaniwan, pendeta), Ratu (raja, bangsawan). Seperti berikut :

Gambar 4

Visi Misi Masyarakat Sunda Buhun

(sumber: elaborasi penulis)

Page 58: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 52

Kehidupan masyarakat pahuma yang lestari hingga kini, sangat penting untuk dimaknai dan diapresiasi,

karena mereka mampu hidup mandiri, mampu harmonis dengan alam lingkungannya, dan tidak pernah

menimbulkan kerusakan ekosistem yang berdampak bencana alam. Prinsip hidup dengan mengikuti

pikukuh (kepatuhan) terhadap karuhun (leluhur) untuk tugas mulia mulasara buana (memelihara alam

semesta).

Masyarakat pahuma memiliki aturan adat atau pikukuh karuhun yang dimaknai sebagai patikrama, yaitu

pati (jiwa) dan krama (tatakrama, prosedur), yang menjadi hukum adat yang menjiwai seluruh

kehidupan manusia pahuma. Patikrama Tatanen Huma Sunda (prosedur adat untuk berhuma secara

Sunda), diyakini merupakan sumber jawaban terhadap beberapa masalah yang sulit dihadapi

masyarakat desa di kawasan hutan, yang memerlukan cara bertani tanpa melakukan perusakan hutan

atau penebangan pohon di kawasan hutan lindung maupun hutan produktif. Sayangnya Patikrama

tatanen huma Sunda tidak ditemukan dalam bentuk referensi tertulis.

Beberapa hal yang terkait Patikrama Tatanen Sunda, tampak dalam Sanghyang Siksa Kandang Karesian

(Petunjuk menjadi resi), yaitu: penggunaan perkakas pahuma yang diatur penggunaanya dalam gatra

ganggaman wong tani,viii sebagai berikut :

Gambar 5

Perkakas Pahuma menurut Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian

Prinsip kerja pahuma yang mempergunakan alat-alat kerja sederhana, menunjukkan adanya pembatasan

dalam pengolahan tanah, dan lingkungan hutan. Tidak terdapat cangkul karena mereka tidak boleh

merubah komposisi tanah, seperti muncul dalam ajaran amanat buyut dan implementasinya dalam

menjaga ekosistemix. Proses ngahuma berdasarkan Patikrama huma sebagai berikut :

Gambar 7

Proses ngahuma menurut cara adat

(sumber: elaborasi penulis)

Page 59: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 53

Pengaturan waktu untuk melaksanakan aktivitas itu, diatur dalam titimangsa yang disebut dengan

Pranatamangsa Sunda yang berlaku di bidang pertanian :

Gambar 8

Kalender waktu pelaksanaan proses ngahuma

(sumber: elaborasi penulis)

Petani kawasan desa hutan dapat melihat Patikrama Tatanen Huma Sunda sebagai acuan atau referensi

dalam memahami situasi dan kondisi dengan alam sekitarnya. Petani desa hutan dapat melakukan

aktivitas tani tanpa menggunduli hutan, merubah struktur tanah gunung, dan semua hal yang sudah

teratur oleh kuasa Ilahiah. Konsep bertani tanpa mencangkul tanah dan membabad pepohonan di hutan

adalah diantaranya dengan mempergunakan teknologi dan pengetahuan hidroponik yang berkembang

pesat.

Pada mulanya, kegiatan membudidayakan tanaman tanpa tanah ditulis pada buku Sylvia Sylvarum oleh

Francis Bacon pada Tahun 1627x. Teknik budidaya tanaman dengan menggunakan air menjadi

penelitian yang sangat populer. Pada Tahun 1699 John Woodward(1665-1728) menerbitkan percobaan

budidaya air dengan sprearmint. John Woodward menemukan bahwa tanaman dalam sumber-sumber

air yang tidak murni ternyata tumbuh lebih baik dari tanaman yang menggunakan air murni. Penelitian

Woodward meruapakan pengembangan dari Johann Baptista van Helmont (1577-1644) yang

menemukan teori humus dan proses fisiologi tanaman yang disebut photosysnthesis. xi

Gambar 9

Beberapa prinsip hidroponik dan aeroponik

(sumber: herb.co & www.linkedin.com)

Page 60: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 54

Riset ahli botani Jerman Julius Von Sach dan Wilhelm Knop, pada tahun 1859 – 1865 yang

mengembangkan teknik budidaya tanaman tanpa media tanah, telah menyimpulkan pentingnya

pemenuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman, Riset keduanya pada masa kini disebut solution

culture, dianggap sebagai jenis hidroponik tanpa media tanam inert, yang merupakan media tanam yang

tidak mengandung unsur hara. Penelitian Sach sangat populer dengan nama percobaan sach yang

bertujuan untuk membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan karbohidrat.xii

Pada Tahun 1929 William Frederick Gerickle dari Universitas California mempromosikan secara

terbuka tentang solution culture yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian. Peneliti ini

merupakan pioner dalam pertanian hidroponik dan mengklaim bahwa hidroponik akan merevolusi

pertanian tanaman pangan. Pada tahun 1940 peneliti Hoagland dan Amon dari Universitas California

menyusun ulang formula Gerickle dan menerbitkan buku berjudul Complete Guide to Soiless

Gardening (Petunjuk berkebun tanpa media tanah), yang kemudian dikenal dengan hidroponik (dalam

bahasa Yunani hydro berarti air dan ponos yang artinya daya).xiii

James S Douglas (1975) menyusun buku berjudul ‘Hydroponics’, yang berhasil mengubah beberapa

lahan kosong di area perkotaan di Kota London berubah menjadi kawasan pertanian hidroponik yang

subur. Beberapa lahan pertanian yang tanahnya tidak subur, telah berhasil dikembangkan menjadi lahan

pertanian hidroponik yang produktif di Inggris.

Bambi Turner (2012) merilis artikel online berjudul ‘How Hydroponics Works’, yang memberikan

inspirasi bagi para petani di kawasan perkotaan untuk mengembangkan sistem tanam hidroponik dengan

berbagai cara yang ditawarkannya. Konsep pertanian budidaya hidroponik yang berkembang luas

adalah static solution culture dan wick system.xiv Di Indonesia static solution culture lebih dikenal

dengan istilah teknik apung atau teknik rakit apung, sedangkan wick sytem dikenal dengan istilah sistem

sumbu, keduanya merupakan jenis paling sederhana dari semua jenis hidroponik.

Kajian Richard Stoner (1983) yang bertajuk sistem pertanian aeroponik, yang berupa sistem pertanian

akar menggantung, yaitu sistem yang akar tanaman secara berkala dibasahi dengan butiran larutan

nutrien yang sangat halus. Metode ini tidak memerlukan media tanah atau genangan air, namun

memerlukan jenis tanaman yang tumbuh dengan akar yang menggantung di udara atau pertumbuhan

ruang yang luas secara berkala. Akar tanaman yang dibasahi dengan kabut halus dari larutan nutrisi

dapat menumbuhkan tanaman dengan sempurna dan sehat. Sistem aerasi (pembasahan akar dengan

larutan nutrisi) merupakan kelebihan utama dari aeroponik.xv

Peneliti Anna Heiney dari NASA pada tahun 2004 merilis artikel berjudul ‘Farming For The Future’

yang mempromosikan sistem aeroponik untuk konsep kehidupan di masa depan.xvi Beberapa

eksperimen perkebunan di luar angkasa telah membuktikan kemungkinan potensi budidaya tanaman di

berbagai lahan atau ruang terbuka. Pada konsep ini, pertanian meliputi segala jenis kegiatan penanaman

tumbuhan yang tidak tergantung pada keberadaan tanah pertanian yang subur.

Pinus Lingga (2009) mempopulerkan hidroponik di Indonesia dengan menerbitkan buku petunjuk untuk

melaksanakan kegiatan pertanian hidroponik dengan judul ‘Hidroponik: Bercocok tanam tanpa tanah’.

Pengalamannya dalam kegiatan pertanian hidroponik memberikan inspirasi bagi para petani hidroponik

untuk mencoba berbagai cara untuk membuat beragam media dan sarana budidaya hidroponik, termasuk

dengan penggunaan berbagai barang bekas.xvii

Kunto Herwibowo dan N.S Budiana (2014) mengembangkan sistem hidroponik sayuran tanpa

mempergunakan greenhouse untuk kalangan penggemar dan pebisnis tanaman. Reno Suryani (2015)

Page 61: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 55

mengembangkan sistem hidroponik untuk pertanian kota. Situasi dan kondisi perkotaan dengan lahan

sempit dan mahal, dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian hidroponik yang produktif.

Fathulloh A.S dan N.S Budiana (2015), mengembangkan sistem budidaya tanaman dan ikan,

memperkenalkan konsep “Bos Letong” yang berarti Bikin Orang Sejahtera dengan Lele Gentong.

Prinsip percobaan budidaya ikan dan sayuran dikembangkan dari sistem akuaponik, dimana terjadi

siklus cairan nutrisi yang mutualistik antara tanaman hidroponik dan ikan dalam kolam.xviii Upaya

memasyarakatkan pemeliharaan tanaman dengan cara aerohidroponik, berkembang dalam berbagai

buku, media massa dan media sosial. Aplikasi sistem ini kepada masyarakat petani rakyat belum pernah

dilakukan oleh peneliti lain, padahal terdapat banyak permasalahan di pedesaan terkait dengan

berkurangnya fasilitas lahan tani.

4. Kesimpulan

Melalui kajian terhadap patikrama tatanen huma Sunda yang lestari di kawasan padukuhan atau

pedesaan adat, diperoleh gambaran pentingnya manusia memahami situasi dan kondisi alam

lingkungannya. Seperti halnya pahuma yang berkewajiban mulasara buana atau memelihara alam

sekitar, maka petani di kawasan desa hutan memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga ekosistem

hutan dari kerusakan dan eksploitasi yang berlebihan.

Visi mulasara buana dan visi ngertakeun bumi lamba yang dipegang teguh oleh masyarakat kabuyutan,

dapat dipahami sebagai dasar dalam melestarikan hutan, baik dalam katagori hutan garapan, hutan

lindung maupun hutan larangan. Pemanfaatan lahan hutan dan kolam ikan sebagai kebun sayuran yang

produktif dapat mempergunakan prinsip huma, yaitu melakukan proses pemeliharaan tanaman tanpa

merubah struktur lingkungan. Tidak melakukan penebangan pohon, penggalian dan pencangkulan tanah

serta pekerjaan lain yang membuat kondisi bumi berubah. Prinsip ini memiliki kesamaan dengan prinsip

hidroponik yang memanfaatkan aliran air bernutrisi tanpa media tanah.

Pemanfaatan kolam ikan menjadi kebun sayur dapat mempergunakan prinsip akuaponik, dimana terjadi

proses mutualisma antara tanaman dan ikan, melalui sirkulasi nutrisi dari kolam menuju media tanam

sayuran yang berada diatas kolam, dan dari tanaman menuju kolam. Prinsip kerjanya berbeda dengan

akuaponik dalam urban farming yang harus mempergunakan energi listrik untuk menggerakan pompa

air, pada desain akuponik kolam ikan ini, diperoleh cara yang lebih ekonomis dan praktis, yaitu

memanfaatkan aliran air ke kolam sebagai suplai nutrisi tak terbatas kepada tanaman sayuran yang

berada diatas kolam ikan.

Prinsip kerja aeroponik yang terkait suplai nutrisi melalui kabut nutrisi yang diserap akar tanaman yeng

menggantung, dapat diterapkan ke dalam desain produk aeroponik yang mempergunakan pohon sebagai

bagian konstruktif dari produk media tanam. Di hutan setiap pagi dan sore muncul kabut (fog) yang

memberikan suplay nutrisi pada tanaman yang berada diatas permukaan tanah. Prinsip ini dipergunakan

untuk membangun kebun sayuran diantara pepohonan besar di kawasan hutan.

Ujicoba implementasi prinsip kerja akuaponik-hidroponik-aeroponik dalam sistem pertanian tanpa

tanah di lahan desa yang terbatas, memperlihatkan gejala yang menimbulkan kegairahan baru bagi

petani rakyat yang tidak memiliki lahan tani yang luas.

Page 62: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 56

Gambar 10

Produk aeroponik untuk kawasan hutan

(sumber: elaborasi penulis)

Gambar 11

Produk hidroponik-akuaponik dari bambu untuk kawasan desa hutan

(sumber: elaborasi penulis)

5. Daftar Pustaka

[1] i Bachrein, Saeful.2010. Pendekatan Desa Membangun Di Jawa Barat: Strategi dan kebijakan

Pembangunan Perdesaan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, Vol 6 No 2 p.133-149

[2] ii Riah. 2005. Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta

[3] iii Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budi Daya Secara Hidroponik. Nuansa Aulia.

Bandung

[4] iv Agar, M. 1996. Professional Stranger: An Informal Introduction To Ethnography, (2nd ed.).

Academic Press

[5] v Fetterman. 1998. Ethnography (2nd edition). Thousand Oak CA: Sage Publication

[6] vi Ekajati, Edi S. 2005. Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah, Jakarta: Pustaka Jaya

[7] vii Darsa, A.Undang. 2006. Gambaran Kosmologi Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama

[8] viii Danasamita, Saleh. Dkk.1987. Sewaka Darma Sanghyang Siksakandang Karesian Amanat

Galunggung. Bandung: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda. Direktorat Jenderal

Kebudayaan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

[9] ix Jamaludin.2012. Makna Simbolik Huma (ladang) di Masyarakat Baduy. Mozaik Journal of

Humanism, Vol: 11/Nomor 1/2012-06, 1-8. FIB Universitas Airlangga Surabaya. ISSN: 1412-

Page 63: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan

Desain | 57

999x.

[10] x Situs: A.P. manuscripts : Sylva Sylvarum: A Natural History, In ten Centuries. 1627 Bacon.

Http://www.apmanuscripts.com/leonardo-da-vinci-collection/sylva diunduh 10 Mei 2017

[11] xi Situs: www.cropsreview.com/van-helmont.html : Contribution to the History of Photosynthesis:

Johann Baptista Van Helmont and John Woodward. Diunduh 15 Mei 2017

[12] xii Situs: Percobaan Sach. Gurusemesta.blogspot.co.id/2012/12/percobaan-sach.html. Minggu 30

Desember 2012. Diunduh pada 15 mei 2017.

[13] xiii Situs: Edwards,Jeff. Hydroponics History parts 2: The Birth of Hydroponic.

http//hydroponicgardening.com/history-0f-hydroponics/the-birth-of-hydroponics. Diunduh 17

Juni 2017.

[14] xiv Bambi, Turner. 2012. How Hydroponics Works. HowStuffWorks.com. Retrieved: 21-02-2016

[15] xv Stoner, R. 1983. Aeroponics Versus Bed and Hydroponic Propagation. Florist Review, Vol 173

No 4477 September 22, 1983.

[16] xvi Heiney, Anna. 2004. Farming For The Future. NASA .Gov. Retrieved: 20-03-2016

[17] xvii Lingga, Pinus. 2009. Hidroponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penerbit Niaga

Swadaya

[18] xviii Budiana, N.S & Fathulloh,A.S. 2015. Akuaponik: Panen Sayur Bonus Ikan. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Page 64: Format Penulisan Makalah Seminar Nasionalsemnas.lp2m.itenas.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/02-Paper... · Latar Belakang Masalah ... StoryBoard merupakan bagian dari proses perencanaan