forensik

22
I. Traumatologi Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat : - Luka karena kekerasan mekanik : Benda tajam, tumpul dan senjata api - Luka karena kekerasan fisik : Luka karena arus listrik, petir, suhu (tinggi dan rendah), Perubahan tekanan udara, akustik, radiasi. - Luka karena kekerasan kimiawi : Asam dan Basa. 1) Luka Akibat Benda Tumpul Luka akibat benda tumpul terjadi akibat benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang dapat terjadi : a. Luka Memar (Kontusio)

Upload: jeili-angel-worang-ii

Post on 30-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kuliaah

TRANSCRIPT

Page 1: forensik

I. Traumatologi

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera

serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan

yang dimaksud dengan luka adalah terjadinya diskontinuitas jaringan

tubuh akibat kekerasan.

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas

kekerasan yang bersifat :

- Luka karena kekerasan mekanik : Benda tajam, tumpul dan senjata api

- Luka karena kekerasan fisik : Luka karena arus listrik, petir, suhu

(tinggi dan rendah), Perubahan tekanan udara, akustik, radiasi.

- Luka karena kekerasan kimiawi : Asam dan Basa.

1) Luka Akibat Benda Tumpul

Luka akibat benda tumpul terjadi akibat benda yang memiliki

permukaan tumpul. Luka yang dapat terjadi :

a. Luka Memar (Kontusio)

Merupakan perdarahan di daerah jaringan lunak bawah kulit yang

muncul karena ruptur pembuluh darah baik kapiler maupun vena

yang diakibatkan oleh trauma / benturan dengan benda tumpul

seperti pukulan dengan tangan, jatuh pada permukaan yang datar ,

cedera akibat senjata tumpul, dan lain-lain.

Page 2: forensik

b. Luka Lecet (Abrasi)

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis berupa robeknya

jaringan yang bersentuhan dengan benda yang memiliki

permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan

lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda

tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Luka

bersifat superfisial yang terbatas hanya pada lapisan kulit yang

paling luar / kulit ari epidermis. Pembagian Luka Lecet : Luka

lecet gores (Scratch), Luka lecet gesek / serut (graze), Luka lecet

tekanan (impression,impact abrasion), Luka lecet geser (friction

abrasion)

c. Luka Robek

Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang

menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas

kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini

mempunyai ciri: Bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, Tepi

atau dinding tidak rata, Tampak jembatan jaringan antara kedua

tepi luka, Bentuk dasar luka tidak beraturan dan Sering tampak

luka lecet atau luka memar di sekitar luka.

2) luka akibat benda tajam

a. Luka iris / luka sayat (incised wound) Adalah luka karena alat

yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan

Page 3: forensik

pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian digeserkan

sepanjang kulit.

b. Luka tusuk (stab wound) Luka akibat alat yang berujung runcing

dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan

tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.

c. Luka bacok (chop wound) Adalah luka akibat benda atau alat yang

berat dengan mata tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan

suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang,

clurit, kapak, baling-baling kapal.

II. Tanatologi

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan

kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran

forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah

kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.Kematian

adalah berakhirnya proses kehidupan seluruh tubuh, proses yang dapat

dikenal secara klinis dengan tanda kematian berupa perubahan pada tubuh

mayat.

o Penyebab, Cara, dan Mekanisme dari Kematian

Penyebab kematian adalah adanya perlukaan atau penyakit yang

menimbulkan kekacauan fisik pada tubuh yang menghasilkan kematian

pada seseorang. Berikut ini adalah penyebab kematian: luka tembak

Page 4: forensik

pada kepala, luka tusuk pada dada, adenokarsinoma pada paru-paru,

dan aterosklerosis koronaria.

Mekanisme kematian adalah kekacauan fisik yang dihasilkan oleh

penyebab kematian yang menghasilkan kematian.

Cara kematian menjelaskan bagaimana penyebab kematian itu datang.

Cara kematian secara umum dapat dikategorikan sebagai wajar,

pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, dan yang tidak dapat dijelaskan

(pada mekanisme kematian yang dapat memiliki banyak penyebab dan

penyebab yang memiliki banyak mekanisme, penyebab kematian dapat

memiliki banyak cara).

o Jenis Kematian

1) Mati somatis (mati klinis atau sistematis) Terhentinya ketiga

sistem penunjang kehidupan (sistem pernapasan, sistem

kardiovaskular, dan sistem susunan saraf pusat) yang bersifat

menetap

2) Mati seluler (mati molekuler), Kematian organ atau jaringan tubuh

yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis

3) Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah

terhentinya ketiga sistem kehidupan diatas yang ditentukan dengan

alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih

masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih

Page 5: forensik

berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat

tidur, tersengat aliran listrik, dan tenggelam

4) Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang

ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua

sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih

berfungsi dengan bantuan alat.

5) Mati otak (mati batang otak) adalah bila terjadi kerusakan seluruh

isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak

dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak)

maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat

dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.

o Tanda Kematian tidak pasti:

1) Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi,

palpasi, dan auskultasi).

2) Sirkulasi berhenti, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak

teraba.

3) Perubahan pada kulit (pucat)

4) Relaksasi otot dan tonus menghilang. Relaksasi dari otot-otot

wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga kadang-kadang

membuat orang menjadi lebih awet muda. Kelemasan otot sesaat

setelah kematian disebut relaksasi primer, hal ini menyebabkan

Page 6: forensik

pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerah bokong

dan belikat pada mayat terlentang.

5) Segmentasi pembuluh darah retina beberapa menit sebelum

kematian. Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina

kemudian menetap

6) Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10

menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air.

III. Definisi Visum et Repertum

Berasal dari kata “visual” yang berarti melihat dan “repertum” yaitu

melaporkan. Jadi, visum et repertum adalah: “suatu keterangan tertulis dari

dokter dalam kapasitasnya sebagai saksi ahli atas permintaan penegak

hukum yang berwenang tentang apa yang dilihat dan ditemukan dalam

pemeriksaan manusia ataupun bagian tubuh manusia, baik dalam keadaan

hidup maupun meninggal, sesuai dengan sumpah jabatannya.

Petunjuk umum :

1. Bahasa yang mudah dimengerti oleh penegak hukum.

2. Isinya harus relevan dengan maksud dan tujuan dimintakannya

keterangan tersebut, yaitu untuk membuat terang perkara pidana.

3. Memenuhi persyaratan formal, yaitu dibuat dengan sumpah atau janji

yang diucapkan di depan penegak hukum atau dengan mengingat

sumpah atau janji ketika menerima jabatan.

Page 7: forensik

Jenis dan bentuk visum. Visum et Repertum:

1) Visum et Repertum korban hidup

2) Visum et Repertum perlukaan atau kecederaan

3) Visum et Repertum kejahatan seksual

4) Visum et Repertum keracunan

5) Visum et Repertum jenazah

6) Visum et Repertum psikiatrik (kejiwaan)

Cara pembuatan visum et Repertum. Setiap visum et repertum harus

dibuat memenuhi ketentuan-ketentuan umum sebagai berikut :

1. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa

2. Bernomor dan bertanggal.

3. Mencantumkan kata "Pro justitia" di bagian atas (kiri atau tengah)

4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

5. Tidak menggunakan singkatan - terutama pada waktu mendeskripsikan

temuan pemeriksaan

6. Tidak menggunakan istilah asing.

7. Ditandatangani dan diberi nama jelas.

8. Berstempel instansi pemeriksa tersebut

9. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan

10. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum (instansi).

11. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya,

dan disimpan sebaiknya hingga 30 tahun.

Page 8: forensik

IV. Teknik Otopsi

1. Pemeriksaan Luar: identifikasi, pakaian, lebam mayat, kaku mayat,

pembusukan, panjang dan berat badan, kepala, leher, perut, alat

kelamin, dubur, anggota gerak, pungggung, dan bokong.

2. Pemeriksaan dalam

Yang perlu diperhatikan:

- Rongga perut perlu diinspeksi sebelum rongga dada dibuka

- Pemeriksaan dalam kepala harus dilakukan setelah rongga dada

kosong

- Cara mengiris alat tubuh:

o Permukaan (terlihat seluas-luasnya)

o Satu kali irisan

o Irisan lain sejajar dengan irisan pertama

o Permukaan tidak boleh dicuci tetapi dihapus

- Sering juga ditambah pemeriksaan penunjang (mikroskopis,

laboratorium, konsultasi).

V. DVI (Disaster Victim Identification)

DVI (Disaster Victim Identification) adalah suatu definisi yang

diberikan sebagai sebuah prosedur untuk mengidentifikasi korban mati

akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan

dan mengacu kepada standar baku Interpol. Adapun proses DVI meliputi 5

fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang

Page 9: forensik

lainnya, yang terdiri dari ‘The Scene’, ‘The Mortuary’, ‘Ante Mortem

Information Retrieval’, ‘Reconciliation’ and ‘Debriefing’

1) Fase 1

Fungsi :

- Menetapkan prosedur DVI

- Mencari, menemukan, mencatat sisa tubuh dan barang

- Tempat insiden harus dianggap sebagai TKP

- TKP harus diteliti dan membuat catatan sebelum sisa tubuh

dipindahkan

- Kerjasama dengan pihak terkait di TKP

- Form DVI warna pink

2) Fase 2

Fungsi :

- Melakukan pemeriksaan mayat, property dll

- Mencatat hasil pemeriksaan, dokumentasi

- Pengambilan sidik jari

- Pengambilan sampel DNA

- Mencatat hasil dalam form DVI warna pink

3) Fase 3

Fungsi :

- Mendapatkan, menganalisa serta mencocokkan data orang hilang

- Mengetahui data orang hilang

- Mendapatkan informasi DNA

Page 10: forensik

Mendapatkan informasi properti dalam formulir Ante Mortem

4) Fase 4

Fungsi :

- Membandingkan data AM dengan PM

- Penetapan suatu identifikasi

- Mengkorfimasi apakah hasil yang dicapai sudah memuaskan

semua pihak (Tim)

5) Fase 5

Kegunaan :

- Meninjau kembali pelaksanaan DVI

- Mengenali dampak positive dan negative operasi DVI

- Menentukan keefektifan persiapan tim DVI secara psikologi

- Melaporkan temuan serta memberikan masukan untuk

meningkatkan operasi berikutnya

VI. Pengolahan Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Pengolahan Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tindakan atas

kegiatan-kegiatan setelah tindakan pertama di tempat kejadian perkara

(TPTKP), dengan maksud untuk mencari, mengumpulkan, mengevaluasi,

menganalisa, petunjuk-petunjuk, keterangan dan bukti serta identitas

tersangka menurut teori “bukti segitiga” guna memberi arah terhadap

penyidikan selanjutnya. Adapun tata urutan pelaksanaan olah Tempat

Kejadian Perkara yang berdasar pada petunjuk teknis Kepolisian Republik

Page 11: forensik

Indonesia dengan nomor polisi JUKNIS 01/II/1982 tentang penanganan

tempat kejadian perkara (TKP) menyebutkan sebagai berikut:

1) Pengamatan umum (general observation)

2) Pemotretan

3) Pembuatan sketsa

4) Penanganan Korban, Saksi, dan Pelaku

5) Pengorganisasian Olah Tempat Kejadian Perkara

VII. Abortus

Abortus adalah gugur kandungan atau keguguran atau berakhirnya

kehamilan, sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan. Batas

umur kandungan yang dapat diterima didalam abortus adalah sebelum 28

minggu dan berat badan fetus yang keluar kurang dari 1000 gram. Abortus

dapat dibagi atas 2 kelompok, yakni :

1) Abortus alami (natural, spontaneus);

2) Abortus buatan (provocation);

3) Legal; dan

4) Kriminal.

VIII. Infantisid/ Pembunuhan Anak Sendiri (PAS)

Infantisid adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas

anaknya ketika dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa melahirkan

anaknya. Infantisid dapat dibagi berdasarkan jenis kelamin anak yang

Page 12: forensik

dibunuh, yaitu laki-laki (male infanticide) dan perempuan (female

infanticide). Unsur-unsur infantisid:

- Unsur Ibu : ibu kandung membunuh anaknya sendiri.

- Unsur Waktu : pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian.

- Unsur Psikis : takut ketahuan bahwa ia melahirkan.

Penyebab kematian infantisid :

1) Sebagian besar kekerasan tumpul daerah kepala dan leher :

Pembekapan, Pencekikan, Penjeratan.

2) Menggunakan alat seadanya yang ditemukan di TKP.

3) Dapat pula ditemukan kekerasan tajam di daerah leher.

IX. Luka Tembak

Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru

ke dalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan

dengan tubuh. Luka tembak dapat dibagi menjadi dua, yaitu luka tembak

masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak masuk terjadi apabila anak

peluru masuk suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka

tembak keluar anak peluru menembus objek secara keseluruhan.

Luka tembak secara umum dibagi menjadi dua, yaitu luka tembak

masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak masuk juga dibagi dalam

Page 13: forensik

tiga, yaitu luka tembak tempel (kontak), luka tembak jarak dekat dan luka

tembak jarak jauh.

Page 14: forensik

X. Tenggelam

Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau

sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan

kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor

tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh

obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa

pembunuhan.

Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu ditentukan

apakah korban masih hidup saat tenggelam yang terdapat tanda intravital,

tanda kekerasan dan sebab kematiannya.

Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban

masih hidup saat tenggelam. Tanda tersebut adalah ditemukannya tanda

cadaveric spasme, perdarahan pada liang telinga, adanya benda asing

(lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang air) pada saluran pernapasan dan

Page 15: forensik

pencernaan, adanya bercak paltoufdi permukaan paru, berat jenis darah

pada jantung kanan dan kiri, ada ditemukan diatome, adanya tanda

asfiksia, dan ditemukannya mushroom-like mass.

Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada lima yaitu terdapat

tanda asfiksia, diatome pada pemeriksaan getah paru, bercak paltouf di

permukaan paru, berat jenis darah yang berbeda antara jantung kiri dan

kanan dan mushroom-like mass.