fondasi masyarakat islam: syiar-syiar dan ibadah file(al hajj: 32) di sini akan kita cukupkan untuk...

32
1 Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah Mukaddimah Pilar yang kedua yang menjadi asas tegaknya masyarakat Islam setelah aqidah adalah berbagai syiar atau peribadatan yang telah diwajibkan oleh Allah bagi kaum Muslimin sebagai media untuk bertaqarrub kepada-Nya, sekaligus sebagai pembuktian keimanan mereka akan pertemuan dengan Allah Ta‟ala dan memperoleh hisab-Nya. Di antara syiar-syiar yang paling nampak adalah empat kewajiban yang didahului oleh kedua kalimat syahadah, yang dinamakan Arkanul Islam (rukun Islam). Yang kemudian telah dikhususkan oleh para fuqaha dengan nama 'Ibadat'. Berkenaan dengan rukun Islam tersebut Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda dalam hadistnya yang mulia: َ ا الصِ امَ كِ اَ وِ ا اُ ىُ طَ ا زً د ا مَ حُ م ا نَ أَ وُ ا ا ا ِ اَ هَ لِ اَ ْ نَ أِ ةَ ادَ هَ شٍ عْ مَ ى خَ لَ عُ مَ ْ طِ ْ ةَ يِ نُ بِ اَ خ ِ اَ وِ ةِ ّ جَ حْ الَ وِ اةَ و ا الصَ انَ ظَ مَ زِ مْ ىَ صَ و“Islam dibangun di atas lima (pilar): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, hajji, dan puasa Ramadhan”. (HR Bukhari). Selain itu, ada dua kewajiban asasi yang sangat ditekankan oleh Islam dan pantas untuk dimasukkan ke dalam bagian pilar Islam dan syi'arnya yang agung, yaitu kewaiiban beramar ma'ruf nahi munkar dan jihad fi sabilillah. Dengan demikian maka kewajiban-kewajiban yang pokok, dan syi'ar-syi'ar yang agung yang bersifat amaliyah ada enam, yaitu: mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan, haji ke Baitullah, beramar ma'ruf nahi munkar, dan jihad fi sabilillah. Kewajiban-kewajiban tersebut dinamakan sya'a-ir (syiar-syiar), karena ia merupakan tanda- tanda yang nampak, untuk membedakan dan memisahkan antara kehidupan seorang Muslim dengan non Muslim. Sebagaimana nantinya dapat membedakan antara kehidupan masyarakat Muslim dengan non Muslim. Menegakkan syi'ar-syi'ar tersebut dan mengagungkannya merupakan bukti atas kuatnya aqidah di dalam dada. Allah berfirman: "Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagunglan syi'ar-syi 'ar Allah, maka sesungguhrya itu timbul dari ketaqwaan hati." (Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf nahi munkar, dan ini bukan berarti menyeluruh. Shalat Shalat merupakan tiang Islam. Dalam hadits Mu‟adz disebutkan, ُ ةَ ا الصُ هُ ىدُ مَ عَ وُ مَ ْ طِ ةِ سْ مَ بُ ضْ أَ زُ ادَ هِ جْ الِ هِ امَ ىَ طُ ةَ وْ زِ ذَ وPokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak adalah jihad(HR. Tirmidzi )

Upload: nguyenthu

Post on 28-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

1

Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah

Mukaddimah

Pilar yang kedua yang menjadi asas tegaknya masyarakat Islam setelah aqidah adalah

berbagai syiar atau peribadatan yang telah diwajibkan oleh Allah bagi kaum Muslimin

sebagai media untuk bertaqarrub kepada-Nya, sekaligus sebagai pembuktian keimanan

mereka akan pertemuan dengan Allah Ta‟ala dan memperoleh hisab-Nya.

Di antara syiar-syiar yang paling nampak adalah empat kewajiban yang didahului oleh kedua

kalimat syahadah, yang dinamakan Arkanul Islam (rukun Islam). Yang kemudian telah

dikhususkan oleh para fuqaha dengan nama 'Ibadat'.

Berkenaan dengan rukun Islam tersebut Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda

dalam hadistnya yang mulia:

ل ام الصا واك

ا الل دا زطى نا محما

وأ

ا الل

اه ال

ال

ن ل

هادة أ

مع ش

ى خ

م عل

طل

حج ة واخا بني ؤلا

اة وال

و الصا

وصىم زمظان

“Islam dibangun di atas lima (pilar): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan (syahadat)

Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, hajji, dan puasa Ramadhan”.

(HR Bukhari).

Selain itu, ada dua kewajiban asasi yang sangat ditekankan oleh Islam dan pantas untuk

dimasukkan ke dalam bagian pilar Islam dan syi'arnya yang agung, yaitu kewaiiban beramar

ma'ruf nahi munkar dan jihad fi sabilillah.

Dengan demikian maka kewajiban-kewajiban yang pokok, dan syi'ar-syi'ar yang agung yang

bersifat amaliyah ada enam, yaitu: mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan,

haji ke Baitullah, beramar ma'ruf nahi munkar, dan jihad fi sabilillah.

Kewajiban-kewajiban tersebut dinamakan sya'a-ir (syiar-syiar), karena ia merupakan tanda-

tanda yang nampak, untuk membedakan dan memisahkan antara kehidupan seorang Muslim

dengan non Muslim. Sebagaimana nantinya dapat membedakan antara kehidupan masyarakat

Muslim dengan non Muslim. Menegakkan syi'ar-syi'ar tersebut dan mengagungkannya

merupakan bukti atas kuatnya aqidah di dalam dada. Allah berfirman: "Demikianlah

(perintah Allah). Dan barang siapa mengagunglan syi'ar-syi 'ar Allah, maka sesungguhrya

itu timbul dari ketaqwaan hati." (Al Hajj: 32)

Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat,

zakat, dan amar ma'ruf nahi munkar, dan ini bukan berarti menyeluruh.

Shalat

Shalat merupakan tiang Islam. Dalam hadits Mu‟adz disebutkan,

ةل م وعمىده الصا

مس ؤلاطل

ض ألا

جهاد زأ

طىامه ال

وذزوة

“Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak adalah jihad”

(HR. Tirmidzi )

Page 2: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

2

Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu

„alaihi wa sallam bersabda,

وا ” جح وان انا أ

هح وأ

لفد أ

لحذ ف

بن صل

ه ف

ج

عمله صل ىم الليامت م حاطب به العبد ما

سوا هل ظ

ى : اه

عال

بازن وح

ب ج السا ا

ي ك

ظخه ش س

ف ص م

خل

بن اه

ظس ف

اب وخ

د خ

لظدث ف

ف

لعب لى ذ

ىن طاتس عمله عل

ي ما

ظت ث س

الف ص م

خل

مل بها ما اه

يى

ع ؟ ف ى

ؼ

ج ت ” . دي م وفي زوا

” : ل حظب ذ عما

ألا

رخ

ئما ج

ث ل

ل ذ

مث

اةو ما الصا

” .ث

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah

shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan.

Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat

wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta‟ala mengatakan, ‟Lihatlah apakah pada hamba tersebut

memiliki amalan shalat sunnah?‟ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat

wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”

Shalat adalah garis pemisah antara iman dan kufur

سن بين العب ش

د أ

لها ف

سه

ا ج

بذ

فة

ل مان الصا فس وؤلا

د وبين الى

“Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia

meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan

sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At

Tarhib no. 566)

Shalat adalah ciri seorang mu‟min:

ىن حافظ ىاتهم

ى صل

هم عل ر

ا وال

“serta orang yang memelihara shalatnya.”

Sedangkan salah satu ciri masyarakat yang buruk dan sesat adalah menyia-nyiakan shalat.

Allah Ta‟ala berfirman,

ا يىن غ

لل

ظىف

هىاث ف

ابعىا الش واجا

ة

ل طاعىا الصا

أف

ل بعدهم خ م

ف

لخ

ف

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan

memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS.

Maryam: 59).

Allah Ta‟ala juga berfirman mengenai sikap orang-orang kafir yang mendustakan risalah

sebagai berikut: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: Ruku'lah, niscaya mereka tidak

mau ruku'." (QS. Al-Mursalat: 48)

Kemudian dalam ayat lainnya Allah berfirman: "Dan apabila kamu menyeru mereka untuk

shalat, mereka menjadikannnya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah

Page 3: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

3

karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal." (QS. Al Maidah:

57)

Shalat merupakan ibadah harian yang menjadikan seorang Muslim selalu dalam perjanjian

dengan Allah. Ketika ia tenggelam dalam bahtera kehidupan maka datanglah shalat untuk

menerjangnya. Ketika dilupakan oleh kesibukan dunia maka datanglah shalat untuk

mengingatkannya. Ketika diliputi oleh dosa-dosa atau hatinya penuh debu kelalaian' maka

datanglah shalat untuk membersihkannya. Ia merupakan"kolam renang" ruhani yang dapat

membersihkan ruh dan menyucikan hati lima kali dalam setiap hari, sehingga tidak tersisa

kotoran sedikit pun.

Pelaksanaan shalat dalam Islam mempunyai keistimewaan yaitu dengan berjamaah dan

adanya adzan. Berjamaah dalam shalat ada yang menyatakan fardhu kifayah sebagaimana

dikatakan oleh mayoritas para Imam dan ada yang mengatakan fardhu 'ain sebagaimana

dikatakan oleh Imam Ahmad. Ibnu Mas‟ud berkata tentang shalat berjama‟ah:

حئ جل ان السا

د و

لاق ول

ف ىم الى

مىافم معل

ا عنها ال

ف

الخخ ىا وما

د د زأ

لين ول

جل ى به يهادي بين السا

ف ام في الصا

ل ى حتا

“Aku menyaksikan bahwa kami, tidak ada yang meninggalkan sholat jamaah kecuali munafik

yang jelas kemunafikannya. Bahkan ada orang yang datang ke masjid dengan cara dibopong

oleh dua orang sampai dia sampai ke shaf (sebagai bukti kesungguhan mereka melaksanakan

sunnah Rasulullah)” (HR Muslim)

Karena pentingnya shalat berjamaah maka Islam menekankan kepada kita untuk senantiasa

mendirikan shalat secara berjamaah, walaupun di tengah-tengah peperangan. Maka

dianjurkan untuk shalat"Khauf."

Shalat juga memiliki keistimewaan dengan adzan, itulah seruan Rabbani yang suaranya

menjulang tinggi setiap hari lima kali. Adzan berarti mengumumkan masuknya waktu shalat,

mengumumkan tentang aqidah yang asasi dan prinsip-prinsip dasar Islam, Adzan ini

layaknya 'lagu kebangsaan' bagi ummat Islam yang didengungkan dengan suara tinggi oleh

muadzin, lalu dijawab oleh orang-orang beriman di mana saja berada.

Imam Hasan Al-Banna berkata: "Pengaruh shalat tidak berhenti pada batas pribadi, tetapi

shalat itu sebagaimana disebutkan sifatnya oleh Islam dengan berbagai aktifitasnya yang

zhahir dan hakikatnya yang bersifat bathin merupakan minhaj yang kamil (sempurna) untuk

mentarbiyah ummat yang sempurna pula. Shalat itu dengan gerakan tubuh dan waktunya

yang teratur sangat bermanfaat untuk tubuh, sekaligus ia merupakan ibadah ruhiyah. Dzikir,

tilawah dan doa-doanya sangat baik untuk pembersihan jiwa dan melunakkan perasaan.

Shalat dengan dipersyaratkannya membaca Al Fatihah di dalamnya, sementara Al- Qur'an

menjadi kurikulum Tsaqafah Islamiyah yang sempurna telah memberikan bekal pada akal

dan fikiran dengan berbagai hakekat ilmu pengetahuan, sehingga orang yang shalat dengan

baik akan sehat tubuhnya, lembut perasaannya dan akalnya pun mendapat gizi. Maka

kesempurnaan manakah dalam pendidikan manusia secara individu setelah ini? Kemudian

shalat itu dengan disyaratkannya secara berjamaah, maka akan bisa mengumpulkan ummat

lima kali setiap hari dan sekali dalam satu pekan dalam shalat jum'at di atas nilai-nilai sosial

Page 4: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

4

yang baik, seperti ketaatan, kedisiplinan, rasa cinta dan persaudaraan serta persamaan derajat

di hadapan Allah yang Maha Tingi dan Besar. Maka kesempurnaan yang manakah dalam

masyarakat yang lebih sempurna daripada masyarakat yang tegak di atas pondasi tersebut dan

dikuatkan di atas nilai-nilai yang mulia? Sesungguhnya shalat dalam Islam merupakan sarana

tarbiyah yang sempurna bagi individu dan pembinaan bagi membangun ummat yang kuat.

Dan sungguh telah terlintas dalam benak saya ketika sedang menjelaskan prinsip-prinsip

kemasyarakatan saat ini bahwa shalat yang tegak dan sempurna itu bisa membawa dampak

kebaikan bagi pelakunya dan bisa membuang sifat-sifat buruk yang ada. Shalat telah

mengambil dari"Komunisme" makna persamaan hak dan persaudaraan yaitu dengan

mengumpulkan manusia dalam satu tempat yang tidak ada yang memiliki kecuali Allah yaitu

Masjid; dan Shalat telah mengambil dari"kediktatoran" makna kedisplinan dan semangat

yaitu dengan adanya komitmen untuk berjamaah' mengikuti Imam dalam setiap gerak dan

diamnya, dan barang siapa yang menyendiri, maka ia akan menyendiri dalam neraka. Shalat

juga mengambil dari"Demokrasi" suatu bentuk nasehat, musyawarah dan wajibnya

mengembalikan Imam ke arah kebenaran apabila ia salah dalam kondisi apa pun. Dan shalat

biasa membuang segala sesuatu yang jelek yang menempel pada semua ideologi tersebut di

atas seperti kekacauan Komunisme, penindasan diktaktorisme, kebebasan tanpa batas

demokrasi, sehingga shalat merupakan minuman yang siap diteguk dari kebaikan yang tidak

keruh di dalamnya dan tidak ada keruwetan"1

Shalat berjama‟ah juga menjadi standar keimanan. Dari Abu Sa‟id Al-Khudri radhiyallahu

„anhu, dari Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, beliau bersabda,

عمس مظ ما ى )اهاعال

ح

ا الل ا

ه باإلمان ك

هدوا ل

اش

ظاجد ف

عخاد اإلا جل خم السا

ا زأ

اذ

ا بالل مم م

ااجد الل

ت آلا

“Apabila kalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia beriman.

Allah Ta‟ala berfirman, Orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang yang

beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. At-Taubah: 18). (HR. Tirmidzi).2

Dari sinilah, maka pertama kali muassasah (lembaga) yang dibangun oleh Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam setelah beliau hijrah ke Madinah adalah Masjid Nabawi. yang

berfungsi sebagai pusat ibadah, kampus bagi kajian keilmuan dan gedung parlemen untuk

musyawarah.

Umat bersepakat bahwa siapa yang meninggalkan shalat karena menentang kewajiban shalat

dan karena menghinanya maka ia telah kafir. Dan mereka berbeda pendapat mengenai orang

yang meninggalkan tidak secara sengaja tetapi karena malas, sebagian mereka ada yang

menghukumi kafir dan berhak dibunuh seperti pendapat Imam Ahmad dan Ishaq. Sebagian

lagi ada yang menghukumi fasiq dan berhak dibunuh, seperti Imam Syafi'i dan Malik, dan

sebagian yang lain ada yang mengatakan fasik dan berhak mendapat ta'zir (hukuman, atau

pengajaran dengan dipukul dan dipenjara sampai ia bertaubat dan shalat, seperti Imam Abu

Hanifah. Tidak seorang pun di antara mereka mengatakan bahwa shalat itu boleh

1 Majalah Asy-Syihab, Tafsir awal-awal Surat Al Baqarah

2 Hadits ini dha‟if, tetapi maknanya benar sesuai ayat di atas.

Page 5: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

5

ditinggalkan menurut kehendak seorang Muslim, jika mau ia kerjakan dan jika ia tidak mau,

maka ia tinggalkan dan hisabnya terserah Allah. Bahkan mereka (para Imam) mengambil

kesepakatan bahwa termasuk kewajiban hakim atau daulah Muslimah untuk ikut mengancam

dan memberi pengajaran bagi setiap orang yang secara terus menerus meninggalkan shalat.

Maka, tidak dapat disebut masyarakat Islam jika masyarakatnya masih melalaikan shalat dan

tidak menegakkannya.

Zakat

Zakat merupakan syi'ar kedua dalam Islam dan merupakan salah satu kekuatan pendanaan

sosial di samping kekuatan-kekuatan pendanaan lainnya di dalam Islam (shadaqah, kharaj,

ghanimah, dan lain-lain, red.).

Zakat merupakan „saudara kandung‟ shalat. Al Qur'an telah menyebutkan keduanya secara

bersamaan dalam dua puluh delapan kali. Sebagian disebutkan dalam bentuk perintah (amar),

seperti firman Allah: "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat." (Al Baqarah: 43)

Kadang-kadang dalam bentuk kalam khabar, seperti firman Allah Ta‟ala: "Sesungguhnya

orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan

zakat, mereka dapat pahala di sisi Tuhannnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan

tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al Baqarah: 277)

Kadang-kadang zakat disebutkan secara bersama dengan shalat dalam bentuk persyaratan

untuk masuk Islam atau masuk di dalam masyarakat Islam. Allah Ta‟ala berfirman dalam

surat At-Taubah ketika menjelaskan keadaan orang-orang musyrik yang memerangi (kaum

Muslimin): "Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka

itu adalah saudara-saudara seagama." (At-Taubah:11)

Orang yang musyrik tidak dianggap masuk Islam dan tidak sah bergabung dengan

masyarakat Islam serta menjadi saudara mereka kecuali dengan bertaubat dari kekufuran,

mendirikan shalat dan menunaikan zakat.

Zakat merupakan ibadah yang memiliki akar historis yang cukup panjang seperti juga shalat,

di mana para Nabi membawanya dan sangat diserukan oleh mereka. Dan wasiat pertama yang

diberikan Allah kepada mereka adalah zakat, untuk kemudian disampaikan kepada umat-

umatnya. Allah Ta‟ala telah menyanjung Abul Anbiya' Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub dengan

firman-Nya: "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi

petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan

kebajikan, mendirikan shalat, membayar zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu

meyembah." (Al Anblya': 73)

Allah juga memuji Ismail dengan firman-Nya sebagai berikut: "Dan ia (Ismail) menyuruh

ahlinya (keluarganya) untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah

seorang yang diridhai di sisi Tuhannnya." (Maryam: 55)

Allah Ta‟ala juga berfirman yang ditujukan kepada Musa sebagai berikut: "Dan Rahmat-Ku

meliputi segala sesuatu. Maka akan aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang bertaqwa,

yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami." (Al A'raf:

156)

Page 6: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

6

Allah juga berfirman kepada Bani Israil: "Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan

berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,

serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah

zakat." (Al Baqarah: 83)

Allah juga berfirman melalui lisan Isa ketika di dalam buaian, "Dan Dia (Allah)

memerintahkan kepadaku (mendinkan) shalat dan (menunaikan) zakat selama hidup."

(Maryam: 31)

Allah Ta‟ala juga berfirman mengenai Ahlul Kitab dengan firman-Nya sebagai berikut:

"Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan

ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka

mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan demikian itu agama yang lurus." (Al Baqarah:

5)

Melalui ayat-ayat tersebut, secara jelas bisa kita lihat bahwa zakat disebutkan oleh Allah

bersamaan dengan shalat, karena keduanya merupakan syi'ar dan ibadah yang diwajibkan.

Kalau shalat merupakan ibadah ruhiyah, maka zakat merupakan ibadah maliyah dan

ijtima'iyah (harta dan sosial). Tetapi tetap saja zakat juga merupakan ibadah dan pendekatan

diri kepada Allah Ta‟ala, maka niat dan keikhlasan merupakan syarat yang ditetapkan oleh

syari'at. Tidak diterma zakat tersebut kecuali dengan niat bertaqarrub kepada Allah, inilah

yang membedakan dengan pajak, suatu aturan yang dibuat oleh manusia.

Hanya saja kita yakin bahwa zakat yang telah diwajibkan oleh Islam meskipun sama dalam

landasan dan namanya dengan zakat dalam agama-agama dahulu sebenarnya ia merupakan

sistem baru yang unik yang belum pernah ada pada agama samawi dahulu maupun dalam

undang-undang bumi sekarang ini.

Zakat bukanlah sekedar amal kebajikan yang bersandar kepada keimanan seseorang, akan

tetapi ia merupakan ibadah yang selalu dijaga oleh keimanan seseorang, pengawasan jamaah

dan kekuasaan daulah (negara). Pada dasarnya dalam Islam zakat itu dipungut oleh seorang

imam (pemimpin) dan lembaga-lembaga syar'i, atau dengan kata lain melalui daulah

Islamlah, dalam hal ini melalui lembaga resmi yang telah dinash oleh Al Qur'an dengan nama

"Al 'Amilina 'Alaiha." Dan Al Qur'an memberikan kepada mereka bagian dari pembagian

zakat. Itu membuktikan atas disendirikannya anggaran zakat dari pintu-pintu yang lainnya

dalam masalah anggaran, sehingga tidak hilang hasil zakat itu untuk pembiayaan negara yang

beragam dan sehingga orang-orang yang berhak menerima zakat itu memperolehnya. Allah

berfirman: "Ambilah zakat dan sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan

dan mensucikan mereka." (At-Taubah: 103)

Di dalam hadits disebutkan,

سائهم لى ف

رد عل

تىيائهم ف

غ أ م

رخ

ئ ج

"(Sesungguhnya zakat itu) di ambil dan orang-orang kaya mereka (kaum Muslimin) dan

dibagikan kepada, fuqara' mereka," maka zakat merupakan kewajiban yang dipungut, bukan

sumbangan bebas yang diserahkan atas kemauan seseorang.

Page 7: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

7

Kita tidak akan heran setelah uraian ini, jika data sejarah yang benar telah menceritakan

kepada kita bahwa Khalifah yang pertama yaitu Abu Bakar radhiyallahu „anhu telah

memobilisasi pasukan dan mengirimkan beberapa katibah (batalyon) serta mengumumkan

peperangan atas suatu kaum yang tidak mau membayar zakat. Ketika itu mereka mengatakan,

"Kami akan mendirikan shalat tetapi tidak membayar zakat" maka Abu Bakar menolak untuk

berunding dengan mereka sedikit pun dari sesuatu yang telah diwajibkan oleh Allah, dan

beliau berkata dengan kata-katanya yang masyhur: "Demi Allah, sesungguhnya saya

memerangi orang yang membedakan shalat dengan zakat. Demi Allah, kalau mereka

membangkang kepadaku sedikit saja yang semula mereka berikan kepada Rasulullah,

niscaya aku akan memerangi mereka."

Abu bakar tidak membedakan antara orang-orang yang murtad, yaitu yang menjadi pengikut

orang-orang yang mengaku nabi dengan orang-orang yang tidak mau membayar zakat dan

beliau memerangi semuanya.

Ketika zakat telah menjadi suatu kewajiban yang pemungutannya dilakukan oleh Daulah

Islamiyah dari orang-orang yang wajib membayarkannya, kemudian membagikannya kepada

orang-orang yang berhak menerimanya, maka Islam menetapkan batasan ukuran (nishab atau

standar) yang wajib dikeluarkan dan juga menentukan batas yang akan diberikan serta orang-

orang yang berhak menerimanya. Islam tidak membiarkan zakat itu terserah pada kemauan

hati orang-orang yang beriman, baik dalam menentukan ukuran, kadar dan pemasukan atau

pengeluarannya.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Barangkali akan membuat terkejut bagi sebagian orang jika kewajiban amar ma‟ruf nahi

munkar ini termasuk kewajiban-kewajiban yang asasi dalam Islam.

Al Qur'an telah menjadikan amar ma'ruf nahi munkar sebagai keistimewaan yang pertama

yang dimiliki oleh umat ini dan yang mengungguli umat-umat lainnya. Allah Ta‟ala

berfirman: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (Ali

Imran: 110)

Dalam ayat ini penyebutan amar ma'ruf dan nahi munkar lebih didahulukan daripada

penyebutan iman, padahal iman merupakan asas. Hal ini karena iman kepada Allah itu

merupakan ketentuan yang bersifat umum (dimiliki) antara umat-umat Ahlul Kitab

semuanya, tetapi amar ma'ruf nahi munkar merupakan kemuliaan umat ini. Seperti tumbuh-

tumbuhan padang pasir, Allah-lah yang mengeluarkannya, dan dia tidak dikeluarkan agar

hidup untuk dirinya saja, tetapi dikeluarkan untuk (kemaslahatan) umat manusia seluruhnya.

Umat ini adalah umat dakwah dan risalah, tugasnya menyebarkan yang ma'ruf dan

memperkuatnya, dan mencegah yang munkar serta menghancurkannya.

Sebelum ayat di atas disebutkan, dalam beberapa ayat sebelumnya Allah Ta‟ala berfirman:

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang

yang beruntung." (Ali Imran: 104)

Page 8: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

8

Ayat di atas memiliki dua makna; yang pertama kalimat "min" berarti lit-tajrid, dengan

demikian artinya hendaklah kamu menjadi umat yang selalu mengajak kepada kebajikan. Dan

barangkali yang memperkuat makna ini adalah pembatasan keberuntungan kepada mereka,

bukan kepada yang lain, seperti yang ada pada kalimat "wa ulauika humul muflihuun.".

Makna tafsirnya: hendaklah seluruh umat Islam menjadi penyeru kebaikan, memerintahkan

yang ma'ruf dan mencegah kemunkaran, masing-masing sesuai dengan kedudukan dan

kemampuannya, sehingga termasuk berhak memperoleh keberuntungan.

Makna yang kedua, kata "min" berarti lit-tab'idh--sebagaimana ini terkenal--artinya

hendaklah di dalam masyarakat Islam itu ada sekelompok kaum Muslimin yang memiliki

spesialisasi, memiliki kemampuan dan memiliki persiapan yang sesuai untuk mengemban

kewajiban.berdakwah dan beramar ma'ruf nahi munkar.

Amar ma‟ruf nahi munkar adalah ciri-ciri umum masyarakat muslim: "Dan orang-orang

beriman, lelaki dan wanita, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang

lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf dan melarang dari yang munkar dan

mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (At-Taubah: 71)

Allah menjelaskan dalam Surat Al Ashr: "Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-

benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal

shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya

mentaati kesabaran." (Al Ashr: 1-3).

Maka tidak cukup hanya dengan iman dan beramal shalih untuk memperoleh keselamatan

dari kerugian dan kehancuran, sehingga mereka mau melaksanakan saling berwasiat dalam

melakukan kebenaran dan saling mewasiati untuk tetap bersabar. Dengan kata lain, sehingga

mereka mau memperbaiki orang lain dan menyebarkan makna saling menasehati dan dakwah

di masyarakat untuk berpegang kepada kebenaran dan tetap dalam kesabaran. Dan hal itu

termasuk pilar kekuatan masyarakat setelah iman dan amal shalih.

Di dalam surat At-Taubah juga ada penjelasan tentang sifat-sifat orang yang beriman yang

mana Allah telah membeli (menukar) diri dan harta mereka dengan surga, demikian itu

tersebut dalam firman Allah Ta‟ala: "Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang

beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku', yang menyuruh berbuat ma'ruf

dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan

gembirakanlah orang-orang rnakmin itu." (At-Taubah: 112)

Dalam Surat Al Hajj, Al Qur'an menjelaskan kewajiban yang terpenting ketika umat Islam

diberi kesempatan oleh Allah Ta‟ala di bumi ini untuk memiliki daulah dan kekuasaan, Allah

berfirman: "sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya,

sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika

kami teguhkan kedudukan mereka di maka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat,

menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang

munkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan." (Al Hajj: 40-41)

Page 9: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

9

Amar ma‟ruf nahi munkar adalah bentuk takaful (tolong menolong) dalam perkara adab,

sebagaimana disebutkan dalam hadits dari An Nu‟man bin Basyir rahiyallahu „anhuma, ia

berkata bahwa Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

ى ىم اطتهمىا عل

ل ك

مث

ىاكع فيها ه

وال

اى حدود الل

اتم عل

لل ال

ها وبعظهم مث

عل

صاب بعظهم أ

ؤطفيىت ، ف

ى أ

ىا ل

اللهم ف

ىك

ف ى م

وا عل ا مس

اإلا ىا م

ا اطخل

لها اذ

طف

فى أ ر

اان ال

يها ، ف

لطف

صببىا أ

ىا فى ه

سك

ا خ ها

ىا . ف

ىك

ف ذ م

ئم ه

ا ، ول

سك

جىا خ

جىا وه

ديهم ه ى أ

وا عل

رخ

ىا جميعا ، وان أ

يزادوا هل

ىهم وما أ

رو

ت بن

جميعا

“Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam

kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada

sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang

berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di

atasnya. Mereka berkata, „Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu

orang yang berada di atas kita.‟ Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-

orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang

bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan

selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493)

Allah Ta‟ala berfirman, "Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa

orang-orang yang zhalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras

siksaan-Nya." (Al Anfal: 25)

Sesungguhnya Allah telah melaknat Bani Israil melalui lisan para Nabi-Nya dan memukul

hati sebagian mereka dengan sebagian serta mengangkat pemimpin dari orang yang tidak

berbelas kasihan kepada mereka. Hal itu disebabkan karena tersebarnya kemungkaran di

antara mereka tanpa ada orang yang merubah atau melarangnya. Allah Ta‟ala berfirman:

"Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Dawud dan Isa putera

Maryam. Yang demikian itu, disebabkari mereka durhaka dan selalu melampaui batas.

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat.

Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (Al Maidah: 78-79)

Lebih buruk dari apa yang telah kita sebutkan adalah jika hati masyarakat itu telah mati atau

paling tidak sakit, setelah lamanya bergaul dengan kemungkaran dan mendiamkannya,

sehingga kehilangan rasa keberagamaan dan akhlaqnya. Yang dengan perasaan itu akan

diketahui yang ma‟ruf dari yang mungkar. Mereka telah kehilangan kecerdasan yang

(seharusnya) mampu membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang halal dan yang

haram, yang lurus dan yang menyimpang, maka ketika itu rusaklah standar masyarakat.

Sehingga mereka melihat perkara yang sunnah menjadi bid'ah, yang bid'ah menjadi sunnah.

Gejala lain adalah apa yang saat ini kita lihat dan rasakan di kalangan kebanyakan anak-anak

kaum Muslimin, yaitu anggapan bahwa beragama itu suatu kemunduran, istiqamah itu kuno

dan teguh dalam pendirian justru dianggap jumud (beku), sementara kemaksiatan dikatakan

sebagai seni, kekufuran menjadi sebuah kebebasan, dekadensi moral menjadi suatu kemajuan

dan memanfaatkan warisan salaf dianggap keterbelakangan dalam berfikir. Sampai pada hal-

Page 10: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

10

hal yang tidak kita ketahui, atau dengan kata lain yang singkat, yang ma'ruf telah menjadi

munkar, dan yang munkar telah menjadi ma'ruf dalam pandangan mereka.

Lebih buruk dari itu semua ketika suara kebenaran itu mulai meredup (hilang), sementara

teriakan kebathilan semakin menggelora memenuhi seluruh penjuru dunia untuk mengajak

pada kerusakan, memerintahkan untuk berbuat kemungkaran dan melarang dari yang ma'ruf.

Wallahu A‟lam.

Page 11: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

11

Adab Tilawah

Adab Sebelum Membaca Al-Qur’an

Pertama, husnun niyyah (niat yang baik).

Hendaklah interaksi dengan Al-Qur‟an dilandasi niat yang ikhlas mengharapkan ridha

Allah Ta‟ala, bukan berniat mencari dunia atau mencari pujian manusia. Karena

Allah Ta‟ala tidak akan menerima -bahkan murka- terhadap amal yang dilandasi riya.

Abu Hurairah radhiyallahu „anhu berkata,

يه ليامت عل

ىم ال ى لض اض الىا وا

انا أ لى م

ايه وطل

عل

اى الل

ا صل

ا الل ح طمعذ زطى

ؤهد ف

ش

زجل اطد

اذ فيها ك

ما عمل

ف ا

ها ك

عسف

ه وعمه ف

ف عسا

ن به ف

ذ ل

لاج ك ىىا

بذ ول

ر ه ا

هدث ك

ش

ى اطد حتا ذ في

لاجك

عل

م ال

اعل

از وزجل ح ل في الىا

لى أ ى وجهه حتا

سحب عل

مس به ف

ما أ

د كيل ث

ل جسي ف ا

ل لسمن

ال

سأمه وك

ام وعل

ح به ؤل ف

ال ث في

سأمخه وك

ام وعل

عل

مذ ال

اعل

ح ا

ذ فيها ك

ما عمل

ف ا

ها ك

عسف

ه وعمه ف

ف عسا

بذ ف

ر ه ا

سمن ك

د كيل لازة ف

هى ك ا

لسمن ليل

ث ال

سأ عالم وك ا

م ليل

عل

مذ ال

اعل

ح ىىا

ى وجهه ول

سحب عل

مس به ف

ما أ

ث

ع ح به ف

ؤه ف

ل و ا

صىاف اإلا

أ اه م

عؼ

يه وأ

عل

اع الل از وزجل وطا ل في الىا

لى أ ما حتا

ف ا

ها ك

عسف

ه وعمه ف

ف سا

طبيل ذ مسه

ما ج ا

ذ فيها ك

عمل ا

ذ ليل

عل

ف ىىا

بذ ول

ر ه ا

ك

لذ فيها ل

فه أ

ام فيها ال

ىف ن

حب أ

ج

از ل في الىالما أ

ى وجهه ث

سحب عل

مس به ف

ما أ

د كيل ث

ل هى جىاد ف

“Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: „Sesungguhnya

manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu

diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia

bertanya: „Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku?‟ Dia menjawab: „Saya

berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga saya mati syahid.‟ Allah berfirman:

„Dusta kamu, sebenarnya kamu berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu

disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.‟ Kemudian

diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.

Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya, lalu

diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, Allah

bertanya: „Apa yang telah kamu perbuat?‟ Dia menjawab, „Saya telah belajar ilmu dan

mengajarkannya, saya juga membaca Al-Qur‟an demi Engkau.‟ Allah berfirman: „Kamu

dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur‟an agar

dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu‟,

kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam

neraka.

Dan didatangkan seorang laki-laki yang diberi keluasan rizki oleh Allah, kemudian dia

menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia

mengetahuinya dengan jelas. Allah bertanya: „Apa yang telah kamu perbuat dengannya?‟

Laki-laki itu menjawab, „Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan

harta benda tersebut di jalan yang Engkau ridlai.‟ Allah berfirman: „Dusta kamu, akan tetapi

Page 12: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

12

kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu

telah dikatakan seperti itu.‟ Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan

dan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)

Kedua, thaharatul qalbi wal jasadi (membersihkan hati dan jasad).

Sebelum membaca Al-Qur‟an, kita hendaknya bersungguh-sungguh membersihkan hati;

selain dengan husnun niyyah, hati pun harus dibersihkan dari kotoran-kotoran yang

menempel padanya. Diantaranya adalah kesombongan, yakni merasa diri hebat sehingga

menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

مؽ

حم وغ

س ال

ىبر بؼ

اض ال الىا

“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim)

Kotoran hati yang lainnya adalah dosa dan maksiat, maka bersihkanlah dengan

memperbanyak istighfar. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

ابه ، وا انا العبد اذ

لاب طلل ك

س وج

فصع واطخغ

ا هى ه

بذ

طىدا ، ف

خت

ىبه ه

لىخذ في ك

هتؼيئ

خ

ؤؼ

خ

ن عاد أ

ا

س اللهري ذ

اان ال به ، وهى السا

لى ك

عل

ى ح ىبهم ما” شد فيها حتا

لى ك

بل زان عل

ال

ظبىن ه

ى ىا

اهو ”

”Sesungguhnya seorang hamba jika ia melakukan kesalahan, maka akan tercemari hatinya

dengan satu bercak hitam. Jika ia menghentikan kesalahannya dan beristighfar (memohon

ampun) serta bertaubat, maka hatinya menjadi bersih lagi. Jika ia melakukan kesalahan lagi,

dan menambahnya maka hatinya lama-kelamaan akan menjadi hitam pekat. Inilah maksud

dari ”al-Raan” (penutup hati) yang disebut Allah dalam firman-Nya: ”Sekali-kali tidak

(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” [Al-

Muthoffifin: 14] ” (Hadist Riwayat Tirmidzi (No : 3334) dan Ahmad ( 2/ 297 ). Berkata

Tirmidzi : “Ini adalah hadist Hasan Shahih).

Sedangkan membersihkan jasad diantaranya dengan bersiwak. Rasulullah shallallahu „alaihi

wa sallam bersabda,

ىان بىها بالظ يؼ

لسمن، ف

سق لل

م ػ

ىاهى

ف انا أ

“Sesungguhnya mulut-mulut kalian adalah jalan bagi Al Qur`an, maka harumkanlah dengan

bersiwak.” (Sunan Ibnu Majah, no.291)

Selain membersihkan mulut dengan bersiwak, maka badan, pakaian dan tempat membaca al-

Qur‟an pun hendaknya benar-benar bersih dan suci. Oleh karena itu, para ulama sangat

menganjurkan membaca Al-Qur‟an di masjid. Di samping masjid adalah tempat yang bersih

dan dimuliakan, juga ketika itu dapat meraih fadhilah i‟tikaf.

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hendaklah setiap orang yang duduk di masjid

berniat i‟tikaf baik untuk waktu yang lama atau hanya sesaat. Bahkan sudah sepatutnya sejak

masuk masjid tersebut sudah berniat untuk i‟tikaf. Adab seperti ini sudah sepatutnya

Page 13: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

13

diperhatikan dan disebarkan, apalagi pada anak-anak dan orang awam (yang belum

paham). Karena mengamalkan seperti itu sudah semakin langka.” (At-Tibyan, hlm. 83).

Saat kita menyentuh mushaf, disunnahkan dalam kondisi suci/berwudhu.

بى أ ع

ا الل نا زطى

ه أ جد بيه ع

أ حصم ع عمسو ب د ب

محما س ب هخابا -ملسو هيلع هللا ىلص-بى يم

هل ال

ى أ

خب ال

ه

اهس ػ

السمن ال

مع ال

ان فيه ل

ي ف

Dari Abu Bakr bin Muhammad bin „Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya,

sesungguhnya Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam pernah menulis surat untuk penduduk

Yaman yang isinya, “Tidak boleh menyentuh Al-Qur‟an melainkan orang yang suci”. (HR.

Daruquthni no. 449. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa‟ no. 122).

Adab Memulai Membaca Al-Qur’an

Pertama, ta‟awudz (membaca do‟a perlindungan dari godaan syaithan).

Bacaan ta‟awudz menurut jumhur (mayoritas ulama) adalah “a‟udzu billahi minasy

syaithonir rajiim”. Membaca ta‟awudz ini dihukumi sunnah, bukan wajib; berdasarkan

firman Allah Ta‟ala berikut.

جيم ان السايؼ

ا الش م

ا بالل

اطخعر

ن ف

لسم

ث ال

سأا ك

بذ

ف

“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah

dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

Kedua, tasmiyah (membaca bismillahir rahmanir rahim)

Tasmiyah dibaca di setiap awal surat selain surat Bara‟ah (surat At-Taubah). Namun jika

memulai membaca di pertengahan surat, cukup dengan membaca ta‟awudz tanpa bismillahir

rahmanir rahim.

Adab Saat Membaca Al-Qur’an

Pertama, hadhrul fikri ma‟al qur‟an (hadirnya pikiran bersama Al-Qur‟an).

Kita harus berupaya mencermati dan memikirkan ayat-ayat Al-Qur‟an, yakni men-tadabburi-

nya dengan sungguh-sungguh.

Allah Ta‟ala berfirman,

باب ل ى ألا

ولس أ

اهاجه وليخر سوا م با مبازن ليدا

يىاه ال

صله هخاب أ

“Ini adalah sebuah kitab yang penuh dengan berkah, Kami turunkan kepadamu supaya

mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang

mempunyai fikiran.” (QS. Shad, 38: 29)

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hadits yang membicarakan tentang perintah

untuk tadabbur banyak sekali. Perkataan ulama salaf pun amat banyak tentang anjuran

tersebut. Ada cerita bahwa sekelompok ulama teladan (ulama salaf) yang hanya membaca

satu ayat yang terus diulang-ulang dan direnungkan di waktu malam hingga datang Shubuh.

Bahkan ada yang membaca Al-Qur‟an karena saking mentadabburinya hingga pingsan.

Page 14: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

14

Lebih dari itu, ada di antara ulama yang sampai meninggal dunia ketika mentadabburi Al-

Qur‟an.” (At-Tibyan, hlm. 86)

Diceritakan oleh Imam Nawawi, dari Bahz bin Hakim, bahwasanya Zararah bin Aufa,

seorang ulama terkemuka di kalangan tabi‟in, ia pernah menjadi imam untuk mereka ketika

shalat Shubuh. Zararah membaca surat hingga sampai pada ayat,

ىم عظير ىمئر لرىز ف

اك لس في الىا

ا ه

بذ

ف

“Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit.” (QS.

Al-Mudattsir: 8-9). Ketika itu Zararah tersungkur lantas meninggal dunia. Bahz menyatakan

bahwa ia menjadi di antara orang yang memikul jenazahnya. (At-Tibyan, hlm. 87)

Kedua, bil-qalbil khasyi‟ (dengan hati yang khusyu).

Allah Ta‟ala berfirman,

س ىبهم لره

لع ك

ش

خ

ن ج

ممىىا أ ر

ان لل

ؤ م

لبل أ

ك ىخاب م

ىا ال

وج

أ ر

االىا و

ىه

ي

حم ول

ال م ص

وما ه

االل

اطلىن ثير منهم ف

ىبهم وه

لظذ ك

لمد ف

يهم ألا

عل ا

ؼ

ف

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka

mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah

mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya,

kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan

kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid, 57: 16)

Ibnu Rajab berkata tentang makna khusyu: “Asal (sifat) khusyu‟ adalah kelembutan,

ketenangan, ketundukan, dan kerendahan diri dalam hati manusia (kepada Allah Ta‟ala).”

Ketiga, bit-ta‟dzim (disertai pengagungan).

Pengagungan yang terpenting adalah dengan cara mengagungkan perintah dan larangan yang

terkandung di dalam Al-Qur‟an. Pengagungan juga nampak dari gerak-gerik lahiriyah, seperti

disebutkan firman Allah Ta‟ala,

خس يهم ى عل

خل ا

بله اذ

م م ك

عل

ىا ال

وج أ ر

ادا انا ال ان سجا

كذ ون لل

“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila dibacakan

kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.“ (QS. Al-Israa‟, 17:

107).

Juga dalam firman-Nya,

اث السا يهم مى عل

خل

ا ج

س اذ

خ

ا حمـ دا وبىي وا سجا

“Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka

menyungkur dengan bersujud dan menangis. “(QS. Maryam,[19: 58).

Diriwayatkan dengan sanad yang jayyid bahwa Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

Page 15: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

15

ىاخباو

ىا ف

بي

م ج

بن ل

ىا. ف

لسمن وابي

ىا ال

لج ا

“Bacalah Al-Qur‟an dan menangislah. Apabila kamu tidak bisa menangis, maka berpura-

puralah menangis.” (HR. Ibnu Majah)

Keempat, lit-tanfizh (bertekad untuk melaksanakannya).

Allah Ta‟ala berfirman,

سج هيت

ا وعل ىاهم طس

ا زشك لىا مما

فه وأ

ة

ل امىا الصا

ك وأ

اىن هخاب الل

خل ر

ا انا ال

لبىز ىن ججازة

ج

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan

menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-

diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan

merugi.” (QS. Fathir, 35: 29)

Mengenai ayat ini Al-Qurthubi berkata: “Orang-orang yang membaca dan mengetahui serta

mengamalkan isi Al-Qur‟an yaitu mereka yang mengerjakan shalat fardhu dan yang sunnah

demikian juga dalam berinfaq.”

Sedangkan Ibnu Katsir berkata: “Allah Subhaanahu wa Ta‟ala mengabarkan keadaan

hamba-hamba-Nya yang mukmin yaitu mereka yang membaca kitab-Nya, beriman

dengannya, dan beramal sesuai dengan yang diperintahkan seperti mengerjakan shalat dan

menunaikan zakat.”

Wallahu A‟lam…

Page 16: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

16

Hadits Arbain No. 2: Iman

Matan Hadits:

ات

زشىل هللا ملسو هيلع هللا ىلص ذ

دىس عن

حن جل

ما ن

ال: بين

قضا

ه أ

ى عن

عال

ي هللا ج ا عن عمس زض

ينع عل

ل ط

ىم إذ

د شىاد الش د

ياب ش

د بياض الث د

ى زجل ش

ض إل

ى جل حد حت

ا أ

ه من

عسف

س وال

ف س الص

ثيه أ

سي عل

عس ال

د ا محم ال: ه وق خر

ى ف

يه عل

فع ل

يه ووض

بخ

ى زل

يه إل

بخ

زل

دشن

أال النبي ملسو هيلع هللا ىلص ف

م ف

عن إلشا

أ

زشىل هللا و اد ن محم

هللا و أ

إال

ه إل

ال

ن أهد

ش

جنم أ

ج زشىل هللا ملسو هيلع هللا ىلص: )إلشا

، وث

ا ال ي

ث

ال: صد

ق إليه شبيا

عد

ط إن اشح

حج البيد

وث

ان

ىم زمض

وث

ا،م ه الز

لصأ ه

ا ل

عجبن

. ف

د

ق

ي به وزشله وال

ححه ول

من باهلل ومائن

ثنال: أ

مان ق عن إل

أال: ف

ه ق

ق د

من وس وث

ىم آل

عن أال: ف

ق

د

قال: صد

ه ق س

ه وش ي

ز

دن بال

ن ث

لإن

ساه ف

ك ث

نأ م هللا

عبد

جنال: أ

إلحصان ق

ائل ق من الص

عل

ىل عنها بأ

صئ

ال: ما ال

اعة ق عن الص

أال: ف

ساك ق ه

إنساه ف

عن ث

أال: ف

نال: أ

مازاتها ق

أ

يان ث

في البن

ىن

اول

ط

ح اء

زعاء الش

ة العال

العسا،

ا،

حف

سي ال

ثنتها وأ زب

مة

ألا

لد

ث

إنال: ف

ق

عل

: هللا وزشىله أ

د

لائل؟ ق دزي من الص

ا عمس أث ال:

ق

ثا ملي

بث

لق ف

لط ه ج ان

ال

ثل أ

) نن د

من

عل

Terjemah:

Dari Umar Radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah

Shallallahu‟Alaihi wa Sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang

mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-

bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga

kemudian dia duduk dihadapan Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam lalu menyandarkan kedua

lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu ‟Alaihi wa Sallam) dan meletakkan

kedua tangannya di atas dua pahanya (Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam) seraya

berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah

Shallallahu ‟Alaihi wa Sallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan

yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau

mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “,

kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula

yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu

beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,

rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang

buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku

tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-

akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” .

Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau

bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan

aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya

dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan tak berpakaian, miskin dan

penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian

orang itu berlalu dan aku berdiam. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Ya Umar

Page 17: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

17

tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui

“. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan

agama kalian “. (Riwayat Muslim)

Kandungan Hadits

1. Penjelasan tentang rukun Islam: Syahadatain, shalat, zakat, puasa, haji

2. Penjelasan tentang rukun iman: Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-malaikat-

Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-rasul-Nya, Iman kepada hari

akhir, dan Iman kepada qadar

3. Penjelasan tentang hakikat ihsan: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah

seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat

engkau”

4. Penjelasan tentang sebagian tanda-tanda kiamat: “ Jika seorang hamba melahirkan

tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan tak berpakaian,

miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan

bangunannya “

Syahadatain

Syahadatain adalah intisari semua muatan ajaran Islam. Ia adalah ikrar yang membedakan

Islam dan kafir. Juga merupakan syarat dasar bagi benarnya dan diterimanya amal ibadah

seorang hamba. Sebaik apa pun orang kafir, walau dia bersedekah untuk masjid dan ikut

berjihad membantu kaum muslimin, maka semuanya sia-sia baginya di akhirat, karena dia

belum berikrar atas hak ketuhanan Allah Ta‟ala dan kebenaran kenabian Muhammad

Shalalllahu „Alaihi wa Sallam dan risalah yang dibawanya.

Bagi yang sudah mengucapkannya dengan sadar tanpa terpaksa, maka baginya terlindungi

darah, kehormatan, dan hartanya. Maka, dia diperlakukan sebagai seorang muslim walapun

melakukan dosa besar, selama tidak melakukan perbuatan syirik dan kekafiran yang jelas

(kufrun bawwah).

Shalat

Shalat di adalah gerakan dan ucapan tertentu dan pada waktu yang ditetapkan pula, dari

takbiratul ihram hingga salam. Yang diwajibkan adalah lima kali sehari, kecuali menurut

Imam Abu Hanifah yang menambahkan wajibnya witir pula, namun tak satu pun ulama yang

mendukung pendapatnya ini.

Bagi yang mengingkari kewajiban shalat fardhu maka dia kafir dan murtad, dan tak ada

perbedaan pendapat dalam hal itu.

Ada pun meninggalkannya karena kemalasan dan kelalaian tapi masih mengakui

kewajibannya, maka para ulama berbeda pendapat antara yang mengkafirkan seperti Imam

Ahmad, pelakunya –jika tidak mau tobat- mesti dibunuh, tidak dimandikan, tidak dishalatkan,

dan tidak dikuburkan bersama kaum muslimin. Sementara yang lain masih mengakuinya

sebagai Islam tapi sebagai pelaku dosa besar dan di dunia dinilai sebagai fasik, sebagaimana

pendapat Imam Malik, Imam Syafi‟i, dan Imam Abu Hanifah.

Page 18: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

18

Namun, secara hukum meninggalkan shalat adalah tindakan pidana (kriminal) yang juga

mesti dibunuh jika tidak mau bertobat, inilah padangan Malik dan Syafi‟i, sedangkan Abu

Hanifah berpendapat dikucilkan hingga dia bertobat.

Zakat

Zakat adalah sedekah wajib yang dikeluarkan dari harta seorang muslim yang memiliki

kelebihan hartanya dengan ukuran tertentu jika sudah mencapai nishabnya (batas minimal

kepemilikan harta). Berfungsi untuk membersihkan harta dan membersihkan jiwa pelakunya,

dan juga memiliki dimensi sosial.

Yang mengingkarinya juga dihukumi kafir dan tidak ada perselisihan dalam hal itu. Ada pun

yang menolak mengeluarkan zakat, tapi mengakui kewajibannya, maka menurut jumhur

(mayortas) ulama dia adalah pelaku dosa besar. Dan, Abu Bakar Ash Shiddiq telah

memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat, walau mereka masih shalat. Beliau

Radhiallahu „Anhu mengatakan: “Saya benar-benar akan memerangi orang yang

memisahkan antara shalat dan zakat, demi Allah benar-benar akan saya perangi orang yang

memisahkan keduanya sampai mereka kembali menyatukannya.”3

Puasa

Puasa adalah menahan diri (Al Imsak) dari hal-hal yang membatalkan puasa dari terbitnya

fajar hingga tenggelamnya matahari pada bulan Ramadhan, yakni bulan antara sya‟ban dan

syawal. Sebanyak 29 hari atau digenapkan hingga 30 hari.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu „Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam

bersabda:

ثين لعبان ث

ىا ش

مل

هؤم ف

يى

ما عل

بن غ

خه، ف

ؼسوا لسإ

فخه و أ

صىمىا لسإ

“Puasalah kalian karena melihatnya (hilal), dan berhari rayalah karena melihatnya, dan

jika terhalang awan maka hitunglah sampai 30 hari.” (HR. An Nasa‟i No. 2118 dan Ibnu

Hibban No. 3442 dan 3443)4

Hukum Orang yang meninggalkan Puasa

Orang yang meninggalkan puasa karena mengingkari kewajibannya menurut Syaikh Sayyid

Sabiq hukumnya adalah kafir dan murtad, “Umat telah ijma‟ (konsensus) atas wajibnya

puasa Ramadhan. Dia merupakan salah satu rukun Islam yang telah diketahui secara pasti

dari agama, yang mengingkarinya adalah kafir dan murtad dari Islam.” 5

Sedangkan tentang hukum orang yang meninggalkan puasa karena lalai dan malas, tapi masih

mengakui kewajibannya, para ulama berbeda pendapat. Ulama ada yang yang menyatakan

kafir dan boleh dibunuh. Hal ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu „anhuma,

bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

3 Imam Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, 6/14. Darul Fikr

4 dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan An Nasa‟i No. 2118

5 Fiqhus Sunnah, 1/433. Darul Kitab Al „Arabi

Page 19: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

19

هى ، ف

ا واحدة سن منه

ج م ، م

طل

ع ؤلا ط

ا أ يه

عل

تث

ل

ث ىاعد الد

م وك

طل

م : عسي ؤلا الدا

افس حل

بها و

هاخىبت ، وصىم زمظان ش

ى ة اإلا

ل ام الصا

، واك

ا الل

اه ال

ال

ن ل

أدة

“Tali Islam dan kaidah-kaidah agama ada tiga, di atasnyalah agama Islam difondasikan,

dan barangsiapa yang meninggalkannya satu saja, maka dia kafir dan darahnya halal (untuk

dibunuh), (yakni): Syahadat Laa Ilaaha Illallah, shalat wajib, dan puasa Ramadhan.” (HR.

Abu Ya’ala)

Namun Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani telah mendhaifkan hadits di atas, lantaran

kelemahan beberapa perawinya, yakni „Amru bin Malik An Nukri, di mana tidak ada yang

menilainya tsiqah kecuali Ibnu Hibban, itu pun masih ditambah dengan perkataan: “Dia suka

melakukan kesalahan dan keanehan.”

Telah masyhur bahwa Imam Ibnu Hibban termasuk ulama hadits yang terlalu mudah

mentsiqahkan. seorang rawi, sampai-sampai orang yang majhul (tidak dikenal) pun ada yang

dianggapnya tsiqah. Oleh karena itu, para ulama tidak mencukupkan diri dengan tautsiq yang

dilakukan Imam Ibnu Hibban, mereka biasanya akan meneliti ulang.

Selain dia, rawi lainnya Ma‟mal bin Ismail, adalah seorang yang shaduq (jujur) tetapi banyak

kesalahan, sebagaimana dikatakan Imam Abu Hatim dan lainnya. Umumnya hadits darinya

yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas hanyalah bernilai mauquf (sampai sahabat) saja. Lalu,

secara zhahir pun hadits ini bertentangan dengan hadits muttafaq „alaih: “Islam dibangun

atas lima perkara …dst.” Bukan tiga perkara.

Maka dari itu, Syaikh Al Albani tidak meyakini adanya seorang ulama mu‟tabar yang

mengkafirkan orang yang meninggalkan puasa, kecuali jika dia menganggap halal perbuatan

itu.6

Jumhur ulama mengatakan bahwa orang yang meninggalkan puasa karena lalai dan malas,

tapi mengakui kewajibannya masih dianggap muslim, tapi dia adalah pelaku dosa besar dan

termasuk perbuatan yang keji. Dengan kata lain, jika dia masih meyakini kewajibannya,

tetapi dia meninggalkannya maka dia fasiq, jika Allah Ta‟ala berkehendak maka di akhirat

nanti Dia akan mengampuninya sesuai kasih sayangNya, dan jika berkehendak maka Dia

akan mengazabnya sesuai dengan keadilanNya, sejauh kadar dosanya. Inilah pendapat yang

lebih mendekati kepada kebenaran. Wallahu A‟lam

Allah Ta‟ala juga berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa

mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi

siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,

Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisa‟, 4: 116)

6 Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 94

Page 20: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

20

Haji

Secara fiqih maknanya : “Yaitu mengunjungi Mekkah untuk melaksanakan Ibadah, seperti

thawaf, sa‟i, wuquf di Arafah, dan seluruh manasik, sebagai pemenuhan kewajiban dari

Allah, dan dalam rangka mencari ridha-Nya. Haji merupakan salah satu rukun Islam yang

lima, kewajiban di antara kewajiban agama yang sudah diketahui secara pasti. Seandainya

ada yang mengingkari kewajibannya, maka dia kafir dan telah murtad dari Islam.”7

Kewajiban haji hanya sekali seumur hidup, sedangkan yang kedua kali dan seterusnya adalah

sunah. Di dalam hadits kedua yang sedang kita bahas ada kalaimat:

إليه شبيا

عد

ط

.jika engkau mampu : إن اشح

Kalimat ini menunjukkan bahwa istitha‟ah (mampu) merupakan hal yang membuat seorang

muslim wajib melaksanakan haji. Ketika dia belum ada kemampuan, baik finansial dan fisik,

maka dia tidak wajib, serta tidak berdosa jika tidak melaksanakannya. Namun, dia

dianjurkan untuk berupaya menjadi mampu secara normal.

Berhutang untuk Haji?

Tentang berhutang untuk haji, ada riwayat dari Abdullah bin Abi Aufa Radhiallahu „anhu,

"

: ل احج ؟ ك

ظخلسض لل حجا ، أ م

جل ل السا خه ع

ل " طؤ

“Aku bertanya kepadanya, tentang seorang yang belum pergi haji, apakah dia berhutang

saja untuk haji?” Beliau bersabda: “Tidak.”8

Imam Asy Syafi‟i berkata tentang hadits ini: “Barangsiapa yang tidak memiliki kelapangan

harta untuk haji, selain dengan hutang, maka dia tidak wajib untuk menunaikannya.” 9

Namun, demikian para ulama tetap menilai hajinya sah, sebab status tidak wajib haji karena

dia belum istitha’ah, bukan berarti tidak boleh haji. Ada pun larangan Rasulullah shallallahu

„alaihi wa sallam itu karena Beliau tidak mau memberatkan umatnya yang tidak mampu, itu

bukan menunjukkan larangannya. Yang penting, ketika dia berhutang, dia harus dalam

kondisi bahwa dia bisa melunasi hutang atau tersebut pada masa selanjutnya.

Rukun Iman10

Iman kepada Allah

Iman kepada Allah Ta‟ala adalah keyakinan bahwa Allah adalah Rabb segala sesuatu,

Dialah pemiliknya, pencipta, pemberi rizki, yang memberi kehidupan, yang

mematikan.

7 Fiqhus Sunnah, 1/625

8 HR. Asy Syafi‟i, Min Kitabil Manasik, No. 460. Al Baihaqi, Ma‟rifatus Sunan wal Atsar, Juz. 7, Hal. 363, No.

2788. Syamilah 9 Imam Asy Syafi‟i, Al Umm, Juz. 1, Hal. 127. Asy Syamilah

10 Dikutip dari Syaikh Said bin Ali bin Wahf Al Qahthani, Syarh Al „Aqidah Al Wasithiyah, Hal. 12-15. Cet. 2.

Rabiul Awal 1411H. Muasasah Al Juraisi

Page 21: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

21

Dialah yang berhak diibadahi bukan selainNya, hanya dia satu-satunya yang

disembah secara merendahkan diri dan tunduk dengan segala macam peribadatan.

Dialah Allah yang disifati dengan sifat-sifat yang sempurna, agung, dan tinggi, serta

suci dari segala kekurangan.

Iman kepada Malaikat-malaikat -Nya

Iman kepada malaikat adalah keyakinan bahwa milik Allah-lah para malaikat yang

diciptakan dari cahaya. Mereka –sebagaimana yang Allah sifatkan- adalah hamba-

hamba Allah yang dimuliakan yang tidak pernah membangkang perintah yang Allah

berikan, dan mereka melaksanakan apa-apa yang mereka telah diperintahkan. Mereka

senantiasa bertasbih siang dan malam tanpa letih.

Mereka menjalankan tugas-tugas yang Allah perintahkan kepada mereka sebagaimana

telah mutawatir tentang hal itu dalam nash Al Quran dan As Sunnah. Maka, semua

pergerakan pada langit dan bumi merupakan perbuatan mereka sebagai wujud dari

menjalankan perintah Allah „Azza wa Jalla.

Wajib mengimani mereka, baik yang nama-nama mereka disebutkan secara rinci, atau

mereka yang belum disebutkan namanya secara global.

Iman kepada Kitab-kitab-Nya

Iman kepada kitab adalah membenarkan bahwa milik Allah-lah kitab-kitab yang Dia

turunkan kepada para Nabi dan RasulNya, dia itu adalah ucapaNya secara hakiki, dia

adalah cahaya dan petunjuk, dan apa-apa yang terkandung di dalamnya adalah

kebenaran, serta tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah.

Wajib mengimaninya secara global, juga yang disebutkan namanya secara rinci, maka

wajib mengimaninya, yaitu: Taurat, Injil, Zabur, dan Al Quran.

Kewajiban mengimani Al Quran juga mengharuskan meyakini bahwa Al Quran

adalah dari sisi Allah, dan Dia berbicara dengannya sebagaimana berbicara

dengan kitab-kitab yang diturunkan.

Wajib bagi semua manusia untuk mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, baik

berupa perintahnya, atau menjauhi yang dilarangnya. Al Quran adalah pengawas

(Muhaimin) bagi kitab-kitab sebelumnya, dan dia mendapatkan keistimewaan dari

Allah bahwa dia terjaga dari penggantian dan perubahan. Dia adalah firmanNya

bukan makhluk. Dari Dia dan kepadaNya kembali.

Iman kepada Rasul-rasul-Nya

Iman kepada para Rasul adalah membenarkan bahwa Allah-lah yang mengutus para

rasul unuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dan, menetapkan

hikmahNya Ta‟ala bahwa mereka di utus sebagai pembawa kabar gembira

(mubasyirin) dan peringatan (mundzirin).

Wajib beriman kepada mereka secara keseluruhan, dan wajib beriman kepada mereka

yang namanya telah Allah rinci; mereka adalah 25 orang yang telah Allah sebutkan

dalam Al Quran.

Page 22: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

22

Wajib beriman pula bahwa milik Allah-lah para Nabi dan Rasul selain mereka, dan

tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah Ta‟ala, dan tidak ada yang

mengetahui nama-nama mereka kecuali Dia Jalla wa „Ala, sebagaimana wajib

beriman bahwa Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi wa Sallam adalah yang paling

utama dan penutup para nabi, dan bahwa risalah yang dibawanya adalah untuk semua,

dan tidak ada nabi lagi setelahnya.

Iman kepada Hari Akhir

Iman kepada hari kebangkitan setelah kematian adalah meyakini secara pasti bahwa

ada kehidupan kampung akhirat yang saat itu Allah Ta‟ala membalas kebaikan orang

yang berbuat baik, keburukan orang yang berbuat buruk, dan Dia mengampuni siapa

saja yang dikehendakiNya, kecuali dosa syirik.

Hari kebangkitan (Al Ba‟ts) secara syara‟ bermakna: kembalinya badan dan masuknya

ruh ke dalamnya, mereka keluar dari kuburnya, seakan mereka adalah belalang

yang berhamburan menyambut dengan cepat yang memanggilnya.

Iman kepada Taqdir

Iman kepada qadar baik dan qadar buruk adalah membenarkan secara pasti bahwa

semua kebaikan dan keburukan terjadi dengan ketetapan (qadha) Allah dan qadar

(keputusan)Nya.

Allah Ta‟ala Maha mengetahui semua taqdir segala sesuatu dan waktu-waktunya yang

azali sejak sebelum diwujudkannya, kemudian Dia menjadikannya dengan

qudrahNya, serta kehendak yang sesuai dengan apa yang diketahuiNya, bahwa Dia

telah menuliskannya dalam Lauh Mahfuzh sebelum terjadinya.

Ihsan

سان ه بهاساه ف

ج

ىم ج

بن ل

ساه، ف

ج ها

ؤعبد هللا و

ن ح

: أ ا

Lalu beliau bersabda: Ihsan adalah :ك

engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak

melihatNya maka Dia melihat engkau.

Imam Ibnu Daqiq Al „Id mengatakan: “Esensinya adalah kembali pada keitqanan (kualitas)

peribadatan dan menjaga hak-hak Allah, mendekatkan diri kepadaNya dan menghadirkan

keagunganNya dan kebesaranNya dalam keadaan berbagai ibadah.”11

Imam Sufyan bin „Uyainah Radhiallahu „Anhu mengatakan tentang makna Al Ihsan:

“Menjadikan yang tersembunyi (di hati) lebih baik dari yang ditampakkannya.” 12

As-Sa’ah (Kiamat)

اعت الظا برو عخ

ؤ: ف ا

Kemudian dia berkata: Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan :ك

kejadiannya)

11

Syarh Al Arbain An Nawawiyah, hal. 31 12

Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al „Azhim, 4/595

Page 23: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

23

اتل الظا م معل

عنها بؤ ى

ظئ

: ما اإلا ا

Beliau bersabda: Yang ditanya tidak lebih tahu dari :ك

yang bertanya.

Maknanya adalah bahwa baik yang ditanya (yakni Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam)

dan yang bertanya (yakni laki-laki yang pada hakikatnya adalah malaikat Jibril), keduanya

sama sama tidak mengetahui kapan pastinya terjadi kiamat. Pengetahuan mereka sama-sama

terbatas.

Hal ini sesuai dengan apa yang ditegaskan dalam Al Quran:

ع ىه

لظؤ تها ال هى

يها لىك

جل مها عىد زب ل

ما عل ل اها

ان مسطاها ك ا

اعت أ الظا

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:

"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun

yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.” (QS. Al A’raf, 7: 187)

Ayat lainnya:

ان مسطاها ) ااعت أ الظا ع

ىه

لظؤ ساها )24

ذه ذ م

ه مىتهاها )24 فيم أ ى زب

22 ال

42. (orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah

terjadinya? 43. siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? 44. kepada

Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (QS. An Naziat, 79: 42-44)

Tanda-tanda As-Sa’ah (Kiamat)

مازاتها أ برو ع

خ

ؤ: ف ا

Dia berkata: Beritahukan aku tentang tanda-tandanya :ك

Bagian ini menunjukkan bahwa walaupun Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam tidak

mengetahui secara pasti datangnya kiamat, namun Allah Ta‟ala memberikannya keutamaan

dengan mengetahui tanda-tanda datangnya kiamat. Dan, ini merupakan kekhususan bagi

Beliau saja, tidak pada umatnya. Oleh karena itu banyak di antara ulama Islam yang

mengumpulkan hadits-hadits dan juga penjelasannya tentang tanda-tanda dan peristiwa-

peristiwa yang mendahului datangnya kiamat.

Imam Bukhari dalam Shahihnya menulisnya dalam Kitab Al Fitan (Berbagai Huru Hara),

Imam Muslim dalam Shahihnya menulisnya dalam Kitabul Fitan wa Asyrath As Saa‟ah

(Berbagai Huru Hara dan Tanda-Tanda Kiamat), dan kitab hadits dari imam lainnya. Begitu

pula hadits-hadits tanda-tanda kiamat beserta pejelasannya seperti yang ditulis oleh Imam

Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah pada sub bab Al Fitan wal Malahim, juga Syaikh

Yusuf Abdullah Yusuf Al Wabil dengan kitabnya Asyratus Saa‟ah. Kedua buku ini sudah

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

: اتها، ك زبا

مت

لد ألا

ن ج

أ : beliau bersabda: Jika seorang hamba melahirkan tuannya

Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud ungkapan ini. Di antara mereka ada

yang memaknai bahwa saat itu kaum muslimin berhasil menguasai negeri-negeri kafir,

Page 24: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

24

mengalahkan kaum musyrikin, dan banyak futuhat (penaklukan) yang mereka raih. Seakan,

posisi mereka yang tadinya anak dari budak wanita (Al Amah), justru anak itu menjadi tuan

bagi budak tersebut.

Sedangkan yang lainnya memahami bahwa saat itu kondisi manusia sudah sangat rusak

sampai wanita (budak) dijual anak-anaknya sendiri sehingga keberadaan mereka ditangan

pembelinya membuat ragu-ragu para pembelinya. Demikianlah tanda kiamat yang

menunjukkan kebodohan mereka atas keharaman menjual ibu mereka sendiri. Ada juga yang

mengatakan itu menunjukkan banyaknya kedurhakaan anak kepada orang ibunya, mereka

memperlalukan ibu mereka seperti tuan terhadap budaknya, merendahkan dan memakinya.13

ا ا زعا الش

ت العساة العال

اة

حف

سي ال

ن ج

dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki : وأ

dan tak berpakaian, fakir dan penggembala domba

Kalimat ini menggambarkan seseorang yang fakir, disebutkannya penggembala domba

menunjukkan posisi mereka yang paling lemah di antara penduduk gurun pasir, berbeda

dengan pemilik Unta yang biasanya bukan orang-orang fakir.14

يان ىن في البي

اول

خؼ : (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya

Imam Ibnu Daqiq Al „Id mengatakan: “Pada hadits ini dimakruhkan ajakan terhadap hal-hal

yang tidak dibutuhkan, berupa memanjangkan bangunan dan meninggikannya. Telah

diriwayatkan dari Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam, bahwa beliau bersabda;

اي ال

ل ش

مدم في و جس اب

ئ راب

ا الت

ما وطعه في هر

“Akan diberikan pahala bagi anak Adam dalam segala hal kecuali apa-apa yang

diletakannya (dibangunkannya) pada tanah ini.”15

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi, dengan lafaz:

خه و

لفجل في ه جس السا

ئ بىا

في ال ا

و ك

راب أ

الت

اها ال

ل

“Seseorang akan diberika pahala pada semua nafkahnya kecuali tanah.” Atau dia berkata:

“pada bangunan.” Imam At Tirmidzi mengatakan: hasan shahih. (Sunan At tirmidzi No.

2483)

Beberapa Catatan Faidah Hadits

1. Membaur di masyarakat adalah kebiasaan para Nabi dan Rasul. Hal ini ditunjukkan

oleh perkataan bahwa dia dan para sahabat duduk-duduk bersama Rasulullah

Shallallahu „Alaihi wa Sallam.

13

Imam Ibnu Daqiq Al „Id, Syarh Al Arbain An Nawawiyah, Hal. 31 14

Imam Ibnu Daqiq Al „Id, Syarh Al Arbain An Nawawiyah Hal. 32 15

Ibid.

Page 25: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

25

2. Adab menemui orang terhormat atau ahli ilmu. Yakni dengan menggunakan pakaian

yang sopan, rapi, dan bersih, serta penampilan yang baik. Serta gaya duduk yang

pantas dilakukan di depan mereka.

3. Dalam berbagai riwayat hadits ini, laki-laki itu datang tidak mengucapkan Salam. Hal

ini menunjukkan bahwa –secara fiqih- mengawali ucapan salam ketika berjumpa

adalah tidak wajib, tetapi sunah. Namun, menjawab salam adalah wajib.

4. Hadits ini juga menunjukkan bahwa Malaikat bisa menjumpai manusia dalam wujud

manusia pula.

5. Dibolehkan mengambil pelajaran dari „sandiwara‟. Apa yang dilakukan oleh Jibril

yang menjelma menjadi laki-laki, secara zahir menunjukkan dia menanyakan hal-hal

penting kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam, seakan dia tidak tahu.

Namun, sebenarnya dia tahu

6. Ajakan agar kita bersungguh-sungguh dalam beribadah, yakni dengan merasakan

kehadiran Allah dan pengawasanNya. Tentunya, juga berlaku untuk pekerjaan

duniawi.

7. Keterbatasan pengetahuan makhluk Allah Ta‟ala atas terjadinya kiamat dan hal-hal

ghaib.

8. Berlomba-lomba meninggikan bangunan yang tidak dibutuhkannya adalah keburukan.

9. Ini menunjukkan manfaat berkumpul bersama orang-orang shalih dan ahli ilmu.

Page 26: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

26

Disyariatkannya Qital di dalam Islam

Al-Haq (kebenaran) pada dasarnya tidak akan pernah bisa hidup berdampingan dan

mentoleransi kebatilan. Ia harus hadir dan berdiri tegak mencegah merebaknya kebatilan di

tengah-tengah kehidupan manusia. Konsekwensinya, akan selalu ada pergolakan dan

pergumulan antara keduanya.

Jika al-haq duduk menyerah kepada kebatilan, maka yang akan terjadi adalah kerusakan

demi kerusakan, bahkan hingga terjadi dihancurkannya tempat-tempat ibadah oleh kebatilan

itu.

Allah Ta‟ala berfirman,

س هر ىاث ومظاجد

مذ صىامع وبيع وصل هد

اض بعظهم ببعع ل الىا

اع الل

دف

ىل

ثيراول

ه

افيها اطم الل

“Dan sekiranya Allah tidak mencegah kelaliman sebagian manusia terhadap sebagian

lainnya, niscaya biara, gereja, tempat ibadah Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya

banyak disebut nama Allah telah dihancurkan.” (QS. Al Hajj, 22: 40)

Oleh karena itu, kebenaran harus senantiasa mempersiapkan dirinya untuk mengusir

kebatilan dan kekuatan-kekuatan pendukungnya; mengusir semua bentuk keburukan,

kelaliman, dan kesewang-wenangan.

ا

ىن في طبيل اللاجل

ل ممىىا ر

اان انا ال

يؼ

اوليا الش

ىا أ

اجل

لىث ف

اغ

اىن في طبيل الؼ

اجل

ل سوا

ف ه ر

اوال

ان طعيفاان و

يؼ

ايد الش

ه

”Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah. Sementara orang-orang kafir

berperang di jalan Thagut. Maka perangilah wakil-wakil setan itu, karena sesungguhnya tipu

daya setan itu sangatlah lemah.” (QS. An-Nisaa, 4: 76)

Namun sikap tegas Islam terhadap kebatilan, keburukan, kelaliman, dan kesewenang-

wenangan jangan difahami bahwa Islam akan bertindak memaksa umat beragama lain untuk

memeluk Islam. Perlu diketahui, dalam hal beragama, Islam sesungguhnya memberikan

kebebasan kepada umat manusia untuk menentukan keyakinannya.

Allah Ta‟ala berfirman,

ي غ ال د م

ش ن الس بيا

د ج

ك ساه في الد

اه

ل

”Tidak ada pemaksaan di dalam menentukan keyakinan. Karena yang lurus telah begitu jelas

dari yang menyimpang.” (QS. Al-Baqarah, 2: 256)

Ibnu Abbas menceritakan: Ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang lelaki Ansar dari

kalangan Bani Salim ibnu Auf yang dikenal dengan panggilan Al-Husaini. Dia mempunyai

Page 27: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

27

dua orang anak lelaki yang memeluk agama Nasrani, sedangkan dia sendiri adalah seorang

muslim. Maka ia bertanya kepada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, "Bolehkah aku

memaksa keduanya (untuk masuk Islam)? Karena sesungguhnya keduanya telah

membangkang dan tidak mau kecuali hanya agama Nasrani." Maka Allah Ta‟ala

menurunkan ayat ini berkenaan dengan peristiwa tersebut.16

Tujuan Jihad di dalam Islam

Pertama, melawan kedzaliman dan penindasan yang menimpa umat Islam. Hal ini

berdasarkan firman Allah Ta‟ala,

دس لصسهم ل

ى ه

عل

المىا وانا الل

هم ظ نا

ىن بؤ

لاجل ر

اذن لل

ن *أ

ير حم ال أ

ازهم بغ د سجىا م

خ

أ ر

اال

ا

ىا الل ىا زبلىل

”Telah diizinkan untuk berperang bagi mereka yang selama ini diperangi karena

sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar berkuasa untuk

menolong mereka. Yaitu orang-orang yang diusir dari kampung halaman mereka hanya

karena mereka mengatakan bahwa Tuhan kami hanyalah Allah.” (QS. Al-Hajj, 22: 39 – 40)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ishaq ibnu Yusuf Al-Azraq bahwa Ibnu 'Abbas telah

mengatakan bahwa ayat ini merupakan mula-mula ayat yang diturunkan berkenaan dengan

peperangan.

Sesungguhnya Allah mensyariatkan jihad dalam waktu yang tepat (setelah kaum muslimin

hijrah ke Madinah, red.); karena ketika kaum muslim berada di Mekah, jumlah kaum

Musyrik jauh lebih banyak. Seandainya kaum muslimin diperintahkan untuk memerangi

kaum musyrikin pada saat itu, tentulah amat berat bagi mereka melakukannya, mengingat

jumlah mereka hanya sepersepuluh jumlah kaum musyrikin, bahkan kurang dari itu. Karena

itulah setelah penduduk Yasrib (Madinah) berbaiat kepada Rasulullah di malam 'Aqabah,

yang saat itu jumlah mereka ada 80 orang lebih, mereka berkata, "Wahai Rasulullah,

bolehkan kami menyerang penduduk lembah ini?" Maksudnya orang-orang yang ada di Mina

di malam-malam Mina. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku belum

diperintahkan untuk melakukannya."

Kedua, memangkas seluruh hambatan yang melintang di tengah jalan dakwah. Perhatikanlah

fiman Allah Ta‟ala berikut,

ااى الظ

عل

ا عدوان ال

ل

تهىا ف

بن اه

ف

ا لل ىن الد

ي و

ىن فخىت

ي ج

ى ل ىهم حتا

اجل

ين وك إلا

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya

untuk Allah belaka. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada

permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zhalim.” (QS. Al Baqarah, 2: 193)

16

Lihat: Tafsir Ibnu Katsir.

Page 28: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

28

Ibnu Umar pernah ditanya mengapa Ia tidak terlibat jihad ketika terjadi perselisihan antara

kaum muslimin pada saat itu padahal Allah Ta‟ala telah memerintahkannya (lihat: Al-Hujurat

ayat 9 dan Al-Baqarah ayat 193). Ibnu Umar menjawab: “Kami telah melakukannya di

zaman Rasulullah yang pada saat itu Islam minoritas, dan seorang muslim ditindas dalam

agamanya, adakalanya dibunuh atau disiksa. Ketika Islam menjadi mayoritas, maka tidak

ada penindasan lagi.”17

Dari jawaban Ibnu Umar diatas dapat difahami bahwa tujuan jihad adalah memangkas

hambatan dakwah sehingga Islam semakin kokoh dan tidak ada lagi fitnah (penindasan dan

kemusyrikan) yang mengganggu kaum muslimin.

Ketiga, membantu tegaknya sebuah negara berbasiskan syariat Islam.

Allah Ta‟ala berfirman,

امىا الصا كاهم في ألازض أ ىا

ا ان مى ر

اىي عصصال

ل ل

اىصسه انا الل م

ا الل

يىصسنامسوا ول

وأ

اةو ىا الصا

ومج

لة

ألامىز عاكبت

اس ولل

ىى

اإلا عسوف ونهىا ع

باإلا

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya

Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami

teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang,

menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar;

dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj, 22: 40 – 41)

Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna QS. Al-Hajj ayat 40-41 ini,

bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya, surat An-Nur Ayat 55,

ا ال

ف

لما اطخخ

زض ه

هم في ألا نا

لف

بظخخ

الحاث ل ىا الصا

م وعمل

ممىىا مىى ر

ا ال

ابلهم وعد الل

ك م ر

بعد هم م نال يبد

هم ول

ى ل ض

ري ازج

اهم دنهم ال

نا ل

ن يمى

ول بئا وم

ىن ب ش

سو

ش

ني ل

عبدوه مىا

ىفهم أ

خ

اطلىن ف هم ال ئ

ولؤ ف ل

س بعد ذ

ف ه

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan

mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka

(para khalifah) berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang

sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang

telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,

sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku

dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap)

kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.

Dapat kita simpulkan bahwa jika umat ini telah kokoh keimanannya dan selalu melakukan

amal saleh serta mau berjihad membela agama Allah, maka akan Allah teguhkan kedudukan

17

Hadits ini dikisahkan oleh Nafi‟ dimuat di Tafsir Ibnu Katsir

Page 29: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

29

umat Islam sehingga mereka dapat menjalan syariat Allah Ta‟ala dan mendakwahkannya

dengan leluasa.

Keempat, melindungi sistem kehidupan yang tinggi dan mulia di muka bumi. Allah Ta‟ala

berfirman,

م دامى

كذ أ ب

ث م و

ىصسه

اىصسوا الل

ممىىا ان ج ر

اها ال ي

ا أ

“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan

kedudukanmu.” (QS. Muhammad, 47: 7)

Kaum muslim harus senantiasa bersiap siaga menjaga tegaknya agama dan syariat Allah

Ta‟ala di muka bumi. Diantara hal yang harus disiapkan itu adalah sarana dan prasarana

jihad, sebagaimana diperintahkan oleh-Nya,

م ومه وعدوا

اسهبىن به عدوا الل

يل ج

خ

زباغ ال ة وم ىا

ك عخم م

هم ما اطخؼ

وا ل عد

وأ

دونهم ل م س

خ

ي في طبيل ا

ش ىفلىا ممهم وما ج

عل

امىنهم الل

عل

مىن ح

لظ

ج

خم ل

هم وأ

يى

ال

اىف

الل

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari

kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan

musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;

sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan

dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Anfal,

8: 60)

Beberapa Ayat Tentang Jihad

Berikut ini beberapa ayat Al-Qur‟an yang memuat hukum tentang disyariatkannya qital.

Pertama, Allah Ta‟ala berfirman,

حب ن ج

ى أ م وعس

ىير ل

بئا وهى خ

سهىا ش

ىن ج

ى أ م وعس

ىسه ل

وهى ه لخا

م ال

يى

خب عل

م ه

ىس ل

بئا وهى ش

ىا ش

مىن عل

ح

خم ل

هم وأ

عل

ا والل

“Telah diwajibkan atas kalian berperang sementara ia begitu tidak disukai. Dan mungkin

saja engkau membenci sesuatu namun sesungguhna ia adalah baik bagi dirimu. Dan

mungkin saja engkau menyukai sesuatu namun sebenarnya ia adalah buruk bagi dirimu. Dan

Allah lebih mengetahui, sementara kalian tidak mengetahui apa-apa.” (QS. Al Baqarah, 2:

216)

Penjelasan ringkas:

Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, kaum muslimin bertambah

banyak dan kuat, maka Allah Ta'ala memerintahkan untuk berperang dan memberitahukan

bahwa yang demikian memang dibenci oleh jiwa karena berat, terlebih harus mengorbankan

jiwa dan raga serta penuh bahaya. Meskipun begitu, di dalamnya terdapat kebaikan,

Page 30: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

30

seseorang bisa memperoleh kemenangan dan ghanimah atau memperoleh syahid dan pahala

yang besar. Jika mereka meninggalkan berperang, akibatnya musuh semakin berkuasa

sehingga mereka akan memperoleh kehinaan, kemiskinan, terhalangnya pahala dan

mendapatkan siksa.

Kedua, Allah Ta‟ala berfirman,

م ومه وعدوا

اسهبىن به عدوا الل

يل ج

خ

زباغ ال ة وم ىا

ك عخم م

هم ما اطخؼ

وا ل عد

دونهم ل وأ م س

خ

ا

مىنهم اللعل

مىن ح

لظ

خم ل ج

هم وأ

يى

ال

اىف

اي في طبيل الل

ش ىفلىا م

مهم وما ج

عل

“Dan persiapkanlah sebatas kemampuanmu untuk menghadapi mereka apa saja; dari

kekuatan dan kuda yang ditambatkan. Dengannya kalian menggetarkan musuh-musuh Allah

yang juga musuh-musuh kalian, dan kelompok lainnya selain dari mereka yang tidak kalian

ketahui namun Allah mengetahuinya. Dan setiap yang kalian infakkan di jalan Allah niscaya

akan dibalas, dan kalian tidak akan didzalimi sedikitpun.” (QS. Al-Anfal, 8: 60)

Penjelasan ringkas:

Ayat ini memerintahkan mu‟minin untuk mempersiapkan kekuatan, baik kepandaian,

keterampilan, kekuatan fisik , berbagai persenjataan dan perlengkapan lainnya yang dapat

membantu mengalahkan musuh, seperti berbagai macam senjata, meriam, senapan, pistol,

kendaraan, pesawat tempur, tank, kapal tempur, parit, benteng dan mengetahui taktik

berperang. Termasuk di antaranya memanah. Berkenaan dengan kekuatan yang disebut di

dalam ayat ini, 'Uqbah bin 'Amir Al Juhani berkata,

ع هم ما اطخؼ

وا ل عد

} وأ لى ىبر

ى اإلا

م وهى عل

ايه وطل

عل

اى الل

ا صل

ا الل انا طمعذ زطى

لة أ ىا

ك خم م

م الساة لىا

انا ال

لم أ السا

ة لىا

انا ال

لم أ السا

ة لىا

ال

“Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di atas mimbar berkata:

„Dan persiapkan untuk mereka apa yang kalian mampu berupa kekuatan. Ketahuilah bahwa

kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah

bahwa kekuatan itu adalah memanah!‟” (HR. Abu Daud No. 2153)

Mempersiapkan kekuatan ini dimaksudkan agar musuh-musuh Allah gentar. Inilah „illat

(alasan/tujuan)-nya, dan hukum (ketentuan) sesuatu itu berjalan bersama „illat-nya, sehingga

apa saja yang membuat mereka gentar, maka perlu dipersiapkan.

Ketiga, Allah Ta‟ala berfirman,

ىخ م ان ه

ىير ل

م خ

لى

ذ

ام في طبيل الل

فظى

هم وأ

مىالى

ال وجاهدوا بؤ

ا وثل

اف

فسوا خف

مىن اه

عل

م ح

“Berangkatlah baik ketika kalian merasa ringan ataupun berat untuk melangkah. Dan

berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Dan yang demikian itu adalah baik

bagi kalian jika kalian mengetahuinya.” (QS. At-Taubah, 9: 41)

Page 31: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

31

Pada ayat ini diterangkan bahwa berperang itu bukan lagi anjuran, tetapi wajib sehingga tidak

seorang muslim pun yang dibenarkan untuk tidak ikut berperang. Tiap-tiap orang yang sehat,

tua, kaya dan miskin wajib tampil ke medan juang untuk membela Islam dan menegakkan

kebenaran.

Dalam Tafsir Jalalain, disebutkan bahwa surat At-Taubah ayat 41 di atas telah di-nasakh

(dihapus) oleh firman Allah Ta‟ala,

ا

صحىا للا ه

ىفلىن حسج اذ جدون ما

ل ر

اى ال

عل

ى ول سض

ى اإلا

عل

ا ول

عف ى الظ

بع عل

وزطىله ل

“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang lemah, orang-orang sakit dan

orang-orang yang tidak memperoleh apa yang mereka nafkahkan apabila mereka berlaku

ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Q.S. At-Taubah, 9: 91)

Keempat, Allah Ta‟ala berfirman,

ا

ىن في طبيل اللاجل

ل

ت جىا

هم ال

نا ل

هم بؤ

مىال

فظهم وأ

همىين أ

ئ اإلا ري م

ت اش

اىن وعدا انا الل

لخل ىن و

يلخل

ف

لسمجيل وال

ىزاة وؤلاه ا في الخا يه حل

عل ل

عخم به وذ ري با

ام ال

اطخبشسوا ببيعى

ف

ا الل ى بعهده م

وف

أ ن وم

عظيم ىش ال

ف هى ال

“Sesungguhnya Allah telah membeli jiwa dan harta orang-orang yang beriman dengan

surga. Mereka berperang di jalan Allah hingga mereka berhasil membunuh ataupun

terbunuh. Janji yang selalu ditepati yang tertera di dalam Taurat, Injil, dan Al Quran. Dan

siapakah yang lebih menepati janjinya selain dari Allah? Maka bergembiralah dengan

perdagangan yang telah kalian lakukan. Dan yang demikian itulah keberhasilan yang sangat

luar biasa.” (QS. At-Taubah, 9: 111)

Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah swt. membeli diri dan harta benda kaum mukmin yang

dibayar-Nya dengan surga Jannatunna'im. Artinya, Allah membalas segala perjuangan dan

pengorbanan yang telah diberikan kaum mukmin itu, baik jiwa raga maupun harta benda,

dengan balasan yang sebaik-baiknya, yaitu kenikmatan dan kebahagiaan di surga di akhirat

kelak. Ini merupakan ungkapan yang sangat indah dalam menimbulkan kegairahan bagi umat

manusia untuk berjihad, karena menggambarkan suatu ikatan jual beli yang sangat

menguntungkan manusia, sebab pengorbanan yang telah mereka berikan berupa harta benda

dan jiwa raga akan ditukar dengan sesuatu yang sangat berharga, yang tak pernah dilihat oleh

mata manusia, dan tak pernah didengar oleh telinga, dan nilainya jauh lebih tinggi daripada

harta benda dan apa saja yang telah dikorbankan.

Beberapa Hadits Tentang Jihad

Berikut ini tiga buah hadits yang menggambarkan kedudukan dan keutamaan jihad qital.

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

طىامه وذزوة

ة

ل م وعمىده الصا

طل

مس ؤلا

ض ألا

ـجهاد فـ طبيل هللا زأ

ال

Page 32: Fondasi Masyarakat Islam: Syiar-Syiar dan Ibadah file(Al Hajj: 32) Di sini akan kita cukupkan untuk membahas tiga dari enam kewajiban di atas, yaitu shalat, zakat, dan amar ma'ruf

32

“… Pokoknya perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fii

sabiilillaah.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, „Abdurrazzaq, Ibnu Majah, dan yang lainnya).

طمعذ زطى ا عمس ك اب

س عبل

اب ال

هذم أ

جرخ

عيىت وأ

عخم بال با

ا ج

اذ لى م

ايه وطل

عل

اى الل

ا صل

االل

ى دى سجعىا ال

ى ج زعه حتا

ن

ل

ل

م ذ

يى

عل

ا الل

ؽ

اجهاد طل

خم ال

سه

زع وج م وزطبخم بالصا

ى

Dari Ibnu Umar beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda, “Apabila kalian telah berjual beli „inah, mengambil ekor sapi dan ridho dengan

pertanian serta meninggalkan jihad maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan

(kehinaan). Allah tidak mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama

kalian.” (HR. Abu Daud)

: اجهاد في طبيل هللا عصا وجلا ؟ ك

ال عد م : ما

ايه وطل

ى هللا عل

ابي صل

ه » كيل للىاظخؼيعىه

ح

: «. ل ا

ك

: لى لل ذ

ا . و

ث

لو ث

ين أ

ج يه مسا

عادوا عل

ؤه » ف

ظخؼيعىه

ح

ت : «. ل

الث

ا في الث ا

جاهد في طبيل » وك

ل ال

مث

صيام ر مفت

اث هللا . ل اهذ بآ

لاتم ال

لاتم ال ل الصا

مث

جاهد في طبيل هللا هللا ه

سجع ال ى ة حتا

صل

ول

ىعال

. « ح

Ditanyakan kepada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam: “Amalan apa yang setara dengan

jihad fii sabiilillah?” Nabi shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Kalian tidak bisa

(mengerjakan amalan yang setara dengan jihad).” Para shahabat mengulangi pertanyaan

tersebut dua kali atau tiga kali, dan Nabi tetap menjawab: “Kalian tidak bisa (mengerjakan

amalan yang setara dengan jihad).” Kemudian Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda

pada kali yang ketiga: “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah itu seperti orang

yang berpuasa, shalat, dan khusyu‟ dengan (membaca) ayat-ayat Allah. Dia tidak berhenti

dari puasa dan shalatnya sampai orang yang berjihad di jalan Allah Ta‟ala itu kembali.”

(HR. Muslim)