fmodul 3 manajemen proyek konstruksi

14
MODUL PERKULIAHAN Manajemen Konstruksi MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Perencanaan dan Disain Teknik Sipil 03 A61112EL Mawardi Amin, Ir, MT. Abstract Kompetensi Mengetahui system manajemen proyek konstruksi dibutuhkan oleh mahasiswa menentukan system yang tepat dalam pengelolaan proyek konstruksi. Mahasiswa memahami system manajemen konstruksi dan mampu membedakan antara beberapa system manajemen konstruksi profesional.

Upload: agusimamhamdani

Post on 15-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

manajemen konstruksi

TRANSCRIPT

MODUL PERKULIAHAN

Manajemen Konstruksi

MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

FakultasProgram StudiTatap MukaKode MKDisusun Oleh

Teknik Perencanaan dan DisainTeknik Sipil03A61112ELMawardi Amin, Ir, MT.

AbstractKompetensi

Mengetahui system manajemen proyek konstruksi dibutuhkan oleh mahasiswa menentukan system yang tepat dalam pengelolaan proyek konstruksi.

Mahasiswa memahami system manajemen konstruksi dan mampu membedakan antara beberapa system manajemen konstruksi profesional.

3.1 Latar belakang Henry Fayol (1841 1925) seorang industrial Perancis adalah orang pertama yang menjelaskan secara sistematis bermacam aspek pengetahuan manajemen dengan menghubungkan fungsi-fungsinya seperti yang telah dijelaskan pada modul 1. Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan. Aliran pemikiran diatas kemudian dikenal sebagai manajemen klasik atau manajemen fungsional. Pemikiran manajemen klasik berkembang pada zaman tumbuhnya industri modern dalam rangka mencari upaya menaikkan efisiensi dan produktivitas (hasil) pabrik pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya. Pemikiran manajemen klasik mencakup periode yang arnat panjang dan dikembangkan sejak abad 19, sewaktu kegiatan perusahaan belum sebesar dan sekompleks saat ini. Dari sejarah terlihat bahwa penerapan manajemen klasik untuk operasi perusahaan dan industri amat besar peranannya dalam ikut mengantar kemajuan dan kebesaran bidang tersebut sampai ketaraf dewasa ini.

MANAJEMEN PROYEK

Pendekatan Situasional (manajemen sesuai situasi)Pendekatan Sistem (manajemen berorientasi totalitas)Manajemen Klasik (manajemen berdasarkan fungsi)

Gambar 3.1 : Masukan dan keterkaitan berbagai pemikiran manajemen pada manajemen proyek (dikutip: Imam Suharto, "Manajemen Proyek", Erlangga, Jakarta, 1995)

Pendekatan atau pemikiran sistem adalah pemikiran yang memandang segala sesuatu dari wawasan totalitas. Metodologi yang erat berhubungan dengan penyelenggaraan proyek adalah sistem engineering dan sistem manajemen. Sistem engineering mencoba menjelaskan proses terwujudnya suatu sistem, atau dengan kata lain mencoba menerangkan langkah langkah yang harus dilalui untuk mewujudkan suatu gagasan menjadi sistem yang berbentuk fisik. Dengan demikian sistem engineering menjadi sejajar dengan tujuan proyek yaitu, merealisasi gagasan menjadi kenyataan fisik, misalnya instalasi pabrik atau produk manufaktur. Pendekatan situasional (contingency), sebagian para pemikir masalah manajemen yang mengamati aplikasi teori-teori manajemen berkesimpulan bahwa suatu bentuk pendekatan manajemen yang efektif untuk situasi tertentu tidak memberikan hasil sesuai dengan harapan bagi situasi yang lain. Atau dengan kata lain teknik pengelolaan yang bekerja baik bagi suatu kegiatan tidak menjamin keberhasilan yang sama bagi kegiatan yang berbeda. Dengan latar belakang hasil pengamatan tersebut timbul pendekatan yang dikenal sebagai pendekatan situasional (contigency) yang menyatakan tugas manajemen adalah mengidentifikasi teknik dan metode yang harus digunakan untuk menangani suatu jenis kegiatan pada waktu dan kondisi tertentu. Untuk mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang efektif dan efisien, hal ini berarti manajer hendaknya memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai pemikiran atau teori manajemen.Mendalami bermacam teknik dan metode yang bersangkutan serta kapan dan dalam situasi apa harus diterapkan. Banyak kritik yang mengatakan bahwa pendekatan situasional tidak memberikan petunjuk langkah - langkah spesifik untuk menanggapi berbagai situasi yang dihadapi. Meskipun demikian bagi penyelenggaraan proyek, suatu pengertian dasar bahwa kegiatan harus dikelola berdasarkan tuntutan situasi yang dominan pada waktu itu dan tidak kaku (hanya mengikuti satu macam pendekatan saja) merupakan hal yang amat berguna untuk diperhatikan, karena itu sesuai dengan prilaku kegiatan proyek itu sendiri.

3.2 Latar Belakang Manajemen Konstruksi ProfesionalPerkembangan manajemen konstruksi di negara kita tidak dapat lepas dari perkembangan industri jasa konstruksi. Sedang perkembangan industri jasa konstruksi berhubungan erat dengan pelaksanaan pembangunan yang saat ini sedang giat dilaksanakan. Pada umumnya industri jasa konstruksi mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan prasarana dan sarana fisik dalam bidang gedung, bidang teknik. sipil, dan bidang instalasi. Dengan meningkatnya volume pembangunan tersebut, maka diikuti pula peningkatan cara pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang berupa perkembangan dalam bidang manajemen konstruksi. Demikian pula hubungan kerja yang terjadi antara unsur unsur pelaksana pembangunan mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan volume kegiatan untuk masing masing jenis bangunan.Pengertian manajemen. yang biasanya dibatasi dengan kata yang ada didalam kata manajemen tersebut, yang menunjukan kekhususan dari manajemen tersebut, seperti manajemen industri, manajemen proyek, manajemen konstruksi.Pengertian manaiemen proyek adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian) secara sistimatis pada suatu proyek dengan mengggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Dalam perkembangan manajemen proyek (proyek konstruksi) berkembang secara lebih luas dengan diterapkan pada seluruh tahapan proyek, mulai dari tahapan perencanaan, perancangan, pengadaan dan pelaksanaan, sehingga untuk menerapkannya akan lebih rumit dan komplek karena sumber daya yang ada berlainan dan bervariasi dan mempunyai tujuan-tujuan sesuai dengan tahapan proyeknya.Pada manajemen proyek dalam pengertian diatas, kegiatan-kegiatan yang dilakukan beraneka ragam, mulai dari perencanaan program, survey, penelitian, studi kelayakan, perancangan, pengadaan / lelang sampai pelaksanaan, sehingga akan melibaikan berbagai ahli dan pihak yang lebih banyak (surveyor, perencana/arsitek, ahli geologi, konsultan, kontraktor dsb.) yang merupakan suatu tim yang saling berkaitan dan berhubungan sehingga memerlukan pengelolaan (manajemen) yang professional (terpadu) sehingga dengan pendekatan konsep ini dibutuhkan seorang atau badan usaha dibidang manajemen yang akan mengelola proyek tersebut mulai dari perencanaan, perancangan, lelang / tender sampai pelaksanaannya. Dengan konsep ini dapat dilakukan perencanaan secara bersamaan dengan beberapa perencana, begitu juga pada tahap pelaksanaan secara bertahap (fast track) tanpa harus menunggu dahulu perencanaan selesai secara keseluruhan. Dengan konsep ini peran manajer proyek konstruksi sangat besar dalam menentukan keberhasilan proyek dari segi waktu, biaya, mutu, keamanan dan kenyamanan yang optimal, sehingga dari sisi ini dapat berkembang perusahaan yang bergerak dalam di bidang manajemen konstruksi (konsultan MK) yang akan mengelola proyek-proyek yang diingini oleh pemilik secara professional dan optimal. Konsep manajemen ini terus berkembang dan dikenal dengan konsep manajemen konstruksi.

Bila dilihat dari beberapa aspek / pendekatan, Manajemen Konstruksi dapat dibedakan menjadi :

1.Manajemen konstruksi (MK) sebagai suatu sistim atau metode/ pendekatan, disini pengelolaan proyek didasarkan pada sistim metode MK, mulai dari perencanaan, perancangan maupun pengadaan dan pelaksanaannya, sehingga diperoleh perancangan dan pelaksanaan proyek yang optimal.2.Manajemen konstruksi sebagai suatu proses atau prosedur, untuk proyek-proyek yang menerapkan manajemen konstruksi, maka proses dan prosedur untuk mendapatkan, melaksanakan dan mengelola proyek harus sesuai dengan sistim tersebut, yaitu mulai dari pengelolaan, perancangan, pengadaan dan pelaksanaan ditentukan oleh tim MK bersama pemilik.3.Manajemen konstruksi sebagai profesi, yaitu manajemen konstruksi sebagai badan usaha yang bergerak dibidang MK.

3.3 Manajemen Konstruksi Sebagai Sistem3.3.1 Traditional Delivery System (Sistim Pelaksanaan Tradisional)Hingga akhir tahun 1970 an, di Amerika ada dua sistem pelaksanaan proyek yang telah digunakan dalam industri konstruksi dengan cukup sukses, yaitu:

1. Sistem Tradisional (traditional system).Dalam sistim ini Pemilik pada tahap perekayasaan dan perancangan (engineering design) mengadakan ikatan kontrak dengan Konsultan Perencana. Pada tahap pelaksanaan (construction), Pemilik mengadakan ikatan kontrak dengan pihak Kontraktor. Gambar 3.2 menunjukkan Sistem Tradisional dimana pihak kontraktor seakan-akan bekerja sendiri-sendiri secara independen. Perencana menyelesaikan tugas-tugas perencanaannya sebelum Pemilik memilih Kontraktor Pelaksana. Setelah penentuan Kontraktor biasanya Pemilik meminta perencana menjadi pengawas pelaksanaan proyek atas nama pemilik.

PEMILIK

KONTRAKTORPERENCANA

Sub-sub kontraktor

Gambar 3.2 Bagan system tradisional

2. Sistem Rancang Bangun (Design-Built System)Sistim ini cukup popular di Eropa dan Amerika Selatan. Pada sistem ini perancangan dan pelaksanaan dilakukan oleh satu perusahaan sehingga memiliki beberapa keuntungan bila dibanding dengan sistem tradisional. Waktu yang dibutuhkan dari perancangan hingga tahap pelaksanaan lebih singkat, total biaya lebih rendah serta pencapaian standar mutu lebih terjamin. Adapun hubungan antara pihak-pihak yang terlibat di dalam sistim ini dapat dilihat pada gambar 3.3. dibawah ini :

PEMILIK

KONTRAKTORPERENCANA

SUB-CON

SUB-CON

Gambar 3.3. Bagan system rancang bangun

3.3.2 Sistim Manajemen Konstruksi Profesional (PCM Delivery system)

Sistem ini merupakan sistem manajemen yang relatif lebih baru dibanding dengan sistem pelaksanaan tradisional dan merupakan perkembangan altematif dari sistem di atas. Pada umumnya PCM dibagi menjadi empat sistem, yaitu:

1)Agency Construction Manajement (ACM).Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator "penghubung" (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.

Gambar 3.4. Bagan ACM Delivery

2)Extended Service Construction Manajemen (ESCM).Jasa Konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi "konflik-kepentingan" karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini (lihat tipe a). Pada tipe b, kontraktor kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik (ESCM / Kontraktor). Lihat gambar 3.5 dibawah ini.

Gambar 3.5. Bagan Extended Construction Management

3)Owner Construction Management (OCM).Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi professional yang bertanggung jawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan, seperti yang terlihat pada gambar 3.6 :

Gambar 3.6. Bagan Owner Construction Management (OCM)

4)Guaranted Maximum Price Construction Management (GMTCM).Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggung jawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).

Gambar 3.7: Bagan GMPCM

Pada sistem ini GMPCM lebih berperan sebagai multi kontraktor, dengan kata lain GMPCM dapat mengatur keseluruhan proyek termasuk keberadaan kontraktor, sehingga tidak hanya sebagai pengawas proyek saja. MK pada sistem ini mempunyai tanggungjawab penuh dalam hal biaya dan garansi kualitas pekerjaan kepada pemilik. Sistem ini sangat berbeda dengan sistem-sistem diatas dalam hal tanggungjawab atas waktu, biaya dan kualitas.

3.4 Tujuan Manajemen Konstruksi Konsep manajemen konstruksi menuntut adanya dapur professional yang mengelola keputusan - keputusan yang akan diambil oleh proyek, dan konsep ini juga menuntut suatu pengelolaan proyek secara teknis operasional yang akan melengkapi pengelolaan strategis yang berada ditangan pemilik (owner).Manajemen Konstruksi dilaksanakan oleh tim professional, yang bersama - sama dengan pemilik merupakan satu kesatuan dalam pengelolaan proyek secara terpadu. Secara diagram pengelolaan proyek dengan konsep MK dapat digambarkan seperti di bawah ini.

Gambar 3. 8 : Diagram pengelolaan proyek dengan konsep MK

Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut

1)Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan - masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.2)Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak (feasible") mulai dari tahap disain.3)Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain selesai atau hampir selesai.4)MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen proyek konstruksi adalah mengelola atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini, selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control), pengawasan penggunaan biaya - (cost control ) dan pengawasan waktu pelaksanaan (time control). Ketiga kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

Daftar Pustaka

1. Arditi, David, "The PCM Project Delivery System ", Kuliah Dosen Tamu di Universitas Petra, 1996, Surabaya

2.Djoyowirono, Soegeng, "Manajemen Konstruksi I", edisi Ke II, BP-KMTS FT-UGM, 1991, Yogyakaria.

3.Shtub, Avraham; F Bard, Jonathan; Globerson, Shlomo : Project Management : Engineering Technology and Implementation ", Prentice Hall, Englewood, New Jersey, 1994.

4.Soeharto, Imam, "Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga, 1995, Jakarta.

5.Tim Manajemen Konstruksi, "Diktat Manajemen Konstruksi ", JTS-FTSP UII, 1997 Yogyakarta.

20132MANAJEMEN KONSTRUKSIPusat Bahan Ajar dan eLearning

Mawardi Aminhttp://www.mercubuana.ac.id