fluid mixing apparatus1
DESCRIPTION
Praktikum OTK ITRANSCRIPT
BAB I
P E N D A H U L U A N
I.1 Latar Belakang
Nilai sebuah mixer yang digerakkan di dalam industri ditentukan oleh waktu
yang diperlukan, tenaga yang diterima dan sifat-sifat produk. Peralatan mixing dan
sifat-sifat yang diinginkan dalam material yang diolah berbeda dari setiap kasus.
Terkadang diperlukan kehomogenitasan yang tinggi, gerakan mixing dan tenaga yang
dibutuhkan minimum.
Dalam proses mixing ini digunakan impeller sebaga mixer yang akan
mencampurkan dua fase atau lebih yang terpisah. Ada beberapa tipe impeller yang
biasa digunakan antara lain : propeller, paddle dan turbine. Setiap impeller ini
memiliki tingkat efisiensi yang berbeda terhadap proses pencampuran.
a. Propeller
Tipe impeller ini berbentuk kipas yang menghasilkan aliran aksial. Propeller
mempunyai tingkat efisiensi yang baik bila digunakan pada fluida yang
berviskositas rendah, kurang dari 2000 cP. Arus yang meninggalkan propeller
mengalir melalui zat cair menurut arah tertentu sampai dibelokkan oleh lantai atau
dinding bejana. Hal ini efektif digunakan dalam bejana besar.
b. Paddle
Tipe impeller ini akan mendorong zat cair secara radial dan tangensial. Arus yang
terjadi bergerak keluar ke arah dinding, lalu membelok ke atas atau ke bawah.
Paddle merupakan impeller yang paling efektif. Hal ini dapat dilihat dari pola
aliran yang ditimbulkan akibat gerakan paddle ke seluruh bagian sehingga molekul
yang akan dilarutkan bergerak acak dan homogenitas yang tinggi dihasilkan. Hal
ini menyebabkan paddle mempunyai efisiensi yang tinggi. Impeller ini digunakan
untuk fluida yang berviskositas 100.000 sampai 1.000.000 cP.
c. Turbine
Turbine biasanya efektif untuk fluida berviskositas sedang yaitu 2000 sampai
50.000 cP. Arus yang ditimbulkan bersifat radial dan tangensial. Komponen
tangensialnya menimbulkan vortex dan arus putar yang harusdihentikan dengan
menggunakan baffle.
Arus yang ditimbulkan oleh gerakan impeller ini menyebabkan terbentuknya
vortex yang sangat tidak diinginkan dalam proses mixing. Untuk mencegah terjadinya
vortex ketika fluida diaduk dalam tanki silinder dengan impeller yang berada pada
pusatnya maka digunakan baffle yang dipasang pada dinding vessel. Baffle yang
digunakan biasanya memiliki jarak yang sama. Baffle biasanya tidak menempel pada
dinding vessel sehingga secara kebetulan akan terdapat celah antara baffle dengan
dinding vessel.
Pada percobaan ini akan diamati keefisiensian setiap jenis impeller dalam
melakukan pencampuran zat.
I.2 Perumusan Permasalahan
Dalam proses pengoperasian teknik kimia, sebagian besar memerlukan suatu
campuran yang homogen sebelum memasuki tahapan selanjutnya seperti reaksi
campuran dalam keadaan homogen. Homogenitas umumnya dapat dicapai dengan
melakukan pencampuran dengan menggunakan impeller.
Dari percobaan yang dilakukan ditemukan berbagai permasalahan antara
lain adalah :
1. Pengaruh penggunaan impeller yang berbeda terhadap kualitas
pencampuran yang dihasilkan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola aliran dalam proses pencampuran.
3. Penggunaan baffle dalam proses pencampuran.
I.3 Hipotesa Percobaan
1. Semakin besar kecepatan putaran impeller yang digunakan, semakin cepat
terjadinya homogenitas.
2. Semakin kecil ukuran padatan yang akan dicampur atau dilarutkan, semakin
cepat terjadinya homogenitas.
3. Semakin kecil viscositas cairan yang digunakan, semakin cepat terjadinya
homogenitas.
4. Semakin banyak blade pada impeller semakin cepat terjadinya homogenitas.
I.4 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui arah aliran air dan pasir.
2. Untuk mengetahui pola aliran yang terbentuk dengan menggunakan baffle.
3. Untuk mengetahui pola aliran yang ditimbulkan oleh 3 buah impeller yang
berbeda.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan pola
aliran.
I.5 Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah :
1. Dapat mengetahui prinsip dasar dari percobaan fluid mixing apparatus.
2. Dapat mengetahui perbedaan pola aliran yang ditimbulkan oleh tiga buah
impeller yang berbeda (Propeler, Turbin dan Paddle).
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pola aliran yang
berbeda seperti padatan yang digunakan, viscositas cairan yang digunakan,
kecepatan putaran dari impeller dan lain-lain.
4. Dapat mengetahui pola aliran air dan pasir yang ditimbulkan dari
pemakaian baffle.
BAB IIBAB II
TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA
Pada percobaan kali ini digunakan alat Fluid Mixing Apparatus dengan
impellernya. Impeller inilah yang akan membangkitkan pola aliran di dalam sistem,
yang menyebabkan zat cair bersikulasi di dalam bejana untuk akhirnya kembali ke
impeller.
Ada dua macam impeller pengaduk, yaitu impeller aliran-aksial (axial-flow
impeller) dan impeller aliran-radial (radial-flow impeller). Impeller jenis pertama
membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeller, dan yang kedua
membangkitkan arus pada arah tengensial atau radial.
Dari segi bentuknya, ada tiga jenis impeller: propeller (baling-baling), dayung
(padle), dan turbin (turbine). Masing-masing jenis terdiri lagi atas berbagai variasi
dan sub-jenis. Ada lagi jenis-jenis impeller lain yang dimaksudkan untuk situasi-
situasi tertentu, namun ketiga jenis itu agaknya dapat digunakan untuk menyelesaikan
95 persen dari semua masalah agitasi zat cair.
Penggunaan impeller diatas tergantung pada geometri vessel (tanki, viskositas
cairan.
Untuk viskositas yang < 2000 cp, maka digunakan impeller dengan tipe
propeller.
Untuk viskositas antara 2000 cp – 50.000 cp, maka digunakan impeller
dengan tipe turbin.
Untuk viskositas antara 100.000 – 1.000.000 cp maka digunakan
impeller dengan tipe dan paddles.
Untuk viskositas > 1.000.000 cp maka digunakan impeller pencampuran
khusus seperti banburg mixer, kneaders, extrudes, digunakan sigama
mixer dan tipe lain.
Jenis-jenis impeller : The marine type propeller, Flat – blade turbine, The disk flat –
blade turbine, The curved – blade turbine, The pitched – blade
turbine, The shrouded turbine
Propeller merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor penuh,
yaitu 1.150 atau 1.750 rpm, sedang propeller besar berputar pada 400 sampai 800
rpm. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalui zat cair menurut arah
tertentu samapi dibelokkan oleh lantai atau dinding bejana. Kolom zat cair yang
berputar dengan sangat turbulennya itu meninggalkan impeller dengan membawa ikut
zat cair stagnan yang dijumpainya dalam perjalanannya itu, dan zat cair stagnan yang
terbawa ikut itu mungkin lebih banyak dari yang dibawa kolom arus sebesar itu kalau
berasal dari nosel stasioner. Daun-daun propeller merobekkan menyeret zat cair itu.
Oleh karena arus aliran ini sangat gigih, agitator propeller sangat efektif dalam bejana
besar.
Propeller yang berputar membuat pola heliks di dalam zat cair, dan jika tidak
tergelincir antara zat cair dan propeller itu, satu putaran penuh propeller akan
memindahkan zat cair secara longitudinal pada jarak tertentu, bergantung dari sudut
kemiringan daun propeller. Rasio jarak ini terhadap diameter dinamakan jarak-bagi
(pitch) propeller itu. Propeller yang mempunyai jarak bagi 1,0 disebut mempunyai
jarak-bagi bujur-sangkar (square pitch).
Untuk tugas-tugas sederhana, agitator yang terdiri dari satu dayung datar yang
berputar pada poros vertikal merupakan pegaduk yang cukup efektif. Kadang-kadang
daun-daunnya dibuat miring, tetapi biasanya vertikal saja. Dayung (padle) ini
berputar di tengah bejana dengan kecepatan rendah sampai sedang, dan mendorong
zat cair secara radial dan tangensial, hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada
impeller, kecuali bila daunnya agak miring. Arus yang terjadi bergerak ke luar ke
arah dinding, lalu membelok ke atas atau ke bawah. Dalam tangki-tangki yang dalam,
kadang-kadang dipasang beberapa dayung pada satu poros, dayung yang satu di atas
yang lain. Dalam beberapa rancang, daunnya disesuaikan dengan bentuk dasar
bejana, yang mungkin bulat atau cekung, piring, sehingga dapat mengikis atau
menyapu permukaan pada jarak sangat dekat. Dayung (padle) jenis tersebut
dinamakan agitator jangkar (anchor agitator). Jangkar ini sangat efektif untuk
mencegah terbentuknya endapan atau kerak pada permukaan penukar kalor, seperti
umpamanya, dalam bejana proses bermantel, tetapi tidak terlalu efektif sebagai alat
pencampur. Jangkar ini biasanya dioperasikan bersama dengan dayung berkecepatan
tinggi atau agitator lain, yang biasanya berputar menurut arah yang berlawanan.
Agitator dayung yang digunakan di industri biasanya berputar dengan
kecepatan antara 20 dan 150 rpm. Panjang total impeller dayung biasanya antara 50
sampai 80 persen dari diameter-dalam bejana. Lebar daunnya seperenam sampai
sepersepuluh panjangnya. Pada kecepatan yang sangat rendah, dayung dapat
memberikan pengadukan sedang di dalam bejana tanpa-sekat, pada kecepatan yang
lebih tinggi diperlukan pemakaian sekat, sebab jika tidak, zat cair itu akan berputar-
putar saja mengelilingi bejana itu dengan kecepatan tinggi, tetapi tanpa adanya
pencampuran.
Beberapa di antara berbagai ragam bentuk rancang turbin adalah turbin daun-
lurus terbuka, turbin piring berdaun dan turbin piring lengkung vertikal. Kebanyakan
turbin itu menyerupai agitator-dayung berdaun banyak dengan daun-daunnya yang
agak pendek, dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros yang dipasang di
pusat bejana. Daun-daunnya boleh lurus dan boleh pula lengkung, boleh bersudut,
dan boleh pula vertikal. Impellernya mungkin terbuka, setengah terbuka, atau
terselubung. Diameter impeller biasanya lebih kecil dari diameter dayung, yaitu
berkisar antara 30 sampai 50 persen dari diameter bejana.
Turbin biasanya efektif untuk jangkau viskositas yang cukup luas. Pada cair
berviskositas rendah, turbin itu menimbulkan arus yang sangat deras yang
berlangsung di keseluruhan bejana, menabrak kantong-kantong yang stagnan dan
merusaknya. Di dekat impeller itu terdapat zone arus deras yang sangat turbulen
dengan geseran yang kuat. Arus utamanya bersifat radial dan tangensial. Komponen
tangensialnya menimbulkan vorteks dan arus putar, yang harus dihentikan dengan
menggunakan sekat (baffle) atau difuser agar impeller itu menjadi sangat efektif.
Berikut ini pola aliran yang dihasilkan oleh jenis-jenis Impeller: Propeller,
Turbin, Paddle.
Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeller, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbandingan (proporsi) tangki, sekat,
dan agitator. Kecepatan fluida dalam setiap titik dalam tangki mempunyai tiga
komponen, dan pola aliran keseluruhan di dalam tangki itu bergantung pada variasi
dari ketiga komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen kecepatan yang
pertama ialah komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros
impeller. Komponen kedua ialah komponen longitudinal, yang bekerja pada arah
paralel dengan poros. Komponen ketiga ialah komponen tangensial, atau rotasional,
yang bekerja pada arah singgung terhadap lintasan lingkar di sekeliling poros. Dalam
keadaan biasa, di mana poros itu vertikal, komponen radial dan tangensial berada
dalam satu bidang horisontal, dan komponen longitudinalnya vertikal. Komponen
radial dan komponen longitudinal sangat aktif dalam memberikan aliran yang
diperlukan untuk melakukan pencampuran. Bila poros itu vertikal dan terletak persis
di pusat tangki, komponen tangensial biasanya kurang menguntungkan. Arus
tangensial itu mengikuti suatu lintasan berbentuk lingkaran di sekitar poros, dan
menimbulkan vorteks pada permukaan zat cair, dan karena adanya sirkulasi aliran
laminar, cenderung membentuk stratifikasi pada berbagai lapisan tanpa adanya aliran
longitudinal antara lapisan-lapisan itu. Jika di dalam sistem itu terdapat pula partikel
zat padat, arus sirkulasi itu cenderung melemparkan partikel-partikel itu, dengan gaya
sentrifugal, ke arah luar, dan dari situ bergerak ke bawah, dan sesampai di dasar
tangki, lalu ke pusat. Karena itu, bukannya pencampuran yang berlangung di sini,
tetapi sebaliknya pengumpulanlah yang terjadi. Jadi, karena dalam aliran sirkulasi zat
cair begerak menurut arah gerakan daun impeller, kecepatan relatif antara daun dan
zat cair itu berkurang, dan daya yang dapat diserap zat cair itu menjadi terbatas.
Dalam bejana yang tak bersekat, alir putaran itu dapat dibangkitkan oleh segala jenis
impeller, baik aliran aksial maupun yang radial. Jadi, jika putaran zat cair itu cukup
kuat, pola aliran di dalam tangki itu dapat dikatakan tetap, bagaimanapun bentuk
rancangan impeller. Pada kecepatan impeller tinggi vorteks yang terbentuk mungkin
sedemikian dalamnya, sehingga mencapai impeller; dan gas dari atas permukaan zat
cair akan tersedot ke dalam zat cair itu. Makanya hal demikian tidaklah dikehendaki.
Aliran tingkat (circulatory flow) dan arus putar (swirling) dapat dicegah
dengan menggunakan salah satu dari tiga cara di bawah ini. Dalam tangki-tangki
kecil impeller dipasang di luar sumbu tangki (eksentrik). Porosnya digeser sedikit
dari garis pusat tangki, lalu dimiringkan dalam suatu bidang yang tegak lurus
terhadap pergeseran itu. Dalam tangki-tangki yang lebih besar, agitatornya dipasang
di sisi tangki, dengan porosnya pada bidang horisontal, tetapi membuat sudut dengan
jari-jari tangki.
Parameter yang mempengaruhi klasifikasi agitator :
1. Parameter Proses
- pH rendah
- Kelarutan zat terlarut
- Konduktivitas thermal fluida dan zat terlarut jika terjadi perpindahan
panas.
- Densitas Fluida.
- Ukuran partikel Solid
2. Parameter Mekanik
- Diameter impeller
- Letak agitator terhadap vessel
- Rotasi impeller per menit
- Bentuk impeller
- Volume vessel
- Bentuk vessel
BAB III
METODOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat
Waktu : Jumat, 17 Oktober 2003
Tempat : Labolatorium Operasi Teknik Kimia
Jurusan Teknik Kimia – Universitas Sriwijaya
III.2 Alat dan Bahan
1. Satu unit Fluid Mixing Apparatus yang dilengkapi dengan impeller berbeda
dengan baffle dan tanpa baffle
2. Pasir
3. Air
4. Garam
5. Ohmmeter
III.3 Prosedur Percobaan
1. Siapkan Fluid Mixing apparatus tanpa baffle sehingga dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
2. Masukkan air, pasir dan garam ke dalam fluid Mixing apparatus, kemudian
pasang impeller yang dikehendaki.
3. Sambungkan Fluid Mixing apparatus ke aliran listrik dan aturlah kecepatan
perputaran impeller sesuai petunjuk.
4. Amati dan gambarkan pola aliran yang terjadi setiap kenaikan kecepatan putaran
impeller.
5. Ukur konduktivitas air dengan ohmmeter setiap 2 menit dan ulangi sampai 6 kali.
6. Ulangi percobaan diatas untuk impeller yang berbeda dan Fluid Mixing Apparatus
dengan baffle.
BAB IV
ANALISA PERCOBAAN
IV.1 Hasil Pengamatan
1. untuk propeller
a. tanpa baffle
rpm 100 200 300 500 500
Ω (ohm) 2.4 3.2 4.6 4.8 5.6
T (menit) 2 4 6 8 10
b. dengan baffle
rpm 100 200 300 500 500
Ω (ohm) 2.8 3.6 4.8 5.2 5.8
T (menit) 2 4 6 8 10
2. Untuk turbin
a. tanpa baffle
rpm 100 200 300 500 500
Ω (ohm) 2.6 2.8 3.6 4.2 4.8
T (menit) 2 4 6 8 10
b. dengam baffle
rpm 100 200 300 500 500
Ω (ohm) 3.0 3.6 4.2 4.8 5.0
T (menit) 2 4 6 8 10
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percoban Fluid Mixing Apparatus ini, kita ingin mengetahui pola aliran
dari suatu fluida (dalam hal ini kita menggunakan larutan garam dalam air) bila
pengadukan dilakukan dengan menggunakan tipe impeller yang berbeda-beda.
Prinsip dari percobaan ini adalah dengan mencampurkan dua jenis atau lebih senyawa
yang berbeda dapat diperoleh campuran yang homogen.
Pada proses pencampuran tersebut kita mengunakan baffle dengan tujuan
untuk mengurangi pembentukan vorteks akibat dari perputaran impeller yang
berputar dengan kecepatan tinggi. Pembentukan vorteks ini dapat menghambat atau
mengurangi efisiensi dari pencampuran karena dengan adanya vorteks ini, maka
pertikel-partikel yang ada dalam larutan tidak dapat terdistribusi secara merata ke
seluruh sistem sehingga akan memperlambat proses atau laju homogenitas dari
pencampuran tersebut dan bisa jadi pencampuran tersebut tidak sempurna.
Pemakaian baffle dapat mengurangi pembentukan vorteks karena keempat sisi
baffle yang mempunyai ukuran yang seragam dapat menghambat pola aliran yang
bergejolak yang cenderung akan membentuk vorteks. Pada dasarnya, vorteks terjadi
karena adanya gaya sentripetal yang ditimbulkan oleh perputaran poros impeller pada
kecepatan tinggi yang cenderung mengarah ke pusat poros. Dengan adanya baffle
ini, maka gaya sentripetal yang ditimbulkan oleh aliran fluida tersebut dapat
dikurangi.
Perbedaan jenis bahan yang digunakan dalam pencampuran juga dapat
mempengaruhi kehomogenan yang baik. Semakin kecil viskositas fluida yng
dihandle maka semakin homogenlah proses pencampuran tersebut.
Dalam percobaan ini, kita menggunakan pasir sebagai parameter untuk
melihat pola aliran yang terjadi. Jumlah paasir yang digunakan akan berpengaruh
pada hasil pengamatan (secara kasat mata) terhadap bentuk dan pola aliran yang
sedang diaduk. Jika pasir yang digunakan terlalu sedikit, maka pola aliran yang
terbenntuk tidak terlihat secara jelas.
Penambahan garam pada air bertujuan untuk menentukan besarnya nilai
konduktivitas dari larutan hasil pencampuran setelah melalui proses pengadukan.
Besarnya konduktivitas ini dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui
efisiensi dari proses pencampuran. Efisiensi yang dimaksud adalah peningkatan nilai
konduktivitas dari larutan campuran.
Secara teoritis, semakin lama waktu yang digunakan maka nilai konduktivitas
akan semakin besar (naik). Berdasarkan nilai hasil pengamatan dapat dilihat bahwa
nilai konduktivitas yang terbesar adalah untuk impeller dengan tipe turbin dengan
baffel. Dari hasil pengamatan ini, dapat kita tarik kesimpulan bahwa impeller tipe
turbin mempunyai efisiensi terbaik. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah
kecilnya vorteks yang ditimbulkan. Sebagai tambahan , setiap jenis impeller yang
berbeda akan memberikan pola aliran yang berbeda pula. Tipe turbin memberikan
bentuk aliran yang menyebar ke arah dinding silinder kemudian bergerak ke dasar
silinder kemudian naik lagi ke arah impeller. Sedangkan tipe propeler aliran bergerak
secara aksial sehingga menabrak dasar silinder.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan ayng dilakukan dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Tujuan dari pencampuran adalah mencampurkan dua jenis zat yang berbeda agar
mempunyai homogenitas yang baik. Baiknya proses pencampuran yang
dilakukan dilihat dari dapat tidaknya dicapai pencampuran yang sempurna.
2. Ada beberapa jenis impeller yaitu antara lain jenis propeller dan turbin. Masing-
masing tipe impeller ini digunakan untuk jenis fluida yang berbeda-beda. Tipe
aliran yang ditimbulkan juaga berbeda-beda tergantung pada jenis impellernya.
3. Dalam proses pencampuran sebaiknya dihindari terbentuknya vorteks, karena
dapat mengurangi efisiensi dari proses pencampuran tersebut. Pemakaian jenis
impeller yang tepat untuk jenis fluida tertentu juga menentukan efisiensi dari
proses.
VI.2 Saran
Pada percobaan ini, sebaiknya digunakan lebih banyak tipe impeller sehingga
kita dapat mengamati berbagai perbedaan tipe aliran yang terjadi untuk masing-
masing impeller baik dengan menggunakan baffle maupun tanpa menggunakan
baffle.
DAFTAR PUSTAKA
1. Robert E. Treyball, 1987, “ Mass Transfer Operation, “ 3 rd edition, Mc. Graw
Hill Book Company, New York.
2. Welty, J.R., C.E. Wicks, R.E. Wilson, 1984, “Fundamental of Momentum, Heat,
and Mass Transfer “, 3rd edition, John Wiley & Sons Inc., New York
3. Perry, RH and Chiton, CH,1984, “ Chemical Engineering Hand Book, “ 7 th
edition, Mc. Graw Hill Kogakusha Ltd. Tokyo.
4. Warren L. Mc. Cabe, Julian c. Smith, dan Peter Harriot, 1993 “ Operasi Teknik
Kimia “, Penerbit Erlangga, Jakarta.