flap 45

17
Impaksi : impaksi gigi adalah gigi yg mengalami kesukaran/kegagalan bertumbuh normal pada lengkung rahang, yang disebabkan oleh posisi yang salah, kekurangan tempat atau dihalang-halangi oleh gigi lain, tertutup tulang yang tebal dan atau jaringan lunak disekitarnya Defenisi dan istilah lain : Impacted teeth : gigi yg tidak keluar karena terhalang oleh gigi sampingnya atau tulang Malposed : gigi erupsi tidak pada tempatnya Unerupted : gigi yg tidak erupsi pada waktunya Eruptiodificilis: gigi yg impaksi disertai dengan keradangan disekitarnya Impacteed teeth: retained teeth ; gigi yg terletak salah satu termasuk yg tidak erupsi, baik erupsi sebagian maupun total. Keluhan atau komplikasi yg dpt ditimbulkan oleh gigi impaksi, diantaranya : Infeksi dapat berupa : pericoronitis, abses alveolaris akut/kronik, osteitis supuratif kronis, Nekrosis dan osteomielitis Resorbsi patologis gigi tetangga Kista Tumor Rasa sakit Fraktur rahang Trismus Tonsilitis Nafas berbau Lidah berselaput Badan rasa tidak enak Tinnitus aurius Otitis Gangguan pada mata Frekuensi/ insiden gigi yang paling banyak mengalami impaksi : Geraham belakang nomor 3 (M3) atas menurut literatur (orang barat) Geraham belakang nomor 3 (M3) bawah (orang indonesia) Gigi taring atas (C) (wanita bag.kanan) Geraham depan pertama (P1) atas dan bawah Gigi taring (C) bawah Gigi seri pertama (I1) atas Gigi seri kedua (I2) atas Etiologi / Penyebab / Kausanya Secara umum, tulang maksilla dan mandibula terlalu kecil sehingga tempat untuk M3 sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Prediksi faktor lainnya :

Upload: randy

Post on 06-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

beda flap

TRANSCRIPT

Page 1: Flap 45

Impaksi : impaksi gigi adalah gigi yg mengalami kesukaran/kegagalan bertumbuh normal pada lengkung rahang, yang disebabkan oleh posisi yang salah, kekurangan tempat atau dihalang-halangi oleh gigi lain, tertutup tulang yang tebal dan atau jaringan lunak disekitarnya

Defenisi dan istilah lain :Impacted teeth : gigi yg tidak keluar karena terhalang oleh gigi sampingnya atau tulangMalposed : gigi erupsi tidak pada tempatnyaUnerupted : gigi yg tidak erupsi pada waktunyaEruptiodificilis: gigi yg impaksi disertai dengan keradangan disekitarnyaImpacteed teeth: retained teeth ; gigi yg terletak salah satu termasuk yg tidak erupsi, baik erupsi sebagian maupun total.

Keluhan atau komplikasi yg dpt ditimbulkan oleh gigi impaksi, diantaranya :

Infeksi dapat berupa : pericoronitis, abses alveolaris akut/kronik, osteitis supuratif kronis, Nekrosis dan

osteomielitis

Resorbsi patologis gigi tetangga

Kista

Tumor

Rasa sakit

Fraktur rahang

Trismus

Tonsilitis

Nafas berbau

Lidah berselaput

Badan rasa tidak enak

Tinnitus aurius

Otitis

Gangguan pada mata

Frekuensi/ insiden gigi yang paling banyak mengalami impaksi :

Geraham belakang nomor 3 (M3) atas menurut literatur (orang barat)

Geraham belakang nomor 3 (M3) bawah (orang indonesia)

Gigi taring atas (C) (wanita bag.kanan)

Geraham depan pertama (P1) atas dan bawah

Gigi taring (C) bawah

Gigi seri pertama (I1) atas

Gigi seri kedua (I2) atas

Etiologi / Penyebab / KausanyaSecara umum, tulang maksilla dan mandibula terlalu kecil sehingga tempat untuk M3 sangat kurang atau tidak ada sama sekali.

Prediksi faktor lainnya :

Gigi yang berjejal

Kepadatan tulang (compacta)

Radang kronis

Page 2: Flap 45

Prematur ekstraksi

Gigi sulung yang tanggalnya terlalu lama

Perubahan tulang akibat penyakit sistemik waktu anak-anak

Infeksi atau abses

Keturunan

Dan lain-lain

IMPAKSI

 

       I.            Definisi dan Etiologi Impaksi

 

Impaksi gigi adalah kegagalan gigi untuk erupsi secara sempurna pada posisinya akibat terhalang oleh gigi pada anteriornya maupun jaringan lunak atau padat di sekitarnya. (Peterson, 2003). Gigi yang sering mengalami impaksi gigi adalah gigi molar 3 rahang bawah, dan gigi kaninus rahang atas. Ada sejumlah faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya impaksi gigi. Faktor- faktor ini diklasifikasikan menjadi faktor lokal, faktor sistemik, dan kondisi abnormal lainnya.

1. Faktor lokal» Malposisi gigi lawan. » Densitas jaringan keras di sekitarnya. » Inflamasi Kronis yang meyebabkan fibrosis mukosa di sekitarnya. » Ruangan yang tidak cukup karena perkembangan rahang yang tidak sempurna atau karena retensi geligi sulung.. » Premature loss gigi sulung. » Nekrosis karena adanya infeksi. » Inflamasi pada tulang karena penyakit seperti parotitis.

 

1.  Faktor sistemik» Prenatal (keturunan, sifilis, malnutrisi)» post natal ( Rickets, anemia, endocrine dysfunction, penyakti pada rahang dan jaringan lunak di sekitarnya )

2. Kondisi Abnormal Lain» Cleidocranial dysostosis» Oxycephaly» Achondroplasia» Cleft

Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah

Page 3: Flap 45

BYChrist Bianto SW. drg.

    Definisi. Impaksi adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau terblokir, biasanya oleh

gigi didekatnya atau jaringan patologis. Impaksi diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonisnya sudah erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lain sudah erupsi (Pederson).

2.      Etiologi impaksiPenyebab dari gigi impaksi bisa disebabkan oleh faktor lokal dan faktor  sistemik. Faktor-

faktor tersebut meliputi:•      Gigi yang berdekatan crowded atau tidak cukup tempat pada lengkung rahang.•      Padatnya tulang diatas gigi impaksi.•      Tebalnya jaringan lunak yang meliputi gigi impaksi.•      Gigi sulung yang mengalami retensi dan ankylosis.•      Keadaan patologis seperti : gigi supernumerary, odontoma, kista.

       Impaksi dapat terjadi selain karena faktor lokal maupun sistemik yaitu:         Penyebab prenatal: Hereditas dan Miscegenation.         Penyebab postnatal: yaitu kondisi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak seperti

Ricketsia, Anemia, Congenital Syphilis, Tuberculosis, Disfungsi endokrin dan malnutrisi.         Kelainan genetika: Cleidocrainal distiosis, Oxycephaly, Progeria, Achondroplasia dan Cleft

palate.

3.      Kondisi akibat gigi impaksi.Gigi impaksi dapat menyebabkan gangguan pada daerah rongga mulut tertutama pada

daerah yang mengalami impaksi. Kondisi tersebut dapat berupa:      Infeksi : Pericoronitis, Alveolar abses akut/kronis, Osteitis suppurative kronis, Nekrosis,

Osteomyelitis.      Kecenderungan karies.      Rasa sakit.      Resorbsi gigi yang berdekatan.      Kista, tumor, fraktur.

4.      Klasifikasi impaksi M3 rahang bawah.secara garis besar gigi molar ketiga rahang bawah dapat dikelompokkan berdasarkan

kedalaman letaknya, posisinya terhadap gigi molar kedua, terhadap nervus alveolaris inferior, dan terhadap ramus ascendens. Pemahaman terhadap posisi molar ketiga impaksi sangat diperlukan karena posisi gigi molar ketiga impaksi dapat berkaitan erat dengan kesulitan tindakan odontektominya.

Page 4: Flap 45

Klasifikasi gigi molar ketiga impaksi rahang bawah telah diplublikasikan oleh Winter tahun 1926 dan Pell & Gregory tahun 1942 yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.1. Klasifikasi gigi molar ketiga menurut Winter (1926).         vertikal                                Horizontal                           Inverted                              Unusual                               Mesioangular         Distoangular         Buccoangular         Linguoangular

4.2. Klasifikasi gigi molar ketiga menurut Pell & Gregory (1933).- Berdasarkan ruang antara ramus dan sisi distal M2 :  3 klas

1.    Klas I  ruang cukup2.    Klas II  ruang kurang3.    Klas III  tdk ada ruang/M3 dalam ramus mandibula.

              - Berdasarkan relasi antara ramus mandibula dan molar kedua meliputi.1. Posisi A  bagian tertinggi dari gigi terletak lebih tinggi atau sejajar dengan garis oklusal gigi

M2.2. Posisi B  bagian tertinggi dari gigi terletak diantara garis oklusal dan garis servikal gigi M2.3. Posisi C  bagian tertinggi dari gigi terletak dibawah servikal line gigi M2.

Fig. 7.15 a, b. Classification of impacted mandibular third molars according to Pell and Gregory (1933): a. according tothe depth of impaction and proximity to the second molar; b their

position according to the distance  between thesecondmolar and the anterior border of the ramus of the mandible

4.3 Klasifikasi gigi molar ketiga menurut Archer ( gabungan antara Winter dengan Pell& Gregory).

                               5. Odontektomi.

•      Definisi Odontektomi menurut Archer (1975).Pengeluaran satu atau beberapa gigi secara bedah dengan cara membuka flap

mukoperiosteal, kemudian dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi dengan tatah atau bur.

•      Definisi Odontektomi menurut Pederson (1996).

Page 5: Flap 45

Tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang tidak dapat dilakukan dengan cara ekstraksi biasa atau dapat dilakukan pada gigi yang impaksi atau tertanam di bawah tulang atau mukosa.

6. Indikasi  dan kontra indikasi Odontektomi gigi impaksi.     Indikasi dilakukan tindakan odontektomi gigi impaksi yaitu: Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya infeksi  karena erupsi yang terlambat dan abnormal (Perikoronitis), dan mencegah berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis (Kista odontegenik dan Neoplasia).

 Usia periode emas (akar  1/3 atau 2/3) dan sebelum  mineralisasi tulag    (15 – 25 th).

Bila terdapat infeksi (fokus selulitis).

Bila terdapat kelainan Patologis (odontegenik).

Maloklusi.

Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit.

Gigi impaksi terlihat mendesak gigi molar kedua.

 Diperkirakan akan mengganggu perawatan orthodonsia dan pembuatan protesa. 

Akan mengganggu perawatan di bidang konservasi atau pembuatan mahkota gigi pada gigi molar kedua.

Terdapat keluhan neurologi, misalnya : cephalgia, migrain, pain lokal atau diteruskan (reffered).

Merupakan penyebab karies pada molar kedua karena retensi makanan.

Terdapat karies yang tidak dapat dilakukan perawatan.

Telah terjadi defek pada jaringan periodontal pada gigi molar kedua.

Karies distal molar kedua yang disebabkan oleh karies posisi gigi molar ketiga.

     Kontraindikasi odontektomi gigi impaksi yaitu: Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut.

Bila panjang akar belum mencapai sepertiga atau dua pertiga.

Bila tulang yang menutupi gigi yang tertanam terlalu banyak.

Bila tulang yang menutupinya sangat termineralisasi dan padat yaitu pada pasien yang berusia lebih dari 26 th atau usia lanjut.

         Compromised Medical Status. Yaitu apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu.

         Kemungkinan timbulnya kerusakan yang parah pada jaringan yang berdekatan.

7. Persiapan tindakan odontektomi.            Dalam mempersiapkan tindakan odontektomi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a.       Dilakukan pemeriksaan foto Ro berupa foto periapikal, foto bitewing, foto oklusal, foto panoramic dan foto lateral view of mandibula. Jenis foto yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan pada tindakan odontektomi. Dengan adanya foto Ro maka akan didapatkan informasi tentang :

         Bentuk gigi, jumlah, ukuran serta kurvatur akar.         Posisi akar atau mahkota dengan gigi sebelahnya atau struktur lainnya.         Klasifikasi impaksi.         Posisi bukal atau lingual gigi impaksi.

Page 6: Flap 45

         Hubungan akar gigi impaksi dengan struktur anatomis penting didekatnya.b.      Mengetahui dari klasifikasi gigi impaksi. Hal ini penting karena dengan mengetahui

klsifikasi maka operator dapat memperkirakan tingkat kesulitan yang akan dihadapi dalam tindakan odontektomi sehingga operator dapat mempersiapkan prosedur operasi dengan lebih baik.

c.       Desain flap. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat desain atau outlina flap adalah:         Suplai darah ke flap harus terpelihara. Dasar flap harus lebih panjang / lebar dari tepi

bebasnya, insisi sejajar dengan pembuluh darah untuk memberikan vaskularisasi         Flap harus cukup luas, sehingga lapangan operasi dapat terlihat dengan jelas..         Desain diusahakan menghindari saraf (n. mentalis) dan pembuluh darah yang berada didalam         Jika tulang diangkat, flap harus merupakan suatu flap yang tebal. Untuk flap mukoperiosteal,

periosteum diambil secara menyeluruh, tidak sobek , tidak lubang dan tidak terkoyak.         Jika dilakukan penutupan bone defect maka tepi flap harus didukung diatas dasar tulang.d.      Menentukan arah jalan keluar/pengambilan dengan trauma minimal yaitu :         Approach IO atau EO.         Searah dng arah erupsi.e.       Menentukan metode odontektomi yang dipilih dengan memperhatikan faktor intrinsik (gigi)

dan faktor extrinsik ( jaringan sekitar gigi). Ada 3 metode / cara yaitu:         Pengambilan tulang sekitar gigi yang cukup banyak.         Gigi impaksi dipotong-potong (tooth div. tech) = split = odontotomi.         Kombinasi cara keduanya.f.       Menentukan apakah memungkinkan pembedahan dilakukan dengan anestesi lokal atau

membutuhkan anestesi umum.8. Penatalaksanaan tindakan Odontektomi pada gigi impaksi M3 rahang bawah.

Langkah-langkah pembedahan dilakukan sebagai berikut:  Mempersiapkan instrumentarium steril untuk tindakan odontektomi.

 Pembedahan dilakukan dengan teknik asepsis. Sangat dianjurkan untuk memberikan antibiotika dan antiflogistik sehari sebelum dilakukan odontektomi.

 Selanjutnya dilakukan mandibular blok anestesi.

Dibuat garis insisi yang dimulai dari pertengahan bagian distal gig molar kedua ke arah posterior membelok ke lateral agar insisi tetap berada di atas tulang untuk menghindari trauma iris jaringan lunak, pembuluh darah di daerah lingual dan saraf lingualis. Insisi ke arah anterior dibuat tepat pada gingiva dan pada bagian distal gigi molar kedua turun ke arah kaudal dan kembali ke arah anterior sejajar garis oklusal untuk menghindari kerusakan pada gingival attachment gigi molar kedua. Insisi dengan menggunakan teknik ini mempunyai keuntungan, yaitu flap dapat dibuka dengan luas sesuai dengan kebutuhannnya, dengan cara memperpanjang garis insisi ke arah anterior.

Pengambilan tulang yang menutupi gigi impaksi dan pemotongan gigi dilakukan dengan menggunakan round bur putaran rendah dengan pendingin air garam fisiologis 0,09 % atau air steril. Dilakukan dengan cara memotong tulang lapis demi lapis sehingga bagian gigi yang tertutup tulang terlihat. Selanjutnya pembukaan tulang dapat diperluas denganmengambil tulang di sekeliling gigi impaksi dan berpedoman pada bentuk gigi yang impaksi. P ada tahapan ini pemakaian fissure bur sangat tidak dianjurkan untuk menghindari trauma pada jaringan yang lebih dalam.

Dalam melakukan pengambilan tulang yang meliputi gigi impaksi perlu dipertimbangkan beberapa hal:

         Pengambilan tulang harus cukup dan awal pengeboran dimulai dengan menyesuaikan letak gigi sesuai dengan jenis klasifikasi grgr impalsinya.

Page 7: Flap 45

         Tidak melakukan pengambilan tulang secara berlebihan karena akan menyebabkan trauma yang besar.

         Tidak dianjurkan untuk menggunakan bur putaran tinggi (high speed) dikarenakan akan sukar dalam mencapai akses yang jauh dan dalam serta tidak mungkin untuk dapat mencapai teknik asepsis.

7.      Pada semua kasus gigi molar ketiga impaksi dengan posisi miring, tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi tersebut sangat dianjurkan untuk melakukan pemotongan pada gigi yang impaksi (split technique) dikarenakan:

         Menghindari trauma pada gigi molar kedua dan trauma karena tekanan pada jatingan tulang sekitar pada saat gigi diungkit dan menghindari trauma pada kanalis mandibula.

         Menghindari terjadinya fraktur tulang mandibula akibat tekanan berlebihan         Memudahkan pengambilan gigi karena telah terbebas dari retensi j aringan sekitarnya

           9. Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah Metode Split Technique.

Adapun tahapan odontektomi dengan metode split technique adalah sebagai berikut Dilakukan disinfeksi jaringan di luar dan di dalam rongga mulut sebelum odontektomi, dapat digunakan obat kumur antiseptik selanjutnya dilakukan blok anestesi. 

 Dibuat insisi dengan memperhitungkan garis insisi tetap akan berada di atas tulang rahang setelah pengambilan jaringan tulang pasca odontektomi, dan selanjutnya dibuat flap.

Tulang yang menutup gigi diambil seminimal mungkin dengan perkiraan besar setengah dari besar gigi yang akan dikeluarkan.

Selanjutnya dilakukan pemotongan gigi yang biasanya dimulai dengan memotong pertengahan mahkota gigi molar ketiga impaksi ke arah bifurkasi atau melakukan pemotongan pada regio servikal untuk memisahkan bagian mahkota dan akar gigi. Selanjutnya dilakukan pemotongan menjadi bagian-bagian lebih kecil sesuai dengankebutuhan. Mahkota gigi dapat dipotong menjadi dua sampai empat bagian, demikian pula pada bagian akarnya, kemudian bagian-bagian tersebut dikeluarkan satu per satu.

Selanjutnya dilakukan kuretase untuk mengeluarkan kapsul gigi dan jaringan granulasi di sekitar mahkota gig1 dan dilanjutkan dengan melakukan irigasi dengan air steril ataularutan saline 0,09 % steril.

Pada saat melakukan pemotongan tulang dan gigi dengan menggunakan bur, tidakboleh dilakukan secara blind akan tetapi operator harus dapat melihat secara langsung daerah yang dilakukan pengeboran. Tindakan pengeboran secara blind akan dapat menyebabkan terjadinya trauma yang tidak diinginkan dijaringan sekitarnya.

Penjahitan dilakukan mulai dari ujung flap dibagian distal molar kedua dan dilanjutkan ke arah anterior kemudian ke arah posterior.

9.1. Odontektomi pada gigi molar ketiga impaksi vertikal.Untuk melakukan odontektomi pada gigi molar ketiga impaksi pada posisi vertikal

seringkali ditemui kesulitan. Hal ini disebabkan oleh karena beberapa hal berikut:  Lebar mesiodistal antara gigi molar kedua dan ramus ascendens yang sempit, sehinggaarah

gerakan pencabutan ke distal tidak memungkinkan.  Akar gigi yang bengkok menuju distal sehingga gigi hanya dapat dikeluarkan dengan arah

menuju ke distal, tetapi tidak terdapat ruang cukup.  Gigi impaksi hanya dapat dikeluarkan dengan arah pencabutan vertikal.

Page 8: Flap 45

  Pada kasus posisi gigi yang sulit, misalnya mahkota menghadap ke lingual atau bukal dengan ruang yang sempit.

Pada kasus-kasus yang demikian, penggunaan split technique akan memudahkan tindakan odontektomi.

Dalam gambaran skematis di bawah ini dapat dilihat secara garis besar step by steptindakan odontektomi pada kasus impaksi molar ketiga rahang bawah posisi vertikal, sebagaiberikut: Rencana garis insisi odontekomi gigi molar ketiga rahang bawah dengan tetap mempertahankan keutuhan attached gingiva gigi molar kedua dan gigi-gigi lainnya.

Tulang yang menutup gigi molar ketiga impaksi dibuka menggunakan round bur nomor 23.

Setelah gigi terlihat sampai dengan mahkota gigi di lingkar terbesar, gigi dipotong menjadi dua bagian, mesial dan distal.

Selanjutnya gigi dikeluarkan satu per satu, dengan mendahulukan bagian distal.

Flap dikembalikan dan dijahit sesuai dengan prioritas agar flap dapat kembali ke tempat semula.

Dalam melakukan pengeboran tulang di bagian bukal molar ketiga impaksi, tulang bukal di regio molar kedua harus dijaga keutuhannya, agar tidak terjadi trauma pada akar molar kedua.

           9.2. Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah posisi Mesioversi.

Gigi impaksi molar ketiga rahang bawah dengan posisi mesioversi dapat ditemukan dengan keadaan mahkota gigi terletak di bawah atau di atas servikal gigi molar kedua dan akar giginya dapat terletak jauh atau dekat dengan kanalis mandibula. Faktor lain adalah mahkota bagian distal tertutup oleh tulang mandibula yang  tebal. Pada keadaan mahkota gigi terletak dibawah servikal mahkota molar kedua dan akar gigi terletak dekat dengan kanalis

Page 9: Flap 45

mandibula, split technique sangat dianjurkan karena dapat mencegah terjadinya trauma pada gigi molar kedua dan kanalis mandibula.Tindakan odontektomi pada kasus gigi molar ketiga impaksi (A-C)

  Gigi molar ketiga impaksi posisi mesioversi.  Setelah dibuat flap, dilakukan pengambilan sebagian tulang yang menutup gigi impaksi

dilanjutkan dengan memotong gigi menjadi dua bagian, mesial dan distal.  Bagian distal gigi molar ketiga impaksi (nomor 1) dikeluarkan dengan bein. Akar mesial

dipotong menjadi dua bagian (nomor 2 dan 3) dan dikeluarkan berurutan menurut nomornya                                                                 

9.3 Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah Posisi Horizontal.Odontektomi pada gigi molar ketiga impaksi pada posisi horizontal sering kali

lebih sulit dibandingkan posisi mesioversi. Hal ini disebabkan karena semua bagian mahkota gigi tertanam di dalam tulang, sehingga akan ditemui kesulitan pada saat melakukan awal pemotongan gigi.Pemotongan gigi dimulai dengan:

  Memotong gigi untuk memisahkan mahkota dan akar gigi yang dimulai pada bagian distal servikal gigi molar kedua impaksi.

  Selanjutnya mahkota gigi dipotong menjadi dua bagian,  bukal dan lingual. Setelah mahkota gigi terpotong maka mahkota gigi dapat dikeluarkan. (No 1 &2)

  Berikutnya akar molar ketiga impaksi dipotong menjadi dua dan setelah bagian distal dan mesial terpisah, akar gigi dikeluarkan satu per satu yang dimulai pada akar distalnya.(No3&4).

10. Instruksi Pasca Odontektomi. Gigit tampon ± 30’-60’, tampon dapat diganti dengan tampon steril sampai beberapa kali. Tdk menghisap-hisap luka. Tdk diperkenankan kumur-2. Pada keadaan perdarahan ringan diperkenankan untuk menggigit tampon kembali. Fungsi kunyah dikurangi. Kompres es  EO (pada pipi) untuk 15’ setiap setengah jam sampai 4 jam setelah odontektomi, hal ini akan mengurangi perdarahan dan pembengkakan. Jaga kebersihan luka (pada hari ke-2 post.op.). Diperkenankan makan dengan diet lunak. Setelah makan mulut direndam dengan obat kumur antiseptik dan hanya boleh dipergunakan 24 jam pascaodontektomi.

Page 10: Flap 45

Menjaga kebersihan mulut dengan tetap menggosok gigi dan dihindari untuk berkumur keras, air hanya dialirkan ke dalam rongga mulut dan hanya dengan menggunakan air matang bukan air kran. Hindari makan dan minum panas. Tidak diperkenankan merokok. Kontrol sehari post. op.

11. Faktor-faktor penyulit pada saat odontektomi. Lengkung akar yang abnormal, bengkok, baik dalam arah mesial, distal atau berbentuk seperti kait Bentuk anatomi misalnya akar terpisah atau mengalami fusi.  Gigi ankylosis dan Hipersementosis Kedekatan gigi impaksi dengan kanalis mandibularis. Gigi yang terletak pada zona yang dalam. Ketebalan tulang yang ekstrim, khususnya pada pasien usia tua. Follicular space terisi dengan tulang,paling sering pada pasien diatas usia 25 tahun. Ankilosis antara gigi dan tulang yang mana memerlukan pengambilan keseluruhan tulang disekeliling mahkota gigi sebelum gigi tersebut dapat di luksasi, atau dipotong-potong menjadi beberapa bagian dengan bur.

Akses yang sulit ke daerah operasi oleh karena :  Orbicularis oris  yang kecil.  Ketidakmampuan pasien membuka mulut lebar.  Lidah yang besar dan tidak terkontrol gerakannya.  Penderita sensitif terhadap benda asing di dalam rongga mulut.  Usia penderita, semakin lanjut usia akan semakin sukar pembedahannya dan semakin beresiko

terjadi infeksi pascaoperasi (Coen, 2006).

12. Komplikasi Odontektomi pada saat Pembedahan.  Perdarahan  Tertekan / putusnya n.alv.inf.  Fraktura : akar, proc.alv.lingual, tulang rhg bagian lingual, mandibula terutama daerah angulus.  Trauma pd gigi terdekat  rusak, goyang, sampai tercabut.  Rusaknya tumpatan atau mahkota pada gigi molar kedua di samping molar ketiga yang

dilakukan odontektomi.  Masuknya gigi / sisa akar gigi ke dalam submand. Space, kanalis mandibularis atau spasia

regio lingual.  Alergi pada obat-obatan yang diberikan : antibiotika, analgetika maupun anaestesi lokal.  Syok anafilaktik.  Patahnya instrumen

13. komplikasi Pasca Bedah.•      Rasa sakit atau pernah mengalami rasa sakit di regio gigi molar ketiga impaksi.•      Pembengkakan.•      Perdarahan sekunder.•      Dry socket (alv. Osteitis).•      Infeksi pada jaringan lunak maupun tulang.•      Memar jaringan lunak ekstraoral dan dapat meluas sampai ke regio leher dan dada di regio

odontektomi atau bilateral.

Page 11: Flap 45

•      Facial abses.•      Trismus.•      Fraktur rahang.•      Emphysema.•      Parestesi.•      Aspirasi.•      Luka di daerah sudut bibir.

  Flap

Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur tulang atau gigi (Pedersen,

1996). Tipe flap menurut Fragiskos (2007) antara lain :

a. Trapezoid

-Dibentuk dengan membuat insisi horizontal sepanjang gingival dan dua insisi

melintang pada mukosa bukal

-Dasar flap yang lebih lebar sangat dibutuhkan untuk suplai darah yang baik dan

adekuat

-Flap tipe ini dibutuhkan untuk prosedur operatif yang luas

b.Triangular

-dibentuk dengan membuat insisi bentuk L dan insisi horizontal sepanjang gingival

-diindikasikan untuk pengambilan ujung akar, kista kecil dan apikoektomi   

c. Envelope

- Flap tipe ini adalah hasil perluasan insisi horizontal sepanjang garis servikal gigi

-Biasa digunakan untuk pembedahan gigi insisivus, premolar dan molar

d.Semilunar

-Insisi flap berbentuk kurva

-Memberikan fasilitas jalan masuk ke apical

-Melindungi terkoyaknya tepi gingival           

e.Pedikel

-Flap pedikel dibuat baik dibukal, lingual atau palatal

-Digunakan untuk migrasi atau transposisi untuk memperbaiki suatu cacat (contoh :

fistula oroantral atau nasoalveolar).

f.Flap insisi Y dan X

- Dibuat pada midline palatum

Page 12: Flap 45

C.    Suturing

Suturing adalah memasukkan benang ke dalam flap mukoperiosteal dengan tujuan

mereposisi jaringan lunak ke tempat semula sebelum dilakukan operasi (Wray dkk.,

2003). Tipe suturing utama yang digunakan dalam bedah mulut antara lain : 1)

interrupted, 2) continuous dan 3) mattress sutures (Fragiskos, 2007). 

1)Interrupted suture

-Merupakan tipe yang paling sederhana dan paling sering digunakan.

- Jarum masuk sejauh 2-3 mm dari tepi flap dan keluar dengan jarak yang sama dari

tepi yang berlawanan.                

2)Continuous suture

-Biasanya ditujukan untuk luka permukaan yang panjang (contoh : untuk reconturing

alveolar ridge RA dan RB.

-  Continuous suture terdiri dari dua macam, yaitu :

·         Continuous simple suture 

·         Continuous locking suture           

3)Mattress sutures suture

Terdiri dari dua tipe :

Horizontal mattres suture, yang terbagi menjadi dua lagi antara lain :

-Horizontal interrupted suture

- Horizontal continuous mattres suture

Vertical mattres suture

- Digunakan untuk insisi yang dalam.