fix.doc
TRANSCRIPT
LEGISLASI PRODUK PANGAN
EVALUASI PEWARNA MAKANAN YANG DI GUNAKAN PADA CAMILAN ANAK
YANG DIJUAL SWALAYAN
OLEH:
IKA NOVITA NUR HAFISHAH (13031029)
GALIH JATI PANGROSO (13031030)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk pangan yang sering dikonsumsi konsumen setiap harinya, yang
selama ini diandalkan sebagai sumber protein nabati namun ternyata masyarakat
sebagai konsumen tidak menyadari bahwa produk pangan tersebut mengandung
bahan berbahaya. Produk pangan yang dimaksud, banyak sekali terdapat pada
jajanan sekolah, jajanan pasar, makanan catering, bahkan di dalam toko–toko
swalayan yang sering kali kita anggap paling bersih dalam hal penyediaan bahan
makanan yang merupakan bentuk dari pasar modern pun tak luput dari ancaman
bahan tambahan berbahaya.
Menurut UU no 18 tahun 2012 pasal 1 Pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan,
peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Makanan ringan, cemilan, atau snack adalah istilah bagi makanan yang
bukan merupakan menu utama (makan pagi, makan siang atau makan malam).
Makanan yang dianggap makanan ringan adalah sesuatu yang dimaksudkan untuk
menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu, memberi sedikit pasokan
tenaga ke tubuh, atau sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya (deMan JM.
1997).
Warna dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah satu
ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan
kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan
kimia dalam makanan, seperti pencoklatan (deMan JM. 1997). Selain itu, beberapa
warna spesifik dari buah juga dikaitkan dengan kematangan. Warna juga
mempengaruhi persepsi akan rasa. Oleh karena itu, warna menimbulkan banyak
pengaruh terhadap konsumen dalam memilih suatu produk makanan dan minuman.
1
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian pewarna makanan
Undang-undang RI nomor 18 tahun 2012 tentang pangan pada bab I
menyebutkan, yang dimaksud dengan keamanan pangan adalah kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya
masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
Sistem pangan yang ada saat ini meliputi segala sesuatu yang berhubungan
dengan pengaturan, pembinaan, atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses
produksi makanan dan peredarannya sampai siap dikonsumsi manusia. Salah satu
aspek yang harus dipehatikan dalam hal ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan
terhadap bahan pangan, yang kemudian dikenal dengan bahan tambahan makanan
(Syah, 2005).
Bahan Tambahan Makanan
Undang-undang RI nomor 18 tahun 2012 tentang pangan pada bab VI
menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan merupakan bahan
yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan atau produk makanan.
Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah
senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran
tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau
penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa
dan teksur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan
ingredient utama. Codex mengatakan bahwa bahan tambahan pangan adalah
bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara
sengaja pada proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi
dan ada yang tidak (Saparinto, 2010).
Adapun fungsi bahan tambahan makanan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 235/Menkes/Per/VI/1979, yaitu sebagai
2
antioksidan, antikempal, pengasam, penetral dan pewarna alami dan sintetik serta
bahan tambahan lain.
Zat Pewarna
Menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/X/1988, zat pewarna adalah bahan
tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.
Zat pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat
memperbaiki penampakan makanan agar menarik, menyeragamkan dan
menstabilkan warna serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan
penyimpanan (Cahyadi, 2005).
Beberapa alasan utama penambahan zat pewarna pada makanan, yaitu (Syah, 2012)
:
1. Memperkuat warna penampilan warna dari suatu makanan agar konsumen lebih
tertarik.
2. Untuk menyeragamkan warna dalam produksi makanan dari setiap proses
pengolahan.
3. Untuk memberi warna yang menarik pada produk makanan, contohnya dalam
produk yang berbahan dasar gula, es krim dan minuman yang jika tidak diberi
warna tidak akan menarik.
Menurut SNI 2886: 2015 tentang makanan ringan syarat mutu meliputi
keadaan (bau, rasa, warna normal); kadar air maks. 4% b/b; kadar lemak (tanpa
proses penggorengan maks. 30% b/b; dengan proses penggorengan maks. 38% b/b;
kadar silikat maks. 0,1% b/b; bahan tambahan makanan (pemanis buatan :SNI 01-
0222-1995 dan permenkes 722/Menkes/Per/IX/1998, pewarna); Cemaran logam (Pb
maks 1,0 mg/kg, Cu maks. 10mg/kg, Zn maks 40 mg/kg; Hg maks.
Bahan Pewarna Makanan
Secara sistematis, bahan pewarna makanan dapat digolongkan dalam tiga
kelompok : bahan kondensat batubara (coal-tar), bahan tumbuhan dan bahan mineral.
a. Bahan Kondensat Batubara
3
Bahan pewarna ini didapat dari hasil kondensasi proses distalasi batubara.
hasil kondensat batubara ini umumnya terdiri dari bahan hidrokarbon, fenol, bahan
dasar lain (piridin) dan karbon bebas. bahan pewarna yang diperoleh dari bahan
batubara ini dapat termasuk yang larut dalam air (bersifat asam atau basa) atau dapat
larut dalam minyak. contoh warna kondensat batubara yang larut dalam air.
1. Merah : Ponceau 4R, Carmoisine, Fast Red E, Amarant, Erythrosine
BS
2. Kuning : Sunset Yellow FCF, Tatrazine
3. Biru : Indigo Carmine
b. Bahan Pewarna Tumbuhan
Bahan pewarna yang didapat dari akar, buah atau batang tanaman, termasuk
annato (warna kuning coklat yang diambil dari biji tanaman Bixa orrelana), caramel
(coklat), khlorofil (hijau), cochineal, saffaron, turmeric dan masih banyak lagi yang
lain.
2. Macam – Macam Zat Pewarna
Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna
yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan yaitu :
a. Pewarna Alami
Zat pewarna alami (pigmen) adalah zat warna yang secara alami tedapat
dalam tanaman maupun hewan. Zat warna alami dapat dikelompokkan sebagai warna
hijau, kuning dan merah. Penggunanan pewarna alami untuk makanan maupun
minuman tidak memberikan kerugian bagi kesehatan, seperti halnya zat warna
sintetik yang semakin banyak penggunaannya. Secara kuantitas, dibutuhkan zat
pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan
tingkat pewarnaan yang sama. Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang
tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan. Zat pewarna alami juga
menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila
dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat
digunakan sesering zat pewarna sintetis (Firdaus, 2010).
4
Berikut penjelasan untuk beberapa pewarna alami yang mudah dijumpai
yang dapat dijadikan sebagai pewarna makanan:
1. Karotenoid
Karotenoid dapat diperoleh dari buah bit, wortel dan pepaya. Menghasilkan
warna jingga sampai merah dan biasanya digunakan untuk mewarnai produk-
produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin.
2. Antosianin
Mencakup warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada
mahkota bunga dan buah-buahan. Misalnya bunga mawar, pacar air, kembang
sepatu, bunga tasbih/kana, krisan, pelargonium, aster cina, dan buah apel,chery,
anggur, strawberi, juga terdapat pada buah manggis dan umbi ubi jalar. Bunga
telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga belimbing sayur
menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya pigmen
antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk
minuman (sari buah, juice dan susu).
3. Kurkumin
Menghasilkan warna kuning yang diisolasi dari tumbuhan kunyit.
4. Klorofil
Mencakup warna hijau yang di peoleh dari tumbuhan yang berwarna
hijau. Misalnya daun suji dan daun pandan, daun katuk yang digunakan sebagai
penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain
menghasilkan warna hijau yang menarik, ketiganya memiliki wangi yang khas.
5. Biksin
Biksin memberikan warna kuning seperti mentega dan sering digunakan
untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung dan salad dressing. Biksin
diperoleh dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis.
6. Karamel
Karamel berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis
(pemecahan) karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel terdiri dari
3 jenis, yaitu :
a) karamel tahan asam. Sering digunakan untuk minuman berkarbonat.
5
b) karamel cair untuk roti dan biskuit
c) karamel kering.
Menurut PERMENKES No.33 tahun 2012 tentang BTP bahwa pewarna
alami (Natural Colour) adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi,
atau derivitas (sintesis parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral atau sumber alami lain
termasuk pewarna identik alami.
Tabel 1. Pewarna alami yang sering digunakan sebagai pewarna makanan
No Pewarna alami (Natural colour)
1 Kurkumin Cl. No. 75300
2 Riboflavin
Riboflavin (sintetik)
Riboflavin 5’-natrium fosfat
Riboflavin dari Bacillus subtilis
3 Karmin dari ekstrak cochineal Cl. No.75470
Karmin Cl. No 75470
Ekstrak cochineal No.75470
4 Klorofil Cl. No.75810
5 Klorofil dan klorofilin tembaga kompleks CI. No. 75810
6 Karamel I
7 Karamel III ammonia proses
8 Karamel IV ammonia sulfit proses
9 Karbon tanaman Cl.77266
10 Beta-karoten (sayuran) Cl. No. 75130
11 Ekstrak anato Cl. No.75120 (berbasis bixin)
12 Karotenoid
Beta-karoten (sintetik) CI. No. 40800
Beta-karoten dari Blakeslea trispora
Beta-apo-8’-karotenal CI. No. 40820
Etil ester dari beta-apo-8’asam karotenoat CI.No.4082513 Merah bit
14 Antosianin
6
15 Titanium dioksida CI. No. 77891
Sumber: PERMENKES No.33 tahun 2012 tentang BTP
Ringkasan tentang sifat-sifat umum dari berbagai pigmen/pewarna alami.
Bila dibandingkan dengan pewarna-pewarna sintetis penggunaan pewarna alami
mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain:
1. Seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan.
2. Konsentrasi pigmen rendah
3. Stabilitas pigmen rendah
4. Keseragaman warna kurang baik
5. Spektrumwarna tidak seluas seperti pada warna sintetis.
Tabel 2. Ringkasan sifat-sifat berbagai pigmen alamiah
Golongan
pigmen
Warna Sumber Larut
dalam
Kestabilan
Anthosianin Jingga, merah, biru
Tanaman Air Peka terhadap pH
dan panas
Flavonoid Tidak berwarna
Tanaman Air Agak tahan panas
Beta antosianin
Tidak berwarna
Tanaman Air Tahan panas
Tanin Tidak berwarna
Tanaman Air Tahan panas
Batalin Kuning, merah
Tanaman Air Peka terhadap
panas
Kuinon Kuning sampai hitam
Tanaman Air Tahan panas
Xanton Kuning Tanaman Air Tahan panas
Karotenoid Tidak berwarna kuning, merah
TanamanHewan
Lemak Tahan panas
Khlorofil Hijau, coklat Tanaman Air, lemak Peka terhadap
panas
7
Pigmen heme Merah, coklat Hewan Air Peka terhadap
panas
Sumber : Clyddale dan Francis (1976)
b. Pewarna Buatan (Sintetis)
Zat pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintetis kimia
buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia atau dari bahan yang mengandung
pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Kelebihan pewarna buatan adalah
dapat menghasilkan warna lebih kuat meskipun jumlah warna yang digunakan lebih
sedikit. Selain itu, setelah mengalami proses pemanasan warna yang dihasilkan dari
pewarna buatan akan tetap cerah (Cahyadi, 2005).
Pewarna sintetis merupakan sumber utama pewarna komersial untuk hampir
seluruh industri makanan utama. Karena sifat pewarna sintetis mendasari sifat
kelarutannya dalam air, maka sangatlah mutlak diperlukan untuk mewarnai makanan
yang mengandung air. Jika kelarutannya dalam air kurang sempurna, tentu saja
warna yang diinginkan tidak akan tercapai dengan baik dan menarik. Secara lebih
khusus lagi, pewarna sintetik masih dibagi menjadi dua macam yaitu Dyes dan
Lakes. Perbedaan keduanya berdasarkan bilangan-bilangan rumus kimianya, yaitu
kelompok azo, triarilmetana, quinolin dan lain–lain (Cahyadi, 2005).
Dyes adalah zat warna yang larut dalam air sehingga larutannya menjadi
berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Biasanya diperjual-belikan
dalam bentuk granula (butiran), cairan, campuran warna dan pasta. Dyes umumnya
digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, dan kue-
kue produk susu, pembungkus sosis dan lain-lain. Zat warna ini stabil untuk berbagai
macam penggunaan dalam bahan pangan. Dalam bentuk kering tidak
memperlihatkan adanya kerusakan .
Sedangkan Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari
penyerapan dye pada bahan dasar. Produk-produk makanan yang kadar airnya terlalu
rendah untuk dapat melarutkan dye biasanya menggunakan lakes, misalnya untuk
pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat. Dibandingkan dengan dyes,
8
maka lakes pada umumnya bersifat lebih stabil terhadap cahaya, kimia dan panas
sehinga harga lakes umumnya lebih mahal daripada harga dyes.
Tabel 3. Perbedaan antara lakes dan dyes
Sifat-sifat Lakes Dyes
Kelarutan Tidak larut dalam kebanyakan
pelarut
Larut dalam air,
propylene glycol,
gliserin
Metode pewarnaan Dengan disperse Dengan pelarutan
Kandungan dye Umumnya 10-40% Warna primer (90-
93%)
Pemakaian 0,1-0,3 % 0,01-0,03%
Ukuran partikel Rata-rata 5 mikron 12-200 mesh
Stabilitas: cahaya
panas
Lebih baik
Lebih baik
Baik
Baik
Kekuatan pewarna Tidak proporsional dengan
kadar dye
Proporsional dengan
kadar dye
Warna Bervariasi dengan kadar dye Konstan
Sumber : Clyddale dan Francis (1976)
Zat pewarna yang diizinkan penggunaanya dalam makanan dikenal sebagai
permitted color atau certified color. Untuk penggunaan zat warna tersebut harus
menjalani tes dan prosedur penggunaan yang disebut proses sertifikasi. Proses
sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media
terhadap zat warna tersebut (Yuliarti, 2013).
9
Tabel 4. Pewarna Sintetis
No Pewarna sintetis
1 Tartrazin CI. No. 19140 Tartrazine
2 Kuning kuinolin CI. No. 47005 Quinoline yellow
3 Kuning FCF CI. No. 15985 Sunset yellow FCF
4 Karmoisin CI. No. 14720 (carmoisine)
5 Ponceau 4R CI. No. 16255 (Ponceau 4R)
6 Eritrosin CI. No. 45430 (Erythrosine)
7 Merah allura CI. No. 16035 (Allura red)
8 Indigotin CI. No. 73015 (Indigotine)
9 Biru berlian FCF CI No. 42090 (Brilliant blue FCF)
10 Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF)
11 Coklat HT CI. No. 20285 (Brown HT)
Sumber: PERMENKES No.33 tahun 2012 tentang BTP
Tabel 5. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia
PewarnaNomor Indeks warna (C.I.No)
Batas Maksimum Penggunaan
Amaran Amaranth: CI Food 16185 Secukupnya Red 9 Biru berlian Brilliant Blue FCF : 42090 Secukupnya CI Erritrosin Food red 2 45430 Secukupnya Erthrosin : CI Hijau FCF Food red 14 Fast 42053 Secukupnya green FCF : CI Hijau S. Food green 3 44090 Secukupnya Green S : CI. Food Indigotin Green 4 73015 Secukupnya Indigotin : CI. Food Ponceau 4R Blue I 16255 Secukupnya Ponceau 4R: CI Kuning Food Red 7 74005 Secukupnya Kuinelin Quineline yellow CI. Food yellow 13 Secukupnya Kuning FCF Sunset yellow FCF 15980 CI. Food yellow 3 Secukupnya
10
Ribiflavina Riboflavina Tatrazine Tatrazine 19140 Secukupnya
Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
Tabel 6. Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia
Pewarna Nomor Indeks warna (C.I.No)Citrus red No. 2 (Red G) 12156Ponceau 3 R (Food Red No. 1) 16155Ponceau SX (Food Red No. 5) 14700Rhodamine B (Acid Green No. 3) 45170Guinea Green B (Basic Violet No. 14) 42085Magenta (Basic Orange no. 2) 42510Chrysoidine (Solveent Yellow No. 2) 11270Butter Yellow (Food yellow No.2) 11020Sudan I (food Yellow No. 14) 12055Methanil Yellow (Ext. D & C yellow No.1) 13065Auramine (Basic Yellow No. 2) 41000Oil Oranges SS (Solveent Oranges No. 7) 12100Oil Oranges XO (Solveent Oranges No. 5) 12140Oil Yellow AB (Solveent Oranges No. 6) 11380Oil Yellow OB 11390
Sumber : Peraturan Menkes RI, No. 722/Menkes/Per/IX/88
3. Dampak pewarna sintetis pada makanan terhadap kesehatan
Pemakaian bahan pewarna sintetis dalam makanan walaupun mempunyai dampak
positif bagi prodesn dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu maanan lebih
menarik, meratakan warna makanan dan mengembalikan warna dari bahan dasar
yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula menimbulkan hal-
hal yang tidak diinginkan dan bahkan memberikan dampa negative terhadap
kesehatan manusia.
Menurut Cahyadi (2005), beberapa hal yang mungkin memberikan dampak
negatif tersebut terjadi apabila:
1. Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang.
2. Bahan pewarna sintetis dimaan dalam jangka waktu yang lama.
11
3. Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda yaitu
tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu maanan sehari-hari
dan keadaan fisik.
4. Baerbagi lapisan masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna
sintetis secara berlebihan.
5. Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak
memenuhi persyaratan.
Sejumlah makanan yang kita konsumsi tidak mengandung zat berbahaya
menurut daftar zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/X/1988). Namun demikian,
penggunaan pewarna tersebut hendaknya dibatasi karena meskipun relatif aman,
penggunaannya dalam jumlah yang besar tetap dapat membahayakan kesehatan
konsumen. Beberapa bahan pewarna yang harus dibatasi penggunaannya adalah
amaranth, allura merah, citrus merah, karamel, eritrosin, indigotin, karbon hitam
dan kurkumin.
Amaranth dalam jumlah besar dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi pada
pernafasan dan dapat mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak. Allura merah dapat
memicu kanker limfa, sedangkan karamel dapat menimbulkan efek pada sistem
saraf dan dapat menyebabkan gangguan kekebalan. Penggunaan tartazin ataupun
sunset yellow yang berlebihan akan menyebabkan reaksi alergim khususnya bagi
orang yang sensitive pada asam benzoate selain akan mengakibatkan asam dapat
pula menyebabkan hiperaktif pada anak. Fast green FCF yang berlebihan akan
menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor, sedangkan sunset yellow dalam
jumlah yang besar dapat menyebabkan radang selaput lender pada hidung, sakit
pinggang, muntah-muntah dan gangguan pencernaan. Indigotin dalam jumlah yang
besar dapat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak. Pemakaian eritrosin akan
mengakibatkan reaksi alergi pada pernafasan, hiperaktif pada anak-anak dan efek
yang kurang baik pada otak dan perilaku sedangkan Ponceau SX dapat
mengakibatkan kaerusakan sistem urin kemudian dapat memicu timbulnya tumor
(Yuliarti, 2013).
12
C. Tujuan Survey
1. Untuk mengetahui jenis pewarna yang digunakan pada camilan anak.
2. Untuk mengetahui pewarna yang diizinkan dan pewarna yang tidak diizinkan
dalam makanan.
3. Untuk mengetahui dampak konsumsi pewarna sintetis pada makanan bagi
kesehatan.
13
BAB II
METODE SURVEY
1. Tempat Survey
Survei dilakukan pada 3 swalayan yang representatif di Kota Yogyakarta
yaitu Indogrosir, Giant, dan WS swalayan.
2. Subyek Survey
Subyek survey yang kami analisa berupa berbagai produk camilan anak
yang ada di swalayan daerah Yogyakarta.
3. Metode Survey
Metode pengambilan data dengan cara melakukan survey langsung ke
swalayan-swalayan yang telah disebutkan diatas. Selain itu metode yang tepat
digunakan dalam mengambilan data ini yaitu menggunakan metode sampling
random test, sampel dianggap homogen sehingga sampel tersebut sederhana.
Dikatakan sampel (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Survey
Tabel 7. Jenis pewarna pada camilan anak
No Nama ProdukPewarna yang digunakan
Alami Sintetis1 Choco Rillas Karamel (E-150C)
2 M&M Titanium dioksida Cl 77891 Kuning FCF Cl 5985Merah Alura Cl 16035Tartrazin Cl 19140Biru berlian Cl 4200
3 Oops crispy crackers rasa BBQ korea
Karmin Cl 73015 Kuning FCF Cl 5985Tartrazine Cl 19140Ponceau 4R 16255
4 Biskuat bolu Curcumin Cl 75300 Biru berlian Cl 420905 Gemez Enaak Ponceau 4R 16255
Coklat Cl 20285Tartrazine Cl 19140Kuning FCF Cl 15985
6 ChaCha
Tartrazin Cl 19140Merah Alura Cl 16035Kuning FCF Cl 15985Biru berlian Cl 42090
7 Tini wini biti Anato Cl 751208 Turbo Karamel II (E-150 C)9 Leo Snack Kentang Karamel
10 Iyes chili
Kuning FCF Cl 15985Merah Alura Cl 16035
11 Mayasi Hot
Sunset Yellow 6 lake Cl 15985Merah Alura Cl 16035
12 Mr. P Tartrazin Cl 19140Ponceau 4R 16255Kuning FCF Cl 15985Karmoisin Cl 14720
13 Garuda Snack Kedele
Tartrazin Cl 19140Ponceau 4R 16255
14 Chiki Balls Anato Cl 75120 Kuning FCF Cl 15985Tartrazin Cl 19140
15 Yupi gummi pizza Karamel E150cTitanium dioksida Cl 77891Ekstrak paprikaCurcumin Cl 75300
Merah Alura Cl 16035Kuning FCF Cl 15985
15
16 Fantos Kuning FCF Cl 1598517 Sukro kacang berbalut
kacang polongKlorofilin tembaga kompleks (E141)
18 Shrimp Crackers (Kerupuk udang hot & spicy)
Kurkumin Cl 75300
19 Oreo (Strawberry Creame)
Karmin Cl 75470
20 Nyam Nyam (buble puff fun pack)
Merah Alura Cl 16035
21 Bisvit Selimut Kuning FCF Cl 15985Tartrazin Cl 19140
22 Mayasi crispy crepes chocolat
Karamel III
23 Twistko Tartrazin Cl 19140Kuning FCF Cl 15985Biru berlian Cl 42090
24 Walens Blueberry Flavour Soes
Biru berlian Cl 42090Ponceau 4R 16255
25 DewberryPonceau 4R 16255Karmoisin Cl 14720
2. Pembahasan
Dari hasil survei dapat diketahui bahwa sebagian besar camilan anak yang di
perjualbelikan pada ketiga swalayan di Yogyakarta memakai pewarna makanan
buatan/sintetis yaitu sejumlah 13 camilan anak meliputi Gemez Enaak, ChaCha, Iyes
chili, Mayasi Hot, Mr. P, Garuda Snack Kedele, Fantos, Nyam Nyam (buble puff fun
pack), Bisvit Selimut, Twistko, Dewberry dan Walens Blueberry Flavour Soes.
Sedangkan yang memakai pewarna alami hanya berjumlah 7 camilan anak yang
meliputi Choco Rillas, Tini wini biti , Turbo, Leo Snack Kentang, Sukro kacang
berbalut kacang polong, Oreo (Strawberry Creame) dan Mayasi crispy crepes
chocolate. Sedangkan camilan anak yang menggunakan pewarna alami dan sintetis
dalam satu produk berjumlah 5 yaitu M& M, Oops crispy crackers rasa BBQ korea,
Chiki Balls, Biskuat bolu, Yupi gummi pizza. Pewarna alami yang digunakan pada 7
camilan anak adalah karamel, titanium dioksida Cl 77891, Karmin Cl 73015, Curcumin
Cl 75300, Anato Cl 75120, Klorofilin tembaga kompleks (E141), sedangkan pewarna
makanan sintetis yang paling banyak digunakan adalah tartrazin Cl 19140, kuning FCF
16
Cl 15985, biru berlian Cl 42090, ponceau 4R 16255, merah alura Cl 16035, Karmoisin
Cl 14720, dan Coklat Cl 20285.
Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 Pewarna
makanan sintetis yang berwarna kuning biasanya mengandung zat pewarna Tatrazine,
pewarna makanan sintetis yang berwarna merah biasanya mengandung zat pewarna
Erythrosine, dan untuk pewarna makanan sintetis yang berwarna hijau biasanya
mengandung zat pewarna Fast Green FCF.
Menurut peraturan yang dikeluarkan oleh Codex Alimentarius Commission
(CAC) Tahun 1999 tentang bahan tambahan makanan pewarna tartrazin Cl 19140, kuning
FCF maks 50 mg/kg, biru berlian maks 50 mg/kg, ponceau maks 40 mg/kg, merah alura
maks 300 mg/kg, Karmoisin maks 300 mg/kg, kurkumin maks 50 mg/kg, caramel maks
25.000 mg/kg, titanium dioksida 20.000 mg/kg, Karmin maks 300 mg/kg dan
Klorofilin tembaga kompleks maks 350 mg/kg.
Penambahan pewarna makanan pada pengolahan produk pangan terutama
camilan anak ini dimaksudkan untuk memberikan warna yang menarik pada produk
yang dihasilkan. Karena warna makanan sendiri memegang peranan utama dalam
penampilan makanan, karena meskipun makanan tersebut lezat, tetapi penampilannya
tidak menarik waktu disajikan, akan mengakibatkan selera orang yang akan
memakannya menjadi hilang (Moehyi,1992). Hal ini didukung oleh Sanjur (1982)
bahwa penampakan dari makanan dan minuman merupakan hal yang paling banyak
mempengaruhi preferensi dan kesukaan konsumen.
Penggunaan zat pewarna dalam makanan akan berdampak positif dan negatif.
Dampak positif yang bisa dirasakan oleh produsen dan konsumen diantaranya adalah
mengendalikan warna asli suatu produk makanan yang rusak atau pudar akibat proses
pengolahan, memperbaiki warna yang kurang menarik, memberi warna yang seragam
pada produk yang diolah pada waktu yang berlainan serta untuk menarik perhatian
konsumen. Akan tetapi penggunaan pewarna yang berlebihan akan memberikan dampak
negatif pada kesehatan manusia. Hal-hal yang mungkin memberikan dampak negatif
tersebut terjadi bila: (1) pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun
berulang, (2) bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jangka waktu yang lama, (3)
kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada
17
umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan fisik, (4)
berbagai masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintetis secara
berlebihan, (5) penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang
tidak memenuhi persyaratan (Noviana, 2005).
Sebaiknya penggunaan bahan pewarna sintetis adalah secukupnya atau dengan
kata lain tidak melebihi batas yang dianjurkan. Berdasarkan PERMENKES No.33 tahun
2012 tentang BTP batas menggunaan "secukupnya" adalah penggunaan yang sesuai
dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang ditambahkan pada
makanan tidak melebihi jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan
penggunaan bahan tambahan makanan tersebut.
Tabel 8. Perbedaan antara zat warna sintetik dan alami
Pembeda Zat pewarna sintetis Zat pewarna alami
Warna yang dihasilkan Lebih cerah dan lebih
homogeny
Lebih pudar dan tidak
homogen
Variasi warna Banyak Sedikit
Harga Lebih murah Lebih mahal
Ketersediaan Tidak terbatas Terbatas
Kestabilan Stabil Kurang stabil
Sumber : Lee, 2005 dalam Asmara 2010
18
BAB IV
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa camilan anak pada swalayan di
Yogyakarta dari 24 sampel yang di survey 13 camilan anak menggunakan pewarna
makanan buatan/sintetik, untuk 7camilan anak yang lain menggunakan pewarna alami
dan ada yang menggunakan pewarna alami yang dicampur dengan pewarna buatan 5
camilan anak. Pewarna sintetik yang paling banyak digunakan adalah tartrazin, kuning
FCF, biru berlian, ponceau 4R, merah alura, karmoisin, dan coklat.
Tujuan penambahan pewarna makanan pada pengolahan produk pangan terutama
camilan anak pada swalayan adalah untuk memberikan warna yang menarik pada
produk yang dihasilkan. Karena warna makanan sendiri memegang peranan utama
dalam penampilan makanan, dan penampakan dari makanan merupakan hal yang paling
banyak mempengaruhi preferensi dan kesukaan konsumen. Akan tetapi penambahan
pewarna makanan sintetis yang berlebihan akan memberikan dampak negatif bagi
manusia yaitu dapat menyebabkan toksik sehingga dapat mengganggu kesehatan
manusia. Jadi sebaikknya penggunaan bahan pewarna makanan jangan melebihi batas
yang dianjurkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W. 2005.Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:
cetakan I. Bumi Aksara
deMan JM.1997. Kimia Makanan Edisi Kedua. Pernerjemah: Prof . Dr. Kosasih
Padmawinata. Bandung: ITB.
Depkes RI, 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan.
20September 1988. Jakarta.
Fennema OR. 1996. Food Chemistry. Volume ke-3. New York: Marcel Dekker, Inc.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 235/Menkes/Per/VI/1979
Firdaus, A dan Winarti Sri. 2010. Stabilitas Warna Merah Ekstrak Bunga Rosela untuk
Pewarna Makanan dan Minuman dalam Jurnal Teknologi Pertanian (Vol. 11,
No.2 Agustus 2010) hlm 78
Furia, E. T. 1980. Handbook of Food Additives Volume 1-2. CRC Press: BocaRaton
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta. Bharata
Noviana. 2005. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Zat Pewarna Merah Pada Saus
Tomat Dan Saus Cabe Yang Dipasarkan Di Pasar Lambaro Kabupaten Aceh
Besar Tahun 2005. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
PERMENKES No.33 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan Sanjur, D. 1982.
Social and Cultural Perspectives in Nutrition. New Jersey: Engelwood cliffs,
Prentice Hall Inc
Saparinto, C dan Hidayati, D. 2010. Bahan tambahan Pangan. Yogyakarta : Kanisius.
SNI 2886:2015 tentang Syarat mutu makanan ringan
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis Pusat Bahasa Depdiknas. Bandung
Syah et al. 2012. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan
Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
UU no 18 tahun 2012 pasal 1 Pangan
Yuliarti, Nurheti. 2013. Awas! Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta : Andi.
20
LAMPIRAN
CHOCORILLAS
M & M
OOPS
21
BISKUAT BOLU
GEMEZ ENAAK
CHACHA
TINI WINI BITI
22
TURBO
LEO SNACK KENTANG
IYES CHILI
23
MAYASI HOT
MR. P
GARUDA SNACK KEDELAI
24
CHIKI BALLS
YUPI
FANTOS
SUKRO
25
SHRIMP CRACKERS
OREO STRAWBERRY
NYAM-MYAM
26
BISVIT SELIMUT
MAYASI CRISPY CREPES CHOCOLATE
TWISTKO
WALENS BLUEBERRY FLAFOUR SOES
27
DEWBERRY
28