mastitis fix.doc
DESCRIPTION
mastitisTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara berkembang, khususnya didaerah yang penduduknya
berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai
perawatan dan pemberian makanan bayi khususnya mengenai manfaat air susu
ibu (ASI) sangat kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan dan
pemberian makanan bayi diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk
menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan petugas kesehatan
untuk memberikan pengarahan yang tepat. Pada masa menyusui, ibu sering
mengalami problema (mendapat kesulitan) dalam hal menyusui bayinya. Jika
problema ini tidak dapat diatasi, jelas akan mengganggu kesinambungan
pelaksanaan pemberian ASI. Untuk mendapatkan ASI yang memadai untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi, kerjasama antara ibu (keluarga) dengan
petugaskesehatan mutlak diperlukan. Kerjasama ini harus dimulai pada
kehamilan trimester pertama.
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun
bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara
ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas
menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-hal
yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalah-masalah yang
sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana
mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui gangguan apa saja pada ibu menyusui
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab dari gangguan payudara
c. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala dari mastitis
d. Mahasiswa dapat menyebutkan penatalaksanaan dari mastitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di
bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram,
saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga
bagian utama, yaitu :
a) Korpus (badan), yaitu bagian
yang membesar.
Alveolus , yaitu unit
terkecil yang memproduksi
susu. Bagian dari alveolus
adalah sel Aciner,
jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus , yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus , yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-
20 lobus pada tiap payudara.
ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b) Areola , yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
Sinus laktiferus, yaitu saluran dibawah areola yang besar
melebar, akhirnya memusat ke dalam putting dan bermuara ke luar.
Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.
c) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol
di puncak payudara. Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk
yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).
Gambar 1. Bentuk puting susu normal
Gambar 2. Bentuk puting susu pendek
Gambar 3. Bentuk puting susu panjang
Gambar 4. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik
2.2 Gangguan Payudara pada Ibu Laktasi
2.2.1 Puting Nyeri/Lecet
Kebanyakan puting nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam
teknik menyusui, yaitu bayi tidak mengisap puting sampai ke areola
payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting, bayi akan mendapat ASI
sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal ini
dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada puting ibu.
Puting lecet dapat juga disebabkan oleh monoliasis pada mulut bayi
yang menular pada puting susu ibu; pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat
iritan lainnya untuk mencuci puting susu. Keadaan ini juga dapat terjadi pada
bayi dengan tali lidah (freenulum linguae) yang pendek, sehingga
menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola payudara dan isapan hanya
pada putingnya. Rasa nyeri ini juga dapat timbul apabila ibu menghentikan
proses menyusu dengan kurang hati-hati.
Penalalaksanaan
a. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal atau
yang lecetnya lebih sedikit.
b. Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, posisi menyusui harus
sering diubah. Dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui pada puting yang nyeri. Di samping itu, ibu harus yakin
bahwa teknik menyusui bayi telah benar, yaitu bayi harus menyusui
sampai areola payudara.
c. Setiap selesai menyusui, sisa ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi
diangin-anginkan sebentar agar kering dengan sendirinya. Sisa ASI
berfungsi sebagai anti-infeksi. Hindari menggunakan sabun, alkohol,
atau zat iritan lain untuk membersihkan puting susu. Puting susu dapat
diolesi minyak Lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak
terlebih dahulu. Ibu harus menyusui bayi lebih sering (8-12 kali dalam
24 jam), sehingga payudara tidak menjadi penuh dan bayi tidak perlu
menyusui secara “rakus” karena terlalu lapar.
d. Periksa apakah bayi menderita moniliasis yang dapat menyebabkan
lecet pada puting susu ibu. Bila ditemukan gejala moniliasis, segera
berikan pengobatan (nistatin).
Pencegahan
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim, atau zat-zat
iritan lain.
b. Sebaiknya biarkan bayi melepaskan sendiri puting susu dari isapannya
bukan memaksanya dengan menarik puting. Hal ini dapat dilakukan
dengan merangsang bayi, yaitu dengan menekan dagunya atau
memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulutnya.
c. Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke areola
payudara dan menggunakan kedua payudara.
2.2.2 Payudara Bengkak
Pembengkakan (engorgement) payudara terjadi karena ASI tidak
diisap oleh bayi secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem
duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak
ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan.
Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya
tekanan intraduktal, yang memengaruhi berbagai segmen pada pdayudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara sering
terasa penuh, tegang, dan nyeri. Selanjutnya, diikuti penurunan produksi
ASI dan penurunan refleks let down. Bra/kutang yang ketat juga dapat
menyebabkan engorgement segmental, demikian pula puting yang tidak
bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
gejala
pembengkakan ini adalah
payudara yang mengalami
pembengkakan.
Pembengkakan ini ditandai
dengan bentuk areola
payudara lebih menonjol dan puting yang lebih mendatar, sehingga
membuat payudara sukar diisap oleh bayi. Bila keadaan sudah demikian,
kulit pada payudara tampak lebih mengkilat, ibu mengalami demam, dan
payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI
harus diperas dengan tangan/pompa terlebih dahulu agar payudara lebih
lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusui
.
Penatalaksanaan
Secara singkat, penatalaksanaan payudara bengkak sebagai berikut:
a. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui
b. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh vena dan rasa
nyeri. Dapat dilakukan secara bergantian dengan kompres panas untuk
melancarkan aliran darah payudara.
c. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak
untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
Pencegahan
a. Bila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir
b. Susukan bayi tanpa dijadwal
c. Keluarkan ASI secara manual atau dengan pompa, bila produksi ASI
melebihi kebutuhan bayi
d. Lakukan perawatan payudara pascanatal secara teratur
2.2.3 Saluran Susu Tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan
ketika terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus.
Penyebabnya meliputi tekanan jari ibu pada waktu menyusui, pemakaian
bra/BH yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara bengkak, yaitu susu
yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan.
Gejala gangguan ini lebih terlihat pada ibu yang kurus yang terlihat
benjolan yang jelas dan lunak pada perabaan. Payudara pada daerah yang
mengalami penyumbatan terasa bengkak yang terlokalisasi.
Penatalaksanaan
a. Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat untuk menghindari
terjadinya radang pada payudara (mastitis).
b. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak dapat dilakukan masase
dan kompres panas-dingin secara bergantian.
c. Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan
ASI secara manual atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui.
d. Ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
Pencegahan
a. Perawatan payudara pascanatal secara teratur untuk menghindari
terjadinya statis aliran ASI.
b. Posisi menyusui yang diubah-ubah.
c. Menggunakan bra/BH yang menyangga dan membuka bra tersebut ketika
terlalu menekan payudara.
2.2.4 Abses Payudara
Harus dibedakan antara abses dan mastitis. Abses payudara
merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan oleh
meluasnya peradangan pada payudara tersebut. Gejalanya adalah ibu
tampak sakit lebih parah, payudara lebih merah mengilat, benjolan lebih
lunak karena berisi nanah. Abses bernanah perlu diinsisi untuk
mengeluarkan nanah tersebut. Pada abses payudara, perlu diberi antibiotik
dosis tinggi dan analgesik. Sementara itu, susui bayi tanpa dijadwal hanya
pada payudara yang sehat dan ASI dari payudara yang sakit diperas (tidak
disusukan). Setelah sembuh, bayi dapat menyusu kembali.
2.2.5 Mastitis
a) definisi
Mastitis adalah radang pada payudara. Penyebabnya adalah
payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat yang akhirnya terjadi
mastitis. Puting lecet memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak. Bra/BH yang terlalu ketat mengakibatkan engorgement
segmental. Bila tidak disusu dengan adekuat, dapat terjadi mastitis. Ibu
yang dietnya buruk, kurang istirahat, atau anemia akan mudah terkena
infeksi.
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai
infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus
aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah.
Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada
puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang
keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.
b) Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan tempatnya serta
berdasarkan penyebab dan kondisinya.
- Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di
tempat itu
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
- Sedangkan pembagian mastitis menurut kondisinya dibagi pula
menjadi 3, yaitu :
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia
menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui.
Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia,
yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada
saluran di payudara.
2. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau
menyusui. Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang
menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui
kontak langsung.
3. Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya
bisa dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga
sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra
intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan
pengangkatan payudara/mastektomi.
c) Penyebab
Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab
ialah putting susu yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum
menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan
pada pembiakan pus ialah stafilokokus aureus. Mastitis terjadi akibat
invasi jaringan payudara ( misalnya : glandular, jaringan ikat, areolar,
lemak ) oleh organisme infeksius atau adanya cidera payudara. Organisme
yang umum termasuk S. aureus, streptococci, dan H. parainfluenzae.
Cidera payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang
kasar, pembesaran payudara, statis air susu ibu dalam duktus, atau
pecahnya atau fisura putting susu. Bakteri dapat bersal dari beberapa
sumber :
1. Tangan ibu
2. Tangan orang yang merawat ibu atau bayi
3. Bayi
4. Duktus laktiferus
5. Darah sirkulasi
Stress dan keletihan dikaitkan dengan mastitis. Hal ini masuk akal
karena stress dan keletihan dapat menyebabkan kecerobohan dalam teknik
penanganan, terutama saat mencuci tangan, atau melewatkan waktu
menyusui, atau mengubah frekuensi menyusui yang dapat menyebabkan
pembesaran dan stasis. Infeksi jamur pada payudara juga dapat terjadi jika
bayi mengalami sariawan, atau jika ibu mengalami infeksi jamur vagina
persisten. Jika putting susu cidera, atau jika ibu menggunakan antibiotic
yang mempengaruhi flora normal kulit, jamur payudara cenderung terjadi.
Infeksi ini dapat diidentifikasi dengan awitan akut nyeri tajam, menusuk
pada putting susu jika bayi menyusui.
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI
biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau
menyebabkan infeksi.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari
payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah
melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan
bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif,
pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI,
suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar
dua/lebih.
2. Infeksi
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses
payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-
kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi
demam tifoid.
d) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari
pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Paritas, Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan
akibat teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis,
walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.
5. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor
predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A
dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
6. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme
pertahanan dalam payudara.
7. Stres dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan
ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan
keadaan ini atau tidak.
8. Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang
panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9. Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak
jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan
mastitis.
e) Patofisiologi
Stasis ASI–>peningkatan tekanan duktus–>jika ASI tidak segera
dikeluarkan–>peningkatan tegangan alveoli yang berlebihan–>sel epitel
yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan–>permeabilitas
jaringan ikat meningkatàbeberapa komponen(terutama protein dan
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan
jaringan sekitar sel–>memicu rrespon imun–>respon inflmasi dan
kerusakan jaringan yang mempermudah terjadinya infeksi
(Staohylococcus aureus dan Sterptococcus) –> dari port d’ entry yaitu:
duktus laktiferus ke lobus sekresi dan putting yang retak ke kelenjar limfe
sekitar duktus/ periduktal dan secara hematogen.
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam
duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan
maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel
epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga
permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama
protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI
dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun.
Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan
memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus
laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe
sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen pembuluh
darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus,
Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis
tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil.
Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai
1%.
f) Gejala Mastitis
- Nyeri payudara dan tegang atau bengkak
- Kemerahan dengan batas jelas
- Biasanya hanya satu payudara
- Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan
1. Gejala mastitis infeksiosa
- Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga
yang di sertai takikardia
- Demam suhu > 38,5 derajat celcius
- Ada luka pada puting payudara
- Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
- Terasa keras dan tegang
- Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan
yang berbatas tegas
- Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau
menyusu karena ASI yang tersa asin
2. Gejala mastitis non infeksiosa
- Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut
- Bercak kecil keras yang nyeri tekan
- Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja.
Gejala abses ini adalah nyeri bertambah hebat di payudara, kulit
diatas abses mengkilat dan suhu meningkat tinggi (390-400C). dan bayi
dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara yang sakit, seolah-
olah dia tahu bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah.
Selain pembesaran berat, precursor tanda dan gejala mastitis biasanya
tidak ada sebelum akhir minggu pertama pasca partum. Setelah masa itu,
wanita mungkin mengalami gejala-gejala berikut :
1. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi
menyusu.
2. Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keputihan.
Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala
actual mastitis meliputi :
- Peningkatan suhu yang cepat dari 39,5 – 40
- Peningkatan kecepatan nadi.
- Menggigil
- Malaise umum, sakit kepala
- Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras.
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10 % resiko
terbentuknya abses. Tanda dan gejala abses meliputi :
1. Discharge putting susu purulenta
2. Demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil.
3. Pembengkakan payudara dan sangat nyeri; massa besar dank eras
dengan area kuliut berwarna berfluktuasi kemerahan dan kebiruan
mengindikasikan lokaso abses berisi pus.
g) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang
diagnosis tidak selalu diperlukan. World Health Organization (WHO)
menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa
keadaan yaitu bila:
pengobatan dengan antibiotik tidak — memperlihatkan respons yang
baik dalam 2 hari
terjadi mastitis berulang
mastitis terjadi di rumah sakit
penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan
tangan yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril.
Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan
tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang
terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur.
Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul
berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas
bakteri.
h) Penatalaksanaan
Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha
penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan
puting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk
menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu yang
memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebas dari
infeksi stapilococus. Bila ada kerak atau luka pada puting sebaiknya bayi
jangan menyusu pada mamae yang bersangkutan sampai luka itu sembuh.
Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.
1. Mastitis
a. Berikan antibiotika :
- Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
- Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
b. Bantulah agar Ibu :
- Tetap meneteki
- Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari sebelum
meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri
c. Berikan paracetamol 500 mg per oral
d. Evaluasi 3 hari
Asuhan Keperawatan
Pada Pasien dengan Mastitis
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data,
sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
a. Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan
landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi
yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan
keperawatan.
b. Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain
dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
Data yang disimpulkan meliputi :
Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain :
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak, nyeri.
Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama .
Pengkajian fisik meliputi :
i. Keadaan umum
ii. Tingkah laku
iii. BB dan TB
iv. Pengkajian head to toe
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit
meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan
kreatinin.
2. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin
meningkat.
3. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma
mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi,
diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan
pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji
riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi,
sebelum dan sesudah masuk RS.
Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan
sesudah sakit.
Personal hygiene
1. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
2. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
3. Dikaji sebelum dan pada saat di RS
Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien
berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa
rendah diri, mekanisme koping yang negatif.
Status sosial
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi
dengan masyarakat lain.
Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
Klasifikasi Data
1. Data pengkajian
1) Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga,
mencakup hal-hal sebagai berikut : klien mengatakan nyeri
pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun,
kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien
cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
2) Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian
fisik atau penunjang meliputi : asimetris payudara kiri dan
kanan, nyeri tekan pada payudara, hasil pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik.
Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan
pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang
sama dengan masalah yang didapat pada klien.
2. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses
infeksi : mastitis.
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari
pencatatan perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan
klien yang telah diketahui.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses
infeksi : mastitis.
- Tujuan :
1. Nyeri berkurang/hilang.
2. Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman.
3. Ibu dapat beraktifitas dengan normal
- Intervensi :
1. Ajarkan teknik relasksasi.
2. Kompres hangat pada area nyeri.
3. Kolaborasi pemberian obat analgetik.
- Rasional :
1. Teknik relaksasi akan sangat membantu mengurangi
rasa nyeri.
2. Kompres hangat akan membantu melancarkan
peredaran darah pada area nyeri.
3. Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi rasa
nyeri.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan
- Tujuan :
1. Intake nutrisi adekuat.
2. Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama
masa menyusui
- Intervensi :
1. Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi
kecil tapi sering.
2. Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa
menyusui.
3. Jika perlu berikan tambahan multi vitamin.
- Rasional :
1. Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan
banyak kesempatan bagi pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
2. Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan
mendorong pasien untuk lebih memperhatikan
pemenuhan kebutuhan nutrisinya.
3. Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan
4. Penatalaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan :
melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada
tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif
terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,
memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia
perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan
data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam
tahap proses keperawatan berikutnya.
5. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap
pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan
keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi
kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 %
wanita yang menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah
melahirkan terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada
puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis
ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang
membengkak, demam, menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak
nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Penyebab
adalah infeksi Stapilococus aureus.
Mastitis ditangani dengan antibiotika. Infeksi payudara atau
mastitis perlu diperhatian oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini
biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah melahirkan yang disebabkan
adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara. Kelelahan, stres, dan
pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dan dari
payudara yang sedang nyeri, jika tidak segera diobati bisa terjadi abses.
Daftar Pustaka
Bahiyatun,S.pd,S,Si.T.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas
Normal.Jakarta:EGC
http://Emirzanurwicaksono.blog.unisula.ac.id/2013/04/09/mastitis-infeksi-
payudara
Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya
Medika : Jakarta
Doenges M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta.
Sjamsuhidajat R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. EGC : Jakarta
Tapan. 2005. Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplement. Elex Media
Komputindo : Jakarta