fix bimbingan prof gangguan retina dan lensa 2
DESCRIPTION
jkio;ncmsl,z;TRANSCRIPT
KEPANITERAAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT MATA “Dr. YAP” YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
BIMBINGAN
Tempat : Ruang 06
Dokter Pembimbing : Prof. dr. Wasisdi, Sp.M
Materi : Gangguan retina dan lensa
Materi
Retinopati hipertensi
Perbandingan arteri dan vena yang pada pasien normal dalam pemeriksaan ophtalmoskop
adalah 2:3. Jika didapati perbandingan arteri dan vena 1:3 maka kemungkinan terjadi
sclerosis vascular atau hipertensi. Temuan lain yang didapati pada pasien retinopati hipertensi
adalah penekanan vena oleh arteri pada lokasi crossing.
Retinopati diabetikum
Retinopati diabetikum ditandai oleh adanya eksudat putih pada retina, mikroaneurisma,
terdapat pigmen yang tersebar pada fundus, dan ditemukannya neovaskularisasi.
Ablasio retina
Ablasio retina terbagi berdasarkan ada tidaknya robekan. Ablasio retina yang disertai adanya
robekan adalah rhegmatogenous retinal detachment, sedangkan yang tidak disertai robekan
yaitu exudative retinal detachment.
Katarak
Lensa yang baik bersifat jernih dan elastis. Gangguan elastisitas lensa, menyebabkan
penurunan akomodasi lensa yang disebut katarak. Pada awalnya, operasi katarak adalah
EKEK (ekstraksi katarak ekstra kapsular), tetapi kapsul posterior dan sisa jaringan korteks
menyebabkan terjadinya katarak sekunder. Perkembangan selanjutnya, operasi EKIK
(ekstraksi katarak intra kapsular). Operasi EKIK dilakukan menunggu katarak matur dan
zonula rapuh. Visus yang dicapai pasca operasi adalah 1/60. Resiko dari tindakan ini yaitu
prolaps vitreous. Untuk mecapai visus yang lebih baik digunakan kacamata afakia dengan
koreksi +10 Dioptri untuk melihat jauh dan +3 Dioptri untuk membaca dekat. Kekurangan
dari kacamata afakia adalah adanya efek prisma, di mana pasien kurang nyaman karena
pandangan yang dihasilkan berbeda setiap lirikan. Kemudian digunakanlah kontak lensa
untuk mengoreksi visus pasca EKIK. Hingga akhirnya ditemukan intraocular lense atau lensa
implant, di mana operasi dilakukan seperti EKEK, meninggalkan kapsul posterior untuk
menempatkan IOL. Jahitan awalnya dengan menggunakan benang absorbent vicril, tetapi
menimbulkan reaksi inflamasi pasca operasi, kemudian digantilah dengan memakai bengan
non absorbent prolin atau nilon untuk mempertahankan kondisi mata tenang. Sebelum
dilakukan pemasangan IOL, dilakukan pemeriksaan pre-operatif dengan biometri. 2 bulan
pasca operasi, visus dikoreksi dengan kacamata. Kekuatan IOL yang digunakan adalah +9
Dioptri, sehingga pada pasien dengan mata minus kekuatan IOL sebesar +9 – (1,25 sferis)
Dioptri sedangkan untuk mata plus dengan cara +9 + sferis.
Pertanyaan 1
Apa perbedaan antara PRK dan LASIK ?
PRK (Photorefractive Keratectomy) merupakan salah satu cara bedah refraktif yang marak
digunakan saat ini, termasuk di RSM dr. Yap. Di mana lapisan epitel kornea dikerok
kemudian lapisan subepitel ditembaki dengan laser. Cara ini lebih unggul, terutama setelah
digunakannya mitomisin (agen antimitosis) untuk menghindari kekeruhan kornea (hazy)
pasca tindakan. Metode yang lainnya adalah LASIK (Laser in situ Keratomileusis). Pada
LASIK, kornea diiris, kemudian lapisan stroma ditipiskan. Kelemahan dari prosedur ini
adalah corneal buldging karena stroma yang telah ditipiskan menjadi dasar yang kurang kuat
untuk menempelnya irisan kornea. Komplikasi tindakan ini cukup tinggi pada pasien wanita
muda, yang berpeluang menjalani persalinan per vaginam. Dalam hal ini, PRK lebih unggul
dibandingkan LASIK.