referat retina - ling2
DESCRIPTION
klnkmkTRANSCRIPT
BAB 1Pendahuluan
Anatomi dan Fisiologi Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semi transparan, yang melapisi
bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Retina disebut juga dengan selaput
jala karena berbentuk jala-jala. Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya. Tebal retina adalah 200-250 um atau hampir 1 mm, dan
merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Lapisan bola mata dari luar ke dalam meliputi
sklera, koroid, dan retina.
Gambar anatomi bola mata potongan sagital
Retina mempunyai metabolisme oksigen yang tinggi. Retina sebenarnya merupakan bagian
dari otak karena secara embriologis berasal dari penonjolan otak.1 Dengan demikian, saraf
optik sebenarnya merupakan suatu traktus dan bukan “saraf” yang sebenarnya. Warna retina
biasanya jingga dan kadang pucat pada anemia dan iskemia dan merah pada hiperemia.
Retina membentang ke anterior hampir sejauh korpus siliaris dan berakhir pada ora serata
dengan tepi yang tidak rata.2 Pada orang dewasa, ora serata berada sekitar 6.5 mm di
belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5.7 mm pada sisi nasal. Permukaan luar
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 1
retina sensori bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen retina sehingga juga berhubungan
dengan membrane Bruch, koroid, dan sklera.3
Di sebagian besar tempat, retina dan epitel pigmen retina mudah terpisah hingga terbentuk
suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasi retina. Namun pada diskus optikus
dan ora serata, retina dan epitel pigmen retina saling melekat kuat sehingga perluasan cairan
subretina pada ablasi retina dapat dibatasi.4 Hal ini berlawanan dengan ruang subkoroid
yang dapat terbentuk antara koroid dan sklera, yang meluas ke taji sklera. Dengan demikian,
ablasi koroid akan meluas melampaui ora serata, di bawah pars plana dan pars plikata.
Lapisan-lapisan epitel pada permukaan dalam korpus siliaris dan permukaan posterior iris
merupakan perluasan retina dan epitel pigmen retina ke anterior. Permukaan dalam retina
berhadapan dengan badan kaca (vitreus).
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri dari lapisan:2
a. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang berbentuk
ramping, dan sel kerucut.
b. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi
c. Lapisan nuklear luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga
lapis diatas avaskuler dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid
d. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
e. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller. Lapis
ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 2
f. Lapis plesiform dalam, erupakan lapis aseluler merupakan sinaps sel bipolar, sel
amakrin dengan sel ganglion
g. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua
h. Lapis serabut saraf, merupakan lapis serabut akson sel ganglion menuju kearah saraf
optik. Didalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
i. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemi dan iskemia dan merah
pada hiperemia. Pembuluh darah dalam retina merupakan cabang dari arteri oftalmika, arteri
retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada
retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.
Retina merupakan bagian dalam bola yang menerima rangsangan sinar dan meneruskan pesan
penglihatan melalui saraf optif ke otak. Retina mengandung seluruh reseptor sensorik untuk
meneruskan sinar. Terdapat 2 macam reseptor retina yaitu kerucut (cone) dan batang (rod).
Kerucut berfungsi baik di tempat terang sedangkan batang di tempat penerangan yang
kurang. Sel kerucut terletak pada daerah fovea yang merupakan bagian pusat dari makula
lutea. Jumlah kerucut 125 juta, untuk menentukan tajam penglihatan. Kerusakan daerah
makula akan memberikan kesukaran untuk melihat lurus ke depan. Penglihatan warna
ditentukan oleh sel kerucut.
Sel batang berjumlah sekitar enam juta, sensitif di tempat redup atau malam. Tersusun
terutama di daerah perifer retina. Penglihatan batang kurang akan masih dapat mengamati
pergerakan. Hubungan antara retina dengan badan silier disebut ora serata. Bagian
perlekatan kuat lainnya terdapat di sekitar saraf optik. Bagian luar retina terdiri atas sel
epitel pigmen yang berdekatan dengan koroid.
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjective retina seperti: tajam
penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandang. Pemeriksaan objective adalah
elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG), dan visual evoked respons (VER).2
BAB 2Pembahasan
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 3
Ablasio Retina
A. Definisi Ablasio Retina
Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan karena terpisahnya lapisan
neuroretina dari lapisan epitel pigmen retina sehingga terdapat cairan didalam rongga
subretina atau karena adanya suatu tarikan pada retina oleh jaringan ikat atau membran
vitreoretina.3
Istilah ablasio retina menandakan pemisahan retina sensorik, yaitu foto reseptor dan lapisan
jaringan dibagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya. Biasanya Ablasio retina
ini adalah suatu kelainan yang berhubungan dengan meningkatnya usia dan miopia
tinggi, dimana akan terjadi perubahan degeneratif pada retina dan vitreous.5 Ablasio
retina dibagi menjadi tiga, berdasarkan penyebabnya, yaitu Ablasio retina
regmatogenosa, Ablasio retina traksional, dan Ablasio retina eksudatif.4 Keadaan ini
merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun
biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
Gambar ablasio retina
Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh
(miopia) dan pada orang orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami
ablasio retina. Ablasio retina dapat pula disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti
tumor, peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi dari diabetes. Bila tidak
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 4
segera dilakukan tindakan, ablasio retina dapat menyebabkan cacat penglihatan atau
kebutaan yang menetap. Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap
cahaya, yang terdiri dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian
dalam, berfungsi seperti film pada kamera foto, cahaya yang melalui lensa akan
difokuskan ke retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap
“gambar” dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik.
Pemisahan retina sensoris dari lapisan epitel retina disebabkan oleh tiga mekanisme dasar
Tiga mekanisme dasar pemisahan retina sensoris dari lapisan epitel retina ialah4 :
1. Lubang atau robekan di lapisan saraf yang menyebabkan cairan vitreous masuk dan
memisahkan antara lapisan neuro retina dan lapisan epitel pigmen. (ablasio retina
regmatogenosa).
2. Traksi dari inflamasi dan membran fibrosa vaskular pada permukaan retina, yang terikat
pada vitreous. (ablasio retina traksional)
3. Pengeluaran eksudat kedalam ruang subretina. Eksudat ini berasal dari pembulu darah
retina, yang disebabkan oleh karena hipertensi, oklusi vena retina setralis, vaskulitis, atau
papiledema. (ablasio retina eksudatif)
Macam-macam ablasio retina
B. Etiologi
Sebagian besar ablasio retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-robekan atau
lubang-lubang di retina, dikenal sebagai ablasio retina regmatogen (Rhegmatogenous
Retinal Detachment). Kadang-kadang proses penuaan yang normal pun dapat
menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih sering
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 5
mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina adalah menyusutnya korpus vitreum,
bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah bola mata.6 Korpus vitreum
melekat erat pada beberapa lokasi. Bila korpus vitreum menyusut, ia dapat menarik
sebagian retina ditempatnya melekat, sehingga menimbulkan robekan atau lubang pada
retina. Beberapa jenis penyusutan korpus vitreum merupakan hal yang normal terjadi
pada lanjut usia dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan pada retina. Korpus vitreum
dapat pula menyusut pada bola mata yang tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang
ini merupakan akibat dari rabun jauh), oleh peradangan, atau karena trauma. Pada
sebagian besar kasus retina baru lepas setelah terjadi perubahan besar struktur korpus
vitreum. Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan dari korpus vitreum dapat masuk
ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara lapisan sensoris retina dan epitel pigmen
retina. Cairan ini akan mengisi celah potensial antara dua lapisan tersebut diatas sehingga
mengakibatkan retina lepas. Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik
dan di daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta. Bentuk ablasio retina yang
lain yaitu ablasio retina traksi (Traction Retinal Detachment) dan ablasio retina eksudatif
(Exudative Retinal Detachment) umumnya terjadi sekunder dari penyakit lain. Ablasio
retina traksi disebabkan adanya jaringan parut (fibrosis) yang melekat pada retina.
Kontraksi jaringan parut tersebut dapat menarik retina sehingga terjadi ablasio retina.
Ablasio retina eksudatif dapat terjadi karena adanya kerusakan epitel pigmen retina (pada
keadaan normal berfungsi sebagai outer barrier), karena peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah oleh berbagai sebab atau penimbunan cairan yang terjadi pada
proses peradangan.
C. Klasifikasi
Ablasio retina merupakan suatu keadaan terpisahnya sel sensoris retina dari epitel pigmen
retina. Pemisahan tersebut dapat terjadi sesuai tiga tipe ablasio retina, yaitu ablasio retina
regmatogenosa dan ablasio retina non-regmatogenosa. Ablasio retina non-regmatogenosa
sendiri terbagi menjadi ablasio retina traksi dan ablasio retina eksudatif.
- Ablasio Retina Regmatogenosa
Kata regmatogenosa berasal dari bahasa Yunani ”rhegma” yang berarti robek atau
terputus. Pada tipe ini, terjadi robekan pada retina sehingga cairan yang masuk ke
belakang antara sel pigmen dengan sel fotoreseptor. Terjadi pendorongan retina oleh
badan kaca cair (fluid vitreous) seperti yang masuk melalui robekan atau lubang pada
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 6
retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapisan
epitel pigmen.
Karakteristik ablasio retina regmatogenosa adalah pemutusan total (full thickness) di area
sensorik, tarikan korpus vitreus dengan derajat yang bervariasi dan mengalirnya korpus
vitreus cair melalui defek retina sensorik ke dalam ruang subretina.7 Ablasio retina
regmatogenosa spontan biasanya didahului oleh pelepasan korpus vitreus. Miopia,
afakia, lattice degeneration (kelemahan retina perifer dasar), dan trauma mata biasanya
berkaitan dengan ablasio retina jenis ini.5
Robekan pada ablasio retina regmatogenosa biasanya terjadi pada setengah superior dari
retina pada regio degenerasi ekuatorial. Ablasio retina yang berlokasi di daerah
supratemporal sangat berbahaya karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan
turun secara akut pada ablasio retina bila lepasnya retina mengenai makula lutea.
Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang kadang-
kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapatnya riwayat adanya pijaran api
(fotopsia) pada lapangan penglihatan sebagai gejala awal terjadinya ablasio retina.
Fotopsia ini merupakan tanda dini terjadinya robekan pada retina, yang biasanya
terletak di bagian perifer retina. Fotopsia ini akan lebih nyata bila mata digerakkan dan
digoyangkan dengan kuat di tempat yang gelap. Retina yang mengalami ablasio dapat
dilihat pada oftalmoskop sebagai membran abu-abu merah muda yang sebagain
menutup gambaran vaskular koroid. Retina yang terangkat berwarna pucat dengan
pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah (pada
ablasio retina regmatogenosa). Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang
terlepas (ablasi) bergoyang.4 Kadang-kadang terdapat pigmen dalam badan kaca. Pada
pupil terlihat adanya defek aferen pupil akibat penglihatan yang menurun. Tekanan bola
mata rendah dan dapat meninggi bila terdapat neovaskularisasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat Cell dan flare dibilik depan mata pada ablasio retina
regmatogenosa, serta terdapat pigmen dalam vitreous anterior (tobacco dusting atau
Shaffer sign).7
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 7
gambaran regmatogenosa ablasi retina. Perhatikan bahwa makula terlibat dan retina
bergelombang dan memiliki warna yang sedikit buram.7
gambaran ablasi retina regmatogenosa melibatkan makula. Perhatikan lipatan temporal
pada fovea tersebut 7
- Ablasio Retina Traksional
Ablasio retina akibat traksional adalah jenis tersering kedua dan terutama disebabkan
oleh retinopati diabetes proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati pada
prematuritas, atau trauma mata, kontraktil vitreoretina, epiretina, intraretina (sangat
jarang) atau subretina membran yang mendorong neurosensory retina menjauh dari
epitel pigmen retina.8 Dibandingkan degan ablasio retina regmatogenosa, ablasio retina
akibat traksi memiliki bentuk yang khas, yakni permukaan yang lebih konkaf dan
cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora serata. Gaya-gaya traksi yang
secara aktif menarik retina sensorik menjauhi epitel pigmen di bawahnya disebabkan
oleh adanya membran vitreosa, epiretina atau subretina yang terdiri dari fibroblas dan
sel glia atau sel epitel pigmen retina. Pada ablasio retina akibat traksi pada diabetes,
kontraksi korpus vitreum menarik jaringan fibrovaskular dan retina di bawahnya ke
arah anterior menuju dasar korpus vitreum. Pada awalnya pelepasan mungkin terbatas
di sepanjang arkade-arkade vaskular, tetapi dapat terjadi perkembangan sehingga
kelainan melibatkan retina midperifer dan makula. Traksi fokal dari membran selular
dapat menyebabkan robekan retina dan menimbulkan kombinasi ablasio retina
regmatogenosa-traksional.5
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 8
pasien dengan diabetes retinopati proliferatif disertai ablasio retina traksional dibagian
supratemporal.8
- Ablasio Retina Eksudatif
Ablasio retina eksudatif adalah lepasnya retina yang terjadi akibat tertimbunnya cairan di
bawah retina sensorik dan terutama disebabkan oleh penyakit epitel pigmen retina dan
koroid.5 Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang
uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh
posisi kepala. Permukaan retina yang terangkat terlihat cincin. Pada ablasio tipe ini
penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasio ini dapat hilang atau
menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.2
Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan retina yang
terangkat akan terlihat licin. Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat.
Ablasi ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang
atau hilang. Penimbunan cairan subretina biasanya berasal dari gangguan sawar darah-
retina, kerusakan epitel pigmen retina atau gangguan mekanisme pompa subretina.
Gambaran adanya eksudat di makula
D. Manifestasi Klinis
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 9
Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah:9
1. Floaters (terlihatnya benda melayang-layang). yang terjadi karena adanya kekeruhan di
vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.
2. Photopsia/Light flashes(kilatan cahaya). tanpa adanya sumber cahaya di sekitarnya,
yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam
keadaan gelap.
3. Penurunan tajam penglihatan. penderita mengeluh penglihatannya sebagian seperti
tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut, dapat
terjadi penurunan tajam penglihatan yang berat.
E. Diagnosis
Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi, dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah:
1. Floaters, terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina
yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri. Kadang-kadang penderita merasakan
adanya tabir atau bayangan yang datang dari perifer (biasanya dari sisi nasal) meluas
dalam lapangan pandang. Tabir ini bergerak bersama-sama dengan gerakan mata dan
menjadi lebih nyata. Pada stadium awal, penglihatannya membaik di malam hari dan
memburuk di siang hari terutama sesudah stres fisik (membungkuk, mengangkat) atau
mengendarai mobil di jalan bergelombang.10
2. Fotopsia yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya
atau dalam keadaan gelap. Keadaan ini disebabkan oleh tarikan pada retina dan bisa
terjadi pada orang normal jika terjadi cedera tumpul pada mata.10
3. Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup
tirai yang semakin lama semakin luas.10 Pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi
penurunan tajam penglihatan yang lebih berat. Selain itu, dari anamnesis perlu
ditanyakan adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan sebelumnya (seperti ekstraksi
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 10
katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuler), riwayat penyakit mata sebelumnya
(uveitis, perdarahan viterus, ambliopa, glaukoma dan retinopati diabetik), riwayat
keluarga dengan penyakit mata serta penyakit sistemik yang berhubungan dengan
ablasio retina (diabetes, tumor, sikle cell disease, leukemia, eklamsia dan prematuritas).
Pemeriksaan Oftalmologi
1. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula
lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat sinar masuk.
Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut terangkat.11
2. Pemeriksaan lapangan pandang. Akan terjadi defek lapangan pandang seperti tertutup
tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina.
3. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio
retina dengan menggunakan oftalmoskopi indirek binokuler. Pada pemeriksaan ini
retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu-abu merah muda yang
menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada
ruang subretina, didapatkan pergerakan undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh
darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna gelap, berkelok-kelok, dan
membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang mengalami ablasio terlihat lipatan-
lipatan halus.11 Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat
pembuluh koroid di bawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang
terdiri dari darah dan pigmen atau operkulum dapat ditemukan mengambang bebas.
4. Pemeriksaan tekanan bola mata. Pada ablasio retina tekanan intraokuler kemungkinan
menurun.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara
lain glaukoma, diabetes melitus, maupun kelainan darah.
2. Pemeriksaan ultrasonografi.1 Menggunakan gelombang suara dengan frekwensi tinggi
(8-10 MHz). B-scan ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan
keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliferatif vitreoretinopati, benda
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 11
asing intraokuler dengan membuat membuat potongan melalui seluruh jaringan, dengan
demikian didapat lokasi dan bentuk dari kelainan dalam dua dimensi. Selain itu
ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio
retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.
F. Tata laksana
Operasi
Teknik operasinya bermacam macam, tergantung pada luasnya lapisan retina yang lepas dan
kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk mendekatkan dinding mata ke
lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu tetap menempel sampai jaringan parut
terbentuk dan melekatkan lagi robekan. Kadang-kadang cairan harus dikeluarkan dari
bawah retina untuk memungkinkan retina menempel kembali ke dinding belakang mata.
Seringkali sebuah pita silikon atau bantalan penekan diletakkan di dinding luar mata
untuk dengan lembut menekan dinding belakang mata ke retina. Dalam operasi ini
dilakukan pula tindakan untuk menciptakan jaringan parut yang akan merekatkan
robekan retina, misalnya dengan pembekuan, dengan laser atau dengan panas diatermi
(aliran listrik dimasukkan dengan sebuah jarum). Pada ablasio retina yang lebih rumit
mungkin diperlukan teknik yang disebut vitrektomi. Dalam operasi ini korpus vitreum
dan jaringan ikat di dalam retina yang mengkerut dikeluarkan dari mata. Pada beberapa
kasus bila retina itu sendiri sangat berkerut dan menciut maka retina mungkin harus
didorong ke dinding mata untuk sementara waktu dengan mengisi rongga yang tadinya
berisi korpus vitreum dengan udara, gas atau minyak silikon. Lebih dari 90% lepasnya
retina dapat direkatkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern, meskipun
kadang-kadang diperlukan lebih dan satu kali operasi.
Terdapat dua teknik bedah utama untuk memperbaiki ablasio retina :
1. Eksternal (pendekatan konvensional)
2. Internal (pembedahan vitreoretina)
Prinsip utama pada kedua teknik ini adalah menutup robekan penyebab pada retina dan
memperkuat perlekatan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina dengan cara
menginduksi inflamasi di daerah tersebut dengan pembekuan lokal dengan menggunakan
cryoprobe atau laser.1 Pada pendekatan eksternal, robekan ditutup dengan menekan
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 12
sklera menggunakan pita plomb silikon yang diletakkan eksternal. Ini menghilangkan
traksi vitreus pada lubang retina dan mendekatkan epitel pigmen retina pada retina.
Mungkin sebelumnya diperlukan drainase akumulasi cairan subretina yang sangat banyak
dengan membuat lubang kecil pada sklera dan koroid menggunakan jarum (sklerostomi).
Pada pendekatan internal, vitreus diangkat dengan pemotong bedah mikro khusus yang
dimasukkan ke dalam rongga vitreus melalui pars plana, tindakan ini menghilangkan
traksi vitreus pada robekan retina. Cairan dapat dialirkan melalui robekan retina
penyebab dan laser atau krioterapi dipergunakan pada retina sekitar. Tamponade internal
temporer diberikan dengan menyuntikkan gas fluorokarbon inert ke dalam rongga
vitreus. Penyuntikan ini akan menutup lubang dari dalam dan mencegah pasase cairan
lebih lanjut melalui robekan. Pasien harus mempertahankan postur kepala tertentu selama
beberapa hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan retina.
Robekan retina yang tidak berhubungan dengan cairan subretina diterapi secara profilaksis
dengan laser atau cryoprobe yang menginduksi inflamasi dan meningkatkan risiko
perlekatan antara retina di sekitar robekan dan epitel pigmen sehingga mencegah ablasio
retina. Selalu penting untuk memeriksa retina perifer pada mata kontralateral karena
robekan atau ablasio retina simptomatik juga bisa didapatkan pada mata ini.
Secara singkat, terapi pembedahan pada ablasio retina adalah sebagai berikut :
- Sklera buckling tujuannya mendekatkan sklera pada retina yang robek, menjadikan
reposisi retina lebih dekat ke RPE dengan mengurangi tarikan vitreus pada retina yang
robek.
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama tanpa
disertai komplikasi lainnya. Prosedur meliputi lokalisasi posisi robekan retina,
menangani robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral buckle (sabuk).
Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan bentuk
sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah robekan retina. Pertama-tama
dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan
epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada
robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini
akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.12
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 13
- Pneumatic retinopexi digunakan pada ablasio retina tertentu yang disebabkan robekan
pada 2/3 superior yang tampak pada fundus dimana prosedur ini memakai gelembung
gas yang disuntikkan dalam ruang intravitreal untuk menekan retina yang robek sampai
retina itu melekat kembali.
Pneumatic retinopexi merupakan metode yang juga sering digunakan pada ablasio
retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior
retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke
dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan mencegah
pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung
gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga
dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus
mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan
gelembung terus menutupi robekan retina.12
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 14
- Vitrektomi bertujuan melepaskan tarikan vitreus, drainase internal cairan subretinal,
tamponade intra okuler (udara, gas, silicon oil, cairan perfluorocarbon), dan membuat
adhesi chorioretinal memakai endolaser photocoagulation atau cryopexy.
Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes,
dan juga digunakan pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau
perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada
dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum vitreous melalui
pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutter untuk menghilangkan
berkas badan kaca (vitreous strands), membran, dan perlekatan-perlekatan. Teknik dan
instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio.12
- Endolaser tujuannya untuk membuat sikatrik dengan maksud untuk merekatkan retina
kembali.
Pada ablasio retina tipe eksudatif, diterapi sesuai dengan penyebabnya. Perlekatan kembali
retina pada epitel pigmennya secara spontan dapat terjadi apabila kelainan yang
mendasari terjadinya ablasio retina tipe eksudatif teratasi. Termasuk diantaranya
pemberian steroid dosis tinggi pada kasus inflamasi, atau terapi radiasi dan atau reseksi
lokal pada kasus neoplasma intraokular.
G. Pencegahan
- Gunakan kaca mata pelindung untuk mencegah terjadinya trauma pada mata.
- Penderita diabetes sebaiknya mengontrol kadar gula darahnya secara seksama.
- Edukasi untuk melakukan pemeriksaan mata minimal setahun sekali pada orang yang
memiliki risiko tinggi ablasio retina, yaitu mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 15
dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer (pada ablasio retina
regmatogenosa); skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia
gravidarum (pada ablasio retina eksudatif); adanya jaringan fibrosis pada diabetes
melitus proliferatif, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi (pada
ablasi retina tarikan atau traksi).2
Degenerasi Makula Terkait Usia
A. Definisi
Degenerasi macula adalah suatu keadaan dimana macula mengalami kemunduran sehingga
terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya
fungsi penglihatan sentral. Macula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang
paling vital dari retina yang memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada pusat
lapang pandang. Tanda utama dari degenerasi pada makula adalah didapatkan adanya
bintik-bintik abu-abu atau hitam pada pusat lapangan pandang. Kondisi ini biasanya
berkembang secara perlahan-lahan, tetapi kadang berkembang secara progresif, sehingga
menyebabkan kehilangan penglihatan yang sangat berat pada satu atau kedua
bolamata.13,14
Berdasarkan American Academy of Oftalmology penyebab utama penurunan penglihatan
atau kebutaan di AS yaitu umur yang lebih dari 50 tahun. Data di Amerika Serikat
menunjukkan, 15 persen penduduk usia 75 tahun ke atas mengalami degenerasi makula
itu. Terdapat 2 jenis tipe dasar dari penyakit-penyakit tersebut yakni Standar Macular
Degeneration dan Age Related Macular Degeneration (AMD). Bentuk yang paling sering
terjadi adalah AMD.15 Degenerasi makula terkait usia merupakan kondisi generatif pada
makula atau pusat retina.
Terdapat 2 macam degenarasi makula yaitu tipe kering (atrofik) dan tipe basah (eksudatif).
Kedua jenis degenerasi tersebut biasanya mengenai kedua mata secara bersamaan.
Degenerasi makula terjadi sebagai akibat dari kerusakan pada epitel pigmen retina.13,14,15
Degenerasi makula menyebabkan kerusakan penglihatan yang berat (misalnya
kehilangan kemampuan untuk membaca dan mengemudi) tetapi jarang menyebabkan
kebutaan total. Penglihatan pada tepi luar dari lapang pandang dan kemampuan untuk
melihat biasanya tidak terpengaruh, yang terkena hanya penglihatan pada pusat lapang
pandang. Gejala klinis biasa ditandai terjadinya kehilangan fungsi penglihatan secara
tiba-tiba ataupun secara perlahan tanpa rasa nyeri. Kadang gejala awalnya berupa
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 16
gangguan penglihatan pada salah satu mata, dinilai garis yang sesungguhnya lurus
terlihar bergelombang.13,15
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan mata. Sejauh ini
belum ada terapi untuk degenerasi makula tipe kering. Suplemen seng hanya mampu
membantu memperlambat progresivitas gangguan. Untuk beberapa kasus basah, terapi
laser bisa membersihkan pembuluh darah abnormal sehingga kekaburan penglihatan
dapat dicegah. Tetapi, tidak semua kasus bisa diatasi dengan terapi laser. Saat ini sedang
dikembangkan berbagai obat dan prosedur operasi baru antara lain terapi foto dinamik.14
Faktor resiko gangguan ini selain karena usia tua, juga riwayat keluarga (genetik), ras
kaukasia serta merokok.13
B. Klasifikasi
1. Degenerasi Makula tipe non-eksudatif (tipe kering) atau non-neovaskular
Rata-rata 90% kasus degenerasi makula terkait usia adalah tipe kering. Kebanyakan
kasus ini bisa memberikan efek berupa kehilangan penglihatan yang sedang.
Pada gambaran fundus, macula tampak lebih kuning atau pucat dikelilingi oleh bercak-
bercak dan pembuluh darah tampak melebar. Bercak-bercak ini disebut drusen iaitu
bangunan khas yang berbentuk bulat, berwarna kekuningan. Secara histopatologi
drusen terdiri atas kumpulan materi eosinofilik yang terletak diantara epitel pigmen
dan membran Bruch sehingga drusen dapat menyebabkan pelepasan fokal dari epitel
pigmen.16
Bentuk ini muncul dalam bentuk timbulnya drusen serta kelainana EPR. Drusen
merupakan suatu timbunan material ekstraseluler yang terletak diantara membrane
basal EPR denganmembran Bruch. Secara klinis, drusen tampak sebagai lesi
kekuningan yang terletak pada lapisan luar retina, di polus posterior. Drusen
mempunyai ukuran yang sangat bervariasi. Ukuran drusen dapat diperkirakan
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 17
dengan membandingkannya dengan caliber vena besar disekitar papil iaitu sekirat
125 mikron. Menurut ukurannya, drusen dibagi menjadi:
- Kecil (kurang dari 64 um)
- Sedang (antara 64 -125 um)
- Besar (lebih dari 125 um)
Menurut bentuknya, drusen dibagi menjadi keras dan lunak. Beberapa drusen dapat
bergabung menjadi satu yang disebut drusen confluent. Drusen keras merupakan
residual bodies yang bertanggungjawab terhadap penebalan membrane Bruch, yang
berhubungan dengan adanya deposit laminar basal yang terdiri dari hialin. Drusen
lunak merupakan timbunan membranosa dan vesicular yang berhubungan dengan
deposit laminar basal. Biasanya ukurannya lebih besar dari drusen keras dan
batasnya kurang tegas. Pada angiografi fluoresin, drusen keras akan tampak sebagai
bercak-bercak hiperfluoresensi yang cemerlang pada stadium midvena, dan
memudar setelah memudarnya corakan latar belakang fluoresin koroid, sedangkan
drusen lunak akan muncul sebagai daerah hiperfluoresensi lebih lambat dan kurang
cemerlang dibanding drusen keras.16
Drusen keras ditemukan pada 95,5% individu berumur lebih dari 49 tahun, tetapi
sebagian besar hanya brupa drusen kecil yang jumlahnya tidak banyak. Drusen keras
bisa mengalami regresi spontan, dapat membesar atau menyatu dengan drusen
disebelahnya atau menimbulkan atrofi sel EPR yang ada diatasnya, yang dapat
menimbulkan atrofi geografk EPR apabila daerahnya luas, sehingga corak pembuluh
darah koroid dibawahnya dapat terlihat, serta retina diatasnya tampak tipis, yang
berlanjut menjadi atrofi fotoreseptor, dan menyebabkan atrofi geografik retina, atau
berkembang membentuk neovaskularisasi koroid CNV.
Perubahan lain yang dapat terjadi adalah hipopigmentasi dan hiperpigmentasi.
Hiperpigmentasi terjadi karena hipertrofi EPR dan sel makrofag yang mengandung
pigmen melanin mengalami migrasi kearah fotoreseptor. Hipopigmentasi terjadi
karena depigmentasi di sekitar EPR yang mengalami hiperpigmentasi. Secara klinis,
strofi retina geografis tampak sebagai daerah hipopigmentasi atau depigmentasi atau
hilangnya EPR yang berbentuk bulat atau oval dan berbatas tegas. Atrofi geografik
merupakan penyebab kehilangan ketajaman sentral sebesar 12% sampai 21% dari
seluruh kehilangan penglihatan sentral yang diakibatkan AMD. Kemampuan
membaca akan menurun bukan hanya karena adanya skotoma parasentral saja,
melainkan juga karena penurunan sensitivitas adaptasi gelap pada fovea,
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 18
kemunduran ketajamana penglihatan pada keadaan redup, serta menurunkan
sensitivitas kontras.
2. Degenerasi Makula tipe eksudatif ( tipe basah) atau neovaskular
Degenerasi makula tipe ini adalah jarang terjadi namun lebih berbahaya di bandingkan
dengan tipe kering. Kira kira didapatkan adanya 10% dari semua degenerasi makula
terkait usia dan 90% dapat menyebabkan kebutaan. Tipe ini ditandai dengan adanya
neovaskularisasi subretina dengan tanda-tanda degenerasi makula terkait usia yang
mendadak atau baru mengalami gangguan penglihatan sentral termasuk penglihatan
kabur, distorsi atau suatu skotoma baru. 16
Pada keadaan ini terjadi pembentukan pembuluh darah baru subretinal dan terjadi
kerusakan macula yang disertai eksudat. Cairan serosa dari koroid bocor melalui
defek pada membrane bruch sehingga menyebabkan pelepasan epitel pigmen.
Pemeriksaan fundus menunjukkan adanya pendarahan dan eksudat subretina, lesi
berwarna hijau keabu-abuan pada macula dan tampak adanya neovaskularisasi.
Bentuk AMD neovaskular adalah neovaskularisasi koroid (CNV) dan semua
manifestasi yang menyertainya antara lain;
- Ablasi EPR
- Robekan EPR
- Pendarahan subretina
- Pendarahan vitreus
- Sikatrik disiforms
Adanya kerusakan pada membrane Bruch memungkinkan pembuluh darah
neovaskularisasi yang berasal dari kapiler koroid menembus membrane Bruch.
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 19
Pembuluh darah neovaskular ini diserai oleh jaringan fibrosa, membentuk satu
kompleks fibrovaskular yang dapat mengganggu dan merusak membrane Bruch,
kapiler koroid, serta EPR.
Gejala yang dialami oleh pasien dengan CNV saja, berupa gangguan penglihatan sentral
seperti penurunan visus, mikropsia, makropsia ataupun skotoma sentral. Walaupun
demikian apabila kelainan terjadi diluar fovea, maka dapat tanpa gejala penglihatan
sentral sama sekali. Pada fundus tampak adanya bayangan hijau keabu-abuan dengan
ablasi EPR diatasnya. Walaupun demikian CNV kadang hanya memberikan tanda
berupa ablasi EPR yang datar saja.
C. Etiologi
Degenerasi macula dapat disebabkan oleh beberapa factor dan dapat diperberat oleh
beberapa faktor resiko, diantaranya:1,17
1. Umur, faktor resiko yang paling berperan pada terjadinya degenerasi makula adalah
umur. Meskipun degenerasi makula dapat terjadi pada orang muda, penelitian
menunjukkan bahwa umur di atas 60 tahun beresiko lebih besar terjadi di banding
dengan orang muda. 2% saja yang dapat menderita degenerasi makula pada orang
muda, tapi resiko ini meningkat 30% pada orang yang berusia di atas 70 tahun.
2. Genetik, penyebab kerusakan makula adalah CFH, gen yang telah bermutasi atau faktor
komplemen H yang dapat dibawa oleh para keturunan penderita penyakit ini. CFH
terkait dengan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang meregulasi peradangan.
3. Merokok, Merokok dapat meningkatkan terjadinya degenrasi makula.
4. Ras kulit putih (kaukasia) adalah sangat rentan terjadinya degenerasi makula di banding
dengan orang Afrika atau yang berkulit hitam.
5. Riwayat keluarga, resiko seumur hidup terhadap pertumbuhan degenerasi makula
adalah 50% pada orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga penderita dengan
degenerasi makula, dan hanya 12 % pada mereka yang tidak memiliki hubungan
dengan degenerasi makula.
6. Hipertensi dan diabetes. Degenerasi Makula menyerang para penderita penyakit
diabetes, atau tekanan darah tinggi gara-gara mudah pecahnya pembuluh-pembuluh
darah kecil (trombosis) sekitar retina. Trombosis mudah terjadi akibat penggumpalan
sel-sel darah merah dan penebalan pembuluh darah halus
7. Paparan terhadap sinar Ultraviolet, Obesitas dan kadar kolesterol tinggi
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 20
D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya AMD belum diketahui dengan pasti sampai saat ini. Beberapa teori
yang diajukan, antara lain:
1. Proses penuaan
bagian paling luar dari sel fotoreseptor yang berbentuk keeping sering di “makan” oleh
epitel pigmen retina (EPR) dengan pola diurnal, yaitu keping terluar sel batang dimakan
pada siang hari dan keping terluar sel kerucut dimakan pada malam hari. keping yang
tidak terfagosit akan tertimbun dalam EPR yang disebut lipohfuhsin. Lipohfusin akan
menghambat degradasi makromolekul seperti protein dan lemak, mempengaruhi ekspresi
gen yang mengatur keseimbangan antara vascular endothelial growth factor (VEGF)
dengan produksi pigment epithelial derived factor yang merupakan zat anti angiogenik,
serta bersifat fotoreaktif, akibatnya menimbulkan terjadinya apoptosis EPR. Lipohfusin
yang tertimbun dalam sel EPR akan mengurangi volume sitoplasma, sehingga makin
menurunkan kemampuan EPR untuk memfagosit keping-keping sel fotoreseptor.17
Lipohfuhsin tertimbun diantara sitoplasma dan membrane basalis sel EPR, membentuk
lapisan yang disebut basal laminar deposit, yang ikut bertanggungjawab dalam
penebalan membrane Bruch.
2. Teori iskemik
Angiogenesis terjadi karena adanya iskemik pada jaringan yang memacu timbulnya suatu
agen angiogenik antara lain VEGF. Pada penelitian didapatkan fakta yang menunjukkan
bahwa pada AMD iskemia tidak memegang peranan yang penting. Sel fotoreseptor hanya
terpapar oleh sedikit oksigen, sedangkan EPR terpapar olek oksigen dalam konsentrasi
yang sangat tinggi. Pada kenyataannya, sel fotoreseptor tidak memproduksi VEGF, justru
sel EPR yang memproduksi VEGF dalam jumlah besar. Disamping itu ditemukan pula
tanda-tanda adanya sel-sel radang pada jaringan coroid neovascular (CNV) yang dieksisi,
sehingga diduga bahwa lebih besar kemungkinannya CNV tumbuh sebagai reaksi
perbaikan luka dari pada sebagai reaksi terhadap iskemi.17
3. Teori kerusakan oksidatif
Kerusakan oksidatif terjadi karena terbentuknya zat yang disebut reactive oxygen
substance (ROS) yang dihasilkan oleh oksidasi pada mitokondria. Adanya ROS
menimbulkan gangguan metabolism intrasel antara lain metabolism protein dan lemak.
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 21
Lemak yang sangat rentan terhadap kerusakan oksidatif adalah asam lemak tak jenuh
ganda. Sel EPR yang mengalami kerusakan oksidatif akan memproduksi VEGF dalam
jumlah besar, yang memacu timbulnya CNV.17 Retina sangat mudah mengalai kerusakan
oksidatif karena beberapa alasan:
- Bagian luar fotoreseptor mengandungi sangat banyak asam lemak tak jenuh ganda
- Bagian dalam sel batang mengandung sangat banyak mitokondria yang dapat
membocorkan ROS
- Penyediaan oksigen yang sangat tinggi pada koroid
- Paparan terhadap sinar menimbulkan preses foto-oksidatif oleh ROS
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala klinik yang biasa didapatkan pada penderita degenerasi makula antara lain: 13,17
1. Distorsi penglihatan, obyek-obyek terlihat salah ukuran atau bentuk
2. Garis-garis lurus mengalami distorsi (membengkok) terutama dibagian pusat
penglihatan.
3. Kehilangan kemampuan membedakan warna dengan jelas
4. Ada daerah kosong atau gelap di pusat penglihatan.
Gambaran pada penglihatan normal dan gambaran pada penderita degenerasi
makula terkait usia.
5. Kesulitan membaca, kata-kata terlihat kabur atau berbayang
6. Secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi kehilangan fungsi penglihatan
tanpa rasa nyeri.
F. Diagnosis
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 22
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil pemeriksaan oftalmoskopi
yang mencakup ruang lingkup pemeriksaan sebagai berikut:13,14,15
1. Test Amsler Grid, dimana pasien diminta suatu halaman uji yang mirip dengan kertas
milimeter grafis untuk memeriksa luar titik yang terganggu fungsi penglihatannya.
Kemudian retina diteropong melalui lampu senter kecil dengan lensa khusus.
Gambar Amsler Grid.
2. Test penglihatan warna, untuk melihat apakah penderita masih dapat membedakan
warna, dan tes-tes lain untuk menemukan keadaan yang dapat menyebabkan kerusakan
pada makula.
3. Kadang-kadang dilakukan angiografi dengan zat warna fluoresein. Dokter spesialis
mata menyuntikan zat warna kontras ini ke lengan penderita yang kemudian akan
mengalir ke mata dan dilakukan pemotretan retina dan makula. Zat warna ini
memungkinkan melihat kelainan pembuluh darah dengan lebih jelas.
G. Tata Laksana
Tidak ada terapi khusus untuk AMD noneksudatif Penglihatan dimaksimalkan dengan alat
bantu penglihatan termasuk alat pembesar dan teleskop. Pasien diyakinkan bahwa meski
penglihatan sentral menghilang, penyakit ini tidak menyebabkan hilangnya penglihatan
perifer.17 Ini penting karena banyak pasien takut mereka akan menjadi buta total.
Pada sebagian kecil pasien dengan AMD eksudatif yang pada angiogram fluorosen
memperlihatkan membrane neovaskular subretina yang terletak eksentrik (tidak sepusat)
terhadap fovea, mungkin dapat dilakukan obliterasi membrane tersebut dengan terapi
laser argon.14 Membrane vascular subfovea dapat diobliterasi dengan terapi fotodinamik
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 23
(PDT) karena laser argon konvensional akan merusak fotoreseptor di atasnya. PDT
dilakukan dengan menyuntikkan secara intravena bahan kimia serupa porfirin yang
diaktivasi oleh sinar laser nontermal saat sinar laser berjalan melalui pembuluh darah di
membrane subfovea. Molekul yang teraktivasi menghancurkan pembuluh darah namun
tidak merusak fotoreseptor. Sayangnya kondisi ini dapat terjadi kembali bahkan setelah
terapi laser.
Apabila tidak ada neovaskularisasi retina, tidak ada terapi medis atau bedah untuk pelepasan
epitel pigmen retina serosa yang terbukti bermanfaat. Pemakaian interferon alfa
parenteral, misalnya, belum terbukti efektif untuk penyakit ini. Namun apabila terdapat
membrane neovaskular subretina ekstrafovea yang berbatas tegas (200 um dari bagian
tengah zona avaskular fovea), diindikasikan fotokoagulasi laser. Dengan angiografi dapat
ditentukan dengan tepat lokasi dan batas-batas membrane neovaskular yang kemudian
diablasi secara total oleh luka-luka bakar yang ditimbulkan oleh laser. Fotokoagulasi juga
menghancurkan retina di atasnya tetapi bermanfaat apabila membrane subretina dapat
dihentikan tanpa mengenai fovea.
Fotokoagulasi laser krypton terhadap neovaskularisasi subretina avaskular fovea (200 um
dari bagian tengah zona avaskular fovea) dianjurkan untuk pasien nonhipertensif. Setelah
fotokoagulasi membrane neovaskular subretina berhasil dilakukan, neovaskularisasi
rekuren di dekat atau jauh dari jaringan parut laser dapat dapat terjadi pada separuh kasus
dalam 2 tahun. Rekurensi sering disertai penurunan penglihatan berat sehingga
pemantauan yang cermat dengan Amsler grid, oftalmoskopi dan angiografi perlu
dilakukan. Pasien dengan gangguan penglihatan sentral di kedua matanya mungkin
memperoleh manfaat dari pemakaian berbagai alat bantu penglihatan kurang.
Tindakan bedah yang mungkin dikerjakan adalah pengambilan CNV subretina, serta
translokasi makula.1 Beberapa penelitian mengenai ekstraksi membrane CNV subretina
mendapatkan bahawa hasil akhir visus tidak lebih dari 6/60. Tetapi cara ini dapat
disarankan pada penderita yang tidak berhasil dengan PDT. Terdapat tindakan bedah lain
yang mungkin dikerjakan yaitu translokasi makula. Translokasi makula adalah suatu
istilah yang merujuk kepada tindakan mengablasi makula dengan sengaja dari epitel
pigmen dibawahnya, untuk selanjutnya memindahkannya ke tempat lain. Walaupun
teknik ini menjanjikan untuk kondisi tertentu khususnya CNV, teknik optimal dan
prognosis jangka panjangnya belum diketahui
Selain itu terapi juga dapat dilakukan di rumah berupa pembatasan kegiatan dan follow up
pasien dengan mengevaluasi daya penglihatan yang rendah. Selain itu dengan
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 24
mengkomsumsi multivitamin dan antioksidan (berupa vitamin E , vitamin C, beta
caroten, asam cupric dan zinc), karena diduga dapat memperbaiki dan mencegah
terjadinya degenerasi makula.18 Sayuran hijau terbukti bisa mencegah terjadinya
degenerasi makula tipe kering. Selain itu kebiasaan merokok dikurangi dan dan
pembatasn hipertensi.
Konsumsi obat-obat antioangiogenesis seperti VEGF-A, yang merupakan substansi
angiogenik utama dalam terbentuknya neovaskularisasi pada AMD.18 Obat yang pertama
kali digunakan adalah Na-pegabtanib (Macugen), obat ini memberikan perbaikan
ketajaman penglihatan pada 6% pasien. Setelah itu digunakan obat lain yaitu
ranibizumab, yang lebih memberikan kenaikan ketajaman penglihatan, karena mengikat
kesemua bentuk aktif VEGF. Bevacizumab, yang merupakan antibody monoclonal
seperti ranibizumab, ternyata memberikan hasil yang lebih menjanjikan karena
mempunyai 2 binding sites terhadap VEGF.18
BAB 3
KesimpulanLinggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 25
Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan karena terpisahnya lapisan
Neuroretina dari lapisan Epitel Pigmen retina akibat adanya cairan di dalam rongga
subretina atau akibat adanya suatu tarikan pada retina oleh jaringan ikat atau membran
vitreoretina. Ablasio retina berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi tiga, ialah ablasio
retina regmantogenosa, Ablasio retina traksional dan Ablasio retina eksudatif.
Degenerasi macula adalah suatu keadaan dimana macula mengalami kemunduran yang terjadi
sebagai akibat dari kerusakan pada epitel pigmen retina sehingga terjadi penurunan
ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan
sentral. Macula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital dari retina
yang memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada pusat lapang pandang. Tanda utama
dari degenerasi pada makula adalah didapatkan adanya bintik-bintik abu-abu atau hitam
pada pusat lapangan pandang2 macam degenarasi makula yaitu tipe kering (atrofik) dan tipe
basah (eksudatif).
Baik ablasio retina maupun degenerasi makula terkait usia merupakan suatu keadaan dimana
adanya kerusakan pada retina mata. Penglihatan pada penderitanya dapat menghilang dan
dapat menyebabkan gangguan bagi penderitanya saat beraktivitas.
Daftar pustaka
1. SU Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi pertama. Cetakan pertama.
Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada; 2007.
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 26
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Cetakan ke-5. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2008.
3. "Retinal detachment". MedlinePlus Medical Encyclopedia. National Institutes of
Health. 2005. [dikutip 2 Juli 2011]. Tersedia dari URL:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001027.htm
4. Larkin GL. Retinal Detachment. [dikutip 1 juli 2011]. Tersedia dari URL:
http://emedicine.medscape.com/article/798501-overview
5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Retina & Tumor Intraokular. Dalam: Oftalmologi
Umum. 14th ed. Widya Medika: Jakarta; 2006:197, 207-9.
6. "Retinal detachment". [dikutip 30 Juni 2011]. Tersedia dari URL:
http://www.bissy.scot.nhs.uk/master_code/medcon/detail2_body.asp?
Recno=23069583&CategoryTitle=16777233
7. Lihteh Wu. Retinal Detachment, Rhegmatogenous. [dikutip 30 Juni 2011]. Tersedia
dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/1224737-overview
8. Lihteh Wu. Retinal Detachment, Traction. [dikutip 30 Juni 2011]. Tersedia dari URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1224891-overview
9. Tentang ablasio retina. [dikutip 30 juni 2011] Tersedia dari URL:
http://lintangrembulan.wordpress.com/2007/09/05/tentang-ablasio-retina/
10. Rogers Adam, Jay S Duker. Retina, rapid diagnosis in ophthalmology. ELSEVIER:
USA; 2008.
11. Lihteh Wu. Retinal Detachment, Exudative. [dikutip 30 Juni 2011]. Tersedia dari
URL: http://emedicine.medscape.com/article/1224509-overview
12. The Northwest Kansas Eye Clinic, located in Hays, Kansas, [dikutip 2 Juli 2011].
Tersedia dari URL: http://www.nwkec.org/005rd010.htm
13. Degenerasi Makula. Medicastore Online. [dikutip 30 Juni 2011]. Tersedia dari URL:
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=983&idktg=16&idobat=&UID=20070306192649125.162.255.115
14. Macular Degeneration. [dikutip 30 Juni 2011]. Tersedia dari URL:
http://www.patient.co.uk/health/Age-Related-Macular-Degeneration.htm
15. Liesegang T J, Skuta G L, Cantor LB. Retina and Vitreous. Basic and Clinical Course.
Section 12 . San Fransisco, California: American Academy of Ophthalmology. 2003-
2004.
16. Macular Degeneration. [dikutip 2 Juli 2011]. Tersedia dari URL:
http://www.stlukeseye.com/
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 27
17. James C., Chew C., Bron A. Retina dan Koroid. Dalam: Oftalmologi Edisi Kesembilan.
Yakarta : Penerbit Erlangga. 2006
18. Macular Degeneration. [dikutip 2 Juli 2011]. Tersedia dari URL:
http://www.emedicinehealth.com/.
Linggawati 11-2010-084 | FK UKRIDA 28