fisiologi motilitas dan digesti

5
Fisiologi Motilitas : a. Intestinum tenue Pada intestinum tenue terdapat 2 gerakan dalam proses motilitas, yaitu : gerakan pencamupran dan gerakan propulsif 1. Gerakan pencampuran Gerakan pencampuran terjadi karena komulasi kontraksi gelombang lambat pada usus yang menimbulkan segmentasi. Motilitas ini terjadi segera setelah makan. Segmentasi terdiri dari kontraksi – kontraksi otot polos sirkuler berbentuk cincin di sepanjang usus halus. Di antara segmen yang berkontraksi terdapat daerah – daerah yang berisi kimus. Dalam beberapa detik, segmen yang berkontraksi melemas dan daerah yang sebelumnya melemas sekarang bergantian berkontraksi. Dengan demikian, segmen yang baru melemas menerima kimus dari kedua segmen yeng berkontraksi di depan dan di belakangnya. Proses ini terjadi berulang – ulang dan secara bergantian. Dengan cara ini, kimus dihancurkan, dikocok, dan dicampur secara rata. Pencampuran memiliki fungsi ganda, yaitu mencampurkan kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memajankan seluruh kimus ke permukaan absorptif mukosa usus halus. Kontraksi segmental diawali oleh sel – sel pemicu usus halus, yang menghasilkan irama listrik dasar ( BER ). Intensitas kontraksi segmental dapat dipengaruhi oleh hormon gastrin, dan oleh aktivitas saraf ekstrinsik. Frekuensi kontraksi pada jejunum dan ileum adalah 8-9 kali per menit 2. Gerakan propulsive Jika sebagian besar makanan sudah diserap, kontraksi segmental berhenti dan digantikan oleh gerakan propulsif yang berlangsung di antara waktu makan. Motilitas ini merupakan gelombang – gelombang peristaltik lambat. Kecepatannya antara 0,2 – 2cm/jam tetapi hanya berlangsung singkat dan dilanjutkan dengan kecepatan 1 cm/jam. Gelombang berawal dari lambung dan bermigrasi ke usus halus. Gelombang peristaltik singkat ini memerlukan waktu sekitar

Upload: henggar-allest-pratama

Post on 02-Dec-2015

77 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

BLOK VI PANACEA

TRANSCRIPT

Page 1: Fisiologi Motilitas Dan Digesti

Fisiologi

Motilitas :

a. Intestinum tenue

Pada intestinum tenue terdapat 2 gerakan dalam proses motilitas, yaitu : gerakan pencamupran dan

gerakan propulsif

1. Gerakan pencampuran

Gerakan pencampuran terjadi karena komulasi kontraksi gelombang lambat pada usus yang

menimbulkan segmentasi. Motilitas ini terjadi segera setelah makan. Segmentasi terdiri dari

kontraksi – kontraksi otot polos sirkuler berbentuk cincin di sepanjang usus halus. Di antara

segmen yang berkontraksi terdapat daerah – daerah yang berisi kimus. Dalam beberapa detik,

segmen yang berkontraksi melemas dan daerah yang sebelumnya melemas sekarang bergantian

berkontraksi. Dengan demikian, segmen yang baru melemas menerima kimus dari kedua segmen

yeng berkontraksi di depan dan di belakangnya. Proses ini terjadi berulang – ulang dan secara

bergantian. Dengan cara ini, kimus dihancurkan, dikocok, dan dicampur secara rata.

Pencampuran memiliki fungsi ganda, yaitu mencampurkan kimus dengan getah pencernaan yang

disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memajankan seluruh kimus ke permukaan absorptif

mukosa usus halus.

Kontraksi segmental diawali oleh sel – sel pemicu usus halus, yang menghasilkan irama listrik

dasar ( BER ). Intensitas kontraksi segmental dapat dipengaruhi oleh hormon gastrin, dan oleh

aktivitas saraf ekstrinsik. Frekuensi kontraksi pada jejunum dan ileum adalah 8-9 kali per menit

2. Gerakan propulsive

Jika sebagian besar makanan sudah diserap, kontraksi segmental berhenti dan digantikan oleh

gerakan propulsif yang berlangsung di antara waktu makan. Motilitas ini merupakan gelombang

– gelombang peristaltik lambat. Kecepatannya antara 0,2 – 2cm/jam tetapi hanya berlangsung

singkat dan dilanjutkan dengan kecepatan 1 cm/jam. Gelombang berawal dari lambung dan

bermigrasi ke usus halus. Gelombang peristaltik singkat ini memerlukan waktu sekitar 100 – 150

menit untuk akhirnya bermigrasi ke bagian akhir usus halus, dengan setiap kontraksi menyapu

semua sisa makanan sebelumnya. Gerakan ini juga dapat distimulasi oleh reflek gastroenterik

yang dirangsang oleh saraf myenterikus jika ada makanan yang masuk ke duodenum.

Di akhir intestinum tenue terdapat katup iliosecal yang diatur oleh sfingter ileosecal yang

berfungsi untuk mencegah makanan yang masuk ke colon tidak kembali ke usus halus lagi.

b. Intestinum Crassum

Pada colon juga terjadi 2 macam gerakan yaitu gerakan haustrasi dan gerakan mendorong.

1. Gerakan haustrasi

Gerakan haustrasi mekanismenya sama dengan gerakan mencampur / segmentasi pada usus

halus. Terjadi karena adanya kontraksi otot – otot sirkuler dan kontraksi taenia coli (3 pita otot

longitudinal berkontraksi secara sinergik) sehingga bagian colon yang tidak terangsang

mengalami penonjolan ke luar yang berbentuk kantung. Setiap haustrasi biasanya mengalami

intensitas puncak dalam waktu 30 detik kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Di

Page 2: Fisiologi Motilitas Dan Digesti

gerakan inilah feses dalam usus besar diputar dan dicampur sehinga bersentuhan dengan semua

mukosa usus besar.

2. Gerakan mendorong

Gerakan mendorong terjadi secara lambat tetapi persisten. Pergerakannya adalah gerakan

peristaltic yang terjadi selama 2 fase, yaitu pertama, timbul sebuah cincin konstriksi pada bagian

yang teriritasi (feses bersentuhan dengan epitel /mukosa usus). Kemudian di bagian distal cincin

konstriksi tersebut akan mengalami konstriksi sehingga mendorong feses untuk bergerak maju

selama 30 detik, kemudian relaksasi selama 2-3 menit. Semakin lambat gerakan yang terjadi

pada colon, maka absorbs semakin banyak dan feses yang dihasilkan akan semakin keras.

Digesti

Digesti dimulai dari mulut dan berakhir ketika nutrisi telah menjadi komponen yang cukup kecil untuk

diabsorbsi, yang terjadi pada jejunum dan ileum. Jadi pada intestinum tenue, yaitu bagian jejunum dan

ileum, proses digesti terjadi pada karbohidrat, protein, dan lemak. Pada colon tidak terjadi proses digesti.

Digesti dan absorpsi karbohidrat

Karbohidrat kompleks pada diet dicerna oleh amilase menjadi oligosakarida yang terdiri dari 2-9

monosakarida. Oligosakarida utama yang dihasilkan adalah maltosa, suatu disakarida yang tersusun atas dua

molekul glukosa. Disakarida pada lumen usus akan dipecah menjadi monosakarida oleh enzim-enzim pada

membran microvilli sel epitel usus:

Laktosa dipecah menjadi galaktosa + glukosa dengan bantuan enzim laktase

Maltosadipecah menjadi dua molekul glukosa dengan bantuan enzim maltase

Sukrosadipecah menjadi fruktosa + glukosa dengan bantuan enzim sukrase

Terdapat tiga jenis produk utama berupa monosakarida: galaktosa, glukosa, fruktosa. Glukosa dan

galaktosa akan masuk melalui membran microvilli ke dalam sitoplasma melalui proses transpor aktif,

sedangkan fruktosa masuk ke sitoplasma melalui proses difusi terfasilitasi. Dari sitoplasma, ketiga jenis

monosakarida ini akan bergerak ke bagian basal epitel usus untuk kemudian masuk ke aliran darah dengan

cara difusi terfasilitasi.

Gambar 10. Skema digesti karbohidrat pada lumen usus dan membran microvilli, yang dilanjutkan dengan

absorpsi monosakarida ke dalam sitoplasma dan selanjutnya ke darah

Digesti dan absorpsi lemak

Page 3: Fisiologi Motilitas Dan Digesti

Sekitar 90% lipid dalam diet berada dalam bentuk triasilgliserol(TAG) yang sebagian besar

mengandung asam lemak rantai panjang (16-18 atom karbon). Bentuk lain lipid dalam diet antara lain

kolesterol esterdanfosfolipid. Karena TAG dan produk-produk digestinya bersifat tidak larut air, diperlukan

mekanisme khusus untuk senyawa ini. Ketika TAG masuk ke duodenum, akan terbentuk tetes-tetes lemak

yang akan diemulsifikasi oleh garam-garam empedu. Emulsi ini memungkinkan lebih banyak paparan

dengan lipase, sehingga digesti lipid dapat lebih cepat. Produk digesti yang masuk ke epitel usus adalah

dalam bentuk monoasilgliserol (MAG) dan asam-asam lemak bebas (free fatty acid, FFA).

Di dalam epitel usus, MAG dan asam-asam lemak disintesis ulang menjadi TAG oleh sistem enzim

intraselular pada retikulum endoplasmik halus. TAG yang baru disintesis dikumpulkan dalam bentuk

tetesan, yang semakin membesar selama melewati sel. Selapis fosfolipid dan protein kemudian ditambahkan

pada masing-masing tetes, dan produk yang terbentuk disebut kilomikron. Partikel ini masuk ke central

lacteal villi dan dibawa oleh sistem limfatik ke sirkulasi umum untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.

Gambar 11. Digesti dan absorpsi triasilgliserol. TAG = Triasilgliserol; MAG = Monoasilgliserol; FFA =

Free Fatty Acid (asam lemak bebas); KM = kilomikron

Digesti dan absorpsi protein

Kebutuhan protein tubuh adalah sebanyak 30-35 mg/hari. Protein-protein ini dapat berupa protein

eksogen (dari diet) dan endogen (enzim pencernaan, sel epitel, mukoprotein, protein plasma yang didaur

ulang untuk disintesis kembali menjadi protein yang berbeda). Protein diabsorpsi dalam bentuk asam amino,

dipeptida, dan tripeptida, untuk kemudian ditransfer ke sirkulasi porta dengan sistem transpor diperantarai

carrieryang khusus untuk masing-masing jenis asam amino.

Digesti protein terjadi dengan putusnya ikatan peptida antar dua molekul asam amino. Proses ini

diperantarai oleh berbagai enzim pencernaan (Gambar 12).

Gambar 12. Digesti dan absorpsi protein