fisiologi motilitas dan digesti
DESCRIPTION
BLOK VI PANACEATRANSCRIPT
Fisiologi
Motilitas :
a. Intestinum tenue
Pada intestinum tenue terdapat 2 gerakan dalam proses motilitas, yaitu : gerakan pencamupran dan
gerakan propulsif
1. Gerakan pencampuran
Gerakan pencampuran terjadi karena komulasi kontraksi gelombang lambat pada usus yang
menimbulkan segmentasi. Motilitas ini terjadi segera setelah makan. Segmentasi terdiri dari
kontraksi – kontraksi otot polos sirkuler berbentuk cincin di sepanjang usus halus. Di antara
segmen yang berkontraksi terdapat daerah – daerah yang berisi kimus. Dalam beberapa detik,
segmen yang berkontraksi melemas dan daerah yang sebelumnya melemas sekarang bergantian
berkontraksi. Dengan demikian, segmen yang baru melemas menerima kimus dari kedua segmen
yeng berkontraksi di depan dan di belakangnya. Proses ini terjadi berulang – ulang dan secara
bergantian. Dengan cara ini, kimus dihancurkan, dikocok, dan dicampur secara rata.
Pencampuran memiliki fungsi ganda, yaitu mencampurkan kimus dengan getah pencernaan yang
disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memajankan seluruh kimus ke permukaan absorptif
mukosa usus halus.
Kontraksi segmental diawali oleh sel – sel pemicu usus halus, yang menghasilkan irama listrik
dasar ( BER ). Intensitas kontraksi segmental dapat dipengaruhi oleh hormon gastrin, dan oleh
aktivitas saraf ekstrinsik. Frekuensi kontraksi pada jejunum dan ileum adalah 8-9 kali per menit
2. Gerakan propulsive
Jika sebagian besar makanan sudah diserap, kontraksi segmental berhenti dan digantikan oleh
gerakan propulsif yang berlangsung di antara waktu makan. Motilitas ini merupakan gelombang
– gelombang peristaltik lambat. Kecepatannya antara 0,2 – 2cm/jam tetapi hanya berlangsung
singkat dan dilanjutkan dengan kecepatan 1 cm/jam. Gelombang berawal dari lambung dan
bermigrasi ke usus halus. Gelombang peristaltik singkat ini memerlukan waktu sekitar 100 – 150
menit untuk akhirnya bermigrasi ke bagian akhir usus halus, dengan setiap kontraksi menyapu
semua sisa makanan sebelumnya. Gerakan ini juga dapat distimulasi oleh reflek gastroenterik
yang dirangsang oleh saraf myenterikus jika ada makanan yang masuk ke duodenum.
Di akhir intestinum tenue terdapat katup iliosecal yang diatur oleh sfingter ileosecal yang
berfungsi untuk mencegah makanan yang masuk ke colon tidak kembali ke usus halus lagi.
b. Intestinum Crassum
Pada colon juga terjadi 2 macam gerakan yaitu gerakan haustrasi dan gerakan mendorong.
1. Gerakan haustrasi
Gerakan haustrasi mekanismenya sama dengan gerakan mencampur / segmentasi pada usus
halus. Terjadi karena adanya kontraksi otot – otot sirkuler dan kontraksi taenia coli (3 pita otot
longitudinal berkontraksi secara sinergik) sehingga bagian colon yang tidak terangsang
mengalami penonjolan ke luar yang berbentuk kantung. Setiap haustrasi biasanya mengalami
intensitas puncak dalam waktu 30 detik kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Di
gerakan inilah feses dalam usus besar diputar dan dicampur sehinga bersentuhan dengan semua
mukosa usus besar.
2. Gerakan mendorong
Gerakan mendorong terjadi secara lambat tetapi persisten. Pergerakannya adalah gerakan
peristaltic yang terjadi selama 2 fase, yaitu pertama, timbul sebuah cincin konstriksi pada bagian
yang teriritasi (feses bersentuhan dengan epitel /mukosa usus). Kemudian di bagian distal cincin
konstriksi tersebut akan mengalami konstriksi sehingga mendorong feses untuk bergerak maju
selama 30 detik, kemudian relaksasi selama 2-3 menit. Semakin lambat gerakan yang terjadi
pada colon, maka absorbs semakin banyak dan feses yang dihasilkan akan semakin keras.
Digesti
Digesti dimulai dari mulut dan berakhir ketika nutrisi telah menjadi komponen yang cukup kecil untuk
diabsorbsi, yang terjadi pada jejunum dan ileum. Jadi pada intestinum tenue, yaitu bagian jejunum dan
ileum, proses digesti terjadi pada karbohidrat, protein, dan lemak. Pada colon tidak terjadi proses digesti.
Digesti dan absorpsi karbohidrat
Karbohidrat kompleks pada diet dicerna oleh amilase menjadi oligosakarida yang terdiri dari 2-9
monosakarida. Oligosakarida utama yang dihasilkan adalah maltosa, suatu disakarida yang tersusun atas dua
molekul glukosa. Disakarida pada lumen usus akan dipecah menjadi monosakarida oleh enzim-enzim pada
membran microvilli sel epitel usus:
Laktosa dipecah menjadi galaktosa + glukosa dengan bantuan enzim laktase
Maltosadipecah menjadi dua molekul glukosa dengan bantuan enzim maltase
Sukrosadipecah menjadi fruktosa + glukosa dengan bantuan enzim sukrase
Terdapat tiga jenis produk utama berupa monosakarida: galaktosa, glukosa, fruktosa. Glukosa dan
galaktosa akan masuk melalui membran microvilli ke dalam sitoplasma melalui proses transpor aktif,
sedangkan fruktosa masuk ke sitoplasma melalui proses difusi terfasilitasi. Dari sitoplasma, ketiga jenis
monosakarida ini akan bergerak ke bagian basal epitel usus untuk kemudian masuk ke aliran darah dengan
cara difusi terfasilitasi.
Gambar 10. Skema digesti karbohidrat pada lumen usus dan membran microvilli, yang dilanjutkan dengan
absorpsi monosakarida ke dalam sitoplasma dan selanjutnya ke darah
Digesti dan absorpsi lemak
Sekitar 90% lipid dalam diet berada dalam bentuk triasilgliserol(TAG) yang sebagian besar
mengandung asam lemak rantai panjang (16-18 atom karbon). Bentuk lain lipid dalam diet antara lain
kolesterol esterdanfosfolipid. Karena TAG dan produk-produk digestinya bersifat tidak larut air, diperlukan
mekanisme khusus untuk senyawa ini. Ketika TAG masuk ke duodenum, akan terbentuk tetes-tetes lemak
yang akan diemulsifikasi oleh garam-garam empedu. Emulsi ini memungkinkan lebih banyak paparan
dengan lipase, sehingga digesti lipid dapat lebih cepat. Produk digesti yang masuk ke epitel usus adalah
dalam bentuk monoasilgliserol (MAG) dan asam-asam lemak bebas (free fatty acid, FFA).
Di dalam epitel usus, MAG dan asam-asam lemak disintesis ulang menjadi TAG oleh sistem enzim
intraselular pada retikulum endoplasmik halus. TAG yang baru disintesis dikumpulkan dalam bentuk
tetesan, yang semakin membesar selama melewati sel. Selapis fosfolipid dan protein kemudian ditambahkan
pada masing-masing tetes, dan produk yang terbentuk disebut kilomikron. Partikel ini masuk ke central
lacteal villi dan dibawa oleh sistem limfatik ke sirkulasi umum untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Gambar 11. Digesti dan absorpsi triasilgliserol. TAG = Triasilgliserol; MAG = Monoasilgliserol; FFA =
Free Fatty Acid (asam lemak bebas); KM = kilomikron
Digesti dan absorpsi protein
Kebutuhan protein tubuh adalah sebanyak 30-35 mg/hari. Protein-protein ini dapat berupa protein
eksogen (dari diet) dan endogen (enzim pencernaan, sel epitel, mukoprotein, protein plasma yang didaur
ulang untuk disintesis kembali menjadi protein yang berbeda). Protein diabsorpsi dalam bentuk asam amino,
dipeptida, dan tripeptida, untuk kemudian ditransfer ke sirkulasi porta dengan sistem transpor diperantarai
carrieryang khusus untuk masing-masing jenis asam amino.
Digesti protein terjadi dengan putusnya ikatan peptida antar dua molekul asam amino. Proses ini
diperantarai oleh berbagai enzim pencernaan (Gambar 12).
Gambar 12. Digesti dan absorpsi protein