gangguan motilitas oral

27
1 Gangguan motilitas oral, faring, dan spincter  esophagus bagian atas Benson T.Massey, M.D., F.A.C.P. dan Reza Shaker, M.D., F.A.C.P. Pendahuluan Gangguan pada fase oral dan faringeal pada saat menelan membuat seseorang menjadi sangat lumpuh dan dapat menyebabkan penderita beresiko mengalami kematian akibat obstruksi aliran nafas atas oleh bolus makanan yang  besar atau pneumonia aspirasi. Ketidakmampuan untuk menelan makanan juga menyebabkan terjadinya dehidrasi dan kelaparan dalam jangka waktu singkat serta penurunan berat badan dan malnutrisi pada jangka waktu yang lebih lama. Bahkan sekalipun gangguan motilitas oral dan faringeal tidak mengancam nyawapun, ia dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Epidemiologi Pengetahuan terkini mengenai epidemiologi gangguan deglutisi akibat dismotilitas oral dan faringeal masih terbatas karena sulitnya mendokumentasikan kondisi ini pada survei-survei yang dilakukan pada rekam medik. Dokumentasinya masih sulit karena beberapa hal berikut : (1) hanya penyakit dasarnya saja yang dicatat, namun kondisi gangguan menelannya tidak disebutkan; (2) gejala tidak spesifiknya saja yang terekam (mis. batuk); dan (3)  beberapa subjek masih tidak dikenali, dan karenanya, tidak didokumentasikan mengenai masalah menelannya. Diantara berbagai veteran militer yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat pada tahun 1983, 1% nya dikeluarkan dengan diagnosis disfagia. Prefalensi disfagia pada pasien-pasien rumah sakit terus meningkat dari waktu ke waktu. Disfagia oropharigeal merupakan masalah utama yang terjadi pada orang tua. Survei komunitas menunjukkan bahwa 15% hingga 20% pasien geriatri mengalami disfagia. Pasien diatas 85 tahun mengalami kemungkinan diagnosis keluar disfagia sebesar 18 kali lipat daripada mereka yang umurnya dibawah 25 tahun. Sekitar 33% penghuni fasilitas kesehatan yang terlatih mengalami

Upload: sjaiful

Post on 02-Jun-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 1/27

1

Gangguan motilitas oral, faring, dan spincter  esophagus bagian atas

Benson T.Massey, M.D., F.A.C.P. dan Reza Shaker, M.D., F.A.C.P.

Pendahuluan

Gangguan pada fase oral dan faringeal pada saat menelan membuat

seseorang menjadi sangat lumpuh dan dapat menyebabkan penderita beresiko

mengalami kematian akibat obstruksi aliran nafas atas oleh bolus makanan yang

 besar atau pneumonia aspirasi. Ketidakmampuan untuk menelan makanan juga

menyebabkan terjadinya dehidrasi dan kelaparan dalam jangka waktu singkat

serta penurunan berat badan dan malnutrisi pada jangka waktu yang lebih lama.

Bahkan sekalipun gangguan motilitas oral dan faringeal tidak mengancam

nyawapun, ia dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Epidemiologi

Pengetahuan terkini mengenai epidemiologi gangguan deglutisi akibat

dismotilitas oral dan faringeal masih terbatas karena sulitnya mendokumentasikankondisi ini pada survei-survei yang dilakukan pada rekam medik.

Dokumentasinya masih sulit karena beberapa hal berikut : (1) hanya penyakit

dasarnya saja yang dicatat, namun kondisi gangguan menelannya tidak

disebutkan; (2) gejala tidak spesifiknya saja yang terekam (mis. batuk); dan (3)

 beberapa subjek masih tidak dikenali, dan karenanya, tidak didokumentasikan

mengenai masalah menelannya.

Diantara berbagai veteran militer yang dirawat di rumah sakit di Amerika

Serikat pada tahun 1983, 1% nya dikeluarkan dengan diagnosis disfagia.

Prefalensi disfagia pada pasien-pasien rumah sakit terus meningkat dari waktu ke

waktu. Disfagia oropharigeal merupakan masalah utama yang terjadi pada orang

tua. Survei komunitas menunjukkan bahwa 15% hingga 20% pasien geriatri

mengalami disfagia. Pasien diatas 85 tahun mengalami kemungkinan diagnosis

keluar disfagia sebesar 18 kali lipat daripada mereka yang umurnya dibawah 25

tahun. Sekitar 33% penghuni fasilitas kesehatan yang terlatih mengalami

Page 2: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 2/27

2

gangguan makan. Diantara pasien-pasien dengan stroke, sekitar setengahnya

mengalami gejala-gejala atau bukti-bukti mengenai adanya disfungsi orofaringeal.

Akan tetapi, banyak dari disfagia pasien-pasien ini akhirnya menghilang sendiri

seiring dengan waktu.

Pada level individu, beban yang dihasilkan oleh gangguan menelan ini

sangatlah nyata. Pada sebuah studi yang dilakukan pada orang-orang tua dengan

gangguan menelan, sekitar setengahnya dilaporkan meningkatkan dietnya,

memakan lebih sedikit, dan tidak dapat menikmati makanannya, merasa malu

dengan cara makan mereka, menghindari makan bersama orang lain, dan

mengalami penurunan berat badan. Jumlah biaya kesehatan yang harus

dikeluarkan untuk pasien yang mengalami gangguan menelan sangatlah besar.

Pada tahun 1992 di Amerika Serikat, program Medicare telah membiayai cara

makan parenteral pada 200.000 pasien yang menghabiskan 505 juta dollar. Harga

yang dibawar ini merupakan fraksi kecil dari seluruh harga yang harus dibayarkan

untuk merawat pasien-pasien dengan disfagia oral dan faringeal. Hal ini sudah

dapat diduga seiring dengan meningkatnya jumlah harapan hidup rata-rata populasi.

Klasifikasi gangguan motorik oral dan faringeal

Terdapat dua konsep utama untuk mengklasifikasikan gangguan oral dan

faringeal. Yang pertama adalah pada perspektif fungsional, yang disebabkan

oleh efek dari gangguan neuromuskular pada jalur menelan yang tidak dapat

mempertahankan transport dan pengolahan makanan bolus normal. Klasifikasi

kedua menggunakan perspektif patofisiologi untuk mengklasifikasikan gangguan

 pada motilitas orofarigneal berdasarkan etiologi dan patogenesis dari gangguan

neuromuskuler. Informasi yang diperoleh dari kedua perspektif ini dibutuhkan

untuk menilai dan mengobati pasien-pasien tersebut.

Page 3: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 3/27

3

Klasifikasi Fungsional

Klasifikasi fungsional dari dismotilitas orofaringeal adalah penting karena

 pada saat munculnya gejala, etiopatogenesisnya biasanya tidak jelas. Karena itu,

 penyebab utamanya masih tetap tidak terdiagnosis atau terbukti sulit untuk

diobati, sehingga terapi spesifik tidak dapat dilakukan. Karena itu, kita perlu

mengerti mengenai gangguan fungsional, untuk mengetahui apakah pemberian

makan melalui oral masih aman dan apakah perlu dilakukan modifikasi diet.

Kebanyakan pengobatan dapat meningkatkan fungsi bahkan sekalipun penyebab

etiologisnya tidak diketahui dan belum dikoreksi. Kebanyakan defisit fungsional

spesifik dapat memberikan petunjuk pada gangguan etiologis dasarnya, sekalipun

kebanyakan gangguan fungsional dapat bermanifestasi menjadi berbagai keluhan.

Pasien dengan disfagia orofaringeal dapat memliki gangguan fungsional yang

multipel. Gangguan fungsional dapat dikategorikan berdasarkan pada fase

menelan manakah ia bermasalah dan berdasarkan kemampuan untuk mendeteksi

apakah terdapat defisit spesifik. Gambaran skematis pada gangguan fungsional

 pada perjalanan bolus dapat di ilustrasikan pada gambar 1.

Gambar 1 : Gambaran gangguan menelan pada orofaringeal

Page 4: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 4/27

4

Gambar 1 menunjukkan bolus barium pada cavum oral pada pasien yang

tidak dapat mulai menelan. Panel 2 menunjukkan regurgitasi akibat kegagalan

 penutupan velopharingeal. Panel 3 menunjukkan aspirasi barium kedalam larings

dan trakea. Panel 4 menunjukkan barium residual pada vallecula (celah antara

aspek posterior lidah dan epiglottis). (sumber : dari AGA Clinical Teaching

Project, dengan persetujuan dari American Gastroenterology Association).

Gangguan Fungsional pada fase oral

Masalah fungsional pada fase oral dari proses menelan antara lain adalah

gangguan pada fase persiapan, kontrol bolus yang buruk, kesulitan dalam

memulai menelan, dan gangguan pada transportasi bolus.

Gangguan pada fase persiapan

Gangguan fungsional pada fase persiapan termanifestasikan pada

ketidakmampuan untuk memampatkan dan mencampurkan bolus dan

memposisikannya pada posisi yang tepat pada bagian dorsum lidah sebagai

 persiapan menelan. Kelompok-kelompok otot fasial, mastikatorik, dan lidah

(intrinsik/ekstrinsik) adalah bagian yang paling sering menjadi penyebabnya.

Kelemahan otot atau spastisitas dapat menyebabkan kegagalan dalam

memposisikan bolus pada permukaan yang keras dan membuat kemampuan

melumat makanan menjadi lemah. Defisit sensorik dapat menyebabkan kegagalan

untuk menyadari gangguan pelumatan bolus yang inkonsisten atau peletakannya

yang tidak sesuai. Gangguan yang lebih tinggi lagi dapat berasal dari bagian

tengah otak sentral sehingga menyebabkan kegagalan untuk menginisiasi atau

mempertahankan proses mastikasi.

Gangguan kontrol bolus.  Kontrol bolus yang terganggu dapat bermanifestasi

 berupa kegagalan untuk mempertahankan bolus didalam kavum oral sebelum

memulai proses menelan. Hal ini dapat menyebabkan tertumpahnya bolus secara

antegrade keluar dari bibir, atau retrograde ke farings. Kelompok otot yang

Page 5: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 5/27

5

 berpotensi terlibat pada gangguan otot ini sama dengan kelompok otot yang

terganggu pada proses persiapan diatas, dengan tambahan yaitu kelompok otot

 palatuum. Defisit sensoris dapat menyebabkan pasien tidak dapat menyadari

terjadinya tumpahan makanan yang sudah, atau yang akan terjadi.

Tertumpahnya makanan yang terjadi secara prematur dapat dilihat pada

video (gambar 2)

Gambar 2 : videofluoroscopy dan videoendoscopy

Gambar ini diambil dari video dan menunjukkan : a :tumpahan prematur (lihat

video 1); b: bar cricopharingeal (lihat video 2) ; C : aspirasi (lihat video 3).

Video 1 : videofluoroscopic pada tumpahan prematur

Videoklip ini berasal dari pasien dengan gangguan disfagia orofaringeal yang

 berat. orientasinya adalah pada anterior-posterior. Sebelum terjadinya proses

menelan, material yang tersisa masih terlihat pada vallecula dan sinus piriform

(densitas oval merupaakan tanda eksternal). Sebelum proses menelan prematur

Page 6: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 6/27

6

terjadi (tanda panah putih) ditemukan pada sebelah kanan. Kecepatan videoklip

telah dikurangi sedikit dari waktu real untuk memudahkan pemahaman.

Gangguan inisiasi menelan. Kesulitan dalam memulai fase oral pada proses

menelan dapat disebabkan oleh gangguan pada koleksi neuron-neuron pada

 batang otak yang membentuk pola generator menelan, atau menyebabkan

kegagalan sensorik atau input kortikal untuk mengaktifkan proses menelan pada

waktu yang tepat. Hasil fungsionalnya adalah manipuasi oral berlebihan pada

 bolus, akumulasi bolus pada cavum oral, atau pergerakan bolus kearah farings.

Yang terakhir mungkin dapat menyebabkan terjadi proses menelan faringeal atau

menelan refleks, namun biasanya refleks ini pun dapat terganggu juga.

Gangguan pada transportasi bolus. Gangguan transportasi bolus pada fase

oral biasanya disebabkan oleh disfungsi otot-otot intrinsik dan ekstrinsik lidah.

Hal ini biasanya akan bermanifestasi berupa kegagalan untuk membersihkan bolus

dari cavum oral dengan cara menelan, terkadang, ia menyebabkan terjadinya

 proses menelan yang berulang kali sebagai usaha untuk membersihkan material-

material bolus yang tersisa.

Gangguan fungsional pada Fase Faringeal

Gangguan fungsional pada fase faringeal biasanya bermanifestasi berupa

kegagalan untuk membersihkan bolus yang sudah tertelan dari farings. Hal ini

dapat disebabkan oleh kegagalan propulsif, obstruksi aliran bolus, atau kegagalan

untuk mempertahankan penutupan lumen pada tempat masuk dan keluar padafarings. Gangguan sensorik dapat menyebabkan modifikasi fungsi otot-otot

sebagai respon dari kebutuhan transport yang berbeda atau dapat mencegah

deteksi kegagalan transportasi bolus melalui farings.

Kegagalan otot dan inkordinasi fase faringeal. Sekalipun lidah yang

memberikan tenaga terbesar dalam menggerakkan bolus kedalam esofagus, otot-

Page 7: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 7/27

7

otot pada kelompok faringeal juga berkontraksi dengan pola “menggugurkan”

untuk membersihkan jalur bolus mulai dari farings hingga ke esofagus. Kegagalan

atau inkordinasi dari kontraksi faringeal ini menyebabkan terdapatnya sisa bolus

 pada farings diakhir proses menelan. Kegagalan pada elevator faringeal dapat

menyebabkan pemanjangan jalur transportasi bolus dan menyebabkan kegagalan

 pembersihan bolus derajat rendah. Kegagalan pada otot-otot palatum dapat

menyebabkan kegagalan untuk menutup farings bagian superior, sehingga

terjadilah regurgitasi bolus ke nasofarings. Kegagalan pada tonus basal atau

respons refleks pada spincter esofagus atas (UES) dapat menyebabkan tejradinya

regurgitasi esofaagofaringeal, sekalipun bukti-bukti bahwa hal ini penting secara

klinis masih terbatas. Sebaliknya, kegagalan pada UES dalam berelaksasi

merupakan respons dari distensi esofagus, seperti yang terlihat pada akalasia, dan

lebih jarang menyebabkan esofagus yang melebar yang akhirnya menyumbat

larings.

Obstruksi aliran faringeal. Passase bolus dari farings kedalam esofagus

membutuhkan pembukaan dari UES. Pembukaan yang normal sangat tergantung beberapa hal : (1) relaksasi UES, (2) traksi anterior pada UES oleh kerja dari otot-

otot tertentu pada suprahyoid dan infrahyoid saat larings bergerak kedepan, (3)

kekuatan pulsi yang tertransmisikan oleh bolus yang akan masuk, dan (4)

 pelebaran dari UES akibat kemampuan jaringannya yang elastis. Gangguan pada

salah satu dari faktor-faktor ini dapat menyebabkan gangguan pembukaan UES

dan gangguan pembersihan bolus dari farings. Gangguan pembukaan UES biasa

terlihat apda bar cricofaringeal pada gambaran lateral videofluoroscopy (video 2).

Hal ini dapat disebabkan dari abnormalitas pada lebar dan waktu dari relaksasi

UES, kontraksi UES yang paradoksal, atau distensilitas UES yang abnormal.

Pembersihan bolus yang komplit dari farings dapat tetap terjadi sekalipun terdapat

faktor-faktor yang mempengaruhi pembukaan, seperti traksi relaksasi atau

komplians, hingga terdapat dorongan pulsi yang cukup. Akan tetapi, hal ini

menyebabkan terjadinya peningkatan tenaga yang dibutuhan untuk melawan

resistensi aliran bolus. Tekanan intrabolus yang tinggi ini dapat mengaktivasi

Page 8: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 8/27

8

reseptor tekanan pada mukosa untuk memicu gejala-gejala disfagia. Tekanan

darah tinggi juga dapat menyebabkan terjadinya pulsi diverticulum (Zenker’s). 

Video 2: contoh videofluoroscopi pada cricofaringeal

Videoklip ini adalah gambaran lateral dari videofluoroscopy cricopharyngeal

 pasien, tampak keluarnya kolum barium ke posterior (tanda panah). Perlu

diperhatikan bahwa setelah fase menelan awal telah terjadi,masih terdapat retensi

ringan residu pada valleculae dan sinus piriform. Hal ini kebanyakan akan bersih

 pada proses menelan selanjutnya. Kecepatan dari videoklip telah dikurangi sesuai

dengan waktu yang sesungguhnya untuk memudahkan pemahaman.

Aspirasi makanan dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah proses

menelan (video 3). Aspirasi makanan sebelum menelan terjadi akibat terdapatnya

kebocoran makanan yang prematur kedalam orofaring dan proses masuk

 berikutnya kedalam bukaan laringeal yang tidak terproteksi sebelum dimulainya

fase menelan oral. Gangguan pada penutupan laringeal yang bersifat protektif

dapat menyebabkan terjadinya aspirasi. Proses aspirasi intra-deglutisi terjadi

ketika penutupan larings gagal terjadi akibat kelemahan atau inkordinasi dari otot-

otot di kelompok larings. Aspirasi post-deglutisi terjadi ketika terdapat gangguan

 pembersihan bolus dari sisa bolus pada hipofaring pada daerah disekitar pintu

masuk larings. Saat apnea akibat deglutisi terjadi dan jalur pernafasan terbuka,

maka bolus yang tertahan dapat tumpah kedalam larings, terutama bila respirasi

terjadi pada fase inspiratorik.

Page 9: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 9/27

9

Video 3: contoh videofluoroscopic aspirasi

Subjek yang sama dengan video 1. Tampak sebuah marker berbentuk cakram

 pada bagian anterior. Selama proses menelan terdapat gangguan pembukaan UES

dan retensi substansial bolus ke dalam hipofaring. Selama proses menelan

 berikutnya, beberapa material ini tampak memasuki saluran nafas (kepala panah

hitam). Kecepatan dari videoclip ini telah di kurangi dari waktu yang

sesungguhnya, untuk memudahkan pemahaman.

Klasifikasi patofisologik

Gangguan yang terjadi pada seluruh level sistem syaraf dapat menyebabkan

disfagia orofaringeal, sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit

neuromuskular dan sistemik. Pemahaman mengenai etiologi dan patofisiologi dari

 penyakit yang dapat menyebabkan dismotilitas orofaringeal dapat membantu

 pemberian penatalaksanaan yang spesifik. Pada beberapa hal, gangguan ini dapat

diklasifikasikan berdasarkan letak lesi atau defisit, sekalipun beberapa gangguan

dapat menyebabkan defisit pada berbagai level. Contoh spesifik dari berbagai

gangguan akan dijelaskan berikutnya.

Lesi diatas batang otak

Berbagai variasi lesi diatas batang otak dapat menyebabkan disfagia (tabel

1). Lesi pada korteks serebri dapat menyebabkan berbagai variasi manifestasi

neurologik yang berbeda-beda yang dapat disertai dengan gejala disfagia.

Kecelakaan serebrovaskuler (stroke) adalah penyebab utama dari kasus disfagia

orofaringeal akut. Jarang terjadi, disfagia yang muncul sendiri, atau gejala stroke

yang muncul sendiri. Lebih jauh, pasien-pasien dengan stroke biasanya tidak

Page 10: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 10/27

10

menyadari masalah menelan mereka dan gagal untuk menyesuaikan intake oral

mereka untuk mengkompensasikan deifisit yang terjadi. Stroke unilateral yang

melibatkan hemisfer kanan lebih sering menyebabkan aspirasi daripada stroke

 pada hemisfer kiri. Stroke yang melibatkan kedua hemisfer lebih besar resiko

terjadi aspirasinya. Meskipun kedua kortikal hemisfer terlibat pada proses

menelan, biasanya terdapat lateralisasi dominan yang bervariasi pada setiap

 pasien. Bukti tidak langsung menyatakan bahwa disfagia lebih sering terjadi

ketika hemisfer dominan yang terkena stroke. Penyembuhan fungsi menelan

setelah stroke unilateral tampaknya memerlukan reorganisasi pada sisi yang tidak

terserang stroke.

Mendeteksi adanya gangguan deglutisi terjadi akibat stroke sangatlah

 penting karena beberapa alasan. Pertama, pada masa akut, penatalaksanaan dapat

segera diberikan untuk mencoba mengembalikan gangguan iskemik dan

mencegah perluasan iskemik. Kedua, penatalaksanaan dapat dimulai untuk

mengidentifikasi etiolgi penyebab terjadinya stroke, seperti adanya stenosis berat

 pada arteri intra dan ekstra kranial atau adanya sumber emboli dari jantung.

Terakhir, langkah-langkah dapat segera dilakukan untuk mencegah terjadinya

stroke berulang, juga untuk mengontrol hipertensi dan pemberian terapi

antiplatelet.

Tabel 1 : etiologi disfungsi akibat lesi diatas batang otak

Iskemik

Trauma

Metabolik/degeneratif Penyakit parkinson’s 

Alzheimer’s / demensia lainnya 

Cerebral palsy

Penyakit Huntington’s 

Wilson’s Disease 

Amyotrophic lateral sclerosis

Tardive dyskinesia/torticollis

Adrenoleukodystrophy

Infeksi/inflammasi/imunitas Whipple’s disease 

Multiple sclerosis

Infeksi ensefalitis/meningitis

Cerebritis lupus

Page 11: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 11/27

11

Syphilis

Difteri

MeningiomaMetastasis

 Neoplasma Otak

Meningioma

Metastase

Epilepsi

Iatrogenik Radiasi

Operasi

Medikasi (sedatif, antagonis dopamin)

Manifestsi lain dari stroke tergantung dari keluasan dan lokasi lesinya.

Mungkin dapat ditemukan disfungsi sensorimotor pada berbagai bagian tubuh,

gangguan pergerakan, kejang, defisit kognitif, dan perubahan pada kepribadian

dan afek, serta penurunan level kesadaran.

Lesi kortikal biasanya memberikan efek yang lebih besar pada fase menelan

oral, yang paling potensial untuk dilakukan modifikasi secara sadar. Misalnya,

 pasien dengan sindrom operculum yang memiliki kesukaran menelan dan

memulai menelan, sementara proses menelan refleksif faringeal dapat normal.

Pasien dengan disfungsi pada pusat yang lebih tinggi biasanya menunjukkan

 pergerakan lidah yang tremor, repetitif, dan diskinetik, juga terdapat kontrol bolus

yang buruk oleh lidah, sehingga terjadi tumpahan prematur. Respons otot-otot

yang reflksif dan emosional dapat ditemukan pada suprabulbar palsy, dimana

terdapat kehilangan efek inhibisi dari traktus piramidalis descendens. Juga dapat

ditemukan disosiasi antara hilangnya kontrol pada otot-otot volunter, namun tidak

ditemukan gangguan fungsi automatik dan emosional, begitu pula sebaliknya.

Sebagai tambahan, pasien-pasien dengan disfungsi kortikal biasanya tidak

menyadari gangguan motilitas orofaringealnya dan akhirnya gagal untuk

mengompensasi disfungsi mereka.

Berbagai variasi gangguan neurologik dapat menyebabkan terjadinya

disfagia subakut dan progresif. Beberapa diantaranya adalah penyakit Whipple’s,

dan ensefalopati bakterial, fungal, spirocheta (neursyphilis), dan viral.

Page 12: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 12/27

12

Lesi pada sistem ekstrapiramidal

Penyakit parkinson’s adalah penyebab yang utama pada disfagia

orofaringeal dan biasanya terjadi pada fase penyakit yang sudah lama. Pasien-

 pasien biasanya tidak menyadari defisit menelannya. Gangguan dapat ditemukan

 baik pada fase deglutisi oral (pengeluaran air liur, pergerakan lidah berulang-

ulang, deglutisi makanan sedikit-sedikit, kebocoran primer, residu oral) maupun

 pada fase deglutisi faringeal (residu faringeal, relaksasi yang buruk dari spincter

esofagus atas, aspirasi).

Lesi pada batang otak

Banyak lesi pada batang otak yang bisa menyebabkan disfagia orofaringeal

(tabel 2). Gangguan vaskuler iskemik maupun hemorrhagik dapat menjadi

 penyebab utama lesi pada batang otak. Terdapat hubungan dengan penyakit

atherosclerotik, sumber emboli, keadaan hiperkoagulasi, dan vaskulitis. Karena

terdapat pemadatan pada sejumlah nuclei pada batang otak, maka biasanya lesi

 batang otak mempengaruhi lebih dari satu fungsi. Misalnya infark pada medullar

lateral (Wallenberg’s syndrome) akibat oklusi pada arteri sere bellar inferior

 posterior tidak hanya menyebabkan disfagia dan disrarthria (sebagai akibat dari

kerusakan nucleus abiguus dan hubungannya ke nucleus tractussolitarius), namun

 juga menyebabkan vertigo, nystagmus, mual, dan muntah; ataksia tungkai

ipsilateral; hilangnya sensasi fasial ipsilateral (nyeri dan temperatur); serta

hilangnya sensasi kontral lateral (nyeri dan temperatur) pada batang tubuh dan

ekstremitas. Konstellasi defisit ini sangat penting dalam melokalisir lesinya.

Tabel 2 : Etiologi Disfungsi Batang Otak

Infeksi/inflammasi/immunitas   Multiple sclerosis

  Vaskulitis lupus

Ischemia

Trauma

Metabolik/degeneratif   Olivopontocerebellar atrophy

 

Progressive pontobulbar palsy

Page 13: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 13/27

Page 14: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 14/27

14

 bawah pada ALS. Lesi dari nervus ini menganggu proses menelan pada fase oral.

Adanya fase lilin dan penurunan selama penyakit terjadi menunjukkan gejala

multiple sclerosis atau dapat juga akibat demyelinasi polyradiculoneuropathy

inflammasi kronik. Disfungsi yang cepat dalam beberapa jam hingga beberapa

hari merupakan tanda dari proses infeksius atau postinfeksius, seperti herpes

zoster (Ramsay Hunt syndrome) atau sindrom Guillain-Barré. Bila ditemukan

 bintik café-au-lait maka hal itu menandakan adanya neurofibromatosis.

Kemerahan berbentuk vesikuler dapat diikuti dengan manifestasi neurologik

seperti pada sindrom Ramsay Hunt, namun pada beberapa kasus, gejala

neurologik dapat timbul lebih dulu.

Tabel 3 : Etiologi Disfungsi Pada Nervus Perifer

Infeksi/inflammasi/immunitas  Multiple sclerosis

 Poliomyelitis/postpoliosyndrome

 Sindrom Guillain-Barre

 Herpes zoster

 Chronic inflammatorydemyelinating polyradiculoneuropathy

 Botulism

 Tetanus

 Syphilis

Trauma

 Neoplastik  Schwannoma

  Neurofibromatosis

 Penyebaran lokal kanker

 Sindrom Eaton-Lambert

Destruktif/degeneratif  Amyotrophic lateral sclerosis

Iatrogenic  

Operasi leher

 Radiasi

 Injeksi toksin botulinum

Penyakit pada neuromuscular junction dan otot

Terdapat banyak penyakit pada neuromuscular junction dan otot yang dapat

menyebabkan terjadinya disfagia (tabel 4). Transmisi neuromuskuler dapat

terganggu, sehingga menyebabkan terjadinya kelemahan otot yang berat pada

Page 15: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 15/27

15

otot-otot orofarings dan larings. Gangguan transmisi neuromuskuler pada

myasthenia gravis disebabkan oleh respons autoimun yang dimediasi oleh

antibodi reseptor antiasetilkolin yang spesifik. Antibodi ini adalah

immunoglobulin G dan sel-T dependent yang berhubungan dengan penyakit

thymoma dan thyroid. Sindrom Eaton-Lambert juga merupakan kelainan

autoimmune akibat adanya antibodi paraneoplastik yang menghambat kalsium

channel presinaptik. Obat-obatan tertentu dan toksin-toksin juga dapat

menyebabkan hambatan pada transmisi neuromuskular, dan juga terdapat berbagai

kelainan kongenital yang jarang yaitu sindrom myasthenia yang tidak disebabkan

oleh autoimmune.

Tabel 4 : Etiologi disfungsi Muskuler

Infeksi/inflammasi/imunitas   Poly(dermato) myositis

  Inclusion body myositis

  Myasthenia gravis

  Trichenella

  Sarcoidosis

Degeneratif / metabolik  

Mitochondrial (kearns-Sayresyndrome)

  Distrofi myotonik

  Distropi otot oculopharingeal

  Distrofi otot Duchenne’s 

  Hyper/hypothyroidism

Trauma  

Iatrogenic   Reseksi surgical

  Radiasi

  Myopathy Steroid

Kelainan otot seperti myositis dan metabolik dan myopati degeneratif dapat

melibatkan otot-otot yang terlibat dalam proses menelan. Myositis dapat

melibatkan otot-otot orofaringeal yang dapat disebabkan oleh polymyositis,

dermatomyositis, dan myositis inclusion body. Polymyositis dan dermatomyositis

 biasanya terkait dengan kelainan autoimmune dan dapat menjadi salah satu

manifestasi klinik dari sindrom paraneoplastik. Myopati endokrin dan metabolik,

seperti hypo- atau hypertiroid, lebih jarang terjadi namun ia merupakan penyebab

Page 16: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 16/27

16

disfagia orofaringeal yang dapat diobati. Myopati degeneratif seperti distrofi

myotonik dan myopati oculopharingeal dapat di diagnosa melalui anamnesis dan

 pemeriksaan fisis yang khas. Kombinasi dari onset gradual ptosis disertai disfagia

orofaringeal setelah usia 40 tahun adalah tanda klasik dari distrofi muskular

oculopharingeal. Kelainan dominan automsomal primer ini memiliki prevalensi

yang terus meningkat pada orang-orang Perancis-Kanada, namun kondisi ini telah

 banyak ditemukan juga diseluruh dunia.

Kasus-kasus lain dan kondisi terkait

Berbagai variasi pengobatan medis dan operatif dapat menghasilkan efek

samping yang berat pada proses deglutisi. Gangguan pada akhir kehidupan akibat

 penyakit yang terus berkembang atau karena proses penuaan dapat mempengaruhi

fungsi orofaringeal.

Penyebab disfagia orofaringeal iatrogenik. Disfagia orofaringeal dapat

terjadi akibat komplikasi dari operasi kepala maupun leher untuk mengobati

kanker, penyakit tiroid, atau kelainan pada tulang cervical. Mekanismenya dapat

disebabkan oleh karena terpotongnya struktur neuromuskular yang penting,

kerusakan pada saat traksi dan manipulasi pleksus faringeal, kompresi oleh

 jaringan, pembengkakan, atau hematoma, serta penurunan mobilitas akibat adhesi

atau adanya implan bahan asing. Intubasi laringotrakeal dan pembuatan

trakeostomi juga dapat menyebabkan gangguan menelan dan aspirasi. Hal ini

dapat dihubungkan dengan penurunan elevasi laringeal saat proses deglutisi,

akibat tambatan larings oleh tube. Defek pada sensasi laring dan apnea deglutitifkoordinatif juga pernah dilaporkan tejradi. Kerusakan akibat radiasi, biasanya

untuk pengobatan kanker, dapat menyebabkan kerusakan nervus dan fibrosis otot,

 begitu pula pada inflammasi mukosa maupun xerostomia. Penurunan sensasi

terjadi beberapa bulan setelah terapi. Inflammasi mukosal dapat menyebabkan

nyeri saat menelan. Xerostomia dapat menyebabkan kesulitan untuk

mempersiapkan dan melubrikasi bolus sehingga menyebabkan terjadinya disfagia

fase oral.

Page 17: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 17/27

17

Medikasi dapat memberikan efek samping pada proses menelan akibat

mekanisme yang bermacam-macam. Agen-agen seperti antagonis dopamin, sama

seperti kebanyakan agen neuroleptik dan antiemetik, dapat menyebabkan

diskinesia tardive; gangguan pergerakan ini dapat menyebabkan gangguan

signifikan pada pola normal proses deglutisi. Neuroleptik juga pernah di laporkan

menyebabkan retardasi refleks menelan pada pasien yang mengalami demensia.

Agen-agen sedatif seperti benzodiazepin dan -aminobutyric acid (GABA)-B

receptor agonist baclofen dapat menghambat proses menelan pada level batang

otak, sehingga dapat menyebar dari otot dimana ia di injeksikan untuk

menyebabkan tejradinya kelemahan otot faringeal. Pada pasien dengan gangguan

deglutitif yang terkompensasi, agonis kolinergik dan antagonis dapat masing-

masing menyebabkan kelebihan dan kekurangan produksi saliva.

Gangguan perkembangan. Cerebral palsy adalah kelainan yang biasa terjadi

selama perkembangan neonatal yang dapat mempengaruhi proses menelan.

Pasien-pasien ini menunjukkan spastisitas motorik dan peningkatan keinginan

makan dan menelan. Pasien yng disfagia dapat bermanifestasi menjadi berbagai

variasi kelinan pada fase oral dan faringeal, termasuk aspirasi tersembunyi.

Karena pasien-pasien ini biasanya tidak dapat mendeskripsikan gejalanya, Mereka

dapat datang dengan keluhan bermacam-macam, berupa perubahan perilaku

seperti malas makan, atau dengan gejala hipoksia selama proses makan. Pada

 bayi, yang tidak dapat makan melalui mulut selama masa awal kehidupannya akan

mengalami kegagalan perkembangan sensorimotorik dan respons affektif terhadap

stimulasi oral dan faringeal. Hal ini dapat berakibat pada penentangan

 berkepanjangan pada makanan.

 Penuaan dan motilitas orofaringeal. Seiring dengan proses penuaan,

respons sensorik dan kompliansi jaringan mengalami penurunan yang perlahan-

lahan, sementara itu, kekuatan otot yang dibutuhkan untuk mentransport sebagian

 besar masih bertahan. Penelitian melaporkan adanya penemuan-penemuan berikut

yang terjadi selama proses penuaan : (1) ambang sensoris mengalami peningkatan,

sehingga stimulus yang dibutuhkan untuk memberikan persepsi haruslah lebih

Page 18: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 18/27

18

 besar dari biasanya. Hal ini juga menyebabkan peningkatan stimulus yang

dibutuhkan untuk meneksitasi terjadinya refleks-refleks yang dibutuhkan untuk

melindungi saluran pernafasan seperti refleks penutupan pharingoglottal, refleks

 penutupan esofagoglottal, refleks kontraksi laringo-UES, refleks kontraktil

Faringo-UES, dan refleks menelan. Pada saat respons ini telah tereksitasi,

untungnya, kekuatan respons motoris biasanya masih sama seperti dulu. (2)

tekanan basal UES mengalami penurunan, sekalipun tekanan kontraktil selama

deglutisi masih dipertahankan. (3) penurunan traksi UES pada saat deglutisi akan

menyebabkan lemahnya pembukaan dan peningkatan tekanan intrabolus keatas

dan pemanjangan waktu transit bolus. (4) kekuatan kontraktilitas faringeal masih

di pertahankan atau malah semakin besar. (5) koordinasi dari aktivitas otot selama

 proses menelan masih normal.

Diagnosis dan Pengobatan gnagguan Motilitas Oral dan Faringeal

Kelompok menelan

Saat ini sudah jelas bahwa evaluasi dan penanganan pada pasien dengan

dismotilitas orofaringeal masih sangat sedikit dibandingkan dengan spesialitas

medis atau subspesialitas yang lainnya. Para ahli patolog gangguan-berbahasa,

ahli gastroenterologi, ahli otolaryngologi, ahli syaraf, ahli radiologi, ahli

 pulmonologi, dokter gigi, ahli onkologi, dan psikiatri biasanya dibutuhkan untuk

menanganinya. Hal ini sangat penting agar berbagai fungsi keahlian ini dapat

 bersatu dalam satu tim untuk memberikan yang terbaik bagi pasien. Komunikasi

antar tim sangat penting untuk mencegah test yang tidak perlu, keterlambatan

diagnostik, dan komplikasi aitrogenik.

Pendekatan pada Pasien

Pasien dengan dismotilitas orofaringeal biasanya muncul dengan empat

skenario klinis yang umum : (1) pasien merasakan gejala yang khas menyatakan

dismotilitas oral dan faringeal (tabel 5). (2) pasien sudah didiagnosis, seperti

 pneumoia rekuren yang dapat disebabkan oleh dismotilitas oral atau faringeal,

Page 19: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 19/27

19

namun diagnosis lainnya masih mungkin menjadi penyebabnya. (3) pasien

memiliki gangguan neuromuskuler (mis. Stroke) yang meningkatkan resiko

terjadinya gangguan motilitas orofaringeal yang secara klinis tidak tampak (mis.

tanpa riwayat gejala maupun komplikasi). (4) gejala yang terus berkembang pada

kasus dismotilitas orofaringeal yang telah terdiagnosis.

Pendekatan pada pasien dengan suspek dismotilitas orofaringeal membutuhkan

 berbagai langkah berikut : (1) mengidentifikasi defek fungsional dan mencari tahu

derajat keparahannya. Mengidentifikasi secara spesifik apakah defisit pada pasien

ini menyebabkannya mengalami malnutrisi, asfiksia, atau pneumonia aspirasi. (2)

menentukan etiologi penyebab gangguan dismotilitas. (3) mengeluarkan kondisi

lain yang dapat menyerupai gejala klinis dismotilitas orofaringeal. (4) pengukuran

terapeutik institusi di tujukan langsung pada etiologi yang mendasari begitu pula

gangguan fisiologi deglutitif. (5) memberikan diet yang sesuai dan modifikasi

gaya hidup agar pasien dapat terus makan secara oral.(6) pengembangan rencana

untuk pemberian makanan non-oral atau perlindungan saluran penrnafasan yang

dapat diterima oleh pasien, ketika pemberian makan secara oral tidak dapat di

 berikan lagi.

Tabel 5 : gejala-gejala pada gangguan dismotilitas orofaringeal

Air liur mengalir keluar/menetes Tercekik

Kesulitan memulai menelan Pembersihan tenggorokan berulang-

ulang

Bolus terjepit Suara basah

Kebutuhan untuk menelan berulang-

ulang

Suara serak

Makan lambat Tersedak, gagap,terengah-engah, stridor

 Nyeri menelan (odinofagia) Batuk

Sensasi adanya benda asing (globus) Demam/berkeringat

Tenggorokan sakit Dispnea

Regurgitasi nasofaringeal Penurunan berat badan

Langkah-langkah diatas tidaklah harus dijalani secara berurutan. Berbagai

manuver dapat bersifat diagnostik sekaligus juga terapetik. Alat-alat yang

dibutuhkan untuk melaksanakan langkah-langkah diatas adalah (1) anamnesis

Page 20: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 20/27

20

 pada pasien, (2) pemeriksaan fisis, (3) test pada fungsi ororfaringeal, (4) test-test

untuk menyingkirkan differensial diagnosis dan menegakkan etiologi

 penyebabnya, dan (5) manuver terapetik.

Kondisi yang dapat Menyerupai Gangguan Motorik Orofaringeal

Berbagai lesi mekanik dapat memberikan gejala-gejala disfagia yang mirip

dengan dismotilitas orofaringeal. Lesi umum yang bisa menyebabkan gejala ini

adalah neoplasma, anyaman dan striktur jaringan akibat radiasi, penyakit

gastroesofageal reflux (GERD), atau luka pill pada orofaring atau esofagus

 bagian servikal. Bahkan obstruksi esofagus distal dapat memberikan gejala-gejala

yang dapat bermanifestasi di daerah leher.

Disfagia psikogenik lebih jarang terjadi dan harus di ekslusikan dalam

diagnosis, sebab kebanyakan pasien yang biasanya memiliki disfagia psikogenik

 biasanya akan mendapatkan penyebab organik yang dapat menjadi penjelasan atas

gejala-gejala mereka. Pasien dengan disfagia psikogenik biasanya lebih tidak

ingin dan tidak mau bekerja sama untuk menjalani berbagai test diagnostik akibat

kecemasan saat menelan atau adanya aversi bolus. Pasien dengan disfagia

 psikogenik biasanya memunculkan gejala keragu-raguan saat memulai menelan,

namun ketika proses menelan sudah di mulai, proses selanjutnya akan menjadi

normal. Pasien yang menjalani beberapa seri menelan dan sukses melakukannya,

seperti menyedot segelas air atau barium, akan menyingkirkan kemungkinan

adanya modifikasi secara sadar pada proses menelan masing-masing individu, dan

 proses menelan kemudian berlangsung tanpa adanya kesulitan. Pasien-pasien

dengan disfagia psikogenik memiliki derajat kecemasan yang tinggi namun tidak

memiliki kriteria gangguan makan. Beberapa pasien dengan disfagia psikogenik

memiliki fagofobia atau rasa takut terhadap makanan.

Lesi lain yang dapat menyerupai dismotilitas orofaringeal adalah fistula

trakeoesofageal, postnasal drip, dan refluks gastroesofagofaringeal dengan atau

tanpa disertai asma.

Page 21: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 21/27

21

Mengidentifikasi Gangguan Fungsional

Pemeriksaan anamnesis dan fisis yang teliti biasanya memberikan petunjuk

yang penting untuk mencari tahu penyebab fungsional gangguan deglutisi.

Pemeriksaan langsung pada pasien dapat lebih efektif bila dilakukan dengan

mengobservasi langsung kemampuan pasien untuk menelan berbagai tipe bolus.

Selain dari hasil anamnesis, hasil-hasil test bedside, seperti penurunan

kemampuan menelan air yang dimasukkan ke farings untuk mengeksitasi proses

menelan, penurunan respons batuk terhadap aerosol asam yang di inhalasi, dan

 penurunan saturasi oksigen pada pulse oksimetri selama proses menelan

mengindikasikan peningkatan resiko terjadinya aspirasi atau pneumonia. Karena

studi yang dilakukan bedside memiliki berbagai keterbatasan, beberapa pasien

dengan aspirasi tersembunyi, membutuhkan test fungsional tambahan.

 Barium swallow dan videofluorografi. Ketika etiologi gangguan menelan

masih tidak pasti, test diagnostik pertama yang dilakukan pada kebanyakan kasus

adalah barium paringoesofagram. Sebagai pemeriksaan tambahan untuk

memberikanberbagai informasi pada gangguan fungsional, ia juga dapat

mengidentifikasi lesi yang lebih distal pada esofagus yang memiliki gejala yang

menjalar ke leher. Test ini masih tidak sempurna tanpa adanya test tantangan

 bolus untuk mendeteksi stenosis yang tersembunyi.

Videofluorografi merupakan studi fluoroskopik pada pasien selama proses

menelan pada berbagai variasi konsistensi bolus. Videofluorografi memungkinkan

 pemeriksaan preparat bolus dan transportasi melalui cavum oral dan farings ke

 bagian proksimal esofagus juga untuk mendeteksi pelencengan arah bolus dan

adanya aspirasi boolus. Videofluorogafi juga memungkinkan deteksi berbagai

kelainan strukturan yang penting, seperti divertikula, pembentukan anyaman, dan

tumor-tumor. Ia dapat digunakan untuk memonitoring respons terhadap terapi

menelan.

Page 22: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 22/27

22

Videoendoscopy. Videoendoscopy merupakan pemeriksaan dengan

 peletakan fiberoptik atau endoskopi digital melalui nasal untuk mengobservasi

larings dan farings selama proses deglutisi. Videoendoscopy dapat mendeteksi

regurgitasi nasofaringeal, kebocoran prematur, dan aspirasi.

Pemanfaatan keduanya baik videofluorskopi dan videoendoskopi dapat di

 perbaiki dengan merekamnya untak melakukan review studi, termasuk adanya

kemampuan memutar ulang  slow-motion. Kekuatan pemberian kontras dan

keterbatasan dari kedua studi ini di jabarkan pada tabel 6. Keterbatasan pada

setiap pemeriksaan dapat membuat nya menjadi studi komplementer dalam

mengevaluasi gangguan fungsional orofaringeal.

Tabel 6 : perbandingan test-test diagnostik pada disfagia orofaringeal

Modalitas Videofluoroscopy Videoendoscopy

Keuntungan   Identifikasi abnormalitas

transit bolus

  Deteksi aspirasi laringeal

 

Deteksi kelainan strukturalintra dan ekstralumen

  Melihat kelainan gerakanlidah dan hyolaringeal

  Identifikasi pembukaan

sphincter esofagus atas dan

diverticulum Zenker’s 

  Identifikasi abnormalitas

transit bolus

  Deteksi aspirasi laringeal

 

Deteksi disfungsi pitasuara

  Deteksi kelainan mukosadan struktural intralumen

  Deteksi kelainan sensasi

Kerugian   Eksposur radiasi

  Tidak portable

  Tidak dapat mengecek

fungsi pita suara  Tidak dapat melihatkelainan mukosa

  Portabel, dapat dilakukan

disamping tempat tidur pasien

  Akses terbatas pada fase

oral  Tidak dapat melihat

 pembukaan UES selama menelan

  Tidak dapat melihat proses

ekstralumen

  Tidak nyaman/intoleransi pasien/ epistaksis/reaksis

vasovagal

Page 23: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 23/27

23

 Manometry.manometri adalah peletakan kateter yang dapat mendeteksi tekanan

 pada lumen orofaring. Perubahan tekanan yang tercatat menggambarkan kekuatan

dan koordinasi dari kontraksi maupun relaksasi otot-otot disekitarnya.

Pemanfaatan manometri pada orofaring yang terbaik adalah untuk mencari tahu

adanya relaksasi deglutitif pada UES. (gambar 3). Gejala kegaglaan relaksasi UES

dapat ditemukan walaupun ditemukan ppembukaan UES pada videofluorografi.

Manometri juga dapat mengetahui kelemahan pada otot-otot faring (gambar 4).

Gerakan yang asimetris dan pergerakan deglutisi pada struktur orofaringeal yang

terjadi selama proses pemeriksaan tercatat secara akurat dan terinterpretasikan

dalam data manometrik.

Gambar 3 : contoh manometrik pada disfungsi spincter esofageal

Gambaran manometrik dari pasien dengan disfagia servikal terhadap makan

 padat dengan gejala batuk. Tekanan basal pada Upper esophageal spincter (UES)

telah di rekam dengan menggunakan peralatan yang berlengan. Selama proses

menelan kering, UES tampak gagal untuk berelaksasi dan sebaliknya, ia malah

mulai berkontraksi sebelum adanya gelombang tekanan faringeal pada bagian

tersebut. Tekanan rendah berikut yang tampak setelah lewatnya gelombang

 peristaltik adalah artifak terkait dengan pengosongan sleeve oleh kontraksi.

Page 24: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 24/27

24

Dengan waktu pengisian ulang yang lambat. Tercatat bahwa pemeriksaan

dibawah sleeve, yang berlokasi di bagian distal UES, menunjukkan adanya

relaksasi yang palsu. Hal ini merupakan akibat dari kesalahan letak temporer dari

UES diatas daerah sensorik ini (UES masih berada diatas sleeve). Air 5 ml yang

ditelan menunjukkan adanya relaksasi ringan, namun masih tidak sempurna dan

durasinya masih singkat.

Gambar 4 : contoh manometrik pada kelembahan otot faringeal

Studi manometrik ini menunjukkan studi menelan kering pada pasien dengan

distrofia muskular oculofaringeal yang mengalami disfagia servikal terhadap

makanan padat. Liat bahwa terdapat amplitudo rendah pada gelombang tekanan di

farings. Tekanan basal UES tidak berkurang, dan gelombang peristaltik pada

 bagian proksimal esofagus tampak normal.

Membedakan Etiologi Dismotilitas Oral dan Faringeal

Diulangi kembali, bahwa informasi yang didapatkan berdasarkan

 pemeriksaan anamnesis dan fisis yang teliti dapat sangat membantu dalam

menegakkan diagnosis atau memformulasikan differensial diagnosis. Kebanyakan

Page 25: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 25/27

25

kelainan neuromuskuler yang mempengaruhi motilitas orofaringeal juga dapat

mempengaruhi bagian lain dari tubuh yang biasanya ditemukan sebelum

menunjukkan manifestasi klinis pada orofaring. Menyadari pola-pola keterlibatan

lesi di tempat lain dapat memudahkan diagnosis dari penyebab utama gangguan

motilitas orofaringeal. Akan tetapi, gangguan pada proses mastikasi dan menelan

dapat menjadi gejala utama dan pertama dari kelainan ini. Hal ini biasanya

ditemukan pada myastenia gravis, myositis inclusion body, thyrotoxicosis dan

stroke. Terdapat banyak variasi studi imaging, elektromyografi, dan test-test

laboratorium lainnya telah tersedia untuk mencari tahu adanya defek neurologik

yang mendasari dismotilitas orofaringeal. Keterlibatan focal orofaringeal akibat

gangguan inflammasi otot dapat mengaburkan diagnosis karena test standar untuk

myopati inflammasi, seperti kreatinin kinase serum dan elektromyografi otot

 perifer, dapat saja normal. Pada suatu waktu, biopsi pada otot yang terkena untuk

dilakukan analisis histopatologik mungkin diperlukan untuk menegakkan

diagnosis.

Penatalaksanaan Gangguan Dismotilitas Orofaringeal

Pengobatan pada kondisi yang mendasari, apabila dimungkinkan, adalah

 prioritas yang paling utama. Contoh dari penatalaksanaan spesifik yang bisa

dilakukan adalah pada penyakit tiroid, myastenia gravis, dan myopati

inflammatorik. Obat-obatan yang dapat menyebabkan atau memperberat disfagia,

seperti neuroleptik dan antikolinergik harus dihentikan apabila memungkinkan.

Akan tetapi, kebanyakan pasien dengan dismotilitas orofaringeal tidak memiliki

etiologi yang dapat diobati atau disembuhkan.

Ketika proses tatalaksana pada penyakit yang mendasari tidak bisa

dilakukan, maka pencegahan aspirasi,dan mempertahankan cara makan per oral

adalah tujuan utama dari terapi. Kebanyakn pasien biasanya mengalami disfungsi

menelan yang irreversible dapat mempertahankan cara makan per oral dengan

membuat modifikasi tertentu pada diet atau dengan berbagai intervensi.

Page 26: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 26/27

26

Modifikasi diet dan terapi fisik

Beberapa gangguan fungsional dapat di diatasi dengan beberapa perubahan

 pada diet pasien. Pasien dengan kontrol bolus yang buruk dapat dibantu dengan

memberikan makanan cair yang lebih kental. Pasien dengan kelemahan atau

obstruksi faringeal dapat dibantu dengan memberikan diet yang lebih lunak dan

mengubah bentuk obat pil-pil menjadi bentuk cairan. Posisi tubuh tertentu dan

manuver aktif dapat memfasilitasi lewatnya cairan dan mencegah aspirasi selama

 proses deglutisi. Tergantung dari defeknya, ahli terapi menelan yang terlatih dapat

mengajarkan pasien berbagai manuver seperti melipatkan dagu, menekuk kepala,menelan dengan sadar, menelan supraglottic, menelan secara terus-menerus

(Mendelsohn Maneuver), dan latihan meninggikan kepala secara

isometrik/isotonik (shaker). Studi yang tidak terkontrol pada pasien-pasien dengan

disfagia neurogenik akan membutuhkan intake oral melalui selang yang menjadi

tanda bahwa ia dapat kembali makan secara oral setelah ia diberikan terapi

menelan.

Terapi obat-obatan

Terapi medis untuk gangguan fungsional motiltias orofaringeal masih

terbatas. Pasien-pasien dengan pengeluaran air liur berlebihan atau batuk akibat

saliva yang teraspirasi dapat dibantu dengan mengurangi sekresi saliva dengan

menggunakan obat-obatan antikolinergik atau injeksi toksin botulinum pada

kelenjar salivanya. Injeksi toksin botulinum pada UES dapat memberikan manfaat

 pada gangguan deglutisi akibat gangguan relaksasi UES, sekalipun pengobatan

 berulang biasanya dibutuhkan dan efek paralitiknya dapat memberi efek samping

akibat penyebarannya pada otot-otot sekitar.

Membebaskan sumbatan aliran faringeal

Pada pasien dengan obstruksi pada farings akibat kegagalan relaksasi UES,

maka myotomy pada otot cricopharyngeus telah dilaporkan dapat mengatasi

gejala dan memperbaiki transit bolus. Studi yang ada hingga saat ini masih tidak

Page 27: Gangguan Motilitas Oral

8/10/2019 Gangguan Motilitas Oral

http://slidepdf.com/reader/full/gangguan-motilitas-oral 27/27

terkontrol dan tidak ada prediktor jelas atas kesuksesannya. Begitu juga, dilatasi

 pada UES dengan bougies berkaliber besar atau balon (hingga diameter 20mm)

telah dilaporkan memberikan manfaat yang baik pada pasien yang mengalami

disfagia akibat disfungsi UES. Mekanisme perbaikannya masih tidak diketahui,

dan perdiktor suksesnya masih tidak jelas, begitu juga dengan durasi responsnya.

Terapi dilatasi memiliki manfaat berupa respons klinis yang cepat sekaligus

mencegah komplikasi potensial dari myotomy.

Prosedur Pencegahan Aspirasi

Beberapa prosedur operatif dapat digunakan untuk mencegah aspirasi.

Termasuk didalamnya adalah prosedur medialisasi pita suara dan suspensi larings.

Untuk kasus-kasus yang lebih berat seperti aspirasi yang menetap, operasi untuk

memisahkan saluran nafas dari saluran digestif seperti operasi separasi

laringotrakeal, dapat dipertimbangkan. Hal ini memiliki efek samping merugikan

karena tindakan tersebut harus disertai dengan trakeostomi permanen, namun ia

memungkinkan pasien manapun (bahkan dengan gangguan menelan berat) agar

dapat makan secara oral lagi.

Pemberian makan non-oral

Pemberian makan non-oral dipertimbangkan ketika pasien tidak dapat

mempertahankan hidrasi dan nutrisi nya secara cukup sekalipun sudah dilakukan

modifikasi diet dan intervensi lainnya. Biasanya, hal ini bila dibutuhkan untuk

waktu yang lama, maka dapat dipasangkan sebuah selang yang langsung

terhubungkan kedalam lambung (G-tube). Pemasangan ini dapat dilakukan secara

endoskopik, radiologik, atau operatif. Pasien dengan pemasangan selang makanan

akibat penyakit stroke harus dilakukan pemeriksaan follow-up untuk memantau

kemampuan menelannya, sebab kemampuan menelannya dapat kembali berfungsi

 beberapa bulan kemudian. Juga sangat penting untuk diketahui bahwa selang

makanan tidak dapat mencegah pneumonia aspirasi pada populasi ini, karena itu

 pemasangan selang makanan tidak memperbaiki outcome jangka panjangnya.