fisiologi
TRANSCRIPT
FISIOLOGI
Selain merupakan organ parenkim terbesar, hati juga menduduki urutan pertama dalam
jumlah, kerumitan, dan ragam fungsi. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan
berperan dalam hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan terutama bertanggung jawab atas
lebih dari 500 aktivitas berbeda. Namun hati juga memiliki kapasitas cadangan yang
besar,dan hanya membutuhkan 10-20% jaringan yang berfungsi untuk tetap bertahan.
Destruksi total atau pengangkatan menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 10 jam.
Hati memiliki kemampuan regenerasi yang mengagumkan. Pada kebanyakan kasus,
pengangkatan sebagian hati akan merasang tumbuhnya hepatosit untuk mengganti sel yang
sudah mati atau sakit. Proses regenerasi akan berlangsung lengkap dalam waktu 4 hingga 5
minggu (Lindseth, 2005; Guyton, 1997).
Sel hepar semuanya merupakan suatu kolam reaksi kimia besar dengan laju metabolisme
yang tinggi, saling memberikan substrat dan energi dari satu sistem metabolisme ke sistem
yang lain, mengolah dan mensintesis berbagai zat yang diangkut ke daerah tubuh lainnya, dan
melakukan berbagai fungsi metabolisme lain (Guyton, 1997).
Dalam metabolisme karbohidrat, hepar melakukan fungsi spesifik ini :
1) menyimpan glikogen,
2) mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
3) glukoneogenesis, dan
4) mengubah banyak senyawa kimia penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat.
Hati terutama penting untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal. Misalnya,
penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah,
menyimpannya dan kemudian mengembalikannya kembali ke darah bila konsentrasi glukosa
darah mulai turun terlalu rendah (Guyton, 1997).
Metabolisme lemak juga dapat terjadi di semua sel tubuh, tetapi aspek metabolisme lemak
tertentu terutama terjadi di hati. Beberapa fungsi spesifik hati dalam metabolisme lemak :
1) kecepatan oksidasi beta asam lemak yang sangat cepat untuk mensuplai energi bagi
fungsi tubuh yang lain,
2) pembentukkan sebagian besar lipoprotein,
3) pembetukkan sejumlah besar kolesterol dan fosfolipid, dan
4) pengubahan sejumlah besar karbohidrat dan protein menjadi asam lemak.
Untuk memperoleh energi dari lemak netral, lemak pertama-tama dipecah menjadi gliserol
dan asam lemak; kemudian asam lemak dipecah oleh oksidasi beta menjadi radikal asetil
berkarbon dua yang kemudian membentuk asetil-KoA. Asetil-KoA ini kemudian dapat
memasuki siklus asam sitrat dan dioksidasi untuk membebaskan sejumlah energi yang sangat
besar. Oksidasi beta dapat terjadi di semua sel tubuh, namun terjadi dengan sangat cepat di
sel hepar (Guyton, 1997).
Hati juga berperan dalam metabolisme protein dengan fungsi :
1) deaminasi asam amino,
2) pembentukkan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh,
3) pembentukkan protein plasma, dan
4) interkonversi di antara asam amino yang berbeda demikian juga dengan ikatan penting
lainnya untuk proses metabolisme tubuh.
Pada dasarnya semua protein plasma, kecuali bagian dari gamma globulin, dibentuk oleh sel
hati. Sel hati menghasilkan kira-kira 90% dari semua protein plasma (Guyton, 1997).
Fungsi utama hati adalah pembentukkan dan ekskresi empedu. Hati mengekskresikan
empedu sebanyak satu liter per hari ke dalam usus halus. Kira-kira 80% kolesterol yang
disintesis dalam hati diubah menjadi garam empedu, yang kemudian disekresikan ke dalam
empedu. Unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu. Walaupun
bilirubin merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak memiliki peran aktif,
tapi penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu, karena bilirubin dapat
memberi warna pada jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya (Amirudin, 2007;
Guyton, 1997).
Vesica fellea berfungsi untuk menyimpan empedu yang sedang tidak dibutuhkan tubuh dan
mengentalkannya dengan mengabsorbsi sejumlah cairan dan ion pada empedu. Dalam
beberapa kasus, empedu yang dikeluarkan dapat mencapai 10X lebih kental dibanding saat
masuk. Ketika kosong atau menyimpan sedikit empedu, mucosa vesica fellea membentuk
rugae. Jika ototnya berkontraksi, empedu dialirkan ke dalam saluran empedu, ductus cysticus,
dan kemudian mengalir ke ductus choledochus (Budianto, 2003; Guyton, 1997).
Banyak zat diekskresi ke dalam empedu dan kemudian dikeluarkan ke dalam feses.Salah
satunya adalah pigmen bilirubun. Bilirubin merupakan hasil akhir pemecahan hemoglobin
yang penting. Bila sel darah merah sudah habis masa hidupnya dan menjadi terlalu rapuh,
membran selnya akan pecah dan hemoglobin terlepas dan difagositosis oleh makrofag di
seluruh tubuh. Di sini hemoglobin dipecah menjadi heme dan globin. Kemudian cincin heme
dibuka untuk melepaskan besi ke dalam darah serta pembentukkan pirol yaitu suatu substrat
yang darinya pigmen empedu akan dibentuk. Pigmen pertama yang terbentuk adalah
biliverdin, tetapi ini dengan cepat direduksi menjadi bilirubin bebas, yang secara bertahap
dilepaskan ke dalam plasma. Bilirubin bebas dengan segera bergabung dengan sangat kuat
dengan albumin plasma dan ditranspor dalam kombinasi ini melalui darah dan cairan
interstisial. Sekalipun berikatan dengan protein plasma, bilirubin ini masih disebut bilirubin
bebas (Guyton, 1997; Lindseth, 2005).
Dalam beberapa jam, bilirubin bebas diabsorbsi melalui membran sel hati. Bilirubin
kemudian dilepaskan dari albumin dan setelah itu 80% dikonjugasi dengan asam glukoronat
untuk membentuk asam glukoronida, kira-kira 10% konjugasi dengan sulfat membentuk
bilirubin sulfat, dan akhirnya 10% lainnya dikonjugasi dengan zat lainnya. Dalam bentuk ini
bilirubin dikeluarkan melalui proses transpor aktif ke dalam kanalikuli empedu dan kemudian
masuk ke dalam usus (Guyton, 1997).
Sekali berada di dalam usus, kira-kira setengah bilirubin terkonjugasi diubah oleh kerja
bakteri menjadi urobilinogen, yang mudah larut. Beberapa urobilinogen direabsorbsi melalui
mukosa usus kembali ke dalam darah. Sebagian besar diekskresikan kembali oleh hati ke
dalam usus, tetapi kira-kira 5% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin, urobilinogen
teroksidasi mejadi urobilin, atau dalam feses urobilinogen diubah dan dioksidasi menjadi
sterkobilin (Guyton, 1997).
Sumber:
Guyton, Arthur C., Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 29. Alih
Bahasa: Irawati setiawan et. al. Jakarta: EGC. pp: 1103-1110.
Amirudin, Rifai. 2007. Fisiologi dan Biokimia Hati. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi 4 Jilid 1. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. pp : 415-419.
Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy 2. Surakarta : Keluarga Besar Anatomi FK
UNS. pp : 102-111.
Lindseth, Glenda N. 2005. Gangguan Hati, Kandung Empedu dan Pankreas. Dalam :
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. JakartaG :
EGC. pp : 437-450.