finish evaluasi karakteristik limbah tekstil

33
EVALUASI KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL Industri tekstil di Indonesia menghasilkan serangkaian produk yang hampir lengkap. Sebagian besar produk dari industri tekstil digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sandang. Di samping itu, produk tekstil juga digunakan pada hal lain seperti industri kendaraan bermotor yang menggunakan produk tekstil dalam bentuk kain pembungkus jok. Keadaan ini menyebabkan industri tekstil memegang peranan penting pada sektor perekonomian indonesia. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk lainnya. Proses produksi tekstil ini melibatkan serangkaian tahapan mulai dari proses pemintalan, penenunan, pemasakan, pengelantangan, merserisasi, pewarnanan/pencetakan, hingga proses penyempurnaan. Pemintalan mengubah serat menjadi benang yang kemudian sebelum dilanjutkan proses penenunan, dilakukan pengkanjian agar menjadi kuat dan kaku. Kanji yang terdapat pada benang dihilangkan setelah proses penenunan. Pemasakan dengan soda kaustik encer berfungsi untuk menurunkan berat dan meningkatkan kekuatan bahan. Selanjutnya, pengelantangan akan menguraikan dan membuang zat warna yang masih tertinggal selama proses pemasakan. Pencetakkan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain hingga melalui proses selanjutnya diperoleh produk akhir tekstil. Keberadaan industri tekstil selain menghasilkan tekstil dalam produksinya, juga menghasilkan limbah cair yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan di sekitar industri tersebut. Limbah cair yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan berpotensi menimbulkan pencemaran dan merusak kelestarian ekosistem. Pencemaran air juga dapat menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial karena adanya gangguan oleh zat-zat beracun dan bahan organik berlebih. Dengan demikian, limbah cair yang dihasilkan harus dikelola dengan baik berdasarkan karakteristiknya agar dapat menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung di dalamnya sehingga menjadi aman untuk di buang ke lingkungan. SUMBER LIMBAH Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 1

Upload: chiiey-luvvhy

Post on 24-Jun-2015

712 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

EVALUASI KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL

Industri tekstil di Indonesia menghasilkan serangkaian produk yang hampir lengkap.

Sebagian besar produk dari industri tekstil digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan sandang. Di samping itu, produk tekstil juga digunakan pada hal lain seperti

industri kendaraan bermotor yang menggunakan produk tekstil dalam bentuk kain

pembungkus jok. Keadaan ini menyebabkan industri tekstil memegang peranan penting

pada sektor perekonomian indonesia.

Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain

sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk lainnya. Proses produksi

tekstil ini melibatkan serangkaian tahapan mulai dari proses pemintalan, penenunan,

pemasakan, pengelantangan, merserisasi, pewarnanan/pencetakan, hingga proses

penyempurnaan. Pemintalan mengubah serat menjadi benang yang kemudian sebelum

dilanjutkan proses penenunan, dilakukan pengkanjian agar menjadi kuat dan kaku. Kanji

yang terdapat pada benang dihilangkan setelah proses penenunan. Pemasakan dengan

soda kaustik encer berfungsi untuk menurunkan berat dan meningkatkan kekuatan

bahan. Selanjutnya, pengelantangan akan menguraikan dan membuang zat warna yang

masih tertinggal selama proses pemasakan. Pencetakkan memberikan warna dengan

pola tertentu pada kain hingga melalui proses selanjutnya diperoleh produk akhir tekstil.

Keberadaan industri tekstil selain menghasilkan tekstil dalam produksinya, juga

menghasilkan limbah cair yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan di sekitar

industri tersebut. Limbah cair yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke

perairan berpotensi menimbulkan pencemaran dan merusak kelestarian ekosistem.

Pencemaran air juga dapat menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial karena adanya

gangguan oleh zat-zat beracun dan bahan organik berlebih. Dengan demikian, limbah

cair yang dihasilkan harus dikelola dengan baik berdasarkan karakteristiknya agar dapat

menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung di dalamnya sehingga menjadi

aman untuk di buang ke lingkungan.

SUMBER LIMBAH

Limbah cair industri tekstil dihasilkan dari hampir sebagian besar proses produksi

yaitu proses pengkanjian, penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan, merserisasi,

pencelupan dan penyempurnaan. Banyaknya proses yang dilakukan menyebabkan

limbah cair yang dihasilkan pun berbeda-beda. Berikut ini adalah skema proses produksi

tekstil dan limbah cair yang dihasilkan.

KAPAS SERAT SINTETIS

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 1

Page 2: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Serat

Pemintalan

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 2

PEMBERSIHAN

PEMINTALAN

BENANG

PENENTUAN UKURAN

PENENUNAN,PERAJUTAN

DESIZING

SCOURING

KAPAS TENUNAN

MARSERISASI

PEMUCATAN

PEWARNAAN ATAU PENCETAKAN

PROSES AKHIR

PRODUK AKHIR TEKSTIL

PENENUNAN, PERAJUTAN

TENUNAN

SCOURING

AIR LIMBAH(ASAM, KIMIAWI)

AIR LIMBAH(ALKALIN)

AIRASAM-ASAMENZIM

KANJIALKOHOL POLYVINILSELULOSAKARBOKSIMETILLEM GELATIN

DETERGENSABUNALKALIS

NaOHAIR

AIR LIMBAH(alkalin)

LIMBAH CAIR(PEWARNA, ZAT-ZAT KIMIA)

HIDROGEN PEROKSIDAHIPOKLORIDAASAM

LIMBAH CAIR(WARNA, ZAT-ZAT KIMIA)

BAHAN PEWARNA

ZAT KIMIA (RESIN, SILIKON, DLL)

LIMBAH CAIR(ZAT-ZAT KIMIA)

AIR LIMBAH(alkalin)

TENUNAN

Page 3: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Penenunan

Penghilangan kanji

Pemasakan

Pengelantangan

Merserisasi

Pencelupan

Proses akhir

Produk akhir tekstil

Proses penghilangan kanji biasanya memberikan kadar BOD paling banyak akibat

pembuangan larutan penghilang kanji yang mengandung zat pengkanji dan penghilang

kanji, seperti PVA, CMC, enzim, asam. Penggunaan kanji buatan relatif lebih mengurangi

kadar BOD. Pemasakan, pengelantangan dan merserisasi menghasilkan limbah cair

dengan volume besar, pH tinggi, dan beban pencemaran yang bergantung pada bahan

kimia yang digunakan. Pencelupan/pewarnaan menghasilkan air limbah yang berwarna

dengan COD tinggi dan bahan lain dari zat warna yang dipakai seperti fenol dan logam.

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 3

Karakteristik :BOD dan COD tinggi, TSS tinggi

Karakteristik :BOD dan COD tinggi, pH tinggi, TSS tinggi

Karakteristik :BOD dan COD tinggi, pH dan Suhu tinggi, TSS tinggi

Karakteristik :BOD dan COD rendah, pH tinggi, TSS rendah

Karakteristik :BOD dan COD tinggi, pH netral-alkalis, TSS tinggi, fenol, logam

Page 4: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Jenis zat warna yang digunakan menentukan sifat dan kadar limbah proses pewarnaan.

Zat warna yang mengandung logam krom sudah tidak banyak digunakan indonesia.

PARAMETER LIMBAH CAIR

Kelompok pencemar merupakan kumpulan berbagai pencemar dalam limbah cair

yang memiliki kesamaan karakteristik pencemar, atau kesamaan dampak yang

ditimbulkan, atau kesamaan cara pengolahannya. Kelompok pencemar yang dianggap

berpotensi menimbulkan dampak yang paling merugikan disebut sebagai kelompok

pencemar dominan. Pada industri tekstil ini, terdapat beberapa kelompok pencemar

seperti terlihat pada tabel di atas. Dari beberapa kelompok pencemar yang ada

selanjutnya kita dapat menentukan parameter-parameter yang perlu dilakukan analisis

beserta metode yang digunakan, seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini.

No. Parameter Satuan Metode analisis

A. FISIKA

1. Suhu 0C SNI 06-6989.23-2005

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 4

Page 5: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

2. Kekeruhan (TUR) NTU SNI 06-6989.25-2005

3. Warna Organoleptik

4. Bau Organoleptik

5. TSS mg/L SNI 06-6989.3-2004

6. TDS mg/L SNI 06-6989.27-2005

7. DHL μS/cm SNI 06-6989.1-2004

B. KIMIA

1. pH SNI 06-6989.11-2004

2. BOD5 mg/L SNI 6989.72-2009

3. COD mg/L SNI 6989.73-2009

4. Minyak & lemak (O&G) mg/L SNI 06-6989.10-2004

5. Fenol mg/L SNI 06-6989.21-2004

6. Krom total (Cr) mg/L SNI 06-6989.17-2009

7. Ammonia (NH3) mg/L SNI 06-6989.30-2005

8. Sulfida (S) mg/L SNI 06-6989.32-2005

Warna merah : Parameter In Situ

Parameter in situ merupakan parameter yang pengukurannya dilakukan langsung

di lapangan karena nilainya yang berubah seiring waktu atau sampelnya tidak dapat

diawetkan seperti suhu dan pH. Sedangkan untuk parameter yang nilainya tidak berubah

seiring waktu atau sampelnya bisa diawetkan seperti BOD, COD, logam berat dan

sebagainya dapat dilakukan di laboratorium.

Karakteristik air limbah

1. Karakteristik Fisika

a. Suhu

Suhu merupakan parameter yang dapat mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air

sehingga mengganggu kehidupan organisme akuatik. Perubahan suhu beberapa derajat

saja dapat memberikan perbedaan besar pada jenis organisme yang ada. Selain itu, juga

berpengaruh terhadap kerapatan air, daya viskositas, dan tekanan permukaan.

Kegiatan produksi tekstil yang melibatkan proses pada suhu tinggi menyebabkan

limbah yang dihasilkan memiliki suhu yang tinggi pula. Kondisi ini harus dikendalikan

karena akan berpengaruh pada proses pengolahan air limbah terutama pada proses

biologi.

Metode analisis SNI 06-6989.23-2005

Prinsip

Air raksa dalam termometer akan memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang

diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala termometer

Peralatan

Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110 0C

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 5

Page 6: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Penetapan contoh uji

Air permukaan

Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan dibiarkan 2-5 menit

sampai termometer menunjukkan nilai yang stabil.

Catat pembacaan skala termometer tanpa mengangkat lebih dahulu termometer

dari air.

Air pada kedalaman tertentu

Pasang termometer pada alat pengambil contoh uji

Masukkan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman tertentu untuk

mengambil contoh uji

Tarik alat pengambil contoh uji ke permukaan

Catat skala yang ditunjukkan termometer sebelum contoh air dikeluarkan dari alat

pengambil contoh

b. Kekeruhan

Kekeruhan disebabkan oleh bahan-bahan padat yang ikut tercampur baik yang

bersifat organik maupun anorganik. Pengaruhnya dapat memantulkan sinar matahari

sehingga mengganggu produksi oksigen yang dihasilkan tanaman.

Metode analisis SNI 06-6989.25-2005

Prinsip

Intensitas cahaya contoh uji yang diserap dan dibiaskan, dibandingkan terhadap

intensitas cahaya suspensi baku

Bahan

Air suling dengan DHL kurang dari 2 μS/cm

Larutan I : 1,00 g hidrazin sulfat ((NH2)2H2SO4) dilarutkan dengan air suling dan

diencerkan 100 mL dalam labu ukur

Larutan II : 10,00 g heksa metilen tetramine ((CH2)6N4) dilarutkan dengan air

suling dan diencerkan 100 mL dalam labu ukur

Suspensi induk kekeruhan 4000 NTU

Suspensi baku kekeruhan 40 NTU

Peralatan

Nefelometer

Gelas piala

Botol semprot

Pipet volume 5 mL dan 10 mL

Neraca analitik

Labu ukur 100 mL dan 1000 mL

Penetapan contoh uji

Lakukan kalibrasi terebih dahulu pada alat nefelometer

Cuci tabung nefelometer dengan air suling

Kocok contoh dan masukkan contoh ke dalam tabung pada nefelometer

Biarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil

Catat nilai kekeruhan contoh yang diamati

Perhitungan : kekeruhan (NTU) = A x Fp

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 6

Page 7: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

c. Warna

Warna air limbah berasal dari benda terlarut seperti sisa bahan organik atau

buangan industri yang menggunakan pewarna dalam proses produksinya.

Industri tekstil yang banyak menggunakan pewarna dalam produksinya akan

menentukan sifat limbahnya. Penggunaan pewarna yang mengandung logam akan

mempersulit pengolahannya karena memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan.

Warna merupakan parameter fisik air limbah yang dapat diamati secara langsung.

d. Bau

Bau sangat berkaitan dengan nilai estetika sehingga pengendaliannya menjadi

penting. Penyebabnya dapat berasal dari bahan volatile, gas terlarut, dan hasil

pembusukan bahan organik. Meningkatnya kondisi anaerob dapat menimbulkan bau

akibat terjadinya proses reduksi dan menyebabkan warna air menjadi kehitaman.

e. TSS

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air,

tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Zat padat tersuspensi dapat

dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloidal (partikel

koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Partikel koloid

menyebabkan kekeruhan dalam air akibat terjadinya efek tyndall. Padatan

tersuspensi biasa mempunyai ukuran yang lebih besar dari partikel koloid dan

dapat menghalangi sinar yang akan menembus suspensi.

Metode analisis SNI 06-6989.3-2005

Prinsip

Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah

ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai

berat konstan pada suhu 103 ºC sampai dengan 105 ºC. Kenaikan berat

saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi

menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori

saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk

memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan

padatan total.

Penetapan contoh uji

Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan sedikit

air suling.

Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh uji yang

lebih homogen.

Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan

pengaduk magnetik

Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, biarkan kering

sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh

penyaringan sempurna. Contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 7

Page 8: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

memerlukan pencucian tambahan.

Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan pindahkan ke

wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika digunakan cawan Gooch

pindahkan cawan dari rangkaian alatnya.

Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103ºC sampai dengan

105ºC, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang.

Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan lakukan penimbangan

sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari

4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

f. TDS

Padatan terlarut memiliki ukuran lebih kecil daripada padatan tersuspensi. Padatan

ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air, mineral dan

garam-garamnya.

Metode Analisis SNI 06-6989.27-2005

Prinsip

Penguapan contoh uji yang telah disaring dengan kertas saring berpori 2 μm pada

suhu 180 0C kemudian ditimbang sampai berat tetap.

Penetapan contoh uji

Menimbang pinggan penguap yang beratnya sudah konstan (a gr)

Kocok contoh uji sampai homogen

Memipet 50 mL sampai 100 mL contoh uji, lalu disaring dengan menggunakan kertas

saring.

Filtrat ditampung di dalam pinggan penguap.

Setelah semua contoh tersaring semuanya, maka bilas kertas saring dengan air suling

(dilakukan 3 kali pembilasan).

Pinggan penguap yang telah berisi filtrat, dipanaskan dengan penangas air sampai

kering.

Masukkan pinggan penguap yang telah berisi padatan terlarut yang sudah kering ke

dalam oven pada suhu 1800C selama tidak kurang dari 1 jam.

Pindahkan pinggan penguap dari oven dan dinginkan di desikator.

Timbang dengan neraca analitik.

Ulangi langkah 7 sampai 9 sampai diperoleh berat yang tetap (b gr )

KadarTDS= b−amLcontoh

x106

g. DHL

Kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam μmhos/cm.

Nilai konduktansi dalam air dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion yang terkandung

didalamnya. Semakin tinggi nilai DHL-nya maka kandungan ion logamnya semakin besar.

Metode analisis SNI 06-6989.1-2004

Prinsip

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 8

Page 9: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Daya hantar listrik diukur dengan elektroda konduktimeter dengan

menggunakan larutan kalium klorida, KCl sebagai larutan baku pada suhu 25oC.

Bahan

air suling dengan DHL < 1 μmhos/cm.

larutan baku kalium klorida, KCl 0,01 M.

larutan baku kalium klorida, KCl 0,1 M.

larutan baku kalium klorida, KCl 0,5 M.

Peralatan :

timbangan analitik;

konduktimeter;

labu ukur 1000 mL;

termometer; dan

gelas piala 100 mL.

Penetapan contoh uji

Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.

Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktometer menunjukkan

pembacaan yang tetap.

Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktometer dan catat suhu

contoh uji.

2. Karakteristik Kimia

a. pH

Nilai pH mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan

pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air. Adanya karbonat, hidroksida dan

bikarbonat menaikkan kebasaan air. Sementara adanya asam mineral bebas dan asam

karbonat menaikkan keasaman. Perubahan keasaman pada air buangan baik ke arah

naik (pH naik) maupun ke arah turun (pH menurun) akan sangat mengganggu ikan dan

hewan air di sekitarnya. pH limbah cair industri tekstil sangat bervariasi tetapi umumnya

memliki pH tinggi karena pada prosesnya banyak yang menggunakan larutan alkali.

Metode analisis SNI 06-6989.11-2004

Prinsip

Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen secara

potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter

Bahan

Larutan penyangga, pH 4,004 (25 0C).

Larutan penyangga, pH 6,863 (25 0C).

Larutan penyangga, pH 10,014 (25 0C).

Peralatan

pH meter dengan perlengkapannya

Pengaduk gelas atau magnetik

Gelas piala 250 mL

Kertas tissue

Timbangan analitik

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 9

Page 10: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Termometer

Penetapan contoh uji

Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.

Bilas elektroda dengan contoh uji.

Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan

yang tetap.

Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

b. BOD5

Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan Oksigen Biologis (KOK) adalah

jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan mengoksidasikan

hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat oganik yang tersuspensi.

Semakin besar angka BOD ini menunjukkan bahwa derajat pengotoran air limbah adalah

semakin besar.

Proses penghilangan kanji pada produksi tekstil memberikan BOD paling banyak

dibandingkan proses-proses lainnya. Penggantian kanji dengan kanji buatan dapat

mengurangi nilai BOD.

Metode analisis SNI 6989.72-2009

Prinsip

Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer jenuh oksigen yang

telah ditambah larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian diinkubasi dalam ruang gelap

pada suhu 20 °C ± 1 °C selama 5 hari. Nilai BOD dihitung berdasarkan selisih konsentrasi

oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari. Bahan kontrol standar dalam uji BOD ini,

digunakan larutan glukosa-asam glutamat.

Reaksi

MnSO4 + KOH → Mn(OH)2 + K2SO4

Mn(OH)2 + O2 → MnO2 + H2O

MnO2 + H2SO4 + KI → I2 + K2SO4 + MnSO4 + H2O

I2 + Na2S2O3 → NaI + Na2S2O6

Peralatan

Botol DO

Lemari inkubasi atau water cooler,

suhu 20°C ± 1°C, gelap

Botol dari gelas 5 L – 10 L

Pipet volumetrik 1,0 mL dan 10,0 mL

Labu ukur 100,0 mL; 200,0 mL dan

1000,0 mL

pH meter

DO meter yang terkalibrasi

Shaker

Blender

Oven

Timbangan analitik

Penetapan contoh uji

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 10

Page 11: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

a) Siapkan 2 buah botol DO, tandai masing-masing botol dengan notasi A1; A2;

b) asukkan larutan contoh uji ke dalam masing-masing botol DO A1 dan A2 sampai

meluap, kemudian tutup masing masing botol secara hati-hati untuk menghindari

terbentuknya gelembung udara

c) Lakukan pengocokan beberapa kali, kemudian tambahkan air bebas mineral pada

sekitar mulut botol DO yang telah ditutup;

d) Simpan botol A2 dalam lemari inkubator 20°C ± 1°C selama 5 hari

e) Lakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan dalam botol A1 dengan alat DO

meter yang terkalibrasi sesuai dengan Standard Methods for the Examination of Water

and Wastewater 21st Edition, 2005: Membrane electrode method (4500-O G) atau

dengan metoda titrasi secara iodometri (modifikasi Azida) sesuai dengan SNI 06-

6989.14-2004. Hasil pengukuran, merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (A1).

Pengukuran oksigen terlarut pada nol hari harus dilakukan paling lama 30 menit

setelah pengenceran

f) Ulangi pengerjaan butir e) untuk botol A2 yang telah diinkubasi 5 hari ± 6 jam. Hasil

pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut 5 hari (A2)

g) Lakukan pengerjaan butir a) sampai f) untuk penetapan blanko dengan menggunakan

larutan pengencer tanpa contoh uji. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai

oksigen terlarut nol hari (B1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (B2)

h) Lakukan pengerjaan butir a) sampai f) untuk penetapan kontrol standar dengan

menggunakan larutan glukosa-asam glutamat. Hasil pengukuran yang diperoleh

merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (C1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (C2)

i) Lakukan kembali pengerjaan butir a) sampai butir f) terhadap beberapa macam

pengenceran contoh uji.

c. COD

COD menunjukkan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara

kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. Jumlah oksigen yang dikonsumsi

diekspresikan dalam oksigen ekuivalen mg O2/L. Nilai COD akan lebih besar dari nilai BOD

dari suatu air limbah.

Pada industri tekstil, Limbah cair dari proses penghilangan kanji, pemasakan dan

pewarnaan memberian nilai COD yang tinggi.

Metode analisis SNI 6989.73-2009

Prinsip

Senyawa organik dan anorganik, terutama organik, dalam contoh uji

dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup selama 2 jam menghasilkan Cr3+.

Kelebihan kalium dikromat yang tidak tereduksi, dititrasi dengan larutan Ferro

Ammonium Sulfat (FAS) menggunakan indikator ferroin. Jumlah oksidan yang

dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/L).

Reaksi

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 11

Page 12: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

CxHyOz + Cr2O72-→ CO2 + H2O + Cr3+

Cr2O72- (kelebihan) + Fe2+ → Fe3+ + 2Cr3+ + H2O

Bahan

Air bebas organik

Larutan pereaksi asam sulfat

Larutan baku kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,01667 M (≈ 0,1 N)

Larutan indikator ferroin

Larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 M

Asam sulfamat (NH2SO3H)

Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC6H4COOK, KHP) ≈ COD 500 mg O2/L

Penetapan contoh uji

Pipet volume contoh uji dan tambahkan digestion solution dan tambahkan larutan

pereaksi asam sulfat ke dalam tabung atau ampul

Tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen

Letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 °C, lakukan

digestion selama 2 jam.

d. Minyak & lemak

Lemak dan minyak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga banyak

ditemukan dalam air limbah. Lemak tergolong pada benda organik yang tetap dan tidak

mudah untuk diuraikan oleh bakteri. Apabila lemak tidak dihilangkan pada proses

pengolahan air limbah dapat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan air dan

menimbulkan lapisan tipis di permukaan.

Metode analisis SNI 06-6989.10-2004

Prinsip

Minyak dan lemak dalam contoh uji air diekstraksi dengan pelarut organik

dalam corong pisah dan untuk menghilangkan air yang masih tersisa digunakan

Na2SO4 anhidrat. Ekstrak minyak dan lemak dipisahkan dari pelarut organik secara

destilasi. Residu yang tertinggal pada labu destilasi ditimbang sebagai minyak dan

lemak.

Bahan

Asam khlorida atau asam sulfat, (1 : 1); Campur volume yang sama antara asam dan

air.

Pelarut organik.

Pelarut organik sebaiknya tidak meninggalkan residu pada proses destilasi.

n-heksan dengan titik didih 69oC.

Methyl tert buthyl ether (MTBE) titik didih 55oC sampai dengan 56oC.

Kristal natrium sulfat, Na2SO4 anhidrat.

Campuran pelarut, 80% n-heksan: 20% MTBE v/v.

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 12

Page 13: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Pelarut lain: petroleum benzene atau n-heksan atau petroleum ether atau dichloro

methane (DMC).

Peralatan

Neraca analitik

Corong pisah, 2000 ml

Labu destilasi, 125 ml

Corong gelas

Kertas saring, diameter 11 cm

Alat sentrifugal, yang mampu mencapai putaran sampai 2400 rpm;

Pompa vakum

Adapter destilasi dengan drip tip (lihat gambar a.1)

Penangas air yang dilengkapi pengatur suhu dan dapat diatur suhunya

Wadah buangan pelarut

Desikator

Botol gelas mulut lebar.

Penetapan contoh uji

Pindahkan contoh uji ke corong pisah. Tentukan volume contoh uji seluruhnya (tandai

botol contoh uji pada meniskus air atau timbang berat contoh uji). Bilas botol contoh

uji dengan 30 mL pelarut organik dan tambahkan pelarut pencuci ke dalam corong

pisah.

Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan lapisan memisah, keluarkan lapisan air.

Keluarkan lapisan pelarut melalui corong yang telah dipasang kertas saring dan 10 g

Na2SO4 anhidrat, yang keduanya telah dicuci dengan pelarut, ke dalam labu bersih

yang telah ditimbang.

Jika tidak dapat diperoleh lapisan pelarut yang jernih (tembus pandang), dan terdapat

emulsi lebih dari 5 mL, lakukan sentrifugasi selama 5 menit pada putaran 2400 rpm.

Pindahkan bahan yang disentrifugasi ke corong pisah dan keringkan lapisan pelarut

melalui corong dengan kertas saring dan 10 g Na2SO4, yang keduanya telah dicuci

sebelumnya, ke dalam labu bersih yang telah ditimbang.

Gabungkan lapisan air dan emulsi sisa atau padatan dalam corong pisah. Ekstraksi 2

kali lagi dengan pelarut 30 mL tiap kalinya, sebelumnya cuci dahulu wadah contoh uji

dengan tiap bagian pelarut.

Ulangi langkah pada butir e) jika terdapat emulsi dalam tahap ekstraksi berikutnya.

Gabungkan ekstrak dalam labu destilasi yang telah ditimbang, termasuk cucian

terakhir dari saringan dan Na2SO4 anhidrat dengan tambahan 10 mL sampai dengan

20 mL pelarut.

Destilasi pelarut dalam penangas air pada suhu 85°C. Untuk memaksimalkan

perolehan kembali pelarut lakukan destilasi (lihat Gambar A.1).

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 13

Page 14: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Saat terlihat kondensasi pelarut berhenti, pindahkan labu dari penangas air. Dinginkan

dalam desikator selama 30 menit pastikan labu kering dan timbang sampai diperoleh

berat tetap.

e. Fenol

Fenol merupakan penyebab timbulnya rasa yang ada di dalam air, mudah masuk

melalui kulit dan berbahaya bagi tubuh. Fenol yang dihasilkan dari industri pada

konsentrasi rendah masih dapat dioksidasi melalui proses biologi, tetapi penguraiannya

akan lebih sulit pada konsentrasi yang tinggi.

Metode analisis SNI 06-6989.21-2004

Prinsip

Semua fenol dalam air akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin pada pH 7,9

± 0,1 dalam suasana larutan kalium ferri sianida akan membentuk warna merah

kecoklatan dari antipirin. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya pada

panjang gelombang 460 nm atau 500 nm.

Bahan

Natrium sulfat anhidrat, Na2SO4

Air suling yang mempunyai daya hantar listrik (DHL) 0,5 μmhos/cm sampai dengan 2

μmhos/cm

Kristal kalium Iodida, KI

Asam klorida, HCL pekat 12 N

Natrium klorida, NaCl

Kristal fenol, C6H5OH murni 99,99%

Kloroform, CHCl3

Kalium dikromat, K2Cr2O7 0,025 N

Serbuk di-kalium hidrogen fosfat, K2HPO4

Serbuk kalium dihidrogen fosfat, KH2PO4

Larutan kalium ferisianida, K4Fe(CN)6

Larutan bromat-bromida 0,1 N

Indikator metil jingga 5%

Asam fosfat, H3PO4 1: 9

Natrium thiosulfat, Na2S2O3 0,025 N

Larutan indikator kanji 0,05%

Larutan natrium hidroksida, NaOH 2,5 N

Larutan ammonium hidroksida, NH4OH 0,5 N

Larutan asam sulfat, H2SO4 1 N

Larutan asam sulfat, H2SO4 4 N

Larutan penyangga fosfat

Larutan 4 - aminoantipirin

Larutan kalium ferisianida, K4Fe(CN) 6

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 14

Page 15: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Peralatan

Spektrofotometer uv/vis

Destilator yang dilengkapi dengan labu didih 1000 ml

Penangas air yang dilengkapi dengan pengatur suhu

Buret 50 ml

Corong pemisah 500 ml

Labu ukur 100 ml dan 1000 ml

Gelas ukur 100 ml

Pipet ukur 5 ml dan 10 ml

Pipet volumetrik 1 ml, 2 ml, 5 ml dan 10 ml

Gelas piala 500 ml dan 1000 ml dan

Erlenmeyer 500 ml

Prosedur

Lakukan cara uji fenol dengan tahapan sebagai berikut:

A. Pengujian kadar fenol dalam air dan air limbah antara 0,005 mg/L sampai

dengan 0,1 mg/L dengan tahapan sebagai berikut:

1. Ukur 500 ml contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalam gelas piala 1000 ml.

2. Tambahkan 12 ml larutan NH4OH 0,5 n dan atur pH menjadi 7,9 ± 0,1 dengan

penambahan larutan penyangga fosfat.

3. Pindahkan larutan ke dalam corong pemisah tambahkan 3 ml larutan

aminoantipirin sambil diaduk.

4. Tambahkan 3 ml larutan kalium ferisianida sambil diaduk, diamkan selama 3

menit sampai timbul warna kuning jernih.

5. Ekstraksi dengan 25,0 ml kloroform dan kocok corong pemisah paling sedikit 10

kali, diamkan sampai lapisan kloroform terpisah.

6. Keluarkan lapisan kloroform melalui kertas saring yang telah dilapisi dengan 5 g

natrium sulfat anhidrat.

7. Masukkan ke dalam cuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat

absorbansinya pada panjang gelombang 460 nm.

B. Pengujian kadar fenol dalam air dan air limbah antara 0,200 mg/L sampai

dengan 5,000 mg/L dengan tahapan sebagai berikut:

1. Ukur 100 mL contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalam gelas piala 250 mL.

2. Tambahkan 2,5 mL larutan NH4OH 0,5 N dan atur pH menjadi 7,9 ± 0,1 dengan

penambahan larutan penyangga fosfat.

3. Tambahkan 1 mL larutan aminoantipirin sambil diaduk.

4. Tambahkan 1 mL larutan kalium ferisianida sambil diaduk, diamkan selama 15

menit.

5. Masukkan ke dalam cuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat absorbansi

pada panjang gelombang 500 nm.

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 15

Page 16: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

f. Krom total (Cr)

Logam krom termasuk dalam jenis logam berat. Pada konsentrasi berlebih dapat

bersifat toksik sehingga diperlukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan.

Logam krom pada limbah tekstil berasal dari penggunaan zat warna, tetapi saat ini

penggunaan zat warna yang mengandung logam krom (Cr) sudah mulai tidak banyak

digunakan.

Metode analisis SNI 6989.17:2009

Prinsip

Analit logam krom dalam nyala udara-asetilen diubah menjadi bentuk

atomnya, menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasal dari lampu

katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.

Bahan

Air bebas mineral.

Asam nitrat (HNO3) pekat p.a.

Krom trioksida (CrO3) atau kalium dikromat (K2Cr2O7).

Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi.

Larutan pengencer HNO3 0,05 M.

Larutan pencuci HNO3 5 % (v/v).

Udara tekan HP atau udara tekan dari kompresor.

Persiapan contoh uji

Homogenkan contoh uji, pipet 50,0 mL contoh uji dan masukkan ke dalam gelas piala

100 mL atau Erlenmeyer 100 mL.

Tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan kaca arloji

dan bila dengan Erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup.

Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 mL sampai dengan 20 mL.

Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat,

kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup Erlenmeyer dengan corong

dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua

logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih

atau contoh uji menjadi jernih.

Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas piala.

Pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50,0 mL (saring bila perlu) dan tambahkan air

bebas mineral sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.

Contoh uji siap diukur serapannya.

Penetapan contoh uji

Buat kurva kalibrasi dari deret larutan kerja logam krom dengan 1 blanko dan minimal

3 kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 16

Page 17: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya pada panjang

gelombang 357,9 nm. Bila diperlukan, lakukan pengenceran.

Catat hasil pengukuran

Perhitungan :

Kadar logam krom total (Cr-T)

Cr-T (mg/L) = C x fp (1)

Keterangan:

C adalah kadar yang didapat hasil pengukuran (mg/L), fp adalah faktor pengenceran.

g. Ammonia (NH3)

Ammonia adalah senyawa nitrogen yang dapat berupa ion ammonium pada pH

rendah atau ammonia pada pH tinggi. Zat ini menyebabkan iritasi, korosi, dan

meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Penguraian (pembusukan) limbah nitrogen

organik merupakan salah satu sumber penghasil ammonia.

Metode analisis SNI 06-6989.30-2005

Prinsip

Ammonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang dikatalis oleh natrium

nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol

Bahan

NH4Cl

Larutan fenol

Na Nitro Prusida 0,5 %

Larutan alkalin sitrat

NaClO 5%

Larutan pengoksida

Peralatan

Spektrofotometer

Timbangan analitik

Erlenmeyer 50 mL

Labu ukur 100, 500, 1.000 mL

Gelas ukur 25 mL

Pipet volumetrik 1, 2, 3, 5 mL

Pipet ukur 10 dan 100 mL

Gelas piala 1.000 mL

Prosedur

Pipet 25 mL conoh uji, masukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL.

Tambahkan 1 mL larutan fenol dan dihomogenkan.

Tambahkan 1 mL Na Nitro Prusida dan dihomogenkan.

Tambahkan 2,5 mL larutan pengoksida dan dihomogenkan.

Tutup erlenmeyer tersebut dengan parafin film atau plastik.

Biarkan 1 jam untuk pembentukan warna.

Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya

pada panjang gelombang 640 nm.

Perhitungan

Kadar amonia (mg N/L) = C x Fp

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 17

Page 18: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Dengan pengertian

C : kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)

Fp : Faktor pengenceran

h. Sulfida (S)

Sulfat dapat diubah menjadi sulfit dan hidrogen sulfida oleh bakteri pada kondisi

tanpa udara (anaerob). Gas H2S yang tersusun dan tercampur dengan dengan gas air

limbah dapat menyebabkan terjadinya perkaratan pada sistem perpipaan.

Metode SNI 06-6989.32-2005

Prinsip

Ion sulfit dalam suasana asam dititrasi dengan campuran iodat iodida ( yang

membebaskan iodin secara in situ dalam suasana asam) setelah titik ekivalen tecapai

kelebihan campuan iodat iodida yang membentuk iodin akan bereaksi dengan indikator

kanji membentuk warna biru

Reaksi

SO32- + 2 H+ SO2 + H2O

5 SO2 + 2 IO3- + 4 H2O I2 + 5 SO4

2- + 8 H+

Bahan

Larutan H2SO4 1:1

Asam Salisilat

Kalium Iodida

Kalium Iodidat

Natrium Bikarbonat

Larutan Kalium Iodida Iodat ( 0,0125 N)

Larutan EDTA

Kristal Asam Sulfamat

Peralatan

Erlenmeyer

Buret

Oven

Desikator

Alat Pemanas

Timbangan Analitik

Pipet Volumetrik 1 ml dan 100 ml

Prosedur

Masukkan 1 ml larutan Asam Sulfat 1:1 dan 1 ml larutan kanji ke dalam erlenmeyer

Tambahkan 0,1 g kristal asam sulfamat, setelah larut masukkan 100 ml contoh uji dan

segera titrasi dengan Larutan Kalium Iodida Iodat (0,0125N) hingga berwarna biru.

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 18

Page 19: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Perhitungan :

Sulfit (mg/L) = A x N x 40x 1000

V

Keterangan :

A= volume Larutan Kalium Iodida Iodat ( 0,0125 N) yang diperlukan dalam titrasi

N= Normalitas Larutan Kalium Iodida Iodat ( 0,0125 N)

40= Berat Ekivalen Sulfit

V= Volume larutan Contoh Uji

PENANGANAN DAN PENGAWETAN CONTOH LIMBAH

No. Parameter

Wadah

penyimpa-

nan

Minimum

jumlah

contoh

yang

diperlukan

(mL)

Pengawetan

Lama

penyimpa-

nan

maksimum

yang

dianjurkan

Lama

penyimpanan

maksimum

menurut EPA

1. pH P,G - Segera

dianalisa

2 jam 2 jam

2. BOD P,G 1000 Pendinginan 6 jam 2 hari

3. COD P,G 100 Analisa

secepatnya

atau

Tambahkan

H2SO4

sampai

pH<2,

didinginkan

7 hari 28 hari

4. Minyak dan

Lemak

G,

Bermulut

Lebar dan

dikalibrasi

1000 Tambahkan

H2SO4

sampai

pH<2,

didinginkan

28 hari 28 hari

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 19

Page 20: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

5. Krom (Cr) P(A),G(A) 300 Contoh air

segera

disaring,

tambahkan

HNO3

sampai

pH<2,

Dinginkan

24 jam 1 hari

6. Amonia-

Nitrogen

P,G 500 Analisa

secepatnya

atau

Tambahkan

H2SO4

sampai

pH<2,

didinginkan

7 hari 28 hari

7. Fenol P,G 500 Dinginkan;

Tambahkan

H2SO4

sampai

pH<2

- 28 hari

8. Sulfida P,G 100 Dinginkan;

tambahkan

4 tetes 2 N

seng

asetat/100

mL contoh;

tambahkan

NaOH

sampai

pH > 9

28 hari 7 hari

Keterangan:

Didinginkan pada suhu 4°C ± 2°C

P : plastik (polietilen atau sejenisnya)

G (A) : gelas dicuci dengan 1 : 1 HNO3

P (A) : plastik dicuci dengan 1 : 1 HNO3

G (S) : gelas dicuci dengan pelarut organik

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 20

Page 21: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

UNIT PENGOLAHAN LIMBAH

Skema IPAL Indutri Tekstil

Keterangan :

1. Screening

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 21

Minyak dan lemak

Sedimentasi II

Cek Biologis

FeSO4

Asam

Screen/ Penyaring

Aerasi

Sedimen-tasi I

Koagulasi & Flokulasi

Netrali-sasi

Flotasi

Ekualisasi

Cooling Tower

Badan Penerima (Sungai)

Lumpur B3

Air Limbah Zat padat

Page 22: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Sebelum mengalami proses pengolahan perlu kiranya dilakukan pembersihan-

pembersihan agar mempercepat dan memperlancar proses pengolahan selanjutnya.

Tahap awal dari pengolahan air limbah adalah menghilangkan zat padat yang kasar

dapat berupa bar racks, static screen atau vibrating screen. Salah satu cara untuk

menghilangkan zat padat yang kasar adalah dengan memasang screen. Screening

berfungsi untuk mengambil padatan atau benda yang terapung terutama wax dalam air

limbah.

2. Cooling Tower

Cooling Tower berfungsi untuk menurunkan suhu air hingga 15 0C. Penurunan suhu

air limbah ini bertujuan untuk melindungi mikroba- mikroba dari kondisi yang dapat

mengganggu pertumbuhannya pada kolam sedimentasi yang menggunakan lumpur aktif.

Selain itu juga untuk memberikan kondisi yang optimal dalam reaksi kimia yang terjadi

dalam proses pengolahan limbah cair karena suhu juga mempengaruhi reaksi kimia.

3. Equalisasi

Bak equalisasi berfungsi menghomogenkan limbah yang berasal dari saluran limbah

meliputi saluran limbah bagian pencelupan, bagian pembilasan, dan saluran limbah

domestic, yang bertujuan untuk mengurangi variasi laju air dan konsentrasi air limbah

agar terhindar dari pembebanan tiba-tiba ( Shock Load).

4. Flotasi

Flotasi dilakukan untuk menghilangkan minyak dan lemak, Pada flotasi, separasi

dihasilkan oleh gelembung-gelembung gas (diffuser) yang digunakan. Diffuser yang

umum digunakan dalam proses flotasi adalah udara atau oksigen. Gas yang ditambahkan

ke dalam larutan air limbah akan mengalami kontak dengan partikel-partikel kandungan

air limbah, sehingga menghasilkan gaya apung yang cukup besar, yang menyebabkan

partikel-partikel tersebut mengapung ke permukaan. Minyak dan lemak yang mengapung

ditangkap oleh skimmer dan grease trap.

5. Netralisasi

Karakteristik limbah cair yang dihasilkan oleh industri tekstil adalah memiliki pH

tinggi. Sehingga perlu dilakukan netralisasi untuk menurunkan pH, dilakukan dengan

penambahan asam. pH yang netral termasuk juga dalam kondisi yang optimum untuk

pertumbuhan bakteri yang digunakan dalam proses pengolahan biologis.

6. Sedimentasi (Flokulasi dan Koagulasi)

Sedimentasi dilakukan untuk menghilangkan zat padat yang tersuspensi

(flocculant). Untuk menghilangkan padatan yang tersuspensi tersebut dilakukan proses

koagulasi dan flokulasi. Pada proses koagulasi dilakukan penambahan koagulan FeSO4

yang berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan zat warna pada air limbah ,selain

FeSO4 koagulan yang dapat digunakan adalah PAC dan penambahan flokulan berupa

polimer anionic yang berfungsi untuk membentuk molekul lebih besar sehingga

terbentuk lumpur kimia.

7. Pengolahan Biologis

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 22

Page 23: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Pengolahan biologis bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan

senyawa organik dalam air limbah dengan bantuan aktiitas mikrobia. Mikroorganisme

mengkonsumsi bahan-bahan organik untuk membentuk biomassa sel baru serta zat-zat

organik, dan memanfaatkan energi yang ihasilkan dari reaksi oksidasi untuk

metabolismenya.

Adapun salah satu pengolahan biologis yang dapat dilakukan adalah dengan cara

lumpur aktif. Lumpur aktif adalah padatan organik yang telah mengalami peuraian secara

hayati sehingga terbentuk biomassa yang aktif dan mampu menyerap partikel serta

merombanya dan kemudian membentuk massa yang mudah mengendap.

Pada proses penggunaan lumpur aktif (activated sludge), air limbah yang telah lama

ditambahkan dalam tanki aerasi dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah bakteri

secara cepat agar proses biologis dalam menguraikan bahan organik berjalan lebih cepat.

Lumpur aktif dikenal sebagai MLSS yaitu Mixed Liquor Suspended Solid adalah jumlah

total suspensi solid yang berasal dari bak pengendap lumpur aktif. Keaktifan lumpur

ditentukan oleh konsentrasi MLSS. Dalam proses lumpur aktif ini terdapat dua proses

penting yaitu:

a. Proses penumbuhan bakteri dalam lumpur

b. Proses penambahan oksigen atau aerasi

Kolam Aerasi

Lumpur aktif dimasukkan bersamaan dengan air limbah pada kolam aerasi

dimana pada permukaan kolam tersedia aerator sesuai kebutuhan. Bakteri

dengan bantuan oksigen menguraikan zat-zat organik menjadi bentuk yang lebih

sederhana yatu karbon dioksida dan air.

Kolam Sedimentasi

Pada kolam berikutnya limbah dibiarkan untuk sementara agar lumpur

berikutnya ke dasar kolam sementara air jernih tinggal di bagian atas. Lumpur

aktif dipegunakan berulang-ulang.

8. Kolam Cek Biologis

Kolam Cek Biologis digunakan untuk melakukan pemeriksaan terakhir terhadap air

limbah sebelum dibuang ke sungai dengan memelihara ikan di kolam ini. Jika ikan yang

dipelihara dalam kolam ini bertahan hidup itu artinya bahwa limbah sudah aman dibuang

ke badan penerima karena tidak meracuni biota air. Sedangkan, jika ikan yang dipelihara

dalam kolam mati, maka proses pengolahan limbah cair dalam industri tersebut belum

optimal dan perlu dilakukan pengolahan kembali agar limbah cair yang telah diolah aman

dibuang ke lingkungan.

9. Belt press

Merupakan unit operasi secara mekanis yang diterapkan untuk mengurangi kadar

air dari lumpur , sehingga lumpur yang telah diambil airnya dapat dikelola lebih mudah

untuk penanganan berikutnya. Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan

airnya dengan saringan plat atau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 23

Page 24: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

tidak mengandung krom atau logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah. Jika

lumpur mengandung logam, maka lumpur harus disimpan ditempat yang aman, sebelum

diirim ke tempat pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti

Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) di Cilengsi, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat.

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 24

Page 25: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Tekstil Baru atau Diperluas

Parameter

Kadar

Maksimum

(mg/l)

Beban Pencemaran Maksimum (kg/ton)

Pencucian

kapas,

pemintalan

,

penenunan

Perekata

n (sizing),

desizing

Pengikisan

,

pemasakan

(kiering,

scouring)

Pemucatan

(bleaching)

Merserisas

i

Pengelantanga

n (bleaching)

Percetaka

n

(printing)

BOD

COD

TSS

Fenol Total

Krom Total

Amonia Total

(sebagai N)

Sulfida

(sebagai S)

55

120

50

0,5

0,8

8,0

0,3

0,40

0,80

0,50

0,004

-

0,05

0,002

0,60

1,2

0,5

0,004

-

0,005

0,002

1,5

3,0

1,4

0,012

-

0,20

0,007

0,80

1,8

0,80

0,01

-

0,14

0,005

0,70

1,6

0,70

0,008

-

0,12

0,004

1,2

2,5

1,0

0,02

0,05

0,20

0,006

0,40

0,80

0,30

0,005

0,01

0,05

0,002

pH 6,0 – 9,0

Debit limbah cair maksimum:

Pencucian kapas, pemintalan, penenunan = 7 m3/ton produk kain

Perekatan(sizing), desizing =10 m3/ton produk kain

Pengikisan, pemasakan (kiering, scouring) = 24 m3/ton produk kain

Pemucatan (bleaching) = 18 m3/ton produk kain

Merserisasi = 15 m3/ton produk kain

Pengelantangan (bleaching) = 20 m3/ton produk kain

Percetakan (printing) = 6 m3/ton produk kain

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 25

Page 26: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Tekstil yang Telah Beroperasi

Parameter Kadar Maksimum (mg/l)Beban Pencemaran

Maksimum (kg/ton)

BOD

COD

TSS

Fenol Total

Krom Total

Minyak & Lemak

85

250

50

1,0

2,0

5

12,75

37,5

9,0

0,15

0,30

0,75

pH 6,0 – 9,0

Debit limbah cair maksimum: 150 m3/ton produk tekstil

DAFTAR PUSTAKA

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 26

Page 27: Finish Evaluasi Karakteristik Limbah Tekstil

1. Potter, Clifton. 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia. Bapedal. Jakarta

2. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta

3. Junaidi, dan Bima Patria DH. 2006. Jurnal PRESIPITASI: Analisis Teknologi

Pengolahan Limbah Cair pada Industri Tekstil

4. Keputusan Gubernur Jabar No 6 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

Kegiatan Industri di Jawa Barat

5. SNI 06-6989.23-2005

6. SNI 06-6989.25-2005

7. SNI 06-6989.3-2004

8. SNI 06-6989.27-2005

9. SNI 06-6989.1-2004

10. SNI 06-6989.21-2004

11. SNI 06-6989.11-2004

12. SNI 6989.72-2009

13. SNI 6989.73-2009

14. SNI 06-6989.10-2004

15. SNI 06-6989.17-2009

16. SNI 06-6989.30-2005

17. SNI 06-6989.32-2005

Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008 Page 27