finger painting

17
JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN FINGER PAINTING PADA SISWA DOWN SYNDROME KELAS C1 DASAR 3 DI SLB WACANA ASIH PADANG Dra. LIFYA Abstrak : This study uses action research methods class (classroom action research) with a workflow that consists of four series of planning, action, observation and reflection. By collaborating with classroom teachers. Students research the subject of a Down's syndrome. The research data were collected using observation, discussion and testing. The results achieved in a single cycle has not been fully successful or not optimal because the line that made the child is still disjointed and not follow the pattern. In the second cycle can result in better line was made almost completely and follow a pattern. this activity is carried out by the children well. After the second cycle of action. Students can follow the Piola and 60%. Finally, the conclusions of this study can be taken to improve the ability to fine it is recommended to educators and therapists to use as an alternative therapist Fingger Painting in fine motor exercises for students Down syndrome Kata kunci : Latihan Motorik halus, Finger Painting PENDAHULUAN Masa kecil sering disebut sebagai “ saat ideal” untuk mempelajari kemampuan motorik. kemampuan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja . Melainkan keterampilan itu harus dipelajari dan di latihkan secara teratur. Karena pengalaman belajar dan harapan orang dewasa yang serupa, biasanya diantara semua anak dalam kebudayaan tertentu ditemukan kemampuan motorik yang sifatnya umum. Sebagai contoh semua anak diharapkan untuk bisa makan sendiri, berpakaian sendiri, menulis dan memainkan permainan yang disetujui oleh kelompok sosial.

Upload: nuril

Post on 14-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

DFHGDFGHDG

TRANSCRIPT

Page 1: Finger Painting

JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN FINGER PAINTING PADA SISWA DOWN SYNDROME KELAS C1 DASAR 3 DI SLB WACANA ASIH PADANG

Dra. LIFYA Abstrak : This study uses action research methods class (classroom action research) with a workflow that consists of four series of planning, action, observation and reflection. By collaborating with classroom teachers. Students research the subject of a Down's syndrome. The research data were collected using observation, discussion and testing. The results achieved in a single cycle has not been fully successful or not optimal because the line that made the child is still disjointed and not follow the pattern. In the second cycle can result in better line was made almost completely and follow a pattern. this activity is carried out by the children well. After the second cycle of action. Students can follow the Piola and 60%. Finally, the conclusions of this study can be taken to improve the ability to fine it is recommended to educators and therapists to use as an alternative therapist Fingger Painting in fine motor exercises for students Down syndrome

Kata kunci : Latihan Motorik halus, Finger Painting

  PENDAHULUAN

Masa kecil sering disebut sebagai “ saat ideal” untuk mempelajari kemampuan motorik.

kemampuan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja . Melainkan keterampilan itu

harus dipelajari dan di latihkan secara teratur. Karena pengalaman belajar dan harapan orang dewasa

yang serupa, biasanya diantara semua anak dalam kebudayaan tertentu ditemukan kemampuan

motorik yang sifatnya umum. Sebagai contoh semua anak diharapkan untuk bisa makan sendiri,

berpakaian sendiri, menulis dan memainkan permainan yang disetujui oleh kelompok sosial. 

Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah

norma umur anak. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak menguasai motoriknya dan anak

dipandang sebagai anak yang terbelakang. Keterlambatan lebih sering disebabkan kurangnya

kesempatan untuk mempelajari keterampilan atau latihan motorik, perlindungan orang tua yang

berlebihan atau kurangnya motifasi anak untuk mempelajarinya.

Page 2: Finger Painting

Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah

norma umur anak. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak menguasai motoriknya dan anak dipandang

sebagai anak yang terbelakang. Keterlambatan lebih sering disebabkan kurangnya kesempatan untuk

mempelajari keterampilan atau latihan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan atau kurangnya

motifasi anak untuk mempelajarinya. 

Pengaruh perkembangan motorik yang terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak

yang baik.Akhirnya menimbulkan masalah emosi dan perilaku. Bagi anak Down Sindrom (Down

syndrome) yang merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen

SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang

berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun

1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang

relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga

dikenal dengan mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama

dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini

dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama. Bagi

yang mengalami kelaian kromosom dapat dilihat dari manifestasi klinis yang cukup keras. Pengaruh

perkembangan motorik dapat berdampak pada perkembangan pertumbuhan fisik dan mental dalam

belajar di sekolah. Sering ditemukan anak yang mengalami kesulitan dalam kegiatan menulis. Hal

ini disebabkan oleh salah satu kemungkinan yaitu faktor kemampuan motorik halus anak yang

kurang baik. pada motorik halus anak diharapkan terampil dan cermat menggunakan jari-jemarinya

dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kemampuan motorik halus merupakan salah satu yang

mempengaruhi kemampuan anak dalam menulis. Untuk dapat menuliskan sesuatu dengan baik dan

benar perlu ada latihan mulai dari yang mudah sampai kepada yang sukar sehingga gerakan yang

ditimbulkan tidak kaku dan kasar lagi.

  Berdasarkan temuan sehari-hari saat belajar menulis di kelas Tunagrahita sedang dasar 3 ( C1 Dasar

3) penulis menemukan anak Down Sindrom yang sering mengeluhkan tangannya sakit, capek

sehingga anak malas untuk menulis,Hal ini bukan dikarenakan malas semata tetapi lebih dikarenakan

pengendalian otot tangan,bahu dan pergelangan tangan yang belum terlatih maka anak kurang

temotivasi untuk menulis. Anak cepat pegal dan capek karena tekanan yang dilakukan masih kasar

dan keras, Tulisan yang dibuat bisa diraba dan berwarna hitam .

Dalam pembelajaran menulis selama ini guru sudah memberikan latihan motorik halus dengan

menggunakan platisin cuma latihan menulis yang diberikan langsung menuju bentuk- bentuk huruf

Page 3: Finger Painting

yang berukuran 2x2 cm dan 1x1 cm pada buku berkotak. Dalam pelajaran menulis dipengaruhi

berbagai faktor kematangan atau kesiapan yaitu faktor motorik. perilaku ketika menulis, persepsi,

memori, kemampuan cross modal, dan penggunaan tangan dominan ( kidal atau bukan). Sebelum

anak belajar dan mampu menulis huruf harus dimatangkan terlebih dahulu. Untuk melatih motorik

halus tersebut juga diperlukan media. Sedangkan di sekolah terlihat usaha untuk menciptakan media

untuk melatih kemampuan motorik halus anak belum maksimal. Anak hanya dilatih oleh guru

dengan menggunakan platisin dan itupun tidak kontiniu.

Dengan pertimbangan tersebut peneliti menyepakati dengan kolaborator untuk menggunakan finger

painting . Kegiatan finger painting yang diberikan kepada anak berupa kegiatan melukis dengan

menggunakan pasir, dan kanji. Kanji dimasak dari tepung maizena yang diberi beraneka ragam

warna yang menarik. Anak akan melukis dengan jari jemarinya dengan menggunakan kanji yang

berbentuk lem tadi. Hal ini juga berlaku pada pasir yang diletakan diatas nampan anak diberi

kebebasan menggunakan pasir tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan jawaban

sementara dari pertanyaan penelitian yaitu untuk menjelaskan apakah finger painting dapat

meningkatkan kemampuan motorik halus anak Down Sindrom di SLB Wacana Asih Padang.

Untuk itu penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian Tindakan kelas yang berjudul

meningkatkan kemampuan motorik halus dengan finger painting pada anak down sindrom kelas C1

dasar 3 di SLB Wacana Asih Padang. Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah

agar dapat bermanfaat bagi Guru atau terapis sebagai masukan dan pertimbangan dalam upaya

meningkatkan kemampuan motorik halus anak Down Sindrom dan membuktikan bahwa kegiatan

finger painting dapat meningkatkan motorik halus anak Down Sindrom.

  Motorik dan gerak seringkali menjadi satu. Motorik dapat diartikan sebagai suatu rangkaian

peristiwa laten yang tidak dapat diamati dari luar. Pengertian umum ini belum dapat memberikan

kejelasan yang lebih tajam , untuk itu diperlukan suatu definisi yang lebih operasional. Menurut

Wtarsono(2009), motorik adalah suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses

pengendalian dan pengaturan fungsi. Fungsi organ tubuh baik secara fisiologis maupun secara psikis

yang menyebabkan terjadinya suatu gerak peristiwa. Peristiwa laten yang tidak dapat diamati tersebut

meliputi antara lain: Penerimaan informasi atau stimulus , pemberian makna terhadap informasi,

pengolahan informasi, proses pengambilan keputusan dan dorongan untuk melakukan berbagai

bentuk aksi motorik. Setelah itu dilanjutkan dengan peristiwa fisiologi yang meliputi

pemberian.Pengaturan dan pengendalian imflus kepada organ tubuh yang terlibat dalam

Page 4: Finger Painting

melaksanakan aksi motorik. Sebagai hasil dari peristiwa laten tersebut adalah gerak yang dapat

diamati dalam dimensi ruang dan waktu. Hal senada juga dikemukakan oleh Andang Ismail ( 2006).

Bahwa motorik adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan

perkembangan motorik sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.

Perkembangan motorik erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik diotak. Secara umum

kemampuan motorik terdiri dari motorik kasar dan motorik halus.

Menurut Wtarsono ( 2. 009: 12 ), stimulasi motorik halus dapat dilakukan melalui kegiatan

berupa :. Finger painting. Yaitu melukis dengan jari melatih mengembangkan imajinasi,

memperhalus koordinasi motorik halus, dan mengasah rasa seni,khususnya seni rupa.

Finger Painting berasal dari bahasa Ingris, Finger artinya jari sedangkan Painting artinya melukis.

Jadi Finger Painting adalah melukis dengan jari. Menurut Gazali Solahudin ( 2008), Finger painting

adalah teknik melukis dengan mengoleskan kanji pada kertas atau karton dengan jari atau telapak

tangan.dalam aktifitas ini dapat digunakan berbagai media dan warna, dapat menggunakan tepung

kanji, adonan kue, pasir dan sebagainya.

Finger Painting ini dapat mempergunakan berbagai media dan warna, dengan

menggunakan tepung kanji, adonan kue, pasir dan sebagainya.Aktifitas ini penting dilakukan sebab

akan memberikan sensasi pada jari sehingga dapat merasakan control gerakan jarinya dan

membentuk konsep gerak membuat huruf .

METODE

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas

(Action Riset Class Room ) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dengan

Finger Painting pada anak Down Sindrome. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang

dilakukan untuk memperbaiki praktek mengajar dikelas. Suharsimi Arikunto (2006 : 3)

mengemungkakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah “ Suatu pencermatan kegiatan belajar

berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

tindakan itu diarahkan oleh guru dan dilakukan oleh siswa”. Dari pendapat tersebut dapat dimaknai

bahwa penelitian tindakan kelas adalah. Penelitian yang dilakukan di kelas sebagai suatu upaya

peningkatan kualitas pembelajaran atau bidang pendidikan sangat memperhatikan proses dan hasil.

Adapun tujuan dari penetitian tindakan kelas adalah “ untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran

dan mengatasi masalah pembelajaran. Meningkatkan profesionalisme dan menumbuhkan budaya

akademik “( Arikunto, 2006) .Pada penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat.

Page 5: Finger Painting

Mulai dari perumusan masalah , sampai pada pengumpulan data. Dengan adanya kolaborasi ini maka

diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan empat langkah meliputi: perencanaan

(planning), pelaksanaan (action) pengamatan(observation). Siklus kedua pada penelitian ini

dilakukan dengan mengacu pada siklus pertama, dan dap;at dilanjutkan pada siklus selanjutnya

sampai didapat hasil yang optimal. Karena keterbatasan waktu dalam hal ini peneliti hanya

melakukan latihan yang dilakukan di dalam kelas. Dalam setiap siklus dilakukan pembelajaran

dengan menggunakan finger painting dengan media pasir dan kanji sehingga dapat melatih motorik

halus siswa.

1.      Perencanaan

-          Bersama kolaborator menyepakati jadwal penelitian.

-          Menelaah kurikulum yang berkaitan dengan latihan motorik , analisis materi dan menyusun Rencana

Pelaksanaan pembelajaran.

-          Menyusun LKS yang akan digunakan oleh Siswa dalam menghubungkan titik-titik berpola.

-          Menyusun intrumen penelitian ( alat pengumpul data), yakni instrumen Penelitian

2.   Pelaksanaan ( action}

Tindakan penelitian dilakukan sesuai dengan scenario pembelajaran yang telah dirancang pada tahap

perencanaan. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah

-          Menjelaskan tentang cara menggunakan media pasir dan kanji

-          Siswa melakukan latihan motorik halus dengan media pasir dan kanji

-          Menjelaskan tentang cara menghubungkan titik-titik berpola

-          Siswa menghubungkan titik-titik berpola.

3.      Observasi

Pengamatan terhadap hasil latihan siswa dilakukan oleh peneliti sebagai observer, hal-hal yang

diobserver antara lain:

-          Kesungguhan siswa dalam melakukan latihan motorik halus dengan Finger Painting

-          Aktifitas siswa selama penbelajaran berlangsung mencakup aspek pengamatan.

-          Aktivitas siswa dalam menghubungkan titik-titik berpola

-          Hasil belajar siswa setelah pembelajaran berlangsung.

4.      Refleksi

Page 6: Finger Painting

Refleksi dilakukan setelah mengkaji tindakan yang telah dilakukan pada siklus perama. Data yang

diperoleh melalui observasi langsung oleh peneliti dianalisis secara deskriptif. Dari lembar observasi

akan didapat informasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung baik aktivitas yang

mendukung proses pembelajaran ataupun aktivitas yang tidak mendukung proses pembelajaran.

Selain itu juga ditemukan kendala selama pelaksanaan tindakan yang harus diantisipasi pada

pelaksanaan siklus berikutnya.

Berdasarkan analisis data dan kendala yang dihadapi pada siklus pertama maka dirancanglah

scenario pembelajaran untuk siklus kedua. Pada siklus kedua juga dilakukan observasi untuk

mengumpulkan data aktivitas latihan siswa. dengan melakukan analisis data pada siklus kedua ini

akan didapat gambaran umum aktivitas siswa dalam latihan motorik halus.

1.      Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

a.       Observasi. Penulis membuat tabel pedoman observasi penelitian yang berisi indikator untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus dengan finger painting bagi siswa Down Sindrome di SLB

Wacana Asih Padang dan diceklis oleh kolaborator.

b.      Catatan Lapangan. Catatan lapangan diperoleh dari kelas tempat anak belajar sesuai dengan fakta

tanpa ada rekayasa.

c.       Studi Dokumentasi. Peneliti menggunakan alat dokumentasi dengan harapan dapat mendukung dan

melengkapi data penelitian. Kegiatan dapat diabadikan sehingga guru sebagai peneliti dapat melihat

dan menganalisa kegiatan yang telah dilakukan. Hasil pencermatan akan memberikan hasil yang

akurat sehingga dapat memberikan informasi yang lengkap guna melakukan analisis dan reflektif

sebagai perbaikan tindakan selanjutnya.

2.      Analisis Data

Teknik analisa data yang penulis gunakan bersifat kualitatif yaitu menggambarkan dengan kata-kata

atau kalimat yang dipisah menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Tim Pelatih

PGSM (1999) analisa data dapat dilakukan tiga tahap yaitu:

a.       Reduksi Data

Banyaknya data yang diperoleh di lapangan perlu direduksi yaitu dengan cara merangkum data yang

didalamnya terdapat proses dan pernyataan peneliti yang telah ditetapkan sesuai dengan pelaksanaan

penelitian. Semua data yang telah disimpulkan tetap menggambarkan proses pelaksanaan

pembelajaran yang berlangsung dan hasil yang dicapai oleh siswa

b.      Paparan Data

Page 7: Finger Painting

Penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif yang menggambarkan

pelaksanaan proses belajar dalam meningkatkan kemampuan motorik anak Down Sindrome

c.       Penyimpulan

Merupakan proses pengambilan intisari dari sajian data penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya

dalam bentuk kalimat singkat, padat,tetapi mengandung arti yang luas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Tindakan dilakukan Sembilan kali pertemuan, setiap kali pertemuan merupakan sub siklus.

Sebab dalam tiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap latihan motorik halus dengan finger

painting

Pada tindakan I ini, motorik ini terdiri atas 9 sub aspek yaitu membuat garis tegak, garis

datar, garis miring, garis lengkung, lingkaran, garis tegak berlabirin,garis datar berlabirin. garis

miring berlabirin, lingkaran berlabirin.

a)      Membuat garis tegak

Sebelum membuat garis tegak penulis memberikan latihan motorik halus dengan menggunakan pasir

yang ditempatkan pada nampan yang berukuran 40 cm x 30 cm. Latihan diberikan selama + 15

menit. Anak meremas. Menekan dan menggosokan pasir pada nampan dengan tangannya.

Setelah itu anak mencuci tangannya . Kegiatan dilanjukan dengan membuat garis tegak dengan cara

mnghubungkan titik-titik berpola yang sudah disediakan pada dua lembar kertas. Guru meminta

oarng tua ikut bekerja sama dengan melatih anak untuk meremas dan menggosokan tangannya

dengan pasir di rumah.

b)      Membuat Garis datar

Penulis meletakan nampan yang sudah berisi pasir. Pasir yang disediakan agak lembab dengan

tujuan agar anak bisa menumpuk dan membentuk pasir tersebut dengan tangannya. Siswa diberi

intruksi untuk mengunakan pasir itu sebagai alat untuk melatih motoriknya. Setelah membersihkan

tangan kegiatan dilanjutkan dengan membuat garis berpola berbentuk garis datar pada kertas yang

sudah disediakan sebanyak dua lembar. Guru mengarahkan dan memotifasi siswa untuk membuat

garis datar tersebut.

c)      Membuat garis miring

Pertama penulis membimbing siswa untuk menggunakan pasir sebagai media pasir yang digunakan

agak kering sehingga bisa digunakan dengan ujung jari telunjuk dan jempol. Penggunaan pasir

Page 8: Finger Painting

dengan cara menggesekan ujung jari jempol dan telunjuk yang terlebih dahulu telah mengambil

pasir dengan ujung jari tersebut. Selanjutnya penulis mengenalkan garis miring dan menjelaskan

cara membuatnya. Siswa membuat garis miring dengan cara menghubungkan titik-titik berpola.

d)      Membuat garis lengkung

Pertama penulis membimbing siswa untuk menggunakan pasir sebagai medi untuk latihan motorik

halus dengan menggunakan digu nakan kedua tangan. Penggunaan pasir dengan cara menggerakan

ujung sampai menekankan kedua telapak tangan . Selanjutnya penulis mengenalkan garis lengkung

dan menjelaskan cara membuatnya. Siswa membuat garis lengkung dengan cara menghubungkan

titik-titik berpola.

e)      Membuat lingkaran

Sebelum membuat lingkaran latihan motorik yang diberikan tetap menggunakan pasir.

Nampan yang di berikan ditukar dengan yang lebih besar supaya anak lebih leluasa menggunakan

pasir untuk latihan motorik. Anak diberi waktu untuk meremas-remas pasir dan menepuknya dengan

tangan selama + 15 menit anak diberi kebebasan berfantasi dengan pasir. Kegiatan berikutnya

dilanjutkan dengan membuat lingkaran. Sebelumnya dijelasakan bentuk lingkaran dan cara menarik

garis lingkaran. Siswa membuat lingkaran dengan cara menghubungkan garis titik-titik berpola.

f)       Membuat garis tegak berlabirin

Pertama penulis membimbing siswa menggunakan pasir yang tersedia dinampan untuk latihan

motorik. Siswa diminta untuk menggosokan kedua tangannya sampai pasir habis. Kegiatan itu

berlangsung selama lima belas menit. Setelah itu anak menghubungkan garis berpola berbentuk

garis datar berlabirin.

g)      Membuat garis datar berlabirin

Kegiatan dimulai dengan mempersiapkan pasir , nampan . dan kertas berpola. Yang akan

dipergunakan oleh siswa. Setelah itu melakukan kegiatan meremas-remas pasir . Kegiatan ini

dilakukan bersamaan dengan guru. Guru memegang tangan siswa lalu mengisikan pasir

ketangannya . Siswa menggenggam pasir yang ada ditangannya itu. Guru meminta anak membuka

kedua telapak tangan kemudian mengisi kedua nya dengan pasir. Siswa meremasnya dengan sekuat

tenaga. Kegiatan dilanjutkan dengan membuat garis datar berlabirin dengan menghubungan titik-

titik berpola.

h)      Membuat garis miring berlabirin

Setelah mempersiapkan peralatan seperti panci plastik dan pasir kegiatan dimulai dengan

melakukan memutar pasir dengan tangan kepinggir panci plastik dengan cepat. Kegiatan

Page 9: Finger Painting

dilanjutkan dengan menjelaskan garis miring berlabirin. Lalu siswa membuat garis miring

berlabirin dengan menghubungkan titik-titik berpola

i)        Membuat lingkaran berlabirin

Setelah mempersiapkan peralatan seperti panci plastik dan pasir kegiatan dimulai dengan

melakukan memutar pasir dengan telapak tangan, menekan- nekan pasir dan meremas

pasir.Kegiatan dilanjutkan dengan menjelaskan lingkaran berlabirin. Kegiatan berikutnya siswa

membuat lingkaran berlabirin dengan menghubungkan titik-titik berpola.

Finger painting merupakan teknik melukis dengat cat di atas kertas menggunakan jari. permaianan

finger painting ini  sangat digemari anak karena mengandung berbagai macam warna, dimana anak

dapat mengeksplorasi warna sesuai dengan keinginannya. Permainan ini dapat melatih motorik halus

dan kreativitas anak. Dengan menggunakan jarinya anak dapat melukis sesuai dengan keinginannya.

Namun, yang perlu diingat dalam finger painting untuk anak usia dini, gunakan pewarna yang aman.

Bisa menggunakan pewarna makanan.

        Ada pun manfaat finger painting bagi anak,diantaranya:

1. Membantu meningkatkan perkembangan perasaan,sosial, emosional dan bahasa anak.

        Anak dapat berkreasi dengan finger painting, sehingga dapat mempengaruhhi rasa percaya

dirinya, kepuasan pribadi, tetapi bila kegiatan ini tidak dipaksakan atau diarahkan

kegiatan ini membuat anak lebih rileks dan menyenangkan. Jika anak mewarnai bersama teman-

temannya, maka proses ini dapat menjembatani komunikasi anak yang satu dengan anak yang lain.

Anak akan berdiskusi mengenai apa yang mereka gambar, mereka akan mulai saling bertanya.

2. Membantu perkembangan Fisik

        proes mewarnai dnegan jari akan meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan serta

spatial awarness. Finger painting juga mengembangkan kemampuan motorik halus dan kasar

tergantung area pengerjaannya

3.  Salah satu kegiatan mengenalkan sains dan seni

         Melalui finger painting anak akan belajar bagaimana cara mengekspresikan dirinya, ide-ide

dalam pikirannya dan emosinya. Anak bisa belajar mengenal tekstur warna dan bentuk. Mereka akan

belajar menguji coba kombinasi warna mbaru melalui pencampuran-pencampuran.

Beberapa hasil finger painting :

Page 10: Finger Painting

                                    menggunakan jari,dengan melipat kertas menjadi 2 bagian

Salah satu teknik melukis sederhana yang bisa kita ajarkan pada si kecil adalah melukis dengan jari, atau finger painting. Kegiatan melukis ini dapat melatih motorik halusnya juga mengembangkan imajinasinya. Anda bisa melakukannya bersama si kecil, sambil mengisi hari libur atau waktunya yang senggang.

Alat dan bahannya sederhana, bisa Anda temukan di dapur Anda. Bagaimana? Siap mencoba? Pasti menyenangkan!

Alat & bahan :

1. 1/2 cangkir tepung kanji

2. 3 sdm gula pasir

3. 1/2 sdt garam halus

4. 2 cangkir air dingin

5. pewarna kue

6. karton tebal

7. celemek

8. koran untuk alas

Cara membuat adonan:

1. Campur semua bahan (kecuali pewarna kue) ke dalam panci, lalu masak dalam api sedang sampai kental dan meletup-letup.

2. Setelah masak, angkat dari panci dan bagi ke dalam beberapa wadah. Berikan masing-masing adonan dengan warna yang berbeda-beda. Dinginkan.

3. Setelah dingin, Anda siap melukis bersama si kecil!

Page 11: Finger Painting

Jangan lupa, gunakan celemek agar adonan tidak mengotori pakaian dan gunakan koran bekas sebagai alas agar cat tidak mengotori lantai. Selamat mencoba!

This entry was posted in Games & Creativities and tagged cara buat adonan finger painting, finger painting, keterampilan, kreativitas, melukis dengan jari, permainan untuk balita, permainan untuk usia 3-4 tahun.

Finger painting…, pertama kali denger dari teman yang nanya ke aku: “yon, apaan bahan untuk cat

finger painting?”, “apaa…?” jawabku… wah baru denger nih, “wadoh ketinggalan dikau yon” ledek

temenku tadi… hehe…

Tapi, kalo dari asal katanya: Finger + Painting = “melukis dengan jari atawa tangan…”, berarti

seperti yang sang maestro seni lukis Affandi (Alm) lakukan dong…, daripada bingung googling aja,

dan ketemu!

Jadi, kira-kira finger painting itu pada dasarnya adalah sebuah metode melukis yang khususnya

diperuntukkan bagi anak-anak, dimana kebebasan mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran

dan perasaanya menjadi poin utama. Peran tangan beserta jari-jarinya, bahkan bila perlu anggota

tubuh lainnya, misalnya kaki sangat mendukung  keterlibatan emosi pada saat si anak berhadapan

dengan kertas/media lukisnya tersebut. Sehingga pada saat proses melukis berlangsung hilanglah

jarak antara si anak dengan media gambarnya, yang biasanya di batasi oleh alat-alat lukis/gambar

seperti kuas, pensil, pastel, spidol, dll.

Tapi, karena metode ini untuk anak-anak, terlebih kontak/keterlibatan anggota badan sangat

diharuskan, maka bahan/catnya haruslah aman bagi si anak. Informasi yang saya dapat melaui

internet bahan-bahan catnya ternyata  terbuat dari  bahan-bahan pembuatan kue seperti tepung

gandum, pewarna kue dan air. Bahan-bahan tersebut dicampur dalam satu wadah hingga

kekentalan yang diinginkan.

Iseng-iseng, tadi aku coba mempraktekkan pembuatan ‘cat’ finger painting dan cat tersebut

langsung dipakai oleh Galih anakku untuk ‘mengekspesikan’ apa yang terlintas dibenaknya…, dan,

inilah hasilnya…

Page 12: Finger Painting

 Galih mulai beraksi dengan “cat”-nya yang terbuat dari tepung terigu dicampur dengan bahan

pewarna makanan…

Goresan pertama Galih… masih canggung dan malu-malu dengan bahan pewarna yang tidak lazim

ini….

Page 13: Finger Painting

 Inilah sebagian hasil percobaan Galih dengan finger paintingnya… sebagian besar belum

menunjukkan bentuk yang dapat dikenali.