final lapangan tebang
DESCRIPTION
tugas lapangan terbang unihazTRANSCRIPT
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Mata Kuliah Lapangan Terbang ini telah diperiksa dan disetujui oleh
Dosen Mata Kuliah Lapangan Terbang.
Bengkulu, Desember 2012
Dibuat Oleh :
Jibriel Ade Fazdah : NPM. 121 000 75.P
Stevany Rizki Kristianti : NPM. 091 000 30
Mengetahui,
Kepala Jurusan Teknik Sipil
Ir. Narlis Nasir, MT
Menyetujui,
Dosen Pengampu
Elly Tripuji Astuti, ST, MT
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………….. i
Lembar Pengesahan ………………………………………………………….. ii
Daftar Isi .................…………………………………………………………. iii
Kata Pengantar ……………………………………………………………….. iv
BAB I Pendahuluan ……………………………………………………. 1
BAB II Konfigurasi Lapangan Terbang ………………………………… 9
BAB III Rancangan Lapangan Terbang …………………………………. 17
BAB IV Desain dan Detal Runway ……………………………………… 26
BAB V Perencanaan Drainase ………………………………………….. 57
BAB VI Penutup …………………………………………………………. 66
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga
saya bisa menyelesaikan Tugas Wajib Mata Kuliah Lapangan Terbang dengan
judul “ PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG PESAWAT DC-8-62”
yang diasuh oleh Bapak Yudhia Pratidina P.,ST.,M.Eng.
Selanjutnya saya ucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran dari:
1. bapak Edi Suryannto, ST, MT Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu.
2. Bapak Ir. Narlis Nasir, MT Selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
3. Ibu Elly Tripuji Astuti, ST, MT Selaku Dosen Lapangan Terbang
4. Bapak Yudhia Pratidina P,ST.,M.Eng selaku Asisten Tugas Wajib
Lapangan Terbang
5. Dan teman – teman seperjuangan yang saat ini masih berjuang untuk
menggapai apa yang dicita – citakan.
Semoga Tugas ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menerapkan dalam
kehidupan sehari – hari.
Bengkulu, Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sifat-Sifat Mesin Jet
Mesin jet dibagi dalam dua jenis yaitu Turbo Jet dan Turbo Fan.
Mesin Turbo Jet terdiri dari compressor,kamar bakar (combustion-
chamber) dan turbin dibagian belakang mesin.Turbo Fan pada dasarnya
adalah mesin Turbo Jet, kepadanya ditambahkan sudu-sudu,biasanya
ditempatkan dibagian depan dari Compressor. Sudu-sudu ini dinamakan
“Fan” sudu baris tunggal dinamakan “single stage”, dua baris sudu
disebut “Multi Stage”. Pesawat-pesawat mesin Turbo yang dilengkapi
dengan air jika akan leps landas disebut “Mesin Basah” untuk mesin
turbin tanpa air disebut “Mesin Kering”.
Pembasahan dengan air pada pesawat turbin dimaksudkan bisa
bekerja pada temperature yang lebih tinggi sehingga menambah daya
dorong. Pada waktu lepas landas dibutuhkan tenaga daya dorong yang
lebih besar. Daya dorong (Thrust) yang dipakai pada saat pesawat
sedang terbang dengan kecepatan tetap (Cruising) adalah 1/5 – ¼
tenaga yang dipakai pada waktu lepas landas.
Turbo Jet
Gerak pesawat bukan didapati oleh putaran baling-baling,
melainkan oleh daya dorong semburan jet. Pesawat yang digerakan
oleh Turbo Jet sangat boros bahan bakar.
Turbo Fan
Ditambahkan kipas (Fan) didepan atau dibelakang turbinnya,
sehingga dengan bakar yang sama dengan Turbo Jet, didapat tenaga
penggerak yang lebih besar. Fan biasanya ditempatkan didepan dari
turbin induk. Sebagian besar peswat komersial yang sekarang
beroperasi kebanyakan dari jenis Turbo Fan.
Perlu dijelaskan beberapa besaran seperti “Operating Weight
Empty” kapasitas penumpang dan perhitungannya dipengaruhi oleh
beberapa aspek. Pesawat terbang yang digunakan dalam operasi
penerbangan mempunyai kapasitas bervariasi mulai dari 10 sampai
dengan 500 penumpang.
Pesawat-pesawat terbang (General Aviation) dikategorikan semua
pesawat-pesawat terbang kecil yang bisa mengangkut penumpang atau
barang kurang dari 20 orang dan pengaturannya seperti kendaraan atau
mobil pribadi untuk memberikan gambaran macam-macam pesawat
terbang yang melayani penerbangan komersial.
Data pada tabel 1-1 sangat perlu untuk perencanaan lapangan
terbang. Untuk lebih mendetail dapat dilihat pada F.A.A Advisory
Circular No.AC.150/5325-4 atau Aerodrome Design Manual Fart 1 &
2 dari ICAO.
KARAKTERISTIK PESAWAT TERBANG KOMERSIL
JENIS PESAWAT
PABRIK
WINGSPAN (m)
PANJANG (m)WHELL BASE
(m)WHELL
MAX STRUCTURAL
MAX LANDING
OPERATING WT
PAY LOAD
PANJANG RUN
ZERRO FUEL
BENTANG SAYAP
BADAN PESAWAT
JARAK RODATRACK
(m)TAKE OF
WEIGHT (Kg)WEIGHT
(Kg)EMPTY (Kg) Y (U)
WAY LANDAS WEIGHT
(Kg)PACU (D)
DC,9-32 Douglas 28,45 36,37 16,22 5 48.998,8 44.906,4 25,789 115-127 2,286 39463,2
DC,9-50 Douglas 28,45 40,23 18,57 5 54,432 49,896 27,726 130 2164,08 44452,8
DC,8-61 Douglas 45,24 57,12 23,62 6,35 147,420 108,864 68,893 196-259 3352,8 101606,4
DC,8-62 Douglas 45,24 46,16 18,54 6,35 158,760 108,864 64,980 189 3505,2 8845200
DC,8-63 Douglas 45,24 57,12 23,62 6,35 161,028 117,082,8 72,004 196-259 3627,12 104328
DC,10-10 Douglas 47,35 55,35 22,07 10,67 19,5048 164,883,6 106,444 270-354 2743,2 151956
DC,10-30 Douglas 49,17 55,34 22,07 10,67 25,1748 182,800,8 118,432 270-354 3352,8 166924,8
B-737-200 BOEING 28,35 30,48 11,38 5,23 45,586,8 44,452,8 22,197 86-125 1706,88 38556
B-727-201 BOEING 32,92 46,69 19,28 5,72 76,685,4 68,04 44,181 134-163 2621,28 62596,8
B-720-B BOEING 39,88 41,68 15,44 6,43 106,278,48 79,38 52,164 131-149 1859,28 70761,6
B-707-320B BOEING 43,41 46,61 17,98 6,73 151,320,96 97,524 67,496 137-174 2286 77112
B-747-B BOEING 59,66 69,85 25,6 11 35,1540 255,83 165,927 362-490 2438,4 185976
B-747-B BOEING 59,66 53,82 20,52 11 29,4840 204,12 139,890 288-364 2438,4 185976
L-1011 LOOKHEED 47,35 53,75 21,34 10,98 19,5048 162,338,8 108,864 256-330 2286 147420
CROVELE B AEROSPSTIALE 34,29 32,99 12,50 5,18 56,001,46 49,501,4 30,056 86-104 2087,88 39499,49
TRIDENT 2EHOWKER
29,87 34,98 13,41 5,81 65,091,6 51,526,8 33,204 82-115 2286 45360SIDDELEY
BAC-111-200 BAC 26,97 28,19 10,08 4,34 35,834,4 31,298,4 21,049 65-79 2087,88 29030,4
SUPER VC-10 BAC 42,67 52,32 21,99 6,53 151,956 107,503,2 66,679 100-163 2499,36 97524
A-300AIRBUS
INDUSTRI44,83 53,62 18,62 9,6 136,987,2 127,506,96 84,737 255-345 1981,22 116498,01
CONCORDEBAC
AEROSPATALE25,55 61,65 18,18 7,72 176,460,4 108,864 79,380 108-128 3429 90720
MERCURE DASSAULT 30,53 33,99 11,91 6,2 52,000,7 49,002,4 25,865 124-134 1981,22 44997,12
ILYUSHIN 60 U.S.S.R 43,21 53,11 24,49 6,78 161,935,2 105,235,2 69,401 168-186 3429,17 93441,6
TUPOLEV 154 U.S.S.R 37,54 47,9 18,92 11,51 90,001,48 84,001,28 43,500 128-158 2100,07 63501,28
KETERANGAN Y = KIRA-KIRA TERGANTUNG KONFIGURASI KURSI
U = PERKIRAAN JUMLAH PENUMPANG SESUNGGUHNYA TERGANTUNG DENGAN JUMLAH KURSI
D = PADA TINGGI MUKA LAUT TIDAK ADA ANGIN BERTIUP (STANDAR)
1.2 Macam - Macam Istilah Berat Pesawat
Data yang diberikan pada tabel 1-1 digunakan untuk merencanakan dimensi
landas pacu , untuk lebih jelasnya bagi perencanaan perlu mengetahui macam-
macam istilah berat pesawat selama lepas landas,mendarat,Taxing dan sebagainya.
Berat pesawat dan komponen-komponen berat dalam yang paling menentukan
dalam perhitungan panjang landas pacu,dan kekuatan perkerasan. Ada 6 macam
pengertian berat pesawat yaitu :
a. Operating Weight Empty
Adalah berat dasar pesawat ,termasuk didalamnya crew dan peralatan
pesawat yang biasa disebut “ No Go Item” tetapi tidak termasuk bahan bakar
dan penumpang /barang yang membayar . Operating Weight Empty tidak tetap
untuk pesawat-pesawat komersial, besarnya tergantung konfigurasi tempat
duduk.
b. Pay Load
Adalah produksi muatan besar barang/penumpang yang membayar,
diperhitungkan menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.Termasuk
didalamnya,penumpang,barang-barang,surat,paket-paket,Excess bagasi.
Maximum Structural Pay Load adalah muatan maximum yang diizinkan untuk
type pesawat itu oleh direktorat jendal perhubungan udara, sertifikat muatan
maximum yang diizinkan bisa untuk penumpang/barang , bisa campuran
keduanya, tercantum dalam izin yang dikeluarkan. Maximu Pay Load yang
dibawa biasanya lebih kecil dari Maximum Structural Pay Load, mengingat
batasan-batasan ruangan.
c. Zero Fuel Weight
Adalah batasan berat spesifik pada setiap jenis pesawat, diatas batasan
berat itu tambahan berat harus berupa bahan bakar , sehingga pada waktu
pesawat sedang terbang tidak terjadi momen lentur yang berlebihan pada
sambungan badan pesawat.
Sayap pesawat berupa rongga-rongga yang berhubungan seperti bejana
berhubungan,wktu pesawat sedang miring kesamping,cairan bahan bakar tidak
terkumpul kesatu sisi melainkan tetap terbagi rata.
d. Maximum Ramp Weight
Beray maximum pasawat yang diizinkan untuk taxi pada pesawat Taxing
dari Apron menuju ujung landas pacu dia berjalan dengan kekuatannya
sendiri, membakar bahan bakar sehingga kehilangan berat.elisih dan prbedaan
Maximum Ramp Weight sangat sedikit, hanya beberapa ratus kilogram saja.
e. Maximum Structural Landing Weight
Adalah kemampuan Structural pesawat waktu mendarat. Main Gear
(Roda Pendaratan) utama yang strukturnya direncanakan untuk menyerap gaya
yang lebih besar tentu harus dengan Gear yang lebih kuat. Selma penerbangan
pesawat akan kehilangan berat dengan dibakarnya bahan bakar lebih-lebih
untuk pesawat-pesawat yang baru menerbangi rute-rute/jarak jauh.
Bila dimengerti bila main Gear direncanakan untuk menahan berat yang
lebih kecil dari Maximum Structural Take Off Weight terutama pada pesawat-
pesawat transport.
f. Maximum Structural Take Off Weight
Adalah berat maximum pesawat termasuk crew,berat pesawat
kosong,bahan bakar,pay load,yang diizinkan oleh pabrik, sehingga momen
tekuk yang terjadi pada badan pesawat , rata-rata masih dalam batas
kemampuan pembentuk pesawat.
Bahan bakar pesawat terdiri dari dua komponen, yaitu :
a. Bahan bakar yang diperlukan untuk perjalanan
b. Bahan bakar yang digunakan untuk cadangan menerbangi lapangan
terbang alternative, bahan bakar (b) jumlahnya ditentukan oleh Direktorat
Jendral Perhubungan Udara di Indonesia atau Federal Aviation
Regulation / FAR di Amerika. Bahan bakar (a) tergantung jarak yang akan
ditempuh pesawat ketinggian yang akan dijelajahi dan Pay Load.
Bahan bakar cadangan tergantung jarak lapangan terbang alternative,waktu
tunggu untuk mendarat, jarak penerbangan kembali kelapangan terbang asal
(untuk penerbangan international).
Dan dapat dilihat bahwa berat pesawat terdiri dari Operating Weight Empty
dan 3 komponen yaitu:
- Pay Load
- Bahan bakar perjalanan
- Bahan bakar cadangan
1.3 Pay Load Dan Range (Jarak Tempuh)
Pertanyaan yang sering muncul beberapa jauh pesawat bisa terbang, jarak
yang bisa ditempuh pesawat tersebut (Range). Banyak factor yang mempengaruhi
jarak tempuh pesawat, yang paling penting adalah Pay Load. Pada dasarnya Pay
Load bertambah, jarak tempuh berkurang atau sebaliknya Pay Load berkurang
jarak jarak tempuh bertambah. Hubungan Pay Load dan Range dapat dilihat pada
gambar 1-4.
1.4 Berat Statik Pada Main Gear Dan Nose Gear
Pembagian beban statik antar roda kendaraan utama Main Gear dan Nose
Gear, tergantung ada type pesawat untuk menjaga keseimbangan, bagian muatan
harus sedemikian rupa sehingga pusat gravitasi tidak melampaui batas maximum
kebagian depan maupun maximum kebelakang pesawat. Batas-batas dan
pembagian beban tersebut dijelaskan dalam buku petunjuk , tiapn-tiap jenis
pesawat mempunyai perhitungan,sedangkan yang lain ditentukan oleh pabrik.
Dengan kesempatan muatan yang ada dalam batas-batas pesawat gravitasi
kedepan maupun kebelakang badan pesawat , maka distribusi beban kepada Main
Gear dan Nose Gear akan konstan. Untuk merencanakan kekuatan landasan
dianggap bahwa 5% beban diberikan pada Nose Gear, sedangkan yang 95%
dibebankan pada Main Gear. Bila ada dua Main Gear masing-masing Gear
menahan 47,5% beban pesawat. Pada Main Gear yang mempunyai lebih dari dua
Gear seperti B.747 dibuat sumbu tengah antara dua Gear.
Dicontohkan berat pesawat pada waktu lepas landas 150 Ton (300.00 lbs)
untuk pesawat dengan dua Gear. Masing-masing Gear dihitung menahan 142.500
lbs. Bila masing-masing Gear dianggap mempunyai 4 roda, maka masing-masing
roda dihitung menahan 35.625 lbs.
1.5 Pusaran Angin
Pada saat sayap mengangkat pesawat ,timbul pusaran angin diujung-ujung
sayap. Pusaran angin terbentuk oleh dua silinder massa udara yang berputar
berlawanan sepanjang sayap, meluas dan memanjang dibelakang pesawat
sepanjang garis terbang.
Kecepatan silinder ngin yang terbentuk dibelakang pesawat akan
membahayakan pesawat yang terbang dibelakangnya,terutama bahaya bagi
pesawat kecil yang mengikuti jalur pesawat-pesawat besar,pusaran angin yang
terbentuk oleh pesawat disebut “Wake Turbulance”. Seketika pusaran angin
terbentuk dia bergerak kebawah dan kemudian dilanjutkan kesamping searah
tiupan angin. Lamanya pusaran angin terbentuk dan mengarah kebawah tergantung
kepada berat pesawat, semakin berat pesawat semakin cepat pusaran angin.Bila
sayap-sayap pesawat sudah cukup tinggi dari tanah, pusaran angin akan mulai
mengalir kesamping menjauhi garis terbang pesawat (lihat gambar 1-5).
Silinder pusaran angin akan bertahan lama, bila tidak ada angin bisa lebih dari
2 menit, tetapi akan segera ditiup oleh angin bila ada aliran angin. Bahaya pusaran
angin dirasakan ketik pesawat berbadan besar B.747 mulai beroperasi dilapangan
terbang, pengaruhnya bagi pesawat-pesawat yang lebih kecil sangat
membahayakan.
Untuk mengatasi pusaran angin , FAA (Federal Aviation Agency) membagi
pesawat menjadi dua macam :
- Pesawat Ringan
Adalah pesawat-pesawat yang mempunyai Maximum Take Off Weight lebih
kecil dari 300.000 lbs (150 Ton)
Pesawat-pesawat ringan seperti ; DC 9 ; B 737 ; F 28 ; Pesawat-pesawat
propeller
- Pesawat Berat
Adalah pesawat-pesawat yang mempunyai berat diatas 300.000 lbs (150 Ton)
Pesawat-pesawat berat seperti ; B 747 ; 320 B; DC 8-61 dan Pesawat-pesawat
berbadan lebar Boeing 747 ; DC 10 ; Air Bus 300.
BAB II
KONFIGURASI LAPANGAN TERBANG
2.1. Konfigurasi
Konfigurasi Lapangan Terbang adalah jumlah dan arah (Orientasi) dari
landasan serta pnenmpatan bangunan terminal termasuk lapangan parkirnya yang
berkaitan dengan landasan itu.
Jumlah landasan tergantung pada volume lalu lintas dan orientasi landasan
tergantung arah angin dominan yang bertiup, tetapi kadang-kadang juga luas tanah
yang tersedia berpengaruh bagi pengembangan berikutnya. Bangunan terminal
ditempatkan sedemikian rupa sehingga penumpang mudah dan cepat mencapai
landasan.
2.2. Landasan Pacu
Pada dasarnya landasan dan penghubungnya Taxiway diatur sedemikian rupa
sehingga :
a. Memenuhi persyaratan “Separation” pemisahan lalu lintas udara.
b. Gangguan operasi satu pesawat dengan lainnya,serta penundaan didalam
pendaratan,Taxiway serta lepas landas miniml.
c. Pembuatan Taxiway dari bangunan terminal menuju ujung landasan untuk lepas
landas dipilih yang paling pendek.
d. Pembuatan Taxiway memenuhi kebutuhan hingga pendaratan pesawat dapat
secepatnya mencapai bangunan terminal.
Pada lapangan terbang yang sibuk , dibuat area Holding atau Apron Run Up
berbatasan dengan ujung landasan untuk siap lepas landas (Holding Bay). Apron ini
direncanakan untuk melayani tiga sampai empat pesawat dari urutan terbesar yang
diramalkan akan mendarat dilapangan terbang ini, dengan jalan yang cukup lebarnya
bagi pesawat lain yang melintas.
2.3. Taxiway
Fungsi utama Taxiway adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari
landasan pacu kebangunan terminal dan sebaliknya atau dari landasan pacu ke
hanggar pemeliharaan.
Taxiway diatur sedemikian rupa agar pesawat yang baru mendarat, tidak
mengganggu peswat lain yang sedng taxi,siap menuju ujung lepas landas.
Dipelabuhan udara yang sibuk dimana lalu lintas pesawat taxi diperkirakan bergerak
sama banyak dari dua arah, harus dibuat paralel taxiway tehadap landasan untuk taxi
satu arah, rutenya dipilih jarak terpendek dari bangunan terminal menuju landasan
yang dipakai untuk awal lepas landas.
Dilihat dari segi pendaratan, pembuatan taxiway harus bisa dipakai oleh
pesawat secepatnya keluar landasan, sehingga landasan bisa dipakai mendarat oleh
pesaat lain tanpa menunggu lama. Taxiway ini disebut “Exit Taxiway” atau Turn Off.
Hindari sejauh mungkin membuat taxiway dengan rute melintasi landasan
aktif selama lalu lintas puncak, yaitu ketika pesawat yang harus dilayani landasan
berkesinambungan (continous) kapasitas landasan tergantung sepenuhnya kepada
seberapa cepat pesawat mendarat dapat dikeluarkan dari landasan.
Hal ini memudahkan mengatur lalu linta udara (PLLU) atau Air Traffic
Controll (ATC) memberijarak yng lebih dekat satu pesawat kepada pesawat yang lain,
sehingga kapasitas landasan meningkt, atau dalam pemanfaatan waktu pesawat yang
akan lepas landas bisa ditempatkan diantara dua pesawat yang berurutan akan
mendarat.
2.4. Konfigurasi Landas Pacu
Banyak konfigurasi landas pacu, sebagian konfigurasi adalah kombinasi dari
konfigurasi dasar.
Konfigurasi dasar adalah :
2.4.1 Landasan Tunggal
Adalah konfigurasi paling sederhana, sebagian besar lapangan terbang di
Indonesia adalah landasan tunggal, dapat dilihat pada gambar 3-1.a.
Telah diadakan perhitungan bahwa kapasitas landasan tunggal dalam kondisi
Visuil Flight Rule (VFR) antara 45-100 gerakan tiap jam,sedangkan dalam
kondisi Instrumen Flight Rule (IFR) kpasitasnya berkurang 45-50 gerakan
tergantung kepada komposisi campuran dan tersedianya alat bantu navigasi.
2.4.2 Landasan Paralel
Kapasitas landasan sejajar terutama tergantung kepada jumlah landasan dan
pemisahan/penjarakan antara dua landasan. Yang biasa adalah dua landasan
sejajar (Cengkareng) atau empat landasan sejajar.
Jarang ada landasan sejajar tiga, sampai saat ini belum ada landasan sejajar
lebih dari empat, tampaknya orang juga tidak akan membangun landasan
sejajar lima atau enam karena membutuhkan tanah yang luas dan dengan
landasan sejajar empat orang masih bisa mengatur lalu lintas udara betapapun
sibuknya. Dilain pihak bila ada lima atau enam landasan sejajar, pengaturan
lalu lintas udara akan semakin rumit serta ruang udara yang diperlukan untuk
“Holding” sangat luas.
Jarak antara dua landasan sejajar sangat bermacam-macam.
Penjarakan landasan dibagi menjadi tiga :
a) Berdekatan (Cloos)
Landasan sejajar berdekatan (Cloos) mempunyai jarak sumbu ke sumbu
700 ft = 213 m (untuk lapangan terbang transport). Minimum ampai 3500
ft = 1067 m. dalam kondisi IFR operasi penerbangan pada satu landasan
lain.
b) Menengah (Intermediate)
Landasan sejajar menengah dipisahkan dengan jarak 3500 ft = 1067 m
sampai 5000 ft = 1524 m. Dalam kondisi IFR kedatangan pada satu
landasan tidak tergantung kepada keberangkatan pada landasan lain.
c) Jauh (Far)
Landasan sejajar jauh dipisahkan dengan jarak 4300 ft = 1310 m atau
lebih. Dalam kondisi IFR dua landasan dapat di operasikan tanpa
tergantung satu sama lain untuk kedatangan / keberangkatan. Dengan
kemajuan teknologi, dimasa depan pemisahan untuk operasi bersama
penerbangan pada landasan sejajar dapat dikurangi.
Apalagi bangunan terminal ditempatkan diantara dua landasan sejajar,
landasan dipisahkan jauh sehingga tersedia ruang untuk bangunan apron
didepan terminal dan taxiway penghubung. Untuk landasan sejajar
empat,pasangan-pasangan dibuat cloos (berdekatan). Dari dua pasangan
yang cloos dipisahkan jauh (Far) untuk menempatkan bangunan terminal
diantaranya.
Kapasitas landasan setiap jam nya dari pemisahan cloos,intermediate dan
far dapat bervariasi dari 100 gerakan pesawat sampai 200 gerakan dalam
kondisi VFR, tergantung kepada komposisi campuran pesawat general
aviation.pemisahan/penjarakan tidak mepengaruhi kapasitas dalam
penerbangan kondisi VFR, kecuali kalau ada pesawat-pesawat besar.
Keterangan mengenai ini bisa dibaca dalam bab peraturan tentang lalu
lintas udara pada terbitan ICAO Annex 11 Air Traffic Service. Dalam
kondisi penerbangan IFR kapasitas landasan sejajar dengan pemisahan
cloos bervariasi antara 50-60 gerakan tiap jam, tergantung kepada
komposisi pesawat campuran ; untuk pemisahan
Intermediated kapasitasnya 75-80 gerakan per jam, dan pemisahan jauh variasi
antara 85-105 gerakan tiap jam. Pada suatu saat karena alasan tertentu,
mungkin kita perlu mengadakan pergeseran threshold landasan sejajar,
sehingga ujung landasan tidak pada satu garis. Alasan pergeseran bias
bermacam-macam, antara lain bentuk tanah yang tersedia untuk membangun
landasan atau tempat untuk memperkecil jarak taxi ke pesawat mendarat dan
lepas landas. Usaha memperpendek jarak taxi di dasarkan pada penalaran
bahwa suatu landasan yang di pakai semata-mata hanya untuk lepas landas
dan yang lain untuk pendaratan.
Dalam keadaan ini, maka bangunan terminal di tempatkan sehingga jarak taxi
untuk masing-masing tipe operasi (mendarat atau lepas landas) adalah
minimal, (lihat Gambar 3.1c).
Gambar 3-1KONFIGURASI LANDASAN PACU
1. Landasan pacu tunggal
2. Landasan pacu sejajar
3. Landasan pacu dua jalur
4. Landasan pacu bersilang
5. Landasan pacu V terbuka
L= Landing=Mendarat TO=Take Off=Lepas Landas
a. Landasan tunggal f. Landasan berpotongan
b. Landasan sejajar g. Landasan berpotongan
c. Landasan sejajar thnreshold (Stranggger) h. Landasan V terbuka
d. Landasan empat sejajar i. Landasan V tertutup
e. Landasan berpotongan
Landasan dua jalur terdiri dari dua landasan yang sejajar di pisahkan
berdekatan (700 ft -2.2499 ft) dengan exit taxiway secukupnya. Walaupun kedua
landasan dapat di pakai untuk operasi penerbangan campuran, tetapi di inginkan
operasi diaturnya, landasan terdekat dengan terminal untuk keberangkatan
pesawat.
Di perhitungkan bahwa landasan dua jalur dapat melayani 70% lalu lintas
lebih banyak daripada landasan tunggal dalam kondisi VFR dan sekitar 60% lebih
banyak lalu lintas pesawat dari pada landasan tunggal dalam kondisi IFR. Di dapat
kenyataan bahwa kapasitas landasan untuk pendaratan dan lepas landas tidak
begitu peka terhadap pemisahan sumbu landasan antara dua landasan bila pemisah
antara 1000-2.499 ft. Maka di anjurkan untuk memisahkan dua landasan dengan
jarak tidak kurang dari 1000 ft, bila di situ akan di pakai untuk melayani pesawat-
pesawat komersil. Dengan jarak ini di mungkinkan pemberhentian pesawat di
taxiway antara dua landasan tanpa menggagu operasi gerakan pesawat di
landasan.Untuk memperlancar bias juga di bangun taxiway sejajar, namun tidak
terlalu pokok. Keuntungan utama dari landasan dua jalur adalah dapat
meningkatkan kapasitas dalam kondisi IFR menambah luas tanah.
1.4.4. Landasan bersilangan
Banyak lapangan terbang diluar negeri mempunyai dua atau tiga landasan
dengan arah (direction) berlainan, berpotongan satu dengan yang lain, landasan
demikian mempunyai patron “persilangan”. Landasan persilangan di perlukan
jika angin yang bertiup keras lebih dari satu arah, yang akan menghasilkan tiupan
angin.
Pada suatu saat angin bertiup kencang satu arah maka hanya satu landasan
dari dua landasan yng bersilangan yang di gunakan, ini memang mengurangi
kapasitas , tetapi lebih baik daripada pesawat tidak bisa mendarat di situ. Bila
angin bertiup lemah (kurang dari 20 knots atau 13 knots) maka kedua landasan
bisa di pakai bersama-sama. Kapasitas dua landasan yang bersilangan tergantung
sepenuhnya di bagian mana landasan itu bersilangan (di tengah, di ujung) serta
cara operasi penerbangan yaitu strategi dari pendaratan dan lepas landas.
Kapasitas terbesar di peroleh bila persilangan sedekat mungkin kepada ujung
awal lepas landas dan threshold pendaratan. Sejauh ini di harapkan perancang
menghindari perencanaan landasan persilangan.
2.4.5 Landasan terbuka V
Landasan dengan arah divergen, tetapi tidak saling berpotongan di sebut
landasan V terbuka. Konfigurasi dapat di lihat pada gambar 3.1h, seperti halnya
pada landasan bersilangan, landasan V terbuka di bentuk karena arah angin keras
dari banyak arah, sehingga harus membuat landasan dengan dua arah. Ketika
angin bertiup kencang dari satu arah, maka landasan bisa di operasikan satu arah
saja, sedangkan pada keadaan angin bertiup lembut kedua landasan dapat di
guakan secara bersama-sama.
Strategi yang menghasilkan kapasitas terbesar bila operasi penerbangan
divergen dalam IFR kapasitasnya antara 60-70 gerakan per jam, tergantung
kepada campuran pesawat dalam VFR kapasitasnya 80-200 gerakan per jam. Bila
operasi mengarah konvargen kapasitasnya sangat berkurang menjadi 50-60
gerakan per jam dalam IFR dan 50-100 gerakan per jam dalam VFR.
BAB III
RANCANGAN LAPANGAN TERBANG
3.1. Sistem Lapangan Terbang
Rancangan sebuah lapangan terbang adalah suatu proses yang rumit saling kait
mengait, sehingga analisa dari suatu kegiatan tanpa memperhitungkan
pengaruhnya terhadap kegiatan yang lain, bukan merupakan kegiatan yang
memuaskan. Sebuah lapangan terbang meliputi kegiatan yang sangat luas yang
mempunyai kebutuhan yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang berlawanan,
seperti halnya kegiatan keamanan, membatasi sedikit mungkin (pintu-pintu)
antara land side dan air side, sedangkan kegiatan pelayanan memerlukan sebanyak
mungkin pintu terbuka dari land side ke air side agar pelayanan berjalan lancar.
Sistem lapangan terbang di bagi menjadi 2, yaitu:
a. Land Side
b. Air Side
Dalam sistem lapangan terbang, sifat-sifat kendaraan darat (land side) dan
kendaraan udara (air side) mempunyai pengaruh yang sangat kuat kepada
rancangan. Penumpang dan pengirim barang berkepentingan terhadap waktu yang
di jalani mulai dari keluar rumah sampai ke tempat tujuan, mereka tidak
berkepentingan kepada lamanya waktu perjalanan darat maupun udara.
Dengan alasan lain banyak jalan masuk jalan masuk menuju lapangan terbang
perlu mendapat perhatian dalam membuat rancangannya. Hubungan lapangan
terbang dengan masyarakat sekelilingnya. Persoalan yang di timbulkan oleh
beroperasinya lapangan terbang, dewasa ini sudah sangat kompleks. Pada masa
lalau awal kegiatan penerbangan, lapangan terbang terletak jauh dari kota. Tanah
murah, penduduk jarang, bangunan tidak berdesakan, dan mudah di atur sehingga
halangan terhadap operasi pesawat (Obstraction) tidak merupakan persoalan,
begitu juga terhadap masyarakat, operasi penerbangan masih jarang, pesawat
masih kecil, sehinggan suara pesawat tidak menggagu kehidupan. Kehidupan
masyarakat dan operasi penerbangan berjalan dengan damai, keseimbangan
lingkungan menjadi goyah setelah penduduk bertambah, industry membutuhkan
tanah murah yang umumnya di luar kota.
Tanah demikian hanya ada di alokasi lapangan terbang, selanjutnya
perkembangan industri mengundang masuk pekerja untuk bertempat tinggal di
sekitar pabrik, di perlikan pasar, perlu pertumbuhan jalan dan arusnya, dari sudut
operasi penerbangannya sendiri untuk melayani kepentingan penduduk kota,
frekuensi penerbangan bertambah, pesawat yang beroperasi semakin besar
apalagi setelah pesawat jet beroperasi, penumpang yang di angkut bertambah
banyak, penggunaan pesawat yang besar tentu membutuhkan mesin yang lebih
besar dengan resiko suara semakin bising. Akibatnya pengaturan kota dan
lapangan terbang menghadapi persoalan yang lebih komplek. Maka
berkembanglah kebutuhan baru, lapangan terbang di atur rapi, di rancang dan di
rencanakan sehingga semua kegiatan mendapat tempat yang selayakny, perlu Air
Port Master Planning dan perlu Air Port Master Planner.
3.2. Rancangan Induk Lapangan Terbang
Rancangan induk adalah konsep pengembangan lapangan terbang ultimate,
pengertian pengembangan bukan saja di dalam lingkungn lapangan terbang tetapi
seluruh area lapangan terbang di dalam dan di luar, di sekitar operasi
penerbangan dan tata guna lahan sekitarnya (Air Port Master Plant FAA No. AC
150/5070/-6 dan ICAO Air Port Planning manual part 1 Dokumen No. 9184 Edisi
Tahun 1977).
Tujuan umum dari rancangan induk adalah untuk memberikan pedoman untuk
pengembangan di kemudian hari yang memadai bagi operasi penerbangan yang
selaras dengan lingkungan dan pengembangan masyarakat serta modal
transportasi yang lain.
Lebih detail rancangan induk memberikan pedoman untuk:
1. Pengembangan fasilitas fisik sebuah lapangan terbang.
2. Tata guna lahan dan pengembangannya di dalam dan di sekitar lapangan terbang.
3. Menentukan pengaruh lingkungan dari pembangunan lapangan terbang dan operasi
penerbangan.
4. Pembangunan untuk kebutuhan jalan masuk.
5. Pembangunan kegiatan ekomoni dan kegiatan lainnya yang menghasilkan uang
bagi pelabuhan udara yang bisa di kerjakan.
6. Pembahian fase dan kegiatan prioritas yang bisa di laksanakan sesuai rancangan
induk.
Rancangan lapangan terbang di susun berdasarkan banyak sekali kriteria dan
prosedur. Untuk pengevaluasian banyak daripadanya masih merupakan hasil pemikiran-
pemikiran yang logis, penyusuna urutan prioritas dan kemungkinan (alternatif) serta
pertimbangan dari alternatif yang terpilih.
Pada masa awal penyusunan rancangan induk di kenal, kebanyakan rancangan
induk merupakan perancangan teknis semata, terutama hanya untuk keperluan operasi
penerbangan . Namun dewasa ini rancangan induk mendapat pengaruh dari segi
mempertimbangkan banyak kepentingan seperti teknis operasi penerbangan, ekonomi,
keuangan dan politis, terutama kesejahteraan lingkungan, keseimbangan masyarakat
sekeliling mendapat perhatian dan pengaruh kuat atas rancangan induk sehingga
rancangan induk yang di buat dewasa ini tidak selalu terbaik dari segi operasi
penerbangan. Rancangan merupakan hasil kompromi dari kebutuhan fisik maupun non
fisik.
Walaupun rancangan induk lapangan terbang mempunyai isi yang berbeda untuk setiap
lokasi dan rencana, namun paling kurang harus mendukung :
1) Ramalan kebutuhan /permintaan.
Ramalan harus termasuk operasi penerbangan, jumlah penumpang, volume barang
dan lalu lintas darat. Ramalannya di buat tidak hanya ramalaan tahunan tetapi juga
jam-jam tersibuk harian.
2) Alternatif pemecah persoalan.
Dari kebutuhan yang di ramalkan secara memadai dan memuaskan. Setiap alternatif
pemecah persoalan harus memperhatikan pengaruh-pengaruhnya terhadap
lingkungan keselamatan dan ekonomi.
3) Analisa biaya investasi
Tinjauan terhadap biaya pembanguan apakah dana yang di keluarkan untuk suatu
fasilitas bermanfaat, apakah manfaatnya:
Suatu contoh hubungannya dengan kebisingan; bila di bangun landas pacu sejajar
pengaruhnya sangat besar terhadap penduduk sepanjang AS landasan, maka lebih
baik meningkatkan kemampuan landas pacu tunggal dari pada pembangunan
landasan sejajar.
Analisa biaya investasi serta keuntungannya haruslah termasuk dalam keuntungan
langsung maupun tidak langsung sehingga memberikan banyak pilihan bagi
pimpinan atau pengambil keputusan untuk mempertimbangkan.
4) Pengaruh lingkungan dan alternatif mengatasinya.
Setiap pembahasan dari rancangan tentu mangandung resiko antara keuangan,
teknis, pengaruhnya terhadap lingkungan.
Pengembangan sebuah lapangan terbang tentu akan mengundang penduduk untuk
membangun perumahan sepanjang jalan masuk, membangun fasilitas kehidupan.
Pengembangan sebuah lapangan terbang tentu akan mengundang minat kalangan
luas, pemakai lapangan, penyediaan jasa, pengelola lapangan dan sebagainya.
Dalam tahap penyususnan rancangan induk, pihak-pihak yang berkaitan dengannya
haruslah di ajak berkonsultasi agar tidak terjadi ketimpangan pada rancangan
induknya.
3.3. Kebutuhan Sebuah Lapangan Terbang.
Langkah awal dalam mempersiapkan rancangan induk adalah pengumpulan data
dari fasilitas lapangan terbang yang sudah dan usaha-usaha merancang pada daerah
yang luas. Konsultasi harus dengan pihak-pihak yang terkait tidak hanya dengan
perhubungan udara tetapi dengan pemerintah daerah. Perusahaan penerbangan dan
penggunaan lapangan terbang lainnya.
Data-data bisa di dapat dari perhubungan udara Operasi Data Centere (ODC)
terutama data lalu lintas penumpang maupun barang dan pos, serta lalu lintas pesawat.
Aturan-aturan dari sebuah lapangan terbang bisa di dapat dari badan-badan
internasional semacam Federal Aviation Agency (FAA), International Civil
Aviation Organization (ICAO). Perancang harus mengenali semua fasilitas fisik yang
telah ada pada lapangan terbang itu, serta pengunaan-penggunaannya dan penggunaan
lalu lintas lapangan terbang.
Perencana harus mengenali fasilitas navigasi dan telekomunikasi udara,
pemanfaatan fasilitas itu, penggunaan area udara. Untuk kepentingan keseimbangan
lingkungan, perancang harus mengenali penggunaan tanah sekitar lapangan terbang,
perancang harus mengingat pengaruh terhadap keseimbangan lingkungan.
Pengumpulan data sisi ekonomi, jumlah penduduk, aktivitas ekonomi, tata guna
daerah, itu bisa di dapatkan dari badan perencana daerah (Bapeda) untuk di pakai
sebagai dasar ramalan permintaan fasilitas apa saja yang harus ada dan berapa besarnya
pada lapangan terbang ini.
3.4. Ramalan.
Rancangan induk lapangan terbang di kembangkan berdasarkan kepada ramalan
dan permintaan (Forecast and Demand).
Ramalan bisa di bagi dalam :
Ramalan jangka pendek, yaitu sekitar 5 tahun
Ramalan jangka menengah, yaitu sekitar 10 tahun.
Ramalan jangka panjang, yaitu sekitar 29 tahun s/d 50 tahun.
Jangka ramalan makin jauh, ketepatan dan ketelitiannya semakin menyusut maka
perlu di sadari bahwa ramalan jangka panjang hanyalah pendekatan. Telah
dikemukakan bahwa beberapa kegiatan seperti ramalan, pergerakan pesawat, jumlah
penumpang tahunan maupun jam-jam sibuk, sangat di perlukan, akan tetapi untuk
barang dan pos cukup ramalan tahunan saja.
Ada beberapa cara untuk meramal permintaan di waktu yang akan dating. Tiap-
tiap metode ramalan bisa mempunyai perbedaan yang sangat besar. Ada metode
ramalan yang sangat rumit, tetapi mempunyai tingkat keakuratan relatif baik, ada
metode memuaskan untuk ramalan jangka panjang.
Teknik ramalan yang paling sederhana adalah meramal kecenderungan volume
lalu lintas di masa depan dan ramalan yang lebih kompleks, rumit adalah meramal
yang berhubungan dengan permintaan dengan mengindahkan faktor-faktor sosial,
ekonomi, teknologi, selera yang mempengaruhi transportasi udara.
Hubungan antara variabel ekonomi, social dan teknologi di satu sisi dengan
permintaan transportasi di pihak lain di sebut Model Permintaan Penggunaan dan
Pengembangan yang di terapkan sebagai berikut:
1) Tinjau dan amati kecenderungan dari permintaan perjalanan udara (air travel) di
masa lalu.
2) Perhatikan dan perinci pengaruh berbagai faktor variasi ekonomi sosial dan
teknologi terhadap permintaan perjalanan udara.
3) Buatlah model-model hubungan antara permintaan transport udara dan faktor butir
2.
4) Proyeksikan harga-harga butir 3 ke masa depan.
5) Pakailah model dari butir 3 dan ramalan dari butir 4 untuk mendapatkan harga
ramalan dari permintaan transport udara di masa depan.
3.5. Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan
Kebutuhan akan adanya landasan pacu, taxiway, apron, bangunan terminal,
jalan masuk dan tempat parker, di kembangkan dari analisa permintaan dari rencana
geometri dan standar-standar yang menentukan perencanaan dari lapangan terbang.
Standar yang di keluarkan FAA (Federal Aviation), Organisasi Penerbangan Sipil
Internasional (CAO) badan PPP mengatur berbagai komponen lapangan terbang,
landasan pacu, jumlah, panjang, taxiway, bangunan terminal, bangunan cargo,
konfigurasi dan fasilitas untuk pesawat General Aviatin. Dengan memakai standar ini
mempermudah rencana untuk mendapatkan pendekatan pertama dari bentuk kasar dan
ukuran tiap-tiap komponen lapangan terbang, baik untuk lapangan terbang baru
maupun lapangan terbang yang sudah ada.
3.6. Pemilihan Lokasi Lapangan Terbang.
Seorang yang bertanggung jawab untuk menentukan pemilihan lokasi lapangan
terbang baru, pertama-tama harus membuat kriteria sebagai pedoman dalam
penentuan lokasi yang sepatutnya untuk pengembangan di masa depan. Sebagian
besar kriteria di bawah ini bisa juga di gunakan untuk pengembangan lapangan
terbang yang telah ada.
Lokasi lapangan terbang di pengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain sebagai berikut:
1). Tipe pengembangan lingkungan sekitar
Adalah merupakan faktor yang sangat penting, sebab kegiatan sebuah lapangan terbang
terutama di lihat dari tingkat kebisingan, inilah pasal yang paling banyak mengganggu
lingkungan dari sebuah lapangan terbang. Makan penelitian, pengamatan terhadap
penggunaan tanah sekitar lapangan terbang sangat perlu. Proritas di berikan kepada
pengembang lingkungan yang selaras dengan aktifitas lapangan terbang. Bila mungkin
pemilihan lokasi menjadi daerah pemukiman penduduk dan sekolah. Untuk lokasi
terpilih yang masih mempunyai daerah pemukiman belum rapat, sangat baik untuk di
keluarkan peraturan daerah yang mengatur tata ruang sekitar lapangan terbang semacam
koordinasi tat ruang, akan sangat membantu pengembangan lapangan udara maupun
lingkungan sekitar sehingga tidak ada konflik di kemudian hari. Pelabuhan udara sangat
esensial bagi transport sebuah lingkungan masyarakat, karena memiliki tingkat
aksesibilitas yang tinggi dan dia merupakan bagian integral dari masyarakat itu.
Karenanya lapangan terbang perlu adanya pengembangan, tapi tentu masyarakat juga
perlu berkembang, jadi di tuntut pengaturan sebaik-baiknya koordinasi pengembangan
dari keduannya. Agar kegiatan operasi penerbangan gangguannya bagi kehidupan
masyarakat bisa di tekan sekecil mungkin dan diinginkan adanya jalur hijau antara
landas pacu, taxiway, apron, dan bangunan terminal sebagai pembatas.
2). Kondisi Atmosfer
Adanya kabut, asap kebakaran mengurangi jarak pandang pilot, kabut (flog) dan asap
(smoke), campuran keduanya mempunyai jarak pandang bahkan sampai ketinggian
muka laut, campuran ini sangat membahayakan dinamakan SMOG. Hambatan jenis ini
mempunyai pengaruh kepada menurunnya kapasitas lalu lintas penerbangan. Jeleknya
jarak pandang (Visibility) mengurangi kemampuan pesawat terbang di banding
visibility yang jauh.
Hanya pesawat-pesawat yang mempunyai instrument yang khusus bisa terbang pada
visibility 0, biasa disebut Instrument Flight Rule (IFR) yaitu pada kondisi IMC
(Instrument Metereologi Condition) kabut yang mempunyai kecenderungan bertahan
pada suatu daerah yang tiupan anginnya kecil.
3). Kemudahan untuk mendapatkan transportasi darat.
Waktu yang di butuhkan untuk keluar dari tempat penumpang berangkat ke pelabuhan
udara merupakan hal yang perlu di pelajari. Dikota-kota besar waktu di darat lebih
banyak dari pada di udara dalam suatu perjalanan. Jalan macet, mencari tempat parkir,
lapor berangkat, menunggu naik pesawat lebih lama dari perjalanan pelabuhan udara ke
darat. Sesudah di kenal penerbangan dengan pesawat jet, untuk perjalanan kurang dari
(400 nmi=644 km) antara dua pelabuhan udara di kota besar, waktu di darat bisa dua
kali lipat waktu di udara dalam perjalanan itu. Kecenderungan di Indonesia penumpang
mencapai pelabuhan udara dan keluar dari pelabuhan udara adalah dengan mengendarai
mobil pribadi. Sampai suatu titik perkembangan tertentu penggunaan mobil pribadi dari
jalan ke pelabuhan udara masih bisa di tampung oleh jalan masuk dan tempat parkir
pelabuhan udara , tetapi sesudah titik itu di lewati perlu di pikirkan transport darat
masal untuk transit dari lapangan terbang ke pusat kota.
4). Tersediannya tanah untuk pengembangan
Pada Pelita II secara garis besar perkembangan transportasi udara rata-rata Nasional
sebesar 14%, Pelita III rata-rata Nasional 16%, begitu dinamisnya perkembangan
angkutan udara barang tentu pelabuhan udara juga harus menyesuaikan dengan
permintaan, landas pacu diperpanjang, taxiway diperlebar, apron diperluas, tempat
parker kendaraan diperluas dan bangunan terminal diperluas. Semua itu tentu
memerlukan tanah untuk pengembangan, baik untuk memperluas fasilitas yang sudah
ada maupun membangun fasilitas baru yang dibutuhkan.
5). Adanya lapangan terbang lain
Ketika mengadakan pilihan lokasi untuk menentukan sebuah lapangan terbang baru
atau menambah landas pacu perlu dipertimbangkan adanya lapangan terbang lain yang
berada disekitarnya. Lapangan terbang harus mempunyai jarak yang cukup jauh satu
sama lain, agar ruang lingkup yang diperlukan cukup untuk maneuver pada saat akan
mendarat. Jarak minimum antara pelabuhan udara tergantung kepada volume dan type
lalu lintas serta apakah pelabuhan udara itu mempunyai perlengkapan operasi lapangan
terbang dengan kondisi jarak pandang yang jelek. Jarak pelabuhan udara yang terlalu
dekat bukannya meningkatkan kapasitas landasan untuk mendarat pesawat tetapi akan
saling merintangi bahkan bila pelabuhan udara itu mempunyai instrumen sekalipun
akan berkurang kapasitasnya.
6). Halangan sekeliling (Surrounding Obstruction)
Lokasi pelabuhan udara harus dipilih sedemikian, sehingga kalau diadakan
pengembangan, bebas halangan atau halangan mudah dihilangkan. Lapangan terbang
harus dilindungi dengan peraturan yang ketat agar orang tidak sembarang membangun
apa saja yang merupakan halangan bagi penerbangan terutama pada daerah Approach
area, pengawasan harus seketat – ketatnya.
Clesrebce yang dibutuhkan approach area pada perpanjangan As landas pacu secara
detail diberikan dalam :
a. FAA FAR Part 77 Obstruction Clereance Requicement
b. ICAO Annex 14
Pada daerah Approach area terdapat areal disebut daerah landasan bersih halangan
(Runway Clear Zone). Daerah ini sulit diawasi dari pembuatan bangunan bila tidak
dibebaskan walau ada larangan melalui undang – undang.
Penerbangan peraturan daerah. Tetapi bila dana terbatas, tidak cukup untuk
membebaskan, bias daerah ini disewa untuk jangka panjang, tidak dibangun apapun
merupakan tanah kosong, ini untuk pelabuhan dikota besar.
7). Pertimbangan ekonomis
Penyajian rancangan induk tentu memberikan beberapa pilihan kemungkinan lokasi,
ada perbandingan – perbandingan ditinjau secara ekonomis. Lokasi yang berada pada
daerah tanah rendah, lebih rendah dari sekelilingnya membutuhkan penimbunan dan
seterusnya. Berbagai alternative lengkap dengan perhitungan volume dan biaya
diberikan. Tentu saja pilihan likasi jatuh kepada tempat dengan ongkos pembangunan
yang murah.
8). Tersedianya Utilitas
Sebuah lapangan terbang terutama yang besar membutuhkan utilitas yang besar pula,
perlu tersedia air minum dan air gelontor, tenaga listrik, sambungan telepon, bahan
bakar minyak. Dalam pembuatan rancangan induk tentu penyediaan utilitas harus
dipertimbangkan pula. Darimana air minum, darimana air gelontor, WC, tenaga listrik
selain dari PLN harus ada tenaga cadangan bila sambungan PLN putus, padahal
pelabuhan udara serta peralatannya harus tetap operasi.
Bahan bakar bisa disalurkan melaui pipa – pipa dan keluar dari apron merupakan hidran
atau dibawa dengan truk tanki. Saluran telpon harus ada dan air limbah harus dipikirkan
pembuangannya.
BAB IV
DESAIN DAN DETAIL RUNWAY
4.1. Menentukan Arah Runway
Pengaruh angin sangat menentukan sekali terhadap arah runway yang
direncanakan, oleh sebab itu peninjauan yang lebih teliti terhadap arah angin dapat
menentukan sekali. Dari data metereologi tentang arah dan kecepatan angin, pada
daerah yang akan dibangun lapangan terbang, dapat ditentukan oleh runway dengan
cara sebagai berikut :
Kecepatan angin dibuat sebagai lingkaran dengan skala 1 cm = 10 mph (r = 1,0 cm)
kemudian dimulai dari lingkaran yang paling dalam yaitu untuk angin dengan
kecepatan 18 mph, 35 mph, 56 mph dan 78 mph.
Lingkaran dibagi menurut lingkaran sudut 360º pada arah utara angka persentase
angin dan seterusnya dimasukan kedalam segmen yang sesuai arah dan kecepatannya,
setelah itu dibuat garis sejajar yang menyinggung lingkaran pada kecepatan 18 mph,
36 mph, 58 mph, 78 mph dan sebagai pusatnya dibuat melalui pusat lingkaran dengan
cara coba – coba dari bagian Wind Rose, hal ini akan didapat persentase angin yang
maximum. Berikut ini adalah data – data kecepatan angin dari beberapa kali
percobaan.
Dari delapan kali percobaan maka akan kita cari perhitungan untuk menentukan kecepatan
angin maksimum sebabgai berikut :
Percobaan I.Pada 00 - 1800
Kec. Angin Data hasil percobaan Jumlah
0 – 4 MPH ……………………………………………………………………………………………………….. 2.50%
4 – 18 MPH 0.70+0.50+0.20+0.80+0.30+0.70+0.30+0.10+0.80+0.50+0.70+0.20+0.30+0.40+0.30+0.20 7.00%
18 - 36 MPH 1.80+2.30+0.40+1.20+1.90+1.30+0.70+1.10+0.90+2.40 14.00%
36 – 56 MPH 5.30+3.30+2.30+1.30+2.30+1.30 15.80%
56 – 78 MPH 2.10+1.10+2.10+2.10+2.10+4.10 13.60%
Jumlah = …………………………………………………………………………………………… 50.40%
Percobaan II. Pada 200 - 2000
Kec. angin Data hasil percobaan Jumlah
0 – 4 MPH ……………………………………………………………………………………………………….. 2.50%
4 – 18 MPH 0.70+0.50+0.20+0.80+0.30+0.70+0.30+0.10+0.80+0.50+0.70+0.20+0.30+0.40+0.30+0.20 7.00%
18 - 36 MPH 1.80+2.30+0.40+1.90+1.90+1.30+0.70+1.10+2.40+2.40 16.20%
36 – 56 MPH 5.30+2.30+1.30+1.30+3.30+3.30 16.80%
56 – 78 MPH 2.10+1.10+2.10+2.10+1.10+1.10 9.60%
Jumlah = …………………………………………………………………………………………… 49.60%
Percobaan III. Pada 400 - 2200
Kec. angin Data hasil percobaan Jumlah
0 – 4 MPH ……………………………………………………………………………………………………….. 2.50%
4 – 18 MPH 0.70+0.50+0.20+0.80+0.30+0.70+0.30+0.10+0.80+0.50+0.70+0.20+0.30+0.40+0.30+0.20 7.00%
18 - 36 MPH 1.80+2.30+0.40+1.90+0.60+1.30+0.70+1.10+2.40+0.60 13.10%
36 – 56 MPH 2.30+2.30+2.30+3.30+3.30+2.30 15.80%
56 – 78 MPH 1.10+1.10+1.10+1.10+1.10+2.10 7.60%
Jumlah = …………………………………………………………………………………………… 43.50%
Percobaan IV. Pada 700 - 2500
Kec. angin Data hasil percobaan Jumlah
0 – 4 MPH ……………………………………………………………………………………………………….. 2.50%
4 – 18 MPH 0.70+0.50+0.20+0.80+0.30+0.70+0.30+0.10+0.80+0.50+0.70+0.20+0.30+0.40+0.30+0.20 7.00%
18 - 36 MPH 2.30+0.40+1.90+0.60+0.90+0.70+1.10+2.40+0.60+1.10 12.00%
36 – 56 MPH 2.30+2.30+2.30+3.30+2.30+2.30 14.80%
56 – 78 MPH 1.10+1.10+1.10+1.10+2.10+1.10 7.60%
Jumlah = …………………………………………………………………………………………… 41.40%
Percobaan V. pada 900 - 2700
Kec. angin Data hasil percobaan Jumlah
0 – 4 MPH ……………………………………………………………………………………………………….. 2.50%
4 – 18 MPH 0.70+0.50+0.20+0.80+0.30+0.70+0.30+0.10+0.80+0.50+0.70+0.20+0.30+0.40+0.30+0.20 7.00%
18 - 36 MPH 0.40+1.90+0.60+0.90+1.20+1.10+2.40+0.60+1.10+0.90 11.10%
36 – 56 MPH 2.30+2.30+1.30+2.30+1.30+1.30 11.80%
56 – 78 MPH 1.10+1.10+1.10+2.10+1.10+2.10 8.60%
Jumlah = …………………………………………………………………………………………… 38.50%
Percobaan VI. Pada 1100 - 2900
Kec. angin Data hasil percobaan Jumlah
0 – 4 MPH ……………………………………………………………………………………………………….. 2.50%
4 – 18 MPH 0.70+0.50+0.20+0.80+0.30+0.70+0.30+0.10+0.80+0.50+0.70+0.20+0.30+0.40+0.30+0.20 7.00%
18 - 36 MPH 1.90+0.60+0.90+1.20+1.90+2.40+0.60+1.10+0.90+2.40 13.90%
36 – 56 MPH 2.30+1.30+1.30+2.30+1.30+1.30 9.80%
56 – 78 MPH 1.10+1.10+1.10+1.10+2.10+2.10 8.60%
Jumlah = …………………………………………………………………………………………… 39.30%
Percobaan VII. Pada 1400 - 3200
Kec. angin Data hasil percobaan Jumlah
0 – 4 MPH ……………………………………………………………………………………………………….. 2.50%
4 – 18 MPH 0.70+0.50+0.20+0.80+0.30+0.70+0.30+0.10+0.80+0.50+0.70+0.20+0.30+0.40+0.30+0.20 7.00%
18 - 36 MPH 1.80+0.60+0.90+1.20+1.90+1.30+0.60+1.10+0.90+2.40 12.70%
36 – 56 MPH 1.30+1.30+2.30+1.30+1.30+1.30 8.80%
56 – 78 MPH 1.10+1.10+2.10+2.10+2.10+1.10 9.60%
Jumlah = …………………………………………………………………………………………… 38.10%
Percobaan VIII. Pada 1600 - 3400
Kec. angin Data hasil percobaan Jumlah
0 – 4 MPH ……………………………………………………………………………………………………….. 2.50%
4 – 18 MPH 0.70+0.50+0.20+0.80+0.30+0.70+0.30+0.10+0.80+0.50+0.70+0.20+0.30+0.40+0.30+0.20 7.00%
18 - 36 MPH 1.80+2.30+0.90+1.20+1.90+1.30+0.70+1.10+0.90+2.40 14.50%
36 – 56 MPH 1.30+1.30+2.30+1.30+1.30+2.30 9.80%
56 – 78 MPH 1.10+1.10+2.10+1.10+2.10+1.10 8.60%
Jumlah = …………………………………………………………………………………………… 39.90%
Percobaan yang dilakukan untuk menentukan arah Runway sebanyak 8
(Delapan) kali. Dari kedelapan percobaan tersebut akan dapat diketahui persentase mana
percobaan yang maximum.
Percobaan yang dilakukan harus teliti dan benar, sesuai dengan skala yang telah ditentukan
yaitu 1 cm = 10 Mph.
Dari percobaan yang dilakukan percobaan yang maximum ialah pada percobaan 1 (satu) pada
00 – 1800 sebesar 50.40 %. Jadi arah Runway pada 00 di LU dan 1800 di LS.
Berdasarkan data – data tersebut, maka panjang Runway diambil berdasarkan data
panjang landas pacu minimum sesuai dengan ARFL ( Aeroplane Reference Field
Length )
Lb = 3.505,2 Meter
Panjang dasar ini adalah panjang yang diperlukan pada suatu tempat yang datar.
Bila dari hasil tersebut menyimpang dari ketentuan diatas, menurut inter nasional
civil aviation organization ( ICAO ) maka diadakan koreksi sebagai berikut :
1. Tekanan pada permukaan air laut adalah 76 mmhg ketinggian actituk
2. Temperature pada permukaan air laut mencair 35 0C adalah sebesar 0,0065 0C/m diatasnya.
3. Kemiringan landasan ( Runway Gradient ) dalam kemiringan terhadap
panjang landasan.
4.2. Koreksi Tinggi
Jika ketinggian bertambah maka kepadatan udara berkurang. Hal ini kemudian
mengurangi terangkatnya sayap pesawat dan pesawat memerlukan kecepatan darat
yang lebih besar sebelum bias naik ke udara. Untuk mencapai kecepatan yang lebih
besar/tinggi, diperlukan panjang runway yang lebih panjang. ICAO memberikan
koreksi/ penyesuaian pada tingkat/ angka 7% untuk masing-masing 300 meter (1000
kaki) ketinggian diatas rata-rata permukaan laut
Fe = 1 + 0,07 x h/300
Fe : Cerrection for elevation
h : Elevation of airport
Fe = 1 + 0,07 x h/300 = 1 + 0,07 x 200/300 = 1,0467
4.3. Koreksi Temperatur
Naiknya suhu di Bandara diatas suhu yang ditetapkan berakibat sama dengan jika
ketinggian naik. Penyesuaian karena suhu tingkatnya adalah satu persen untuk setiap
1 C damana suhu yang diterapkan di Bandara melampaui suhu standar atmosfer (15
C) untuk ketinggian tersebut.
Untuk setiap kenaikan seribu meter dari ketinggian bandara diatas rata-rata
permukaan laut, suhu turun 6,5 C. Jadi temperatur ketinggian pada ± 200 M adalah :
Ft = 1 + 0.01 x (350C – ( 150C – 0.0065 x 200 ) = 1.213 meter
4.4. Koreksi/Penyesuaian untuk Gradient/Kemiringan
Gradien Efektif adalah selisih maksimum ketinggian antara titik tertinggi dan
terendah dari garis pusat runway dibagi dengan panjang runway. Pesawat
membutuhkan lebih banyak energi jika lepas landas di runway yang lebih terjal,
sehingga landas pacu yang lebih panjang diperlukan untuk mencapai kecepatan darat
yang dibutuhkan. Runway harus disesuaikan untuk kemiringan pada tingkat/naik
sepuluh persen untuk setiap satu persen dari gradien effektif.
Runway dibangun dengan gradien efektif/ kemiringan efektif 0,2%.
Fg = 1 + 0,1 x 0.2 = 1.020 meter
Jadi Panjang Runway Landasan Pacu Terkoreksi adalah
La = Lb x Fe x Ft x Fg
= 3.505,2 x 1.0467 x 1.213 x 1.020
= 4.539,37 meter
4.5. Taxiway
Taxiway direncanakan sedemikian rupa, sehingga pesawat terbang dalam gerakan
didarat bergerak sependek mungkin. Setiap jenis pesawat terbang sudah ada panjang
pada saat mendarat dan panjang landas pada saat lepas landas, sehingga dengan
demikian dapat direncanakan taxiway yang seefesien mungkin.
4.6. Dasar – dasar layout Taxiway
Hubungan antara taxiway dan runway :
Pelaksanaan antara taxiway dan runway harus sebaik – baiknya dan jalan
keluar dari taxiway sederha dan langsung pada ujung runway, kedudukan garis
tengah dari taxiway tegak lurus.
Taxiway harus menuju ke runway dan pada interval 500 – 600 m dibangun
jalur – jalur taxiway ke runway, kegunaannya adalah agar setiap pesawat
terbang yang mendarat dapat dengan cepat mengosongkan runway.
Harus digunakan tanpa belokan, karena hal ini merupakan pemborosan energi
dan bahan bakar terutama pesawat jet.
Radius sisi dalam perkerasan minimum 50 m, agar pesawat terbang dapat
bergerak dengan kecepatan 48 – 68 km/jam.
Data – data dari ICAO adalah sebagai berikut :
a. Lebar taxiway adalah 223 m
b. Jarak taxiway ke runway minimum adalah 165 m
c. Jarak taxiway ke runway lain adalah 39 m
d. Kemiringan maksimum memanjang adalah 1%
e. Kemiringan maksimum melintang adalah 1,5 %
Taxiway perlu diperbesar lagi mengingat pesawat – pesawat yang akan lepas landas
harus mencoba instrumennya lebih dahulu dan langsung lepas landas, dengan kata
lain pesawat yang akan lepas landas dapat bergerak bebas ditaxiway tanpa
mengganggu pesawat lain.
4.7. Apron
Pada umumnya apron merupakan daerah parker pesawat – pesawat terbang yang
kegunaanya adalah sebagai berikut :
a. Tempat bongkar muat dan naik turun barang dan penumpang
b. Sebagai tempat pengisian bahan bakar
c. Sebagai tempat pemeliharaan ( maintenance )
4.8. Bagian Apron
Adapun bagian dari apron tersebut meliputi :
a. Daerah parker untuk pesawat terbang
b. Daerah lalu lintas untuk daerah perniagaan ( Comersial Operation ), misalnya
untuk naik turunnya penumpang, pengisian bahan bakar.
c. Tempat pemeliharaan dan pengujiannya pesawat terbang angkutan.
Ukuran dari apron harus ditentukan sedemikian rupa sehingga cukup
memungkinkan cepatnya lalu lintas udara. Dengan demikian panjang apron
minimum adalah dapat menampung 10 pesawat terbang baik itu untuk naik turun
pesawat dan bangkar muat barang dan penumpang. Perkerasan dari apron ini harus
lebih kuat dari runway dan taxiway, karena disamping menerima beban muatan
tetapi juga menerima beban muatan bergerak, dan beban muatan tetap ini
jumllahnya lebih besar, karena pesawat terbang dalam keadaan berhenti.
4.9. Ukuran Operasional stand
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam operasional stand pesawat terbang
adalah sebagai berikut :
Keserasian an ketenangan penumpang (comportable)
Susunan yang cocok untuk suatupesawat terbang berhubung pesawat jenis jet
yang mengeluarkan suara-suara bising.
Type layout system parker
Posisi bongkar muat serta pelayan pada pesawat terbang
Ukuran fisik lingkaran pemutaran dan lainnya serta sifat dari pesawat terbang
yang akan dilayani baik itu pada saat lepas landas maupun mendarat.
Kelonggaran yang dikehendaki untuk gerakan-gerakan pesawat terbang dengan
pesawat yang lainnya atau dengan bangunan-bangunan sebagai penunjang aspek
opersional pelabuhan udara.
Pemakaian alat-alat pelayan seperti gerobak, mobil dan penempatan jika tidak
dipakai
Tersedianya system komunikasi mekanis.
4.10. Banyaknya Stand
Karena banyaknya stand-stand yang ada pada pelabuhan udara, maka faktor-faktor
yang harus diperhatikan adalah :
Susunan terminal dan layout system apron
Frekwensi dan jenis pesawat dariperusahaan yang menggunakan apron pada
saat-saat frekwensi maximum.
Waktu pemakaian standoleh pesawat terbang.
Banyaknya perusahaan penerbangan lain yang menggukakan lapangan terbang.
Udara luar petunjuk operasional stand.4.4 STRIP
4.11. Shoulder
Shoulder yaitu daerah bebas dikiri kanan serta dari runway, ketentuan-ketentuan
dari organisasi dunia perbangan (ICAO) mengenai Strip iniadalah sebagai berikut :
Shoulder diujung runway minimum adalah 100 m
Strip yang ada dikiri kanan runway minimum 30 m
Kemiringan dari strip sampai dengan 150 m adalah 2,5%
Lingkungan peralihan adalah 0,3%
Jarak pandang bebas lengkung minimum adalah 3 m
Perubahan naik turunya adalah 0,5 m dari jarak runway
4.12. Pengujian CBR
Dalam pemeriksaan CBR dilaboraturium, Tanah sebanyak 10 lbs dimasukan
kedalam air selama 4 hari,kemudian ditekan dengan piston besi 2 “dalam beberapa
menit dan hitung berapa lbs/inch, dimana dasar perhitungan adalah satu 1,00 ibs.
Inch diambil 100%. Perhitungan ini dilakukan setelah tanah turun 0,1”. Jika tanah
tidak kenah air sama sekali, percobaan dapat dilakukan tanpa diberi air selama 4
hari. Percobaan ini dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu ;
Tanah dipadatkan terlebih dahulu.
Tanah tidak dipadatkan terlebih dahulu.
Kalau nantinya tanah akan digilas, dalam silinder sebanyak lima lapisan, lalu
dengan beban 10 ibs setinggi 18 inch (4 cm) sebanyak 55 kali.
4.13. Guna CBR
California Division of higway telah diperoleh dari Corps of engineers Unites Stated
Army sesudah perang dunia ke II. Berhubungan dengan perang ini, maka ketika
menentukan beberapa tebal lapisan lapangan terbang dalam waktu singkat, maka
dilakukan hanya dengan kira-kira saja. Penyelidikan ini memerlukan waktu
berbulan-bulan, dengan cara CBR ini dapat ditentukan tebal sub base coarse, base
coarse, dan sufase course.
Dalam percobaan tanah tersebut, tanah diambil berupa batu, kerikil dan lain-lain
Seberat 10 pound, tanah ini dimasukkan kedalam silinder yang berdiameter 4 inch
Kemudian tanahnya ditekan. Cara menekannya ada beberapa dengan piston yang
berdiameter 2”, maka besi bisa masukan ketanah 0,1 inch. Kemudian dibandingkan
tekanan ini dengan tekanan batu pecahan yang telah diuji tadi, dengan perbandingan
1%.
Misalnya campuran lempung itu mempunyai CBR 50% berarti bahwa tanah itu
kerasnya 50% terhadap batu pecahan tersebut.
4.14. Cara compaction test yang ditimbris
Agar tanah kenyang air ( satu ration ), maka harus direndam selama 4 hari sehingga
tidak bisa menghisap air lagi. Hal ini adalah tanah yang paling jelek, misalnya
karena hujan sehingga tanah kenyang dengan air.
Dengan ini banyak yang tidak menyetujui, sebab tanah yang demikian tidak
mungkin terjadi karena diatasnya ada pavement, kecuali tanah dasar ada dibawah
muka air tanah, makdidalam percobaan initidak perlu kedalam air, berarti CBR nya
tinggi jika tanah tersebut akan digilas, maka dibuat percobaan tiap kali
menimbrisnya. Dengan besi yang beratnya 10 pound.
Yang dijatuhkan pada ketinggian 19” (45 cm ) dan dilakukan sebanyak lima kali
timbrisan .
4.15. AASHTO
AASHTO adalah perkumpulan para insinyur yang ahli dalam pembuatan
jalan,untuk mengadakan percobaan yang sama, untuk sekarang ini cara CBR
dirubah menjadi cara yang digunakan dalam lapangan terbang.
Pada perkumpulan tersebut mereka mengadakan pemeriksaan jalan, baik dalam
keadaan turun maupun yang baik, masing – masing dicari CBR nya .
Ternyata apabila CBR tanah rendah maka diperlukan lapisan perkerasan yang tebal,
kemudian dicari hubungan antara dan tebal perkerasan dan dibuat grafiknya.
4.16. Pengambilan data – data CBR
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi. Daya
dukung tanah dasar diperoleh darei nilai CBR.
CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan perkerasan jalan.
Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung tanah dasar hanya
kepada pengukuran nilai CBR.
Harga yang mewakili sejumlah harga CBR yang dilaporkan, Ditentukan sebagai
berikut :
a. Tentukan harga CBR terendah
b. Tentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masing-
masing nilai CBR
c. Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100%, jumlah lainnya merupakan
presentase dari 100%
d. Dibuat grafik hubungan antar harga CBR dan presentase jumlah.
e. Dibuat grafik hubungan antar harga CBR dan presentase jumlah.
f. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka 90 %.
.
CBR Jumlah CBR Jumlah %5.7 1 5.7 20 100.005.8 1 5.8 19 95.00
6.1 1 6.1 18 90.006.3 1 6.3 17 85.007.3 3 7.3 16 80.007.8 1 7.8 13 65.008.3 1 8.3 12 60.008.4 1 8.4 11 55.008.5 1 8.5 10 50.008.7 1 8.7 9 45.0011.6 1 11.6 8 40.0011.7 1 11.7 7 35.0012.7 1 12.7 6 30.0012.9 1 12.9 5 25.0013.8 1 13.8 4 20.0014.3 1 14.3 3 15.0014.9 1 14.9 2 10.0015.1 1 15.1 1 5.00∑ = 20
Tabel hasil data CBR
5.7 6.1 7.3 8.3 8.511.6
12.713.8
14.90.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
CBR
% y
g s
am
a /
lebih
Grafik hasil data CBR
Dari table hasil data CBR diperoleh CBR nilai tanah dasar adalah 6,1≈ 6.
4.17. Tebal Pekerasan
Sehubungan dengan adanya tekanan roda pada lapisan perkerasan pada lapangan
terbang, maka dibedakan beberapa hal yaitu :
1) Critical area
Landasan yang menerima beban roda pada saat pesawat berhenti atau bergerak
dengan kecepatan kecil, maka hal itu akan dijumpai pada apron, taxiway, dan
ujung-ujung runway dimana tekanan roda dalam keadaan paling maximum.
2) Non critical area
Dimana tekanan roda terlampau tinggi atau kecil hal ini disebabkan oleh
kecepatan yang tinggi. Daerah—daerah ini diperkirakan pada saat pesawat
terbang lepas landas atau mendarat, dengan demikian tebal landasan harus
kecil. Pavement design dengan cara sebagai berikut :
4.17.1. Penyebaran tegangan
a. Berat pesawat ( Berat kotor maximum saat lepas landas ) = 158.760 kg
b. Berat yang terima nose gear ( 10%)= 1.587,60 kg
c. Berat pada main gear ( 90%) = 142.884 kg
berat yang diterima 1 gear:
142.884P = ------------- = 71.442 kg
2
Berat yang diterima 1 roda (75%)
75/100 x 71.442= 53.581,5 kg =1.181.269,87 lbs
Tekanan roda 100 lbs.sq.inch
a=0,6. L
L= 18,54 meter = 46,96”
a = 0,6. L= 0,6 x 46,96” = 28,18
Daya dukung tanah =1,0 kg/cm2
P = 53.581,5 kg
a = P/L
F = P / α
( 2h + a) 2 =53.581,5/1
2h + a = 231,48
H=1/2 ( 231,48 – 28,18 )= 101,64 cm
Jadi tebal pekerasan dengan metode penyebaran tegangan adalah 101,64 cm
4.17.2 FAA (Feberal Aviation Administration)
Gross Weight : 350.000 lbs
CBR tanah dasar: 6 %
CBR Sub base : 20 %
Equivalent Annual Departure 6000
Dual whell gear
Annual Departure
Pemakai grafik:
Tarik garis vertical dari CBR 6 % menuju gross weight 350.000 lbs lalu tarik garis
horizontal ke Equivalent Annual Departure 6000 dan tarik lurus arah vertikal
sehingga didapat tebal perkerasan total 36” atau 91,44 cm.
Tarik garis vertical dari CBR 20 % menuju gross weight 350.000 lbs lalu tarik garis
horizontal ke Equivalent Annual Departure 6000 dan tarik lurus arah vertikal
sehingga didapat tebal surface dan base 17” atau 43,18 cm.
Maka tebal Sub base 36” – 17” = 19” atau 48,26 cm
Tebal lapisan aspal = 5” = 12,7 cm
Tebal Lapis Pondasi (base course) = 17” - 5” = 12” = 30,48 cm
Selanjutnya tebal base course di control terhadap grafik base course minimum.
Dengan CBR 6 % didapat base course minimum 11,8” < 12”, maka digunakan base
course 12” = 30,48 cm
didapat base course minimum 11,8” < 12”, maka digunakan base course 12” =
30,48 cm
4.17.3. Secara CBR
Defenisi dari CBR adalah ukuran perbadingan tekanan geser suatu tanah.
Dalam percobaan ini pengukuran beban yang dibutukan untuk membuat suatu alat
penekanan dengan suatu ukuran tertentu sehingga dapat menembus suatu contoh
pada harga tertentu. Dengan kata lain CBR adalah beban yang dibutuhkan untuk
memasukan piston kedalam tanah pada suatu kedalaman tertentu, ditunjuk pada
suatu persentase beban yang diperlukan untuk memasang piston tersebut kedalam
suatu contoh standar pecah.
Persentase batu pecah telah ada setandarnya masing-maing yang dihasilkan dikenal
dengan nama Calfornia Bearing Ratio (CBR), yang dinyatakan dalam persen (%).
Metode CBR dikebangkan untuk pertama kali pada tahun 1930 oleh California
Hight Way dan paling mungkin digunakan dimana-mana dalam merencanakan
struktur untuk perkerasan aspal overley.
Disini CBR diambil 3-4 %
SURFACE COURSE, T= 5 Inc = 12,7 cm
BASE COURSE, TBC= 12 inc = 30,48 cm
SUB BASE COURSE, TSB= 19 inc = 48,26 cm
TANAH DASAR, CBR = 6%
H = 28 √P/CBR
H = 28√53 .581,5 / 4H = 3240,67 Cm
TEST CBRKETEBALAN DI ATAS
LAPISAN% INCHI
SUBGRADE (TANAH ASLI)
6 47 GBR 6.7, HERU B. HL. 283
SUBBASE (TANAH
DIPADATKAN)10 35 GBR 6.7, HERU B. HL. 283
SUBSASE (1) 24 (OK) 18 GBR 6.7, HERU B. HL. 283
SUBBASE (2) 59 (MAX.) 8 GBR 6.7, HERU B. HL. 283BASE BATU
PECAH 100 6 (MIN) TABEL 6.3, HERU B. HL. 285
SURFACE - 4 (MIN) TABEL 6.3, HERU B. HL. 285
MATERIAL DIBACA DARI
4.18. Penjelasan Perhitungan pekerasan
Penyebaran tegangan ( Spreadig System)
Beban yang bekerja diatas permukaan tanah akan disebarkan membentuk
sudut 45 dalam hal ini beban yang bekerja tersebut⁰
Berupa titik, maka penyebaran akan membentuk suatu luas tertentu. Dengan
meliat system penyebaran ini dapat menentukan berapa luas penyebaran
tersebutan, sehingga akan diperoleh hasil beban dan luas yang berupa tekanan
yang sesuai, dengan melihat daya dukung tanah yang ada. Nilai ini berkaitan
dengan kedalaman (tebal perkerasan) luas bidang kontak ban, dapat dilihat
dengan perhitungan pada tekan roda.
Metode FAA
Dari hasil percobaan untuk mendapatkan besar daya dukung tanah terhadap
CBR test ada suatu korelasi diaman hal ini telah diperhitungkan
Metode CBR
CBR yang mempunyai sedikit tanah liat, tanah bercampur pasir dengan
konsistensis yang keras pada dengan konsisten yang keras pada keadaan
kering dan rapat bila diadakan pada kadar airnya.
BAB V
PERENCANAAN DRAINASE
Drainase merupakan bagian terpenting dalam hal perencanaan lapangan terbang,
drainase sebagai suatu system saluran-saluran penampung yang perkiraannya cukup memadai
dalam mengalirkan pada permukaan suatu areal secara efisien dan juga berfungsi sebagai
pengontrol permukaan air tanah dengan efektif.
Study kelayakan dalam penyelesaian system drainase pada araal lapangan terbang
membutukan kesungguhan serta memperhatikan berbagai factor yang berhubungan dengan
perancanaan drainase lapangan terbang.
Seperti telah diketahui kenaikan muka air tanah akan mengurangi daya dukung tanah. Jadi
baik buruknya suatu bangunan drainase akan membutukan biaya yang cukup besar baik pada
tahap perencanaan maupun pada pemeliharaan, dimana suatu lapisan tanah yang mempunyai
klasifikasi tertentu akan mempunyai egivalen yang berbeda untuk drainase yang baik dan
yang baru.
Sebagai contoh tanah yang mempunyai klasifikasi E-7, untuk perencanaan drainase
yang baik dikelompokkan sebagai tanah dalam katagori F-3, sedangkan drainase yang buruk
termsuk pada F-5. Apa bila hal ini diplotkan untuk mendapatkan desingn perkerasan, akan
diperoleh tebal perkerasan yang berbeda, dimana drainse yang abaik akan mendapatkan tebal
lebih kecil, dan pada drainase yang buruk akan lebih besar. Untuk inilah system drainase ini
memegang peranan yang penting dalam perancanaan lapangan terbang. Klasifikasi tanah
yang bersimbol E dibuat untuk membedakan terhadap simbol- simbol lain sehingga tidak
tejadi kekeliruan. Simbol E dimaksudkan sebagai uraian dari suatu lapisan tanah, sedangkan
F untuk drainase.
Data menujukan itensitas hujan pertahun = 3500 mm dalam 1 ( satu ) tahun
Diperlukan hujan 2 ( dua ) bulan atau 60 hari rata – rata hujan :
3500 x 60Tiap hari 24 jam =------------------= 23,97 mm/ jam 365 x 24
Saluran tertutup sebelah kanan kiri runway:
Lebar runway = 50 m
Panjang daerah aliran ( melintang ) = 100 m
50 x 100Luas daerah A = --------------- = 2500 m²
2
Debit air Q = F.C.I.A
10-3
I = 23,97 mm/jam = 23,97 x -------- 3600
= 6,658 x 10-6 m/dt
Q = F.C.I.A
= 0,278 x 0,9 x 6,689 x 10-6 m/dt x 2500 m² = 4,165 x 10-3 m³/dt = 0,004165 m³/dt
Type of surface Factor C
For all waterfight survace 0,75 – 0,95
For aspalt runway pavemants 0,80 – 0 95
For concrete runway pavemants 0,70 – 0,95
For gravel or macadam pavemants 0,35 – 0,70
For inpervions soils ( heavy )* 0,40 – 0,65
For inpervions soils with truf* 0,30 – 0,55
For slightlypervion soils 0,15 – 0,40
For slightlypervion soils with truf 0,10 - 0,30
For moderately pervion soils* 0,05 – 0,20
For moderately pervion soils,with truf* 0,00 – 0,10
Keterangan : For slope From 1 to 2 percent.
DIMENSI SALURAN
b
h
5.1 Saluran tertutup
5.1.1 Saluran tertutup I
Merupakan saluran yang terletak dikanan kiri runway
B = 0.5 h
Q = V x A ;V diambil = 0,2 m/dtk
0,004165 = 0,2 x 0,5 h2
h2 = 0,004165 /0.1
h2 = 0.04165
h = 0.2040 m dimana 0.2 m
b = 0.5 x 0.2 = 0.1 m
h = 0.2 m
b = 0.5 x 0.2 = 0.1 m
Kemiringan Saluran
Rumus Stickler :
V = K.R2/3.I1/2
K = 60 ( Batu Bata )
V = 0.2 m / det
O = 2h + b = 2 ( 0.2 ) + 0.1 = 0.5 m
R = A/O
= ( 0.2 x 0.1 ) / 0.5
= 0.04 m
I = V2/ ( K2 R4/3 )
I = 8,12 x 10-4 m
Menghitung buis – buis beton
Q = V.A
Dimana ; A = Luas penampang buis beton = Π /4d2
0,004165 = 0.20 x Π /4d2
Π /4d2 = 0.020825
D2 = 0.0265
d = 0.163 = 0,16
Di kiri kanan run way disalurkan kesaluran tertutup dengan memasang buis
beton berjarak 100 meter. Banyaknya pipa yang diperlukan adalah :
n = 4.539,37 /100 = 45,393 46 buis diameter 0.16 m
A = Π x r2 = 3.14 x ( 0.082 ) = 0.0201 m2
Q = V.A = 0.2 x 0.0201 = 0.004 m3/det
Kemiringan Saluran
V = 0.2 m/det
A = 0.0201 m2
O = 2 .Π .r = 0.502 m
R = A/O = 0.04 m
0.2 = 60 x 0.04 2/3.I1/2
I = 8,12 x 10-4
5.1.2 Saluran Tertutup II
Merupakan saluran yang menampung limbahan dan saluran tertutup I serta daerah
strip.
Luas daerah pengaliran
Untuk daerah strip = 50 x 4.539,37 = 226.968,5 m2 = 0.227 km2
Q = F.C.I.A
= 0,278 x 0,9 x 6,689 x 10-6 m/dt x 226.968,5 m² = 0,379 m³/dt
Debit maximum strip ( Q maximum )
Buis beton = 0.004 m3/det
Q total = 0.379 + 0.004 = 0.383 m3/det
Dimensionering Saluran
B = 0.5 h
Q = V x A ;
V diambil = 0,2 m/detik
0.383 = 0.20 x 0.3 h2
h2 = 0.383/0.06
h = 2,526 m
b = 0.3 h
= 0.3 x 2,526 = 0,758 m
Kemiringan Saluran
Rumus Stickler:
V= K.R2/3.I1/2
K= 60 ( Batu Bata )
V= 0.2 m/det
O= 2h + b = 2 (2,526) + 0,758= 5,81 m
R= A/O
= ( 2,526 x 0,758 ) / 5,81
= 0,329 m
I = V2/ ( K2 R4/3 )
= 0,22/ ( 602 0,3294/3 )
= 4,89 x 10-5 m
5.2 Saluran terbuka
Merupakan saluran yang menampung air limbahan dari saluran tertutup I
dan saluran tertutup II
Q = 0.383 m3/detik
10 V = 0,40 m/detik
h h : b = 1:1
m = 1 : 1
b
Q = V x A
Saluran mengalir pada dua arah yang dimulai dari titik tengah runway
menyusur sejajar dengan centralina.perencanaan dengan mengambil
debit max ( total )yang pada dasarnya kurang ekonomis karena Q max
terdapat pada ujung saluran.
Untuk mendapatkan debit max,lihat gambar perencanaan, dimana
saluran 1 menerima discharge 8 x Q.
Q total = V x A
A = (b + m h) h = ( h + h) h = 2 h2
0,383 = 0,4 x 2h2
h = 0,69 m,diambil 0,70 m
b = 1 x 0,70 = 0,70
kemiringan saluran :
R =A/O
O = 2h . V2 + h = 3,85 h
R = 2h2 / 3,85 h = 0,522 h
R = 0,5224 x 0,70 = 0,365
i = ( V : K x R2/3 )2 K = 45
i = ( 0,40 : 45 x 0,3652/3 )2
i = 2,061 x 10-5 m
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dalam perencanaan lapangan terbang ini, maka dapat kami
simpulkan :
1. Penentuan arah landasan pacu (runway) didasarkan atas perhitungan Wind Rose yang
nilainya dominan.
2. Fasilitas yang digunakan dalam perencanaan lapangan terbang harus sesuai dengan
jenis dan type pesawat yang menggunakan lapangan terbang tersebut.
3. Perencanaan landasan pacu memiliki berbagai metode, diantaranya
a. Metode Penyebaran tegangan
b. Metode FAA
c. Metode CBR
4. Keamanan dan kenyamanan lapangan terbang tergantung dari perencanaan yang baik
dan sesuai dengan perhitungan yang tepat.
5. Pemikiran untuk pengembangan bandara ke depan perlu diperhitungkan sedemikian
rupa sehingga agar dalam pengembangan ke depan dapat memenuhi syarat
pengembangan.
B. SARAN
Untuk Tugas Besar Perencanaan Lapangan terbang selanjutnya diharapkan data – data
perencanaan yang dibutuhkandi berikan secara lebih lengkap. Karena untuk
perencaanan ini masih banyak data – data yang berpacu pada penelitian sebelumnya
Data- data yang di maksud adalah
a. Flexible Pavement Design Curve dan berbagai kurva yang dibutuhkan dalam
perencanaan
b. Equivalent annual departure
c. Equvalent Single Wheel Load (ESWL)
d. Data CBR