filsafat pancasila1

31
FILSAFAT PANCASILA FALSAFAH PANCASILA SEBAGAI DASAR FALSAFAH NEGARA INDONESIA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila Disusun Oleh : Aas Siti Aisyah (209131001) Abidin Husein (209131002) Acep Sopian (209131003) 2 MEA

Upload: elvnth

Post on 29-Jun-2015

259 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: filsafat pancasila1

FILSAFAT PANCASILAFALSAFAH PANCASILA SEBAGAI DASAR FALSAFAH NEGARA INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

Disusun Oleh :

Aas Siti Aisyah (209131001)

Abidin Husein (209131002)

Acep Sopian (209131003)

2 MEA

POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNGJl. Kanayakan 21, Bandung 40135 Telp 022-2500241http://www.polman-bandung.ac.id E-mail: [email protected]

Page 2: filsafat pancasila1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunianya penulis

dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah

pengetahuan kepada pembaca tentang Filsafat Pancasila.

Makalah ini berisi beberapa informasi tentang falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah

negara Indonesia yang kami harapkan dapat menambah wawasan dan memberikan perspektif

kepada pembaca tentang Filsafat Pancasila.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi

segala usaha kita. Amin.

Hormat Kami,

Penyusun

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 2

Page 3: filsafat pancasila1

DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................................... ........1

Kata Pengantar..................................................................................................................... ........

2

Daftar Isi............................................................................................................................... ........3

BAB I Pendahuluan.............................................................................................................. .........

4

I.1 Terminologi Filsafat……………………................................................................................. 4

I.2 Terminologi Pancasila……………………..............................................................................5

I.3 Latar Belakang Masalah........................................................................................ .........5

BAB II Pembahasan............................................................................................................. ......... 8

II.1 Filsafat Pancasila…………………….....................................................................................8

1. Landasan Ontologis Pancasila……………………………………………………………….............. 10

2. Landasan Epistemologis Pancasila……………………………………………………….…………… 11

3. Landasan Aksiologis Pancasila………………………………………………………………………….. 13

II.2 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara............................................................ 16

II.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia....................................................17

BAB III Kesimpulan............................................................................................................ ........... 20

Daftar Pustaka...................................................................................................................... ....... 21

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 3

Page 4: filsafat pancasila1

I. PENDAHULUAN

I.1 Terminologi Filsafat

Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya “philosophi” adalah

berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta

kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia”

(kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata

kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti

cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti

merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi

konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut

filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.

Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan

bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah oreang yang mencintai kebenaran. Tentang

mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di

dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-

dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau

falsafah. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang

paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.

Pada umumnya, terdapat dua pengertian filsafat, yaitu:

1. Filsafat dalam arti produk mencakup pengertian

a. Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu,

konsep dari para filsuf pada zaman dahulu atau pendangan tertentu, yang

merupakan hasil dan proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.

filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti

praktis. Hal ini berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman

dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-

hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa

Indonesia dimana pun mereka berada.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 4

Page 5: filsafat pancasila1

b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari

aktivitas berfilsafat. Filsafat dalam pengertian jenis ini mempunyai ciri-ciri khas

tertentu sebagai suatu hasil kegiatan berfilsafat dan pada umumnya proses

pemecahan persoalan filsafat ini diselesaikan dengan kegiatan berfilsafat (dalam

pengertian filsafat yang dinamis).

2. Filsafat dalam arti proses mencakup pengertian

Filsafat yang diartikan sebagai bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses

pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu

yang sesuai dengan objek permasalahannya. Dalam pengertian ini filsafat merupakan

suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi

hanya merupakan sekumpulan dogma yang hanya diyakini ditekuni dipahami sebagai

suatu sistem nilai tertentu, tetapi lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu

proses yang dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode tersendiri.

Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai

pandangan hidup. Demikian pula, dikenal ada filsafat dalam arti teoretis dan filsafat

dalam arti praktis.

I.2 Terminologi Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata

dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan

rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan

yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang

Dasar 1945.

I.3 Latar Belakang Masalah

Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi

sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 65 tahun yang lalu disambut dengan

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 5

Page 6: filsafat pancasila1

lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu

lahirnya Pancasila.

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang

merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap

bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan

kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai

pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah

diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali bagi

mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945

bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan

Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan

yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah,

Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa

Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu

pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa

yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.

Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup

faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut

mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena

sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan

pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan

ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan

ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.

Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan berusaha

untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan

kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang sejati sangat cinta

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 6

Page 7: filsafat pancasila1

kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan

serta agamanya.

Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia

yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai,

menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya

pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini.

Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara

Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan

negara Indonesia.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 7

Page 8: filsafat pancasila1

II. PEMBAHASAN

II.1 Filsafat Pancasila

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat

menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat

didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai

dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-

pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.

Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan

jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, yang dituangkan dalam

suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-

bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara

keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan

dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).

Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara

deduktif dan induktif.

Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan

menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang

komprehensif.

Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,

merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sila-sila

Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan

organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan

saling mengkualifikasi.

Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia

yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat

bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 8

Page 9: filsafat pancasila1

Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda

dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme,

liberalisme, komunisme dan sebagainya.

Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:

1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan

kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-

pisah maka itu bukan Pancasila.

2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat

digambarkan sebagai berikut:

Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;

Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4

dan 5;

Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;

Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;

Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

Inti sila-sila Pancasila meliputi:

Tuhan, yaitu sebagai Yang Maha Esa

Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial

Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri

Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong

Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi

haknya

Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep

kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi

manusia pada umumnya.

Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan

aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan. Oleh karena itu,

berikut ini akan dibahas landasan Ontologis Pancasila, Epistemologis Pancasila dan

Aksiologis Pancasila.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 9

Page 10: filsafat pancasila1

1. Landasan Ontologis Pancasila

Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu atau

tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.

Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang ada

tampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik

realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup? Dan seterusnya. Bidang

ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda,

alam semesta (kosmologi), metafisika.

Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya

untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila,

setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu

kesatuan dasar ontologis.

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat

mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar

antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang

berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang

berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.

Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis

memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan

rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta

sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila

pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53).

Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa

hubungan sebab-akibat:

Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat,

dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.

Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah

sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 10

Page 11: filsafat pancasila1

2. Landasan Epistemologis Pancasila

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode,

dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan

syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah

ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science.

Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi,

yaitu:

Tentang sumber pengetahuan manusia;

Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;

Tentang watak pengetahuan manusia.

Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya

untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.

Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan.

Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu

ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam

kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.

Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar

ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep

dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada

hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila.

Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah

nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut merupakan kausa

materialis Pancasila.

Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila

memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila

maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah

bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal.

Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susunan Pancasila, di mana sila

pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya, sila kedua didasari sila

pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari

dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima,

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 11

Page 12: filsafat pancasila1

sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan

menjiwai sila kelma, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan

keempat

Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis baik yang menyangkut

kualitas maupun kuantitasnya.

Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:

1. Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila Pancasila yang

merupakan inti sari Pancasila sehingga merupakan pangkal tolak dalam

pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam

realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit.

2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai pedoman

kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.

3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi arti Pancasila dalam

realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat

khhusus konkrit serta dinamis (lihat Notonagoro, 1975: 36-40)

Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis, yaitu hakikat manusia yang

memiliki unsur pokok susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia

memiliki unsur fisis anorganis, vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur akal,

rasa, kehendak yang merupakan potensi sebagai sumber daya cipta manusia yang

melahirkan pengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran memoris, reseptif, kritis dan

kreatif. Selain itu, potensi atau daya tersebut mampu meresapkan pengetahuan dan

menstranformasikan pengetahuan dalam demontrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi,

intuisi, inspirasi dan ilham.

Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitas maupun kuantitasnya, juga

menyangkut isi arti Pancasila tersebut.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran pengetahuan manusia

yang bersumber pada intuisi. Manusia pada hakikatnya kedudukan dan kodratnya adalah

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama Pancasila,

epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini

sebagai tingkat kebenaran yang tinggi.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 12

Page 13: filsafat pancasila1

Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusia merupapakan suatu sintesa

yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan kehendak

manusia untuk mendapatkankebenaran yang tinggi.

Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, maka epistemologi Pancasila

mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat

manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada pandangannya

bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada

kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalamupaya untuk

mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.

3. Landasan Aksiologis Pancasila

Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis,

yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu

kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai

Pancasila.

Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos

yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang

diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai,

dan kedudukan metafisika suatu nilai.

Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik,

berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat

diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu

yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.

Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk

memuaskan manusia (dictionary of sosiology an related science). Nilai itu suatu sifat atau

kualitas yang melekat pada suatu obyek.

Ada berbagai macam teori tentang nilai. Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada

tingkatannya, dan dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:

1) Nilai-nilai kenikmatan : dalam tingkat ini terdapat nilai yang mengenakkan dan

nilai yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 13

Page 14: filsafat pancasila1

2) Nilai-nilai kehidupan : dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam

kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran.

3) Nilai-nilai kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte)

yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.

Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni

yang dicapai dalam filsafat

4) Nilai-nilai kerokhanian : dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci dan

tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi. (Driyarkara,

1978)

Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam delapan kelompok:

Nilai-nilai ekonomis : ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua benda

yang dapat dibeli.

Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari

kehidupan badan.

Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat

menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.

Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatan manusia.

Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang

diinginkan. Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.

Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran.

Nilai-nilai keagamaan

Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam,, yaitu:

Nilai material , yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia.

Nilai vital , yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakana

kegiatan atau aktivitas.

Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani yang dapat

dibedakan menjadi empat macam:

1) Nilai kebenaran , yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 14

Page 15: filsafat pancasila1

2) Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan

(aesthetis, rasa) manusia.

3) Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will,

karsa) manusia.

4) Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai

religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai

instrumental, dan nilai praktis.

Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak,

sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari

Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,

dan nilai keadilan.

Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang

selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga

negara.

Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini

merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup

dalam masyarakat.

Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar

yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan

masyarakat, berbansa, dan bernegara.

Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila

(subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan,

yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam

sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas

sebagai Manusia Indonesia.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 15

Page 16: filsafat pancasila1

II.2 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara

Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian

dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah ideologi berarti ilmu

tentang pengertian dasar, ide atau cita-cita. Cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita

yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan

dasar, pandangan, paham.

Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu berkembang menjadi suatu

paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang atau sekelompok

orang menjadi suatu pegangan hidup.

Macam ideologi ada 2, yaitu :

1. Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-cirinya:

merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui

masyarakat; atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang

dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu,

melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang

diajukan dengan mutlak.

2. Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri-cirinya: bahwa

nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan digali dan

diambil dari moral, budaya masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan

ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari konsensus

masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga

tidak langsung operasional.

Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa

Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai yang

terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan

bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 16

Page 17: filsafat pancasila1

bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-

Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan.

Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai cita-cita normatif

penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai

yang disepakati bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarakat

yang dapat memparsatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia.

Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila

Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang

berkembang secara cepat.

Kenyataan menujukkan bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup danbeku

cendnerung meredupkan perkembangan dirinya.

Pengalaman sejarah politik masa lampau.

Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat

abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai

tujuan nasional.

Sekalipun Pancasila sebagai ideologi bersifat terbuka, namun ada batas-batas

keterbukaan yang tidak boleh dilanggar, yaitu:

Stabilitas nasional yang dinamis

Larangan terhadap ideologi marxisme, leninnisme dan komunisme

Mencegah berkembangnya paham liberalisme

Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan

bermasyarakat

Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus.

II.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945 adalah

di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu

haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan

negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 17

Page 18: filsafat pancasila1

Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan

ekonomi, sosial dan budaya.

Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara

Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945

Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang

menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang

menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji

sepanjang masa.

Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan persoalan-

persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan perkembangan negara

harus didasarkan atas dan berpedoman pada UUD. Peraturan-peraturan yang bersumber

pada UUD itu disebut peraturan-peraturan organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.

Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi

peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas

tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan

perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan

Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden

dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan

pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai

oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik

Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No.

XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber huum

(sumber huum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu

pengetahuan hukum).

Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh oleh

masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah Indonesia.

Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas fundamen

yang kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu

model yang didatangkan dari luar negeri.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 18

Page 19: filsafat pancasila1

Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia,

Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air

kita sejak dahulu hingga sekarang.

Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan

bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain

sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi hidup dan

kehidupan banga dan negara kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 19

Page 20: filsafat pancasila1

III. KESIMPULAN

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan

hidup, dan dalam arti praktis. Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan

sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan

sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia.

Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai yang

terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan

bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan

bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-

Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan.

Pancasila sebagai ideologi bersifat terbuka tetap ada batas-batas keterbukaan yang

tidak boleh dilanggar, yaitu:

Stabilitas nasional yang dinamis

Larangan terhadap ideologi marxisme, leninnisme dan komunisme

Mencegah berkembangnya paham liberalisme

Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan

bermasyarakat

Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 20

Page 21: filsafat pancasila1

DAFTAR PUSTAKA

2008. Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara. http://lasonearth.wordpress.com/makalah/falsafah-pancasila-sebagai-dasar-falsafah-negara-indonesia/. 2008

2010. Sistem Filsafat Pancasila. http://bit.ly/cLssap.

Pranowo, Fx. Djoko. 2009. Filsafat Pancasila.

Millati, Restu, Dkk. 2009. Filsafat Pancasila. Banten: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

FILSAFAT PANCASILA | Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 21