118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

33
U FILSAFAT SAINS Oleh : 1 . I Nengah Guna Sriantika Yasa (11130210 51) 2 . I Putu Kurnia Dewita (11130210 43) 3 . Kadek Hary Mahardika (11130210 37) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAH UNIVERSITAS PENDIDIKA GANESHA SINGARAJA 201 2 AN ALAM

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 08-Dec-2014

507 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

U

FILSAFAT SAINS

Oleh:

1. I Nengah Guna Sriantika Yasa (1113021051)

2. I Putu Kurnia Dewita (1113021043)

3. Kadek Hary Mahardika (1113021037)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAH

UNIVERSITAS PENDIDIKA GANESHA

SINGARAJA

2012

AN ALAM

Page 2: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang menghadang.

Berkat bimbingan, dorongan, dan saran dari berbagai pihak, hambatan itu dapat

diatasi. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada

seluruh pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu,

kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya hasil

yang optimal. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Singaraja, Oktober 2012

Penulis

Page 3: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2

1.5 Metode Penulisan ..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 4

2.1 Pengertian Filsafat ................................................................................... 4

2.2 Objek Material ........................................................................................ 11

2.3 Objek Formal ........................................................................................... 12

2.4 Implikasi Objek Material dan Objek Formal terhadap

Ilmu Pengetahuan ..................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 15

3.1 Simpulan .................................................................................................. 15

3.2 Saran ........................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

Page 4: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di masyarakat kita sering mendengar kata filsafat, baik itu filsafat ilmu, filsafat

sebagai pandangan hidup, contohnya seperti filsafat seorang pedagang, ataupun filsafat

seorang pahlawan. Filsafat sebagai manifestasi ilmu pengetahuan, lahir dengan corak

mitologis (Dewi, 2009). Melalui mitologi itulah diterangkan segala yang ada. Setelah ada

gerakan demitologisasi yang dilakukan oleh para filsuf alam di zaman pra Sokrates,

filsafat setapak demi setapak mencapai puncak perkembangannya melalui pemikiran ”trio

filsuf besar” yaitu Sokrates, Plato dan Aristoteles di abad ke-3 SM yang secara rasional

mempertanyakan segala yang ada dan yang mungkin ada. Filsafat yang semula identik

dengan mitologi sejak saat itu berubah menjadi ilmu pengetahuan yang meliputi segala

macam ilmu menurut pengertian kita sekarang ini.

Sebagai ilmu, filsafat memiliki ciri-ciri layaknya ilmu pengetahuan. Ciri-ciri yang

dimaksud adalah sebagai berikut.

Adanya aktivitas berpikir, meneliti dan menganalisa.

Adanya metode tertentu dan sistematika tertentu.

Adanya objek tertentu.

Aktivitas berpikir akan membuahkan pengetahuan jika disertai dengan meneliti dan

menganalisa secara kritis terhadap suatu objek. Objek tertentu merupakan syarat mutlak

dari suatu ilmu. Karena objek inilah yang menentukan langkah-langkah lebih lanjut

dalam pengupasan lapangan ilmu pengetahuan itu. Tanpa adanya obyek tertentu maka

dapat dipastikan tidak akan adanya pembahasan yang mapan (Ulumudin, tanpa tahun).

Setiap ilmu pengetahuan mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua yaitu

objek material dan objek formal (Huky, 1982). Kedua objek tersebut memiliki implikasi

terhadap ilmu pengetahuan yaitu terciptanya kemandirian masing-masing disiplin ilmu.

Hal ini kemudian menimbulkan persoalan-persoalan umum dalam bidang ilmu khusus.

Berdasarkan paparan di atas, maka judul “Pengertian Filsafat, Objek Material dan

Objek Formal, serta Implikasinya terhadap Ilmu Pengetahuan” perlu diangkat dalam

Page 5: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

penulisan kali ini. Pengertian filsafat tersebut mencakup makna yang luas. Sementara itu

objek material dan objek formal memberikan sasaran serta sudut pandang terhadap ilmu

pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan kali ini. Permasalahan yang dimaksud

adalah sebagai berikut.

1. Apakah pengertian dari filsafat?

2. Apakah objek material dari filsafat?

3. Apakah objek formal dari filsafat?

4. Bagaimanakah implikasi objek material dan objek formal terhadap ilmu

pengetahuan?

1.3 Tujuan Penulisan

Ada pun tujuan dari penulisan kali ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat.

2. Untuk mengetahui objek material dari filsafat.

3. Untuk mengetahui objek formal dari filsafat.

4. Untuk mengetahui implikasi objek material dan objek formal terhadap ilmu

pengetahuan.

1.4 Manfaat Penulisan

Ada pun manfaat yang diperoleh dari penulisan kali ini adalah sebagai berikut.

1. Memperoleh pengetahuan mengenai pengertian, objek material, dan objek formal

dari filsafat serta implikasinya.

2. Dapat menjelaskan pengertian filsafat, objek material, dan objek formal, serta

implikasinya terhadap ilmu pengetahuan.

1.5 Metode Penulisan

Page 6: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

Metode yang digunakan dalam penulisan kali ini adalah metode kajian pustaka.

Di mana penulis mengumpulkan literatur-literatur yang dapat mendukung penulisan ini.

Literatur tersebut sebagian berasal dari buku maupun artikel yang tersedia di media

internet.

Page 7: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat

Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya, karena itu titik

tolak untuk memahami dan mengerti filsafat adalah meninjau dari segi etimologi

(Koentowibisono, 1997). Tinjauan secara etimologis adalah membahas sesuatu istilah

atau kata dari segi asal-usul kata itu. Berikut ini terdapat beberapa pengertian filsafat.

1. Dari Segi Etimologi

Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padan kata falsafah

(Arab), philosophy (Inggris), philosophia (Latin), dan philosophie (Jerman,

Belanda, Perancis). Semua istilah itu bersumber dari istilah Yunani

philosophia, yaitu philein berarti mencintai, sedangkan philos berarti teman.

Selanjutnya istilah sophos berarti bijaksana, sedangkan sophia berarti

kebijaksanaan.

Terdapat dua arti secara etimologis dari filsafat yang sedikit berbeda.

Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos,

artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (bijasana dimaksudkan

sebagai kata sifat). Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan

sophia, artinya adalah teman kebijaksanaan (kebijaksanaan yang dimaksudkan

sebagai kata benda).

Menurut sejarah, Pythagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama

kali memakai kata philosophia. Ketika beliau ditanya apakah ia sebagai orang

yang bijaksana, Phythagoras dengan rendah hati menyebut dirinya adalah

seorang philosophos yaitu pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom). Banyak

sumber yang menegaskan bahwa sophia mengandung arti yang lebih luas

daripada kebijaksanaan. Artinya ada berbagai macam, antara lain (a)

kerajinan, (b) kebenaran pertama, (c) pengetahuan yang luas, (d) kebajikan

intelektual, (e) pertimbangan yang sehat, dan (f) kecerdikan dalam

memutuskan hal-hal praktis. Dengan demikian asal mula kata filsafat itu

Page 8: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

sangat umum. Intinya adalah mencari keutamaan mental (the pursuit of mental

excelence).

2. Filsafat Sebagai Suatu Sikap

Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta.

Apabila seseorang dalam keadaan krisis atau menghadapi problem yang sulit,

kepadanya dapat diajukan pertanyaan “Bagaimana Anda menanggapi keadaan

semacam itu?” Bentuk pertanyaan semacam itu membutuhkan jawaban secara

kefilsafatan. Problem-problem tersebut ditinjau secara luas, tenang, dan

mendalam. Tanggapan semacam itu menumbuhkan sikap ketenangan,

keseimbangan pribadi, mengendalikan diri, dan tidak emosional. Sikap dewasa

secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan

selalu bersedia meninjau suatu problem dari berbagai sudut pandang.

3. Filsafat Sebagai Suatu Metode

Filsafat sebagai metode, artinya sebagai cara berpikir secara reflektif

(mendalam), penyelidikan yang menggunakan alasan, serta berpikir secara

hati-hati dan teliti. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalamn

manusia secara mendalam dan jelas. Metode berpikir semacam ini bersifat

inclusive (mencakup secara luas), dan synoptic (secara garis besar). Oleh

karena itu, hal itu berbeda dengan metode pemikiran yang dilakukan oleh

ilmu-ilmu khusus.

4. Filsafat Sebagai Kelompok Persoalan

Banyak persoalan pribadi (perennial problems) yang dihadapi manusia

dan para filsuf berusaha memikirkan dan menjawabnya. Pertanyaan-

pertanyaan filsafati berbeda dengan pertanyaan-pertanyaan nonfilsafati.

Pertanyaan-pertanyaan nonfilsafati merupakan pertanyaan berupa fakta-fakta.

Pertanyaan-pertanyaan nonfilsafati bertalian dengan hal-hal tertentu, khusus,

dan terikat oleh ruang dan waktu sehingga jawabannya dapat secara langsung

diberikan pada saat itu juga. Contohnya, pertanyaan berapa indeks prestasi

Page 9: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

yang Anda capai dalam semester lalu, berapa jumlah buku yang Anda miliki,

di mana Anda tinggal.

Pertanyaan kefilsafatan tidak mudah untuk dijawab sebab akan

menimbulkan pertanyaan susulan terus menerus. Setiap filsuf memiliki

wewenang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan mengajukan

argumentasi yang logis dan rasional. Contohnya, pertanyaan mengenai

“Apakah kebenaran?“, “Apakah perbedaan antara benar dan salah?”,

“Mengapa manusia ada di dunia?”, “Apa makna kehidupan manusia di

dunia?”, “Apakah segala sesuatu di dunia ini terjadi secara kebetulan ataukah

merupakan peristiwa yang sudah pasti?”, “Apakah manusia mempunyai

kehendak bebas untuk menentukan nasibnya sendiri ataukah sudah ditentukan

oleh Tuhan?”

5. Filsafat Sebagai Sekelompok Teori atau Sistem Pemikiran

Sejarah filsafat ditandai dengan pemunculan teori-teori atau sistem-

sistem pemikiran yang melekat pada nama-nama filsuf besar, seperti Socrates,

Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel, Karl Max, dan August

Compte. Teori atau sistem pemikiran filsafat itu dimunculkan oleh masing-

masing filsuf untuk menjawab masalah-masalah seperti yang telah

dikemukakan di atas. Besarnya kadar subjektivitas seorang filsuf dalam

menjawab-menjawab masalah itu membuat kita sulit untuk menentukan teori

atau sistem pemikiran yang baku dalam filsafat.

6. Filsafat Sebagai Analisa Logis Tentang Bahasa dan Penjelasan Makna Istilah

Kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti

suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa

analisis tentang ahli bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis

konsep sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Para filsuf analitika, seperti G.E

Moore, B. Russell, L. Wittgenstein, G. Ryle, J.L Austin dan yang lainnya

berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan-

kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai

dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Mereka

Page 10: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

berpendirian bahwa bahasa merupakan laboratorium para filsuf, yaitu tempat

menyemai dan mengembangkan ide-ide.

Berkaitan dengan ilmu, maka filsafat mempelajari arti-arti dan

menentukan hubungan-hubungan di antara konsep-konsep dasar yang dipakai

setiap ilmu. Misalnya dalam ilmu kimia konsep dasarnya adalah substansi

(zat), geometri bertalian dengan konsep dasar ruang., dan mekanika dengan

konsep dasar gerak. Dalam menghadapi konsep-konsep dasar tersebut ada

perbedaan tinjauan antara ahli-ahli ilmu khusus dengan ahli filsafat. Para

ilmuan khusus hanya membicarakan konsep dasarnya sendiri sejauh hal itu

bersangkutan dengan tujuan-tujuan khusus. Di lain pihak, seorang seorang ahli

filsafat menganalisis konsep-konsep dasar tersebut dalam berkaitan dengan

konsep-konsep dasar yang berlaku dalam bidang ilmu lainnya. Dengan

demikian tinjauan kefilsafatan bersifat umum dan tidak berhenti pada cakupan

khusus saja.

7. Filsafat Merupakan Usaha untuk Memperoleh Pandangan yang Menyeluruh

Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari

berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang

konsisten. Para filsuf berhasrat meninjau kehidupan tidak dengan sudut

pandangan yang khusus seperti yang dilakukan oleh seorang ilmuan. Para

filsuf memakai pandangan yang menyeluruh terhadap kehidupan sebagai suatu

totalitas. Menurut para ahli filsafat spekulatif (yang dibedakan dengan filsafat

kritis), dengan tokohnya C.D Broad, bahwa tujuan filsafat adalah mengambil

alih hasil-hasil pengalaman manusia dalam bidang keamanan, etika, dan ilmu

pengetahuan. Kemudian hasil-hasil tersebut direnungkan secara menyeluruh.

Dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh beberapa kesimpulan umum

tentang sifat-sifat dasar alam semesta, kedudukan manusia di dalamnya, serta

pandangan-pandangan ke depan. Usaha filsafati semacam ini sebagai reaksi

terhadap masa lampau yang mana filsafat hanya terarah pada analisis bidang

khusus. Usaha yang hanya mementingkan sebagaian dari pengetahuan atau

usaha yang hanya menitikberatkan pada sebagian kecil dari pengalaman

manusia. Para filusuf seperti Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Hegel,

Page 11: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

Bergson, John Dewey, dan A.N Whitehead termasuk filusuf yang berusaha

untuk memperoleh pandangan tentang hal-hal secara komperehensif.

8. Filsafat sebagai Pandangan Hidup

Hampir setiap manusia dapat dikatakan sebagai seorang filsuf, artinya

bahwa setiap orang itu mempunyai filsafatnya sendiri-sendiri. Ia mempunyai

pandangan yang khas terhadap alam semesta. Oleh karena itu maka filsafat

sering diartikan sebagai usaha manusia yang gigih untuk dapat membuat hidup

ini sedapat mungkin dapat dipahami dan bermakna.

Pengertian filsafat yang demikian ini sering kita dapati misalnya fisafat

seorang pahlawan, “rawe-rawe rantas malang-malang putung” dan “maju

terus pantang mundur”. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa di dalam

mencapai cita-cita tidak boleh berhenti di tengah jalan. Contoh lain misalnya,

filsafat seorang pedagang “tuno sathak bathi sanak” yang artinya bahwa

berdagang itu tidak semata-mata mencari untung tetapi juga untuk mencari

teman atau sahabat.

Istilah filsafat kadang-kadang diidentikkan artinya dengan way of life,

weltanschauung, wereldbeschouwing, wereld en levens: pandangan dunia,

pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup. Filsafat

merupakan suatu konsepsi yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia,

masyarakat, nilai-nilai serta norma-norma yang dapat dipakai sebagai dasar

dalam sikap serta perbuatan manusia dalam hubungannya dengan dirinya

sendiri, sesama (masyarakat), alam semesta, dan dengan penciptanya. Filsafat

dalam arti sebagai pandangan dunia ini tercermin pula dalam kebudayaannya.

Filsafat sebagai weltanschauung atau pandangan dunia merupakan

pandangan hidup manusia yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah

lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Juga di dalam menyelesaikan persoalan-

persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Semua itu akan tercermin dalam

sikap dan cara hidup. Sikap dan cara hidup ini diarahkan pada tujuan hidup

yang dapat diketahui setelah manusia mau memikirkan dirinya sendiri.

Manusia di dalam memikirkan dirinya sendiri tidak bisa lepas dalam

hubungannya antara ia dengan dirinya, dengan sesama, dengan alam semesta,

Page 12: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

dan dengan penciptanya. Pandangan hidup yang telah meningkat menjadi

tujuan hidup, kemudian menjadi pendirian hidup, pegangan hidup, dan

akhirnya menjadi pedoman hidup.

Jika filsafat sudah menjadi pandangan hidup seseorang, maka ia akan

selalu seimbang dalam pribadinya, dapat mawas diri, dan tidak emosional. Ia

akan menjadi dewasa dalam berpikir dalam arti selalu mengadakan

penyelidikan secara kritis, bersikap terbuka, toleransi dan selalu bersedia

meninjau setiap persoalan yang dihadapi secara menyeluruh artinya dari

semua sudut pandang. Sehingga filsafat akan menjadi lebih penting daripada

hal-hal lain yang diketahuinya sendiri.

9. Filsafat sebagai Ilmu

Agar di dalam membahas filsafat sebagai ilmu itu lebih mudah dan

jelas, maka terlebih dahulu perlu dibedakan antara filsafat sebagai suatu azas

atau pendirian yang kebenarannya sudah diyakini dan diterima. Azas ini

biasanya digunakan oleh manusia sebagai dasar dan pedoman untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan yang dialami dalam kehidupannya. Arti

filsafat yang demikian tidak lain adalah filsafat sebagai pandangan hidup

seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Sehingga ada bermacam-macam

filsafat seperti filsafat seorang pahlawan, filsafat seorang pedagang dan

sebagainya.

Filsafat sebagai ilmu, sama seperti ilmu-ilmu yang lain yaitu harus

memenuhi empat syarat ilmiah.

a. Mempunyai objek.

b. Bermetode.

c. Disusun secara sistematis.

d. Bersifat universal.

Banyak filsuf berpendapat bahwa filsafat sebagai ilmu antara lain:

1). Plato

Menurut Plato filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat.

Page 13: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

2). Aristoteles

Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan

tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika, dan

pengetahuan praktis.

3). Immanuel Kant

Sebagai filsuf besar di dalam sejarah filsafat modern Immanuel

Kant berpendapat bahwa: filsafat adalah ilmu pengetahuan mengenai

pokok pangkal dari segala pengetahuan dan perbuatan.

4). Bertrand Russel

Bertrand Russel berpendapat bahwa filsafat sebagai kritik terhadap

pengetahuan. Filsafat memeriksa secara kritis azas-azas yang dipakai

dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan sehari-hari, dan mencari suatu

ketidakselarasan yang dapat terkandung di dalam azas-azas itu. Filsafat

adalah suatu yang terletak antara theologia dan ilmu pengetahuan terletak

di antara dogma-dogma dan ilmu-ilmu eksakta.

5). D.C.Mulder

D.C.Mulder berpendapat bahwa filsafat ialah pemikiran teoritis

tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan. Ilmu filsafat itu

mengabstraksi susunan kenyataan dan membuat susunan itu menjadi

sasaran pemikirannya.

6). N.Driyarkara

N.Driyarkara berpandangan bahwa filsafat adalah perenungan yang

sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab “ada” dan “berbuat”, perenungan

tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa”

yang penghabisan.

7). Notonagoro

Notonagoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang

menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang

tetap dan yang tidak berubah; yang disebut hakikat.

Page 14: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

8). IR Poedjawijatna

IR Poedjawijatna berpendapat bahwa filsafat ialah ilmu yang

berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu

berdasarkan pikiran belaka.

9). Fung Yu Lan

Menurut Fung Yu Lan filsafat adalah pikiran yang sistematis dan

refleksi tentang hidup.

Dari beberapa pengertian filsafat di atas, maka dapat diartikan bahwa

filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada

secara mendalam dengan mempergunakan akal untuk sampai kepada hakikat

atau esensi. Atau dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang menggambarkan

usaha manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik

mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya.

2.2 Objek Material

Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek atau bahan yang dijadikan sasaran

penyelidikan. Misalnya ilmu kedokteran, ilmu sastra, psikologi, dan lain-lain memiliki

objek material yaitu manusia (Lasiyo, 1985). Objek material adalah sasaran material

suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu (Ulumudin, tanpa tahun). Objek

material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran (Koentowibisono, 1997).

Sementara itu menurut Surajiyo dkk. (dalam Ulumudin, tanpa tahun) objek material

dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan

pengetahuan. Objek material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh

suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik yang konkret maupun yang

abstrak, materi maupun nonmateri. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide,

konsep-konsep dan sebagainya.

Istilah objek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter). Pokok

persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu sebagai berikut.

Pokok persoalan (subject matter) dapat dimaksudkan sebagai bidang khusus dari

penyelidikan faktual. Misalnya penyelidikan tentang atom termasuk bidang fisika,

penyelidikan tentang chlorophyl termasuk penelitian bidang botani atau biokimia dan

sebagainya.

Page 15: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

Pokok persoalan (subject matter) dapat juga dimaksudkan sebagai suatu kumpulan

pertanyaan pokok yang saling berhubungan. Misalnya anatomi dan fisiologi

keduanya berkaitan dengan struktur tubuh. Anatomi mempelajari strukturnya

sedangkan fisiologi mempelajari fungsinya. Kedua ilmu tersebut dapat dikatakan

memiliki pokok persoalan yang sama, tetapi dapat juga dikatakan berbeda.

Perbedaaan ini dapat diketahui apabila dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang

diajukan dan aspek-aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari

tubuh dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi dalam aspeknya yang dinamis.

Filsafat sebagai ilmu juga memiliki objek atau sasaran penyelidikan. Ada pun

objek material dari filsafat adalah “segala sesuatu yang ada” yang meliputi hal-hal

sebagai berikut.

1. Yang ada dalam kenyataan

2. Yang ada dalam pikiran

3. Yang ada dalam kemungkinan

2.3 Objek Formal

Objek formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut

segi-segi yang dimiliki objek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau

mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan dan menurut kemampuan seseorang.

Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.

Objek formal diartikan juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari

penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana objek

material itu disorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu,

tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Oleh karena itu,

akan tergambar lingkup suatu pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu.

Dengan kata lain, “tujuan pengetahuan sudah ditentukan”.

Bertalian dengan pengertian objek material dan objek formal, ada perbedaan

antara filsafat dengan ilmu yang bukan filsafat. Bahkan berbeda antara ilmu yang satu

dengan ilmu yang lain. Misalnya, objek material berupa pohon kelapa. Ahli ekonomi

akan mengarahkan perhatiannya pada atau meninjau (objek formal) pada aspek ekonomi

dari pohon kelapa tersebut. Berapa harga jual buahnya, kayunya atau bahkan lidinya.

Ekonomi tidak mengarahkan perhatiannya pada unsur-unsur yang menyusun pohon

kelapa tersebut. Lain halnya dengan ahli pertanian, yang juga memiliki sudut pandang

yang khusus sesuai dangan bidang ilmunya. Misalnya, bagaimana cara agar pohon

Page 16: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

tersebut tumbuh dengan subur, dan apakah cocok ditanam di lahan tertentu. Seorang ahli

biologi akan mengarahkan perhatiannya pada unsur-unsur yang terkandung dalam pohon

tersebu, baik unsur batang, daun maupun buahnya. Seorang ahli hukum akan

mempertanyakan status kepemilikan pohon tersebut. Siapa pemilik sah pohon tersebut,

apakah ditanam di lahannya sendiri ataukah di lahan sewaan.

Maka dapat disimpulkan, bahwa para ilmuan yang ahli di bidang disiplin ilmu

tertentu mengarahkan perhatiannya pada salah satu aspek dari objek materialnya. Disiplin

ilmu khusus terbatas ruang lingkupnya. Artinya, bidang sasarannya tidak mencangkup

bidang lain yang bukan wewenangnya. Setiap bidang ilmu menganggap atau mengarah

pada kapling masing-masing. Mereka tidak begitu peduli dengan kapling ilmu lain. Inilah

yang disebut otoritas dan otonomi atau kemandirian keilmuan, yaitu wewenang yang

dimiliki seseorang ilmuan untuk mengembangkan disiplin ilmunya tanpa campur tangan

pihak luar.

2.4 Implikasi Objek Material dan Objek Formal

Persoalan-persoalan umum (implikasi dari objek material dan objek formal) yang

ditemukan dalam bidang ilmu khusus itu antara lain sebagai berikut:

Sejauh mana batas-batas atau ruang lingkup yang menjadi wewenang masing-

masing ilmu khusus itu? Dari mana ilmu khusus itu dimulai dan sampai mana

harus berhenti? Ilmu ekonomi pertanian termasuk wewenang fakultas

ekonomi atau fakultas pertanian?

Dimanakah sesungguhnya tempat-tempat ilmu khusus dalam realitas yang

melingkupinya?

Metode-metode yang dipakai ilmu tersebut berlakunya sampai dimana?

Misalnya, metode yang dipakai ilmu sosial berbeda dengan yang dipakai ilmu

kealaman maupun humaniora.

Apakah persoalan kausalitas (hubungan sebab-akibat) yang berlaku dalam

ilmu kealaman juga berlaku bagi ilmu-ilmu sosial maupun humaniora?

Misalnya, seetiap logam kalau dipanaskan pasti memuai. Gejala ini berlaku

bagi semua logam. Panas merupakan faktor penyebab gejala pemuaian. Akan

tetapi sulit untuk memastikan bahwa setiap kebijaksanaaan pemerintah

menaikkan gaji pegawai negeri akan menimbulkan gejala kenaikkan harga

Page 17: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

barang. Mungkin saja kenaikan harga barang itu disebabkan oleh faktor lain,

misalnya adanya inflasi, banyaknya permintaaan konsumen, atau langkanya

barang-barang tertentu yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kenaikan gaji

pegawai negeri barang kali hanyalah salah satu dari beberapa penyebabnya.

Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa setiap ilmu khusus menjumpai

problem-problem yang bersifat umum. Problem semacam ini tidak dapat dijawab oleh

ilmu itu sendiri, (meskipun muncul dari ilmu itu sendiri) karena setiap bidang ilmu

memiliki objek material yang terbatas.

Dalam hal ini filsafat mengatasi setiap ilmu, baik dalam hal metode maupun ruang

lingkupnya. Objek formal filsafat terarah pada unsur-unsur keumuman yang secara pasti

ada pada ilmu-ilmu khusus, dimana filsafat berusaha mencari hubungan-hubungan di

antara bidang-bidang ilmu yang bersangkutan. Akibatnya filsafat yang demikian ini

disebut multidisipliner.

Page 18: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Filsafat adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan

menemukan kebenaran kenyataan baik mengenai diri sendiri maupun segala

sesuatu yang dijadikan objeknya.

2. Objek material merupakan sesuatu, kajian, atau bahan yang dijadikan sasaran,

sorotan ataupun penyelidikan oleh suatu disiplin ilmu.

3. Objek formal merupakan sudut pandang darimana objek material itu disorot.

4. Objek material dan objek formal menimbulkan implikasi terhadap ilmu

pengetahuan berupa persoalan-persoalan umum yang belum mampu dijawab

sampai saat ini.

3.2 Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan bagi pembaca maupun kalangan

masyarakat, hendaknya di dalam menjalani kehidupan ini maupun dalam melakukan

suatu hal kita memiliki filsafat, agar sesuatu yang kita kerjakan menemui kebenaran

kenyataan.

Page 19: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat

DAFTAR PUSTAKA

Dewi. 2009. Kelahirandan Perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Tersedia pada h t t p : / / de w i .s t ude n t s - b l o g .und i p. a c. i d / . D iakses pada 10 Oktober

2009. Huky, DA.Wila. 1982. Pengantar Filsafat. Surabaya: Usaha Nasional.

Koentowibisono, Siswomihardjo, dkk. 1997. Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan

Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Intan Pariwara.

Lasiyo, dkk. 1985. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta: Liberty

Ulumudin, Cahya. Tanpa tahun. Obyek Material dan Obyek Formal Ilmu Pengetahuan.

Tersedia pada h t t p : / / cah ya u l u m udd i n. m u lti p l y .co m /j o u r n a l / i t e m / 1 9 . Diakses pada

29 September 2012

Page 20: 118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat