file
DESCRIPTION
hbkjkjhkjhkTRANSCRIPT
FENOMENA NII (NEGARA ISLAM INDONESIA) DI KALANGAN MAHASISWA:
STUDI KASUS DI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
DAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA
ALIA PRIMA DEWI
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2007
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
FENOMENA NII (NEGARA ISLAM INDONESIA) DI KALANGAN MAHASISWA:
STUDI KASUS DI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
DAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA
Skripsi diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Humaniora
oleh
ALIA PRIMA DEWI
NPM 0702070024
Program Studi Arab
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2007
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
ii
LEMBAR PENG ESAHAN
Skripsi ini telah diujikan pada hari Senin tanggal 16 Juli 2007
PANITIA UJIAN
Ketua Pembimbing I
Maman Lesmana. M.Hum Siti Rohmah Soekarba, M.Hum
Panitera Pembimbing II
Aselih Asmawi, S.S Muhammad Iskandar, M.Hum
Pembaca I
Suranta, M.Hum
Disahkan pada hari………………….tanggal…………………………2007
Koordinator Program Studi Arab Dekan FIB UI
Maman Lesmana. M.Hum Prof. Dr. Ida Sundari Husen
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
iii
Seluruh isi skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Depok, 12 Juli 2007
Penulis
Alia Prima Dewi
0702070024
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
iv
JADI tidak setiap derita jadi luka tidak setiap sepi jadi duri tidak setiap tanda jadi makna tidak setiap tanya jadi ragu tidak setiap jawab jadi sebab tidak setiap seru jadi mau tidak setiap tangan jadi pegang tidak setiap kabar jadi tahu tidak setiap luka jadi kaca memandang Kau pada wajahku! - Sutardji Calzoum Bachri –
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
v
K A T A P EN G A N T AR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya yang
memudahkan langkah penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi sarjana ini tepat
pada waktunya. Sholawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW, para sahabat,
dan keluarganya.
Terima kasih kepada Bapak Dadang M. Rasnawi, ayah yang telah
menyemangati penulis dalam menjalankan aktivitas di kampus dan Ibu Yayuk
Ismuning Ayu, mama yang telah mengizinkan penulis menamatkan jenjang sarjana
selama lima tahun dan selalu memotivasi serta mendoakan penulis. Keluarga besar
yang selalu menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Hanya
Allah SWT yang mampu membalas seluruh kebaikan tersebut.
Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Siti Rahma Soekarba selaku pembimbing pertama yang dengan kesabaran
telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
2. Bapak M. Iskandar selaku pembimbing kedua yang telah memberikan berbagai
kritik dan saran untuk penulis.
3. Bapak Suranta yang telah bersedia menjadi pembaca dan penguji karya skripsi
penulis.
4. Bapak Maman Lesmana selaku koordinator Program Studi Arab dan seluruh
dosen-dosen Program Studi Arab yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang
tidak ternilai harganya.
5. Narasumber yang telah bersedia berbagi cerita dan informasi dengan penulis.
6. Teman-teman di Sastra Arab 2002, Sitta, Rosi, Musa, Mahmud, Een, Syukran,
Ida, Hanifah, Anggra, Chodijah, Azizah, Nunu, Dayat, Imad, Dedi, Romlah, Beni,
Mira, Andini, Zaeni, Wirawan, dan Arie yang telah menyemangati dan
mengingatkan penulis untuk segera lulus.
7. Sugi dan Wawan yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan narasumber
untuk penulisan skripsi ini.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
vi
8. BPH Senat Mahasiswa FIB UI periode 2005 dan 2006-2007 yang telah
memberikan banyak warna dalam kehidupan organisasi di fakultas.
9. Ika dan Adhi yang telah membantu penulis menuangkan ide-ide dalam bentuk
tulisan.
10. Soffa, Yanti, Nita, Ani, Dian, Vira, dan Sorong yang tanpa lelah mengingatkan
penulis untuk selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman di P3I yang telah mengizinkan penulis rehat sejenak untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah memberikan motivasi dan mendoakan penulis
selama penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian. Amin.
Depok, Juli 2007
Penulis
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
vii
D A F T A R I S I
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ii
HALAMAN PERTANGGUNGJAWABAN…………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….vii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN…………………………………….. ix
DAFTAR TRANSLITERASI ARAB-LATIN…………………………………... x
ABSTRAK………………………………………………………………………… xii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………… 5
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………….. 6
1.4 Ruang Lingkup………………………………………………………….6
1.5 Metode Penulisan………………………………………………………. 7
1.6 Kerangka Konseptual…………………………………………………... 7
1.6.1 Teori Sistem Sel……………………………………………… 7
1.6.2 Teori Negara Teokrasi……………………………………….. 9
1.6.3 Teori Negara Sekularisme……………………………………. 12
1.7 Tinjauan Pustaka……………………………………………………….. 14
1.8 Sistematika Penulisan………………………………………………….. 16
BAB 2 DARUL ISLAM DAN NEGARA ISLAM INDONESIA………………. 17
2.1 Darul Islam……………………………………………………………... 17
2.2 Abu Toto atau Abdus Salam (AS) Panji Gumilang……………………. 29
2.2.1 Pengalaman Organisasi dan Sepak Terjang Abu Toto………. 30
2.2.2 Asal Usul Struktur, Ajaran, dan Eksistensi Gerakan NII Faksi
Abu Toto…………………………………………………… 33
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
viii
2.3 Negara Islam Indonesia (NII) KW-9 Faksi Abu Toto…………………. 36
2.3.1 Hubungan Sejarah Para Tokoh NII Tahun 1976-2002………. 42
2.4 Target dan Sasaran Gerakan NII KW-9………………………………... 48
2.5 Kepengurusan NII KW-9 Abu Toto…………………………………… 49
2.5.1 Struktur dan Aparat Fungsional……………………………… 49
2.5.2 Struktur dan Aparat Teritorial………………………………... 52
2.5.3 Kode Sandi Bagi Aparat Teritorial NII KW-9……………….. 54
2.6 Anggota NII KW-9 Faksi Abu Toto…………………………………… 55
2.7 Bagan NII KW-9 Faksi Abu Toto ………………………………………57
BAB 3 PERGERAKAN NEGARA ISLAM INDONESIA DI UNIVERSITAS
INDONESIA………………………………………………………………. 58
3.1 NII di Universitas Indonesia…………………………………………… 58
3.2 NII di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya…………………………….. 71
3.3 NII di Fakultas Ekonomi……………………………………………….. 80
BAB 4 KESIMPULAN…………………………………………………………… 88
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 88
4.2 Saran-saran……………………………………………………………... 90
PUSTAKA ACUAN………………………………………………………………. 92
LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 97
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………..179
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
ix
DAFT AR LAMBANG DAN SINGKATAN
LAMBANG
‘……’ : mengapit terjemahan
“……” : mengapit istilah
(……) : mengapit singkatan atau kata keterangan
Cetak miring : kata Istilah
SINGKATAN
DI : Darul Islam
NII : Negara Islam Indonesia
NII KW-9 : Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9
RI : Republik Indonesia
UI : Universitas Indonesia
FE : Fakultas Ekonomi
FIB : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
FISIP : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
FKM : Fakultas Kesehatan Masyrakat
FT : Fakultas Teknik
FK : Fakultas Kedokteran
FMIPA : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FASILKOM : Fakultas Ilmu Komputer
LDF : Lembaga Dakwah Fakultas
FSI : Forum Studi Islam
FUSI : Forum Ukhuwah dan Studi Islam
FORMASI : Forum Amal dan Studi Islam
PSAU : Pengenalan Sistem Akademik Universitas
MABIM : Masa Bimbingan
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
x
D A F T A R T R A N S L I T E R A S I A R A B - L A T I N
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
d ض Tak Berlambang ا
t ط B ب
z ظ T ت
(apostrop) ‘ ع S ث
g غ J ج
f ف H ح
q ق Kh خ
k ك D د
l ل Z ذ
m م R ر
n ن Z ز
w و S س
? ء Sy ش
h ه S ص
y ي
2. Vokal Pendek
Tanda Nama Hurus Latin
fathah a
kasrah i
dammah u
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
xi
3. Vokal Panjang
Tanda Huruf Latin
ا____ ā
ي____ ī
و____ ū
4. Diftong
Tanda Huruf Latin
ي____ ay
و____ aw
5. Tanwin
Tanda Huruf Latin
an
in
un
Keterangan:
a) Transliterasi yang dipakai dalam penulisan skripsi ini berdasarkan pedoman
transliterasi Arab-Latin keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 th. 1978 dan
No.0543/u/1987.
b) Tanda tasydid atau geminasi (___) ditransliterasikan menjadi konsonan rangkap,
seperti :أي /?ayyu/’yang mana’.
c) Artikel takrif (ال) /al-/ ditransliterasikan sesuai dengan konsonan awal nominanya,
apakah bersifat komariyah, seperti /al-Ikhwān/ atau bersifat syamsiah seperti /as-
asyaikh/.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
xii
ABST RAK Alia Prima Dewi. Fenomena NII (Negara Islam Indonesia) di Kalangan Mahasiswa: Studi Kasus di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. (Di bawah bimbingan Siti Rahmah Soekarba, M.Hum dan M. Iskandar, M. Hum). Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007. Negara Islam Indonesia adalah gerakan yang dipimpin oleh S.M. Kartosoewirjo pada tahun 1949. Setelah Kartosoewirjo wafat, Imam NII dpegang oleh Adah Djaelani yang pada tahun 1996 mengangkat secara resmi Abu Toto sebagai penggantinya. Sebelum menjadi Imam, Abu Toto adalah Komando Komandemen Wilayah 9 yang meliputi Jakarta dan Banten. NII yang dipimpinnya lebih dikenal dengan nama NII KW-9. Dalam pergerakannya, NII KW-9 menjadikan Islam sebagai landasan hukumnya. Namun, seiring dengan berubahnya waktu NII mengalami perubahan dalam dasar-dasar akidahnya. Hal ini disebabkan karena konsep dasar NII KW-9 dicampur dengan aliran Lembaga Kerasulan dan Isa Bugis. Sejak tahun 2001, NII KW-9 mulai merekrut mahasiswa sebagai tambang emas untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk kegiatan NII KW-9. Salah satunya, NII KW-9 mulai merekrut mahasiswa Universitas Indonesia, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi. Perekrutan dan aktivitas anggota NII KW-9 mulai meresahkan pihak dekanat di beberapa fakultas. Pada tahun 2005, FE mengadakan seminar “Bahaya NII” dan mulai dari tahun yang sama, baik dari pihak dekanat maupun mahasiswa lebih mengantisipasi gerakan NIIKW-9 di dalam kampus. Gerakan NII KW-9 membuat resah karena mahasiswa yang sudah menjadi anggota NII KW-9 biasanya bermasalah dalam bidang akademis dan pergaulan di fakultasnya. Hal ini disebabkan oleh mereka sibuk bekerja untuk menutupi uang infaq yang harus disetorkan setiap bulan. Jika mereka tetap tidak dapat menutupi uang infaq tersebut, maka diperbolehkan untuk menipu atau mencuri. Peristiwa ini terjadi di salah satu fakultas di UI dan jika hal ini dibiarkan berlanjut, maka dapat merusak nama baik Universitas Indonesia. Selain itu, penyimpangan akidah yang menjadi landasan gerakan tersebut juga membuat gerakan ini dianggap sesat. Dengan demikian, NII KW-9 dalam mencapai tujuannya, yaitu mendirikan negara Islam di Indonesia telah melakukan penyimpangan mulai dari konsep akidah hingga penerapannya di lapangan.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darul Islam (DI) berasal dari bahasa Arab Dar al Islām yang artinya Rumah
Islam, Rumah yang Damai, Keluarga Islam, dan Keluarga yang Damai. Dalam
pengertian yang lebih luas, DI dapat berarti Kawasan atau Negara Islam. Secara
umum, pengertian DI ialah bagian dari umat Islam dari dunia yang di dalamnya,
keyakinan dan pelaksanaan syariat Islam serta peraturan-peraturannya, wajib
dijalankan. Lawan DI ialah Darul Harb, yang berarti wilayah perang termasuk ke
dalam Dar al Islām.1
Di Indonesia pertama kali kata DI digunakan oleh sebuah pergerakan politik
yang dipimpin S. M. Kartosoewirjo pada tahun 1945.2 Kartosoewirjo mencoba
merealisasi sebuah Negara Islam Indonesia di bawah pimpinannya. Gerakan DI
diawali di Jawa Barat dan diproklamasikan pada tanggal 7 Agustus 1949 menjadi
Negara Islam Indonesia (NII) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.3 Gerakan ini
kemudian menyebar ke Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan
Aceh. Kegiatan DI juga ada di Maluku dan Halmahera.
1 Cornelis van Dijk, Rebellion under The Banner of Islam: The Darul Islam in Indonesia, Nijhoff: The
Hague, 1981, hal. 10. 2 Ibid, hal. 10. 3 Ibid, hal. 1.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
2
Menurut pengakuan Kartosoewirjo sesudah dia tertangkap pada tahun 1962,
ide untuk mendirikan negara Islam yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, sudah
ada pada dirinya sejak zaman penjajahan Belanda.4 Dia yakin bahwa tujuan itu hanya
dapat dicapai melalui perjuangan dengan senjata dan pengorbanan yang sangat besar.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh oleh Kartosoewirjo selama pendudukan
Jepang, ditambah dengan bakat organisasi, serta gagasan religius yang
diperjuangkannya, kelak menjamin hasil-hasil awal dari gerakan yang didirikannya.
Selain itu, faktor penting bagi Kartosoewirjo untuk merealisasikan rencana-
rencananya ialah pembentukkan Hizbullah oleh Jepang dan setelah proklamasi
kemerdekaan didirikan Lasykar Sabilillah oleh Masyumi. Kedua lasykar tersebut
kemudian digunakan oleh Kartosoewirjo untuk menyusun basis Tentara Islam
Indonesia.5
Dari semua gerakan politik yang timbul di berbagai daerah di Indonesia,
hanya gerakan DI yang didirikan Kartosoewirjo merupakan ancaman langsung
terhadap kedudukan pemerintah pusat di Jakarta karena DI berencana mendirikan
negara Islam di Indonesia, sementara gerakan yang lain hanya berusaha mengambil
alih pemerintahan Republik Indonesia, seperti yang dilkukan oleh PKI dalam dua kali
usaha pemberontakan, 1948 di Madiun dan 1965 di Jakarta. Gerakan DI Jawa Barat
juga tidak bersifat kedaerahan walaupun terbatas pada satu daerah saja. Sejak awal,
Kartosoewirjo merencanakan agar negara yang dia dirikan suatu waktu akan meliputi
4 Holk H. Dengel, Darul Islam dan Kartosuwirjo “Angan-angan yang Gagal” (terjemahan), Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal. 216. 5 Ibid, hal. 218.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
3
seluruh wilayah Indonesia. Seluruh struktur organisasi kenegaraan dan administrasi
dicocokkan dengan rencana tersebut, sehingga gerakan DI Kartosoewirjo merupakan
gerakan DI dengan organisasi dan administrasi yang paling baik.
Setelah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo tiada, imam NII dipegang oleh
Kahar Muzakar sampai tahun 1965. Kemudian, dilanjutkan oleh Tengku Daud
Beureueh hingga tahun 1980.6 Akan tetapi, setelah para tokoh utama meninggal dunia
dan pimpinan beralih ke angkatan berikutnya, terjadi perselisihan pendapat dan
paham tentang siapakah yang berhak dan pantas melanjutkan tugas sebagai pemimpin
NII, DI-TII.
Walaupun terindikasi kegiatan DI sampai sekarang masih dilanjutkan, tetapi
terpecah menjadi beberapa kelompok, antara lain NII KW-9 yang berpusat di Jakarta
dan sekitarnya. Kegiatan NII KW-9 yang berpusat di Jakarta dengan mayoritas
anggotanya dari golongan muda menarik perhatian karena dianggap menyimpang
secara akidah Islam oleh kelompok Islam yang lain di Indonesia. Dalam pengkaderan
anggota banyak mahasiswa yang masuk ke dalam kelompok tersebut.
Bagi mahasiswa yang sudah menjadi pengikut kelompok ini biasanya terjadi
sedikit perubahan dalam tingkah laku mereka sehari-hari. Biasanya bagi orang yang
pendiam, kemudian mereka berubah menjadi lebih supel terhadap lingkungan sekitar
atau mereka berubah menjadi lebih sering meminjam uang kepada teman-temannya
untuk membayar infaq bulanan. Namun, jika uang untuk infaq yang mereka
kumpulkan belum terpenuhi maka mereka dihalalkan untuk mencuri benda berharga 6 Widjiono Wasis, Geger Talangsari: Serpihan Gerakan DI, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, hal. 178.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
4
milik temannya yang bukan anggota NII atau menguras harta keluarganya untuk
diserahkan kepada kelompoknya.
Bagi anggotanya yang ingin keluar dari kelompok ini maka dia harus
memiliki jiwa yang kuat dan teguh karena biasanya anggota yang ingin keluar dari
kelompok ini akan mendapatkan teror yang terus-menerus melalui telepon dan
dibuntuti kemana pun mereka pergi. Bahkan ada salah seorang anggota kelompok ini
yang sudah bertaubat dan keluar dari kelompoknya sampai merasa stres karena di
teror dan harus pindah rumah keluar daerah selama setahun serta mengganti semua
identitasnya supaya tidak dibuntuti lagi oleh kelompok tersebut.
Munculnya NII sebagai paradigma baru dalam perkembangan aliran Islam di
Indonesia telah memberikan pengaruhnya kepada masyarakat sekitar tanpa kita
sadari. Hal ini tidak lepas dari gerakan anggotanya yang mayoritas adalah generasi
muda. Penyebaran NII juga masuk ke institusi pendidikan, seperti Universitas dan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Sejak tahun 2006, beberapa fakultas di Universitas
Indonesia (UI) mengadakan seminar tentang NII, antara lain Fakultas Ekonomi (FE),
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP),
dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Seminar tersebut diadakan sebagai salah
satu tindakan untuk mencegah meluasnya NII di tengah-tengah mahasiswa.
Selain itu, munculnya beberapa kasus berkaitan dengan turunnya prestasi
akademis mahasiswa yang terindikasi terlibat dalam NII di fakultas-fakultas tersebut
menjadi awal diketahui bahwa ada jaringan anggota NII di UI. Dugaan itu semakin
kuat dengan adanya kasus penipuan yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa dengan
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
5
mengatasnamakan tugas atau kebijakan fakultas. Dalam penelitian, penulis memilih
mengambil koresponden dari FIB dan FE karena kultur (budaya) mahasiswa di kedua
fakultas tersebut lebih terbuka dalam memberikan informasi mengenai NII KW-9
dibandingkan dengan fakultas yang lain. Hal tersebut yang menjadi perhatian penulis
dan selanjutnya akan dibahas dalam skripsi ini.
1.2 Rumusan Masalah
Banyaknya kasus yang muncul setelah aliran tersebut mengukuhkan dirinya
sebagai sebuah Negara Islam menjadi sebuah daya tarik sendiri untuk mengupas
kegiatan NII. Penulisan skripsi ini memiliki tujuan: pertama, apakah NII saat ini,
khususnya NI KW-9 merupakan kontinuitas dari gerakan DI-TII?, pergerakan NII
saat ini diklaim oleh para anggotanya sebagai pergerakan yang meneruskan
perjuangan di masa Kartosoewirjo untuk mewujudkan bentuk Negara Islam di
Indonesia. Namun, pola gerakan NII saat ini jauh berbeda dengan NII zaman
Kartosoewirjo. Mereka tidak lagi menggunakan senjata untuk mewujudkan impian
tersebut, melainkan melalui gerakan organisasi bawah tanah yang terorganisir dengan
baik dan rapi.
Kedua, bagaimana pergerakan NII di UI serta dampak yang diberikan oleh
NII di tengah-tengah mahasiswa dalam aktivitasnya di UI. Semaraknya perekrutan
mahasiswa sebagai basis masa muda intelektual menjadi tujuan NII untuk menambah
jumlah anggotanya dari kalangan mahasiswa. Hal ini menarik karena mahasiswa yang
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
6
terlibat dalam NII akan berusaha untuk menyebarluaskan paham NII dan menarik
anggota-anggota baru dari kalangan mahasiswa sendiri.
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulisan ini mempunyai
tujuan antara lain:
i. Mengetahui sistem pergerakan NII di Universitas Indonesia.
ii. Mengungkapkan pengaruh NII bagi mahasiswa di FIB dan FE UI melalui
fenomena yang ada.
iii. Mengetahui cara pengkaderan NII di tingkat fakultas dalam merekrut
mahasiswa baru dan meluasnya jaringan NII di beberapa fakultas di UI,
terutama di FIB dan FE UI.
1.4 Ruang Lingkup
Pembahasan mengenai perkembangan NII di Indonesia perlu dibahas secara
mendalam dan dilihat dari berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena
itu, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penulisan ini pada pengaruh
NII terhadap mahasiswa di FIB dan FE UI. Ruang lingkup waktu yang digunakan
penulis dalam penulisan ini dimulai dari tahun 2002-2006. Hal ini disebabkan kasus
NII KW-9 mulai marak kembali di UI sejak penulis kuliah di tahun 2002 hingga
tahun 2006 ketika di beberapa fakultas diadakan seminar tentang “Bahaya NII”.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
7
1.5 Metode Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sejarah. Metode sejarah
mempunyai empat tahapan, yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber,
interpretasi sumber, dan historiografi (penulisan sejarah).
Dalam pengumpulan data, data primer adalah wawancara dengan mahasiswa
FIB dan FE masing-masing fakultas sebanyak 10 koresponden, serta Manajer
Mahalum (Mahasiswa dan Alumni) fakultas tersebut.
Data sekunder diperoleh dari pustaka yang dicari di perpustakaan fakultas,
perpustakaan pusat UI, perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah, dan
perpustakaan nasional, artikel dan jurnal. Setelah itu, penulis akan melakukan kritik
sumber dengan cara eksternal, yaitu apakah sumber tersebut dapat dipercaya dan
internal, yaitu apakah sumber tersebut menghasilkan fakta yang objektif. Adapun
interpretasi sumber, yaitu menganalisis data sesuai dengan teori yang digunakan oleh
penulis. Langkah terakhir adalah penulisan hasil analisa data dan fakta yang
dilakukan dengan cara deskriptif analitis.
1.6 Kerangka Konseptual
1.6.1 Teori Sistem Sel
NII KW-9 juga dikenal militan karena melakukan pola pengkaderan
menggunakan sistem sel. Pola pengkaderan seperti ini diadopsi dari pola pengkaderan
yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) di masa lalu. Arnold C.
Brackman dalam bukunya menuliskan pergerakan Komunis di Indonesia adalah yang
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
8
tertua di Asia. PKI adalah partai Komunis terbesar di dunia setelah Uni Soviet. PKI
menjadi besar di Indonesia dengan sel-sel tentaranya dan berusaha mempengaruhi
hampir di seluruh sektor kehidupan di Indonesia. Hukum Lenin tentang ”unieven
development” dan tesis Stalin mengenai Sosialisme di sebuah negara
dirasionalisasikan, Uni Soviet menjadi sebuah pulau Komunis di tengah laut
Kapitalis.7 Khrushchev berkata: ”Saat ini, tidak diketahui siapa mengepung siapa”
Selama 40 tahun, PKI mengalami naik-turun dalam perkembangannya.
Komunis Indonesia tidak pernah kehilangan tujuannya: kekuasaan. Sebagai sebuah
perkumpulan, PKI tidak mengizinkan eksploitasi perorangan. Anggota PKI
diyakinkan bahwa jalan mereka menuju puncak di masa depan, adalah jalan yang
diterangi oleh Uni Soviet. Aidit mengemukakan dengan yakin, dalam satu dekade
anggota PKI bertambah dari 7910 anggota menjadi 2 juta anggota, hal ini membuat
PKI menjadi partai Komunis terbesar di dunia. PKI mempunyai 272 cabang, setiap
pulau memiliki pengurus dan melakukan elaborasi menjadi besar dari masing-masing
sel, setiap sel menyebarkan ide Komunis dan cerita Komunis yang dapat menjadi
keluarga, teman, dan musuh.
NII tidak menerapkan sistem sel murni dalam merekrut anggotanya,
melainkan menggunakan sistem sel terbuka karena setiap anggota NII KW-9
7 Unieven Development or Leninism – the doctrine and practices of the Communist Party as establish
by Valdimir Lenin, based on Marxism. Transformed later into Stalinism. Socialism – in its democratic sense, a political and economic theory of social organization based on collective or government ownership and democratic management of the essential means of production. The term is often used falsely by communists to describe their own system of government. Lihat Abraham Brumberg, What is Communism? A Picture Survey of World Communism, New York: E.P. Dutton dan Co.,Inc.,1963, hal. 189.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
9
mengetahui pemimpin tertingginya. Pola ini sangat aman untuk diterapkan karena
jika satu sel terindikasikan karena ada anggota yang keluar atau tertangkap oleh
aparat, sel yang lain akan tetap aman karena setiap anggota hanya mengetahui teman-
teman dan pemimpin satu selnya saja. Dengan demikian, dalam penelitian ada
kemungkinan penulis hanya dapat mengungkapkan gerakan ini sebatas sel per sel di
UI, khususnya FIB dan FE. Hal tersebut akan dibahas oleh penulis dalam Bab III.
1.6.2 Teori Negara Teokrasi
Ibnu Taimiyah hidup pada masa dunia Islam mengalami puncak disintegrasi
politik, dislokasi sosial dan dekadensi akhlak serta moral.8 Karya tulis Ibnu Taimiyah
dalam bidang politik yang paling penting adalah buku yang berjudul Al-Siyasah al-
Syar’iyah fi islah al-Ra’i wal al-Ra’iyah (Politik yang berdasarkan Syariah untuk
Perbaikan Penggembala dan Gembala). Orientasi pemikiran politik Ibnu Taimiyah
yang bersendikan agama itu selain tampak jelas dari judul bukunya, juga dapat dilihat
pada isi Pendahuluan buku itu, dengan melandaskan teori politiknya atas firman
Allah dalam Al-Quran, surat An-Nisaa ayat 58 dan 59.9
Menurut Ibnu Taimiyah ayat yang pertama, yakni ayat 58 ditujukan untuk
para pemimpin negara. Demi terciptanya kehidupan bernegara yang serasi hendaknya
mereka menyampaikan amanat yang berhak atasnya, dan bertindak adil dalam
8 Ibnu Taimiyah dilahirkan di Haran, dekat Damaskus, Suria, pada tahun 661 H atau 1263 M, lima
tahun setelah jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Tartar, yang berarti pula berakhirnya dinasti Abbasyiah. Lihat H. Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta: UI Press, 1990, hal 79.
9 Ibid, hal 79-83.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
10
mengambil keputusan atas sengketa antara sesama anggota masyarakat. Sedangkan
ayat kedua, ayat 59, ditujukan kepada rakyat. Mereka diperintahkan supaya taat, tidak
saja kepada Allah dan Rasul, tetapi juga kepada pemimpin mereka, dan melakukan
segala perintahnya selama tidak diperintahkan berbuat maksiat atau perbuatan yang
dilarang oleh agama. Jadi negara teokratis ditandai, antara lain, dengan (1)
diterimanya kitab suci sebagai sumber hukum, (2) negara berada di tangan pemimpin
agama.10
Menurut Munawir Sjadzali terdapat tiga pandangan umat Islam tentang
hubungan antara Islam dan ketatanegaraan: aliran pertama, berpendirian bahwa
Islam bukan semata-mata agama dalam pengertian Barat, yaitu hanya menyangkut
hubungan antara manusia dengan Tuhan, sebaliknya Islam adalah salah satu agama
yang sempurna dan lengkap dengan pengaturan untuk segala aspek kehidupan
manusia termasuk kehidupan bernegara. Oleh karena itu dalam bernegara umat Islam
sebaiknya kembali kepada sistem ketatanegaraan Islam dan tidak perlu meniru sistem
ketatanegaraan Barat. Sistem ketatanegaraan Islam yang harus diteladani adalah
sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad dan Al-Khulafa Al-Rasyidin.
Tokoh-tokoh utama aliran ini adalah Syekh Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb, Syekh
Muhammad Rasyid Ridha, dan Maulana A.A. Al-Maududi.11
Aliran kedua, berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian
Barat, yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini
10 Bahtiar Effendi, “Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktek Politik Islam di
Indonesia”, Prisma, Mei 1995, hal 21. 11 H. Munawar Sjadzali, op. cit, hal. 1.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
11
Nabi Muhammad hanya seorang Rasul biasa seperti rasul-rasul sebelumnya dengan
tugas tunggal mengajak manusia kembali kepada kehidupan yang mulia dengan
menjunjung tinggi budi pekerti luhur; Nabi tidak pernah bertujuan mendirikan dan
mengepalai satu negara. Tokoh-tokoh terkemuka aliran kedua ini adalah Thaha
Husain dan Ali Abd Al-Raziq.
Aliran ketiga, menolak pendapat aliran pertama dan kedua. Menurut aliran
ketiga berpendirian bahwa dalam Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi
terdapat seperangkat tata nilai etika untuk kehidupan bernegara. Tokoh yang
menonjol dari aliran ini adalah Mohammad Husein Haikal.
Pemikiran pertama sering disebut sebagai aliran tradisional atau integralistik.
Aliran kedua disebut sebagai kelompok sekuler atau reformis-sekuler. Sedangkan
aliran ketiga disebut sebagai reformis atau modernis, atau reformis-modernis. Ketiga
aliran pemikiran tersebut memiliki pertautan dengan pemikiran-pemikrian Ibnu
Taimiyah, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan bersambung denga
pemikiran-pemikiran Islam kontemporer masa kini. Sifat negara Islam menurut
Maududi universal, menyeluruh, dan bersifat ideologis artinya segenap pendukung
dan penyelenggara negara harus meyakini serta menjunjung tinggi ideologi Islam dan
hukum Islam.12
Teori teokrasi diadaptasi oleh NII KW-9 untuk membuat suatu negara yang
berlandaskan pada hukum Islam di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
12 Haedar Nashir, Gerakan Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia, Jakarta: Psap,
2007, hal. 109 dan 111.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
12
ayat-ayat Al-Quran yang disitir dalam pembenaran konsep agama dan negara yang
mereka tanamkan kepada anggota NII KW-9.
1.6.3 Teori Negara Sekularisme
Kata secular yang berasal dari bahasa Latin saeculum mencakup dua
pengertian: waktu (time) dan tempat (location). Hal itu menunjukkan ”masa kini” dan
lokasi yang berarti ”duniawi”. Dengan demikian, jangkauan dan pengertian
sekularisme itu adalah memikirkan ”kurun ini” (this age) dan ”masa kini” (the
present time) dan berhubungan dengan kepentingan hidup ”duniawi” yang
berkembang menurut proses sejarah.13 Proses awal tumbuhnya aliran sekularisme di
benua Eropa pada abad pertengahan ketika kekuasaan gereja Kristen pada saat itu
tidak dapat menjawab tantangan-tantangan masyarakat yang tumbuh dan kekurangan
kepercayaan terhadap peranan agama Kristen dalam usaha-usaha kenegaraan.
Menurut H. M. Yunan Nasution, secara singkat dapat disimpulkan bahwa sekularisme
adalah sistem politik, ideologi, maupun falsafah sosial yang akan mencapai
kesejahteraan manusia di dunia ini dengan mengandalkan kemampuan akal dan
menolak segala bentuk dan campur tangan ajaran dan keyakinan agama.14
Claus Offe membagi menjadi 8 butir organisasi negara, diantaranya dalam
teori Marxis tentang negara, terdapat pemisahan antara dua pendekatan. Satu
pendekatan mengemukakan, terdapat hubungan instrumental khusus antara kelas
13 H.M. Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, Jakarta: Bulan Bintang,
1988, hal. 82. 14 Ibid.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
13
penguasa (kapital secara keseluruhan) di satu pihak dan aparatur negara di lain pihak.
Dengan demikian, negara menjadi alat untuk memajukan kepentingan bersama kelas
penguasa. Kita yakin pendekatan ini menyesatkan, termasuk versi-versi yang
dikemukakan dalam doktrin tentang ”kapitalisme monopoli negara” dan proposi
stereotipnya tentang ”penggabungan monopoli dan aparatur negara”. Pendekatan
alternatifnya adalah bahwa negara tidak memajukan kepentingan tertentu dan tidak
beraliansi dengan kelas tertentu. Sebaliknya yang dilindungi dan dimajukan negara
adalah seperangkat peraturan dan hubungan sosial yang dianggap tercakup dalam
kekuasaan kelas kapitalis. Negara tidak membela kepentingan satu kelas tertentu
tetapi kepentingan bersama semua anggota masyarakat (kelas) kapitalis. Hal teresbut
berhubungan dengan definisi sekularisme yang berarti pemisahan dua kepentingan.15
NII KW-9 dalam menjalankan konsep keagamaan tidak mengambil konsep
sekularisme untuk diterapkan. Bagi NII KW-9 suatu negara harus integral dengan
agama, sehingga dalam penerapan hukum-hukumnya tidak dapat dilepaskan dari
hukum-hukum agama, yaitu Al-Quran dan Hadis. Namun dalam kenyataannya, para
anggota NII KW-9 kurang memperhatikan aspek ruhiyah dalam kajian-kajian yang
dilakukannya. Mereka lebih menekankan pada rekrutmen anggota dan penggalangan
dana, seperti masalah shalat. NII KW-9 memiliki doktrin tentang shalat yang bersifat
ritual dan universal. Shalat ritual adalah shalat yang dilakukan lima kali sehari,
sedangkan shalat universal adalah penerapan nilai shalat ritual dalam sosial
15 Anthony Giddens dan David Held, Perdebatan Klasik dan Kontemporer Mengenai Kelompok,
Kekuasaan, dan Konflik: Teori Sosial Kontemporer, Jakarta: CV Rajawali, 1987, hal. 241.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
14
kemasyarakatan, hal ini diartikan sebagai rekrutmen anggota baru dan penggalangan
dana untuk mendirikan negara. Anggota NII KW-9 lebih memilih shalat universal
dibandingkan dengan shalat ritual. Hal ini bertentangan dengan teori teokrasi yang
sangat menekankan pada nilai-nilai agama.
1.7 Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan ini, penulis juga melakukan beberapa tinjauan dari pustaka,
terutama buku-buku, artikel, dan jurnal yang membahas tentang NII tersebut. Hal-hal
tersebut didapatkan dari perpustakaan Pusat UI dan perpustakaan FIB. Banyaknya
koleksi buku sejarah dan sosial di kedua perpustakaan tersbut membantu penulis
dalam menyimpulkan wacana awal tentang berdirinya NII yang disajikan secara
singkat di latar belakang proposal ini.
Adapun langkah yang dilakukan penulis dalam menunjang penulisan ini
adalah melakukan tinjauan kepustakaan. Di perpustakaan FIB UI terdapat beberapa
sumber yang mengupas tentang NII di zaman Kartosoewirjo, antara lain: Darul Islam
dan Kartosuwirjo “Angan-angan yang Gagal” yang ditulis oleh Holk H. Dengel,
terbitan Pustaka Sinar Harapan, tahun 1995 menceritakan cita-cita perjuangan
Kartosoewirjo dan peranannya dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia
sampai pembrontakan yang dilakukan oleh Kartosoewirjo sebagai reaksi
kekecewaannya terhadap pemerintah Indonesia pada saat itu.
Penulis juga melakukan tinjauan kepustakaan terhadap beberapa sumber di
luar kampus, antara lain: buku Wacana Ideologi Negara Islam, karangan A.L.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
15
Chaidar yang diterbitkan oleh Darul Falah, tahun 1999 mengupas gagasan yang
dikemukakan oleh Kartosoewirjo dalam mendirikan suatu negara Islam di Indonesia
dengan membandingkan dengan gerakan Moro National Liberation Front di Filipina.
Juga buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, karya Ahmad Jaiz Hartono, terbitan
Pustaka Al-Kautsar, tahun 2002 yang menceritakan dan menggambarkan aliran-aliran
yang terdapat di Indonesia dan paham-paham yang dibawa oleh mereka serta
kegiatan-kegiatan mereka dalam perekrutan anggotanya. Selain itu, penulis juga
berusaha mencari buku yang mengupas dan membahas NII KW-9 secara rinci, mulai
dari pembentukkan NII KW-9 sampai penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
dalam akidah dan syariat seperti buku yang ditulis oleh Umar Abduh dengan judul
Membongkar Gerakan Sesat NII di Balik Pesantren Mewah Al Zaytun.
Selain itu, kajian terhadap sumber-sumber yang memberitakan kelompok ini
juga dicari melalui internet maupun jurnal yang terdapat di perpustakaan dan artikel-
artikel majalah dan surat kabar. Semua sumber tersebut berusaha untuk dirangkum
oleh penulis agar dapat menjadi wacana awal dalam melakukan penulisan
selanjutnya. Dengan demikian, penulis berharap dapat memberikan informasi yang
menyeluruh mengenai keberadaan NII di kampus Universitas Indonesia dimulai dari
cikal bakal berdirinya kelompok tersebut sampai masuknya NII ke dunia kampus.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
16
1.8 Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab. BAB I berisi pendahuluan yang memuat latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan,
kerangka konseptual, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan skripsi ini.
BAB II mengenai fakumnya gerakan DI-TII semenjak Kartosuwirjo ditangkap
sampai munculnya NII KW-9 dan sepak terjang yang dilakukan oleh NII KW-9
dalam menyebarkan pemikiran mereka ke tengah-tengah masayrakat.
BAB III berisi tentang gerakan NII di Universitas Indonesia, khususnya di
FIB dan di FE UI terkait dengan cara pengkaderan anggota NII serta pengaruh
keberadaan NII terhadap kegiatan mahasiswa di kedua fakultas tersebut.
BAB IV merupakan bab penutup dalam skripsi ini yang berisi rangkuman dari
pembahasan mengenai sejarah, pemikiran, penyebaran, dan gerakan NII di
Universitas Indonesia, serta kesimpulan penulis terhadap hal tersebut di atas.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
BAB 2
DARUL I SLAM DAN NEGARA IS L AM INDONESIA
2.1 Darul Islam
Konferensi Meja Bundar oleh Kartosoewirjo dinyatakan sebagai konferensi
penjajahan dan revolusi Indonesia dinyatakan sudah kandas. Sehari setelah Wakil
Presiden Hatta berangkat ke Den Haag, Kartosoewirjo memproklamirkan berdirinya
Negara Islam Indonesia pada tanggal 7 Agustus 1949, karena menurut dia setelah
Hatta berangkat ke Den Haag terjadi vakum kekuasaan.16 Persiapan untuk mendirikan
Negara Islam oleh Kartosoewirjo sudah dibuat sejak tahun 1948 dan sudah sejak
bulan Agustus tahun itu, semua maklumat dikeluarkan atas nama Pemerintah Negara
Islam Indonesia.
Dasar hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah hukum Islam
dan hukum yang tertinggi adalah Al-Quran dan Hadis. Instansi tertinggi negara itu
adalah Majlis Syuro tapi dalam keadaan genting hak tersebut dapat dialihkan kepada
Imam dan Dewan Imamah. Konstitusi Negara Islam Indonesia sangat mirip dengan
Undang-undang Dasar 1945. Dewan Fatwa (Dewan Penasihat) fungsinya sama
dengan Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Bedanya Dewan Fatwa terdiri dari
seorang Mufti Besar dan beberapa orang Mufti lainnya sejumlah tujuh orang.
Kewajiban Dewan Fatwa adalah memberikan jawaban atas pertanyaan Imam dan
16 Holk H. Dengel, Darul Islam dan Kartosuwirjo “Angan-angan yang Gagal” (terjemahan), Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal. 220.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
18
berhak mengajukan saran kepada pemerintah. Ada pun skema organisasi NII menurut
Maklumat Komandemen Tertinggi -Angkatan Perang Negara Islam Indonesia (MKT-
APNII) No.1 yang dikeluarkan pada tanggal 7 Oktober 1949 adalah sebagai berikut:17
1. Dewan Imamah (Kabinet) di bawah Imam diubah menjadi Komandemen
Tertinggi (KT) di bawah pimpinan Panglima Tertinggi (Plm.). Pimpinan harian
dilakukan oleh Kepala Staf Umum (KSU).
2. Divisi dan Wilayah yang dipimpin oleh Komandan Divisi dan Gubernur diubah
menjadi Komandemen Wilayah (KW) di bawah pimpinan Panglima
Komandemen Wilayah (Plm. KW). Pimpinan harian dilakukan oleh Kepala
Staf Komandemen Wilayah (KSW).
3. Resimen dan Karesidenan yang dipimpin oleh seorang Komandan Resimen dan
seorang Residen diubah menjadi Komandemen Daerah (KD). Dalam daerah
yang demikian pimpinan militer dan politik berada di bawah Komandan
Komandemen Daerah (Kmd. KD). Pimpinan harian dilakukan oleh Kepala Staf
Komandemen Daerah (KSKD).
4. Batalyon dan Kabupaten yang dipimpin oleh seorang Komandan Batalyon dan
seorang Bupati diubah menjadi Komandemen Kabupaten (KK) dan pimpinan
militer dan politik dipegang oleh Komandan Komandemen Kabupaten (Kmd.
KK). Pimpinan harian dilakukan oleh seorang Kepala Staf Komandemen
Kabupaten (KSKK).
17 Ibid, hal. 112-118.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
19
5. PADI (Pahlawan Darul Islam) dan Kecamatan yang dipimpin oleh seorang
Komandan PADI dan seorang Camat diubah menjadi Komandemen Kecamatan
(K.Kc.), sedangkan pimpinan militer dan politik dipegang oleh Komandan
Komandemen Kecamatan (Kmd.K.Kc.). Pimpinan harian dilakukan oleh
seorang Kepala Staf Komandemen Kecamatan (KSK.KC.).
Namun, Dewan Fatwa maupun Majelis Syuro tidak pernah berfungsi dan
eksistensinya praktis hanya di kertas saja, karena dalam kenyataannya Kartosoewirjo
tetap memegang pimpinan politik dan militer serta tidak mempunyai seorang
penasihat pun atau membolehkan adanya penasehat. Namun, Kartosoewirjo memilki
orang-orang kepercayaan, ialah Kamran, Oni, Sanusi Partawidjaja, Gozali Tusi, dan
Sohby.
Sekitar tahun 1952-1953, sebagian besar orang kepercayaan Kartosoewirjo
gugur dalam pertempuran dengan tentara Republik Indonesia (RI) atau tertawan,
sehingga di pucuk pimpinan gerakan DI hanya tinggal Sanusi Partawidjaja yang
mendampingi Kartosoewirjo. Akan tetapi, sekitar tahun 1960 Sanusi Partawidjaja
dihukum mati oleh Kartosoewirjo setelah dia mengetahui bahwa Sanusi Partawidjaja
merencanakan sebuah komplotan menentang kekuasaannya.18
Kekuatan gerakan yang didirikan Kartosoewirjo terletak dalam kemampuan
untuk mengatur, menyusun, dan menyelenggarakan susunan ketentaraan dan susunan
organisasi kenegeraan NII. Kartosoewirjo juga sangat pandai menggunakan situasi
kondisi politik dan militer dalam mengatur administrasi pemerintahan NII yang selalu 18 Ibid, hal. 113.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
20
disesuaikan dengan keadaan saat itu atau dengan perubahan-perubahan keadaan di
dalam atau di luar negeri. Menurut keterangan Kartosoewirjo, NII antara tahun 1950-
1952 telah mencoba mengadakan hubungan dengan Amerika Serikat (AS), demikian
juga dengan Pakistan dan Saudi Arabia.19 Semua hubungan selalu diadakan melalui
Kedutaan Besar masing-masing di Jakarta. Surat untuk kedutaan AS ditujukan
kepada Mentri Luar Negeri AS, Dean Acheson. Selain itu, gerakan NII juga
mendapat simpati dari tentara Belanda dan Jepang yang telah masuk Islam.
Menurut Kartosoewirjo, selain Van Kleef yang dibawa oleh Zainal Abidin ke
Gunung Guntur dan masuk ke dalam Tentara Islam Indonesia (TII), tidak ada lagi
orang Belanda yang lain dalam gerakan DI. Van Kleef yang berpihak dengan NII
sejak tahun 1950 adalah mantan tentara Westerling. Pada tanggal 10 Mei 1952, Van
Kleef mengirimkan surat kepada Westerling yang memberitahukan hubungan
diplomatik NII dengan AS. Pemerintah AS telah mengirim seorang utusan ke
Indonesia untuk membicarakan kemungkinan bantuan pemerintah AS kepada NII.20
Akan tetapi, utusan itu berhasil ditangkap pemerintah Republik Indonesia (RI). Hal
tersebut juga menjadi latar belakang peristiwa Mutual Security Act (MSA), yang
kemudian setelah peristiwa ini terungkap, mengakibatkan kejatuhan pemerintah
Sukiman.
Pada awal gerakan DI, setelah Jepang menyerah kalah, terdapat sejumlah
serdadu Jepang yang masuk Islam, turut berjuang dan menggabungkan diri dengan
19 Ibid, hal. 151. 20 Ibid, hal. 151.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
21
Lasykar Islam, seperti Hizbullah. Sebuah laporan rahasia militer TNI dari bulan
Desember 1949 menyebutkan di daerah Gunung Cupu saja terdapat 67 orang tentara
Jepang di bawah pimpinan Oni.21 Pada tahun 1956, tidak ada hari berlalu tanpa
adanya penyerangan dari gerakan DI terhadap desa-desa atau jalan lalu lintas.22 Di
daerah Tasikmalaya, pada bulan September, hanya dalam 17 hari telah dibakar 254
rumah, 2 masjid, dan sebuah sekolah. Di akhir tahun 1956, teror semakin meningkat.
Pada bulan November, sebuah pasukan kesatuan TII yang terdiri dari 320 tentara
menyerang Tarayu dan membakar lebih dari 1000 rumah. Di Priangan Timur dalam
waktu seminggu dibunuh 20 penduduk sipil, 3 diculik, dan 373 rumah dibakar yang
mengakibatkan kerugian sekitar Rp 2.000.000.
Setelah beraksi, kesatuan-kesatuan TII yang tiba di pangkalan mereka,
menyusun sebuah laporan terperinci tentang operasi tersebut yang disertai sebuah
daftar dari semua barang yang dirampok dan juga yang terkecil sekalipun
diregristasikan dengan tepat dan diperkirakan nilai barang-barang, serta ditetapkan
jumlah keseluruhan barang-barang dan uang tunai yang dirampok. Dari laporan-
laporan ini, diketahui sebagian besar senjata yang dimiliki gerakan DI adalah hasil
rampasan dalam pertempuran, rata-rata dalam satu bulan jatuh 15 senjata ke tangan
sebuah kesatuan TII.
Senjata-senjata berikutnya diperoleh melalui orang-orang perantara di kota-
kota besar atau dibeli dari OPR dan OKD. Dari daftar anggota TII yang luka-luka
21 Ibid, hal. 151. 22 Ibid, hal. 152.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
22
dan tewas terlihat bahwa TII merekrut prajuritnya dari kalangan-kalangan penduduk
desa biasa dan mereka rata-rata berusia 25 tahun.23 Sebuah surat Adah Djaelani
Tirtapradja kepada seorang Komandan TII lainnya, memberitahukan bahwa gerakan
DI pada pertengahan tahun 50-an tidak menemui kesulitan dalam pengadaan senjata.
Masalah lain yang lebih besar adalah mendapatkan sukarelawan untuk administrasi
NII dan untuk militer. Sejak tahun 1957, diadakan pengawasan kader TII, agar
mereka tidak melalaikan kewajiban mereka dan untuk setiap pelanggaran akan
dikenakan hukuman yang berat.24
Penumpasan dan pengisolasian gerakan DI dimulai pada pertengahan tahun
1960 di Kabupaten Lebak (DO-C 19) yang termasuk Korem Banten, untuk menutup
kemungkinan adanya anggota gerakan DI yang dapat menyebrang ke Sumatera.
Operasi militer yang awalnya diberi nama “Perang Bedok” kemudian terkenal
sebagai sistem “Pagar Betis”.25 Pada tahun 1959, kemampuan logistik Angkatan
Bersenjata mencapai titik paling rendah disbanding dengan tahun-tahun sebelumnya
karena pemberontakan PRRI/Permesta melumpuhkan instalasi logistiknya dan baru
membaik pada tahun 1960.26 Namun, jumlah pasukan Divisi Siliwangi tidak memadai
untuk melaksanakan operasi-operasi militer seperti yang direncanakan. Maka untuk
operasi-operasi militer di daerah Banten didatangkan pasukan Divisi Brawijaya dari
23 Ibid, hal. 154. 24 Ibid, hal. 155. 25 Ibid, hal. 187. 26 Ibid, hal. 188.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
23
Jawa Timur dan untuk operasi militer di Priangan ditarik pasukan Divisi Diponegoro
dari Jawa Tengah.
Adanya perintah untuk segera memulihkan keamanan wilayah Jawa Barat
sudah harus tercapai di akhir tahun 1962, maka direncanakan tiga operasi militer,
yaitu Operasi Tjepat I-XII dari tanggal 1 Januari 1961-31 Januari 1962, Operasi Brata
Yudha I-IV dari bulan Maret-Juni 1962, dan Operasi Pamungkas dari bulan Agustus
1962-Januari 1963 yang merupakan operasi militer terakhir.27 Pada tanggal 2 Januari
1962, Panglima Siliwangi, Ibrahim Adjie mengeluarkan perintah harian kepada
pasukannya untuk menjadi teladan bagi rakyat dan bersama-sama dengan rakyat
dalam semangat gotong royong menumpas pemberontakan DI.28 Pengepungan
terhadap pemberontak dapat berhasil dengan adanya partisipasi rakyat dalam sistem
Pagar Betis.
Di akhir bulan Mei, Adah Djaelani Tirtapradja, seorang Komandan Wilayah
DI, menyerahkan diri kepada Pos Pagar Betis di Gunung Cibitung. Dengan
menyerahnya Adah Djaelani, tokoh-tokoh gerakan DI yang masih tinggal di hutan
hanya Kartosoewirjo dan Agus Abdullah, Panglima APNII untuk Jawa dan Madura.
Di awal bulan Juni, Kompi C Batalyon Kujang II Siliwangi di bawah pimpinan Letda
Suhanda mengejar pasukan DI yang sedang berjalan pulang ke markas mereka, tetapi
tidak berhasil menangkapnya. Baru pada tanggal 4 Juni, anggota pengintai dari
Pasukan Suhanda berhasil menemukan persembunyian DI yang terdapat di sebuah
27 Ibid, hal. 188-189. 28 Ibid, hal. 190.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
24
lembah antara Gunung Sangkar dan Gunung Geber. Dengan demikian, Kartosoewirjo
beserta anak buahnya berhasil ditangkap oleh TNI.29
Kemudian, Kartosoewrijo bersama putranya Darda dan Atjeng Kurnia dibawa
dari tempat persembunyiannya ke desa terdekat dan dipindahkan ke Majalengka. Dari
Majalengka, Kartosoewirjo dengan mobil ambulans dibawa ke markas Divisi
Siliwangi, Garut untuk seterusnya diserahkan kepada pihak keamanan. Akhirnya,
pertarungan Kartosoewirjo untuk mendirikan sebuah negara Islam yang berlangsung
sekitar 13 tahun berakhir. Tepat pada hari ulang tahun Proklamasi NII yang ke-13,
yaitu pada tanggal 7 Agustus, Kartosoewirjo dibawa dari Bandung ke Jakarta.30
Selama ini, Kartosoewirjo selalu memindahkan markasnya di tiga lokasi pegunungan,
yaitu: Cakrabuana, Guntur, dan Galunggung. Kartosoewirjo tertangkap ketika
kembali di daerah tempat dia memulai perlawanannya pada tahun 1948.
Gerakan DI di Jawa Barat ditumpas pada tahun 1962, di Kalimantan Selatan
tahun 1963, dan di Sulawesi sekitar tahun 1965. Gerakan DI di Jawa Tengah berakhir
pada tahun 1955, sementara di Aceh yang baru memulai tahun 1953 masih sulit
dibendung. Baru pada tahun 1957 tercapai kompromi dan pemberontak-pemberontak
itu akhirnya menyerah pada tahun 1962.31
Sisa-sisa anggota DI masih ada. Mereka menyebut dirinya Jamaah DI, sebagai
wadah bekas anggota DI-TII yang telah dilibas dan diberi amnesti oleh pemerintah RI
29 Ibid, hal. 192. 30 Ibid, hal. 194. 31 Widjiono Wasis, Geger Talangsari: Serpihan Gerakan DI, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, hal. 176.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
25
tahun 1962.32 Jalur dakwah tetap sebagai jalur lintasnya. Melalui dakwah itulah
aspirasi tegaknya Negara Islam Indonesia bisa dikumandangkan. Gerakan dakwah
yang telah mereka lakukan sembunyi-sembunyi itu tampak berjalan efektif.
Pengkaderan anggota baru terus tergalang. Uniknya, sering terjadi para senior yang
membaiat sebetulnya tidak ada sangkut paut dengan tokoh-tokoh DI di masa lalu.
Runtuhnya DI juga dipercepat oleh berbagai hal, antara lain turunnya
kebijakan M. Natsir yang menginstruksikan militer untuk segera menumpas berbagai
pemberontakan, "berkhianatnya" sejumlah tokoh-tokoh DI ke pangkuan RI seperti
Hasan Saleh (Aceh) dan Bahar Mattaliu (Sulawesi Selatan), dan kurangnya senjata
yang dimiliki juga melemahkan semangat dalam berjuang.33 Bahkan, oleh umat Islam
sendiri DI dianggap sebagai pengacau keamanan dan mengancam disintegrasi bangsa.
DI sendiri pernah melakukan kekerasan seperti yang pernah dilakukan oleh
Kartosoewirjo.
Setelah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Proklamator Negara Islam
Indonesia tiada, imam NII dipegang oleh Kahar Muzakar sampai tahun 1965.34 Akan
tetapi, setelah para tokoh utama meninggal dunia dan pimpinan beralih ke angkatan
berikutnya, terjadi perselisihan pendapat dan paham tentang siapakah yang berhak
dan pantas melanjutkan tugas sebagai pemimpin NII, DI-TII. Perpecahan dalam
tubuh NII pasca Kartosoewirjo membuat NII sangat rentan terhadap bahaya infiltrasi
32 Ibid, hal. 173. 33 Tokoh Masyumi yang semula banyak berbicara masalah perlunya sebuah Negara Islam bagi umat
Islam tidak mendukung gerakan DI. Ibid, hal. 177. 34 Ibid, hal. 178.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
26
dari pihak luar. Hal ini yang dimanfaatkan oleh Orde Baru untuk menghancurkan
gerakan NII atau menyebarkan pandangan negatif terhadap NII sebagai sesuatu yang
harus dijauhi oleh masyarakat dan digunakan oleh orang-orang yang Islamophobia
untuk mendeskriditkan citra Islam di mata masyarakat.
Pada tahun 1968, rezim Orde Baru di bawah pimpinan melalui operasi khusus
intelijen yang dipimpin oleh Jendral Ali Moertopo mulai melancarkan strategi baru
dalam menghadapi sisa-sisa anggota NII yang masih ada.35 Melalui Pangdam
Siliwangi, Ibrahim Adjie, pemerintah memberikan santunan dan dana rutin setiap
bulan serta modal kerja kepada beberapa tokoh NII. Pada tahun 1971, melalui Danu
Mohammad Hassan, mantan Panglima Divisi TII-NII yang telah direkrut Ali
Moertopo sebagai staf intelijen sipil, diadakan pertemuan para tokoh NII selama tiga
hari di Bandung.
Hasil pertemuan tersebut kekuatan NII disusun kembali dan mengangkat
Tengku Daud Beureuh pada tahun 1973 sebagai Imam NII. Kemudian, sekitar tahun
1978 dalam Musyawarah Mahoni yang berlangsung di Tanggerang, Adah Djaelani
Tirtapradja diangkat sebagai Imam NII.36 Namun, keputusan ini menimbulkan
perselisihan dalam tubuh NII karena Abdul Fatah Wirananggapati yang mengaku
mendapat mandat dari Kartosoewirjo sebagai imam tertinggi menyatakan Adah
Djaelani sebagai imam yang tidak sah.
35 Zakiya Darajat, "Negara Islam Indonesia Orde Baru Tinjauan Historis Terhadap Gerakan Darul
Islam Masa Orde Baru," Tesis UIN Syarif Hidayatullah, 2004, hal. 233. 36 Ibid, hal. 234.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
27
Sekitar tahun 1978-1979, NII pecah menjadi dua kubu. Pertama, kubu Jamaah
Fillah, diketuai oleh Djadja Sujadi.37 Kedua, kubu Jamaah Sabilillah, diketuai oleh
Adah Djaelani Tirtapradja. Kedua tokoh ini merupakan petinggi militer TII, sebagai
Anggota Komandemen Tertinggi (AKT) yang diangkat langsung oleh Kartosoewirjo.
Kemudian, Djadja Sujadi dibunuh oleh Adah Djaelani karena tidak boleh ada dua
imam dalam NII. Adah Djaelani dimasukkan penjara pada tahun 1980 dan
perpecahan di dalam Jamaah Sabilillah tidak dapat dicegah.38 NII terburai menjadi
beberapa kelompok dengan ketuanya masing-masing.
Di antara pecahannya itu, ada satu kelompok yang dipimpin oleh Abdullah
Sungkar dan mempunyai pengaruh luas. Basis kekuasaannya meliputi Jawa Tengah,
terutama Solo dan Yogyakarta. Kelompok ini menjadikan Pondok Pesantren Ngruki
sebagai basis pengkaderan jamaahnya, kemudian disebar ke berbagai wilayah yang
dianggap telah mampu. Selain itu, Abdullah Sungkar juga memimpin kelompok
pengajian Risalah Tauhid. Pesertanya terdiri dari para pemuda. Para mantan pengikut
kelompok pengajian Risalah Tauhid menyebut diri mereka sebagai anggota gerakan
usroh Abdullah Sungkar, karena mereka disatukan dalam kelompok-kelompok
pengajain usroh yang terdiri dari 10 orang sesuai dengan pola usroh gerakan
Ikhwanul Muslimin dari Mesir.39
37 Widjiono Wasis, op. cit, hal. 178. 38 Ibid, hal. 179. 39 Abdul Syukur, "Gerakan Usroh: Kasus Peristiwa Lampung 1989," Tesis Universitas Indonesia,
2001, hal 50.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
28
Kelompok Atjeng Kurnia, wilayahnya meliputi Bogor, Serang, Purwakarta,
dan Subang. Sementara, Ajengan Masduki membangun jamaah di Jakarta dan
Lampung. Pembinaan terhadap jamaahnya bukan hanya akidah, syariah, dan siyasah
(politik), melainkan juga dalam bidang militer. Sebagai instruktur diambil dari
mereka yang sudah pernah terjun di dalam perang mujahidin Afghanistan.
Masih ada seorang tokoh tua yang bernama Abdul Fatah Wirananggapati.
Tokoh ini, juga punya pengikut yang cukup banyak dan tersebar di berbagai daerah.
Wirananggapati bukan hanya seorang tokoh tua, dialah pembuka simpul tersebarnya
DI hingga ke tanah rencong, Aceh, pada masa Kartosoewirjo masih ada. Di antara
serpihan-serpihan DI itu, ada seorang tokoh bernama Gaos Taufik yang membangun
pengaruhnya di Sumatera. Pengikut Gaos dipersiapkan menjadi jundullah (tentara
Allah) di daerah pedalaman Sumatera, jika suatu waktu terjadi revolusi di Indonesia.
Kelompok ini disebut-sebut mempunyai hubungan mempunyai hubungan yang erat
dengan mujahidin Moro di Filipina dan mujahidin Pattani di Thailand.
Tahun 1990-an, terjadi lagi perselisihan paham dalam tubuh DI ketika itu,
Adah Djaelani melimpahkan kekuasaannya kepada Abu Toto atau Toto Salam.40
Menurut beberapa sumber, Abu Toto tidak pernah terdaftar sebagai anggota DI, tetapi
selalu memakai nama NII. Dengan segala kemampuannya, ia melanjutkan pewarisan
kepemimpinan DI yang membawahi jamaah sekitar 50.000 orang. Di bawah
pengaruhnya, Abu Toto mendirikan Az-Zaytun, sebuah mega proyek Pondok
Pesantren, di Desa Mekar Jaya, Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat. 40 Widjiono Wasis, op. cit, hal. 180.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
29
Sejak itu, perjuangan DI menjadi terpuruk. Kesatuan perjuangannya tidak lagi
mengental, tetapi buyar bersama ambisi pribadi-pribadi. DI masa kini ialah DI produk
sempalan-sempalan NII yang senantiasa mengklaim dirinya sebagai pewaris tunggal
penerus Kartosoewirjo. Saat ini, NII (Negara Islam Indonesia) atau NKA (Negara
Karunia Allah) adalah salah satu gerakan yang sedang berkembang di Indonesia.
Sepak terjang NII KW-9 (Negara Islam Indonesia, Komandan Wilayah 9) di bawah
kepemimpinan Abu Toto Asy Syaikh AS Panji Gumilang (gelar kebesarannya saat
ini) dari tahun 1992 sampai dengan sekarang telah menimbulkan banyak kerugian.41
2.2 Abu Toto atau Abdus Salam (AS) Panji Gumilang
Abu Toto atau AS Panji Gumilang atau Abu Ma’ariq atau Toto Salam adalah
Imam NII KW-9 saat ini. Beberapa sumber meyakini, bahwa Ma’had Az-Zaytun
adalah mega proyek NII KW-9 sebagai salah satu alat untuk menyebarkan pahamnya.
setelah menamatkan pendidikan di Sekolah Rakyat pada tahun 1961, Abu Toto
meneruskan pendidikannya di Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur dan
melanjutkan ke Fakultas Adab IAIN Syarif HIdayatullah, Jakarta. Memiliki nama asli
Abdul Salam bin Imam Rasyidi, dilahirkan di Desa Dukun, Sembung Anyar, Gresik,
tanggal 27 Juli 1946.42 Gelar Abu Toto sendiri menurut para mantan di KW-9 adalah
41 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002, hal.
38. 42 Umar Abduh, Membongkar Gerakan Sesat NII di Balik Pesantren Mewah Al Zaytun cetakan III,
Jakarta: LPPI, 2001, hal. 15.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
30
mengambil bagian belakang nama tokoh Masyumi, Prawoto Mangkusasmito yang
pada saat dibaiat sebagai nama samaran Abdul Salam atas permintaan sendiri.
Sejak Abu Toto menjadi Syekh Ma’had Az-Zaytun di Haurgeulis, Indramayu,
masyarakat Sembung Anyar memanggilnya Syekh. Nama H. Imam Rosyidi orang tua
Abu Toto diabadikan menjadi nama sebuah jalan desa yang membentang di depan
rumah mendiang ayah Abu Toto. Menurut Abdul Wahid Rasyidi, Kepala Desa
Sembung Anyar yang juga adik kandung Abu Toto, seluruh biaya pembangunan jalan
berasal dari Abu Toto.43
2.2.1 Pengalaman Organisasi dan Sepak Terjang Abu Toto
1. Menjadi anggota Perguruan Mathala’ul Anwar dan menjadi guru ‘Aliyah sejak
tahun 1969/1970 di Menes dan menjadi anggota HMI sejak kuliah di IAIN
Ciputat.
2. Tahun 1978 dibaiat menjadi anggota NII KW-9 sebagai mas’ul Imarah
(pendidikan) dan berganti nama menjadi Prawoto.
3. Tahun 1978 ditahan Laksusda Bandung selama 8 bulan karena kasus GPI (SU
MPR) dan keluar pada tahun yang sama.
4. Tahun 1979 meminta surat tugas dakwah sebagai Mubaligh Rabithah ‘Alam
Islami ke Malaysia atas rekomendasi Pak Natsir. Pada tahun ini juga, ia non
aktif dari Perguruan Mathla’ul Anwar.
43 Abu Ahmad Khalid Isma’il, Konspirasi Neo Orba: Mega, Hendro, dan NII al Zaytun, Jakarta:
LPDI-SIKAT dan CeDSoS, 2004, hal. 19.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
31
5. Tahun 1981-1987 menjadi buron sekaligus Dai/Mubaligh di Sabah, Malaysia
dengan membawa lari dana kas NII sebesar Rp 2.000.000.000,-. Waktu
penggebrekan di rumahnya, Menes, Pandeglang telah ditemukan dokumen
Marxisme cetakan Libya serta buku Das Capital. Sejak saat itu, Abu Toto
dianggap terlibat dalam gerakan PKI oleh aparat setempat.
6. Tahun 1987 atas komitmen Himawan Sutanto, yang saat itu menjabat Atase
Militer RI di Malaysia, Abu Toto kembali dari Sabah, Malaysia langsung
bergabung dengan NII KW-9 pimpinan H. Abdul Karim di daerah Menes,
Pandeglang dengan nama panggilan Syamsul Alam atau Abu Toto atau Toto
Salam.
7. Tahun 1989, Abu Toto secara struktur langsung berada di bawah H. Abdul
Karim, yakni Komandan KW-9.
8. Tahun 1990, Abu Toto diangkat sebagai orang ke-3 d alam struktur KW-9 yang
mengurusi urusan penggalian dana umat.
9. Tahun 1993, mengangkat diri sebagai Mudabir bin Yabah (pejabat sementara)
Komandan tertinggi KW-9. Nama panggilan diganti Abu Toto atau Abu
Ma’arif (Abu Ma’ariq) dan mulai membuat aturan serta paham baru terhadap
fiqih maupun tafsir dan syari’at melalui qoror-qoror. Pada tahun ini, Abu Toto
juga memberlakukan program pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) NII
dan dikenakan biaya sebesar Rp 500.000,- untuk setiap warga. Namun, sampai
saat ini tidak ada realisasinya, sedangkan uang yang telah disetor tidak ada
kabar beritanya.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
32
10. Tahun 1994 untuk kedua kalinya, rumah Abu Toto digeledah aparat Kodim,
tetapi ia lolos dari penangkapan. Sejak saat itu, rumahnya di Menes
ditinggalkan dalam keadaan rusak, dan tetap dijaga oleh salah seorang
keponakannya.
11. Tahun 1996, Abu Toto diangkat oleh Adah Djaelani menggantikan dirinya
sebagai Imamah dalam struktur NII, meskipun pada dasarnya tidak memiliki
latar belakang garis atau sejarah dalam struktur NII.
12. Tahun 1997 mencanangkan Ma’had Az-Zaytun dan berganti gelar menjadi
Abdul Salam (AS) Panji Gumilang, nama Abu Toto tidak digunakan lagi.
13. Tahun 1999 gelarnya berubah menjadi Syekh Al-Ma’had Az-Zaytun.
14. Tahun 2002 dipilih menjadi Ketua Perhimpunan Alumnus UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
15. November 2003 ikut serta dalam deklarasi pendirian Partai Karya Peduli
Bangsa pimpinan H. R. Hartono dan Siti Hardianti Rukmana.
16. Maret 2004, AS Panji Gumilang selaku Syekh Al-Ma’had Az-Zaytun dan
sebagai pimpinan tertinggi gerakan NII menetapkan, seluruh anggota dan
keluarga dari warga NII dan segenap komunitas Ma’had Az-Zaytun wajib
mendukung dan memberikan suara kepada PKPB dalam pemilu legislatif
2004.44
44 Ibid, hal. 17-19.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
33
2.2.2 Asal Usul Struktur, Ajaran, dan Eksistensi Gerakan NII Faksi Abu
Toto
1. Kelompok Lembaga Kerasulan45 (LK) lahir pada tahun 1985 dibidani oleh
petinggi sempalan NII KW-9, yaitu H. A. Karim Hasan, H. M. Rais
Muhammad, dan Nurdin Yahya atau Tsabit (pembaharu paham aliran Isa
Bugis46 yang telah dinyatakan sesat oleh Kejagung RI) yang menyatakan lepas
dari struktur kepemimpinan Adah Djaelani.
2. Tahun 1987 kelompok LK kembali memakai nama, struktur, dan eksistensi
gerakan NII Komandemen Wilayah IX (KW-9). Namun, tetap dengan paham
aliran Isa Bugis setelah Abu Toto bergabung kembali dengan gerakan tersebut,
dan mendapat restu Adah Djaelani yang sedang berada di LP Cipinang.
3. Tahun 1990, H. Abdul Karim mencanangkan eksistensi KW-9 sebagai pusat
gerakan dan Ummul Quro (Ibukota dan pusat gerakan) NII. Kemudian,
mensosialisasikan gerakan maupun struktur KW-9 kepada seluruh warga atau
anggota NII yang ada di wilayah lain, sehingga mereka berhasil mendapatkan
45 Gerakan Lembaga Kerasulan (LK) banyak berkembang di Indonesia, terutama kota-kota besar.
Anggota LK mempunyai disiplin yang sangat tinggi. Ketaatan mereka pada imam luar biasa. Apa saja perintah imam wajib dipatuhi. Mereka memiliki pemahaman bahwa Rasul itu diutus sampai hari kiamat. Oleh sebab itu, harus ada lembaga yang mengatur urusan persoalan, seperti seorang Menteri harus ada Departemennya. Jika Menterinya meninggal atau diganti, maka Departemennya akan tetap ada dan jalan. Begitu pula dengan seorang Rasul, jika Rasul yang lama meninggal, maka akan ada Rasul yang baru dan Rasul baru adalah imam mereka. Gerakan ini ingin mendirikan NII versi mereka. Tokohnya adalah Aceng Syaifudin. Hartono Ahmad Jaiz, Op. Cit, hal. 37.
46 Isa Bugis lahir tahun 1926, di Kota Bhakti, Aceh Pidie. Isa Bugis berusaha untuk mengilmiahkan agama dan kekuasaan Tuhan dan akan menolak semua hal-hal yang tidak bisa diilmiahkan atau tidak bisa diterima oleh akal. Oleh karena itu, ajaran Isa Bugis banyak diikuti oleh para intelek yang cenderung lebih menggunakan akal dan pikiran. Banyak sarjana yang tertarik dengan ajaran Isa Bugis sebelum tahun 1990-an. Hampir semua dosen Agama Islam IKIP Negeri Rawamangun (sekarang UNJ – Universitas Negeri Jakarta) terdiri dari pengikut Isa Bugis. Ibid, hal. 34.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
34
sebagian Wilayah I (Priangan Timur), Wilayah IV (Priangan Barat), Wilayah II
(Jawa Tengah), dan Wilayah III (Jawa Timur) sebagian terpengaruh dan
akhirnya menerima keberadaan NII KW-9. Akan tetapi, kelompok NII di bawah
pimpinan Ajengan Masduki dan Abdullah Sungkar menolak.
4. Tahun 1992 NII KW-9 beralih kepemimpinan dari H. Abdul Karim dan H. M.
Rais Ahmad (1984-1992) kepada Abu Toto. Abu Toto secara langsung
mencanangkan program rekruitmen anggota dan pengerahan dana umat secara
besar-besaran untuk pembangunan basis NII atau Madinah II.47
5. Tahun 1994 menetapkan pembangunan Ma’had Az-Zaytun sebagai basis
keberadaan NII atau Madinah II di Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat dan
mulai membangun jaringan lobby dengan ICMI, BPPT, dan lembaga resmi
pemerintah, seperti Departemen Agama, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, serta unsur setingkat Muspida hingga setingkat Gubernur dan
seterusnya. Selanjutnya, mereka melakukan program pembebasan tanah di
wilayah tersebut dan mengiringnya dengan melancarkan pelaksanaan program
ekonomi NII dengan membuat perusahaan industri beras dan penggilingan padi
di sekitar Purwakarta, Subang, Indramayu, dan Cirebon.
6. Oktober 1996 NII KW-9 di bawah pimpinan Abu Toto mendapatkan
pengesahan formal melalui proses baiat dan pelimpahan kekuasaan
kepemimpinan NII dari Adah Djaelani selaku Imam dan Panglima Tertinggi
NII saat itu. 47 Ibid, hal. 38.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
35
7. Tahun 1997 mencanangkan mega proyek Az-Zaytun sebagai mercusuar yang
diharapkan mampu memancarkan cahaya NII demi memperoleh simpati dan
membangun citra. Melalui Az-Zaytun, mereka bermaksud membangun emosi
dan keterlibatan aktif masyarakat agar menjadi simpatisan NII, dan kelak
diharapkan dapat membantu terciptanya jaringan gerakan NII yang kuat di
seluruh strata masyarakat Indonesia dan dunia sebagai simpatisan atau anggota
NII.
8. Tahun 1999, Abu Toto mencanangkan sebagai awal pembelajaran santri
angkatan pertama Ma’had Az-Zaytun dan pembukaan Ma’had Az-Zaytun
diresmikan oleh Presiden B. J. Habibi dan mendeklarasikan diri sebagai Syaikh
Ma’had terbesar se-Asia Tenggara serta merubah identitas dirinya menjadi AS
Panji Gumilang setelah sebelumnya memiliki banyak nama, antara lain Abu
Ma’ariq, Abu Toto. Toto Salam, dan Prawoto.
9. 16 Maret 2000, Abu Toto mencanangkan pembangunan masjid Rahmatan lil
Alamin, masjid termegah di Asia Tenggara dengan luas bangunan 99 x 99 m²,
setinggi 6 lantai dan mampu menampung jamaah sebanyak 100.000 jamaah dan
akan diselesaikan dalam 1000 hari dengan biaya sebesar Rp 100.000.000,-.
10. Tahun 2001 terjadi pemisahan diri dari kader inti struktur NII faksi Abu Toto
sekitar 20 % di bawah pimpinan Insan Hadid (menantu Adah Djaelani) yang
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
36
sempat menjabat sebagai Mensesneg NII, selanjutnya bergabung dengan faksi
Tahmid Rahmat Basuki.48
2.3 Negara Islam Indonesia (NII) KW-9 Faksi Abu Toto
Kerugian umat Islam secara moril adalah telah tercemarinya pemikiran dan
pemahaman mereka tentang Islam, sehingga mereka sama sekali tidak menyadari
telah terjerumus pada suatu keyakinan yang menjungkir-balikkan prinsip-prinsip
keimanan (akidah) yang untuk selanjutnya berdampak pada pelecehan terhadap
syari’at serta bermuara pada kemerosotan ahlak (tingkah laku). Para pemimpin NII
KW-9 dari tahun 1984 sampai dengan 2001 telah menyusun sistematika tauhid secara
serampangan dengan membaginya ke dalam tiga substansi tauhid, yaitu: Tauhid
Rububiyah, Tauhid Mulkiyyah, dan Tauhid Uluhiyyah.49
Mereka mengumpamakan Tauhid Rububiyah dengan akar kayu, Tauhid
Mulkiyyah dengan batang kayu, dan Tauhid Uluhiyyah dengan buahnya. Selain itu,
mereka juga menafsirkan Tauhid Rububiyah dengan undang-undang, Tauhid
Mulkiyyah adalah negara, dan Tauhid Uluhiyyah adalah umatnya. Mereka juga
meyakini bahwa kerasulan dan kenabian itu tidak akan berakhir selama masih ada
orang yang menyampaikan dakwah Islam kepada manusia. Mereka berfikir bahwa
setiap orang yang menyampaikan dakwah Islam hakekatnya adalah rasul Allah.
48 Ibid, hal. 19-22. 49 Ibid, hal. 39.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
37
Mereka juga menciptakan ajaran dan keyakinan tentang adanya otoritas
nubuwwah pada diri dan kelompok mereka dalam menerima, memahami, dan
menjelaskan serta melaksanakan Al-Quran dan Hadis hingga tegaknya syari’ah dan
kekhalifahan di muka bumi ini. Mereka menetapkan doktrin tentang Al-Quran dan
As-Sunnah secara serampangan serta sangat menyesatkan, antara lain:
1. Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan kepada Muhammad untuk menata
dunia secara baik dan benar menurut yang dikehendaki dan ditetapkan Allah.
Namun, dalam praktiknya bagaimana mereka menyikapi, memperlakukan
ataupun memahami Al-Quran, maka itu terserah mereka, yakni bebas
melakukan ta’wil maupun tafsir baik terhadap ayat yang mukhamat maupun
yang mutasyabihat.
2. As-Sunnah adalah perilaku Nabi Muhammad dalam melaksanakan Al-Quran
yang ternyata mengikuti milah (ajaran) dan tata cara pengabdian Nabi Ibrahim.
Selain itu, Nabi Muhammad juga diyakini sebagai kader Nabi Isa yang dididik
dan dibina oleh kaum Hawariy, yang merupakan pengikut setia Nabi Isa.50
Dalam praktik kehidupan sehari-hari mereka menggunakan buku pedoman
NII karya Abdul Karim Hasan yang berjudul Mabadiuts Tsalatsah.51 Mereka juga
menggunakan nama-nama Nabi untuk hirarki kepangkatan (jabatan struktural dan
fungsional), sehingga menimbulkan kesan bahwa Nabi yang satu dapat diperintah
oleh Nabi lainnya yang berada pada struktur lebih tinggi.
50 Ibid, hal 39-40. 51 Ibid, hal. 40.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
38
NII yang mengadaptasi teori teokrasi dalam penerapan konsep negaranya
beranggapan bahwa RI adalah negara jahiliyah (kafir) karena tidak menerapkan
hukum agama dalam kehidupan sehari-hari. Menurut paham NII, karena umat Islam
Indonesia berhukum RI, yang segala macam ada, maka diibaratkan sebuah tempat
sampah. Diibaratkan sebuah apel yang bagus, dimasukkan ke dalam tempat sampah
yang bercampur segala macam. Lalu supaya apel di tempat sampah itu masih tetap
baik, maka dipindahkan ke meja dan diberikan tempat. Begitu pula kita harus hijrah
ke NII agar tidak di tempat sampah, sehingga ibadah kita tidak sia-sia. Hal ini
terkenal dengan sebutan doktrin apel. NII tidak mengenal konsep sekularisme karena
mereka tidak memisahkan urusan negara dan urusan agama.
NII juga terkenal dengan periodisasi dalam gerakan mereka. Periode yang
pertama adalah periode perang yang terjadi pada masa Kartosoewirjo berperang
melawan pemerintah Republik Indonesia sampai matinya Kartosoewirjo oleh regu
tembak Tentara Nasional Indonesia. Saat ini, mereka mengenal periode Mekah yang
berarti Negara Republik Indonesia, tidak memakai hukum Islam, mereka tidak
diwajibkan untuk melaksanakan perintah Allah seperti sholat dan puasa di Bulan
Ramadhan karena negara ini masih merupakan negara kafir, sehingga tidak
diwajibkan melaksanakan perintah Allah. Hal tersebut didasarkan pada Al-Quran,
Surat Muhammad ayat 8-9:52
52 Ibid, hal. 47.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
39
ذلك بانهم آرهوا ماانزل اهللا . ﴾٨﴿والذين آفروا فتعسالهم واضل اعمالهم
﴾٨ - ٩: مدمح﴿. ﴾٩﴿فاحبط اعمالهم “ Dan orang-orang yang kafir, maka celakalah mereka, dan Allah menghapus segala amalnya (8). Yang demikian itu karena mereka membenci apa (Al-Quran) yang diturunkan Allah, maka Allah menghapus segala amal mereka (9).”
Dalam ayat ini, mentor NII mengunakan potongan ayat maka Allah
menghapus segala amal mereka sebagai landasan bahwa semua amal dan ibadah
tidak akan diterima sebelum hijrah ke NII. Kemudian, periode yang terakhir adalah
periode Madinah. Mereka menganggap Madinah sama dengan Negara Islam
Indonesia, memakai hukum Islam, warganya umat Islam, maka sholat, zakat, dan
puasa diterima dan suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan. Mereka
mendasarkan pada paham Al-Quran, Surat Muhammad ayat 2:
والذين امنوا وعملواالصالحات وامنوا بمانزل على محمد وهوالحق من
﴾٢ :دمحم﴿. ح بالهمآفرعنهم سيئاتهم واصل ربهم”Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebajikan serta beriman kepada apa yang diturunkan Muhammad, dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka; Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka.”
NII memotong ayat ini dan hanya mengambil bagian Allah menghapus
kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka untuk dijadikan
landasan sebagai pembenaran hijrah mereka. Oleh karena itu, mereka menyebut Az-
Zaytun sebagai Madinah. Selain itu, gerakan ini juga tidak segan-segan untuk
mengkafirkan orang lain yang tidak masuk jamaahnya. Bahkan yang lebih parah lagi,
orang-orang yang termasuk ke dalam jamaah NII diwajibkan membayar infaq setiap
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
40
bulannya yang besarnya sudah ditentukan oleh Murabbinya. Bagi anggota yang
sudah bekerja, maka sebagian gajinya harus diberikan untuk NII demi terciptanya
Negara Islam Indonesia di kemudian hari.
NII juga melakukan tipu daya kepada pengikutnya dengan memberikan
iming-iming pangkat maupun jabatan serta futuh (kemenangan) terhadap pemerintah
RI, dan meyakinkan melalui doktrin bahwa secara diam-diam sekitar 50 % dari
kekuatan TNI-POLRI telah berpihak kepada NII, sehingga NII pasti menang, yang
dalam istilah mereka merujuk kepada sebuah ayat yang berbunyi:53
﴾١٣ :الصف ﴿ .وبشرالمؤمنين نصرمنااهللا وفتح قريب واخرى تحبونها “ Dan (ada) lagi karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin.” NII mengambil potongan pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat
(waktunya) sebagai dasar kemenangan mereka atas Republik Indonesia (RI). Gerakan
NII KW-9 juga melakukan penyimpangan dalam syariah dengan mengubah syariat
zakat fitri dan syariat qurban. Zakat fitra sesuai syariatnya dibayar sebesar 3,5 liter
beras setiap tahun di akhir bulan Ramadhan. Akan tetapi, mereka menetapkan setiap
orang harus membayar zakat fitrah sekitar Rp 75.000,-. Sedangkan untuk berqurban,
mereka mempunyai pandangan bahwa menyembelih hewan hanya sekadar lambang
pengorbanan. Sehingga, akan lebih baik jika qurban dikeluarkan dalam bentuk uang
53 Ibid, hal. 40.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
41
dan uang yang terkumpul dapat digunakan untuk membangun sarana yang menunjang
pendidikan.
Berdasarkan perkiraan jumlah minimal yang konstan dan aktif sebagai
anggota NII KW-9 dari tahun 1993 sampai dengan 2000 sebanyak 60.000 orang.54
Hal tersebut diperkirakan dari banyak anggota yang keluar atau masuk. Dana umat
yang disedot oleh NII struktural adalah Rp 1.401.200.000.000,- yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk bangunan Az-Zaytun yang menelan angka sekitar Rp
4.000.000.000.000,-. Jadi kekurangan dari jumlah keseluruhan yang dibutuhkan Az-
Zaytun masih banyak.
Menurut penuturan salah seorang mantan pengikut Abu Toto yang sempat
dipercayakan memegang posisi Majelis Hai’aih (semacam Departemen Keuangan)
dana abadi yang berhasil dikumpulkan oleh NII KW-9 sampai akhir tahun 1996
sudah sebanyak Rp 40.000.000.000,-.55 Seluruh dana yang ada dalam KW-9
dimasukkan ke dalam rekening pada Bank CIC atas nama Abu Ma’ariq atau Abu
Toto atau AS Panji Gumilang dan keluarganya. Keberadaan Abdus Salam di Bank
CIC menempati deretan elit sebagai pejabat di bank tersebut dalam rangka mengelola
dana keluarga Soeharto. Selain itu, Abdus Salam juga memiliki saham di Bank CIC
sebesar 115 milyar rupiah.56
54 Ibid, hal. 43. 55 Ibid. 56 Abu Ahmad Khalid Ism’ail, Op. Cit, hal. 24.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
42
2.3.1 Hubungan Sejarah Para Tokoh NII Tahun 1976-2002
Keterkaitan secara sejarah antara gerakan NII di bawah Daud Beureuh tahun
1976 maupun di bawah Adah Djaelani tahun 1978-1993 dengan gerakan NII yang
terpecah belah menjadi NII KW-9 Faksi Abu Toto berlanjut dengan pengesahan
kepemimpinan Abu Toto sebagai imam – Presiden atau Komandan tertinggi NII oleh
Adah Djaelani, Ules Suja’i, Ahmad Husen Salikun, dan Idris Prawiranegara pada
tanggal 19 Oktober 1996 di Bandung.57 Alih generasi dan pelimpahan kekuasaan NII
yang diketahui banyak saksi merupakan bukti sejarah yang berlanjut sampai
sekarang. Berikut ini nama-nama tokoh NII tahun 1976-1993, Daud Beureuh-Adah
Djaelani:58
1. Adah Djaelani Tirtapradja – Bandung Jawa Barat
2. Aceng Kurnia – Bandung Jawa Barat (wafat tahun 1997)
3. Toha Mahfudzh – Cianjur Jawa Barat
4. Ateng Djaelani – Bandung Jawa Barat (wafat tahun 1978)
5. Ules Suja’i atau Abu Ridha – Cianjur Jawa Barat
6. Opa Mustapa – Bandung Jawa Barat (wafat tahun 1990)
7. Saiful Iman – Bandung Jawa Barat (wafat tahun 1991)
8. Tahmid Rahmat Basuki Kartosuwirjo – Garut Jawa Barat
9. Dodo Ahmad Darda Kartosuwirjo – Garut Jawa Barat
10. Danu Muhammad Hasan – Jakarta (wafat tahun 1986)
57 Ibid, hal. 27. 58 Ibid, hal. 29.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
43
11. Hidayat – Lampung
12. Syarif Hidayat – Lampung (wafat tahun 1987)
13. H. Ismail Pranoto – Brebes Jawa Tengah (wafat tahun 1994)
14. Ajengan Masduki – Cianjur Jawa Barat
15. Darul Alam atau Hadi – Garut Jawa Barat
16. Helmi Aminuddin bin Danu Muhammad Hasan – Jakarta
17. Gustam Effendy – Lampung
18. Seno atau Basyar –Jakarta (wafat tahun 1981)
19. Ahmad Husen Salikun atau Nurcahyo – Kudus Jawa Tengah
20. Idris Prawiranegara atau Darmin – Bojonegoro Jawa Timur
21. Mukhsar – Malang Jawa Timur (wafat tahun 1988)
22. Rasmin atau Anshari – Bojonegoro Jawa Timur (wafat tahun 1993)
23. Warman (wafat tahun 1981)
24. Bambang Sispoyo – Solo (wafat, eksekusi mati tahun 1990)
25. Farid Ghazali
26. Abdullah Umar (wafat, eksekusi mati tahun 1989)
27. H. Mohammad Faleh – Kudus Jawa Tengah (wafat tahun 1989)
28. H. Abdullah Sungkar – Solo Jawa Tengah (wafat tahun 2001)
29. Mursalin Dahlan – Bandung Jawa Barat
30. Abdul Qadir Baraja – Lampung
31. Abud atau Rasyid – Bogor Jawa Barat
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
44
Tokoh –tokoh dalam NII KW-9 tahun 1978-1981:59
1. Seno atau Basyar
2. H. Abdul Karim Hasan
3. H. M. Rais Ahmad
4. H. Mohammad Sobari
5. Amir
6. Abidin
7. Nurdin Yahya
8. Ali Syahbana
9. Dr. Mu’adz
10. Abdul Salam atau Prawoto atau Abu Toto
11. Shaleh As’ad
12. Fachrur Razi
13. Royanuddin
Tokoh-tokoh NII KW-9 tahun 1987-1996:60
1. H. Abdul Karim Hasan – Jakarta (wafat tahun 1992)
2. H. M. Rais Ahmad – Jakarta (dikudeta Abu Toto tahun 1992)
3. Nurdin Yahya atau Joni atau Tsabit – Jakarta
4. Prawoto atau Abu Toto atau Toto Salam – Menes Banten
59 Ibid, hal. 30. 60 Ibid, hal. 30-31.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
45
5. Shaleh As’ad – Menes Banten (mengundurkan diri tahun 1993)
6. Amr atau Encu – Banten (mengundurkan diri tahun 1991)
7. Handoko atau Abdul Ra’uf – Bandung Jawa Barat
8. Djaldjuli atau Jazuli – Jakarta
9. Aseng atau Saefulloh – Jakarta
10. Maktal – Jakarta
11. Jamat Abdaat – Jakarta
12. Karim – Jakarta
13. Oji atau Abdul Halim – Jakarta
14. Mali – Jakarta
15. Yazid – Jakarta
16. Ali – Jakarta
17. Cecep –Cirebon (mengundurkan diri tahun 1996)
18. Anas Hutapea – Jakarta (mengundurkan diri tahun 1996)
19. Iwan atau Faishal – Jakarta (mengundurkan diri tahun 2001)
20. Chaeruddin – Jakarta (mengundurkan diri tahun 1994)
21. Ismail Subarja – Jakarta (mengundurkan diri tahun 1996)
22. Rifa’i atau Hamzah – Jakarta (mengundurkan diri tahun 1996)
23. Mahfudz Shiddiq – Banten (mengundurkan diri tahun 1993)
24. Mi’an Abdusy Syukur – Banten (mengundurkan diri tahun 1993)
25. Abdul Qudus – Banten (mengundurkan diri tahun 1993)
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
46
26. Abbas Ali Nasution atau Umar Nasution – Medan, sahabat Abu Toto ketika di
Sabah, Malaysia
27. Agus Kumis atau Lukman
28. M. Qassim atau A. Majid atau Munir
Tokoh-tokoh NII KW-9 Faksi Abu Toto tahun 1993-2002:61
1. Adah Djaelani dengan nama panggilan Mama (kakek)
2. Ules Suja’i atau Abu Ridha
3. Ahmad Husen Salikun atau Mbah Nurcahyo
4. Idris atau Darmin diberi gelar Datuk Maharajalela Idris Furqan Prawira
5. Abdul Salam atau Prawoto atau Abu Toto atau Toto Salam atau Abu Ma’ariq
atau Abu Ma’arif atau Syamsul Alam atau Nur Alamsyah atau Syaykhul
Ma’had dan bergelar AS Panji Gumilang
6. Nurdin Yahya atau Joni atau Tsabit
7. Handoko atau Abdul Ra’uf menjadi Imam Syarwani, dipecat dan dikeluarkan
November 2003
8. Imam Prawoto bin Abu Toto Abdul Salam
9. Djaldjuli
10. Aseng atau Ali atau Iskandar atau Saefulloh
11. Jamal atau Ir. Djamal Abdaat
12. Oji atau Fauzy Abdaat 61 Ibid, hal. 31-32.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
47
13. Yazid
14. Ali
15. Abbas Ali Nasution atau Umar Nasution, sebagai Pemred Majalah Az-Zaytun.
16. Nawawi
17. Syaifuddin Ibrahim, Humas Dewan Guru
18. Muttahid Azwari atau Abu Qasim
19. Mashrur Anhar sebagai Menteri Pekerja Raya telah mengundurkan diri sejak
awal Januari 2002.
20. Muammar Yasir bin Tagor Harahap, sebagai Panglima Hankam, mengundurkan
diri bersama seluruh pasukan Tibmara dan Garda sejak awal Januari 2002.
21. Ahmad Ghazali sebagai Sekjen MA (Mahkamah Agung) dan pejabat SUK
(Setia Usaha Kerja – Badan Pemeriksa Keuangan) beserta wakil dan staff
mengundurkan diri sejak awal Januari 2002.
Para Eksponen Ma’had Az-Zaytun:62
1. Abu Salam mantan Kepala Daerah Jakarta Selatan. Sekarang menjadi Kepala
Sekretariat Pendidikan Ma’had Az-Zaytun.
2. Nurdin mantan Wakil Kepala Daerah Jakarta Selatan. Sekarang menjadi Staff
Sekretariat Pendidikan Ma’had Az-Zaytun.
3. Ja’far ash Shubani mantan Mudabbir Tsani Wilayah IX. Saat ini menjadi Ketua
Majelis Syura NII Az-Zaytun dan sebagai Imam Rawatib masjid al Hayat. 62 Ibid, hal. 32.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
48
4. H. Badar mantan Mudabbir Wilayah IX.
5. Nawawi
Pimpinan NII KW-9:63
1. Agus Kumis atau Lukman – Komandan Wilayah IX
2. Abu Somad – Kepala Staff Wilayah IX
3. Ja’far Shiddiq – Mudabbir Tslits Wilayah IX
4. Fatih Sodiqin – Kepala Bagian Pendidikan Wilayah IX
5. M. Yusuf – Ketua Lajnah Wilayah IX
6. Munir atau A. Majid atau Humaidy atau M. Qassim – Kepala Bagian Logistik
2.4 Target dan Sasaran Gerakan NII KW-9
Target dan sasaran gerakan NII Faksi Abu Toto sama dengan gerakan DI
Kartosoewirjo, yaitu menjadikan masyarakat sebagai target gerakan yang kemudian
dipilih sebagai berikut:
1. Kelompok masyarakat yang dibidik untuk diproses dan ditargetkan menjadi
kekuatan sebagai anggota NII. Kerangka gerakan membangun komunitas
masyarakat NII berdasarkan paham dan ajaran melalui sarana rekruitmen yang
spesifik, yaitu mengembangkan paham aliran NII berdasarkan paham aliran Isa
Bugis.
63 Ibid, hal. 33.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
49
2. Kelompok masyarakat yang dibidik melalui pendekatan forum dan program
pendidikan Ma’had Az-Zaytun, diyakinkan sebagai lembaga murni dan steril
atau sama sekali tidak memiliki hubungan dengan gerakan NII yang bergerak
secara eksis. Masyarakat menjadi target perekrutan NII akan menjadi kekuatan
pendukung gerakan NII. Membangun komunitas masyarakat simpatisan NII
dan wadah gerakan di bidang ekonomi, politik, budaya, dan pendidikan melalui
Ma’had Az-Zaytun.
2.5 Kepengurusan NII KW-9 Abu Toto
Kepengurusan basis NII KW-9 faksi Abu Toto sangat berbeda dengan
kepengurusan faksi NII yang lain. Hal itu disesbabkan karena NII KW-9 mempunyai
dua struktur kepengurusan: pertama struktur pengurus Ma’had Az-Zaytun, dan kedua
struktur pengurus NII KW-9 sendiri. Oleh karena itu, istilah yang digunakan untuk
membagi kepengurusan menjadi dua bagian: aparat fungsional untuk Ma’had Az-
Zaytun dan aparat teritorial untuk NII KW-9.64
2.5.1 Struktur dan Aparat Fungsional
Aparat fungsional adalah warga Ma’had Az-Zaytun yang telah diangkat
menjadi pejabat tingkat Menteri hingga ke tingkat prajurit (Garda Ma’had atau
Tibmara) atau karyawan (muwazof), dan mahasiswa Program Pendidikan Pertanian
64 Ibid, hal. 35.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
50
Terpadu (P3T) yang berdomisili di Ma’had Az-Zaytun dan memiliki nomor data
qo’id (keaparatan) yang diawali dengan kode huruf ”F”.
Mereka yang menempati posisi sebagai pengurus atau koordinator Yayasan
Pesantren Indonesia (YPI) di tingkat Kabupaten (Distrik) disebut sebagai aparat
fungsional tingkat atas Ma’had Az-Zaytun, ternasuk para guru. Sedangkan mereka
yang menempati posisi sebagai pengurus atau koordinator YPI tingkat Propinsi
(Wilayah) disebut sebagai aparat fungsional Ma’had Az-Zaytun yang secara
administrasi terpisah dengan aparat teritorial Wilayah yang dipimpin oleh seorang
Gubernur.
Para prajurit, seperti satuan pengaman Garda Ma’had dan Tibmara (Satpam
Ma’had) serta para karyawan (muwazof) yang berseragam kuning dan hijau posisi
mereka sebelum menjadi warga Az-Zaytun adalah pejabat tingkat desa dan
kecamatan dari jajaran teritorial NII yang berdomisili di wilayah yang ada. Namun,
mereka ditarik ke Ma’had Az-Zaytun karena mereka memiliki keahlian atau
ketrampilan yang dibutuhkan oleh NII. Untuk warga NII yang bermasalah dengan
pemrintah RI, contoh sebagai residivis, cenderung ditarik ke Ma’had Az-Zaytun dan
bekerja sebagai karyawan.
Untuk mahasiswa P3T, hanya dapat diikuti oleh para aparat atau anggota NII
teritorial, minimal disyaratkan dari kalangan keluarga NII atau melalui koordinator
YPI yang merupakan pimpinan dari tingkat Distrik sampai Wilayah NII KW-9.
Angkatan pertama Ma’had Az-Zaytun sejumlah 864 santri (59,6 %), angkatan kedua
sejumlah 395 santri (23,4 %), dan angkatan ketiga tahun 2001 sejumlah 556 santri
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
51
(25,4 %).65 Strukrur aparat fungsional dilihat dari jabatan yang dimiliki dalam YPI
dan Ma’had Az-Zaytun, sebagai berikut:
1. Koordinator Pusat, digunakan untuk aparat fungsional yang meliputi para
Eksponen, Karyawan, Tim Kesehatan, serta Guru yang tinggal di Ma’had Az-
Zaytun. Jumlah Koordinator Pusat terbagi:
a. Eksponen sejumlah 214 orang, 216 istri, dan 29 asisten pribadi,
b. Karyawan sejumlah 2861 orang dan 2457 istri,
c. Tim Kesehatan sejumlah 31 orang , 14 istri, dan 1 orang supir,
d. Guru sejumlah 388 orang dan 161 istri.
2. Koordinator Jawa, meliputi:
a. Jawa Barat Utara, jumlah pimpinan (aparat teritorial) 261 orang dengan
jumlah anggota 1.826 orang.
b. Jawa Barat Selatan, jumlah pimpinan 928 orang dengan jumlah anggota
17.340 orang..
c. Jakarta Raya, jumlah pemimpin 12.342 orang dengan jumlah anggota
119.459 orang.
d. Jawa Tengah, jumlah pemimpin 610 orang dengan jumlah anggota 3.482
orang.
e. Jawa Timur, jumlah pemimpin 1.008 orang dengan jumlah 3.755 orang.
3. Koordinator Luar Jawa, meliputi: 22 propinsi dengan jumlah aparat fungsional
(Korwil dan Korda YPI) sebanyak 236 orang. 65 Ibid, hal. 36.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
52
4. Koordinator Malaysia dengan jumlah pimpinan 15 orang dan jumlah anggota
790 orang.
2.5.2 Struktur dan Aparat Teritorial
Struktur teritorial adalah aparat dan warga NII yang bergerak di bawah tanah
(underground movement) yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menyediakan
kebutuhan seluruh program NII:
1. Sumber daya manusia untuk meningkatkan pemasukan dan sebagai kader calon
pemimpin teritorial dan kader yang akan dipindahkan ke dalam struktur
fungsional sabagai Karyawan, Korwil dan Korda YPI, Eksponen, Guru, dan
Tim Kesehatan.
2. Penggalangan dana sebagai kekuatan untuk membangun Ibukota Negara
Ma’had Az-Zaytun dan pusat pendidikan lain setingkat Sekolah Dasar di 340
kota di Indonesia serta dalam rangka penguasaan ekonomi melalui jalur
pertanian, perkebunan, perikanan, dan industri.
Tahun 2000 NII mencanangkan program perubahan sekaligus sebagai
pengembangan konsep kewilayahan melalui Perpu No. II NII-NKA. Sebelum tahun
2000 pembagian teritori NII faksi Abu Toto masih sama dengan versi NII yang lain,
seperti versi Komando Dodo dan Tahmid Kartosuwirjo, versi Komando Ajengan
Masduki, versi Komando Abdullah Fatah Wirananggapati, dan versi Komando Aly
Mahfudzh yang meliputi 9 wilayah.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
53
Melalui Perpu No. II NII-NKA melakukan perubahan sekaligus
pengembangan wilayah dengan menggunakan istilah dan konsep yang berbeda
dengan sebelumnya, antara lain:66
1. Jalur Utara dibagi menjadi 11 Propinsi: Malaysia, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya
(sekarang Papua).
2. Jalur Selatan dibagi menjadi 17 Propinsi: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta Raya
(Jakarta, Tanggerang, Bekasi, dan Banten), Jawa Barat Utara, Jawa Barat
Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, dan Timor-Timur. Setiap propinsi dipimpin oleh seorang Gubernur
menurut pembagian Struktur Pemerintahan Teritorial untuk kawasan Jawa dan
atau Pemerintah Fungsional untuk Kawasan Luar Jawa.
a. Struktur teritorial tersebar di seluruh Jawa yang terbagi menjadi 5
wilayah:
• Wilayah 1 – Jawa Barat Selatan (dahulu Priangan Timur)
• Wilayah 2 – Jawa Tengah
• Wilayah 3 – Jawa Timur
• Wilayah 7 – Jawa Barat Utara (dahulu Priangan Barat)
66 Ibid, hal 39.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
54
• Wilayah 9 – Jakarta Raya dan Banten
b. Struktur fungsional tersebar di 23 Propinsi luar Jawa dan 1 di Malaysia:
Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku,
Irian Jaya (sekarang Papua), Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Struktur Teritorial dalam gerakannya memiliki susunan aparat sebagai
berikut:67
1. Gubernur Wilayah
2. Daerah atau Residen
3. Distrik (Kabupaten)
4. Under Distrik (Kecamatan)
5. Petinggi Desa
6. Kabilah atau setingkat RW
2.5.3 Kode Sandi Bagi Aparat Teritorial NII KW-9
Penggunaan kode sandi teritori adalah susunan kode angka yang terdiri 4
sampai dengan 6 digit yang menunjukkan identitas wilayah dan posisi seorang warga
NII. Penggunaan kode teritori ini hanya diberlakukan di pulau Jawa atau aparat 67 Ibid, hal. 44-46.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
55
teritorial saja. Sedangkan untuk aparat fungsional hanya menggunakan nama
perwakilan YPI di suatu propinsi.
Contoh penggunaan kode sandi teritori yang digunakan sampai hari ini.68
Penggunaan kode awal angka 9XXXXX digunakan untuk menunjukkan wilayah
Jakarta Raya (Jakarta, Depok, Bogor, Tanggerang, dan Bekasi). Kode digit kedua
93XXXX menunjukan daerah teritori Jakarta Selatan. Kode digit ketiga 934XXX
menunjukkan distrik (Kabupaten) teritori Tebet. Kode digit keempat 9343XX
menunjukkan under distrik (Kecamatan). Kode digit kelima menunjukkan desa sesuai
dengan jumlah yang dimiliki oleh under distrik, misal 93431X. Sedangkan kode digit
keenam menunjukan jumlah Kabilah (setingkat RW) yang ada di desa tersebut
9343/01-01. Satu kabilah dapat memiliki jumlah anggota 30-300 orang.
2.6 Anggota NII KW-9 Faksi Abu Toto
Secara organisasi, kekuatan yang ada dan dianggap lengkap dalam gerakan
NII Faksi Abu Toto hanya ada di teritorial 9 (KW-9) yang juga dijuluki Dapur
Negara. Hal ini bisa dilihat dari target perolehan setoran dana bulanan sekitar Rp
10.500.000.000,- dari total target Rp 14.500.000.000,- adalah kontribusi dari Wilayah
9, yang terbesar diantara penyetor dana bulanan NII di Wilayah 9 adalah Jakarta
Timur, sejumlah Rp 1.160.000.000,- dan yang paling minim kontribusinya adalah
Banten.
68 Ibid, hal. 47-50.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
56
Untuk basis massa, daerah yang memiliki massa paling banyak dan kuat
adalah Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Depok, Tanggerang, Bekasi, dan Banten.
Menurut data dari Faksi Insan Hadid yang baru memisahkan diri dari Faksi Abu Toto
bulan Juli 2001,69 kekuatan aparat teritorial NII telah mencapai 15.149 orang dengan
kekuatan anggota pendukung sebanyak 140.069 orang yang tersebar di seluruh Jawa
dan luar Jawa. Kemudian, ditambah dengan aparat yang terdapat dalam struktur
fungsional, maka total kekuatan anggota gerakan NII KW-9 adalah sebanyak 168.660
orang.
Perkembangan selanjutnya menyusul peristiwa pemisahan diri kader militan
di bawah komando Insan Hadid dan Muammar Yasir, kekuatan faksi Abu Toto
menyusut sekitar 30.000 anggota dan aparat, baik jajaran teritorial maupun
fungsional. Selain itu, sekitar 1700 santri pada liburan kenaikan kelas tahun 2002
menyatakan tidak akan kembali ke Ma’had, baik dengan alasan mengikuti keputusan
orang tua atau keluarga yang pindah dan bersikap kontra terhadap Abu Toto, atau
karena biaya tinggi termasuk di dalamnya santri dari Malaysia.70 Diketahui dari 5323
jumlah santri angkatan 1-3, 1815 di antaranya adalah anak kalangan keluarga NII.
Selain para santri dan massa, NII KW-9 juga merekrut mahasiswa dari
berbagai universitas, salah satunya adalah mahasiswa Universitas Indonesia.
Mahasiswa tertarik dengan konsep yang ditawarkan oleh NII KW-9 karena mereka
menawarkan sesuatu yang baru. Hal yang selama ini jarang dibicarakan di tengah-
69 Ibid, hal 51. 70 Ibid, hal. 52.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
57
tengah pergaulan mahasiswa pada umumnya, seperti pergerakan Islam, konsep negara
Islam, penerapan konsep jihad, dan penerapan konsep akidah berdasarkan Tauhid
Rububiyah, Uluhiyyah, dan Mulkiyyah. Mahasiswa yang belum mempunyai
pengetahuan agama yang memadai akan dengan mudah menerima konsep tersebut.
2.7 Bagan NII KW-9 Faksi Abu Toto
Nama Gerakan71
Asal Gerakan Pemimpin
Sistem Perekrutan
Anggota
Agenda Dakwah
Lembaga yang
didirikan
Hasil yang diterbitkan
NII KW-9 Lokal-Nasional Imam Sistem sel
terbuka
Mendiri-kan
negara Islam di
Indonesia
Ma’had Az-Zaytun
Majalah, buku, jurnal, dan buletin
71 Bagan ini dibuat oleh penulis berdasarkan hasil analisa.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
BAB 3
PERGERAKAN NEGARA IS LAM INDONES I A DI
UNIVERSITAS I NDONES I A
3.1 NII di Universitas Indonesia
Gerakan NII di UI adalah gerakan NII KW-9 Faksi Abu Toto. Pergerakan NII
KW-9 meluaskan pengaruhnya ke dunia kampus sejak tahun 1993.72 NII KW-9 lebih
memfokuskan kepada mahasiswa yang semangat mencari dan memperdalam
pengetahuan agamanya. Mahasiswa tertarik mengikuti kajian NII KW-9 karena
mereka mendapatkan konsep ke-Islaman yang baru. Selain itu, dalam setiap kajian
yang mereka adakan, membahas materi yang berhubungan dengan pergerakan Islam,
konsep negara Islam, penerapan konsep jihad, dan penerapan konsep akidah
berdasarkan Tauhid Rububiyah, Uluhiyyah, dan Mulkiyyah. Hal tersebut yang
menarik minat mahasiswa karena berbeda dengan materi ke-Islaman yang diajarkan
melalui pendidikan formal. Oleh karena itu, banyak mahasiswa yang minim
pengetahuan agama mudah diajak masuk ke dalam gerakan NII KW-9.
Dalam perekrutan anggotanya mereka berusaha mengajak teman-teman yang
sudah dikenalnya yang dianggap mampu secara materi atau mengajak orang lain yang
baru dikenal dengan cara mengajak bertemu kembali dan berdiskusi. Mereka juga
mencoba menarik perhatian calon anggotanya dengan memberikan pertanyaan yang
filosofis, seperti mengapa surat Al Fatihah ditempatkan di depan dan surat An Naas 72 Wawancara dengan Bapak Sukanto, Selasa, 26 Juni 2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
59
diakhir?, atau memberikan pertanyaan yang sesuai dengan logika, seperti apa contoh
surga di dunia?.
Semua pertanyaan tersebut dapat membuat calon anggota berpikir dan
menganggap bahwa apa yang diucapkan oleh pemateri adalah benar. Hal ini
bertujuan untuk membuat calon anggota tersugesti bahwa sang pemateri terkesan
memiliki pemahaman ke-Islaman yang lebih baik dan mendalam, disebabkan oleh
cara dalam menyampaikan materinya banyak menggunakan ayat-ayat Al-Quran.
Apabila ada hal yang mengganjal dalam isi materi tersebut dan disanggah oleh calon
anggota, maka pemateri akan meminta kepada calon anggota untuk membuka Al-
Quran dan menunjukkan ayat-ayat yang dapat menggoyahkan sanggahannya. Dengan
demikian, calon anggota yang merasa pemahaman Islamnya belum cukup cenderung
menerima hal yang disampaikan oleh pemateri.
Dalam perekrutan anggotanya, NII KW-9 melakukan proses screening
terlebih dahulu terhadap mahasiswa yang potensial menjadi anggota. Berdasarkan
wawancara dengan Bapak Sukanto ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
pertama, kondisi finansial keluarga hal ini terkait dengan kewajiban berinfaq setiap
bulan yang harus dipenuhi oleh anggota. Kedua, latar belakang keluarga berkaitan
dengan NII KW-9 menghindari merekrut anggota yang keluarganya bekerja di TNI
atau POLRI, sebab mereka tidak ingin jaringannya terbongkar.
Setelah itu, calon anggota yang lolos proses screening akan diajak pergi oleh
anggota NII KW-9 yang dikenalnya. Mereka bertemu dengan anggota NII KW-9
yang lain untuk berdiskusi. Dalam diskusi umumnya terdapat empat orang yang
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
60
terdiri dari satu orang pemateri, dua anggota NII KW-9, dan calon anggota. Dua
orang anggota NII KW-9, selain pemateri, bertugas mengkondisikan calon anggota
untuk menerima materi yang disampaikan. Mereka sering berpura-pura bertanya agar
terkesan baru bertemu saat itu. Hal ini membuat calon anggota merasa proses diskusi
berlangsung secara alami dan tidak menyadari bahwa dia sedang diajak masuk NII
KW-9.
Jika calon anggota tidak tertarik terhadap apa yang disampaikan oleh
pemateri, maka NII KW-9 menghentikan proses perekrutan dan tidak menghubungi
calon anggota tersebut. Namun, jika calon anggota tertarik dengan apa yang
disampaikan, maka proses diskusi akan berlanjut sampai dia siap untuk di baiat.73
Seperti yang dialami oleh mahasiswa FISIP UI. Mahasiswa yang
bersangkutan diajak berkenalan oleh anggota NII KW-9, kemudian mereka berdiskusi
seputar masalah agama. Mahasiswa yang bersangkutan merasa tertarik untuk
berdiskusi karena tema yang didiskusikan merupakan hal yang baru baginya,
sehingga mereka membuat kesepakatan untuk bertemu kembali agar dapat mengupas
tema tersebut lebih dalam.
Proses pembaiatan melalui tiga tahapan dan pada tiap tahapan mengeluarkan
sodaqoh. Pada tahapan pertama dilakukan tilawah di tingkatan desa. Tilawah adalah
pemberian materi menggunakan ayat-ayat Al-Quran untuk meyakinkan calon anggota
tentang kebenaran doktrin NII KW-9. Tahapan kedua adalah taftis yang berarti
73 Baiat adalah sumpah atau janji setia kepada NII KW-9 sebagai syarat untuk menjadi anggota. Lihat
Eko Prasetyo, Membela Agama Tuhan: Potret Gerakan Islam dalam Pusaran Konflik Global, Yogyakarta: Insist Press, 2002, hal. 45.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
61
pengecekan. Pengecekan dilakukan untuk mengetahui komitmen calon anggota
terhadap doktrin NII KW-9 dan kesiapannya menuju hijrah. Tahap ini dilakukan di
tingkat kecamatan dan daerah. Pada tahap ini calon anggota sudah dikenakan
kewajiban membayar sodaqoh taftis yang besarnya ditentukan oleh masing-masing
wilayah.
Tahap selanjutnya adalah hijrah yang merupakan akhir dari proses
pembaiatan. Tujuan dari hijrah adalah calon anggota siap untuk menjadi warga NII
KW-9 serta menunaikan hak dan kewajibannya dalam NII KW-9. Menurut Bapak
Sukanto sodaqoh hijrah yang ditentukan oleh NII KW-9 di tingkatan wilayah hanya
sebesar Rp 200.000,- namun hal ini hanya diketahui oleh para pemimpinnya,
sehingga dalam penerapan di lapangan aparat bebas menentukan harga sodaqoh
hijrah yang harus dibayarkan oleh anggota baru. Biaya yang diterapkan pun
bervariasi dari sekitar Rp 1.000.000,- sampai Rp 100.000.000,-.
Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam struktur NII KW-9 aparat yang
berwenang cenderung memanfaatkan anggota baru untuk menguntungkan diri mereka
sendiri. Hal ini terlihat dari besarnya selisih nominal yang harus mereka setorkan ke
NII KW-9 dengan sodaqoh hijrah yang harus dibayar oleh anggota baru. Selisih
nominal tersebut kemudian digunakan untuk kepentingan pribadi oleh aparat NII
KW-9.
Ketika seorang calon anggota siap hijrah, maka yang bersangkutan siap untuk
taat dan patuh hanya kepada mas'ul-nya. Kasus ini pernah terjadi di FE pada tahun
2006 ketika dua orang mahasiswi yang siap hijrah merasa bimbang setelah
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
62
menghadiri seminar "Bahaya NII" yang diselenggarakan oleh Forum Studi Islam
(FSI) FE. Akhirnya, pihak FSI FE mempertemukan mereka dengan seorang ustadz
untuk meyakinkan bahwa NII KW-9 termasuk gerakan sesat. Akan tetapi, dari dua
orang hanya satu yang berhasil diyakinkan, sementara yang lainnya tetap
memaksakan diri untuk pergi ke tempat hijrah jam 04.00 pagi.74
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sukanto, wilayah yang berhak
mengadakan baiat adalah Wilayah I (Jawa Barat Utara), Wilayah II (Jawa Tengah),
Wilayah III (Jawa Timur), Wilayah VII (Jawa Barat Selatan), dan Wilayah IX
(Jakarta Raya) dan terkadang pembaiatan dilakukan terpusat di Jakarta. Dahulu
pembaiatan tidak terkuota, jadi dalam satu hari dapat mencapai 50-60 orang yang
dibaiat. Sekarang terkuota hanya 20 orang laki-laki setiap hari dan dua hari kemudian
20 orang perempuan. Calon anggota dibaiat sesuai dengan tempat orang yang
merekrutnya. Jika calon anggota berasal dari Jawa Tengah dan direkrut oleh anggota
yang dari Jakarta, maka yang bersangkutan harus dibaiat di Jakarta.
Ketika akan dibaiat, calon anggota laki-laki diwajibkan mengenakan kemeja
putih, celana hitam, dasi, dan peci, sedangkan calon anggota yang perempuan
memakai kerudung. Calon anggota dibawa oleh mas’ulnya dari desa ke kecamatan,
kemudian kecamatan mendapatkan perintah transit di suatu tempat. Di tempat
tersebut, mereka dikumpulkan dalam kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari
10-15 orang, kemudian mereka dipindahkan ke dalam sebuah mobil dan dibawa ke
sebuah tempat dengan menutup mata. Mereka menginap di tempat tersebut selama 74 Wawancara dengan Muhammad Budi Prasetyo, Selasa, 21 Februari 2006.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
63
satu malam dan di pagi hari mereka dibawa ke tempat hijrah, selanjutnya mereka
memulai proses pembaiatan dengan didampingi oleh syahid hijrahnya. Sejak tahun
2001, syahid hijrah (saksi hijrah) adalah Malik dan Ridwan. Dari tahun 1996-2001,
syahid hijrah adalah Isa dan Ilyas, sedangkan di bawah tahun 1996 anggota NII KW-
9 di baiat di kecamatannya masing-masing, sehingga syahid hijrahnya disesuaikan
dengan saksi di kecamatan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa NII KW-9
mempunyai kebijakan yang berubah-ubah.
Setelah menjadi anggota baru, mereka mendapatkan nama tsani dan kode
anggota sesuai dengan tempat desa mereka direkrut.75 Anggota baru NII KW-9
dituntut untuk memberikan infaq setiap bulan yang besarnya ditentukan ketika
mereka hijrah. Hal tersebut ditentukan dari kesanggupan setiap anggota, sehingga
besarnya nominal infaq antara anggota yang satu dengan yang lain berbeda. Jika
mereka tidak dapat memenuhi jumlah infaq yang sudah ditentukan, maka mereka
akan dikenakan nuqson dan tazkiyah dari mas'ul NII KW-9.76
Berdasarkan hasil penelitian, kebanyakan dari anggota mereka dalam
menutupi infaq bulanannya sering berhutang kepada teman-teman dekatnya atau
mereka berubah menjadi seorang pedagang yang andal dan lebih supel terhadap
lingkungan sekitarnya. Namun, tidak semua orang yang telah menjadi anggota NII
KW-9 berubah menjadi orang yang supel, ada juga yang berubah menjadi orang yang 75 Nama tsani adalah nama hijrah yang diberikan kepada seorang anggota baru NII setelah baiat. Nama
inilah yang kemudian dipakai dalam aktivitas NII KW-9. Lihat Eko Prasetyo, op. cit, hal. 45. 76 Nuqson adalah tidak mencukupi target penggalangan dana untuk bulan tersebut, yang harus dilunasi
bulan berikutnya. Tazkiyah adalah briefing, biasanya seputar target penggalangan dana untuk bulan berikut, yang harus dilunasi di bulan berikutnya. Mas'ul adalah aparat NII KW-9 di teritorial. Ibid, hal. 45-46.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
64
tertutup dan menghilang dari dunia kampusnya dan ketika ditanya mengapa tidak
masuk kuliah maka mahasiswa yang bersangkutan akan berusaha menutupi dengan
berbagai alasan. Dalam memenuhi infaq bulanan, setiap anggota dihalalkan untuk
berbohong atau mencuri barang milik orang lain, termasuk keluarganya sendiri. Hal
ini disebabkan adanya doktrin bahwa orang di luar kelompoknya adalah orang
jahiliyah atau kafir, dan harta mereka halal untuk diambil. Hal tersebut tentu
bertentangan dengan konsep Islam yang sangat memuliakan hubungan antar manusia.
Perubahan perilaku yang terjadi terhadap anggota NII KW-9 tersebut
menimbulkan banyak kasus dan protes dari keluarga, karena keluarga adalah unit
lingkungan yang pertama kali merasakan dampak dari perubahan perilaku sosial
tersebut. Dari kasus-kasus tersebut, ada tindakan tegas yang diterapkan oleh keluarga,
seperti mengikuti sang anak di setiap aktivitas mereka dan ada pula yang tetap tidak
peduli terhadap perubahan perilaku tersebut.
Selain itu, orang yang sudah menjadi anggota NII KW-9 biasanya menghindar
jika diajak shalat berjamaah, dan lama-kelamaan mereka tidak mengerjakan shalat
dengan alasan saat ini masih periode Mekkah, sehingga shalat tidak wajib
dilaksanakan dan ibadah shalat dapat diganti dengan mencari anggota baru serta
memperbanyak uang infaq.77 Selain itu, mereka juga beralasan bahwa saat ini Negara
Indonesia masih berada di bawah kekuasaan orang kafir yang tidak menegakkan
77 Mekkah adalah wilayah di luar Madinah, tempat hukum Islam belum diterapkan (dalam hal ini NII
KW-9 menyebut RI sebagai Mekkah). Ibid, hal. 45.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
65
syariat Islam dan itu berarti anggota NII KW-9 tidak wajib melaksanakan syariat dan
ajaran Islam sampai Negara Islam dapat berdiri tegak di Indonesia.
Paham yang diajarkan oleh NII KW-9 kepada anggotanya adalah mereka
harus menjadikan Al-Quran dan Hadis sebagai pegangan hidup mereka sampai mati.
Anggota NII KW-9 juga percaya bahwa orang yang berada di luar jamaah mereka
adalah kafir sehingga harta dan nyawa mereka dapat dihalalkan. Hal ini dipengaruhi
oleh doktrin apel dan keyakinan bahwa hijrah ke dalam NII KW-9 adalah jalan yang
benar. Selain itu, mereka juga yakin jika sudah mencapai era Madinah maka mereka
dapat menghukum mati anggota yang murtad (keluar) dari NII KW-9 saat di era
Mekkah.78 NII KW-9 juga dapat menghukum mati orang yang tidak mau tunduk
kepada mereka, jika NII KW-9 sudah berhasil menguasai Indonesia. Tegaknya
kekuasaan NII KW-9 di Indonesia ditentukan di periode Madinah. Anggota NII juga
diperkenankan untuk berpacaran dengan sesama anggota. Hal ini bertujuan agar
anggota NII KW-9 tetap terikat dan jika mereka sampai menikah maka anak-anaknya
juga akan menjadi anggota NII KW-9. Anggota NII KW-9 tidak diperbolehkan
menikah dengan orang di luar kelompoknya.
Setiap anggota NII KW-9 hanya mengenal teman-teman dan murabbi
(mentor) satu kelompoknya. Dengan demikian, NII KW-9 menggunakan sistem sel
dalam pengkaderan anggotaya. NII KW-9 juga mengenal surat pengampunan dosa
untuk anggotanya yang melakukan kesalahan dan dapat dibeli dengan harga yang
disesuaikan dengan kesalahan anggotanya tersebut. 78 Anggota yang dianggap murtad atau keluar dari NII KW-9 disebut Kaslan. Ibid, hal. 45.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
66
Di atas kertas, jumlah anggota NII KW-9 yang terdaftar dapat mencapai
sekitar 200 orang, tetapi dalam kenyataannya hanya 50-70 orang yang aktif, karena
banyak anggota yang keluar. Terdapat berbagai macam alasan anggota NII KW-9
keluar dari gerakan tersebut, antara lain untuk tingkatan awal jamaah, mereka keluar
karena telah memiliki pengetahuan agama yang cukup baik, kemudian ada juga yang
keluar karena masalah ekonomi keluarga, dan ada anggota yang keluar karena
permasalahan sosial, misalnya sebelum menjadi anggota, orang tersebut terbiasa
dengan pergaulan bebas, setelah menjadi anggota, mereka dituntut untuk berubah
sesuai dengan syariat Islam dan wajib menyerahkan infaq setiap bulan serta mencari
anggota baru untuk direkrut.
Untuk tingkatan aparat wilayah, alasan mereka keluar tidak disebabkan oleh
masalah agama, ekonomi, dan pergaulan, melainkan disebabkan oleh keabsahan atau
legalitas institusional maupun konstitusional NII KW-9, misalnya Abu Toto tidak sah
menjadi Imam NII KW-9 karena seharusnya terdapat pemilu setiap lima tahun sekali
untuk memilih Imam yang baru, sementara itu sudah delapan tahun tidak ada pemilu
dan orang-orang yang menjabat sebagai anggota legislatif (MPR-DPR) NII KW-9
adalah kemenakan Abu Toto. Hal ini terkesan menjadi sebuah tirani kepemimpinan
dalam tubuh NII KW-9. Alasan yang lain, yaitu Az-Zaytun tidak lagi menjadi milik
jamaah NII KW-9, melainkan menjadi milik Abu Toto dan keluarga, sehingga Az-
Zaytun menjadi usaha keluarga. Jadi alasan mereka keluar karena kekecewaan
terhadap kepemimpinan Abu Toto, bukan disebabkan oleh masalah pemahaman
terhadap agama.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
67
Para mahasiswa yang menjadi anggota NII KW-9, baik yang telah menjadi
mas’ul maupun yang masih menjadi jamaah keluar karena tidak kuat terhadap
tekanan psikologis, tuntutan ekonomi melalui infaq yang diserahkan, masalah
pergaulan, dan mengkaji ulang pemahaman Islam yang disampaikan oleh NII KW-9.
Mahasiswa yang menjadi anggota NII KW-9 di UI tersebar di berbagai fakultas,
sehingga beberapa dekanat fakultas di UI bekerja sama dengan Lembaga Dakwah
Fakultas (LDF) untuk menangani mahasiswa yang terlibat dalam NII KW-9.
Umumnya LDF mengadakan seminar tentang ”Bahaya NII”, seperti yang dilakukan
oleh FE, FIB, FISIP, dan FKM. Namun, beberapa fakultas melakukan tindakan
antisipasi yang lain, seperti Fakultas Teknik (FT), Fakultas Kedokteran (FK),
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Ilmu
Komputer (FASILKOM).
Pihak dekanat FT bekerja sama dengan Forum Ukhuwah dan Studi Islam
(FUSI) FT (LDF) dalam membuat posko pengaduan mahasiswa. Hasil yang
didapatkan oleh posko pengaduan tersebut membuktikan bahwa di FT 20% dari
mahasiswa yang drop out terlibat NII KW-9.79 Indikasi keterlibatan mahasiswa FT di
dalam NII KW-9 awalnya diketahui dari indeks prestasi mahasiswa tersebut yang
terus menurun, dan setelah dilakukan pendekatan secara kekeluargaan terhadap
mahasiswa yang bersangkutan, baik dari pihak dekanat, keluarga, dan teman-
temannya membuktikan bahwa yang bersangkutan memang terlibat dalam gerakan
NII KW-9. Gerakan NII KW-9 ini dianggap merugikan mahasiswa yang terlibat, 79 Wawancara dengan Bapak Jachrizal Sumabrata, Kamis, 14 Juni 2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
68
sehingga pihak dekanat turut andil untuk membantu mahasiswa tersebut keluar dari
gerakan NII KW-9 dengan cara mendekati keluarga yang bersangkutan dan
memberikan bukti-bukti untuk meyakinkan keluarganya. Jika keluarga dari
mahasiswa yang terlibat di dalam NII KW-9 ingin bekerja sama dengan pihak
dekanat FT untuk mengeluarkan anaknya dari gerakan tersebut, maka pihak dekanat
FT bersedia memberikan cuti kepada mahasiswa tersebut dan mengembalikannya ke
keluarganya agar terputus komunikasinya dengan teman-teman di NII KW-9. Dari
upaya yang sudah dilakukan oleh pihak dekanat, keluarga, dan organisasi
kemahasiswaan FT, membuahkan hasil 10% dari 20% mahasiswa FT yang terancam
drop out karena terlibat NII KW-9 dapat diselamatkan.
Salah satu kasus yang terjadi di FT, seorang mahasiswa yang terlibat di NII
KW-9 dibawa dengan paksa oleh teman-temannya dan dikembalikan ke keluarganya
di daerah, bahkan sampai diikat oleh keluarganya karena sang anak masih bersikeras
untuk tetap terlibat dalam NII KW-9. Hingga saat ini, yang bersangkutan diberikan
izin cuti akademis oleh pihak dekanat FT selama tiga semester, namun dari pihak
keluarga mengatakan bahwa belum ada perubahan. Selain itu, terdapat juga kasus
penipuan terhadap orangtua yang mengatasnamakan fakultas, sehingga orangtua
mahasiswa tersebut mengeluarkan dana sebesar Rp 4.000.000,- dengan alasan dana
tersebut digunakan untuk patungan membeli komputer fakultas. Hal ini merugikan
kedua belah pihak, orangtua yang telah mengeluarkan dana maupun pihak dekanat
karena namanya digunakan untuk tindakan penipuan.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
69
Sementara di FK, terdapat sekitar sembilan mahasiswa yang terindikasi
terlibat NII KW-9, baik dari program Diploma 3 (D3) maupun Strata 1 (S1).80 Salah
seorang mahasiswa S1 yang terlibat dalam NII KW-9 mengalami kerugian finansial
karena orangtua yang bersangkutan hanya bekerja sebagai guru dan pegawai
Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS), tetapi selalu dimintai uang untuk
menutupi infaq bulanan. Hal ini menyebabkan mahasiswa tersebut terlibat konflik
dengan keluarganya, sementara mas’ul di kelompoknya mengatakan kalau yang
bersangkutan tidak dapat meyakinkan orangtuanya, maka diperbolehkan untuk
meninggalkan mereka. Hal tersebut menimbulkan konflik batin di dalam diri sang
anak, sehingga mulai timbul keraguan karena doktrin NII KW-9 belum tertanam
secara mendalam dan akhirnya mahasiswa tersebut ingin keluar dari gerakan itu.
Tetapi, ketika mahasiswa yang bersangkutan mulai keluar dari NII KW-9 justru
dikejar-kejar dan diancam oleh teman sekelompoknya, akhirnya yang bersangkutan
memutuskan untuk pindah dari FT ke FK. Ternyata setelah pindah ke FK pun, teman
di NII KW-9 tetap mengejarnya, sehingga pihak dekanat dan Forum Studi Islam
(FSI) FK menjaga sang mahasiswa dari oknum-oknum tersebut. Setelah keluar dari
NII KW-9, indeks prestasi mahasiswa tersebut mengalami peningkatan.
Secara tidak langsung, mahasiswa yang terlibat gerakan NII KW-9 merugikan
FK secara materi. Hal ini disebabkan karena pihak dekanat harus mencarikan dana
pendidikan sebesar Rp 12.000.000,00 sampai dengan Rp 13.000.000,00 per
80 Wawancara dengan Bapak Hananto Ardiantoro, Rabu, 20 Juni 2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
70
mahasiswa di setiap semester.81 Terlibatnya mahasiswa FK dengan gerakan NII KW-
9, menyebabkan pihak dekanat FK bekerja sama dengan FSI FK (LDF) melakukan
upaya pencegahan dengan cara mewajibkan mahasiswa baru untuk mengikuti kajian
ke-Islaman yang diadakan oleh LDF selama satu bulan pertama. Jika ada mahasiswa
baru yang tidak mengikuti kegiatan tersebut, maka pihak dekanat akan melakukan
upaya pendekatan untuk mengetahui alasannya. Seperti yang dikatakan oleh Bapak
Hananto82, NII KW-9 dianalogikan sebagai LDL (Low Density Lipid) atau kolesterol
jahat yang dibungkus dengan Lipoprotein, yaitu Islam, sehingga dapat larut dengan
mudah di dalam masyarakat.
Kasus yang terjadi di FMIPA ada dua orang mahasiswa yang terindikasi
terlibat dengan NII KW-9.83 Hal ini disebabkan oleh keingintahuan yang dalam
tentang agama. Indikasinya dilihat dari turunnya indeks prestasi mereka dan
kurangnya pastisipasi dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) MIPA. Pihak dekanat
bekerja sama dengan koordinator program studi untuk menangani mahasiswa yang
terindikasi terlibat NII KW-9. Tetapi, hingga sekarang belum ada mahasiswa yang
terbukti terlibat NII KW-9. Jika memang ada mahasiswa FMIPA yang terlibat dengan
gerakan tersebut, maka pihak dekanat akan melakukan pendekatan kekeluargaan dan
penyadaran dalam pengetahuan agama. Jika cara tersebut tidak berhasil, maka
mahasiswa tersebut harus diisolasi dari pergaulan di kampus agar tidak menular ke
teman-temannya yang lain.
81 Ibid. 82 Ibid. 83 Wawancara dengan Bapak Martarizal, Jumat, 27 April 2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
71
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Kasiyah, Manajer Mahasiswa dan
Alumni, di FASILKOM terdapat dua kasus yang terungkap. Hal ini dilihat dari
menurunnya indeks prestasi mahasiswa tersebut dari nilai tiga menjadi satu.
Mahasiswa yang pertama hampir menjadi anggota NII KW-9, tetapi berhasil dicegah
oleh teman-temannya. Sedangkan mahasiswa yang lainnya, sedang dalam proses
rehabilitasi oleh keluarganya karena keterlibatannya yang cukup dalam dengan
gerakan tersebut, maka terdapat beberapa kendala untuk mengeluarkan mahasiswa
tersebut dari NII KW-9. Sampai sekarang, mahasiswa tersebut masih cuti dari
akademisnya dan pihak dekanat FASILKOM terbuka jika yang bersangkutan ingin
melanjutkan studinya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak dekanat
FASILKOM adalah memberikan ceramah tentang ”Bahaya NII” kepada mahasiswa
baru di awal semester.
3.2 NII di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak dekanat dan mahasiswa FIB,
dapat diketahui bahwa beberapa mahasiswa FIB telah mengetahui tentang gerakan
NII KW-9. Mereka mendapatkan informasi mengenai NII KW-9 dari berbagai
sumber, diantaranya keluarga, teman, dan pamflet yang dibagikan. Mayoritas
mahasiswa FIB yang telah mengetahui NII KW-9 mendapatkan informasinya dari
orang-orang disekitarnya baik yang pernah terlibat secara langsung ataupun tidak
langsung bukan melalui kajian pustaka dan kajian akademis secara langsung. Oleh
karena itu, pengetahuan setiap mahasiswa tentang NII KW-9 dari mahasiswa yang
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
72
satu dengan yang lainnya berbeda-beda, ada yang mengetahui cukup dalam, ada pula
yang sekadar mengetahui NII KW-9 merupakan gerakan Islam yang berbahaya.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Sukanto, Mantan Koordinator
Wilayah Kampus NII KW-9, gerakan NII KW-9 mulai masuk ke FIB sejak tahun 90-
an. Hal tersebut ditegaskan oleh Bapak Sukanto bahwa sejak tahun 1996 telah ada
mahasiswa FIB yang menjadi anggota NII KW-9. Mahasiswa yang paling banyak
direkrut menjadi anggota NII KW-9 di FIB pada tahun 1996 adalah mahasiswa dari
jurusan Sastra Arab.
Dari hasil wawancara, penulis dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa
mahasiswa FIB yang pernah terlibat langsung dengan NII KW-9. Adapun cara
perekrutan anggota NII KW-9 terhadap mahasiswa tersebut, sebagian besar melalui
kontak kembali dengan teman lama, ada yang didekati melalui cara diajak
berkenalan, dan ada yang sengaja mencoba masuk ke dalam gerakan tersebut untuk
mengeluarkan temannya yang telah menjadi anggota NII KW-9.84 Hal tersebut
membuktikan bahwa dalam mendekati calon anggota, mereka mempunyai pola dasar
yang sama. Akan tetapi, dalam penerapannya di lapangan disesuaikan dengan kondisi
masing-masing calon anggota, sehingga semakin lama, semakin berinovasi.
Setelah itu, beberapa dari mereka sempat mengikuti kajian awal untuk calon
anggota dan hampir dibaiat. Proses kajian awal ada yang dilakukan di rumah calon
anggota, mall, kontrakan, dan halte bis. Hal ini disesuaikan dengan situasi dan
karakter masing-masing calon anggota. Materi awal yang disampaikan juga 84 Wawancara dengan Risa, Teti, Wuri, Rizki dan Maradhika.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
73
disesuaikan dengan minat dan hobi masing-masing calon, seperti cara pembuatan
film, pergerakan Islami, ketertarikan dengan lawan jenis, dan belajar kelompok. Cara
penyampaian materi pun dikemas dengan menarik, sehingga calon anggota
membenarkan apa yang disampaikan dan tertarik untuk hadir di pertemuan
membenarkan apa yang disampaikan dan tertarik untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya, misalnya apabila calon anggotanya perempuan, maka yang memberikan
materi adalah laki-laki dengan penampilan menarik dan gaya bicaranya memikat.
Cara pendekatan yang dilakukan terhadap calon anggota sudah disesuaikan
dengan karakter masing-masing calon. Hal ini didapatkan dari data yang telah
dikumpulkan sebelumnya dari orang yang mengajak pertama kali. Selain teman lama,
biasanya yang mengajak teman yang sering bertemu dengan calon anggota, sehingga
dapat lebih terbuka dan merasa tidak enak jika menolak ajakan mereka. Ketika diajak
ke kajian awal, seluruh pesertanya adalah mahasiswa atau disesuaikan dengan latar
belakang pendidikan, sosial, dan keluarga, sehingga komunikasi dapat berjalan
dengan lancar.
Hal tersebut menunjukan cara perekrutan anggota NII KW-9 berhasil menarik
minat dan menghidupkan rasa penasaran mahasiswa FIB terhadap suatu hal yang
baru. Selain itu, kultur atau budaya mahasiswa FIB yang senang berdiskusi dapat
menjadi peluang bagi NII KW-9 untuk merekrut mahasiswa FIB. Hal ini disebabkan
oleh mahasiswa yang bersangkutan akan membuka pikiran ketika berdiskusi,
sehingga mahasiswa yang minim pengetahuan agama dapat tersugesti bahwa konsep
dan ajaran NII KW-9 itu benar tanpa membandingkan dengan gerakan Islam yang
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
74
lain. Kemudian, kemampuan anggota NII KW-9 dalam retorika, manajemen, dan
pemasaran yang terlatih dengan baik menjadi batu pijakan untuk membuat mental
mahasiswa jatuh dan merasa bimbang, sedangkan yang bersangkutan tidak merasa
memiliki pengetahuan dan argumentasi untuk menyanggah pendapat mereka.
Sehingga tidak hanya tema diskusi dalam kajian NII KW-9 yang menarik minat
mahasiswa, tetapi cara pengemasan materi pun dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang.
Beberapa unit desa kemudian mengadakan pertemuan besar setiap bulannya di
daerah Puncak, Bogor untuk seluruh jamaah yang terdaftar di desa masing-masing.85.
Hal ini bertujuan untuk menyolidkan jamaah, baik anggota baru maupun anggota
lama. Namun, tidak semua desa dapat melakukan hal tersebut karena pemasukan
masing-masing desa berbeda jumlahnya, sehingga hanya desa-desa yang tinggi
penghasilannya yang dapat mengadakan pertemuan besar setiap bulan untuk
jamaahnya.
Sampai saat ini ada dua mahasiswa yang terindikasi terlibat dengan NII KW-
9. Hal tersebut dilihat dari turunnya nilai indeks prestasi mereka dan terhambatnya
pembayaran Biaya Operasional Pendidikan (BOP) untuk semester berikutnya. Pihak
dekanat FIB melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan komunikasi
langsung ke kedua orangtua mahasiswa yang bersangkutan. Mahasiswa yang pertama
hanya terindikasi terlibat NII KW-9. Kemudian, pihak dekanat memberikan saran
kepada orangtua tersebut untuk menarik sang anak dan melakukan pendekatan 85 Wawancara dengan Maradhika Malawa, Rabu, 6 Juni 2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
75
kekeluargaan serta tidak bersikap kontra dengan menyalahkan sang anak. Akhirnya,
yang bersangkutan dapat ditarik kembali oleh orangtuanya dan sekarang mahasiswa
tersebut tidak bermasalah di kampus.
Mahasiswa yang kedua terbukti menjadi anggota NII KW-9. Bukti tersebut
didapatkan pihak dekanat dari salinan buku harian yang bersangkutan dari orangtua
mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang bersangkutan menjelaskan di dalam buku
harian proses awal berkenalan dengan NII KW-9, mengikuti kajian mereka, dan
membawa mahasiswa yang lain untuk diajak bergabung ke dalam NII KW-9. Selain
itu, mahasiswa tersebut juga membohongi orangtua dengan bermacam-macam alasan
untuk mendapatkan dana agar dapat menutupi infaq setiap bulan yang harus
disetorkan. Yang bersangkutan juga memanipulasi jadwal kuliah dan uang kegiatan di
kampus untuk memudahkan perizinan keluar rumah dan melakukan kegiatan NII
KW-9.
Untuk mencegah bertambahnya mahasiswa yang menjadi anggota NII KW-9,
harus ada kerja sama yang baik antara pihak dekanat dengan mahasiswa. Pada tahun
2006, pihak dekanat FIB bekerja sama dengan LDF, Forum Amal dan Studi Islam
(FORMASI) mengadakan seminar “Bahaya NII” sebagai langkah awal pencegahan
meluasnya NII KW-9 di FIB. Seminar yang diadakan sekitar dua jam mendapatkan
antusias yang baik dari mahasiswa FIB. Hal ini sesuai dengan harapan pihak
penyelenggara. Akan tetapi setelah kegiatan tersebut, baik dari pihak dekanat maupun
LDF tidak ada tindak lanjut yang kongkrit untuk mengantisipasi bertambahnya
anggota NII KW-9 di FIB.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
76
Pihak dekanat sampai sekarang lebih menekankan kerja sama dengan
koordinator program studi untuk mengantisipasi mahasiswa yang terlibat dalam NII
KW-9. Salah satu indikasi dapat dilihat dari indeks prestasi mahasiswa setiap
semester apakah ada yang menurun drastis atau tidak. Jika ada yang menurun drastis,
maka dilakukan pendekatan intensif untuk mencari tahu penyebabnya.86 Jika terbukti
terlibat dalam gerakan NII KW-9, maka pihak dekanat akan memberitahukan
keluarga mahasiswa tersebut, dan melakukan pendekatan secara kekeluargaan. Hal ini
tidak hanya melibatkan pihak dekanat dan keluarga, tetapi juga melibatkan teman-
teman mahasiswa yang bersangkutan.
Jika indikasi hanya dilihat dari menurunnya indeks prestasi, maka hal tersebut
kurang efektif karena turunnya indeks prestasi tidak hanya disebabkan oleh
terlibatnya mahasiswa dalam NII KW-9. Banyak hal yang dapat menyebabkan indeks
prestasi seorang mahasiswa turun, antara lain ada masalah keluarga, tidak konsentrasi
ketika mengikuti kuliah, tidak siap dalam mengerjakan ujian, dan aktif di organisasi
kemahasiswaan sehingga kuliahnya terabaikan. Selain turunnya indeks prestasi,
mahasiswa yang terlibat dengan NII KW-9 dapat diindikasikan dari sering meminjam
uang kepada temannya, sibuk dengan telepon genggamnya, dan sering menghilang
dari peredaran pergaulan dengan teman-teman di kampus. Pihak dekanat tidak dapat
memberikan sanksi yang tegas untuk mahasiswa yang terbukti terlibat di dalam NII
86 Wawancara dengan Bapak R. Cecep Eka Permana, Senin, 23 April 2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
77
KW-9 karena sampai saat ini belum ada pernyataan resmi dari pemerintah yang
menegaskan bahwa NII KW-9 adalah organisasi terlarang.87
Salah satu upaya dekanat untuk melakukan pencegahan adalah bekerja sama
dengan FORMASI. Sebagai LDF, FORMASI hingga sekarang lebih menekankan
informasi dari himpunan-himpunan mahasiswa, khususnya perorangan untuk
mengantisipasi hal tersebut. Hal ini tidak berjalan dengan baik karena FORMASI
tidak dekat dengan seluruh himpunan mahasiswa FIB. Dari 15 himpunan mahasiswa
di FIB, hanya beberapa himpunan yang menjalin komunikasi langsung dengan
FORMASI. Hal tersebut memberi kesan eksklusif kepada FORMASI dan dapat
membuat mahasiswa yang lain merasa sungkan untuk bertanya seputar dunia Islam
kepada FORMASI.
FORMASI sebagai LDF menyadari peran dan kewajiban LDF menerangkan
tentang Islam kepada mahasiswa yang minim pengetahuan agamanya. Banyaknya
kajian Islam yang diadakan oleh FORMASI tidak menjadi jaminan gerakan NII KW-
9 dapat dihilangkan dari FIB karena hanya sedikit mahasiswa yang menghadiri kajian
tersebut. Dengan demikian, antara pihak dekanat dengan FORMASI belum ada kerja
sama yang baik untuk menangani masalah ini.
Karena pengetahuan mengenai NII KW-9 yang didapatkan oleh mahasiswa
FIB terbatas, adanya gerakan NII KW-9 di FIB tidak memberikan dampak yang
signifikan kepada mahasiswa FIB. Hal ini disebabkan oleh hubungan antara
mahasiswa yang menjadi anggota NII KW-9 dan mahasiswa yang lain tetap menjalin 87 Ibid.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
78
komunikasi. Tertutupnya mahasiswa yang sudah menjadi anggota NII KW-9 juga
membuat gerakan ini tidak mudah untuk diawasi. Untuk mereka yang terlibat NII
KW-9, namun tidak bermasalah dalam bidang akademis akan sulit diindikasikan
terlibat NII KW-9. Hal ini disebabkan oleh baik pihak dekanat maupun mahasiswa
tidak dapat melarang seorang bergabung dengan sebuah gerakan selama hal tersebut
tidak mengganggu yang lain. Uniknya, anggota NII KW-9 hanya mengetahui sejarah
berdirinya NII yang dibentuk oleh Kartoseowirjo dari tahun 1949-1962.88 Anggota
NII KW-9 yang sekarang tidak mengetahui faksi-faksi yang timbul akibat perpecahan
di dalam internal NII KW-9.
Menurut Idris, Ketua FORMASI periode 2005-2006 tidak semua sisi dari NII
KW-9 itu buruk. Gerakan atau aliran Islam yang lain harus mencontoh NII KW-9 dari
sudut pandang visi dan misi yang diturunkan secara detail, sehingga mudah
dimengerti oleh anggota-anggotanya sampai ke sel yang terkecil. Visi NII KW-9
yang diikuti dengan langkah-langkah yang jelas seharusnya dapat menyadarkan umat
dan gerakan Islam yang lain bahwa selama ini kita melupakan dan mengabaikan visi
dan misi selama beberapa tahun ke depan, sehingga banyak kelompok yang
pergerakannya mengalir begitu saja seperti sungai tanpa ada tujuan yang jelas.
Bahkan menurut Maradhika, mahasiswa D3 FIB, perbedaaan yang terdapat di NII
KW-9 hanya sebatas perbedaan akidah dengan yang selama ini berkembang dan
diterapkan di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari doktrin yang diterapkan dalam
kajian NII KW-9 bahwa raja dalam kehidupan adalah pikiran atau otak, sedangkan 88 Op.cit, wawancara dengan Bapak Sukanto.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
79
anggota tubuh yang lain termasuk hati adalah tentaranya. Berbeda dengan
pemahaman yang selama ini berkembang dan diterapkan di masyarakat bahwa hati
adalah raja yang menentukan segala kehidupan. Doktrin yang diterapkan oleh NII
KW-9 mampu mengeraskan hati anggotanya, sehingga mereka tidak memiliki empati
terhadap lingkungan sekitarnya, contoh sang anak tega menguras harta kedua
orangtuanya tanpa memikirkan perasaan keluarganya.
Selain itu, NII KW-9 juga menerapkan pemikiran bahwa NII dijajah oleh
Belanda selama 350 tahun, dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun, dan sampai saat ini
dijajah oleh RI. Hal tersebut jelas menyimpang dari sejarah yang sebenarnya.89
Menurut Rahman, Ketua FORMASI FIB UI periode 2006-2007, sesuatu yang
mencoreng dakwah Islam, khususnya citra Islam itu sendiri apabila ada seorang
aktivis dakwah dalam melakukan sesuatu dengan tertutup. Jika tertutup atau diam-
diam, maka hal tersebut akan menimbulkan kesan negatif, misalnya sebagai sesuatu
yang menyesatkan dan hal itu sangat merugikan dakwah Islam.
Maka dapat disimpulkan bahwa antisipasi yang dilakukan di FIB, baik oleh
pihak dekanat maupun LDF tidak berjalan efektif. Hal ini disebabkan oleh tindakan
antisipasi baru dilakukan jika terdapat laporan atau keluhan yang masuk. Kurangnya
sikap pro aktif tersebut pada akhirnya tidak mampu menghentikan proses perekrutan
NII KW-9 secara tuntas. Selain itu, pihak program studi cenderung menyelesaikan
kasus mahasiswanya yang terlibat dengan NII KW-9 secara tertutup dan rapih,
sehingga penanganan kasus-kasus yang terjadi di FIB tidak terkordinasi dengan baik. 89 Wawancara dengan Rahman, Rabu, 27 Juni 2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
80
Hal lain yang membuat tindakan antisipasi di FIB tidak efektif adalah tidak
terdapat indikator yang jelas mengenai mahasiswa yang terlibat NII KW-9. Selama
ini pihak dekanat hanya menekankan indikator mahasiswa yang terlibat NII KW-9
pada menurunnya indeks prestasi mahasiswa. Kondisi ini seolah menyederhanakan
masalah, padahal indikator mahasiswa yang terlibat NII KW-9 tidak sekadar dilihat
dari menurunnya indeks prestasi.
Sebaiknya dari pihak dekanat dan mahasiswa menjalin hubungan yang
harmonis untuk menangani masalah tersebut. Dari hubungan yang harmonis ini, akan
menghasilkan sebuah langkah antisipasi yang kongkrit untuk mencegah
bertambahnya jumlah anggota NII KW-9 di FIB. Kehidupan mahasiswa FIB yang
heterogen, dinamis, dan senang berdiskusi tidak dapat menghentikan langkah NII
KW-9 dalam merekrut anggota dari FIB. Oleh karena itu, perlu sebuah langkah
kongkrit, seperti memasukkan materi mengenai gerakan dan aliran Islam ke dalam
program Pengenalan Sistem Akademik Universitas dan Masa Bimbingan (PSAU dan
MABIM) fakultas untuk mahasiswa baru atau membuat sebuah forum diskusi yang
berkesinambungan, sehingga mahasiswa tidak hanya tahu di permukaannya saja,
tetapi mendapatkan informasi secara menyeluruh.
3.3 NII di Fakultas Ekonomi
Dari hasil wawancara, seluruh koresponden di FE mengenal beberapa gerakan
dan aliran Islam di Indonesia, seperti Ahmadiyah, NU, Muhammdiyah, Lia Eden,
LDII, dan NII KW-9. Namun, yang mengetahui NII KW-9 secara detail hanya
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
81
beberapa orang saja. NII KW-9 masuk ke FE berbarengan dengan masuk ke FIB.
Pada tahun 1996, Bapak Sukanto memiliki 11 orang jamaah di FE UI. Dari hasil
wawancara, Bapak Sukanto mengatakan bahwa anggota NII KW-9 terbanyak direkrut
dari FE. Salah satu anggota NII KW-9 yang sudah direkrut sejak tahun 1996 ada yang
mengajar di program Ekstensi FE di Salemba.90 Mengapa NII KW-9 banyak merekrut
anggota dari FE karena mengharapkan dapat merekrut mahasiswa dari keluarga
mampu, sehingga dapat menambah dana bagi kegiatan NII KW-9 karena sejak tahun
2001 mahasiswa menjadi tambang emas pendanaan kepentingan NII KW-9.
Terdapat empat kasus yang sekarang ditangani oleh pihak dekanat FE. Tiga
dari empat kasus itu mengubah pola perilaku dan mengganggu nilai akademis
mahasiswa yang bersangkutan, sedangkan kasus yang keempat tidak bermasalah
dalam akdemisnya dan tetap dapat berbaur dengan mahasiswa yang lain. Dari empat
kasus tersebut, hanya dua kasus pertama yang dijelaskan oleh pihak dekanat.91
Kasus yang pertama terungkap karena ada pengaduan dari orangtua
mahasiswa yang bersangkutan ke pihak dekanat. Orangtua tersebut heran dengan
prestasi anaknya yang terus menurun drastis dan bermasalah dengan anggota keluarga
di rumah. Akhirnya, baik pihak dekanat maupun orangtua menanyakan langsung
kepada mahasiswa yang bersangkutan, namun mahasiswa tersebut tetap tidak
mengaku bahwa dirinya terlibat dalam NII. Pihak dekanat memberikan saran kepada
orangtua mahasiswa agar mengantar dan menjemput sang anak di kampus. Hal itu
90 Ibid. 91 Wawancara dengan Ibu Rifelly Dewi Astuti, Senin, 4 Juni 2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
82
telah dilakukan, namun hanya bertahan satu semester. Hal ini disebabkan oleh sang
anak yang masih dapat mencuri waktu untuk menghilang, akhirnya dia dipindahkan
kuliahnya ke Maroko. Walaupun sudah pindah kuliah ke Maroko, hubungan
mahasiswa tersebut dengan teman-teman di NII tetap berjalan dengan baik. Akhirnya,
dia minta pulang ke Indonesia dan sekarang kuliah di salah satu perguruan tinggi
swasta di Jakarta.
Kasus yang kedua orangtua mahasiswa tersebut supir angkot (kendaraan
umum). Walaupun angkotnya sudah menjadi milik keluarga, tidak mudah dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, pihak dekanat membantu yang
bersangkutan dengan memberikan keringanan BOP. Ketika mahasiswa yang
bersangkutan menjadi anggota NII KW-9, orangtuanya tidak mengerti bagaimana
cara untuk menangani masalah tersebut, sehingga orangtua yang bersangkutan
intensif menjalin komunikasi dengan dekanat. Pihak dekanat memberikan saran
kepada orangtua yang bersangkutan untuk membuat pengajian di rumah dengan
mendatangkan seorang ustadz yang mempunyai kemampuan untuk menangani
masalah tersebut. Ketika pengajian tersebut diadakan di rumah, sang anak tidak mau
mengikuti dan lebih memilih berdiam diri di kamar, kemudian sang anak juga suka
marah sendiri dan mengatakan bahwa pengajian yang diisi oleh ustadz tersebut tidak
benar. Dari sisi akademis, indeks prestasinya menurun drastis dari nilai 3 menjadi 1.
Karena orangtua mahasiswa tersebut sulit mengawasi kegiatan sang anak di luar
rumah, sang anak dilarang keluar rumah dan komunikasinya dengan teman-teman di
NII KW-9 diputus. Akibatnya, sang anak menjadi stres dan akhirnya pihak dekanat
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
83
merujuk ke psikolog untuk mengobati stres mahasiswa tersebut. Dalam menjalani
masa rehabilitasinya, mahasiswa tersebut cuti dari kegiatan akademisnya di fakultas
selama tiga semester berturut-turut. Hal tersebut diizinkan oleh pihak rektorat dan
Wakil Dekan (Wadek) I FE karena kasus yang dihadapi adalah kasus khusus.
Sekarang mahasiswa tersebut sudah kembali kuliah dan tetap dipantau
perkembangannya oleh pihak dekanat.
Berbeda dengan di FIB, tindakan pencegahan di FE lebih terkoordinir dengan
baik antara pihak dekanat dengan mahasiswa. Dekanat mengambil kebijakan untuk
mengadakan seminar ”Bahaya NII” dan bekerja sama dengan LDF, FSI FE pada
tahun 2005. Seminar ini mendapatkan sambutan dari mahasiswa dari FE maupun dari
fakultas lain. Malam hari setelah seminar tersebut diadakan, ada dua orang mahasiswi
FE yang bimbang untuk mengikuti proses baiat di NII KW-9 dan meminta konsultasi
ke FSI. Namun, yang berhasil diyakinkan hanya satu orang, sedangkan yang satu
orang tidak dapat dicegah untuk tetap mengikuti proses baiat tersebut.
Selain seminar, dekanat FE juga memasukan materi mengenai gerakan dan
aliran Islam ke dalam PSAU fakultas dan acara ke-Islaman yang diadakan oleh FSI.
Hal tersebut dilakukan sebagai pencegahan awal agar mahasiswa baru tidak terekrut
ke dalam NII KW-9. Walaupun terdapat usaha perekrutan untuk mahasiswa baru, hal
itu tidak akan berjalan dengan mudah karena mereka sudah dibekali terlebih dahulu.
Kemudian, pihak dekanat juga bekerja sama dan meminta kepada FSI sebagai LDF
agar membuat peer group di antara teman-teman mahasiswa serta bergaul dengan
teman-teman di luar anggota FSI supaya tidak terkesan eksklusif. Fungsi dari peer
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
84
group tersebut tidak hanya menjaga teman di dalam grupnya saja, melainkan juga
menyebarkan hasil diskusinya ke teman-teman mahasiswa yang lain. Dengan
demikian, FSI dapat menjadi pagar untuk mahasiswa FE yang lain dan tidak memiliki
pengetahuan agama yang cukup. Dekanat juga meminta kepada FSI FE untuk lebih
memperhatikan teman-teman mahasiswa disekitarnya. Jika ada teman mahasiswa
yang terlihat bersikap aneh atau mulai menjauh dari teman-teman di sekitarnya, maka
harus segera didekati atau mencari informasi tentang masalah yang sedang
dihadapinya.
Cara perekrutan NII KW-9 di FE lebih beragam dibandingkan dengan di FIB.
Pertama, berawal dari dijadikan kekasih, hingga akhirnya diajak masuk ke dalam NII
KW-9. Cara yang kedua, yaitu diajak oleh temannya untuk ikut kajain Islam di luar
kampus selama dua hari: Sabtu dan Minggu yang ternyata perkenalan untuk
perekrutan anggota baru NII KW-9. Kajian yang diadakan selama dua hari itu dimulai
dari pagi sampai sore. Hal tersebut membuat peserta kajian merasa kelelahan dan
doktrin NII KW-9 akan lebih mudah diserap oleh alam bawah sadar jika calon
anggotanya kelelahan dan capai secara fisik dan batin. Pengenalan NII KW-9 tidak
dilakukan secara langsung, melainkan secara bertahap. Di hari pertama, pemateri
memberikan kajian tentang kebangkitan Islam dengan menggunakan dalil-dalil Al-
Quran yang dipotong-potong dan ditafsirkan seuai keinginan mereka dan dilanjutkan
di hari keduanya dengan doktrin NII KW-9 mengenai konsep negara dalam Islam.
Para peserta kajian tersebut akan diundang ke kajian berikutnya untuk
meneruskan materi yang telah diberikan di kajian pertama dan apabila mereka
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
85
menolak maka akan ada ancaman untuk mereka dari orang yang mengajak mereka
pertama kali. Beberapa materi NII KW-9 ada yang diberikan dalam bentuk power
point dan ada pula yang menggunakan papan tulis dalam penyajiannya. Dari awal
perekrutan, calon anggota sudah diajarkan berbohong kepada orangtua jika nanti
ditanya oleh keluarganya. Kemudian, mereka juga mengajarkan agar tidak
membicarakan pertemuan beserta isinya kepada orang lain di luar peserta kajian
tersebut. Ketiga, dengan menawarkan barang kepada mahasiswa. Jika mahasiswa
tersebut tertarik dan ingin membeli barang tersebut, maka akan diajak berdiskusi oleh
penjualnya. Dari diskusi tersebut, penjual yang sudah menjadi anggota NII KW-9
akan mengajak calon pembelinya untuk hadir ke kajian Islam NII KW-9.
Kegiatan NII KW-9 sekarang berada di sekitar kampus UI Depok. Jadi di
mana pun kita tinggal kita tetap dapat mengikuti kajian kelompok tersebut karena
mereka sudah memiliki sel-sel di berbagai lokasi, antara lain Jakarta, Depok, Bogor,
Tanggerang, dan Bekasi. Berdasarkan koresponden FIB dan FE, tempat pelaksanaan
kajian awal terdapat perbedaan, tempat kajian koresponden FIB lebih beragam,
sedangkan di FE mayoraitas dibawa ke sebuah kontrakan atau kos-kosan mahasiswa.
Pemateri menyajikan materi dengan cara yang bersahabat, dekat dengan peserta
kajian, dan terkesan sangat sholeh sehingga para peserta kajian akan bersimpati untuk
mendengarkan isi dari kajian tersebut. Dari pengalaman mahasiswa Manajemen FE
UI ketika mendengarkan mentor NII KW-9 berbicara tentang konsep negara Islam hal
tersebut dapat diterima secara logika, bahkan cenderung untuk langsung
membetulkan apa yang dikatakan oleh mentor tersebut jika kita tidak berdiskusi lagi
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
86
dengan pihak luar. Hal tersebut menarik karena cara penyampaian materi mereka
lakukan dengan kemasan yang bagus walaupun isinya diragukan.
Menurut M. Budi Prasetyo, Ketua FSI FE periode 2005-2006, mahasiswa
yang terlibat dalam gerakan NII KW-9 menjadi korban sekaligus pelaku. Korban atas
kekeliruan mahasiswa tersebut terhadap pemahaman Islamnya dan menjadi pelaku
karena dia akan mengajak orang lain untuk mengikuti mereka. Mahasiswa FE yang
menjadi anggota NII KW-9 akan menjaga jarak dengan teman-teman disekitarnya
apabila yang bersangkutan merasa bahwa identitasnya sudah ketahuan oleh teman-
teman yang lain. Mahasiswa FE mendapatkan informasi tentang NII KW-9 tidak
hanya dari teman, tetapi juga dari media baik internet, cetak, dan elektronik. Kondisi
tersebut berbeda dengan di mahasiswa FIB yang banyak mengetahui tentang NII
KW-9 dari teman. Banyak mahasiswa FE yang mengetahui tentang NII KW-9 dengan
mendetail karena tingkat kajian pustaka mereka yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukan tingginya rasa ingin tahu mahasiswa FE mengenai NII KW-9.
Sedangkan koresponden di FIB lebih cenderung pasif dalam mencari informasi
tentang NII KW-9 apabila tidak ada teman atau saudara yang terlibat di dalamnya
(tidak berhubungan langsung dengan NII KW-9).
Sebagian koresponden di FE mengetahui mengenai sejarah awal berdirinya
NII yang dibentuk oleh Kartosoewirjo di tahun 1949 dan NII yang bergerak saat ini
adalah NII KW-9 yang sudah menyimpang dari segi akidah karena mereka
menghalalkan cara yang salah untuk mencapai tujuan mereka, yaitu mewujudkan
negara Islam di Indonesia. Cabang gerakan NII KW-9 sekarang tersebar di seluruh
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
87
wilayah Indonesia, bahkan mereka juga mengklaim bahwa banyak warga Malaysia
yang sudah hijrah ke NII KW-9. Pendalaman pengetahuan tentang Islam melalui
kajian banyak diikuti oleh mahasiswa FE, baik kajian ke-Islaman di FE, UI, maupun
di dekat rumah mereka. Namun, hal tersebut tidak menjadi jaminan bahwa orang
yang sudah sering mengikuti kajian ke-Islaman tidak akan terjerat NII.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
BAB 4
K E S I M P U L A N
4.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini adalah NII KW-9 telah dijadikan alat oleh oknum tertentu
untuk membuat citra negatif tentang pergerakan ummat Islam di Indonesia. Hal ini
berhasil membangun paradigma di mata masyarakat bahwa gerakan NII KW-9
berbahaya. Namun dalam kenyatannya, baik pihak pemerintah maupun MUI sampai
saat ini belum mengeluarkan pernyataan resmi tentang gerakan NII KW-9, sehingga
gerakan kelompok ini masih dianggap tidak mengganggu stabilitas negara. Dari hasil
penelitian ditemukan bahwa gerakan NII KW-9 saat ini berbeda dari segi akidah
dengan DI-TII yang didirikan oleh Kartosoewirjo walaupun mereka memiliki tujuan
yang relatif sama, yaitu mendirikan negara Islam di Indonesia. Berikut ini merupakan
penjabaran hasil penelitian mengenai NII KW-9:
1. NII KW-9 bukan merupakan kontinuitas gerakan DI Kartosoewirjo. Hal ini
dibuktikan dari perbedaan doktrin yang diterapkan, Kartosoewirjo
menekankan kepada penegakan syariat Islam dalam bentuk negara, sedangkan
NII KW-9 menggunakan alasan negara Islam untuk menggalang dana bagi
kepentingan pribadi pemimpinnya.
2. NII KW-9 memfokuskan perekrutan anggota dari mahasiswa. Hal ini
bertujuan untuk memperluas jaringan mereka dan mencari kader muda yang
militan serta mudah diarahkan demi kepentingan gerakan tersebut. Hal ini
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
89
membuktikkan bahwa pendidikan ke-Islaman yang diterapkan di bangku
formal sekolah baik dari tingkat SD sampai dengan Universitas tidak mampu
memenuhi rasa ingin tahu mereka terhadap pengetahuan agama, sehingga
mahasiswa mengikuti kajian ke-Islaman di luar pendidikan formal. Kondisi
ini yang dimanfaatkan oleh NII KW-9 untuk merekrut anggota dari kalangan
mahasiswa.
3. Penangan NII KW-9 di UI hingga saat ini belum terkoordinasi dengan baik.
Di FIB, dalam menangani masalah NII KW-9 lebih mengutamakan kerja sama
dengan koordinator program studi untuk memantau apakah ada mahasiswa
yang nilai indeks prestasinya turun drastis. Selain itu, pihak dekanat juga
bekerja sama dengan FORMASI (LDF) untuk mengadakan seminar ”Bahaya
NII” di tahun 2006, namun hal tersebut kurang efektif untuk mengantisipasi
mahasiswa FIB agar tidak terlibat dengan gerakan NII KW-9. Namun
sayangnya, tidak ada kejelasan follow up yang dilakukan oleh pihak dekanat
maupun FORMASI. FE dalam mencagah meluasnya jaringan anggota NII
KW-9 di fakultasnya, bekerja sama dengan FSI (LDF) untuk mengadakan
seminar ”Bahaya NII” di tahun 2005. Pada tahun 2006, pihak dekanat bekerja
sama dengan FSI memberikan seminar ”Bahaya NII” untuk mahasiswa baru
ketika kegiatan PSAU berlangsung. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa
baru dapat mengetahui gerakan NII KW-9 di UI dan diharapkan mahasiswa
baru tidak terlibat di dalamnya.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
90
4.2 Saran-saran
1. Mahasiswa yang sudah terlibat dalam NII KW-9 akan susah untuk diajak keluar
dari gerakan tersebut jika tidak ada keinginan dari diri mereka sendiri. Selain
itu, mahasiswa yang terlibat dalam NII KW-9 harus diberi pemahaman tentang
Islam yang baik dan benar dari orang-orang yang dapat dipercaya agar dapat
membedakan mana yang salah dan sebaliknya. Kerja sama yang baik dan solid
antara keluarga, pihak dekanat, dan teman-teman yang bersangkutan dapat
mempercepat proses penarikan keluar anggota NII KW-9. Peranan keluarga inti
untuk mendukung mereka keluar dari gerakan tersebut sangat besar. Salah satu
contoh kasus di FK ada mahasiswa yang selalu ditunggui oleh ayahnya selama
dia melakukan kegiatan, baik akademis maupun kegiatannnya yang lain,
sehingga akhirnya mahasiswa tersebut dapat keluar dari gerakan NII KW-9 dan
menamatkan kuliahnya walaupun indeks prestasinya tidak terlalu bagus.
2. LDF dan LDK dalam membuat kajian diharapkan dapat mengemasnya lebih
menarik, sehingga mahasiswa yang ingin memperdalam agamanya tidak merasa
enggan untuk mengahadiri kajian tersebut. Selain itu, sikap terbuka teman-
teman LDF dan LDK kepada teman-teman mahasiswa dapat menumbuhkan
rasa percaya dan hal ini dapat membuat mahasiswa yang lain tertarik untuk
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh lembaga dakwah tersebut serta
menghapus kesan eksklusif. Dengan demikian, mahasiswa dapat memenuhi
kebutuhannya untuk hadir di kajian ke-Islaman yang lebih intensif di
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
91
kampusnya sendiri. Jika hal tersebut dapat terwujud, maka mahasiswa
mempunyai dasar agama yang cukup kuat agar tidak terlibat dalam NII KW-9
dan meskipun tetap ada mahasiswa yang diajak untuk mengikuti kajian NII
KW-9 mereka dapat terbuka dan berdiskusi tanpa rasa segan dengan teman-
teman lembaga dakwah di fakultasnya.
3. Dukungan pihak dekanat maupun rektorat terhadap kagiatan keagamaan dapat
memberikan citra yang baik di mata mahasiswa. Hal ini dapat menumbuhkan
rasa saling percaya dan bekerja sama untuk mencegah meluasnya pengaruh NII
KW-9 di tengah-tengah mahasiswa UI. Tidak terungkapnya jaringan NII KW-9
di UI sebelum ditemukannya kasus, seperti menurunnya indeks prestasi atau
hilangnya mahasiswa dari teman-teman dikampusnya dapat lebih dipantau
dengan memberikan pemahaman kepada mahasiswa baru pada saat kegiatan
PSAU berlangsung. Dengan demikian, mahasiswa baru tidak terlena dengan
kehidupan kampus yang sangat heterogen baik dalam pergaulan maupun
pemikiran.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
PUST AKA ACUAN
BUKU
Abduh, Umar. Membongkar Gerakan Sesat NII di Balik Pesantren Mewah Al
Zaytun, cetakan III. Jakarta: LPPI. 2001.
Brackman, Arnold C. Indonesian Communism: a History. New York: Frederick A.
Praeger, Inc. 1963.
Bröckers, Mathias. Konspirasi, Teori-teori Konspirasi dan Rahasia 11.9
(terjemahan). Jakarta: Ina Publikatama. 2003.
Brumberg, Abraham. What is Communism? A Picture Survey of World
Communism. New York: E.P. Dutton dan Co.,Inc. 1963.
Chaidar, Al. Wacana Ideologi Negara Islam “Studi Harakah Darul Islam dan
Moro National Liberation Front”. Jakarta: Darul Falah. 1999.
Dengel, Holk H. Darul Islam dan Kartosuwirjo “Angan-angan yang Gagal”
(terjemahan). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1995.
Dijk, Cornelis van. Rebellion under The Banner of Islam: The Darul Islam in
Indonesia. Nijhoff: The Hague. 1981.
Giddens, Anthony dan David Held. Perdebatan Klasik dan Kontemporer Mengenai
Kelompok, Kekuasaan, dan Konflik: Teori Sosial Kontemporer
(terjemahan). Jakarta: CV Rajawali. 1987.
Hartono, Ahmad Jaiz. Aliran dan Paham Sesat di Indonesia. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar. 2002.
Isma’il, Abu Ahmad Khalid. Konspirasi Neo Orba: Mega, Hendro, dan NII al
Zaytun. Jakarta: LPDI-SIKAT dan CedSoS. 2004.
Nashir, Haedar. Gerakan Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah Ideologis di
Indonesia. Jakarta: Psap. 2007.
Nasution, H.M. Yunan. Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan. Jakarta:
Bulan Bintang. 1988.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
93
Prasetyo, Eko. Membela Agama Tuhan: Potret Gerakan Islam dalam Pusaran
Konflik Global. Yogyakarta: Insist Press. 2002.
Sjadzali, H. Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran.
Jakarta: UI Press. 1990.
Wasis, Widjiono. Geger Talangsari: Serpihan Gerakan Darul Islam. Jakarta: Balai
Pustaka. 2001.
MAJALAH
Effendi, Bahtiar. “Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktek Politik
Islam di Indonesia”. Prisma. Mei 1995.
SKRIPSI
Darajat, Zakiya. Negara Islam Indonesia Orde Baru Tinjauan Historis Terhadap
Gerakan Darul Islam Masa Orde Baru. Tesis UIN Syarif Hidayatullah,
2004.
Syukur, Abdul. Gerakan Usroh: Kasus Peristiwa Lampung 1989. Tesis Universitas
Indonesia. 2001.
SUMBER LISAN
Wawancara Bapak Sukanto, Mantan Koordinator Wilayah Kampus NII KW-9,
Selasa, 26 Juni 2007.
Wawancara Bapak R. Cecep Eka Permana, Manajer Mahasiswa dan Alumni FIB
UI, Senin, 23 April 2007.
Wawancara Bapak Martarizal, Manajer Pendidikan FMIPA UI, Jumat, 27 April
2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
94
Wawancara Ibu Rifelly Dewi Astuti, Manajer Mahasiswa dan Alumni FE UI,
Senin, 4 Juni 2007.
Wawancara Bapak Jachrizal Sumabrata, Manajer Mahasiswa dan Alumni FT UI,
Kamis, 14 Juni 2007.
Wawancara Bapak Hananto Ardiantoro, Manajer Mahasiswa dan Alumni FK UI,
Rabu, 20 Juni 2007.
Wawancara Ibu Kasiyah M. Junus, Manajer Mahasiswa dan Alumni FASILKOM
UI, Senin, 25 Juni 2007.
Wawancara Risa Rifkiyanti Leonita Husni, Mahasiswa Jurusan Sastra Arab
Angkatan 2004 FIB UI, Kamis, 9 Februari 2006.
Wawancara Teti, Mahasiswa Jurusan Sastra Arab Angkatan 2004 FIB UI, Kamis, 9
Februari 2006.
Wawancara Wuri Ekawati Putri, Mahasiswa Jurusan Sastra Arab Angkatan 2004 FIB
UI, Deputi Biro Dana Usaha Senat Mahasiswa FIB UI 2006-2007, Kamis, 9
Februari 2006.
Wawancara Juli, Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Angkatan 2004 FIB UI, Ketua
Keputrian FORMASI FIB UI Periode 2005-2006 Senin, 30 April 2007.
Wawancara Idris Said, Mahasiswa Sastra Arab Angkatan 2003 FIB UI, Ketua
FORMASI FIB UI Periode 2005-2006, Selasa, 8 Mei 2007.
Wawancara dengan Rizki, Mahasiswa Sastra Cina Angkatan 2004, Selasa, 5 Juni
2007.
Wawancara dengan Muhammad Ridwan, Mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan
2004, Ketua Departemen Syiar FORMASI FIB UI Periode 2006-2007,
Rabu, 6 Juni 2007.
Wawancara dengan Maradhika Malawa, Mahasiswa D3 Sastra Belanda Angkatan
2006 FIB UI, Rabu, 6 Juni 2007.
Wawancara dengan Adre Zaif Rahman, Mahasiswa Sastra Cina Angkatan 2004 FIB
UI, Rabu 6 Juni 2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
95
Wawancara dengan Rindu Restu Triandari, Mahasiswa Sastra Jawa Angkatan 2006,
Kamis, 7 Juni 2007.
Wawancara dengan Mufidah Brilian Irianti, Mahasiswa Sastra Jepang Angkatan
2005 FIB UI, Rabu 6 Juni 2007.
Wawancara dengan Anindya Febriani, Mahasiswa Sastra Belanda Angkatan 2005,
Sabtu, 16 Juni 2007.
Wawancara dengan Rahman, Mahasiswa Sastra Arab Angkatan 2004 FIB UI,
Ketua FORMASI FIB UI Periode 2006-2007, Rabu, 27 Juni 2007.
Wawancara Muhammad Budi Prasetyo, Mahasiswa Jurusan Manajemen Angkatan
2002 FE UI, Ketua FSI FE UI tahun 2005-2006, Selasa, 21 Februari 2006.
Wawancara dengan Abdur Rabbi, Mahasiwa Jurusan Manajemen Angkatan 2004
FE UI, Ketua Departemen Syiar Islam FSI FE 2006-2007, Selasa 8 Mei
2007.
Wawancara dengan Rizki Abdul Hakim, Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi
Angkatan 2004 FE UI, Selasa, 8 Mei 2007.
Wawancara dengan Ahmad Basori, Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Angkatan
2004 FE UI, Selasa, 8 Mei 2007.
Wawancara dengan Domi Romadhon, Mahasiswa Jurusan Manajemen Angkatan
2004 FE UI, Kabiro Danus FSI FE 2006-2007, Selasa, 8 Mei 2007.
Wawancara dengan Muhammad Ihsan Ariestiya, Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi
Angkatan 2003 FE UI, Ketua Umum FSI FE 2006-2007, Selasa, 8 Mei
2007.
Wawancara dengan Nurul Rizki Hamzah, Mahasiswa Jurusan Manajemen
Angkatan 2004 FE UI, Selasa, 8 Mei 2007.
Wawancara dengan Aditya Putra, Mahasiswa Jurusan Akuntansi Angkatan 2006 FE
UI, Rabu 9 Mei 2007.
Wawancara dengan Basuki Muhammad Mukhlis, Mahasiswa Jurusan Manajemen
Angkatan 2002 FE UI, Rabu, 9 Mei 2007.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
96
Wawancara dengan Kindy Miftah, Ketua Bidang II Pengembangan Keilmuan
Syariah Departemen Syiar FSI FE UI tahun 2006-2007, Rabu, 9 Mei 2007.
Wawancara dengan Sofyan Arifin Haji, Mahasiswa Jurusan Manajemen Angkatan
2004 FE UI, Kamis, 10 Mei 2007.
Wawancara Adri, Mahasiswa Jurusan Matematika Angkatan 2001 FMIPA UI,
Kabiro Humas BEM UI 2005-2006, Kamis, 9 Februari 2006.
Wawancara dengan Reza, Mahasiswa Fakultas Psikologi UI Angkatan 2001, Senin,
20 Februari 2006.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
97
Lampiran 1. Struktur NII Pasca Kartosoewirjo Keterangan:
1. Setelah Imam Kartosoewirjo wafat pada tahun 1962, tampuk kepemimpinan NII dipegang oleh Agus Abdullah dari tahun 1965-1970. Selanjutnya Tengku Daud Beureuh mengganitikan Agus Abdullah dari tahun 1970-1980.
S.M. Kartosoewirjo Wafat 1962
Agus Abdullah (1965-1970)
Tengku Daud Beureuh (1970-1980)
Djadja Sudjadi Wakil Imam sementara
(NII Fillah)
Adah Djaelani (NII Sabilillah)
1976-1996
Abdul Fatah T.W. (NII Sabilillah)
KW IX Jabota-bek dan Banten
KW I Jabar bagian Timur
KW IV Sulawe-si
KW V Aceh
KW III Jawa Timur
KW II Jawa Tengah
KW VI Kali-mantan
KW VII Jabar bagian Barat
KW VIII Suma-tera, kecuali Aceh
Abu Toto Abdus Salam (1996)
Abdullah Sungkar (1976)
Atjeng Kurnia Dodo M.D. dan Tahmid R.B.
A.H. Masduqi
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
98
2. Tahun 1979-1983, Imam NII dijabat oleh Djadja Sudjadi. Namun, dalam musyawarah Mahoni, Adah Djaelani mengambil alih tampuk kepemimpinan NII yang menurut Abdul Fatah T. Wirananggapati kepemimpinan Adah tidak sah.
3. Di bawah kepemimpinan Adah Djaelani, wilayah territorial NII terbagi dalam sembilan komandemen wilayah (KW-1 sampai dengan KW-9).
4. Atjeng Kurnia adalah Komadan KW-1, setelah bebas dari tahanan tahun 1993, melepaskan diri dari kepemimpinan Adah Djaelani. Begitu pula dengan Dodo M. Danu dan Tahmid Kartosoewirjo serta Ajengan H. Masduqi.
5. Tahun 1996, Adah Djaelani meresmikan kepemimpinan Abu Toto yang semulan Komandan KW-9 sebagai Imam NII secara keseluruhan.
Sumber: Zakiya Darajat, “Negara Islam Indonesia Orde Baru Tinjauan Historis Terhadap
Gerakan Darul Islam Masa Orde Baru”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah, 2004, hal. 261.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
99
Lampiran 2. Struktur Organisasi NII KW-9 Setelah KW-9 Menjadi Pusat NII Sumber: Abu Ahmad Khalil Isma’il, Konspirasi Neo Orba: Mega, Hendro, dan NII Al Zaytun, Jakarta: LPDI-SIKAT dan CeDSoS, 2004, hal. 173.
Majlis Syura
Imam/ Presiden
Dewan Fatwa, Dwan Syura, Dewan Imamah, Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Setia Usha
Kementrian Pembangunan
1. Sekretaris Negara 2. Dalam Negeri 3. Luar Negeri 4. Pertahanan 5. Pendidikan 6. Keuangan 7. Penerangan 8. Urusan Hukum
dan Syariat 9. Aparatur Negara 10. Kesehatan 11. Kesejahteraan
Ummat 12. Logistik dan
Pembekalan 13. Perdagangan 14. Kerja Raya 15. Peningkatan
Produksi Pangan
Sekjen
KORWIL YPI
Struktur Fungsional
KORDA YPI
Santri-santri
Dewan Wali Santri
Strukutur Teritorial
Eksponen Ma’had Az-Zaytun/ YPI Pusat Ma’had Az-Zaytun
KABAG/ Ka. Dewan
TIBMARA atau Garda Ma’had Az-Zaytun
Muwazof, Dokter, Guru
Mahasiswa, P3T, dan P2T2
Gubernur Wilayah
Residen
District Ofiicial
Onder District Ofiicial
Petinggi Desa
Jamaah/Warga NII
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
100
Lampiran 3. Wawancara Bapak Sukanto Mantan Koordinator Wilayah Kampus NII KW-9 Selasa, 26 Juni 2007 P : Bagaimana pertama kali Bapak terlibat dengan NII? J : Keterlibatannya ada proses. Proses perekrutannya itu ketika saya masuk sudah yang kedua
kali. Bicara masalah NII waktu tahun 1990-an masih tabu, namun di lingkungan saya dekat rumah ternyata sudah banyak anggota NII. Mereka juga mulai merekrut pemuda-pemuda di sekitarnya, karena banyak pemuda yang sudah terekrut mereka kan berkelompok, jadi kelihatan kelompok mereka dengan yang tidak. Dari hal itu muncul di sekitar rumah rumor kalau itu gerakan sesat. Beberapa di antara pemuda-pemuda itu mulai merekrut saya, tapi karena saya dengar dari orang lain apa yang mereka lakukan jadi tidak mau. Lalu ketika saya mulai kuliah ada teman juga yang mendekati saya dengan metode yang berbeda, NII juga sama. Tapi saya belum tahu. Namun, karena teman jadi dia mendekati dengan mendalam, dia mengetahui siapa kita, sejauh apa yang kita suka jadi mendekatinya lebih mudah. Pembicaraan-pembicaraan yang berlangsung itu sesuai dengan maunya kita, jadi setelah kita kena secara psikologis, apa pun yang dia katakan nanti akan kita iya kan saja karena dia sudah menjadi teman baik. Nah ketika dia mengajak saya untuk sebuah pengkajian – dia bilangnya bukan pengajian, tetapi pengkajian – bagaimana mengkaji Alquran tidak secara umum seperti umumnya pada waktu itu dan dibawalah saya ke sebuah kontrakkan. Di sana dikasi materi-materi masalah akidah, mu’amalah, ibadah dan konsep-konsep fiqih. Saya berlanjut ke hari kedua dengan materi yang berbeda, isinya hak dan batil, Mekkah-Madinah, iman, hijrah, dan jihad yang akhirnya Republik ini kafir, semua orang yang berada di dalamnya ini kafir karena tidak melakukan rukun Islam, maka konsekuensinya harus hijrah dan berjihad. Dari situ ada satu sisi ini agak seksi, pada waktu itu tidak masalah yang seperti ini diungkap, tapi ada nuansa yang saya bilang tadi, di satu sisi di masa orde baru masyarakat kita materi taklimnya iman, takwa, neraka-surga, sedangkan masalah politik di luar konteks agama, sedangkan ini berbicara masalah politik yang integral dengan negara, negara yang integral dengan agama. Hal itu sangat menarik perhatian sekali saat itu, sesuatu yang baru. Kedua, dia tahu siapa saya, kita kan curhat jadi dia tahu kelemahan-kelemahan saya. Melalui kelemahan-kelemahan itu kita dihantam dengan ayat-ayat, umumnya hingga saat ini gerakan ini fokusnya lebih mudah memukul kepada orang-orang yang minim agama. Saya ikut Rohis, ikut ini, tapi itu semua biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa, jadi ketika semangat-semangat itu muncul dan kita punya kesalahan-kesalahan yang dia tahu dan ditundukkan dengan ayat Alquran, kita dikembalikan ke sebuah sugesti umum. Ayat Alquran adalah ayat Allah, rukun iman kalau tidak yakin dengan ayat Alquran, tidak yakin dengan Allah belum beriman, bukan muslim, dll. Jadi, ketika argumentasinya itu saya bantah-bantah dengan argumentasi, dia membalikkan saya dengan ayat itu yang membuat kita diarahkan dan tersugesti wah ini benar, benar, dan benar, setelah itu orang-orang yang mendampingi kita saat pemberian materi adalah orang-orang yang sudah masuk, tapi kita sendiri ngga tahu. Jadi, pertama masalah ideologi yang menarik, kedua karena lingkungan yang terkondisi dengan baik, ketiga karena komunitas. Komunitasnya mahasiswa semua, umurnya tidak jauh berbeda, bicaranya satu visi dan satu misi, sehingga idealismenya sama. Kalau teman-teman yang lain bicaranya tentang merek motor, pacarnya siapa, mau nonton dimana, kita bicaranya
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
101
bagaimana jihad, bagaimana mati syahid, bagaimana revolusi, bagaimana syariat Islam wah itu perbedaannya langit dan bumi, jadi kita seperti melihat surga di depan, jadi semangat itu di antara kegalauan saya bahwa ini kok sama dengan yang di rumah, tetapi saya pendam, karena saya tidak melihat komunitas yang sama dengan yang di rumah saya. Komunitas NII di dekat rumah saya itu orang-orang tua, jadi orang-orang yang usianya 30 tahun ke atas karena jaringan guru pada waktu itu, jadi kalau kita kumpul dengan orang-orang yang sudah punya anak dua atau tiga kita kan ada rasa segan, sedangkan yang di kampus mahasiswa semua. Hal ini membuat saya mulai berpikir dan ya sudahlah saya jalankan saja. Terakhir yang membuat saya dalam hal ini ikut di dalamnya ini karena posisi saya yang memang tidak bisa membuka diri dan memang tidak dibolehkan membuka diri. Ketika kita mendapatkan materi, kita dikunci dengan surat 60:1, bahwa ini adalah perintah Muhammad yang tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Alasannya saya belum mendapatkan ilmunya secara penuh, jadi kalau saya menyampaikan Islam yang mereka sampaikan kepada orang namun tidak dengan ilmu yang penuh kata mereka jatuhnya jadi fitnah dan kalau sekarang saya tahu itu cuma akal-akalan saja, karena yang disamping kanan saya mengatakan iya, yang disamping kiri mengatakan iya, setelah itu saya pulang pun dikawal, siang-malam pun saya ditelepon untuk janjian selanjutnya mana sempat kita berpikir keluar. Hal itu dilakukan dengan intens, pokoknya kalau sekarang itu bahasanya maksa. Ada pembagian tugas bagi mereka. Ada yang tugasnya mengajak saya, tapi dia juga pura-pura baru. Nanti di tengah jalan saya dan teman saya bertemu teman yang lain, nah teman yang lain itu posisinya mengajak dia dan saya ke tempat si A, si A itu yang mengisi materi, jadi nanti di kamar itu kita seakan-akan baru semua dan seakan-akan baru bertemu dengan si A. Jadi saat pemberian materi mata si A hanya ke saya karena saya intinya yang lainnya mengiyakan saja. Mau tidak mau saya juga iya-iya saja. Posisi itu yang membuat kita secara psikologis betul-betul terpengaruh. Dalam hal lain mereka benar-benar memposisikan diri mereka sebagai orang yang sama dengan salesman. Kalau salesman kan ada metode costumer behavior, mereka juga begitu benar-benar seperti dagangan, contoh kalau misalnya yang dihadapi ini mahasiswa swasta, maka pengisi materi bilangnya dari mahasiswa negeri biar terkesan hebat, nanti terlihat lebih intelek, kedua terlihat lebih pinter dan ketika itu dia ngomongnya dengan banyak hafalan ayat-ayat, sehingga membuat jatuh mental. Hal itu pun diperhitungkan. Jadi, mereka dalam posisi dakwahnya ini betul-betul sistematis. Ada kurikulumnya dan benar-benar tidak sembarangan orang yang diajak masuk ke dalam ruangan itu. Calon anggota sudah ter-screaning dia anaknya siapa, ibunya siapa, bapaknya siapa, gaji orang tuanya berapa, handphonenya merek apa, data itu sudah ada semua dan detail. Jadi, target itu tidak sembarangan. Hal itu yang membuat mereka betul-betul mudah menjatuhkan mental kita karena data kita sudah di tangan mereka. Hal ini yang membuat idealisme yang saya inginkan di satu sisi dan pengkondisian lingkungannya itulah yang membuat saya masuk.
P : Bagaimana proses baiat Bapak? J : Proses baiat saya, ketika saya sudah mencapai materi pertama, ternyata setelah saya
masuk ke dalam prosesinya berjenjang, jadi terstruktur mulai dari tingkatan desa sampai wilayah. Wilayah itu tingkatan propinsi. Nah NII versinya Abu Toto itu wilayahnya cuma di Pulau Jawa. Wilayah I Jawa Barat Utara, Wilayah II Jawa Tengah, Wilayah III Jawa Timur, Wilayah VII Jawa Barat Selatan, dan Wilayah IX Jakarta Raya. Yang berhak mengadakan baiat cuma lima wilayah itu dan kadang pun semua wilayah itu digabungkan ke Jakarta. Pembaiatan dulu itu tidak terkuota, jadi dalam satu hari itu bisa 50-60 orang, sekarang terkuota cuma 20 orang setiap hari laki-laki lalu sekitar dua hari kemudian 20
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
102
orang perempua, jadi dalam waktu sekitar 3 hari ada 60 orang yang dibaiat dan hal itu terpusat. Masalahnya ada jamaah di Jakarta merekrutnya di Jawa Tengah, jadi dibawanya ke Jakarta karena saya ini orang wilayah Jakarta dan sebaliknya, jadi dibaiat sesuai dengan nomer-nomer kodenya wilayah yang dia tempati. Sebelum baiat itu ada proses yang namanya tilawah dan taftis. Tilawah itu saya dimasukkan ke dalam sebuah ruangan dan diberikan materi sampai saya siap hijrah baru saya taftis. Tilawah itu tingkatan desa dan buat mereka tilawah itu usaha dakwah untuk menyampaikan tauhid rububiyyah, mulkiyah, uluhiyah Allah. Proses tilawah itu adalah proses orang dibawa bertemu mas’ulnya lalu diberikan materi. Taftis ini sifatnya pengecekan. Tilawah itu dilakukan di desa, nanti pengecekkan itu bertahap, ada pengecekkan tingkat kecamatan, kabupaten, dan daerah. Tiga pengecekkan atau dua kali karena kadang daerah dan kebupaten sama. Mereka juga punya blangko CV dimana itu ada empat kotak yang harus ditandatangani, yaitu kecamatan, kabupaten dan daerah. Jika ini sudah sah, baru hal ini akan diajukan ke wilayah untuk berbaiat. Untuk mencapai jenjang itu harus ada shodaqoh, shodaqoh taftis dan shodaqoh hijrah. Shodaqoh taftis ini adalah shodaqoh bayar di kecamatan, dll. Jadi, untuk shodaqoh taftis ini bertemu camat, lurah, dan bupati sekitar Rp 100.000,- sampai Rp 500.000,- jumlahnya tergantung orangnya. Setiap desa mempunyai ketentuan program yang berbeda. Desa tertinggal misalnya di Jakarta Utara, satu desa ini jamaahnya sedikit, bagaiman dia harus meningkatkan jumlahnya, maka tidak didahulukan uang yang penting orangnya dulu dihijrahkan. Uangnya bisa ditalangin atau uangnya cukup Rp 100.000,- sampai Rp 200.000,- tanpa taftis, tapi kalau desanya sudah surplus seperti di daerah Cilandak, maka untuk hijrah itu lama. Taftisnya dibuat susah, sehingga setiap taftis orang-orang itu digetok sekitar Rp 1.000.000,- atau Rp 2.000.000,- dan seterusnya sampai tingkatan hijrah. Jika sudah ketemu daerah maka tingkatan hijrah ini harus bayar dan itu beda lagi. Shodaqoh hijrah yang ditentukan oleh NII di tingkatan wilayah itu hanya Rp 200.000,- tapi hal itu tidak disampaikan ke bawah jadi hanya tingkatan pimpinan-pimpinan saja yang tahu. Tiap-tiap tempat ini membuat aturan-aturan yang berbeda, sehingga orang-orang yang di bawah ini berimprovisasi sendiri ada yang kena Rp 1.000.000,- atau Rp 5.000.000,- atau Rp 10.000.000,- bahkan Rp 100.000.000,-. Intinya bagaimana calon anggotanya digetok dananya dan yang disetorkan ketika hijrah hanya Rp 200.000,- sisanya dapat diambil untuk kepentingan pribadi, makan-makan, foya-foya, dll. Jadi untuk shodaqoh hijrah yang sekarang itu mempunyai pola yang sama di Jakarta. Hampir seluruh wilayah Jakarta, nanti bilangnya menghilangkan laptop, PDA, handphone, menabrak mobil teman kalau dia membawa mobil, dan untuk anak farmasi atau kedokteran memecahkan alat jadi harus mengganti yang harganya di antara Rp 1.000.000,- sampai Rp 20.000.000,- dan itu dilakukan oleh orang yang berbeda di tempat yang berbeda dan saling tidak kenal dengan modus yang sama se-Jakarta. Saya pernah menangani masalah serupa sekitar 50 orang dengan modus yang sama. Jadi kita bisa lihat kapan dia hijrahnya, kita tanya ke orang tuanya kapan dia menghilangkan laptop dan sebagainya. Mungkin seminggu atau seminggu setelah itu dia hijrah. Jadi uangnya untuk membayar shodaqoh hijrah. Setelah hijrah, nanti prosesnya berjenjang lagi. Kalau memang sudah siap hijrah yang laki-laki disuruh memakai celana hitam, kemeja putih, pakai dasi, dan memakai peci, sedangkan yang perempuan disuruh memakai kerudung. Kemudian, sore hari persiapan hijrah yang kuliah disuruh bolos, kalau dari rumah disuruh bilang pergi kemana intinya disuruh berbohong dan dari desa di bawa ke kecamatan dulu. Nanti kecamatan mendapat perintah transit di halte Mall Bintaro nanti semua pergi ke sana. Itu nanti banyak motor-motor yang berhenti di halte tersbut, setiap aparat desa-desa NII se-Jakarta ini masing-masing membawa muhadjirnya.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
103
Kemudian dimasukan ke dalam sebuah mobil, sekitar 10-15 orang, mobilnya khusus dulu semuanya panter miyabi kalau sekarang mungkin sudah ganti. Nah di mobil disuruh menutup mata sampai tiba di sabuah tempat itu baru tingkatan daerah. Menginap di situ, pagi harinya mandi kemudian berangkat lagi ke tempat hijrah jam 06.00 pagi. Beres-beres dan sarapan pagi jam 08.00 mulai prosesnya. Mulai tahun 2001 itu syahid hijrahnya atau saksi hijrahnya namanya Malik dan Ridwan. Dari tahun 1996-2001 nama saksi hijrahnya Isa dan Ilyas. Namanya berubah-ubah dan di bawah tahun 1996 yang membaiat itu tiap-tiap kecamatannya jadi nama saksinya berbeda-beda. Jadi konsep sentralistiknya mulai tahun 1996. Setelah itu, mereka dapat dua materi dari jam 08.00-12.00 kemudian jam 12.00-14.00 dan diselingi ishoma, sholatnya di jamak qashar. Setelah kedua materi itu, materi terakhirnya itu mereka menyatakan melepaskan kewarganegaraan republik ini dan meminta menjadi warga Negara Islam. Setelah itu, baru diijabah atau dijawab oleh mereka kalau….
P : Mengapa anggota NII KW-9 diizinkan untuk melakukan tindakan kriminal? J : Karena ngga mungkin dia bilang minta ke orang tuanya setiap bulan kan kalau tidak
dengan menipu karena orang tuanya ladang uangnya juga kan, sehingga untuk menetapkan itu menjadi sebuah program yang riil mereka merekrut orang dengan membentuk pendanaan besar-besaran, misalnya dengan program menghilangkan laptop orang. Nah, di samping itu, orang-orang yang sudah mulai tertekan juga menyatakan ingin keluar, jadi walaupun di atas kertas jamaahnya 200 orang tapi yang aktif cuma 50-70 orang karena tingkat kematiannya tinggi di sana. Maksudnya keluar dari NII KW-9. Anggota yang keluar mempunyai alasan yang berbeda-beda, ada yang tingkatan awal-awal di jamaah keluarnya pertama karena dia punya pengetahuan agama, kedua karena masalah ekonomi keluarga, ketiga ada permasalahan sosial, misalnya dia tadinya anak gaul kemudian disuruh jadi lurus, ditekan, dan dipaksa. Jadi alasannya alasan normatif pada tingkatan awal, intinya masalah pergaulan, kuatnya tekanan psiklogis dan ekonomi, kalau masalah agama rata-rata dia sudah keluar sebelum masuk. Banyak juga yang keluar dari tingkatan wilayah. Alasan-alasannya bukan masalah ekonomi, pergaulan, atau agama, melainkan masalah keabsahan atau legalitas institusional maupun konstitusional NII KW-9, misalnya Abu Toto tidak sah menjadi imam karena ada pemilu setiap lima tahun untuk pemilihan imam, sementara imam yang sekarang Abu Toto dipilih dan orang-orang yang berada di atas saat ini (MPR-DPR NII KW-9) masih keponakan dia semua. Nah sekarang sudah masuk tahun ke delapan kepemimpinannya pun belum ada pemilu lagi. Jadi, kesannya seperti tirani. Kedua, Az-Zaytun sekarang sudah bukan lagi milik jamaah melainkan milik Panji Gumilang, sehingga menjadi sebuah dinasti atau usaha keluarga. Jadi, dikuasai oleh Panji Gumilang, karena mereka berontak tapi tidak kuat ya akhirnya banyak mereka yang pindah, sehingga alasan-alasan lain pun seperti bagaimana bobroknya sekolahan, kok ikut pemilu RI padahal mereka kafir.
P : Apakah dalam Pemilu RI seluruh kader wajib mencoblos satu partai politik? J : jadi mereka ada kelompok teritorial dan fungsional. Yang teritorial ini pada awalnya tidak
diikusertaka dalam tindakkan-tindakkan politik, kenapa? Karena tugas mereka militansinya saja yang dikembangkan kalau mereka memilih partai justru nanti pada keluar dong dari NII. Pada tahun 1999, mereka tidak memili yang di teritorial, tapi yang di fungsional (Az-Zaytun) sudah memilih golkar. Tahun 2004, ada konsensus-konsensus baru dengan partai-partai besar di Indonesia, termasuk partai golkar murni atau yang dikenal dengan PKPB. Jadi pada tahun 2004 itu, 13.000 orang, awalnya yang memilih PKPB sekitar 4000 orang pada saat pemilu legislatif, ketika pemilu pilpres ( memilih Wiranto) itu semua dari Jakarta, Jawa (Jawa itu aparat-aparat NII juga) yang didatangkan ke sana, dan dibuatkan KTP di
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
104
sana, punya hak menusuk disana, jadi sampai mencapai 13.000 orang di Indramayu, termasuk santri-santri yang belum berumur 17 tahun.
P : Kenapa kebanyakan yang dijaring oleh NII itu mahasiswa? J : Sebenarnya lebih banyak buruh daripada mahasiswa, cuman kalian belum pernah lihat
burh kan? Jadi jaringan terbesar NII itu ada di Jakarta Timur. Jaktim memiliki pendapatan terbesar juga karena jamaahnya pedagang, buruh, dan pembantu rumah tangga. Kalau Anda lihat datanya se-Jakarta yang membawa amplop-amplop amal itu orang mereka. Kalau mau cari tahu kebenarannya tanya jaringan Jakarta-Bogor-Kampung Rambutan. Kalau tahu dari sedikit bahasanya sepeti mereka biasa melakukan pembukaan bismillahi tawakalna alallah ini bahasanya Az-Zaytun. Cuma dua pembukaannya yang itu dan penutupannya adzallah yaa.... kemudian saya panggil dan saya tanya orangnya, setorannya berapa? Dijawab lho kok tahu sih dan akhirnya saya dipanggil Abi oleh mereka. Kemudian, dia cerita bahwa dia sudah capek untuk mengumpulkan dana. Sebenarnya yang seperti ini yang banyak mendominasi pemasukan dan gerakan. Masalahnya mereka tidak terlihat, dan kedua tindakkan mereka tidak meresahkan lantaran dia menjadi faktor sosial untuk meminta-minta karena orang tuanya tidak ada di Jakarta ini. Rata-rata yang diambil dari luar kota, yang tadnya dijanjikan menjadi pembantu rumah tangga atau buruh sampai di sini dikadalin. Az-Zaytun itu paling banyak muwazof (tukang), bagaimana dapat mengumpulkan 4000 tukang dalam waktu beberapa hari. Tukang-tukang itu kebanyakan dari Jakarta Timur. Nah itu memang yang di Az-Zaytun banyak juga mahasiswa dari Jakarta Selatan, seperti misalnya dokter-dokter gigi itu dari universitas Trisakti, ada juga dari IPB dan UI. Jadi kalau dilihat perbandingannya di fungsional jauh lebih banyak buruhnya, namun yang muncul ke permukaan dan meresahkan orang tua itu mahasiswa karena mereka mengganggu akademis, menunggak biaya semesteran, dll. Paling parah orang tuanya kalau anaknya menghilang, pasti nangis-nangis mulu sedih jadinya setiap hari. Sejak tahun 2001 ada kasus besar di NII KW-9, yaitu dekrit presiden yang 15 Juli 2001 karena ada benturan antara Abu Toto yang membela Menteri Keuangan yang otoriter ini dan tidak bijak dengan jamaah yang menggugat uang-uang dakwah yang tidak jelas kebijakannya. Akhirnya, kelompok ini menarik 6000 jamaah teritorial dan yang paling banyak adalah kalangan-kalangan buruh atau pekerja, setelah mereka keluar otomatis pemasukkan bekurang dan bagaimana mendongkrak pemasukkan? Ya ini dari Jakarta Selatan. Jakarta Selatan sekarang menjadi terbesar se-NII untuk pemasukkan. Kira-kira per bulan, dalam hitungan milyar, biasanya di atas 4 milyar rupiah per bulan dan ini didapatkan dari mahasiswa. Makanya mahasiswanya dipecut habis-habisan untuk memperbanyak pemasukkan dan menutupi uang-uang yang hilang karena hal di atas. Mereka sendiri masih bertanya NII yang benar itu seperti apa dan NII Abu Toto seperti apa. Permasalahan mereka keluar atau tidak memang tidak bisa dibuktikan dengan secara tertulis. Ini masalah ideologis, keyakinan. Kalau di atas kertas dalam NII KW-9, mereka sudah terdaftar sebagai orang yang berkhianat, keluar dari NII KW-9. Kebanyakan orang-orang yang saya temui waktu kasus dekrit itu, mereka masih berpikir NII minded, yaitu bahwa republik ini kafir, harus dibubarkan, bisa jadi lebih dekat ke kekecewaan kepada Abu Toto daripada masalah keagamaannya. Sedangkan gerakan mereka sifatnya tidak berbeda dengan yang lama, namun karena ketidaksukaan mereka terhadap Abu Toto jadi mereka keluar. Bukan kesadaran atas keasalahan, bukan kesadaran atas penyimpangan, tetapi kekecewaan lebih mendominasi. Kalau mungkin jaringan bawah lebih banyak karena kesadaran atau tahu bahwa itu sesat, dan ini perbedaannya antara yang di atas dengan yang di bawah. Yang di atas taqlid dan takutnya luar biasa karena memang semuanya dilatih untuk jadi penakut. Sebenarnya bukan ancaman, jadi kita memang dilatih
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
105
dalam konteks kita berjuang tapi sifatnya rahasia, terus juga kita perang yang berarti melakukan tipu daya, kita perang dan harus menang, kita tidak punya dana ya harus mencari dana yang dikumpulkan dengan berbagai cara yang sifatnya tidak baik.
P : Apakah uang untuk di baiat ini dpaat dibedakan sesuai dengan kemampuannya masing-masing atau tetap sama?
J : Berbeda, kalau dalam kelompok berbeda dan dalam tingkatan berbeda juga. Banyak yang digenjot habis-habisan walaupun dia orang susah, banyak yang saya tangani. Walaupun susah tetap disuruh jual motor atau apa pun yang bisa dijual. Hal itu yang membuat resah masyarakat karena berlebihan. Masalahnya adalah dia harus memebuhi infaq desa, sementara infaq desa sudah mau masuk target waktunya menyetor. Kepala Desa tidak mau diomeli Camatnya, sehingga dia mengomeli anak buahnya dan menyuruh melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Jadi semua aksi-aksi yang meresahkan itu karena tingginya tekanan. Kalau tidak di tekan, tidak seperti itu.
P : Apakah Bapak tahu kapan NII mulai masuk ke dalam kampus? J : Oh NII mulai masuk ke UI sejak tahun 1993. Sejak Abu Toto menjadi imam, mereka
mulai melebarkan sayap termasuk ke dalam kampus. Dan di sastra waktu dulu paling banyak dari jurusan sastra Arab. Saya sendiri kuliah di UI sejak tahun 1996 dan paling banyak jamaah saya dari FE, sampai ada sekitar 11 jamaah. Sampai ada yang sudah lulus dan kemudian menjadi dosen di FE, terakhir dia masih mengajar di Ekstensi FE Salemba.
P : Apakah nama-nama mahasiswa UI yang masuk NII ada di tangan Bapak selaku koordinator kampus?
J : Oh tidak, jadi sekarang (setelah keluar) di tiap-tiap kampus kita kerja sama dengan LDK. Maksudnya setiap laporan tentang ini masuk ke kita. Jadi teman-teman LDK kita latih untuk menangani masalah-masalah ini, baik dari LDK maupun dari orang-orang yang sudah keluar. Itu yang menjadi masukan yang up to date sampai hari ini. Terkahir penangkapan dilakukan di Lenteng Agung dan yang menangkap anak-anak UI dan Gunadarma.
P : Bagaimana metode perekrutan mahasiswa? J : Pada umumnya mereka punya konsep yang sama, intinya bagaimana mencari target,
masukkan ke dalam tilawahan dan sampai di baiat. Dalam perjalanannya mereka selalu menyempurnakan konsep-konsepnya. Bagaimana mereka membuat pola yang sama: tidak terdektesi dan tidak berurusan dengan aparat.
P : Bagaimana pendapat Bapak tentang NII KW-9 memang sengaja oleh pihak tertentu di buat untuk mendeskriditkan citra Islam?
J : Jadi disini ada dua kepentingan besar yang dibuat oleh KW-9 itu sendiri maupun ada tangan yang bermain. Jadi Abu Toto sendiri perjuangannya murni ingin menegakkan syariat Islam dan masuknya DI ke Indonesia. Namun, secara pribadi tidak bisa dipungkiri bahwa tiap-tiap diri tidak cukup kuat untuk mempertahankan idealismenya, rata-rata orang idealis kan miskin, saya pernah berbicara dengan mantan-mantan pimpinan Panji Gumilang dulu yang dia memang orangnya agak kritik. Lalu ketika tahun 1997, Soeharto digulingkan, dia membuat manuver politik berbanding terbalik. Semua orang mengatakan gulingkan Soeharto, usut KKNnya, dll, sementara dia bilang kalau Soeharto datang ke Az-Zaytun, maka aman. Lobi-lobi setelah itu, diterima oleh cendana. Akhirnya, terjalinlah hubungan dia dengan Mba Tutut dan Soeharto. Kalau di atas kertas Mba Tutut hanya memberi sekitar 40 juta rupiah, Soeharto (di luar konteks dan tidak dimasukkan ke dalam buku) memberi tiga kali cek yang masing-masing besarnya 500 juta. Ini pun tidak signifikan untuk pendanaan, namun dia menggunakan nama-nama besar ini untuk kepentingan NII KW-9: pertama, meyakinkan masanya bahwa kita didukung oleh orang besar karena Soeharto itu
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
106
adalah pintu futuh Mekkah-nya NII KW-9. Kedua, jaringan Soeharto adalah Orde Baru, makanya seluruh petinggi Orde Bari diundang ke Az-Zaytun dan diabadikan namanya. Yang di bawah itu jadi lebih fokus dalam mencari dananya, itu yang berada di teritorial. Di fungsional jadi lebih yakin karena orang lain melihat MUI bilang NII sesat tapi kok yang datang Akbar Tanjung, Mba Tutut bilang ngga apa-apa, akhirnya orang-orang terjerat dengan konsep leaglitas tadi. Pemerintah saja bilang tidak apa-apa, NII tidak sesat, yang sesat KW-9. Sebenarnya ini menjadi blunder antara masyarakat yang di luar melihat Az-Zaytun dengan orang yang di dalam. Lalu adanya Megawati, Hendra Priyono terlihat tangan kedua yang bermain. Untungnya secara khusus, mereka mendapatkan suara saat pemilu dan NII KW-9 mendapatkan dana dan aspek legalitas. Di Indonesia saat ini tidak ada undang-undang yang secara khusus mengatur masalah agama, jadi selama tidak mengganggu stabilitas negara, maka sah-sah saja. Itulah mengapa, pemerintah saat ini secara politik tidak akan pernah berbuat apa-apa untuk menangani NII KW-9. Hal ini menjadi simbiosis mutualisme di antara mereka. Para petinggi negara itu tidak pernah masuk ke NII sekali pun.
P : Langkah seperti apa yang efektif untuk mengembalikan teman-teman mahasiswa yang sudah masuk ke NII KW-9?
J : Kalau bicaranya secara pengelompokkan itu sulit. Pertama, adalah langkah antisipasi dulu ya seperti pemberian informasi kepada mahasiswa yang baru masuk. Kedua, penanganan bagi mahasiswa yang sudah masuk NII ini harus ditilik dulu apakah dia di tingkatan jamaah atau aparat. Kalau tingkatan jamaah masih lemah dan masih cukup mudah dikeluarkan, tapi kalau di tingkatan aparat penangananny harus paripurna antara dosen, keluarga, dan teman. Harus kerja sama dan kompak, kenapa? Karena sebenarnya kita hanya mengembalikan metode mereka. Mereka melakukan dengan cara yang sangat sistematis, dan kita juga harus begitu. Kita harus menyerang mereka secara tiba-tiba dan jangan sampai dia merasa dipantau oleh dosen, orang tua, atau teman-temannya, sehingga dia merasa tidak mengerti. Pertama, kita kumpulkan bukti-bukti dulu. Kedua, koordinasi dengan orang tua tanpa sepengetahuan dia tentunya. Ketiga, pertemukan orang tuanya dengan orang-orang yang sudah kena sebelumnya, kita bicarakan, sehingga orang tuanya kompak dalam berkoordiansi. Keempat, beri tahu tingkat fakultas, sehingga ketika di kampus anaknya itu diawasi. Kalau hal itu sudah dilakukan semuanya, baru orang tuanya memutuskan komunikasi anaknya dengan semua pihak, sehingga dia tidak bisa berbicara dengan orang luar. Setelah itu, dia akan panik karena nyawanya dia di HP. Dia akan kebingungan dan ketakutan. Bingung bagaimana cara melapor pimpinannya, ketakutan kalau isi SMSnya dibaca oleh orang lain. Begitu takutnya, sampai tingkat waspadanya menjadi tinggi sekali. Jadi kalau kita tidak sistematis dan yang bersangkutan mengetahui gelagat kita, maka dia akan melapor ke pemimpinnya. Biasanya pemimpinnya akan menyuruh dia untuk ngebaik-baikin orang tuanya dulu atau ngebohongin orang tuanya atau kabur dari rumah sekalian. Setelah anaknya berhasil dirumahkan, baru yang masuk doktrin orang tuanya. Secara psikologis, kita jatuhkan mentalnya sama seperti mereka menjatuhkan mental calon anggotanya. Untuk menangani masalah ini yang paling susah adalah mahasiswa yang jauh dari orang tuanya.
P : Bagaimana cara meyakinkan orang tua yang tidak percaya bahwa anaknya terlibat NII? J : Makanya, itulah gunanya bukti-bukti. Kalau perlu kita pertemukan orang yang pernah
diajak masuk ke NII oleh anaknya ke orang tuanya. Kalau kita kalah cepat dari anaknya, maka dia akan meyakinkan orang tuanya terlebih dahulu sebelum kamu masuk, misalnya
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
107
dia bilang ke orang tuanya bahwa dia tidak terlibat NII, tetapi kita yang masuk NII, karena dia diajak masuk, dia ngga mau, sehingga mereka memfitnah dia.
P : Apa ada semacam program upgrading untuk mas’ul atau mentor di NII? J : Untuk tingkatan mas’ul dalam satu hari ada pertemuan sebanyak 3-4 kali. Mereka harus
melaporkan setiap kegiatan. Dalam satu bulan itu ada kegiatan yang lain-lain dan berbeda di tiap desa. Jadi selama satu bulanan kegiatan mereka sangat padat. Yang paling mendominasi mereka untuk melakukan hal yang aneh-aneh itu karena target: uang dan anggota. Targetnya besar, mobolitas harus tinggi, sehingga mereka membuat alasan-alasan untuk membenarkan kegiatan mereka. Ketika saya menjadi aparat NII, ada baiat mas’ul, harus ikrar lagi: saya nama A, nama asli B siap menjadi aparat NII dan siap ditempatkan di mana saja, itu pada tahun 1996. Pada tahun 1998, ikrarnya berubah lagi: saya siap menjadi aparat NII, siap ditempatkan di mana saja, dan siap tidak berkorupsi. Kenapa berubah? Karena semuanya korupsi. Pada tahun 2003 diubah lagi menjadi: saya siap menjadi aparat NII, siap ditempatkan di mana saja, siap tidak berkorupsi, dan siap tidak melakukan tindakkan kriminal. Kenapa berubah lagi? Karena semuanya maling. Jadi mereka sendiri sadar akan kesalahan mereka, tapi kalau tidak melakukan hal itu mereka tidak bisa mendapatkan uang. Hal yang lebih jahat lagi perbuatan kriminal itu menjadi penuilaian tingginya tingkatan-tingkatan keimanan seseorang, semakin banyak tindakan kriminalnya, maka semakin beriman. Jadi pembicaraan di antara pimpinan-pimpinan itu adalah bagaimana memanipulasi jamaah, bagaimana jamaah taat, dapat dimanipulir, yang terjaring adalah orang yang kaya, cakep, dan punya pendidikan tinggi, terakhir dinikahi. Karena mereka orientasinya bukan lagi ibadah, melainkan dunia. Dari tingkatan jamaah kalau sudah loyal yang diberikan doktrinnya adalah hal itu.
P : Apakah Bapak sendiri saat ini masih berpikir dengan konsep NII minded? J : Saya sudah berubah pola pikirnya. Saya kuliah lagi ilmu politik, jadi saya sudah paham ini
permainan siapa. Kalau kita bicara Islam, aktivis, dan harokah, hal itu tidak bisa lepas dari darah dan saya bersyukur juga kepada Allah karena telah memberikan perjalanan hidup yang seperti itu. Mereka membangun kemampuan-kemampuan lain, seperti retorika, manajemen, dan pemasaran.
P : Apakah ada pengaruh bagi mereka yang masuk NII, tetapi juga mengaji di tempat lain? J : Bisa mempengauhi karena ada titik jenuh di sana dan ada titik nadir. Titik nadir itu rasa
capek karena lelah yang luar biasa, saya sendiri naik 20kg setelah keluar dari sana. Jadi bayangkan selama saya di sana, saya tidur jam 03.00 atau 04.00 pagi terus bangun jam 05.00 atau 06.00 langsung berangkat. Balik lagi jam 12.00 siang, jam 07.00 dan 12.00 malam untuk laporan terus briefing lagi di tingkatan desa dan hal itu bisa sampai dua atau tiga jam. Jadi paling senang sekali kalau jalan macet saya bisa tidur di bis. Pada titik tertentu mereka akan capek, lelah, penat, dan ketika seperti itu masukan dari teman-teman bisa diterima. Itulah kenapa gunanya ada isolir, ketika dia stag dan tidak ada masukan baru, merasa bingung kemudian diberi masukan-masukan baru, barulah dia bisa menerima. Jadi memang orang-orang ini keras dalam hatinya karena hatinya dikeraskan. Memang dalam konteks pengajarannya memang tidak boleh memakai perasaan dalam bertindak, makanya jangan heran orang-orang ini mentalitasnya luar biasa dan tidak punya rasa empati. Pada titik-titik tertentu, orang ini capek dan mau curhat tidak bisa ke sembarang orang, akhirnya dia mendengarkan. Ketika dia mendengarkan dan mendapat masukan-masukan, mungkin dia memberanikan membuka diri untuk bercerita atau berdialog. Sebenarnya mereka tidak ada yang memantau karena sistemnya layani diri sendiri dan mereka didatangi kalau mereka minta. Jadi kontak itu terus dan sebetulnya kalau ada orang-orang yang bermasalah mereka
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
108
tidak dipantau, tetapi mereka yang meminta untuk dipantau oleh pimpinannya. Mereka sendiri yang ketakutan akan dirinya sendiri. Jadi memang dalam penanganan kasus ini mereka jangan disalahkan, karena mereka merasa benar. Ajak diskusi pelan-pelan.
P : Apakah mereka tahu bahwa sejak awal jaringan mereka adalah NII? J : Ya pasti tahulah sejak awal di baiat, tapi mereka ngga tahu berada di bawah faksi Abu
Toto karena di dalam itu hanya dijelaskan dari sejarah NII Kartoseowirjo dari tahun 1949-1962. Mereka juga tidak boleh membuka internet atau membaca buku yang lain. Mereka hanya boleh bertanya kepada pemimpinnya atau teman satu selnya.
P : Apakah ada perbedaan metode pendekatan untuk calon anggota antara laki-laki dan perempuan?
J : Ada. Dalam pendekatan ke calon anggota mereka membedakan antara laki-laki dan perempuan. Kalau perempuan biasanya dengan rayuan atau menyentuh ke perasaannya, yah dibuat nangislah biasanya, sedangkan laki-laki lebih ke ghirah atau semangatnya. Ada juga yang menggunakan pola saat melakukan pengkaderan dihadapkan dengan lawan jenisnya. Semua itu dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan hasil screening data sebelumnya. Kalian berani, dia takut dan sebaliknya. Sebenarnya mereka mencari pembenaran untuk apa yang mereka maksud. Paling tidak kita memberikan penjelasan tentang sejarah Islam yang sebenarnya agar mereka berpikir. Mereka tahunya surat 51-56, 2-208 yang mereka tahu angka bukan tentang agama. Makanya saya sering bilang kalau mereka ini korban aktif atas ketidaktahuan mereka. Kita tidak bisa memungkiri bahwa Darul Islam itu pelopor semua gerakan Islam di Indonesia, tapi dalam perkembangannya ada yang memanfaatkan. Jadi setelah dunia internasional ini ada salah satu syarat untuk berdirinya sebuah negara harus ada wilayah dan hubungan internasional (diakui oleh internasional).
Mengetahui, Sukanto
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
109
Lampiran 4. Wawancara dengan Bapak R. Cecep Eka Permana Manajer Kemahasiswaan dan Alumni FIB UI Senin, 23 April 2007 P : Apakah Bapak pernah mendengar NII? J : Ya. P : Dari mana Bapak mendengar tentang NII? J : Dari rapat Mahalum UI, NII dalam konteks lingkungan kampus. NII ada dua macam,
pertama NII sebagai bagian sejarah DI/TII dan yang kedua dari rapat Mahalum UI karena itu bagian dari kehidupan kampus.
P : Apakah Bapak punya teman yang terlibat NII KW IX? J : Tidak. P : Apakah Bapak pernah membaca buku atau artikel yang berhubungan dengan NII? J : Secara khusus tidak, tetapi informasi tentang hal itu pernah mendengar, karena semenjak
menjadi manajer kemahasiswaan FIB UI, mau tidak mau, saya mempelajari hal tersebut. P : Bagaiman pendapat Bapak tentang mahasiswa yang terlibat NII? J : NII yang saya tahu tidak bermasalah, tapi yang bermasalah adalah NII KW IX. NII
sebagai organisasi tidak bermasalah, tapi kalau masuk ke kampus yang berbahaya adalah NIIKW IX karena mengganggu stabilitas kampus. Bahkan, dari SMA sudah ada. Saya tidak menyalahkan mahasiswanya karena mahasiswa bebas masuk organisasi apa pun, tetapi yang mengganggu kalau sudah mengganggu akademisnya, walaupun kita sudah dapat sinyal kalau di pemerintahan jaringan itu sudah ada. Hanya kalau di kampus, kegiatan itu jangan sampai mengganggu perkuliahan., seperti indeks prestasinya menurun, memanipulasi data kampus mulai dari jadwal kuliah sampai uang-uang kegiatan. Hal itu dapat mendeskriditkan kampus. Padahal, semua itu bukan untuk kepentingan kampus, melainkan untuk kepentingan kelompok itu. Hal-hal seperti itu yang kita jaga, dan ada yang diculik sampai dia tidak bisa kuliah.
P : Apakah di FIB pernah terjadi kasus seperti itu? J : Ada, tapi yang ketahuan tidak banyak. Bahkan, akhir tahun 89-an jendralnya ada di FIB. P : Apa saja tindakan preventif dari Dekanat agar mahasswa tidak terjerat NII KW IX selain ? J : Kita menginformasikan kepada program studi, himpunan mahasiswa, dan FORMASI
karena mereka yang paling dekat dengan mahasiswa, terutama kalau ada gejala-gejala seperti yang sudah disebutkan sebab mereka tidak pernah terus terang. Dari gejala itu dapat diketahui gerakan mereka. Di FT, FE, dan FK mereka berani terang-terangan. Kalau di FK dari Mahalumnya wajib ikut pengajian yang diadakan oleh Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) dan mereka yang memisahkan diri adalah NII. Salah satu gejalanya mereka tidak mau kumpul dengan teman-teman regular yang lain kalau ada pengajian. Selain itu, biasanya indeks prestasinya menurun, kurangnya partisipasi dengan orang tua. Pihak Dekanat biasanya koordianasi dengan koordinator program studi ada atau tidak indeks prestasi yang menurun anjlok atau memang indeks prestasinya jelek, bermasalah tidak dalam keuangan (biasanya tidak membayar BOP), dan terakhir koordinasi dengan orang tua. Beberapa kasus yang pernah ditemukan ada dua yang jelas terlihat, mereka indeks prestasinya anjlok, lalu tidak konsisten datang kuliah sesuai dengan jadwal kampus, dan pembayaran bermasalah. Mereka dituntut untuk menyetor setiap harinya ke kelompok tersebut. Dari hal-hal tersebut, kita kembangkan dan menganalisa bahwa mahasiswa
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
110
tersebut terjerat atau tidak. Saya sempat berbicara dengan orang tua mereka, yang satu sudah masuk karena kebetulan kita mendapatkan salinan buku hariannya dan dia menulis setiap kegiatannya, mulai dari proses kenal dengan kelompok tersebut, masuk ke pengajiannya, dan membawa teman-temannya. Kemudian, yang satu lagi itu masih gejala, tapi saya bilang ke orang tuanya tolong hati-hati. Jangan langsung dimarahin atau langsung kontra ke dia, tapi justru didekati dan diajak berbicara. Akhirnya, orang tuanya dapat menarik kembali anaknya. Saya lihat sekarang mahasiswa tersebut sudah tidak bermasalah lagi, berarti masalahnya dapat diselesaikan dengan keluarganya. Namun, mahasiswa yang pertama sudah agak parah, dia sampai merubah jadwal kuliah, dan yang paling sering dia bilang ke orang tuanya merusakan alat elektronik temannya, seperti laptop, handphone, lalu sudah pasti dia membohongi orang tuanya karena orang tua bukan apa-apa bagi kelompok itu. Bahkan, orang tua menjadi sumber dana untuk mereka bayar iuran. Selain itu, ada yang mengaku kalau orang tuanya sudah meninggal dan dia harus bekerja sendiri, padahal orang tuanya masih hidup dan kenal baik dengan Pak Prapto (teman SMAnya). Saya panggil orang tuanya dan ternyata orang tuanya salah satu pejabat pemerintah
P : Apakah mahasiswa yang satu itu masih terlibat dengan NII KW IX sampai sekarang? J : Ya, dia itu yang saya bilang tadi ada indikasi ke arah itu. Saya bilang ke orang tuanya
selesaikan dulu di rumah dengan baik. Tetapi, tidak semua yang terlibat NII seperti itu lho, ada juga yang tetap berprestasi bahkan berhasil masuk ke jajaran akademisi dan pemerintahan. Sumbangan tetap jalan melalui kegiatannya, tetapi dia tidak merugikan lingkungan sekitarnya.
P : Bagaimana penyikapan Dekanat terhadap mahasiswa yang terlibat NII, tetapi tidak mengganggu akademis mereka?
J : Masalahnya kita tidak tahu yang tidak mengganggu atau tergangggu tidak ketahuan secara langsung, kita lebih konsen kepada yang sudah bermasalah. Kalau tidak mengganggu, kita tidak bisa melarang mereka bergabung dengan NII karena sampai sekarang juga tidak ada larangan dari pemerintah bahwa gerakan tersebut terlarang. Kelompok NII mempunyai level yang berbeda. Untuk tingkat pertama biasanya belum terlalu parah, tapi kalau sudah di baiat maka dia harus mencari orang lagi. Selama masih menjadi sasaran, itu belum diakui menjadi kelompok mereka.
P : Apakah dari Dekanat ada sanksi yang tegas bagi mahasiswa yang sudah ketahuan terlibat dalam NII?
J : Tidak, karena tidak ada pernyataan resmi bahwa NII merupakan organisasi terlarang. Kita hanya bisa melakukan pendekatan secara personal, kekeluargaan, dan akademik karena menyangkut dengan kuliahnya. Dalam kasus tertentu, karena kebetulan dia anak orang kaya akhirnya dia dipindahkan ke luar negeri. Ada salah satu pejabat di UI yang anaknya terkena NII, akhirnya dia bisa dikeluarkan dengan syarat macam-macam. Salah satu kasus di FE ada yang bermula dari dipacari, hingga akhirnya dia diajak masuk ke dalam NII. Kelompok NII menggunakan sistem sel seperti komunis, dan orang yang berada dalam sel tersebut tidak tahu teman-teman di sel yang lain, hanya atasannya saja. Sehingga, kalau ada satu sel yang pecah tidak mengganggu sel yang lain. Jika kamu berbicara tentang NII, maka harus diperjelas NII yang mana? Karena NII mempunyai banyak cabang. Jadi, yang harus kamu teliti adalah ajarannya, bukan NII sebagai organisasi. Pesan saya, kamu harus hati-hati dalam meneliti studi kasusnya, jangan sampai kamu dianggap sebagai ancaman oleh kelompok tersebut. Pernah ada ancaman dari NII KW IX ke UI karena saat ini UI cukup gencar mencegah kegiatan mereka di kampus dengan mengadakan seminar mengenai NII.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
111
Sebaiknya, kamu mencari responden yang sudah menjadi mantan anggota NII agar tidak menimbulkan masalah.
Mengetahui,
R. Cecep Eka Permana, S.S., M.Si.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
112
Lampiran 5. Wawancara dengan Bapak Martarizal Manajer Pendidikan FMIPA UI Jumat, 27 April 2007
Mahasiswa FMIPA UI yang terkena NII adalah mahasiswa yang pengetahuan agamanya kurang. Dalam kasus di MIPA, ada dua mahasiswi angkatan 2005 yang terindikasi mengikuti NII. Hal ini dapat dilihat dari anjloknya indeks prestasi mereka dan kurangnya partisipasi dalam UKM MIPA. Pihak Dekanat sudah bekerja sama dengan koordinator jurusan untuk menangani masalah ini. Namun, sampai saat ini belum pernah ada kasus mahasiswa MIPA yang betul-betul ketahuan menjadi anggota NII, semuanya hanya bersifat indikasi saja. Jika memang ada mahasiswa MIPA yang ketahuan mengikuti NII, maka dia harus ditolong dengan cara didekati dan disadarkan dalam hal pengetahuan agamanya. Jika cara ini tidak berhasil, maka dia harus diisolasi dari pergaulan di kampus supaya tidak menular ke teman-temannya yang lain. Mengetahui, Dr.rer.nat Martarizal
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
113
Lampiran 6. Wawancara dengan Ibu Rifelly Dewi Astuti Manajer Kemahasiswaan dan Alumni FE UI Senin, 4 Juni 2007 P : Bagaimana kasus yang selama ini terjadi di FE UI? J : Ada empat kasus yang kita handle. Tiga memang bermasalah secara akademis, sehingga
bisa ketahuan langsung, sedangkan kasus yang satu lagi tidak bemasalah secara akademis dan dia baik-baik saja, tapi ternyata dia adalah Jendralnya atau pimpinannya sekaligus yang menyebarkan NII KW-9 di FE. Akan tetapi, dia tidak bermasalah, justru adik kelasnya yang bermasalah, karena kebetulan orang tuanya mampu mencukupi semua kebutuhannya. Kasus yang pertama ketahuan karena orang tuanya mengadu ke FE. Kata orang tuanya prestasi akademis anaknya turun terus, di rumah bermasalah dengan orang tuanya, seperti mudah berbohong, sering keluar rumah, minta uang terus-menerus walaupun pada kasus pertama ini orang tuanya mampu dan ternyata orang tuanya alumni FE UI juga, jadi langsung ketahuan. Kemudian, kita tanya anaknya kenapa, tapi dia tidak mengaku dan kita tanya ke teman-temannya dan ternyata dia ada indikasi seperti itu (menghilang dari kampus). Selain itu, dia juga suka menghilang dari kampus. Akhirnya, dari pihak dekanat memberi saran ke orang tuanya untuk antar jemput dan itu berlangsung selama satu semester, tapi tetap anaknya masih bisa menghilang. Karena orang tuanya sudah merasa kewalahan untuk mengatasi anaknya, akhirnya dia dipindahkan ke Maroko, tapi saya dengar di Maroko dia masih tetap berhubungan dengan teman-temannya di NII dan dia minta pulang, tidak jadi kuliah di sana dan sekarang kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta. Orang tuanya sudah keluar banyak juga ya untuk mengurusi biaya anaknya. Kasus yang kedua orang tuanya supir angkot, walaupun punya angkot sendiri. Nah yang ini agak intensif sama kita (dekanat FE) karena orang tuanya tidak mengerti. Apalagi saya punya staf yang cukup mengerti agama, jadi saya terbantu di situ. Saya sendiri tidak terlalu mengerti, akhirnya kita kenalin sama ustadz. Ustadznya itu datang ke rumahnya, jadi bapaknya sering cerita ke sini bagaimana perkembangannya. Kalau misalnya ada pengajian di rumah, dia (anaknya) ngga mau ikutan ngaji, sering ngomel sendiri: “itu ngga bener”, tapi secara akademis nilainya dia memang turun banget, yang tadinya IPnya 3 tiap semester jadi 1,… turunnya jauh sekali. Karena orang tuanya memang tidak mampu jadi kita bantu secara BOP. Dia juga karena susah, akhirnya sama orang tuanya dilarang keluar rumah dia jadi stres dan akhirnya kita rujuk ke psikolog. Alhamdulillah, sekarang dia sudah mulai kuliah jadi dia sempat cuti tiga semester berturut-turut. Sebenarnya cuti tiga semester berturut-turut kan ngga boleh ya, terus karena saya cerita akhirnya sama Pak Arie (Warek III) boleh dan akhirnya sama Wadek I boleh. Kalau secara aturan tidak boleh, apalagi dia secara evaluasi DO karena nilainya 1,… tapi kita masih bantu, makanya yang dibantu oleh pihak fakultas adalah hal-hal seperti itu, secara akademis.
P : Bagaimana pendapat Ibu dengan mahasiswa yang ikut dalam NII? J : Nah kalau menurut saya, setelah mengobrol dengan anak-anak, dua-duanya kebetulan
perempuan yang kena awalnya mereka punya teman tapi lama-kelamaan mereka jadi agak pisah dengan teman-teman yang lainnya, terus orang kalau lagi bingung, ngga punya teman itu kan mudah didekati dengan intens oleh orang tersebut. Itulah yang membuat saya cobalah kalian (teman-teman FSI) untuk dekat karena anak-anak FSI kan suka dianggap ekslusif ya, cuma bergaulnya cuma sama itu-itu aja. Akhirnya saya minta sama mereka,
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
114
kalian ngga boleh bergaul sama itu-itu saja, kalau mau menyebarkan kebaikan kalian harus dekat sama teman-teman yang lain. Jadilah teman seperti peer group-peer group gitu, fungsinya bukan hanya untuk satu kelompok, kalian harus menyebarkan sama teman-teman di luar kelompok itu. Coba lihat dong kalau ada teman-temannya yang menyimpang, menyimpang di sini pendiam, suka menyendiri, ngga pernah kuliah, dekati teman-teman karena pagar awalnya teman kan, kalau teman itu sudah tahu nih anak agak-agak aneh kan bias segera dilaporkan ke orang tuanya atau dekanat. Jadi kita bisa ambil tindakan preventif sebelum dia jauh melangkah, karena kalau sudah jauh kan agak susah juga. Tindakan pencegahannya selain itu, kita juga kemarin beberapa kali mengadakan seminar gede ya dan mengundang tokoh, akhirnya kita juga bagi-bagikan leaflet, akhirnya awarenessnya juga sudah cukup. Alhamdulillah, angkatan 2005-2006 saya belum dengar ada lagi nih. Mudah-mudahan ngga ada ya karena kayaknya awarenessnya sudah cukup baik. Oh iya waktu itu kita juga masukkan ke dalam materi PSAU 2006 supaya mereka tahu, terus kegiatan-kegiatan FSI seperti PDKI, itu semua saya ingin dimasukkan materi-materi itu. Paling tidak mengenalkan ini salah, jadi kalau ada yang mengajak bisa bertanya lagi apa yang mo diajarin ke kita. Karena di FE itu kan sama dengan di FIB, heterogen sekali kan dan dinamis serta tidak semua anak mengerti agama kan, jadi anak yang mengerti agama jadi pagarnya istilahnya. Mau ngga mau harus berbaur dengan teman-teman yang lai, jangan eksklusif karena jadi salah.
P : Apakah Ibu pernah membaca buku atau artikel tentang NII? J : Pernah, waktu dulu saya masih kuliah juga pernah didekati oleh anak FIB juga, tapi ngga
pernah masuk. Diuber terus, diteleponin, tapi karena pada dasarnya saya malas ikut pengajian (waktu itu bilangnya pengajian), sampai dia memperlihatkan majalah Az-Zaytun sampai beberapa kali terus keselentingan nama teman yang lain ikut NII, akhirnya saya nanya NII apaan sih? Dan dibilangin ajarannya sesat. Tapi kalau tahu secara pribadi, saya tidak tahu terlalu mendalam. Saya tahunya ini ngga bener dan karena dasarnya malas jadi saya ikut kajian Islam di kampus saja.
P : Apakah Ibu punya teman yang terlibat dalam NII? J : Saya kurang tahu, cuma yang mengajak saya saat kuliah ya teman di BEM (waktu itu saya
aktif di BEM UI dari kepengurusan Bachtiar- Tori). Dia anak FIB dan mengajak beberapa orang mungkin karena dilihatnya anak yang aktif, terus secara ekonomi lumayan, dan akhirnya sama teman-teman di BEM UI sendiri dia di black list atau dilarang untuk mengajak teman yang lain lagi.
P : Jadi, belum pernah ada kasus yang betul-betul terungkap kalau dia ikut NII? J : Belum dan mudah-mudahan tidak ada lagi. Karena kalau di kampus yang bias kita lakukan
adalah membantunya supaya dia tidak sampai di DO, walaupun tugas manajer kemahasiswaan bukan di bagian akademis, tapi kita bisa melakukan apa karena dari segi agama kita juga tidak terlalu mengerti. Saya sendiri belum pernah berbicara dengan jendralnya. Pertama saya tidak cukup PD untuk mengajak dia ngomong karena saya tidak tahu, saya takutnya justru saya yang kebawa kalau saya mengajak diskusi dengan dia, dari sisi ilmu saya ngga banyak, mungkin dilakukan tapi tidak dengan saya, dengan orang lain yang lebih paham. Orang tuanya dia pernah kemari karena ada temannya yang memberi tahu, karena mereka tidak berasa tapi reaksinya mereka minta kita untuk bantu mengawasi anaknya hanya karena berhubung orang berada jadi ngga terlalu acuh, karena anaknya baik-baik saja, akademisnya tidak bermasalah, pergaulannya baik. Tergantung bagaimana perhatian keluarga. Bisa saja kurang perhatian dari keluarga. Jadi tidak ada pola khusus dari NII sendiri, siapa saja bias terjebak apalagi kalau dia tidak punya pengetahuan agama.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
115
Mungkin hanya anak-anak yang mampu saja ya, karena saya baru menemukan kasus yang tidak mampu satu orang, selebihnya keluarga mampu semua.
P : Bagaimana tindakan preventif dari kampus Bu? J : Ya itu tindakan preventif mungkin, kalau kita pelajari dari semua fakultas, diadakan
seminar atau menyadarkan bahwa ini salah. Bagi mahasiswa yang sudah kena, kita awasi terus dalam pengertian kita mengawasi secara akademis, jangan sampai dia DO dan melakukan pendekatan ke orang tua. Karena kita juga ngga mungkin melaporkan ke kepolisian, serba salah jadinya karena kita ngga punya bukti, selain itu hal ini juga aib UI. Mereka juga ngga pernah show off ke kita kalau mereka NII, tapi pernah ada yang diancam karena ngga mau balik ke komunitas mereka.
Mengetahui,
Rifelly Dewi Astuti, S.E., M.M.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
116
Lampiran 7. Wawancara dengan Bapak Jachrizal Sumabrata Manajer Mahasiswa dan Alumni Fakultas Teknik UI Kamis, 14 Juni 2007 P : Bagaimana pendapat Bapak tentang pergerakan aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Saya tidak terlalu mengerti tentang aliran-aliran Islam karena sedemikian banyaknya dan
sedemikian ragamnya. Jadi saya ngga bisa memberikan ke satu arah karena banyak dan bervariasi sekali macamnya.
P : Darimana Bapak mendengar tentang NII? J : Sejarah ketika saya SMA. P : Bagaimana menurut Bapak mengenai kegiatan aliran NII KW-9 yang saat ini masuk ke
dalam kampus? J : Kalau saya menghargai bahwa suatu aliran itu mempunyai tujuan, terlepas dari tujuaan itu
baik dan benar. Timor-Timur ketika kita ekspansi bertujuan untuk merdeka, Aceh untuk merdeka, Republik Indonesia tahun 1945 juga bertujuan untuk merdeka. Artinya sesuatu kelompok atau kumpulan mempunyai tujuan yang untuk mereka pasti baik. Lalu tentang NII KW-9 terus terang saya tidak banyak tahu. Informasi-informasi banyak, tetapi informasi dari satu sisi itu belum saya anggap sebagai satu informasi yang lengkap dan banyak hal yang dikemukakan sisi negatifnya, sehingga justru saya lebih berhati-hati, betul apa ngga itu saja.
P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai mahasiswa yang terlibat dalam NII KW-9? J : Untuk, khususnya mahasiswa saya di fakultas teknik, kembali awalnya kita saling adalah
menghargai. Awalnya adalah kita merupakan satu universitas yang sangat beragam dan aliran apa pun kita tidak batasi di sini, sehingga apa yang saya ambil adalah sepanjang mahasiswa-mahasiswa tersebut berprestasi kita hargai. Apa pun latar belakang keluarganya, agamanya, sukunya, aliarannya, jadi faktor-faktor itu sangat tidak kita pertimbangkan dalam setiap langkah yang kita lakukan. Yang menjadi masalah adalah ketika mereka bermasalah dalam akademik dan kasus ini ketika ditelaah lebih jauh, Itu kan ada faktor internal dan eksternal, NII ini kadang-kadang kita menganggapnya sebagai faktor eksternal. Mahasiswa sendiri merasa mereka terganggu gitu, terganggu oleh gangguan luar tadi. Mungkin sebetulnya saya ngga, tapi saya dipaksa dan sebagainya. Nah justru ini yang kita ambil jalan dengan membuka posko pengaduan di FUSI ketika seseorang itu terganggu. Apa pun alasannya ketika merasa terganggu, sebetulnya bukan masalah NII saja, MLM juga terus seorang mahasiswa merasa bahwa dia harus memenuhi targetnya walaupun itu ngga terlalu maksa, ada yang terganggu oleh orang tuanya karena dipaksa kuliah di teknik padahal dia maunya fakultas hokum juga ada, semua kasus-kasus ini, terutama kasus yang indeks prestasinya kurang atau menurun itu kita tangani baik kasus per kasus. Ada kasus pemaksaan untuk satu aliran tertentu itu ada 20%. Jadi ngga terlalu signifikan, yang signifikan ini membawa satu aliran tertentu yang tanda kutip dan banyak yang NII tapi ngga bermasalah, sehingga kita ngga bisa ngapa-ngapain. IPnya baik, pergaulannya juga baik. Hanya kita bekerja sama dengan FUSI itu menyangkut Islam dan mereka memantau. Kita tidak mencoba untuk melarang, atau men-drop out yang terlibat pada gerakan-gerakan itu.
P : Apakah total 20% itu dari seluruh mahasiswa di FT? J : Dari seluruh kasus DO
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
117
P : Bentuk kerja sama seperti apa yang dibuat dengan FUSI untuk menangani kasus-kasus seperti ini?
J : Kita sama-sama memanatau, artinya ini ada satu tendensi suatu gerakan yang merugikan. Saya memberikan kebebasan pada teman-teman yang lain, teman-teman mahasiswa untuk memonitor. Jadi, monitorlah, artinya deliknya adalah delik pengaduan. Ketika seseorang merasa terganggu, mereka harus melindungi, itu yang utama. Dan perlindungan itu harus menyeluruh gitu ya. Banyak orang tua yang mengadu ke saya, anaknya diganggu dan sebagainya, kita coba untuk melindungi anak itu. Melindungi dari pihak-pihak ketiga yang tidak dia sukai selama di fakultas, selama pelajaran, selama dalam kehidupan dia sesudah sekolah. Nah di sini kita baru butuh teman-temannya. Saya mendapat bantuan banyak dari FUSI untuk terus memonitor mereka.
P : Berapa persen kasus yang tertangani? Dan berapa persen yang tidak tertangani? J : Tertangani, biasanya kalau ada masalah baru lapor, kalau sudah selesai ngga lapor gitu ya,
tetapi dari monitor kita itu dari kira-kira 20% kasus yang hampir DO karena IPnya turun itu, 10% masih bisa tertolong. Itu saya selalu komprehensif gitu ya, ya orang tuanya, karena kadang ada juga orang tuanya yang ngga apa-apa, maksudnya mau diapain. Karena ini, kembali lagi kita harus hati-hati, ini adalah faktor keyakinan. Dan kadang-kadang bukan hanya si anak, bukan hanya mahasiswanya, tapi ini sudah sekeluarga. Kalau orang tuanya sudah mendukung, kita ngga bisa apa-apa kan,tetapi kalau kita bisa diskusi dengan orang tuanya, bisa mendapat bantuan dari orang tuanya, diikuti keinginan untuk sama-sama menjaga karena saya melihat, sama seperti narkoba dan sebagainya, ini adalah harus kerja sama orang tua, kita, temannya. Lobang harus ditutupi. Kalau orang tuanya tidak berkeinginan, maka tidak akan berhasil. Karena disini hanya bisa dari system yang ada di fakultas teknik, kita hanya bisa menjaga dari teman-temannya dengan kelompok FUSI, BEM, dan sebagainya. Nah kalau di rumahnya terus bebas susah juga gitu loh. Jadi harus ada kerja sama yang baik, dan itu ada satu, dua, atau tiga mahasiswa yang dalam satu tahun bisa kembali dan indeks prestasinya membaik. Saya masih punya kasus dua yang belum bisa diselesaikan dan anaknya cuti, terpaksa.
P : Dari pihak dekanat sendiri memberikan dispensasi untuk mahasiswa tersebut? J : Oh iya, jadi begini sepanjang mereka minta, apa pun untuk memperbaiki indeks prestasi
tadi, kita berikan. Kita bantu. P : Jadi lebih cenderung pendekatan kekeluargaan untuk kasus-kasus seperti ini? J : Harus, karena ngga mungkin, paling tidak dalam waktu 24 jam, kalau dia kos pun ada
sabtu dan minggu yang di rumah. Kalau dia anak daerah, yang dua kasus ini anak daerah, terpaksa kita cuti, anaknya diambil dan dipulangkan ke daerahnya karena terganggu. Pendekatan kita begitu. Secara prinsip pendekatan kita adalah kita bisa lihat A, B, C, D bisa kita monitor, tetapi beberapa kasus kita panggil orangnya, kita intograsi, ngga akan ada yang ngaku. Tetapi, dengan bantuan teman-temannya, karena mungkin dia ngga ada masalah dalam pelajaran, tapi untuk teman-teman yang lain bermasalah. Saya mengambil analogi dengan pelecehan seksual, sepanjang tidak ada yang melapor susah untuk ditangani. Beda dengan narkoba, kita bisa cek semuanya, kita bisa periksa darah, dapat – DO karena itu sudah satu garis. Ini sulitnya begitu, karena kita harus hati-hati, ini sensitif. Karena ini menyangkut keyakinan, lalu apa harus kita potong. Jadi ini sensitif sekali, sehingga kita hanya pantau. Kalau IPnya turun kita lapor ke orang tuanya beserta alasannya atau orang tuanya melapor: “Pak, emang di fakultas teknik ada patungan beli komputer? Kok anak saya minta 4 juta untuk beli komputer?” Baru kita tangani. Ada laporan-laporan seperti itu, baru kita tangani.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
118
P : Selain kasus IPnya turun, apakah ada kasus lain yang terjadi? J : Kaitannya tadi dengan orang tua, emang di fakultas teknik ada iuran beli laptop. Mungkin
untuk orang yang kaya tidak masalah, tapi ada yang lapor ya saya tegaskan tidak ada, selain BOP yang satu sekali setiap semester itu tidak ada. Baru orang tuanya kaget karena ternyata anaknya sudah minta uang patungan untuk beli alat, yang katanya dipecahkan, dll. Baru kita tanya anaknya, kenapa, tapi ini sudah satu indikasi dan kita serahkan ke orang tuanya bahwa dia harus dijaga. Dan banyak juga orang tua yang nyerah diawal karena dari SMS saja sudah jadi masalah, 5 menit saja sudah langsung ketemu, tapi kasus-kasus ini kalau saya amati tidak jauh beda dengan kasus narkoba. Ketergantungan dia itu kuat, sama dengan narkoba. Biar pun dipenjara tapi kalau dia lagi sakau, tetap saja dilakukan dan ini adalah fungsi keluarga. Kita menanganinya secara hokum dan terbatas. Dia disini ngga bisa, pas dia pulang, jadi sama saja. Banyak hal yang harus kita pertimbangkan, tetapi fakultas teknik pola penanganannya adalah kita membuat posko pengaduan untuk orang-orang yang terganggu, merasa diganggu. Kalau terganggu pulang malam rasanya ada yang ngeliatin aja, lapor kesitu dianterin pulang. Kasus kita disini bukan hanya NII.
P : Apakah hampir setiap bulan ada pengaduan atau tentatif? J : Statistiknya biasa. Ngga setiap bulan ada. Intimidasinya banyak ya. Ada yang merasa
diikuti terus, mungkin juga secara psikologis, tapi menurut orang tuanya benar-benar dicari sampai ke rumah. Dibayangi terus, orang itu jadi taku, padahal orang itu sudah tidak ikut lagi dan itu yang kita lindungi.
P : Apakah Bapak punya teman yang terlibat NII? J : Ngga P : Sejak kapan kasus seperti ini muncul di Teknik? J : Saya kembali lagi ke teknik sekitar 2000-an dan ketika saya menjadi manajer mahalum
saya baru tahu, tapi dulu aliran Nasution itu kan angkatan-angkatan saya (LDII). Teman saya juga banyak yang terlibat disitu dan membuat IP teman-teman DO juga. Terus ketika saya menjadi dose nada darul arqom dari Malaysia. Saya tidak bisa mendifiniskan NII KW-9 karena secara bendera tidak ada, organisasinya tidak ada, lebih bagus yang LDII karena dia punya kejelasan, kalau ini tidak jelas sama sekali dan kita tidak bisa membongkar terus dilihat KTP ada kartu anggotanya atau apa. Jangan-jangan kaya kamu juga terlibat karena kita tidak bisa menandai dan sebagai muslim kita harus menegakan syariat. Banyak hal yang membuat kita harus berhati-hati. Oleh karena itu, saya mengambil kebijakansanaan kita lihat dari IP dan gangguan. Sepanjang dia merasa tidak nyaman di teknik, entah apa pun alasannya kita akan melindungi. Dan kadang-kadang orang-orang itu kan sudah melirik-lirik ya.
P : Apakah ada perubahan perilaku bagi mahasiswa yang IPnya turun? J : Rata-rata, kita gini ya, semester 2 dievaluasi 24 sks, semester 1 ketika IPnya kurang dari
dua dan kita lihat berbahaya, itu kita kumpulin. Mereka, kita panggil. Kasusnya macam-macam: ada yang minder dari daerah, ada yang minder karena tidak mampu, ada yang karena dugem melulu. Di situ kalau saya lihat kebanyakan karena mereka ngga gaul atau sudah punya kelompok di luar, termasuk di dalamnya NII. Itu yang justru saya paksa, gaulah mereka di kampus, apa pun yang terjadi. Ngga ada alas an untuk dia tidak bergaul. Biasanya di semester berikutnya selesai, begitu juga dengan semester 4 bermasalah, di semester 3 kita lihat. Artinya kita mencoba untuk menanamkan bahwa kamu sudah menjadi mahasiswa UI ya harus bangga, ngga perlu lagi minder atau macam-macam background karena ketika kamu sudah menjadi mahasiswa UI, yang dilihat adalah kamu sebagai mahasiwa UI, bukan background di belakang kamu, termasuk yang punya kelompok di luar
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
119
tadi. Nah itu yang harus dicampur,oleh karena itu saya sangat memerlukan FUSI, BEM, dan lembaga-lembaga yang lainnya untuk mereka harus aktif mengajak orang-orang yang ngga gaul. Dan hal itu kita diskusikan dengan IM, BEM, dan FUSI. Jadi artinya membagi tanggung jawab dengan lembaga-lembaga kemahasiswaan untuk turut menjaga teman-temannya, termasuk di dalamnya kasus-kasus tentang NII. Kalau BEM dan IM sudah tidak bisa menangani kita pernah punya kasus yang akhirnya kita culik, kita bawa pulang. Demikian kerasnya tuh orang sampai diikat karena orang tuanya sepakat dengan kita, teman-temannya Ok, anaknya ngga mau. Dan anaknya hampir ilang, akhirnya kita tangkap dan kita kembalikan ke orang tuanya. Di daerah pula. Namun sulit, sampai tiga semester ini belum ada perubahan kata orang tuanya dan masih cuti. Kita berikan kesempatan karena ini bukan kasus internal, tapi eksternal. Prinsipnya adalah ketika dia masuk FT, dia harus keluar jadi sarjana teknik. Kalau dia tidak bisa keluar jadi sarjana teknik, ada sesuatu yang salah. Kita sebagai kemahasiswaan justru mencari salahnya tadi, jangan sampai salah tadi membuat gangguan. Selalu saya bilang gangguan, karena dia lulus SPMB pasti pinter, paling tidak dia untung dan proses pendidikan ini tidak terlalu istimewa gitu lho. Bukan seperti IPDN yang dipukuli ngga kuat terus mati. Kita kan normal dan harapan kita masuk-keluar, ngga ada yang mundur di tengah jalan, sehingga kita punya dengan apa yang disebut cuti. Dikasi kesempatan untuk sakit, melahirkan, dll. Sakit pun kita kasi kesempatan cuti satu tahun, tapi kalau sakitnya lebih dari satu tahun ada kebijakan khsusus juga. Yang ngga bisa itu, dia sudah ngga mau, daripada kita kasi kesempatan juga mengurangi kesempatan orang lain nah bari DO. Prinsip utamanya seperti itu. Kita akan juga mengeliminir kasus drop out itu dan kasus biasanya kan masalah anaknya ngambek sama orang tua, atau dari NII dia harus mengejar target atau setoran, ada yang berpikir ngga penting lah sekolah nah tugas sebagai Mahalum harus memperkcil masalah-masalah seperti itu. Kalau dia butuh psikolog, kita punya psikolog. Sehingga kalau kamu menanyakan tentang penanganan kasus NII tidak spesifik karena yang ditangani kasus apa pun, harapannya adalah yang masuk FT 20, yang keluar 20 juga. Ngga ada yang masuk 20, yang keluar cuman 10. Ini bukan tempat seleksi, kita tempat mendidik. Bukan berarti penyaringan orang pintar disini, kita adalah pendidik. Keberhasilan kita adalah yang masuk 10, keluar 10. Sehingga apa pun alasan non akademis tadi kita tangani, termasuk juga masalah NII KW-9 dan macam-macam yang lain.
Mengetahui, Ir. Jachrizal Sumabrata, M.Sc., Ph.D.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
120
Lampiran 8. Wawancara dengan Bapak Hananto Ardiantoro Manajer Mahasiswa dan Alumni FK UI Rabu, 20 Juni 2007 P : Apa yang Bapak ketahui tentang NII? J : Ada titik-titik kegiatan NII yang tidak mengutungkan bagi mahasiswa, seperti dia harus
bekerja mencari dana untuk kegiatan organisasi yang kegiatan organisasi ini di doktrinkan kepada mahasiswa yang bersangkutan, sehingga mahasiswa itu merasa yakin dan benar dalam bertindak dan berpikir, sehingga banyak mahasiswa yang dirugikan, terutama financial. Kerugian financial akan membuat mahasiswa itu terganggu, kalau di kacamata seorang dokter NII itu seperti Low Density Lipid (LDL) Kolesterol adalah suatu kolesterol yang jahat dan merusak pembuluh darah. Kalau si LDL ini dalam bentuk untuh dia masuk ke dalam darah, itu tidak bisa bersatu dengan darah. LDL harus dibungkus sama satu protein yang namanya Lipoprotein. Kalau LDL dibungkus dengan Lipoprotein, dia bisa larut dalam darah. LDLnya itu NII dan Lipoproteinnya Islam, sehingga dia bisa larut di masyarakat. Kalau dia langsung keluar dalam bentuk utuh tidak bisa diterima, karena ada mahasiswa FK UI yang tadinya anak FT UI, dia membuat tulisan tentang pengalaman dia dan yang pertama-tama diajarkan kepada mahasiswa itu adalah Tauhid. Tauhid ini Islami, misalnya mengaji dan itu memang yang diajarkan oleh Islam jadi disinilah kesulitan kita, sebagai manajer kemahasiswaan melarang mahasiswa ikut NII wong mereka diajak mengaji kok. Bagaimana melarang orang mengaji? Tapi dengan berjalannya waktu, orang yang bersangkutan mulai di baiat dan biayanya sektar 2 juta dan dalam kurun waktu tertentu dia harus memberikan dana kepada mentornya. Kebetulan mahasiswa ini, orang tuanya ini Ibunya seorang guru dan Bapaknya pegawai Diknas, selalu dimintai uang. Pada saat dia ada konflik dengan orang tuanya, mentornya mengatakan Anda harus bisa meyakinkan orang tua kalau Anda tidak bisa meyakinkan orang tua tinggalkan saja. Di sini mulai timbul aturan-aturan yang tidak Islami, Islam tidak mengajarkan itu dan mentornya memerintahkan hal ini hanya untuk satu negara yang dipimpin oleh orang-orang yang mempunyai pengetahuan Tauhid yang tinggi. Hal ini yang membuat bersangkutan stres, mulai goyang, mungkin karena pada awalnya doktrin itu tidak terlalu hebat masuk ke yang bersangkutan ini, sehingga dia mulai mau keluar. Ketika dia mulai mau keluar, timbul masalah kedua yaitu dikejar-kejar dan ancaman-ancaman sampai akhirnya dia memutuskan untuk mundur dari fakultas teknik dan masuk ke fakultas kedokteran, dan dia ingin memulai hidup baru, tetapi orang-orang itu masih mengejarnya. Saya juga melindungi dia disini, saya juga minta kepada FSI FK untuk membina dan melindungi baik dari fisik dan semuanya. Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan baik dan sekarang dia sudah naik ke tingkat tiga dengan IP 3 mendekati cum laude dan itu merupakan satu titik balik kesuksesan mahasiswa mampu sadar dan dari teman-teman NII dianggap murtad. Saya lebih senang mengatakan orang-orang yang kembali, karena konotasi murtad itu bagi saya agak kurang suka, dan saya senang dia menjalankan syariat dengan baik. Jadi tidak ada tu Ibukota Indonesia di Indramayu, dan sebagainya. Target-target yang akan dicapai oleh mereka, semuanya sepertinya sangat memanfaatkan agama Islam, sehingga saya sedih, di salah satu doktrinnya adalah dia tidak akan mempengaruhi anak tentara. Lucu, kalau dia tahu anak itu anaknya tentara, maka tidak akan dipenagruhi. Saya juga dapat informasi dari orang-orang yang sudah keluar dari NII dan dia buat satu posko di Lenteng Agung, mereka mengatakan salah
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
121
satu syaratnya itu dan Depok menjadi salah satu tempat mendulang kader dan alhamdulillah di FK UI ini setahu saya mengajinya di Tebet Timur. Ada satu pengajian yang bisa dibuktikan bahwa itu merupakan salah satu check point NII. Ketika mereka sadar, masyarakat membubarkan pengajian itu pada tahun 2005. di FK UI sampai saat ini sudah tidak terdektesi lagi ada yang terlibat NII. Dulu ada beberapa tapi sudah lulus dari D3, yang terakhir mahasiswa itu tingkat dua dan sudah keluar dari NII. Pernah kita menangkap mahasiswa FK UI angkatan atas dan dia belum lulus. Setelah kita telusuri, dia pernah menghilang dari bangku kuliah hampir dua tahun kalau dihitung dari menghilangnya dia dari pertengahan semester dan ternyata dia terlibat NII. Pada saat itu tidak diketahui oleh dekanat FK UI, dan yang tahu orang tuanya. Kebetulan orang tuanya itu purnawirawan tentara sampai akhirnya orang tuanya yang mengantarkan kuliah. Jadi kalau kuliah di departemen mata itu ditunggui di depan pintu kelanya, keluar kemana diikuti, ke polilinik ditunggui karena anaknya ketakutan. Jadi orang tuanya betul-betul mengikuti yang bersangkutan kemana saja. Bapaknya juga mengatakan sampai tidak bekerja hanya untuk mengikuti anaknya dan anaknya tidak merasa terganggu serta jaraknya tidak lebih dari 100m. Ternyata hal itu bisa membebaskan dan membuat jera orang yang mengikuti anaknya. Handphonenya ganti nomer dan para mentor di NII itu bagus sekali caranya. Jadi mentornya tahu ada satu kelompok mahasiswa yang didalamnya ada mahasiswa yang sudah mulai sadar dan sudah ganti nomor handphone, nanti dia datang ke kelompoknya dan mengaku kalau saudara mahasiswa tersebut serta membutuhkan nomor HPnya, akhirnya dikasi oleh temannya. Jadi betul-betul diamati, begitu dapat nomor teleponnya dikejar lagi. Saya juga heran dasarnya apa sampai MUI membuat statement bahwa NII itu tidak mengganggu. Mungkin NII tidak mengganggu secara politis, tapi justru dia terasa pada mahasiswa dalam proses pendidikannya. Saya menganggap statement MUI kurang tepat karena mereka tidak melihat gangguannya sampai di tingkat mahasiswa. Bagaimana di FASILKOM itu anak yang pandai dari IP 3,.. turun menjadi 2,.. sampai 1,… dan kemudian menghilang. Ada datanya dan itu satu bukti yang harus disampaikan. Orang tuanya mencari tapi tidak bisa ditemukan. Dan ternyata ini juga bukan hanya masalah UI, tapi juga masalah IPB, ITB, dan saya tidak bisa memberikan komentar lebih jauh untuk menjudgment NII karena mereka membawa unsur-unsur agama. Terus terang ketika saya mau mempresentasikan masalah NII ini di depan civitas akademik FK UI banyak yang menentang karena mungkin kita yang beragama Islam bisa lebih wise dalam melihat masalah ini, tapi agama yang non Islam justru bertanya kok Islam seperti itu. Jadi jangan sampai kita memukul sesuatu dan hal itu terciprat ke muka kita sendiri. Saya mengharapkan Anda dalam menulis itu berhati-hati dan dengan bukti-bukti. karena Islam itu agama yang benar, kalau bisa NII dilepaskan dari label Islam. Kalau NII dilepas dari Islam, maka tidak bisa larut dalam masyarakat. Banyak doktrin-doktrin NII yang bisa dipelintir sedemikian jauh. Saya sebagai seorang dokter selalu menjaga agar seseorang tidak sakit dan meninggal, sementara ada satu program dari teman-teman seiman saya yang membunuh seorang rektor dari agama lain. Terlepas dari masalah agama, menghilangkan nyawa seseorang itu sangat luar biasa dan menurut saya tidak dibenarkan agama, sehingga ini menjadi polemik yang hebat dan disinilah kita sebagai insan akademik harus lebih hati-hati, lebih bijak dalam menuliskan masalah ini. Semua yang saya ungkapkan tadi semua keadaan-keadaan yang krusial. Kalau hal itu ditelan mentah-mentah oleh orang-orang yang non Islam justru dapat mengahancurkan citra Islam yang selama ini sudah kita jaga dengan baik.
P : Darimana pertama kali Bapak mendengar tentang NII?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
122
J : Saya pertama kali mendengar tentang NII itu sebetulnya sejak saya masih mahasiswa karena ayah saya salah satu tentara yang menumpas gerakan DI-TII. Tante saya pada saat pulang ke Semarang meninggal di tembak oleh DI-TII sebelum Cirebon, saat itu saya belum lahir. Jadi ayah saya kalau menceritakan tentang DI-TII itu sangat berapi-api. Ternyata NII ini berkaitan erat dengan Kartosoewirjo sampai saya juga tidak membayangkan dia berkaitan erat dengan Kahar Muzakar di Sulawesi, Tengku Daud Beureuh di Aceh. Pada saat itu, saya tidak membayangkan terjadinya perubahan program sampai menjadi seperti sekarang. Jadi mereka meninggalkan program yang force menjadi dalam bentuk yang lebih halus dengan menggalang dana yang luar biasa. Saya juga tidak tahu persis apakah Az-Zaytun yang di Indramayu itu tidak terbukti, hubungan para petinggi politik dengan Az-Zaytun juga tidak ada. Kalau kita lihat kasus bis tentara yang membawa orang-orang untuk menyoblos Golkar di Az-Zaytun, sehingga NII ini menjadi kompleks karena mencampur-baurkan Islam dengan ajaran dan dia juga mencampur-baurkan birokrasi, sehingga NII yang seutuhnya tidak bisa dilihat secara nyata oleh rakyat Indonesia, bahkan oleh umat Islam. Sehingga umat Islam sendiri yang mewakili NII tidak bisa melihat itu dan MUI lebih berani menyatakan bahwa Ahmadiyah itu sesat dibandingkan NII. Saya tidak konsen dengan masalah itu karena bukan kapasitas saya, konsen saya adalah mahasiswa FK. Mahasiswa saya ini tidak boleh kena sampai ada mahasiswa yang ekstend dalam pendidikan. Coba Anda bayangkan dia yang seharusnya 6 tahun lulus, dia sampai 9 tahun baru lulus. Jadi dia terlambat 7 semester, sekarang Anda hitung biaya pendidikan di FK UI satu semester itu Rp 14.750.000. Mahasiswa FK UI hanya membayar 10%, Rp 1.475.000, sisanya FK UI harus mencari dana pendidikan antara 12-13juta rupiah. Dulu di subsidi oleh pemerintah, tetapi setelah menjadi BHMN tidak lagi. Sekarang kita hitung 7 semester di kali 15 juta rupiah itu berapa yang dirugikan. FK UI yang dirugikan karena FK UI harus mencari dana untuk itu semua. Ratusan juta dan hal itu tidak nampak valuenya. Mungkin itu tidak terlihat, tapi merupakan sebuah bentuk kerugian material bagi FK UI, padahal kalau akademisnya tidak bermasalah dana itu bisa saya berikan kepada mahasiswa yang tidak mampu. Sementara mahasiswa itu bermasalah karena NII bagaimana saya jadi tidak konsen dengan hal itu. Puncak kekecewaan saya adalah pemerintah menyatakan NII itu tidak bermasalah. Sebetulnya saya mengharapkan UI harus membuat data dan menampilkan data-data itu secara otentik, kemudian dilaporkan. Sehingga itu bisa menjadi dasar pemikiran untuk Menteri Agama, MUI, atau badan-badan agama yang lain untuk bersikap tegas. Mungkin sudah waktunya kita bertindak. Ketidakberanian pemerintah ini meresahkan grass rood, terutama fakultas, tetapi sampai saat ini belum ada respon yang memadai. Selama NII tidak mengganggu stabilitas, tidak mengganggu dolar, ekonomi, maka dibiarkan saja karena hanya dilihat secara makro.
P : Apakah Bapak pernah membaca buku atau artikel yang berkaitan dengan NII? J : Saya ada beberapa yang kemarin sempat dibahas di Tempo atau Kompas (saya lupa).
Kemudian ada beberapa dari teman-teman saya, beberapa dari UI. Saya anggap ini sebagai wawasan saya dan yang saya sesalkan mahasiswa saya yang jadi korban, sehingga di FK UI itu saya wajibkan untuk mahasiswa baru harus berkelompok dalam satu bulan pertama, kalau dia ngga mau ngaji bersama sudah ketahuan. Ada kasusnya dan tertangkap. Biasanya saya curigai dan saya panggil. Nanti dikejar kenapa alasannya tidak mau mengaji bersama FSI.
P : Apa pendapat Bapak tentang mahasiswa yang terlibat NII?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
123
J : Saya belum pernah bertemu dengan mahasiswa yang, mungkin ada mahasiswa yang sudah ikut NII tapi tidak bermasalah, dia bisa survive terus dan hal itu no problem. Saya konsen dengan mahasiswa yang bermasalah yang mengganggu akademisnya.
P : Apa tindakan preventif dari dekanat untuk mereka? J : Preventifnya saya bekerja sama dengan FSI (S1) dan FOKSI (D3). Saya minta mereka
selalu ada diskusi-diskusi, minimal yang membahas masalah ini dan saya mengharapkan intensitas diskusi tentang NII ini diberikan kepada mahasiswa yang baru masuk karena kita punya PSAU dan MABIM (masa bimbingan). Hal itu mulai sejak saya jadi mahalum tahun 2004, dan 2005 untuk riilnya. Mahasiswa FK sendiri ada yang terlibat dengan FT, salah satunya mahasiswa yang pindah ke FK dari FT di D3 ada empat, sebelumnya ada tiga. Sebenarnya yang terdektesi sekitar 9 orang.
P : Apakah ada perubahan perilaku dari 9 orang itu dalam kehidupan mereka di kampus? J : Dari 9 orang itu terus terang yang sulit itu dari D3, karena D3 orang tuanya mampu. Ada
satu yang DO dan yang lainnya lulus. Di S1 ada 3, yang satu kembali, yang satu selalu ditunggui oleh bapaknya, dan yang satu lagi sudah lulus. Sempat juga kita temui, dan kata teman-temannya dia sudah keluar. Dia yang memberikan infornasi bahwa pertemuan mereka itu di Tebet Timur. Saya di FK bila ada orang yang mencurigakan langsung ditegur dengan santun dan saya berdoa sama Allah semoga hal itu tidak terjadi.
Mengetahui, Dr. Hananto Ardiantoro, Sp.JP.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
124
Lampiran 9. Wawancara dengan Ibu Kasiyah M. Junus Manajer Mahasiswa dan Alumni FASILKOM UI Senin, 26 Juni 2007 P : Apa yang Ibu ketahui tentang NII? J : NII itu organisasi sempalang yang secara akidah, dia menyimpang, punya agenda tertentu,
punya strategi tertentu, punya pengikut yang banyak, dan sudah menyusup kemana-mana termasuk kalangan mahasiswa.
P : Bagaimana pendapat Ibu tentang mahasiswa yang terlibat dalam gerakan NII KW-9 tersebut?
J : Karena ini gerakan yang terlarang, tentu saja ini tidak baik untuk institusi dan diri mereka sendiri. Saya melihatnya pertama dia adalah korban karena tidak semua itu ikut dengan kemauan dia sendiri jadi dia dipandang bukan sebagai pelaku, melainkan sebagai korban, tapi dia bukan korban yang pasif tapi dia korban aktif yang akan memakan korban yang lain jadi dia juga bisa dipandang sebagai ancaman. NII merekrut mereka dengan memanfaatkan ketidaktahuan mereka.
P : Bagaimana dengan mahasiswa FASILKOM sendiri? J : Ada sih dan sedang ditangani sekarang ini. P : Ada berapa kasus yang terungkap di FASILKOM? J : Sampai saat ini ada dua yang satu itu hampir kena, namun sudah keburu ketahuan jadi
dengan cepat kita tarik dan dia sudah kembali seperti yang lain sekarang, yang satu sedang dalam proses di rehab oleh keluarganya, karena ada beberapa kendala jadi memang agak susah dikembalikan karena keterlibatan yang sangat dalam.
P : Bagaimana dengan kabar sampai ada mahasiswa FASILKOM yang menghilang karena terlibat NII?
J : Menghilang tapi tidak 100%. Dalam keadaan menghilang dia masih kontak saya. Sekarang pun dia masih kontak saya karena dia merasa saya bisa dipercaya dan saya tidak memposisikan dia dalam bentuk oposisi gitu ya jadi dia masih sangat nyaman berbicara dengan saya. Saat ini dia dalam kondisi cuti, tapi masih mau kontak dengan saya.
P : Bagaimana cara penanganan pihak dekanat FASILKOM terhadap mahasiswanya yang terlibat NII?
J : Ketemu dengan orang tuanya dan keluarganya berkali-kali. Pertama kita ketemu ada semacam penolakan dari orang tuanya kalau anaknya begitu, tepi kemudian alhamdulillah dari keluarganya yang lain, seperti tante dan om-nya percaya setelah melihat data-data dan setelah berbicara dengan daya dan dari situlah kita berusaha membuat orang tuanya percaya. Hambatannya itu karena ada semacam keraguan dari orang tuanya bahwa anaknya terlibat.
P : Apakah ada masalah akademis dengan mereka? J : Oh ada dari nilai 3 jadi nasakom. Hal itu membuat kita curiga anak ini kenapa dan kita
tahunya justru dari indikasi itu. Nilai yang 1,… P : Bagaimana keterlibatan FUKI dalam mencegah meluasnya teman-teman yang terlibat NII
di FASILKOM? J : Sebenarnya nih anak pertama-tama aktif di FUKI sebelum dia menghilang. FUKI sendiri
memang banyak berbicara dengan saya dan FUKI juga membantu dalam usaha meyakinkan orang tua, mencarikan solusi, menjadi teman diskusi bagi orang tua. Itu rencana sesudah
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
125
terlibat. Sebelum terlibat kita mau mencerdasakn anak-anak baru yang akan datang supaya lebih aware dengan ancaman seperti itu.
P : Bagaimana cara yang akan dilakukan? J : Semacam ceramah, namun baru dalam rencana karena itu untuk mahasiswa yang akan
datang. P : Dapat terindikasi tidak Bu di setiap angkatan? J : Tidak dapat terdeteksi, tapi yang pasti kita lihat dari IP yang drop ya dua orang itu. P : Bagaimana dengan isu yang mengatakan bahwa setorang infaq dilakukan di FASILKOM? J : Saya tidak berani bicara karena kalau dasarnya isu. Kita tidak sampai di sana karena
curiga saja itu sesuatu yang pada dasarnya tidak bisa dilakukan juga. Hanya kalau terindikasi kita coba melaporkan ke keluarganya dan kita berikan data serta orang-orang yang kompeten untuk menangani masalah ini karena fakultas tidak kompeten untuk merehabilitasi itu sudah di luar kemampuan kita.
P : Jadi mahasiswa yang sedang cuti ini terindikasi terlibat? J : Ya, namun tetap saja kita tidak bisa mengatakan kamu 100% kena itu kan harus ada
pengakuan dan sebagainya karena mereka itu ngga bodoh, mereka itu pintar sekali. P : Pintar dalam pengertian apa Bu? J : Pintar dalam kamuflase, pintar dalam membuat orang menjadi ragu, pintar dalam hal
menutupi diri mereka punya ilmunya. P : Apakah ada perubahan perilaku pada kedua mahasiswa tersebut? J : Yang satu tidak sampai dalam sudah keburu ditarik kalau yang satu sudah sampai dalam.
Hal itu tentu saja ada tapi menurut saya itu bukan hanya sekadar faktor NII, tapi juga pengaruh nilai akademisnya. Kemudian, dia harus cuti dan ketika dia kembali dia ngga siap. Jadi sebenarnya perilaku dia yang berubah itu juga karena faktor-faktor lain yang memperburuk menurut saya. Karena dalam hal bagaimana dia sangat sopannya dalam berkomunikasi dengan saya itu tidak ada perubahan. Dia tetap manis, tetap baik, tetap menyenangkan kalau di SMS dan bahasanya sangat bagus. Tetap menjaga sopan santun. Jadi saya juga tidak melihat dia sebagai sesuatu karena saya dengan semua mahasiswa, saya termasuk yang sangat sedih dia terlibat dalam NII.
P : Sudah berapa semester dia cuti? J : Mau dua semester. Dan kalau dia kembali ke kampus itu akan sangat tergantung pada
usaha keluarga dia untuk mengembalikan. Jadi saya ada semester break dan saya masih berharap dia kembali. Dekanat sendiri terbuka dalam menerima dia kembali karena dia adalah korban, bukan hanya sekadar pelaku. Dalam hal ini kita harus melihta case by case, kita ngga mau dia justru nanti mau balik terus kita tolak dan dia nanti akan kembali lagi ke sana. Nanti kita ikutan dosa. Memang ada banyak kasus yang kita tidak bisa open karena kita harus melindungi mahasiswanya.
Mengetahui, Kasiyah M. Junus, M.Sc.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
126
Lampiran 10. Wawancara dengan Risa Rifkiyanti Leonita Husni Jurusan Sastra Arab angkatan 2004 FIB UI Kamis, 9 Februari 2006 NII gerakan keislaman yang merekrut anak muda di kampus-kampus dengan tujuan akhirnya untuk membentuk negara Islam dan NII mendapatkan dana melalui anggota-anggotanya. Apabila anggotanya memiliki kesalahan maka harus menyetorkan sejumlah uang ke organisasi tersebut. Saya baru percaya NII ada saat saya diajak oleh teman saya dan ketika kuliah Islamologi, saya baru tahu kalau NII masih ada hubungan dengan DITII dan Kartosoewiryo. Kemudian, pola perekrutan anggota NII menggunakan sistem multilevel marketing, jadi misal saya diajak oleh teman saya, dan saya harus mengajak orang lain dan begitu seterusnya. Saya pernah dua kali diajak dengan teman yang berbeda. Pertama teman lama saya dengan alasan ulang tahun temannya sampai dua bulan dia tetap mengajak saya pergi di malam minggu. Akhir SMA, dia menelepon saya untuk pinjam uang dengan alasan mengganti HP temannya sebesar Rp 500.000,00, tapi tidak dikasih karena sedang liburan sekolah jadi tidak ada uang. Ibu saya curiga karena dia menelepon dan besoknya Ibu saya bilang kalau dia mencoba meminjam uang ke beberapa teman saya dan menyarankan saya untuk berhati-hati. Besoknya saya tanya ke temannya dia dan saya ketemu sama ibunya, dari ibunya bilang hati-hati kalau dia sudah kena NII. Pengalaman kedua dengan teman Sastra Arab saya. Dia tiba-tiba mendekati saya dan minta untuk belajar kelompok dan dia main ke rumah saya. Akhirnya, saya janjian sama teman saya jam 11 untuk belajar bareng. Kemudian, dia datang bersama temannya yang bernama Agnes dan tidak mempunyai kaitan dengan Agnes. Saya jadi curiga karena sebelum dia ke rumah saya dia bilang mau pinjam uang dengan alasan orangtuanya sedang mudik (awal bulan Ramadhan). Pada saat dia di rumah, saya jadi tidak sreg dan akhirnya saya ajak ke kamar. Dia langsung cerita-cerita tentang kuliah Islamologi dan bertanya sejauh apa saya mengerti tentang keislaman, saya jawab saja saya suka dengan kuliahnya karena saya bisa tahu lebih tentang Islam, terus Agnes bertanya apakah saya suka membaca Al Quran dan artinya, saya jawab tidak dan Agnes bercerita kalau dia dulu punya teman cowo yang ancur banget tiba-tiba jadi berubah dan cowo itu bilang dia ikut ngaji dan kalau mau tahu datang aja nanti. Lalu dia mengajak saya untuk ikutan dan terus memaksa saya untuk ikutan. Sebelumnya, dia menjelaskan kenapa temannya berubah menceritakan kenapa surat Al Fatihah di depan dan An Naas di belakang, kenapa surat Al Maidah ayat 3 diletakan di tengah-tengah karena hal itu bisa membuat temannya Agnes berubah. Akhirnya, kami mengubah topik pembicaraan sampai mereka pulang. Besoknya, saya cerita dengan teman saya, Rara dan menanyakan apakah betul teman saya itu sudah kena NII karena dekat dengan Kiki, Sastra Jepang. Kiki kena NII saat semester satu dan Rara menebak kalau saya diajak untuk ikut NII. Uthy juga pernah kenalan dengan perempuan di halte yang langsung mengajak ngobrol tentang agama. Sampai akhirnya saya bicara sama teman-teman 2004 dan ternyata hampir 60% pernah diajak, mulai dari masalah pinjam uang sampai pergi ngaji. Waktu saya masih kuliah di Poltek, teman saya berubah drastis dan menjadi aneh karena dia pernah diajak ngaji sama temannya dan sekarang dia tidak mau ikut lagi, sehingga diancam mau
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
127
dibunuh. Ketika saya kena pertama kali, saya diberitahu sama ibu teman saya kalau orang-orang NII takutnya sama ABRI, dan Polisi. Teman saya yang di Poltek dan teman SMA saya itu pernah diajak NII di daerah Parung atau Kukusan. Teman SMA saya yang lain, Rahmah, dia menelepon saya dan bilang kalau Yana (tetangga saya juga) juga sudah kena NII. Ternyata Yana juga mengajak teman-teman saya yang lain. Kemudian, teman saya Dita juga pernah diajak sama orang untuk ikut NII padahal baru kenal sama orang itu. Dari semua hal tersebut, saya dapat mengambil kesimpulan kalau cara perekrutan NII itu jika orangnya sudah kenal maka akan didatangi ke rumahnya, didekati, pinjam uang dengan berbagai alasan dan menuju ke arah doktrin, tapi kalau belum kenal dengan cara yang agresif dan mengajak ketemuan, biasanya di tempat-tempat umum.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
128
Lampiran 11. Wawancara dengan Teti Jurusan Sastra Arab angkatan 2004 FIB UI Kamis, 9 Februari 2006 Saya mau menceritakan sedikit pengalaman saya tentang NII. Perkenalan saya dengan NII berawal dari teman SMA yang sudah sekitar tiga bulan tidak bertemu, tiba-tiba dia menelepon dan mengajak pergi mencari kado, berikutnya dia mengajak saya untuk belajar bahasa Arab dengan alasan dia ada tugas. Akhirnya, kami bertemu di mall dan tiba-tiba dia bertemu dengan tiga orang temannya dan dikenalkan sama saya, salah seorang mengaku mahasiswa UI sehingga nyambung ngobrol sama saya. Akhirnya, kami berlima ngobrol di salah satu restoran di mall dan dibayarin sama teman cowoknya (empat perempuan dan satu laki-laki). Awalnya, kami mengobrol tentang hal-hal yang ringan, seperti dunia kampus, tiba-tiba cowo itu bicara tentang pengetahuan Islam dan dia bertanya menurut saya surga di dunia di negara apa dan saya jawab di Indonesia karena tanahnya subur, tapi kata dia cuma ada satu negara yang lebih subur dan dapat dijadikan surga dunia dan setelah kita belajar, kita akan tahu karena sudah sore akhirnya dilajutkan keesokan harinya di mall yang sama. Dia bercerita sambungan yang kemarin dan dia menggunakan perumpamaan-perumpamaan dan mengkaji Quran dan saya disuruh baca, surat Al Baqarah dan dia mengkaji artinya sendiri. Memang saat dia mengkaji artinya sendiri dan masuk logika, kemudian dilajutkan dengan cerita Islam, tapi karena waktunya dibatasi sampai jam 5 sore akhirnya di sambung besok lagi. Di jalan teman saya bilang cowonya cakep ya, sudah cakep pintar lagi, dan teman SMA saya menyodorkan saya ke dia, saya cuma tertawa. Besoknya, kami pindah mall ke PS, dia bilang kalau kita mau tahu lebih banyak, kita harus hijrah dari negara Indonesia karena kondisinya sudah kacau, ada satu negara (tidak disebutkan namanya) tapi untuk hijrah kita harus siap mengorbankan harta dan jiwa. Harta, kita harus rela menyumbangkan berapa saja nominalnya dan jiwa berarti harus mau ikut kajian-kajian. Saya sudah berpikir kalau ini adalah salah satu aliran dan saya bertanya kalau hal ini sama seperti membuat negara dan disanggah oleh cowo itu. Kalau mau hijrah kita harus menyetorkan uang sebagai tanda kita siap berkorban harta sebesar Rp 1.200.000,00 dan kita harus dapat hari itu juga, saya tanya bagaimana caranya kita masih kuliah belum punya uang sendiri dan dijawab itu terserah kalian. Teman-teman saya mengajak saya untuk bekerja di mall atau mengambil uang di ATM saya, mereka bilang tidak ketahuan kan seperti dakwah Nabi Muhammad, sembunyi-sembunyi dulu baru nanti terang-terangan. Kemudian, mereka minta HP saya dan teman saya bilang pakai HP saya saja dulu. Sebenarnya saya sudah mau mundur, tapi karena saya penasaran saya tetap melanjutkan dan saya percaya pasti ada bai’at. Akhirnya, saya berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp 450.000,00 dan teman-teman saya bilang mereka sudah menyetorkan uangnya. Setelah menyetorkan uang mau ditemukan dengan pemimpinnya, ada dua orang di tempat yang berbeda. Pertama di mobil dan diajak muter-muter dengan mata tertutup dan yang satu lagi di sebuah rumah seperti tempat kursus di daerah mampang. Setelah menyetorkan uang, saya juga sudah ditatar dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Alasan hijrah, latar belakang keluarga dan saya diajak sendirian untuk ketemu
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
129
sama pemimpinnya. Sampai di mampang ada mobil lain yang sudah menunggu dan diajak pindah mobil dan ditannya sama pemimpinnya dan saya diberi baru, nama Arab oleh pemimpinnya. Saya ditanya berapa dana yang sudah saya siapkan untuk hijrah, kemudian saya dipindah ke mobil berikutnya. Isinya hanya sopir dan orang-orang yang mau hijrah (dua orang cowo) dan matanya ditutup, salah satu dari mereka saudara teman saya sampai di garasi kami diberikan pertanyaan di ruangan kelas. Gurunya bertanya ke saya tidak terlalu jauh karena melihat latar belakang saya sebagai mahasiswa Sastra Arab. Setelah itu, sholat berjamaah dan dipimpin oleh pemimpinnya dan sholatnya tidak tartil dalam bacaan sholatnya. Saya dikembalikan ke tempat yang pertama dan dijemput oleh teman saya yang mengajak saya, besoknya teman saya menelepon dan bilang ada tadzkiyah di mall karena biasanya untuk perempuan lama hijrahnya dan bisa memakan waktu satu bulan untuk hijrah. Saya sempat mendengar percakapan mereka tentang KW IX, dan jaringan-jaringannya. Sejak saat itu, saya merasa kalau ini sudah tidak benar apalagi pada saat itu dia sudah mengajarkan hal-hal yang tidak baik, seperti berbohong kepada orangtua dan diminta untuk sembunyi-sembunyi. Hijrahnya dari Indonesia ke negara itu sama seperti hijrahnya Rasulullah ke Madinah dan Madinah jauh lebih maju daripada Mekah. Yang dimaskud Madinah adalah Ponpes Az Zaitun, pas waktu sholat saya mengajaknya dan dia bilang nanti saja di tempat tadzkiyahnya. Saat di sana juga masalah sholat tidak ditanyakan. Mereka wajib sholat di pesantren mereka saja sedang di luar ponpes tidak wajib. Dalam pengkajian, saya tidak mendengarkan dengan seksama karena takut terpengaruhi, jadi saya mendengarkan sepotong-sepotong.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
130
Lampiran 12. Wawancara dengan Wuri Ekawati Putri Jurusan Sastra Arab angkatan 2004 FIB UI Kamis, 9 Februari 2006 Pengalaman saya dulu waktu mau pulang ke kos saya, kebetulan waktu itu sudah malam, ada seorang perempuan yang duduk sekitar satu meter dari saya. Kemudian, dia mengajak saya kenalan dan langsung SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dan menanyai nama saya, minta nomor HP. Saat itu, bis kuning tiba dan saya langsung kasih nomor saya. Lalu dia sms ke saya dan minta bertemi di UI dengan alasan silaturrahim karena pada saat itu saya sedang persiapa ujian, saya selalu menolak ajakannya. Pada saat itu, saya belum tahu kalau dia anggota NII, akhirnya saya bertemu dengan dia di halte FIB UI. Setelah itu, dia mengajak makan di Kansas dan mulai bertanya tentang hal-hal yang aneh. Dia bertnya tentang keunggulan Al Quran, kenapa surat Al Fatihah di depan dan An Naas di akhir, karena saya suka bercanda jadi saya menajwab dengan santai dan simple. Waktu sedang makan saya bertemu dengan teman-teman saya dan dia tetap bertanya kepada saya dan saya menjawab dengan bercanda. Akhirnya, dia mengajak saya pergi ke temannya yang pintar agama di daerah Pasar Minggu karena saya sudah mulai curiga, saya menolak ajakannya dengan alasan banyak tugas ujian, tetapi dia terus memaksa dan terpaksa saya bilang kapan-kapan. Seminggu kemudian, dia menelepon HP saya dan hal tersebut sudah membuat saya takut dan saya tidak mengangkat teleponnya dan tidak membalas smsnya sampai akhirnya dia tidak mengganggu saya dan hilang dengan sendirinya. Tujuan NII adalah mendirikan negara Islam dan menyebabkan mereka tetap eksis sampai sekarang dan ingin mengembalikan kekusaan masa lalu Islam pada masa kekhalifahan, mungkin hal itu yang membuat mereka gebrakan baru untuk mencapai tujuan mereka. Mungkin mahasiswa sasarang yang empuk karena mahasiswa masih labil emosinya dan masih mencari-cari, sehingga dapat dengan mudah dipengaruhi. Saya sendiri belum tahu banyak tentang NII. Setelah beberapa bula tidak bertemu, tiba-tiba waktu saya pulang kuliah saya bertemu dengan dia dan dia menegur saya duluan, namun karena saya bersama teman-teman yang lain dia tidka berani macam-macam. Setelah itu, saya minta tolong sama teman saya yang lain untuk cek ke FISIP apakah ada yang bernama Fiki di Kriminologi, ternyata tidak ada. Jadi, ada kemungkinan dia berbohong.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
131
Lampiran 13. Wawancara dengan Juli Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2004 Ketua Keputrian FORMASI FIB UI 2005-2006 Senin, 30 April 2007 P : Apa yang Anda ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Mungkin Juli tidak tahu definisi yang tepat itu apa, Cuma secara garis besar orang-orang
melihat aliran itu ada dua, yaitu sesat dan tidak sesat. Aliran dalam hal ini juga macam-macam bentuknya, ada yang berdasarkan agama, kebangsaan, dll.
P : Apakah Anda pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Anda? J : Pernah P : Siapakah yang mengajak Anda? J : Dari SMA sudah masuk Rohis berdasarkan keinginan sendiri, karena dari kecil sudah ikut
TPA dan senang dengan hal yang berbau Islam. Jadi, ketika masuk kampus atau SMA yang dicari adalah kajian Islam atau kegiatan ke-Islaman.
P : Kapan dan dimana biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Di SMA masih dalam pengawasan guru, jadi kebanyakan diadakan di dalam sekolah,
paling yang diadakan di luar itu semcam pesantren kilat atau LDK. P : Mengapa Anda tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Karena saya bisa merasa tenang, memang sudah menjadi idealisme sendiri sejak dulu. P : Apakah Anda pernah mendengar tentang NII? J : Ya, pernah. P : Dari siapa Anda tahu mengenai NII? J : Pertama kali dengar dari teman karena teman ada yang jadi korban. Kemudian, diberi tahu
sama senior NII itu apa. Waktu masuk kampus jadi lebih tahu lagi, kebetulan di jurusan ada korban-korban NII, sehingga langsung di cover dan setiap anak baru akan langsung diberi tahu tentang NII.
P : Pernahkah Anda diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Tidak P : Bagaimana pendapat Juli tentang mahasiswa yang terlibat dalam gerakan NII? J : Berawal dari proses ketidaktahuan mereka, sampai mereka akhirnya bisa ikut-ikutan
karena yang saya tahu yang dicari itu orang-orang yang ghirohnya ikut kajian-kajian Islam, tapi belum paham tentang Islam. Ketika mereka terlibat, mungkin ada orang-orang yang keukeuh, sehingga doktirn itu masuk habis-habisan ke kepala mereka, dan ada juga yang sebenarnya mereka tahu kalau NII sesat, tapi takut keluar.
P : Apa tindakan pencegahan dari teman-teman LDF untuk mencegah penyebaran NII? J : Salah satunya membuat seminar tentang NII, kemudian kalau kita dapat kabar ada
mahasiswa yang sedang didekatin oleh mereka biasanya kita ajak ngobrol dan diberi pemahaman.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
132
Lampiran 14. Wawancara dengan Idris Said Jurusan Sastra Arab angkatan 2003 Ketua FORMASI FIB UI 2005-2006 Selasa, 8 Mei 2007 P : Apa yang Anda ketahui tentang NII? J : NII yang semua orang tahu semacam bentuk dari ajaran Islam yang ingin membentuk
Daulah Islamiyah. Memang bentuknya bagus secara umu, tapi ada beberapa yang tidak disetujui dalam NII. Berbicara tentang NII biasanya dikaitkan dengan Az Zaytun yang mungkin sudah menyimpang secara aqidah dari ajaran Islam. Ada bentuk aqidah yang salah dalam NII yang melanggar Alquran dan Hadits.
P : Apa pendapat Idris tentang perkembangan NII di FIB UI? J : Kalau menurut saya di FIB cukup terlihat dari beberapa kasus dan itu sudah sampai ke
tingkat dekanat, Manajer Mahalum. Memang tidak semua orang tahu, bahkan ada yang bilang biasa-biasa saja, tapi kalau ditingkat yang punya jabatan pada saat itu terasa sekali ada dan tetap dihadapi dengan baik, artinya tidak terburu-buru langsung men-judge, langsung dikeluarkan datanya, melainkan dengan pendekatan pelan-pelan.
P : Apakah selama ini ada pergerakan yang signifikan dari teman-teman NII di FIB? J : Saya dengar kabar dari seseorang ada lebih dari tiga, bahkan semakin banyak laporan-
laporan yang masuk. Puncaknya dipanggil Ketua Lembaga oleh dekanat, karena satu-dua kasus yang terjadi di FIB. Ada peningkatan kasus saat saya menjabat Ketua FORMASI.
P : Bagaimana pendapat Idris mengenai teman-teman yang terlibat NII? J : Sebaiknya kita belajar Islam tidak hanya dengan satu guru, artinya tidak mengkultuskan
seseorang walaupun sehebat apa pun orang kita tetap berpegang pada kebenaran. Setahu saya konsep kajiannnya bagus, seperti konsep jihad maliyah, tentang membentuk orang supaya ikut kajian Islam, tapi di satu sisi saya tidak menafikan kebenaran yang ada di setiap orang. Untuk saat ini yang dapat dijadikan pegangan, kita masih punya MUI (Majelis Ulama Indonesia), kesholehan pengurus MUI dapat dijadikan rujukan untuk sebuah pengajaran metode Islam itu benar atau tidak, sedangkan kita tahu bila MUI katakan salah kita harus mengkaji kembali apakah benar itu salah. Ada beberapa konsep yang bagus dan ada beberapa konsep yang tidak bagus, bahkan tidak dapat ditolerir.
P : Apa konsep yang bagus dari NII? J : Kalau menurut saya disiplin, kemauan keras, juga tentang jihad maliyah, artinya dalam
berdakwah tetap dibutuhkan dana, merekrut orang banyak ,taat pada pemimpinnya. Hanya sayang dari segi aqidah menyimpang dan ada dalam kajian mereka yang suka dilupakan oleh umat Islam yang lain, yaitu tentang visioner ke depan untuk gerakan mereka, serta hal itu dilakukan secara bertahap oleh mereka. Konsep pesantrennya bagus dan pembinaan cara mereka juga bagus.
P : Apa yang melatarbelakangi Idris sebagai Ketua FORMASI mengadakan seminar tentang NII?
J : Sebetulnya ini suatu kebutuhan dan desakkan. Ada suatu kemauan dari teman-teman, didukung juga oleh dekanat dan sebetulnya itu juga merupakan suatu kewajiban dari LDF untuk menerangkan Islam yang sebenarnya itu seperti apa dan NII yang sebenarnya itu seperti apa. Dalam hal ini karena LDF juga berkewajiban menerangkan tentang Islam, maka itu juga merupakan suatu kewajiban untuk mengadakan seminar, dan kebutuhan masyarakat
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
133
FIB pada saat itu. Awalnya masuk laporan-laporan dan ada beberapa kasus sampai seluruh Ketua lembaga dikumpulkan dan desakan dari pihak UI untuk mengadakan seminar itu. Jadi, memang ada kepentingan dari kedua belah pihak.
P : Ada berapa kasus yang sudah ditangani oleh FORMASI di masa Idris menjabat? J : Sejujurnya tidak ada yang melaporkan, karena biasanya jika ada kasus lebih cenderung
diselesaikan di tingkat jurusan. Dari jurusan langsung ke dosen, kemudian dekanat. Kalau secara detail ada berapa kasus, saya kurang begitu tahu, yang pasti bisa dihitung dengan jari dan itu kasus-kasus yang memprihatinkan. Jadi, kasus-kasus itu tertutupi dengan rapih. Beberapa kasus yang lain mungkin ada, tapi tidak memberikan kerugian kepada masyarakat FIB. Kerugian disini dalam hal akademis, membohongi orang tua, menipu, dll.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
134
Lampiran 15. Wawancara dengan Rizki Jurusan Sastra Cina angkatan 2004 Selasa, 5 Juni 2007 P : Apa yang Kiki tahu tentang NII? J : NII itu agama-agama yang menyimpang P : Kapan pertama kali Kiki tahu tentang NII? J : Ngga kenal, tapi dikasi tahu sama kakak, karena temannya kakak ada yang pernah kena
dan jadi agak-agak stres gitu sekarang setelah keluar. Masih linglung dan belum sepenuhnya sadar, mungkin karena pengaruhnya sudah kuat juga kali ya.
P : Bagaimana pengalaman Kiki dengan NII? J : Oh iya, jadi waktu itu Kiki ditawarin main sama teman SMA yang sudah lama ngga
ketemu. Awalnya tiba-tiba dia menelepon, dia nanya kabar dan ngajak ketemuan. Aku kan memang kangen sama dia terus masakkan Ibunya juga enak-enak banget, tapi akhirnya ngga jadi ketemuan di rumahnya. Dia sms aku kalau dia nungguin aku di Mc Donald, aku sampai di sana dia bilang kalau ke rumahnya dia nanti saja ya karena mau ke tempat temannya dulu di Kalibata dan akhirnya aku anterin. Di Kalibata jadi ketemu sama temannya dia, kita ngobrol-ngobrol lagi dan katanya temannya itu mau buat film dan karena mau minjem alat-alatnya akhirnya pergi ke rumah temannya yang lain lagi di daerahnya aku lupa, waktu itu masih Maba gitu deh, sekitar Depok juga. Rumah temannya itu sepi, pagarnya tinggi, awalnya kan kita ngomongin yang kayak-kayak film gitu kan tapi kok lam-kelamaan jadi masalah agama gitu yang diomonginnya. Kemudian, temannya itu cerita kalau dia pernah ke Jepang, dapat beasiswa kalau tidak salah tentang film tapi akhirnya nyambunginnya ke agama gitu. Habis itu, dia juga bikin pertanyaan-pertanyaan yang kita harus jawab, pokoknya tentang neraka-surga gitu deh. Terus dia bilang mau menjelaskan lebih lanjut, tapi kalau hari ini doing ngga cukup waktunya. Jadi dia ngajakin janjian untuk ketemuan selanjutnya, terserah janjiannya hari apa. Dari situ aku mulai curiga jangan-jangan nih aliran-aliran yang sesat diceritain sama kakak, akhirnya aku ngungkit-ngungkit tuh ke mereka. Aku bilang iya nih aku takut sama aliran Islam yang seperti ini, yang agak-agak sesat itu karena teman-teman kakak saya ada yang pernaj kena dan mereka jadi bagaimana gitu deh. Terus saya juga sempat sholat disana gitu deh, wudhunya kan di dalam pas waktu masuk banyak ruangan yang disekat-sekat gitu dan pas aku masuk ada cewe yang lagi ngobrol gitu di dalam dan aku dilihatin aja. Aku bingungnya pas mau sholat itu bukan dikasi tempat di kamar yang bersih, tapi di ruang tamu itu yang tidak terlalu bersih, kesannya tidak mengahrgai ibadah gitu deh. Akhirnya, Ibuku telepon temanku itu untuk nyuruh aku pulang karena sudah sore. Akhirnya, pulang tuh dan diminta untuk ke sana lagi. Waktu di jalan, temanku ngajarin bohong ke Ibu karena tadi aku kan izinnya mau ke rumah temanku itu tapi malah jadi ngelantur kaya gini. Terus habis itu malamnya, dia nelepon aku untuk buat janjian lagi tapi aku bilang males karena aku curiga itu aliran Islam sesat yang diceritain kakaku itu. Terus temannya yang ketemuan di Kalibata juga telepon aku, agak bingungnya dia tahu nomor telepon aku dari mana dan ngomongin hal yang sama dengan temanku itu, jadi aku jawab dengan hal yang sama sepeti jawabanku ke temanku. Setelah hari itu, mereka menghilang begitu saja dan ngga pernah telepon lagi sekali pun.
P : Bagaimana dengan teman-teman Kiki di jurusan, apa ada yang pernah masuk NII?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
135
J : Ada dan waktu itu aku ngga nyadar kalau dia kena karena dia memang anaknya pendiam. Tapi sekarang sudah keluar, dia pernah cerita kalau dia ikut karena waktu itu dia tertarik kok ada ajaran agama yang seperti ini. Akhirnya, dia keluar.
P : Berarti Kiki belum pernah ikut kajian mereka ya? J : Ngga, alhamdulillah ngga. P : Apakah Kiki tertarik waktu mereka menyambungkan obrolan tentang film ke agama? J : Tertariknya karena dia bilang dapat beasiswa ke Jepang karena buat film dokumenter,
cuma pas nyambungin ke agama jadi agak-agak aneh gitu. Pas aku cerita sama temanku yang sudah keluar ternyata modusnya sama juga seperti itu. Kata temanku mereka mengincarnya yang belum pakai jilbab, yang masih slengean, dan mencari tahu tentang agama gitu.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
136
Lampiran 16. Wawancara dengan Muhammad Ridwan Ketua Departemen Syiar FORMASI FIB UI 2006-2007 Jurusan Sastra Indonesia angktan 2004 Rabu, 6 Juni 2007 P : Apa yang Ridwan ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Aliran-aliran Islam di Indonesia itu yang Ridwan tahu terbagi dua: lokal dan import.
Aliran baik yang lokal maupun import itu sudah sejak lama ada di Indonesia dan eksistensinya lebih kuat yang lokal disbanding yang import, karena yang import usianya juga lebih muda, contohnya yang lokal: Muhammadiyah dan NU. Aliran yang import: Alirsyad, Salafi, dan Ikhwanul Muslimin.
P : Apakah Ridwan pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Ridwan? J : Pernah, dari SMA sudah diajak. P : Apakah Ridwan sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Sering dari SMA, walaupun kajiannya berubah-ubah. P : Siapakah yang mengajak Ridwan? J : Waktu di SMA teman sekelas dan di kampus teman di Senat Mahasiswa FIB UI P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Waktu di SMA banyak diisi oleh ustadz-ustadz atau orang yang sudah berpengalaman,
kalau di kampus banyak diisi oleh orang-orang yang mempunyai pengetahuan lebih. P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Di awal lebih ke arah ma’rifat (mengenal) Allah, Islam, terus aqidah. Namun, pada
umumnya kajian Islam itu apa pun alirannya itu biasanya lebih diutamakan masalah aqidah terlebih dahulu, baru fiqih.
P : Kapan biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Biasanya dilaksanakan tiap pekan, namun waktunya sering berubah-ubah. Jadi, lebih
fleksibel. P : Dimana biasanya kajian tersebut diadakan? J : Jika di kampus, kadang di FIB atau MUI (Masjid Universitas Indonesia). Waktu di SMA
dulu biasanya pergi ke suatu tempat, misal dari rumah berangkat ke Senayan. P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Konsepnya lebih ke arah wawasan Islam dan cara penyajiannya dua arah, jadi ada forum
tanya jawab. P : Mengapa Ridwan tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Karena saya rasa sebagai umat Islam, terutama laki-laki cuma mendapatkan materi saat
sholat Jumat dan itu belum tentu kita fokus mendengarkan isi ceramahnya. Oleh karena itu, kita butuh kajian Islam tambahan setiap minggunya.
P : Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Biasanya sekitar 10-15 orang. P : Apakah Ridwan pernah mendengar tentang NII? J : Pernah. P : Dari siapa Ridwan tahu mengenai NII? J : Tahu NII dari SMA, tapi mulai memahaminya sejak di kampus. P : Apakah Ridwan tahu mengenai sejarah NII?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
137
J : Sejarah NII, sebuah organisasi yang mengatasnamakan Islam. Dahulu memang perjuangan NII untuk membentuk negara Islam oleh Kartosoewirjo, cuma NII saat ini seiring dengan perkembangan zaman, NII juga sudah berubah. Semangat yang dibawa pendiri NII dengan penerusnya berbeda. Dulu gerakannya masih murni, sedangkan saat ini banyak diboncengi dengan kepentingan pribadi, misalnya orang yang mau masuk NII harus membayar infaq sekian, sehingga jadi tidak murni lagi.
P : Apakah Ridwan mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Tidak, cuma adiknya teman pernah ada yang terlibat dan dia cerita panjang, sehingga saya
jadi tahu. P : Pernahkah Ridwan diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Alhamdulillah belum pernah. P : Apakah Ridwan pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Pernah. P : Sejauh mana Ridwan berinteraksi dengan mereka? J : Saya pernah diskusi dengan LPIP yang dipimpin oleh ustadz Amin Djamaluddin dan saya
diskusi banyak hal, ternyata NII sebuah organisasi yang struktural dan bagus secara administratif. NII mempunyai tingkatan-tingkatan seperti struktur negara Republik Indonesia.
P : Apakah Ridwan setuju dengan materi yang disampaikan dalam kajian mereka? J : Sebenarnya materi yang disampaikan itu ada unsur Islamnya, tetapi sayatidak setuju ketika
ditambahkan dengan banyak hal yang salah tafsir sampai ayat-ayat Alquran disalahtafsirkan, misal: kita harus rela mengorbankan jiwa dan raga, bahkan dikatakan oleh NII dalam artikel yang dibuat oleh ustadz Amin, bahwa NII harus mengorbankan jiwa dan itu berarti seluruh harta benda sampai dihalalkan tindakan pencurian, penjambretan, dan perampokkan untuk mendapatkan uang. Sedangkan untuk raganya, kita harus rela mengaku diri kita bukan beragama Islam, sebelum kita di baiat oleh mereka, padahal semenjak kita lahir, kita sudah disyahadatkan oleh kedua orang tua kita. Jadi, saya tidak setuju dengan materi yang mereka sampaikan ke anggota mereka.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
138
Lampiran 17. Wawancara dengan Maradhika Malawa Jurusan D3 Sastra Belanda angkatan 2006 Rabu, 6 Juni 2007 P : Apa yang Anda ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Pada dasarnya saya tidak terlalu tahu tentang aliran-aliran secara garis besar di Indonesia
karena banyak aliran-aliran yang mengatasnamakan Islam di Indonesia, itu pun kalau saya lihat memiliki perbedaan yang mendasar dari masalah aqidah, dsb.
P : Apakah Anda pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Anda? J : Pernah, beberapa kali. P : Apakah Anda sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Intensitasnya tidak terlalu sering, hanya menawarkan beberapa kali. P : Siapakah yang mengajak Anda? J : Teman-teman SMA. P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Orang yang dituakan atau orang yang mempunyai kelebihan dalam ilmu tersebut. P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Selama ini yang saya dapatkan mengenai ma’rifatullah (mengenal Allah), mengenal Islam
lebih jauh. P : Kapan dan dimana biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Biasanya di daerah dekat sekolah, ISTN, Serengseng Sawah setiap hari Sabtu dan Minggu.
Waktunya antara pulang sekolah atau malah sehabis isya. P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Pada umumnya, konsepnya sama dengan pengajian-pengajian yang biasa ada di sekitar
kita. Ada satu orang guru dan sisanya yang mendengarkan dan berdiskusi pada saat itu. P : Mengapa Anda tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Sebagai seorang Muslim, ketika saya mendengar ada yang mengajak untuk ikut kajian
Islam bolah lah saya ikut. Setidaknya untuk meningkatkan keimanan saya dan menambah wawasan Islam saya.
P :Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Kalau saya lihat kuantitasnya sekitar 10-15 orang. P : Apakah Anda pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Apakah Anda tahu mengenai sejarah NII? J : Secara tepat tidak tahu, hanya sekadar NII itu aqidahnya berbeda dengan yang selama ini
kita terapkan dan yang berkembang di masyarakat. Bedanya dalam konsep aqidah, seperti pikiran atau otak atau akal adalah raja dari segala raja kehidupan, hati itu adalah tentaranya berbeda dengan yang pernah saya dengar bahwa hati itu adalah segala-galanya, juga ada yang berbeda tentang muamalah atau kemasyarakatan. Teman-teman di NII cenderung menutup diri dari lingkungan sekitar, bahkan pada proses pernikahan pun tidak boleh dengan orang di luar kelompoknya.
P : Dari siapa Anda tahu mengenai NII? J : Dari teman-teman yang sudah pernah merasakan atau yang mengajak saya langsung. P : Apakah Anda mempunyai teman yang terlibat dalam NII?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
139
J : Kebetulan adik kelas saya di SMA. Dia merasa tertarik dan ikut NII, kemudian dia membawa beberapa teman-temannya.
P : Pernahkah Anda diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Sebenarnya adik kelas saya di SMA tidak berani mengajak saya karena waktu itu saya
aktif di Rohis, tetapi saya menawarkan diri untuk ikut kajian mereka dan tetap tidak dikasih. P : Kapan kajian tersebut biasanya dilaksanakan? J : Biasanya sepulang sekolah atau di malam hari setiap hari Sabtu dan Minggu. Karena
segmentasinya pada waktu itu adalah anak-anak SMA, dan yang banyak kena di SMA saya waktu itu adik kelas saya, siswa kelas 2.
P : Berapa kali biasanya kajian itu diadakan dalam satu bulan? Dan dimana? J : Setahu saya kajian itu dilakukan satu minggu sekali, tetapi setiap sebulan sekali ada
pertemuan besar di daerah Puncak, Bogor. Hal itu saya tahu dari teman-teman saya yang pernah mengikuti kajian tersebut.
P : Bagaimana cara pemateri menyampaikan isi materinya? J : Ketika masuk ke wilayah mereka ada acara yang di baiat dulu dan diberikan nama-nama
baik, misal Ali, Abu Bakar, dll. P : Apakah Anda mengenal orang-orang yang berada dalam kajian tersebut, selain teman
Anda? J : Tidak kenal sama sekali selain teman saya. P : Mengapa Anda tertarik untuk bergabung dengan kajian mereka? J : Pertama saya tidak tahu awalnya tentang gerakan tersebut, kedua saya mau menambah
pengalaman saya. Akhirnya, ketika saya masuk ke lingkungan tersebut ada perbedaan-perbedaan mendasar dengan keyakinan yang selam ini saya yakini, sehingga saya berkonsultasi dengan sahabat-sahabat saya atau senior-senior saya yang lebih paham tentang NII. Perbedaannya seperti yang sudah saya sebutkan tadi mengenai aqidah, muamalah, dll.
P : Apakah Anda pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Secara mendalam tidak pernah, tapi hanya sekadar membaca saja. Misalnya, ada buku
yang membahas tentang aliran-aliran sesat di Indonesia di dalamnya ada NII dan artikel-artikel yang disebarkan atau di media masa.
P : Sejauh mana Anda berinteraksi dengan mereka? J : Saya tidak pernah berinteraksi sampai jauh dengan mereka. Bahkan dengan teman saya,
sebelum dia bargabung dengan NII cukup dekat dengan saya, tetapi ketika dia masuk NII jadi menjauh, bahkan kalau bertemu tidak saling menyapa lagi. Bahkan mereka juga membatasi hubungan dengan keluarganya sendiri.
P : Apakah Anda memahami materi yang disampaikan kepada Anda? J : Secara keilmuwan saya paham, tapi saya membandingkan dengan materi atau ilmu yang
sudah saya dapat selama ini. P : Apakah Anda setuju dengan materi yang disampaikan? J : Tidak, pertama ada hal-hal yang buat saya tidak setuju dengan konsep mereka, seperti
kalau Islam memang agama Rahmatan lil alamin kenapa harus membatasi hubungan dengan orang di luar kelompok, kenapa kita tidak boleh belajar selain ke guru ngajinya dan tidak boleh lagi membaca buku-buku selain karang orang NII. Saya pikir konsep Islam sebagai Rahmatan lil alamin tidak seperti itu, sehingga saya tidak setuju dengan konsep yang mereka terapkan dalam kajian. Bagi saya pribadi kita jangan dikotomi dalam memandang sebuah agama. Dalam Islam, saya yakini mengatur hubungan dalam sosial masyarakat, ekonomi, perdagangan, dll. Sehingga kita sebagai muslim, jangan hanya
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
140
bergaul dengan sesama Muslim saja melainkan harus bergaul dengan semuanya dan tentu saja tetap dalam batasan-batasan yang syar’i dalam Islam. Islam itu bagi saya bukan hanya agama, Islam itu sebuah konsep, sebuah prinsip. Ketika kita berbicara masalah agama, maka agama bagi saya adalah sesuatu yang bisa dideskrontruksi, karena agama buatan manusia.
P : Dapatkah Anda bersikap kritis saat kajian tersebut berlangsung? J : Ya, ketika kita sebagai manusia paham terhadap konsep-konsep yang kita yakini
menentang kebenaran, maka sudah sepatutnya kita sebagai manusia mengatakan yang baik adalah baik, yang hitam adalah hitam, dan yang putih adalah putih. Karena sudah jelas aturan yang diatur dalam Islam, dan syaratnya kita memahami segala sesuatu dari konteks masalahnya serta konteks pemecahan masalahnya. Jangan kita tahu ini salah, tapi cara kita menegurnya salah atau isinya salah ,tapi cara penyajiannya benar. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang mendalam dalam memecahkan suatu masalah.
P : Sikap kritis seperti apa yang Dhika tunjukkan dalam kajian NII? J : Kalau saya pertama mengembalikkan dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan lagi. Hal ini
membtuhkan kecerdasan intelektual dalam berdialektika, misalnya saya dapat materi yang merajai seluruh tubuh manusia adalah otak dan hal itu ditunjukkan dengan ayat (saya lupa ayatnya) Al Quran dan dipotong-potong dalam penyajiannya serta hati kita adalah pengikut, mereka berusaha mendoktrin bahwa pikiran adalah segala-galanya. Saya coba membalikkan, tapi tidak ke gurunya melainkan ke teman-teman saya yang saya anggap dekat dengan saya, sehingga saya bisa ngomong secara personal ke dia. Kenapa tidak langsung ke gurunya karena kondisi waktu itu tidak bisadibalikkan secara langsung, tapi harus step by step ke teman saya supaya teman saya tidak percaya dengan apa yang dikatakan gurunya. Cara membalikannya seperti ini: gurunya bilang hati itu tidak ada, karena hati itu ada di kepala. Kemudian, saya tampar teman saya itu dan dia marah. Setelah itu, saya tanya bagian mana yang sakit, apakah hatinya atau otaknya. Akhirnya, dia berpikir dan bilang yang sakit hatinya, bukan otaknya. Alhamdulillahnya waktu itu dia mau bertanya kembali dan saya bilang ke dia kalau dia sekarang bimbang berada di dua pilihan antara mana yang baik dan mana yang benar. Ketika kita memilih sesuatu yang benar, maka tidak ada kebimbangan terhadap hal itu. Ketika kita memeluk Islam dengan baik yang ada itu keberanian, bukan ketakutan. Secara sosial konsep mereka banyak yang berbenturan, seperti kita tidak boleh bergaul dengan orang di lingkungan sekitar, bahkan bekas tempat duduk kita pun dibersihkan karena dianggap najis. Akhirnya, beberapa teman saya keluar dan tinggal sekitar dua orang yang keukeuh karena mereka memang tertutup banget, jadi kita sendiri untuk masuk ke dalam teman saya itu sulit dan dia menghilang. Kabar terakhir dia dipingit oleh orang tuanya, tapi kemudian dia menghilang. Saya dan teman-teman Rohis sempat datang ke rumah mereka untuk memberitahu orang tuanya tentang kondisi anaknya dan alhamdulillah beberapa orang mau kembali lagi dan keluar dari NII.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
141
Lampiran 18. Wawancara dengan Adre Zaif Rahman Jurusan Sastra Cina angkatan 2004 Rabu, 6 Juni 2007 P : Apa yang Anda ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Aliran Islam di Indonesia ada banyak, yang besar itu ada Muhammadiyah, NU, selain itu
ada Jamaah Tabligh, Ikhwanul Muslimin, JIL, NII, dll. P : Apakah Anda pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Anda? J : Ada beberapa P : Apakah Anda sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Beberapa kali ikut kajian Jamaah Tabligh, kajian Ikhwanul Muslimin sering setiap
minggu, dan ketika sedang menginap di kontrakan PMII beberapa kali diajak ikut ke kajian NU.
P : Siapakah yang mengajak Anda? J : Teman P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Orang yang dianggap senior, seperti alumni dan ustadz. P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Macam-macam, biasanya materi tentang agama, tapi beberapa kali PMII pernah
membahas tentang kepemimpinan. Cukup lengkap materi yang didapat dari setiap kajian walaupun ada pandangan-pandangan yang berbeda juga, misal tentang sholat taraweh di bulan Ramadhon.
P : Kapan dan dimana biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Macam-macam, biasanya di markas mereka. Di Kebon Nanas, Cawang, dll. P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Tergantung siapa yang menyajikan. Jika yang menyajikan sudah agak tua, biasanya agak
ngotot dan tidak mau di debat, sedangkan yang muda lebih cenderung diskusi. P : Mengapa Anda tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Ingin menambah pengetahuan, sekaligus iseng karena ingin tahu pemikiran mereka juga. P :Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Fleksibel, sekitar 10-15 orang. P : Apakah Anda pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Apakah Anda tahu mengenai sejarah NII? J : Tidak tahu dengan jelas. P : Dari siapa Anda tahu mengenai NII? J : Dari buku dan teman. P : Apakah Anda mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Punya, ada sekitar empat orang, namun saya yakin lebih banyak dari itu. P : Pernahkah Anda diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Belum pernah. P : Kapan kajian tersebut biasanya dilaksanakan? J : Saya tidak tahu. P : Apakah Anda pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Pernah, tidak terlalu sering.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
142
P : Sejauh mana Anda berinteraksi dengan mereka? J : Berinterasi tetap seperti biasa, tapi kalau sudah berbicara masalah kajian mereka
menghindar dan dari keterangan teman-teman yang lain mereka menjauh dari lingkungannya, serta yang paling penting mereka sering terlihat stres dan tertekan.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
143
Lampiran 19. Wawancara dengan Rindu Restu Triandari Jurusan Sastra Jawa angkatan 2006 Kamis, 7 Juni 2007 P : Apa yang Rindu ketahui tentag aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Tidak tahu terlalu banyak, paling tahu NII dan aliran yang baru Islam Sejati yang
sholatnya menuju empat mata angin. P : Pernahkan Rindu diajak megikuti kajian Islam oleh teman Rindu? J : Pernah waktu masih di SMA. Membahas pertemanan dalam konsep Islami seperti apa. P : Apakah sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Sering waktu SMA, tapi saya jarang datang karena bentrok dengan kegiatan
ekstrakurikuler yang lain atau acara keluarga. P : Siapakah yang mengajak Rindu datang ke kajian Islam? J : Teman dan kakak. P : Biasanya siapa yang mengisi kajian tersebut? J : Kalau dari sekolah biasanya alumni-alumninya, tapi kalau ikut kajian di luar (secara
umum) biasanya diisi oleh orang-orang yang sudah punya nama untuk mengisi kajian tersebut.
P : Biasanya materi apa saja yang diisi dalam kajian tersebut? J : Tentang pertemanan dalam Islam, cara beribadah yang benar, dll. P : Kapan dan dimana biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Waktu di SMA biasanya hari Jumat, setelah pulang sekolah dari jam 13.00-15.00. P : Bagaiamana cara penyajian materi kepada para peserta kajian? J : Biasanya seperti talkshow, jadi ada pembukaan dulu baru kemudian diskusi dengan
peserta.Biasanya yang lama pada saat sesi tanya jawab. P : Biasanya berapa peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Untuk kajian migguan biasanya 25 orang, sedangan yang tahunan sekitar 100 orang lebih
(satu angkatan). P : Mengapa Rindu tertarik mengikuti kajian Islam tersebut? J : Untuk mengkaji Islam dan mengingatkan saya karena suka sibuk dengan kegiatan-
kegiatan di luar atau beajar dan kadang-kadang lupa sama pentingnya unuk mengkaji Islam itu sendiri, terus untuk mengingatkan saya juga agar selalu meningkatkan pengetahuan Islam saya
P : Apakah Anda pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Apakah Anda tahu mengenai sejarah NII? J : Sejarah secara detail tidak tahu, saya tahunya cuma NII itu suka mengajak dan
mngumpulkan dana untuk kelompoknya. Lebih banyak negatifnya yang saya tahu daripada positifnya.
P : Dari siapa Anda tahu mengenai NII? J : Pertama kali dari teman waktu masij kelas satu SMA, dia bilang temannya ikut NII dan
saya dijelaskan olehnya tentang NII dan yang saya tangkap tentang NII lebih ke arah negatifnya.
P : Apakah Anda mempunyai teman yang terlibat dalam NII?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
144
J : Teman saya langsung setahu saya belum ada, di kampus juga sepertinya tidak ada. Akan tetapi, saya pernah dengar dari kakak kalau temannya kakak ikut NII dan susah untuk melepasnya karena ajaran yang diterimanya selama satu samapi dua tahun sudah menjadi pedoman hidunya dia. Jadi, dia tahu itu salah tapi susah untuk melepasnya.
P : Apakah Anda pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Baca sampai habis belum pernah, tapi kalau selebaran pernah itu pun sekilas-sekilas. Saya
lebh sering dengar NII dari teman daripada lewat buku atau artikel.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
145
Lampiran 20. Wawancara dengan Mufidah Brilian Irianti Jurusan Sastra Jepang angkatan 2005 FIB UI Rabu, 6 Juni 2007 P : Apa yang Lian ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Saya tidak tahu banyak tentang aliran Islam, jadi untuk menyebutkannya saya tidak datu
karena saya tidak tahu definisi aliran dalam Islam seperti apa. P : Apa Lian mengetahui kelompok-kelompok dalam Islam? J : Menurut Lian kelompok Islam itu sekelompok orang yang memiliki pemahaman yang
berbeda-beda tentang Islam, karena tidak sama akhirnya membentuk kelompok. P : Apakah Lian pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Lian? J : Pernah. P : Apakah Lian sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Sering. P : Siapakah yang mengajak Lian? J : Waktu di SMA teman dekat Lian, di kampus teman satu jurusan. P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Biasanya senior atau alumni. P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Di awal tentang keimanan dan keyakinan kita kepada Allah, terus ibadah: sholat dan
puasa. P : Kapan dan dimana biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Waktu di SMA di sekolah, ketika di kampus di Mushola fakultas. Waktu pelaksanaan
tergantung kesepakatan teman-teman dan biasanya dilaksanakan sebulan tiga kali. P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Biasanya diskusi dua arah. P : Mengapa Lian tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Karena Lian ingin tahu lebih jauh tentang Islam dan menguatkan iman. P : Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Biasanya sekitar 4-5 orang (kelompok mentoring) P : Apakah Lian pernah mendengar tentang NII? J : Pernah. P : Dari siapa Lian tahu mengenai NII? J : Dari teman saya di asrama, lihat di selebaran-selebaran. P : Apakah Lian tahu mengenai sejarah NII? J : Tidak tahu. P : Apakah Lian mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Tidak P : Apakah Lian pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Pernah, tapi cuma sekilas saja. P : Menurut Lian, NII itu kelompok seperti apa? J : Sebuah kelompok yang mempunyai pemahaman berbeda dengan kelompok yang lain dan
ingin mendirikan negara Islam.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
146
Lampiran 21. Wawancara dengan Anindya Febriani Jurusan Sastra Belanda angkatan 2005 Sabtu, 16 Juni 2006 P : Apa yang Anda ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Setahu saya di Indonesia banyak alirannya, hanya untuk detailnya saya tidak tahu. P : Apakah Anda pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Anda? J : Pernah di MUI P : Apakah Anda sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Waktu itu cukup intens karena kebetulan ada liqo di MUI jadi sekalian ikut kajian Islam
tersebut. P : Siapakah yang mengajak Anda? J : Teman P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Nama ustadznya lupa, tapi biasa diisi oleh ustadz yang sama. P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Macam-macam, saya baru ikut dua kali. Tentang kehidupan, ibadah, dan yang
dititikberatkan pada Sunnah Rasul yang merupakan kewajiban bagi umat Islam. P : Kapan biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Hari Selasa setiap minggu di sore hari. P : Dimana biasanya kajian tersebut diadakan? J : Di masjid Universitas Indonesia P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Konsepnya ustadz menjelaskan tentang Islam dan dititikberatkan pada Sunnah Rasul. P : Mengapa Anda tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Aku tertarik untuk menambah wawasan ke-Islaman. P :Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Banyak, sekitar 50 orang P : Apakah Anda pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Apakah Anda tahu mengenai sejarah NII? J : Sejarah NII seperti yang di buku sejarah SMA. P : Dari siapa Anda tahu mengenai NII? J : NII yang sekarang tahu dari guru ngaji di rumah. Kebetulan setiap minggu memanggil
guru ngaji ke rumah. Jadi, sebelum saya kuliah sudah diceritakan tentang beberapa aliran Islam, salah satunya NII.
P : Apakah Anda mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Saat ini temannya teman saya ada yang terlibat. P : Pernahkah Anda diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Belum pernah, tapi teman saya pernah. P : Kapan kajian tersebut biasanya dilaksanakan? J : Biasanya pertama kali itu korbannya di telepon oleh teman lama, pokoknya orang yang dia
kenal tapi tidak terlalu dekat. Kemudian, diajak pergi ke mall atau tempat makan dan di sana ketemu dengan temannya yang lain dan temannya itu adalah mentor yang akan
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
147
memberi materi-materi awal biar si korban tertarik untuk mengikuti materi tersebut. Akan tetapi, sayatidak tahu jadwal kajiannya.
P : Apakah Anda pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Pernah baca buku, tapi saya lupa judulnya. P : Apakah Anda memahami materi yang disampaikan kepada Anda? J : Teman saya cerita waktu pertama kali bertemu dijelaskan bagaimana keadaan Islam saat
ini dan dianalogikan dengan keadaan Islam zaman jahiliyah, sehingga sholat itu tidak wajib karena kita belum hijrah. Saya paham, tapi tidak bisa saya terima secara logika. Mentornya juga menunjukkan dengan ayat-ayat Alquran dan terjemahannya, hanya agak janggal karena sepertinya dia betul-betul memahami Islam dan dia tidak memakai jilbab. Seharusnya, kalau dia betul-betul paham Alquran makadia akan tahu ada ayat di dalam Alquran yang menyuruh perempuan memakai jilbab.
P : Apakah Anda setuju dengan materi yang disampaikan? J : Tidak setuju, karena saya tahu dan saya berpegang teguh dengan apa yang saya sudah
terima dari kecil.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
148
Lampiran 22. Wawancara dengan Rahman Jurusan Sastra Arab angkatan 2004 Ketua FORMASI FIB UI periode 2006-2007 Rabu, 27 Juni 2007 P : Apa yang Rahman ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Banyak. Jadi seperti yang kita ketahui ada Salafi, Tarbiyah, Jamaah Tabligh, ada yang
sampai di cap sesat, ada yang sangat ekstrim. Yang sangat ekstrim seperti sangat berbeda dengan azas yang ada di negara kita, seperti aksi-aksi pemboman, NII, dll.
P : Apakah Rahman pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Rahman? J : Sering. P : Siapakah yang mengajak Rahman? J : Selain teman, Hizbut Tahrir sekali ketika saya SMA kelas 2. P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Kajian yang biasa ada ustadz-ustadz yang mengisi dan biasanya saat bulan Ramadhan atau
saat hari besar Islam. Saya tidak terlalu tertarik dengan kajian-kajian yang merubah secara fundamental. Saya tidak terlalu tertarik dengan kajian-kajian yang tidak menyentuh langsung masalah yang kita hadapi dalam hidup, misalnya benar-benar kon, tetapi pada kenyataannya tidak sesuai dengan keadaan hidup saat ini.
P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Biasanya mengenai fiqih sunah, kemudian kajian sosial dan politik, kajian ke-Islaman
yang lain. Kalau fiqih tentang thaharah, sholat, waris, dll. P : Kapan dan dimana biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Paling sering di masjid. Ada yang di masjid Al Muhajirin Depok I, kemudian di dekat
rumah, atau di sekolah. P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Ada penyampaian materi dan kemudian diskusi. P : Mengapa Rahman tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Dari dulu saya pikirkan, mengapa dari dulu isu-isu ke-Islaman itu menjadi sangat marak di
Indonesia? Karena saya pikir setiap orang atau hal apa pun yang menjadi solusi, maka akan didekati oleh orang banyak. Terus masalah metode penyampaiannya juga, biasanya kenapa orang tertarik dengan kajian ke-Islaman? Biasanya yang disampaikan itu sesuatu yang terjadi di sekitar lingkungan kita. Misalnya pergaulan bebas. Biasanya yang dibicarakan pemateri sesuai dengan apa yang mereka alami, sehingga mereka tertarik untuk mengikuti kajian. Kalau saya disuruh memilih ustadz atau guru, maka saya akan memilih ustadz yang bicaranya tidak terlalu banyak mimpi, riil. Tidak muluk-muluk. Sesuatu yang tidak langsung bersentuhan dengan kondisi kita, maka itu tidak realistis.
P :Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Sekitar 12-50 orang. P : Apakah Rahman pernah mendengar tentang NII? J : Pernah. P : Apakah Rahman tahu mengenai sejarah NII? J : Sesuatu yang mencoreng dakwah Islam, khususnya citra Islam itu sendiri. Seorang aktivis
dakawah itu dalam melakukan sesuatu itu jangan tertutup. Kalau tertutup, diam-diam, maka itu akan menimbulkan kesan sesuatu yang menyesatkan, misalnya ikut kajian tertentu ada
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
149
yang merubah dari dia dan teman-temannya menjauhi dia, saya akan merasa sangat rugi kalau seperti itu.
P : Apakah Rahman mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Kayaknya nggan deh, sepertinya ngga. Mungkin sekadar indikasi ada, cirinya orang yang
lebih tertutup atau datang ke saya dengan masalah banyak. Waktu zaman jadi Ketua FORMASI seperti itu. Terus kalau kita tanya, jawabannya muter-muter.
P : Pernahkah Rahman diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Ngga. P : Apakah Rahman dapat menentukan kuantitas berapa jumlah mahasiswa FIB yang terlibat
dalam NII? J : Ngga bisa memastikan itu. P : Berapa kasus yang Rahman tangani selama menjadi Ketua FORMASI? J : Baru indikasi ya, satu. P : Bagaimana cara Rahman mengemas syiar Islam saat itu agar teman-teman FIB tertarik? J : jadi banyak isu, bukan hanya Palestina dan NII, tapi isu-isu yang sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa FIB. Pertama, kita counter dengan acara yang temanya langsung bersinggungan dengan hal itu. Kedua, kita menggunakan kader-kader FORMASI untuk melaksanakan dakwah fardiyah (personal) dalam mengcounter isu-isu tersebut. Ketiga, ada koordinasi dengan Salam UI, dekanat. Dan saya senang jika dapat memberikan produk aktivitas kegiatan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan mahasiswa FIB.
P : Produk apa saja yang sudah dihasilkan? J : Belum maksimal karena dari internal FORMASI sendiri ada masalah: koordinasi, dll.
Masalah yang klasik, manajemen tim bermasalah. P : Bagaimana hubungan FORMASI dengan Pak Cecep? J : Selama ini saya rasakan, kayaknya FORMASI itu berdakwah dengan metode yang dulu,
belum ada perubahan. Biasanya yang paling dikritik oleh Pak Cecep adalah pelaksanaan GUESS. Karena ketika Pak Cecep berbicara tentang GUESS, agak mengaitkan dengan sebuah aliran ajaran tertentu yang agak menyudutkan dakwah FORMASI. Dan Pak Cecep berpikir kalau di GUESS itu semacam inisiasi dan ada cuci otak seperti itu, padahal tidak ada. Setahun itu kalau diurutkan tidak berubah bagaimana alur kerjanya, akibatnya hal-hal yang berhubungan langsung dengan mahasiswa FIB tidak terkontrol dengan baik, tetapi kemaren (kalau kita bicara tentang produk) saya suka kajian dan kajian yang cukup banyak diminati dengan mengangkat isu-isu seperti feminisme, filsafat. Waktu itu bentrok antara kajian yang di Gedung I dengan Festival Nasyid di sini. Kapan saya merasa FORMASI itu sudah menyentuh mahasiswa FIB? Teman-teman yang selama ini nongkrongnya di Kansas, teman-teman yang selama ini berbeda ideologi dengan teman-teman FORMASI, mereka bisa datang dan itu ada. Daripada pada mengadakan suatu acara yang untuk pengurus FORMASI terus dan itu yang dikritik oleh Pak Cecep. Ingin merubah itu, tetapi belum mampu. Jadi sampai saat ini FORMASI tidak dekat hubungannya dengan Pak Cecep dan sampai saat ini tidak ada koordinasi dengan pihak dekanat untuk menangani masalah NII di fakultas, hanya sebatas sampai seminar.
P : Menurut Rahman, Bagaimana cara penanganan yang efektif untuk masalah NII? J : Pendekatan secara personal, jika ada berita seorang teman yang kena NII, cobalah jangan
langsung kontra, minimal kita peduli, kita tahu, dan dicoba meluruskan kembali pemahamannya. Mungkin itu dalam skala kecil, kalau hanya satu atau dua orang. Kalau dalam skala besar, kita butuh koordinasi dengan pihak dekanat, bahkan dengan lembaga-lembaga yang ada di FIB.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
150
P : Bagaimana hubungan Rahman dengan himpunan mahasiswa di FIB? J : Saya hanya dekat dengan sebagian, tidak semuanya. P : Apakah pernah ada laporan kasus dari sebagian himpunan yang dekat dengan Rahman? J : Kalau untuk laporan, belum pernah ada. Paling banyak laporan itu dari staf FORMASI,
ketika kumpul ada yang cerita tentang kondisi teman-teman yang agak aneh. Saya jika tidak tahu sesuatu akan coba konfirmasi ke teman-teman yang lain.
P : Apakah Rahman pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Pernah, seperti selebaran P : Apakah Rahman setuju dengan materi yang disampaikan? J : Tidak setuju, salah satu contohnya itu masalah penjajahan. NII itu diajajh Belanda 350
tahun, kemudian dijajah Jepang 3,5 tahun, dan dijajah Indonesia sampai sekarang. Kalau latar belakang itu karena kekecewaan akibat perjanjian Renvile yang harus menyerahkan beberapa wilayah dan dibilang kegagalan diplomasi Indonesia. Kondisi yang menyudutkan pemerintah saat itu, yang paling tidak adalah tentang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta. Masalah periode Mekkah dan Madinah.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
151
Lampiran 23. Wawancara dengan Muhammad Budi Prasetyo Ketua FSI FE UI tahun 2005-2006 Jurusan Manajemen angkatan 2002 Selasa, 21 Februari 2006 NII seperti sempalan dalam sebuah sistem yang bernama Islam, walaupun ternyata NII termasuk ke dalam beberapa golongan yang perbedaannya tidak dapat di toleransi, berbeda dengan gerakan seperti gerakan Persis, NU, dan Muhammadiyah yang berbeda dalam hal yang bukan prinsip (cabang), NII lebih kental muatan politisnya. Konsepnya menyinggung masalah negara, kita dapat melihat sebuah pemerintahan dalam pemerintahan dalam gerakannya yang sudah tersistem sedemikan rupa mulai dari Presiden sampai RT/RW. Secara status dapat dibilang sesat, walaupun sesatnya berbeda dengan gerakan Lia Aminudin dan Ahmadiyah, hanya sekedar ajaran. Pergerakan NII sangat cepat, terutama di dalam dunia mahasiswa. Mulai tahun 90-an NII sudah mulai muncul kasusnya dan dapat dikatakan seperti kasus sepuluh tahunan. Di FE beberapa tahun yang lalu ada tapi hanya beberapa orang, kalau kepengurusan FSI yang sekarang mulai banyak di S1 hampir semuanya perempuan yang kena NII, bagi FSI masalah NII di luar prediksi dan kita juga cukup kerepotan dan sekarang di S1 sekitar 8-9 orang (semua angkatan) dan paling banyak angkatan 2004, di D3 ada sekitar 16 orang. Kultur FE D3 di Gd. B dan S1 di Gd. A dan walaupun FSI punya perpanjangan tangan di D3, tapi bagi NII lebih mudah menyebarkan paham NII ke D3 karena kultur mahasiswanya yang lebih individualistis. Perempuan lebih mudah dipengaruhi karena operasinya halus, missal saya sudah kena NII maka saya akan mengajak teman pergi ke kosan teman saya yang laki-laki sampai di sana tidak hanya sekedar bertemu biasa, tapi ada semacam kajian khusus dan sifatnya bersambung. Kalau laki-laki mungkin agak sedikit susah untuk dipengaruhi karena mereka dapat mencium gelagatnya sebelum mengenal NII lebih jauh. Tindakan dari FSI langsung melakukan penjagaan, terutama dari akhwatnya walaupun seperti main kucing-kucingan karena mereka susah untuk diajak berdiskusi. Kemudian, FSI membuat kajian pertama di semester pendek tentang NII, kita mengundang ustadz dan yang hadir juga tidak terlalu banyak. Alhamdulillah, paginya kita kajian malamnya ada dua akhwat yang minta ditemukan dengan ustadz tersebut, namun karena rumah ustadznya di Kelapa Gading maka malam itu juga kita temukan dengan akhwat-akhwat yang kos di Kutek. Ternyata besoknya dia mau dibaiat di Cilebut dan akhirnya tidak jadi, tapi satu orang lagi tetap berangkat. Awalnya mau dihalangi oleh teman-teman FSI dan ternyata tidak berhasil karena dia berangkat dari kosnya jam 4 pagi. Selain itu, melalui media seperti pamflet, bulletin, dll kita sebarkan di awal kuliah dan itu lebih efektif. Setelah itu, kita mengadakan kajian lagi tentang NII di auditorium dan banyak yang hadir termasuk teman-teman dari luar fakultas. Di angkatan 2004 FE, teman-teman yang ikut NII secara tidak langsung dikucilkan dan tidak dekat lagi. Untuk beberapa saat masalah NII sempat fakum sampai muncul kasus baru lagi yang ternyata dilakukan oleh orang yang sama di S1 dan D3, FSI langsung mendekati pihak birokrat dan teman-teman FSI langsung berusaha melakukan publikasi yang cukup menggertak. Di D3, teman-teman NII lebih keras pertentangannya dengan mereka dan mereka berani merobek pamflet yang kita temple di mading FSI sendiri. Perubahan
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
152
sikap jelas terlihat, tapi karena tidak langsung terlihat secara nyata, dari laporang beberapa teman terasa sekali perubahannya dan ada orangtua yang mengontak FSI FE bahwa terjadi perubahan besar terhadap anaknya sampai mencek anaknya di kelas kuliahnya dan ternyata anaknya tidak masuk. Ada juga yang melakukan penipuan sampai harus berurusan dengan polisi. NII menetapkan infaq untuk pengakuan dosa dan komitmennya untuk hijrah. Mereka memahami tauhid yang berbeda dengan kita dan semuanya dikaitkan dengan politik, negara, pemerintahan, dsb. Periode di bagi dua: Mekah dan Madinah. Mekah masih kotor dan belum masuknya Islam, baru Madinah ketika khilafah sudah terbentuk maka pada saat itulah semua kewajiban agama dapat dilakukan, seperti sholat, puasa, dll. Bagi mereka sekarang sedang fase Mekah sehingga tidak wajib melaksanakan ajaran agama. Filosofisnya, filosofis apel, jika apel dibungkus rapih dan diletakan di tong sampah maka tidak ada yang mau memakannya maka satu-satunya cara supaya aple itu dapat dimakan maka apel itu harus dikeluarkan dari tong sampah, di cuci bersih, di kupas kulitnya, dan baru di makan. Begitu pula dengan mereka karena masih kotor mereka melakukan pembersihan dengan cara menyerahkan iuran. Sebenarnya itu tidak hanya sekedar filosofis, tapi juga doktrin yang diterapkan kepada anggota NII dan dikenal sebagai doktrin apel. Dari semua kegiatan yang ada tokoh mantan NII tidak pernah secara jelas eksplisit menjelaskan, negaranya Az Zaitun, presidennya adalah ketua tertinggi di sana. Ketika mereka dapat hijrah, berarti mereka dapat menegakan NII di Indonesia dan mungkin saat itu priode Mekah berganti ke Madinah. Memang sejarah yang benar NII didirikan oleh Kartosoewiryo dan yang merugikan dari NII adalah buruknya pandangan orang lain terhadap kata negara Islam. Padahal kalau kita mengacu kepada Al Quran dan Hadits, tujuan utama dari semua sistem ini adalah terbentuknya khilafah Islam dengan proses yang berbeda. Bedanya kita memandang dari bawah ke atas, tapi saudara-saudara kita memandangnya dari atas ke bawah. Itu semua hanya masalah metodelogi, secara sejarah dimulai dari zaman Kartosoewiryo dan teman-temannya yang merasa kecewa dengan dihapuskannya tujuh kata di piagam Jakarta yang sebelumnya sudah disetujui bersama, sehingga melakukan pembrontakan kepada pemerintah. Konsep yang dibawanya tidak bermasalah dengan aqidah dan ibadah. Akhirnya, NII terpecah dua, NII mempunyai gerakan yang berbasis militer dan mereka tidak mengenal KW IX (nama lain dari NII yang kita kenal), jadi dapat dikatakan ada NII yang sempala dan ada yang NII murni dan mereka pun sekarang berbaur dengan masyarakat umum seperti kita. NII yang sesat inilah yang merugikan Islam itu sendiri. Ada juga yang mengatakan NII yang sesat adalah buatan intelijen dengan tujuan membuat stigma buruk tentang citra negara Islam. Hubungan antara NII, Islam Bugis dan LDII berdasarkan paham yang mereka ajarkan kurang tahu, tapi kalau dilihat dari ciri khas gerakannya NII dan LDII mereka sama, seperti mengkafirkan orang di luar golongannya dan wajib bayar iuran. LDII lebih terlihat dan masih mau beribadah walaupun lebih eksklusif dan tidak mau menyampur dengan yang lain. Mungkin penyebaran NII lebih massif daripada LDII. LDII sendiri merupakan organisasi yang formal dan tampak di masyarakat, sedangkan NII lebih cenderung underground dan masyrakat tidak dapat gambaran pasti tentang NII, walaupun dikatakan Az Zaitun negara mereka, tapi mereka dapat mengemasnya secara rapih dan menjadi ponpes modern.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
153
Kalau dihubungkan dengan terorisme, saya tidak dapat menjawabnya karena kalau kita melihat tampilan fisik orang-orang yang dituduh teroris, seperti Imam Samudra dan M. Rozi itu jauh dari ciri-ciri NII pada umumnya, mereka berjenggot, isterinya bercadar dan kecenderungannya ke Salafi. Orang NII bermasalah secara ibadah karena konsepnya masih fase Mekah jadi sholatnya bolong-bolong. Ciri-ciri NII dapat dikenali jika kita dapat mengetahui perilaku mereka sehari-hari, kalau dilihat secara fisik susah. Biasanya yang terkena NII adalah orang-orang yang pemahaman Islamnya kurang dalam atau mahasiswa yang sedang mencari agamanya. Metode dakwah yang mereka jalankan dalam perekrutan anggotanya sangat bagus. Berbeda sekali dengan cara metode dakwah Tarbiyah yang berjenjang dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Menurut saya tidak rasional jika mahasiswa UI dapat menerima konsep NII yang kurang rasional diterima mentah-mentah dan menjadi prinsip hidup mereka. Masalah NII sempat menjadi diskusi hangat apakah NII memakai metode-metode aneh, sehingga dengan cepat melakukan brainwashing terhadap calon anggotanya. Akhirnya, kasus NII di FE dari segi keluarga tidak bermasalah dan tiba-tiba dia kena menghancurkan semuanya yang tidak dapat diterima oleh keluarganya. Bagi NII mereka sudah mempunyai nilai yang tinggi yang langsung didoktrinkan kepada anggotanya dan itu berhasil. Bahkan, teman-teman saya yang kesal karena temannya kena NII sampai masuk ke dalam hanya sekedar ingin tahu saja dan dia membuat perjanjian bahwa dia akan ikut kajian NII dan temannya yang NII ikut kajiannya (tarekat). Teman-teman yang kena NII itu menjadi korban sekaligus pelaku. Korban atas kekeliruan dia terhadap pemahaman Islamnya dan menjadi pelaku karena dia akan mengajak orang lain untuk mengikuti mereka. FSI juga tidak bersikap keras ke mereka karena mereka masih teman kita juga. Metode NII sangat halus dan step by step dalam jangka waktu tertentu dan tidak selama Tarbiyah yang berjenjang dalam setiap tingkatannya. Orang yang ikut NII di FE mampu menunjukkan kalau dia adalah seorang NII sejati ke teman-teman yang lain. Hal itu menunjukan penanaman paham NII sudah kuat. Pengaruh NII juga dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat kalangan bawah. Alasannya mudah karena mereka tidak perlu sholat, puasa, dll tapi mereka sudah dapat jaminan surga di depan mata dengan cara membayar infaq ke kelompoknya.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
154
Lampiran 24. Wawancara dengan Abdur Rabbi Ketua Departemen Syiar Islam FSI FE 2006-2007 Jurusan Manajemen angkatan 2004 FE UI Selasa, 8 Mei 2007 P : Apa yang Obi ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Sedikit banyak P : Aliran apa saja yang Obi tahu? J : Aliran yang baik, mungkin perbedaan pemahaman, seperti Salafi, IM, HT, Jamaah
Tabligh. Aliran yang dianggap sesat (fatwa dari MUI) karena ada hal-hal prinsipil mereka langgar, seperti NII dan LDII ciri utama mereka adalah mengkafirkan orang-orang di luar golongan mereka, sementara dalam Islam meskipun cuma bersyahadat masih termasuk Muslim, terlepas dari syahadatnya sudah diwujudkan atau belum. Masalah pengkafiran itu urusan Allah, kecuali jika orang itu menyatakan non Islam. NII lebih ke metamorfosis karena dari dulu namanya berganti-ganti. Ada juga yang menyebarkan buku-buku di sekitar kampus, padahal lembaganya tidak jelas.
P : Apakah Obi pernah diajak ikut kajian Islam oleh teman? J : Kajian ke-Islaman sering. Dari SMA sering diajak oleh teman, tapi baru intens setelah
kuliah. P : Siapa saja yang mengajak Obi ikut kajian tersebut? J : Banyak, mulai teman-teman di FE, Salam UI, dll P : Siapa saja yang mengisi kajian tersebut? J : Biasanya yang mengisi ustadz-ustadz yang berdomisili di sekitar Depok, kecuali kajian-
kajian yang diadakan FSI FE, biasanya yang mengisi alumni-alumni juga. P : Materi apa saja yang biasa dikaji dalam forum tersebut? J : Ada kajian yang membahas tentang fiqih: taharah, sholat. Ada yang membahas seputar
kepemudaan, ghazul fikri. P : Biasanya diadakan dimana? J : di MUI, FE: student center FE dan ruang kelas yang lain P : Kapan biasanya kajian itu dilaksanakan? J : Semester gasal 2006-2007, kajian fiqihnya di MUI masih jalan setiap hari Selasa, sempat
dipindah Kamis, tapi sampai saat ini tidak jelas kapan diadakannya. Kajian Salafi biasanya juga diadakan di MUI setiap hari Rabu atau Senin (kalau saya tidak salah), sedangkan di Poltek setiap Jumat sore.
P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Ustadznya membahas kitab yang menjadi rujukan dan murid-muridnya mendengarkan dan
mencatat. P : Mengapa Obi tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Karena itu kebutuhan. Sebagai Muslim, jika kita tidak tahu hal-hal mendasar sepertinya
kurang lengkap. P : Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Ta’lim Syar’i yang diadakan Salam biasanya dari LDF-LDF se-UI, sekitar 50 orang.
Kajian Salafi sekitar 50 orang P : Apakah Obi pernah mendengar tentang NII? J : Pernah
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
155
P : Apakah Obi tahu sejarah NII? J : yang saya tahu, NII awal pergerakannya tidak bermaksud untuk sesat, walaupun
pergerakannya menentang pemerintah. Ketika TNI dipindahkan dari pulau Jawa, ada seklelompok umat Islam yang tidak rela melepaskan pulau Jawa kepada BelObi, maka dibentuk Tentara Islam Indonesia di bawah S.M. Kartosoewirjo. Perkembangan selanjutnya, muncul pemberontakan-pemberontakan di daerah Sumatera sampai Sulawesi yang kemudian menyatakan bergabung dengan NII di Jawa. Setelah, S.M. Kartosoewirjo meninggal NII tidak meneruskan perjuangan mereka. Mereka punya Komando Wilayah masing-masing. NII yang dianggap sesat saat ini, kalau menurut orang-orang NII sendiri bukan NII yang sebenarnya, bukan NII yang dicetuskan oleh Kartosoewirjo, tapi NII KW-9 yang saya sendiri tidak tahu di mana wilayahmya. Pusat keuangan NII sekarang dilimpahkan ke Ma’had az Zaytun adalah NII KW-9, sementara NII yang asli sudah tidak ada. Padahal awalnya mereka untuk menegakkan Islam, kemudian diselewengkan oleh orang-orang tertentu.
P : Darimana Obi tahu tentang NII? J : Saya baca, kemudian sempat sharing dengan teman yang mempunyai kenalan yang
menjadi anggota NII dan mempunyai kedudukan yang cukup tinggi di NII, dan sekarang sudah tobat.
P : Apakah Obi mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Kalau teman di FE sebenarnya saya tahu siapa orangnya, tapi saya tidak tahu kalau dia
masih ingat sama saya atau tidak. Teman saya langsung belum ada yang terlibat NII. P : Pernahkan Obi diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Belum pernah P : Apakah Obi tahu kapan biasanya kajian mereka dilaksanakan? J : Tidak, karena gerakannya underground jadi tidak tentu. Ketika oknumnya mencari
korban, maka bias dilaksanakan saat itu juga dan biasanya dibawa ke daerah terpendil, seperti kos-kosan.
P : Apakah Obi pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Pernah P : Sejauh apa Obi berinteraksi dengan teman-teman yang terlibat NII? J : Tidak pernah berinteraksi secara langsung, karena belum pernah punya teman yang
terlibat langsung dalam NII. P : Apakah Obi memahami materi yang disampaikan dalam kajian NII? J : Materi yang biasanya mereka sampaikan awalnya tentang pohon sebelum negara. Ada satu
ayat dalam Alquran yang membahas negara yang baik seperti pohon yang baik, dan sebaliknya. Mereka langsung menyatakan RI bukan negara yang baik, maka kita berada pada fase Mekkah. Intinya, mereka mengarahkan bahwa kita masih kafir dan setuju untuk hijrah ke Negara Islam Indonesia.
P : Apakah Obi setuju dengan materi yang disampaikan? J : Tidak
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
156
Lampiran 25. Wawancara dengan Rizki Abdul Hakim Jurusan Ilmu Ekonomi angkatan 2004 Selasa, 8 Mei 2007 P : Apa yang Aha ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Cukup tahu. Aliran yang sesat itu seperti Ahmadiyah, LDII, Lia Eden, NII, dan Syiah. P : Apakah Anda pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Anda? J : Pernah. P : Apakah Anda sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Jarang. P : Siapakah yang mengajak Anda? J : Teman satu kos dan teman di kampus. P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Biasanya ustadz-ustadz dari dalam dan luar kampus. P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Biasanya lebih ke fiqih P : Kapan biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Biasanya di sore hari P : Dimana biasanya kajian tersebut diadakan? J : Di masjid, kelas, atau aula student center FE P : Apakah Anda pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Apakah Anda tahu mengenai sejarah NII? J : Sebenarnya NII sewaktu revolusi fisik dulu berbeda dengan zaman sekarang. Revolusi
fisik dulu lebih kepada arah pembentukkan negara Islam melalui perjuangan besenjata. Saat ini, lebih ke gerakan-gerakan merekrut kader, mengumpulkan dana, terutama NII KW-9. NII yang lain, ada kaitannya dengan Jamaah Islamiyah lebih ke perjuangan bersenjata.
P : Dari siapa Anda tahu mengenai NII? J : Dari teman, literatur, internet, dan hampir semua fasilitas media. P : Apakah Anda mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Punya, teman langsung dalam pengertian saya dan dia kenal langsung satu orang,
sedangkan yang saya kenal saja dan tahu dia NII ada sekitar 7 orang. P : Pernahkah Anda diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Belum pernah P : Kapan kajian tersebut biasanya dilaksanakan? J : Biasanya sore hari P : Berapa kali biasanya kajian itu diadakan dalam satu bulan? Dan dimana? J : Yang pernah saya dengar dan saya perhatikan sekitar satu minggu sekali. Tempat
kumpulnya dekat Universitas Gunadarma dan mall. P : Bagaimana cara pemateri menyampaikan isi materinya? J : Biasanya diawali dengan pembukaan membahas Islam seperti biasa, kemudian masuk ke
pentingnya pembentukkan negara Islam dengan dalil-dalil Alquran. P : Apakah Anda pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Pernah dan cukup sering P : Sejauh mana Anda berinteraksi dengan mereka?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
157
J : Seperlunya saja, kalau bertemu saling menegur, karena sepertinya dia tahu kalau identitas dia sudah ketahuan, jadi tidak mudah untuk berinteraksi akrab dengan saya karena dia membatasi diri.
P : Apakah Anda memahami materi yang disampaikan kepada Anda? J : Sekadar pentingnya pembentukkan negara Islam lebih dari itu, dan usaha-usaha gerakkan
yang lebih bertujuan menggalang dana. P : Apakah Anda setuju dengan materi yang disampaikan? J : Melegalkan sesuatu yang dilarang dalam Islam seperti tidak perlu sholat, menghalalkan
segala cara untuk menggalang dana saya tidak setuju, tetapi kalau untuk mewujudkan cita-cita pembentukkan negara Islam untuk kebaikan dan tanpa paksaan saya setuju.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
158
Lampiran 26. Wawancara dengan Ahmad Basori Jurusan Ilmu Ekonomi angkatan 2004 Selasa, 8 Mei 2007 P : Apa yang Basori ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Waktu tingkat satu, 2004 pernah melihat selebaran tentang kesesatan NII hanya saja saat
itu saya baca sambil lalu. Kemudian, tahun kedua saya bertemu teman dan diajak bertemu dengan temannya yang ingin menceritakan tentang kebangkitan Islam. Saya sangat tertarik dan ternyata teman saya itu berpura-pura baru tahu. Akhirnya, saya tahu bahwa teman saya itu anggota NII.
P : Apakah Basori pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Basori? J : Berawal dari ajakan teman, waktu itu janjiannya hari Sabtu pagi, saya sempat heran
kenapa janjiannya pagi-pagi dan ternyata kita diajakin membahas tentang Islam hanya saja waktu itu belum menjurus ke NII dari pagi sampai sore. Hal itu membuat kita lelah mendengarkan mentornya berbicara dengan menggunakan dalil-dalil Alquran dan sebagainya. Besoknya kita dipaksa untuk menghadiri kajian tersebut.
P : Siapa yang mengajak Basori untuk ikut mentoring? J : Saya tidak mau menyebutkan nama, yang pasti dia angkatan 2004 FE UI dan sampai saat
ini dia masih terlibat, dan untuk teman-teman yang lain agar berhati-hati jika diajak ikut mentoring semacam itu karena banyak hal yang ganjil, seperti kita tidak boleh bilang ke orang lain tentang isi kajian kita.
P : Apakah Basori pernah mendengar tentang NII? J : Ya, karena di hari keduanya, sebenarnya saya tidak ingin datang, tetapi teman saya yang
mengajak saya pertama kali menakut-nakuti saya, sehingga besoknya kita datang lagi. Kajiannya dari pagi sampai sore dan full materi. Kita di doktrin habis seperti di hipnotis.
P : Apakah Basori tahu mengenai sejarah NII? J : Kita membicarakan masalah negara, diibaratkan yang bukan bagian mereka kafir karena
diayat Alquran juga pernah disebutkan, tapi menurut tafsiran mereka sendiri. Setelah kita selamat dengan masuk ke golongan NII, kita punya kewajiban-kewajiban, seperti kita harus sedekah, mengubah nama, dan menganggap orang-orang di sekitar yang dekat dengan kita (keluarga dan sahabat) dan sayang sama kita bisa berubah pola pBasoringannya terhadap mereka.
P : Berapa kali Basori mengikuti kajian NII? J : Dua kali, hari Sabtu dan Minggu. Besoknya dia mengajak lagi secara personal, tetapi saya
ketakutan duluan, sehingga saya segera mencari orang-orang yang tahu tentang NII agar saya dapat menolak jika dia mengajak saya dan ternyata dia juga mengajak teman-teman yang lain. Alhamdulillah waktu itu LDF mengadakan seminar tentang NII, sehingga calon-calon korbannya tersadarkan.
P : Kapan kajian tersebut biasanya dilaksanakan? J : Modusnya, selama saya mengamati dan pengalaman pribadi, kajian itu dilaksanakan di
kontrakan. Waktunya tentatif, dapat malam sekali atau dari pagi sampai sore dan benar-benar tertutup serta bias berpindah-pindah tempat. Jadi, mereka benar-benar fleksibel, karena kalau ketahuan warga atau mahasiswa yang jadi korban akan digrebek dan dibubarkan.
P : Berapa kali biasanya kajian itu diadakan dalam satu bulan? Dan dimana?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
159
J : Selama mentoring dua hari tersebut, mentornya bilang kalau gerakan ini tidak hanya ada di UI, ada di Universitas Gunadarma, Pondok Cina, dan Kukusan Teknik jadi di mana pun kita tinggal ada link mereka di sana dan untuk tempat pastinya mereka tidak memberi tahu. Setelah, saya tahu informasi yang jelas tentang NII, dan pertemuan dua hari itu saya menghindar sejauh mungkin, jadi saya selalu menolak jika diajak ikut kajiannya. Dengan demikian, saya tidak tahu berapa kali mereka mengadakan kajian dalam sebulan.
P : Mengapa Basori menerima ajakan teman Basori untuk mengikuti kajian tersebut? J : Awalnya, teman saya tiba-tiba mengajak saya untuk ikut kajian tentang kebangkitan Islam.
Padahal teman saya itu juga tidak tahu banyak tentang Islam, sebenarnya saya enggan untuk menolak dan saat ketemuan di suatu tempat ternyata dia juga mengajak teman-teman yang lain yang tidak saya kenal. Kemudian, saya dikenalkan kepada mereka dan ternyata mereka cukup bagus persuasinya, sehingga saya jadi semangat sebelum bertemu dengan mentor langsung di salah satu kontrakan. Hal tersebut menghapus rasa enggan saya.
P : Bagaimana cara pemateri menyampaikan isi materinya? J : Benar-benar friendly, dekat dan sholeh banget, kita diajak berpikir, merenung, mengkaji
Islam dan disuruh membuka Alquran. Akhirnya, cara kita berpikir diarahkan seperti keinginan mereka, sehingga tanpa disadari kita dapat terlena jika tidak segera bertemu dengan orang yang dapat menjelaskan tentang NII yang sebenarnya.
P : Apakah Basori mengenal orang-orang yang berada dalam kajian tersebut, selain teman Basori?
J : Saya tidak kenal, tapi mereka bilang ke saya, sebelum bertemu dengan mentornya menjelaskan bahwa mereka dulu termasuk anak nakal, tapi setelah ikut NII mereka menjadi sholeh. Siapa yang tidak ingin berubah menjadi lebih baik? Namun, ternyata perubahan itu ada maksudnya, dan maksudnya adalah NII.
P : Mengapa Basori tertarik untuk bergabung dengan kajian mereka? J : Sebenarnya tertarik karena tema, bukan NIInya karena berbicara tentang kebangkitan
Islam, dan saya yakin gerakan-gerakan Islam menginginkan hal tersebut. jadi, wajar jika ada seorang muslim yang ingin melihat agamanya bangkit dengan mengikuti kajian.
P : Apakah Basori pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Saya belum pernah membaca bukunya secara menyeluruh, tapi dari seminar-seminar
tentang NII yang saya ikuti, saya membuat paper dan itu cukup menambah pengetahuan saya. Serta, membaca tentang NII di milis dari teman-teman.
P : Sejauh mana Basori berinteraksi dengan mereka? J : Setelah tahu beberapa teman terindikasi ikut NII, saya menghindari mereka dan bergaul
dengan teman-teman yang tidak terlibat dengan NII karena saya belum mempunyai argumen yang cukup untuk mereka.
P : Apakah Basori memahami materi yang disampaikan kepada Basori? J : Sebenarnya, penjelasan mereka cukup menarik untuk disimak dan untuk semua orang
yang sudah mendalami Islam pasti paham. Intinya RI negara kafir dan kita harus hijrah, dan dia menggambarkan di Malaysia sudah banyak yang hijrah. Di Indonesia juga sudah cukup banyak yang hijrah.
P : Apakah Basori setuju dengan materi yang disampaikan? J : Saya sangat tidak setuju, dan hikmahnya saya sering mengaji lebih dalam dan mencari
penafsiran-penafsiran yang lebih mendekati kebenaran dari ustadz-ustadz yang mengajarnya tidak perlu sembunyi-sembunyi dan mudah mengkafirkan orang lain.
P : Dapatkah Basori bersikap kritis saat kajian tersebut berlangsung?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
160
J : Sampai saat ini, bersikap kritis baru dalam tahap pemikiran belum samapi berdiskusi. Jika ada yang mengajak saya debat tentang masalah itu, saya lebih baik diam daripada saya menyanggahnya karena mereka sudah paham dalil-dalilnya dan hapalan Alqurannya lebih banyak dari saya. Mereka juga sangat ahli dalam menyanggah pendapat orang-orang yang diajak dalam kajian tersebut dengan menjelaskan materi lebih dalam lagi. Saran saya jauhi NII, pelajari Islam lebih dalam lagi, carilah ustadz-ustadz yang benar dan bukan orang NII.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
161
Lampiran 27. Wawancara dengan Domi Romadhon Jurusan Manajemen angkatan 2004 Kabiro Danus FSI FE 2006-2007 Selasa, 8 Mei 2007 P : Apa yang Anda ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Yang saya pahami, aliran Islam seharusnya hanya ada satu, walaupun ada aliran-aliran
lain, seharusnya tidak dapat disebut Islam. Islam itu satu, dengan Alquran dan Sunnah. P : Apakah Anda pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Anda? J : Sering, beberapa saya ikuti, beberapa tidak, tergantung kebutuhan. P : Apakah Anda sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Sering P : Siapakah yang mengajak Anda? J : Teman P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Ustadz P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Macam-macam, bisa membahas tentang tauhid, kepemimpinan, ekonomi syariah, dll. P : Kapan dan dimana kajian tersebut biasa diadakan? J : Di salah satu ruang kelas FE UI menjelang sore, di masjid setiap Kamis malam, bersama
ustadz Arham di Al Furqon Kutek. P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Di Al Furqon biasanya yang dibacakan ayat-ayat Alquran karena beliau hafidz, dan
menarik karena kita tidak ragu dengan yang disampaikan, ustadz Rahmat Susanto cara menyampaikannya mudah dimengerti.
P : Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Sekitar 20 orang. P : Apakah Anda pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Apakah Anda tahu mengenai sejarah NII? J : Awalnya dari DI-TII dan yang sekarang NII sudah menyimpang karena lebih ke arah
profit. P : Dari siapa Anda tahu mengenai NII? J : Teman-teman P : Apakah Anda mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Ada, tapi dia sudah keluar dari NII sekarang P : Pernahkah Anda diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Alhamdulillah belum. P : Kapan kajian tersebut biasanya dilaksanakan? J : Teman saya cerita awalnya diajak pergi ke suatu tempat dan seolah-olah tidak sengaja
bertemu dengan teman yang lainnya atau bertemu dengan orang yang menawarkan barang dengan harga cukup murah untuk dibeli dan kemudian diajak ngobrol.
P : Apakah Anda pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Artikel kecil, seperti selebaran-selebaran untuk kewaspadaan. P : Apakah Anda memahami materi yang disampaikan kepada Anda?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
162
J : Saya pernah lihat dari salah satu power point yang mereka buat, namun secara keseluruhan tidak paham, yang pasti ayat-ayat yang digunakan tidak menyeluruh.
P : Apakah Anda setuju dengan materi yang disampaikan? J : Tidak. Intinya ibarat sebuah pohon, jika akarnya kuat maka pohonny akan kuat dan
akarnya Islam adalah tauhid. Kita pelajari ilmu tauhid yang benar, dan sesuatu yang tidak benar akan membuat hati menjadi tidak tenang. Jadi, pelajari tauhid dengan benar agar kita menjadi orang yang kokoh.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
163
Lampiran 28. Wawancara dengan Muhammad Ihsan Ariestiya Jurusan Ilmu Ekonomi angkatan 2003 Ketua Umum FSI FE 2006-2007 Selasa, 8 Mei 2007 P : Apa yang Ihsan ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Akhir-akhir ini berkembang berbagai macam aliran-aliran Islam dan mereka mengaku,
mereka yang paling benar. Dalam Islam, ketika mereka sudah menyimpang dari syariat Islam, maka sudah tidak termasuk bagian dari Islam lagi. Hal itu sudah sesat dan menyesatkan, dan banyak dari kita yang belum mengetahui bahwa banyak dari aliran-aliran tersebut yang sudah tidak layak lagi disebut sebagai agama Islam karena sudah menyimpang dari aqidah yang lurus, bahkan ada yang tidak mengakui hadits-hadits Rasulullullah atau mengakui adanya Nabi setelah Rasul. Di UI sendiri terdapat aliran-aliran seperti itu, diantaranya: NII, Arqom, dan Ahmadiyah.
P : Apakah Ihsan pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Ihsan? J : Di FE sendiri, seluruh kegiatan keagamaan Islam diberikan tanggung jawabnya kepada
FSI FE. Sebuah legalitas bahwa untuk belajar Islam di FE UI maka datanglah ke FSI FE, dan FSI memfasilitasi forum kajian keagamaan, seperti mentoring, fiqih, dan shiroh. Selama ini, saya belajar dari kajian-kajian itu, begitu pula dengan mahasiswa yang lain. Namun, pada kenyataannya ada gerakan underground yang mengatasnamakan Islam dan mereka menyimpang. Kajian-kajian seperti itu biasanya diadakan di luar kampus, contohnya di kosnya teman, di Kutek atau Kukel. Di kampus sifatnya hanya mengajak saja.
P : Apakah Ihsan sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Saya sendiri kebetulan untuk kajian di FSI ada kajian satu bulan sekali. Minimal dari
kajian itu kita dapat materi ke-Islaman, tambahannya peserta dikelompokkan ke dalam kelompok mentoring dan diberi materi mingguan. Saya sendiri mengikuti kajian ke-Islaman minimal satu minggu sekali.
P : Siapakah yang mengajak Ihsan? J : Pada dasarnya, sebagai umat Islam dan individu, saya senantiasa berusaha untuk
meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan, artinya sudah ada dorongan dari diri sendiri serta faktor lingkungan yang mempengaruhi yang dapat menguatkan atau mendorong kita untuk mengikuti kajian itu. Biasanya yang mendorong saya ikut adalah teman-teman terdekat saya.
P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Kalau di kampus, kita biasa mengundang ustadz dari lingkungan sekitar. Kita juga
mengundang alumni yang kita yakini mereka memiliki pemahaman Islam yang baik dan kafa’ah ke-Islaman yang yang baik.
P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Sebenarnya banyak macamnya, mulai dari kajian fiqih sholat, shaum, dan nikah.
Kemudian, kajian shiroh nabawiyah bahkan dikaitkan dengan core competence ekonomi Islam, dan ada Kajian Ekonomi Islam (KEI), pemahaman tentang dunia Islam, tentang aliran sesat.
P : Kapan dan dimana kajian tersebut dilaksanakan? J : Karena di bawah lembaga formal, maka kita bisa minta izin untuk melaksanakan kajian di
kampus, seperti di student center, ruang auditorium atau tritura. Tapi, tidak menutup
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
164
kemungkinan kita mengadakan acara di outdor supaya orang lain dapat lebih mudah mengakses kegiatan-kegiatan yang FSI lakukan. Untuk outdor, biasanya diadakan di taman air mancur FE UI.
P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Untuk kajian fiqih dan bulanan bentuknya ada tausiyah dari ustadz atau alumni dan
pemaparan isinya selama satu sampai satu setengah jam dan kemudian ada forum tanya jawab dengan peserta. Untuk kajian besar, seperti NII, Krsitenisasi lebih kearah talkshow. Sedangkan, yang cangkupannya lebih sempit biasanya materinya terintegrasi, seperti bagaimana cara membaca Alquran, kultum dari peserta yang lain, dan tausiyah dari alumni atau senior.
P : Mengapa Ihsan tertarik mengikuti kajian tersebut? Dan berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut?
J : Saya tertarik karena saya sadar ini kebutuhan terhadap ilmu agama dan factor lingkungan juga mendukung. Jika lingkungannya baik, maka akan semakin kuat dorongan dari dalam untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Mengenai jumlah peserta itu bervariasi. Untuk kajian-kajian yang lebih populer, seperti NII biasanya banyak, tapi untuk kajian fiqih sekitar 10-20 orang, tidak sebanyak kajain NII. Sebenaranya, tergantung bagaimana cara kita mengemas kajian tersebut agar menarik minat teman-teman.
P : Apakah Ihsan pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Apakah Ihsan tahu mengenai sejarah NII? J : Sejarah NII, saya kurang memahami. Namun yang saya tahu, NII berawal dari gerakan
melawan BelIhsan, yaitu DI-TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakar dan ada pembagian-pembagiannya lagi, seperti Koordinator Wilayah di seluruh Indonesia. NII yang sekarang beredar di kampus, yang membuat mahasiswa tersesat adalah NII yang sudah menyimpang dari tujuannya semula, yaitu untuk mengusir penjajah atau untuk membebaskan umat Islam dari kebodohan atau kemunduran dari agamanya. Ada semacam disorientasi dari tujuan yang baik atau ambisi pribadi seorang pemimpin NII tersebut yang memanfaatkan anggota-anggotanya untuk mencapai tujuannya sendiri dan itu memanfaatkan dalil-dalil dari Alquran yang tidak tepat penafsirannya karena ditafsirkan sendiri.
P : Dari siapa Ihsan tahu mengenai NII? J : Awalnya saya hanya mendengar berita-berita tentang NII, sebelum saya bertemu dengan
korban-korbannya dan sudah pernah diberi peringatan sebelumnya tentang NII. Terkahir-terakhir ini, saya berkecimpung dalam membatasi ruang gerak mereka, karena salah satu tanggung jawab di organisasi saya adalah memberikan pemahaman Islam yang benar. Dari hal itu saya lebih mendalami dan mengetahui bahwa NII adalah gerakan yang sesat dan menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.
P : Apakah Ihsan mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Sebenarnya di kampus, dibilang teman bukan dan yang pasti ada mahasiswa FE yang ikut
NII, namun bukan teman dekat. Biasanya orang-orang yang ikut NII adalah orang yang belum paham agama Islam, makanya mereka mudah dihasut atau dicuci otaknya untuk hal-hal seperti itu. Untuk teman di rumah ada tetangga saya yang ikut NII, dan dia menceritakan prosesnya sampai dibaiat, kemudian dia sadar dan saya juga mencoba untuk menyadarkannya, sehingga dia sekarang tidak terlibat lagi.
P : Pernahkah Ihsan diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Kebetulan belum pernah. P : Kapan kajian tersebut biasanya dilaksanakan?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
165
J : Kapan tepatnya, saya tidak tahu, tapi biasanya dilakukan di malam hari dan tempatnya tertutup, sampai ruangannya harus ditutup dan tidak boleh kelihatan dari luar. Hal ini menunjukkan juga bahwa mereka ingin menanamkan nilai-nilai yang salah, sehingga tidak ingin diketahui oleh orang lain.
P : Berapa kali biasanya kajian itu diadakan dalam satu bulan? Dan dimana? J : Saya tidak berapa kali diadakan, tapi pernah dengar kajian diadakan di luar kampus, di
kos-kosan. P : Apakah Ihsan pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Ya, saya pernah mendapat semacam slide yang membahas tentang NII, saya juga pernah
membaca buku tentang aliran-aliran sesat di Indonesia, dan dari situ saya mendapatkan gambaran bahwa banyak aliran-aliran yang sesat di Indonesia.
P : Sejauh mana Ihsan berinteraksi dengan mereka? J : Sejauh ini, kita lebih banyak memantau dan memulihkan mereka, karena agak susah untuk
mengembalikan mereka yang sudah terkena doktrin NII dan itu butuh effort yang tidak sedikit. Dalam jangka pendek, kita hanya bisa mengadakan kajian-kajian Islam agar orang lain dapat menghindar dari NII. Lebih prefentif mencegah agar jaringan mereka tidak meluas ke orang lain, walaupun sulit kita juga mencoba sedikit-sedikit memberikan pemahaman Islam kepada orang yang sudah ikut NII.
P : Apakah Ihsan memahami materi yang disampaikan kepada Ihsan? J : Terus terang saya tidak tahu karena saya tidak pernah mengikuti kagiatan tersebut, tapi
materi yang sering saya dengar dari orang-orang yang pernah terlibat di dalamnya bahwa mereka akan mendirikan sebuah negara Islam di Indonesia. Dalam rangka pendiriannya, ada tahapan-tahapan mereka harus berkontribusi, salah satunya dengan dana. Inilah salah satu kesesatan di ajaran NII. Untuk masalah dana, mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan dana tersebut, sampai membohongi orang tua pun dianggap masih wajar. Jadi, materi-materi ke arah yang dapat menguntungkan pergerakan kegiatan tersebut.
P : Apakah Ihsan setuju dengan materi yang disampaikan? J : Tidak, karena itu sesat dan tidak sesuai dengan syariat Islam, tidak sesuai dengan yang
diajarkan oleh Rasulullah, dan tidak sesuai dengan pendapat para ulama. Dasarnya, organisasi NII tidak akan berkembang, ketika kita sebagai umat Islam memiliki pemahaman Islam yang baik, pemahama yang sempurna mengenai agama kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus senantiasa memperbaiki, meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, serta mengkaji lebih dalam tentang agama kita. Mungkin hal-hal yang belum kita ketahui dimanfaatkan oleh orang-orang untuk menyukseskan kepentingan organisasi mereka. Jika kita tahu bahwa mereka itu sesat, kita tidak akan makan jebakan-jebakan mereka. Saya mengajak teman-teman semua, mahasiswa muslim untuk mengkaji Islam melalui lembaga-lembaga formal ke-Islaman yang ada di fakultas, sehingga apa pun yang diajarkan dapat dipertanggungjawabkan.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
166
Lampiran 29. Wawancara dengan Nurul Rizki Hamzah Jurusan Manajemen angkatan 2004 Selasa, 8 Mei 2007 P : Apa yang Kiki ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Aliran yang saya tahu NII dan Muhammadiyah P : Apakah Kiki pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Kiki? J : Mentoring masih ikut. Kajian jika diadakan oleh FSI, seperti kajian muslimah. P : Siapakah yang mengajak Kiki? J : Teman di FSI, sebelum masuk FSI. Sekarang karena kewajiban menjadi pengurus FSI,
jadi harus dating. P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Biasanya pembicara dari luar, seperti ustadz P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Kemuslimahan, kebanyakan tentang ekonomi syariah, dan ibadah. P : Kapan biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Biasanya beberapa minggu sekali di sore hari. P : Dimana biasanya kajian tersebut diadakan? J : Di kampus, di student center. P : Mengapa Kiki tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Untuk menambah ilmu, karena ilmu saya tentang Islam masih kurang. P : Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Sekitar 50 orang. P : Apakah Kiki pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Apakah Kiki tahu mengenai sejarah NII? J : Yang saya tahu NII itu aliran sesat, yang saya ingat waktu diajak NII itu, mereka ingin
mendirikan negara Islam sendiri dan dianggap semua orang di luar NII kafir. P : Dari siapa Kiki tahu mengenai NII? J : Waktu SMA dari kakak, waktu kuliah diajak dari teman untuk masuk NII. P : Apakah Kiki mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Kalau teman yang terlibat langsung ada P : Pernahkah Kiki diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Bukan kajian, dia bilangnya ingin presentasi. Awalnya diminta untuk menemani dia pergi
mentoring ke tempat temannya, setelah itu dia selalu mengajak untuk datang mentoring. P : Kapan dan dimana kajian tersebut biasanya dilaksanakan? J : Saya kurang tahu karena saya baru sekali diajak datang langsung ke tempatmya.
Tempatnya itu di rumah kontrakan. P : Berapa kali biasanya kajian itu diadakan dalam satu bulan? Dan dimana? J : Saya tidak tahu P : Mengapa Kiki menerima ajakan teman Kiki untuk mengikuti kajian tersebut? J : Awalnya teman saya meminta saya untuk menjadi subjek skripsi temannya yang kuliah di
IPB. Setelah wawancara saya, temannya cerita kalau dia kemarin bertemu teman yang habis mengikuti seminar keagamaan di Malaysia dan dia penasaran. Kemudian, dia minta ditemani saya untuk bertemu dengan temannya itu dengan alasan untuk menambah ilmu,
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
167
seperti mentoring. Karena diajak terus oleh teman, akhirnya saya ikut dan saya pikir teman saya tidak ikut NII. Saya takut teman saya terlibat NII, akhirnya saya temani dan ternyata dia sudah masuk NII sejak lama.
P : Bagaimana cara pemateri menyampaikan isi materinya? J : Seperti mempertanyakan ke-Islaman kita, sudah kaffah atau belum. Dia bilang Islamnya
kita baru 6%, sehingga dibutuhkan negara Islam karena jika negara bukan Islam maka itu kafir.
P : Apakah Kiki mengenal orang-orang yang berada dalam kajian tersebut, selain teman Kiki? J : Tidak kenal, yang saya tahu satu orang dari IPB dan mentornya laki-laki. P : Mengapa Kiki tertarik untuk bergabung dengan kajian mereka? J : Saya tidak tertarik, tapi terpaksa ikut karena ingin melindungi teman supaya dia tidak ikut
NII. Selain itu, juga penasaran ingin tahu seperti NII. P : Apakah Kiki pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Saya tahu dari FSI dan ikut kajian tentang NII dua kali. P : Sejauh mana Kiki berinteraksi dengan mereka? J : Saya biasa saja dan mereka juga tidak mengakui kalau mereka terlibat NII. Namun,
semakin lama semakin jauh dan mereka juga jarang kuliah. P : Apakah Kiki memahami materi yang disampaikan kepada Kiki? J : Ya, paham. P : Apakah Kiki setuju dengan materi yang disampaikan? J : Waktu ikut mentoring di NII sempat setuju dan membenarkan, tapi semakin lama mereka
semakin terlihat menyimpangnya. P : Dapatkah Kiki bersikap kritis saat kajian tersebut berlangsung? J : Sempat bersikap kritis sewaktu mentornya bilang kita tidak menjalankan Islam secara
kaffah, dan mentornya juga mengeluarkan ayat sebagian-sebagian sehingga artinya berbeda. Namun, teman-teman yang menemani saya mentoring setuju, sehingga saya sempat terbawa juga.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
168
Lampiran 30. Wawancara dengan Aditya Putra Jurusan Akuntansi angkatan 2006 Rabu, 9 Mei 2007 P : Apa yang Adi ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Aliran Islam di Indonesia lumayan banyak ya, yang ketahuan saat ini seperti Ahmadiyah,
LDII, dsb. P : Apakah Adi pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Adi? J : Pernah P : Apakah Adi sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Lumayan sering P : Siapakah yang mengajak Adi? J : Teman di luar UI, namanya Khairul, dia ikut LDII P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Kebetulan saya belum pernah ikut kajian itu karena saya menolak, tapi saya suka ikut
kajian di masjid dan saya suka ikut kajian Az Zikra ustadz Arifin Ilham. P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Lebih banyak berbicara tentang zikir, fenomena zikir. P : Kapan biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Ketika peringatan hari besar Islam. P : Dimana biasanya kajian tersebut diadakan? J : Di Islamic Center Tanjung Priok. P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Lebih banyak berbicara tentang Islam atau sesuai dengan tema hari besar Islam. P : Mengapa Adi tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Saya tertarik dengan ustadz Arifin Ilham, dan saya pikir ajaran-ajaran yang disampaikan
oleh beliau tidak menyimpang dari Islam. P :Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Bisa sampai ribuan orang. P : Apakah Adi pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Apakah Adi tahu mengenai sejarah NII? J : NII yang pernah saya dengar dari sejarah sudah ada sejak zaman dulu, saat rezimnya
Soeharto hanya saja pada waktu itu tidak terlalu kelihatan dan sekarang mulai kelihatan lagi, tapi masih ditutup-tutupi.
P : Dari siapa Adi tahu mengenai NII? J : Dari pustaka atau buku-buku. P : Apakah Adi mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Saya belum tahu, tapi alhamdulillah teman saya belum ada yang ikut NII. P : Pernahkah Adi diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Belum pernah, tapi saya ingin ikut jika ada yang mengajak saya P : Apakah Adi pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Sedikit, itu pun cuplikan. Saya pernah membaca buku tentang Az Zaytun pengasuhnya
adalah orang NII. P : Apakah Adi memahami materi yang disampaikan kepada Adi?
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
169
J : Saya tidak tahu P : Apakah Adi setuju dengan materi yang disampaikan? J : Saya kurang setuju. Saya berpendapat jika teman-teman bertemu orang NII boleh ikut
kajiannya, kita pahami apa yang mereka mau, kemudian kita teliti lebih lanjut dan jika kita sudah tahu inti ajarannya menyimpang dari Islam baru kita tolak mentah-mentah. Kita kritisi pemikiran mereka.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
170
Lampiran 31. Wawancara dengan Basuki Muhammad Mukhlis Jurusan Manajemen Angkatan 2002 FE UI Rabu, 9 Mei 2007 P : Apa yang Mukhlis ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Sedikit tahu, Insyaallah P : Tolong jelaskan mengenai aliran-aliran tersebut, terutama yang berhubungan dengan
aliran sesat? J : Aliran sesat di Indonesia sangat banyak sekali, mulai dari yang kejawen, aliran
kepercayaan, kebatinan, hingga Syiah, Lia Eden, dll. Juga ada bukunya dan penelitian dari LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) Pak Amin Djamaluddin, diantaranya yang paling banyak disorot adalah Ahmadiyah, Syiah, Islam Liberal, Sufistik, Tarekat, dll.
P : Apakah Mukhlis sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Jika diajak sering, banyak yang mengajak. P : Siapakah yang mengajak Mukhlis? J : Teman kuliah, tetangga di dekat kontrakan. P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Biasa belajar mulai dari yang paling penting, pokok-pokok agamanya: Aqidah, Tauhid –
bagaimana meng-Esakan Allah secara uluhiyyahnya, rububiyyahnya, dan rizki, Asmaul sifat – iman kita kepada Allah, bagaimana kita mengenal Allah. Selain itu, intinya kita belajar mengenai Alquran dan Sunnah, bagaimana Aqidah yang benar menurut Alquran dan Sunnah, bagaimana ibadah yang benar menurut Alquran dan Sunnah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya.
P : Kapan biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Kalau yang di Kampus ada yang hari Senin dan Rabu, Jumat. Awal saya kuliah setiap hari
Senin-Kamis sore. Di dekat rumah setiap hari Selasa, ba’da shubuh, malam Jumat dan Sabtu.
P : Dimana biasanya kajian tersebut diadakan? J : Di kampus dan di masjid dekat rumah. Di masjid yang agak juah dari rumah juga ada P : Mengapa Mukhlis tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Karena hal itu adalah kewajiban, kita sebagai seorang muslim wajib menuntu ilmu, dari
ilmu yang akan membuat kita menjadi yakin dan membuat iman kita menjadi kuat, dari ilmu kemudian kita bisa beramal dan mendakwahkan, sebab ilmu itu sebelum berbicara dan beramal.
P : Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Biasanya yang di kampus sekitar 30 orang. Di masjid dekat rumah sekitar 60 orang, dan di
masjid yang agak jauh dari rumah sekitar 100-200 orang. P : Apakah Mukhlis pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Bisa dijelaskan sedikit banyak mengenai sejarah NII? J : NII yang ada sekarang, mereka mengakunya meneruskan perjuangan Kartosoewirjo.
Tetapi pada hakikatnya, mereka sudah menyimpang dari garisnya Kartosoewirjo. Padahal sebelum meninggal, Kartosoewirjo berwasiat bahwa gerakan yang Beliau pimpin sudah bubar dan Beliau menyuruh para pengikutnya untuk kembali pada organisasi yang ada sebelumnya, yaitu Sarikat Islam. Kemudian, ada di antara pengikutnya yang menyimpang
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
171
dan mungkin juga mencari uang serta kekuasaan, akhirnya tetap mengaku melanjutkan perjuangan Kartosoewirjo padahal dalam pratiknya banyak yang menyimpang dari syariat Islam.
P : Berarti NII yang sekarang bukan NII yang dibentuk oleh Kartosoewirjo? J : Bukan, jauh berbeda. NII yang sekarang sebagian besar dari mereka banyak yang tidak
sholat, semuanya dihitung dengan uang: infaq ini dan itu, hijrah dibayar dengan uang, zakat fitrah diganti dengan uang, tidak ikut pengajian harus bayar denda, bahkan ada surat pengampunan dosa.
P : Dari siapa Mukhlis tahu mengenai NII? J : Dari berbagai sumber. Awalnya dari keluarga saya, teman-teman di SMA, saya juga
membaca buku seputar hal itu, dan bertanya langsung dengan orang yang pernah ikut NII kemudian keluar.
P : Apakah Mukhlis mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Ada, diantaranya mahasiswa FE. Bahkan petingginya juga masih ada di sini. P : Pernahkan Mukhlis diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Alhamdulillah belum pernah P : Kapan kajian NII tersebut biasanya dilaksanakan? J : Mengenai waktunya saya tidak tahu pasti, yang saya tahu biasanya pada sore hari. Ada
yang pura-pura diajak ke kosan, minta ditemenin, ada juga di kantin, tempat makan, mall-mall, atau di rumah salah seorang teman.
P : Apakah Mukhlis tahu berapa kali biasanya kajian itu diadakan dalam satu bulan? Dan dimana?
J : Saya tidak tahu persis, yang saya tahu seminggu sekali dan tempatnya juga biasanya di kos-kosan.
P : Kira-kira Mukhlis tahu bagaimana pematerinya menyampaikan isi materi NII? J : Sebagian dari mereka ada yang memakai power point, membuat presentasi karena saya
pernah dapat hasil print outnya dari teman-teman. Sebagian lagi di kampung-kampung memakai papan tulis, kertas, atau buku.
P : Apakah Mukhlis pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Pernah dan sering P : Sejauh mana Mukhlis berinteraksi dengan mereka? Terutama mereka yang pernah menjadi
korban maupun yang masih terlibat? J : Kalau yang menjadi korban jarang ketemu, kalau ketemu paling senyum saja biasa, tapi
jarang mengobrol dengan mereka. P : Apakah Mukhlis memahami materi yang disampaikan mereka? J : Materi yang disampaikan mereka diawal biasanya tentang realitas Indonesia saat ini.
Pertama-tama tentang Alquran, aqidah, dan diakhirnya tentang negara Islam. Di tengah-tengah disuruh membandingkan Negara Republik Indonesia (RI) sebagai negara kafir (Mekkah) dengan Negara Islam Indonesia (NII) (Madinah). Oleh karena itu, kita harus hijrah dari RI ke NII karena RI diibaratkan sebagai tong sampah dan amal kita diibaratkan seperti buah apel. Sekali pun amal kita baik/apel itu bagus jika diletakkan di tempat sampah menjadi tidak bernilai, oleh karena itu apel harus diletakkan di piring, dan piringnya itu adalah negara Madinah (NII), sehingga kita harus hijrah.
P : Apakah Mukhlis setuju dengan materi yang disampaikan? J : Saya tidak setuju dengan materi tersebut karena jelas-jelas bertentangan dengan Alquran
dan Sunnah. Mereka membuat hal itu dengan menyimpangkan maknanya sesuai dengan kehendak mereka dan tanpa dasar ilmu.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
172
Lampiran 32. Wawancara dengan Kindy Miftah Ketua Bidang II Pengembangan Keilmuan Syariah FSI FE UI tahun 2006-2007 Rabu, 9 Mei 2007 P : Apa yang Kindy ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Aliran yang sesat atau tidak? P : Kedua-duanya J : Banyak, yang terkenal dalam bentuk organisasi masyarakat, seperti NU atau
Muhammadiyah, dan Dewan Dakwah Indonesia. Kalau di kampus ada kelompok Tarbiyah, Salafi, dan Hizbu Tahrir. Untuk yang sesat ada NII, dan Ahmadiyah.
P : Apakah Kindy pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Kindy? J : Sering, terutama setelah saya di FSI dan sejak SMA memang sudah sering mengikuti
kajian Islam P : Siapa yang mengajak Kindy? J : Teman sekelas atau teman satu organisasi P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Biasanya diisi oleh senior atau ustadz dari lembaga tertentu yang sudah dekat dengan satu
organisasi, contohnya dekat dengan FSI FE atau dia memang orang yang sudah faqih dalam ilmu-ilmu tertentu yang sengaja kita datangkan ke kampus.
P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Mulai dari materi aqidah, dakwah, ibadah, dll. Biasanya berfariasi biar tidak monoton. P : Kapan biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Ada yang program mingguan, bulanan, atau momen tertentu, seperti saat bulan Ramadhan
atau perayaan Islam. P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Biasanya diakhir kita memberikan kesimpulan umum, bahwa Islam adalah agama yang
moderat, agama yang universal dan nilai-nilai Islam tidak sulit untuk dipahami karena fitrah manusia memang mudah untuk memahami Islam.
P : Mengapa Kindy tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Karena seiring dengan perkembangan zaman dan sebagai anak muda yang mencari jati diri
kemana-mana, serta tidak hanya tertarik pada budaya hedonisme, tetapi juga budaya spiritual. Tertarik karena sudah mulai sadar, sehingga ada rasa kebutuhan untuk mengisi sisi spritual atau ruhiyah itu.
P : Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Rata-rata yang hadir ke acara FSI sekitar 50-100 orang. P : Apakah Kindy pernah mendengar tentang NII? J : Sering, saya dengar tentang NII dari SMA. P : Apakah Kindy tahu mengenai sejarah NII? J : Saya tidak terlalu tahu, karena saya bukan orang yang suka baca buku sejarah, tapi yang
jelas ada hubungannya sama masa-masa pembrontakan di zaman orde lama dan orde baru. Jadi, walaupun pada saat itu Islam dikekang, tapi banyak muncul orang-orang yang ingin memperjuangkan Islam, namun mereka mulai terpecah-belah dan menjadi banyak golongan, salah satunya adalah golongan NII. Akan tetapi, karena motif NII dilatarbelakangi oleh motif duniawi, jadi mencoba mengajak orang dengan motif pemimpin gerakannya untuk mengumpulkan dana. Dalam Islam, jihad itu sebenarnya penting untuk
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
173
mengumpulkan dana, tapi itu bukan cara yang paling pertama karena semua orang mempunyai potensi jihadnya masing-masing, dan saya menilai seharusnya kalau kita ber-Islam landasan kita adalah keyakinan kita, baru setelah itu amal. Amal itu tidak harus selalu dana, tetapi kembali ke potensi kita masing-masing untuk menunjukan jihad kita.
P : Dari mana Kindy tahu mengenai NII? J : Dari buku, teman, senior dan alumni di SMA. Isu-isu yang berkembang di kampus juga
sudah mulai digemakan tentang NII. Jadi, orang-orang sudah mulai tahu masalah-masalah apa itu sebenarnya NII.
P : Apakah Kindy mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Kalau teman dekat belum pernah ada yang masuk ke NII dan alhamdulillah teman-teman
saya adalah orang-orang yang mempunyai pemahaman Islam jauh lebih baik dari saya, sehingga kita bisa saling menjaga. Setahu saya, orang-orang yang bisa ditarik ke dalam NII adalah orang-orang yang tidak berjamaah dalam Islam, sehingga mudah diombang-ambingkan oleh gerakan-gerakan tertentu dan terlihat tidak konsisten untuk mendekati Islam dari jalan yang mana.
P : Pernahkan Kindy diajak untuk datang ke kajian NII? J : Belum pernah, setahu saya biasanya mereka melihat objeknya dulu dan dicari yang
pemahaman Islamnya masih sangat kurang, sehingga mudah untuk didotrin. P : Berarti Kindy tidak tahu kapan kajian tersebut biasanya dilaksanakan? J : Setahu saya, kajian mereka sifatnya informal, jadi langsung mendatangi objeknya. Nanti
jika sudah masuk baru bisa dikumpulkan di tempat-tempat tertentu yang biasanya milik dari petinggi-petinggi NII itu. FSI sendiri baru sekali mengadakan kajian tentang NII tahun ini dan yang hadir sekitar 500 orang.
P : Apakah Kindy pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Saya pernah baca buku atau artikel tentang NII, setahu saya mereka menganalogikan Islam
dalam konsep negara, jadi kalau mau ber-Islam harus di bawah naungan agama Islam. Jadi, orang-orang yang tidak berada di bawah naungan negara Islam, maka ke-Islamannya itu batal, dan mereka mengklaim sebagai negara Islam itu. Hal ini letak berbahanya sebuah gerakan Islam seperti itu. Ketika ada klaim, dan itu menyesatkan yang lain, padahal dalil-dalil yang digunakan ternyata bukan dalil-dalil umum, seperti yang sudah digariskan oleh ulama-ulama terdahulu. Saya pikir itu sangat berbahaya, dan mengapa itu disebut sesat.
P : Sejauh mana Kindy berinteraksi dengan mereka? Misalnya dengan korban NII? J : Saya biasa-biasa saja. Saya tidak pernah mengeksplor karena itu bukan bagian kerja saya
dalam organisasi. Paling saya hanya berdiskusi biasa, seperti berdiskusi dengan orang umum lainnya.
P : Apakah Kindy paham dengan materi yang biasa disampaikan kepada korban-korban NII? Biasanya berkaitan tentang apa?
J : Biasanya penafsiran ayat-ayat alquran dengan definisi mereka sendiri, dan tafsir-tafsir mereka yang semua itu tertuju kepada konsep negara Islam, sehingga orang-orang didoktrin untuk mau mengakui konsep negara Islam mereka sangat penting bagi kehidupan Islam.
P : Apakah Kindy setuju dengan materi yang disampaikan? J : Tidak setuju
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
174
Lampiran 33. Wawancara dengan Sofyan Arifin Haji Jurusan Manajemen angkatan 2004 Kamis, 10 Mei 2007 P : Apa yang Arifin ketahui tentang aliran-aliran Islam di Indonesia? J : Aliran dalam Islam yang saya tahu itu mempunyai imam sendiri dan ajarannya sudah
menyimpang, pengikutnya cencerung eksklusif dan hanya mau menerima apa yang dititahkan oleh imamnya saja dan menolak pendapat dari orang lain. Contohnya NII, LDII, dll.
P : Apakah Arifin pernah diajak untuk mengikuti kajian Islam oleh teman Arifin? J : Kajian Islam sering, selama itu dalam koridor Alquran dan Sunnah saya ikuti, contohnya
kajian tarbiyah, salafi, dll. P : Apakah Arifin sering diajak pergi ke kajian tersebut? J : Sering P : Siapakah yang mengajak Arifin? J : Teman, ada yang di kampus, kos-kosan, dan di rumah P : Siapakah yang biasanya mengisi kajian tersebut? J : Biasanya di rumah oleh ustadz Zainal Abidin dari kajian Salafi, kajian teman-teman
tarbiyah oleh ustadz Muslih Abdul Karim, tapi saya tidak membedakan antara tarbiyah dengan salafi.
P : Materi apa saja yang biasanya dikaji dalam forum tersebut? J : Kalau teman-teman tarbiyah lebih ke fiqih dakwah, yang Salafi masalah fiqih. P : Kapan biasanya kajian tersebut dilaksanakan? J : Ada yang setiap Jumat malam, Rabu malam, dan Minggu malam P : Dimana biasanya kajian tersebut diadakan? J : di masjid P : Bagaimana konsep materi yang disampaikan kepada peserta kajian? J : Karena bentuk kajiannya rutin jadi ada sistematikanya dalam penyajiannya. Hari ini bahas
tentang Bab A, besok akan dibahas sub babnya sampai selesai. P : Mengapa Arifin tertarik mengikuti kajian tersebut? J : Untuk menambah ilmu, selama itu baik dan dapat menambah ilmu saya tertarik. P :Berapa jumlah peserta yang mengikuti kajian tersebut? J : Sekitar 10 orang P : Apakah Arifin pernah mendengar tentang NII? J : Pernah P : Apakah Arifin tahu mengenai sejarah NII? J : Sedikit lupa, kalau tidak salah dulu Darul Islam oleh Kartosoewirjo yang ingin
menerapkan syariat Islam di Indonesia, terutama ketika pasukan TNI ditarik dari Jawa Barat maka dibentuklan Tentara Islam Indonesia untuk mengamankan warga Jawa Barat.
P : Menurut Arifin bagaimana dengan NII yang sekarang? J : NII yang dulu benar-benar murni menerapkan syariat Islam di Indonesia belum
menyimpang, dan saya tidak menolak dengan hal itu selama dalam penerapan syariat tidak menyimpang dengan Alquran dan Sunnah.
P :Dari siapa Arifin tahu mengenai NII? J : Teman, pernah pula dibahas dalam kajian tarbiyah.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
175
P : Apakah Arifin mempunyai teman yang terlibat dalam NII? J : Ada, tapi tidak tahu dia benar-benar terlibat atau tidak. Namun, kalau saudara ada yang
pernah ikut NII dan sekarang sudah keluar, yang unik dia keluar bukan karena keinginannya dia justru karena pemimpinnya yang bilang kalau apa yang selama ini diikuti itu salah.
P : Pernahkah Arifin diajak untuk datang ke kajian mereka? J : Belum pernah, walaupun diajak akan saya pikir-pikir dulu. P : Apakah Arifin pernah membaca buku-buku atau artikel yang membahas tentang NII? J : Kalau buku belum, tapi kalau artikel pernah baca. P : Sejauh mana Arifin berinteraksi dengan mereka? J : Kalau saudara tetap berinteraksi meskipun jika kita berbicara tentang agama kita punya
pArifinngan yang berbeda jauh. P : Apakah Arifin memahami materi yang disampaikan kepada Arifin? J : Kalau kajian mereka saya belum pernah ikut, tapi kalau materi yang mereka sampaikan
saya tahu sedikit dari saudara saya. Mereka berpendapat bahwa untuk membangun sebuah negara diperlukan uang yang banyak untuk setoran, mereka juga punya setoran bulanan sekitar Rp 100.000,00.
P : Apakah Arifin setuju dengan materi yang disampaikan? J : Tidak setuju. Sudah saatnya para ustadz yang berilmu mengajak kembali mereka ke jalan
yang benar. Kita tahu mereka sesat, tapi hal itu bukan berarti kita mengucilkan mereka dan menghinanya, sebaiknya dekati mereka dan kita ajak untuk kembali ke Alquran dan Sunnah.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
176
Lampiran 34. Wawancara dengan Adri Kabiro Humas BEM UI 2005-2006 Jurusan Matematika angkatan 2001 FMIPA UI Kamis, 9 Februari 2006
Pengalaman pribadi saja yang saya ceritakan. NII Abu Toto, saya ngga tau banyak, lebih cenderung ke sejarah NII. Jadi, dulu saya bertemu teman SMA saya, tapi saya tidak terlalu akrab di SMA dan baru dekat di UI. Tahun 2003, saya sedang baca di Gramedia baru ketemu dia dan kemudian kita ngobrol dan dia bercerita kalau dia mantan anggota NII dan dia menjelaskan semuanya. Dulu ada NII, latar belakanganya karena kekecewaan Kartosoewirjo terhadap pemerintahan RI karena tidak mendirikan syariat Islam di Indonesia, gerakannya didirikan di Tasikmalaya. Secara aturan NII resmi berdiri mengingat kondisi politik saat itu Cuma NII tidak mendapatkan pengakuan dari negara luar dan tidak berusaha untuk meminta pengakuan.
Gerakan NII di Tasik berjalan dengan mulus dan baik, karena Soekarno tidak rela ada negara di dalam negara akhirnya NII diberantas. Tahun 1980, muncul Abu Toto yang memproklamirkan diri sebagai imam NII, tapi dia menginterpretasikan konotasi dengan bahasa sendiri yang dalam teknisnya dia menganggap kalau orang yang di luar kelompoknya kafir. Harta dan darah orang kafir halal dan kewajiban seorang mujahid berjihad dengan cara menguasai daerah di luar kawasan, dan orang sekitarnya menjadi target dakwah dengan mencuri benda orang tersebut. Sehari dua juta yang harus disetorkan, basicnya dia agama, pesantren, sholatnya rajin, tapi setelah masuk NII dia tidak sholat karena tidak diwajibkan. Dia bilang periode sekarang adalah periode Mekah, bahkan dalam berdakwah ada yang masih minum karena belum ada kemenangan, sehingga sholat tidak diwajibkan. Pernah dia berdakwah di Masjid, dan orang-orang disekitarnya percaya sampai ketika dia diminta jadi imam, dia lupa gerakan sholat dan akhirnya tidak di percaya.
Sampai pada akhirnya, dia sadar ketika diajak oleh pembesar NII di jalan, ketika sedang lapar mereka berhenti di depan rumah makan Padang dan dia berpikir “Kok dia bisa makan mewah, sementara saya dan ibu saya di rumah cuma bisa makan tahu-tempe, itu pun mendapatkannya susah.” Akhirnya, dia tidak mau makan karena masih merasa periode berjihad padahal Islam tidak membedakan kedudukan. Yang membuat dia keluar waktu itu dia hanya bisa menyetorkan 1,9juta dari target 2juta ke NII dan dia dicaci dan dimaki dengan mengeluarkan koleksi kebun binatang, dia sakit hati, tapi dia msih punya semangat sampai dia meminta pistol dan golok untuk merampok orang, bukannya dikasih dia malah mendapatkan cacian dan makian. Akhirnya, dia keluar karena kecewa sama kelompoknya. Lama-lama dia sadar kalau itu gerakan yang salah.
Sampai di rumah, saya bertemu dengan teman saya (yang lain) yang dulu, ternyata nyambung ngobrol NII dan dia bilang Abu Toto, imamnya yang pertama dan dia bilang NII yang didirikan Abu Toto adalah NII sempalan. Aslinya adalah NII yang didirikan oleh Kartosoewirjo dan mereka masih menegakan syariat Islam, memang Abu Toto salah mengartikan dan pengkhianat NII yang sebenarnya. Akhirnya, saya mulai mencari tahu tentang NII dan mendapatkan gambaran. Kesimpulannya, bahwa perjuangan menegakkan kalimat Allah tidaklah mudah, penuh dengan kerikil-kerikil tajam dan rintangan.
Saya menangkap NII KW IX, gedungnya diresmikan presiden RI dan namanya menggunakan nama-nama pembesar negeri ini, saya menjadi curiga bahwa berdirinya NII Abu Toto adalah operasi intelijen untuk menjatuhkan nama NII sebagai organisasi dan negara Islam
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
177
yang ingin didirikan oleh rakyat. Kemudian, saya menyadari tentang gerakan NII dan di UI banyak yang kena, namun sayangnya NII Abu Toto. Kondisi di MIPA, sampai saat ini saya tidak mendengar ada yang terkena NII Abu Toto. Saya sering mendengar dan dicurhati sama anak-anak 2004 tentang NII di FE, bahkan di FIB saya baru mendengar sekarang. NII ada dan eksis hingga saat ini, baik yang asli maupun yang sempalan.
Periodesasi NII, dia cerita ada Mekah, Hudaibiyah, dan Madinah. Ketiganya dianalogikan dengan kondisi saat dulu. Kalau Mekah belum futuh, saat itu aturan-aturan seperti sholat, puasa belum berlaku dan sifat gerakannya sembunyi-sembunyi. Hudaibiyah, periode tenang dan damai, bagi NII periode ini adalah masa-masa perjanjian dengan pemerintah Indonesia sama seperti Rasulullah mengadakan perjanjian dengan kaum kafir Quraisy. Madinah, periode kemengangan dan syariat Islam sudah berlaku. Saya lebih percaya kalau NII Abu Toto ditunggangi oleh orang-orang intelijen dan semua dana serta harta yang diambil dari anggotanya adalah untuk dana pribadi pemimpinnya. Saya tidak bisa berkomentar tentang hubungan NII dengan terorisme di Indonesia, mungkin berhubungan, mungkin tidak.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
178
Lampiran 35. Wawancara denga Muhammad Reza, Fakultas Psikologi angkatan 2001 Senin, 20 Februari 2006 Teman saya kenal NII setelah kuliah di Jakarta, tapi saya tidak tahu bagaimana dia bisa masuk ke NII. Awalnya saya mulai curiga ketika adiknya disekolahkan ke Az Zaitun di Indramayu, karena saya sering mengdengar kisah miring tentang Az Zaitun. Jadi, saya mulai berpikir tentang hal itu ditambah dia sering menghilang dari kampus dengan alasan bapaknya kena stroke dan dia harus bekerja. Suatu hari, dia curhat ke Reza tentang kondisinya saat ini. Dia bilang kalau di sudah menajdi anggota NII. Dia tidak menceritakan bagaimana caranya dia bisa menjadi anggota NII, tapi dia menceritakan semua hal yang dia ketahui dari mentornya dengan berdasarkan al Quran dan dia menunjukan beberapa ayat ke saya (lupa ayatnya). Anggota NII tidak boleh mempercayai sesuatu di luar Quran dan Hadits dan ini berlaku sampai mati. Bagi mereka percaya dengan Pancasila atau undang-undang yang lain sudah di cap kafir. Kalau di cap kafir berarti bukan muslim. Awalnya dia suka sholat berjamaah dengan teman-teman yang lain di mushola, namun lambat laun dia mulai jarang berjamaah dan akhirnya jarang sholat. NII punya konsep periodesasi sesuai dengan sirah nabawiyah. Saat ini, anggota NII percaya sedang berada di era Futuh Mekkah yang berarti mereka harus mau berjihad dengan berkurban apa saja. Jika sudah sampai masa Hudaibiyah (di masa ini NII suda berkuasa) maka orang yang tidak mau tunduk di bawah NII dapat di hukum mati. Di era berikutnya, orang-orang yang murtad dari NII saat di era Futuh Mekkah dapat di hukum mati, seperti Tia Ivanka. Di kompleks rumah saya sebenarnya juga ada yang kena NII dan bisanya yang di incar adalah pembantu rumah tangga. Akibatnya, ada salah seorang pembantu yang pernah mencuri barang majikannya sampai dua kali dan dia tidak merasa bersalah. Teman saya yang kena NII keadaan ekonominya semakin hari semakin morat marit, dia sudah di usir dari kosnya dan Ibunya yang mengetahui kondisi anaknya hanya bisa menangis serta tidak dapat dapat berbuat apa-apa karena Ibunya seorang Kristen. Untuk menutupi infaq bulanannya yang wajib di bayar dia bekerja sebagai atlet untuk mengikuti PON dan di tambah dengan keja serabutan. Saya cukup khawatir dengan teman saya karena masih banyak kewajiban kuliahnya yang belum diselesaikan. Menurut saya, NII tidak dapat dihilangkan secara total walaupun di awal berdirinya pemerintah telah memberikan tindakan represif untuk menghapusnya.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007
179
RIWAYAT HIDUP
Alia Prima Dewi, dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 9 September 1984. Putri tunggal dari pasangan Dadang M. Rasnawi dan Yayuk Ismuning Ayu. Mengawali pendidikan pada tahun 1989 di Taman Kanak-kanak Nurul Islam di Depok, dilanjutkan tahun 1990 di SD Pemuda Bangsa, tahun 1996 di SLTPN 3 Depok, tahun 1999 di SMUN 3 Depok, dan melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Program Studi Arab, dari tahun 2002 – 2007, hingga memperoleh gelar Sarjana Humaniora dengan skripsi yang berjudul Fenomena NII (Negara Islam Indonesia) di Kalangan Mahasiswa: Studi Kasus di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Selama kuliah turut serta dalam kegiatan-kegiatan di kampus. Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia, dan pernah menjabat Ketua Biro Dana Usaha Senat Mahasiswa FIB UI periode 2005, dan aktif di LSM yang bergerak di bidang kepemudaan di Jakarta.
Fenomena NII..., Alia Prima Dewi, FIB UI, 2007