fibroadenoma mammae
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Sel tumor adalah sel yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari
sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung
pada besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam
pertumbuhan, dan kemampuannya mengadakan infiltrasi dan mengakibatkan
metastasis.
Sel tumor berbentuk polimorfi dengan warna yang berbeda-beda
(polikromasi) karena tingginya kadar asam nukleat dalam inti dan tidak meratanya
distribusi kromatin inti. Inti sel relatif besar dengan rasio inti/sitoplasma yang
lebih rendah. Insidensi mitosis lebih tinggi dan terdapat mitosis abnormal.
Susunan sel tidak teratur (anaplastik). Sel tumor bersifat tumbuh terus tanpa batas
sehingga makin lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya. Pada
neoplasma ganas, selnya tumbuh sambil menyusup dan merembes ke jaringan
sekitar.
Selain bersifat menyusup, sel kanker dapat meninggalkan diri dari sel
induknya dan masuk ke pembuluh limfe atau pembuluh darah, terutama kapiler.
Sehingga terjadi penyebaran (metastasis) limfogen dan hematogen.
Akhirnya sel ganas ini dapat merusak bentuk dan fungsi dari organ yang
bersangkutan. Tumor juga dapat menyumbat saluran tubuh dan mengakibatkan
obstruksi. Oleh karena kadang kecepatan tumbuh sel kanker tidak seimbang
dengan pasokan darah, sehingga terjadi nekrosis yang mengakibatkan ulkus di
permukaan tumor.
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh
hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae,
hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus
menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor
1
jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat
menjadi kanker atau tumor ganas. Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada
wanita usia muda, yaitupada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun.
Berdasarkan laporan dari NSWBreats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya
terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di
atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena
fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance,
fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih
dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya.
Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih
tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih
kecil dibanding pada usia muda.
2
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada
wanita muda. Setelah menopause, tumor tersebut sudah tidak lagi ditemukan.
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan simpai
licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat pada jaringan
sekitarnya dan amat mudah digerakkan. Bisaanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi
kadang dirasakan nyeri bila di tekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh
multiple. Pada masa adolesens, fibroadenoma bisa terdapat dalam ukuran lebih
besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang
menopause, saat terangsang estrogen meninggi. Fibroadenoma harus diekstirpasi
karena tumor jinak ini akan terus membsar (Sjamsuhidajat, 2004)
I. Anatomi dan Fisiologi Payudara
A. Anatomi
Kelenjar susu merupakan sukumpulan kelenjar kulit. Pada bagian
lateral atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah axial, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri dari 12-20
lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mama,
yang disebut duktus laktiferus. Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga
diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara
lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamen cooper yang memberi
rangka untuk payudara.
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes
anterior dari a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari
a.aksilaris dan beberapa a.interkostalis.
Persarafan kulit payudara diatur oleh cabang plexus servikalis dan
n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diatur oleh saraf simpatik.
Saraf pektoralis yang mengatur m.pektoralis mayor dan minor, n.torakodorsalis
3
yang mengatur m.latissimus dorsi dan n.torakalis longus mengatur m.serratus
anterior.
Penyalian limfe dari payudara + 75 % ke axial, sebagian sebagian lagi
ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial, dan ada
pula penyaliran ke arah kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50
(10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena
brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior
aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat
sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian
kaudal dalam di fossa supraklavikuler.
Jalur limfe lain berasal dari daerah sentral dan medial yang selain
menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mamaria interna, juga menuju ke aksila
kontralateral, ke m.rektus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatic ke
hati, pleura, dan payudara kontralateral.
Gambar 1. Anatomi payudara
B. Fisiologi
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi
hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai klimakterium, dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormone hipofise, telah mengakibatkan duktus berkembang dan timbul
asinus.
4
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai daur haid. Sekitar hari
ke 8 haid, payudara menjadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi tidak
bisa dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna
karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya
berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofise anterior memicu laktasi. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke putting susu.
II. Definisi fibroadenoma mammae
Fibroadenoma adalah tumor jinak tersering pada wanita usia muda.
Insidensi puncak adalah usia 30-an tahun. Bentuknya kecil berwarna coklat
berkapsul. Bisaanya tunggal, mudah digerakan dan bergaris tengah 1- 10 cm.
tumor bisa multiple dan menjadi raksasa. Secara makroskopis, semua tumor
dapat teraba padat dengan warna seragam coklat-putih pada irisan, dengan
bercak kuning merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar. Secara
histologik, tampak stroma fibroblastic longgar yang mengandung rongga
mirip duktus berlapis epitel dengan ukuran dan bentuk beragam. Rongga mirip
duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang regular
dengan membrane basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi rongga
duktus terbuka, bundar sampai oval dan cukup teratur (fibroadenoma
perikanalikuler), sebagian tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga
pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai celah atau struktur
ireguler mirip bintang (fibroadenoma intrakanalikularis)
5
III. Gambaran klinis
Secara klinis, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai masaa
soliter, diskret, dan mudah digerakkan. Lesi mungkin membesar pada akhir
daur haid dan selama hamil. Pascamenopause, lesi mungkin mengecil dan
mengalami kalsifikasi. Pemeriksaan sitogenik memperlihatkan bahwa sel
stroma bersifat monoklonal sehingga mencerminkan elemen neoplastik dari
tumor ini. Penyebab dari proliferasi duktus tidak diketahui, mungkin sel
stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang mempengaruhi sel
epitel. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.
Gambar 1. Fibroadenoma
IV. Faktor resiko
1. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
2. Genetik : payudara
3. Faktor-faktor predisposisi :
a. Usia : < 30 tahun
b. Jenis kelamin
6
c. Geografi
d. Pekerjaan
e. Hereditas
f. Diet
g. Stress
h. Lesi prekanker
4. Tanda dan Gejala
a. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan,
pada penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal
b. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
c. Ada penekanan pada jaringan sekitar
d. Ada batas yang tegas
e. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa
(Giant Fibroadenoma)
f. Memiliki kapsul dan soliter
g. Benjolan dapat digerakkan
h. Pertumbuhannya lambat
i. Mudah diangkat dengan lokal surgery
V. Patofisiologi
7
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering
ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa
kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan
terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary
displasia.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas,
merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di
sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi
fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel
dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma
berdasarkan histologik yaitu :
1. Fibroadenoma Pericanaliculare Yakni kelenjar berbentuk bulat dan
lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
2. Fibroadenoma intracanaliculare Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi
lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur)
dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat menjelang haid dan
kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi
regresi.
VI. Pemeriksaan Fisik
Anamnesis meliputi riwayat kehamilan dan ginekologi.
Untuk inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak atau berbaring,
atau dua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit,
tonjolan, lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus,
dan benjolan. Dengan lengan terangkat ke atas, kelainan terlihat lebih jelas.
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan
bantal tipis di punggung sehingga payudara itu terbentang rata. Palapsi
dilakukan dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa
tekanan pada setiap kuadaran payudara. Yang diperhatikan pada hakikatnya
sama dengan penilaian tumor di tempat lain.
8
Pada sikap duduk, benjolan yang tak teraba ketika penderita
berbaring kadang lebih mudah ditemukan. Perabaan aksila pun agaknya lebih
mudah pada posisi duduk.
Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya
pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting
susu harus selalu dibandingkan. Pengeluaran cairan dari puting payudara di
luar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan, seperti karsinoma,
papiloma di salah satu duktus, dan kelainan yang disertai ekstasia duktus.
VII. Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi
2. Pembedahan
3. Hormonal
4. Mammografi
5. Angiografi
6. MRI
7. CT – Scan
8. Foto Rontqen ( x – ray )
VIII. Diagnosis
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan mammography atau
ultrasound, dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC). Pada
pemeriksaanfisik dokter akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi pada
daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobil atau tidak, kenyal
atau keras,dll. Mammography digunakan untuk membantu diagnosis,
mammography sangat berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua
9
sekitar 60 atau 70 tahun, sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan
mammography, sebagai gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena
fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila
menggunakan mammography. Pada FNAC kita akan mengambil sel dari
fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang
dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang
terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke
laboratorium patologi untuk diperiksa dibawah mikroskop. Dibawah mikroskop
tumpor tersebut tampak seperti berikut : a. Tampak jaringan tumor yang berasal
dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel kelenjar)
yang berbentuk lobus-lobus; b. Lobuli terdiriatas jaringan ikat kolagen dan
saluran kelenjar yang berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang
(intrakanalikuler); c. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid
atau kolumnar pendek uniform
IX. Penatalaksanaan
Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi
pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada
operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi
hanyaakan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh
jaringan normal
10
BAB III
KESIMPULAN
1. Sel tumor adalah sel yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini
berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya.
2. Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada
wanita muda. Setelah menopause, tumor tersebut sudah tidak lagi
ditemukan.
3. Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan
simpai licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat pada
jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan. Bisaanya fibroadenoma
tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila di tekan. Kadang-kadang
fibroadenoma tumbuh multiple.
4. Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi
pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada
operasi ini.
11
Daftar pustaka
Kumar, Vinay at all. 2007. Buku Ajar Patologi. Ed.VII. EGC: Jakarta
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Panyakit. Ed.VI. EGC : Jakarta
Sjamsuhidajat, R & De Jong, Wim. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.II. EGC :
Jakarta
Anonym A. 2011. http://indonesiannursing.com/2008/10/fibroadenoma-mammae-
fam/
12