fermentasi.docx
TRANSCRIPT
Fermentasi
Fermentasi sebagai pemecah karbohidrat dan asam amino secara
anaerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen (Fardiaz, 1992). Senyawa yang dapat
dipecah pada proses fermentasi yaitu karbohidrat, sedangkan asam amino hanya
dapat difrmentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu. (Satiawihardjo,1992)
mendefinisikan Fermentasi dengan suatu proses dimana komponen-komponen
kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme
mikroba. Pengertian ini mencakup fermentasi aerob dan anaerob.
Fermentasi merupakan proses pengubahan bahan organik menjadi bentuk
lain yang lebih berguna dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol.
Mikroorganisme yang terlibat diantaranya adalah bakteri, protozoa, jamur atau
kapang atau fungi dan, ragi atau yeast.
Proses fermentasi bahan pangan dapat berlangsung karena adanya
beberapa aktivitas jenis mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir.
Mikroba yang paling penting yaitu bakteri pembentuk asam laktat, bakteri
pembentuk asam asetat dan terdapat beberapa jenis khamir penghasil alkohol.
Produk – produk fermentasi antara lain tape, kecap, tauco yoghurt, pikel,
kombucha dan lain-lainnya (buckle, et all., 1987). Untuk menghasilkan suatu
produk fermentasi tertentu, dibutuhkan kondisi fermentasi dan jenis mikroba
dengan karakteristik tertentu juga. Oleh karena itu, diperlukan keadaan
lingkungan, substrat (media), serta perlakuan (treatment) yang sesuai sehingga
produk yang dihasilkan menjadi optimal
A. Manfaat Fermentasi
Beberapa Manfaat/Keuntungan yang dapat diperoleh dari proses pembuatan
produk melalui proses fermentasi adalah:
1. Dapat menghilangkan atau mengurangi zat antinutrisi.
2. Dapat meningkatkan kandungan nutrisi.
3. Dapat meningkatkan kecernaan.
4. Dapat menaikkan tingkat kesehatan, lebih menyehatkan.
5. Dapat menaikkan waktu simpan, tahan lama, awet.
6. Dapat memiliki nilai jual lebih tinggi.
B. Macam – macam produk fermentasi :
1. Fermentasi Nata deCoco
C6H12O6 Acetobacter Xylinum (C6H12O6)n + Selulosa
Nata de coco sebenarnya adalah selulosa murni produk kegiatan mikrobia
Acetobacter xylinum. Berdasarkan teori yang dikemukakan Awang (1991),
Acetobacter xylinum dapat tumbuh dan berkembang dalam air kelapa dan
membentuk nata sebab dalam air kelapa mengandung air 91,23 %, protein 0,29 %,
lemak 0,15 %, karbohidrat 7,27 %, dan abu 1,06 %. Juga terkandung sukrose,
dextrose, fruktose, vitamin B kompleks. Mikrobia ini dapat merubah gula menjadi
selulosa. Jalinan selulosa inilah yang membuat nata terlihat putih. Nata de coco
memiliki kandungan serat kasar 2,75 %, protein 1,5 – 2,8 %, lemak 0,35 % dan
sisanya air. Menurut Hayati (2003), tujuan dari penambahan gula dalam
pembuatan nata adalah untuk memperoleh tekstur, penampakan, dan flavor yang
ideal. Selain itu, gula juga dapat berfungsi sebagai pengawet. Menurut Pato &
Dwiloted (1994) ketebalan pada nata yang tidak sama dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti pada waktu melakukan inokulasi bakteri terjadi
kontaminasi, umur kelapa, gula, temperatur, tingkat keasaman, sumber nitrogen,
pH awal medium, lama dan suhu fermentasi serta aktivitas dari bakteri nata.
2. Fermentasi Tape
Tape dibuat dari ubi kayu ataupun beras ketan dan merupakan makanan
yang populer di Indonesia dan Malaysia. Dalam pembuatan tape setidaknya
terlibat tiga kelompok mikroorganisme yaitu mikrobia perombak pati menjadi
gula yang menjadikan tape pada awal fermentasi berasa manis. Mikrobia yang
banyak dianggap penting dalam proses ini adalah Endomycopsis fibuliger
sertaeberapa jamur dalam jumlah kecil. Tape mempunyai rasa yang spesifik yaitu
manis, alkoholis dan kadang-kadangasam. Hal ini karena terjadi perubahan pada
bahan dasar menjadi tape.
Mula-mula pati yang ada dalam bahan dipecah oleh enzim menjadi
dekstrin dan gula-gula sederhana.Gula-gula yang terbentuk selanjutnya
dihidrolisis menjadi alkohol, pada fermentasi lebih lanjut alkohol dioksidasi
menjadi asan-asam organik antara lain asam asetat, asamsuksinat dan asam malat.
Asam-asam organik dan alkohol membentuk ester yang merupakan komponen
cita rasa (Srimaryati, 1978).Adanya gula menyebabkan mikrobia yang
mengunakan sumber karbon gula mampu tumbuh dan menghasilkan alkohol.
Yang masuk dalam kelompok ini adalah Saccharomyces dan Cabdida yang
menybabkan tape berubah menjadi alkoholik. Adanya alkohol juga memacu
tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol yaitu Acetobacter aceti yang mengubah
alkohol menjadi asam asetat dan menyebakan rasa masam pada tape yang
dihasilkan.
3. Fermentasi Yogurt
Produksi yogurt dimulai dengan kondisioning susu. Kandungan air pada
susu mula pertama diturunkan hingga 25% dengan evaporasi vacuum dan
ditambahkan 5% susu bubuk. Sebagai tahap akhir kondisioning, susu dipanaskan
pada suhu 86 – 930C selama 30 – 60 menit. Hal ini akan menyebabkan beberapa
protein mengalami pemecahan dan mikrobia kontaminan akan terbunuh. Setelah
itu didinginkan pada suhu 450C dan ditambahkan campuran Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus dalam perbandingan 1:1.
Proses fermentasi yoghurt berlangsung melalui penguraian protein susu.
Sel-sel bakteri menggunakan laktosa dari susu untuk mendapatkan karbon dan
energi dan meme'ah laktosatersebut menjadi gula sederhana yaitu glukosa dan
galaktosa dengan bantuan enzim G-galaktosidase. Proses fermentasi akhirnya
akan mengubah glukosa menjadi produk akhirasam laktat.
Adanya asam laktat memberikan rasa asam pada yoghurt. 4 asil
fermentasi susu ini merubah tekstur susu menjadi kental. hal ini dikarenakan
protein susu terkoagulasi padasuasana asam% sehingga terbentuk gumpalan.
4. Fermentasi Tempe
Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau
jenis kacang-kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan
Rhizopus oryzae. Tempe umumnya dibuat secara tradisional dan merupakan
sumber protein nabati. Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh
tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan
dimanfaatkan tubuh. Hal ini dikarenakan kapang yang tumbuh pada kedelai
menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang
mudah dicerna oleh manusia (Kasmidjo, 1990).
Proses fermentasi pembuatan tempe memakan waktu 36 – 48 jam. Hal ini
ditandai dengan pertumbuhan kapang yang hampir tetap dan tekstur yang lebih
kompak. Jika proses fermentasi terlalu lama, menyebabkan terjadinya kenaikan
jumlah bakteri, jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur juga menurun dan
menyebabkan degradasi protein lanjut sehingga terbentuk amoniak. Akibatnya,
tempe yang dihasilkan mengalami proses pembusukan dan aromanya menjadi
tidak enak. Hal ini terjadi karena senyawa yang dipecah dalam proses fermentasi
adalah karbohidrat (Winarno, 2004). Tempe segar mempunyai aroma lembut
seperti jamur yang berasal dari aroma miselium kapang bercampur dengan aroma
lezat dari asam amino bebas dan aroma yang ditimbulkan karena penguraian
lemak makin lama fermentasi berlangsung, aroma yang lembut berubah menjadi
tajam karena terjadi pelepasan amonia (Astawan, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Solo : Tiga
Serangkai.
Awang, S. A. 1991. Kelapa: Kajian Sosial – Ekonomi. Yogyakarta : PT Aditya
Media.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : PT Gramedia..
Hayati, M. 2003. Membuat Nata de Coco. Yogyakarta : Adi Cita Karya Nusa.
Kasmidjo, R.B., 1990. Tempe : Mikrobiologi dan Kimia Pengolahan serta
Pemanfaatannya. Yogyakarta : UGM Press.
Pato, U. & Dwiloted, B. 1994. Proses & Faktor Yang Mempengaruhi
Pembentukan Nata de Coco. Sains Teks I (A) : 70 – 77.
Satiawihardja. 1992. Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan: Fermentasi.
Jakarta : PT Gramedia.
Srimaryati. 1978. Pembuatan Ragi Beras dengan Bumbu-bumbu Tunggal Tanpa
Starter dan Tanpa Alas Merang. Yogyakarta : UGM Press.
Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
ARTIKEL FERMENTASI
Disusun oleh
THP - A :
1. Oriza Krisnata Wiwata ( 141710101043 )
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014