fermentasi_darmayanti
DESCRIPTION
tugas teknologi fermentasiTRANSCRIPT
TUGAS II
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN
FERMENTASI
OLEH :
DARMAYANTI HAEDAR
G31113310
DOSEN PEMBIMBING :
Prof.Dr.Ir.Hj.Mulyati M.Tahir,MS
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Fermentasi dapat digolongkan kedalam salah satu bioteknologi dalam
bidang pangan. Pengolahan makanan dan bahan makanan mealui bioteknologi
menghasilkan aneka macam pangan dan bahan pangan hasil fermentasi yang
digunakan secara luas. Arti kata fermentasi selama ini berubah-ubah. Kata
fermentasi berasal dari Bahasa Latin “fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti
kata dari Bahasa Latin tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan
bergelembung atau mendidih. Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas ragi pada
ekstraksi buah-buahan atau biji-bijian. Gelembung-gelembung karbondioksida
dihasilkan dari katabolisme anaerobik terhadap kandungan gula.
Perkembangan fermentasi diawali saat Pasteur melakukan penelitian
mengenai penyebab perubahan sifat bahan yang difermentasi,sehingga
dihubungkan dengan mikroorganisme dan akhirnya dengan enzim. Dan
dilanjutkan oleh , Eduard Buchner, pemenang Nobel Kimia tahun
1907,menunjukkan bahwa fermentasi dapat berlangsung dalam larutan gula
dengan menggunakan cairan yang diekstraksi dari sel – sel khamir yang telah
mati. Meskipun fermentasi sering dihubungkan dengan pembentukan gas yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup, pada saat ini pembentukan gas
maupun terdapatnya sel mikroorganisme hidup tidak merupakan kriteria yang
esensial. Dalam beberapa proses fermentasi misalnya fermentasi asam laktat, tidak
ada gas yang dibebaskan. Fermentasi dapat juga berlangsung (meskipun jarang
terjadi) dengan menggunakan ekstrak enzim yang berfungsi sebagai katalisator
reaksi.
I.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan fermentasi
2. Mengetahui proses terjadinya fermentasi berdasarkan prinsip fermentasi
3. Menegtahui jenis-jenis fermentasi serta mikroba yang berperan dalam
fermentasi
4. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi fermentasi
5. Mengetahui produk olahan fermentasi
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Fermentasi
Menurut Buckle (1988), fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan
pangan yang disebabkan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme
atau telah ada dalam bahan pangan itu sendiri. Proses fermentasi tidak hanya
menimbulkan efek pengawetan tetapi juga menyebabkan perubahan tekstur, cita
rasa dan aroma bahan pangan yang membuat produk fermentasi lebih menarik,
mudah dicerna dan bergizi .
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa
komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan
aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi
untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.
Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak
memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk
fermentasi yang mengasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya.
Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan
pada otot.
II.2. Prinsip Fermentasi
Prinsip dari sebuah fermentasi adalah memperbanyak jumlah
mikroorganisme dan menggiatkan metabolismenya dalam bahan pangan. Kondisi
lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi maksimum dalam
fermentasi harus sesuai, terutama faktor-faktor berikut ini: suhu inkubasi, pH
medium, oksigen, cahaya, dan agitasi.
Prinsip pengawetan dengan fermentasi didasarkan pada:
a. Menggiatkan pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme penghasil
alkohol dan asam organik.
b. Menekan/mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme proteolitik dan
lipolitik oleh alkohol atau asam organik yang dihasilkan dan bila populasinya
sudah tinggi melalui persaingan akan zat gizi yang terdapat pada substrat.
Untuk hidup, semua organisme membutuhkan sumber-sumber energi
yang diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana organisme terdapat
didalamnya. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan adalah glukosa.
Dengan adanya oksigen, beberapa mikroorganisme mencerna glukosa dan
menghasilkan air, karbondioksida, dan sejumlah besar energi (ATP) yang
digunakan untuk tumbuh. Proses ini merupakan metabolisme aerobik. Akan
tetapi, beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan baku energinya tanpa
adanya oksigen dan sebagai hasilnya bahan baku energi ini hanya sebagian yang
dipecah. Hasilnya hanya berupa sejumlah kecil energi, karbondioksida, air, dan
produk akhir metabolik yang berupa sejumlah besar asam laktat, asam asetat, dan
etanol serta sejumlah kecil asam organik volatil lainnya (alkohol dan ester dari
alkohol tersebut). Proses ini disebut juga fermentasi yang timbul sebagai hasil
metabolisme tipe anaerobik. Mikroorganisme yang paling berperan penting dalam
proses fermentasi adalah bakteri pembentuk asam laktat, bakteri pembentuk asam
asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol. Jenis-jenis kapang tertentu
juga berperan utama dalam fermentasi beberapa bahan pangan. Sifat-sifat bahan
pangan hasil fermentasi ditentukan oleh mutu dan sifat bahan pangan itu sendiri,
perubahan yang terjadi sebagai hasil fermentasi mikroorganisme dan interaksi
yang terjadi sebagai hasil fermentasi mikroorganisme dan interaksi yang terjadi
antara produk dari kegiatankegiatan tersebut dan zat-zat yang merupakan
pembentuk bahan pangan tersebut. Fermentasi oleh mikroorganisme yang
dikehendaki akan memberikan flavor, bentuk, dan tekstur yang baik pada produk
hasil fermentasinya.
II.3. Jenis-jenis Fermentasi
Fermentasi ada tiga, yaitu :
1. Fermentasi alkohol
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi
etanol (etil alkohol) dan karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu
Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras.
C6H12O6—————> 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 H2O + 2 ATP
2. Fermentasi asam laktat
Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel hewan atau
manusia, ketika kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja terlalu berat. Di
dalam sel otot asam laktat dapat menyebabkan gejala kram dan kelelahan. Laktat
yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat menyebabkan otot letih dan nyeri,
namun secara perlahan diangkut oleh darah ke hati untuk diubah kembali menjadi
piruvat.
C6H12O6 ————> 2 Asam Piruvat————> 2 Asam laktat + 2 ATP
3 Fermentasi asam cuka
Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan
aerob. fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (acetobacter aceti) dengan
substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang
dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob.
C6H12O6———> 2 C2H5OH———> 2 CH3COOH + H2O + 116 kal (glukosa)
II.4. Mikroba yang Berperan
Fermentasi bahan pangan adalah sebagai hasil kegiatan beberapa jenis
mikroorganisme baik bakteri, khamir, dan kapang. Mikroorganisme yang
memfermentasi bahan pangan dapat menghasilkan perubahan yang
menguntungkan (produk-produk fermentasi yang diinginkan) dan perubahan yang
merugikan (kerusakan bahan pangan). Dari mikroorganisme yang memfermentasi
bahan pangan, yang paling penting adalah bakteri pembentuk asam laktat, asam
asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol. Jenis-jenis mikroorganisme
yang berperan dalam teknologi fermentasi adalah :
A. Bakteri Asam Laktat
Dari kelompok ini termasuk bakteri yang menghasilkan sejumlah besar
asam laktat sebagai hasil akhir dari metabolisme gula (karbohidrat). Asam laktat
yang dihasilkan dengan cara tersebut akan menurunkan nilai pH dari lingkungan
pertumbuhannya dan menimbulkan rasa asam. Ini juga menghambat pertumbuhan
dari beberapa jenis mikroorganisme lainnya. Dua kelompok kecil mikroorganisme
dikenal dari kelompok ini yaitu organisme-organisme yang bersifat
homofermentative dan heterofermentative. Jenis-jenis homofermentatif yang
terpenting hanya menghasilkan asam laktat dari metabolisme gula, sedangkan
jenis-jenis heterofermentatif menghasilkan karbondioksida dan sedikit asam-asam
volatil lainnya, alkohol, dan ester disamping asam laktat. Beberapa jenis yang
penting dalam kelompok ini:
1. Streptococcus thermophilus, Streptococcus lactis dan Streptococcus cremoris.
Semuanya ini adalah bakteri gram positif, berbentuk bulat (coccus) yang
terdapat sebagai rantai dan semuanya mempunyai nilai ekonomis penting
dalam industri susu.
2. Pediococcus cerevisae. Bakteri ini adalah gram positif berbentuk bulat,
khususnya terdapat berpasangan atau berempat (tetrads). Walaupun jenis ini
tercatat sebagai perusak bir dan anggur, bakteri ini berperan penting dalam
fermentasi daging dan sayuran.
3. Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc dextranicum. Bakteri ini adalah
gram positif berbentuk bulat yang terdapat secara berpasangan atau rantai
pendek. Bakteri-bakteri ini berperanan dalam perusakan larutan gula dengan
produksi pertumbuhan dekstran berlendir. Walaupun demikian, bakteri-
bakteri ini merupakan jenis yang penting dalam permulaan fermentasi
sayuran dan juga ditemukan dalam sari buah, anggur, dan bahan pangan
lainnya.
4. Lactobacillus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus bulgaricus,
Lactobacillus plantarum, Lactobacillus delbrueckii. Organisme-organisme ini
adalah bakteri berbentuk batang, gram positif dan sering berbentuk pasangan
dan rantai dari sel-selnya. Jenis ini umumnya lebih tahan terhadap keadaan
asam dari pada jenis-jenis Pediococcus atau Streptococcus dan oleh
karenanya menjadi lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir dari
fermentasi tipe asam laktat. Bakteri-bakteri ini penting sekali dalam
fermentasi susu dan sayuran.
B. Bakteri Asam Propionat
Jenis-jenis yang termasuk kelompok ini ditemukan dalam golongan
Propionibacterium, berbentuk batang dan merupakan gram positif. Bakteri ini
penting dalam fermentasi bahan pangan karena kamampuannya memfermentasi
karbohidrat dan juga asam laktat dan menghasilkan asam-asam propionat, asetat,
dan karbondioksida. Jenis-jenis ini penting dalam fermentasi keju Swiss.
C. Bakteri Asam asetat
Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif dan ditemukan dalam golongan
Acetobacter sebagai contoh Acetobacter aceti. Metabolismenya lebih bersifat
aerobik (tidak seperti spesies tersebut di atas), tetapi peranannya yang utama
dalam fermentasi bahan pangan adalah kemampuannya dalam mengoksidasi
alkohol dan karbohidrat lainnya menjadi asam asetat dan dipergunakan dalam
pabrik cuka.
D. Khamir
Khamir sejak dulu berperan dalam fermentasi yang bersifat alkohol
dimana produk utama dari metabolismenya adalah etanol. Saccharomyces
cerevisiae adalah jenis yang utama yang berperan dalam produksi minuman
beralkohol seperti bir dan anggur dan juga digunakan untuk fermentasi adonan
dalam perusahaan roti.
E. Kapang
Kapang jenis-jenis tertentu digunakan dalam persiapan pembuatan
beberapa macam keju dan beberapa fermentasi bahan pangan Asia seperti kecap
dan tempe. Jenis-jenis yang termasuk golongan Aspergillus, Rhizopus, dan
Penicillium sangat penting dalam kegiatan tersebut.
Dalam proses fermentasi, mikroorganisme harus mempunyai 3 (tiga) karakteristik
penting yaitu:
a) Mikroorganisme harus mampu tumbuh dengan cepat dalam suatu substrat dan
lingkungan yang cocok untuk memperbanyak diri.
b) Mikroorganisme harus memiliki kemampuan untuk mengatur ketahanan
fisiologi dan memilki enzim-enzim esensial yang mudah dan banyak supaya
perubahan-perubahan kimia yang dikehendaki dapat terjadi.
c) Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan harus sesuai supaya
produksi maksimum.
d) Berdasarkan sumber mikroorganisme, proses fermentasi dibagi 2 (dua) yaitu:
(1) fermentasi spontan, adalah fermentasi bahan pangan dimana dalam
pembuatannya tidak ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk starter atau
ragi, tetapi mikroorganisme yang berperan aktif dalam proses fermentasi
berkembang baik secara spontan karena lingkungan hidupnya dibuat sesuai
untuk pertumbuhannya, dimana aktivitas dan pertumbuhan bakteri asam
laktat dirangsang karena adanya garam, contohnya pada pembuatan sayur
asin. (2) fermentasi tidak spontan adalah fermentasi yang terjadi dalam bahan
pangan yang dalam pembuatannya ditambahkan mikrorganisme dalam bentuk
starter atau ragi, dimana mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan
berkembangbiak secara aktif merubah bahan yang difermentasi menjadi
produk yang diinginkan, contohnya pada pembuatan tempa dan oncom.
F. Syarat-syarat Fermentasi
Dalam fermentasi makanan tentunya membutuhkan mikroba sebagai media
yang diharapkan akan menghasilkan suatu produk baru dengan nilai yang tinggi.
Persiapan atau pengawetan bahan pangan dengan cara fermentasi tergantung pada
produksi mikroorganisme tertentu. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi
karena fermentasi mikroba ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang
bersifat merugikan, oleh karena itu dalam melakukan fermentasi ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat mikroba dapat bekerja dengan
optimal, yaitu :
1. Murni
Mikroba yang akan di biakkan harus dalam keadaan murni atau steril hal ini
bertujuan untuk membantu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
2. Unggul
Mikroba yang digunakan haruslah memiliki sifat unggul yang berarti bahwa
mikroba yang diharapkan adalah mikroba yang menguntungkan
3. Stabil
Kestabilan mikroba sangatlah dibutuhkan karena jika mikroba hidup tidak
stabil maka proses penanganan dan produksi akan terganggu, bisa saja dalam
proses pemanfaatannya mikroba sewaktu-waktu akan mati.
4. Bukan pathogen
Tentunya mikroba yang akan digunakan bukanlah mikroba yang bersifat
pathogenic baik bagi manusia maupun hewan.
5. Mampu tumbuh cepat dalam substrat dan lingkungan yang cocok untuk
memperbanyak diri.
6. Mudah dibudidayakan dalam jumlah yang besar.
7. Mikroorganisme harus memiliki kemampuan untuk mengatur ketahan
fisiologi dan memiliki enzim essential yang mudah dan banyak supaya
perubahan-perubahan kimia yang dikehendaki dapat terjadi.
8. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan harus sesuai supaya
produksi maksimum
Adapun syarat lainnya yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi
yaitu :
1. Oksigen, organisme membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan
2. Nilai pH, untuk fermentasi pH diatur dan dijaga sekitar 6 – 7
3. Suhu, suhu optimum untuk pertumbuhan mikroba sekitar 28ºC – 30ºC
4. Substrat, kebutuhan organisme akan substrat berbeda, ada yang memerlukan
substrat lengkap dan substrat sederhana.
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fermentasi
1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik artinya adalah segala sesuatu yang terdapat atau melekat
pada lingkungan (media) tempat tumbuh mikroba tersebut. Apabila diasumsikan
media berada pada kondisi stabil dan steril, faktor intrinsik ini tidak akan berubah-
ubah kondisinya. Faktor intrinsik terjadinya fermentasi; nutrient, faktor
penghambat dan stimulan, aktivitas air, pH, potensial redoks.
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik berarti keadaan lingkungan yang dapat berubah
dikarenakan entitasnya tidak melekat pada lingkungan (media) tempat tumbuh
mikroba, melainkan dikarenakan kondisi di sekitar media tersebut. Faktor
ektrinsik terjadinya fermentasi; kelembaban relatif, RH, temperatur, komposisi
gas.
Fermentasi bahan pangan merupakan hasil kegiatan beberapa
mikroorganisme. Agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik, tentunya
beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan dari mikroorganisme perlu pula
diperhatikan. Sehingga apabila kita berbicara mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi proses fermentasi, tentunya tidak lepas dari kegiatan
mikroorganisme itu sendiri. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi proses
fermentasi meliputi suhu, oksigen, air dan substrat.
a. Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang
mempengaruhi dan menentukan macam organisme yang dominan selama
fermentasi. Beberapa hal sehubungan dengan suhu untuk setiap
mikroorganisme dapat digolongkan sebagai berikut :
- Suhu minimum, di bawah suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak
terjadi lagi.
- Suhu optimum, sebagai suhu yang memungkinkan pertumbuhan
mikroorganisme paling cepat.
- Suhu maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak
mungkin terjadi lagi.
b. Oksigen
Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik
mungkin untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba
tertentu. Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya
untuk pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.
c. Substrat
Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai
makanan yang akan menjadi sumber energi, dan menyediakan unsur-unsur
kimia dasar untuk pertumbuhan sel. Substrat (makanan) yang dibutuhkan oleh
mikroba untuk kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan komposisi
kimianya.
Kebutuhan mikroorganisme akan substrat juga berbeda-beda. Ada yang
memerlukan substrat lengkap dan ada pula yang tumbuh subur dengan
substrat yang sangat sederhana. Hal itu karena beberapa mikroorganisme ada
yang memiliki sistem enzim (katalis biologis) yang dapat mencerna senyawa-
senyawa yang tidak dapat dilakukan oleh mikroorganisme lain. Komposisi
kimia hasil pertanian yang terpenting adalah ptotein, karbohidrat dan lemak.
Pada pH 7,0 protein mudah sekali digunakan oleh bakteri sebagai substrat.
Karbohidrat seperti pektin, pati dan lainnya merupakan substrat yang baik
bagi kapang dan beberapa khamir.
d. Air
Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air dalam substrat
yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan dalam istilah
water activity atau aktivitas air = aw, yaitu perbandingan antara tekanan uap
dari larutan (P) dengan tekanan uap air murni (Po) pada suhu yang sama.
II.5. Produk Hasil Fermentasi
1. Tape
Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang mengandung alkohol.
Makanan ini dibuat dari beras ketan ataupun singkong dengan jamur
Endomycopsis fibuligera, Rhizopus oryzae, ataupun Saccharomyces cereviceae
sebagai ragi. Ragi tersebut tersusun oleh tepung beras, air tebu, bawang merah dan
putih, kayu manis. Sebelum membuat tape perlu diperhatikan untuk menghasilkan
kualitas yang bagus, warnanya menarik, rasanya manis dan strukturnya lembut
dengan menggunakan cara antara lain:
a. bahan dasar singkong atau beras ketan memiliki kualitas baik
b. memperhitungkan macam dan banyak ragi yang digunakan
c. memilih cara pemasakan bahan dasar (ditanak atau direbus)
d. memilih cara menyimpan tape (dengan plastik atau daun)
e. memperhatikan keadaan lingkungan pada saat menyimpannya.
Adakalanya pembuatan tape ketan dilanjutkan yang akhirnya akan
menghasilan brem, baik untuk diminum atau untuk
kue.Dalam pembuatan tapai ketan, beras ketan
dimasak dan dikukus terlebih dahulu sebelum
dibubuhi ragi. Campuran tersebut dilindungi dari
udara terbuka dengan membungkusnya oleh daun
dan diinkubasi pada suhu 25-30 °C selama 2-4 hari. Daun yang digunakan
bermacam-macam, tergantung dari sumber daya yang tersedia, tetapi biasanya
digunakan daun yang lebar dan permukaannya
licin. Tapai ketan yang siap dihidangkan biasanya
mengandung alkohol dan teksturnya lebih lembut.
Daun yang digunakan biasanya adalah daun
pisang, namun di beberapa tempat daun lain juga
digunakan, misalnya daun jambu (Sizygium) atau
karet para (Hevea brasiliensis).
Untuk membuat tapai singkong, kulit umbi singkong harus dibuang
terlebih dahulu. Umbi yang telah dikupas lalu dicuci, dikukus, dan kemudian
ditempatkan pada keranjang bambu yang dilapisi daun pisang. Ragi disebar pada
singkong dan lapisan daun pisang yang digunakan sebagai alas dan penutup.
Keranjang tersebut kemudian diperam pada suhu 28 – 30 °C selama 2 – 3 hari.
2. Roti
Proses fermentasi roti dibantu dengan bantuan yeast atau khamir yaitu
sejenis jamur. Yeast yang ditambahkan pada adonan tepung akan menjadikan
proses fermentasi, yaitu akan menghasilkan gas karbon dioksida dan alkohol. Gas
karbon dioksida tersebut dapat berguna untuk mengembangkan roti, sedangkan
alkohol dibiarkan menguap. Selanjutnya, akan terlihat jika adonan tersebut dioven
akan tampak lebih mengembang dan ukurannya membesar, hal ini dikarenakan
gas akan mengembang jika temperatur tinggi.
Pembuatan roti dapat diagi menjadi dua bagian utama yaitu proses
pembuatan adonan dan proses pembakaran. Kedua proses utama ini akan
menentukan mutu hasil akhir. Pembuatan adonan meliputi proses pengadukan
bahan dan pengembangan adonan (dough development) sampai proses
fermentasinya. Proses pengadukan bahan baku roti erat kaitannya dengan
pebentukan zat gluten, sehingga adonan siap menerima gas CO2 dari aktivitas
fermentasi. Prinsipnya proses pengaduan ini adalah pemukulan dan penarikan
jaringan zat gluten sehingga struktur spiralnya akan berubah manjadi sejajar satu
dengan lainnya. Jika struktur ini tercapai maka permukaan adonan akan terlihat
mengkilap dan tidak lengkat serta adonan akan mengembang pada titik optimum
dimana zat gluten dapat ditarik atau dikerutkan.
Ada tiga sistem pembentukan adonan dalam pembuatan roti yaitu : sponge
and dough, straight dough and no time dough. Sistem sponge and dough terdiri
dari 2 langkah pengadukan yaitu pembuatan sponge dan pembuatan dough.
Sedangkan sistem straight dough (cara langsung) adalah proses dimana bahan-
bahan diaduk bersama-sama dalam satu langkah. Sistem no time dough adalah
proses langsung juga dengan waktu fermentasi yang sesingkat mungkin atau
ditiadakan sama sekali. Proses pengembangan adonan merupakan suatu proses
yang terjadi secara sinkron antara peningkatan volume sebagai akibat
bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil fermentasi dan protein larut,
lemak dan karbohidrat yang juga mengembang dan membentuk film tipis. Dalam
proses ini terlihat dua kelompok daya yaitu daya poduksi gas dan daya penahan
gas. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya produksi gas adalah
konsentasi ragi roti, gula, malt, makanan ragi dan susu selama berlangsungnya
fermentasi.
Proses yang paling penting dan mendasar dalam pembuatan roti adalah
proses biologis yang disebut dengan proses fermentai yang dilakukan oleh ragi
roti. Khamir sendiri tidak dapat mengawali pembentukan gas dalam adonan,
namun dalam tahapan selanjutnya khamir merupakan satu komponen uama yang
berfungsi mengembangkan, mematangkan, memproduksi senyawa-senyawa gas
dan aroma adonan melalui fermentasi yang dilakukan. Suhu optimum fermentasi
adoan adalah 27o C.
Proses proffing adalah proses fermentasi akhir seteleh adonan dibentuk,
ditimbang dan dimasukkan ke dalam loyang, sebelum akhirnya adonan
dipanggang dalam oven. Pada tahap ini gluten menjadi halus dan meluas serta
penampakan proffing volume adoanan menjadi dua kali lipat. Suhu proffing yang
baik adalah antara 32-38o C dengan kelembaban relatif (RH) 80-85 % selama 15 –
45 menit.
3. Keju
Keju dibuat dari air susu yang diasamkan
dengan memasukkan bakteri, yaitu
Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus
thermophillus. Untuk mengubah gula susu
(laktosa) menjadi asam susu (asam laktat) susu
dipanaskan terlebih dahulu pada suhu tertentu
dengan maksud untuk membunuh bakteri yang
berbahaya agar berhasil dalam proses pembuatannya. Selanjutnya, ditambahkan
campuran enzim yang mengandung renin untuk menggumpalkan susu sehingga
terbentuk lapisan, yaitu berupa cairan susu yang harus dibuang, sedangkan bagian
yang padat diperas dan dipadatkan. Enzim tersebut akan menambah aroma dan
rasa, juga akan mencerna protein dan lemak menjadi asam amino.
Pada umumnya keju dapat dikelompokkan menurut kepadatannya yang
dihasilkan dalam proses pemasakan. Keju menjadi keras apabila kelembabannya
kecil dan pemampatannya besar. Jika masa inkubasinya semakin lama, maka
keasamannya makin tinggi sehingga cita rasanya makin tajam. Misalnya, keju
romano, parmesan sebagai keju sangat keras, keju cheddar, swiss sebagai keju
keras yang berperan Propioniobacterium sp., keju roqueorforti yang berperan
Pennicilium reguerforti sebagai keju setengah lunak, keju camemberti sebagai
keju lunak yang berperan Pennicilium camemberti.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu :
fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan
oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam
bahan pangan itu sendiri.
Prinsip dari sebuah fermentasi adalah memperbanyak jumlah
mikroorganisme dan menggiatkan metabolismenya dalam bahan pangan.
Proses fermentasi dapat dibedakan atas tiga yaitu fermentasi alkoho,
fermentasi asam laktat dan fermentasi asam cuka.
Mikroba yang terlibat dalam proses fermentasi diantaranya bakteri asam
laktat seperti : Streptococcus thermophilus, Streptococcus lactis dan
Streptococcus cremoris ; bakteri Asam Propionat dari golongan
Propionibacterium ; bakteri Asam asetat dari golongan Acetobacter sebagai
contoh Acetobacter aceti ; khamir seperti Saccharomyces cerevisiae; dan
kapang seperti padagolongan Aspergillus, Rhizopus, dan Penicillium.
Faktor yang mempengaruhi hasil fermentasi yaitu Faktor intrinsik terjadinya
fermentasi; nutrient, faktor penghambat dan stimulan, aktivitas air, pH,
potensial redoks dan faktor ekstrinsik meliputi suhu, oksigen, air dan substrat.
Adapun produk hasil fermentasi diantaranya tape, roti dan keju.
DAFTAR PUSTAKA
- http://fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/E-book/Dasar-
Dasar%20Teknologi%20Hasil%20Perikanan/bab_6.pdf
- http://novanurfauziawati.files.wordpress.com/2012/02/fermentasi.pdf
- http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-
report/article/viewFile/51/49_umm_research_report_fulltext.pdf
- http://bundafathi.wordpress.com/2010/07/28/teknologi-fermentasi/