fenomena ziarah salembur dalam masyarakat adat …

104
FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT KAMPUNG CIPATAT KOLOT KABUPATEN BOGOR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh: Nama: Dodi Mario Akbar NIM: 11140321000080 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM

MASYARAKAT ADAT KAMPUNG CIPATAT KOLOT

KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Nama: Dodi Mario Akbar

NIM: 11140321000080

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

ii

FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM

MASYARAKAT ADAT KAMPUNG CIPATAT KOLOT

KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Dodi Mario Akbar

NIM: 11140321000080

Di bawah bimbingan:

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M. Si

NIP. 196511291994031002

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 3: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Fenomena Ziarah Salembur dalam Masyarakat

Adat Kampung Cipatat Kolot Kabupaten Bogor”. Telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

15 Januari 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag) Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Studi

Agama-Agama.

Jakarta, 15 Januari 2020

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Syaiful Azmi, MA

NIP. 19710310 199703 1 005

Sekretaris Merangkap Anggota,

Lisfa Sentosa Aisyah, MA

NIP. 1975050506 200501 2 003

Anggota,

Penguji I,

Dr. Media Zainul Bahri, MA

NIP. 197510192003121003

Penguji II,

Dra. Marjuqoh, MA

NIP. 196809011994032002

Pembimbing,

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M. Si

NIP. 196511291994031002

Page 4: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dodi Mario Akbar

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi : Studi Agama-Agama

Judul Skripsi : Fenomena Ziarah Salembur dalam Masyarakat Adat Kampung

Cipatat Kolot Kabupaten Bogor

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Desember 2019

Dodi Mario Akbar

Page 5: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

v

ABSTRAK

Dodi Mario Akbar (11140321000080)

Fenomena Ziarah Salembur dalam Masyarakat Adat Kampung Cipatat Kabupaten

Bogor

Penelitian ini membahas tentang bagaimana Fenomena Ziarah Salembur

yang ada di Kampung Cipatat Kolot, Kabupaten Bogor. Tradisi Ziarah ini sudah

lama dianut oleh kampung Cipatat Kolot di mana Tradisi Ziarah adalah tuntutan

adat yang wajib dilaksanakan setiap tahunnya, khususnya masyarakat Kampung

Cipatat Kolot.

Tradisi ziarah Salembur yang berada di kampung Cipatat Kolot diyakini

bahwa makam keramat Kampung Cipatat Kolot masih keturunan Prabu Siliwangi

dimana yang pada saat kerajaan yang dinahkodai kerajaan Padjajaran. Tidak

jarang banyak masyarakat umum yang berziarah ke makam nenek moyang unutk

meminta berkah ataupun meminta agar usahanya lancar. Sampai-sampai ada

masyarakat yang menginap di makam nenek moyang tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang

bersifat kualitatif. Sumber data dan informasi yang penulis dapatkan dari proses

wawancara langsung maupun dari buku-buku, jurnal, dan artikel yang sesuai

dengan tema dan judul yang dibahas. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

Sosiologis, Antropologis, dan Teologis. Penulis berusaha untuk menjelaskan hasil

penelitian berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan selama beberapa

hari di kampung Cipatat Kolot Desa Kiarapandak Kecamatan Sukajaya Kabupaten

Bogor.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada fenomena mengenai Ziarah

Salembur yang berada di tengah-tenagah masyarakat Kampung Cipatat Kolot

begitu pun dengan agama mereka yang mayoritas muslim senantiasa melakukan

hal-hal yang berkaitan dengan keislaman.

Tradisi Ziarah Salembur yang begitu mereka laksanakan setiap tahunnya

memiliki peranan penting terhadap keterkaitannya dengan aspek-aspek lain dalam

kehidupan sosial, kebudayaan dan keagamaan masyarakat Kampung Cipatat

Kolot. Terdapat kenyakinan pada masyarakat Kampung Cipatat Kolot bahwa

pelaksanaan ziarah ke makam nenek moyang akan memberikan keberkahan,

keselamatan dan dijauhi marabahaya.

Kata kunci: Ziarah, Adat, Makam, Agama.

Page 6: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah

memberikan kenikmatan jasmani dan rohani, serta rahmat dan hidayah-Nya, dan

kemudahan serta kesabaran dalam menghadapi berbagai kesulitan sehingga saya

bisa menyelesaikan skripsi ini berkat pertolongan-Nya. Tidak lupa juga salam

serta sholawat terus saya ucapkan teruntuk Nabi Muhammad SAW semoga kelak

kita termasuk umat yang mendapat syafaat darinya. Serta doa untuk keluarganya,

sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini merupakan

salah satu tugas akhir yang harus saya selesaikan untuk menamatkan kuliah dan

mendapatkan gelar sarjana Strata-1 pada Jurusan Studi Agama-agama Fakultas

Ushulludin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak akan bisa

tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi dari banyak

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ucapkan terimakasih sebanyak-

banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Dengan penuh rasa rendah hati izinkanlah penulis mengungkapkan

rasa terima kasih kepada beliau-beliau yang telah banyak berjasa dalam

membantu penyelesaian tugas akhir ini:

1. Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M. Si., selaku dosen pembimbing penulis yang

telah memberikan arahan, saran serta perhatiannya kepada penulis dan dengan

sangat sabar membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Dan

Bapak Syaiful Azmi selaku dosen Penasehat Akademik yang memberikan

Page 7: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

vii

arahan kepada penulis untuk menyelesaikan dengan baik. Semoga senantiasa

sehat dan diberikan kelancaran dalam segala urusannya. Āmīn..

2. Kedua Orang Tua saya yang tidak pernah lepas memberikan kasih sayangnya

mulai dari kecil sampai waktu yang tak terkira, Terima kasih selalu

memberikan semangat, motivasi, kasih sayang, dan doa yang tulus untuk

kesuksesan penulis, dan juga Nenek Tercinta saya terimaksih selalu

mendukung saya dalam hal apapun serta doa yang selalu engaku panjatkan

dan Kakak saya Aliyatul Zakiah dan Adik saya Sandriyan Permana

Terimaksih yang telah memberikan doa, dukungan. Semoga Allah selalu

melimpahkan rahmat-Nya dan memberikan umur panjang kepada mereka.

3. Bapak Syaiful Azmi, MA ketua Jurusan Studi Agama-agama Fakultas

Ushuluddin dan Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA selaku sekertaris Jurusan Studi

Agama-agama. Serta seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ushuluddin,

khususnya Jurusan Studi Agama-agama yang telah membagikan waktu, tenaga

dan ilmu pengetahuan juga pengalaman berharga kepada penulis.

4. Kepada Desa Kiarapandak Kampung Cipatat Kolot Bapak Budi selaku kepala

Desa, Abah Acim ketu adat cipatat kolot, ustadz Rosyid, Pak RT Dace

terimakasih atas kerjasamanya dan arahannya dalam penegerjaan penelitian

ini.

5. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat

kepada semuanya saya ucapkan Terimaksih atas pembelajaran dan

pengalamannya. Semoga berkah Ramat Illahi melimpahi perjuangan kita.

Page 8: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

viii

6. Kepada Teman Seperjunagan di Tanah Ciputat Ricky Setiawan dan Eef

Alimudin yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa kepada saya.

Semoga usaha Pastel Lahar sukses dan melesat Go International. Amin

7. Kepada Mutia Khanza terimakasih telah hadir dan selalu memberikan

semangat dan doa kepada saya.

8. Kepada teman saya, Via Elga Susilawati, S. Ag. yang dari awal membantu

mengerjakan dan membimbing saya. Saya ucapkan terimaksih banyak

9. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Bogor (HIMABO) Kang Muslihin,

Kang Pajar, Kang Ucup, Wa Anu, Wa Pandi, Wa Rizal, Wa Ikri, Wa Daman,

Wa Robi, Wa Basjul, Wa Arif, Wa Malik, Wa Uje, Teh Fida, Teh Nur, Wa

Egi, Teh Ispau, Teh Zahro, Teh Risna dan lain-lain. Kepada semuanya

terimaksih. Hatur nuhun

10. Keluarga Sister Brother Alfan, Novi, Shofi, Qonita, Eef, dan Ricky

Terimakasih selalu mengingat kapan wisuda dan terimakasih juga sudah

berbagi canda dan Tawa

11. Kepada Mas Beni Azhar dan Ka Dedi Sutiadi senior panutan saya, selalu

memberikan arahan, pencerahan serta motivasi kepada saya agar senantiasa

semangat Kuliah. Saya Ucapkan Terimakasih Banyak

12. Teman-teman seperjuangan, kepada seluruh teman Jurusan Studi Agama-

agama angkatan 2014. Semoga kita semua tetap dalam ikatan silaturahmi dan

jalinan pertemanan yang indah.

Semoga peran-peran beliau semua mendapat imbalan yang

sepantasnya dan mendapatkan ridho dari Allah SWT Āmīn. Semoga penelitian ini

dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan umunya bagi para

Page 9: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

ix

pembaca agar selalu berpegang pada ajaran-ajaran Rasulullah Saw. Āmīn. Kritik

dan saran serta solusi sangat penulis harapkan dari berbagai pihak guna

penyempurnaan dari kebaikan karya-karya penulis nantinya.Semoga Allah Swt

senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Page 10: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 10

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 11

E. Kerangka Teori........................................................................................... 12

F. Metodologi Penelitian ................................................................................ 15

G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 21

BAB II GAMBARAN UMUM KAMPUNG ADAT CIPATAT DAN ASAL

USUL TRADISI ZIARAH SALEMBUR .......................................................... 23

A. Letak Geografis .......................................................................................... 23

B. Asal-Usul Kampung Cipatat Kolot ............................................................ 26

C. Kondisi Agama dan Kepercayaan Masyarakat .......................................... 28

D. Pengertian Ziarah ....................................................................................... 30

BAB III FENOMENA ZIARAH SALEMBUR ................................................ 33

DALAM MASYARAKAT ADAT CIPATAT KOLOT .................................. 33

A. Nilai-Nilai Keagamaan dan Tradisi ........................................................... 33

B. Tradisi Ziarah Salembur Sebagai Suatu Bentuk Solidaritas Sosial ........... 39

C. Persepsi Masyarakat Kampung Adat Cipatat Kolot Tentang Ziarah

Salembur ............................................................................................................ 47

Page 11: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

ix

BAB IV MAKNA, TUJUAN DAN PROSEI ZIARAH SALEMBUR

MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIPATAT KOLOT............................. 51

A. Ziarah dalam Islam ..................................................................................... 51

B. Ziarah Salembur dalam Tradisi Masyarakat Adat Kampung Cipatat Kolot

54

C. Proesi Ziarah Salembur Cipatat Kolot ....................................................... 59

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 64

A. Kesimpulan ................................................................................................ 64

B. Saran ........................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66

LAMPIRAN

Page 12: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII Pasal 32

dikatakan, kebudayaan bangsa ialah yang timbul sebagai buah usaha budaya

rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai

puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung

sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah

kemajuan adab, budaya, dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan

baru dari kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan

bangsa Indonesia.1

Kebudayaan tampil sebagai perantara yang secara terus menerus

dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi

kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula

digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya

atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat.

Pengalaman agama yang terdapat di masyarakat tersebut diproses oleh

penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalaran. Misalnya kita

membaca kitab fikih, maka fikih yang merupakan pelaksanaan dari nash al-

Qur‟an maupun hadis sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan

manusia. Dengan demikian agama menjadi membudaya atau membumi di

tengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang

demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat

1 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Djambatan), 2010,

hal. 307.

Page 13: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

2

tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap

kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama.

Misalnya manusia menjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul bermasyarakat,

dan sebagainya.

Ciri khas budaya yang selalu bergerak mengikuti alur yang

dikehendaki masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor penarik (pull

factor) maupun faktor pendorong (push factor) mengakibatkan sebuah suku

bangsa bergerak di dua sisi yang berlawanan. Di satu sisi mengembangkan

kebudayaannya dengan berpedoman pada nilai luhur budaya tersebut, ataupun

justru sebaliknya, suku bangsa tersebut bergerak menjauhi nilai-nilai luhur

dari budaya yang dahulu pernah mereka junjung tinggi.2

Manusia beragama akan mengakui bahwa agama dapat menghadirkan

sesuatu yang sakral, dan kesakralan itulah yang kemudian melahirkan upacara

keagamaan dalam bentuk pemujaan-pemujaan dan penyembahan. Sehingga

dari sinilah muncul keyakinan bahwa suatu ekspresi pemujaan yang

berkembang menjdi praktek keagaman yang dilakukan manusia disaksikan

Tuhan. Dari situ akan ada semacam tradisi atau peraturan yang pada dasarnya

memberikan manfaat bagi dirinya maupun bagi kehidupan sosial manusia di

dunia dan akhirat.

Tuhan yang diakui sebagai kekuatan di luar manusia sering pula

diartikan sebagai kekuatan supernatural seperti roh nenek moyang leluhur

yang dianggap mampu memberikan perlindungan kepada keturunannya.

Secara bersama-sama mereka melakukan upacara keagamaan seperti halnya

2 Irvan Setiawan, Cipatat Kolot: Dinamika Kampung Adat Era Modernisasi, Jurnal

Patanjala, Vol. 6 No. 2, Juni 2014, hal. 194.

Page 14: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

3

yang dilakukan oleh para leluhurnya untuk mendapatkan keselamatan bagi

warganya maupun bagi dirinya. Di samping itu praktek upacara keagamaan ini

menjadikan solidaritas masyarakat penganut agama bertambah kuat.

Hilman Hadikusuma mengemukakan bahwa dalam agama budaya

biasanya terdapat unsur-unsur yang dipertahankan dan dilaksanakan seperti

memelihara emosi keagamaan, yaitu percaya kepada yang ghaib, melakukan

upacara-upacara dan acara-acara tertentu dan mengikuti sejumlah pengikut

yang mentaati.3

Islam dan kebudayaan adalah dua hal yang dapat dibedakan meskipun

tidak dapat dipisahkan. Islam adalah agama yang berasal dari wahyu Allah.

Ajaran-ajarannya bersifat teologis karena didasarkan pada kitab suci al-

Qur‟an. Kebudayaan didefinisikan sebagai hasil cipta, karsa, dan karya

manusia sehingga bersifat antropologis. Ruang lingkup kebudayaan meliputi

keseluruhan cara hidup yang khas dengan penekanan pada pengalaman sehari-

hari. Makna sehari-hari meliputi: nilai (ideal-ideal abstrak), norma (prinsip

atau aturan-aturan yang pasti) dan benda-benda material/simbolis. Makna

tersebut dihasilkan oleh kolektivitas dan bukan oleh individu, sehingga konsep

kebudayaan mengacu pada makna-makna bersama.4

Globalisasi yang bersifat ekspansif seakan menggerogoti sedikit demi

sedikit tatanan budaya sebuah suku bangsa sehingga lama kelamaan nilai

luhurm mereka mulai digantikan oleh nilai baru yang tidak sama sekali

mendukung nilai budaya asli yang mereka anut (dahulunya). Perkembangan

teknologi informasi menambah arus persebaran globalisasi semakin tidak

3 Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama Jilid I, (Bandung: Aditia Bakti) 1993, hal. 21.

4 Chris Barker, Cultural Studies, Teori dan Praktik, Terj. Tim KUNCI Cultural Studies

Center (Yogyakarta: Bentang) 2005, hal. 40-50.

Page 15: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

4

terbendung oleh jarak ataupun kondisi geografis. Tayangan televisi dan dunia

cyber membawa dan memudahkan pergeseran dan perubahan unsur-unsur

budaya tradisional.5

Islam di Tatar Sunda muncul dalam wajah yang lebih egaliter,

harmonis, jauh dari kekerasan struktural maupun kultural dan memiliki

kepribadian yang jauh lebih dari sekedar Islam dalam arti sebatas fenomena

saja. Oleh sebab itu, maka Islam di Tatar Sunda layak menjadi Islam sebuah

mazhab. Bila kita melihat konteks mazhab-mazhab hukum Islam, maka

mazhab-mazhab tersebut pada awalnya dibentuk berdasarkankan klaim

daerah, seperti mazhab Irak, Madinah, Bashrah, dan Kufah. Kemudian

kelompok-kelompok ini mengalami perubahan bentuk dari organisasi

berdasarkan daerah menjadi organisasi berdasarkan kesetiaan kepada tokoh

tertentu. Perubahan ini dimulai pada periode asy-Syafi‟i.6

Istilah Sunda sendiri kemungkinan berasal dari bahasa Sanskerta yakni

sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. (Dalam bahasa

Jawa Kuno Kawi) dan bahasa Bali dikenal juga istilah Sunda dalam

pengertian yang sama yakni bersih, suci, murni, tidak bercela atau bernoda,

air, tumpukan, pangkat, dan waspada.7

Fenomena di atas kiranya dapat disaksikan di Tatar Sunda, di mana

keberadaan Islam di Tatar Sunda dapat diibaratkan seperti gula dan manisnya

karena, dalam kenyataannya, perkembangan Islam di Tatar Sunda seiring

5 Irvan Setiawan, Cipatat Kolot: Dinamika Kampung Adat Era Modernisasi, Jurnal

Patanjala, hal. 194. 6 Deden Sumpena, Islam dan Budaya Lokal, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 6, No. 19, Edisi

Januari-Juni 2012, hal. 109. 7 Dadang Kahmad, “Agama Islam dalam Perkembangan Budaya Sunda”, dalam (Cik

Hasan Bisri, dkk.) (ed.) Pergumulan Islam dengan Kebudayaan Lokal di Tatar Sunda, (Bandung:

Kaki Langit, 2005), h. 66. Periksa Juga Edi S. Ekadjati, Kebudayaan Sunda Suatu Pendektan

Sejarah Jilid 1, (Jakarta: Pustaka Jaya, cet. III, 2009), hal. 1.

Page 16: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

5

sejalan dengan local genium (kondisi asli) masyarakat Sunda itu sendiri. Islam

lebih mudah berinteraksi dengan sistem dan nilai yang berlaku pada saat itu.

Disinilah titik pertemuan antara Islam dengan kebudayaan Sunda dapat lebih

dimaknai.8

Secara teologis, keislaman orang Sunda sama saja dengan yang dianut

oleh penduduk Nusantara yang akhirnya sangat dominan adalah Islam yang

fikihnya adalah Syafiiyah, aqidahnya adalah asyariyah, dan tasawufnya adalah

Sunni yang aneka ragam. Akan tetapi dari sudut pengembangan budaya, Islam

yang diserap dan jadi agama masyarakat adalah Islam yang tidak atau kurang

memberi dorongan bagi kemajuan kebudayaan. Kemudian secara sosiologis,

masyarakat Sunda sudah dibangun sesuai dengan aspek tertentu dari sistem

masyarakat Islam, dalam arti hubungan antara individu dengan kegiatan

masyarakat banyak berdasarkan prinsip Islam.9

Kebudayaan Sunda mengalami proses, perubahan dan perkembangan

kebudayaan sebagai hasil perjalanan sejarah. Perubahan itu terjadi, baik

karena kreativitas dan dinamika pencipta dan pendukung kebudayaan Sunda

sendiri (faktor intern), yaitu orang Sunda, maupun karena pengaruh dari luar

(faktor ekstern), kebudayaan Sunda telah berulangkali mengalami perubahan.

Ditinjau dari sudut pengaruh kebudayaan luar, paling tidak kebudayaan Sunda

telah mengalami lima kali perubahan besar, yaitu secara kronologis sebagai

pengaruh, pertama, kebudayaan Hindu-Budha yang datang dari anak benua

India, kedua, Kebudayaan Islam yang datang dari jazirah Arab, ketiga,

kebudayaan Jawa yang datang dari tetangga dekat satu pulau Pulau Jawa,

8 Deden Sumpena, Islam dan Budaya Lokal, Jurnal Ilmu Dakwah, hal. 109.

9 Ujang Saefullah, “Dialektika Komunikasi, Islam, dan Budaya Sunda”, Jurnal Penelitian

Komunikasi, Vol. 16 No. 1, Juli, 2013, hal. 75.

Page 17: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

6

keempat, kebudayaan Barat yang datang dari benua Eropa, dan kelima,

kebudayaan nasional karena Tatar Sunda terintegrasi dan menjadi bagian

Negara Republik Indonesia dan kebudayaan global karena makin cepatnya

kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi komunikasi yang

memperpendek jarak dan meningkatkan mobilisasi manusia.10

Sebelum datang pengaruh kebudayaan Hindu-Budha, di Tatar Sunda

telah hidup kebudayaan yang diciptakan dan didukung oleh masyarakat yang

telah lama mendiami wilayah ini, sebagaimana tampak dari peninggalan

benda-benda budayanya. Karena tidak meninggalkan bukti-bukti berbentuk

tulisan, maka masa ini dimasukkan ke dalam masa prasejarah dan

kebudayaannya pun dipandang sebagai kebudayaan prasejarah. Meskipun

pengetahuan tentang kebudayaan masa prasejarah di Tatar Sunda tidaklah

banyak, namun masanya jauh lebih lama dibandingkan dengan masa

kebudayaan sejarah. Jika hingga sekarang masa sejarah Tatar Sunda baru

sekitar 1600 tahun (dari abad ke 5 hingga awal abad ke-21), maka masa

prasejarah mencapai ratusan ribu tahun (sebelum abad ke-5 ke belakang).11

Kebudayaan Sunda setelah masuk pengaruh kebudayaan Hindu-Budha

terbentuk dan berkembang pada masa Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan

Galuh, dan Kerajaan Sunda (abad ke-5 hingga abad ke-16 Masehi).

Kebudayaan Sunda Islami terbentuk dan berkembang pada masa Kesultanan

Cirebon dan Kesultanan Banten, bahkan pada aspek tertentu hingga sekarang

ini (abad ke-16 hingga awal abad ke-21). Kebudayaan Sunda yang

terpengaruh oleh kebudayaan Jawa berlangsung pada masa Kesultanan

10

Edi S. Ekadjati, Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran, Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Jaya)

2009, hal. 12. 11

Edi S. Ekadjati, Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran, hal. 12.

Page 18: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

7

Cirebon, Kesultanan Banten, dan Kabupaten-kabupaten di Priangan (abad ke

16 hingga abad ke-19). Kebudayaan Sunda yang dimasuki kebudayaan Barat,

terutama kebudayaan Belanda, terjadi selama masa Kolonial Hindia Belanda

(abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20). Kebudayaan Sunda terpengaruh

oleh kebudayaan nasional dan kebudayaan global berlangsung sejak

berdirinya Negara Republik Indonesia hingga sekarang ini (pertengahan abad

ke-20 hingga awal abad ke-21).12

Kebudayaan-kebudayaan tersebut berlangsung terus-menerus dan

menjadi kebiasaan. Kebiasaan atau juga bisa disebut habit adalah suatu

aktivitas yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi bagian daripada

seorang manusia.13

Dalam adat-istiadat masyarakat Sunda lama dikenal

beberapa kebiasaan. Misalnya, saat bayi masih dalam kandungan ada berbagai

macam upacara dan pantangan yang harus dijalankan. Seorang ibu yang

sedang hamil sering mempunyai keinginan atau perilaku yang aneh-aneh. Hal

ini dianggap sebagai “bawaan” bayi yang dikandungnya. Ada ungkapan nurut

buat, artinya yang dilakukan orangtua si bayi dapat berpengaruh pada bayi

yang dikandung sehingga ayah si bayi, misalnya, dilarang menyembelih atau

menyabung ayam karena bisa berpengaruh buruk kepada si bayi. Ketika usia

kandungan sudah mencapai delapan bulan, biasanya diadakan upacara

selamatan bubur lolos agar si bayi dapat dilahirkan dengan lancar.14

Masih banyak sekali budaya Sunda yang kiranya telah menjadi lumrah

dilakukan oleh orang Sunda sampai sekarang. Budaya dan agama seringkali

12

Edi S. Ekadjati, Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran, hal. 12. 13

Felix Y. Siauw, Habits How To Master Your, hal. 13. 14

Nina H. Lubis, Tradisi dan Transformasi Sejarah Sunda (Bandung: Humaniora Utama

Press, 2000), 127.

Page 19: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

8

dicampuradukkan sehingga masyarakat tidak peduli akan hukum

diperbolehkannya adat istiadat itu atau tidak. Penulis menggaris bawahi

kebudayaan masyarakat Sunda yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam

adalah tentang ziarah makam keramat yang berada di daerah Cipatat Kolot.

Dari hasil wawancara dengan Abah Acim (ketua adat), penulis akan

memaparkan sedikit mengenai tradisi Ziarah Salembur. Penulis akan

mengangkat tema ini sebagai bahan perbincangan yang layak didiskusikan

dikalangan akademisi maupun masyarakat pada umumnya.

Islam sebagai sebuah agama, kebudayaan dan peradaban besar dunia

sudah sejak awal masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan terus berkembang

hingga kini. Ia telah memberi sumbangsih terhadap keanekaragaman

kebudayaan nusantara. Islam tidak saja hadir dalam tradisi agung

(greattradition) bahkan memperkaya pluralitas dengan islamisasi kebudayaan

dan pribumisasi Islam yang pada gilirannya banyak melahirkan tradisi-tardisi

kecil (littletradition) Islam.15

Pada masyarakat Kampung Cipatat Kolot Desa Kiarapandak

kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor terdapat tempat yang dikeramatkan

atau disakralkan yakni Makam nenek moyang Cipatat Kolot. Makam nenek

moyang ini tidak hanya di kenal oleh masayarakat desa kiarapadak saja

melainkan masyarakat luar pun mengetahui. Setiap harinya pasti ada saja yang

berziarah ke makam nenek moyang Cipatat Kolot, tidak jarang masyarakat di

luar Kampung Cipatat Kolot yang mendatangi makam ini untuk berziarah dan

bernadzar, memanjatkan doa kepada nenek moyang Cipatat Kolot, ada pula

15

Syahdan, Ziarah Persepektif Kajian Budaya, 2017, Vol. 13 No.1

Page 20: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

9

penziarah yang beramalam di kuburan dengan maksud untuk lebih dekat

kepada nenek moyang kampung Cipatat Kolot agar doanya cepat terkabul.

Ziarah salembur ini yang berada di Kampung Cipatat Kolot salah satu

tradisi yang ada di Kampung Cipatat Kolot. Ziarah salembur ini berbeda

dengan ziarah atau tempat-tempat ziarah yang lain karena ketua adat yakni

(abah acim) mewajibkan masyarakat Cipatat Kolot untuk mengikuti Upacara

Ziarah ke makam nenek moyang tersebut untuk menghormati leluhur Cipatat

Kolot dan memanjatkan doa kepada roh nenek moyang.

Dalam kegiatan Ziarah Salembur ini selalu dilaksanakan setiap

tahunnya oleh masyarakat Kampung Cipatat Kolot yang dipimpin oleh ketua

adat (Abah Acim), masyarakat berekumpul di depan rumah adat yang di

tempati oleh ketua adat. Masyarakat Cipatat Kolot diwajibkan untuk

membawa berbagai syarat-syarat unutk berziarah seperti nasi uduk, nasi

kuning, dan ada pula yang menyerahkan uang ataupun rokok dan tak lupa juga

kemenyan dan biasanya ketua adat yang menyembelih hewan. Setelah

masyarakat berkumpul di rumah adat dan perlengkapan untuk berziarah ke

makan nenek moyang sudah siap, barulah berbondong-bondong berjalan ke

makam nenek moyang Cipatat Kolot.

Makam Nenek Moyang Cipatat Kolot berada di bukit tidak jauh dari

rumah ketua adat. Kemudian setelah sampai di makam nenek moyang upacara

ziarah salembur dilaksankana dengan khidmat dan dipimpin oleh ketua adat

(Abah Acim) dengan doa-doa berbahasa sunda.16

Setelah upacara ziarah

16

Wawancara Pribadi dengan Abah Acim (Ketua Adat Desa Cipatat Kolot) Bogor, 29

Maret 2019

Page 21: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

10

salembur selesai ketua adat mempersilahkan masayrakat Cipatat Kolot untuk

menikmati makanan yang sudah dibawa oleh mereka.

Meskipun masyakarat Cipatat Kolot mayoritas beragama Islam, namun

mereka tetap menjaga tradisi-tradisi yang sudah ada dari zaman nenek moyang

mereka.

Dari masalah di atas sangat manarik sekali bagi penulis untuk

melakukan penelitian mengenai Fenomena Ziarah Salembur di Masyarakat

Adat Kampung Cipatat Kolot. Penulis juga tertarik untuk mengkaji sejauh

mana Fenomena Tradisi Ziarah Salembur yang berada di Kampung Cipatat

Kolot. Sehingga peneliti mengangkatnya dalam sebuah skripsi dengan judul

“Fenomena Ziarah Salembur dalam Masyarakat Adat Kampung Cipatat

Kolot Kabupaten Bogor”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah

utama dalam penelitian ini adalah:

1. Apa Tradisi Ziarah Salembur yang ada dalam Masyarakat Adat Cipatat

Kolot?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Tradisi Ziarah Salembur yang ada dalam Masyarakat

Adat Kampung Cipatat Kolot?

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Page 22: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

11

1. Manfaat teoritas

Penelitian tentang Fenomena Tradisi Ziarah Salembur, diharapkan dapat

bermanfaat untuk penelitian-penelitian dengan tema yang sama atau

relevan dapat membantu mendapatkan bantuan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan ilmu Teologi, ilmu antropologi dan ilmu sosiologi.

Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran yang dapat dibuat sebagai pertimbangan dalam proses

pembangunan masyarakat. Kemudian, melalui penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi empiris pada masyarakat.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan dapat memberikan

kontribusi dalam menambah wawasan keilmuan tentang tradisi ziarah

yang ada di Desa Cipatat Kolot.

3. Manfaat akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan keilmuan

Ushuluddin yang tertarik dan menggeluti studi agama-agama mengenai

tradisi ziarah.

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan penyusun, sampai saat ini masih sangat

sedikit yang membahas tradisi ziarah salembur masyarakat Desa Cipatat

Kolot. Namun ada beberapa penelitian yang membahas terkait tradisi ziarah.

Pertama, karya bentuk jurnal yang di tulis oleh Irvan Setiawan yang

berjudul “Cipatat Kolot: Dinamika Kampung Adat di Era Modernisasi.”

Page 23: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

12

Dalam jurnal ini dibahas mengenai ragam budaya kesepuhan cipatat kolot

seperti religi, upacara tradisional, kesenian, bahasa, dan tata ruang.

Kedua, karya bentuk jurnal yang di tulis oleh M. Misbahul Mujib yang

berjudul “Tradisi Ziarah Dalam Masyarakat Jawa: Kontestasi Kesalehan,

Identitas Keagamaan dan Komersial.” Dalam jurnal ini dibahas mengenai

tradisi ziarah kubur yang telah lama dilakukan masyarakat Jawa khususnya

melalui pendekatan fenomenologis seiring meningkatnya peziarah dalam satu

dekade terakhir.

Ketiga, karya bentuk jurnal yang di tulis oleh Syahdan yang berjudul

“Ziarah Perspektif Kajian Budaya.” Dalam jurnal ini dibahas mengenai

makna yang terkandung dalam aktivitas ziarah terdapat makna persaudaraan,

makna simpati, kebersamaan, saling menghargai. Ada juga makna

kesejahteraan, keberadaan makam dengan berbagai aktivitas ritual di

dalamnya telah memberikan berkah kepada banyak pihak para pedagang,

pengusaha jasa angkutan dan sebagainya. Serta makna legitimasi.

E. Kerangka Teori

1. Akulturasi

Akultiurasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akulturasi di

artikan sebagai pencampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu

dan saling mempengaruhi.17

Menurut koentjaraningrat, akulturasi sebagai

proses sosial untuk mengakomodasi dan mengintegrasikan unsur

kebudayaan itu sendiri.18

17

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan

RI, 2001). H. 24. 18

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, h. 248

Page 24: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

13

Para ahli antropolog memberikan beberapa istilah untuk menguraikan

apa yang terjadi dalam akulturasi yaitu: substitusi, sinkretisme, adisi,

dekulturasi, orijinasi dan penolakan.19

a. Substitusi, adalah non-budaya yang ada sebelurmnya diganti dengan

yang tidak-baru yang memenuhi fungsiinya, yang menyediakan

perubahan struktural dalam tingkat yang lebih kecil.

b. Sinkretisme, adalah istilah untuk menunjukkan adanya tak-tak lama

bercampur dengan tak-tak baru dan membuat sistem baru Dalam hal

ini, memperbolehkan perubahan yang berarti.

c. Adisi, adalah istilah untuk menambah tingkat perpaduan budaya, di

mana tidak-tidak baru ditambahkan pada yang lama. Dalam hal ini

mungkin terjadi atau tidak terjadi perubahan struktural.

d. Dekullturasi, istilah adaiah untuk menunjukkan tingkat perpaduan

budaya, dimana bagian substansi sebuah budaya mungkin hilang.

e. Orijinasi, adalah istilah, di mana ada tidak-tidak baru untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan baru yang timbul karena perubahan

kenyamanan.

f. Penolakan, merupakan perubahan yang terjadi sehingga terjadi

perpaduan yang sempurna, sehingga sebagian besar orang tidak dapat

menerimanya, Kondisi ini dapat menimbulkan pertentangan total,

pemberontakan, atau perubahan.

19

Caroline Pooney, African Literature, Animism and Politic, (London: Routledge, 2001),

h. 10.

Page 25: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

14

2. Animisme

Pengertian dari animisme cukup banyak. Kata "animisme" berasal dari

bahasa Latin "anima" yang berarti “roh".20

Animisme adalah seperti

halnya kepercayaan dan roh halus ", demikian juga halnya dengan kata

lain yang dianut oleh bangsa-bangsa yang belum bersentuhan atau tidak

pernah menerima ajaran yang berkaitan dengan agama samawi (wahyu).21

Inti dari pemahaman animisme adalah mempercayai setiap benda di bumi,

gunung, gua, dan kuburan memiliki jiwa yang harus ditemui dan

dijunjung.

3. Azas Bersaji

Teori azas religi adalah teori yang dikembangkan oleh W. Robertson

Smith yang merupakan salah satu ahli di bidang teologi, ahli ilmu pasti,

dan ahli bahasa dan kesusastraan. Di dalam bukunya yang berjudul

Lectures on Religion of the Smith yang dikutip oleh koentjaraningrat,

Robertson menjelaskan bahwa ada tiga gagasan penting yang menambah

pengertian kita tentang azas-azas religi dan Agama pada umumnya.

a. Tentang di samping sistem kepercayaan, sistem upacara juga

merupakan perwujudan dari religi atau agama yang memerlukan studi

dan analisa yang khusus. Hal yang menarik perhatian Robertson adalah

dalam banyak agama upacaranya itu tetap, tetapi kemudian helakang

dan keyakinannya berubah.

b. Upacara keagamaan, agama yang dilaksanakan oleh banyak

masyarakat pemeluk agama atau agama yang bersama-sama

20

Caroline Pooney, African Litelature Animism and Plolitic (London: Routledge. 2001),

h. 10. 21

Zakiah Daradjat, (peny.), Perbandingan Agama 1 (Jakarta Bumi Aksara, 1996), h. 28.

Page 26: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

15

menyediakan bersama sosial berfungsi mengintesifkan solidaritas

masyarakat. Ada di antara masyarakat yang memang benar-benar ritual

itu dengan sungguh-sungguh atau hanya bisa dilakukan.

c. Robertson ajukan teorinya tentang upacara bersaji. Dalam upacara ini

dianggap olch Robertson sebagai suatu kegiatan untuk mendorong rasa

solidaritas dengan dewa atau para dewa. Di mana Robertson

membahas upacara sebagai upacara yang khidmat. Pemberian sesaji di

tempat-tempat keramat untuk mendukung kepercayaan mereka

terhadap dukungan untuk halus. Selain itu, manusia berharap berkah

dan terhindar dari masalah temuan yang lain.22

F. Metodologi Penelitian

Metode penelitian dari skripsi ini adalah kualitatif.23

Cara yang penulis

lakukan adalah memadukan penelitian lapangan (field research) dan

kepustakaan (library research).24

Dengan demikian diharapkan pengamatan,

deskripsi dan analisa dalam penelitian ini dapat lebih optimal.

Metode penelitian yaitu suatu teknik penelitian untuk mendapatkan

data yang relevan dengan subjek penelitian. Dalam pelaksanaannya, sumber

data dibagi menjadi 2 yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber Data

primer meliputi wawancara langsung ke Kampung Cipatat Kolot. Sedangkan

22

Koentjaraningrat, Sejarah Antropologi Jilid 1,(jakarat: U Press, 1987), h. 67-68 23

Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriftif dan dibutuhkan untuk

mengurai menggunakan analisa. Kemudian landasan teori dalam penelitian ini digunakan sebagai

pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta yang ada. Kemudian, penelitian berangkat dari

teori neuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhdap teori yang digunakan. Lihat

Noeng Muhadjir, Metodelogi Penelitian kalitatit, hal. 5 24

Penelitian kepustakaan atau (library research) adalah penelitian yang menggunakan

teori-teori yang diambil dari literatur tertulis baik itu membuka, jurnal atau tulisan ilmiah lainnya

yang mendukung dan relevan dengan judul penelitian. Sedangkan penelitian lapangan (field

research) adalah dimana penelitian menggunakan penelitian yang terjun ke lapangan atau tempat

penelitian yang dipilih Iihat Noeng Muhadjir, Metodologi Penelstian Kalitatif, hal.6.

Page 27: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

16

data sekunder didapatkan dari buku, jurnal, ensiklopedia, kamus, dan media

elektronik sebagai bahan pengayaan dan pelengkap data.

1. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan proses triangulasi. Triangulasi adalah

penggunaan sejumlah metode pengumpulan data dalam suatu penelitian.

Triangulasi diperlukan karena setiap metode pengumpulan data

memiliki kelemahan dan keunggulannya sendiri.Dengan memadukan

sedikitnya tiga metode25

, yaitu:

a. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah kegiatan percakapan yang memiliki maksud

tertentu. Sedangkan wawancara mendalam adalah wawancara yang

lebih bersifat intim dan mendalam di mana percakapan melibatkan dua

belah pihak, yaitu pewancara, orang yang mengajukan pertanyaan dan

responden, orang yang di wawancarai. Adapun kegiatan wawancara ini

digunakan peneliti untuk menilai keadaan seseorang atau kelompok.

Adapun metodenya adalah dialog atau tanya jawab yang dilakukan dua

orang atau lebih oleh pewawancara atau responden yang dilakukan

secara berhadap-hadapan.

Sebelum melakukan wawancara mendalam, Penulis membuat

kerangka dan garis-garis besar atau pokok-pokok pertanyaan, serta

senantiasa menciptakan suasana santai (tidak kaku), namun serius

(tidak main-main) ketika berdialog.

25 https://www.kompasiana.com/mtf3lix5tr/5535a2946ea8347510da42d9/penelitian-

kualitatif-024-empat-tipe-triangulasi-dalam-pengumpulan-data diakses pada tanggal 31 Oktober

2019

Page 28: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

17

Adapun penulis membuat empat kerangka atau pokok-pokok

pertanyaan berbeda. Pertama, kerangka pertanyaan mengenai Sejarah

Kampung Adat Cipatat Kolot yang ditunjukan kepada Ketua adat

Kampung Cipatat Kolot yang, kedua, pertanyaan seputar Kampung

Adat Cipatat Kolot yang meliputi: Cara ritual Ziarah Salembur yang

dilakukan oleh Masyarakat Kampung Adat Cipatat Kolot, apa yang

harus dilakukan masyarakat setelah melaksanakan ziarah salembur.

Ketiga Respon masyarakat terhadap ritual ziarah salembur yang

ditanyakan kepada masyarakat sekitar.

b. Observasi partisipatif

observasi terbuka adalah teknik pengumpulan data di mana peneliti

benar-benar ikut dan berbaur secara langsung sehingga terjadi interaksi

secara langsung dengan responden atau yang diteliti. Dalam hal ini

peneliti juga mengikuti kegiatan yang dilakukan responden, termasuk

kegiatan seputar pelaksana Ziarah Salebur Kampung Adat Cipatat

Kolot.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan upaya penelitian yang berupa

mengumpulkan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi itu

dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya dari seseorang. Di mana

dokumentasi juga merupakan pelengkap dari teknis wawancara

mendalam dan observasi partisipatif.

Page 29: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

18

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan

dua model pendekatan yakni pendekatan Sosiologis, Antropologis dan

Teologis, Dalam Pendekatan Sosiologis, agama di pandang sebagai sistem

kepercayaan yang diwujudkan dalam prilaku sosial tertentu.26

Kemudian

pendekatan antropologis adalah metode pendekatan dengan melihat sejauh

mana agama mempengaruhi suatu kebudayaan atau suatu kebudayaan

mempengaruhi agama.27

Sedangkan pendekatan antropologi, penulis menggunakan teori

Clifford Geetz. Menurut Clifford Geertz dalam kajian antropologi

terutama tentang dinamika hubungan antara agama dan budaya, tidak bisa

dilepaskan hubungan antar budaya dan masyarakat.28

Oleh karena itu, Geertz kemudian menyatakan bahwa agama adalah

sistem kebudayaan. Sebagai sistem kebudayaan agama tidak terpisah

dengan masyarakat. Agama tidak hanya seperangkat nilai yang tempatnya

di luar manusia, tetapi juga merupakan sistem pengetahuan dan sistem

simbol yang memungkinkan terjadinya pemaknaan.

Geertz memberikan pengertian kebudayaan memiliki dua elemen,

yaitu kebudayaan sebagai sistem kognitif dan sistem makna (model of),

serta kebudayaan sebagai sistem nilai (model for). Jika pola dari model of

adalah representasi kenyataan, sebagaimana wujud nyata perilaku manusia

sehari-hari, maka pola bagi model for adalah representasi dari apa yang

26

Ida Zahara Adiba, “Pendekatan Sosiologis dalam Studi Agama,” Jurnal Inspirasi

Volume 1, No 1 (Januari 2017), h. 2 27

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-

1940) Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),, hal. 47 28

Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama (Yogyakarta: Kanisius), 1992, hal. 10

Page 30: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

19

menjadi pedoman bagi manusia untuk melakukan tindakan. Contoh

sederhana yang merupakan pola dari model of adalah upacara keagamaan

yang dilakukan masayarakat, sedangkan ajaran yang diyakini

kebenarannya sebagai dasar atau acuan melakukan upacara keagamaan

adalah pola dari model for. Menurut Geertz untuk menghubungkan kedua

pola tersebut terletak pada sistem simbol yang disebut makna (system of

meaning). Melalui sistem makna sebagai perantara, sebuah simbol dapat

menerjemahkan pengetahuan menjadi nilai dan menerjemahkan nilai

menjadi pengetahuan.29

Akibat yang nyata dari pendekatan kajian di atas menempatkan agama

pada realitas empiris yang dapat dilihat dan diteliti. Dalam pandangan

ilmu sosial, pertanyaan keabsahan suatu agama tidak terletak pada

argumentasi-argumentasi teologisnya, melainkan terletak pada bagaimana

agama dapat berperan dalam kehidupan sosial manusia. Di sini agama

diposisikan dalam kerangka sosial empiris, sebagaimana realitas sosial

lainnya. Berkaitan dengan kehidupan manusia, tentu hal-hal empiris yang

menjadi perhatian kajian sosial, walaupun hal yang gaib menjadi hal

penting juga. Oleh karena itu, pendekatan antropologi dalam studi agama

memandang agama sebagai fenomena kultural dalam pengungkapannya

yang beragama, khususnya tentang kebiasaan, perilaku dalam beribadah

serta kepercayaan dalam hubungan-hubungan sosial. Adapun yang

menjadi acuan dengan pendekatan antropologi dalam studi agama secara

29

Nur Syam, Madzhab-Madzhab Antropologi (Surabaya: LkiS), 2006, h. 93

Page 31: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

20

umum, adalah mengkaji agama sebagai ungkapan kebutuhan makhluk

budaya yang meliputi beberapa hal.30

1. pola-pola keberagamaan manusia dari perilaku bentuk-bentuk

keyakinan atau kepercayaan dari politeisme hingga pola keberagamaan

masyarakat monoteisme.

2. Agama dan pengungkapannya dalam bentuk mitos, simbol, ritus, tarian

ritual, upacara, pengorbanan, semedi dan slametan.

3. Pengalaman religius yang meliputi meditasi, doa, mistisisme, sufisme,

dan lain-lain. Memandang agama sebagai fenomena kultural,

memberikan fungsi atau makna beragama terdalam yakni

meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat tentang arti penting

agama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Kemudian Pendeketan Teologis merupakan disiplin ilmu yang

berbicara tentang kebenaran wahyu serta indepedensi filsafat dan ilmu

pegetahua. Gove mengatakan bahwa teologi merupakan penjelasan tentang

keimanan, perbuatan dan pengalama agama secara rasional.31

Pendekatan

ini dalam rentang sejarah yang cukup lama merupakan pendekatan yang

paling dominan dan paling berpengaruh dalam Studi Agama-Agama

(Perbandingan Agama). Dengan pendekatan ini seorang penganut suatu

Agama apakah itu Islam, Krsiten, atau Agama lain ketika membuat studi

Teologis dan biasanya ia melakukan studi dari dua hal yaitu:

30

Umhurul Umami, “Metode dan Pendekatan IPA,” dikutip dari

http://ushuluddin,uinsuka.ac.id/id/article.php, diakses pada tanggal 23 Juli 2019 31

Abdur Razak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 14.

Page 32: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

21

1. Studi Internal (insider)

Studi ini berusaha secara aktif dalam kegiatan ilmiahnya untuk

melastarikan dan mempromosikan keunggulan agamanya serta

mempertahankan dari ancaman atau serangan orang lain.

2. Ekternal

Dalam hal ini seorang peneliti atau penganut agama tertentu

melakukan kajian terhadap agama atau keyakinan orang lain untu

“menilai” dan menghakiminya dengan ukuran agama sang peneliti.32

Penelitian ini, oleh peneliti ingin melihat bagaimana peran Agama

Islam merespon tentang Ziarah Salembur.

Adapun pedoman standar yang digunakan penulis dalam penulisan

skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality

Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Adapun, pedoman transliterasi menggunakan Jurnal

Ilmu Ushuluddin 2013.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, maka di sini akan

diuraikan sistematika penulisannya. Skripsi ini dibagi menjadi lima poin yang

masing-masing terdiri dari sub-sub bab dengan perincian sebagai berikut:

Bab I merupakan latar belakang masalah, kemudian akan dibahas

tujuan dan manfaat serta tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian.

32

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-

1940) Hingga Masa Reformasi, h. 15- 48.

Page 33: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

22

Hal lain yang kemudian menjadi bahasan dalam bab ini adalah metode

penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan yang ada dalam

penelitian ini.

Bab II merupakan pembahasan tentang gambaran umum kawasan Desa

Kiarapandak, Kecamatan Suka Jaya, Kabupaten Bogor, sebagai tempat

dilaksanakan tradisi Ziarah Salembur tersebut sekaligus sebagi tempat dimana

penelitian ini dilakukan. Hal-hal yang dibahas dalam bab ini meliputi letak

geografis, kondisi sosial-budaya, kehidupan keagamaan dan kepercayaan

masyarakat serta bagaimana asal-usul, pengertian Ziarah. Dalam bab ini

dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang masyarakat dan

lingkungan yang menjadi latar belakang dilaksanaknnya tradisi Ziarah

Salembur kampung adat Cipatat Kolot serta pengertian Ziarah secara umum.

Bab III berisikan Dalam bab ini penulis juga mengambil Fenomena

Ziarah Salembur yang berada di masyarakat Kampung Cipatat Kolot serta

Nilai-Nilai Keagamaan, Tradisi Budaya Lokal Sebagai Suatu Bentuk

Solidaritas Sosial, kemudian bagaimana pandangan masyarakat terkait Ziarah

Salembur.

Bab IV Merupakan pembahasan tentang makna dan tujuan

diadakannya tradisi ziarah salembur, ziarah dalam agama Islam dan

bagaimana Prosesi Ziarah Salembur di masyarakat Kampung Adat Cipatat

Kolot dalam hal Ziarah Salembur.

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan, dan saran penulis

mengenai seluruh isi dari penelitian ini.

Page 34: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

23

BAB II

GAMBARAN UMUM KAMPUNG ADAT CIPATAT DAN ASAL USUL

TRADISI ZIARAH SALEMBUR

A. Letak Geografis

Kampung Cipatat Kolot berada sekitar 3 km dari Kampung Urug Desa

Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Adapun Desa

Kiarapandak berbatasan dengan:

a. Sebelah utara berbatasan Desa Harkatjaya.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kiarasari dan Desa Cisarua.

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Nanggung.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Madang.

Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, berada dekat perbatasan

dengan Provinsi Banten, atau tepatnya bersebelahan pada bagian timur dengan

Kabupaten Lebak. Kedekatan dengan Provinsi Banten menimbulkan adanya

asumsi bahwa ada keterkaitan antara Kampung Cipatat Kolot dengan

Kasepuhan Adat Banten Kidul. Hal ini terkuak melalui paparan Nugraheni

yang mengatakan bahwa Kasepuhan Adat Banten Kidul mendiami tiga

kabupaten dalam dua provinsi, yaitu Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor

dan Kabupaten Sukabumi), dan Provinsi Banten (Kabupaten Lebak).1 Lebih

lanjut lagi, Nugraheni mendeskripsikan kasepuhan-kasepuhan yang mendiami

tiga kabupaten tersebut, yaitu:

a. Di Kecamatan Jasinga (Kab. Bogor) meliputi Kasepuhan Gajrug, Sajira,

dan Guradog;

1 Profil Desa Kiarapandak, Kecamatan Suka Jaya Kabupaten Bogor Tahun 2017, h. 1

Page 35: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

24

b. Kecamatan Bayah (Kab. Lebak) meliputi Kasepuhan Tegal Lumbu,

Cicarucub, Cisungsang, Cicemet, Sirnagalih, Cikadu, dan Citorek;

c. Kecamatan Cigudeg2 dan Sukajaya (Kab. Bogor) meliputi Kasepuhan

Urug, Pabuaran, dan Cipatat Kolot;

d. Kecamatan Cisolok (Kab. Sukabumi) meliputi beberapa kasepuhan yang

berada di sepanjang Sungai Cibareno Girang, yaitu Kasepuhan Ciptarasa

dan Ciptagelar. 2

Berlanjut ke kondisi iklim di lokasi penelitian yang kurang lebih

adalah sama dengan kondisi iklim di Kecamatan Sukajaya khususnya dan

wilayah Kabupaten Bogor pada umumnya, yaitu iklim tropis tipe A (sangat

basah) di bagian selatan dan tipe B (basah) di bagian utara. Suhu berkisar rata-

rata antara 20 derajat sampai dengan 25 derajat celcius. Curah hujan tahunan

antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000 mm/tahun. Begitu juga halnya

dengan ketinggian rata-rata berkisar antara 15 - 2.500 M Dpl, dengan

penyebaran sebagai berikut: berkisar antara 15 - 2.500 M Dpl, daratan

bergelombang (100-500M) di bagian tengah, pegunungan (500-1000 M),

pegunungan tinggi dan daerah puncak (2000-2.500 M). Dari segi pekerjaan,

sebagian besar masyarakat Desa Kiarapandak bermata pencaharian sebagai

petani, hal ini sesuai dengan luas wilayah. Penggunaan tanah sebagian besar

digunakan untuk sawah yaitu sebanyak 259.570 ha.3 Secara umum keadaan

topografi Desa Kiarapandak merupakan daerah dataran dan perbukitan dengan

2Setiawan, Irvan, Cipatat Kolot: Dinamika Kampung Adat di Era Modernisasi, 2014,

Patanjala Vol. 6 No. 2, .h 196-197. 3Profil Desa Kiarapandak, Kecamatan Suka Jaya Kabupaten Bogor Tahun 2017, h. 1

Page 36: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

25

iklim kemarau dan penghujan. Hal ini berpengaruh terhadap pola tanam yang

ada di Desa Kiarapandak seperti yang tampak pada tabel di bawah ini.4

Tabel 1: Peruntukan Tanah Kas Desa tahun 2017/2018 No Penggunaan Tanah Luas (Ha)

1. Jalan 4 Ha

2. Sawah dan Ladang -

3. Bangunan Umum 45 Ha

4. Empang/Kolam -

5. Pemukiman dan Perumahan 270 Ha

6. Jalur Penghijauan -

7. Pemakaman/TPU 2 Ha

8. Lain-lain 4 Ha

Total 325 Ha

Jumlah penduduk Desa Kiarapandak berdasarkan data statistik

Kabupaten Bogor yaitu sebanyak 6. 952 jiwa, yang terdiri atas 3.436 jiwa laki-

laki dan 3.517 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga 1.917 jiwa.

Desa Kiarapandak terdiri atas lima dusun, 14 RW, dan 50 RT dengan jumlah

keluarga Beragama Islam 6.951 dan Katholik 1 Orang.

Jumlah Penduduk Menurut Agama/Penghayatan Terhadap Tuhan yang

Maha Esa:

a. Islam : 6.952 Orang

b. Kristen Protestan : -

c. Katholik : 1 Orang

d. Budha : -

e. Hindu : -

Jumlah : 6.951 Orang

4 Profil Desa Kiarapandak, Kecamatan Suka Jaya Kabupaten Bogor Tahun 2017, h. 2.

Page 37: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

26

Ditinjau dari segi agama, mayoritas penduduk Desa Kiarapandak

beragama Islam dan sisanya beragama Katolik dengan jumlah masjid dan

mushola masing-masing 15 dan 14 buah.5

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan:

a. Lulusan Pendidikan Umum/Formal :

1. TK/TPA/PAUD : 70 Orang

2. SD/MI (Paket A) : 1.170 Orang

3. SMP/SLTP (MTs dan Paket B) : 970 Orang

4. SMA/SLTA (MA dan Paket C) : 580 Orang

5. Akademi/D-1-D3 : 8 Orang

6. Sarjana/S-1 : 38 Orang

7. Sarjana/S-2 : 3 Orang

8. Sarjana/S-3 : -Orang

Jumlah : 355 Orang

b. Lulusan Pendidikan Khusus/Non Formal:

1. Ponpes : 45 Orang

2. Khusus : 18 Orang

3. Sekolah Luar Biasa : - Orang

Jumlah : 63 Orang6

B. Asal-Usul Kampung Cipatat Kolot

Konon kabarnya di kampung Cipatat ada sebuah bukit dan gunung-

gunung yang mengelilingi sebuah kampung dimana tempat tersebut oleh

pemerintahan Belanda dijadikan Perkebunan Teh dan Pabrik pengolahan Teh

dengan para pegawainya adalah warga setempat dan pendatang yang oleh

5 Profil Desa Kiarapandak, Kecamatan Suka Jaya Kabupaten Bogor Tahun 2017, h. 1

6Profil Desa Kiarapandak, Kecamatan Suka Jaya Kabupaten Bogor Tahun 2017, h. 4.

Page 38: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

27

Pemerintah Belanda dipaksa untuk bekerja diperkebunan tersebut dengan upah

yang tidak seberapa dengan upah yang tidak memadai untuk mencukupi

kehidupan sehari-hari.7

Warga tetap semangat mengerjakan pekerjaan tersebut karna tidak ada

lagi mata pencaharian yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan

bercocok tanampun tidak boleh karena semua lahan yang ada dikuasai oleh

Pemerintah Belanda. Pusat Pemerintahan Belanda kebetulan berada di

kampung Cipatat, dimana kampung Cipatat tersebut diambil dari nama

tumbuhan yang bernama Patat yang umbinya bisa dimakan dan dijadikan obat

panas dalam dan daunnya bisa dimanfaatkan untuk membungkus makanan

yang bernama bacang makanan favorit masyarakat pada masa itu dan sampai

sekarang makanan tersebut masih ada dan setelah kemerdekaan warga

setempat kembali hidup bebas dan sesuai dengan perintah Bupati Bogor Ipik

Gandamanah menginstruksikan untuk membentuk Pemerintahan Desa maka

warga masyarakat bermusyawarah dalam satu tempat ketua adat yang terletak

di kampung Urug yang ketua adatnya pada masa itu bernama Abah Sapri

untuk merundingkan tokoh –tokoh Masyarakat yang bisa dijadikan sebagai

pemimpin di Desa tersebut dan supaya bisa dikenal oleh warga masyarakat.8

Asal-muasal Kasepuhan Adat yang ada di Kecamatan Sukajaya

Kabupaten Bogor. Cerita ini dimulai dari perjalanan Buyut atau nenek

moyang Cipatat yang menempati beberapa wilayah di Bogor bagian barat dan

kemudian meninggalkan ciri untuk daerah yang pernah disinggahinya hal ini

7Hasil wawancara dengan Bapak Budi (Kepala Desa Kiara Pandak), Bogor, 29 Maret

2019. 8 Hasil wawancara dengan Bapak Budi (Kepala Desa Kiara Pandak), Bogor, 29 Maret

2019.

Page 39: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

28

dimungkinkan agar dikenali oleh beberapa keturunanya dikemudian hari.

Daerah tersebut diantaranya:

Panjaungan: di daerah ini ciri yang ditinggalkan adalah Pande Besi

atau membuat peralatan dari besi seperti perabotan dan alat pertanian.

Ciasahan: di daerah ini ciri yang ditinggalkan adalah membuat batu asahan

untuk menunjang perajin pande besi dari daerah Panjaungan.

Parung Sapi: di daerah ini ciri yang ditinggalkan adalah keilmuan

dalam bidang agama Islam, oleh karena itu di daerah ini banyak kita jumpai

pesantren. Sajira, daerah ini ciri yang ditinggalkan adalah ilmu kejawaraan,

oleh karena itu kebanyakan watak dari masyarakat ini berwatak keras. Seni

Banten: di daerah ini ciri yang ditinggalkan adalah di bidang kesenian.

Setelah meninggalkan ciri di daerah-daerah yang pernah disinggahi

akhirnya Buyut Cipatat kembali ketempat asal di daerah Cipatat Kolot sampai

akhir hayatnya, kemudian dikuburkan di sebuah bukit yang ada di Cipatat

Kolot dekat dengan lembah manapa. Sampai sekarang makamnya banyak

diziarahi oleh masyarakat dan keturunannya serta menjadi acara rutin tiap

tahunnya yaitu acara Ziarah salembur atau Ziarah satu kampung ke Makam

Buyut Cipatat.9

C. Kondisi Agama dan Kepercayaan Masyarakat

Secara keseluruhan masyarakat Cipatat Kolot memeluk Agama Islam.

Hal itu dibahas dalam Profil Desa Kiarapadak. Dari hasil penelitian, penulis

mendapati bahwa mereka juga mengharmoniskan kehidupan beragama dan

kepercayaan dalam bingkai pengajaran Islam. Mereka merayakan Maulid Nabi

9Hasil Wawancara Pribadi dengan Abah Acim (Ketua Adat Desa Cipatat Kolot) Bogor,

29 Maret 2019.

Page 40: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

29

Muhammad (Muludan) dan sedekah di bulan Sya'ban (Sedekah Roahan)

sebagai bentuk amalan seorang Muslim.10

Sedangkan dalam hal ritual kepercayaan adatnya, mereka masih

melaksanakan ritual Serentaun, Sedekah Bumi, Seren Pataunan masyarkat

yang dilakukan dengan mengirim do'a untuk Nabi Muhammad karena telah

berjasa membawa agama Islam. Acara itu dipimpin ketua adat dan warga

khusus tentang tokoh agama pada bulan Maulid berdasarkan penanggalan

hijriah. Turut dihidangkan juga makanan-makanan khas daerah dan olahan

lauk-pauk yang kemudian dibagikan kepada warga didoakan.

Sementara Sedekah Roahan bagi masyarakat Cipatat Kolot merupakan

wujud bakti bagi Nabi Adam AS. Sebagai induk umat manusia. Ritual

dilaksanakan setiap tanggal 12 bulan Rowah (Sya'ban).11

Pelaksanaanya, pada

pagi hari masyarakat membawa ayam satu ekor per-keluarga untuk disembelih

di halaman rumah ketua adat. Kemudian diambil masing-masing untuk

dimasak. Setelah matang, mereka beramai-ramai diluncurkan kembal ke

rumah ketua adat untuk dido'akan. Hal itu dilakukan pada waktu Dzhuhur

waktu lokal.12

Dalam hal Serentaun, Seren Pataunan, dan Sedekah Bumi

menjadi ritual adat di Cipatat Kolot dan Kampung Urug yang letaknyanya

tidak jauh dari Kampung Cipatat Kolot Tradisi ini pun menutur Kampung

Cipatat Kolot mengandung nuansa Islam. Seperti melaksanakan Serentaun

sebagai wujud syukur kepada Tuhan yang Maha menguasai memerintahkan

dan menjadi hakikat semua yang ada di Bumi termasuk tanaman padi yang

bermanfaat bagi manusia.

10

Hasil Wawancara dengan ketua adat abah acim, Bogor, 29 Maret 2019. 11

Hasil Wawancara dengan ketua adat abah acim, Bogor, 29 Maret 2019. 12

Hasil Wawancara dengan ketua adat abah acim, Bogor, 29 Maret 2019.

Page 41: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

30

Traidisi yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Cipatat Kolot dan

Ritual Prihal Seren Pataunan, hampir sama dengan Seren Taun, ada ritual

berdo'a yang dipimpin oleh ketua adat, ziarah ke makam leluhur nenek

moyang ketua adat yang diwajibkan setiap warganya untuk ikut berziarah

kemakam kearamat tersebut dan ziarah untuk keluarga masing-masing warga.

Kemudian diakhiri prosesi makan bersama hasil panen kesenian tradisional

Sunda. Letak perbedaanya pada sifat refleksi ritualnya. Serentaun adalah

refleksi syukur atas panen padi, sedangkan Seren Pataunan lebih pada refleksi

perjalanan hidup selama transisi. Selanjutnya, ritual Sedekah Bumi yang

dilaksanakan setelah bular syawal. Ritual ini dilakukan sebelum menanam

padi dengan harapan terbeba dari hama dan implementasi-negosiasi gagal

panen lainnya. Sementara bentuknya adalah berdo'a dan makan bersama di

halaman rumah ketua adat.13

Tradisi atau Kebiasaan Masyarakat Selain mengharmoniskan

kepercayaan lokal dengan ritual-ritualnya, masyarakat Cipatat Kolot juga

memiliki identitas sosial budaya masayarakat Sunda. Seperti masih

dipentaskannya kesenian tradisional Nar Lisung Dongdang, Jaipongan, dan

Wayang Golek.

D. Pengertian Ziarah

Ziarah kubur merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk

mengenang jasa orang yang sudah meninggal dengan cara mendoakan

orang yang sudah meninggal tersebut agar diampuni dosanya. Sedangkan

berziarah ke kuburan keramat selain mendoakan orang yang sudah

13

Hasil Wawancara dengan ketua adat abah acim, Bogor, 29 Maret 2019.

Page 42: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

31

meninggal juga memohon kepada roh orang yang sudah meninggal agar

mereka yang berada di dunia diberi keselamatan dan dilindungi oleh Allah.

Dalam tradisi Islam, ziarah kubur merupakan bagian dari ritual keagamaan.

Seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia telah melakukannya.14

Kata ziarah, yakni kata serapan dari Bahasa Arab yaitu ziyarotun.

Dalam Bahasa Inggris disebut Pilgrimage yang berarti berkunjung atau

kunjungan, baik kepada yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.15

Ziarah tidak hanya mengunjungi makam-makam keramat, bahkan lebih dari

itu, makna ziarah sendiri yakni mengunjungi saudara, kerabat atau teman yang

masih hidup. Namun, masyarakat kita khususnya memahami makna ziarah

dengan aktivitas mengunjungi suatu tempat yang dikeramatkan atau

disakralkan.

Ziarah juga tidak sama dengan nyekar (Budaya Jawa) di makam

para leluhur. Apalagi jika kata ziarah itu disandingkan dengan kata “wali”,

yang menyebabkan kata ziarah memiliki makna dan tujuan yang lain. Bagi

orang-orang awam, makna dan tujuan ziarah “wali”, mungkin hanya

sekedar mencari berkah dari para wali, tergantung niat para peziarah

tersebut.

Sedangkan pengertian ziarah secara umum adalah melakukan

perjalanan mengunjungi tempat-tempat dengan maksud beribadah yang

diyakini sebagai tempat keramat karena pernah terjadi sesuatu yang

14

http://www.almukmingruki.com.index.php?option=com:ziarah-kubur-antara-sunnah-dan-

bidah diakses pada tanggal 20 Oktober 2019 15

Purwadi, Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual (Jakarta: Kompas), 2006, h. 3.

Page 43: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

32

dianggap memiliki keistimewaan dan berkaitan dengan kejadian historis

atau berdiamnya nenek moyang yang pernah hadir di tempat tersebut.16

16

Henderina Naralyawan, Ziarah ke Yerussalem: Tinjauan Terhadap Pemaknaan

Yerussalem Sebagai Tanah Suci di Kalangan Umat Kharismatik, (Skripsi S1, Sekolah Tinggi

Teologi Jakarta), 2009, h. 41.

Page 44: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

33

BAB III

FENOMENA ZIARAH SALEMBUR

DALAM MASYARAKAT ADAT CIPATAT KOLOT

A. Nilai-Nilai Keagamaan dan Tradisi

Agama dan budaya merupakan dua unsur penting dalam masyarakat

yang saling mempengaruhi. Ketika ajaran agama masuk dalam sebuah

komunitas yang berbudaya, akan terjadi tarik menarik antara kepentingan

agama di satu sisi dengan kepentingan budaya di sisi lain. Demikian juga

halnya dengan agama Islam yang diturunkan di tengah-tengah masyarakat

Arab yang memiliki adat-istiadat dan tradisi secara turun-temurun. Mau tidak

mau dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah harus selalu

mempertimbangkan segi-segi budaya masyarakat Arab waktu itu. Bahkan,

sebagian ayat al-Qur‟an turun melalui tahapan penyesuaian budaya setempat.1

Masyarakat Indonesia sangat kaya dengan masalah budaya dan tradisi

setempat. Budaya maupun tradisi lokal pada masyarakat Indonesia tidak hanya

memberikan warna dalam percaturan kenegaraan, tetapi juga berpengaruh

dalam keyakinan dan praktek- praktek keagamaan masyarakat. Islam, sebagai

sebuah agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia, memiliki

hubungan erat dengan kebudayaan atau tradisi-tradisi lokal yang ada di

nusantara. Hubungan antara Islam dengan isu-isu lokal adalah kegairahan

yang tak pernah usai. Hubungan intim antara keduanya dipicu oleh kegairahan

pengikut Islam yang mengimani agamanya: shalihun li kulli zaman wa makan

selalu baik untuk setiap waktu dan tempat. Maka Islam akan senatiasa

1 Buhori, Islam dan Tradisi Lokal di Nusantara, Jurnal al-Maslahah, Volume 13 Nomor

2, Oktober 2017, h. 230.

Page 45: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

34

dihadirkan dan diajak bersentuhan dengan keanekaragaman konteks budaya

setempat. Dalam ungkapan lain dapat dikatakan bahwa Islam tidak datang ke

sebuah tempat, dan di suatu masa yang hampa budaya. Dalam ranah ini,

hubungan antara Islam dengan anasir-anasir lokal mengikuti model

keberlangsungan (al-namudzat al-tawashuli), ibarat manusia yang turun-

temurun lintas generasi, demikian juga gambaran pertautan yang terjadi antara

Islam dengan muatan-muatan lokal di nusantara.2

Secara epistimologi kata budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi

berarti akal, kecerdikan, kepintaran dan kebijaksanaan, sedangkan

Dayamemiliki arti ikhtiar, usaha atau muslihat. Dedi Supriyadi mengartikan

bahwa budaya (culture) dapat dipahami sebagai pembangunan yang

didasarkan atas kekuatan manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran dan

semangat melalui latihan dan pengalaman, bukti nyata pembangunan

intelektual seperti seni dan pengetahuan. Dengan demikian secara singkat dan

sederhana, sebagaimana dipahami secara umum, kebudayaan merupakan

semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.3

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan

(material culture) yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya.

Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaedah dan nilai-nilai

sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti

luas. Sedangkan cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir

2 Buhori, Islam dan Tradisi Lokal di Nusantara, Jurnal al-Maslahah, Volume 13 Nomor

2, Oktober 2017, h. 230. 3 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 16.

Page 46: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

35

orang-orang yang hidup bermasyarakat, antara lain menghasilkan filsafat serta

ilmu pengetahuan.4

Salah satu bagian dari budaya adalah tradisi. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia tradisi diartikan sebagai adat kebiasaan turun-temurun (dari

nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat, atau juga penilaian

atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik

dan benar.5 Terminologi tradisi, yang berasal dari kata bahasa Inggris

tradition, sering juga disamakan dengan lafadz bahasa Arab „adah. Term

ini dipergunakan untuk menunjuk desain atau pola perilakudan kegiatan

tertentu menurut standar baku dalam bidangnya masing-masing yang sering

dilakukan oleh masyarakat.

Kebudayaan secara substansial merupakan hal yang esensial dalam

kehidupan suatu masyarakat. Setiap masyarakat betapapun sederhananya

tetap memiliki kebudayaan sebagai hasil karya, cipta dan rasa mereka.

Kebudayaan mengandung nilai, norma, dan pandangan hidup suatu

bangsa.

Kebudayaan adalah sesuatu kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain

kemampuan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh atau

dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.6

Kebudayaan itu merupakan blue-print yang telah menjadi kompas

dalam perjalanan hidup manusia, ia menjadi pedoman dalam tingkah

4 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 16.

5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008), 15-43 6E.B. Tylor (ed.), dalam J.Van Baal, Symbols For Communication: An Introduction to

The Antropological Study of Religion, (USA: Van Garcum & Company, 1971), h. 90.

Page 47: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

36

laku. Pandangan semacam ini mengharuskan untuk merunut

keberlanjutan kebudayaan itu pada ekspresi simbolik individu dan

kelompok, khususnya dalam meneliti proses pewarisan nilai itu terjadi

karena kebudayaan merupakan pola dari pengertian dan makna yang

terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol dan ditransmisikan

secara historis. Kenyataan ini yang juga turut memberikan kontribusi

kepada masyarakat Indonesia yang menjadikan bhinneka sebagai falsafah

hidup bersama di negara ini.7

Kebudayaan juga bisa bermakna kearifan lokal. Setiap masyarakat

mempunyai sistem sosial dan sistem budayanya sendiri yang membedakan

dengan masyarakat lainnya. Begitu juga dengan masyarakat Cipatat Kolot.

Mereka memiliki sejumlah tradisi atau kebiasaan yang masih dilaksanakan

dalam kehidupan sehari-hari dan juga diwariskan kepada generasi

selanjutnya. Tradisi tersebut dipandang oleh masyarakat masih fungsional

dan sesuai dengan tuntutan lingkungan tempat tinggal masyarakat. Salah

satu kearifan lokal dalam bentuk tradisi yang masih dipertahankan dan

tetap berlangsung sampai saat sekarang ini dalam masyarakat Kampung

Cipatat Kolot adalah "tradisi Ziarah Salembur". Tradisi yang sudah

diwariskan secara turun temurun ini tetap mampu bertahan, meskipun

masyarakat sudah diterpa oleh berbagai kemajuan dan perkembangan

zaman. Artinya, perubahan zaman dan era globalisasi tidak sampai

merusak tradisi yang ada, meskipun terdapat berbagai perubahan.

7Haryati Subadio, “Kepribadian Budaya Bangsa,“ dalam Ayat Rohadi (ed.),

Kepribadian Budaya Bangsa [Local Genius] (Jakarta: Pustaka Jaya,1986), h. 18-19.

Page 48: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

37

Kebhinnekaan masyarakat secara otomatis memiliki bhinneka dalam

budaya. Setiap masyarakat daerah memiliki kebudayaan tersendiri yang

sesuai dengan nilai pandang masyarakat yang mencerminkan pandangan hidup

masyarakat tersebut. Kebudayaan suatu daerah seringkali menjelma dalam

bentuk nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi budaya lokal.

Kearifan lokal (local genius) yang dapat diartikan secara

keseluruhan meliputi dan mungkin malahan dapat dianggap sama dengan

apa yang dewasa ini terkenal dengan cultural identity dan yang diartikan

sebagai identitas atau kepribadian budaya suatu bangsa, yang

mengakibatkan, bahwa bangsa bersangkutan menjadi lebih mampu

menyerap dan mengolah pengaruh kebudayaan yang mendatanginya dari

luar wilayah sendiri, sesuai dengan watak dan kebutuhan pribadinya.

Sebagai sesuatu yang diturunkan dari masa lampau, tradisi tidak

hanya berkaitan dengan landasan legitimasi, tetapi juga dengan sistem

otoritas atau kewenangan. Sebagai suatu konsep sejarah, tradisi dapat

dipahami sebagai suatu paradigma kultural untuk melihat dan memberi

makna terhadap kenyataan. Karena proses pembentukan tradisi

sesungguhnya merupakan suatu proses seleksi, maka tradisi dapat pula

dilihat sebagai seperangkat nilai dan sistem pengetahuan yang menentukan

sifat dan corak komunitas kognitif. Tradisilah yang memberikan kesadaran

identitas serta rasa keterkaitan dengan sesuatu yang dianggap lebih awal.8

Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul

dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan

8 Taufik Abdullah & Sharon Siddique (eds.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 1988), h. 61.

Page 49: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

38

lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama.9

Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat

menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem

pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan

damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai acuan

tingkah-laku seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi

kehidupan masyarakat yang penuh keadaban. Secara substansial, kearifan

lokal itu adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai-

nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertingkah-

laku sehari-hari masyarakat setempat. Oleh karena itu, sangat beralasan

jika Geertz10

mengatakan bahwa kearifan lokal merupakan entitas yang

sangat menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya. Hal

itu berarti kearifan lokal yang di dalamnya berisi unsur kecerdasan

kreativitas dan pengetahuan lokal dari para elit dan masyarakatnya adalah

yang menentukan dalam pembangunan peradaban masyarakatnya.

Lebih lanjut, Geertz menyebutkan bahwa agama sebagai sistem

kebudayaan merupakan pola bagi tingkah laku yang terdiri dari serangkaian

aturan, rencana, dan petunjuk yang digunakan manusia dalam mengatur setiap

tindakannya.

Demikian juga kebudayaan dapat dimengerti sebagai pengorganisasian

pemahaman yang tersimpul dalam simbol-simbol yang berhubungan dengan

ekspresi tingkah laku manusia. Karena itu, agama tidak hanya bisa dimengerti

9 E. Tiezzi, N. Marchettini, & M. Rossini, "Extending the Environmental Wisdom beyond

the Local Scenario: Ecodynamic Analysis and the Learning Community".

http://library.witpress.com/pages/paperinfo.asp. diunduh tanggal 18 November 2019. 10

Clifford Geertz, Local Knowledge; Further Essays in Interpretive Anthropology (New

York: Basic Book, Inc., Publisher, 1983).

Page 50: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

39

sebagai seperangkat nilai di luar manusia, tetapi juga merupakan sistem

pengetahuan dan sistem simbol yang dapat melahirkan pemaknaan.11

Sebagai sistem pengetahuan, agama merupakan sistem keyakinan yang

memuat nilai-nilai ajaran moral dan petunjuk kehidupan yang harus ditelaah,

dipahami, dan kemudian dipraktekkan oleh manusia dalam kehidupannya.

Nilai-nilai agama dapat membentuk dan mengkonstrukkan perilaku manusia

dalam kesehariannya. Sementara itu, agama sebagai sistem simbol dapat

dipahami bahwa dalam agama terdapat simbol-simbol yang berguna untuk

mengaktualisasikan ajaran agama yang dipeluknya, baik simbol-simbol

dimaksud berupa perbuatan, kata-kata, benda, sastra dan sebagainya.12

B. Tradisi Ziarah Salembur Sebagai Suatu Bentuk Solidaritas Sosial

1. Bentuk Solidaritas pada Ziarah Salembur

Konsep solidaritas sosial menurut E. Durkheim sebenarnya merupakan

sebuah proses sosial yang tercipta karena persamaan nilai, persamaan

tantangan dan kesempatan yang setara didasari oleh harapan dan

kepercayaan. Pengertian atau definisi ini memnag didasari oleh

kemampuan individu atau kelompok untuk bekerjasama dalam suatu

entitas yang akan menghasilkan solidaritas sosial.

Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan

kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan

didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat

tersebut. Wujud nyata dari hubungan bersama mereka itu akan melahirkan

pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.

11

Nur Syam, Mazhab-mazhab Antropologi, (Yogyakarta: LKiS, 2007), h. 13. 12

Paisun, “Dinamika Islam Kultural: Dialektika Islam dan Budaya Madura”, h. 161.

Page 51: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

40

Salah satu sumber solidaritas adalah gotong royong, istilah gotong royong

mengacu pada kegiatan saling menolong atau saling membantu dalam

masyarakat.

Tradisi kerjasama tersebut tercermin dalam berbagai kegiatan

masyarakat seperti membangun rumah, memperbaiki sarana umum,

mengadakan perhelatan atau hajatan desa, dalam bencana alam, kematian

dan lainnya. Koentjaraningrat membagi gotong royong menjadi 4 macam

terdiri dari gotong royong dalam produksi pertanian, gotong royong formal

antar tetangga, gotong royong dalam perayaan pesta, gotong royong dalam

bencana dan kematian. 13

Pada pembahasan kali ini adalah dispesifikasikan pada makna

solidaritas sosial masyarakat Desa Cipatat Kolot dalam bentuk Ziarah

Salembur yang selalu dilakukan setiap tahun untuk mengenang nenek

moyang di desa tersebut. Berikut bentuk-bentuk solidaritas sosial dalam

tradisi Ziarah Salembur di Desa Cipatat:

a) Musyawarah

Sebelum acara ziarah salembur di laksanakan ketua adat yakni abah

acim akan mengumpulkan beberapa orang untuk membicarakan

persiapan upacara ziarah ke makam nenek moyang, menentukan di

laksanakannya ziarah tersebut. Setelah berkumpulkan dan sudah

menentukan tanggal, barulah ketua adat memberikan informasi kepada

masyarakat Cipatat Kolot tentang pelaksanaan upacara ziarah.14

13

Luluk Dwi Kumalasari, “MAKNA SOLIDARITAS SOSIAL DALAM TRADISI

„SEDEKAH DESA‟ (Studi pada Masyarakat Desa Ngogri Megaluh Jombang)”, Senaspro2 UMM,

2017, h. 115 14

Hasil Wawancara dengan Ketua Adat Abah Acim, Bogor, 29 Maret 2019.

Page 52: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

41

b) Terlibat dalam perayaan Tradisi Ziarah Salembur

Masyarakat Cipatat Kolot dalam perayaan Tradisi Ziarah Salembur ini

sangatlah wajib untuk mengikuti ziarah tersebut. Ketua adat (Abah

Acim) mewajibkan masyarakatnya untuk ziarah karena menurutnya

dalam tradisi ini masyarakat patut memberikan penyembahan kepada

nenek moyangnya agar kampung Cipatat Kolot di jauhkan dari

malapetaka.

c) Gotong royong membuat makanan

Masyarakat Cipatat Kolot antusias dalam pelaksanaan Ziarah

Salembur, dalam semua kegiatan yang merupakan rangkain acara

Ziarah Salembur, ketua adat mewajibkan kepada masyarakat Cipatat

Kolot untuk senantiasa membawa makanan dari rumahnya masing-

masing, ada yang bawa rokok, nasi kuning, nasi putih, segala macam

yang bisa di makan. Makaan ini nantikan akan dimakan bersama-sama

di makam nenek moyang setelah prosesi upacara ziarah sudah

selesai.15

d) Doa bersama

Dalam prosesi Ziarah Salembur ini yang di pimpin oleh abah acim

selaku ketua adat, doa merupakan hal yang begitu khusyu kepada

nenek moyang. Pengharapan kepada nenek moyang mereka dalam

kehidupan sehari-hari agar diberikan keselamatan. Kemudian bahasa

15

Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Rosyid, 07 Oktober 2019.

Page 53: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

42

sunda merupakan bahasa dalam doa bersama ini yang di panjatkan

kepada para leluhur mereka.16

2. Makna Solidaritas dalam Tradisi Ziarah Salembur

Menurut Blumer ketika berbicara tentang makna maka ada konsep

yang harus dipahami bahwa tidak ada yang inheren dalam suatu obyek

sehingga ia menyediakan makna bagi manusia. Makna tersebut berasal

dari interaksi dengan orang lain, bahwa makna dari sesuatu berasal dari

cara-cara orang bertindak terhadapnya dalam kaitannya dengan sesuatu itu.

Tindakan-tindakan yang mereka lakukan akan memberikan batasan

sesuatu bagi orang lain, bahwa aktor memilih, memeriksa, berpikir,

mengelompokkan dan menstransformir makna dalam hubungannya

dengan situasi di mana dia ditempatkan dan arah tindakannya.

Sebenarnya interpretasi seharusnya tidak dianggap hanya sebagai

penerapan makna-makna yang telah ditetapkan, tetapi sebagai sesuatu

proses pembentukan dimana makna yang dipakai dan disempurnakan

sebagai instrumen bagi pengarahan dan pembentukan tindakan.17

Ketika berbicara tentang makna solidaritas sosial dalam tradisi ziarah

Salembur maka konsep yang dipahami adalah bagaimana solidaritas yang

ada pada saat pelaksanaan tradisi ziarah Salembur itu dilakukan dan

makna ikut turut mengiringi tradisi itu dan melekat dalam tradisi itu.

Pertanyaan yang bisa muncul adalah mengapa orang masih melakukan

suatu tradisi dari dulu hingga saat ini, apa sebenarnya hal-hal yang

menyebabkan atau hal-hal yang menjadi alasan, dan itu ada dalam tradisi

16

Hasil Wawancara Dengan Ketua Adat Abah Acim, Bogor, 29 Maret 2019. 17

Luluk Dwi Kumalasari, “MAKNA SOLIDARITAS SOSIAL DALAM TRADISI

„SEDEKAH DESA‟, h. 1120.

Page 54: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

43

itu. Saat ini orang-orang di kampung Cipatat Kolot tetap menjalankan

tradisi ziarah tiap tahunnya harus diadakan, karena dengan dilaksanakan

ziarah salembur ini mengingatkan kepada para leluhur dan nenek moyang

yang sudah tiada dan masyarakat bisa bertemu dan muncul rasa

kebersamaa dalam tradisi ziarah salembur. Makna-makna yang muncul

atau ada dalam tradisi sedekah desa antara lain dijelaskan melalui

penjabaran berikut ini.

a) Kebersamaan

Ziarah salembur ini di laksanakan setiap tahun sekali oleh masyarakat

Cipatat Kolot. Dalam pelaksanaanya semua terlibat pada saat

berkumpul dirumah adat, terlebih pada saat berbondong-bondong

kemakam nenek moyang mereka serta berdoa dalam kebersamaan.

Masyarakat menafsirkan bahwa segala tindakan yang dilakukan ada

tujuannya, salah satunya adalah untuk kebersamaan.18

b) Kekompakan

Pelaksanaan tradisi seringkali meminta warga terlibat secara aktif

dalam berbagai hal. Begitu pula yang terjadi di masyarakat Cipatat

Kolot saat tradisi ziarah salembur akan dilakukan, masyarakat siap

untuk dilibatkan dalam hal apapun. Sebab mereka merasa sebagai satu

kesatuan terlebih ziarah ini sesuatu yang begitu di wajibkan oleh ketua

adat untuk masyarakat Cipatat Kolot.19

Masyarakat terlibat pada kegiatan ziarah ini dari sebelum pelasanaan

masyarakat mempesrsiapakan makanan, mempersiapkan kemenyan

18

Hasil Wawancara Dengan Ketua Adat Abah Acim, Bogor, 29 Maret 2019. 19

Hasil Wawancara dengan Ketua Adat Abah Acim, Bogor, 29 Maret 2019.

Page 55: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

44

dan semua yang harus di perluakan. Adanya kekompkan bagi mereka

dalam ziarah salembur ini. Tujuannya sama, satu yaitu bekerja bareng-

bareng untuk prosesi ziarah kepada nenek moyang.

c) Keikhlsan

Keterlibatan masyarakat dalam ziarah salembur sangatlah penting bagi

ketua adat. Rasa keihklasan adalah rasa yang seringkali dirasakan

sebagai hal yang mudah dan terkadang juga sebagai hal yang sulit,

karena memang rasa ini muncul sebagai akibat dari proses atau

kejadian yang dialami.

Ziarah Salembur adalah salah satu tradisi yang diakui mengajarkan

nilai keihklasan itu, karena di dalam prosesi ziarah ini membutuhkan

tenaga dan material. Jiwa kebersamaan dan kekompkan yang selalu

ditanamkan sejak dulu maka masyarakat melakukan segala hal dengan

sukarela. Terlebih tradisi ziarah ini sudah menjadi tradisi wajib bagi

masyarakat Cipatat Kolot dan harus di jaga oleh mereka.20

Dapat disimpulkan bahwa kehidupan sosial budaya adalah kehidupan

interaksi satu sama lain, dilihat dari unsur-unsur kebudayaan yang ada.

Sosial budaya dapat merupakan penyebab atau akibat dari faktor-faktor

ekonomi desa/daerah, sehingga menyebabkan minimnya nilai sosial

seperti adat, pendidikan dan lembaga desa yang merupakan penghambat

kemajuan desa kondisi sosial budaya dapat menjadi ciri sosial

masyarakatnya.

20

Hasil Wawancara dengan Ketua Adat Abah Acim, Bogor, 29 Maret 2019.

Page 56: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

45

Dalam setiap kebudayaan atau tradisi masyarakat manapun, nilai

budaya yang sifatnya mengikat dan mengatur tata kehidupan masyarakat,

dan dengan inilah kehidupan manusia berjalan dengan baik, serta ada satu

tujuan yang akan dicapai.

Dalam Tradisi Ziarah Salembur terkandung sistem sosial budaya yang

merupakan perwujudan dari konsepsi pemikiran dari hal-hal yang

dianggap penting dan bernilai bagi kehidupan masyarakat. Sistem nilai

yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam

bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang

mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara-cara, alat-alat, dan

tujuan-tujuan perbuatan.

Seperti yang dikutip oleh Usman Pelly dan Asih Menanti,21

menjelaskan bahwa nilai budaya sebagai konsepsi umum yang

terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan

alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang, dan

tentang hal-hal yang diingini dan tak diingini yang mungkin bertalian

dengan hubungan antara orang dengan lingkungan dan sesama manusia.

Melalui tradisi Ziarah Salembur Masyarakat Cipatat Kolot diatur

tindakannya dan tata kelakuannya, terutama berkaitan dengan pelaksanaan

acara Ziarah Salembur. Ziarah Salembur sebagai pranata yang dianggap

penting oleh pendukungnya, mengatur peran yang harus dimainkan oleh

setiap warga masyarakat. Karena dengan tradisi ini hubungan individu

21

Usman Pelly & Asih Menanti, Teori-teori Sosial Budaya, h. 101.

Page 57: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

46

dengan individu yang lain atau hubungan antar keluarga diatur dan diikat

oleh satu sistem nilai budaya yang dikandungnya. 22

Tradisi Ziarah Salembur ini tetap dipertahankan dan terus dijaga oleh

masyarakat Adat Cipatat Kolot dan Tradisi ini secara fungsional

memainkan peranan yang penting dan bernilai guna di tengah masyarakat.

Sebagai sistem sosial budaya, Ziarah Salembur tidak hanya dipandang

sebagai ziarah saja namun ada nilai kebersamaan.

Di samping itu, Ziarah Salembur juga menciptakan ikatan moril yang

lebih erat, baik antar keluarga, maupun antar individu dalam masyarakat.

Karena dengan adanya tradisi Ziarah Salembur ini akan mampu

menghubungkan ikatan-ikatan persaudaraan Nilai-nilai solidaritas sosial

sangat nyata terkandung dalam tradisi Ziarah Salembur, dimana

masyarakat merasakan ketika fase persiapan,pelaksanaan dan berdoa

bersama-sama kepada nenek moyang sehingga menciptakan satu tujuan

pengharapan yang begitu besar.23

Semangat kebersamaan (solidaritas sosial) warga masyarakat

ditunjukkan dengan kerelaan mereka dalam memebawa makanan atau

yang telah di tetapkan oleh ketua adat untuk berziareah kemakam nenek

moyang, baik yang sifatnya materi, tenaga maupun waktu. Dalam kegiatan

Ziarah ini mereka dengan rela tidak melakukan pekerjaan rutinitas mereka

sepenuhnya, karena ziarah salembur ini wajib untuk masyarakat kampong

Cipatat Kolot.

22

Hasil Wawancara Dengan Ketua Adat Abah Acim, Bogor, 29 Maret 2019. 23

Hasil Wawancara Dengan Ketua Adat Abah Acim, Bogor, 29 Maret 2019.

Page 58: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

47

C. Persepsi Masyarakat Kampung Adat Cipatat Kolot Tentang Ziarah

Salembur

Dari beberapa pelaksanaan ritual Ziarah Salembur masyarakat Cipatat

Kolot, terdapat keserasian paham ajaran keagamaan (Islam) dan tunututan

adat. Meski dalam beberapa prosesinya lebih condong kepada tuntutan adat

atau ritual yang diwarnai oleh kepercayaan orang sunda lama, masyarakat

cipatat kolot memaknainya sebagai keadaan dimana Islam dan adat harus

hidup berdampingan.

Abah Olot atau selalu di sering di panggil Abah Ukat berpandangan

bahwa keberlangsungan keberagamaan (Islam) mayarakat yang ada di Cipatat

Kolot yang berdampingan dengan tradisi dan tuntutan adat bukan sesuatu yang

perlu dipersoalkan. Dan yang terpenting adalah aspek memahami inti ajaranya

dan mengupayakan pelaksananya, bukan mempertentangkan hal-hal yang

memang sudah sejalan, termasuk persoalan Agama dan Tuntutan adat.24

Ustadz Rosyid selaku tokoh agama Islam di Kampung Cipatat Kolot

memiliki pandangan tentang Ziarah Salembur yang selama ini selalu

dilakukan. Menurut Ustadz Rosyid, Ziarah Salembur tidak ada pertentangan

dalam hal keagamaan justru Rosul mensunnahkan ziarah ke makam-makam.

Dan Ziarah Salembur ini adalah salah satu adat yang baik untuk masyarakat

Kampung Cipatat Kolot, serta merupakan salah satu tradisi Sunda yang harus

dijaga. Terlebih Ziarah Salembur ini adalah tuntutan adat yang dilaksanakan

turun temurun di Kampung Cipatat Kolot.25

24

Hasil Wawancara Dengan Ketua Adat Abah Acim, Bogor, 29 Maret 2019. 25

Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Rosyid, 07 Oktober 2019

Page 59: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

48

Begitupun menurut Bapak Dace selaku RT di Cipatat Kolot

menyebutkan bahwa Ziarah Salembur ini termasuk tradisi adat masyarakat

setempat khususnya, serta masyarakat di luar Kampung Cipatat Kolot

umumnya yang wajib dilaksanakan setiap tahunnya. Beliau mengungkapkan

bahwa tradisi yang ada di Kampung Cipatat Kolot bukan hanya Ziarah

Salembur saja, namun banyak ritual yang dilaksanakan oleh Kampung Cipatat

Kolot. Seperti halnya Serentaun, Pongokan, Sedekah Bumi dan lain

sebagainya. Beliau menegaskan bahwa ritual-ritual tersebut tidak bertentangan

dengan ajaran Islam.26

Sedangkan menurut keterangan masyarakat cipatat kolot biasa, Teh

Nengsih, beliau tidak mempermasalahkan pelaksanan Ziarah Selembur yang

selalu di lakukan oleh masyarakat cipatat kolot setiap tahunnya. Bahwa

dengan adanya Ziarah Selembur memberikan nilai positif contohnya

kebersamaan, kekeluargaan dan menjaga nilai-nilai tradisi yang sudah ada.27

Disebutkan sebelumnya, bahwa masyarakat Sunda yang menjadi

identitas masyakarakat Cipatat Kolot Desa Kiarapandak mula-mula bukanlah

pemeluk Islam. Disebutkan Edi Ekadjati bahwa dikisarkan pada abad pra

sejarah, terdapat kepercayaan lokal di Tanah Sunda. Tepatnya sebelum Hindu

dan Buddha yang kemudian Islam masuk ke Nusantara. Dalam

perkmebangannya kepercayaan lokal tersebut mengalami keterpengaruhan

oleh Hinduisme dan Budhiesme,28

kemudian Islam setelahnya.29

26

Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Dace (RT Kampung Cipatat Kolot), 07

Oktober 2019. 27

Hasil wawancara pribadi dengan Teh Nengsih Masyarakat Biasa. 06 Oktober 2019 28

Dipaparkan olch Edi S. Eka Djati yang dikutip oleh Apuslieryana pada masa pea

sejarah, Tanah Sunda mengenal yang gaib sebagai manusia yang terlepas dari tubuh manusia yang

mati Jiwa yang tidak pernah pergi jauh, sudah di tempat tinggal, tinggal di tempat tinggalnya,

Page 60: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

49

Dengan demikian, masyarakat Cipatat Kolot kemungkinan besar

terpengaruh itu juga. Kemudian ihwal keserasian paham serta keharmonisan

ajaran keagamaan (Islam) dan tuntutan adat sunda yang terjadi di masyarakat

Cipatat Kolot pelaksaan Ziarah Salembur melalui teori fungsionalisme

structural Radclife Brown yang menjelaskan bahwa suatu kebudayaan bukan

hanya kebutuhan individu semata. Melainkan ia ada dan tetap bertahan karena

kebudayaan tersebut adalah kebutuhan kolektif. Brown mengumpamakan

sebuah masyarakat sebagai sebuahn struktur organisme tubuh manusia, dan

hubungan sosial yang sudah mapan antara kehidupan sosial adalah kehidupan

organisme tubuh tersebut.30

Dari teori tersebut bias disimpulkan, prosesi

ziarah salembur menjadi kebutuhan masyarakat cipatat kolot secara kolektif.

Selanjutnya, Brown juga menuturkan hubungan sosial, masyarakat,

norma dan budaya merupakan konsep yang lahir dari abstraksi terhadap

hanya bisa dinikmati sebagai roh yang gaib.Roh yang berasal dari manusia generani sebelumnya

disebut roh-roh atau arwah leluhur atau nenck moyang atau karuhun. Arwah leluhur itu dapat

memancarkan kekuatan gaib yang memperbaiki baik bagi manusia yang memang hidup,

bergantung pada bantuannya terhadap arwah lelahur. Dilakukan, dilakukan pemujaan rhadap

mereka oleh masyarakat sunda untuk terhindar dari pancaran gaib yang berdampak buruk

kemudian, tatkala masuk ajaran hindu dan badha, penduduk tanah sunda berkenalan dengan yang

gaib lain, dewa dewa bukan dari roh manasia berbeda dengan manusia. Tempat tinggal dewa di

Sorga alias nirwana. Hingga kemudian masyarakat Sunda mengenal sosok Dewa dan

Dewitermasuk yang memahami konsep pengawasan dan pengawasan hidup oleh dewa, dewi itu.

Lihat Agus Heryana, dkk, Mengungkap Nilai Tradisi Pada Seni Pertunjukan Rakyat Jawa Barat

(Bandung: Dinas Pariwisatan dan Kebudayaan provinsi Jawa Barat Balai Pengelolaan

kepubakalaan, Sejarah, dan Nilai Tradisional, 2009), h.84-85. 29

Setelah integrasi Hindu dan Buda masuk ke dalam kehidupan masarakat Sunda, masuk

dan berkembanglah agama Islam di tanah Sunda. Kepercayaan terhadap dewa dan dewi pun

berusaha mengubah. Seperti layaknya dalam epik atau kesusasteraan kuno Sunda Wawacan

Sulanjana yang terkait dengan makanan pokok yang sebelumnya bernuansa Budha Hindu

(Kepercayaan Dewi Sri sebagai pelindung padi) diwarnai oleh Islam. Dimana penggunaan mantra

kompilasi menanak nasi yang sebelumnya berisikan penghormatan kepada Dewi Sri digubah

dengan benuansakan Islam yang mencantumkan kata iman yang ditunjukan pada rukun Iman

dalam pertemuan Islam. Penjelasan mengenai hal ini dalam BAB I Naskah Rarakaan Nyi Pohaci

(Kakak Nyi Pohaci) yang diambil dari Kalsum, "Kearifan Lokal di Wawacan Sulanjana: Tradisi

Menghormati Padi pada Masyarakat Sunda di Jawa Barat, Indonesia," Sosiohumanika Volume 3,

No.10 (Mei 2010), h.87. 30

Koenjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: UI Press, 2010), h.176.

Page 61: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

50

kenyaaataan prilaku manusia.31

Sehingga disimpulkan, prosesi Ziarah

Salembur masyarakat Cipatat Kolot lengkap dengan segala hal di dalamnya

merupakan abstraksi dan pertentangan terhadap dampak dari pelaksanaannya.

Mengingat, seperti yang disampaikan sebelumnya, masyarakat Cipatat Kolot

mendapatkan apa yang dinamakan fungsi dari prosesi Ziarah Salembur yang

membahas tentang aspek lain dalam kehidupan mereka. Dimana dengan

melaksanakannya akan memberi kontribusi terhadap kesehatan, vitalitas

sistem sosial dan penjaminan keberlanjutan yang dibutuhkan.

Selain itu, peran masing-masing individu masyarakat Kampung Adat

Cipatat Kolot Ketua Adat, pemerintah-pemerintah dan masyarakat Cipatat

Kolot lainnya dinilai berpengaruh juga dalam bidang tradisi dan adat di

Cipatat Kolot. Seperti yang diberikan Brown, yaitu untuk pembangunan

sistem sosial atau struktur sosial terhadap pola hubungan yang dilakukan

antara individu-individu, antara kelompok-kelompok, atau asosiasi-hubungan

sosial dalam setiap Masyarakat. Menurut Brown, ini adalah kontribusi yang

dimainkan oleh sebuah item sosial, atau sebuah asosiasi sosial terhadap

kemantapan suatu struktur sosial.32

31

Amri Marzali, “Struktural Fungsionalisme,” Jurnal Antropologi Indonesia Volume 30,

No.2 (Mei 2006), h.128. 32

Amri Marzali, “Struktural Fungsionalisme,” Jurnal Antropologi Indonesia Volume 30,

No.2 (Mei 2006), h.128.

Page 62: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

51

BAB IV

MAKNA, TUJUAN DAN PROSEI ZIARAH SALEMBUR MASYARAKAT

KAMPUNG ADAT CIPATAT KOLOT

A. Ziarah dalam Islam

Ziarah di makam-makam orang yang dianggap suci mempunyai

tradisi yang berakar panjang dalam sejarah perkembangan agama Islam.

Perdebatan tentang tradisi ini juga bergaung jauh dalam sejarah. Dari Ibn

al-Jawz dan Ibn Taymiyah pada abad ke-12 hingga ke-13, sampai dengan

Ibn Abd al-Wahab, Rashid Rida dan Sayyid Qutb pada abad ke-19 – ke-

20, perilaku keagamaan itu dengan gigih dikecam oleh sebagian kalangan

sebagai praktik syirik dan bidah. Namun tidak sedikit yang tetap

mempraktikkan dan meyakininya sebagai praktik ibadah. Bahkan ziarah

kubur merupakan sebuah perilaku agama yang sangat penting di semua

pelosok dunia Islam dan berakar pada ajaran Islam.

Dalam konteks seperti di atas itulah, fenomena ziarah ternyata tidak

berwajah tunggal. Ia mempunyai banyak wajah. Ia berkelindan antara

kesalehan, penonjolan identitas ke-Islaman seseorang dan bahkan dimensi

komersial yang seringkali juga membonceng dalam tradisi ziarah. Itulah

realitas ziarah saat ini, yang fenomenanya begitu beragam dan

membutuhkan kajian jernih dan mendalam agar diperoleh pemahaman

yang utuh.1

1 M. Misbahul Mujib, Jurnal Kebudayaan Islam Ibda‟, Tradisi Ziarah dalam Masyarakat

Jawa: Kontestasi Kesalehan, Identitas Keagamaan dan Komersial, Vol. 14 No. 2, Juli-Desember

2016, h. 206.

Page 63: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

52

Ziarah kubur biasa dilakukan dengan mengunjungi makam-makam

keluarga, kerabat, tokoh masyarakat, ulama, wali dan nabi yang telah

berjasa bagi perkembangan agama Islam. Ziarah bisa dilakukan kapan

saja, tanpa ada batasan dalam waktu pelaksanaannya. Akan tetapi, para

peziarah biasanya melakukan ziarah para hari Jumat, menjelang hari raya

Idul Fitri dan pada bulan-bulan tertentu saat perayaan hari besar.

Ulama dan ilmuan Islam dengan berdasarkan al-Qur‟an dan hadis-

hadis memperbolehkan ziarah dan menganggapnya sebagai perbuatan

yang memiliki keutamaan, khususnya adalah ziarah ke makam para Nabi

dan orang-orang saleh.2

Kegiatan ziarah kubur hingga saat ini masih menjadi sebuah

kegiatan yang banyak dilakukan oleh seluruh umat Islam di seluruh

penjuru dunia. Hukum dari ziarah kubur adalah sunnah, yaitu barang siapa

yang melakukannya maka dia akan mendapatkan pahala sedangkan yang

meninggalkannya dia tidak mendapatkan dosa. Dasar diperbolehkannya

ziarah adalah sebagaimana sabda Nabi SAW: “Dulu aku pernah melarang

kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah kalian ke kuburan, karena

itu akan mengingatkan kalian pada akhirat” HR. Muslim.3

Hakikat dari ziarah kubur adalah agar peziarah (orang yang

berziarah) senantiasa mengingat kematian dan akhirat. Dengan berziarah

peziarah akan sadar bahwa kelak dia pun juga akan mati dan akan

dikuburkan sebagaimana jenazah di makam yang diziarahi. Kesadaran

2 Syekh Subhan Ja‟far, Tawassul Tabarruk Ziarah Makam Karamah Wali Kritik Sanad

Atas Faham Wahabi, (Bandung: Hidayah), 1995, h. 47. 3 Syekh Subhan Ja‟far, Tawassul Tabarruk Ziarah Makam Karamah Wali Kritik Sanad

Atas Faham Wahabi, h. 47.

Page 64: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

53

akan mati tersebut merupakan sebuah hal yang baik bagi seseorang untuk

terus meningkatkan kualitas ketakwaannya kepada Allah dan

mengingatkannya bahwa terdapat tempat lain selain dunia ini. Selain

sebagai tempat penyadaran diri, ziarah dilakukan seseorang dengan niatan

untuk mendoakan mayit (orang yang telah meninggal dunia) yang telah

dimakamkan di kuburan tersebut. Peziarah mendoakan agar dosadosa si

mayit mendapatkan ampunan dari Allah dan mendapatkan tempat yang

menyenangkan di sisi-Nya.

Ziarah adalah ungkapan yang berasal dari bahasa Arab zaara-yazuuru-

ziyaratan yang berarti mengunjugi atau kunjungan. Istilah ziarah menurut

Muhaimin AG. lebih merujuk kepada kunjungan resmi kepada orang

terkemuka seperti Kyai kharismatik yang di hormati, atau ke sebuah tempat

suci atau keramat seperti kuburan/makam atau situs benda-benda peninggalan

wali atau kyai besar dengan harapan dengan ziarah itu yang bersangkutan

mendapatkan berkah.4

Tradisi ziarah kubur di dalam Islam, memang pernah dilarang oleh

Rasulullah saw dalam sebuah Haditsnya “aku telah melarang kalian untuk

melakukan ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah” sebagai tindakan yang

tidak benar dan membahayakan aqidah. Dilihat dari teks hadits tersebut

terdapat amr‟ (kata perintah) yaitu fazuuruha yang artinya ziarahlah, dan

sebelumnya ada nahyi (kata yang berarti larangan) yaitu nahaitukum, jika

dicermati dari pernyataan para ulama‟ dalam berbagai kitab qawaid fiqhiyah

yakni ál-amru ba‟da nahyi tufidul ibahah (perintah itu terjadi setelah larangan

4 Syahdan, Ziarah Perspektif Kajian Budaya, h. 84.

Page 65: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

54

maka artinya itu boleh) maka dapat dipahami bahwa berziarah tersebut adalah

suatu aktivitas yang hukumnya boleh-boleh saja. Argumen tersebut

menunjukka bahwa larangan berziarah ke kuburan itu bersifat sementara, tidak

mutlak atau final, barangkali tempo dulu Rasulullah saw melihat sisi dampak

atau mudharatnya yang akan terjadi bila dibiarkan begitu saja karena kondisi

akidah umat Islam ketika itu masih belum kuat. Tetapi kemudian pada

akhirnya Rasulullah SAW memperbolehkan ziarah kubur kepada umat Islam

ketika itu barangkali karena mengingat kondisi akidah umatnya dirasa sudah

cukup mantap.5

B. Ziarah Salembur dalam Tradisi Masyarakat Adat Kampung Cipatat

Kolot

1. Ziarah Salembur

Salembur dalam Bahasa Sunda memiliki arti perkumpulan dalam

masyarakat sekampug atau sedesa. Ziarah Salembur adalah prosesi

penghormatan terhadap makam seseorang yang dikeramatkan oleh

masyarakat Cipatat Kolot. Masyarakat percaya bahwa ziarah ini bertujuan

untuk meningkatkan keamanan, kerukunan, dan kesejahteraan masyarakat

Cipatat Kolot. Ziarah Salembur mulai eksis di masyarakat Cipatat Kolot

sejak masa penjajahan dan konon menurut masyarakat, makam keramat ini

mempunyai peranan penting dalam menjaga kampung Cipatat Kolot dan

mempunyai Ilmu yang melebihi dari masyarakat lain.6 Sehingga makam

ini dikeramatkan oleh masyarakat setempat dan di hormati. Sehingga

5 Syahdan, Ziarah Perspektif Kajian Budaya, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, Vol.

13, No., Juni 2017, h. 84. 6 Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019.

Page 66: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

55

banyak sekali masyarakat di luar kampung Cipatat yang berziarah ke

makam tesebut untuk meminta keberkahan dan kelancaran rezeki dan

kelancaran hidup. Makam ini pun sering kali di kaitkan dengan masa-masa

Kerajaan Padjajaran Prabu Siliwangi dan asumsi masyarakat bahwa

makam keramat inipun dikayakini masih keturunan Prabu Siliwangi.7

Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa makna dari ziarah

salembur adalah untuk meminta keberkahan kepada nenek moyang agar

para penduduk tidak pernah merasa kekurangan dan selalu hidup

berkecukupan serta diberikan keselamatan dalam menjalani aktivitas

kehidupan sehari-hari dan juga meminta agar hasil bumi dijaga terutama

untuk tidak dirusak oleh hama yang dapat merugikan masyarakat.

Maknanya lainnya adalah:

a. Meningkatkan solidaritas masyarakat

Sebelum ke makam, ketua adat menginstruksikan kepada para

peziarah untuk membawa bekal yang nantinya akan dimakan

bersama. Masyarakat tolong-menolong dalam bergotong-royong,

setia kawan dan memiliki tenggang rasa. Sehingga tidak ada

masyarakat yang hidup secara individu dalam melalukan apapun.

Ketika mereka berkumpul bersama pun, para peziarah saling

menyapa dan bertanya sehingga terjalin interaksi yang hangat dan

silaturrahmi menjadi lebih akrab.8

7 Wawancara dengan Abah Ukat selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019.

8 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Rosyid, 07 Oktober 2019.

Page 67: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

56

b. Sebagai Wasilah Do‟a dalam Masyarakat Cipatat Kolot

Menurut keyakinan masyarakat dari dulu sampai sekarang, dengan

kekuatan gaib yang dimilikinya arwah nenek moyang Cipatat Kolot,

sangat membantu masyarakat untuk menyampaikan doa-doanya

agar sampai kepada Tuhan. Oleh karena itu masyarakat Cipatat

Kolot datang setiap tahunnya untuk berziarah, berniat, dan

melepaskan nazar.

2. Makna Perlengkapan Ziarah Salembur

Simbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara, atau bentuk-bentuk

tertulis yang diberi makna oleh manusia. Simbol ini dapat berbentuk

bahasa, mimik wajah, gerak-gerik, tata ruang dan benda-benda ritual.9

Pada pelaksanaan aktivitas ziarah salembur terdapat berbagai benda-

benda ritual seperti kemenyan, nasi kuning dan nasi putih. Benda-

benda tersebut berfungsi sebagai penghubung antara peziarah dengan

roh nenek moyang. Setiap benda-benda yang digunakan memiliki

simbol bagi masyarakat adat Cipatat Kolot.10

Seperti halnya Kemenyan

(kumayan) Kemenyan merupakan getah yang berasal dari pohon

kemenyan yang apabila dibakar memiliki aroma wangi yang khas.

Kemenyan ini dibakar sebelum berdo‟a tujuannya untuk memanggil

roh-roh leluhur. Arwah gaib akan datang setelah mencium bau

kemenyan tersebut, masyarakat meyakini bahwa roh-roh tersebut akan

menyukai wangi-wangian dan salah satu aroma wangi yang dipakai

9Ahmad F. Saifiddin. Antropologi Kontemporer.Jakarta: Kencana. 2001. H. 289-290

10Wawancara dengan Abah Ukat selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019.

Page 68: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

57

adalah kemenyan. Membakar kemenyan untuk pemanggilan roh-roh

nenek moyang diasumsikan sebagai aktivitas sinkretisme.

3. Tujuan Ziarah Salembur

Tujuan ziarah salembur dari pengamatan yang didapatkan penulis di

lapangan, dapat dipahami bahwa ziarah itu dilakukan antara lain sebagai

syukuran atas apa yang diperoleh seperti mendapat rejeki yang banyak,

dinaikkan pangkatnya, di samping itu ada pula menjadikan ziarah itu

sebagai bagian dari rutinitas keagamaan, membayar atau memenuhi nazar.

Itulah antara lain beberapa hal yang mendorong setiap orang untuk

melakukan ziarah ke makam yang di anggap keramat. Lebih unik lagi

dengan tradisi ziarah yang dilakukan oleh masyarakat Cipatat Kolot, dan

motivasi mereka melakukan ziarah salembur juga agar mendapatkan

kelancaran rejeki, usaha, dan panen.11

Kemudian peziarah yang ada di kampung adat Cipatat Kolot

merupakan orang-orang dari bebagai daerah yang memiliki karakter,

keyakinan, serta motivasi yang berbeda namun dalam Ziarah Salembur ini

ketua adat yakni Abah Acim mewajibkan masyarakat Cipatat Kolot untuk

mengikuti ziarah ke makam keramat nenek moyang.12

Melakukan upacara

atau ritual ke tempat-tempat keramat adalah suatu tindakan religius yang

merupakan bagian dari kebudayaan. Kegiatan dan ritual tertentu pada

prinsipnya merupakan upaya manusia dalam mencari hubungannya

dengan Tuhan, dewa-dewi atau mahkluk yang menghuni alam gaib.

Kegiatan manusia tersebut sudah tentu dilandasi dan didorong oleh adanya

11

Wawancara dengan Abah Ukat selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019. 12

Wawancara dengan Abah Ukat selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019.

Page 69: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

58

emosi keagamaan, sebuah getaran spiritual yang dipercaya mampu

menggerakan jiwa manusia. Beberapa pakar agama menyebutkan bahwa

aktivitas ritual merupakan proses di mana jiwa manusia dimasuki cahaya

Tuhan.13

Ada beberapa motivasi atau tujuan orang-orang yang hendak berziarah

diantarannya:

a. Berkaua/Berkaul

Setiap manusia pasti memiliki keinginan dan permintaan, karena

manusia mempunyai kebutuhan untuk hidup. Bakaua (berkaul)

merupakan permintaan yang ditujukan kepada nenek moyang, yang

dijadikan sebagai perantara. Selain menjenguk kuburan keramat

masyarakat juga senantiasa meminta doa melalui ketua adat karena

ialah yang lebih dekat dekat dengan nenek moyang sehingga

keinginannya bisa terkabul sesuai dengan keinginan mereka.14

Salah satu tujuan pergi berziarah ke kuburan keramat adalah

bakaua yang artinya meminta kepada orang keramat yang diyakini

sebagai perantara kepada Tuhan, agar doa mereka cepat

terkabulkan. Terkabulnya doa warga yang awalnya disampaikan

kepada Allah melalui perantara nenek moyang, diwujudkan oleh

masyarakat dalam suatu ritual pada aktivitas Ziarah Salembur ke

kuburan keramat nenek moyang tersebut.

13

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta:Penerbut

Djambatan,2002), h.144. 14

Wawancara dengan Abah Acim selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019.

Page 70: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

59

b. Berniat atau Nazar

Sebagian besar masyarakat Cipatat Kolot pergi berziarah dengan

tujuan melepaskan niat atau nazar, seperti sembuh dari sakit, naik

kelas, memperoleh rezeki, jauh dari mara bahaya dan lain

sebagainya. Masyarakat menyampaikan niat atau nazarnya kepada

nenek moyang, Sebagian masyarakat menyampaikan doa dan

niatnya di pimpinan oleh ketua adat di mana dengan doa berbahasa

sunda dan dilengkapi dengan kemenyan, dan makanan yang telah

dibawa oleh masyarakat.15

C. Proesi Ziarah Salembur Cipatat Kolot

Masyarakat kampung Cipatat Kolot Desa Kiarapandak Kecamatan

Sukajaya Kabupaten Bogor masih menjaga kearifan lokal serta tradisi yang

ada. Disana masih banyak tradisi-tradisi yang dijaga salah satunya yaitu ziarah

salembur. Ziarah salembur merupakan prosesi ritual adat yang dilakukan

setahun sekali setelah hari raya idul fitri oleh seluruh masyarakat kasepuhan

Cipatat Kolot dan sekitarnya. Acara tersebut dipimpin langsung oleh ketua

adat yang bernama Abah Acim.16

Sebelum menuju makan keramat, masyarakat kasepuhan berkumpul di

rumah adat tempat tinggal Abah Acim selaku ketua adat dengan menyerahkan

berbagai macam makanan seperti nasi uduk, nasi kuning, dan ada pula yang

menyerahkan uang ataupun rokok serta kemenyan sebagai syarat prosesi

ziarah.

15

Wawancara dengan Abah Acim selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019. 16

Wawancara dengan Abah Acim selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019.

Page 71: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

60

Tepat pukul 07.00 pagi, masyarakat berbondong-bondong menuju

makam keramat nenek moyang yang berada tepat dibawah lembah menapa

dengan membawa syarat-syarat ziarah. Makam keramat tersebut berada

didalam sebuah bangunan. Acara dilaksanakan di pimpin oleh Abah Acim

dengan membaca doa-doa menggunakan bahasa sunda dan membakar

kemenyan. Upacara Ziarah Salembur ini diwajibkan kepada seluruh

masyarakat Cipatat untuk menghadiri upacara ziarah salembur karena untuk

menghormati nenek moyang kasepuhan Cipatat Kolot.17

Selain itu, acara ziarah bukan hanya dilakukan oleh masyarakat Cipatat

Kolot saja. Akan tetapi masyarakat umum pun boleh turut mengikuti. Setelah

prosesi Ziarah Salembur selesai, masyarakat adat Cipatat Kolot berkumpul

untuk mengikuti acara pembagian kemenyan untuk dibagikan kepada

masyarakat dan berharap berkah dari yang maha kuasa.

Tidak sedikit orang yang berziarah dan bermalam ke makam nenek

moyang Cipatat Kolot dan meminta doa kepada ketua adat (Abah Acim).

Mereka menganggap bahwa berziarah ke makam nenek moyang Cipatat Kolot

bisa memberikan keberuntungan salah satunya seperti usaha. Dan tidak sedikit

juga para pejabat yang meminta doa kepada ketua adat dan berziarah ke

makam nenek moyang Cipatat Kolot. Mayoritas masyarakat adat Cipatat

Kolot memeluk agama islam, akan tetapi tradisi-tradisi yang ada masih dijaga.

Hal ini di buktikan dari persiapan dan prosesi Tradisi Ziarah Salembur yaitu

sebagai berikut:Yang diwarnai di atas disimpan di bagian isi.

a. Persiapan Ziarah Salembur

17

Wawancara Pribadi dengan Abah Acim (Ketua Adat Desa Cipatat Kolot) Bogor, 29

Maret 2019

Page 72: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

61

Persiapan dalam ziarah kubur ke kuburan keramat Nenek Moyang

Cipatat Kolot adalah menetapkan waktu pelaksanaan, tempat, hewan-

hewan korban dan benda-benda ritual. Penetapan kapan waktu

pelaksanaan ziarah salembur, terutama pada aktivitas ziarah khusus

biasanya dilaksanakan pada akhir tahun. Kapan waktu/hari untuk

melakukan ziarah salembur ini ditentukan oleh ketua adat. Masyarakat

Cipatat Kolot wajib untuk berziarah ke nenek moyang. Tempat

pelaksanaan ziarah ini adalah di gunung makam karuhun cipatat kolot

makam keramat ini beda dengan yang lain karena kuburan nenek

moyang berbentuk rumah dan tempat ziarah keramat nenek moyang

terletak tidak jauh dari rumah abah acim selaku ketua adat.18

Sebelum melaksanakan ritual ziarah salembur ke kuburan keramat

nenek moyang cipatat kolot, bagi semua peziarah harus membawa

makanan, rokok, nasi kuning, nasi putih dan kemenyan dan ketua adat

akan mengorbankan hewan, terlebih dahulu untuk di hidangan setelah

ziarah serta menyiapkan syarat-syaratnya. Selain bernazar, peziarah

juga datang ke kuburan keramat untuk melepaskan niat.Niat tersebut

disampaikan.19

b. Pelaksanaan Ziarah Salembur, pindahkan ke bagian isi

Dalam pelaksanaan ziarah salembur Nenek Moyang Cipatat Kolot,

terdapat berbagai aktivitas yang dilakukan, seperti pemotongan hewan

(berkorban), masak-masak, makan bersama dan berdo‟a.Berikut

dideskripsikan setiap aktivitas yang dilaksanakan.

18

Wawancara dengan Abah Acim selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019. 19

Wawancara dengan Abah Acim selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019.

Page 73: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

62

1) Pemotongan Hewan

Berkorban merupakan suatu perbuatan pembunuhan binatang

korban, atau manusia, secara upacara.20

Pada pelaksanaan aktivitas

ziarah setelah idhul fitri atau idhul adha, biasanya dilakukan

pemotongan hewan korban oleh ketua adat. Karena masyarakat

meyakini kalau meminta ke kuburan keramat nenek moyang cipatat

kolot akan disampaikan akan cepat terkabulkan, kuburan keramat

tersebut diyakini sebagai orang yang memiliki kelebihan pada saat

ia hidup dan mempunya peran penting di cipatat kolot pada zaman

dahulu, sehingga ia ditempatkan yang suci dan diyakini oleh

masyarakat cipatat kolot ketika masyarakat cipatat kolot atau

masyarakat umum yang ingin meminta sesuatu akan cepat

terkabulkan.21

Hewan korban yang akan dipotong bermacam-macam ada

kambing, ayam dan biasnya masyarakat cipatat kolot membawa

makanan yang sudah dimasak untuk dibawa pada saat berziarah

kemakan nenek moyang.22

Pemotongan hewan korban ini dilakukan oleh kaum laki-laki dan

mempersiapkan peralatan masak-memasak seperti menyembelih

kambing, menyiapkan tungku, bumbu-bumbu bahkan memasang

tenda. Sebelum penyembelihan hewan korban ini harus dido‟akan

terlebih dahulu oleh ketua adat.

20

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta:Penerbut

Djambatan,2002), h.251 21

Wawancara dengan Abah Ukat selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019. 22

Hasil Wawancara dengan Abah Ukat, Bogor, 06 Oktober 2019.

Page 74: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

63

2) Makan Bersama

Dalam proses masak-memasak dan makan bersama masayarakat

cipatat kolot diwajibkan oleh ketua adat untuk membawa makan

pada saat berzikarah.

Acara ini dilakukan bersama-sama untuk

memeriahkan suasana.

Acara makan bersama di lakukan setelah upacara atau ziarah ke

nenek moyang telah selesai, barulah masyrakat cipatat kolot bias

makan bersama dengan hidangan yang telah mereka bawa dari

masing rumah. Karena pada acara ini para peziarah saling bertemu

dan berkomunikasi dengan keadaan yang relek, saling tolong

menolong pada saat menghidangkan makanannya sehingga dapat

meningkatkan kembali rasa solidaritas di antara mereka.23

23

Wawancara dengan Abah Acim selaku Ketua Adat, Bogor, 06 Oktober 2019.

Page 75: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dijelaskan pembahasan tentang Fenomena Ziarah Salembur

pada Kampung Cipatat Kolot Kabupaten Bogor pada bab-bab sebelumnya,

maka akhirnya dibuat kesimpulan bahwa Ziarah Salembur merupakan sebuah

tradisi yang disakralkan oleh masyarakat Cipatat Kolot dimana setiap tahun

nya masyarakat Cipatat Kolot di wajibkan oleh ketua adat untuk berziarah ke

makam keramat nenek moyang. Sebelum menuju makan keramat, masyarakat

kasepuhan berkumpul di rumah adat tempat tinggal Abah Acim selaku ketua

adat dengan menyerahkan berbagai macam makanan seperti nasi uduk, nasi

kuning, dan ada pula yang menyerahkan uang ataupun rokok serta kemenyan

sebagai syarat prosesi ziarah. Tepat pukul 07.00 pagi sampai selesai,

masyarakat berbondong-bondong menuju makam keramat nenek moyang

yang berada tepat dibawah lembah menapa dengan membawa syarat-syarat

ziarah. Makam keramat tersebut berada didalam sebuah bangunan. Acara

dilaksanakan di pimpin oleh Abah Acim selaku Ketua Adat dengan membaca

doa-doa menggunakan Bahasa Sunda dan membakar kemenyan. Upacara

Ziarah Salembur ini diwajibkan kepada seluruh masyarakat Cipatat untuk

menghadiri upacara ziarah salembur karena untuk menghormati nenek

moyang kasepuhan Cipatat Kolot.

Page 76: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

65

B. Saran

Setelah menyusun penenlitian ini, penulis berharap agar:

a. Pemerintah daerah hendaknya mempunyai peraranan penting pada tradisi-

tradisi lokal yang ada

b. Pihak kampus UIN Jakarta menambahkan koleksi-koleksi terkait Tradisi

Lokal, karena masih jarang pembahasan mengenai Tradisi Lokal.

c. Terdapat kajian lebih mendalam lagi mengenai Tradisi-Tradisi yang ada di

di Kampung Cipatat Kolot, Terkhusus dalam kajian Studi Agama-Agama

d. Ada penelitian yang melanjutkan penelitian ini, sehingga banyak temuan-

temuan baru terkait Tradisi Ziarah Salembur di Kampung Cipatat Kolot.

Page 77: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

66

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdullah, Taufik & Sharon Siddique (eds.) Tradisi dan Kebangkitan Islam di

Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1988.

Abdur Razak dan Rosihon Anwar. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia. 2006.

Barker, Chris. Cultural Studies, Teori dan Praktik. Terj. Tim KUNCI Cultural

Studies Center. Yogyakarta: Bentang, 2005.

Buhori. “Islam dan Tradisi Lokal di Nusantara” Jurnal al-Maslahah. Volume 13

Nomor 2, Oktober 2017.

Caroline Pooney. African Litelature, Animism And Politic. London: Routledge.

2001.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008.

F. Saifiddin, Ahmad. Antropologi Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2001.

Geertz, Clifford. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

---------------. Local Knowledge; Further Essays in Interpretive Anthropology.

New York: Basic Book, Inc., Publisher, 1983.

H. Lubis, Nina. Tradisi dan Transformasi Sejarah Sunda. Bandung: Humaniora

Utama Press, 2000.

Hadikusuma, Hilman. Antropologi Agama Jilid I. Bandung: Aditia Bakti, 1993.

Julianto, Irwan. Peranakan Tionghoa Indonesia Sebuah Perjalanan Budaya.

Jakarta: Intisari, 2009.

Luluk Dwi Kumalasari. “MAKNA SOLIDARITAS SOSIAL DALAM TRADISI

„SEDEKAH DESA‟. Studi pada Masyarakat Desa Ngogri Megaluh

Jombang. Senaspro2 UMM, 2017.

Kahmad, Dadang. “Agama Islam dalam Perkembangan Budaya Sunda” dalam

Cik Hasan Bisri, dkk. (ed.). Pergumulan Islam dengan Kebudayaan

Lokal di Tatar Sunda. Bandung: Kaki Langit, 2005. Periksa Juga Edi

S. Ekadjati. Kebudayaan Sunda Suatu Pendektan Sejarah Jilid 1

Jakarta: Pustaka Jaya cet. III, 2009.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Departemen Pendidikan

Kebudayaan RI, 2001.

Page 78: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

67

Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan,

2010.

Koentjaraningrat, Sejarah Antropologi Jilid 1. Jakarta: U Press. 1987.

L. Esposito, John. Dunia Islam Modern. Terj. Eva Y. N. dkk. Bandung: Mizan,

2001.

Marzali, Amri. “Struktural Fungsionalisme.” Jurnal Antropologi Indonesia.

Volume 30. No.2. Mei 2006.

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia

(1901-1940) Hingga Masa Reformasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2015.

Mujib, M. Misbahul. Jurnal Kebudayaan Islam Ibda‟. Tradisi Ziarah dalam

Masyarakat Jawa: Kontestasi Kesalehan, Identitas Keagamaan dan

Komersial. Vol. 14 No. 2. Juli-Desember 2016.

Mukhtar Ghazali, Adeng. Antropologi Agama: Upaya Memahami Keragaman

Kepercayaan, Keyakinan, dan Agama. Bandung: Alfabeta, 2011.

Naralyawan, Henderina. Ziarah ke Yerussalem: Tinjauan Terhadap Pemaknaan

Yerussalem Sebagai Tanah Suci di Kalangan Umat Kharismatik.

Skripsi S1, Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, 2009.

Nottinghan, Elizabeth K. Agama dan Masyarakat (Cet.VIII). 2002. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Paisun, “Dinamika Islam Kultural: Dialektika Islam dan Budaya Madura”.

Pelly, Usman & Asih Menanti. Teori-teori Sosial Budaya. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.

Pooney, Caroline. African Literature, Animism and Politic. London: Routledge,

2001.

Profil Desa Kiarapandak Kecamatan Sujakaya Kabuapaten Bogor Tahun

2017/2018

Purwadi. Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual. Jakarta: Kompas, 2006.

S. Ekadjati, Edi. Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran. Jilid 2. Jakarta: Pustaka

Jaya, 2009.

Saefullah, Ujang. “Dialektika Komunikasi, Islam, dan Budaya Sunda” Jurnal

Penelitian Komunikasi. Vol. 16 No. 1. Juli, 2013.

Page 79: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

68

Setiawan, Irvan. “Cipatat Kolot: Dinamika Kampung Adat Era Modernisasi”

Jurnal Patanjala. Vol. 6 No. 2. Juni 2014.

Subadio, Haryati. “Kepribadian Budaya Bangsa“ dalam Ayat Rohadi (ed.)

Kepribadian Budaya Bangsa. Jakarta: Pustaka Jaya,1986.

Subhan Ja‟far, Syekh. Tawassul Tabarruk Ziarah Makam Karamah Wali Kritik

Sanad Atas Faham Wahabi. Bandung: Hidayah, 1995.

Sumpena, Deden. “Islam dan Budaya Lokal” Jurnal Ilmu Dakwah. Vol. 6, No. 19.

Edisi Januari-Juni 2012.

Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Syahdan. Ziarah Persepektif Kajian Budaya. 2017. Vol. 13 No.1.

Syahdan. Ziarah Perspektif Kajian Budaya. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat.

Vol. 13, No. Juni 2017.

Syam, Nur. Madzhab-Madzhab Antropologi. Surabaya: LkiS, 2006.

Tiezzi, E., N. Marchettini & M. Rossini. “Extending the Environmental Wisdom

beyond the Local Scenario: Ecodynamic Analysis and the Learning

Community”. http://library.witpress.com/pages/paperinfo.asp. diunduh

tanggal 18 November 2019.

Tylor, E.B. (ed.) dalam J.Van Baal. Symbols For Communication: An

Introduction to The Antropological Study of Religion. USA: Van

Garcum & Company, 1971.

Usman, Ali. Makna Ziarah dalam Pemikiran Ibn „Arabi dan Relevansinya dengan

Kehidupan Beragama Modern. Tesis S2 Program Studi Agama dan

Filsafat UIN Sunan Kaligaja Yogyakarta, 2010.

Warson, Achmad. Al-Munawir. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Y. Siauw, Felix. Habits How To Master Your.

Yuliatun. Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Ziarah Wali Sebagai Media

Layanan Bimbingan Konseling Islam untuk Membangun

Keseimbangan Psikes Klien, 2015. Vol.6. No.02.

Zainul Bahri, Media. Wajah Studi Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2015.

Zakiah Daradjat, (peny.). Perbandingan Agama 1. Jakarta Bumi Aksara, 1996.

Page 80: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

69

WAWANCARA

Wawancara Pribadi dengan Abah Acim (Ketua Adat Desa Cipatat Kolot) Bogor,

29 Maret 2019.

Wawancara dengan Abah Ukat, Bogor, 06 Oktober 2019.

Wawancara dengan Teh Nengsih, (Masyarakat Biasa) Bogor, 06 Oktober 2019.

Wawancara dengan Bapak Budi (Kepala Desa Kiara Pandak), Bogor, 07 Oktober

2019.

Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Rosyid, 07 Oktober 2019.

Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Dace (Ketua RT Kampung Cipatat

Kolot), 07 Oktober 2019

INTERNET

http://www.almukmingruki.com.index.php?option=com:ziarah-kubur-antara-

sunnah-dan-bidah diakses pada tanggal 20 Oktober 2019.

Umami, Umhurul. “Metode dan Pendekatan IPA,” dikutip dari

http://ushuluddin,uinsuka.ac.id/id/article.php, diakses pada tanggal 23

Juli 2019.

https://www.kompasiana.com/mtf3lix5tr/5535a2946ea8347510da42d9/penelitian-

kualitatif-024-empat-tipe-triangulasi-dalam-pengumpulan-data diakses

pada tanggal 31 Oktober 2019

Page 81: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

LAMPIRAN

Lampiran 1

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama: Abah Acim

Pekerjaan/Jabatan: Ketua Adat Cipatat Kolot

1. Bagaimana sejarah kampung adat Cipatat Kolot?

Kampung Cipatat Kolot dahulunya merupakan sebuah kampung yang terletak

di sebuah bukit. Pemerintah Belanda menjadikan wilayah kampung tersebut

menjadi perkebunan teh dan mendirikan pabrik pengolahan teh. Masyarakat

setempat pun dipaksa oleh pemerintah Belanda untuk menjadi karyawan di

sana dan diberi upah yang sebenarnya tidak dapat mencukupi kebutuhan

sehari-hari.

Warga terpaksa melakukan pekerjaan tersebut karna tidak ada lagi mata

pencaharian yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan bercocok

tanam pun tidak diperbolehkan karena semua lahan sudah dikuasai oleh

Pemerintah Belanda. Pusat Pemerintahan Belanda kebetulan berada di

kampung Cipatat, di mana kampung Cipatat tersebut diambil dari nama

tumbuhan yang bernama Patat yang umbinya bisa dimakan dan dijadikan obat

panas dalam dan daunnya bisa dimanfaatkan untuk membungkus makanan

yang bernama bacang, makanan favorit masyarakat pada masa itu dan sampai

sekarang makanan tersebut masih ada. Setelah kemerdekaan, warga setempat

kembali hidup bebas dan sesuai dengan perintah Bupati Bogor, Ipik

Gandamanah menginstruksikan untuk membentuk Pemerintahan Desa. Maka

warga masyarakat bermusyawarah dalam satu tempat ketua adat yang terletak

di kampung Urug yang ketua adatnya pada masa itu bernama Abah Sapri

untuk merundingkan tokoh-tokoh masyarakat yang bisa dijadikan sebagai

pemimpin di desa tersebut dan supaya bisa dikenal oleh masyarakat.

Asal muasal Kasepuhan Adat yang ada di Kecamatan Sukajaya Kabupaten

Bogor bercerita dari perjalanan buyut atau nenek moyang Cipatat yang

menempati beberapa wilayah di Bogor bagian barat dan kemudian

meninggalkan ciri (tanda) untuk daerah yang pernah disinggahinya. Hal ini

Page 82: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

dimungkinkan agar dikenali oleh beberapa keturunannya di kemudian hari.

Diantaranya adalah daerah Panjaungan yang meninggalkan ciri Pande Besi

atau membuat peralatan dari besi, seperti perabotan dan alat pertanian.

Ciasahan yang meninggalkan ciri membuat batu asahan untuk menunjang

perajin pande besi dari daerah Panjaungan. Parung Sapi, di daerah ini ciri yang

ditinggalkan adalah keilmuan dalam bidang agama Islam, oleh karena itu di

daerah ini banyak kita jumpai pesantren. Sajira, daerah ini ciri yang

ditinggalkan adalah ilmu kejawaraan, oleh karena itu kebanyakan watak dari

masyarakat ini berwatak keras. Seni Banten meninggalkan ciri di bidang

kesenian.

Setelah meninggalkan ciri di daerah-daerah yang pernah disinggahi, akhirnya

Buyut Cipatat kembali ke tempat asal di daerah Cipatat Kolot sampai akhir

hayatnya. Kemudian dikuburkan di sebuah bukit yang ada di Cipatat Kolot

dekat dengan lembah Manapa. Sampai sekarang makamnya banyak

dikunjungi oleh masyarakat dan keturunannya serta menjadi acara rutin tiap

tahunnya, yaitu acara Ziarah Salembur atau ziarah satu kampung ke Makam

Buyut Cipatat.

2. Apa makna dan tujuan dari ziarah Salembur?

Untuk meminta keberkahan kepada nenek moyang supaya penduduk tidak

pernah merasa kekurangan dan selalu hidup berkecukupan. Juga diberikan

keselamatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kalau tujuannya, meminta

agar hasil bumi dijaga dan tidak dirusak oleh hama yang dapat merugikan

masyarakat. Ziarah ini juga bisa meningkatkan solidaritas masyarakat dan

menguatkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Masyarakat bersyukur

atas apa yang diperoleh setelah melaksanakan ziarah, seperti mendapat rejeki

yang banyak, dinaikkan pangkatnya. Ada juga yang menjadikan ziarah itu

sebagai bagian dari rutinitas keagamaan, membayar atau memenuhi nazar.

Lebih unik lagi ziarah yang dilakukan oleh masyarakat Cipatat Kolot,

motivasi mereka melakukan ziarah salembur supaya rezekinya lancar, usaha,

dan panennya juga.

Page 83: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

3. Bagaimana bentuk dan pelaksanaan ritual ziarah Salembur?

Ziarah salembur dilakukan setahun sekali setelah hari raya Idul Fitri oleh

seluruh masyarakat Cipatat Kolot dan sekitarnya. Acara dipimpin oleh abah

selaku ketua adat. Sebelum ke makam keramat, masyarakat berkumpul di

rumah adat, tempat tinggal Abah. Mereka membawa banyak makanan seperti

nasi uduk, nasi kuning. Ada juga yang ngasih uang, rokok, kemenyan buat

syarat prosesi ziarah.

Yang pertama, kita menetapkan waktu pelaksanaan dulu, terus soal tempat,

hewan- hewan korban dan benda-benda untuk ritual juga. Waktu

pelaksanaan ziarah salembur harus ditetapkan, biasanya dilaksanakan pada

akhir tahun. Itu ada aktivitas ziarah khusus. Kapan waktu/hari untuk

melakukan ziarah salembur ini ditentukan oleh ketua adat. Masyarakat

Cipatat Kolot wajib untuk berziarah ke nenek moyang. Tempat

pelaksanaan ziarahnya di gunung, di makam karuhun Cipatat Kolot.

Makamnya berbentuk rumah dan letaknya tidak jauh dari rumah abah.

Sebelum ritual ziarah salembur, semua peziarah harus bawa makanan,

rokok, nasi kuning, nasi putih dan kemenyan. Nanti abah akan

mengorbankan hewan terlebih dahulu untuk di hidangkan setelah ziarah,

menyiapkan syarat-syaratnya juga. Hewan yang mau dikorbankan juga

bermacam-macam, ada ayam, kambing, kerbau. Pemotongan hewan

korban ini dilakukan oleh para laki-laki dan mempersiapkan menyiapkan

tungku, bumbu-bumbu buat masak, ada juga yang memasang tenda.

Setelah proses masak-memasak, masyarkat berkumpul untuk makan bersama.

Nah hal ini bertujuan untuk mempererat hubungan antar warga. Jadi

kekeluargaan.

Makam keramatnya ada di dalam sebuah bangunan. Abah memimpin acara,

baca doa-doa pakai bahasa sunda dan membakar kemenyan. Upacara Ziarah

Salembur ini wajib untuk seluruh masyarakat Cipatat, harus hadir karena

untuk menghormati nenek moyang kasepuhan Cipatat Kolot.

Selain itu, acara ziarah tidak dilakukan oleh masyarakat Cipatat Kolot saja.

Tapi masyarakat umum juga boleh ikut. Setelah prosesi ziarah selesai,

masyarakat Cipatat Kolot berkumpul untuk mengikuti acara pembagian

Page 84: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

kemenyan, terus dibagikan kepada masyarakat dan berharap berkah dari Yang

Maha Kuasa.

Tidak sedikit orang yang berziarah menginap di makam nenek moyang

Cipatat Kolot dan meminta doa sama Abah. Mereka menganggap ziarah ke

makam nenek moyang Cipatat Kolot ini bisa memberikan keberuntungan,

seperti usaha. Tidak sedikit juga para pejabat yang meminta doa ke abah dan

berziarah ke makam nenek moyang Cipatat Kolot. Mayoritas masyarakat adat

Cipatat Kolot memeluk agama islam, tapi tradisi-tradisi yang ada masih

dijaga.

4. Bagaimana pandangan anda tentang hubungan antara agama dan tradisi?

Dalam hal ini terkait Islam dengan ziarah Salembur.

Ya, ada hubungannya ziarah Salembur sama agama. Terlebih ziarah ini

termasuk salah satu ajaran Islam bahkan di sunnahkan namun di ziarah

salembur ini abah mewajibkan masyarakat Cipatat Kolot untuk ikut serta

dalam ziarah makam nenek moyang. Dan Tradisi dan Agama di Cipatat Kolot

itu selalu berjalan berdampingan.

Page 85: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama: Bapak Budi

Pekerjaan/Jabatan: Kepala Desa Kiarapandak

1. Bagaimana sejarah Kampung Cipatat Kolot yang terletak di Desa

Kiarapandak, Kecamatan Suka Jaya, Kabupaten Bogor ?

Terkait adanya ziarah Salembur, mungkin saya bukan orang yang tepat untuk

menceritakan tentang sejarah kampung adat Cipatat Kolot. Terlebih saya

belum paham juga. Coba tanya sendiri kepada ketua adat Cipatat Kolot, Abah

Acim, karena beliau yang paham tentang sejarahnya. Sepengetahuan saya,

memang betul di kampung Cipatat Kolot ini tradisi-tradisi Sunda masih ada

dan masih kental dengan adat serta budaya kesepuhan Cipatat Kolot.

2. Perihal Profil Desa Kiarapandak yang meliputi letak geografis masyarakat

Desa Kiarapandak itu seperti apa?

Untuk jawabannya mungkin bisa dibaca di profil desa Kiarapandak yang

diberikan oleh staf desa. Semua pertanyaan itu jawabannya ada di sana.

Adapula beberapa sejarah terkait berdirinya desa Kiarapandak ataupun

kampung Cipatat Kolot. Yang jelas kehidupan masyarakat desa Kiarapandak

seperti umumnya desa yang lain. Di mana mayoritas masyarakat muslim dan

bekerja sebagai petani, PNS, wiraswasta, pedagang. Tapi memang terkhusus

masyarakat kampung Cipatat Kolot masih menjaga betul tradisi-tradisi budaya

Sunda zaman dahulu, seperti Sedekah Bumi, ziarah Salembur, Pongokan, dan

lain sebagainya.

3. Perihal keterlibatan aparatur desa atau aparat pemerintahan lainnya dalam

mengikuti acara-acara kebudayaan di Kampung Cipatat Kolot, apakah ada

yang turut serta berpartisipasi?

Pasti, aparat desa sering diundang dan hadir dalam setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh masyarakat Kampung Cipatat Kolot.

4. Bagaimana pandangan anda terkait ziarah Salembur?

Ya, itu kan salah satu tradisi dan budaya yang harus kita jaga dan terus

dipertahankan. Terlebih ini adalah budaya lokal turun temurun dari leluhur

untuk nenek moyang kita. Hal ini juga bisa menjadi salah satu ciri khas dari

Desa Kiarapandak agar dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Page 86: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama: Abah Ukat

Pekerjaan/Jabatan: Ketua Adat Kampung Urug

1. Apa pandangan anda tentang ziarah Salembur?

Terkait ziarah Salembur memang sudah menjadi tuntutan adat di Kampung

Cipatat Kolot dan Kampung Urug. Karena makam keramat ini menjadi

porosnya Desa Kiarapandak, khususnya Kampung Cipatat Kolot dan

Kampung Urug. Dan ziarah ini pun baik dilaksanakan dan ini sudah wajib

dilaksanakan karena segala hal apapun sudah diatur yang di atas, dalam artian

oleh leluhur. Oleh karena itu sudah seharusnya masyarakat meminta

keberkahan kepada nenek moyang agar alam tidak dirusak oleh hama dan

sejenisnya.

2. Bagaimana asal-usul dari ziarah Salembur?

Karena ada kalimat mipit, amit, ngalamenta (memetik dan mengambil harus

minta izin kepada yang punya). Itu dalah istilah Sunda. Abah melaksanakan

sedekah bumi dulu sebelum menanam padi. Ziarahnya salembur diwajibkan

karena leluhur lah yang mempunyai peraturan. Makanya ada ziarah ke nenek

moyang karena semuanya yang ada di Kampung Urug dan Cipatat Kolot

adalah cucu dari nenek moyang tersebut. Dalam hal ini ziarah Salembur yang

menjadi ritual adat di Kampung Urug juga mengandung nuansa Islam dan

adat, seperti dasar pelakasanaan ziarah Salembur adalah berziarah. Begitu juga

adat dan ziarah menjadi kultur yang wajib di Kampung Cipatat Kolot.

3. Bagaimana proses ziarah Salembur dilaksanakan?

Sebelum ziarah dilaksanakan, masyarakat menyediakan ayam, kambing dan

kerbau yang sudah disembelih. Tujuannya agar semua masyarakat dapat

merasakan makan daging. Ziarah dilakukan setelah penanaman padi, lalu

masyarakat berdoa di makam agar padi-padi tersebut serta hasil alam yang lain

terjaga, jangan sampai ada serangan hama. Makam yang dimaksud ada dua

lokasi yang terdapat di Kampung Urug dan Kampung Cipatat Kolot, tradisi

yang dilakukan pun sama.

Dalam masyarakat Sunda, Kampung Urug dan Cipatat Kolot khususnya

meyakini bahwa leluhur lah yang mempunyai peraturan di sini. Masyarakat

Page 87: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

yang ingin sesuatu, harus meminta kepada leluhur dengan cara berziarah.

Leluhur tidak akan memberi jika masyarakat tidak memintanya. Ziarah

dilaksanakan setahun sekali dan selalu dilaksanakan pada hari rabu sesuai

kalender Sunda Para peziarah datang dari seluruh penjuru daerah, khususnya

Kampung Urug dan Cipatat Kolot, umumnya Sabang sampai Merauke.

Adapun pelaksanaan ziarah salembur berlangsung selama satu hari dari pukul

07.00 sampai selesai pelaksana ziarah.

4. Bagaimana pandangan anda perihal posisi bertemunya tuntunan adat dengan

posisi anda dan masyarakat sebagai pemeluk agama Islam?

Keberlangsungan keberagamaan Islam masyarakat berjalan berdampingan

dengan tuntunan adat dan ini bukan suatu yang harus dipertentangkan,

mengingat silih asah, silih asih, silih asuh (saling mengasah/menajamkan,

saling menyanyangi/mengasihi, saling menjaga/mengasuh) dalam

menjalankan kehidupan keberagaman yang penting adalah selalu memahami

inti ajarannya dan mengusahakan pelaksanaannya bukan memperdebatkan hal-

hal yang memang sudah sejalan, termasuk persoalan agama Islam dan

tuntunan adat. Justru malah sebaliknya, tradisi dan agama berjalan beriringan.

Tidak bertolak belakang.

Page 88: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama: Ustadz Rosyid

Pekerjaan/Jabatan: Pemuka Agama Islam Di Kampung Cipatat Kolot

1. Apakah anda ikut melaksanakan Ziarah Salembur ?

Saya ikut terlibat dalam acara Ziarah Salembur karena sudah kewajiban

masyarakat Cipatat Kolot untuk mengikuti acara tersebut. Apalagi ziarah ini

baik untuk masyarakat dalam rangka mengunjungi dan mendoakan kesepuhan

nenek moyang Cipatat Kolot.

2. Apa yang melandasi anda untuk turut melaksanakan Ziarah Salembur?

Menurut saya ziarah salembur ini, bukan hanya ziarah saja namun ada

kebersamaan dimana seluruh masyarakat Kampung Cipatat Kolot berkumpul

dan satu tujuan untuk mengunjungi makam yang di keramatkan oleh kampung

Cipatat Kolot. Dan ini pun salah satu tradisi yang harus selalu dijaga.

3. Bagaimana pendapat anda yang merupakan warga sekaligus ustadz di

kampung Cipatat Kolot ketika melihat pertemuan Tradisi dan Agama?

Nah, di dalam islam kan mensunnah kan dalam melaksanakan ziarah tidak ada

larangan umat muslim untuk berziarah. Apalagi kampung Cipatat Kolot

mayoritas Muslim. Kalau ada satu kampung yang melaksanakan ziarah

sungguh luar biasa meskipun berziarah nya bukan ke makan Rosull. Dan saya

melihatnya ada nilai-nilai kebersamaan beriringan berziarah, nilai-nilai Tradisi

yang sudah melakat dan juga ritual keagamaan yakni ziarah.

4. Bagaimana pendapat anda perihal pelaksanaan Ziarah Salembur yang terdapat

beberapa para peziarah meminta doa ke makam keramat nenek moyang

Cipatat Kolot?

Ya, memang banyak sekali yang berziarah ke makam nenek moyang selain

masyarakat kampung Cipatat Kolot. Dan menurut saya pribadi, itu sah-sah

saja dilakukan oleh para peziarah karena di dalam agama Islam pun ziarah

tidak dilarang selagi tujuannya baik.

Page 89: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama: Bapak Dace

Pekerjaan/Jabatan: Ketua Rt Di Kampung Cipatat Kolot

1. Apa pandangan anda terkait ziarah Salembur?

Ziarah Salembur itu kegiatan yang baik karena ini salah satu tradisi adat di

Kampung Cipatat Kolot yang sudah lama dilakukan. Tradisi ini dilaksanakan

setiap tahunnya, setahun sekali. Dan ini sudah menjadi sebuah kewajiban bagi

masyarakat Cipatat Kolot, umumnya masyarakat di luar Cipatat Kolot. Ziarah

ini pun mempunyai makna dan tujuan kenapa dilakukan oleh masyarakat

Kampung Cipatat Kolot, yaitu untuk menghormati kesepuhan Cipatat Kolot

pada zaman dahulu. Dahulunya makam ini memang mempunyai peranan

penting ketika saat itu untuk menjaga daerah Bogor, khususnya di Bogor

Barat. Oleh karena itu banyak peziarah yang berbondong-bondong datang ke

makam di Cipatat Kolot untuk meminta berkah.

2. Apa dasar anda mengikuti ziarah Salembur?

Sudah kewajiban semua masyarakat Cipatat Kolot, khususnya saya selaku

ketua RT di sini untuk mengikuti ziarah Salembur. Dan ini ritual adat yang

harus terus dilaksanakan karena sudah menjadi tradisi masyarakat Cipatat

Kolot.

3. Bagaimana warga menyikapi kegiatan tradisi ziarah Salembur?

Responnya baik, tidak ada yang harus dipermasalahkan. Mereka mengikuti

seluruh rangkaian kegiatan ziarah dengan baik karena ini juga instruksi

langsung dari ketua adat (Abah Acim) untuk wajib mengikuti ziarah

Salembur.

4. Bagaimana cara anda selaku ketua RT dalam membantu melestarikan tradisi

ziarah Salembur?

Dengan mempertahankan adat yang ada di masyarakat Kampung Cipatat

Kolot, karena tradisi ini benar-benar sakral dan makam ini pun makam

keramat bagi Kampung Cipatat Kolot sehingga perlu dijaga dan ini salah satu

tradisi di Cipatat Kolot yang tidak akan pernah hilang. Karena ini adalah

tuntutan adat bagi kita, masyarakat Sunda. Dan di Cipatat Kolot pun bukan

Page 90: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

hanya tradisi ziarah saja, namun ada juga tradisi Serentaun, Serahtaun,

Ponggokan, dan lain sebagainya yang harus dijaga.

Page 91: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama: Ibu Nengsih

Pekerjaan/Jabatan: Masyarakat Kampung Cipatat Kolot

1. Apa pandangan anda terkait ziarah Salembur?

Saya sebagai masyarakat biasa hanya mengikuti apa yang diinstruksikan oleh

ketua adat dalam tradisi-tradisi yang ada di sini. Sepengetahuan saya memang

ziarah Salembur ini sudah menjadi adat istiadat yang wajib dilakukan oleh

masyarakat Cipatat Kolot untuk meminta doa dan harapan kepada nenek

moyang untuk menjaga hasil alam agar tidak terkena musibah atau hama.

2. Apa pesan positif yang anda dapat dari tradisi ziarah Salembur?

Ziarah Salembur ini menjaga kebersamaan dan kekompakkan sehingga terjalin

masyarakat yang baik secara kekeluargaan dan menjaga nilai-nilai tradisi yang

sudah ada.

3. Bagaimana prosesi ziarah Salembur?

Prosesi dimulai dari masyarakat mulai dari orng tua, anak-anak serta cucu

berkumpul di rumah Abah Acim selaku ketua adat Kampung Cipatat Kolot.

Masyarakat bersama-sama datang ke makam yang terletak di sebuah bukit,

masih dalam lokasi Cipatat Kolot. Abah Acim menyiapkan kemenyan,

sedangkan masyarakat menyiapkan berbagai makanan seadanya yang dimasak

sendiri dari rumah dan bersama-sama membawanya ke makam. Setelah

sampai di makam, masyarakat berdoa bersama dipimpin oleh Abah Acim. Doa

dipanjatkan dalam bahasa Sunda, bukan bahasa Arab ataupun bahasa

Indonesia. Ziarah Salembur ini dilaksanakan setiap setahun sekali dan ramai

sekali peziarah yang datang ke makam nenek moyang tersebut.

Page 92: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

Lampiran 2

Makam Keramat atau kuburan Nenek Moyang Cipatat Kolot

Foto Tampak Luar Bangunan Makam Keramat Nenek Moyang Cipatat Kolot

Page 93: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

Foto Gapura Menuju Makam Keramat Nenek Moyang Cipatat Kolot

Rumah Gedong ketua adat bagian samping

Page 94: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

Foto nampak depan Rumah Gedong Ketua adat

Foto salah satu lokasi Leuit/ pandaringan di Cipatat Kolot

Page 95: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

Peneliti Berfoto Bersama Ketua Adat Abah Acim Setelah selesai wawancara

Foto Bersama Ketua RT Bapak Dace setelah selesai wawancara

Page 96: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

Foto Bersama Ustadz Rosyid setelah selesai wawancara

Foto Bersama dengan Bapak RT Bapak Dace dan Ustadz Rosyid setelah

berbincang-bincang

Page 97: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

Sedang berlangsungnya wawancara dengan abah ukat

Foto bersama Bapak kepala desa setelah wawancara

Page 98: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …

Foto Bersama dengan salah satu staff desa Kiara pandak.

Page 99: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …
Page 100: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …
Page 101: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …
Page 102: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …
Page 103: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …
Page 104: FENOMENA ZIARAH SALEMBUR DALAM MASYARAKAT ADAT …