tradisi ziarah wali dalam membangun dimensi …

14
28 e-ISSN: 2656-9442 p-ISSN: 2550-0627 TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI SPIRITUAL MASYARAKAT Nur Khosiah Email:[email protected] STAI Muhammadiyah Probolinggo Abstrak Masyarakat modern adalah masyarakat yang haus dengan pengetahuan dan lebih banyak bersandar pada logika. Apalagi Era berkemajuan saat ini banyak dari mereka yang berlomba- lomba mendapatkan kekayaan, mengejar pangkat, populalitas agar mereka mendapat penghormatan dari orang lain dan masyarakat. Akan tetapi masih banyak juga dari mereka masih memikirkan bagaimana mendapat ketenangan bathin, ibadah yang semakin menungkat, sehingga banyak dari mereka yang meneruskan tradisi ziarah wali sebagai salah satu cara dan media untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jamaah ziarah wali di desa Tambakrejo Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo dalam membangun dimensi spiritual masyarakatnya. Dalam tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian terdiri dari tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis data. Tehnik pengumpulan data peneliti menggunakan metode observasi,wawancara yang melalui observasi, wawancara dan analisis kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Tambakrejo sanagat antusias dalam melaksanakan tradisi ziarah wali, dan membangun spiritualnya dalam beribadah semakin meningkat dalam mengikuti shalat berjamaah, mengikuti pengajian, berperilaku semakin baik, menjenguk orang sakit, memberikan bantuan pada orang yan butuh, silaturahmi meningkat, tutur katanya lembut dan tidak bergunjing dan lain sebagainya. Kata Kunci: Tradisi, Ziarah Wali, Spiritual Abstract Modern society is a society that is hungry for knowledge and relies more on logic. Moreover, the progressing era at this time many of them are competing to get wealth, chasing rank, popularity so that they get respect from others and society. But there are still many of them still thinking about how to get inner peace, worship that is increasingly rising, so that many of them who continue the tradition of the pilgrimage of trustees as a way and media to get closer to the Creator. The purpose of this study was to determine the pilgrimage of trustees in Tambakrejo Village, Tongas District, Probolinggo Regency in building the spiritual dimension of their community. In this paper the author

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

28 e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI

SPIRITUAL MASYARAKAT

Nur Khosiah

Email:[email protected]

STAI Muhammadiyah Probolinggo

Abstrak

Masyarakat modern adalah masyarakat yang haus dengan pengetahuan dan

lebih banyak bersandar pada logika. Apalagi Era berkemajuan saat ini banyak

dari mereka yang berlomba- lomba mendapatkan kekayaan, mengejar

pangkat, populalitas agar mereka mendapat penghormatan dari orang lain dan

masyarakat. Akan tetapi masih banyak juga dari mereka masih memikirkan

bagaimana mendapat ketenangan bathin, ibadah yang semakin menungkat,

sehingga banyak dari mereka yang meneruskan tradisi ziarah wali sebagai

salah satu cara dan media untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jamaah ziarah wali di desa

Tambakrejo Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo dalam membangun

dimensi spiritual masyarakatnya. Dalam tulisan ini penulis menggunakan

metode penelitian terdiri dari tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis

data. Tehnik pengumpulan data peneliti menggunakan metode

observasi,wawancara yang melalui observasi, wawancara dan analisis

kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Tambakrejo

sanagat antusias dalam melaksanakan tradisi ziarah wali, dan membangun

spiritualnya dalam beribadah semakin meningkat dalam mengikuti shalat

berjamaah, mengikuti pengajian, berperilaku semakin baik, menjenguk orang

sakit, memberikan bantuan pada orang yan butuh, silaturahmi meningkat, tutur

katanya lembut dan tidak bergunjing dan lain sebagainya.

Kata Kunci: Tradisi, Ziarah Wali, Spiritual

Abstract

Modern society is a society that is hungry for knowledge and relies more on

logic. Moreover, the progressing era at this time many of them are competing

to get wealth, chasing rank, popularity so that they get respect from others and

society. But there are still many of them still thinking about how to get inner

peace, worship that is increasingly rising, so that many of them who continue

the tradition of the pilgrimage of trustees as a way and media to get closer to

the Creator. The purpose of this study was to determine the pilgrimage of

trustees in Tambakrejo Village, Tongas District, Probolinggo Regency in

building the spiritual dimension of their community. In this paper the author

Page 2: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

29

uses a research method consisting of data collection techniques and data

analysis techniques. The data collection techniques of researchers used the

method of observation, interviews through observation, interviews and

qualitative analysis. The results of this study indicate that the Tambakrejo

community is very enthusiastic in carrying out the tradition of guardian

pilgrimage, and building their spiritual in worship is increasingly increasing

in attending congregational prayers, following the recitation, behaving better,

visiting the sick, providing assistance to those in need, increased hospitality,

he said soft and not gossip and so forth.

Keywords: Tradition, Guardian Pilgrimage, Spiritual

PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara yang penduduknya banyak

menganut agama islam. Dan Indonesia juga menganut madzhab empat yaitu

madzhab maliki, madzhab hambali, madzhab syafi’i, madzhab hanafi).

Indonesia yang memiliki masyarakat majemuk awalnya sulit untuk menerima

keyakinan-keyakinan baru dalam kehidupannya karena sebelumnya

masyarakat indonesia sudah memiliki keyakinan turun temurun dari nenek

moyang mereka jadi penyebar agama islampun mempunyai cara tersendiri

dalam mempengaruhi keyakinan mereka agar mereka dapat menerima agama

yang mereka sebarkan di antaranya agama islam dan juga agama lain yang

berkembang dalam masyarakat Indonesia. Di masing –masing pulau di

indonesia mempunyai penyebar agama islam dan khususnya di pulau jawa

yang kita kenal dengan sebutan “ Sunan/Wali” dan yang kita kenal sampai

pada masa sekarang ini adalah wali songo (wali sembilan) yang tersebar di

pulau jawa. Yang di sebut Wali sembilan di pulau jawa ini antara lain:

1) Sunan Ampel (Raden Rachmad) yang menyebarkan Islam di Surabaya-

Jawa Timur

2) Sunan Bonang(Raden Makdum Ibrahim) yang menyebarkan Islam di

Tuban-Jawa Timur

3) Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) menyebarkan Islam di Gresik- Jawa

Timur

4) Sunan Drajat (Raden Qosim) yang menyebarkan Islam di Lamongan-Jawa

Timur

5) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) yang menyebarkan Islam di

Gresik- Jawa Timur

6) Sunan Kudus (Raden Jakfar Sodiq) yang menyebarkan Islam di kudus-

Jawa Tengah

7) Sunan Kali jaga (Raden Syahid) yang menyebarkan Islam di kadilangu-

Jawa tengah

Page 3: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

30 e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

8) Sunan Muria (Raden Umar Said) yang menyebarkan Islam Di gunung

Muria- Jawa Tengah

9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) yang menyebar Islam di

Cirebon- Jawa barat

Para wali ini adalah orang yang mengerti semua bidang keilmuan

terutama dalam bidang agama apalagi para wali ini memberikan ketauladanan

yang sangat luar biasa sehingga sampai saat zaman digital inipun jasa-jasa dan

nama beliau tidak akan pernah terhapus dari kehidupan masyarakat. Dengan

perantara para wali ini Islam masuk ke Indonesia dengan damai sehingga

masyarakat lebih memilih Islam sebagai agama mereka. Bagi masyarakat,

makam adalah tempat keramat dan pantas dihormati karena makam sebagai

peristirahatan terakhir bagi orang yang telah meninggal, Apalagi makam itu

milik tokoh terkemuka yang tentunya akan membawa ketertarikan tersendiri

bagi masyarakat untuk berziarah dengan berbagai tujuan ataupun sebagai

motivasi dalam meningkatkan ibadah kepada Sang Pencipta Alam Semesta.

Disamping Wali sembilan yang tersebar di pulau jawa para jama’ah desa

tambakrejo juga berziarah ke pulau Madura, karena pulau madura juga di

anggap banyak penyebar Islam yang sudah sepatutnya untuk di ziarahi selain

dari pada kedua Orang Tua mereka yang sudah perpulang menghadap Ilahi.

Diantara para Wali yang banyak menjadi tujuan ziarah di pulau madura adalah

1) Syaikhona Kholil yang disemayamkan di Bangkalan- Madura

2) Syeh Abdul Manan, Syeh Abu Syamsyudin, Syeh bujuk Tumpeng Batu

Ampar- Madura

3) Syeh bindoro Saud (Raja-raja Sumenep) di Sumenep- Madura

4) Ratu Ibu (Syarifah Ambani)

5) Dll

Para jama’ah desa tambakrejo ini mempunyai antusias yang cukup

tinggi dalam tradisi ziarah Wali, setahun mereka bisa mengadakan 2 kali

sampai 3 kali berziarah. Menarik sekali karena di era berkemajuan saat ini

banyak orang sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya, ambisinya, gaya

hidupnya, dan kesibukan lainnya yang katanya tidak bisa di tinggalkan apalagi

dalam jangka waktu berhari-hari, sehingga mereka terkadang sampai tidak

sempat mendoakan kedua orang tuanya yang sudah meninggal. Akan tetapi di

desa Tambakrejo ini mereka meluangkan waktu untuk berziarah ke makam

para Wali. Meski mereka tidak serta merta tidak mempunyai tujuan, semuanya

mempunyai tujuan masing- masing. Sebagaimana dalam kehidupan ini,

Makhluk hidup pasti punya tujuan apalagi makhluk yang bernama “Manusia”

tentu mempunyai tujuan tersendiri dalam hidupnnya. Demikian juga sebagai

umat Islam sudah di berikan pedoman Alqur’an dan Hadist untuk

Page 4: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

31

memudahkan mencapai tujuan hidup yang jelas dalam mengarungi hidup di

dunia ini yaitu ibadah kepada Allah SWT.

Sebagaimana yang di kemukakan Istiqlal (1996:132) Agama, terutama

Islam mempunyai fungsi salah satunya sebagai motivatif yaitu memotivasi

manusia untuk berkomitmen terhadap perbuatan yang baik dan mulia.

Berkunjung ke makam pada mulanya tradisi agama hindu yang pada masa

lampau berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang ataupun para raja-raja

yang menganut agama hindu maupun budha

Dalam hal ziarah baik kepada kedua orang tua maupun ziarah wali,

Islam khususnya warga Nahdatul Ulama yang merupakan salah satu organisasi

masyarakat Islam terbesar di Indonesia tidak melarang para penganutnya untuk

berziarah ke makam para Wali. Indonesia merupakan salah satu negara yang

penduduknya banyak menganut agama Islam, sebab dalam penyebarannya

agama Islam membawa kedamaian dan tidak serta merta melarang ataupun

menghilangkan tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyang yang

sudah ada di Indonesia terutama di pulau jawa, dan pulau-pulau lain yang di

wilayah Indonesia karena bangsa Indonesia mempunyai banyak tradisi yang

tersebar di seluruh Indonesia di sebabkan masyarakat Indonesia mempunyai

beraneka ragam suku, agama, adat istiadat yang berbeda cara dan

pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari paparan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di

desa Tambakrejo Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo terkait Ziarah

Wali dalam membangun spiritual masyarakat.

Metode dalam penelitian ini terdiri dari tehnik pengumpulan data dan

tehnik analisis data. Tehnik pengumpulan data peneliti menggunakan metode

participant observasi dan uncontrolled observation, wawancara dilakukan pada

ketua jamaah desa tambakrejo Tongas Probolinggo, Panitia dan para jamaah

ziarah wali, di tambah sumber lain yang dipilih sebagai sumber yang di anggap

dapat memberikan informasi yang relevan.

Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif, maka analisis data yang

digunakan adalah analisis kualitatif. Pendekatannya menggunakan tool of

analysis, mengingat pendekatan ini dimungkinkan analisisnya berdasarkan

penghayatan intuitif sebagaimana didapatkan pengamatan partisipatoris dan

wawancara langsung yang mendalam. Dalam hal ini suatu penarikan

kesimpulan dengan menggunakan tiga langkah yaitu: interpretasi, ekstrapolasi

dan meaning.(Ilahi, n.d.)

MASYARAKAT DAN TRADISI

Indonesia yang beraneka ragam suku budayanya pastinya mempunyai

kebudayaan, adat, dan tradisi yang berbeda antara daerah yang satu dengan

yang lainnya. sebelumnya bangsa kita sudah mempunyai agama di antaranya

Page 5: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

32 e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

agama kepercayaan, aninisme dan dinamisme, agama Masyarakat hindu,

agama budha, yang terakhir datang ke Indonesia adalah agama Islam yang

dibawa oleh saudagar dan mubaligh dari Arab. Adapun Proses pembentukan

dan pengembangan Islam melalui berbagai macam kontak, antara lain melalui

perdagangan dengan cara jual beli, mengadakan perkawinan, dakwah langsung

baik secara perorangan maupun kelompok (Zuhairini, 2015:135). Dari

pendapat di atas tidak dapat di pungkiri memang seperti halnya yang terjadi

pada Wali Songo atau wali sembilan yang ada di pulau jawa penyiaran islam

di samping dengan berdagang dan menjadi mubaligh juga dengan menjadi

menantu di antara para penguasa jawa pada waktu itu sehingga memudahkan

Islam masuk dengan damai dikalangan bangsawan dan para masyarakatnya.

Namun demikian adat istiadat dan tradisi dari leluhur mereka masih di jalankan

dan juga tetap menghormati Islam sebagai agama baru yang juga membawa

ajaran baru bagi masyarakat.

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak sekali

kebudayaan dikarenakan bangsa Indonesia awalnya terdiri dari banyak

kerajaan yang tentunya juga memiliki ragam budaya, ragam bahasa, ragam

adat yang tidak sama antara daerah yang satu dengan yang lain sehingga

banyak sekali hal yang sampai saat ini sudah menjadi warisan budaya di

Indonesia utamanya pulau jawa khususnya para jamaah di desa tambakrejo

antara lain: tradisi ziarah Wali, tradisi ziarah makam orang tua dan sanak

saudara yang dilakukan pada hari kamis malam jum’at, tradisi membuat bubur

Suro, tradisi bubur Safar yang dilakukan dalam bulan tertentu oleh masyarakat

desa Tambakrejo Kecamatan Tongas Kabupaten probolinggo.

Contoh lain tradisi tujuh bulanan pada wanita hamil, selamatan lepas

pusar, dan selamatan selapan (empat puluh hari pasca melahirlan), selamatan

ketika ada orang meninggal dunia, tahlil sampai tujuh hari, selamatan empat

puluh hari, seratus hari, setahun (pendak I), dua tahun (pendak 2) dan yang

terkhir seribu hari (3 tahun), setelah itu khol (tiap tahun pada hari wafatnya),

sebagaimana yang di ungkapkan oleh mustolulehudin bahwasannya Upacara

selametan yang dilakukan antara lain untuk memperingati kelahiran seorang

anak, kematian seseorang, terkena sihir, menempati rumah baru, bermimpi

buruk, memanjatkan doa pada arwah penjaga desa, mengadakan bersih desa,

khitanan, mantenan, dan lain-lain semuanaya itu awali dengan

selametan.(Mustolehudin, 2014)

Sedangkan adat budaya lain yang masuk sebagai tranformasi budaya

yang bercorak Islam di lingkungan masyarakat Tambakrejo adalah Banjari,

Diba’, tahlil, Manakib, pengajian kitab , pengajian umum dan ini di laksanakan

pada setiap minggu di hari yang berbeda. Masyarakat desa tambakrejo sangat

antusias dalam mengikuti adat, budaya dan tradisi yang ada di desa tambakrejo.

Page 6: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

33

Keanekaragaman budaya menjadi keunikan tersendiri dari plurarisme

Islam Nusantara. Salah satunya adalah munculnya tradisi Ziarah wali. Ziarah

ke makam para Wali atau biasa kita sebut perjalanan spiritual di anggap

memiliki dampak positif sehingga dapat berpengaruh besar bagi transformasi

sosial keagamaan masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jakfar

(1989:55) bahwasannya perjalanan spiritual ini sebenarnya sudah bertahun-

tahun menjadi tradisi pada sebagian besar masyarakat Islam yang menjadikan

ziarah sebagai bagian dari tawasul, mendoakan dan demi memperoleh

keberkahan dari Sang Kholik. Darori Amin (2002: 121) berpendapat bahwa

pesarean atau makam yang di jadikan tempat peziarah dalam ziarah Wali atau

perjalanan spiritualnya, dipandang sebagai cara atau media penghubung antara

manusia dengan Sang Pencipta.

Tradisi ziarah Wali tentunya bukan satu daerah saja tapi sudah tersebar

di pelosok Nusantara, berziarah ke makam kedua orang tua dan berziarah ke

makam para Wali Allah salah satunya bertujuan pertama mendoakan orang

yang sudah meninggal apalagi yang meninggal itu adalah kedua orang tua, ini

sudah menjadi kesunnahan untuk mendoakan orang yang sudah memberikan

kasih sayangnya bagi anak-anaknya dan keluarganya, kedua tawasul pada para

Wali Allah SWT yang di anggap orang yang dekat dengan Allah SWT dan

selalu memberi ketauladanan,berjasa syiar Islam semasa beliau hidup sehingga

meski para wali Allah ini sudah wafat akan tapi jasa-jasa beliau semasa

hidupnya dikenang sampai akhir hayat, ketiga berdoa di dekat tempat makam

kedua orang tua atau para wali ini di anggap lebih cepat terkabul karena para

wali ini di anggap orang suci ( jauh dari maksiat).

Sebagaimana Takdir Ilahi mengungkapkan Ziarah ke makam orang-

orang suci bisa di fahami sebagai bagian dari kekayaan keanekaragaman

budaya Indonesia yang unik, karena menyimpan khasanah luar biaya untuk

menciptakan keselarasan dan keseimbangan sosial budaya dalam raung

lingkup tradisi dan ritual masyarakat.(Ilahi, n.d.2016).

Bangsa Indonesia sebelum menjadi jajahan bangsa lain terdiri dari

kerajaan-kerajaan yang sudah makmur dan memiliki perdagangan jalur laut

yang sudah maju, karena terletak di jalur persimpangan internasional Timur

Tengah menuju tingkok, benua australia dan amerika. Indonesia juga memiliki

tanah yang subur sehingga untuk ditanami segala jenis tanaman apapun tetap

akan tumbuh subur. Masyarakatnya sudah mempunyai adat ketimuran yang

ramah tamah dalam menyambut tamu atau pendatang sehingga dengan jalur

perdagangan banyak juga adat budaya asing (luar Indonesia) yang di bawa oleh

para saudagar, baik itu saudagar arab, tiongkok, maupun saudagar asing

lainnya dan tentunya masih dapat kita temui samapai saat ini, di zaman yang

serba digital ini.

Page 7: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

34 e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

Pulau Jawa khususnya terdapat beberapa literatur mengenai kehidupan

para wali yang menggambarkan hubungan antara tradisi keulamaan dan tradisi

santri sebagai elemen penting dari pesantren. Kehudupan para wali memang

tidak lepas dari konsep sakral/ suci dan dawuh (perkataan) harus di laksanakan

dan jika tidak dilaksanakan akan kuwalat (sesuatu yang buruk akan menimpa

diri dan keluarganya). Ziarah ke makam-makam para wali di dasari oleh motif

yang lahir dari dalam diri para peziarah bersifat kolektif, yaitu motif tradisi

atau amalan yang telah menjadi tradisi dari sekelompok pendukung budaya

ziarah atau yang bersifat personal yang mempunyai latar belakang dan

orientasi peziarah yang berbeda. Karena itu, dimensi yang melekat dalam

tradisi ziarah bersifat beragam sesuai dengan kecenderungannya.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh (Falah, 2012) Keseluruhan

motif peziarah pada umumnya berangkat dari sistem kepercayaan yang

meyakini bahwasannya pesarean/ makam orang-orang sholeh atau para wali

Allah bersifat sakral dan dapat menjadi media tawassul untuk menyampaikan

harapannya atau berdoa meyampaikan hajat yang keinginannya. Para wali di

anggap mediator yang bisa menghubungkan dalam relasi kepada Allah dan

Rosul-Nya.

M.Takdir Ilahi juga mengungkapkan bahwa aspek penting dari ziarah

adalah manifestasi dari tujuan religius antara lain kesejahteaan hidup,

kedamaian lahir bathin, pengampunan dosa, terkabulnya do’a, pengalaman

spiritual agar memperoleh berkah dari Sang Kholik. . raung lingkup tradisi dan

ritual masyarakat.(Ilahi, n.d. 2016)

Para peziarah jamaah desa Tambakrejo Tonga Proboinggo bukan saja

tertarik pada ziarah wali songo (wali sembilan) yang ada di pulau jawa akan

tetapi peziarah juga berkunjung ke makam ulama setempat atau daerah

terdekat karena makam seorang ulam atau orang sholeh/kyai menjadi daya

tarik tersendiri bagi siapa saja yang ingin memeroleh keberkahan dan

keselamatan dunia akhirat.

TRADISI ZIARAH WALI

Masyarakat Indonesia tentu mempunyai banyak sekali tradisi yang

sudah tidak bisa dilepaskan lagi dalam kehidupan sehari-hari karena memang

sudah menjadi warisan turu temurun pada daerah tertentu. Tradisi Ziarah Wali

adalah salah satunya yang dilakukan Masyarakat hampir di seluruh daerah di

Indonesia mempunyai kegiatan ziarah wali akan tetapi letak perbedaannya

pada daerah yang di tuju, makam yang di ziarahi, dan ritual yang dilaksanakan.

Berdasarkan wawancara (07/01/2020) dengan Ustadz Machfud selaku ketua

jamaah desa tambakrejo kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo

bahwasannya tujuan utamanya mengadakan ziarah wali ini adalah ibadah

mendekatkan diri pada Allah SWT.

Page 8: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

35

Adapun selanjutnya ingin mendapatkan berkah dengan berdoa di

hadapan makam para wali yang menjadi tujuan berziarah, karena seorang wali

adalah orang yang sholeh dan dekat dengan Allah SWT. Dilihat dari nasab

keturunannya, pengetahuan Agama, toleransinya, rasa tolong- menolong, budi

pekertinya, kearifan dan kebijaksaannya selama masih hidup benar-benar

menberikan contoh yang sesuai dengan apa yang di ajarkan pada para murid

atau santrinya dan juga pada masyarakat sekitarnya.

Pemahaman masyarakat saat ini, pelaksanaan ziarah wali diutamakan

pada tokoh-tooh yang mempunyai peranan penting atau yang berjasa besar. Di

Indonesia, tradisi ziarah dalam artian umum adalah kunjungan ke makam para

wali (ulama) penyebar Islam, kedua orang tuanya, tokoh agama, raja beserta

keluarganya, masjid sebagai perwujudan dari kecintaannya. (Evy Rachmawati:

2007: 14).

Era globalisasi telah merasuki seluruh bidang kehidupan masyarakat,

akan tetapi nilai-nilai tradisional dalam masyarakat masih di yakini

keberadaannya contoh upacara adat, selamatan di bulan tertentu maupun

berziarah ke makam wali tidak dapat terabaikan begitu saja apalagi

terhapuskan. Masyarakat mempercayai bahwa ritual ziarah bukan saja bagian

dari proses relaksasi secara spiritual, akan tetapi ritual tersebut dapat mengatasi

permasalahan hidup yang sedang di hadapi oleh masyarakat baik personal

maupun kelompok. Oleh karenanya dimensi yang melekat pada tradisi ziarah

wali beragam sesuai dengan motif peziarah itu sendiri.(Falah, 2012). Dari sini

dapat kita lihat masyarakat kita masih tetap menjaga dan melestarikan budaya

tradisi utamanya tradisi ziarah yang sudah menjadi turun temurun warisan

leluhur bangsa ini.

Tradisi ziarah wali tersebut memiliki keberkahan baik keberkahan

rohaniah (ketenangan bathin) maupun keberkahan jasmaniah (ekonomi) yaitu

peziarah dari daerah lain mendorong ekonomi desa dan masyarakat sekitar area

makam para wali menjadi hidup karena penjualan asesoris, batik, gerabah,

makanan khas daerah dan penginapan.(Ari Rohmawati et al., 2017)

Kondisi “krisis psikologis” masyarakat modern saat ini mendorongnya

untuk mencari medium yang mereka dapat melakukan relaksasi secara

psikologis dengan melakukan olah spiritual. Salah satu cara dan medium yang

digunakan untuk mengekspresikan kebutuhan spiritualnya adalah berkunjung

ke tempat keramat yang di anggap suci termasuk ziarah wali (Falah, 2012)

Di Indonesia, setelah ajaran agama berkembang menata kehidupan

masyarakat, beberapa tradisi lokal mengalami kepunahan. Namun tidak sedikit

pula tradisi lokal yang tetap bertahan bahkan berpadu dengan ajaran agama.

Perpaduan budaya lokal dengan agama-agama besar terjadi hampir di seluruh

wilayah di Indonesia. Termasuk perpaduan ajaran Agama Islam dengan

Page 9: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

36 e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

budaya masyarakat atau tradisi lokal. Di tanah Jawa, perpaduan demikian

menghasilkan berbagai bentuk sinkritasi, sehingga sampai saat ini dikenal

adanya tradisi selametan, ziarah, tahlilan, yasinan (Sutiyono, 2010:5)

Masyarakat pemeluk agama Islam yang taat, dalam bulan tertentu

selalu menjalankan adat-istiadat dan tradisi yang di wariskan oleh para leluhur,

sehingga mereka mengenal dan melestarikan selamatan, upacara adat,

termasuk juga ziarah makam dan khoul pada orang yang sudah meninggal dan

beberapa aktivitas budaya lainnya.(Armini, 2016)

Tradisi ziarah wali yang dilakukan jamaah desa Tambakrejo

mempunyai ritual yang dilakukan dari segi bacaan yaitu mereka membaca

surah yasin dan tahlil yang di pimpin oleh ketua rombongan yang dalam hal

ini biasanya seorang ustadz, ustadzah, ketua yayasan, maupun seorang kyai

yang di khususnya kepada ruh para wali dan ahli kubur yang lain dan kaum

muslimin di sekitar makam para wali yang mereka ziarahi. Sebagaimana

pendapat Mustalehudin bahwasannya pelaksanaan ziarah ke makam para wali,

membaca manaqib, membaca tahlil, membaca surah yasin, doa dan mujadalah,

dilakukan secara bersama oleh masyarakat merupakan simbol kerjasama,

gotong-royong, kerukunan merupakan bentuk nyata yang di bangun oleh

masyarakat.(Mustolehudin, 2014)

Ritual ziarah wali ini bagi masyarakat tambakrejo tongas probolinggo

juga dijadikan ajang silaturahmi bagi sanak famili yang jauh dan teman - teman

lama, dengan mengikuti ziarah wali tentunya akan mendekatkan sesama

saudara. Setiap para peziarah mempunyai tujuan yang berbeda di antaranya:

1. Ibadah, Mendekatkan diri kepada Allah. Para jamaah ziarah wali yang di

pimpin oleh Ustadz Mahfud ini, niat awal para jamaah adalah ingin

mendekatkan diri kepada Allah SWT karena dengan berziarah wali

mereka berinspirasi dapat mencontoh dan mengenang kehidupan para wali

atas ketalaudanan beliau sehingga mereka beranggapan dalam kehidupan

sehari-hari lebih mudah manata hati untuk tidak memikirkan materi saja

sebab hidup bukan hanya senata-mata untuk dunia saja tetapi masih ada

kehidupan lain yaitu alam akhirat.(wawancara ustadz Mahfud)

2. Mendapatkan keberkahan. Dari hasil wawancara dengan para jamaah

lainnya bahwa mereka menginginkan berkah selamat dunia dan akhirat,

berkah dagangannya laris, berkah mendapatkan pekerjaan untuk putra-

putrinya, berkah untuk kenaikan jabatannya bagi mereka yang sudah

bekerja di perusahaan, PNS, mendapatkan jodoh untuk putra- putri mereka

dan lain sebagainya.

3. Di Sembuhkan dari penyakit. Diantara Para jamaah ada juga yang

menderita sakit yang menurut dokter sulit untuk disembuhkan akan tetapi

dengan izin Allah mereka beranggapan dengan berdoa di hadapan makam

Page 10: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

37

para wali do’a mereka lebih lekas terkabul untuk kesembuhan yang

penyakit mereka derita.

4. Memenuhi Nadzar. Salah satu tujuan dari peziarah juga memenuhi nadzar

karena sebelumnya mereka ada menahun, belum dapat jodoh, naik

pangkatnya , dapat pekerjaan, setelah semua itu terlaksana mereka

bernadzar untuk berziara wali.

5. Menguasai Ilmu Linuwih. Dari para peziarah desa tambakrejo juga ini ada

yang ingin mendapatkan ilmu linuwih yang tidak dapat di kuasai oleh

kebanyakan orang karena ilmun ini hanya di miliki orang tertentu saja.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh peneliti lainnya harmoni ziarah

dalam sebuah praktik atau ritual keagamaan, sesungguhnya mempunyai tujuan

yang sama pada intinya yaitu untuk memperoleh keberkatan dalam

meningkatkan dan memantapkan keimanan, ketaqwaan kepada Allah. Ritual

keagamaan dalam tradisi masyarakat tidak saja bertujuan untuk

mempertahankan nilai-nilai kultural yang sudah ada melainkan juga

sumbangsih pemikiran atas pentingnya penelitian yang berkaitan dengan

tradisi keagamaan yang telah melekat pada masyarakat dan telah menjadi

rutinitas tahunan, termasuk ziarah wali yang tidak bisa diabaikan apalagi di

tinggalkan bagi masyarakat penganutnya.(Ilahi, n.d.)

Tempat ziarah para wali ini para peziarah mengharapkan mendapat

pertolongan Allah SWT. Di antaranya sembuh dari penyakit, naik pangkat,

dapat jodoh, usaha maju, segera punya anak, lulus sekolah dan permintaan

lainnya. Semua dapat terkabul jika ada mukjizat dari Sang Pencipta dan juga

keyakinan kuaat yang telah tertanam dalam diri masing-masing.(Pada et al.,

2016). Para peziarah antusias mengikuti tradisi ini karena dengan datang dan

berdo’a di dekat makam para wali ini akan mendapatkaaan berkah semua

permintaan akan lekas terkabulkan. Tampaknya ziarah ke makam para wali ini

sudah menjadi rutinitas bagi sebagian umat Islam yang mampu beradaptasi

dengan kearifan lokal.

Praktik ziarah wali memang harus di sesuaikan dengan kearifan lokal

yang telah berkembang dalam dinamika masyarakat berbasis multikultural.

Para wali Songo (wali sembilan) tidak langsung melakukan peleburan budaya

lokal dan tradisi Islam akan tetapi melakukan identifikasi dan filterisasi

melalui pemahaman memdalam tentang budaya lokal yang berkembang. Dari

sinilah kita perlu belajar banyak dari pendekatan yang dilakukan Walisongo,

yang memiliki pemahaman mendalam tentang perkembangan dan estetika

budaya lokal di Indonesia.(Ilahi, n.d.)

Kita sebagai generasi bangsa dalam menghadapai era digital saat ini

harus mengikuti jejak para wali yakni dapat menidentifikasi dan mengfilter

budaya barat yang masuk ke Indonesia melalui pertukaran pelajar, pertukaran

Page 11: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

38 e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

tenaga kerja, HP, internet dan yang lainnya sehingga budaya Indonesia yang

sudah begitu indahnya perpaduan islam dan budaya lokal tetap terjaga dan kita

jaga, kita lestarikan agar anak cucu keturunan kita faham budaya Indonesia.

PELAKU ZIARAH WALI DALAM DIMENSI SPIRITUAL

Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, para

jamaah masyarakat desa Tambakrejo Tongas Probolinggo setelah

melaksanakan tradisi ziarah wali ini tingkat spriritual dalam dalam keseharian

meningkat, terutama dalam hal sholat berjamaah (wawancara dengan ibu

Karomah, 03/02/2020) mengatakan bahwa setelah ia sering mengikuti tradisi

ziarah wali ia merasakan lebih ingin berlama-lama dalam sholat dan selalu

pingin berjamaah di mushollah maupun di masjid, dan tata krama dalam

pergaulan lebih baik dari sebelum meaksanakan ziarah Wali, )

Dari peserta lainnya juga merasakan hal yang sama akan tetapi ini lebih

mengarah pada bantuan jika ada orang yang membutuhkan bantuan langsung

(uang) mereka bantu meski tidak sepenuhnya bantuan itu cukup (wawancara

dengan ibu Asiah, 07/02/2020)

Maimuna (10/02/2020) juga mengatakan jika ada jamaah yang sakit

segera di jenguk, karena pengalaman dia selama ini jika ada tetangganya sakit

belum pernah menjenguknya kwatir tertular penyakitnya padahal itu hanya

perasaannya saja.

Zainuri (15/02/2020) tradisi ziarah wali ini juga menjadi ajang saling

tukar pengetahuan dalam Agama, sebab yang jadi panitia ziarah wali

kebanyakan dari alumni pondok pesantren. Dan juga menurut mereka juga

saling mengingatkan dalam hal praktek Agama yang dilakukan dalam sehari-

hari agar lebih baik lagi.

Menurut anggota yang lainnya Sulaiman (18/02/2020) dapat mempererat

persaudaraan karena selama ini dia jarang berkomunikasi dengan familinya,

setelah mengikuti ziarah wali ini mereka semakin akrab dan selalu

mengingatkan dalam hal ibadah.

Menurut Anis (18/02/2020) dia ingin dapat mencontoh apa yang di

lakukankan para wali tersebut dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam

menjalankan misinya yaitu syiar Islam d kalangan semua orang tidak

memandang pejabat, konglomerat, pedagang, petani. Dia berkawan dengan

siapapaun dan ingin aktif selalu mengikuti kegiatan ziarah wali.

Memperkaya pengetahuan kita Kata Yani “ dengan mengikuti ziarah

wali lebih memperkaya pengetahuan kita tentang sejarah penyebar Agama

Islam terutama di pulau jawa dan madura maupun daerah lainnya. (wawancara,

19/02/2020)

Page 12: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

39

Menurut Wati dengan berziarah akan mendapatkan ketenangan hati

karena dengan berziarah salah satu kebutuhan batin kita terpenuhi karena

merasa bahagia dan gembira dapat berkunjung ke makam-makam orang

sholeh, bukan hanya mendengar namanya tapi juga jadi tahu tempat

persemayaman terakhir para wali itu. (wawancara, 19/02/2020).

Hadi mengatakan dengan sering mengikuti ziarah wali ini hidupnya

terasa lebih bermakna sebab dalam hatinya selama ini sering merasakan

bingung dalam menjalani hidup dan memutuskan persoalan yang dia hadapi

bersama keluarganya. (wawancara,20/02/2020)

Para peziarah memeng punya niat yang berbeda akan tetapi dalam

keseharian mereka keinginan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta

dan meningkatkan spiritual mereka berusaha maksimal terutama istiqomah

sholat lima waktu dan ibadah-ibadah sunnah yang lain seperti puasa sunnah

senin kamis, puasa rojab, sholat tahajud, sholat duha, dikir malam. Berjamaah

di masjid dan lain sebagainya. Tradisi ziarah wali ini juga merupakan bentuk

lain dari pendekatan atau metode wisata religi yang dapat memotivasi pelaku

peziarah dalam menanamkan nilai keagamaan pada dirinya sendiri dan juga

pada orang lain yang ada disekitarnya serta menemukan nilai-nilai sejarah dan

mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari menjadi bermanfaat.

` Jadi nilai-nilai yang terkandung dalam ziarah wali merupakan

pengalaman yang mampu meningkatkan nilai-nilai spiritual masyarakat Islam

pada umumnya dan khususnya jamaah masyarakat desa tambakrejo Tongas

probolinggo. Karena dalam zira wali mereka juga menerapkan tata krama atau

adab ziarah kubur antara lain memberi salam pada ahli kubur di awal masuk

pintu makam, memberikan do’a, tidak mencaci maki atau menjelek-jelekkan

penghuni kubur, tidak berjalan di atas kuburan, dan tidak duduk di atas

kuburan, karena mereka yang meninggal melihat apa yang mereka lakukan

dalam berziarah maka hendaknya dalam berziarah dilakukan dengan penuh

ketenangan, kekhusyu’an, khidmat dan penuh hormat kepada ahli kubur.

(Aprilia, 2019)

KESIMPULAN

Indonesia tentu mempunyai banyak sekali tradisi yang sudah tidak bisa

dilepaskan lagi dalam kehidupan sehari-hari karena sudah menjadi warisan

turun temurun pada daerah tertentu. Tradisi ziarah wali adalah salah satunya

yang dilakukan Masyarakat hampir di seluruh daerah di Indonesia mempunyai

kegiatan ziarah wali akan tetapi letak perbedaannya pada daerah yang di tuju,

makam yang di ziarahi, dan ritual yang dilaksanakan.

Tradisi ziarah wali memang harus di sesuaikan dengan kearifan lokal

yang telah berkembang dalam dinamika masyarakat berbasis multikultural.

Page 13: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

40 e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

Para wali Songo (wali sembilan) tidak langsung melakukan peleburan budaya

lokal dan tradisi Islam akan tetapi melakukan identifikasi dan filterisasi

melalui pemahaman memdalam tentang budaya lokal yang berkembang agar

peleburan budaya yang dilakukan tidak keluar dari ajaran Islam.

Sebagai generasi bangsa dalam menghadapai era digital saat ini harus

mengikuti jejak para wali yakni dapat menidentifikasi dan mengfilter budaya

barat yang masuk ke Indonesia melalui pertukaran pelajar, pertukaran tenaga

kerja, HP, internet dan yang lainnya sehingga budaya Indonesia yang sudah

begitu indahnya perpaduan islam dan budaya lokal tetap terjaga dan kita jaga,

kita lestarikan agar anak cucu keturunan kita faham budaya

Adapun tujuan dari para jamaah ziarah wali bervariatif antara lain, 1)

beribadah mendekatkan diri pada Sang Pencipta, 2) Mendapatkan keberkahan

dari Sang Maha Pemberi, 3) Disembuhkan dari penyakit, 4) Memenuhi

Nadzar, 5) Mendapatkan ilmu linuwih.

Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, para jamaah

masyarakat desa Tambakrejo Tongas Probolinggo setelah melaksanakan

tradisi ziarah wali ini tingkat spriritual dalam dalam keseharian meningkat,

terutama dalam hal sholat berjamaah, memberikan bantuan pada orang yang

membutuhkan, menjenguk orang sakit, saling tukar ilmu pengetahuan,

mempererat persaudaraan, mendapatkan ketenangan hati, hidup lebih

bermakna, memaksimalkan amalan ibadah, baik itu yang wajib maupun yang

sunnah dan istiqomah dalam menjalankannya. Tradisi ziarah wali ini juga

merupakan bentuk lain dari pendekatan atau metode wisata religi yang dapat

memotivasi pelaku peziarah dalam menanamkan nilai keagamaan pada dirinya

sendiri dan juga pada orang lain yang ada disekitarnya serta menemukan nilai-

nilai sejarah dan mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari menjadi

bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, R. (2019). Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama

Islam.

Amin Darori.(2002). Islam dan Budaya Jawa. Yogyakarta: Gama Media

Ari Rohmawati, Mahasiswa Pascasarjana (S3) UIN Raden Intan Lampung,

Habib Ismail, & IAIM-NU Metro Lampung. (2017). Ziarah Makam

Walisongo Dalam Peningkatan Spiritualitas Manusia Modern. Sumbula:

Jurnal Studi Keagamaan, Sosial Dan Budaya FAI Undar Jombang,

2(2), 612–627.

Armini, I. G. A. (2016). Tradisi ziarah dan berkaul pada makam keramat di

lombok nusa tenggara barat. Jurnal Penelitian Sejarah Dan Nilai

Tradisional, 23(Maret), 81–100.

Page 14: TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI …

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

e-ISSN: 2656-9442

p-ISSN: 2550-0627

41

Festifal Istiqlal, Yayasan,1996.Ruh Islam dalam Budaya Bangsa:Agama dan

problematika masa kini.Jakarta:Bina Rena Pariwara

Falah, A. (2012). Spiritualitas Muria: Akomodasi Tradisi Dan Wisata.

Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 20(2), 429.

https://doi.org/10.21580/ws.2012.20.2.207

Ilahi, M. T. (n.d.). ZIARAH DAN CITA RASA ISLAM NUSANTARA :

WISATA RELIGIUS DALAM BINGKAI Pendahuluan beragam cara

melalui pendekatan kultural yang menyesuaikan dengan sebagai agama

baru bagi mereka , melainkan berupaya mencairkan.

Jakfar Subhani.(1989).Tawasul, Tabarruk, Ziarah kubur, dan Karomah Wali:

Kritik atas faham wahabi: Jakarta:Pustaka Hidayah.

Mustolehudin. (2014). Merawat Tradisi Membangun Harmoni: Tinjauan

Sosiologis Tradisi Haul Dan Sedekah Bumi Di Gresik. Harmoni, 13(3),

22–35.

http://jurnalharmoni.kemenag.go.id/index.php/harmoni/article/view/110

Pada, M., Mula, A., Dalam, M., Katolik, T., Dunia, D., & Maria, P. (2016).

Tradisi ziarah gua maria kerep ambarawa dan pengaruh budaya jawa.

1–22.

Zuhairini,dkk,2015.Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara

Sutiyoso.2010. Benturan budaya Islam:Puritan dan Sinkretis. Jakarta: PT

Kampus Media Nusantara