fenomena sosial dalam puisi pesan uang...

123
FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANGDAN BERCUKUR SEBELUM TIDURKARYA JOKO PINURBO DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Irsyad Zulfahmi (109013000107) PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: duongnhu

Post on 27-May-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI “PESAN UANG” DAN

“BERCUKUR SEBELUM TIDUR” KARYA JOKO PINURBO

DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Irsyad Zulfahmi (109013000107)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 3: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 4: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 5: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 6: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

i

ABSTRAK

IRSYAD ZULFAHMI: Skripsi: Fenomena Sosial dalam Puisi “Pesan Uang”

dan “Bercukur Sebelum Tidur” Karya Joko Pinurbo dan Implikasinya

Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Puisi merupakan penggambaran tentang suatu konteks yang diungkapkan

melalui bahasa dan ekspresi yang mewakili perasaan sang penyair. Kehadiran Joko Pinurbo layak dianggap sebagai hadirnya penyair kontemporer, sebab bentuk-bentuk

pada puisinya yang sudah memiliki kebebasan berekspresi, baik dari bentuk, rima dan diksi yang dipilih.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran keadaan sosial yang terkandung dalam dua puisi karya Joko Pinurbo, yaitu Pesan Uang dan Bercukur

Sebelum Tidur. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data atau dokumen lalu menganalisis data-data yang berkenaan dengan

dua puisi tersebut kemudian menarik kesimpulannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan; secara bentuk, puisi Pesan Uang terdiri dari empat bait dan lima belas baris, menggambarkan bagaimana seseorang yang berusaha memperbaiki kondisi hidupnya

dengan cara “merantau”, yang kemudian tidak hanya berdampak pada sisi materi namun pada sisi moril juga. Gaya bahasa yang digunakan cenderung naratif dan

banyak dijumpai diksi-diksi yang paradoks. Sedangkan dalam puisi yang berjudul Bercukur Sebelum Tidur secara bentuk, terdiri atas dua puluh delapan larik dari dua bait. Penyair menggunakan tubuh sebagai metafor sebuah fenomena alam, di sinilah

penyair sebetulnya ingin menggambarkan mengenai laju perkembangan industri yang maju namun demikian kurang memperhatikan kelestarian lingkungan alam sekitar.

Kata kunci: Fenomena sosial, Puisi Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur, Joko

Pinurbo, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Page 7: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

ii

ABSTRACT

IRSYAD ZULFAHMI: Social Phenomenon in Poetry Money Message and Shave

Before Sleep by Joko Pinurbo and the Implicated for Indonesian Language and

Litterature Education in Senior High School. Thesis. Jakarta: Indonesian Language and Litterature Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2013.

Poetry is the which one literature product, who result of the context depiction

and disclosed with language and expression who representation the soul of poet. Joko Pinurbo presence is deserve to be regard as the presence of contemporary poets,

because his poems form who already have the freedom of expression, kind of form, rhyme and diction that choosen.

This study aims to identify the picture of social conditions contained in two poems by Joko Pinurbo, namely the Money Message and Shave Before Sleeping.

This study used documentation method, namely data collection techniques to strengthen information or documents, such as those found in books, articles and

sourced from the internet, and then proceed to analyze the data with respect to two of the poem, then draw conclusions.

Based on the results of research conducted, it can be concluded; in form, the

poem Messages Money consists of four temple and fifteen rows, depicting how someone who tried to improve the conditions of life by "wander", which then have an impact not only on the material but also on the moral side. Style of language used

tends to be narrative and diction-diction often found the paradox. Meanwhile, in a poem titled Shave Before Sleeping in shape, consisting of 28 arrays of 2 stanza. The poet uses the metaphor of the body as a natural phenomenon, this is where the poet

actually want to describe the rate of development of advanced industrial however less attention to the preservation of the natural environment.

Key word: Social Phenomenon, Poetry Money Message and Shave Before Sleep, Joko

Pinurbo, Indonesian Language and Litterature Education.

Page 8: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis. Meskipun rintangan dan segala cobaan sempat ditujukan

kepada penulis, namun atas izin dan kasih-Nya pada akhirnya penulis masih

diberikan kemudahan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Fenomena Sosial dalam puisi Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur karya Joko

Pinurbo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

SMA”. Tak lupa juga shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi

besar Muhammad SAW yang menuntun kita dari zaman yang jahiliyah menuju ke

zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan

gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis Berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kepentingan pembacanya.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari Berbaga i Hambatan

dan rintangan, seperti yang disebutkan sebelumnya. Tanpa bantuan dan peran serta

dari berbagai pihak, skripsi ini rasanya hampir mustahil dapat terwujud. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis, kepada ibu Hj. Nur A‟isah, S.Pd dan bapak H. Ahmad

Masyuri yang mau bersabar dan mendukung proses penulisan skripsi ini, serta

adik perempuan penulis, Maharani Phuspa Ningrum yang berusaha

menciptakan lingkungan yang nyaman untuk proses penulisan skripsi ini.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mempermudah dan memperlancar

proses penyelesaian skripsi ini.

Page 9: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

iv

3. Rosida Erowati, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing, orang yang paling

membantu dalam proses penulisan skripsi hingga tahap paling akhir. Terima

kasih banyak atas arahan dan bimbingannya, semoga jasa-jasanya diberikan

balasan yang setimpal dari-Nya.

4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen

di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan selama ini dan

mau membantu dalam proses penyusunan skripsi ini khususnya.

5. Terima kasih untuk Nuri Purnama yang telah memberikan pengertian dan

dorongan motivasi kepada penulis hampir di setiap saat.

6. Terima kasih banyak untuk Bohari Muslim, Levy Arnaldo, Akbar Fatriyana,

Adi Nugroho, Yunita, M. Iqbal Maknur Gimbar Alam, Fajar Setio Utomo

Irfan Nawawi dan segenap keluarga besar komunitas Majelis Kantiniyah yang

tak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Penulis mengucapkan terima

kasih karena telah mau menjadi teman berdiskusi yang baik bagi penulis

selama penulisan skripsi ini.

Semoga apa yang kita perbuat mendapat Ridho-Nya. Amin ya Robbal „alamin.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembacanya, khususnya penulis sendiri.

Jakarta, 7 Juni 2012

Penulis,

Irsyad Zulfahmi

Page 10: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………….…………………………………………….. i

ABSTRACT ………………………….…………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR ……………..…………………………………………........ iii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. v

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….…. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang pendahuluan ……………………………………………........ 1

B. Identifikasi Masalah ………………...……………………………………….. 5

C. Pembatasan Masalah ……………………………………………………........ 5

D. Perumusan Masalah ……………………...………………………………….. 6

E. Tujuan Penelitian …………………………...……………………………...... 6

F. Manfaat Penelitian …………………………...…………………………........ 6

G. Metode Penelitian ……………………………..…………………………….. 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Puisi ………………………………………………………………………... 11

1. Pengertian Puisi ………………….…………………………………….. 11

2. Unsur-unsur Puisi …………………………………………………….... 15

3. Fungsi Puisi ………………………………………………………….… 22

Page 11: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

vi

B. Fenomena Sosial ………………………………….……………………..…. 24

1. Pengertian Fenomena Sosial …………………….…………………..…. 26

2. Fenomena Sosial dan Proses Kreatif …………….…………………..… 28

C. Pembelajaran Sastra ………………………………….…………………..… 29

1. Sastra dalam Pembelajaran Hari Ini………………..………………..…. 29

2. Sastra dan Implikasinya dalam Proses Pembelajaran ………………….. 31

D. Tinjauan Sosiologi Sastra ………………………………………………..… 34

1. Pengertian Sosiologi Sastra ………………………………………….… 34

E. Penelitian yang Relevan …………………………………….…………..…. 36

BAB III PROFIL JOKO PINURBO

A. Biografi Singkat Joko Pinurbo ..………………………………………..…... 40

B. Joko Pinurbo sebagai Penyair ………………………………………..…….. 41

C. Joko Pinurbo, Puisi, dan Fenomena Sosial………………..………………... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Analisis Intrinsik Puisi Pesan Uang …………………………………….…. 48

B. Analisis Intrinsik Puisi Bercukur Sebelum Tidur ………………………..… 56

C. Fenomena Sosial dalam Puisi Pesan Uang ………………………………... 65

D. Fenomena Sosial dalam Puisi Bercukur Sebelum Tidur ……….................... 73

E. Implikasi Puisi Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur

Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA ……………. 80

Page 12: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

vii

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ………………………………………………………...………… 83

B. Saran …………………………………………...…………………...……… 85

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...… 86

Page 13: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Uji Refrensi

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 3 : Puisi Pesan Uang dan Puisi Bercukur Sebelum Tidur

Page 14: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Puisi yang merupakan salah satu materi dalam pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia di sekolah-sekolah, juga merupakan bagian seni yang objeknya adalah

pengalaman hidup manusia. Sebagai karya seni, puisi dalam pembelajaran di

sekolah hari ini rasanya kurang dipelajari sebagai pengalaman estetik. Padahal di

setiap karya sastra selalu menghadirkan pengalaman estetik, bahan perenungan,

dan kerap menyajikan banyak hal lain yang dapat menambah pengetahuan

manusia yang menghayatinya. Oleh karenanya puisi sebagai karya sastra secara

intrinsik mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan sumber

pengetahuan dan belajar.

Pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, pendidik terkadang hanya

membahas puisi sebagai ilmu sastra yang berkutat pada pembahasan unsur-unsur

pembentuk yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Padahal tujuan puisi

sebagai ilmu sastra sendiri di antaranya yaitu membantu manusia menyingkap

rahasia keadaannya, memberi makna pada eksistensinya, serta untuk menemukan

kebenaran secara maknawi dalam setiap karya sastra. Adapun perbedaan antara

karya sastra dari bidang keilmuan dengan karya sastra dari bidang kesenian

pernah dipaparkan oleh Budi Darma, yang menganalogikan sastra sebagai pisau

yang bermata dua. Lebih jauh ia menjelaskan sebagai berikut:

Di satu sisi sastra sebagai ilmu dan di sisi lain sastra sebagai

seni. Mana yang akan digunakan itu tergantung pada titik berat konteksnya. Teori sastra dengan segala variasinya, termasuk kritik sastra, adalah seni yang muncul sebagai ilmu.”1

Dari penjelasan di atas, maka sudah seyogyanya dalam pembelajaran puisi

perlu menyeimbangkan antara pengalaman estetik dan keilmuan. Oleh karena

1 Budi Darma, Bahasa, Sastra dan Budi Darma , (Surabaya: JP Books, 2007), h. 65.

Page 15: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

2

itulah pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia hadir dan bertujuan agar siswa

dan masyarakat pada umumnya mampu menghargai dan menikmati karya sastra

tersebut sebagai bagian dari pendidikan, sebab pada umumnya masyarakat saat ini

cenderung menilai bahwa puisi sebatas bacaan yang menghibur semata. Padahal

puisi merupakan bahasa komunikasi antara penyair dan pembacanya dan

komunikasi tersebut akan berjalan dengan sehat apabila pembaca dapat

menemukan nilai-nilai dalam puisi tersebut. Nilai-nilai tersebut dapat berupa

bahan pembelajaran moral, agama, kebangsaan dan sebagainya.

Sastra sendiri merupakan institusi sosial yang memakai medium bahasa.

Teknik-teknik sastra seperti simbolisme dan matra bersifat sosial karena

merupakan konvensi dan norma masyarakat sebab sastra menyajikan sebuah

kehidupan. Kehidupan ini sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun

karya sastra lebih cenderung meniru alam dan dunia subjektif manusia.

Bahasa, sebagai media yang digunakan oleh penyair berfungsi sebagai media

komunikasi yang menyampaikan sikap penyair terhadap fenomena sosial yang

berlangsung di sekitarnya. Penyair menampilkan permasalahan-permasalahan

yang terdapat dalam kehidupan manusia yang berkaitan dengan makna dari situasi

sosial dan historis dalam kehidupan manusia.

Dengan gaya intuitif dan kemampuan mengolah bahasa yang baik, beberapa

penyair menciptakan puisi yang di dalamnya seolah-olah penyair tersebut

mencoba menertawakan kondisi kehidupaan manusia, menyindir beberapa elemen

kehidupan manusia yang dirasa sangat ironis kenyataannya, sebab persepsi dari

tiap penyair adalah miliknya sendiri, dengan kejujuran yang fundamental dalam

menceritakan alam sekitarnya.

Dalam jagat kepenyairan, Joko Pinurbo mampu menyegarkan perpuisian tanah

air, sebab sejak era 1970-an mazhab kepenyairan seolah tak bisa lepas dari

pengaruh empat kekuatan besar: Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, Goenawan

Mohamad dan Sapardi Djoko Damono.2 Keunikan yang dirasakan ketika

membaca puisi Joko Pinurbo adalah ia mampu mengemas pesan ke dalam

2 Putu Fajar Arcana & Mawar Kusuma, Jokpin, Tamasya Rohani Dalam Puisi, dalam Harian

Kompas, Jakarta, 22 Januari 2012.

Page 16: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

3

„simbol-simbol‟ yang mengacu pada benda-benda yang sering digunakan sehari-

hari oleh hampir setiap orang seperti telepon genggam, sarung, ranjang dan lain-

lain. Joko Pinurbo bahkan juga memasukkan anggota badan seperti mata, kepala,

wajah, bibir dan lain-lainnya sebagai simbol dalam puisi-puisinya. Oleh karena

itu, Joko Pinurbo dianggap mencipta suatu gaya berpuisi yang ringan, renyah akan

tetapi tidak kehilangan simbolisme dan daya harunya.

Pada dasarnya puisi-puisi Joko Pinurbo tidak sepenuhnya meninggalkan

tradisi puisi lirik. Ia hanya mencoba mengembangkan gaya berpuisinya agar lebih

naratif supaya tidak terlalu dikuasai oleh tradisi puisi lirik3. Mengenai diksi, Joko

Pinurbo memilih kosa kata yang sederhana bahkan sering dipakai dalam bahasa

keseharian, yang biasanya tidak digunakan dalam bahasa puisi sehingga sebelum

mulai memahami isinya, pembaca akan merasa bahwa puisi-puisi Joko Pinurbo

sangat ringan.

Goenawan Mohamad pernah berujar bahwa seorang penulis percaya betul

bahwa kata-kata, begitu ia lahir dari dirinya, akan punya dampak. Dalam batas

tertentu, ia bisa dikatakan sebuah sosok yang heroik: ia yakin ada daya dunia

verbal dalam dan dari dirinya, dan ia juga bersedia menanggung sendiri ongkos

yang timbul setelah itu.4 Joko Pinurbo mengerjakan proyek yang demikian lewat

puisinya dengan muatan yang bersifat responsif atas apa yang terjadi di

sekitarnya, mengemasnya dan merefleksikannya ke dalam bentuk puisi-puisinya.

Dalam puisi-puisinya, Joko Pinurbo mengikatkan bentuk maupun tematiknya

pada narasi besar soal hubungan manusia. Joko Pinurbo melihat perilaku manusia

melalui hubungan anak-ibu, anak-ayah, serta anak-ibu-ayah. Joko Pinurbo pun

memainkan banyak metafor untuk membolak-balik pola hubungan itu, bisa

sebagai hubungan individu dengan Tuhan, warga negara dan negara, dan lainnya.

Sementara itu Subagio Sastrowardoyo berpendapat bahwa di dalam sajak

terjadi pengentalan pikiran dan pengalaman, yang pada dasarnya berciri

kesimpulan-kesimpulan filsafat. Kecenderungan berfilsafat itu terdapat pada sajak

3 Jika pada puisi naratif, penyair lebih objektif dengan bahan ceritanya, maka pada puisi lirik,

puisi berisi ungkapan pikiran dan perasaan penyairnya. Lebih jauh Soemardjo berpendapat bahwa

puisi lirik dapat dikatakan otobiografi batin penyair. (Lihat Jakob Soemardjo : 1984) 4 Goenawan Mohamad, Catatan Pingggir 6, (Jakarta: Pusat Data Tempo, 2006), h.19.

Page 17: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

4

yang bagaimana pun sederhananya.5 Hal inilah yang tampak pada gaya berpuisi

Joko Pinurbo, dengan menulis sebuah puisi yang sederhana namun memuat

pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang

ada, sebab, asal, dan hukumnya.

Apa yang terjadi dalam praktik-praktik sosial berdampak bagi kepenyairan

Joko Pinurbo, yaitu fenomena-fenomena sosial yang disaksikan, dirasa, dan

dialaminya. Apa-apa yang digambarkan dalam puisi-puisinya membicarakan yang

telah dan sedang berlangsung dalam tatanan masyarakat kita, dari sinilah karya

sastra menjadi faktual, paling tidak aktual, untuk menggambarkan situasi yang

benar-benar membutuhkan semacam respon bagi khalayak untuk dijadikan bahan

refleksi terhadap realitas.

Pembahasan puisi Joko Pinurbo secara formal dan sosiologis merupakan

bentuk apresiasi dan kritik terhadap karya sastra. Hingga kini, pembahasan puisi

secara mendalam lebih banyak dilakukan di media massa yang cenderung

menyajikan secara popular dan kurang menyentuh kebutuhan di sekolah.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, penelitian ini akan berfokus pada dua puisi

karya Joko Pinurbo yaitu, Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur dalam buku

kumpulan puisi Celana Pacar kecilku Di Bawah Kibaran Sarung (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2007), sebagai rekaman fenomena sosial yang terjadi di

kehidupan bermasyarakat. Di dalam kedua puisi tersebut berisi metafora-metafora

sederhana yang dituliskan dalam bentuk naratif dan memiliki kebebasan dari

bentuk, rima dan diksi yang dipilih.

Puisi-puisi Joko Pinurbo dianggap sangat ringan ketimbang puisi dengan lirik-

lirik yang rumit, namun, tetap sarat akan misteri dan kedalaman dalam merespon

gejala-gejala sosial yang tengah terjadi di kehidupan bermasyarakat. Oleh karena

itu, penelitian ini akan mensejajarkan fenomena yang ada dalam masyarakat

dengan dua puisinya, yaitu Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur dengan

menggunakan tinjauan sosiologi sastra serta mengimplikasikannya dalam

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.

5 Subagio Sastrowardoyo, Pengarang Modern Sebagai Manusia Perbatasan , (Jakarta:Balai

Pustaka, 1989), h.109.

Page 18: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

5

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang ada, maka identifikasi masalah

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kurangnya minat baca peserta didik terhadap karya sastra terutama pada

puisi.

2. Kurangnya kesempatan dalam mempelajari puisi sebagai pengalaman

estetik, kalaupun ada terlalu menitik beratkan pada pembahasan puisi

sebagai ilmu sastra.

3. Kurangnya pembahasan tentang fenomena sosial yang terkandung dalam

sebuah puisi, khususnya pada puisi-puisi Joko Pinurbo.

4. Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap puisi sebagai bahan

pertimbangan dalam memperkenalkan nilai edukasi kepada peserta

didik.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan membatasi banyaknya masalah yang

muncul dalam penelitian ini. Pembatasan masalah juga dapat mempermudah

peneliti agar objek yang diteliti lebih spesifik dan mendalam. Dalam dua puisi

karya Joko Pinurbo yaitu, Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur terdapat

banyak temuan masalah, maka dari itu, penulis membatasi dan memfokuskan

penelitian pada:

1. Unsur intrinsik dalam dua puisi karya Joko Pinurbo yaitu, Pesan Uang

dan Bercukur Sebelum Tidur.

2. Hubungan antara dua puisi karya Joko Pinurbo yaitu, Pesan Uang dan

Bercukur Sebelum Tidur dengan fenomena sosial yang terjadi saat ini.

3. Implikasi dari dua puisi karya Joko Pinurbo yaitu, Pesan Uang dan

Bercukur Sebelum Tidur terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di SMA kelas X.

Page 19: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pembatasan masalah

penelitian seperti telah dikemukakan di atas, masalah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana unsur intrinsik yang ada di dalam dua puisi Pesan Uang dan

Bercukur Sebelum Tidur karya Joko Pinurbo

2. Bagaimana dua puisi karya Joko Pinurbo, yaitu Pesan Uang dan

Bercukur Sebelum Tidur menggambarkan fenomena sosial yang terjadi

pada saat ini?

3. Bagaimana implikasi pembahasan dua puisi Joko Pinurbo, yaitu Pesan

Uang dan Bercukur Sebelum Tidur dalam pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia di SMA kelas X?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan unsur intrinsik yang ada di dalam dua puisi Pesan Uang

dan Bercukur Sebelum Tidur karya Joko Pinurbo.

2. Mengidentifikasi fenomena sosial yang digambarkan pada dua puisi

karya Joko Pinurbo, yaitu Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur.

3. Mendeskripsikan implikasi dua puisi karya Joko Pinurbo, yaitu Pesan

Uang dan Bercukur Sebelum Tidur dalam Bahasa dan Sastra Indonesia di

SMA kelas X.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca, peneliti, dan penikmat

sastra agar mengetahui fungsi karya sastra sebagai media yang dapat

membeberkan serta mengupas fenomena-fenomena yang terjadi di tengah

masyarakat lewat sebuah puisi. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat

dalam memberikan wawasan yang lebih terhadap pembaca, peneliti, penikmat

sastra dan khususnya dalam dunia pendidikan, yaitu guru dan siswa untuk

Page 20: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

7

mendalami makna suatu karya sastra sebagai bekal meningkatkan apresiasi dan

wawasan masyarakat terhadap karya sastra yang juga digunakan sebagai bahan

kajian mengenai aspek-aspek dan masalah-masalah kehidupan masyarakat dari

sudut estetika.

G. Metode Penelitian

1. Objek dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan objek kajian berupa dua

buah puisi, yaitu Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur karya Joko

Pinurbo. Tempat yang akan digunakan dalam penelitian tidak terikat pada satu

tempat, karena objek yang dikaji berupa teks karya sastra yang terdapat pada

buku kumpulan puisi Joko Pinurbo yang berjudul Celana Pacarkecilku Di

Bawah Kibaran Sarung (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007). Penulis

melakukan kegiatan penelitian antara lain di perpustakaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Universitas

Indonesia dan Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin. Adapun waktu

penelitian dimulai pada bulan Januari 2013 - Juni tahun 2014.

2. Metode Penulisan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Fokus Penelitian

Langkah awal sebuah penelitian adalah menentukan teks sastra yang

akan dikaji atau diteliti, dan persoalan apa yang muncul, yang

kemungkinan bisa dijelaskan dan dicarikan solusi melalui penelitian.

Langkah berikutnya setelah teks dan permasalahan ditentukan adalah

menentukan fokus penelitian.

Secara umum penelitian sastra dapat dikatagorikan ke dalam empat

fokus yang merujuk pada empat pendekatan Abrams, yaitu:

a) Penelitian dengan fokus teks dan hubungannya dengan

penulis/penelitian genetik.

Page 21: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

8

b) Penelitian dengan fokus teks dan hubungannya dengan pembaca.

c) Penelitian dengan fokus teks itu sendiri.

d) Penelitian dengan fokus teks dan hubungannya dengan realitas.6

Berdasarkan keempat jenis fokus penelitian di atas, dalam penelitian

ini penulis menggunakan fokus yang keempat, yaitu penelitian dengan

fokus teks dan hubungannya dengan realitas. Fokus penelitian yang

keempat ini dilakukan dengan mengkaji teks itu dengan memandang

hubungan teks dengan unsur lain yang menyelingkupinya. Penelitian

dengan fokus ini percaya bahwa objek kajian dapat dicapai jika peneliti

memandang teks dengan mengaitkannya dengan penulis, realitas atau

teks lain.

b. Bentuk dan Strategi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode deskriptif analisis dan studi kepustakaan. Pendekatan yang

dilakukan adalah secara intrinsik (yaitu pendekatan melalui isi karya

sastra itu sendiri), dan ekstrinsik (pendekatan melalui faktor luar yang

mempengaruhi karya sastra).

Menurut Nyoman Kutha Ratna, metode desktiptif analitik dilakukan

dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan

analisis.7 Untuk lebih lanjut ia pun menjelaskan pengertian metode

deskriptif analitik sebagai berikut:

Secara etimologis, deskripsi dan analisis berarti

menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein („ana’= atas, „lyein’ = lepas, urai), tidak diberikan arti tambahan, tidak semata-

mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya. Metode

gabungan yang lain, misalnya deskriptif komparatif,

6 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h.180

7 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2007), h. 53.

Page 22: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

9

metode dengan cara menguraikan dan membandingkan,

dan metode deskriptif induktif, metode dengan cara menguraikan yang diikuti dengan pemahaman dari dalam ke luar.8

Kemudian pendekatan intrinsik atau pendekatan melalui isi karya

sastra itu sendiri yang disebut pendekatan objektif. “Pendekatan objektif

adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada karya

sastra.”9 Pendekatan objektif dengan demikian memusatkan perhatian

semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik.10

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library

research) dengan mengacu pada buku-buku, artikel, dan dokumen-

dokumen lain yang berhubungan dengan objek penelitian.

3. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian dalam penelitian ini menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membaca buku kumpulan puisi karya Joko Pinurbo yaitu

Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2007).

b. Menetapkan dua puisi karya Joko Pinurbo, Pesan Uang dan

Bercukur Sebelum Tidur sebagai objek penelitian dengan fokus

menemukan fenomena sosial yang tergambar dalam dua puisi

tersebut.

c. Membaca ulang dengan cermat dua puisi karya Joko Pinurbo,

yaitu Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur untuk

menentukan fenomena sosial apa yang terdapat di dalam dua

8 Ibid

9 Siswanto, op,cit. h. 183

10 Kutha Ratna, op,cit., h. 73

Page 23: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

10

puisi tersebut dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia di sekolah.

d. Menandai kata, lirik dan bait yang mengandung unsur fenomena

sosial.

e. Mengklasifikasikan data dan menetapkan kriteria analisis.

f. Menganalisis data yang sudah diklasifikasikan dan melakukan

pembahasan terhadap hasil analisis dengan interpretasi data.

g. Menyimpulkan hasil penelitian

4. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada

buku Pedoman Penulisan Skripisi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu

suatucara pencarian data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan,

buku, surat kabar, majalah dan berita online.

6. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan literatur yang membahas secara langsung

objek permasalahan pada penelitian ini, yaitu puisi Pesan Uang dan

Bercukur Sebelum Tidur karya Joko Pinurbo.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber penunjang yang dijadikan alat

untuk membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku atau sumber-

sumber dari penulis lain yang berbicara terkait dengan objek

penelitian.

Page 24: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

11

BAB II

ACUAN TEORETIS

A. Puisi

1. Pengertian Puisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia puisi berarti; (1) ragam sastra yang

bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait: (2)

gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga

mempertajam kesadaran orang akan berpengalaman dan membangkitkan

tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus; (3) sajak.1

Melihat penjelasan di atas, berarti dapat disimpulkan bahwa puisi berarti sebuah

seni dengan bahasa sebagai mediumnya.

Sementara itu, tidak ada puisi tanpa realita yang berarti puisi merupakan

cerminan realita kehidupan. Tidak ada satu pun karya yang tidak bertolak dari

realita. Realita dalam puisi merupakan replika dari sejumlah kejadian yang ada

dalam kehidupan manusia, karena sebuah karya tidak lahir dari kekosongan

keadaan, ia tercipta dari fenomena-fenomena sosial yang terjadi pada zamannya.

Jika dengan realita puisi membentuk suatu hubungan yang kreatif, dengan

orang lain ia menyediakan suatu dialog. Sebab puisi dengan sendirinya akan

mendistorsi realita kehidupan sesuai dengan idealisme penciptanya. Hal ini pernah

diungkapkan oleh Seno Gumira bahwa dari fakta ke fiksi, yang terjadi hanyalah

perubahan bingkai atas kenyataan akibat polesan-polesan yang dilakukan oleh

pengarangnya.2

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1112. 2 Seno Gumira Ajidarma, Trilogi Insiden, (Yogyakarta: Penerbit Bentang Pustaka, 2010), h. 396.

Page 25: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

12

Tentang apa-apa yang digambarkan dan dihadirkan dalam sebuah puisi, itu

semua semacam proses kreatif yang menghubungkan antara alam kejiwaan dan

keberpikiran seorang penyair dengan fenomena alam serta fenomena sosial yang

terjadi di sekitarnya. Hal ini senada dengan pendapat Goenawan Mohamad berikut

ini:

Orang mengatakan bahwa zaman berbeda dari masa sekitar 1945, bahwa suasana telah berganti. Tapi meskipun

kesusastraan adalah suatu kesaksian atas kondisi manusia dalam keadaan dan waktu tertentu, ia bukanlah replika yang

lengkap dari sang zaman. Lagi pula perlu diingat bahwa ciri kesusastraan di suatu masa terkadang dilahirkan oleh beberapa pribadi yang punya latar belakang pengalamannya sendiri

tanpa ada hubungannya secara langsung dengan keadaan sosial di masanya.3

Lebih jauh Goenawan Mohamad menganalogikan bahwa sastrawan adalah

manusia dengan semua masalahnya, dalam suatu kehidupan, hasil sastranya pun

bukan hasil suatu eksemplar dari suatu jumlah, melainkan hasil perseorangan yang

betul-betul utuh.

Fenomena-fenomena sosial yang terjadi di sekitaran sastrawan

ditransformasikan ke dalam bentuk estetika oleh pengarang dengan seperangkat

bahasa. Melalui eksplorasi bahasa pengarang akan menampilkan sebuah realita

kehidupan dalam bentuk yang berbeda, salah satunya yaitu lewat puisi dengan

aspek keindahan yang optimal. Namun oleh Suwardi Endaswara keindahan ini

dibedakan pengertiannya menjadi tiga aspek yaitu: (a) keindahan yang identik

dengan kebenaran, (b) keindahan dalam estetik murni, yaitu keindahan dalam

pengalaman sastrawan, yang mempengaruhi seseorang untuk merasa indah atau

3 Goenawan Mohamad, Di Sekitar Sajak , (Jakarta: PT Tempint, 2011), h.2.

Page 26: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

13

tidak indah suatu karya dan (c) keindahan sederhana, yang terbatas pada panca

indera.4

Puisi merupakan semacam proses dan hasil dialektika, dan hal ini ternyata

dapat merujuk pada pernyataan Acep Zamzam Noor,“sebuah puisi pasti memiliki

inti persoalan, meskipun puisi itu berbicara tentang banyak hal, misalnya.”5 Semua

hal yang disinggung dalam sebuah puisi harus melalui proses menuju pada inti

persoalan, semacam memperkuat inti persoalan.

Jika sebuah puisi bicara langsung pada inti persoalan, tanpa proses, tanpa

tahapan-tahapan, tanpa gambaran-gambaran pendukung, maka hasilnya akan

terasa kering, „kurang greget‟ dan tidak menunjukkan kekayaan makna. Akan

tetapi, jika sebuah puisi telah menemukan tema atau inti persoalan maka semua

gambaran pendukung yang disajikan penyair akan makin jelas fungsinya dalam

keseluruhan bangunan puisi.6

Imajinasi lahir dari intuisi penyairnya yang muncul dari totalitas diri atau

pribadi seorang penyair, dan tanpa totalitas itu tadi maka intuisi tak akan pernah

muncul. Itulah sebabnya puisi yang dapat dipercaya bersumber pada totalitas hidup

penyairnya. Pada waktu ia sedang menciptakan puisinya, dalam waktu yang

bersamaan puisi itu memuat sebuah momentum, situasi dan kondisi yang mewakili

keadaan ketika puisi itu diciptakan sehingga seseorang yang membaca puisi itu

seakan-akan melihat, mendengar, merasakan bahkan ikut terlibat pada suatu

kondisi atau peristiwa yang digambarkan lewat puisi tersebut.

Hal di atas ternyata senada dengan apa yang dikemukakan Emha Ainun Najib.

Ia berpendapat bahwa membaca puisi adalah memasuki suatu kelangsungan

pengalaman rohani yang tidak hanya memerlukan kerja pikirannya, tapi juga hati

dan perasaan, yang sedianya dilengkapi oleh kemampuan imajinatif dan kepekaan

4 Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra , (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Widyatama,

2004), h.68.

5 Acep Zamzam Noor, Puisi dan Bulu Kuduk: Perihal Apresiasi dan Kreatif, (Bandung: Penerbit

Nuansa, 2011), h.24. 6Ibid.

Page 27: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

14

intuitif.7 Ini berarti puisi dimulai dengan daya imajinatif dan intuitif. Mereka yang

mencipta dengan sungguh-sungguh tahu bahwa dalam kesenian terdapat semacam

komunikasi atau bahkan sebuah dialektika antara manusia dengan realita sosial

yang melingkupinya dan tak akan pernah selesai.

Usaha untuk menghidupkan gejala-gejala sosial agar mencapai realitas yang

tergambar sebagai puisi, hanya mungkin terjadi ketika penyairnya cermat dan

hemat kata-kata, jeli dan hati-hati mengamati gejala alam dan yang terpenting

ditopangdengan penguasaan berpuisi yang baik. Tanpa kesediaan dan kesanggupan

atas itu semua, daya intuitif penyair akan „mandeg‟, ia tak pernah dapat

menyelesaikan proses penciptaan puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat penyair

Linus: “Oleh penguasaan teknik berpuisi yang sudah matang, kata-kata sederhana

itu pun punya tenaga keindahan dan khas. Salah satu tugas penyair memang

memberi tenaga dan jiwa pada kata-kata. Tanpa ambil peran itu, dia akan menulis

esai dan bukan puisi.”8

Singkatnya, puisi di sini juga boleh diartikan sebagai karya sastra hasil

refleksi dari kejadian-kejadian yang ada di tengah masyarakat. Realita yang terjadi

di tengah masyarakat tersebut kemudian dituangkan oleh penyair berdasarkan alam

imajinasinya kedalam bentuk puisi. Dengan demikian sebuah puisi dapat

memberikan alternatif untuk menggambarkan situasi yang terjadi dalam arus

masyarakat, pembaca diharapkan mendapat manfaat dari sebuah karya sastra yang

dibacanya.

7 Emha Ainun Najib, Budaya Tanding, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h.131.

8 Linus Suryadi AG, Dibalik Sejumlah Nama, Sebuah Tinjauan Puisi-puisi Indonesia Modern,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989) , h.111.

Page 28: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

15

2. Unsur-unsur Puisi

A. Struktur Fisik Puisi

1) Tipografi atau perwajahan puisi

Antara puisi dengan prosa, yang paling membedakan dari kedua karya sastra

tersebut adalah dari segi tipografi atau perwajahannya. Dalam penulisan sebuah

prosa yang terjadi adalah biasanya setiap lembar dipenuhi dengan kata-kata yang

mendeskripsikan tentang sesuatu hal, maka pada puisi tidak dipenuhi dengan kata-

kata seperti halnya prosa. Tepi kanan atau tepi kiri halaman yang memuat puisi

belum tentu terisi penuh dengan kata-kata.

Wahyudi Siswanto dalam bukunya, Pengantar Teori Sastra menjelaskan

seberapa jauh pengaruh perwajahan puisi dengan ruang pemaknaan pada puisi. Ia

menjelaskan sebagai berikut:

Pada puisi konvensional, kata-katanya diatur dalam deret yang disebut larik atau baris. Setiap satu larik tidak selalu

mencerminkan satu pernyataan. Mungkin saja satu pernyataan ditulis dalam satu atau dua larik, bahkan bisa lebih. Larik

dalam puisi tidak selalu dimulai dengan huruf besar dan di akhiri dengan titik (.). Kumpulan pernyataan dalam puisi tidak membentuk paragraf, tapi membentuk bait. Sebuah bait dalam

suatu puisi mengandung satu pokok pikiran.9

Pada kesimpulannya, tipografi atau perwajahan dalam puisi amat penting

karena pengaturan baris dalam puisi dapat berpengaruh terhadap pemaknaan

terhadap suatu puisi, sebab menentukan kesatuan makna. Selain itu perwajahan

pada puisi dapat pula mewakili maksud dan kejiwaan penyairnya.

2) Diksi dan gaya bahasa

Pada umumnya kita menganggap bahasa sastra adalah bahasa yang khas,

khususnya puisi, bahasa spesifik yang biasanya digunakan oleh para penyair.

9 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h.113

Page 29: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

16

Apakah lantas kita batasi sebuah puisi atas dasar kebahasaannya yang khas

dibanding bahasa sehari-hari yang kita pakai? Pertanyaan ini mengantarkan kita

pada pendapat Sutardji Calzoum Bachri yang mengatakan, “tidak heran kalau

sajak bisa jadi gelap. Minim pintu, arah, tanda dan isyarat yang diberikan pada

pembaca untuk menciptakan sesuatu yang masuk hati dan akal sehat.”10

Sutardji menganggap kegelapan sebuah puisi merupakan kebebasan bagi

pembaca, bahwa sajak yang ekstrem gelap menciptakan pembaca yang ekstrem

merdeka. Kebebasan itulah yang nantinya melahirkan daya baca yang kreatif bagi

pembacanya. Sementara itu, Linus berpendapat, “puisi yang baik bukan sekedar

hasil kelihaian penyairnya beretorika, bukan sekedar hasil kemahiran penyairnya

mengartikulasikan kata-kata abstrak, tapi hasil kesanggupan penyairnya

mentransformasikan pengalamannya menjadi kata-kata intuitif.”11

Dalam puisi kata-kata tidak sekadar berperan sebagai alat yang

menghubungkan pembaca dengan ide penyair, seperti peran kata-kata konkret

dalam bahasa sehari-hari, gaya bahasa retoris seperti asonansi atau gaya bahasa

yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama.12 Dalam puisi kata-kata juga

sekaligus sebagai pendukung imaji dan penghubung pembaca dengan dunia intuisi

penyair.

Meskipun perannya sebagai penghubung tak bisa dilenyapkan, namun

keutamaan kata-kata dalam puisi adalah sebagai objek yang mendukung imaji. Hal

inilah yang membedakannya antara kata-kata dalam puisi dan yang bukan puisi,

sebab Hugh Kenner pun menjelaskan bahwa it is true a poetry brewed out of the

sounds and implication of words is not a medium in which to think .13

10

Sutardji Calzoum Bachri, Isyarat: Kumpulan Esai, (Yogyakarta: Indonesia Tera, 2007) , h.117

11

Pamusuk Erneste (ed.), Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang (Jilid 3) ,

(Jakarta: Kepustakaan Gramedia Populer, 2009), h.26. 12

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001) , h.130

13

“Itu benar bahwa puisi bersumber dari suara dan keterlibatannya terhadap kata dan bukanlah

media dimana untuk berpikir”, baca: Hugh Kenner (ed). Twentieth Century Views. T .S.Eliot: A

Collection of Critical Essays, (United States of America: Prentice-Hall, Inc., 1962), h.38.

Page 30: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

17

Hampir senada dengan pernyataan Sutardji, Goenawan Mohamad dalam

esainya mengutip pernyataan Alfred North Whitehead, “apabila kita memahami

segalanya tentang matahari, segalanya tentang atmosfir dan segalanya tentang

rotasi bumi, kita masih terluput untuk melihat kecemerlangan sinar matahari

terbenam.”14 Bagi Goenawan Mohamad sendiri, di saat melihat sinar matahari itu

kita pun masing-masing punya pengalaman sendiri, yang tak sepenuhnya bisa

dikomunikasikan secara persis.

Singkatnya, Goenawan Mohamad menganggap bahwa prestasi kesusastraan

yang matang mencerminkan suatu gaya, setiap gaya mencerminkan suatu

kepribadian dan suatu kepribadian tumbuh dan hanya bisa benar benar demikian

bila ia ada dalam lingkup komunikasi yang merdeka, dan pandangan Goenawan

Mohamad ini bisa dikatakan senada dengan Walt Whitman yang berpendapat

bahwa, “the messages of great poets to each man and woman are, come to us on

equal terms, only then can you understand us, we are no better than you what we

enclose you enclose, what we enjoy you may enjoy.”15

Kenyataan menunjukkan bahwa terjadi kesalahpahaman dalam menjelaskan

hubungan puisi sebagai karya sastra dengan latar yang digunakan sebagai unsur

pembangun puisi tersebut. Kesalahpahaman tersebut sebagian besar diakibatkan

oleh adanya perbedaan dalam menyimak hakikat puisi sebagai karya sastra yang

merupakan hasil imajinasi, rekaan, dan proses kreativitas, termasuk bahasa yang

metaforis atau konotatif.

14

Goenawan Mohamad, Kesusastraan dan Kekuasaan, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1993), h.72.

15“Pesan dari penyair besar untuk setiap pria dan wanita, bahwa yang datang kepada kami adalah

sama, hanya demikian anda dapat memahami kami, kami tidak lebih baik dari apa yang kami tutupi,

kalian juga tutupi, apa yang kita nikmati anda juga dapat menikmati.” Baca: Walt Whitman, Complete

Poetry and Collected Prose, (New York: Literary Classic of The United States, Inc., 1982), h.14.

Page 31: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

18

3) Rima dan Ritma

Rima merupakan persamaan bunyi pada puisi baik di awal, tengah maupun

akhir. Sedangkan jika merujuk pada pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), rima diartikan sebagai“pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam

larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan”.16

Wahyudi Siswanto beranggapan bahwa rima mencakup tiga hal, yaitu

sebagai berikut:

a) Onomatope: tiruan terhadap bunyi. Dalam puisi, bunyi-bunyi ini

memberikan warna suasana tertentu seperti yang diharapkan oleh

penyair, misalnya pada setiap konsonan huruf-huruf terdapat

pemaknaan-pemaknaan tersendiri, seperti sifat, suasana atau bahkan

sebuah sugesti.

b) Bentuk intern pola bunyi: merupakan aliterasi, asonansi, persamaan

awal atau akhir, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi

bunyi dan sebagainya.

c) Pengulangan kata atau ungkapan: pengulangan kata-kata tidak terbatas

pada bunyi, namun mungkin kata-kata atau ungkapan. Pengulangan

bunyi, kata, dan frasa memberikan efek magis yang murni.17

Sementara Wellek dan Warren mengartikan rima sebagai “pengulangan (atau

mendekati pengulangan) bunyi, rima mempunyai fungsi efoni.”18 Wellek dan

Warren pun di sini menambahkan, bahwa efek bunyi berbeda dari satu bahasa ke

bahasa lainnya, sebab tiap bahasa mempunyai sistem fonetiknya sendiri.19

16 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1174. 17

Siswanto, Op.cit. h. 122.

18

Rene Wellek & Austin Warren, Teori Kesusastraan. Terj. Melani Budianta , (Jakarta: PT

Gramedia, 1989), h.199. 19

Ibid, h. 198.

Page 32: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

19

Wellek dan Warren tak lupa menekankan pula, yang terpenting untuk diingat

bahwa rima mempunyai makna dan sangat terlibat dalam membentuk ciri puisi

secara keseluruhan. Kata-kata disatukan, dipersamakan atau dikontraskan oleh

rima. 20

Sedangkan Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan

dengan pengulangan bunyi, kata, frasa dan kalimat, lebih jauh Waluyo

menjelaskan ritma sebagai berikut:

Ritma juga dapat di bayangkan seperti tembang mocopat dalam tembang jawa. Dalam tembang tersebut berupa

pemotongan bait-bait puisi secara berulang-ulang setiap 4 suku kata pada baris-baris puisi sehingga menimbulkan gelombang

yang teratur. 21

Adapun contoh ritma bisa kita lihat dari puisi karya Ali Hasjmy, yaitu ritma

berupa pemenggalan baris-baris puisi menjadi dua bagian/frasa sebagai berikut:

Pagiku hilang/ sudah melayang Hari mudaku/sudah pergi

Kini petang/ datang melayang Batang usiaku/ sudah meninggi.22

B. Struktur Batin Puisi

1) Tema

Mursal Esten mengatakan bahwa “sebuah cerita rekaan membutuhkan tema.

Tema ini akan dijalin di dalam sebuah plot cerita.”23 Jika melihat dalam konteks

puisi, tema sendiri merupakan gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh

pengarang yang dimuat dalam karyanya.24

20

Rene Wellek & Austin Warren. loc. cit. 21

Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1995) , h.94. 22

Ibid, h. 95. 23

Mursal Esten, Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultur, (Bandung: Angkasa, 2013) , h.134. 24

Siswanto, op. cit., h. 124.

Page 33: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

20

Dalam puisi, Waluyo menjelaskan bahwa tema merupakana “pokok pikiran

atau pokok persoalan yang begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga

menjadi landasan utama pengucapannya.”25 Waluyo mencontohkan jika ada

desakan yang kuat berupa rasa belas asih atau kemanusiaan, maka puisi bertema

kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untut memprotes ketidakadilan,

maka tema puisinya adalah protes atau kritik sosial.

Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya

yang terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus bagi penyair akan tetapi

menjadi objektif ketika di tangan khalayak atau pembaca.26 Secara singkat tema

dapat diartikan sebagai gagasan dasar yang menopang isi yang ada dalam karya

sastra, oleh sebab itu tema mengacu pada sebuah makna yang mengikat

keseluruhan unsur-unsur apa yang ingin disampaikan oleh penyair sehingga hadir

sebagai sebuah kesatuan yang padu, seperti apa yang dikatakan oleh Angela

Carter: “Some refer to the central idea, the thesis , or even the message of the

story, and that is roughly what we mean by theme: a generalization or abstraction

from the story.”27

2) Suasana

Dalam menciptakan karya, perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus

dapat dihayati pembaca bagaimana suasana ang dibangun oleh penyair, contohnya

saja, dalam menghadapi tema keadilan sosial atau kemanusiaan penyair banyak

menampilkan bagaimana kehidupan pengemis, gelandangan atau orang-orang yang

termarjinalkan.

25

Waluyo, op.cit., h 106. 26

Waluyo, op.cit., h 107.

27 “Sebagian mengacu pada ide pokok, kesimpulan, atau pesan dari cerita, dan itulah apa yang

dimaksud dengan tema: penyederhanaan atau inti dari cerita .” Baca: Jerome Beaty, et.al.,The Norton

Introduction to Literature: Shorter Eighth Edition ,(United States of America: W. W. Norton &

Company, Inc., 2002), h.214.

Page 34: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

21

Menurut Waluyo “suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca

puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.”28

Jadi kesimpulannya, dengan suasana yang dibangun dalam karyanya, penyair

memberikan kesan yang lebih mendalam kepada pembaca. Puisi bukan hanya

ungkapan yang bersifat teknis, namun suatu ungkapan yang total karena seluruh

aspek-aspek psikologis itu dikonsentrasikan dalam karyanya untuk memperoleh

komunikasi yang sempurna dengan pembacanya.

4) Amanat

Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis. Ia

merupakan pesan dari pengarang yang memerlukan penafsiran sebagai bentuk

bahwa kita mampu memetik manfaat dari setiap karya . Setiap pembaca berbeda-

beda menafsirkan makna dalam sebuah karya.

Sementara itu, Wahyudi Siswanto mengatakan bahwa sadar maupun tidak,

ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa

dicari sebelum penyair menciptakan puisinya.29 Misalnya seperti sebuah puisi

yang merupakan sebuah alih wahana dari kisah wayang yang diambil dari

Mahabarata biasanya memberikan amanat bahwa kebaikan akan mengalahkan

kejahatan. Amanat tersebut merupakan perang bagi diri sendiri yang sebagai

manusia memiliki sisi baik dan sisi jahat.

Apa yang dikemukakan A.Teeuw semakin menjelaskan bahwa dalam setiap

karya terdapat amanat yang ingin disampaikan oleh penyair atau pengarang.

Pendapat A.Teeuw merujuk pada apa yang dipaparkan oleh Horatius, orang yang

pertama kali mengatakan pada banyak pembaca sastra, bahwa pada dasarnya

karya sastra bersifat utile dan dulce yang berarti dasarnya bermanfaat dan

nikmat.30

28

Waluyo, op.cit., h 125. 29

Siswanto, op. cit., h. 125. 30

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), h. 8

Page 35: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

22

3. Fungsi Puisi

Sastra berisi pengetahuan, sebab merupakan ungkapan pengalaman

pengarangnya. Pengetahuan kita terhadap sebuah situs sejarah misalnya, akan

lebih hidup dan berarti jika kita mengetahuinya latar belakang situs sejarah

tersebut lewat cerita, semacam memberikan penggugah rasa atau mengevokasi

energi-energi yang dirasakan stagnan, dari mekanisme yang statis sehingga lebih

dinamis atau bernyawa. Namun seorang sastrawan Amerika yang bernama Edgar

Allan Poe mengkritik bahwa fungsi puisi tidak terbatas sifatnya yang didaktis saja,

Poe beranggapan sastra berfungsi menghibur, dan sekaligus mengajarkan

sesuatu.31

Karya sastra merupakan peneladanan dan peniruan, sumber inspirasi dan

kebenaran, sehingga melalui karya sastra tersebut masyarakat dapat bercermin,

melihat eksistensinya melalui orang lain yang disebut pengarang atau penyair.

Oleh sebab-sebab itu dapat dikatakan bahwa karya sastra menunjukkan kepada

pembaca, yaitu jalan yang sebaiknya ditempuh.

Sementara Subagio Sastrowardoyo mengungkapkan bahwa lewat puisi kita

diajak merefleksikan kembali kondisi yang ada di sekeliling kita, sehingga

kehadiran puisi bagi masyarakat tidak bisa dianggap angin lalu. Lewat puisi juga

penyair mengajak masyarakat agar mempunyai persepsi bahwa “aku” di dalam

bait-bait puisi adalah “kita”, guna membangun perasaan, tanggung jawab dan

solodaritas yang kini semakin terkikis. Subagio menjelaskan bahwa “setidak-

tidaknya puisi hendak menyatakan nasib manusia yang terjepit, suatu human

predicament yang tidak dapat dihindari, apakah nasib buruk itu diderita oleh

penyairnya sendiri secara pribadi atau oleh manusia pada umunya.”32

Pendapat Subagio ternyata bisa dikaitan dengan penganut paham Marxis

yang memposisikan karya sastra sebagai refleksi perjuangan kelas untuk melawan

31

Wellek & Warren, op. cit., hlm.25

32 Subagio Sastrowardoyo, Pengarang Modern Sebagai manusia Perbatasan , (Jakarta:Balai

Pustaka, 1989), h. 109.

Page 36: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

23

kaum kapitalis.33 Hal serupa dikemukakan oleh Goenawan Mohamad, “bahwa seni

mempertajam, membikin lebih intens penghayatan kita terhadap hal-hal dalam

kehidupan”34, bahkan ia mengutip pendapat Albert Camus yang mengatakan

bahwa seni adalah “pemberontakan” seniman kepada realitas.35

Pernyataan Camus yang menganggap seni adalah “pemberontakan” bisa saja

merujuk pada puisi-puisi karya WS.Rendra dan Wiji Tukul misalnya, yang

menempatkan puisi sebagai media untuk mengkritisi kaum konglomerat di era

Orde Baru yang dianggap bergandengan dengan pemerintah sehingga

menyebabkan robohnya sendi-sendi ekonomi masyarakat.

Pada proses penciptaanya, puisi menurut Eka Budianta, mudah sekali diberi

muatan cinta, benci, keras atau lembut, lucu atau menegangkan. Eka berpendapat

bahwa penyair berpotensi membawa pendengar dan pembacanya menyelami,

menghadapi dan mengatasi kekerasan. Dengan puisi dunia yang keras dapat

ditundukkan, dan dibangun kembali menjadi alam yang lembut, terhargai, dan

tersyukuri.36

Dalam hal ini tentu saja sah dan boleh memasukkan unsur kekerasan lalu

mengolah kekerasan menjadi sebuah puisi yang hebat, namun alangkah sayangnya

bila puisi berhenti pada poin itu, sebab “manusia merupakan keseimbangan antara

pikir akal yang menganalisis dan memecah-mecahkan suatu permasalahan dengan

hati dan dengan fantasi yang kreatif.”37

Jadi kesimpulannya, puisi sebagai bagian dari karya sastra dan seni berfungsi

sebagai media pengetahuan dan hiburan, mengacu pada kenyataan bahwa puisi

merupakan komunikasi antara penyair yang mengajak pembacanya merefleksikan

keadaan guna membangun perasaan, tanggung jawab, dan hubungan sosial.

33

Endaswara, op. cit., hlm. 81. 34

Goenawan Mohamad, Kesusastraan dan Kekuasaan, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1993), h.70. 35

Ibid 36

Eka Budianta, Senyum Untuk Calon Penulis, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), h. 36

37

S. Takdir Alisjahbana, Seni dan Satera di Tengah-tengah Pergolakan Masyarakat dan

Kebudayaan, (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1985), h.169.

Page 37: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

24

B. Fenomena Sosial

1. Pengertian Fenomena Sosial

Fenomena berasal dari bahasa Yunani; phainomenon yang berarti things

appearing yakni apa yang tampak.38 Sementara dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) fenomena berarti: (1) hal-hal yang dapat disaksikan dengan

pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti fenomena

alam); (2) sesuatu yang luar biasa; keajaiban; (3) fakta; kenyataan.39 Sedangkan

sosial bermakna: (1) berkenaan dengan masyarakat: perlu adanya komunikasi;(2)

suka memperhatikan kepentingan umum.40

Dari pengertian di atas, fenomena sosial dapat diartikan sebagai gejala-

gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan

sosial. Salah satu fenomena sosial yang terdapat dalam kehidupan kita sehari-hari

adalah adanya masalah-masalah sosial yang timbul baik dalam kehidupan

keluarga maupun masyarakat. Jika kita membicarakan fenomena sosial, perlu kita

mengacu pada sebuah perubahan sosial dan permasalahan sosial dalam tatanan

masyarakat yang diawali dengan interaksi.

Pendapat Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto yang mengartikan

fenomena sosial mengantarkan kita pada sebuah konteks perubahan sosial, yang

dalam hal ini sebagai segala bentuk perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem

sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku di antara

kelompok-kelompok dalam masyarakat.41

Pembicaraan fenomena sosial juga tidak bisa dilepaskan dari hubungan

antara realitas fisik dan realitas psikis manusia. Misalnya saja fenomena sosial

38 Siswantoro, Metode Penelitian Sastra, Analisis Struktur Puisi , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010), h. 42.

39

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 390. 40

Ibid.,h. 1331.

41

Soerjono Soekanto, Sosiologi; Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.

305.

Page 38: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

25

yang terjadi karena adanya masalah sosial yang merupakan akibat interaksi sosial

antara individu satu dengan individu lainnya, antara individu dengan kelompok,

atau antar kelompok.42

Interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari, secara keseluruhan merupakan

aktivitas yang bertujuan, yang pada dasarnya berfungsi memenuhi kepuasan

subjek. Aktivitas yang disertai dengan tujuan-tujuan tertentu, baik tujuan tersebut

berhasil dicapai secara langsung oleh pelaku maupun lewat anggota lain, dan

biasanya untuk menuju pada pencapaiannya, yaitu kepuasan subjektif tak jarang

terjadi gesekan-gesekan antar individu, hal inilah yang kiranya dapat dikatakan

fenomena sosial.

Fenomena sosial terjadi juga karena adanya perubahan dalam unsur-unsur

yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan

dalam unsur geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi

maupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Seperti yang dikatakan

oleh Soerjono Soekanto, “perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian

yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya, bahkan

perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial.”43

Fenomena sosial sendiri mengacu pada banyak bentuk, di ataranya proses

sosial dan interaksi sosial seperti asosiatif dan disosiatif; kelompok-kelompok

sosial dalam masyarakat; dinamika kebudayaan; lembaga masyarakat; stratifikasi

masyarakat; kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan dalam masyarakat; serta

masalah sosial yang terjadi diantaranya yaitu kemiskinan, kejahatan, pelanggaran

norma-norma masyarakat, masalah kependudukan dan masalah lingkungan

hidup.44

42

Ibid., h.358. 43

Ibid., h.308. 44

Ibid., h. vii

Page 39: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

26

2. Fenomena Sosial dan Proses Kreatif

Kehadiran fenomena sosial yang terjadi meliputi berbagai aspek manusia

dan kehidupannya adalah materi yang digambarkan dalam sebuah puisi misalnya

ke dalam bentuk perjalanan hidup manusia yang terjadi di „jalan raya‟ atau „biru

langit‟ dan tanpa materi tersebut, sebuah karya sastra pastinya tidak bermakna.

Sebuah karya sastra menjadi menarik karena melibatkan sisi psikologis,

sosioligis, filosofis, kultural dan sisi politis yang kesemuanya adalah cerminan

pengalaman kehidupan dari penyair. Oleh sebab itu, terkadang banyak sastrawan

yang mengungkapkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di sekelilingnya

tidak dengan cara yang sederhana. Misalnya menggunakan daya imajinasi dan

intuisi yang optimal serta perbendaharaan kata untuk menopangnya.

Karya sastra hanya dapat meniru dan membayangkan hal-hal yang ada

dalam kenyataan yang tampak, jadi berdiri di bawah kenyataan itu sendiri dalam

hierarki. Wujud yang ideal tidak bisa menjelma langsung dalam bentuk karya

sastra. Tetapi ini tidak berarti bahwa karya sastra sama sekali kehilangan nilai. 45

Puisi merupakan refleksi dari kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa

yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Realita yang terjadi di tengah

masyarakat tersebut kemudian dituangkan oleh penyair berdasarkan alam

imajinasinya ke dalam bentuk puisi. Dengan demikian puisi dapat memberikan

solusi atau alternatif untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi dalam

arus masyarakat. Sapardi Djoko Damono beranggapan bahwa sastra merupakan

bagian cermin kehidupan, dan kehidupan itu berisi kenyataan sosial. Dalam

pengertian ini Sapardi menjelaskan bahwa:

Kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarkat dengan orang-orang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-

peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, yang sering menjadi

45

Teeuw, Op.cit., (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), h.220.

Page 40: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

27

bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang

lain atau masyarakat.46

Wellek dan Warren dalam bukunya menyitir pendapat Max Eastman

(seorang teoretikus yang juga menulis puisi) yang berpendapat:

“…pengarang—dan terutama penyair—mengira bahwa tugas

utama mereka adalah menemukan dan menyampaikan pengetahuan. Padahal fungsi utama penyair, adalah membuat kita melihat apa yang sehari-hari sudah ada di depan mata kita, dan

membayangkan apa yang secara konseptual dan nyata sebenarnya sudah kita ketahui.”47

Pendapat Eastmen semakin kuat manakala Carl Gustav Jung menambahkan

bahwa tidak ada bedanya apakah penyair tahu bahwa karyanya tumbuh dengan

matang di masyarakat, atau apakah ia beranggapan bahwa dengan menuangkan

apa-apa yang ada di pikirannyatelah dapat membuat seorang penyairnya sendiri

keluar dari kekosongan, akan tetapi disini Carl Gustav memerlukan dirinya untuk

menekankan bahwa “in this way the work of the poet comes to meet the spiritual

need of the society in wich he lives, and for this reason his work means more to

him than his personal fate, whether he is aware of this or not.”48

Seorang penyair kerap dianggap sebagai penanggung beban dunia, filsuf,

bahkan dalam sastra profetik penyair diibaratkan serupa nabi. Penyair yang peka

terhadap lingkungan, ia menyaksikan fenomena sosial yang terjadi di

sekelilingnya, secara visual itu ditulis kembali dalam bentuk puisi dengan

tambahan-tambahan pokok pikiran yang subjektif namun dengan gubahan bahasa

yang lebih khas, sehingga mempunyai keberartian yang lebih dalam dari dimensi

46 Sapardi Djoko Damono, Sosiologi Sastra, Sebuah Pengatar Ringkas, (Jakarta: Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978), h.1. 47

Wellek & Warren, op. cit., h.31.

48

“Dengan cara ini karya penyair datang untuk memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat di

tempat ia tinggal, dan untuk alasan ini karyanya lebih berarti baginya daripada nasib pribadinya,

apakah dia menyadari hal ini atau tidak.” Baca: Arthur M.Eastman (ed), et.al.,The Norton Reader:

Sixth Edition Shorter,(United States of America: W. W. Norton & Company, Inc., 1984), hal.596.

Page 41: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

28

visual sebelumnya seperti pendapat Sutan Takdir Alisjahbana yang menyatakan;

“Sebagai manusia yang berhubungan dengan manusia, penyair itu banyak pula

mendapat inspirasi dari pada perhubungan manusia seorang dengan yang lain.

Segala soal-soal masyarakat menggerakan perasaannya.”49

Pada dasarnya seorang penyair sendiri adalah orang yang mampu

merayakan hal nampaknya sederhana menjadi peristiwa yang menarik bahkan

dahsyat lewat rangkaian kata. Sastrawan memperlakukan kenyataan yang

dijadikan sebagai bahan mentah karya sastranya dengan meniru, memperbaiki,

menambah atau menggabungkan kenyataan yang ada untuk dimasukkan kedalam

karyanya. Kenyataan yang ada telah diinterpretasikan terlebih dahulu berdasarkan

pandangan diri sastrawan itu sebelum dijadikan karya sastra.50

Menyitir pendapat Frederich Albert Lange dalam Wardi Bachtiar yang

beranggapan bahwa puisi merupakan media rekonsiliasi antara kreativitas jiwa

dan determinisme serta skeptisme yang dihasilkan oleh fakta sosial.51 Albert

Lange menganggap puisi sebagai dunia ketiga yang menghubungkan dunia fisik

dengan psikis, subjektif dengan pengetahuan ilmiah objektif, dan pada tahap

selanjutnya menghubungkan antara dunia ideal dengan dunia empiris.

Eka Budianta dalam tulisannya menjelaskan bahwa penyair seperti

wartawan, jurnalis, seniman lain yang pada umumnya merupakan perantara atau

„jembatan‟ dalam istilah Eka. Ia berpendapat “…penyair bertugas sebagai

jembatan. Karya-karyanya menghubungkan dunia idea dan dunia kenyataan.”52

Demikianlah proses kreatif dalam menciptakan karya sastra, yang

sesungguhnya tidak dapat dipisahkan antara peristiwa sosial dalam proses

penciptaan yang berpusat pada kesan atau impresi.

49

S. Takdir Alisjahbana, Kebangkitan Puisi Baru Indonesia , (Jakarta: PT. Dian Rakjat, 1978), hal.30. 50

Siswanto, op. cit., h.46. 51

Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik , (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), h.140. 52

Budianta, Op.cit., h.1.

Page 42: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

29

C. Pembelajaran Sastra

1. Sastra dalam Pembelajaran Hari Ini

Di kalangan masyarakat tertentu, penyair memperoleh gelar terhormat

lantaran dianggap „seorang nabi‟, di Cina misalnya. Pramoedya menuliskan

pengalamanya dalam menghadiri suatu konfrensi yang diadakan di Cina, yang

dimuat dalam Mimbar Indonesia pada tahun 1957. Pramoedya menuliskan kesan-

kesannya sebagai berikut:

Para penulis Cina menempati kedudukan yang tinggi. Suara mereka didengarkan oleh masyarakat. Bersama dengan politikus,

mereka menjadi para pemimpin spiritual yang memegang peran sangat penting dalam pembangunan bangsa di zaman kita. Ini turut

menjelaskan mengapa penulis diperlakukan sangat baik oleh masyarakat.”53

Meski demikian, sampai hari ini proses pembelajaran puisi tak jarang

menjumpai banyak kesulitan, entah dari minat siswanya yang kurang, dengan

alasan mulai dari sulitnya memahami bahasa puisi yang dianggap di luar

kebiasaan dari proses berkomunikasi sehari-hari, sampai dengan alasan yang

menganggap bahwa membaca atau menulis puisi merupakan proses yang

membosankan dan tak lagi berguna dibandingkan bidang studi lainnya yang

memberikan ilmu pengetahuan secara jelas. Bahkan tidak jarang proses

pembelajaran puisi menjadi tersendat karena disebabkan para guru bahasa dan

sastra sendiri cenderung menghindarinya karena merasa kesulitan untuk

mengajarkannya.

53Sebenarnya pendapat Pramoedya ini pertama kali ditulis di Mimbar Indonesia dengan judul

“Sedikit tentang Pengarang Tiongkok” pada tanggal 19 Januari 1957, di halaman 57, namun pada

penelitian ini penulis menyitir pendapat Pramoedya dari: Hong Liu, Goenawan Mohamad dan Summit

Kumar Mandal, Pram dan Cina, (Depok: Komunitas Bambu, 2008), h.25.

Page 43: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

30

Menurut Rahmanto, pada umumnya dalam usaha mengajarkan bagaimana

cara menikmati puisi, dijumpai dua macam hambatan yang cukup mengganggu.

Yang pertama, adanya anggapan kebanyakan orang yang menyatakan bahwa

secara praktis puisi sudah tak berguna lagi, merujuk pada gaya hidup kekinian

dalam dunia praktis yang banyak tergantung pada ilmu bisnis, ilmu pengetahuan

alam (fisika, kimia, dan biologi), serta teknologi modern.54

Hambatan yang kedua bagi Rahmanto adalah pandangan yang disertai

prasangka bahwa mempelajari puisi sering tersandung pada diksi-diksinya yang

„ruwet‟. Pandangan semacam ini mungkin sekali berasal dari para siswa yang

berkemauan keras untuk melakukan yang terbaik dengan berusaha memahami

dan menikmati sajak-sajak terkenal yang ditulis oleh para penyair yang sering

menggunakan simbol, kiasan dan ungkapan-ungkapan tertentu yang

membingungkan.55

Walaupun sumber kesulitan itu kadang-kadang berasal dari sifat dasar puisi

itu sendiri, namun untuk keperluan pengajaran puisi banyak pula ditemukan puisi

yang sangat mengesankan dan cukup mudah untuk dinikmati dan dipahami oleh

siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya.Puisi-puisi jenis naratif dan dramatik

(balada) nampaknya cukup mengesankan dan lebih mudah untuk dipahami bagi

pemula.

Hal yang paling penting menurut Rahmanto adalah agar para pengajar tidak

terlalu terburu-buru dalam membebani para siswa dengan istilah-istilah teknis dan

gaya bahasa yang kompleks.56 Dalam beberapa hal, puisi memang merupakan

bahasa dan yang padat dan penuh arti, jadi apabila bahasa dan pokok persoalan

puisi itu mempunyai keselarasan, niscaya siswa akan merasa dirinya menghadapi

sesuatu yang mengesankan dan memerlukan perhatian khusus dalam praktek

pembelajaran bahasa dan sastra.

54

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Penerbit Kanisisus, 1988), h.44. 55

Ibid, h. 46. 56

Ibid, h.48.

Page 44: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

31

Bagi siswa, puisi yang demikian itu tidak akan mudah dilupakan dan sangat

berguna pada dirinya sebagai latihan mengkpresikan diri. Keuntungan lebih

lanjutnya adalah ketika puisi dapat membantu pembinaan seni berbicara untuk

siswa, mengingat puisi disusun berdasarkan referensi bentuk-bentuk bahasa lisan.

2. Sastra dan Implikasinya dalam Proses Pembelajaran

Pada bab sebelumnya telah dijabarkan bagaimana sifat sastra yang pada

hakikatnya tidak hanya menghibur namun juga mendidik, dan pada praktiknya

kita dapat menilai bagaimana sastra dan implikasinya dalam proses belajar di

bawah ini.

Pertama, sastra berperan dalam mengembangkan proses keterampilan

berbahasa. Pada umumnya ada empat unsur dalam keterampilan berbahasa, yaitu:

(1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis, mengikut sertakan

pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih

keterampilan membaca, dan mungkin ditambah keterampilan menyimak, bicara

dan menulis. B. Rahmanto menjelaskan sebagai berikut

Belajar sastra pada dasarnya adalah belajar bahasa dalam

praktek. Belajar sastra harus selalu berpangkal pada realisasi bahwa setiap karya pada pokoknya merupakan

kumpulan kata yang bagi siswa harus diteliti, ditelusuri, dianalisis dan diintegrasikan.”57

Dalam pembelajaran sastra pun siswa di arahkan untuk melatih

keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan guru,

teman atau lewat rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan berbicara dengan

ikut berperan dalam suatu drama atau saat membacakan puisi di depan teman-

temannya. Siswa juga dapat meningkatkan keterampilan membaca dengan

57

Ibid.,h.38.

Page 45: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

32

membacakan puisi atau prosa. Siswa pun mendapat keterampilan menulis ketika

diajak untuk menuliskan pengalamannya atau diajak menciptakan puisi.

Yang kedua, sastra memberi wawasan kebudayaan. Sastra tidak seperti

bidang studi pada umumnya yang menyuguhkan pengetahuan dalam bentuk jadi.

Ini diibaratkan, jika ilmu pengetahuan lainnya didasarkan atas perbedaan logika,

perbedaan sudut pandang dalam memecahkan problematika atas hal keilmuan

tersebut, maka dalam sastra pun karya lahir dalam perbedaan cara pandang

sastrawan dalam memecahkan problematika kehidupan manusia, tetapi perbedaan

tersebut didasarkan atas perbedaan aspek-aspek estetis. Dalam hal ini Nyoman

Kutha Ratna memberikan contoh, ia menyatakan bahwa, “dalam karya besar

bentuk dan isi memperoleh maknanya secara proporsional sebab karya besar

merupakan indikator perkembangan suatu kebudayaan tertentu.”58

Sastra adalah pantulan kembali keadaan masyarakat, secara tidak langsung

sastra memuat ilmu pengetahuan, sejarah dan segala yang menyangkut dengan

aspek manusia pada zamannya. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa secara

historis karya sastra lahir bersama dengan lahirnya semangat kebangsaan.

Greibstein, seorang sosio-kultural pernah membuat kesimpulan atas

pendapat-pendapat mengenai istilah sosio-kultural, salah satu kesimpulannya

sebagai berikut:

“Karya sastra tidak dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya

apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkan. Ia harus dipelajari dalam konteks seluas-luasnya, dan tidak hanya dirinya sendiri. Setiap

karya sastra adalah hasil dari pengaruh timbal-balik yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural, dan karya sastra itu sendiri

merupakan objek kultural yang rumit.”59

58 Nyoman Kutha Ratna, Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta , (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), h.515 59

Damono, op. cit., h. 4.

Page 46: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

33

Dari kesimpulan Greibstein, kita dapat bayangkan bahwa karya sastra

memuat bagaimana semangat zamannya yang bersifat kolektif, yang

menggambarkan perkembangan sosial masyarakat atau kebudayaan yang berlaku

pada saat itu. Oleh karena itu, apabila kita dapat merangsang siswa-siswa untuk

memahami fakta-fakta dalam karya sastra, lama-kelamaan siswa itu akan sampai

pada realisasi bahwa fakta-fakta itu sendiri jauh lebih penting dibanding karya

sastra itu. Hal yang demikian akhirnya memberikan pengalaman yang berbeda

ketika menelaah fakta lewat karya sastra sehingga pada akhirnya meningkatkan

minat siswa untuk lebih jauh menyelami dunia pembelajaran sastra.

Ketiga, sastra menunjang pembentukan watak. Perilaku seseorang pada

dasarnya mengacu pada faktor-faktor kepribadiannya yang paling dalam. Tak ada

satu pun jenis pendidikan yang mampu menentukan watak manusia secara pasti

kecuali pendidikan yang menggunakan praktik Brain Wash atau cuci otak.

Bagaimanapun pendidikan hanya dapat berusaha membina dan membentuk, akan

tetapi pendidikan tidak menjamin secara mutlak bagaimana watak manusia yang

dididiknya.

Di sisi lain, sastra sebagai media pendidikan yang memuat pembelajaran

moral diharapkan dapat menjadi tuntunan kearah pembetukan etika, sebagaimana

ungkapan Nyoman Kutha Ratna bahwa “memahami karya sastra pada gilirannya

merupakan pemahaman terhadap nasihat dan peraturan, larangan dan anjuran,

kebenaran yang harus ditiru, jenis-jenis kejahatan yang harus ditolak, dan

sebagainya.”60

Sementara Rahmanto berpendapat bahwa seseorang yang telah banyak

mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka

untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai sebab di

banding pelajaran-pelajaran lainnya ia mengatakan bahwa “sastra mempunyai

kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian

60

Kutha Ratna, Op.cit., h. 438

Page 47: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

34

kemungkinan hidup manusia.”61 Rahmanto beranggapan bahwa pengajaran sastra

hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai

kualitas kepribadian anak didik sehingga ia akan mampu menghadapi masalah-

masalah hidup dengan pemahaman, wawasan, toleransi dan rasa simpati yang

lebih mendalam.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan alat

untuk mendidik, terlebih jika dikaitkan dengan pesan muatannya, hampir secara

keseluruhan karya sastra merupakan sarana-sarana pembelajaran guna mengasah

keterampilan berbahasa, menambah wawasan dan membentuk etika pada

kepribadian si anak didik.

D. Tinjauan Sosiologi Sastra

1. Pengertian Sosiologi Sastra

Selain empat pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams; pendekatan

objektif, ekspresif, mimetik, dan pragmatik, masih terdapat lagi kajian sastra yang

merupakan interdisipliner dari ilmu sastra dengan ilmu lain. Sosiologi sastra salah

satunya yang merupakan interdisipliner ilmu sastra dengan sosiologi. Sosiologi

sastra sendiri berasal dari dua kata dari bahasa Yunani, yaitu sosio atau socius

yang berarti bersama-sama, bersatu, kawan atau teman dan logos yang berarti

sabda, perkataan, perumpamaan atau ilmu.62

Menurut Sapardi Djoko Damono, sosiologi sastra merupakan pendekatan

sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan.63 Dari buku Theory of

Literature, yang ditulis oleh Wellek dan Warren, Sapardi menemukan setidaknya

ada tiga sub pembahasan yang berbeda dalam sosiologi sastra, yaitu sosiologi

pengarang, sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu

61

Rahmanto, Op.cit., h. 24 62

Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.1 63

Damono, op. cit., h.2

Page 48: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

35

sendiri; dan sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh

sosial karya sastra.64 Mengacu pada penemuan Sapardi, maka sosiologi sastra

juga bisa dikaitkan dengan pendapat Kutha Ratna yang beranggapan bahwa

sosiologi sastra dapat juga disebut sebagai sosiokritik sastra, dengan

mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.65

Disisi lain, Suwardi Endaswara berpendapat bahwa sosiologi sastra

merupakan cabang penelitian yang bersifat reflektif dengan asumsi dasar bahwa

karya sastra tidak lahir dalam kekosongan sosisal. Kehidupan sosial yang

memicu lahirnya karya sastra. Pendapat Suwardi bertolak dari peryataan

Glickberg yang mengemukakan bahwa seperti apapun bentuk karya sastra,

fantastis atau mistis sekalipun, berangkat dari fenomena sosial.66

Namun Hippolyte Taine, yang dianggap sebagai peletak dasar sosiologi

sastra modern, mengingat bahwa fenomena sosial karya sastra merupakan fakta

yang multi interpretable, yang bagi Taine kadar kepastiannya tidak sebanding

jika dibandingkan dengan ilmu pasti.67Namun demikian, sosiologi sastra sudah

semestinya tetap berusaha mengungkapkan fakta-fakta seputar sastra yang

terbagi atas sastrawan sebagai pencipta karya, karya sastra itu sendiri dan publik

sebagai pembaca dan yang menilai karya sastra, sebab masing-masing fakta

sastra memiliki persoalan-persoalan teknis sendiri. Hal inilah yang dijelaskan

oleh Escarpit, bahwa sosiologi sastra harus dapat memperhatikan kekhasan fakta

sastra serta memberikan keuntungan kepada para pengarang dan pembaca

dengan cara membantu ilmu sastra secara tradisional, baik sejarah maupun kritik,

agar menjadi tugas-tugas khusus yang dicakupnya.68

Jadi kesimpulannya, pendekatan ini berguna untuk mengungkapkan

pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang

64

Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h.4 65

Kutha Ratna, op. cit,.h.7 66

Endaswara, op. cit., h.77 67

Ibid,.h.70. 68

Robert Escarpit, Sosiologi Sastra, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm.14.

Page 49: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

36

mengaitkan unsur kemasyarakatan dalam melatar belakanginya. Aspek-aspek

tersebut meliputi: seberapa jauh peranan atau manfaat karya sastra dalam

mengubah struktur masyarakat, seberapa jauh keterlibatan langsung antara

pengarang dengan lingkungan sosialnya, proses kreatif penyair dalam

menciptakan karyanya sebagai proses sosio-kultural.

E. Penelitian yang Relevan

Hasil dari proses penelitian atau analisis merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari unsure-unsur lainnya, baik yang berkaitan langsung maupun tidak

langsung dengan pemasalahan yang dibahas oleh seorang peneliti. Sebuah karya

ilmiah mutlak membutuhkan refrensi atau sumber acuan guna menopang peelitian

yang dikerjakannya. Tinjauan pustaka dapat bersumber dari makalah, skripsi,

jurnal, internet atau yang lainnya.

Sejauh yang peneliti ketahui, belum ada yang meneliti terkait persoalan

“Fenomena Sosial Dalam Puisi Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur Karya

Joko Pinurbo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di SMA”. Dalam hal ini penulis memaparkan bagaimana dalam dua puisi

karya Joko Pinurbo yang berjudul Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur

terdapat suatu gambaran tentang dinamika hubungan manusia dengan lingkungan

sosialnya dan alam sekitarnya yang mempengaruhi juga dalam proses pembentukan

karakter seseorang yang tidak hanya berdampak pada sisi materi, namun menyentuh

pada sisi yang lebih dalam lagi dalam kehidupan manusia, yaitu sisi moril.

Dua puisi karya Joko Pinurbo, yaitu Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur

merupakan proses kreatif yang merujuk pada sebuah pengamatan fenomena-

fenomena atau peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dalam kehidupan sehari-hari

penyairnya sendiri, Joko Pinurbo. Implikasi puisi Joko Pinurbo dalam pembelajaran

adalah bagaimana peserta didik memahami bahwa di dalam puisi terdapat semacam

bentuk komunikasi secara artistik yang dapat menciptakan kembali situasi

Page 50: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

37

kemanusiaan dan hubungan kemanusiaan. Ini dimaksudkan untuk menanamkan

kesadaran pada peserta didik, bahwa puisi memiliki fungsi yang esensial dalam

pembinaan proses pemanusiaan insan-insan modern yang selalu dilanda oleh

konflik-konflik yang tak terselesaikan.

Berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam penelitian terhadap puisi-puisi

karya Joko Pinurbo ini, dapat dibandingkan dengan skripsi Febry Nur Rafahmi,

Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, yang

meneliti “Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Puisi Telepon Genggam

Karya Joko Pinurbo”. Dalam penelitiannya ini, Febry berusaha menunjukkan

bahwa di dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo ditemukan

pemakaian 8 gaya bahasa yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri sesuai

bentuk dan konteks penggunaannya.

Menurut hasil temuan Febry, dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya

Joko Pinurbo, gaya bahasa metafora dibagi menjadi 6 bentuk dan memiliki fungsi

antara lain; (1) memberi penegasan sifat pada sebuah benda, (2) membentuk frasa-

frasa benda yang imajinatif, (3) menciptakan imajinasi absurd untuk memperkaya

makna puisi. Gaya bahasa personifikasi dalam kumpulan puisi Telepon Genggam

dapat dibagi menjadi 4 bentuk dan memiliki fungsi antara lain; (1) melukiskan ciri

fisik, perilaku serta sifat-sifat manusia pada benda mati untuk menghidupkan

suasana dalam puisi, (2) melukiskan perilaku binatang pada benda mati untuk

menekankan situasi mencekam. Gaya bahasa paradoks dibagi menjadi 2 bentuk dan

memiliki fungsi antara lain; (1) mengungkapkan kritik secara implisit, (2)

melukiskan suatu keadaan yang bersifat ironis. Gaya bahasa hiperbola dibagi

menjadi 2 kelompok dan memiliki fungsi antara lain; (1) memberikan kesan

dramatis dengan melebih-lebihkan intensitas jumlah, (2) memberikan kesan

dramatis dengan melebih-lebihkan intensitas suasana. Gaya bahasa sinekdoke

dibagi menjadi 2 bentuk dan memiliki fungsi antara lain; (1) memperindah

pelukisan suasana dengan menyebutkan sebagian hal untuk mewakili keseluruhan,

(2) memperindah pelukisan suasana dengan menyebutkan keseluruhan hal untuk

Page 51: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

38

mewakili sebagian dari hal tersebut. Gaya bahasa metonimia dibagi menjadi 5

kelompok dan memiliki fungsi antara lain; (1) mengkonkretkan suasana

berdasarkan hubungan spasial, (2) mengkonkretkan kata benda abstrak, (3)

mengkonkretkan sifat dan bentuk. Gaya bahasa aliterasi dibagi menjadi 6 kelompok

dan memiliki fungsi antara lain; (1) menciptakan efek dramatis pada pelukisan

suasana, (2) menciptakan efek dramatis pada pelukisan sifat. Sedangkan gaya

bahasa asonansi dalam kumpulan puisi Telepon Genggam tersebut dibagi menjadi 5

kelompok dan memiliki fungsi antara lain; (1) menciptakan efek dramatis pada

keadaan sebuah benda, (2) menciptakan efek dramatis pada sebuah peristiwa.

Peneliti memaknai setiap gaya bahasa berdasarkan interpretasi peneliti sendiri.

Penelitian yang dikerjakan oleh Febry Nur Rafahmini merupakan penelitian

kualitatif. Data penelitiannya ini berupa paparan teks puisi dalam kumpulan puisi

Telepon Genggam karya Joko Pinurbo. Data ini diperoleh dari 32 puisi yang

terdapat dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai instrumen kunci dengan

teknik dokumentasi dan dibantu tabel pengumpul data. Analisis data dilakukan

dengan pendekatan semiotik. Dalam penelitian ini, digunakan triangulasi sumber,

triangulasi peneliti, triangulasi metode, maupun triangulasi teori untuk pemeriksaan

keabsahan data.

Sementara itu, Teguh Susanto yang juga mengambil jurusan di universitas yang

sama dengan Febry Nur Rafahmini, di Universitas Negeri Malang, juga

menganalisis puisi karya Joko Pinurbo. Teguh menganalisis “Relasi Struktural-

Semiotik dalam Kumpulan Puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo”.

Penelitian yang dikerjakan oleh Teguh ini bertujuan untuk mengetahui relasi

struktural dan semiotik dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko

Pinurbo yang meliputi deskripsi (1) penggunaan pola rima (pola rima aliterasi dan

pola rima asonansi); (2) penggunaan kata (denotatif dan konotatif); (3) penggunaan

citraan (visual, auditif, kinaesthetik, dan taktil); (4) penggunaan majas

Page 52: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

39

(personifikasi, metafora, dan hiperbola); (5) penggunaan ikon; (6) penggunaan

indeks; (7) penggunaan simbol; dan (8) relasi ikon, indeks, dan simbol ikon.

Adapun Galuh Chandrakirana (0700010121), mahasiswa jurusan Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, yang

meneliti “Sistem Tanda dalam Puisi Joko Pinurbo”. Menurut Galuh, Joko Pinurbo

dalam sajak-sajaknya menghadirkan satu tanda dengan tanda lainnya saling

bertumpang-tindih dan topang-menopang sehingga menciptakan pemahaman yang

utuh untuk menjelaskan gagasan utama.

Dalam penelitiannya ini Galuh Chandrakirana mengambil empat sajak sebagai

data, yaitu sajak trilogi Celana, Tubuh Pinjaman, Pacarkecilku dan Telepon

Genggam. Menurut Galuh, sistem tanda yang dihadirkan oleh Joko Pinurbo dalam

sajak-sajaknya antara lain simbol, kontras, ambiguitas, humor dan pemertahanan

rima. Pada simpulan terakhirnya Galuh mengemukakan bahwa melalui sajak Joko

Pinurbo, seseorang akan melihat sajak dengan wajah yang lain. Sajak ternyata tidak

harus puitis dan mendayu-dayu. Sajak ternyata bisa sangat menggelitik. Sajak

ternyata bisa cair dan mengalir, namun tetap penuh dengan makna.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang penulis paparkan di atas, maka skrpsi

yang berjudul “Fenomena Sosial dalam Puisi Joko Pinurbo dan Implikasinya dalam

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA” ini belum pernah ada yang

menggunakan judul yang sama. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul tersebut

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.

Page 53: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

40

BAB III

PROFIL JOKO PINURBO

A. Biografi Singkat Joko Pinurbo

Joko Pinurbo dilahirkan di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei

1962. Menempuh pendidikan di SD Sukabumi, SMP Maguwa, Tahun 1981 tamat

dari SMA Seminari Mertoyudan Magelang (1981) dan, Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (kini Universitas) Sanata

Dharma Yogyakarta (1987). Selama mengajar di almamaternya dia sambil juga

membantu majalah Basis. Ia juga pernah membantu jurnal Puisi.1

Joko Pinurbo mengaku mulai gemar menulis puisi sejak di SMA. Puisi-

puisinya tersebar di berbagai media dan buku antologi bersama. Pada awalnya

Joko Pinurbo menerbitkan puisi-puisinya dalam bentuk stensilan. Buku-buku

stensilan itu adalah Sketsa Selamat Malam (1986) dan Parade Kambing (1986).

Kelak lahirlah buku-buku puisi Celana (1999), memperoleh hadiah sastra lontar

2001. Ia juga menerima Sih Award (penghargaan puisi terbaik jurnal puisi 2001)

untuk puisi Celana 1, Celana 2, dan Celana 3.2

Joko Pinurbo diundang untuk membacakan puisinya di Festival Puisi

Antarbangsa Winternachten Over-zee 2001, di Jakarta, Festival Sastra/Seni

Winternachten 2002 di Belanda, Forum Puisi Indonesia 2002 di Hamburg,

Jerman, dan Festival Puisi Internasional-Indonesia 2002 di Solo.

Buku kumpulan puisinya Di Bawah Kibaran Sarung (2001) mendapatkan

penghargaan sastra pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2002.

Sebelumnya ia ditetapkan sebagai Tokoh Sastra Pilihan Tempo 2001. Tahun 2005

ia menerima Penghargaan Sastra Khatulistiwa untuk antologi puisi Kekasihku

(2004). Buku kumpulan puisinya yang lain; Pacarkecilku (2002), Telepon

Genggam (2003), Pacar Senja yang berisi seratus puisi pilihan (2005), Kepada

1 Joko Pinurbo, Telepon Genggam, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003), hal.78.

2 Ibid

Page 54: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

41

Cium (2007) dan Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007) yang

memuat tiga kumpulan sajaknya skaligus.3 Kumpulan sajaknya Celana telah

diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul Touser Doll (2002). Selain ke

bahasa Inggris, sejumlah puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan

Belanda.

B. Joko Pinurbo sebagai Penyair

Karya-karya Joko Pinurbo yang mengandung sentuhan jenaka yang

membungkus tema-tema serius merupakan karya-karya yang seringkali menarik

kritikus untuk mengkaji. Meskipun seringkali cara pandangnya terhadap suatu

tema diangkat secara jenaka atau terkesan main-main namun di sisi lain Joko

Pinurbo mengangkat hal-hal serius yang telah atau sedang berlangsung di tengah-

tengah masyarakat, tema-tema yang diusungnya sangat penting dan menarik untuk

dikaji.

Joko Pinurbo adalah penyair kontemporer yang memiliki kebebasan dari

bentuk, rima dan diksi yang dipilih. Puisi naratifnya sangat ringan ketimbang

puisi dengan larik lirik yang rumit, namun, tetap sarat akan misteri dan

kedalaman. Hal serupa diungkapkan oleh Ignas Kleden yang menilai bahwa pada

puisi Joko Pinurbo yang mendapat sorotan utama adalah badan, diselidikinya

dengan renungan yang intens, dan diberi peran ganda, baik sebagai tanda

(signifier) maupun sebagai apayang hendak ditandai (the signified).4 Lebih dalam

lagi Ignas menjelaskan sebagai berikut:

“Pandangan penyair terhadap badan, jauh dari pandangan erotis, yang melihat tubuh sebagai penjelmaan keindahan, daya

tarik atau sex appeal, tetapi lebih berupa suatu pandangan filosofis, yang kadang eksistensial, kadang ontologis sifatnya, tetapi selalu disertai dengan humor yang kental uang kadang

mendekati sarkasme.”5

3 Joko Pinurbo, Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Saruing , (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2007). 4 Ignas Kleden, Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan: Esai-esai Sastra dan Budaya,

(Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2004), hal.247. 5 Ibid, hal. 248.

Page 55: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

42

Puisi-puisi Joko Pinurbo adalah ironi-ironi yang diungkapkan dengan kata-

kata banal. Ia merasa tidak perlu meletakkan puisi sebagai sesuatu yang sakral

meski tidak berarti ia menyepelekan suatu konteks yang membangun puisi itu

sendiri. Sapardi mengatakan, “beberapa sajak Joko Pinurbo mungkin lucu,

terutama jika di lisankan di hadapan khalayak yang belum pernah secara cermat

membacanya.”6

Lebih jauh Sapardi menganggap benda-benda yang disebutkan dalam puisi

Joko Pinurbo merupakan lambang-lambang yang membentuk sistem

perlambangan tertentu yang erat sekali hubungannya dengan dunia bawah sadar.

Sapardi mencontohkan ketika ia membaca puisi Joko Pinurbo yang berjudul

Boneka. Sajak Boneka (1) yang sedikit banyak menyidir keadaan masyarakat kita

sekarang, menggambarkan seorang pembuat boneka yang tidak betah tinggal di

negerinya sendiri dan melarikan diri ke negara boneka.7

Joko Pinurbo membuat strategi teks puisi yang berbeda dengan

menghadirkan kekuatan komedi dan tragedi. Imaji-imajinya dalam setiap puisi

yang ia ciptakan bergerak dalam berbagai wacana dan terjadi sistem pemaknaan

yang kompleks dan juga alur dari peristiwa-peristiwa dalam puisi-puisinya

diakhiri dengan konklusi yang tragis. Hal ini dapat dilihat lewat salah satu

puisinya yang paling terkenal, yaitu Celana, 1. Dalam puisisi ini, komedi yang

terasa sejak awal kemudian berakhir menjadi tragedi yang berada dalam suatu

totalitas kisah manusia dengan celana, yang seolah memberikan gambaran

bagaimana seorang manusia sangat bergantung pada sebuah celana, namun disisi

lain celana seperti simbol eksistensialis dari seorang manusia.

Celana, 1

Ia ingin membeli celana baru buat pergi ke pesta supaya tampak lebih tampan

dan meyakinkan.

6 Joko Pinurbo, Celana, (Magelang: Indonesia Tera, 1999), hal.72.

7 Ibid, hal.71.

Page 56: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

43

Ia telah mencoba seratus model celana di berbagai toko busana

namun tak menemukan satu pun yang cocok untuknya.

Bahkan di depan pramuniaga

yang merubung dan membujuk-bujuknya ia malah mencopot celananya sendiri

dan mencampakkannya.

“Kalian tidak tahu ya

aku sedang mencari celana yang paling pas dan pantas

buat nampang di kuburan.”

Lalu ia ngacir

tanpa celana dan berkelana

mencari kubur ibunya hanya untuk menanyakan: “Ibu, kausimpan di mana celana lucu

yang kupakai waktu bayi dulu?

Puisi Celana, 1 nampaknya menjadi awalan intensitas dan konsistensi Joko

Pinurbo menuliskan puisi yang reflektif dan kontemplatif, yang dalam sebagian

puisi-puisinya mengandung sebuah kritik. Joko Pinurbo bermain dengan kenaifan,

kenakalan, dan kritik yang kuat dalam bentuk puisinya yang naratif, jauh dari

tradisi lirik.

“Kau adalah mata, aku airmatamu”, tulis Joko Pinurbo dalam sebuah

sajaknya yang berjudul Kepada Puisi. Joko Pinurbo menganggap jika puisi adalah

mata, maka ia sebagai penyair adalah air mata. Mungkin bagi Joko Pinurbo antara

puisi dengan penyairnya terdapat sebuah hubungan yang intim, ini seperti

mengacu pada sebuah anggapan yang mengatakan penyair adalah orang yang

harus „menzinahi‟ kata-kata hingga melahirkan bentuk puisi yang matang.

Alex R Nainggolan dalam esainya yang berjudul Diksi Genit Joko Pinurbo

mengatakan, penyair harus menemukan kesabarannya dengan menelurkan

Page 57: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

44

ide/sajaknya (“Bertelur”). Ia adalah pangeran sejati yang membuka rahasia kata

paling dalam, menelusupinya dari hari ke hari, dan mengeraminya.8 Alex

menganggap Joko Pinurbo menyederhanakan semua ke kompleksan puisinya.Ia

menuliskan dengan pilihan kata yang sederhana, acapkali menjaga ruang antar

kalimat, segalanya baur dan susunannya membuka peristiwa lain terhadap dunia.

Mungkin fragmen itu diambilnya hanya separuh, tetapi ia membuka kemungkinan

masuknya muatan makna yang lain.

Bagi Alex, Joko Pinurbo merupakan penyair yang berhasil menempatkan

kata-kata menjadi puisi yang kaya, dan yang paling mengagetkan adalah ketika

seolah-olah Joko Pinurbo pun mengamini hal itu. Dalam esainya yang dimuat

dalam Harian Tempo ia mengemukakan bahwa dirinya sering kali menulis sajak

yang mencoba melebur lebih dari satu tema, bahkan kadang ia suka menulis sajak

yang seakan-akan merupakan peleburan lebih dari satu puisi.9

Dalam puisi-puisinya, Joko Pinurbo juga seolah tak mau ketinggalan

menunjukkan proses kreatifnya dengan terbuka kepada para pembacanya. Kisah-

kisah dan konsep keberpuisian atau kepenyairannnya hadir dalam sebagian puisi-

puisinya yang mengarah pada biografi penyair dan biografi puisi, akan tapi masih

kuat mengandung humor-humor yang tragis. Misalnya saja pada puisi Pinurbo

berikut:

Orang Gila Baru

Sesungguhnya saya malas membaca sajak-sajak saya sendiri. Setiap saya membaca sajak yang saya tulis, dari balik gerumbul kata-kata tiba-tiba muncul orang gila baru

yang dengan setengah waras berkata, “Numpang tanya, apakah anda tahu alamat rumah saya?”

Kuantar ia ke rumah sakit jiwa dan dengan lembut kukatakan, “Ini rumahmu. Beristirahatlah dalam damai.”

Gila, ia malah mencengkeram leher baju saya dan meradang, “Ini rumahmu, bukan rumahku.”

8 Alex R Nainggolan, Diksi Genit Joko Pinurbo, dalam Harian Suara Merdeka, 05 Desember

2004. 9 Joko Pinurbo, Kepada Kekasihku, dalam Harian Tempo, 30 Oktober 2005.

Page 58: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

45

Secara keseluruhan Joko Pinurbo mengambil apa pun unsur-unsur yang ada

atau karakter-karakter yang ada di sekitarnya, baik itu celana, becak, ranjang

tidur, seorang guru, tetangganya maupun sosok ibu dan ayah, yang dihadirkan

dalam puisi-puisinya menjadi sistem simbolik yang cerdas untuk mengungkapkan

karakter-karakter kontradiktif, situasi batas, absurditas, dan hipokritas manusia di

dalam dirinya maupun di dalam relasinya dengan orang lain.

C. Joko Pinurbo, Puisi, dan Fenomena Sosial

Puisi merupakan pantulan keadaan yang sudah atau sedang berlangsung di

sekitar penyair, dalam bentuk kata.Namun, lewat majas-majasnya, bahasa

kiasannya, puisi terbiasa menautkan ranah-ranah pengalaman yang sering tampak

berjauhan meski pun ada juga yang menampilkan ranah –ranah yang tampak

disekitar kita. Joko Pinurbo sendiri kerap mendaftarakan lingkup kehidupan

bersosialnya manusia dalam kata-kata yang seakan bergerak dan bergetar ke arah

lain atau ke dalam rangkaian citra yang intim seperti yang dikatakan Ignas Kleden

bahwa, “pada penyair Joko Pinurbo, seluruh kehidupan manusia, politik, sosial-

budaya, ekonomi, dan religius, tidak diterjemahkan kedalam gerak-gerik alam,

tetapi ke dalam gerak-gerik badan, yaitu apa yang dikenal sebagai body

language.”10

Dalam puisi Joko Pinurbo pun bisa saja kita bertemu dengan bahasa-bahasa

kiasan, tetapi sesungguhnya kita lebih sering berada pada sebuah wilayah, yaitu

ironi, yang diciptakan oleh Joko Pinurbo. Di sanalah kita bisa belajar sedikit-

banyak tentang jarak antara kata dan dunia. Namun pada dasarnya, puisi yang

dianggap sebagai sebuah karya merangkai kata, merupakan suatu komunikasi

yang menyampaikan tentang sebuah keadaan, seperti apa yang dikatakan

Goenawan Mohamad, “…sebab kata itu bagian dari bahasa ruang”.11

10

Kleden, op.cit., hal. 256.

11

Goenawan Mohammad, Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai, (Jakarta: Penerbit Kata Kita,

2008), hal.18.

Page 59: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

46

Keunikan puisi-puisi Joko Pinurbo dalam bentuknya yang naratif, cenderung

mengungkapkan kompleksitas kehidupan yang dialami manusia. Tragedi itu

mengacu pada realitas, peristiwa, dan subjek yang bisa ditemui, dan dirasakan

dalam kehidupan sehari-hari. Tematik yang dihadirkan Joko Pinurbo terasa dekat

dengan realitas dan mengantarkan pembaca pada dunia rekaan yang terbuka

terhadap tafsiran. Tematik dalam puisi-puisi Joko Pinurbo dihadirkan dengan

ironi, naif, komedi, kesedihan dan tragedi, misalnya saja pada puisinya berikut ini:

Naik Bus di Jakarta

Sopirnya sepuluh.

Kernetnya sepuluh. Kondekturnya sepuluh.

Pengawalnya sepuluh. Perampoknya sepuluh. Penumpangnya satu, kurus,dari tadi tidur melulu;

kusut matanya, kerut keningnyaseperti gambar peta yang ruwet sekali. Sampai di terminal, kondektur minta ongkos:

"Sialan, belum bayar sudah mati!"

Okke Kusuma, salah satu dosen FIB-UI, pernah mengkaji puisi ini. Menurut

Okke Kusuma, secara sepintas sajak ini terasa lucu, terutama melihat oposisi

antara angka sepuluh bagi sopir, kernet, kondektur, pengawal (yang biasanya

hanya terdiri dari satu orang di setiap bus) dan perampok, dengan penumpang

yang biasanya banyak, hanya disebut satu. Namun, kelucuan di awal sajak

berubah menjadi tragedi di akhir sajak. Rupanya penumpang yang banyak itu

cukup disebut satu, untuk mengemukakan kesamaan nasib mereka. Kesengsaraan

hidup di kota besar hanya dinyatakan dengan "kusut matanya, kerut keningnya

seperti gambar peta yang ruwet sekali". Sesampai di terminal, ternyata

penumpang itu telah mati dan bagi kondektur, uang sebanyak dua atau tiga ribu

rupiah lebih penting dari nyawa manusia.12

12 Okke Kusuma Sumantri Zaimar, Joko Pinurbo: Penyair Muda yang Penuh Potensi,

Disajikan dalam seminar “Gelar Sastra Dunia”, FIB-UI, 19-20 Juli 2005.

Page 60: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

47

Joko Pinurbo dalam puisi-puisinya tidak hanya menampilkan kompleksitas

kehidupan manusia dengan gaya bahasanya yang humoris, dalam sebagian puisi-

puisinya yang lain dia juga sering menampilkan aspek kehidupan yang menyentuh

dan tidak lagi menggunakan gaya bahasanya yang terkesan humoris, misalnya

saja pada puisi berikut:

Baju Bulan

Bulan, aku mau Lebaran.Aku ingin baju baru, tapi tak punya uang.Ibuku entah di mana sekarang, sedangkan ayahku hanya

bisa kubayangkan. Bolehkah, bulan, kupinjam bajumu barang semalam?

Bulan terharu: kok masih ada yang membutuhkan bajunya yang kuno di antara begitu banyak warna-warni baju buatan. Bulan mencopot bajunya yang keperakan,

mengenakannya pada gadis kecil yang sering ia lihat menangis di persimpangan jalan.

Bulan sendiri rela telanjang di langit, atap paling rindang bagi yang tak berumah dan tak bisa pulang.

Begitu jauh bayangan dan imaginasi Joko hingga kita dapat menyaksikan

bagaimana bulan mempunyai semacam perasaan atau jiwa bagi makhluk hidup

lainnya. Disinilah proses kreatif yang ditunjukkan oleh Joko Pinurbo, bahwa

suasana atau fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita, menyantap perasaan dan

memberikan ilham yang segala-segalanya mampu direkam ke dalam kata-kata.

Page 61: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Intrinsik Puisi Pesan Uang

Pesan Uang

Ketika aku akan merantau buat cari penghidupan, Uang berpesan: “Hiduplah hemat, jangan royal, supaya kamu

cepat kaya. Kalau kaya, kamu bisa balas dendam terhadap kemiskinan.”

Sekian tahun kemudian aku pulang sebagai orang kaya, Aku bangun daerah baru di atas perkampungan lama.

Hore! Aku telah mengalahkan kemiskinan. Aku tak butuh lagi masa depan.

Kemudian aku jatuh miskin. Hartaku amblas, harga diriku kandas.

Kekayaanku tinggal hutang-hutangku. Ketika aku akan merantau lagi buat cari kekayaan,

uang berpesan: “Hiduplah hemat, jangan kau habis-habiskan kemiskinan. Kalau tak punya lagi kemiskinan,

bagaimana bisa mati dengan kaya?”

Bait 1

Secara bentuk, puisi Pesan Uang terdiri dari empat bait dan lima belas

baris. Gaya bahasa yang digunakan Joko Pinurbo dalam puisi ini cenderung

naratif dan banyak dijumpai larik-larik yang mengandung diksi-diksi yang

Page 62: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

49

paradoks1. Bait pertama, dimulai dari larik pertama sampai dengan larik ketiga

yang mengacu pada penegasan eksistensi aku-lirik pada puisi ini:

Ketika aku akan merantau buat cari penghidupan,

Pada bait ini, penyair mencoba menyelipkan majas personifikasi untuk

memberikan kesan yang lebih pada “uang”.2 Pada hakikatnya uang merupakan

benda mati namun pada bait ini penyair menempatkan uang seolah-olah

menjadi benda hidup dan berpesan pada “aku”. Tokoh “aku” di sini mewakili

bagaimana penggambaran nasib seorang manusia yang dalam prosesnya bakal

menuju “cari penghidupan” dan hal ini mengantarkan pada semacam dialektika

antara “uang” dan “aku” yang ada pada bait ini, yaitu sebagai berikut:

Ketika aku akan merantau cari penghidupan

uang berpesan: “Hiduplah hemat, jangan royal, supaya kamu Cepat kaya. Kalau kaya, kamu bisa balas dendam terhadap kemiskinan .”

Pada hakikatnya uang merupakan alat tukar yang digunakan seseorang

untuk mendapatkan hal-hal yang menyangkut kebutuhan sehari-hari. Di sisi

lain uang juga dapat mempengaruhi seseorang untuk menentukan kedudukan,

dari golongan mana ia berasal, sejauh mana ia dapat memenuhi kebutuhan

yang penting maupun tidak penting untuk kebutuhan sehari-harinya, atau

secara singkat dapat dikatakan uang juga berperan sebagai media untuk

memenuhi kebutuhan eksistensi seseorang.3

Pada bait pembuka ini seolah Joko Pinurbo langsung memberikan pesan

moral, supaya kita tidak rentan berada di tengah kecenderungan akan

1 Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan

fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena

kebenaranny, contoh: Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaannya yang berlimpah . Baca:

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 136. 2 Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan

benda-benda yang tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Baca: Gorys Keraf,

Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 140. 3 Apapun yang bereksistensi tentu nyata ada. Sesuatu yang dikatakan bereksistensi jika hal itu

adalah sesuatu yang bersifat publik, yang artinya objek itu sendiri harus dialami atau dapat dialami

oleh banyak orang yang melakukan pengamatan. Baca: Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat,

(Jakarta: Penerbit Tiara Wacana Yogya, 2004), h. 50.

Page 63: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

50

pendangkalan nilai-nilai kehidupan oleh hedonisme yang begitu mendewakan

kenikmatan materi, namun di sisi lain memberikan kesan yang menarik sebab

pada bait pembuka ini penyair langsung menawarkan kedalaman suasana

kontemplasi atau perenungan lewat penggambaran saat “aku akan merantau

cari penghidupan” dan saat “uang berpesan” pada “aku”.

Pada bait pertama ini, berisikan pengenalan tokoh “aku” yang dalam puisi

ini disebut sebagai subjek-lirik. Kata konkret yang terdapat dalam bait ini

adalah “uang”, sedangkan imaji penglihatan yaitu “merantau” dan imaji

pendengaran yaitu “berpesan” yang digunakan oleh penyair untuk menguatkan

suasana atau keadaan yang tengah terjadi dalam bait ini.

Bait 2

Pada bait kedua ini gaya naratif dalam teknik berpuisi Joko Pinurbo makin

terasa, sebab jika dilihat dari bait pertama hingga masuk pada bait kedua ini,

“aku” yang menjadi subjek-lirik seperti memaparkan bagaimana perjalanan

“merantau”nya, hampir lengkap sebagai prosa, lengkap dengan permainan

waktu, latar dan dialog.

Pada bait ini terdapat kehendak yang sepertinya ingin diungkapkan oleh

Joko Pinurbo, bagaimana “uang” merupakan penggambaran dari sebuah proses

„pencarian‟ dan juga „klimaks‟. Ia menggambarkan bagaimana uang

mempunyai kekuatan untuk merubah keadaan, meliputi tempat tinggal,

pergaulan, gaya hidup maupun stratifikasi atau kedudukan seseorang, hal itu

tampak pada larik satu sampai dengan larik kedua, yaitu sebagai berikut:

Sekian tahun kemudian aku pulang sebagai orang kaya. Aku bangun daerah baru di atas perkampungan lama.

Joko Pinurbo seolah memberikan muatan pada bait ini tentang bagaimana

seseorang yang telah mendapatkan satu hal yang ia ingin miliki, akan lupa pada

keadaan hidup selanjutnya atau dengan kata lain, Joko Pinurbo berusaha

Page 64: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

51

menggambarkan bagaimana kondisi manusia yang cepat puas akan hasil yang

ia peroleh. Untuk memperkuat hal itu ia menyisipkan istilah gaya bahasa

oksimoron.4 Gaya bahasa oksimoron disisipi pada saat si subjek-lirik

“mengalahkan kemiskinan” yang membuat subjek-lirik makin percaya diri dan

“tak butuh lagi masa depan”, hal itu digambarkan sebagai berikut:

Sekian tahun kemudian aku pulang sebagai orang kaya.

Aku bangun daerah baru di atas perkampungan lama. Hore, aku telah mengalahkan kemiskinan. Aku tak butuh lagi masa depan.

Dalam bait ini imaji visual meliputi; “sekian tahun kemudian”, “pulang” ,

“orang kaya”, “daerah baru”, dan “pekampungan lama” yang makin

menguatkan latar dan suasana bagaimana perjalanan “aku” yang merantau dan

setelahnya “pulang sebagai orang kaya” dengan pandangan hidup yang baru.

Bait 3

Pada bait ini digambarkan bagaimana pada suatu saat “aku” jatuh miskin,

padahal pada bait sebelumnya “aku” telah mengalahkan kemiskinan dan pulang

sebagai orang kaya. Di tengah keadaan inilah kemiskinan merupakan momok

pada sebagian orang, sebab kemiskinan kerap diartikan sebagai suatu keadaan

dimana seseorang tidak sanggup memanfaatkan tenaga mental maupun

fisiknya. Pada saat menderita kemiskinan inilah Joko Pinurbo agaknya melihat

celah untuk menghadirkan ritma atau asonansi pada larik kedua untuk

menimbulkan kesan yang lebih dramatis, yaitu pada petikan berikut;

Hartaku amblas, harga diriku kandas

4 Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk

mencapai efek yang bertentangan. Atau dapat juga dikatakan oksimoron adalah gaya bahasa yang

mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang

sama, dan sebab itu sifatnya lebih tajam dan padat dari paradoks. Baca: Gorys Keraf, Diksi dan

Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 136.

Page 65: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

52

Bait ketiga merupakan bait yang terpendek dari bait-bait lainnya pada

puisi ini sebab memuat tiga larik saja, sedang pada bait-bait lainnya memuat

sampai dengan empat larik. Pada bait ini kata abstrak meliputi; miskin, hartaku

amblas, harga diriku, kekayaanku dan hutang-hutangku.

Bait 4

Bait empat merupakan bait penutup pada puisi ini. Pada bait ini terdapat hal

yang menarik, yaitu persamaan bentuk seperti pada bait pembuka. Pada bait

pertama digambarkan bagaimana subjek-lirik, yaitu “aku” akan pergi merantau

dan pada bait keempat ini digambarkan “aku” akan kembali merantau, namun

demikian terdapat hal yang berbeda, yaitu ketika pada bait pertama diceritakan

bagaimana “aku akan merantau buat cari penghidupan” maka kali ini

digambarkan bagaimana “aku merantau buat cari kekayaan”.

Jika kita membandingkan bentuk dan isi antara bait pertama dan bait

keempat, ini dapat mengantarkan kita pada sebuah penafsiran, yaitu jika pada

bait pertama “aku akan merantau buat cari penghidupan” lebih mengarah pada

bagaimana “aku” merantau untuk mendapatkan kekayaan guna memenuhi

kebutuhan hidup. Kekayaan di sini nyatanya juga digunakan oleh subjek-lirik

untuk mengubah kondisi hidupnya agar menjadi lebih baik dari kondisi

sebelumnya, bukan saja dari cara “aku” untuk memenuhi kebutuhan sehari-

harinya, namun kekayaan disini telah mengubah pandangan hidup si subjek-

lirik, sebab pada bait kedua digambarkan bagaimana gejala ini menjangkit pada

diri “aku” yang lebih hedonis.

Penafsiran pada bait pertama menjadi agak berbeda dibandingkan pada

bait keempat ini, sebab pada bait keempat ini “aku akan merantau lagi buat cari

kekayaan” bukan lagi untuk “merantau buat cari penghidupan” sebab kekayaan

disini bukan lagi bentuk kekayaan seperti sebelumnya, kekayaan di sini bisa

diartikan sebagai bentuk motivasi, setelah diperkuat dengan uang yang

Page 66: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

53

berpesan pada aku. Hal ini bisa dilihat jika pada bait pertama uang berpesan

pada “aku” agar;

“Hiduplah hemat, jangan royal, supaya kamu

Cepat kaya. Kalau kaya, kamu bisa balas dendam terhadap kemiskinan .”

Sedangkan pada bait keempat uang berpesan pada “aku” agar;

“Hiduplah hemat, jangan kau habis-habiskan

kemiskinan. Kalau tak punya lagi kemiskinan, bagaimana bisa mati dengan kaya?”

Pada bait keempat ini, suasana ketika uang berpesan pada “aku” dapat

merujuk pada sebuah gambaran bagaimana kondisi seseorang yang sedang

berada pada kondisi hidup yang dililit kemiskinan, setelah sebelumnya berada

pada keadaan kaya dan bergelimangan harta, berusaha mencari kekayaannya

kembali namun dengan tujuan yang berbeda. Pada kali ini ia dipesankan pula

agar ia tidak menyia-nyiakan apa yang telah terjadi padanya dan agar

semuanya menjadi pembelajaran untuk kehidupan di waktu mendatang.

Secara singkat, dapat dikatakan tema pada puisi ini adalah; perjalanan

seseorang mencari kekayaan, dan amanat yang dapat diambil dari keseluruhan

puisi ini adalah agar bagaimana kita sebagai manusia tidak dikalahkan oleh hal-

hal yang bersifat sementara, seperti harta dan tahta contohnya. Nilai yang

terkandung dalam puisi ini meliputi nilai keberanian, sehingga muncul nilai

kemandirian dan juga nilai kesederhanaan.

Page 67: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

54

Tabel 1

Tabel Imaji Penglihatan Puisi Pesan Uang

Bait Baris Imaji Penglihatan

1 1 Merantau

2 Uang berpesan

2 1 Sekian tahun kemudian, pulang, orang

kaya

2 Daerah baru, perkampungan lama

3 Hore

3 1 Jatuh miskin

4 1 Merantau lagi

2 Uang berpesan

Tabel 2

Tabel imaji Pendengaran Puisi Pesan Uang

Bait Baris Kata Konkret

1 2 Uang berpesan

2 3 Hore

4 2 Uang berpesan

Tabel 3

Tabel Kata Konkret Puisi Pesan Uang

Bait Baris Kata Konkret

1 2 Uang

2 2 Perkampungan lama

4 4 Mati

Page 68: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

55

Tabel 4

Tabel Kata Abstrak Puisi Pesan Uang

Bait Baris Kata Abstrak

1 1 Cari penghidupan

2 Hemat

3 Dendam

4 Kemiskinan

2 1 Orang kaya

2 Daerah baru

3 Mengalahkan kemiskinan

4 Masa depan

3 1 Jatuh miskin

2 Hartaku amblas, harga diriku

3 Hutang-hutangku

4 1 Cari kekayaan

2 Hemat

3 Kauhabis-habiskan kemiskinan

Page 69: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

56

B. Analisis Intrinsik Puisi Bercukur Sebelum Tidur

Bercukur Sebelum Tidur

Bercukur sebelum tidur

membilang hari-hari yang hancur

membuang mimpi-mimpi yang gugur

memangkas semua yang ranggas dan uzur

semoga segala rambut segala jembut

bisa lebih rimbun dan subur.

Lalu datang musim dalam curah angin

menumpahkan air ke seluruh dataran,

ke gunung-gunung murung

dan lembah-lembah lelah di saentero badan

Jantungku meluap, penuh.

Sungai menggelontor, hujan menggerjai

di sektor-sektor irigasi agrodarahku.

Malam penuh traktor, petani mencangkul

di hektar-hektar dagingku.

Tubuhku hutan yang dikemas

menjadi kawasan megindustri

dimana segala cemas segala resah

diolah di sentra-sentra produksi.

Tubuhku ibukota kesunyian yang diburu investor

dari berbagai penjuru

Tubuhku daerah lama yang ditemukan kembali

daerah baru yang terberkati.

Lalu tubuhku bukan siap-siapa lagi

Tubuhku negeri yang belum diberi nama

Dan kuberi saja nama dengan sebuah ngilu,

saat bercukur sebelum tidur.

Bait 1

Secara bentuk, puisi Bercukur Sebelum Tidur terdapat 28 larik dari 2 bait.

Bait pertama dibuka dengan pengalaman seseorang yang melakukan kegiatan

“bercukur sebelum tidur” yang sebenarnya merupakan rutinitas yang dapat

Page 70: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

57

dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Akan tetapi penyair

menghendaki proses “bercukur sebelum tidur” sehingga dapat mengacu pada

kontek-konteks yang sedemikian rupa, pada sebuah proses yang memiliki

pengalaman batin yang lebih luas. Proses bercukur yang merupakan rutinitas

kebanyakan orang diangkat menjadi semacam fenomena yang lebih kompleks

ketika beriringan dengan;

“membilang hari-hari yang hancur

membuang mimpi-mimpi yang gugur memangkas semua yang ranggas dan uzur semoga segala rambut segala jembut

bisa lebih rimbun dan subur.”

Pada larik pertama hingga keenam, mempunyai pemaknaan bahwa proses

bercukur merupakan sebuah kebiasaan rutin yang sering dilakukan kapan pun

bahkan sebelum tidur namun. Isi dalam bait ini mengacu pada wilayah

kontemplasi atau sebuah perenungan yang lebih tentang hubungan antara

manusia dengan lingkungan alam sekitar. Penggunaan rima “a-a-a-a” terjadi

pada setiap kata akhir di larik pertama hingga larik keempat; “tidur”, “hancur”,

“gugur”, dan “uzur”.

Pada larik selanjutnya digambarkan sebuah peristiwa pergantian musim,

yaitu ketika;

“Lalu datang musim dalam curah angin

menumpahkan air ke seluruh dataran, ke gunung-gunung murung

dan lembah-lembah lelah di saentero badan.”

Penyair menggunakan tubuh sebagai metafor sebuah fenomena alam. Pada

tubuh, penyair melihat padang menghampar, gunung yang menjulang dan

lembah yang menganga, dan itu kembali ditegaskan pada larik-larik

selanjutnya yang menceritakan sebuah bencana alam yang terjadi, dengan

tubuh sebagai latar dan simbol dalam larik selanjutnya;

Page 71: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

58

“Jantungku meluap, penuh. Sungai menggelontor, hujan menggerjai di sektor-sektor irigasi agrodarahku”.

Pada larik di atas, hal yang cukup menarik ketika penyair menyelipkan

diksi “agrodarahku”. Dalam hal ini penyair membuat inovasi atau lebih

tepatnya membuat kreasi, yaitu menggabungkan frase “agro” dengan “darah”

yang pada umumnya frase “agro” selalu dipasangkan dengan “bisnis” atau

“industri” yang kemudian mengacu pada pengertian industri atau pabrik yang

bergerak di bidang pertanian, baik itu pengolahan hasil pertanian, penyediaan

bahan baku maupun industri pendukung pertanian lainnya.

Hal mengenai “agrodarahku” mengacu pada sebuah simbol, yang dapat

merujuk kepada pengertian bahwa letak tubuh sebagai ukuran keberadaan

manusia, di sini dibandingkan oleh penyair dengan sebuah sektor ekonomi

yang meliputi perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan segala

kebutuhan pertanian dan mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah dan

didistribusikan kepada konsumen dengan cara mengekplotasi secara membabi

buta tanpa mempertimbangkan ekosistem dan keserasian dengan lingkungan

alam sekitar.

Pada larik selanjutnya juga dijelaskan sebab bencana alam dalam tubuh

bisa terjadi yang disebabkan adanya ekploitasi besar-besaran terhadap unsur

kekayaan „alam tubuh‟;

“Tubuhku hutan yang dikemas

menjadi kawasan megindustri dimana segala cemas segala resah diolah di sentra-sentra produksi.

Tubuhku ibukota kesunyian yang diburu investor dari berbagai penjuru”.

Pernyataan ini diungkapkan penyair yang memandang tubuh dengan

sudut pandang tragis, dengan penekanan bahasanya yang menggunakan reptisi

Page 72: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

59

epizeuksis.5 Repitisis epizeuksis yang bersifat langsung pada frase “segala

cemas segala resah”, yang sebenarnya menggambarkan bagaimana perlakuan

manusia yang menjarah kekayaan alam guna memanjakan kantong pribadi

tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan.

Hal ini merupakan sebuah penarikan bentuk dari makrokosmis ke dalam

bentuk mikrokosmis, yaitu gerak ke dalam dibanding gerak keluar yang

biasanya digunakan dalam penciptaan puisi-puisi pada umumnya seperti gerak

melirik mencari alam, dalam larik ini seperti mengandung perasaan manusia

terhadap alam atau menerjemahkan alam ke dalam perasaan manusia.6

Seolah ada tendensi penyair agar masyarakat dan khususnya bagi para

teknokrat yang mempunyai peran paling penting dalam menyikapi hal ini,

merefleksikan sebab-akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan mereka sendiri.

Pada bait ini terdapat imaji visual yang meliputi: “bercukur”,

“membilang”, “hancur”, “ranggas”, “uzur”, “membuang”, “menumpahkan

air”, “seluruh daratan”, “murung”, “lelah”, “rimbun”, “subur”, “badan”,

“meluap, penuh”, “sungai menggelontor”, “hujan”, “malam”, “mencangkul”,

“di hektar-hektar”, “hutan yang dikemas”, “kawasan mega industri”, “cemas”,

“resah”, “diolah”, “sentra-sentra produksi”, “ibukota”, “diburu investor”, dan

“berbagai penjuru”, yang semua itu digunakan oleh penyair untuk menguatkan

suasana atau keadaan yang tengah terjadi dalam bait ini.

5 Repetisi Epizeukis adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan

diulang beberapa kali berturut-turut, contoh: kita harus bekerja, bekerja, dan terus bekerja untuk

tetap hidup. Baca: Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2001), h. 140. 6 Menurut Anaximenes, prinsip yang merupakan asal-usul segala sesuatu adalah udara.dalam

satu-satunya kutipan yang disimpan dari karyanya, ia mengatakan bahwa seperti jiwa menjamin

kesatuan tubuh kita, demikian pun udara melingkupi segala-galanya. Jiwa sendiri juga tidak lain

daripada udara saja, dipupuk dengan bernapas. Tema ini kemudian seringkali akan kembali lagi

dalam sejarah filsafat Yunani. Tubuh adalah mikrokosmos (dunia kecil), dan seakan-akan

mencerminkan jagat raya yang merupakan mikrokosmos (dunia besar). Baca: K. Bertens Sejarah

Filsafat Yunani, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, Anggota IKAPI, 1999), hal. 39

Page 73: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

60

Bait 2

Bait ini terdiri atas enam larik yang merupakan bait terakhir dalam puisi

ini. Dalam bait ini tubuh masih menjadi metafor tentang keadaan alam atau

lingkungan:

Tubuhku daerah lama yang ditemukan kembali

daerah baru yang terberkati.

Dua larik awal pada bait ini mengacu pada sebuah penafsiran tentang

bagaimana perkembangan sebuah wilayah maupun penduduknya yang

sebelumnya berada di tataran terbelakang, entah dari segi pembangunan

ekonomi, politik, infrastruktur ataupun pendidikan atau bahkan semuanya. Hal

yang berbeda terjadi ketika wilayah tersebut tersentuh proyek pembangunan

oleh pihak atau investor asing menjadi sebuah wilayah yang melesat. Imaji

visual meliputi “daerah lama”, “ditemukan”, “daerah baru” dan “bercukur”

Sindiran yang dirasa amat pahit ketika penyair pada puisinya

mengungkapkan sebagai berikut:

Lalu tubuhku bukan siapa-siapa lagi Tubuhku negeri yang belum di beri nama

Maka pada larik inilah dijelaskan mengapa gerangan “tubuh” menjadi hal

yang sedemikian penting guna perbandingan dan perhatian ilmu sosial dan

ekonomi terhadap “tubuh” sebagai alam yang keadaanya relatif terbelakang.

Dengan penyair menunjukkan bahwa nasib “tubuh” sebagai fenomena yang

nampak terabaikan, justru memainkan peranan besar sebagai metafor untuk

mengilhami sebuah pergerakan guna perubahan sosial.

Pada larik terakhir, penyair memberi penutup dengan diksi-diksi yang

paradoks seperti berikut:

Dan kuberi saja nama dengan sebuah ngilu,

saat bercukur sebelum tidur.

Page 74: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

61

Penekanan rasa “ngilu” merupakan representasi simbolik dari pernyataan

sikap penyair yang marah, kecewa atau bahkan sakit hati sebab merasa

dianiaya oleh pembangunan di sektor industri yang terus berkembang namun

di sisi lain dirasakan sangat merugikan alam dan masyarakat sendiri. “Tubuh”

dianggap sebagai bagian diri manusia itu sendiri yang menyambung hubungan

terhadap manusia lain, alam dan kebudayaan, maka disini “tubuh” merupakan

bahan perenungan akan fenomena sosial yang sudah atau sedang terjadi.

Page 75: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

62

Tabel 1

Tabel Imaji Penglihatan Puisi Bercukur Sebelum Tidur

Bait Baris Imaji Penglihatan

1 1 Bercukur

2 Membilang, Hancur

3 Membuang, Gugur

4 Memangkas, Ranggas, Uzur,

6 Rimbun, Subur

8 Menumpahkan, Seluruh daratan

9 Murung

10 Lelah

11 Seantero badan

12 Meluap, penuh

13 Menggelontor

14 Hujan Menggerejai

15 Malam, Penuh Traktor, Mencangkul

16 Hektar-hektar

17 Hutan, dikemas

19 Cemas, Resah

20 Diolah, Sentra-sentar produksi

21 Diburu

2 1 Daerah lama, Ditemukan kembali

2 Daerah baru

6 Bercukur

Page 76: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

63

Tabel 2

Tabel Imaji Pendengaran Puisi Bercukur Sebelum Tidur

Bait Baris Kata Konkret

1 21 Kesunyian

Tabel 3

Tabel Kata Konkret Puisi Bercukur Sebelum Tidur

Bait Baris Kata Konkret

1 3 Rambut, Jembut

7 Angin

8 Air

9 Gunung-gunung

10 Lembah-lembah

11 Badan

12 Jantungku

13 Sungai, Hujan

15 Traktor, Petani

16 Dagingku

17 Tubuhku, Hutan

21 Tubuhku

Page 77: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

64

Tabel 4

Tabel Kata Abstrak Puisi Bercukur Sebelum Tidur

Bait Baris Kata Abstrak

1 2 Hari-hari

3 Mimpi-mimpi

7 Musim

14 Agrodarahku

17 Hutan yang dikemas

18 Megaindustri

21 Ibukota, Investor

2 4 Negeri

5 Sebuah ngilu

Page 78: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

65

C. Fenomena Sosial dalam Puisi Pesan Uang

Kota, merupakan wilayah yang dipenuhi dengan unsur atau pola

kehidupan yang amat bervariasi atau heterogen, mulai dari penduduknya,

golongannya, pekerjaannya dan sebagainya. Hal yang demikian mengacu

pada apa yang dikatakan oleh Astrid Susanto:

Bahwa kota adalah heterogen juga di dalam pandangan hidupnya,

terbuktikan dari statistik wilayah yang memberikan hasil perbedaan antara angka kelahiran, angka kematian dan lain-lain

halmana memberikan petunjuk tentang perbedaan norma tentang hidup pada umumnya.7

Sementara itu, MC Iver menjelaskan bagaimana perbedaan antara

suasana kehidupan di kota dibandingkan dengan kehidupan di desa, hal ini

disebabkan oleh “sifat heterogen kota yang berbeda dengan desa yang

mempunyai kehidupan yang homogen.”8

Di desa pekerjaan lebih tertuju pada banyaknya pekerjaan yang

dikerjakan oleh orang dengan keahlian dan kemampuan yang hampir sama,

hal inilah yang menyebabkan kehidupan sosialnya cenderung pada kehidupan

masyarakat yang homogen. Berbeda halnya dengan di kota, dimana

spesialisasi makin bertambah penting dengan akibatnya yaitu berkurangnya

tenaga terdidik, sementara tenaga kerja spesialisasi semakin dibutuhkan.

Spesialisasi akan mengakibatkan kepada orang-orang dengan pekerjaan

yang sama akan lebih dekat satu sama lain, berbeda dengan di desa. Keadaan

inilah yang merupakan salah satu faktor tambahan mengapa kota adalah

wilayah yang sangat heterogen, yaitu salah satu contohnya dengan adanya

pengelompokan menurut spesialisasi tadi.

7 Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial , (Jakarta: Binacipta, 1997),

hal. 163. 8 Ibid

Page 79: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

66

Sehubungan hal-hal yang ada di atas, kota atau yang notabenenya adalah

wilayah yang lebih maju dibandingkan pedesaan, di sisi lain merupakan

tujuan utama dari urbanisasi. Menurut Soerjono Soekanto, “urbanisasi adalah

suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula

dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat

perkotaan.” 9

Lebih jauh Soerjono Soekanto menganalisis hal-hal yang menyebabkan

orang-orang pedesaan meninggalkan tempatnya dan memilih untuk pergi ke

kota, dan hasilnya kurang lebih sebagai berikut:

1) Di desa lapangan kerja pada umumnya kurang.

2) Penduduk desa, terutama kaum muda-mudi, meras tertekan oleh adat-

istiadat yang mengakibatkan cara hidup yang monoton. Untuk

mengembangkan pertumbuhan jiwa, banyak yang pergi ke kota.

3) Di desa tidak banyak untuk menambah pengetahuan. Oleh sebab itu

banyak orang yang ingin maju, kemudian meninggalkan desa.

4) Rekreasi yang merupakan salah satu faktor penting di bidang

sepiritual kurang sekali dan kalau juga ada, perkembangan sangat

lambat.

5) Bagi penduduk desa yang mempunyai keahlian lain selain bertani

seperti misalnya kerajinan tangan, tentu mengingini pasaran yang

lebih luas bagi hasil produksinya. Ini tidak mungkin didapatkan di

desa.10

Keadaan-keadaan seperti inilah yang mungkin coba digambarkan oleh

Joko Pinurbo lewat puisinya yang berjudul Pesan Uang. Pada larik pertama

Joko Pinurbo seolah sengaja menggambarkan subjek-lirik pada puisinya

tersebut akan merantau untuk mencari kehidupan dan bukan untuk sekedar

9 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),

hal.157. 10

Ibid, hal.159.

Page 80: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

67

mencari kekayaan saja, hal ini dapat terlihat seperti pada petikan puisi

sebagai berikut:

Ketika aku akan merantau cari penghidupan

uang berpesan: “Hiduplah hemat, jangan royal, supaya kamu Cepat kaya. Kalau kaya, kamu bisa balas dendam terhadap kemiskinan .”

Sementara itu, kota atau bahkan lingkupnya yang lebih besar yaitu negara

yang lebih maju, pada saat tertentu akan menyedot perhatian masyarakat di

daerah-daerah yang belum berkembang pada sebuah angan-angan akan

kesuksesan atau kesejahteraan hidup jika bekerja di kota atau wilayah yang

lebih maju, yang menjajikan upah keuntungannya yang jauh lebih tinggi. Di

sisi lain pekerjaan juga akhirnya akan menentukan sikap mental, yaitu karena

pekerjaan menjadi semacam soal rutinitas, dan orang-orang akan tergantung

dengan hal itu demi sebuah keberhasilan yang menentukan kekuatan sosial,

ekonomi bahkan sebuah tingkat yang bakal menentukan kekuasaan. Semua

ini akhirnya menentukan sikap mental dan pola pandang individu.

Pada kasusnya ada seorang yang bernama Ace dengan profesi sehari-

harinya sebagai pemulung. Sejak berumur lima tahun, Ace ikut ayahnya

memungut sampah. Mereka datang dari sebuah desa di Pandeglang, Banten,

demi sebuah mimpi kecil, yaitu hidup sejahtera meski dengan cara mengais

rezeki dari setumpukan sampah yang masih bisa didaur ulang kembali.11

Perjalanan Ace dan keluarganya untuk pergi merantau dari Pandeglang,

Banten menuju ke Jakarta seolah mengantarkan pada beberapa kesimpulan

yang dibuat oleh Phill. Astrid dan dapat kita ambil beberapa poin dari

kesimpulan itu. Phill. Astrid menyimpulkan sebagai proses sosial maka

masalah urbanisasi merupakan:

11

_____________ ,Tidak Seharusnya Mereka Di Jalan , dalam Harian Kompas, Jakarta, 10

April 2012.

Page 81: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

68

1) Suatu masalah kesempatan kerja dan perkembangan baru.

2) Suatu gejala akibat pengaruh perkembangan bangsa atas kehidupan

sosial khususnya masyarakat yang belum dipengaruhinya.

3) Suatu gejala usaha modernisasi oleh manusia dengan memandang

kota sebagai pusat modernisasi.

4) Akibat dari perubahan kebudayaan lama yang di pengaruhi oleh

kebudayaan unsur-unsur baru.

5) Sebenarnya merupakan akibat pengaruh kota atas desa dengan

mengakibatkan suatu situasi sosial yang sukar untuk kota sendiri (=

urbanisasi = problema kota)

6) Adanya perubahan bentuk dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat.

7) Indikasi adanya kemajuan ekonomi.12

Pada prosesnya ketika seseorang telah mencapai apa yang dicari atau

dituju pada proses urbanisasi atau katakanlah merantau, orang itu cenderung

akan „gelap mata‟ dan pada tataran ini Mochtar Lubis dalam bukunya yang

berjudul Manusia Indonesia seolah-olah sedang mencibir watak masyarakat

Indonesia pada umumnya sebagai sebagai berikut:

Hari ini ciri manusia Indonesia ini adalah menjelma dalam

membangun rumah mewah, mobil mewah, pesta besar, hanya memakai barang buatan luar negeri, main golf,

singkatnya segala apa yang serba mahal. Dia lebih suka tidak bekerja keras, kecuali terpaksa. Gejalanya hari ini adalah cara-cara banyak orang ingin

segera menjadi “miliuner seketika”, seperti orang Amerika membuat instant tea, atau dengan mudah mendapat gelar

sarjana, sampai memalsukan atau membeli gelar sarjana, supaya segera dapat pangkat, dan dari ke-dudukan berpangkat cepat bisa menjadi orang kaya.”13

Apa yang dipaparkan oleh Mochtar Lubis tidak terlepas dari bagaimana

pola yang dipakai untuk mengukur wilayah atau bahkan individu-individu

12

S. Susanto, op.cit., hal.174. 13

Mochtar Lubis, Manusia Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hal.36.

Page 82: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

69

yang belum maju dengan yang sudah maju, terkadang sepenuhnya dilihat dari

ukuran materi saja, bukan dari nilai-nilai yang muncul dari pembawaannya.

Hal yang seperti ini makin lama makin menimbulkan kesan yang salah,

seakan-akan sesuatu hal yang lebih kaya itu lebih maju dalam segala bidang,

dan kemudian menimbulkan rasa kurang pada wilayah-wilayah atau individu-

individu yang dikotak-kotakkan sebagai pihak yang terbelakang.

Pemaparan Mochtar Lubis mungkin bisa sedikit member penjelasan

tentang apa-apa yang mendorong subjek-lirik, si “Aku”, ketika sekembalinya

dari merantau dan mendapati dirinya sukses, ia seakan ingin menaikkan

kedudukannya dengan cara mengubah tatanan hidupnya yang pada awalnya

miskin dengan tatanan hidup yang baru, mungkin merujuk pada pola hidup

yang terpandang. Hal itu dapat dilihat dari petikan puisi berikut:

Sekian tahun kemudian aku pulang sebagai orang kaya. Aku bangun daerah baru di atas perkampungan lama. Hore, aku telah mengalahkan kemiskinan.

Aku tak butuh lagi masa depan.

Hal lain yang tampak pada bait puisi ini adalah bagaimana eksperesi

“Aku” ketika telah mengalahkan kemiskinan, kemudian mendapati dirinya

telah di puncak tertinggi dalam tatanan kehidupan sehingga merasa tak perlu

lagi memperdulikan tentang apa-apa yang akan terjadi di kehidupan sehari-

harinya atau pada jenjang kehidupannya nanti, yang kemudian digambarkan

oleh Joko Pinurbo sebagai “tak butuh lagi masa depan”. Hal yang seperti ini

boleh dikatakan sebagai “perasaan cepat puas”.

Dilansir dari situs berita online di www.merdeka.com pada tahun 2013,

yang memberitakan bahwa konglomerat Aburizal Bakrie aktif menjual aset-

aset perusahaannya kepada investor dalam maupun luar negeri, hal ini

disebabkan perusahan-perusahan milik Aburizal Bakrie yang terhimpun

dalam kelompok bisnis PT Bakrie & Brothers Tbk terlilit utang yang

jumlahnya sangat besar. Salah satu anak usahanya, Bakrie Life diduga pernah

Page 83: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

70

pailit pada tahun 2008 sampai dengan angka Rp 360 miliar kepada nasabah

diamond investa, namun sampai dengan tahun 2013 setidaknya utang

perusahaan Bakrie Life kepada nasabah diperkirakan tersisa Rp 270 miliar.14

Utang-utang yang menggunung, yang menunggu untuk di lunasi oleh

kelompok bisnis PT Bakrie & Brothers Tbk pada akhirnya mempengaruhi

citra baik Aburizal Bakrie bukan saja di dalam negeri, namun sampai dengan

di luar negeri. Dari pemberitaan media internet di www.bisnis.liputan6.com,

melaporkan bahwa peringkat Aburizal Bakrie sebagai orang terkaya di Asia

selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 yang dikutip dari Forbes Asia

turun drastis. Semula, pada tahun 2009 Aburizal Bakrie ada di peringkat

keempat, tahun 2010 Aburizal Bakrie turun di peringkat kesepuluh, tahun

2011 Aburizal Bakrie kembali turun peringkat di urutan ketiga puluh, lalu

penurunan peringkat yang paling drastis adalah ketika di tahun 2012 dan

tahun 2013, Aburizal Bakrie berada di peringkat empat puluh terbawah orang

terkaya di RI.15

Mengenai bagaimana pasang-surut Aburizal Bakrie dalam menata usaha

bisnisnya merupakan salah satu contoh dari banyak kejadian yang ada dalam

ritual “merantau buat cari penghidupan” atau “merantau buat cari kekayaan”,

kira-kira seperti itulah bait berikut ini menggambarkannnya:

Kemudian aku jatuh miskin.

Hartaku amblas, harga diriku kandas. Kekayaanku tinggal hutang-hutangku.

Pada saat-saat “jatuh” bisa jadi merupakan sebuah awal perubahan bagi

seseorang, dan perubahan ini pula yang mengantarkan seseorang pada

14

Reporter: Novita Intan Sari, Utang abadi perusahaan Bakrie, di unggah pada tanggal 11

September 2013, pukul 07:35 WIB, (http://www.merdeka.com/uang/utang-abadi-perusahaan-

bakrie.html) 15

______________, 2 Tahun Sudah Aburizal Bakrie Tak Masuk Daftar Orang Kaya RI, di

unggah pada tanggal 21 November 2013, pukul 11:59 WIB, (http://www.merdeka.com/

uang/utang-abadi-perusahaan-bakrie.html)

Page 84: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

71

semacam perubahan sosial yang cepat, sehingga “akan menimbulkan

perubahan nilai-nilai yang cepat. Perubahan yang cepat itu akan melahirkan

perbedaan sikap terhadap nilai-nilai yang ada.”16

Dalam keadaan ini, kiranya pendapat Mochtar Lubis patut

dipertimbangkan, ia berpendapat sebagai berikut:

Pada suatu hari, yang tidak lama lagi di masa depan, masyarakat kaya-kaya ini pun akan tiba pada jalan buntu

dan mereka akan dihadapkan dengan pilihan; mempertahankan tingkat hidup mewah mereka yang boros itu dengan segala daya upaya, juga dengan memaksakan

kemauan mereka pada negeri-negeri yang memiliki sumber-sumber bahan mentah yang mereka perlukan atau

mengubah gaya hidup mereka, menyesuaikan diri dan belajar hidup sederhana kembali.17

Pada puisi ini setidaknya kita telah melihat gambaran tentang bagaimana

seseorang yang berusaha memperbaiki kondisi hidupnya yang berada di

tataran bawah untuk naik ke permukaan dengan cara “merantau”. Namun

dalam “merantau” ini kita setidaknya dapat menilai bagaimana “merantau” itu

sendiri tidak hanya berdampak pada sisi materi, namun menyentuh pada sisi

yang lebih dalam lagi dalam kehidupan manusia, yaitu sisi moril.

Kita dapat melihat bagaimana ketika subjek-lirik telah pulang dari

“merantau” kemudian bergelimangan harta, akan tetapi menjadikan dirinya ke

dalam proses berpikir yang dangkal, semacam proses berpikir yang telah

dibutakan oleh materi atau hedonisme. Hingga suatu ketika obsesi dari subjek-

lirik terhadap hal-hal yang berupa kekayaan malah menenggelamkannya ke

keadaan miskin, ia belajar untuk tidak menyia-nyiakan apa yang telah terjadi

padanya dan agar semuanya menjadi pembelajaran untuk kehidupan di waktu

mendatang dan amanat yang dapat diambil dari keseluruhan puisi ini adalah

16

Ng.Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),

hal.34. 17

Lubis, op.cit., hal.67.

Page 85: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

72

agar bagaimana kita sebagai manusia tidak dikalahkan oleh hal-hal yang

bersifat sementara, seperti harta dan tahta contohnya.

Page 86: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

73

D. Fenomena Sosial dalam Puisi Bercukur Sebelum Tidur

Proses pengembangan industri di Indonesia yang ditempuh selama ini

merupakan strategi pembangunan yang menumpukan pertumbuhan ekonomi

sebagai fokus utamanya, hampir-hampir tanpa mempertimbangkan masalah

kelestarian lingkungan alam, akibat pengelolaan yang kurang arif

tersebutalam dan lingkungan yang akhirnya menjadi korban. Hal yang

demikian terjadi di kota Padang, ketika ratusan warga Kecamatan Bungus

Teluk Kabung kehilangan lahan perkebunan dan aliran sungai untuk

perariran sawah mereka, akibat pembangunan jalan. Ribuan tanaman

ekonomis seperti karet, durian, cokelat, dan padi hancur akibat tertimbun

material kayu dan longsoran material bukit sebab adanya proyek pembukaan

jalan.18

Beragam bencana alam menjadi pemandangan yang sering dijumpai,

misalnya saja bencana „lumpur panas‟ di Sidoarjo, Jawa Timur yang di

akibatkan penggalian pipa pertambangan yang terlalu dalam oleh PT Minarak

Lapindo, ini mencerminkan bahwa adanya pengelolaan sumber daya alam

yang kurang arif sehingga mengakibatkan ratusan hektar tenggelam, tak

terkecuali industri itu sendiri. Alih-alih ingin mendapatkan hasil yang lebih

baik, PT Minarak Lapindo malah terpaksa mengganti rugi kepada semua

pihak yang menjadi korban „umpur panas‟ sebanyak tiga koma delapan

triliun rupiah.19Hal ini yang coba digambarkan dalam penggalan puisi

berikut;

membilang hari-hari yang hancur membuang mimpi-mimpi yang gugur

Alam sebenarnya memiliki kehendak atas kehidupan manusia serta

makhluk hidup lainnya, yang artinya alam dan lingkungan sekitar kita

memiliki sifat menentukan kehidupan semua makhluk hidup, hal ini senada

18

_____________ ,Tanaman Dikorbankan, dalam Harian Kompas, Jakarta,10 April 2012. 19

Zulfi Suhendra, Lapindo Masih „Gantung‟ Kerugian Korban Lunpur Rp 900 Miliar,

diunggah pada tanggal 17 Maret 2012, pukul 21:05 WIB (http://m.detik.com/

finance/read/2012/04/17/205902/1894818/4/)

Page 87: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

74

dengan Dwi Susilo yang beranggapan; “Dalam tahapan hubungan manusia

dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, prilaku bahkan

“nasib” manusia di pengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan.”20

Sementar dampak dari perkembangan industri begitu melesat dan jelas

sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitarnya, misalkan hasil

data yang di peroleh Hedisutomo, bahwa sekitar 70.000 hektar lahan sawah,

termasuk sawah tadah hujan, di Jawa pada periode 1980-1990 beralih fungsi

menjadi lahan industri.21 Sementara FWI (Forest Watch Indonesia)

mengatakan bahwa setidaknya hutan di provinsi Kalimantan hilang sebesar

dua juta hektar pada priode 2000-2009, yang menurut kajian organisasi

Telapak hal itu disebabkan adanya penggundulan hutan gambut di

Kalimantan oleh perkebunan kelapa sawit.22

Salah satu penyebab kerusakan alam adalah karena faktor tangan manusia

sendiri, sekalipun manusia telah berhasil mengembangkan teknologi yang

mampu memanipulasi alam dan karenanya menganggap mampu mengatasi

gejala-gejala alam yang terjadi. Namun pada kondisi tertentu, manusia pasti

akan mengalami sebuah fenomena alam yang mereka sendiri tidak berdaya

dalam menghadapi „keperkasaan‟ alam tersebut. Ini tergambar pada petikan

puisi sebagai berikut:

Lalu datang musim dalam curah angin menumpahkan air keseluruh dataran, ke gunung-gunung murung

dan lembah-lembah lelah di saentero badan.

Jantungku meluap, penuh.

Dalam beberapa kasus, terdapat sebuah penjelasan bahwa sebagian

pandangan manusia didominasi oleh lingkungannya, hal ini sebenarnya lebih

20

Rahmad .K. Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan, (Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2008), hal.30. 21

Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pembangunan: Pengantar Studi

Pembangunan Lintas Sektoral, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), hal.58 22

_____________ , Rencana Tata Ruang Kalimantan Di Pertanyakan , dalam Harian Kompas,

Jakarta, 12 Maret 2012.

Page 88: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

75

merujuk pada penjelasan di paragraf sebelumnya yang beranggapan bahwa

kehidupan manusia sangat bergantung dengan alam, begitu pun sebaliknya,

sehingga terjalinlah semacam hubungan simbiosis mutualisme, yaitu saling

menguntungkan atau terlebih menjaga satu sama lain. Oleh sebab itu, ketika

muncul pihak lain yang merusak kekayaan alam, niscaya ada pihak lain yang

akan dirugikan baik secara moril maupun dari segi materil.

Contoh kasus yang terjadi yang di akibatkan ulah tangan-tangan manusia

sehingga merugikan manusia-manusia lainnya diantaranya ketika sebuah

perusahaan tambang batu bara di kota Jambi dituding sebagai penyebab

banjir bandang yang melanda perkampungan warga setempat. Hal itu

disinyalir sebab adanya pembuatan tanggul-tanggul di pinggiran sungai serta

penutupan daerah resapan sungai yang berupa rawa-rawa. Selain

menimbulkan banjir bandang, aktifitas pengerukan batu bara di tengah sungai

Sekalo mengakibatkan terkontaminasinya air sungai dengan material batu

bara.23

Dari hal di atas kitadapat menilai bahwa ketika banjir terjadi, ada

penduduk asli yang merasa dirugikan akibat adanya proyek industri yang ada,

hal seperti itu seolah ingin digambarkan pada puisi ini dalam larik ketiga

belas sampai dengan keempat belas, yaitu sebagai berikut:

Sungai menggelontor, hujan menggerejai di sektor-sektor irigasi di agrodarahku.

Saat ini kasus-kasus konfik perebutan tanah terkait pengelolaan kawasan

hutan terus menjadi persoalaan. Banyak masyarakat yang menggugat

pemerintah atau pihak perusahaan karena merasa tanahnya di serobot,

diantaranyakasus Pulau Padang, Kepulauan Meranti, Riau dan konflik antara

masyarakat suku Dayak Benuaq di Muara Tae dengan perusahaan kelapa

sawit PT. Munte Waniq Jaya Perkasa yang sempat memanas di tahun 2012.

23

_____________ ,Pengusaha Batu Bara Bantah Picu Banjir , dalam Harian Kompas,

Jakarta,11 April 2012.

Page 89: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

76

Kasus Pulau Padang yaitu ketika para warganya menuntut kepada Menteri

Kehutanan merevisi Surat Keputusan Nomor 327/2009 yang member izin PT.

RAPP mengelola HTI (Hutan Tanaman Industri) di lima kabupaten, sebab

izin untuk membuka pertambangan yang diberikan kepada PT. RAPP

mencapai empat puluh satu ribu dua ratus lima hektar yang berarti hampir

mencapai setengah luas pulau, yaitu seratus sepuluh ribu hektar.Sementara

Pulau Palu sebagai pulau kecil yang memiliki luas kurang dari dua ratus ribu

hektar, pengelolaannya harusnya sesuai dengan Undang-undang nomor

27/2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus

dilakukan secara hati-hati dan ekstraktif. Apalagi, Pulau Padang adalah hutan

gambut berkedalaman tiga sampai dengan dua belas meter yang wajib di

lindungi.24

Konflik yang terjadi antara masyarakat suku Dayak Benuaq di Muara Tae

dengan perusahaan kelapa sawit PT. Munte Waniq Jaya Perkasa disebabkan

kebun karet Asuy yang dianggap sebagai tanah adat Muara Tae terkena

pembukaan lahan atau land clearing. Hutan adat milik masyarakat Dayak

Muara Tae, seluas enam ratus lima puluh delapan hektar kini di kuasai oleh

pihak PT. Munte Waniq Jaya Perkasa, sementara masyarakat Dayak Muara

Tae dilanda kegelisahan, sebab hutan adat yang dijadikan sandaran

kehidupan olehmereka kini dirambah.25 Hal ini sangat jelas tergambar pada

petikan puisi berikut:

Malam penuh traktor, petani mencangkul di hektar-hektar dagingku. Tubuhku hutan yang dikemas

menjadi kawasan mega industri.

Fenomena sosial yang tergambarkan di paragraf sebelumnya menegaskan

bahwa pada praktik pembangunan masyarakat asli yang mendiami kawasan

tersebut tidak dilibatkan. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang

24

_____________ ,Jahit Mulut Pun Tak Mempan , dalam Harian Kompas, Jakarta,25 Januari

2012. 25

_____________ ,Masa Depan Masyarakat Adat Pun Terancam , dalam Harian Kompas,

Jakarta, 1 Maret 2012.

Page 90: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

77

dijelaskan Tjondronegoro yang berpendapat bahwa dalam praktik

pembangunan berencana, terdapat semacam pendekatan sentralistik (top

down approach) yang menempatkan masyarakat pedesaan sebagai sasaran.

Dalam konteks ini mereka beranggapan bahwa masyarakat pedesaan yang

merupakan bagian dari hak masyarakat untuk mengetahui dan berperan serta

dalam pengelolaan pembangunan.26

Pada kasus yang menimpa masyarakat Pulau Padang terasa lebih tragis

ketika mereka mengetahui reaksi tindakan dari pemerintah yang amat lamban

dalam menangani hal ini bahkan cenderung acuh, hingga puncaknya ketika

delapan orang warga Pulau Padang yang telah menginap hampir lima puluh

hari di depan gedung MPR/DPR/DPD rela menjahit mulut mereka, dan

esoknya tindakan yang sama disusul oleh sepuluh rekan mereka. Hal ini

dilakukan sebagai ungkapan rasa kecewa terhadap reaksi pemerintah yang

tak bergeming atas apa yang terjadi padahal bagi mereka pemerintah

dianggap sebagai pembela keadilan yang masih bisa mereka harapkan dalam

menyelesaikan masalah tersebut, dan pada bait terakhir dalam puisi ini

seolah-olah dapat menggambarkan bagaimana kondisi kejiwaan masyarakat

Pulau Palu tersebut;

Tubuhku negeri yang belum diberi nama. Dan kuberi saja nama dengan sebuah ngilu

Padahal Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan sempat mengingatkan untuk

para kepala daerah agar memprioritaskan keterlibatan rakyat dalam

pemanfaatan kawasan hutan. Ia menegaskan bahwa penerbitan izin usaha di

kawasan hutan harus mempertimbangkan dampak bagi ekonomi masyarakat

dan ekologi tanpa melanggar prosedur.27

Berkaitan dengan dialektika antara lingkungan dengan manusia, puisi ini

seolah mengilustrasikan kisah menarik tentang keputusan Mahkamah

Konstitusi pada tanggal dua puluh satu februari tahun dua ribu dua belas,

26

Salam dan Fadhilah, op.cit., hal.64. 27

_____________ ,Pemanfaatan Kawasan Hutan Harus Memihak Rakyat , dalam Harian

Kompas, Jakarta, 20 Maret 2012.

Page 91: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

78

yang menghilangkan frase “yang ditunjuk dan atau ditetapkan” dalam

definisi kawasan hutan. Akibatnya, semua kawasanhutan yang di tunjuk dan

atau di tetapkan setelah UU Nomor 41/1999 sampai 22 Februari 2012 tetap

sah dan memiliki ketetapan hukum mengikat, akan tetapi pengukuhan

kawasan hutannya haruslah di percepat.28

Pada hakikatnya, pengesahan dan penetapan hukum atas suatu daerah

tidaklah cukup, apalagi melihat kondisi daerah-daerah yang terpinggirkan

dari wilayah-wilayah perkotaan.Dibutuhkan perhatian khusus dalam

pembangunan di bidang infrastruktur untuk mendorong pembangunan di

sektor kemanusiaannya juga.Misalnya saja pada kasus produksi kelapa sawit

yang semula berpusat di kawasan Sumatra.Seperti kita tahu, kawasan

Sumatra di beberapa daerah banyak yang belum mendapat perhatian dari

pemerintah di bidang infrasturkturnya, hal ini berpengaruh pada laju

pertumbuhan penduduk yang lebih berkembang di pusat perkotaan

dibandingkan wilayah yang terpinggirkan. Akhirnya aktifitas di wilayah yang

terpinggirkan tersebut pun terbengkalai, dan dalam situasi itu masyarakat dan

pemerintah kita tak bisa berbuat banyak sementara di sisi lain banyak

investor yang melihat itu sebagai wilayah yang bisa dikembangkan.

Apa yang di jelaskan oleh Sekretaris Gabungan Usaha Kelapa Sawit

Indonesia, Joko Supriyono makin menegaskan hal itu, ia menjelaskan

bagaimana daerah di kawasan Kalimantan, Sulawesi, Papua, hingga Flores

dinilai cocok untuk komoditas perkebunan kelapa sawit. Lahan di kawasan

tersebut menurutnya masih luas.29 Namun pada paragraf-paragraf

sebelumnya kita tentunya telah tau bagaimana akhinya ketika produksi

kelapa sawit benar-benar terjadi di wilayah pinggiran yang akhirnya

menimbulakn rawan konflik antara penduduk setempat, pihak investor serta

pemerintah, dan hal itu ternyata bisa kita rasakan lewat petikan puisi ini di

larik keduapuluh satu, sebagai berikut:

28

_____________ ,Selesaikan Hak Masyarakat Adat, dalam Harian Kompas, Jakarta,21 Maret

2012. 29

_____________ ,Kawasan Timur Diincar, dalam Harian Kompas, Jakarta,11 April 2012.

Page 92: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

79

Tubuhku ibu kota kesunyian yang di buru investor Dari berbagai penjuru. Tubuhku daerah lama yang di temukan kembali,

daerah baru yang terberkati. Lalu tubuhku bukan siapa-siapa lagi.

Kesimpulannya, meski sektor pertambangan menjadi penopang

pendapatan negara, kita perlu belajar dari pengalaman negara-negara lain.

Bisa mengundang investor dan menghasilkan uang bukan tanda negara kita

berhasil mengelola sumber daya alam.Adalah hal yang percuma jika kita

memperhatikan kemajuan sebuah produksi pertambangan dengan harapan

membuktikan sumberdaya alam kita berlimpah namun tidak memikirkan

dampak pada masyarakat setempat dan efek yang ditimbulkan selanjutnya

pada lingkungan dan alam itu sendiri.

Page 93: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

80

E. Implikasi Puisi Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur Terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

Sebagai salah satu bentuk karya sastra, puisi merupakan bagian dari

materi ajar bahasa dan sastra Indonesia yang tercantum dalam (GBPP)

Garis-garis Besar Program Pengajaran di SMA. Oleh sebab itu, materi ajar

ini harus disuguhkan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu

siswa mampu memahami unsur intrinsik dan ekstrinsik dari sebuah puisi.

Salah satu upaya dalam mencapai tujuan pengajaran sastra yaitu,

pengetahuan sastra yang diajarkan kepada siswa hendaknya berangkat dari

suatu penghayatan atas suatu karya sastra yang kongkrit. Hal ini

dimaksudkan agar pengalaman sastra yang diajarkan pada siswa melekat dan

berakar kuat. Namun, hal yang paling penting menurut Rahmanto adalah

agar para pengajar tidak terlalu terburu-buru dalam membebani para siswa

dengan istilah-istilah teknis dan gaya bahasa yang kompleks.30 Dalam

beberapa hal, puisi memang merupakan bahasa dan yang padat dan penuh

arti, jadi apabila bahasa dan pokok persoalan puisi itu mempunyai

keselarasan, niscaya siswa akan merasa dirinya menghadapi sesuatu yang

mengesankan dan memerlukan perhatian khusus dalam praktek

pembelajaran bahasa dan sastra.

Bagi siswa, puisi yang demikian itu tidak akan mudah dilupakan dan

sangat berguna pada dirinya sebagai latihan mengkpresikan diri.

Keuntungan lebih lanjutnya adalah ketika puisi dapat membantu pembinaan

seni berbahasa untuk siswa, mengingat puisi disusun berdasarkan referensi

diksi dan gaya bahasa yang bervariasi, misalnya seperti yang di ungkapkan

oleh Yus Rusyana sebagai berikut:

Hasil sastra itu bukan saja berfungsi sebagai perekam

keadaan bahasa pada masa yang lalu, tetapi juga sebagai perekam keadaan bahasa pada masa sekarang, dan dalam sastra itu bahasa masa kini disimpan untuk keperluan masa

datang.

30

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Penerbit Kanisisus, 1988), hal.48.

Page 94: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

81

Dalam hubungan pengawetan bahasa itu sastra juga telah banyak memberikan bahan-bahannya untuk kepentingan leksikografi.31

Namun demikian, pada kenyataannya kegiatan mengapresiasikan

sebuah puisi dalam materi ajar jarang sekali dilakukan. Hal ini disebabkan

ruang dan waktu yang tersedia dalam kurikulum untuk mengarahkan siswa

ke arah tersebut amat terbatas. Mengacu pada alasan itulah, sebagian guru

tidak mengarahkan secara optimal peserta didik untuk menggali kemampuan

mereka dalam kegiatan mengapresiasikan sebuah puisi. Hal yang demikian

sangat bertolak belakang dengan apa yang dikemukakan oleh Rusyana,

bahwa guru sastra dituntut pula agar mempunyai semangat sehubungan

dengan pengajarannya, terlebih mempunyai kecintaan pribadi terhadap

sastra dan meyakini bahwa pengajaran sastra bermanfaat bagi muridnya.32

Padahal dalam praktiknya, proses berpuisi terdapat hal-hal yang

menyenangkan bagi peserta didik, karena dalam prosesnya, mereka dapat

berekspresi dengan bebas tanpa sekat yang membatasi ruang ekspresi

mereka, sehingga hal ini dapat memupuk rasa percaya diri bagi diri mereka.

Dengan kepercayaan diri, maka mereka dengan senang hati mengeksplor

segala kreativitasnya dan selalu ingin mengapresiasikan serta mencipta

puisi-puisi yang lebih baru lagi.

Mempelajari puisi, artinya kita belajar mengenal dan memahami satu

sama lain, karena dalam puisi terdapat semacam komunikasi antara

pengarang dan pembacanya. Konsekuensinya adalah bagaimana satu sama

lain saling memahami, dan dalam proses saling memahami inilah terdapat

sebuah dialektika yang panjang. Sebab dalam pembelajaran sastra peserta

didik tidak hanya sebatas mendapatkan ilmu pengetahuan, melainkan juga

menyatakan sikap terhadap nilai-nilai.33 Dalam dialektika tersebut kita dapat

mengenal kekurangan dan kelebihan orang yang di dalamnya, di mana

31

Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan , (Bandung,: C.V.

Diponegoro, 1984), hal.305. 32

Ibid, hal.332 33

Ibid

Page 95: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

82

mengenal kekurangan kelebihan itu menjadi modal dasar untuk masuk ke

dalam wilayah penciptaan.

Artinya proses dalam sebuah puisi memberikan ruang seadanya untuk

mereka bersikap jujur terhadap diri sendiri karena alasan di atas, puisi

merupakan proses dialektika antara pembaca dengan pengarangnya yang

mengantarakan pada sebuah perenungan. Ini yang menjadi pijakan dasar

bagaimana peserta didik harus memproses dirinya secara optimal. Peserta

didik tak lagi memandang bahwa puisi hanya sebatas tulisan yang berisiskan

untaian kata-kata yang indah-indah atau lugas-lugas saja, mereka akan

mengerti bahwa puisi seperti ruang belajar untuk bersikap penuh kejujuran,

penghargaan, dan kerendahan hati, agar yang dihadirkan itu bersifat apa

adanya. Puisi sebagai karya sastra adalah sesuatu yang dapat menyentuh,

karena ia berada di wilayah rohani, yaitu sesuatu yang sakral, bersih, tidak

ada tendensi, pretensi, dan tidak ada niatan buruk.

Di dalam puisi terdapat semacam bentuk komunikasi secara artistik

yang dapat menciptakan kembali situasi kemanusiaan dan hubungan

kemanusiaan. Ini dimaksudkan untuk menanamkan kesadaran pada peserta

didik, bahwa puisi memiliki fungsi yang esensial dalam pembinaan proses

pemanusiaan insan-insan modern yang selalu dilanda oleh konflik-konflik

yang tak terselesaikan. Kebiasaan-kebiasaan itu dihadirkan dalam puisi

lewat media bahasa dalam proses penginternalisasian peranan-peranan sosial

setiap individu di dalam masyarakat. Maka dari itu, proses yang dilakukan

peserta didik dalam mempelajari puisi sudah tertanam dalam diri sehingga

hanya memperkuat dan memperdalam peran yang dimainkan.

Page 96: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

83

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua puisi karya

Joko Pinurbo, yaitu Pesan Uang dan Bercukur Sebelum Tidur, maka dapat diambil

beberapa simpulan, yaitu:

1. Secara bentuk, puisi Pesan Uang terdiri dari empat bait dan lima belas baris.

Gaya bahasa yang digunakan Joko Pinurbo dalam puisi ini cenderung naratif

dan banyak dijumpai larik- larik yang mengandung diksi-diksi yang paradoks.

Bait pertama, dimulai dari larik pertama sampai dengan larik ketiga yang

mengacu pada penegasan eksistensi aku- lirik pada puisi ini atau yang disebut

dengan subjek- lirik. Secara singkat, dapat dikatakan tema pada puisi ini

adalah; perjalanan seseorang mencari kekayaan, dan amanat yang dapat

diambil dari keseluruhan puisi ini adalah agar bagaimana kita sebagai

manusia tidak dikalahkan oleh hal-hal yang bersifat sementara, seperti harta

dan tahta contohnya. Nilai yang terkandung dalam puisi ini meliputi nilai

keberanian, sehingga muncul nilai kemandirian dan juga nilai kesederhanaan.

Sedangkan dalam puisi yang berjudul Bercukur Sebelum Tidur secara

bentuk, terdiri atas 28 larik dari 2 bait. Penyair menggunakan tubuh sebagai

metafor sebuah fenomena alam, di sinilah penyair sebetulnya ingin

menggambarkan mengenai laju perkembangan industri yang maju namun

demikian kurang memperhatikan kelestarian lingkungan alam sekitar.

Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah, ketika bisa mengundang

investor dan menghasilkan uang bukan tanda negara kita berhasil mengelola

sumber daya alam. Adalah hal yang percuma jika kita memperhatikan

Page 97: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

84

kemajuan sebuah produksi pertambangan untuk membuktikan sumberdaya

alam kita belimpah namun tidak memikirkan dampak yang di timbulkan

selanjutnya pada alam itu sendiri.

2. Pada puisi yang berjudul Pesan Uang terdapat gambaran tentang bagaimana

seseorang yang berusaha memperbaiki kondisi hidupnya yang berada di

tataran bawah untuk naik ke permukaan dengan cara “merantau”, yang

kemudian tidak hanya berdampak pada sisi materi, namun menyentuh pada

sisi yang lebih dalam lagi dalam kehidupan manusia, yaitu sisi moril.

Sedangkan dalam puisi yang berjudul Bercukur Sebelum Tidur terdapat

semacam gambaran mengenai laju perkembangan industri yang maju namun

demikian kurang memperhatikan kelestarian lingkungan alam sekitar

sehingga pada suatu saat terjadi bencana alam yang mempengaruhi

kehidupan masyarakat sekitar.

3. Implikasi dari dua puisi Joko Pinurbo, yaitu Pesan Uang dan Bercukur

Sebelum Tidur, dalam pembelajaran diharapkan nantinya dapat berpengaruh

terhadap para peserta didik dalam memahami bahwa di dalam puisi terdapat

semacam bentuk komunikasi secara artistik yang dapat menciptakan kembali

situasi kemanusiaan dan hubungan kemanusiaan. Ini dimaksudkan untuk

menanamkan kesadaran pada peserta didik, bahwa puisi memiliki fungsi

yang esensial dalam pembinaan proses pemanusiaan insan- insan modern

yang selalu dilanda oleh konflik-konflik yang tak terselesaikan. Kebiasaan-

kebiasaan itu dihadirkan dalam puisi lewat media bahasa dalam proses

penginternalisasian peranan-peranan sosial setiap individu di dalam

masyarakat. Maka dari itu, proses yang dilakukan peserta didik dalam

mempelajari puisi sudah tertanam dalam diri sehingga hanya memperkuat

dan memperdalam peran yang dimainkan.

Page 98: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

85

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan melalui penelitian ini berdasarkan

analisis dan implikasi adalah sebagai berikut:

1. Guru dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sudah semestinya

meningkatkan minat baca peserta didiknya terhadap karya sastra yang

bermutu dan memberi tugas kepada peserta didiknya untuk membaca dan

membandingkan fenomena-fenomena yang terdapat dalam karya sastra

yang dibacanya dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan

nyata.

2. Selain nilai moral guru dalam pelajaran sastra dituntut untuk dapat

menuntun peserta didiknya agar menangkap fenomena-fenomena sosial

seperti apa saja yang terekam dalam karya sastra, dan diharapkan puisi-

puisi karya Joko Pinurbo bisa dijadikan sebagai bahan ajar dalam

pembelajaran Bahasa dan Sasrtra Indonesia di sekolah-sekolah.

3. Selain guru, orang tua juga sudah selayaknya meningkatkan minat baca

anaknya terhadap karya sastra yang bermutu dan memberikan pengarahan

yang baik untuk pembentukan karakter si anak.

4. Dan yang terakhir, sebagai intelektual yang bergerak di bidang sastra dan

juga calon pendidik, agar dapat memahami dan mampu meneliti dengan

baik karya sastra melalui tinjauan sosiologi sastra dan juga ketika

mengajarkan peserta didiknya di kemudian hari.

Page 99: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

DAFTAR PUSTAKA

AG, Linus Suryadi. Dibalik Sejumlah Nama: Sebuah Tinjauan Puisi-puisi

____Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1989.

Ajidarma, Seno Gumira. Trilogi Insiden. Yogyakarta: Penerbit Bentang Pustaka.

____2010.

Alisjahbana, S. Takdir. Kebangkitan Puisi Baru Indonesia. Jakarta: PT. Dian

____Rakjat. 1978.

__________________. Seni dan Satera di Tengah-tengah Pergolakan

____Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: PT. Dian Rakyat. 1985.

Amini, Hasif. Pembedaan Karya Akan Mengerdilkan Kesusastraan Indonesia.

____http://oase.kompas.com/read/2009/07/10/23345557//pembedaan.karya.akan.

____mengerdilkan.kesusastraan.indonesia (diakses Jumat, 10 Juli 2009, Pukul

____23:34 WIB)

Amini, Hasif. Prosa. Harian Kompas. Minggu, 6 Juni 2010.

Arcana, Putu Fajar dkk. Jokpin, Tamasya Rohani Dalam Puisi. Harian Kompas.

____22 Januari 2012.

Bachri, Sutardji Calzoum. Isyarat: Kumpulan Esai. Yogyakarta: Indonesia Tera.

____2007.

Bachtiar, Wardi. Sosiologi Klasik. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2006.

Beaty, Jerome et.al. The Norton Introduction to Literature: Shorter Eighth

____Edition. United States of America: W. W. Norton & Company, Inc.. 2002.

Bertens, K.. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, Anggota

____IKAPI. 1999.

Budianta, Eka. Senyum Untuk Calon Penulis. Jakarta: Pustaka Alvabet, Anggota

____IKAPI. 2005.

Page 100: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

Damono, Sapardi Djoko. Sosiologi Sastra, Sebuah Pengatar Ringkas. Jakarta:

____Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

____Kebudayaan. 1978.

Darma, Budi. Bahasa, Sastra dan Budi Darma. Surabaya: JP Books. 2007.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

____Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

____Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: UIN Press. 2013.

Eastman, Arthur M. (ed), et.al. The Norton Reader: Sixth Edition Shorter. United

____States of America: W. W. Norton & Company, Inc.. 1984.

Endaswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Penerbit Pustaka

____Widyatama. 2004.

Erneste, Pamusuk (ed.). Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya

____Mengarang (Jilid 3). Jakarta: Kepustakaan Gramedia Populer. 2009.

Escarpit, Robert. Sosiologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Esten, Mursal. Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultur. Bandung: Angkasa. 2013.

Kenner, Hugh (ed). Twentieth Century Views. T .S.Eliot: A Collection of Critical

____Essays, United States of America: Prentice-Hall, Inc. 1962.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

____2001.

Kleden, Ignas. Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan: Esai-esai Sastra dan

____Budaya, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. 2004.

Liu, Hong dkk. Pram dan Cina, Depok: Komunitas Bambu. 2008.

Lubis, Mochtar. Manusia Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Mohammad, Goenawan. Catatan Pingggir 6. Jakarta: Pusat Data Tempo, 2006.

Page 101: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

__________________. Di Sekitar Sajak. Jakarta: PT Tempint. 2011.

__________________. Kesusastraan dan Kekuasaan. Jakarta: PT Pustaka

____Firdaus. 1993.

__________________. Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai. Jakarta: Penerbit

____Kata Kita. 2008.

Najib, Emha Ainun. Terus Mencoba Budaya Tanding. Yogyakarta: Pustaka

____Pelajar. 1995.

Nainggolan, Alex R.. Diksi Genit Joko Pinurbo. Harian Suara Merdeka 05

____Desember 2004.

Noor, Acep Zamzam. Puisi dan Bulu Kuduk: Perihal Apresiasi dan Kreatif .

____Bandung: Penerbit Nuansa. 2011.

Philipus, Ng. dkk. Sosiologi dan Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.

Pinurbo, Joko. Celana. Magelang: Indonesia Tera. 1999.

____________. Kepada Kekasihku. Harian Tempo. 30 Oktober 2005.

Rahmanto, B.. Metode Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Penerbit Kanisisus. 1988.

Ratna, Nyoman Kutha. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

____2009.

__________________. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan

____Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

__________________. Teori, Metode, dan Tekhnik Penelitian Sastra.

____Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.

Rusyana, Yus. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV.

____Diponegoro. 1984.

Page 102: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

Salam, Syamsir. Sosiologi Pembangunan: Pengantar Studi Pembangunan Lintas

____Sektoral. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009.

Sari, Novita Intan. Utang abadi perusahaan Bakrie,

____http://www.merdeka.com/uang/utang-abadi-perusahaan-bakrie.html (diakses

____pada tanggal 11 September 2013, pukul 07:35 WIB).

Sastrowardoyo, Subagio, Pengarang Modern Sebagai Manusia Perbatasan.

____Jakarta: Balai Pustaka. 1989.

Siswanto, Wahyudi, Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo. 2008.

Siswantoro, Metode Penelitian Sastra, Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta:

____Pustaka Pelajar. 2010.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi; Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

____Persada, 2005.

Soemargono, Soejono, Pengantar Filsafat. Jakarta: Penerbit Tiara Wacana

____Yogya. 2004.

Sumardjo, Jakob, Memahami Kesusastraan. Bandung: Penerbit Alumni. 1984.

Suhendra, Zulfi, Lapindo Masih ‘Gantung’ Kerugian Korban Lunpur Rp 900

____Miliar. http://m.detik.com/finance/read/2012/04/17/205902/1894818/4/

____(diakses pada tanggal 17 Maret 2012, pukul 21:05 WIB).

Susanto, Astrid S., Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta:

____Binacipta. 1997.

Susilo, Rahmad K. Dwi. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Raja Garfindo Persada.

____2008.

Teeuw, A., Sastra dan Ilmu Sastra, Jakarta: Pustaka Jaya. 1984.

Waluyo, Herman J., Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit Erlangga 1995.

Whitman, Walt, Complete Poetry and Collected Prose, New York: Literary

____Classic of The United States, Inc.. 1982.

Page 103: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

Wellek, Rene & Warren, Austin, Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

____1989.

Zaimar, Okke Kusuma Sumantri, Joko Pinurbo: Penyair Muda yang Penuh

____Potensi. Makalah disajikan dalam seminar “Gelar Sastra Dunia”, FIB-UI,

____19-20 Juli 2005.

______________. 2 Tahun Sudah Aburizal Bakrie Tak Masuk Daftar Orang Kaya

____RI. http://www.merdeka.com/uang/utang-abadi-perusahaan-bakrie.html

____(diakses pada tanggal 21 November 2013, pukul 11:59 WIB)

_____________. Jahit Mulut Pun Tak Mempan. Harian Kompas. Jakarta, 25

____Januari 2012.

_____________. Kawasan Timur Diincar. Harian Kompas. Jakarta, 11 April

____2012.

_____________. Masa Depan Masyarakat Adat Pun Terancam. Harian Kompas.

____Jakarta, 1 Maret 2012.

_____________. Pemanfaatan Kawasan Hutan Harus Memihak Rakyat . Harian

____Kompas. Jakarta, 20 Maret 2012.

_____________. Pengusaha Batu Bara Bantah Picu Banjir. Harian Kompas,

____Jakarta, 11 April 2012.

_____________. Rencana Tata Ruang Kalimantan Di Pertanyakan, Harian

____Kompas. Jakarta, 12 Maret 2012.

_____________. Selesaikan Hak Masyarakat Adat. Harian Kompas, Jakarta,

____21 Maret 2012.

_____________. Tanaman Dikorbankan. Harian Kompas. Jakarta,10 April 2012.

_____________. Tidak Seharusnya Mereka Di Jalan. Harian Kompas. Jakarta,

____10 April 2012.

Page 104: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

LAMPIRAN

Page 105: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMA Negeri 16 Palmerah

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas / Semester : X (Sepuluh) / 2 (dua)

Standar Kompetensi : 14. Menghayati puisi dan me ngungkapkan pendapat

siswa terhadap puisi yang dihayatinya melalui

diskusi

Kompetensi Dasar : 14.1 Siswa mampu memahami unsur intrinsik dan

ekstrinsik dari sebuah puisi.

14.2 Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam,

sosial budaya dan masyarakat melalui diskusi

Indikator : 1. Memahami hubungan isi puisi dengan realitas

alam, hubungan isi puisi dengan sosial budaya,

hubungan isi puisi dengan masyarakat.

2. Mengidentifikasi (hubungan isi puisi dengan

realitas alam, hubungan isi puisi dengan sosial

budaya, hubungan isi puisi dengan masyarakat).

3. Mendiskusikan dan mengungkapkan hubungan

isi puisi dengan realitas alam, hubungan isi puisi

dengan sosial budaya, hubungan isi puisi dengan

masyarakat.

Page 106: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Aspek Kognitif

Setelah kegiatan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat :

Memahami hubungan isi puisi dengan realitas alam, hubungan isi

puisi dengan sosial budaya, hubungan isi puisi dengan masyarakat

dengan jelas.

B. Aspek Afektif

Setelah kegiatan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat :

Menghargai pendapat dan hasil karya teman dengan memberikan

saran perbaikan.

C. Aspek Psikomotorik

Setelah kegiatan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat :

1. Mengidentifikasi (hubungan isi puisi dengan realitas alam,

hubungan isi puisi dengan sosial budaya, hubungan isi puisi

dengan masyarakat) secara tepat.

2. Mendiskusikan dan mengungkapkan hubungan isi puisi dengan

realitas alam, hubungan isi puisi dengan sosial budaya, hubungan

isi puisi dengan masyarakat dengan jelas.

2. MATERI PEMBELAJARAN (TERLAMPIR)

1. Puisi

2. Hubungan isi puisi dengan realitas alam

3. Hubungan isi puisi dengan sosial budaya

4. Hubungan isi puisi dengan masyarakat

3. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Pendekatan Kooperatif

Page 107: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

4. METODE PEMBELAJARAN

Tanya jawab

Diskusi

Demonstrasi

5. MODEL PEMBELAJARAN

Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu

6. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN:

Pertemuan I (1 x 45 Menit)

No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

A. Kegiatan Awal 1. Apersepsi

a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan presensi kehadiran siswa.

b. Guru mengulas kembali pelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya dengan bertanya jawab kepada siswa.

c. Menyampaikan pokok materi pelajaran yang akan dilaksanakan

2. Motivasi Guru menyampaikan kepada siswa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan memberikan penanaman sikap dan motivasi terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan.

5 Menit

5 Menit

B. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi a. Guru menggali pengetahuan siswa mengenai

materi puisi melalui berbagai sumber. b. Guru menggiring pemikiran siswa ke materi

dengan menampilkan slide puisi “Bercukur sebelum tidur” (Joko Pinurbo) dan siswa memberikan tanggapan terhadap puisi tersebut.

2. Elaborasi a. Guru membimbing dan membagi kelas menjadi 4

kelompok diskusi. Setiap kelompok menyiapkan dua anggotanya untuk menjadi “tamu” yang nantinya akan ditugaskan untuk berkunjung ke kelompok lain.

b. Guru membagikan lembar materi kepada setiap kelompok yaitu:

10 Menit

50 Menit

Page 108: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

Kelompok 1 = pengertian puisi

Kelompok 2 = hubungan isi puisi dengan realitas alam

Kelompok 3 = hubungan isi puisi dengan sosial budaya

Kelompok 4 = hubungan isi puisi dengan masyarakat.

c. Dua Siswa yang ditugasi menjadi tamu tiap kelompok, berkunjung ke kelompok lainnya dengan prosedur harus menggunakan salam dan yel-yel sebagai ciri khas kelompoknya.

d. Setelah selesai, dua tamu tersebut kembali ke kelompoknnya dan menjelaskan ke anggota lain mengenai materi yang dibahas kelompok yang telah dikunjungi tadi.

e. Setiap kelompok mewakilkan dua anggotanya untuk mengungkapkan hasil diskusinya di depan kelas, yaitu hasil diskusi materi kelompoknya dan siswa yang satunya mengenai materi dari kelompok yang dikunjungi. Presentasi diawali dengan yel-yel tiap kelompok.

f. Guru memberi kesempatan kepada kelompok yang lain untuk menanggapi penyampaian hasil diskusi tersebut.

3. Konfirmasi a. Guru memberikan tanggapan terhadap hasil

diskusi yang telah dilaksanakan oleh siswa di depan kelas.

b. Guru memberikan tambahan ulasan materi yang belum diketahui siswa.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

10 Menit

C. Penutup a. Guru merefleksi dan menanyakan kesan siswa

terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan b. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan

pembelajaran yang telah dilaksanakan. c. Guru memberikan tugas kepada siswa secara

kelompok untuk mencari puisi dari majalah atau internet kemudian mengaitkan isi puisi tersebut dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat.

10 Menit

Page 109: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

PERTEMUAN II (2 x 45 Menit)

No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

A. Kegiatan Awal

1. Apersepsi a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan

presensi kehadiran siswa. b. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa

untuk mengulas kembali pelajaran yang telah dilakukan sebelumnya.

2. Motivasi Guru menyampaikan kepada siswa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan memberikan penanaman sikap dan motivasi terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan.

5 Menit

5 Menit

B. Kegiatan Inti

1. Eksplorasi a. Guru mengelompokkan siswa seperti

kelompok pada pertemuan sebelumnya. b. Guru menginstruksikan kelompok untuk

mempresentasikan hasil temuan dari tugas pertemuan sebelumnya.

2. Elaborasi a. Guru memberi kesempatan siswa untuk

mempresentasikan tugasnya di depan kelas. Siswa yang lain memberi tanggapan.

b. Guru membagikan lembar kerja kepada siswa untuk mengidentifikasi puisi “Sepanjang Jalan Indonesia” dan dihubungkan dengan realita alam, sosial budaya, dan masyarakat.

c. Guru menunjuk perwakilan beberapa siswa untuk menyampaikan puisi hasil analisanya.

d. Siswa yang lain memberi tanggapan dan sanggahan.

3. Konfirmasi a. Guru memberi penguatan materi tambahan

kepada siswa. b. Guru memberi kesempatan siswa untuk

bertanya.

10 Menit

50 Menit

5 Menit

C. Penutup a. Guru merefleksi dan menanyakan kesan

siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan

b. Guru memberikan motivasi untuk belajar kepada siswa

10 Menit

Page 110: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

7. KARAKTER SISWA YANG DIHARAPKAN :

o Dapat dipercaya (trustworthines)

o Rasa hormat dan perhatian (respect)

o Tekun ( diligence)

o Tanggung jawab (responsibility)

8. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

Media

LCD dan laptop yang berisi :

Slide presentasi tentang materi hubungan isi puisi tersebut dengan

realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat.

Sumber Belajar

Buku ajar bahasa Indonesia SMA kelas X terbitan Erlangga

JokoPinurbo, Celana, (Magelang: Indonesia Tera, 1999)

9. PENILAIAN

1. Jenis tagihan : Tugas kelompok dan Tugas individu

2. Bentuk instrumen :

Tes tulis

Tes lisan

Observasi kinerja/ Demonstrasi

Tagihan hasil karya/ produk: tugas, proyek

Page 111: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

Instrumen :

Bercukur Sebelum Tidur

Bercukur sebelum tidur

membilang hari-hari yang hancur

membuang mimpi-mimpi yang gugur

memangkas semua yang ranggas dan uzur

semoga segala rambut segala jembut

bisa lebih rimbun dan subur.

Lalu datang musim dalam curah angin

menumpahkan air ke seluruh dataran,

ke gunung-gunung murung

dan lembah-lembah lelah di saentero badan

Jantungku meluap, penuh.

Sungai menggelontor, hujan menggerjai

di sektor-sektor irigasi agrodarahku.

Malam penuh traktor, petani mencangkul

di hektar-hektar dagingku.

Tubuhku hutan yang dikemas

menjadi kawasan megindustri

dimana segala cemas segala resah

diolah di sentra-sentra produksi.

Tubuhku ibukota kesunyian yang diburu investor

dari berbagai penjuru

Tubuhku daerah lama yang ditemukan kembali

daerah baru yang terberkati.

Lalu tubuhku bukan siap-siapa lagi

Tubuhku negeri yang belum diberi nama

Dan kuberi saja nama dengan sebuah ngilu,

saat bercukur sebelum tidur.

Page 112: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

Soal:

1. Tubuhku hutan yang dikemas

menjadi kawasan megindustri

dimana segala cemas segala resah

diolah di sentra-sentra produksi.

Pahami cuplikan puisi tersebut!

Sebutkan hubungan isi puisi dengan realitas alam !

2. Tubuhku ibukota kesunyian yang diburu investor

dari berbagai penjuru

Pahami cuplikan puisi tersebut!

Sebutkan hubungan isi puisi dengan sosial budaya !

3. Tubuhku daerah lama yang ditemukan kembali

daerah baru yang terberkati.

Lalu tubuhku bukan siap-siapa lagi

Tubuhku negeri yang belum diberi nama

Pahami cuplikan puisi tersebut!

Sebutkan hubungan isi puisi dengan masyarakat

Pedoman Penilaian :

No.

Soal Aspek yang dinilai Skor Bobot

1. A. Bahasa yang digunakan

Komunikatif

Kurang komunikatif

Tidak komunikatif

3

2 1

5

Page 113: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI

B. Isi cerita

Jawaban relevan

Jawaban kurang relevan

Jawaban tidak relevan

3

2 1

5

2. Makna puisi

Relevan

Kurang relevan

Tidak relevan

3 2

1

5

3. Jawaban

Sesuai

Kurang sesuai

Tidak sesuai

3 2

1

5

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut :

...... (100) idealskor x 0)maksimum(2Skor

skorPerolehan akhir Nilai

Page 114: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 115: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 116: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 117: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 118: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 119: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 120: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 121: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 122: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI
Page 123: FENOMENA SOSIAL DALAM PUISI PESAN UANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24714/1/Skripsi...DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN ... ABSTRACT IRSYAD ZULFAHMI