februari 2021 - bank indonesia

139
FEBRUARI 2021 Vol. 17 No. 4 TRIWULANAN Oktober Desember 2020 (Terbit Februari 2021) Triwulan IV 2020 ISSN 2656-8217

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

FEBRUARI 2021

Vol. 17 No. 4 TRIWULANAN

Oktober – Desember 2020 (Terbit Februari 2021)

Triwulan IV 2020

ISSN 2656-8217

Page 2: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

Tim Penyusun

Penanggung Jawab Budiharto Setyawan

Koordinator Penyusun Yura Adalin Djalins

Editor Meily Ika Permata

Tim Penulis

Imma Nurma Sari

Ardiansyah Eddi Putra

Annisa Fisakinah Nursetyautami

Rizky Reflizar

Rani Permata Febryana

Triani Susanti

Yossie Novelidhawaty

Mifta Dian Pratiwi

Kontributor Fungsi Perumusan KEKDA Provinsi

Tim Implementasi KEKDA Provinsi

Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Produksi dan Distribusi Fungsi Perumusan KEKDA Provinsi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan

Jl.Hasanuddin No.38

Bandar Lampung – Lampung, 35225

Tel. (0721) 486-355

Fax. (0721) 481-131

Page 3: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga penyusunan buku “Laporan Perekonomian Provinsi Lampung Periode November 2020”

akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 bahwa Bank

Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara periodik melakukan asesmen

terhadap perkembangan ekonomi di daerah, sumber-sumber tekanan inflasi, risiko dan prospeknya

serta rekomendasi kebijakan yang perlu ditempuh Pemerintah.

Seiring dengan penerapan otonomi daerah sejak 1999, asesmen ekonomi regional semakin

berperan dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga.

Perhatian terhadap perkembangan ekonomi daerah semakin kuat di era pemerintahan saat ini yang

menghendaki aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada daerah tertentu, melainkan tersebar di

berbagai daerah, sehingga disparitas ekonomi antar daerah berkurang. Terkait dengan hal tersebut,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung melakukan kajian serta memberikan asesmen

terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan regional Lampung secara menyeluruh dan

dituangkan dalam publikasi “Laporan Perekonomian Provinsi Lampung”. Analisis dalam buku ini

mencakup pertumbuhan ekonomi daerah, perkembangan inflasi, perbankan dan sistem pembayaran,

keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta prospek perekonomian ke depan.

Di tengah masih berlangsungnya pandemi COVID-19, perekonomian Lampung menunjukkan

perbaikan. Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar 2,26% (yoy)

atau lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 2,41%

(yoy). Namun demikian, realisasi pertumbuhan ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan IV 2019 sebesar 5,07% (yoy). Realisasi pertumbuhan pada triwulan IV 2020 ini

juga lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera (-2,21%; yoy) dan Nasional

(-2,19%; yoy). Realisasi tersebut secara spasial menempatkan Lampung pada peringkat ke-6 dari 10

provinsi di Sumatera pada triwulan IV 2020. Adapun secara nominal, perekonomian Lampung pada

triwulan IV 2020 berdasarkan ADHB dan ADHK (2010) masing-masing sebesar Rp84,74 triliun dan

Rp57,36 triliun.

Dengan perkembangan tersebut, maka pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tahun 2020

sebesar -1,67% (yoy). Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

Sumatera yang tercatat -1,19% (yoy), meski lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional

yakni -2,07% (yoy). Secara spasial, Lampung berada pada peringkat ke-8 provinsi untuk pertumbuhan

tertinggi tahun 2020 se-Sumatera. Secara kumulatif, kinerja pertumbuhan ekonomi Lampung pada

tahun 2020 menurun dari tahun sebelumnya akibat penurunan permintaan sebagai dampak pandemi

COVID-19. Konsumsi melemah seiring turunnya daya beli dan permintaan masyarakat. Sementara

ketidakpastian ekonomi menyurutkan niat pelaku usaha untuk berinvestasi dan bersikap wait and see.

Di sisi ekspor, pelemahan permintaan dunia memengaruhi volume perdagangan dunia yang menurun.

Meski demikian, di sisi konsumsi pemerintah, adanya stimulus fiskal yang bersumber dari bansos dan

anggaran PEN menjadi sumber penopang aktivitas ekonomi pada tahun 2020.

Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai

pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung,

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, PLN Wilayah Lampung, PDAM Way Rilau, Kanwil DJPb Provinsi

Lampung, Ladeo Provinsi Lampung, Ditjen Bea Cukai dan semua penyedia data yang tidak dapat kami

sebutkan satu per satu. Kami menyadari bahwa hasil kajian ekonomi yang disajikan dalam buku ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan

Page 4: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kami juga mengharapkan kiranya kerjasama

yang baik selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhirnya, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga

Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya kepada kita semua.

Bandar Lampung, Februari 2021

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI LAMPUNG

Budiharto Setyawan

Direktur

Page 5: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... 3

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 5

DAFTAR TABEL ......................................................................................................................................... 7

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................................................................... 8

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG................................................................................. 14

RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................................................... 17

1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ............................................................................... 24

1.1 Analisis PDRB Sisi Permintaan ................................................................................................. 26

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga ............................................................................................... 28

1.1.2. Konsumsi Pemerintah ..................................................................................................... 30

1.1.3. Investasi .......................................................................................................................... 30

1.1.4. Ekspor dan Impor ........................................................................................................... 32

1.2 Analisis PDRB Sisi Lapangan Usaha ......................................................................................... 38

1.2.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ................................................... 39

1.2.2 Lapangan Usaha Industri Pengolahan ............................................................................. 41

1.2.3 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

42

1.2.4 Lapangan Usaha Konstruksi ............................................................................................ 44

1.2.5 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian ............................................................. 45

1.2.6 Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan ............................................................. 45

1.2.7 Lapangan Usaha Lainnya ................................................................................................ 46

2. KEUANGAN DAERAH ...................................................................................................................... 51

2.1 APBD Provinsi Lampung .......................................................................................................... 52

2.1.1 Anggaran Pendapatan Provinsi Lampung ........................................................................ 53

2.1.2 Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung .......................................................................... 54

2.1.3 Anggaran Belanja Provinsi Lampung ............................................................................... 56

2.1.4 Realisasi Belanja Provinsi Lampung .................................................................................. 57

2.2 Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung................................................................ 58

2.3 Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung ............................................................. 59

2.3.1 Penerimaan .................................................................................................................... 59

2.3.2 Belanja ........................................................................................................................... 59

3. PERKEMBANGAN INFLASI ............................................................................................................... 61

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung .............................................................................................. 63

3.1.1. Inflasi Bulanan ................................................................................................................ 63

3.1.2. Inflasi Tahunan ............................................................................................................... 66

3.1.3 Ekspektasi Inflasi ............................................................................................................. 71

3.1.4 Pengendalian Inflasi ........................................................................................................ 72

Page 6: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

3.2. Inflasi Kota-Kota di Provinsi Lampung ..................................................................................... 73

3.2.1. Inflasi Kota Bandar Lampung .......................................................................................... 73

3.2.2. Inflasi Kota Metro ........................................................................................................... 74

3.3. Inflasi Kota-Kota di Sumatera ................................................................................................. 75

3.4. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan III 2020 .......................................................................... 76

4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN UMKM .................................................. 79

4.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga ............................................................................................. 80

4.1.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga ................................................. 80

4.1.2 Kinerja Keuangan Rumah Tangga ................................................................................... 82

4.1.3 Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan ............................................................... 82

4.1.4 Eksposur Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga ............................................................ 83

4.2 Asesmen Sektor Korporasi ...................................................................................................... 84

4.2.1 Kinerja Korporasi ............................................................................................................ 84

4.2.2 Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi .................................................................... 85

4.3 Asesmen Institusi Keuangan ................................................................................................... 87

4.3.1 Bank Umum ................................................................................................................... 87

4.3.3 Bank Syariah ................................................................................................................... 89

4.4 Perkembangan Kredit UMKM ................................................................................................. 90

5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ......................... 97

5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Tunai ................................................................ 98

5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal .................................................................................. 98

5.1.2. Penyediaan Uang Layak Edar .......................................................................................... 99

5.1.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu .............................................................................. 100

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Bank Indonesia .............................................................. 101

5.3. Perkembangan Transaksi APMK dan Uang Elektronik ........................................................... 102

6. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN ...................................................................................... 113

6.1 Ketenagakerjaan................................................................................................................... 114

6.2 Nilai Tukar Petani .................................................................................................................. 118

6.3 Kemiskinan ........................................................................................................................... 119

7. PROSPEK PEREKONOMIAN ............................................................................................................ 128

7.1 Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................................................... 129

7.2 Inflasi .................................................................................................................................... 133

7.3 Rekomendasi ........................................................................................................................ 134

LAMPIRAN ............................................................................................................................................ 136

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................................... 136

Page 7: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

7

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung - Sisi Permintaan ..................................................................... 26 Tabel 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung - Sisi Lapangan Usaha (% yoy) ................................................ 38

Tabel 2. 1 Struktur APBD Provinsi Lampung ............................................................................................................ 52

Tabel 2. 2 Struktur Pendapatan APBD Provinsi Lampung ......................................................................................... 54

Tabel 2. 3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung ......................................................................................... 55

Tabel 2. 4 Struktur Belanja APBD Provinsi Lampung ................................................................................................ 56

Tabel 2. 5 Struktur Belanja APBD Provinsi Lampung Tahun 2020 ............................................................................. 57

Tabel 2. 6 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Hibah Negara .................................................................... 59

Tabel 2. 7 Laporan Arus Kas Keluar di Provinsi Lampung ......................................................................................... 60

Tabel 3. 1 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Jul-20 ........................................................................................................ 64

Tabel 3. 2 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Ags-20....................................................................................................... 64

Tabel 3. 3 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Sep-2020 ................................................................................................... 65

Tabel 3. 4 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok (% mtm) .......................................................................................... 65

Tabel 3. 5 Andil Inflasi Tahunan Menurut Kelompok (% yoy) .................................................................................. 66

Tabel 3. 6 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Makanan, Minuman Non Alkohol & Tembakau (% yoy) ........... 67

Tabel 3. 7 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perumahan, Air , Listrik dan Bahan Bakar (% yoy) .................... 68

Tabel 3. 8 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Pendidikan (% yoy) ................................................................. 69

Tabel 3. 9 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran (% yoy) ................ 69

Tabel 3. 10 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (% yoy) .......................... 70

Tabel 3. 11 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Transportasi (% yoy) ............................................................. 70

Tabel 3. 12 Sumbangan Inflasi & Deflasi Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Komunikasi .............................. 71

Tabel 4. 1 Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Lampung .................................................................................... 87

Tabel 4. 2 Indikator Kinerja Bank Syariah Provinsi Lampung ..................................................................................... 89

Tabel 5. 1 Aliran Uang Spasial ................................................................................................................................ 99

Tabel 6. 1 Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung ............................. 114

Tabel 6. 2 Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung ................................ 117

Tabel 6. 3 Penduduk yang terdampak Covid-19 di Provinsi Lampung Agustus 2020 .............................................. 117

Tabel 6. 4 Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh pada GK Maret 2020 ............................................................ 120

Tabel 6. 5 Penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) Posisi September 2020 .................................................... 122

Tabel 6. 6 Penyaluran Program Sembako Posisi Oktober 2020 ............................................................................... 123

Tabel 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Volume Perdagangan Dunia ......................................................... 131 Tabel 7. 2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor ........................................................................................................... 134

Page 8: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

8

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. 1 Mobilitas Masyarakat Lampung ............................................................................................................. 26

Grafik 1. 2 Indeks Penghasilan ................................................................................................................................ 26

Grafik 1. 3 Kontribusi PDRB Pengeluaran Provinsi Lampung .................................................................................... 27

Grafik 1. 5 Mobilisasi Masyarakat Lampung ............................................................................................................ 28

Grafik 1. 4 Indeks Keyakinan Konsumen ................................................................................................................. 28

Grafik 1. 6 Nilai Tukar Petani .................................................................................................................................. 28

Grafik 1. 7 Kredit Konsumsi .................................................................................................................................... 28

Grafik 1. 9 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ............................................................................................................ 30

Grafik 1. 8 Mobilisasi Masyarakat Lampung dan Indeks Penghasilan....................................................................... 30

Grafik 1. 10 Giro Pemerintah di Bank Umum .......................................................................................................... 30

Grafik 1. 11 Realisasi Belanja Operasi ...................................................................................................................... 30

Grafik 1. 12 Realisasi Belanja Modal ........................................................................................................................ 30

Grafik 1. 13 Realisasi Belanja Kabupaten/Kota ........................................................................................................ 30

Grafik 1. 14 Pangsa PMDN Triwulan III 2020 ........................................................................................................... 30

Grafik 1. 15 Pangsa PMA Triwulan III 2020 ............................................................................................................. 30

Grafik 1. 16 Perkiraan Investasi ............................................................................................................................... 31

Grafik 1. 17 Perkembangan Ekspor Lemak dan Minyak Hewan/Nabati .................................................................... 32

Grafik 1. 18 Perkembangan Ekspor Luar Negeri ...................................................................................................... 32

Grafik 1. 19 Perkembangan Ekspor Olahan Buah-Buahan/Sayuran .......................................................................... 32

Grafik 1. 20 Perkembangan Ekspor Batubara .......................................................................................................... 32

Grafik 1. 21 Pangsa Kelompok Ekspor Non Migas ................................................................................................... 33

Grafik 1. 22 Negara Tujuan Ekspor ......................................................................................................................... 33

Grafik 1. 24 Perkembangan Impor Barang Baku ...................................................................................................... 34

Grafik 1. 23 Perkembangan Impor Barang Konsumsi............................................................................................... 34

Grafik 1. 25 Perkembangan Impor Barang Modal.................................................................................................... 34

Grafik 1. 26 Pangsa Impor Provinsi Lampung .......................................................................................................... 34

Grafik 1. 27 Negara Asal Impor............................................................................................................................... 34

Grafik 1. 29 Tracking Perkembangan Impor Luar Negeri .......................................................................................... 37

Grafik 1. 28 Perkembangan Harga CPO Internasional .............................................................................................. 37

Grafik 1. 31 Perkembangan Harga Lada Hitam Internasional ................................................................................... 37

Grafik 1. 30 Perkembangan Harga Batubara Internasional ....................................................................................... 37

Grafik 1. 32 Perkembangan Harga Kopi Robusta Internasional ................................................................................ 38

Grafik 1. 33 Pangsa PDRB Lap. Usaha ..................................................................................................................... 39

Grafik 1. 35 Nilai Tukar Petani ................................................................................................................................ 40

Grafik 1. 34 Kredit Pertanian .................................................................................................................................. 40

Grafik 1. 37 Volume Impor Pupuk ........................................................................................................................... 40

Grafik 1. 36 Kredit LU Pertanian ............................................................................................................................. 40

Grafik 1. 39 SBT Realisasi Tenaga Kerja LU Industri Pengolahan ............................................................................... 41

Grafik 1. 38 Prompt Manufacturing Index ............................................................................................................... 41

Grafik 1. 40 Penjualan Listrik Industri ...................................................................................................................... 41

Grafik 1. 41 Impor Bahan Baku Makanan ............................................................................................................... 41

Grafik 1. 43 Pertumbuhan Kredit LU Industri Pengolahan ........................................................................................ 42

Grafik 1. 42 Perkiraan Prompt Manufacturing Index Lampung ................................................................................ 42

Grafik 1. 43 Pertumbuhan Kredit LU Industri Pengolahan ........................................................................................ 42

Grafik 1. 45 Pertumbuhan Penjualan Kendaraan ..................................................................................................... 43

Grafik 1. 44 Kredit LU Perdagangan ........................................................................................................................ 43

Grafik 1. 46 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini .......................................................................................................... 43

Grafik 1. 48 Kredit LU Konstruksi ............................................................................................................................ 44

Grafik 1. 47 Penjualan Semen ................................................................................................................................. 44

Grafik 1. 49 Kredit LU Pertambangan dan Penggalian ............................................................................................. 45

Grafik 1. 50 Indeks Kegiatan Dunia Usaha LU Pengangkutan dan Komunikasi ......................................................... 46

Grafik 1. 51 Perkembangan Arus Barang Menggunakan Kereta Api ........................................................................ 46

Grafik 1. 52 Perkembangan Arus Penumpang Provinsi Lampung ............................................................................. 46

Grafik 1. 54 Realisasi Kegiatan Usaha LU Listrik, Gas, dan Air .................................................................................. 47

Grafik 1. 53 Total Penjualan Listrik .......................................................................................................................... 47

Grafik 2. 1 Perkembangan APBD Provinsi Lampung ................................................................................................. 52

Page 9: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

9

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Grafik 2. 2 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung ............................................................. 54 Grafik 2. 3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung ........................................................................................ 55 Grafik 2. 4 Realisasi Penerimaan Pajak di Provinsi Lampung ..................................................................................... 56 Grafik 2. 5 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi Lampung ............................................................................... 57 Grafik 2. 6 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Lampung ......................................................................................... 57 Grafik 2. 7 Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2020 .............................................................................................. 58 Grafik 2. 8 Realisasi Belanja per Kab/Kota Triwulan III 2020 ..................................................................................... 58 Grafik 2. 9 Struktur Belanja APBD Kab/Kota ............................................................................................................ 58

Grafik 3. 1 Inflasi Lampung dan Nasional ................................................................................................................ 63

Grafik 3. 2 Sumbangan Inflasi Bulanan Juli, Agustus, September 2020 .................................................................... 63

Grafik 3. 3 Sumbangan Inflasi Bulanan Jul 20 ......................................................................................................... 64

Grafik 3. 4 Sumbangan Inflasi Bulanan Ags 2020 .................................................................................................... 64

Grafik 3. 5 Sumbangan Inflasi Bulanan Sep 2020 .................................................................................................... 65

Grafik 3. 6 Inflasi Tahunan Lampung dan Nasional .................................................................................................. 66

Grafik 3. 7 Perkembangan Harga Beras ................................................................................................................... 67

Grafik 3. 8 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan ................................................................................................ 67

Grafik 3. 9 Perkembangan Harga Daging dan Telur................................................................................................. 68

Grafik 3. 10 Perkembangan Harga Sayur Sayuran ................................................................................................... 68

Grafik 3. 11 Perkembangan Harga Rokok ............................................................................................................... 68

Grafik 3. 12 Perkembangan Harga Bensin ............................................................................................................... 70

Grafik 3. 13 Ekspektasi Perubahan Harga 3 & 6 Bulan ke Depan ............................................................................. 71

Grafik 3. 14 Inflasi Bulanan Kota Bandar Lampung .................................................................................................. 74

Grafik 3. 15 Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung ................................................................................................. 74

Grafik 3. 16 Inflasi Bulanan Kota Metro .................................................................................................................. 75

Grafik 3. 17 Inflasi Tahunan Kota Metro ................................................................................................................. 75

Grafik 3. 18 Inflasi tahunan Kota-Kota Sumatera .................................................................................................... 75

Grafik 3. 20 Realisasi Inflasi vs Nilai Historis Inflasi 5 Tahun Terakhir ........................................................................ 77

Grafik 3. 19 Realisasi Inflasi April 2020 Provinsi ....................................................................................................... 77

Grafik 4. 1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga...................................................................................................... 80

Grafik 4. 2 Indeks Keyakinan Konsumen ................................................................................................................. 80

Grafik 4. 3 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ............................................................................................................ 80

Grafik 4. 4 Kredit Perseorangan Lampung ............................................................................................................... 80

Grafik 4. 5 Indeks Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Mendatang .................................................................................. 81

Grafik 4. 6 Pertumbuhan DPK Perbankan ............................................................................................................... 82

Grafik 4. 7 Komposisi DPK Perbankan .................................................................................................................... 82

Grafik 4. 8 Pertumbuhan DPK Perseorangan ........................................................................................................... 83

Grafik 4. 9 Pertumbuhan Kredit Perseorangan ........................................................................................................ 84

Grafik 4. 10 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perseorangan ....................................................................................... 84

Grafik 4. 11 Komposisi Kredit Konsumsi Perseorangan ............................................................................................ 84

Grafik 4. 12 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial ................................................................................. 84

Grafik 4. 13 Survey Kegiatan Dunia Usaha .............................................................................................................. 85

Grafik 4. 14 Likert Scale Penjualan Domestik ........................................................................................................... 85

Grafik 4. 15 Perkembangan Ekspor ......................................................................................................................... 85

Grafik 4. 16 Perkembangan Investasi ...................................................................................................................... 85

Grafik 4. 17 Pertumbuhan Kredit Korporasi ............................................................................................................ 86

Grafik 4. 18 Komposisi Penyaluran Kredit Korporasi ................................................................................................ 86

Grafik 4. 19 Rata-Rata Suku Bunga Kredit Bank Umum ........................................................................................... 86

Grafik 4. 20 Perkembangan NPL Kredit Korporasi.................................................................................................... 86

Grafik 4. 21 Pertumbuhan Kredit Bank Umum ........................................................................................................ 87

Grafik 4. 22 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan ........................................................ 87

Grafik 4. 23 Loan to Deposit Ratio (LDR) ................................................................................................................. 88

Grafik 4. 24 Pertumbuhan Aset Bank Umum di Provinsi Lampung ........................................................................... 88

Grafik 4. 25 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum ............................................................................ 88

Grafik 4. 26 Pertumbuhan Aset, DPK & Pembiayaan Bank Syariah ........................................................................... 89

Grafik 4. 27 Pertumbuhan DPK Bank Syariah .......................................................................................................... 89

Grafik 4. 28 Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Sektoral ................................................................... 90

Grafik 4. 29 Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Penggunaan ............................................................ 90

Grafik 4. 30 Perkembangan Kredit UMKM .............................................................................................................. 90

Page 10: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

10

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Grafik 4. 31 NPL Kredit UMKM ............................................................................................................................... 90

Grafik 5. 1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Triwulanan ....................................................................................... 98

Grafik 5. 2 Aliran Uang Kartal Inflow ...................................................................................................................... 98

Grafik 5. 3 Aliran Uang Kartal Outflow ................................................................................................................... 98

Grafik 5. 4 Pertumbuhan Ekonomi & Konsumsi RT Provinsi Lampung ...................................................................... 99

Grafik 5. 5 Penukaran Uang Melalui BI .................................................................................................................. 100

Grafik 5. 6 Kas Keliling ......................................................................................................................................... 100

Grafik 5. 7 Perkembangan Pemusnahan UTLE ....................................................................................................... 100

Grafik 5. 8 Kas Titipan .......................................................................................................................................... 100

Grafik 5. 9 Pecahan Uang Palsu ............................................................................................................................ 101

Grafik 5. 10 Temuan Uang Palsu........................................................................................................................... 101

Grafik 5. 11 Perkembangan Transaksi Kliring ........................................................................................................ 101

Grafik 5. 12 Nilai Transaksi RTG ............................................................................................................................ 101

Grafik 5. 13 Volume Transaksi RTG ....................................................................................................................... 100

Grafik 5. 14 Perkembangan Nominal Transaksi Kartu ATM/Debit .......................................................................... 102

Grafik 5. 15 Pangsa Jenis Transaksi Kartu ATM/Debit ............................................................................................ 102

Grafik 5. 16 Pangsa Transaksi Penarikan Tunai vs Pangsa Lokasi ATM .................................................................... 101

Grafik 5. 17 Perkembangan Nominal Transaksi Kartu Kredit .................................................................................. 103

Grafik 5. 18 Pangsa Jenis Transaksi Kartu Kredit.................................................................................................... 103

Grafik 5. 19 Perkembangan Nominal Transaksi Uang Elektronik ............................................................................ 103

Grafik 5. 20 Transaksi KUPVA di Provinsi Lampung ............................................................................................... 105

Grafik 5. 21 Pangsa Transaksi KUPVA Per Mata Uang di Provinsi Lampung ............................................................ 105

Grafik 5. 22 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ..................................................................................................... 105

Grafik 5. 23 Sebaran KUPVA BB di Provinsi Lampung ............................................................................................ 105

Grafik 6. 1 Perkembangan Upah Minimum Lampung ............................................................................................ 115

Grafik 6. 2 TPAK Menurut Tingkat Pendidikan ...................................................................................................... 115

Grafik 6. 3 Porsi Penduduk Bekerja ....................................................................................................................... 115

Grafik 6. 4 Share Tenaga Kerja ............................................................................................................................. 116

Grafik 6. 5 Hasil SKDU Realisasi Kegiatan Usaha Berdasarkan Sektor ..................................................................... 116

Grafik 6. 6 NTP Per Sub Sektor.............................................................................................................................. 118

Grafik 6. 7 Indeks yang Dibayar per Sub Sektor ..................................................................................................... 118

Grafik 6. 8 NTP Provinsi Lampung dan Komponen Penyusunnya ........................................................................... 118

Grafik 6. 9 Indeks yang Diterima per Sub Sektor ................................................................................................... 118

Grafik 6. 10 Pertumbuhan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) per Subsektor ............................................................. 119

Grafik 6. 11 NTP Kota-Kota di Sumatera ............................................................................................................... 119

Grafik 6. 12 Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dibandingkan Nasional ...................................................... 119

Grafik 6. 13 Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan dan Pedesaan di Lampung ......................................................... 119

Grafik 6. 14 Indeks Kedalaman Kemiskinan .......................................................................................................... 121

Grafik 6. 15 Indeks Keparahan Kemiskinan ........................................................................................................... 121

Grafik 6. 16 Koefisien Gini Lampung dan Nasional ................................................................................................ 121

Grafik 7. 1 Drewry World Container Index ............................................................................................................ 131 Grafik 7. 2 Perkembangan Ekspektasi Konsumen .................................................................................................. 132

Page 12: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

12

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

INFOGRAFIS LAPORAN PEREKONOMIAN DAERAH

PROVINSI LAMPUNG TW IV 2020

KEUANGAN PEMERINTAH

APBD Provinsi Lampung

98,59% 96,92%

% REALISASI PENDAPATAN

TW IV 2019 TW IV 2020

APBD Provinsi Lampung

94,77% 94,12%

% REALISASI BELANJA

TW IV 2019 TW IV 2020

Tw IV 2020

-2,26 %(yoy)

Tw III 2020

1,35 %(yoy)

Tw IV 2020

2,00 %(yoy)

Tw III 2020

-2,41 %(yoy)

Tw III 2020 -1,41

%(yoy)

Tw IV 2020 -3,97

%(yoy)

Tw III 2020 0,84

%(yoy)

Tw IV 2020 4,08

%(yoy)

PERTUMBUHAN EKONOMI

PERKEMBANGAN INFLASI

KONSUMSI RUMAH TANGGA KONSUMSI

RUMAH TANGGA

INFLASI TAHUNAN KELOMPOK BAHAN

MAKANAN

INFLASI TAHUNAN KELOMPOK BAHAN

MAKANAN

Perekonomian Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 mengalami perbaikan meski masih terkontraksi sebesar -2,26% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami

kontraksi sebesar -2,41% (yoy). Pencapaian tersebut secara spasial menempatkan Lampung pada peringkat ke-enam dari

sepuluh Provinsi di Sumatera.

Adapun inflasi Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 tercatat pada level yang lebih tinggi

sebesar 2,00% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 1,35% (yoy).

Page 13: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

13

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

INFOGRAFIS LAPORAN PEREKONOMIAN DAERAH

PROVINSI LAMPUNG TW IV 2020

STABILITAS KEUANGAN DAERAH

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Berdasarkan Lokasi Bank

Berdasarkan Lokasi Proyek

%(yoy) 14,40 6,16

PERTUMBUHAN KREDIT PERSEORANGAN

%(yoy)

TW III ‘20 TW IV ‘20

%(yoy) 2,80 2,90

PERTUMBUHAN KREDIT UMKM

%(yoy)

TW III‘20 TW IV ‘20

TUNAI

Inflow

Outflow

Inflow

Outflow

Net Flow Net Flow

(Rp Triliun)

(Rp Triliun)

(Rp Triliun)

3,53 3,64

3,36 2,74

-0,28 -0,79

TW II 2020 TW III 2020

PERTUMBUHAN KREDIT

-0,24(%,yoy) 3,00 (%,yoy)

PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA

0,63 (%,yoy) 6,02 (%,yoy)

PERTUMBUHAN DPK

5,83 (%,yoy) 6,48 (%,yoy)

PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI

3,29 (%,yoy) 3,30 (%,yoy)

PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI

-7,23 (%,yoy) -4,54 (%,yoy)

PERTUMBUHAN ASET (Aset Bersih)

-2,25 (%,yoy) -0,26 (%,yoy)

NPL (gross) 2,75 (%) 2,49 (%)

LDR 122,38 (%) 124,12 (%)

PERTUMBUHAN KREDIT

4,18 (%,yoy) 0,75 (%,yoy)

PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA

3,50 (%,yoy) 7,32 (%,yoy)

PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI

1,84 (%,yoy) -0,45 (%,yoy)

PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI

7,82 (%,yoy) -8,42 (%,yoy)

NPL 2,75 (%) 2,49 (%)

ANGKATAN KERJA (Juta Orang)

Februari 2020

Agustus 2019

Agustus 2020

4,36 4,43 4,49

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA

Februari 2020

Agustus 2019

Agustus 2020 4,03 4,03 4,67

(Persen) KEMISKINAN

Maret 2020 September 2019 12,30 12,34 12,76

(Persen)

September 2020

%(yoy) 7,80 3,36

PERTUMBUHAN KREDIT KORPORASI

%(yoy)

TW III ‘20 TW IV ‘20

*) Lokasi Bank

NON-TUNAI

Nominal Kliring (Debet+Kredit)

(Rp Triliun)

(Ribu Lembar)

(Rp Triliun)

157,6 156,5

7,36 7,74

TW III 2020 TW IV 2020

Volume Kliring (Debet+Kredit)

Nominal RTGS

23,11 29,46

Volume RTGS

20,3 22,5 (Ribu Lembar)

TW IV ‘20 TW III ‘20

*) Lokasi Bank *) Lokasi Bank

TW IV ‘20 TW III ‘20

TW IV ‘20 TW III ‘20

TW IV ‘20 TW III ‘20

Page 14: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

14

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG

Inflasi dan PDRB

I II III IV I II III IV I II III IVIndeks Harga Konsumen

(IHK)

Bandar Lampung 133,40 134,62 134,36 135,15 135,49 138,40 139,30 139,92 105,25 104,81 105,32 106,36

Metro 138,34 138,44 138,39 139,44 139,80 141,89 142,64 143,58 105,36 105,02 105,30 106,31

Gabungan 134,13 135,18 134,95 135,78 136,12 138,91 139,79 140,46 105,26 104,83 105,32 106,36

Laju Inflasi (yoy)

Bandar Lampung 3,37 3,06 3,13 2,92 1,57 2,81 3,68 3,53 3,13 1,29 1,24 1,93

Metro 2,47 1,35 1,42 1,64 1,06 2,49 3,07 2,97 3,96 2,51 2,25 2,53

Gabungan 3,23 2,80 2,87 2,72 1,48 2,76 3,59 3,45 3,22 1,42 1,35 2,00

Pertumbuhan PDRB (yoy) 5,16 5,35 5,19 5,38 5,25 5,21 5,61 5,16 5,07 5,26 1,74 (3,57) (2,41) (2,26) (1,67) PDRB - Harga Konstan

(Miliar Rp) 56.420,61 58.969,65 60.953,96 55.870,06 232.214,28 59.361,64 62.279,81 64.097,24 58.701,20 244.436,79 60.394,58 60.056,21 62.550,80 60.024,95 240.306,86 Pertanian, Kehutanan, &

Perikanan 17.186,97 18.070,58 18.243,59 13.465,01 66.966,16 17.395,71 18.195,08 18.258,36 14.012,58 67.860,65 16.909,86 18.495,96 18.836,39 14.482,09 68.285,20

Pertambangan & Penggalian 3.432,00 3.350,55 3.503,21 3.399,92 13.685,69 3.528,38 3.499,92 3.510,53 3.514,89 14.053,72 3.475,42 3.422,49 3.468,26 3.232,22 13.561,77

Industri Pengolahan 9.992,84 10.533,06 11.462,26 11.245,69 43.233,85 10.739,01 11.770,39 12.624,67 11.669,56 46.803,31 10.890,62 10.295,86 11.352,44 12.613,71 44.324,68

Pengadaan Listrik, Gas 100,05 92,78 103,64 100,99 397,45 106,90 107,86 110,09 110,64 435,49 110,59 105,74 111,41 113,35 432,00

Pengadaan Air 56,88 57,49 57,99 58,33 230,69 59,25 60,49 61.427,17 61.713,11 242,88 62,10 62,98 65,19 69,07 255,16

Konstruksi 5.279,78 5.437,60 5.962,01 6.118,87 22.798,26 5.665,18 5.819,08 6.269,08 6.415,78 24.169,12 5.900,25 5.688,38 5.894,00 6.357,30 23.673,61 Perdagangan Besar &

Eceran dan Reparasi Mobil 6.819,46 7.205,63 7.166,72 7.059,23 28.251,04 7.372,76 7.659,37 7.809,89 7.452,22 30.294,24 7.570,33 6.868,78 7.122,36 7.238,87 28.273,12 Transportasi &

Pergudangan 2.859,76 3.079,53 2.946,03 3.049,39 11.934,70 3.068,05 3.329,57 3.201,56 3.299,36 12.898,54 3.292,32 2.889,32 3.119,02 3.000,00 12.174,48 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 774,43 856,98 863,09 863,29 3.357,79 856,12 907,70 949,22 950,36 3.663,40 940,63 842,89 870,50 835,75 3.479,86

Informasi & Komunikasi 2.627,99 2.762,95 2.941,23 2.805,26 1.113.743,00 2.855,75 2.991,19 3.137,72 3.039,55 12.024,21 3.045,53 3.321,19 3.324,64 3.511,00 12.988,46

Jasa Keuangan 1.201,77 1.218,71 1.192,66 1.170,94 4.784,08 1.184,31 1.190,99 1.271,27 1.274,23 4.920,80 1.263,76 1.216,11 1.293,49 1.383,92 5.105,27

Real Estate 1.727,81 1.729,85 1.789,80 1.797,96 7.045,41 1.815,27 1.837,08 1.905,53 1.901,73 7.459,61 1.919,97 1.805,38 1.804,59 1.844,36 7.330,19

Jasa Perusahaan 78,57 80,91 81,08 81,24 321,80 82,51 83,84 84.024,77 84.198,35 334,57 85,47 80,21 83,10 83,07 329,78 Administrasi

Pemerintahan,Pertahanan, 1.692,59 1.757,48 1.835,50 1.842,82 7.128,38 1.805,00 1.881,15 1.885,95 1.892,34 7.462,75 1.874,41 1.982,39 2.014,19 2.038,90 7.829,86

Jasa Pendidikan 1.540,38 1.637,77 1.692,37 1.687,09 6.557,62 1.694,12 1.784,27 1.814,97 1.810,58 7.103,94 1.815,69 1.863,66 1.929,73 1.909,11 7.396,83 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 545,39 558,05 567,16 578,07 2.248,67 583,26 589,66 611,21 617,65 2.401,79 628,27 608,17 722,36 752,44 2.664,65

Jasa Lainnya 503,95 545,62 545,94 2.135,26 550,04 572,17 591,72 593,83 2.307,76 609,33 506,70 539,13 559,79 2.201,94 Nilai Ekspor Non Migas

(Juta USD) 894,73 754,61 979,83 810,88 3.440,05 730,35 654,07 743,30 799,00 2.926,72 683,69 641,92 767,99 1.055,36 3.148,95

Volume Ekspor (Ribu Ton) 3.575,86 2.685,56 3.651,14 2.601,37 12.513,93 3.591,41 2.913,58 2.821,55 2.976,73 12.303,27 2.271,06 246,26 246,50 396,06 11.159

Nilai Impor (Juta USD) 230,81 311,97 334,82 278,85 1.156,47 223,72 239,40 285,01 279,14 1.027,26 224,08 262,82 238,98 173,99 899,87

Volume Impor (Ribu Ton) 413,82 673,18 696,17 505,53 2.288,71 416,80 451,45 468,72 464,95 1.801,92 414,39 609,62 438,27 303,37 1.765,65

20182020

202020192019

Indikator2018

Page 15: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

15

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Sistem Pembayaran

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Inflow (Triliun Rp) 2,59 1,95 4,82 2,77 3,57 3,55 3,81 2,49 3,97 5,31 4,22 3,55 4,94 4,12 3,36 2,74

Outflow (Triliun Rp) 1,74 5,87 2,00 3,83 2,38 6,40 2,06 2,88 2,48 6,45 3,11 3,73 3,12 3,59 3,64 3,53

Pemusnahan Uang (Triliun Rp) 0,90 0,46 1,56 0,94 1,28 0,15 1,56 1,06 1,35 1,14 1,92 1,59 1,50 1,11 1,52 0,90

Nominal Transaksi RTGS (Triliun Rp) 6,16 8,22 6,76 7,25 3,90 5,74 5,94 5,32 58,14 57,59 47,43 29,09 21,14 33,77 29,46 23,11

Volume Transaksi RTGS (Lembar) 5.143 5.674 6.022 5.414 4.752 5.090 5.642 5.062 12.166 10.212 13.072 13.360 11.166 14.507 22.485 20.291

Rata-Rata Harian Nominal Transaksi RTGS

(Triliun Rp) 100,356 143,434 115,835 118,314 63,880 106,152 96,479 84,466 953,112 928,924 718,615 440,705 346,632 553,641 482,981 378,787

Rata-Rata Harian Volume Transaksi RTGS

(Lembar) 83 98 102 87 77 93 91 80 199 165 198 202 183 238 369 338

Volume Kliring Kredit (Lembar) 87.669 92.509 102.248 97.573 92.838 90.732 100.766 89.924 75.536 77.239 86.063 87.628 74.441 69.549 84.391 86.255

Nominal Kliring Kredit (Triliun Rp) 4,21 4,15 4,42 4,49 4,15 4,21 4,74 4,42 3,75 3,93 4,70 5,16 4,13 3,64 4,23 4,72

Rata-Rata Harian Volume Kliring Kredit

(Lembar) 1.584 1.595 1.633 1.574 1.505 1.650 1.625 1.427 1.238 1.246 1.304 1.328 1.220 1.140 1.383 1.438

Rata-Rata Harian Nominal Kliring Kredit

(Miliar Rp) 67,89 71,56 74,94 72,47 66,96 76,46 76,45 70,12 61,40 63,39 71,21 78,18 67,64 59,66 69,35 78,71

Volume Kliring Debet (Lembar) 146.225 113.157 111.919 114.273 102.687 93.244 97.886 98.454 88.668 83.640 91.062 85.788 78.118 66.936 72.085 71.358

Nominal Kliring Debet (Triliun Rp) 6,10 4,55 5,03 4,63 4,25 4,06 4,46 4,32 3,89 3,91 4,12 3,64 3,31 3,14 3,13 3,02

Rata-Rata Harian Volume Kliring Debet

(Lembar) 2.429 1.951 1.997 1.843 1.656 1.695 1.579 1.563 1.454 1.349 1.380 1.300 1.281 1.097 1.182 1.189

Rata-Rata Harian Nominal Kliring Debet

(Miliar Rp) 98,34 78,51 85,17 74,62 68,60 73,88 71,98 68,60 63,70 63,06 62,42 55,15 54,26 51,54 51,35 50,36

2017Indikator Makro

2018 2019 2020

Page 16: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

16

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Perbankan

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Bank Umum

Total Aset (Triliun Rp) 56,23 60,85 61,42 60,21 61,88 64,40 64,44 63,86 64,79 69,03 69,23 65,72 63,61 65,11 67,67 65,55

Pertumbuhan Total Aset

(%yoy) 8,43 13,78 14,55 11,00 10,06 5,83 4,92 6,06 4,70 7,18 7,43 2,91 -1,82 -5,67 -2,25 -0,26

Pertumbuhan DPK (%yoy) 11,28 13,79 12,16 9,04 6,42 6,85 8,07 7,75 8,93 8,77 7,22 4,83 1,25 1,32 4,58 7,61

DPK (Triliun Rp) 36,2 38,26 38,18 38,04 38,52 40,88 41,26 40,99 41,96 44,47 44,24 42,97 42,49 45,06 46,27 46,24

Giro 7,49 8,04 7,6 5,61 7,73 8,49 7,99 5,97 7,89 8,72 8,45 6,51 7,80 8,94 8,56 6,60

Tabungan 19,47 20,78 21,08 23,02 21,05 22,47 22,97 24,44 22,78 24,27 24,32 25,56 23,81 25,28 26,89 28,72

Deposito 9,24 9,56 9,64 9,39 9,73 9,93 10,30 10,59 11,28 11,47 11,47 10,89 10,88 10,84 10,82 10,92

Pertumbuhan Kredit (%yoy) 9,47 11,03 9,39 9,22 9,17 5,24 6,13 4,60 4,74 5,00 5,72 1,70 2,14 -1,41 -0,24 3,01

Kredit (Triliun Rp) -

Berdasarkan Jenis

Penggunaan 47,76 50,75 50,59 52,38 52,14 53,41 53,69 54,79 54,61 56,08 56,76 55,72 55,78 55,29 56,62 57,40

Modal Kerja (Triliun Rp) 24,26 25,22 24,77 25,70 25,07 26,24 26,19 26,82 26,35 27,25 27,82 27,02 26,98 26,74 27,99 28,65

Investasi (Triliun Rp) 10,49 11,84 12,12 12,13 12,06 12,21 12,22 12,13 12,17 12,39 12,02 11,51 11,38 11,24 11,15 10,99

Konsumsi (Triliun Rp) 13,01 13,70 13,68 14,54 15,00 14,97 15,28 15,84 16,08 16,44 16,92 17,19 17,42 17,31 17,48 17,76

LDR 131,95 132,64 132,48 137,71 135,35 130,65 130,11 133,66 130,14 126,12 128,29 129,69 131,28 122,72 122,38 124,12

Kredit UMKM (Triliun Rp) 17,04 15,80 15,77 16,45 16,37 16,85 17,27 17,49 17,78 18,53 18,93 19,06 19,47 19,25 19,46 19,60

Pertumbuhan Kredit UMKM

(%yoy) 16,4 1,83 3,86 5,31 -3,86 6,65 9,51 6,32 8,61 9,97 9,61 8,98 9,52 3,90 2,80 2,86

Total Kredit MKM (Triliun Rp) 28,68 29,23 29,35 30,29 30,64 30,98 31,61 32,37 32,89 33,58 34,53 34,99 35,46 35,00 35,88 36,91

Pertumbuhan Kredit MKM

(%yoy) 5,61 4,03 4,88 6,45 6,85 5,99 7,70 6,87 7,34 8,39 9,24 8,09 7,81 4,22 3,92 5,49

NPL (%) gross 2,74 2,69 2,43 1,96 2,33 2,36 2,44 2,32 2,67 2,69 2,25 2,82 2,94 2,79 2,75 2,49

BPR

Total Aset (Triliun Rp) 10,51 10,93 11,33 11,61 11,79 12,03 12,39 12,53 12,5 12,8 12,9 12,3

Pertumbuhan Aset BPR

(%yoy) 15,45 15,14 15,15 10,24 12,18 10,06 9,36 7,92 6,02 6,40 4,12 -1,84

Pertumbuhan DPK BPR (%yoy) 13,53 15,69 14,35 10,98 9,36 8,69 8,99 8,08 7,98 10,88 7,92 0,33

Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) 5,38 5,41 5,56 5,69 5,89 5,88 6,06 6,15 6,36 6,52 6,54 6,17

Tabungan 0,97 0,88 0,88 0,93 0,95 0,98 1,01 1,09 1,07 1,02 1,03 0,90

Simpanan Berjangka 4,41 4,53 4,69 4,76 4,94 4,90 5,05 5,06 5,28 5,49 5,51 5,27

Pertumbuhan Kredit BPR

(%yoy) 10,50 10,37 12,10 10,87 9,19 8,00 8,09 7,48 7,79 7,51 6,64 1,04

Kredit (Triliun Rp) 8,4 8,63 8,78 8,96 9,12 9,32 9,49 9,63 9,83 10,02 10,12 9,73

Modal Kerja 0,8 0,84 0,85 0,79 0,85 0,87 0,88 0,89 0,93 1,07 1,11 1,05

Investasi 0,27 0,29 0,31 0,23 0,29 0,26 0,26 0,26 0,27 0,27 0,27 0,25

Konsumsi 7,32 7,50 7,61 7,54 7,98 8,18 8,34 8,47 8,63 8,68 8,74 8,44

Kredit UMKM (Milyar Rp) 1.082,38 1.134,96 1.172,93 1.146,82 1.137,85 1.137,67 1.146,38 1.155,81 1.196,58 1.335,11 1.387,38 1.293,38

Pertumbuhan Kredit UMKM

BPR (%yoy) 8,54 8,12 13,48 12,83 6,51 0,24 (2,26) 0,78 5,16 17,36 21,02 11,90

Rasio NPL Gross (%) 1,63 1,72 1,65 1,42 1,49 1,50 1,45 1,37 1,57 1,93 2,02 1,90

LDR (%) 156,19 159,51 157,91 157,29 154,90 158,45 156,59 156,61 154,61 153,71 154,80 157,76

Indikator Perbankan2017 2018 2019 2020

Page 17: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

17

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pertumbuhan ekonomi

Lampung pada triwulan IV

2020 terkontraksi sebesar

2,26% (yoy) atau lebih

baik dibandingkan triwulan

sebelumnya yang juga

mengalami kontraksi

sebesar 2,41% (yoy)…

Di tengah masih berlangsungnya pandemi COVID-19,

perekonomian Lampung menunjukkan perbaikan meskipun masih

dalam fase kontraksi. Pertumbuhan ekonomi Lampung pada

triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar -2,26% (yoy), atau lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi

sebesar -2,41% (yoy) (Grafik 1.1), dan secara keseluruhan tahun

2020 tercatat sebesar -1,67% (yoy). Realisasi pertumbuhan triwulan

IV ini tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan IV 2019 sebesar 5,07% (yoy). Realisasi pertumbuhan

triwulan IV 2020 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi Sumatera (-2,21%; yoy) dan Nasional (-

2,19%; yoy) (Grafik 1.2.) dan secara spasial menempatkan Lampung

pada peringkat keenam dari sepuluh provinsi di Sumatera. Adapun

secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan IV 2020

berdasarkan ADHB dan ADHK (2010) masing-masing sebesar

Rp84,74 triliun dan Rp57,36 triliun.

Dari sisi permintaan, perbaikan pertumbuhan ekonomi

Lampung pada triwulan IV 2020 terutama didorong oleh perbaikan

kinerja ekspor. Pada triwulan IV 2020, ekspor tercatat tumbuh

5,23% (yoy) seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian mitra

dagang utama Lampung, terutama Amerika Serikat, Tiongkok dan

India. Sementara itu, kinerja konsumsi pemerintah (-0,15%; yoy) dan

Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) (-1,02%; yoy) membaik

didorong oleh percepatan realisasi anggaran pemerintah daerah,

khususnya belanja barang dan jasa, serta pelaksanaan Pilkada pada

Desember 2020. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga (-3,97%; yoy)

yang memiliki pangsa terbesar yakni 59,09% terhadap

perekonomian Lampung, dan investasi (-8,47%; yoy) terkontraksi

lebih dalam. Kontraksi konsumsi masyarakat tersebut antara lain

dipengaruhi oleh peningkatan kasus pandemi COVID-19 yang

menyebabkan diberlakukannya kembali berbagai pembatasan serta

melandainya mobilitas masyarakat di lokasi perdagangan ritel,

rekreasi, dan taman.

Di sisi lapangan usaha (LU), perbaikan ekonomi Lampung

pada triwulan IV 2020 terutama ditopang oleh peningkatan kinerja

LU informasi dan komunikasi yang selama pandemi COVID-19

cenderung mengalami peningkatan permintaan (Tabel 1.2).

Sementara itu, sejalan dengan pemulihan aktivitas ekonomi global,

LU industri pengolahan mampu tumbuh positif (1,13%; yoy), setelah

pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -10,17%

(yoy). Di sisi lain, LU pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh

melambat (0,28%; yoy) dengan berakhirnya aktivitas panen

komoditas perkebunan (kopi dan lada) dan tanaman pangan pada

Page 18: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

18

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

triwulan IV 2020. LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil

dan sepeda motor tercatat terkontraksi lebih dalam (-9,87%; yoy),

antara lain dipengaruhi oleh terkontraksi lebih dalamnya konsumsi

rumah tangga yang tercermin dari penurunan penjualan kendaraan

bermotor akibat masih lemahnya preferensi masyarakat untuk

membeli barang tahan lama serta pembatasan sosial karena

pandemi COVID-19.

Sepanjang tahun 2020, ekonomi Lampung terkontraksi,

tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun 2019. Hal ini disebabkan

oleh penurunan kinerja semua komponen pengeluaran. Konsumsi

rumah tangga terkontraksi akibat penurunan daya beli masyarakat

seiring kebijakan unpaid leave dan PHK akibat pandemi COVID-19.

Selain itu pembatasan aktivitas selama Pandemi COVID-19 turut

menurunkan tingkat konsumsi rumah tangga. Kinerja investasi juga

terkontraksi dipengaruhi oleh realisasi belanja modal pemerintah

baik bangunan maupun non bangunan yang menurun, kontraksi

pada kegiatan sektor konstruksi, serta perilaku wait and see investor

terkait dampak pandemi COVID-19 dan pelaksanaan Pilkada

serentak tahun 2020. Sementara itu, aktivitas ekspor juga

mengalami penurunan akibat volume perdagangan dunia yang

menurun seiring dengan pertumbuhan negatif beberapa negara

mitra dagang Lampung (Amerika Serikat, Tiongkok, dan India) pada

tahun 2020.

Pada triwulan I 2021, pertumbuhan ekonomi Lampung

diperkirakan membaik didorong optimisme masyarakat dan pelaku

usaha terhadap keberhasilan implementasi vaksinasi COVID-19,

realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), serta

peningkatan ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terus

berlangsung di beberapa negara mitra dagang (a.l. Tiongkok) dan

tren peningkatan harga komoditas yang diperkirakan akan

meningkatkan ekspor komoditas. Optimisme masyarakat akan

mendorong ke arah perbaikan konsumsi rumah tangga. Sementara

itu, konsumsi LNPRT diperkirakan menurun seiring telah berakhirnya

pelaksanaan Pilkada serentak dan menurunnya aktivitas keagamaan

dan sosial. Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan I 2021

diprakirakan melambat seiring dengan masih terbatasnya realisasi

anggaran di awal tahun. Impor diperkirakan masih terkontraksi

meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya, seiring dengan

perkiraan pemulihan konsumsi domestik.

Sampai dengan triwulan IV

tahun 2020, secara

nominal, realisasi

pendapatan daerah Provinsi

Lampung tercatat

mengalami penurunan

Keuangan Pemerintah

Alokasi anggaran pendapatan daerah 2020 sebesar Rp7,24

triliun mengalami penurunan sebesar 6,87% (yoy) dibanding APBD

2019. Seluruh komponen mengalami penurunan pagu, khususnya

pada alokasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dan Dana

Perimbangan. Sementara itu, anggaran belanja Pemerintah Provinsi

Lampung terdiri dari anggaran Belanja Operasi, Belanja Modal,

Page 19: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

19

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Adapun lebih rendahnya

realisasi pendapatan

terutama didorong oleh

penurunan penerimaan

DAK Fisik sejalan dengan

kebijakan ditengah

pandemi COVID-19….

Belanja Tidak Terduga, dan Transfer dengan total anggaran APBD

2020 mencapai Rp6,09 triliun atau mengalami penurunan sebesar

7,60% dibandingkan dengan APBD tahun 2019.

Sampai dengan triwulan IV 2020, Provinsi Lampung

mencatatkan realisasi pendapatan sebesar Rp7,02 triliun (96,92%),

lebih rendah dibandingkan pencapaian triwulan IV tahun 2019

sebesar Rp7,27 triliun (98,59%). Penurunan ini terutama disumbang

oleh lebih rendahnya realisasi pendapatan Dana Perimbangan

(Rp2,46 triliun) yang menurun sampai dengan 41,29% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (Rp4,19 triliun).

Realisasi belanja daerah di Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp5,74

triliun atau lebih rendah 19,18% (yoy) dibandingkan realisasi

triwulan IV 2019 sebesar Rp7,09 triliun.

Jumlah Penerimaan Negara di Provinsi Lampung sampai

dengan triwulan IV tahun 2020 mencapai Rp7,19 triliun, tercatat

terkontaksi 17,58% (yoy) dari Rp8,72 triliun pada periode yang sama

di tahun 2019. Penerimaan Negara tersebut bersumber dari

penerimaan perpajakan (87,16%), penerimaan negara bukan pajak

(12,84%), dan penerimaan hibah (6,43%). Laporan Arus Kas Keluar

Pemerintah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan IV 2020

mencatatkan realisasi belanja sebesar Rp1,31 triliun, terpantau

meningkat sebesar 25,65% (yoy) dibanding periode yang sama

tahun 2019 sebesar Rp1,04 triliun. Peningkatan terbesar bersumber

dari belanja barang yang merupakan komponen belanja dominan

(85,64%) di Provinsi Lampung.

Inflasi Indeks Harga

Konsumen (IHK) Provinsi

Lampung tahun 2020

tercatat rendah pada batas

bawah kisaran sasaran

3,0±1%. Inflasi yang

rendah tersebut

dipengaruhi oleh

permintaan masyarakat

yang belum kuat sebagai

dampak pandemi COVID-

19, pasokan yang

memadai, dan sinergi

kebijakan melalui Tim

Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) dalam

Inflasi

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung

tahun 2020 tercatat rendah pada batas bawah kisaran sasaran

3,0±1%. Capaian inflasi IHK tahun 2020 tercatat sebesar 2,00%

(yoy) atau melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang

mencapai 3,44% (yoy). Inflasi yang rendah tersebut dipengaruhi

oleh permintaan masyarakat yang belum kuat sebagai dampak

pandemi COVID-19, pasokan yang memadai, dan sinergi kebijakan

melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam menjaga

kestabilan harga. Meski demikian, capaian tersebut tercatat lebih

tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar

1,69% (yoy) dan 1,90% (yoy).

Rendahnya realisasi inflasi pada tahun 2020 didukung oleh

capaian kelompok inflasi yang terkendali. Inflasi kelompok inti

terpantau menurun pada tingkat yang rendah, sebesar 1,52% (yoy)

dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar 3,38% (yoy).

Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan

Page 20: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

20

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

menjaga kestabilan

harga…

permintaan masyarakat akibat pandemi COVID-19 sejak Maret

2020. Sementara itu, inflasi kelompok volatile foods tercatat

melambat sebesar 4,19% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan

tahun 2019 yakni 5,59% (yoy). Melambatnya inflasi pangan

disebabkan oleh penurunan permintaan dari sektor hotel, restoran,

dan katering (horeka) sebagai dampak merebaknya pandemi

COVID-19. Efektivitas TPID dalam menjaga kecukupan pasokan

bahan pangan strategis, semakin mendorong tercapainya inflasi

volatile foods yang terkendali di tahun 2020. Di sisi lain, tekanan

inflasi administered prices tahun 2020 relatif meningkat dari 0,76%

(yoy) pada tahun 2019 menjadi 1,35% (yoy) seiring dengan

kenaikan cukai rokok, tarif penyeberangan Merak-Bakauheni, dan

bahan bakar rumah tangga.

Memasuki triwulan I 2021, tekanan inflasi akan tetap

terkendali sejalan dengan permintaan masyarakat yang belum

sekuat kondisi sebelumnya, meskipun telah memasuki periode

adaptasi kebiasaan baru. Komitmen pemerintah untuk menjaga

ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi selama masa

pandemi COVID-19 juga turut berperan mengurangi tekanan inflasi.

Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu dimitigasi,

antara lain kenaikan harga komoditas seiring dengan faktor cuaca,

dan mundurnya masa panen untuk beberapa komoditas. Di sisi lain,

terdapat potensi kenaikan permintaan yang didorong oleh

optimisme keberhasilan vaksin.

Ke depan, menghadapi risiko tekanan inflasi pada triwulan

I-2021, TPID perlu berkoordinasi dan melaksanakan langkah

pengendalian oleh Pemerintah Daerah dan instansi terkait untuk

memastikan keterjangkauan harga dengan melakukan pemantauan

harga harian dan upaya penyerapan komoditas, selain itu TPID perlu

memastikan ketersediaan pasokan melalui pendataan yang akurat

dan menjajaki kemungkinan Kerjasama Antar Daerah (KAD). Upaya

lainnya dari TPID adalah perlunya memastikan kelancaran distribusi

dan melakukan komunikasi efektif kepada masyarakat terkait

ketersediaan pasokan dan rencana pemenuhan pasokan sehingga

dapat memberi ekspektasi positif bagi masyarakat, sekaligus

himbauan untuk berbelanja secara bijak.

Kinerja sektor rumah

tangga kembali melambat

pada triwulan IV 2020 dan

masih terkontraksi karena

dampak COVID-19…

Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan UMKM

Kinerja sektor rumah tangga kembali melambat pada

triwulan IV 2020 dan masih terkontraksi karena dampak COVID-19.

Namun demikian, stabilitas keuangan daerah masih terjaga

diantaranya didorong oleh peningkatan konsumsi, pertumbuhan

kredit, dan optimisme konsumen. Kinerja korporasi Lampung secara

umum dipengaruhi oleh faktor permintaan domestik maupun

eksternal, dimana pada periode laporan juga meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Page 21: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

21

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Secara umum, indikator utama kinerja Bank Umum

(berdasarkan lokasi bank) di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2019

menunjukkan peningkatan sejalan dengan mulai munculnya

optimisme masyarakat dan peningkatan aktivitas ekonomi.

Sementara itu, kinerja perbankan syariah pada triwulan IV 2020

terindikasi lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan

dengan pertumbuhan aset yang secara keseluruhan terpantau

meningkat. Dukungan perbankan Lampung pada UMKM di triwulan

IV 2020 juga mengalami peningkatan meskipun masih rendah

karena sikap perbankan yang masih berhati-hati dalam menyalurkan

kredit (sisi supply) dan penundaan UMKM untuk melakukan

ekspansi di tengah ketidakpastian ekonomi dan pandemi COVID-19

(sisi demand).

Sejalan dengan pola

historisnya dalam beberapa

tahun ke belakang, alirang

uang kartal di Provinsi

Lampung pada triwulan IV

2020 tercatat mengalami

net outflow …

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Rupiah

Sejalan dengan pola historisnya dalam beberapa tahun ke

belakang, alirang uang kartal di Provinsi Lampung pada triwulan IV

2020 tercatat mengalami net outflow sebesar Rp0,79 triliun.

Adapun kondisi ini seiring dengan meningkatnya aktivitas

perekonomian masyarakat khususnya menjelang akhir tahun. Meski

demikian, tekanan outflow yang terjadi pada periode laporan

terpantau tidak lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari pertumbuhannya

yang tercatat terkontraksi sebesar -5,30% (yoy). Kondisi tersebut

tidak terlepas dari kondisi perekonomian yang masih dalam tahap

pemulihan sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang terjadi

sejak bulan Maret 2020.

Sejalan dengan kondisi tersebut, transaksi pembayaran

melalui sistem pembayaran Bank Indonesia baik yang melalui Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) maupun Real Time Gross

Settlement (RTGS) keduanya mencatatkan perbaikan pertumbuhan

pada triwulan IV 2020. Hal tersebut antara lain juga ditopang oleh

kebijakan Bank Indonesia untuk menurunkan biaya transaksi SKNBI

yang berlaku mulai 1 April hingga 31 Desember 2020. Adapun biaya

kliring dari nasabah ke bank diturunkan dari semula maksimum Rp

3.500 menjadi Rp 2.900, sementara biaya transfer kliring dari

perbankan ke BI diturunkan dari semula Rp 600 menjadi Rp 1.

Selanjutnya, di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang

masih berlanjut hingga saat ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Lampung juga terus mendorong penggunaan transaksi non

tunai. Hal ini juga sebagai salah satu bentuk upaya untuk mencegah

penyebaran virus yang lebih luas lagi. Adapun dalam

perkembangannya, diketahui bahwa preferensi penggunaan non

tunai dalam bertransaksi semakin meningkat di Provinsi Lampung.

Kondisi ini tercermin dari terus meningkatnya transaksi belanja

online, serta persentase pangsa penggunaan uang elektronik pada

Page 22: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

22

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

transportasi online yang jauh meningkat dibandingkan kondisinya

dalam 3 tahun ke belakang.

Kondisi

ketenagakerjaan

Provinsi Lampung

pada Agustus 2020

secara umum

cenderung

meningkat

dibandingkan

periode yang sama

tahun sebelumnya.

Kondisi ini

tercermin dari

peningkatan

tingkat partisipasi

angkatan kerja

(TPAK)...

Pertumbuhan ekonomi

Lampung pada triwulan II

2021 diperkirakan

membaik. Konsumsi rumah

tangga pada triwulan II

2021 diperkirakan tumbuh

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan Provinsi Lampung pada Agustus

2020 secara umum cenderung meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari 69,06% pada Agustus 2019 menjadi 70,16% per Agustus 2020. Kenaikan ini terutama didukung oleh bertambahnya serapan penduduk yang bekerja secara absolut yang mencapai 93,9 ribu pekerja (2,24%), hal tersebut mengindikasikan suplai lapangan kerja yang meningkat meskipun ekonomi pada periode laporan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2019 yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Peningkatan angkatan kerja pada periode Agustus 2020 terutama berasal dari sektor pertanian dengan penambahan persentasi angkatan kerja sebesar 4,16%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian pada triwulan III 2020 yang berhasil tumbuh sebesar 3,15% (yoy).

Secara sektoral, ekonomi provinsi Lampung masih ditopang oleh sektor pertanian dengan pangsa terhadap PDRB pada triwulan IV 2020 mencapai 29,90%, sektor industri pengolahan dengan pangsa 19,41% dan sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 12,70%. Searah dengan komposisi sektor ekonomi, penyerapan tenaga kerja didominasi oleh sektor pertanian sebesar 44,76% penduduk bekerja, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 18,86%. Adapun sektor industri berhasil menyerap 9,17% penduduk bekerja. Pada triwulan IV 2020 merebaknya pandemi COVID-19 berdampak langsung terhadap kondisi ketenagakerjaan dimana terdapat 655,9 ribu orang yang terdampak baik yang masih bekerja maupun yang sudah tidak bekerja.

Sementara itu, kesejahteraan pekerja yang mayoritas bekerja pada sektor pertanian relatif membaik. Kondisi ini ditandai oleh perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan IV 2020 yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III 2020. Adapun peningkatan ini didorong terutama oleh sektor perkebunan dan hortikultura.

Prospek

Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan II 2021 diperkirakan

membaik. Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2021

diperkirakan tumbuh positif, meskipun tidak setinggi periode yang

sama tahun 2020. Optimisme vaksinasi COVID-19 pada awal tahun

2021 berdampak pada meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat.

Adapun kinerja investasi pada triwulan II 2021 diperkirakan cukup

kuat, meskipun masih terbatas seiring perilaku wait and see dunia

Page 23: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

23

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

positif, meskipun tidak

setinggi periode yang sama

tahun 2020…

Prospek inflasi pada

triwulan II 2021 dan

keseluruhan tahun 2021

diperkirakan masih tetap

terjaga pada kisaran

3,0%±1% (yoy)...

usaha terkait perkembangan COVID-19. Namun demikian,

berlanjutnya pembangunan beberapa proyek strategis, serta proyek

infrastruktur pemerintah lainnya diperkirakan dapat menopan

pemulihan Kinerja investasi. Sementara ekspor pada triwulan II 2021

diperkirakan ditopang oleh ekspor antar daerah yang meningkat

sejalan dengan berlangsungnya puncak musim panen padi dan

pulihnya konsumsi rumah tangga.

Secara keseluruhan tahun 2021, perekonomian Lampung

diprakirakan akan tumbuh menguat dibandingkan pertumbuhan

ekonomi 2020 yang terkontraksi sebesar -1,67% (yoy) dengan

asumsi kegiatan social distancing akibat pandemi COVID-19 masih

akan berlangsung di 2021 meskipun akan menurun seiring dengan

meluasnya implementasi vaksin COVID-19. Secara umum, prospek

akselerasi ekonomi didorong oleh kembali meningkatnya aktivitas

ekonomi pasca perlambatan yang terjadi selama pandemi COVID-19

di tahun 2020 (base effect).

Prospek inflasi pada triwulan II 2021 dan keseluruhan tahun 2021

diperkirakan masih tetap terjaga pada kisaran 3,0%±1% (yoy),

dengan probabilitas di akhir tahun 2021 mendekati nilai tengah

3,0% mengingat terdapat beberapa hal yang menjadi risiko

peningkatan tekanan inflasi khususnya yang berasal dari kelompok

bahan makanan serta kelompok inti seiring dengan proyeksi

meningkatnya konsumsi masyarakat didorong oleh optimisme

vaksin COVID-19.

Page 24: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

24

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

1.

1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

Di tengah masih berlangsungnya pandemi COVID-19, perekonomian Lampung menunjukkan

perbaikan meskipun masih dalam fase kontraksi. Pertumbuhan ekonomi Lampung pada

triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar -2,26% (yoy), atau lebih baik dibandingkan triwulan

sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar -2,41% (yoy) (Grafik 1.1), dan secara

keseluruhan tahun 2020 tercatat sebesar -1,67% (yoy). Realisasi pertumbuhan triwulan IV ini

tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV 2019 sebesar 5,07%

(yoy). Realisasi pertumbuhan triwulan IV 2020 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi Sumatera (-2,21%; yoy) dan Nasional (-2,19%; yoy) (Grafik 1.2.) dan

secara spasial menempatkan Lampung pada peringkat keenam dari sepuluh provinsi di

Sumatera. Adapun secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan IV 2020 berdasarkan

ADHB dan ADHK (2010) masing-masing sebesar Rp84,74 triliun dan Rp57,36 triliun.

Dari sisi permintaan, perbaikan pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020

terutama didorong oleh perbaikan kinerja ekspor. Pada triwulan IV 2020, ekspor tercatat

tumbuh 5,23% (yoy) seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian mitra dagang utama

Lampung, terutama Amerika Serikat, Tiongkok dan India. Sementara itu, kinerja konsumsi

pemerintah (-0,15%; yoy) dan Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) (-1,02%; yoy)

membaik didorong oleh percepatan realisasi anggaran pemerintah daerah, khususnya belanja

barang dan jasa, serta pelaksanaan Pilkada pada Desember 2020. Di sisi lain, konsumsi rumah

tangga (-3,97%; yoy) yang memiliki pangsa terbesar yakni 59,09% terhadap perekonomian

Lampung, dan investasi (-8,47%; yoy) terkontraksi lebih dalam. Kontraksi konsumsi masyarakat

tersebut antara lain dipengaruhi oleh peningkatan kasus pandemi COVID-19 yang

menyebabkan diberlakukannya kembali berbagai pembatasan serta melandainya mobilitas

masyarakat di lokasi perdagangan ritel, rekreasi, dan taman.

Di sisi lapangan usaha (LU), perbaikan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020 terutama

ditopang oleh peningkatan kinerja LU informasi dan komunikasi yang selama pandemi COVID-

19 cenderung mengalami peningkatan permintaan (Tabel 1.2). Sementara itu, sejalan dengan

BAB

Page 25: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

25

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

pemulihan aktivitas ekonomi global, LU industri pengolahan mampu tumbuh positif (1,13%;

yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -10,17% (yoy). Di sisi lain,

LU pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh melambat (0,28%; yoy) dengan berakhirnya

aktivitas panen komoditas perkebunan (kopi dan lada) dan tanaman pangan pada triwulan IV

2020. LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tercatat terkontraksi

lebih dalam (-9,87%; yoy), antara lain dipengaruhi oleh terkontraksi lebih dalamnya konsumsi

rumah tangga yang tercermin dari penurunan penjualan kendaraan bermotor akibat masih

lemahnya preferensi masyarakat untuk membeli barang tahan lama serta pembatasan sosial

karena pandemi COVID-19.

Sepanjang tahun 2020, ekonomi Lampung terkontraksi, tumbuh lebih rendah dibandingkan

tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh penurunan kinerja semua komponen pengeluaran.

Konsumsi rumah tangga terkontraksi akibat penurunan daya beli masyarakat seiring kebijakan

unpaid leave dan PHK akibat pandemi COVID-19. Selain itu pembatasan aktivitas selama

Pandemi COVID-19 turut menurunkan tingkat konsumsi rumah tangga. Kinerja investasi juga

terkontraksi dipengaruhi oleh realisasi belanja modal pemerintah baik bangunan maupun non

bangunan yang menurun, kontraksi pada kegiatan sektor konstruksi, serta perilaku wait and

see investor terkait dampak pandemi COVID-19 dan pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020.

Sementara itu, aktivitas ekspor juga mengalami penurunan akibat volume perdagangan dunia

yang menurun seiring dengan pertumbuhan negatif beberapa negara mitra dagang Lampung

(Amerika Serikat, Tiongkok, dan India) pada tahun 2020.

Pada triwulan I 2021, pertumbuhan ekonomi Lampung diperkirakan membaik didorong

optimisme masyarakat dan pelaku usaha terhadap keberhasilan implementasi vaksinasi COVID-

19, realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), serta peningkatan ekspor sejalan

dengan pemulihan ekonomi yang terus berlangsung di beberapa negara mitra dagang (a.l.

Tiongkok) dan tren peningkatan harga komoditas yang diperkirakan akan meningkatkan ekspor

komoditas. Optimisme masyarakat akan mendorong ke arah perbaikan konsumsi rumah

tangga. Sementara itu, konsumsi LNPRT diperkirakan menurun seiring telah berakhirnya

pelaksanaan Pilkada serentak dan menurunnya aktivitas keagamaan dan sosial. Kinerja

konsumsi pemerintah pada triwulan I 2021 diprakirakan melambat seiring dengan masih

terbatasnya realisasi anggaran di awal tahun. Impor diperkirakan masih terkontraksi meskipun

tidak sedalam triwulan sebelumnya, seiring dengan perkiraan pemulihan konsumsi domestik.

Page 26: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

26

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Di tengah masih berlangsungnya pandemi COVID-19, perekonomian Lampung terus

menunjukkan perbaikan meskipun masih dalam fase kontraksi. Pertumbuhan ekonomi Lampung

pada triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar 2,26% (yoy), atau lebih baik dibandingkan triwulan

sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 2,41% (yoy) (Grafik 1.1), dan secara

keseluruhan tahun 2020 tercatat sebesar -1,67% (yoy). Realisasi pertumbuhan triwulan IV ini

tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV 2019 sebesar 5,07%

(yoy). Realisasi pertumbuhan pada triwulan IV 2020 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi Sumatera (-2,21%; yoy) dan Nasional (-2,19%; yoy) (Grafik 1.2.) dan

secara spasial menempatkan Lampung pada peringkat keenam dari sepuluh provinsi di Sumatera.

Adapun secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan IV 2020 berdasarkan ADHB dan

ADHK (2010) masing-masing sebesar Rp84,74 triliun dan Rp57,36 triliun.

1.1 Analisis PDRB Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, perbaikan pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020

terutama didorong oleh perbaikan kinerja ekspor. Pada triwulan IV 2020, ekspor tercatat

tumbuh 5,23% (yoy) seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian mitra dagang utama Lampung,

terutama Amerika Serikat, Tiongkok dan India. Sementara itu, kinerja konsumsi pemerintah (-0,15%;

yoy) dan Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) (-1,02%; yoy) membaik didorong oleh

percepatan realisasi anggaran pemerintah daerah, khususnya belanja barang dan jasa, serta

pelaksanaan Pilkada pada Desember 2020. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga (-3,97%; yoy) yang

memiliki pangsa terbesar yakni 59,09% terhadap perekonomian Lampung, dan investasi (-8,47%;

yoy) terkontraksi lebih dalam. Kontraksi konsumsi masyarakat tersebut antara lain dipengaruhi oleh

peningkatan kasus pandemi COVID-19 yang menyebabkan diberlakukannya kembali berbagai

pembatasan serta melandainya mobilitas masyarakat di lokasi perdagangan ritel, rekreasi, dan taman.

Tw III 2019 Tw IV 2019 Tw I 2020 Tw II 2020 Tw III 2020 Tw IV 2020

(yoy) (yoy) (yoy) (yoy) (yoy) (yoy)

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.46 5.33 4.65 -4.44 -2.59 -3.97

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 11.55 6.73 -1.08 -9.31 -5.02 -1.02

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.15 0.21 1.32 -2.89 -3.87 -0.15

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 6.31 1.07 1.52 -7.32 -4.90 -8.47

5 Perubahan Inventori -148.94 -258.06 18.69 286.90 -530.19

6 Ekspor Barang dan Jasa -2.82 27.82 -5.64 -10.66 -6.04 5.23

7 Impor Barang dan Jasa -2.67 16.36 -1.60 -13.74 -6.88 -0.74

PDRB 5.16 5.07 1.74 -3.57 -2.41 -2.26

Meningkat Menurun

No. Komponen

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung - Sisi Permintaan

Grafik 1. 2 PDRB Provinsi Lampung

Grafik 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Sumatera dan Lampung

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Page 27: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

27

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Selain itu, melambatnya pertumbuhan LU pertanian, kehutanan, dan perikanan dimana

sebagian besar masyarakat Lampung bergantung pada sektor dimaksud turut menahan

kinerja konsumsi rumah tangga secara umum. Kinerja investasi juga menurun dipengaruhi oleh

penurunan realisasi belanja modal pemerintah, kegiatan sektor konstruksi yang masih terkontraksi,

serta masih berlangsungnya perilaku wait and see dunia usaha akan perkembangan pemulihan

ekonomi dan penanganan COVID-19 (Tabel 1.1).

Dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2020, komponen

utama penggerak ekonomi Lampung tidak banyak mengalami perubahan dan masih

didominasi oleh konsumsi rumah tangga dengan pangsa sebesar 65,38% yang diikuti oleh

impor, ekspor, serta Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi dengan peranan

masing-masing sebesar 62,04%; 47,39%; dan 35,03% dari total pengeluaran ekonomi

Provinsi Lampung (Grafik 1.3).

Sepanjang tahun 2020, ekonomi Lampung terkontraksi, tumbuh lebih rendah dibandingkan

tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh penurunan kinerja semua komponen pengeluaran. Konsumsi

rumah tangga terkontraksi akibat penurunan daya beli masyarakat seiring kebijakan unpaid leave dan

PHK akibat pandemi COVID-19. Selain itu pembatasan aktivitas selama Pandemi COVID-19 turut

menurunkan tingkat konsumsi rumah tangga. Kinerja investasi juga terkontraksi dipengaruhi oleh

realisasi belanja modal pemerintah baik bangunan maupun non bangunan yang menurun, kontraksi

pada kegiatan sektor konstruksi, serta perilaku wait and see investor terkait dampak pandemi COVID-

19 dan pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020. Sementara itu, aktivitas ekspor juga mengalami

penurunan akibat volume perdagangan dunia yang menurun seiring dengan pertumbuhan negatif

beberapa negara mitra dagang Lampung (Amerika Serikat, Tiongkok, dan India) pada tahun 2020.

Tracking Kinerja Triwulan I 2021

Pada triwulan I 2021, pertumbuhan ekonomi Lampung diperkirakan membaik didorong

optimisme masyarakat dan pelaku usaha terhadap keberhasilan implementasi vaksinasi

COVID-19, realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), serta peningkatan ekspor

sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terus berlangsung di beberapa negara mitra

dagang (a.l. Tiongkok) dan tren peningkatan harga komoditas yang diperkirakan akan

meningkatkan ekspor komoditas. Optimisme masyarakat akan mendorong ke arah perbaikan

konsumsi rumah tangga. Sementara itu, konsumsi LNPRT diperkirakan menurun seiring telah

berakhirnya pelaksanaan Pilkada serentak dan menurunnya aktivitas keagamaan dan sosial. Kinerja

konsumsi pemerintah pada triwulan I 2021 diprakirakan melambat seiring dengan masih terbatasnya

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 1. 3 Kontribusi PDRB Pengeluaran Provinsi Lampung

Page 28: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

28

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

realisasi anggaran di awal tahun. Impor diperkirakan masih terkontraksi meskipun tidak sedalam

triwulan sebelumnya, seiring dengan perkiraan pemulihan konsumsi domestik.

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2020, yang memiliki pangsa

terbesar yakni 65,38% terhadap perekonomian Lampung, tercatat terkontraksi lebih dalam

dan memburuk yakni -3,97% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-2,59%; yoy).

Penurunan tersebut antara lain dipengaruhi oleh menurunnya permintaan masyarakat seiring dengan

aktivitas ekonomi yang kembali melambat karena kembali merebaknya pandemi COVID-19.

Sementara itu, kinerja konsumsi LNPRT pada periode yang sama juga membaik dari -5,02% (yoy) pada

triwulan III 2020 menjadi (-1,02% yoy), seiring dengan mulai meingkatnya kegiatan organisasi sosial

dan keagamaan, serta pelaksanaan Pilkada serentak 2020.

Melambatnya LU pertanian, yang menyerap sebagian besar tenaga kerja di Provinsi

Lampung menyebabkan penurunan konsumsi masyarakat secara umum. Nilai Tukar Petani

(NTP) masih terkontraksi yakni -4,83% (yoy) pada triwulan IV 2020 meskipun relatif membaik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-6,87%; yoy) (Grafik 1.6).

Mobilitas masyarakat yang melambat menurunkan kinerja konsumsi rumah tangga. Pada

triwulan IV 2020, mobilisasi masyarakat Lampung terpantau kembali menurun setelah sebelumnya

berada pada tren perbaikan menuju kondisi normal sebagaimana tergambar pada data Google Global

Mobility Report (Grafik 1.4). Mobilisasi masyarakat kembali melandai sejak September 2020 seiring

dengan peningkatan kasus konfirmasi COVID-19 di Provinsi Lampung.

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: LBU Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: LBU Bank Indonesia

Sumber: Google Global Mobility Report

Grafik 1. 5 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1. 4 Mobilitas Masyarakat Lampung

Grafik 1. 6 Nilai Tukar Petani Grafik 1. 7 Kredit Konsumsi

Page 29: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

29

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Kinerja konsumsi rumah tangga yang terkontraksi sejalan dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang

terkontraksi dari 1,84% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -0,45% (yoy) pada triwulan IV 2020

(Grafik 1.7). Lebih lanjut, konsumsi masyarakat yang kembali melemah sejalan dengan kembali

merebaknya Pandemi COVID-19 di tengah ketersediaan pasokan komoditas yang terjaga, berimplikasi

pada relatif stabilnya tekanan inflasi pada triwulan IV 2020. Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung

pada periode laporan tercatat pada level 2,00% (yoy) dan berada di batas bawah sasaran inflasi tahun

2020 yaitu 3,0±1%.

Meskipun Indeks Keyakinan Konsumen naik dari 92,39 pada triwulan III 2020 menjadi 96,42 pada

triwulan IV 2020 (Grafik 1.5) namun Indeks konsumsi barang tahan lama relatif stabil dari 86,00 pada

triwulan III 2020 menjadi 86,17 pada triwulan IV 2020.

Untuk keseluruhan 2020, konsumsi rumah tangga di Provinsi Lampung terkontraksi

sebesar -1,64% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh positif

sebesar 5,65% (yoy). Secara umum, hal ini disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat akibat

pandemi COVID-19. Sejumlah perusahaan melakukan kebijakan unpaid leave dan PHK sebagai

langkah efisiensi menghadapi lesunya penjualan. Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran di

Provinsi Lampung meningkat dari 4,03 pada Agustus 2019 menjadi 4,67 Pada Agustus 2020.

Penurunan jumlah tenaga kerja antara lain terjadi pada lapangan usaha (LU) pertambangan dan

penggalian, industri pengolahan, konstruksi, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta

pendidikan. Lebih lanjut, konsumsi rumah tangga pada periode HBKN tahun 2020 tidak setinggi pola

historisnya. Namun demikian, penurunan konsumsi rumah tanga yang lebih dalam dapat ditopang

oleh penyaluran bansos, gaji ke-13, program kartu pra kerja, serta stimulus lainnya yang telah

disiapkan oleh Pemerintah melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Sementara itu,

konsumsi LNPRT terkontraksi cukup dalam yaitu sebesar -4,16% (yoy).

Tracking Kinerja Triwulan I 2021

Perbaikan konsumsi rumah tangga diprakirakan berlanjut pada triwulan IV 2020, meskipun

masih dalam fase kontraksi seiring dengan semakin meningkatnya mobilitas masyarakat

Lampung. Secara umum, Google Global Mobility Report menunjukkan mobilisasi masyarakat

Lampung yang terpantau bergerak menuju pola normal, bahkan kunjungan ke toko bahan makanan

dan apotek lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi COVID-19 (Grafik 1.8). Masih

berlangsungnya penyaluran bansos (Program Keluarga Harapan (PKH), Program Sembako, dan

Bantuan Langsung Tunai (BLT)) dan perbaikan harga sejumlah komoditas (minyak kelapa sawit dan

karet) diprakirakan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Prakiraan ini terkonfirmasi dari hasil

survei konsumen Bank Indonesia periode Februari 2021 yang menunjukkan peningkatan Indeks

Kondisi Saat Ini (IKE) pada triwulan I 2021 yang naik dari 66,6 pada triwulan IV 2020 menjadi 70,4.

Perbaikan keyakinan konsumen ini antara lain didorong oleh membaiknya keyakinan masyarakat akan

kondisi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja pada triwulan I 2020 (Grafik 1.9).

Indikasi meningkatnya permintaan ini diharapkan dapat mendorong pemulihan dunia usaha

dan pemulihan ekonomi Lampung. Namun demikian, kondisi ini perlu diimbangi dengan

penerapan protokol kesehatan COVID-19 yang lebih ketat di beberapa lokasi dominan (hotspot) seperti toko bahan makanan, ritel, rekreasi, dan taman. Sebagaimana tergambar pada Google Global Mobility Report, kunjungan ke apotek juga mengalami peningkatan yang mengindikasikan kesadaran

masyarakat yang meningkat akan pentingya menjaga kesehatan. Selain kewaspadaan akan

penyebaran COVID-19, indikasi naiknya permintaan juga berisiko meningkatkan tekanan inflasi yang

perlu diantisipasi, meskipun masih pada level yang terjaga.

Sementara itu, konsumsi LNPRT diprakirakan terkontraksi seiring dengan berakhirnya

pelaksanaan Pilkada serentak pada 9 Desember 2020. Sementara kegiatan organisasi sosial dan

keagamaan diperkirakan masih melambat sehingga memberikan dampak terhadap kinerja

pertumbuhan konsumsi LNPRT.

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: LBU Bank Indonesia

Page 30: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

30

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

1.1.2. Konsumsi Pemerintah

Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2020 tercatat membaik meskipun masih

dalam fase kontraksi. Konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2020 tumbuh -0,15% (yoy), lebih baik

dibandingkan dengan triwulan III 2020 yang tumbuh -1,97% (yoy). Perbaikan kinerja konsumsi

pemerintah antara lain bersumber dari belanja yang terkait dengan pemulihan ekonomi serta

percepatan belanja operasi dan belanja modal.

Di sepanjang tahun 2020, pertumbuhan konsumsi pemerintah di Provinsi Lampung

mengalami kontraksi sebesar -1,47% (yoy). Kondisi perekonomain yang lesu akibat pandemi

COVID-19 menyebabkan penurunan pendapatan daerah yang kemudian berdampak pada

terbatasnya ruang fiskal untuk konsumsi pemerintah. Selain itu, refocusing APBN berdampak pada

pengurangan alokasi dana perimbangan pemerintah daerah. Salah satu faktor yang menjadi

pendorong konsumsi pemerintah yakni pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020, meskipun tidak

setinggi pola historisnya. Kinerja konsumsi pemerintah juga didorong dengan pelaksanaan berbagai

kegiatan dan juga penyelesaian proyek-proyek infrastruktur pemerintah daerah seperti pelaksanaan

festival kopi, Lampung Fashion Show, pembangunan rest area Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS),

pembangunan jalan dan fly over, serta program-program lainnya.

Tracking Kinerja Triwulan I 2021

Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan I 2021 diprakirakan dapat tumbuh lebih baik,

meskipun terbatas akibat pandemi COVID-19. Prakiraan tersebut konsisten dengan dinamika

perkembangan konsumsi pemerintah di awal tahun yang secara historis relatif terbatas.

1.1.3. Investasi

Kinerja investasi pada triwulan IV 2020 tercatat mengalami kontraksi yang lebih dalam, tercatat

tumbuh sebesar -8,47% (yoy), memburuk dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-4,90%;

yoy). Menurunnya kinerja investasi tersebut sejalan dengan kembali merebaknya pandemi COVID-19.

Sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, penurunan kinerja investasi

tercermin pada Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi investasi LU industri pengolahan yang menurun

menjadi SBT -2,17% pada periode laporan dibandingkan triwulan III 2020 (SBT 0,12%). Selain LU

industri pengolahan, penurunan investasi terjadi pada LU listrik, gas dan air bersih serta LU jasa-jasa.

Meskipun demikian, LU konstruksi membaik dari -2,25% pada triwulan III 2020 menjadi 1,13% pada

periode laporan. Sementara hasil liaison Bank Indonesia menunjukkan likert scale investasi yang naik

dari 0,56 pada triwulan III 2020 menjadi 0,89 pada periode laporan.

Investasi pada sektor kontruksi masih terkait dengan pembangunan sarana dan prasarana

di ruas Jalan Tol Trans Sumatera, seperti pembangunan rest area. Selain itu, masih

berlangsungnya pembangunan Bendungan Way Sekampung dan Bendungan Marga Tiga, yang

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: LBU Bank Indonesia

Sumber: Google Global Mobility Report

Grafik 1. 9 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik 1. 8 Mobilisasi Masyarakat Lampung dan Indeks Penghasilan

Sumber: LBU Bank Indonesia

Sumber: LBU Bank Indonesia

Page 31: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

31

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

masing-masing ditargetkan selesai pada tahun 2020 dan 2021, turut menyumbang realisasi investasi

sektor konstruksi.

Sepanjang tahun 2020, investasi terkontraksi sebesar -4,94% (yoy), memburuk

dibandingkan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh positif sebesar 4,62% (yoy). Pandemi

COVID-19 mempengaruhi keputusan dan keberlangsungan investasi baik pemerintah maupun

swasta. Meskipun sejumlah proyek strategis pemerintah tetap menjadi prioritas pembangunan untuk

menopang pertumbuhan ekonomi, sejumlah kendala teknis di lapangan akibat COVID-19 menjadi

penahan realisasi investasi tersebut. Kendala yang dihadapi antara lain terkait dengan arahan physical distancing yang menyebabkan produktivitas kerja di lapangan menurun. Dari sisi swasta, investasi

tertahan seiring perilaku wait and see investor akan kondisi perekonomian baik global dan domestik,

penanganan pandemi COVID-19, serta pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020.

Tracking Kinerja Triwulan I 2021

Investasi diprakirakan akan mengalami perbaikan pada triwulan I 2021, meskipun relatif

terbatas seiring dengan masih berlanjutnya perilaku wait and see investor swasta dan

beberapa kendala yang timbul dalam pengerjaan proyek strategis pemerintah akibat

COVID-19. Perbaikan investasi antara lain ditopang oleh masih terus berlangsungnya pembangunan

sejumlah proyek pemerintah seperti bendungan Way Sekampung dan Margatiga yang masing-masing

ditargetkan selesai pada tahun 2020 dan 2021. Selain itu, pembangunan sararana dan prasarana di

ruas JTTS, konstruksi prafabrikasi untuk kontruksi jalan dan rel kereta api di Lampung Selatan, serta

PLTU Teluk Sirih 2x112 MW di Lampung Selatan juga akan tetap berlangsung.

Optimisme investor swasta menunjukkan perbaikan pada triwulan I 2021. Keyakinan investor

terhadap pemulihan kegiatan usahanya di tengah pandemi COVID-19 mempengaruhi keputusan

investasi korporasi. Proyeksi perbaikan investasi pada triwulan I 2021 terindikasi pada SBT perkiraan

investasi hasil SKDU Bank Indonesia yang menunjukkan kenaikan dari -2,60% pada triwulan IV 2020

menjadi 5,91%. Namun demikian, masih berlangsungnya pandemi COVID-19 menjadi faktor penahan

investasi swasta. Berdasarkan hasil liaison, likert scale investasi mengalami penurunan dari 0,89 pada

triwulan IV 2020 menjadi 0,50 pada triwulan I (s.d. Februari) 2021 (Grafik 1.16).

Di sisi lain, sejumlah stimulus dan relaksasi pemulihan ekonomi diharapkan dapat

mendorong akselerasi investasi. Sejumlah relaksasi dan strategi yang telah dipersiapkan

Pemerintah Pusat, antara lain percepatan izin impor barang modal dan bahan baku, menjaga

ketersediaan bahan baku dalam negeri (terutama untuk industri pengolahan), percepatan perizinan

ekspor untuk mempercepat peningkatan devisa, kebijakan moneter yang akomodatif, serta

peningkatan likuiditas untuk pembiayaan perbankan. Dalam upaya mempertahankan iklim investasi

yang telah berjalan baik dan untuk mendukung kegiatan usaha investor selama masa darurat COVID-

19, Pemerintah Daerah juga memberikan dukungan penuh, baik kepada kelompok investasi yang

telah beroperasi secara komersil maupun kelompok investasi baru yang masih pada tahap

perencanaan. Dukungan yang diberikan antara lain dengan memberikan pelayanan perizinan secara

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 1. 16 Perkiraan Investasi

Page 32: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

32

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

online serta melakukan pemantauan terhadap kebutuhan pasokan bahan baku industri dan

ketenagakerjaan.

1.1.4. Ekspor dan Impor

Dari sisi eksternal, baik ekspor maupun impor mengalami perbaikan pada triwulan IV 2020

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2020, ekspor tercatat mampu

tumbuh positif 5,23% (yoy) menjadi Rp28.688 miliar setelah terkontraksi pada triwulan sebelumnya

(-6,04%; yoy) seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian mitra dagang utama Lampung,

terutama Amerika Serikat, Tiongkok dan India. Sejalan dengan ekspor, meskipun masih dalam fase

kontraksi, kinerja impor juga membaik pada triwulan IV 2020 (-0,74%; yoy) menjadi Rp34.588 miliar,

dibandingkan triwulan sebelumnya (-6,88%; yoy). Meskipun kinerja ekspor mengalami pertumbuhan

positif dibandingkan impor yang masih dalam fase kontraksi namun lebih besarnya nilai impor

menyebabkan ekspor neto tercatat negatif yaitu sebesar Rp5.900 miliar, membaik dibandingkan

periode yg sama tahun lalu sebesar Rp7.585 miliar.

Dilihat dari daftar penggolongan barang ekspor melalui HS-code, ekspor luar negeri

Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar USD1055,36 juta atau tumbuh

32,08% (yoy), mengalami akselerasi bila dibandingkan periode sebelumnya (USD767,99 juta

atau 3,32%; yoy) (Grafik 1.17). Naiknya kinerja ekspor luar negeri di Provinsi Lampung ini antara

lain bersumber dari peningkatan signifikan ekspor kelompok lemak dan minyak hewan/nabati,

kelompok kopi, teh, dan rempah-rempah, kelompok olahan dari buah-buahan/sayuran serta

kelompok bahan bakar mineral. Ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati terakselerasi dari

28,75% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi 51,09% (yoy) pada triwulan IV 2020 (Grafik 1.18),

terutama didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor CPO seiring dengan pemulihan ekonomi di

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 1. 17 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Grafik 1.18 Perkembangan Ekspor Lemak dan Minyak Hewan/Nabati

Grafik 1. 19 Perkembangan Ekspor Olahan Buah-Buahan/Sayuran

Grafik 1. 20 Perkembangan Ekspor Batubara

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Page 33: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

33

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

beberapa negara utama mitra dagang (Tiongkok dan Amerika Serikat). Peningkatan permintaan

ekspor CPO pada triwulan IV 2020 juga terjadi khususnya pada negara India dan Itali. Pertumbuhan

pada triwulan IV 2020 juga tercatat lebih tinggi, yakni sebesar 15,21% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,31% (yoy). Ekspor kopi, teh, dan rempah-rempah mengalami

akselerasi dari 4,18% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi 26,08% (yoy) pada periode laporan.

Sementara itu, ekspor olahan dari buah-buahan/sayuran dan ampas/sisa industri makanan

terakselerasi, masing-masing naik dari 34,68% (yoy) dan 13,90% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi

63,97% (yoy) dan 27,06% (yoy) (Grafik 1.19). Ekspor komoditas bahan bakar mineral mampu

tumbuh positif sebesar 18,62% (yoy) pada triwulan IV 2020 setelah mengalami kontraksi sebesar -

45,57% (yoy) pada triwulan III 2020 (Grafik 1.20) sejaslan dengan tren kenaikan harga batubara

pada triwulan IV 2020.

Dilihat dari komposisi komoditas ekspor, pangsa terbesar ekspor Lampung tidak banyak

mengalami perubahan dari triwulan sebelumnya, yakni berasal dari ekspor lemak dan

minyak hewan/nabati (CPO). Ekspor lemak dan minyak hewan/nabati memiliki pangsa sebesar

36,16% dari total ekspor pada triwulan IV 2020, diikuti dengan komoditas kopi, teh, rempah-rempah

(14,87%) (Grafik 1.21). Sementara itu, negara tujuan ekspor terbesar Provinsi Lampung pada

triwulan laporan adalah Amerika Serikat (16,62%), Tiongkok (11,22%), dan Belanda (8,86%) (Grafik

1.22).

Sejalan dengan perkembangan ekspor luar negeri, meskipun masih dalam fase

kontraksi, impor pada triwulan IV 2020 juga mengalami perbaikan, terutama pada

kelompok barang konsumsi dan impor barang modal. Impor barang konsumsi dan barang

modal tumbuh membaik meskipun masih terkontraki pada triwulan IV 2020, dari -11,18% (yoy)

dan -77.18%(yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -2,86% (yoy) dan -67,63%.(yoy) (Grafik 1.23

dan Grafik 1.25). Impor konsumsi masih didominasi oleh komoditas makanan dan minuman

(olahan) untuk rumah tangga (91,23%) yang tumbuh membaik pada triwulan IV 2020 dari -

10,06% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -3,23% (yoy). Sementara itu, membaiknya

kinerjaimpor barang modal antara lain disebabkan oleh kenaikan impor barang modal alat

angkutan untuk industri. Di sisi lain, impor bahan baku penolong terkontraksi lebih dalam pada

triwulan IV 2020 menjadi sebesar -34,88% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang

terkontraksi sebesar -1,95% (yoy) (Grafik 1.24). Kontraksi impor bahan baku penolong

disebabkan oleh perlambatan impor makanan dan minuman, baik yang belum diolah maupun

olahan, untuk industri dan penurunan impor bahan baku olahan untuk industri. Berdasarkan

jenisnya, komoditas impor luar negeri ke Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 mayoritas

berupa binatang hidup (23,72%), ampas/sisa industri makanan (19,18%) serta gula dan produk

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 1. 21 Pangsa Kelompok Ekspor Non Migas Grafik 1. 22 Negara Tujuan Ekspor

Page 34: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

34

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

olahan gula (11,11%) (Grafik 1.26). Sementara itu, negara pemasok barang impor terbesar ke

Provinsi Lampung adalah Australia (34,09%), Amerika Latin (16,20%) dan USA (14,99%) (Grafik

1.27). Impor dari Australia umumnya merupakan sapi bakalan sebagai input dari industri

feedloter yang banyak berkembang di Provinsi Lampung.

Sepanjang tahun 2020, ekspor dan impor provinsi Lampung terkontraksi masing-masing

sebesar -4,17% (yoy) dan -5,43% (yoy) sejalan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi

global dan menurunnya perdagangan dunia serta lemahnya permintaan domestik. Net

ekspor Provinsi Lampung tercatat defisit sebesar Rp6.603 miliar, dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang mengalami defisit sebesar Rp8.378 miliar. Beberapa faktor yang menjadi penyebab

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 1. 24 Perkembangan Impor Bahan Baku Penolong

Grafik 1. 23 Perkembangan Impor Barang Kosumsi

Grafik 1.25 Perkembangan Impor Barang Modal

Grafik 1.26 Pangsa Impor Provinsi Lampung

Grafik 1. 27 Negara Asal Impor

Page 35: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

35

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

penurunan ekspor di Provinsi Lampung. Pertama, terkait dengan dampak pandemi COVID-19

terhadap turunnya pertumbuhan ekonomi dunia sehingga menyebabkan pertumbuhan volume

perdagangan dunia tahun 2020 yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019. World Economic Outlook IMF mencatatkan proyeksi pertumbuhan volume perdagangan dunia tumbuh -10,4% (yoy),

jauh dibawah tahun 2019 yang masih tumbuh positif sebesar 1,0% (yoy). Kedua, sejalan dengan

rendahnya permintaan global, harga sebagian besar komoditas ekspor Provinsi Lampung pada tahun

2020 berada pada tren yang menurun, kecuali CPO. Rata-rata harga batubara di tahun 2020 tercatat

sebesar USD55,87 per metric ton, dibawah rata-rata harga tahun 2019 USD 69,40 per metric ton

(Grafik 1.30). . Ekspor batu bara di sepanjang tahun 2020 mengalami penurunan akibat terkoreksinya

permintaan global dan domestik. Selain itu, harga rata-rata lada hitam yang juga menjadi penopang

ekspor Lampung pada tahun 2020 tercatat dalam tren menurun sebesar 849,67 MYR/100 kg (Grafik

1.31), lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 911,48 MYR/100 kg

Tracking Kinerja Triwulan IV dan Keseluruhan 2020

Memasuki triwulan IV 2020, pertumbuhan net ekspor diperkirakan tidak akan sebaik periode

sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan produksi komoditas perkebunan sebagai salah satu

penopang ekspor utama Provinsi Lampung pasca puncak musim panen di triwulan III 2020. Di samping

itu, secara seasonal terdapat kemungkinan kenaikan volume impor barang konsumsi menjelang Natal

dan libur akhir tahun seiring dengan peningkatan permintaan sehingga berpengaruh pada pelemahan

net ekspor. Meski demikian, pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama Lampung dapat menjadi

upside risk dari ekspor luar negeri. Selain itu, berdasarkan hasil liaison KPw BI Provinsi Lampung

kepada perusahaan industri pengolahan makanan di Provinsi Lampung, permintaan ekspor meningkat

cukup signifikan dari Amerika, Eropa, Asia Timur, dan Arab Saudi untuk periode semester II 2020.

Selain itu, untuk mendukung proses pemulihan ekonomi, Pemerintah Pusat memberikan dukungan

kepada dunia usaha melalui percepatan proses perizinan ekspor dan impor serta peningkatan layanan

melalui National Logistics Ecosystem.

Sementara itu, perbaikan ekspor komoditas CPO diprakirakan berlanjut pada triwulan IV

2020. Pemulihan ekonomi di Tiongkok dan India mendorong permintaan ekspor CPO untuk

pemenuhan pasokan di kedua negara tersebut. Selain itu, permintaan domestik masih cukup untuk

pemenuhan target biodiesel hingga akhir tahun 2020. Lebih lanjut, naiknya permintaan ini

mendorong kenaikan harga CPO dari USD661,69 per metric ton pada triwulan III 2020 menjadi

USD728,85 per metric ton pada triwulan IV (Oktober) 2020 (Grafik 1.28). Meski demikian,

produktivitas perkebunan kelapa sawit di Lampung yang masih rendah akibat kurangnya pemupukan

menjadi penahan pertumbuhan ekspor CPO ke depan.

Adapun ekspor antar daerah pada triwulan IV 2020 diperkirakan tetap tumbuh walau tidak

setinggi triwulan sebelumnya. Permintaan domestik secara seasonal diprakirakan membaik

menghadapi libur HBKN Natal dan Tahun Baru meski tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Hal ini

dapat mendorong peningkatan ekspor antar daerah. Lebih lanjut, prognosa produksi padi pada

triwulan IV 2020 (47,75%; yoy) yang lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi produksi pada

triwulan III 2020 (39,03%; yoy), seiring penambahan luas panen padi, yang umumnya dipasarkan ke

Pulau Jawa diperkirakan dapat memberikan dampak signifikan bagi perkembangan ekspor antar

daerah.

Dari sisi impor luar negeri, pertumbuhan pada triwulan IV 2020 diperkirakan masih

terkontraksi meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya, seiring dengan perkiraan

berlanjutnya pemulihan konsumsi domestik pada fase adaptasi kebiasaan baru (Grafik

1.29). Namun demikian, kelancaran impor tetap perlu dijaga mengingat andil impor yang masih besar

terhadap PDRB Lampung. Hal ini menunjukkan ketergantungan perekonomian yang besar terhadap

impor, khususnya industri pengolahan untuk pemenuhan produk konsumsi domestik dan orientasi

ekspor. Berdasarkan kelompoknya, impor terbesar Lampung didominasi oleh impor bahan baku

penolong (90,95% dari total impor pada triwulan III 2020). Untuk mendukung kelancaran impor

komoditas pendukung industri pengolahan (a.l. bahan baku impor) di tengah pandemi COVID-19,

Page 36: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

36

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Pemerintah Pusat melakukan relaksasi berupa percepatan izin impor yang diharapkan dapat

mempercepat proses pemulihan ekonomi.

Sepanjang tahun 2020, net ekspor Provinsi Lampung diperkirakan mengalami penurunan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa faktor menjadi penyebab penurunan ekspor

di Provinsi Lampung. Pertama, terkait dengan dampak pandemi COVID-19 terhadap turunnya

pertumbuhan ekonomi dunia sehingga memicu perkiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia

tahun 2020 yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019. World Economic Outlook IMF Oktober

2020 mencatatkan proyeksi pertumbuhan volume perdagangan dunia tumbuh -10,4% (yoy), jauh

dibawah tahun 2019 yang masih tumbuh positif sebesar 1,0% (yoy). Kedua, harga sebagian besar

komoditas ekspor Provinsi Lampung pada tahun 2020 berada pada tren yang menurun, kecuali CPO

dan kopi robusta. Rata-rata harga batubara per Oktober 2020 tercatat sebesar USD56,44 per metric

ton, dibawah rata-rata harga tahun 2019 USD 69,40 per metric ton (Grafik 1.30). Selain itu, harga

rata-rata lada hitam yang juga menjadi penopang ekspor Lampung hingga November 2020 tercatat

dalam tren menurun sebesar 895,77 MYR/100 kg (Grafik 1.31), lebih rendah dibandingkan tahun

2019 yang sebesar 911,48 MYR/100 kg. Ekspor batu bara di sepanjang tahun 2020 diperkirakan

mengalami penurunan akibat terkoreksinya permintaan global dan domestik. Meski demikian,

penurunan ekspor yang lebih dalam dapat ditahan oleh peningkatan ekspor komoditas CPO yang

hingga triwulan III 2020 tumbuh 21,35% (yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Begitu pula ekspor kopi robusta hingga triwulan III 2020 tumbuh 11,26% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun 2019. Peningkatan ekspor kopi robusta ditopang oleh volume produksi yang naik

13,63% (yoy) untuk periode yang sama, di tengah harga rata2 (hingga Oktober) yang turun dari 0,80

MYR/100 kg pada tahun 2019 menjadi 0,78 MYR/100 kg pada tahun 2020 (Grafik 1.32).

Selain permintaan yang masih terjaga, berdasarkan hasil liaison juga diketahui bahwa bisnis perdagangan biji kopi cenderung stabil. Beberapa perusahaan yang menerapkan kontrak jual beli antara perusahaan dengan buyer relatif panjang, yakni sekitar 2 tahun khususnya untuk pasar ekspor sehingga kinerja penjualan perusahaan relatif lebih stabil. Selain itu, selama masa tanggap darurat ini perusahaan juga telah mengantongi IOMSI (Izin Operasional dan Mobilitas Sektor Industri) dari Pemerintah, sehingga kegiatan operasional perusahaan masih dapat berjalan normal dengan menerapkan protokol kesehatan. Tracking Kinerja Triwulan I 2021 Memasuki triwulan I 2021, pertumbuhan ekspor dan impor diperkirakan akan meningkat.

Pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama Lampung dapat menjadi upside risk dari

ekspor luar negeri. Permintaan batubara dan harga batubara meningkat dan mencapai seiring

pemulihan ekonomi di beberapa negara mitra dagang dan terhentinya impor batubara Tiongkok dari

Australia. Rata-rata harga batubara di triwulan I 2021 tercatat sedikit meningkat menjadi sebesar

USD55,90 per metric ton, dibandingkan rata-rata harga tahun 2020 USD 55,18 per metric ton Selain

itu, berdasarkan hasil liaison KPw BI Provinsi Lampung kepada perusahaan industri pengolahan

makanan di Provinsi Lampung, permintaan ekspor meningkat cukup signifikan dari Amerika, Eropa,

Asia Timur, dan Arab Saudi. Selain itu, untuk mendukung proses pemulihan ekonomi, Pemerintah

Pusat memberikan dukungan kepada dunia usaha melalui percepatan proses perizinan ekspor dan

impor serta peningkatan layanan melalui National Logistics Ecosystem.

Sementara itu, perbaikan ekspor komoditas CPO diprakirakan berlanjut pada triwulan I

2021. Pemulihan ekonomi di Tiongkok dan India mendorong permintaan ekspor CPO untuk

pemenuhan pasokan di kedua negara tersebut. Selain itu, permintaan domestik masih cukup untuk

pemenuhan target biodiesel hingga akhir tahun 2020. Lebih lanjut, naiknya permintaan ini

mendorong kenaikan harga CPO dari USD821,73 per metric ton pada triwulan IV 2020 menjadi

USD951,24 per metric ton pada triwulan I (hingga Februari) 2021 (Grafik 1.28). Meski demikian,

produktivitas perkebunan kelapa sawit di Lampung yang masih rendah akibat kurangnya pemupukan

menjadi penahan pertumbuhan ekspor CPO ke depan.

Page 37: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

37

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Adapun ekspor antar daerah pada triwulan I 2021 diperkirakan tetap tumbuh walau tidak

setinggi triwulan sebelumnya seiring dengan telah berakhirnya libur HBKN Natal dan Tahun

Baru.

Dari sisi impor luar negeri, pertumbuhan pada triwulan I 2021 diperkirakan mampu tumbuh

positif sejalan dengan perkiraan membaiknya permintaan domestik dan mulai

meningkatnya aktivitas produksi seiring dengan perkiraan berlanjutnya pemulihan

ekonomi Indonesia (Grafik 1.29). Kelancaran impor perlu dijaga mengingat andil impor yang besar

terhadap PDRB Lampung khususnya basgi industri pengolahan dalam rangka pemenuhan produk

konsumsi domestik dan orientasi ekspor. Berdasarkan kelompoknya, impor terbesar Lampung

didominasi oleh impor bahan baku penolong (94,15% dari total impor pada triwulan I 2021). Untuk

mendukung kelancaran impor komoditas pendukung industri pengolahan (a.l. bahan baku impor) di

tengah pandemi COVID-19, Pemerintah Pusat melakukan relaksasi berupa percepatan izin impor yang

diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan ekonomi.

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bloomberg11111111

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

Grafik 1. 29 Tracking Perkembangan Impor Luar Negeri

Grafik 1. 28 Perkembangan Harga CPO Internasional

Grafik 1. 31 Perkembangan Harga Lada Hitam Internasional

Grafik 1. 30 Perkembangan Harga Batubara Internasional

Page 38: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

38

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

1.2 Analisis PDRB Sisi Lapangan Usaha

Di sisi lapangan usaha (LU), perbaikan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020 terutama

ditopang oleh peningkatan kinerja LU informasi dan komunikasi yang selama pandemi

COVID-19 cenderung mengalami peningkatan permintaan (Tabel 1.2). Sementara itu, sejalan

dengan pemulihan aktivitas ekonomi global, LU industri pengolahan mampu tumbuh positif (1,13%;

yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -10,17% (yoy). Di sisi lain, LU

pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh melambat (0,28%; yoy) dengan berakhirnya aktivitas

panen komoditas perkebunan (kopi dan lada) dan tanaman pangan pada triwulan IV 2020. LU

perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tercatat terkontraksi lebih dalam (-

9,87%; yoy), antara lain dipengaruhi oleh terkontraksi lebih dalamnya konsumsi rumah tangga yang

tercermin dari penurunan penjualan kendaraan bermotor akibat masih lemahnya preferensi

masyarakat untuk membeli barang tahan lama serta pembatasan sosial karena pandemi COVID-19.

Tw III

2018

(yoy)

Tw IV

2018

(yoy)

Tw I 2019

(yoy)

Tw II

2019

(yoy)

Tw III

2019

(yoy)

Tw IV

2019

(yoy)

Tw I 2020

(yoy)

Tw II

2020

(yoy)

Tw III

2020

(yoy)

Tw IV

2020

(yoy)

Andil Tw

IV 2020

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -0.24 5.52 1.21 0.69 0.08 4.07 -2.79 1.65 3.17 0.28 0.07

Pertambangan dan Penggalian 4.30 -1.18 2.81 4.46 0.21 3.38 -1.50 -2.21 -1.20 -8.44 -0.51

Industri Pengolahan 12.42 7.51 7.47 11.75 10.14 3.77 1.41 -12.53 -10.08 1.13 0.22

Pengadaan Listrik, Gas 4.41 1.16 6.84 16.26 6.23 9.56 3.46 -1.97 1.20 -10.17 -0.02

Pengadaan Air 2.09 2.14 4.17 5.22 5.93 5.80 4.80 4.11 6.13 5.16 0.01

Konstruksi 5.51 4.96 7.30 7.02 5.15 4.85 4.15 -2.25 -5.98 -3.14 -0.34

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.51 4.67 8.11 6.30 8.97 5.57 2.68 -10.32 -8.80 -9.87 -1.25

Transportasi dan Pergudangan 3.33 5.48 7.28 8.12 8.67 8.20 7.31 -13.22 -2.58 -12.90 -0.73

Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 11.22 11.11 10.55 5.92 9.98 10.09 9.87 -7.14 -8.29 -13.10 -0.21

Informasi dan Komunikasi 12.72 7.37 8.67 8.26 6.68 8.35 6.65 11.03 5.96 8.47 0.44

Jasa Keuangan 1.92 -2.63 -1.45 -2.27 6.59 8.82 6.71 2.11 1.75 4.56 0.10

Real Estate 3.86 4.28 5.06 6.20 6.47 5.77 5.77 -1.73 -5.30 -5.34 -0.17

Jasa Perusahaan 0.53 2.00 5.01 3.62 3.63 3.64 3.59 -4.33 -1.10 -3.80 -0.01

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.69 4.59 6.64 7.04 2.91 2.79 3.92 5.40 6.80 3.53 0.11

Jasa Pendidikan 11.10 9.67 9.98 8.94 7.24 7.32 7.18 4.45 6.32 -1.27 -0.04

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.39 7.88 6.94 5.67 7.77 6.85 7.72 3.14 18.18 14.26 0.15

Jasa Lainnya 9.40 8.57 9.15 6.01 8.45 8.77 10.78 -11.44 -8.89 -7.92 -0.08

5.19 5.38 5.21 5.61 5.16 5.07 1.74 -3.57 -2.41 -2.26 -2.26

MeningkatMelambat Moderat

Lapangan Usaha

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 1. 32 Perkembangan Harga Kopi Robusta Internasional

Tabel 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung - Sisi Lapangan Usaha (% yoy)

Page 39: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

39

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Porsi terbesar PDRB Lampung pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga LU utama

Provinsi Lampung yaitu LU pertanian, kehutanan dan perikanan, LU industri pengolahan,

dan LU perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor dengan porsi

masing-masing sebesar 29,90%, 19,41% dan 11,14% (Grafik 1.33).

Memasuki triwulan I 2021, kegiatan perekonomian Provinsi Lampung diprediksi dapat

membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dipengaruhi oleh indikasi

meningkatnya permintaan domestik dan berlanjutnya pemulihan ekonomi negara mitra

dagang. Kinerja LU informasi dan komunikasi, LU administrasi pemerintahan, serta LU jasa kesehatan

juga diperkirakan tumbuh positif. Kebutuhan sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang

meningkat di tengah pandemi COVID-19 diperkirakan masih menjadi pendorong pertumbuhan positif

LU informasi dan komunikasi. Begitu pula kebutuhan akan fasilitas kesehatan dan sosial yang tinggi

selama pandemi COVID-19 mendorong pertumbuhan LU kesehatan serta LU administrasi

pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Sementara itu, LU industri pengolahan dan LU

perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan IV 2020 diperkirakan

membaik sejalan dengan perkiraan perbaikan konsumsi rumah tangga di tengah optimisme

implementasi vaksinasi COVID-19. Selain itu, berlanjutnya pemulihan ekonomi negara-negara mitra

dagang berpotensi mendorong peningkatan kinerja industri pengolahan berorientasi ekspor.

1.2.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Kinerja LU pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV 2020 sebesar 0,28% (yoy),

atau melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,17% (yoy). Melambatnya

pertumbuhan pada LU ini terjadi seiring dengan telah berlalunya puncak panen raya beberapa

komoditas perkebunan. Sesuai dengan pola musiman, terjadi kontraksi pada subkategori tanaman

pangan, karena penurunan produksi padi sebesar -8,02% (q-to-q), jagung -75,09% (q-to-q), ubi kayu

sebesar -11,01%, kedelai sebesar -65,77% (q-to-q), kacang tanah sebesar -66,62% (q-toq) dan

kacang hijau sebesar -50,67% (q-to-q). Perlambatan pada LU pertanian, kehutanan dan perikanan

tercermin pada turunnya penyaluran kredit perbankan pada LU ini dari 9,81% (yoy) pada triwulan III

2020 menjadi 7,12% (yoy) pada periode laporan (Grafik 1.34).

Sejalan dengan kinerja LU pertanian yang tetap positif meskipun melambat, pendapatan

masyarakat terindikasi meningkat. Kondisi ini tercermin dari naiknya indeks NTP (Nilai Tukar Petani)

pada triwulan IV 2020 menjadi 95,78 dari 94,29 pada triwulan III 2020 (Grafik 1.35). Kenaikan NTP

terjadi pada hampir semua sub LU, kecuali sub LU tanaman padi dan palawija serta sub LU peternakan.

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 1.33 Pangsa PDRB Lap. Usaha

Page 40: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

40

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Secara umum, naiknya NTP didorong oleh peningkatan pendapatan (indeks yang diterima) yang lebih

besar sejalan dengan naiknya harga beberapa komoditas pangan dan perkebunan, daripada kenaikan

beban biaya (indeks yang dibayar).

Untuk keseluruhan tahun 2020, kinerja LU pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh

melambat sebesar 0,66% (yoy) dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar 1,34% (yoy). Hal ini

sejalan dengan, penyediaan pupuk yang cenderung terbatas sebagaimana tercermin pada penurunan

impor pupuk sebesar -32,37% (yoy) di tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Grafik

1.37). Namun demikian, secara tahunan, penyaluran kredit perbankan pada LU ini meningkat dari -

7,88 (yoy) pada tahun 2019 menjadi 7,12% (yoy) pada tahun 2020 (Grafik 1.36). Lebih lanjut, melalui

program unggulan Pemerintah Provinsi Lampung, yakni Kartu Petani Berjaya, diharapkan kinerja LU

pertanian, kehutanan dan perikanan dapat terakselerasi baik dari hulu hingga hilir.

Tracking Kinerja Triwulan I 2021

Kinerja sektor pertanian, perikanan dan kehutanan pada triwulan I 2021 diperkirakan

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan masuknya puncak musim

penghujan. BMKG memperkirakan puncak hujan akan berlangsung pada Januari-Februari 2021 dan

dapat mengganggu produksi tanaman holtikultura. Selain itu, pada musim penghujan akan terjadi

siklus penurunan produksi komoditas perkebunan seperti kopi, lada, dsb. Namun demikian, hasil

SKDU Bank Indonesia menunjukkan kenaikan SBT LU pertanian, peternakan, kehutanan, dan

perikanan dari -10,54% pada triwulan IV 2020 menjadi 19,61% pada triwulan I 2021.

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia

Sumber: Bea dan Cukai

Sumber: Bank Indonesia Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 1. 35 Nilai Tukar Petani Grafik 1.34 Kredit Pertanian

Grafik 1. 37 Volume Impor Pupuk Grafik 1. 36 Kredit Pertanian

Page 41: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

41

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

1.2.2 Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Kinerja LU industri pengolahan di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 mengalami

perbaikan dan tumbuh positif sebesar 1,13% (yoy) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang terkontaksi sebesar -10,08% (yoy) sejalan dengan pemulihan ekonomi

global dan perbaikan permintaan domestik. Aktivitas ekonomi di beberapa negara mitra dagang

ekspor utama Lampung yang mulai meningkat, berpengaruh terhadap permintaan dan produktivitas

industri pengolahan yang berorientasi ekspor, yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan III 2020. Kinerja LU industri pengolahan yang membaik juga terkonfirmasi dari realisasi impor

bahan baku penolong makanan dan minuman (belum diolah) untuk industri yang tumbuh 4,28%

(yoy) pada triwulan III 2020, atau meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2020 (-34,70%; yoy)

(Grafik 1.41). Impor komoditas ini digunakan sebagai bahan baku produksi bahan makanan olahan

dalam negeri untuk memenuhi permintaan pada periode selanjutnya. Meskipun demikan, Prompt Manufacturing Index (PMI) mengalami penurunan dari 50,53 pada triwulan III 2020 menjadi 41,71

pada periode laporan (Grafik 1.38). Hasil SKDU triwulan IV 2020 menunjukkan SBT realisasi

penggunaan tenaga kerja LU industri pengolahan yang memburuk dari -0,44% pada triwulan III 2020

menjadi -2,31% (Grafik 1.39). Selain itu, penjualan listrik industri pada triwulan IV 2020 tercatat

tumbuh 4,24% (yoy), relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,68% (yoy)

(Grafik 1.40).

Pertumbuhan LU industri pengolahan di sepanjang 2020 terkontraksi sebesar -5,24% (yoy)

seiring dengan menurunnya permintaan baik domestik maupun ekspor akibat pandemi

COVID-19. Secara global, pandemi COVID-19 telah menurunkan aktivitas ekonomi di banyak negara.

Berdasarkan WEO, pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan tumbuh -4,4% (yoy) pada tahun 2020

atau jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh 2,8% (yoy) dan mempengaruhi kinerja

industri pengolahan berbasis ekspor di Lampung. Selain itu, lesunya permintaan domestik akibat

melemahnya daya beli masyarakat mempengaruhi kinerja industri pengolahan.

Sumber: Bea dan Cukai Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: PLN Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Bank Indonesia Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 1. 38 Prompt Manufacturing Index Grafik 1. 39 SBT Realisasi Tenaga Kerja LU Industri Pengolahan

Grafik 1. 40 Penjualan Listrik Industri Grafik 1. 41 Impor Bahan Baku Makanan

Page 42: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

42

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Tracking Kinerja Triwulan I 2021

Perbaikan LU industri pengolahan pada triwulan I 2021 diperkirakan berlanjut seiring

dengan perkiraan membaiknya permintaan domestik pada akhir tahun dan berlanjutnya

pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang. Meningkatnya permintaan rumah tangga

akan menjadi pendorong perbaikan kinerja LU industri pengolahan. Lebih lanjut, pemulihan ekonomi

di beberapa negara mitra dagang diprakirakan terus berlanjut sehingga berpotensi meningkatkan

permintaan akan produk olahan Lampung yang berorientasi ekspor. Perkiraan ini sejalan dengan hasil

SKDU terkait perkiraan kegiatan usaha dan tenaga kerja LU industri pengolahan yang meningkat pada

triwulan I 2021 (5,46% SBT dan 3,26 SBT) dibandingkan dengan triwulan IV 2020 (-2,29% SBT dan

-2,31 SBT). PMI Lampung pada triwulan I 2021 juga diperkirakan naik dari 41,71 pada triwulan IV

2020 menjadi 56,71 (Grafik 1.42). Konsisten dengan hal tersebut, penggunaan listrik industri pada

bulan Januari 2021 naik 9,86% (yoy) menjadi 91,24 juta Kwh dibandingkan periode yang sama tahun

2019 sebesar 83,06 juta Kwh. Namun demikian, pertumbuhan kredit pada LU industri pengolahan

terpantau melambat pada triwulan I (Januari) 2021 yakni sebesar 0,50% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan IV 2020 (11,03%; yoy) (Grafik 1.43).

1.2.3 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

Kinerja LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor di Lampung

pada triwulan IV 2020 terkontraksi lebih dalam menjadi sebesar -9,87% (yoy), memburuk

dibandingkan periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar -8,80% (yoy). Memburuknya

pertumbuhan LU ini sejalan dengan kinerja konsumsi rumah tangga Provinsi Lampung yang juga

tercatat memburuk. Selain itu, melambatnya pertumbuhan sektor pertanian sebagai salah satu sektor

utama yang paling banyak menyerap tenaga kerja pada triwulan IV berpengaruh negatif pada aktivitas

perdagangan. Menurunnya kinerja LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda

motor tercermin dari beberapa indikator. Sejalan dengan hal tersebut, penjualan mobil, truk dan bus

terpantau terkontraksi lebih dalam, yakni masing-masing tumbuh -48,82% (yoy), -82,63% (yoy) dan

-100% (yoy) pada triwulan IV 2020 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu -47,83% (yoy),

-77,30% (yoy) dan -66,67% (yoy) (Grafik 1.45). Turunnya penjualan bus terjadi sejalan dengan

kembali merebaknya pandemi COVID-19 yang berdampak pada penurunan preferensi masyarakat

untuk menggunakan kendaraan umum. Namun demikian, penyaluran kredit di LU perdagangan besar

dan eceran pada triwulan IV 2020 tumbuh -1,11% (yoy) atau lebih baik dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (-2,39%; yoy) (Grafik 1.44). Hasil SKDU menunjukkan perbaikan SBT realisasi kegiatan

usaha dan jumlah tenaga kerja, masing-masing dari 6,01% dan -3,60% pada triwulan III 2020 menjadi

8,66% dan -1,81% pada periode laporan. Indeks pengeluaran untuk konsumsi barang tahan lama

relative stabil dari 86,00 pada triwulan III 2020 menjadi 86,17 pada periode laporan.

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: WIND

Grafik 1. 42 Perkiraan Prompt Manufacturing Index Lampung

Pertumbuhan Kredit LU Industri Pengolahan

Grafik 1. 4

Grafik 1. 43 Pertumbuhan Kredit LU Industri Pengolahan

Page 43: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

43

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor Provinsi

Lampung di sepanjang tahun 2020 mengalami kontraksi -6,64% dibandingkan tahun

sebelumnya yang mampu tumbuh positif sebesar 7,20% (yoy). Hal ini disebabkan oleh

turunnya daya beli masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Konsumsi masyarakat selama HBKN

tahun 2020 juga tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Kunjungan wisatawan domestik ke

beberapa lokasi wisata di Provinsi Lampung juga mengalami penurunan seiring adanya arahan physical distancing untuk mencegah penyebaran COVID-19. Dari sisi eksternal, permintaan ekspor dari

sebagian besar negara mitra dagang juga mengalami penurunan seiring dengan penurunan aktivitas

ekonomi di negara-negara tersebut akibat pandemi COVID-19.

Tracking Kinerja Triwulan I 2021

Memasuki triwulan I 2021, LU perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan

sepeda motor diperkirakan membaik dan mampu tumbuh positif seiring dengan indikasi

meningkatnya konsumsi rumah tangga dan berlanjutnya pemulihan ekonomi global.

Konsumsi rumah tangga akan meningkat pada seiring dengan optimisme masyarakat terhadap

keberhasilan vaksinasi COVID-19. Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat terindikasi salah satunya

dari data Google Global Mobility Report yang menunjukkan mobilisasi masyarakat Lampung pada

beberapa spot perbelanjaan yang terpantau mulai kembali menuju pola normal. Mobilisasi di area

pemukiman yang selama periode COVID-19 terpantau terpantau melandai mulai kembali menuju ke

arah level sebelum COVID-19. Perkembangan ini mengindikasikan peningkatan aktivitas konsumsi

(permintaan) masyarakat Lampung. Selain karena adanya pelonggaran pembatasan, hal ini sejalan

dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan perbaikan keyakinan konsumen

akan kondisi saat ini. IKE (hingga Februari 2021) tercatat 70,4 atau meningkat dibandingkan triwulan

IV 2020 (66,6) (Grafik 1.46). Meningkatnya IKE didorong oleh peningkatan penghasilan, ketersediaan

lapangan kerja dan pengeluaran konsumsi barang tahan lama saat ini. Sementara itu, pemulihan

ekonomi global yang terus berlanjut dan hasil produksi pertanian yang diprakirakan lebih baik

diharapkan dapat mendorong kinerja ekspor luar negeri dan antar daerah Lampung.

Sumber: Bank Indonesia Sumber: LADEO Provinsi Lampung

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1. 44 Kredit LU Perdagangan

Grafik 1. 45 Pertumbuhan Penjualan Kendaraan

Grafik 1.46 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Page 44: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

44

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

1.2.4 Lapangan Usaha Konstruksi

Pertumbuhan LU konstruksi pada triwulan IV 2020 mengalami perbaikan meskipun masih

terkontraksi sebesar -3,14% (yoy), jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi sebesar -5,98% (yoy). Perbaikan LU ini antara lain terjadi seiring dengan realisasi

proyek fisik pemerintah. Sejalan dengan kondisi tersebut, impor besi dan baja sebagai material

konstruksi Lampung di triwulan IV 2020 tumbuh signifikan sebesar 103,96% (yoy), jauh membaik jika

dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -62,21% (yoy). Penjualan

semen di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 mampu tumbuh positif sebesar 2,03% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi (-11,78%; yoy) (Grafik 1.47).

Perbaikan LU konstruksi pada periode laporan juga terkonfirmasi dari akselerasi pertumbuhan

penyaluran pembiayaan melalui kredit di LU konstruksi yakni sebesar 97,91% (yoy), dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,51% (yoy) (Grafik 1.48).

Di sepanjang tahun 2020, kinerja LU konstruksi terkontaksi sebesar -2,05% (yoy)

dibandingkan tahun 2019 yang mampu tumbuh positif sebesar 6,01% (yoy). Hal ini karena

sebagian besar pengerjaan Jalan Tol Trans Sumatera seksi Terbanggi Besar – Pematang Panggang

yang berada di Lampung telah selesai dan telah beroperasi. Sementara itu, pandemi COVID-19

membuat Pemerintah melakukan kebijakan realokasi belanja modal terkait infrastruktur ke

penanganan COVID-19. Dari sisi swasta, pembangunan sejumlah perumahan dan proyek konstruksi

lainnya tertahan sebagai respons lemahnya permintaan masyarakat akibat turunnya pendapatan dan

daya beli di tengah pandemi COVID-19.

Tracking Kinerja Triwulan I 2021

Pada triwulan I 2021, kinerja LU konstruksi diperkirakan membaik dibandingkan dengan

periode sebelumnya meskipun masih dalam fase kontraksi. Perkiraan ini sejalan komitmen

pemerintah pusat yang akan tetap menjalankan pembangunan proyek strategis pemerintah, seperti

bendungan Way Sekampung dan Marga Tiga yang masing-masing ditargetkan selesai pada tahun

2020 dan 2021. Selain itu, penjualan semen pada triwulan I (Januari) 2021 terpantau meningkat

sebesar 17,61% (yoy). Namun demikian, masih akan terbatasnya realisasi anggaran pemerintah yang

berkaitan dengan proyek konstruksi di awal tahun diperkirakan akan menahan perbaikan kinerja LU

konstruksi. Selain itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), kegiatan LU konstruksi

pada triwulan I 2020 diperkirakan menurun dari 9,01% SBT pada triwulan IV 2020 menjadi -6,75%

SBT pada triwulan laporan.

Sumber: Kemenperin RI Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1. 47 Penjualan Semen Grafik 1. 48 Kredit LU Konstruksi

Page 45: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

45

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

1.2.5 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

LU pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan tercatat mengalami pemburukan

kinerja dari -1,31% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -8,44% (yoy) sejalan dengan masih

terkontraksinya aktivitas konstuksi dan memburuknya kinerja investasi yang menahan

permintaan terhadap LU ini. Selain itu, permasalahan izin usaha sejumlah perusahaan penggalian

pasir di Lampung masih dalam proses pengecekan oleh Pemerintah. Aktivitas penggalian menjadi

terkendala karena adanya keberatan dari masyarakat atas aktivitas penggalian yang dinilai ilegal.

Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Provinsi Lampung berkomitmen untuk memperketat sejumlah

persyaratan terkait perizinan tambang ke depannya. Memburuknya kinerja yang terjadi pada LU

pertambangan dan penggalian, konsisten dengan realisasi penyaluran kredit pada LU tersebut yang

tumbuh melambat dari 49,10% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi 35,52% (yoy) (Grafik 1.49).

Sepanjang tahun 2020, kinerja LU pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi

sebesar -3,50% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh positif sebesar 2,70%

(yoy). Refocusing anggaran dan arahan physical distancing menjadi penahan akselerasi aktivitas

konstruksi yang berdampak pada lebih rendahnya permintaan akan material galian.

Tracking Kinerja Triwulan I 2021

Perbaikan Kinerja LU pertambangan dan penggalian diperkirakan berlanjut pada triwulan I

2021. Permintaan akan bahan-bahan galian diprakirakan meningkat guna mendukung proses

konstruksi sejumlah proyek strategis di Lampung termasuk rest area JTTS, bendungan, pipa gas alam,

SPAM, irigasi, dan lainnya.

1.2.6 Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan

Kinerja LU transportasi dan pergudangan pada triwulan laporan tercatat mengalami

kontraksi lebih dalam sebesar -12,90% (yoy), memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya

yang juga terkontraksi sebesar 2,58% (yoy). Pemburukan ini sejalan dengan kembali menurunnya

aktivitas masyarakat sejalan dengan kembali merebaknya pandemic COVID-19 dan berbagai

pembatasan yang dilakukan. Permintaan domestik yang kembali menurun menyebabkan turunnya

frekuensi pengiriman barang dan mobilisasi masyarakat pada triwulan IV 2020. Penurunan kinerja LU

ini sejalan dengan realisasi kegiatan usaha LU pengangkutan berdasarkan survei Bank Indonesia yang

stabil di level 3,51% SBT (Grafik 1.50). Dari sub LU transportasi, pertumbuhan arus bongkar barang

pada periode laporan menggunakan kereta api mengalami perbaikan dibanding triwulan sebelumnya.

Laju pertumbuhan arus barang tercatat tumbuh sebesar -13,03% (yoy), lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -17,47% (yoy) (Grafik 1.51). Sementara itu, pergerakan

penumpang dengan menggunakan kapal relatif stabil pada triwulan IV 2020. Meski masih

terkontraksi, pertumbuhan jumlah penumpang angkutan laut relatif stabil dari -58,84% (yoy) pada

triwulan III 2020 menjadi -59,55% (yoy) pada periode laporan. Selain telah beroperasinya Jalan Ton

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1. 49 Kredit LU Pertambangan dan Penggalian

Page 46: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

46

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Trans Sumatera hingga Pelabuhan Bakauheni yang menjadikan peralihan moda transportasi dan

arahan untuk bepergian menggunakan kendaraan pribadi selama pandemi COVID-19, jumlah

penumpang yang menggunakan kendaraan darat dan laut meningkat dibandingkan dengan

angkutan udara. Meski demikian, seiring dengan dibukanya kembali moda transportasi angkutan

udara pada triwulan III 2020, jumlah penumpang angkutan udara kembali mengalami peningkatan

dan tumbuh membaik dari -82,59% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -72,55% (yoy) pada triwulan

IV 2020. Sementara itu, PT KAI belum melayani angkutan penumpang sejak Mei 2020 (Grafik 1.52).

Tracking Kinerja Triwulan I 2021

Memasuki triwulan I 2020, kinerja LU transportasi dan pergudangan diperkirakan dapat

tumbuh positif dengan makin meningkatnya aktivitas ekonomi dan mobilisasi masyarakat

sejalan dengan optimisme keberhasilan vaksinasi COVID-19. Berdasarkan data Google Global Mobility Report, mobilisasi masyarakat Lampung hingga Februari 2020 secara perlahan kembali

menuju ke pola normal sebelum pandemi COVID-19. Perbaikan konsumsi domestik juga diprakirakan

dapat mendorong perbaikan aktivitas transportasi angkutan barang dan pergudangan. Perkiraan

perbaikan LU tersebut didukung oleh indeks perkiraan kegiatan usaha LU pengangkutan sebesar

6,83% SBT, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 3,51% SBT.

1.2.7 Lapangan Usaha Lainnya

LU pengadaan listrik dan gas pada triwulan III 2020 mengalami akselerasi sebesar 1,20%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh -1,97% (yoy). Akselerasi

LU pengadaan listrik dan gas ini sejalan dengan perlambatan total penjualan listrik sebesar 8,62%

(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,50% (yoy) (Grafik 1.53). Secara

komposisi pelanggan, penggunaan listrik paling besar masih berasal dari kelompok rumah tangga dan

Sumber: SKDU Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah)

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 1.50 Indeks Kegiatan Dunia Usaha LU Pengangkutan dan Komunikasi

Grafik 1.51 Perkembangan Arus Barang Menggunakan Kereta Api

Grafik 1. 52 Perkembangan Arus Penumpang Provinsi Lampung

Page 47: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

47

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

diikuti oleh kelompok industri. Membaiknya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan LU industri

pengolahan pada periode laporan turut mendorong kinerja LU pengadaan listrik dan gas. Konsisten

dengan perkembangan tersebut, hasil SKDU menunjukkan realisasi kegiatan usaha LU listrik, gas, dan

air bersih yang naik dari -0,07% SBT pada triwulan II 2020 menjadi 0,18% SBT pada periode laporan

(Grafik 1.54). Di lain sisi, upaya PGN untuk meningkatkan utilisasi FSRU (Floating Storage Regasification Unit) Lampung untuk mendukung distribusi LNG turut mendorong kinerja LU dimaksud

untuk dapat tumbuh membaik.

Tracking Kinerja Triwulan I 2021 Memasuki triwulan I 2021, sektor pengadaan listrik dan gas diperkirakan dapat tumbuh

positif dibandingkan periode sebelumnya yang masih terkontraksi. Hal tersebut antara lain

dipengaruhi oleh perkiraan peningkatan konsumsi rumah tangga dan usaha pada awal tahun 2021

yang didukung dengan peningkatan aktivitas masyarakat dan kegiatan usaha sejalan dengan

optimisme masyarakat dengan adanya vaksinasi COVID-19, sehingga mendorong permintaan akan

pasokan listrik dan gas.

Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Lampung, diolah

Sumber: SKDU, Bank Indonesia

Grafik 1. 53 Total Penjualan Listrik

Grafik 1. 54 Realisasi Kegiatan Usaha LU Listrik, Gas, dan Air

Page 48: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

48

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

BOKS 1 : IDENTIFIKASI DAMPAK KELANGKAAN KONTAINER

TERHADAP EKSPOR PROVINSI LAMPUNG

Pandemi COVID-19 telah mengguncang perekonomian dunia pada tahun 2020. COVID-19 juga

menambah ketidakpastian usaha karena diterapkannya kebijakan lockdown hampir di seluruh negara

di dunia. Hal tersebut tentunya berdampak negatif pada banyak sektor perekonomian, salah satunya

adalah perdagangan global. Hal tersebut tercermin dari pergerakan kontainer di tempat persinggahan

kapal (port call) dunia yang mengalami penurunan pada bulan Februari, Mei dan Juni 2020, namun

kembali meningkat sejak Juli 2020. Saat lockdown, prioritas penggunaan kontainer untuk pengiriman

komoditas kebutuhan dasar. Selain itu, usaha perkapalan lebih memilih rute jarak jauh mengingat

harga yang lebih tinggi (contoh: Tiongkok ke Amerika), sehingga rute Tiongkok ke Asia menjadi less

priority dan menyebabkan supply kapal berkurang.

Tingginya ekspor China ke Amerika dan Eropa dibandingkan dengan impor China dari Amerika dan

Eropa, berdampak pada kelangkaan kontainer yang disebabkan oleh ketidakseimbangan arus

kontainer yang tidak seimbang, dengan perbandingan kontainer keluar dan kontainer masuk sebesar

3:1. Selain itu, selama lockdown yang terjadi hampir di seluruh negara tahun lalu mengakibatkan

sebagian besar pesanan kontainer baru dibatalkan.

Ketersediaan kontainer tersebut tidak sebanding dengan pemulihan volume perdagangan yang

menyebabkan hampir semua jalur pelayaran utama perlu menambah kapasitas kontainer yang

signifikan untuk mengatasi masalah kekurangan kontainer.

Grafik 1 Pergerakan Port Call Dunia Grafik 2 Freight Pricing

Grafik 3 Total Ekspor China Grafik 4 Total Impor United States

Grafik 5 China Containerized Freight Index

Page 49: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

49

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Sejak bulan Agustus 2020 ketika terjadi pelonggaran lockdown di beberapa negara, aktivitas ekspor

untuk komoditas selain kebutuhan dasar kembali meningkat. Hal ini menyebabkan supply kapal lebih

banyak dijalankan pada rute jauh yang lebih menguntungkan yang berakibat berkurangnya supply

kapal untuk intra Asia. Ketersediaan kontainer di Pelabuhan Panjang yang didominasi tujuan

internasional (±85%), semakin berkurang.

Komoditas ekspor dari Lampung yang sebagian

besar merupakan hasil alam (nanas, kopi, CPO,

karet), membutuhkan kontainer berukuran besar.

Kebutuhan kontainer tersebut dapat dipenuhi

melalui 2 jalur, yakni jalur impor dan impor

reposition (kontainer kosong dari Tanjung Pelepas

Malaysia). Sementara itu, kontainer cenderung

banyak bergerak ke Amerika seiring dengan

impornya yang jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan impor Indonesia.

Selain itu, terjadi antrian kapal yang melewati Singapura sebagai trans-shipment hub (port

congestion). Hal tersebut diperburuk dengan adanya kebijakan direct berthing (langsung datang

bersandar) oleh beberapa negara, menyebabkan adanya antrian hingga 4-5 hari. Lamanya antrian

tersebut berdampak pada kenaikan tarif yang signifikan dan berisiko berdampak pada kelancaran

aktivitas ekspor komoditas dari Lampung.

Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa perusahaan shipping line maupun EMKL di Lampung,

terjadi kenaikan harga kontainer 3-4 kali lipat. Sebagai contoh, harga kontainer pada saat

pandemi COVID-19 mencapai US$700-800/kontainer 20 feet, lebih tinggi dibandingkan sebelum

COVID-19 yang sebesar US$ 300/kontainer 20 feet. Di samping itu, perkiraan pending shipment

dari PT Samudera Indonesia Cabang Lampung sebagai shipping line domestik lokal terbesar yakni

sebesar 70-100 kontainer. Meski demikian, kinerja ekspor Lampung terpantau membaik

tercermin dari pertumbuhan volume ekspor pada triwulan IV 2020 sebesar 33,05% (yoy)

dibandingkan triwulan III 2020 sebesar -12,6% (yoy) yang masih terkontraksi akibat pandemi

COVID-19. Namun, berdasarkan data ekspor pada bulan Desember 2020 tercatat mengalami

penurunan sebesar -24,1% (mtm) dibandingkan dengan posisi November 2020.

Grafik 7 Container Throughput in Singapore Grafik 8 Ekspor Provinsi Lampung

Grafik 6 Perbandingan Impor Indonesia dan Amerika

Juta USD Juta USD

Page 50: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

50

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Selanjutnya, diskusi dengan stakeholder terkait diantaranya Kanwil DJBC Lampung, PT Pelabuhan

Indonesia II (Persero) Cabang Panjang, perusahaan eksportir, shipping line dan EMKL, terdapat

beberapa rekomendasi kebijakan dalam rangka memperbaiki hambatan dimaksud:

1. Penerapan relaksasi dari Pemerintah untuk pengusaha ekspor seperti pada biaya

kepelabuhanan dan perpanjangan waktu pembayaran;

2. Percepatan pengosongan kontainer di dalam negeri;

3. Menyusun regulasi yang dapat menekan ekspor kontainer kosong ke Tiongkok;

4. Menambah shipping line domestik (ocean going) selain PT Samudera Indonesia (Pelni, dll);

5. Mengurangi ketergantungan transshipment di Singapura dan Malaysia dengan menambah

mother vessel untuk masuk ke Indonesia (peluang di Pelabuhan Panjang – Lampung dan

Pelabuhan Patimban – Subang);

6. Mendukung pergerakan supply kontainer masuk ke Lampung baik melalui Tj. Pelepas atau

pergerakan empty reposition di Pelabuhan; dan

7. Substitusi kontainer lewat kapal curah (untuk kargo tapioca, PKO);

Page 51: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

51

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

2. KEUANGAN DAERAH

Alokasi anggaran pendapatan daerah 2020 sebesar Rp7,24 triliun mengalami penurunan sebesar 6,87% (yoy) dibanding APBD 2019. Seluruh komponen mengalami penurunan pagu, khususnya pada alokasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dan Dana Perimbangan. Sementara itu, anggaran belanja Pemerintah Provinsi Lampung terdiri dari anggaran Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tidak Terduga, dan Transfer dengan total anggaran APBD 2020 mencapai Rp6,09 triliun atau mengalami penurunan sebesar 7,60% dibandingkan dengan APBD tahun 2019.

Sampai dengan triwulan IV 2020, Provinsi Lampung mencatatkan realisasi pendapatan sebesar Rp7,02 triliun (96,92%), lebih rendah dibandingkan pencapaian triwulan IV tahun 2019 sebesar Rp7,27 triliun (98,59%). Penurunan ini terutama disumbang oleh lebih rendahnya realisasi pendapatan Dana Perimbangan (Rp2,46 triliun) yang menurun sampai dengan 41,29% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (Rp4,19 triliun). Realisasi belanja daerah di Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp5,74 triliun atau lebih rendah 19,18% (yoy) dibandingkan realisasi triwulan IV 2019 sebesar Rp7,09 triliun.

Jumlah Penerimaan Negara di Provinsi Lampung sampai dengan triwulan IV tahun 2020 mencapai Rp7,19 triliun, tercatat terkontaksi 17,58% (yoy) dari Rp8,72 triliun pada periode yang sama di tahun 2019. Penerimaan Negara tersebut bersumber dari penerimaan perpajakan (87,16%), penerimaan negara bukan pajak (12,84%), dan penerimaan hibah (6,43%). Laporan Arus Kas Keluar Pemerintah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan IV 2020 mencatatkan realisasi belanja sebesar Rp1,31 triliun, terpantau meningkat sebesar 25,65% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp1,04 triliun. Peningkatan terbesar bersumber dari belanja barang yang merupakan komponen belanja dominan (85,64%) di Provinsi Lampung.

.

BAB

Page 52: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

52

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

2.1 APBD Provinsi Lampung

Pada tahun 2020, alokasi APBD Provinsi Lampung mencapai Rp7,85 triliun untuk anggaran

pendapatan dan Rp7,74 triliun untuk anggaran belanja. Meski demikian, berdasarkan Raperda

Perubahan Anggaran Tahun 2020, alokasi APBD Provinsi Lampung diturunkan menjadi Rp7,24 triliun

untuk anggaran pendapatan dan Rp6,09 triliun untuk anggaran belanja. Hal ini seiring dengan

kontraksi pertumbuhan ekonomi Lampung sebagai dampak dari pandemi COVID-19 yang juga

berpengaruh terhadap serapan belanja dan pendapatan daerah di Lampung. Berdasarkan hal

tersebut, jika dibandingkan dengan tahun 2019, anggaran pendapatan dan belanja tersebut tercatat

menurun sebesar 6,87% (yoy) dan 19,87% (yoy) (Grafik 2.1.).

Sementara itu, realisasi penyerapan anggaran pendapatan APBD Provinsi Lampung sampai dengan

triwulan IV 2020 tercatat mencapai Rp7,02 trilliun atau 96,92% dari target penerimaan tahun 2020.

Pencapaian ini terpantau lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar

Rp7,27 triliun atau 98,59% dari target APBD tahun 2019 (Tabel 2.1). Penurunan ini terutama

dipengaruhi oleh lebih rendahnya realisasi pos penerimaan dari Dana Perimbangan (Dana Alokasi

Khusus dan Dana Alokasi Umum).

Sejalan dengan realisasi pendapatan, realisasi belanja sampai dengan triwulan IV 2020 tercatat

mengalami penurunan dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi

belanja mencapai Rp5,74 triliun (94,12%), lebih rendah dibanding triwulan IV 2019 (Rp7,09 triliun:

94,77%). Lebih rendahnya pencapaian realisasi belanja ini disebabkan oleh penyerapan anggaran

belanja modal yang tidak seoptimal tahun 2019.

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah

Tabel 2. 1 Struktur APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah

Tabel 2. 2 Struktur APBD Provinsi Lampung

Tabel 2. 3 Struktur APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah

Tabel 2. 4 Struktur APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah

Grafik 2. 1 Perkembangan APBD Provinsi Lampung

Page 53: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

53

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

2.1.1 Anggaran Pendapatan Provinsi Lampung

Berdasarkan APBDP Provinsi Lampung tahun 2020, alokasi anggaran pendapatan daerah sebesar

Rp7,24 triliun mengalami penurunan sebesar 6,87% (yoy) dibanding APBD 2019. Seluruh komponen

mengalami penurunan pagu, khususnya pada alokasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dan

Dana Perimbangan. Pada PAD 2020, pagu pendapatan komponen pajak dialokasikan sebesar Rp2,45

triliun, atau menurun sebesar 7,92% (yoy) dibandingkan dengan alokasi pajak tahun 2019 sebesar

Rp2,66 triliun. Sejalan dengan hal tersebut, alokasi pendapatan yang bersumber dari retribusi daerah,

dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan juga tercatat menurun dibandingkan tahun

sebelumnya masing-masing sebesar 12,40% (yoy) dan 5,56% (yoy). Hal ini berlangsung seiring

dampak pandemi COVID-19 yang memengaruhi penurunan konsumsi dan pendapatan daerah.

Sementara itu, pada komponen Dana Perimbangan, perubahan APBD tahun 2020 mencatatkan

penurunan alokasi komponen dimaksud sebesar 2,38% (yoy). Hal ini didorong oleh penurunan

penetapan Dana Alokasi Umum (DAU) (8,75%; yoy) atau menjadi Rp1,74 triliun dari Rp1,91 triliun

pada tahun 2019.

Meski demikian, ditengah penurunan alokasi pendapatan, pagu komponen Lain-lain Pendapatan

Daerah yang Sah tercatat meningkat sebesar 0,52% (yoy), disebabkan oleh kenaikan pagu dari

komponen Hibah serta Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar masing-masing 0,38% (yoy)

dan 19,68% (yoy) dibandingkan APBD 2019 (Tabel 2.2).

Rupiah % Rupiah %

1 Pendapatan 7.371,43 7.267,48 98,59 7.845,82 7.244,17 7.020,70 96,92

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.987,25 3.018,56 101,05 3.298,43 2.962,40 2.843,78 96,00

Pajak Daerah 2.664,93 2.627,89 98,61 2.829,82 2.453,82 2.386,35 97,25

Retribusi Daerah 13,05 11,07 84,83 16,40 11,43 17,08 149,42

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan31,83 27,84 87,47 32,20 30,06 29,87 99,39

Lain-lain PAD yang Sah 277,45 351,76 126,79 420,01 467,09 410,48 87,88

b. Dana Perimbangan 4.324,35 4.193,06 96,96 4.495,74 4.221,42 2.461,89 58,32

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 180,25 138,54 76,86 163,64 206,39 157,79 76,45

Dana Alokasi Umum (DAU) 1.906,78 1.906,78 100,00 1.922,70 1.739,92 1.732,55 99,58

Dana Alokasi Khusus (DAK) 2.237,32 2.147,74 96,00 2.409,40 2.275,11 571,54 25,12

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 59,83 55,87 93,37 51,66 60,35 18,67 30,93

Hibah 13,54 11,36 83,93 13,92 13,92 8,84 63,50

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 26,76 26,76 100,00 19,57 46,43 46,43 100,00

Bantuan Keuangan dari Prov. Atau Pemda 19,54 17,75 90,82 18,17 - -

2 Belanja Daerah 7.489,28 7.097,45 94,77 7.735,64 6.094,29 5.736,05 94,12

a. Belanja Operasi 4.871,85 4.586,74 94,15 5.303,04 5.088,80 4.864,20 95,59

Belanja Pegawai 2.085,93 1.927,67 92,41 2.105,68 2.005,57 1.971,31 98,29

Belanja Barang dan Jasa 37,00 33,38 90,22 1.628,81 1.588,88 1.423,34 89,58

Belanja Bunga 0,95 0,93 97,69 32,00 33,00 31,58 95,71

Belanja Hibah 1.357,37 1.278,43 94,18 1.531,30 1.460,84 1.437,62 98,41

Belanja Bantuan Sosial 1.371,53 1.329,40 96,93 0,50 0,50 0,35 70,48

Belanja Bantuan Keuangan Kpd 2,00 1,03 51,50 4,75 - -

Belanja Subsidi 17,06 15,90 93,16 - - -

b. Belanja Modal 1.142,86 1.051,53 92,01 977,68 844,61 752,53 89,10

c. Belanja Tidak Terduga 13,75 - - 15,00 160,88 119,31 74,16

d. Transfer 1.460,82 1.459,18 99,89 1.439,92 1.286,84 1.231,41 95,69

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota & 1.460,82 1.459,18 99,89 1.439,92 1.286,84 1.231,41 95,69

No Uraian APBD 2020Realisasi TW IV 2020Realisasi s.d. Tw IV 2019

APBD 2019APBDP 2020 per

Desember

Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

(dalam Miliar Rp)

Tabel 2. 1 Struktur APBD Provinsi Lampung

Page 54: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

54

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Sementara itu, rasio Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung tercatat mengalami peningkatan

dari yang sebelumnya sebesar 40,52% menjadi 40,89% pada tahun 2020 (Grafik 2.2.). Peningkatan

DOF menunjukkan bahwa di tahun 2020, ketergantungan Provinsi Lampung pada Pemerintah Pusat

dari sisi pendapatan mengalami penurunan. Hal ini berlangsung seiring pandemi COVID-19 di

sepanjang tahun 2020 yang menurunkan pendapatan asli daerah Lampung meski bantuan dari pusat

melalui TKDD (Transfer ke Daerah dan Dana Desa) cukup besar.

2.1.2 Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung

Sampai dengan triwulan IV 2020, Provinsi Lampung mencatatkan realisasi pendapatan sebesar Rp7,02

triliun (96,92%), lebih rendah dibandingkan pencapaian triwulan IV tahun 2019 sebesar Rp7,27 triliun

(98,59%). Penurunan ini terutama disumbang oleh lebih rendahnya realisasi pendapatan Dana

Perimbangan (Rp2,46 triliun) yang menurun sampai dengan 41,29% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun 2019 (Rp4,19 triliun) (Tabel 2.3).

1 Pendapatan 7.371,43 7.845,82 7.244,17

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.987,25 3.298,43 2.962,40

Pajak Daerah 2.664,93 2.829,82 2.453,82

Retribusi Daerah 13,05 16,40 11,43

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan31,83 32,20 30,06

Lain-lain PAD yang Sah 277,45 420,01 467,09

b. Dana Perimbangan 4.324,35 4.495,74 4.221,42

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 180,25 163,64 206,39

Dana Alokasi Umum (DAU) 1.906,78 1.922,70 1.739,92

Dana Alokasi Khusus (DAK) 2.237,32 2.409,40 2.275,11

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 59,83 51,66 60,35

Hibah 13,54 13,92 13,92

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 26,76 19,57 46,43

Bantuan Keuangan dari Prov. Atau Pemda

Lainnya 19,54 18,17 -

APBDP 2020No Uraian APBD 2019 APBD 2020

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah

Tabel 2. 5 Struktur Pendapatan APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah

Tabel 2. 6 Struktur Pendapatan APBD Provinsi Lampung

Tabel 2. 7 Struktur Pendapatan APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah

Tabel 2. 8 Struktur Pendapatan APBD Provinsi LampungSumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah

Grafik 2.2 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung

Tabel 2.2 Struktur Pendapatan APBD Provinsi Lampung

Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Grafik 2. 2 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi

Lampung, diolah

Grafik 2. 3 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung

Grafik 2. 4 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi

Lampung, diolah

Grafik 2. 5 Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi

Lampung, diolah

Page 55: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

55

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Dilihat lebih detiil, penurunan realisasi pendapatan dari Dana Perimbangan disebabkan oleh turunnya

realisasi pos Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar masing-masing

73,39% (yoy) atau Rp571,54 miliar dan 9,14% (yoy) atau Rp1,73 triliun. Penurunan transfer DAK

yang signifikan dari Pemerintah Pusat tersebut disebabkan oleh kebijakan Kementerian Keuangan RI

untuk menghentikan seluruh proses pengadaan barang dan jasa pada DAK fisik tahun 2020 karena

pandemi COVID-19. Adapun dana tersebut (pengecualian DAK fisik bidang pendidikan dan

kesehatan) dialihkan penggunaannya untuk penanganan pencegahan penyebaran virus Corona.

Secara nasional, alokasi DAK Fisik untuk bidang kesehatan di tahun 2020 mencapai Rp20,78 triliun

atau sebesar 28,7% dari total DAK Fisik sebesar Rp72,25 triliun. Penyaluran DAK Fisik Bidang

Kesehatan untuk pencegahan dan/atau penanganan COVID-19 memerlukan rekomendasi dari

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sehingga penyalurannya di Provinsi membutuhkan sedikit waktu.

Adapun penerimaan Dana Perimbangan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

masih tumbuh positif sebesar 13,89% (yoy), atau sebesar Rp157,79 miliar dari Rp138,54 miliar pada

triwulan IV tahun 2019. Hal ini diindikasikan sebagai bagian dari realisasi kurang bayar pemerintah

pusat atas DBH Tahun 2019 yang salah satunya bersumber dari DBH Sumber Daya Alam. Sebagai

bagian dari pemenuhan kewajiban dan percepatan penanganan COVID-19 di daerah, Kemenkeu

mengeluarkan PMK Nomor 36/PMK.07/2020 tentang Penetapan Alokasi Sementara Kurang Bayar

Dana Bagi Hasil TA 2019 dalam rangka Penanganan Pandemi COVID-19. Dari aturan tersebut,

pemerintah menetapkan alokasi sementara DBH yang langsung ditransfer ke daerah tanpa menunggu

hasil audit LKPP 2019 dari BPK sehingga lebih cepat.

Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah di triwulan IV 2020 sebesar Rp2,84 triliun terpantau

mengalami penurunan sebesar 5,79% (yoy), jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

2019 sebesar Rp3,02 triliun (Grafik 2.3). Penurunan PAD ini terutama disumbang oleh penurunan

realisasi pajak daerah sebesar Rp241,54 miliar atau menurun sebesar 9,19% (yoy). Penurunan realisasi

pajak ini tercatat pada komponen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) sebesar 1,69% (yoy)

menjadi Rp786,23 miliar. Di samping itu, pajak bahan bakar kendaraan bermotor juga terpantau

menurun sebesar 39,45% (yoy) dibandingkan tahun 2019 menjadi sebesar Rp440,91 miliar.

Penurunan realisasi BBNKB ini khususnya terpantau pada kendaraan A-1 (Sedan Jeep, Mini bus, Blind

van, Mobil R3 Pribadi dan Dinas) seiring pandemi COVID-19 yang berlangsung sehingga menurunkan

mobilisasi dan pembelian kendaraan bermotor di sepanjang tahun 2020. Penurunan mobilisasi di

sepanjang tahun 2020 juga memengaruhi penurunan realisasi pajak bahan bakar kendaraan

bermotor. Meski demikian, kenaikan pendapatan dari pajak rokok masih terus tercatat meningkat dari

sebesar Rp496,47 miliar pada tahun 2019 menjadi sebesar Rp671,49 miliar di tahun 2020 seiring

peningkatan tarif cukai rokok sebesar rata-rata 23% sesuai dengan PMK no.152/PMK.02/2019

(Grafik 2.4).

Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung

Tabel 2. 9 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung

Tabel 2. 10 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung

Tabel 2. 11 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung

Rupiah % Rupiah %

1 Pendapatan 7.371,43 7.267,5 98,59 7.845,82 7.244,17 7.020,70 96,92

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.987,25 3.018,56 101,05 3.298,43 2.962,40 2.843,78 96,00

Pajak Daerah 2.664,93 2.627,89 98,61 2.829,82 2.453,82 2.386,35 97,25

Retribusi Daerah 13,05 11,07 84,83 16,40 11,43 17,08 149,42

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan31,83 27,84 87,47 32,20 30,06 29,87 99,39

Lain-lain PAD yang Sah 277,45 351,76 126,79 420,01 467,09 410,48 87,88

b. Dana Perimbangan 4.324,35 4.193,06 96,96 4.495,74 4.221,42 2.461,89 58,32

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 180,25 138,54 76,86 163,64 206,39 157,79 76,45

Dana Alokasi Umum (DAU) 1.906,78 1.906,78 100,00 1.922,70 1.739,92 1.732,55 99,58

Dana Alokasi Khusus (DAK) 2.237,32 2.147,74 96,00 2.409,40 2.275,11 571,54 25,12

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 59,83 55,87 93,37 51,66 60,35 - -

Hibah 13,54 11,36 83,93 13,92 13,92 8,84 63,50

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 26,76 26,76 100,00 19,57 46,43 46,43 100,00

Bantuan Keuangan dari Prov. Atau Pemda

Lainnya 19,54 17,75 90,82 18,17 - - -

APBD 2019 APBDP 2020Realisasi 2019 Realisasi 2020

APBD 2020No Uraian

Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Grafik 2. 6 Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Grafik 2. 7 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung

Page 56: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

56

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

2.1.3 Anggaran Belanja Provinsi Lampung

Anggaran belanja Pemerintah Provinsi Lampung terdiri dari anggaran Belanja Operasi, Belanja Modal,

Belanja Tidak Terduga, dan Transfer dengan total anggaran (APBD-P 2020) mencapai Rp7,03 triliun

atau mengalami penurunan sebesar 7,44% dibandingkan dengan APBD-P tahun 2019 (Tabel 2.4).

Turunnya pagu belanja terutama disebabkan oleh turunnya alokasi Belanja Modal (-40,77%;yoy) dan

Belanja Barang dan Jasa (-9,63%;yoy) yang merupakan salah satu pos belanja dengan alokasi terbesar

(10,61% dan 19,41%;pangsa). Sementara alokasi belanja pada pos belanja terbesar lain seperti

belanja hibab (20,71%;pangsa) tercatat masih tumbuh positif, sebesar 4,43% (yoy).

2 Belanja Daerah 7.489,28 7.735,64 6.094,29

a. Belanja Operasi 4.871,85 5.303,04 5.088,80

Belanja Pegawai 2.085,93 2.105,68 2.005,57

Belanja Barang dan Jasa 37,00 1.628,81 1.588,88

Belanja Bunga 0,95 32,00 33,00

Belanja Hibah 1.357,37 1.531,30 1.460,84

Belanja Bantuan Sosial 1.371,53 0,50 0,50

Belanja Bantuan Keuangan Kpd 2,00 4,75 -

Belanja Subsidi 17,06 - -

b. Belanja Modal 1.142,86 977,68 844,61

c. Belanja Tidak Terduga 13,75 15,00 160,88

d. Transfer 1.460,82 1.439,92 1.286,84

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota & 1.460,82 1.439,92 1.286,84

No Uraian APBD 2020APBD 2019 APBDP 2020

Miliar Rp

Tabel 2. 12

Struktur

Belanja

APBD Provin

si Lamp

ungMili

ar Rp

Tabel 2. 13

Struktur Belanja APBD

Provinsi

Lampung

Tabel 2. 14

Struktur

Belanj

Sumber: BKAD Provinsi Lampung,diolah

Sumber: BKAD Provinsi Lampung,diolah

Sumber: BKAD Provinsi Lampung,diolah

Sumber: BKAD Provinsi Lampung,diolah

Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung

Grafik 2.4 Realisasi Penerimaan Pajak di Provinsi Lampung

Tabel 2. 4 Struktur Belanja APBD Provinsi Lampung

Page 57: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

57

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

2.1.4 Realisasi Belanja Provinsi Lampung

Sampai dengan triwulan IV 2020, realisasi belanja daerah di Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp5,74

triliun atau lebih rendah 19,18% (yoy) dibandingkan realisasi triwulan IV 2019 sebesar Rp7,09 triliun

(Tabel 2.5). Dengan realisasi dimaksud, sampai dengan triwulan IV 2020 penyerapan anggaran

belanja di Provinsi Lampung mencapai 94,12% dari pagu APBD-P dibawah realisasi periode yang sama

pada tahun 2019 sebesar 94,77% dari pagu APBD-P 2019.

Sejalan dengan masih terkontraksinya Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi) pada PDRB triwulan

IV 2020, realisasi belanja modal juga terkontraksi sebesar -28,43% (yoy) di periode laporan. Realisasi

belanja modal pada triwulan IV 2020 tercatat sejumlah Rp752,53 miliar, jauh lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan IV 2019 sejumlah Rp1,05 triliun. Pandemi COVID-19 terpantau

berpengaruh terhadap sejumlah sektor, termasuk investasi dan konsumsi pemerintah mengingat

terdapat pembatasan kegiatan dalam rangka social distancing.

Sementara itu, ditengah penurunan belanja modal, realisasi belanja operasi mengalami peningkatan

sebesar 6,05% (yoy), dari Rp4,57 triliun pada triwulan IV 2019 menjadi Rp4,86 triliun pada triwulan

IV 2020. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan belanja barang dan jasa dari Rp33,38 miliar

pada triwulan IV 2019 menjadi Rp1,42 triliun pada triwulan IV 2020. Peningkatan belanja barang dan

jasa ini didorong oleh relatif besarnya realisasi belanja barang dan jasa BLUD RSUD Abdoel Moeloek

sebesar Rp161,88 miliar sebagai upaya bersama dari penanganan pandemi COVID-19.

Rupiah % Rupiah %

2 Belanja Daerah 7.489,28 7.097,45 94,77 7.735,64 6.094,29 5.736,05 94,12

a. Belanja Operasi 4.871,85 4.586,74 94,15 5.303,04 5.088,80 4.864,20 95,59

Belanja Pegawai 2.085,93 1.927,67 92,41 2.105,68 2.005,57 1.971,31 98,29

Belanja Barang dan Jasa 37,00 33,38 90,22 1.628,81 1.588,88 1.423,34 89,58

Belanja Bunga 0,95 0,93 97,69 32,00 33,00 31,58 95,71

Belanja Hibah 1.357,37 1.278,43 94,18 1.531,30 1.460,84 1.437,62 98,41

Belanja Bantuan Sosial 1.371,53 1.329,40 96,93 0,50 0,50 0,35 70,48

Belanja Bantuan Keuangan Kpd 2,00 1,03 51,50 4,75 - -

Belanja Subsidi 17,06 15,90 93,16 - - -

b. Belanja Modal 1.142,86 1.051,53 92,01 977,68 844,61 752,53 89,10

c. Belanja Tidak Terduga 13,75 - - 15,00 160,88 119,31 74,16

d. Transfer 1.460,82 1.459,18 99,89 1.439,92 1.286,84 1.231,41 95,69

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota & 1.460,82 1.459,18 99,89 1.439,92 1.286,84 1.231,41 95,69

No Uraian APBD 2020Realisasi TW IV 2020Realisasi s.d. Tw IV 2019

APBD 2019 APBDP 2020

Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Grafik 2. 11 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Grafik 2. 12 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi Lampung

Grafik 2. 13 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi LampungGrafik 2. 14 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Grafik 2. 15 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi LampungSumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah

Miliar Rp

Grafik 2.5 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi Lampung

Grafik 2.6 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Lampung

Tabel 2.5 Struktur Belanja APBD Provinsi Lampung Tahun 2020

Page 58: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

58

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Disamping itu, realisasi belanja pegawai juga masih tercatat tumbuh positif dibandingkan periode

yang sama pada tahun 2019. Belanja pegawai sampai dengan triwulan IV 2020, telah terealisasi

sebesar Rp1,97 triliun atau meningkat 2,26% (yoy) dibandingkan dengan belanja pegawai triwulan

IV 2019 sebesar Rp1,93 triliun. Peningkatan realisasi ini sejalan dengan telah diberikannya tunjangan

ke-13 ASN, TNI, Polri dan Pensiunan sesuai dengan PP No.44 tahun 2020. Selanjutnya, di tengah

perlambatan realisasi sebagian besar komponen, realisasi transfer dari belanja bagi hasil kepada

kabupaten, kota dan pemerintah desa juga terpantau mengalami penurunan. Bagi hasil kepada

Kabupaten dan Kota tercatat terealisasi sebesar Rp1,23 triliun, menurun sebesar 15,61% (yoy)

dibandingkan triwulan IV 2019 sebesar Rp1,46 triliun.

2.2 Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung

Dari 15 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung, total anggaran belanja pada tahun 2020 ialah

sebesar Rp24,42 triliun atau menurun sebesar 1,32% (yoy) dibandingkan anggaran belanja tahun

2019 sebesar Rp24,74 triliun.

Adapun untuk porsi anggaran belanja tertinggi, terpantau dimiliki oleh Kota Bandar Lampung dengan

pangsa mencapai 11,89%, diikuti oleh Kabupaten Lampung Tengah (11,35%), Kabupaten Lampung

Selatan (10,43%) dan Kabupaten Lampung Timur (9,89%). Di sisi lain, kabupaten/kota dengan

pangsa belanja terendah adalah Kabupaten Pesisir Barat (3,70%), Kabupaten Mesuji (3,80%) dan

Kota Metro (4.08%). Berdasarkan strukturnya, anggaran belanja kabupaten/kota pada tahun 2020

didominasi oleh anggaran Belanja Pegawai yang sebesar 43,86%, diikuti oleh Belanja Barang dan Jasa

Sumber: BPKAD Provinsi Lampung, diolah

Grafik 2.7 Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2020

Grafik 2.8 Realisasi Belanja per Kab/Kota Triwulan III 2020

Grafik 2.9 Struktur Belanja APBD Kab/Kota

Page 59: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

59

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

(23,12%) dan Belanja Modal (17,43%). Semakin banyak porsi belanja APBD yang digunakan untuk

belanja aparatur maka optimalisasi anggaran untuk jenis belanja lain yang lebih terkait dengan

pelayanan publik dan pendorong perekonomian daerah semakin rendah. Hal ini dapat mengakibatkan

peran APBD yang kurang maksimal untuk memberikan multiplier effect dalam mengungkit

perekonomian daerahnya.

2.3 Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung

2.3.1 Penerimaan

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah tingkat Kanwil DJPB Provinsi

Lampung, jumlah Penerimaan Negara di Provinsi Lampung sampai dengan triwulan IV tahun 2020

mencapai Rp7,19 triliun, tercatat terkontaksi 17,58% (yoy) dari Rp8,72 triliun pada periode yang sama

di tahun 2019. Penerimaan Negara tersebut bersumber dari penerimaan perpajakan (87,16%),

penerimaan negara bukan pajak (12,84%), dan penerimaan hibah (6,43%). Pada triwulan IV tahun

2020, penerimaan perpajakan terealisasi sebesar Rp6,26 triliun, menurun sebesar 19,07% (yoy) dari

Rp7,74 triliun pada triwulan IV 2019. Sementara realisasi komponen penerimaan Negara bukan pajak

sebesar Rp923,10 miliar, turun sebesar 5,77% (yoy) dari Rp979,62 miliar pada periode yang sama di

tahun 2019. Adapun komponen penerimaan hibah pada triwulan IV 2020 terealisasi sebesar

Rp462,49 miliar.

Secara lebih detiil, komponen Penerimaan Perpajakan yang didominasi oleh penerimaan dalam negeri,

utamanya berasal dari Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp2,86 triliun, diikuti oleh Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp2,55 triliun. Sementara itu, pada penerimaan luar negeri yang

berasal dari pajak perdagangan internasional, dominasi pendapatan berasal dari komponen bea

masuk sebesar Rp558,49 miliar.

2.3.2 Belanja

Laporan Arus Kas Keluar Pemerintah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan IV 2020 mencatatkan

realisasi belanja sebesar Rp1,31 triliun, terpantau meningkat sebesar 25,65% (yoy) dibanding periode

yang sama tahun 2019 sebesar Rp1,04 triliun. Peningkatan terbesar bersumber dari belanja barang

Laporan Arus Kas MasukTw IV 2019

(Miliar Rp)

Tw IV 2020

(Miliar Rp)

% Perubahan

(yoy)

Pendapatan Negara & Hibah 8.720,52 7.187,81 (17,58)

Penerimaan Perpajakan 7.740,90 6.264,71 (19,07)

- Pendapatan Pajak Dalam Negeri 6.440,02 5.605,07 (12,97)

1) Pendapatan Pajak Penghasilan 3.343,62 2.860,52 (14,45)

2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 2.930,82 2.545,57 (13,14)

3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 76,13 100,96 32,61

4) Pendapatan BPHTB - -

5) Pendapatan Cukai 0,16 0,28 75,03

6) Pendapatan Pajak Lainnya 89,29 97,74 9,46

7) Pendapatan Penagihan Bunga Pajak - -

- Pendapatan Pajak Perdagangan Intl. 1.300,88 659,64 (49,29)

1) Pendapatan Bea Masuk 1.266,99 558,49 (55,92)

2) Pendapatan Bea Keluar 33,89 101,15 198,49

Penerimaan Negara Bukan Pajak 979,62 923,10 (5,77)

Penerimaan Hibah - 462,49

Tabel 2.6 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Hibah Negara

Sumber: Kanwil Perbendaharaan Provinsi Lampung, diolah

Page 60: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

60

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

yang merupakan komponen belanja dominan (85,64%) di Provinsi Lampung. Sampai dengan triwulan

IV 2020, realisasi belanja barang terpantau sebesar Rp1,12 triliun, mengalami peningkatan sebesar

39,16% dibandingkan triwulan IV 2019 sebesar Rp804,02 miliar.

Di sisi lain, realisasi belanja modal (Rp178,46 miliar) tercatat mengalami penurunan dibandingkan

triwulan IV 2020. Kondisi ini dikarenakan dampak pandemi yang terpantau berpengaruh pada

aktivitas investasi yang tercermin dari belanja modal baik belanja modal pada Badan Layanan Umum

(BLU) sampai dengan belanja peralatan dan mesin.

Laporan Arus Kas KeluarTw IV 2019

(Miliar Rp)

Tw IV 2020

(Miliar Rp)

% Perubahan

(yoy)

Belanja 1.039,80 1.306,51 25,65

Belanja Gaji & Tunjangan 9,86 9,19 (6,81)

Belanja Barang 804,02 1.118,86 39,16

Belanja Modal 225,92 178,46 (21,01)

- Belanja Modal Tanah 0,14 1,89 1.287,55

- Belanja Modal Peralatan dan Mesin 3,01 43,09 1.333,34

- Belanja Modal Gedung dan Bangunan 44,12 29,14 (33,96)

- Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan 0,21 31,62 14.658,93

- Belanja Modal Lainnya 0,88 1,61 82,20

- Belanja Modal Badan Layanan Umum 177,56 71,12 (59,95)

Sumber: Kanwil Perbendaharaan Provinsi Lampung, diolah

Tabel 2.7 Laporan Arus Kas Keluar di Provinsi Lampung

Page 61: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

61

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

3. PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung tahun 2020 tercatat rendah pada batas bawah kisaran sasaran 3,0±1%. Capaian inflasi IHK tahun 2020 tercatat sebesar 2,00% (yoy) atau melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,44% (yoy). Inflasi yang rendah tersebut dipengaruhi oleh permintaan masyarakat yang belum kuat sebagai dampak pandemi COVID-19, pasokan yang memadai, dan sinergi kebijakan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam menjaga kestabilan harga. Meski demikian, capaian tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar 1,69% (yoy) dan 1,90% (yoy).

Rendahnya realisasi inflasi pada tahun 2020 didukung oleh capaian kelompok inflasi yang terkendali. Inflasi kelompok inti terpantau menurun pada tingkat yang rendah, sebesar 1,52% (yoy) dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar 3,38% (yoy). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan permintaan masyarakat akibat pandemi COVID-19 sejak Maret 2020. Sementara itu, inflasi kelompok volatile foods tercatat melambat sebesar 4,19% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yakni 5,59% (yoy). Melambatnya inflasi pangan disebabkan oleh penurunan permintaan dari sektor hotel, restoran, dan katering (horeka) sebagai dampak merebaknya pandemi COVID-19. Efektivitas TPID dalam menjaga kecukupan pasokan bahan pangan strategis, semakin mendorong tercapainya inflasi volatile foods yang terkendali di tahun 2020. Di sisi lain, tekanan inflasi administered prices tahun 2020 relatif meningkat dari 0,76% (yoy) pada tahun 2019 menjadi 1,35% (yoy) seiring dengan kenaikan cukai rokok, tarif penyeberangan Merak-Bakauheni, dan bahan bakar rumah tangga.

Memasuki triwulan I 2021, tekanan inflasi akan tetap terkendali sejalan dengan permintaan masyarakat yang belum sekuat kondisi sebelumnya, meskipun telah memasuki periode adaptasi kebiasaan baru. Komitmen pemerintah untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi selama masa pandemi COVID-19 juga turut berperan mengurangi tekanan inflasi. Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu dimitigasi, antara lain kenaikan harga komoditas

BAB

Page 62: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

62

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

seiring dengan faktor cuaca, dan mundurnya masa panen untuk beberapa komoditas. Di sisi lain, terdapat potensi kenaikan permintaan yang didorong oleh optimisme keberhasilan vaksin.

Ke depan, menghadapi risiko tekanan inflasi pada triwulan I-2021, TPID perlu berkoordinasi dan melaksanakan langkah pengendalian oleh Pemerintah Daerah dan instansi terkait untuk memastikan keterjangkauan harga dengan melakukan pemantauan harga harian dan upaya penyerapan komoditas, selain itu TPID perlu memastikan ketersediaan pasokan melalui pendataan yang akurat dan menjajaki kemungkinan Kerjasama Antar Daerah (KAD). Upaya lainnya dari TPID adalah perlunya memastikan kelancaran distribusi dan melakukan komunikasi efektif kepada masyarakat terkait ketersediaan pasokan dan rencana pemenuhan pasokan sehingga dapat memberi ekspektasi positif bagi masyarakat, sekaligus himbauan untuk berbelanja secara bijak.

Page 63: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

63

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung

3.1.1. Inflasi Bulanan

Rata-rata indeks harga konsumen Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 secara bulanan

tercatat mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm), dibandingkan dengan rata-rata triwulan III

2020 yang mencatat deflasi sebesar 0,15% (mtm) (Grafik 3.1). Secara garis besar, meningkatnya

tekanan inflasi di triwulan IV 2020 dibandingkan periode sebelumnya sesuai dengan pola siklikal inflasi

yang cenderung lebih tinggi di akhir tahun yang didorong oleh meningkatnya permintaan dikarenakan

masuknya HBKN, libur panjang dan masa Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) sehingga meningkatkan

harga-harga pada komoditas pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Pada bulan Oktober 2020, Indeks Harga Konsumsi (IHK) Provinsi Lampung tercatat mengalami inflasi sebesar 0,21% (mtm), setelah bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar -0,22% (mtm). Pencapaian ini berada di bawah rata-rata historis inflasi Oktober dalam 3 (tiga) tahun terakhir sebesar 0,15% (mtm). Dilihat dari sumbernya, inflasi yang terjadi pada bulan Oktober 2020 didorong oleh meningkatnya tekanan harga pada beberapa komoditas kelompok makanan. Kenaikan pada kelompok makanan dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas cabai merah, minyak goreng, bawang merah, dan jeruk dengan andil masing-masing sebesar 0,15%; 0,04%; 0,03%; dan 0,02% (Tabel 3.1). Inflasi yang terjadi pada sub kelompok makanan, khususnya cabai merah disebabkan oleh menurunnya pasokan yang dipicu oleh serangan hama dan faktor musim penghujan sehingga menyebabkan terjadinya gagal panen. Peningkatan harga minyak goreng disebabkan oleh peningkatan harga dari produsen yang didorong oleh kenaikan harga CPO sebagai bahan baku utama minyak goreng. Harga bawang merah juga naik disebabkan oleh terbatanya pasokan akibat masuknya musim penghujan yang menyebabkan panen tidak optimal. Di sisi lain, kenaikan harga jeruk didorong oleh terbatasnya jumlah pasokan karena belum memasuki masa panen. Di sisi lain, kenaikan tekanan inflasi pada bulan Oktober juga disumbang oleh kenaikan pada komoditas angkutan udara dengan andil sebesar 0,01% yang disebabkan oleh kebijakan maskapai menaikkan tarif angkutan udara menjelang cuti bersama yang ditetapkan Pemerintah pada bulan Oktober. Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode Oktober 2020 tertahan oleh deflasi yang terjadi pada sebagian komoditas di antaranya telur ayam, beras, petai, semangka dan tarif listrik dengan andil masing-masing sebesar -0,03%, -0,02%, -0,02%, -0,02% dan -0,01%. Penurunan harga telur ayam ras disebabkan oleh mulai membaiknya produksi dan masih terbatasnya permintaan masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Sementara itu, turunnya harga beras disebabkan oleh mulai masuknya masa panen di beberapa daerah. Di sisi lain, penurunan harga semangka dan petai disebabkan oleh menurunnya permintaan masyarakat. Tarif listrik juga turun seiring dengan penurunan tarif listrik golongan rendah menjadi Rp1.444,7/kWh atau turun Rp22,5/kWh selama bulan Oktober hingga Desember 2020.

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3. 5 Sumbangan Inflasi Bulanan Jul 20Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3. 1 Inflasi Lampung dan Nasional

Grafik 3. 2 Sumbangan Inflasi Bulanan Juli, Agustus, September 2020Grafik 3. 3 Inflasi

Lampung dan Nasional

Grafik 3.2 Sumbangan Inflasi Bulanan Oktober, November, Desember 2020

Grafik 3. 4 Sumbangan Inflasi Bulanan Juli, Agustus, September 2020

Page 64: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

64

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada November 2020 kembali mengalami

inflasi sebesar 0,12% (mtm), lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya 0,21% (mtm), dan rata-

rata inflasi November dalam 3 (tiga) tahun terakhir yaitu sebesar 0,28% (mtm). Dilihat dari sumbernya,

tekanan inflasi pada bulan November 2020 didorong oleh peningkatan tekanan harga pada sub

kelompok makanan dengan andil 0,08% (mtm). Adapun beberapa komoditas penyumbang inflasi

terbesar antara lain telur ayam ras, angkutan udara, bawang merah, cabai rawit, dan cabai merah

dengan andil masing-masing sebesar 0,06%, 0,05%, 0,04%, 0,03% dan 0,03% (Tabel 3.2).

Meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok makanan khususnya komoditas telur ayam ras

disebabkan oleh berkurangnya pasokan pasca pemberlakuan program stabilisasi harga pada

September 2020. Harga bawang merah juga naik seiring masuknya musim penghujan yang

menyebabkan aktivitas panen di sentra produksi menjadi tidak optimal. Meningkatnya curah hujan

juga menyebabkan terjadinya gagal panen komoditas cabai rawit dan cabai merah, selain adanya

serangan hama di sejumlah sentra produksi. Selain komoditas bahan makanan, komoditas angkutan

udara juga mengalami kenaikan seiring upaya maskapai melakukan normalisasi harga secara bertahap

menjelang libur akhir tahun. Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode November

2020 tertahan oleh deflasi yang terjadi pada sebagian komoditas di antaranya beras, ikan

kembung, jeruk, popok bayi, dan jagung manis dengan andil masing-masing sebesar -0,08%, -

0,03%, -0,02%, -0,01% dan -0,01%. (Tabel 3.2). Penurunan harga beras sejalan dengan

meningkatnya pasokan memasuki periode panen gadu. Sementara itu, harga ikan kembung

mengalami penurunan akibat berkurangnya permintaan. Di sisi lain, penurunan harga jeruk

disebabkan oleh meningkatnya pasokan seiring panen di beberapa daerah. Dampak turunnya

permintaan terhadap harga juga terjadi pada komoditas jagung manis. Di sisi lain, harga popok bayi

sekali pakai menurun dipengaruhi oleh adanya potongan harga dari distributor.

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3. 7 Sumbangan Inflasi Bulanan Ags 2020Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3. 9 Sumbangan Inflasi Bulanan Sep 2020Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3.4 Sumbangan Inflasi Bulanan Nov 2020

Tabel 3. 4 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Ags-

20Grafik 3. 8 Sumbangan Inflasi Bulanan Ags 2020

Tabel 3.1 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Okt-20

Tabel 3. 2 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Jul-20

Tabel 3.2 5Komoditas Inflasi & Deflasi Nov-20

Tabel 3. 3 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Ags-20

Grafik 3.3 Sumbangan Inflasi Bulanan Okt 20

Tabel 3. 1 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Jul-

20Grafik 3. 6 Sumbangan Inflasi Bulanan Jul 20

Andil Andil

CABAI MERAH 0,15 -0,03

MINYAK GORENG 0,04 -0,02

BAWANG MERAH 0,03 -0,02

JERUK 0,02 -0,02

ANGKUTAN UDARA 0,01 -0,01

Komoditas Komoditas

TELUR AYAM RAS

BERAS

TARIF LISTRIK

PETAI

SEMANGKA

Andil Andil

0,06 -0,08

0,05 -0,03

0,04 -0,02

0,03 -0,01

0,03 -0,01

POPOK BAYI SEKALI PAKAI/

DIAPERS

CABAI MERAH JAGUNG MANIS

Komoditas Komoditas

TELUR AYAM RAS BERAS

ANGKUTAN UDARA IKAN KEMBUNG

BAWANG MERAH JERUK

CABAI RAWIT

Page 65: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

65

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Desember 2020 mengalami

peningkatan tekanan inflasi sebesar 0,66% (mtm) lebih tinggi dibandingkan inflasi pada

bulan sebelumnya yaitu sebesar 0,12% (mtm) dan rata-rata inflasi Desember dalam 3 (tiga)

tahun terakhir yaitu sebesar 0,46% (mtm). Tekanan inflasi pada bulan Desember 2020 meningkat

didorong oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencapai

2,28% (mtm) dengan andil tertinggi (0,65%). Adapun beberapa komoditas penyumbang inflasi

terbesar antara lain cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, dan beras dengan andil

masing-masing sebesar 0,31%, 0,13%, 0,09%, 0,05% dan 0,03%. (Tabel 3.3). Peningkatan

tekanan inflasi, khususnya cabai merah dan cabai rawit disebabkan oleh terganggunya produksi

seiring dengan meningkatnya curah hujan. Harga telur ayam ras dan daging ayam ras juga naik

dipengaruhi oleh naiknya permintaan menjelang libur akhir tahun serta kenaikan harga pakan ternak,

diantaranya jagung dan kedelai. Selain itu, kenaikan harga telur ayam disebabkan oleh terbatasnya

pasokan day old chicken (DOC). Harga beras juga mengalami kenaikan seiring dengan berkurangnya

pasokan memasuki masa tanam di beberapa daerah.

Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode Desember 2020 tertahan oleh deflasi

yang terjadi pada sebagian komoditas di antaranya telepon seluler, bawang merah, petai,

cumi-cumi, dan emas perhiasan dengan andil masing-masing sebesar -0,06%, -0,04%, -0,02%,

-0,01% dan -0,01%. Penurunan harga telepon seluler terjadi seiring dengan adanya diskon akhir

tahun. Harga bawang merah mengalami penurunan seiring meningkatnya pasokan dari sentra

produksi di Jawa. Peningkatan pasokan juga mendorong penurunan harga petai dan cumi-cumi.

Sementara itu, harga emas perhiasan turun dipengaruhi oleh tren penurunan harga emas global

didorong optimisme pasar terhadap kemajuan perkembangan vaksin COVID-19.

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3.5 Sumbangan Inflasi Bulanan Des 2020

Tabel 3. 5 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Sep-

2020Grafik 3. 10 Sumbangan Inflasi Bulanan Sep 2020

Tabel 3.3 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Des-2020

Tabel 3. 6 5 Komoditas Inflasi & Deflasi Sep-2020

Tabel 3.4 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok (% mtm)

Tabel 3. 7 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok (% mtm)

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

ANDIL ANDIL

0,31 -0,05

0,13 -0,04

0,09 -0,02

0,05 -0,01

0,03 -0,01

DAGING AYAM RAS

PETAI

KOMODITAS

CABAI RAWIT

CUMI-CUMI

KOMODITAS

CABAI MERAH TELEPON SELULER

TELUR AYAM RAS BAWANG MERAH

EMAS PERHIASANBERAS2,28

0,00-0,02

0,10-0,02

0,42-1,16

0,050,000,000,07

MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PAKAIAN DAN ALAS KAKI

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR LAINNYA

PERLENGKAPAN, PERALATAN DAN PEMELIHARAAN RUTIN…

KESEHATAN

TRANSPORTASI

INFORMASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN

REKREASI, OLAHRAGA, DAN BUDAYA

PENDIDIKAN

PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN/RESTORAN

PERAWATAN PRIBADI DAN JASA LAINNYA

No Kelompok Inflasi Okt-20 Nov-20 Des-20

1 MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU 0,55 0,28 2,28

2 PAKAIAN DAN ALAS KAKI 0,01 0,01 0,00

3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR LAINNYA -0,06 -0,05 -0,02

4 PERLENGKAPAN, PERALATAN DAN PEMELIHARAAN RUTIN RUMAH TANGGA 0,08 -0,04 0,10

5 KESEHATAN 0,06 0,02 -0,02

6 TRANSPORTASI 0,11 0,42 0,42

7 INFORMASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN 0,02 0,01 -1,16

8 REKREASI, OLAHRAGA, DAN BUDAYA 0,12 0,00 0,05

9 PENDIDIKAN 0,02 0,00 0,00

10 PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN/RESTORAN 0,01 0,00 0,00

11 PERAWATAN PRIBADI DAN JASA LAINNYA 0,73 -0,13 0,07

Page 66: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

66

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

3.1.2. Inflasi Tahunan

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung tahun 2020 tercatat rendah pada

batas bawah kisaran sasaran 3,0±1%. Capaian inflasi IHK tahun 2020 tercatat sebesar 2,00%

(yoy) atau melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,44% (yoy). Inflasi yang rendah

tersebut dipengaruhi oleh permintaan masyarakat yang belum kuat sebagai dampak pandemi COVID-

19, pasokan yang memadai, dan sinergi kebijakan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

dalam menjaga kestabilan harga. Meski demikian, capaian tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan

inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar 1,69% (yoy) dan 1,90% (yoy).

Rendahnya realisasi inflasi pada tahun 2020 didukung oleh capaian kelompok inti yang

relatif rendah dan terkendali. Inflasi kelompok inti terpantau menurun pada tingkat yang rendah,

sebesar 1,52% (yoy) dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar 3,38% (yoy). Perkembangan

tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan permintaan masyarakat akibat pandemi COVID-19

sejak Maret 2020. Sementara itu, inflasi kelompok volatile foods tercatat melambat sebesar 4,19%

(yoy), atau lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yakni 5,59% (yoy). Melambatnya inflasi pangan

disebabkan oleh penurunan permintaan dari sektor hotel, restoran, dan katering (horeka) sebagai

dampak merebaknya pandemi COVID-19. Efektivitas TPID dalam menjaga kecukupan pasokan bahan

pangan strategis, semakin mendorong tercapainya inflasi volatile foods yang terkendali di tahun 2020.

Di sisi lain, tekanan inflasi administered prices tahun 2020 relatif meningkat dari 0,76% (yoy) pada

tahun 2019 menjadi 1,35% (yoy) seiring dengan kenaikan cukai rokok, tarif penyeberangan Merak-

Bakauheni, dan bahan bakar rumah tangga.

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3. 11 Inflasi Tahunan Lampung dan NasionalSumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3.6 Inflasi Tahunan Lampung dan Nasional

Tabel 3. 8 Andil Inflasi Tahunan Menurut Kelompok (%

yoy)Grafik 3. 12 Inflasi Tahunan Lampung dan Nasional

Tabel 3.59 Andil Inflasi Tahunan Menurut Kelompok (% yoy)

Tabel 3. 10 Andil Inflasi Tahunan Menurut Kelompok (% yoy)

NO KELOMPOK INFLASI TW I 2020 TW II 2020 TW III 2020 TW IV 2020

UMUM 3,22 1,42 1,35 2,00

1 MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU 7,37 1,21 0,84 4,05

2 PAKAIAN DAN ALAS KAKI 0,99 0,51 0,47 0,34

3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR LAINNYA 0,61 0,82 0,71 0,43

4 PERLENGKAPAN, PERALATAN DAN PEMELIHARAAN RUTIN RUMAH TANGGA 2,64 2,26 2,01 1,31

5 KESEHATAN 4,92 4,39 3,01 2,94

6 TRANSPORTASI (0,46) (0,64) 0,55 0,86

7 INFORMASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN (2,87) (3,75) (3,33) (3,66)

8 REKREASI, OLAHRAGA, DAN BUDAYA 4,02 3,65 5,77 5,69

9 PENDIDIKAN 7,28 7,07 2,49 2,51

10 PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN/RESTORAN 3,77 3,91 5,03 2,67

11 PERAWATAN PRIBADI DAN JASA LAINNYA 3,34 3,58 3,66 3,62

Page 67: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

67

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau

Kelompok makanan terpantau mengalami peningkatan tekanan inflasi yaitu sebesar 4,05%

(yoy) di triwulan IV 2020, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 0,84% (yoy).

Meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok ini antara lain dipengaruhi oleh peningkatan

harga yang terjadi pada sub kelompok makanan yang memberikan andil inflasi sebesar

0,87% (yoy). Komoditas utama yang mendorong peningkatan andil inflasi pada sub kelompok

tersebut antara lain cabai merah (0,31%), minyak goreng (0,13%) dan tahu mentah (0,13%). Inflasi

yang terjadi pada komoditas cabai merah disebabkan oleh terganggunya produksi seiring dengan

meningkatnya curah hujan. Meningkatnya harga minyak goreng disebabkan oleh peningkatan harga

dari produsen yang didorong oleh kenaikan harga CPO sebagai bahan baku utama minyak goreng.

Di sisi lain peningkatan harga pada tahu mentah didorong oleh peningkatan harga kacang kedelai

yang merupakan bahan baku utama tahu. Deflasi yang terjadi pada komoditas cabai merah dan cabai

rawit disebabkan oleh tidak optimalnya penyerapan oleh masyarakat di tengah banyaknya stok cabai

karena telah memasuki musim panen serta rendahnya permintaan masyarakat, (Tabel 3.6). Di sisi

lain, tekanan inflasi pada kelompok makanan masih tertahan oleh beberapa komoditas yang

mengalami inflasi seperti komoditas ikan kembung (andil : -0,16%), bawang putih (andil: -0,05%)

dan beras (andil : -0,04%). Penurunan harga ikan kembung disebabkan oleh banyaknya pasokan dan

kurang maksimalnya penyerapan konsumsi masyarakat. Penurunan harga bawang putih disebabkan

oleh ketersediaan pasokan yang lebih banyak pasca relaksasi impor bawang putih. Sementara itu

penurunan harga beras disebabkan oleh terjaganya pasokan di sepanjang tahun 2020.

Selain itu, inflasi pada periode ini juga turut disumbang oleh kenaikan harga pada sub kelompok

tembakau dengan andil (0,26%), dengan komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah rokok kretek

filter (andil: 0,13%) sejalan dengan kenaikan kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun oleh pemerintah

yang diimplementasikan oleh pelaku usaha secara bertahap.

Sumber: SPH Bank Indonesia Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah

Sumber: SPH Bank Indonesia Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah

Sumber: SPH Bank Indonesia Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah

Grafik 3. 17 Perkembangan Harga Daging dan TelurSumber: SPH Bank Indonesia

Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Tabel 3. 12 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Makanan, Minuman Non Alkohol & Tembakau (% yoy)Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3.7 Perkembangan Harga Beras

Grafik 3. 15 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuanGrafik 3. 16 Perkembangan Harga

Beras

Grafik 3.8 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan

Grafik 3. 14 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan

Tabel 3.6 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Makanan, Minuman Non Alkohol & Tembakau (% yoy)

Grafik 3. 13 Perkembangan Harga BerasTabel 3. 11 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Makanan,

Minuman Non Alkohol & Tembakau (% yoy)

PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL

1 CABAI MERAH 57,72 0,31 IKAN KEMBUNG -15,37 -0,06

2 MINYAK GORENG 21,24 0,13 BAWANG PUTIH -14,04 -0,05

3 TAHU MENTAH 23,23 0,13 BERAS -0,99 -0,04

1 KOPI BUBUK 1,95 0,01 -

2 TEH 5,40 0,01 -

3 AIR KEMASAN 0,58 0,00 -

1 ROKOK KRETEK FILTER 4,25 0,13 -

2 ROKOK PUTIH 14,12 0,12 -

3 ROKOK KRETEK 2,80 0,02 -

MINUMAN NON ALKOHOL (0,26%)

NO KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)

MINUMAN NON ALKOHOL (0,02%)

KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)

MAKANAN (0,87%)

Page 68: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

68

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Lainnya

Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar tercatat sebesar 0,43%

(yoy) di tahun 2020 dengan andil sebesar 0,08%. Lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,02% (yoy). Inflasi pada kelompok

Perumahan, Air, Listrik dan bahan bakar didorong oleh kenaikan tarif bahan bakar rumah tangga dan

tukang bukan mandor dengan andil inflasi masing-masing 0,07 (yoy) dan 0,05% (yoy). Tekanan inflasi

yang terjadi pada bahan bakar rumah tangga didorong oleh peningkatan harga eceran tertinggi (HET)

LPG, baik 3 kg dan 12 kg, akibat kenaikan permintaan masyarakat ditengah adaptasi kebiasaan baru.

Sementara itu, tekanan inflasi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Lainnya masih

tertahan oleh deflasi yang terjadi pada komoditas tarif listrik yang mengalami penurunan tarif

golongan rendah menjadi Rp1.444,7/kWh atau turun Rp22,5/kWh selama bulan Oktober hingga

Desember 2020. (Tabel 3.7).

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: SPH Bank Indonesia

Sumber: Dirjen Perbendahraaan,

diolah

Grafik 3. 21

Perkembangan Harga

RokokSumber: SPH Bank

Indonesia

Sumber: Dirjen Perbendahraaan,

diolah

Sumber: SPH Bank Indonesia

Sumber: Dirjen Perbendahraaan,

diolah

Tabel 3. 13 Sumbangan

Inflasi dan Deflasi

Kelompok Perumahan,

Air , Listrik dan Bahan

Bakar (% yoy)Sumber: SPH

Bank Indonesia

Sumber: Dirjen Perbendahraaan,

diolah

Grafik 3.11 Perkembangan Harga Rokok

Grafik 3. 22 Perkembangan Harga Rokok

Tabel 3.7 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perumahan, Air , Listrik dan Bahan Bakar (% yoy)

Tabel 3. 14 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perumahan, Air , Listrik dan Bahan Bakar (% yoy)

Grafik 3.10 Perkembangan Harga Sayur Sayuran

Grafik 3. 20 Perkembangan Harga Sayur Sayuran

Grafik 3.9 Perkembangan Harga Daging dan Telur

Grafik 3. 18 Perkembangan Harga Sayur SayuranGrafik 3. 19 Perkembangan Harga

Daging dan Telur

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Tabel 3. 15 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Pendidikan (% yoy)Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL

1 TUKANG BUKAN MANDOR 10,99 0,05 PASIR -4,34 (0,02)

-

1 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 6,17 0,07 TARIF LISTRIK -0,57 -0,02

NO KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)

KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)

PEMELIHARAAN, PERBAIKAN & KEAMANAN TEMPAT TINGGAL (0,03%)

LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR LAINNYA (0,05%)

Page 69: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

69

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Kelompok Pendidikan

Inflasi pada kelompok pendidikan di triwulan IV 2020 tercatat sebesar 2,51% (yoy) dengan

andil sebesar 0,13% relatif lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya

dengan nilai inflasi sebesar 2,49% dan andil sebesar 0,13%. Kenaikan tekanan inflasi terjadi

pada hampir di seluruh jenjang Pendidikan sejalan masuknya tahun ajaran baru dengan peningkatan

tarif di jenjang sekolah dasar, taman kanak kanak, akademi/perguruan tinggi dan sekolah menengah

atas dengan andil masing-masing sebesar 0,06%, 0,04%, 0,02% dan 0,01% (Tabel 3.8).

Kelompok Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran

Inflasi pada kelompok penyediaan makanan dan minuman restoran di triwulan IV 2020

tercatat sebesar 2,67% (yoy) dengan andil sebesar 0,23% lebih rendah dibandingkan inflasi

pada triwulan III 2020 yaitu sebesar 5,03% (yoy), dengan andil sebesar 0,42%. Tekanan inflasi

yang terjadi pada sub kelompok jasa pelayanan makanan dan minuman terutama berasal dari

peningkatan harga pada komoditas ayam goreng, ayam bakar dan ikan bakar dengan andil inflasi

masing-masing sebesar 0,06% (yoy); 0,05%(yoy); dan 0,04% (yoy) (Tabel 3.9). Peningkatan harga

komoditas ayam goreng, ayam bakar dan ikan bakar didorong oleh peningkatan permintaan

masyarakat dikarenakan mulai dibukanya sektor-sektor pelayanan makanan dan minuman dengan

tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya

Inflasi pada kelompok perawatan dan jasa lainnya di triwulan IV 2020 tercatat sebesar 3,62%

dengan andil sebesar 0,20% relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang mengalami inflasi 3,66% (yoy), dengan andil sebesar 0,20%. Komoditas penyumbang

inflasi pada kelompok ini berasal dari peningkatan harga pada komoditas emas perhiasan dengan

andil sebesar 0,09% dengan nilai inflasi 22,36% (Tabel 3.10). Peningkatan harga komoditas emas

pada triwulan IV tidak setinggi triwulan sebelumnya, hal ini searah dengan pergerakan harga emas

dunia yang melandai pada triwulan IV 2020 secara rerata sebesar -1,89% dibandingkan triwulan

sebelumnya. Melandainya harga emas dunia dipicu oleh penurunan permintaan akan emas karena

adanya optimisme akan keberhasilan vaksinasi.

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Tabel 3. 17 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran (% yoy)Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Tabel 3.8 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Pendidikan (% yoy)

Tabel 3. 16 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Pendidikan (% yoy)

Tabel 3.9 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran (% yoy)

Tabel 3. 18 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran (% yoy)

PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL

1 SEKOLAH DASAR 6,09 0,06

2 TAMAN KANAK KANAK 11,61 0,04

1 SEKOLAH MENENGAH ATAS 0,55 0,01

1 AKADEMI/PERGURUAN TINGGI 0,98 0,02

NO

PENDIDIKAN MENENGAH (0,01%)

PENDIDIKAN TINGGI (0,02%)

KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)

KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)

PENDIDIKAN DASAR DAN ANAK USIA DINI (0,10%)

PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL

1 AYAM GORENG 18,41 0,06 -

2 AYAM BAKAR 21,27 0,05 -

3 IKAN BAKAR 39,68 0,04 -

JASA PELAYANAN MAKANAN DAN MINUMAN (0,23%)

NO KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)

KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)

Page 70: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

70

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Kelompok Transportasi

Kelompok transportasi pada periode triwulan IV 2020 tercatat mengalami inflasi sebesar

0,86% (yoy) dengan andil sebesar 0,12% lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,55% (yoy) dengan andil sebesar 0,07% (Tabel

3.11). Inflasi pada kelompok transportasi terutama didorong oleh peningkatan harga yang terjadi

pada komoditas di kelompok pembelian kendaraan seperti komoditas mobil, sepeda motor dan

sepeda dengan andil 0,10%, 0,06% dan 0,01%. Inflasi pada kelompok transportasi masih tertahan

oleh deflasi yang disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara yang didorong oleh maraknya

promo tiket penerbangan yang diberikan oleh maskapai untuk meningkatkan penjualan.

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Tabel 3. 21 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (% yoy)Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3. 23 Perkembangan Harga BensinSumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: SPH Bank Indonesia Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah

Tabel 3. 23 Sumbangan Inflasi & Deflasi Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa KomunikasiSumber: SPH

Bank Indonesia Sumber: Dirjen Perbendahraaan, diolah

Grafik 3.12 Perkembangan Harga Bensin

Grafik 3. 24 Perkembangan Harga Bensin

Tabel 3.10 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (% yoy)

Tabel 3. 19 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Transportasi (% yoy)Tabel 3. 20 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (% yoy)

Tabel 3.11 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Transportasi (% yoy)

Tabel 3. 22 Sumbangan Inflasi dan Deflasi Kelompok Transportasi (% yoy)

PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL

1 EMAS PERHIASAN 22,36 0,09

NO KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)

KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)

PERAWATAN PRIBADI & PERAWATAN PRIBADI LAINNYA (0,09)

PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL

1 MOBIL 4,26 0,10 -

2 SEPEDA MOTOR 3,56 0,06 -

3 SEPEDA 9,30 0,01 -

1 TARIF KENDARAAN RODA 2 ONLINE 19,71 0,06 ANGKUTAN UDARA -13,96 (0,11)

2 ANGKUTAN ANTAR KOTA 3,17 0,01

NO KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)

KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)

PEMBELIAN KENDARAAN (0,17%)

JASA ANGKUTAN PENUMPANG (-0,03)

Page 71: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

71

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Komunikasi

Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Komunikasi di triwulan IV 2020 tercatat kembali

mengalami deflasi sebesar -3,66% (yoy) dengan andil sebesar -0,18% lebih dalam

dibandingkan deflasi pada triwulan sebelumya yaitu sebesar -3,33% (yoy) dengan andil

sebesar -0,16%. Deflasi yang terjadi pada periode ini didorong oleh penurunan harga

telepon seluler dan biaya pulsa ponsel dengan andil masing-masing sebesar -0,09% dan -0,09%

(Tabel 3.12). Penurunan harga telepon seluler didorong oleh penurunan permintaan telepon seluler

dikarenakan penurunan daya beli masyarakat ditengah merebaknya pandemi covid-19. Di sisi lain

penurunan biaya pulsa ponsel ini salah satunya disebabkan oleh beberapa provider telekomunikasi

yang menyediakan beberapa pilihan paket internet yang lebih terjangkau guna mendukung kegiatan

masyarakat di rumah selama pandemi COVID-19.

3.1.3 Ekspektasi Inflasi

Inflasi di triwulan I 2021 diperkirakan tetap rendah sejalan dengan arah ekspektasi

masyarakat terhadap inflasi di triwulan I 2021 namun lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya seiring dengan peningkatan permintaan akibat adaptasi kebiasaan

baru, faktor cuaca, dan optimisme masyarakat akan vaksin. Berdasarkan hasil Survei Penjualan

Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, rata-rata

ekspektasi perubahan harga jual produk 3 (tiga) bulan ke depan mengalami penurunan di triwulan IV

2020 yaitu sebesar 129 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dengan rata-rata ekspektasi

sebesar 1. (Grafik 3.13).

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Provinsi Lampung

Grafik 3. 27 Ekspektasi Perubahan Harga 3 & 6 Bulan ke DepanSumber: Survei Konsumen KPw BI Provinsi

Lampung

Grafik 3.13 Ekspektasi Perubahan Harga 3 & 6 Bulan ke Depan

Grafik 3. 25 Inflasi Bulanan Kota Bandar LampungGrafik 3. 26 Ekspektasi Perubahan

Harga 3 & 6 Bulan ke Depan

Tabel 3.12 Sumbangan Inflasi & Deflasi Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Komunikasi

Tabel 3. 24 Sumbangan Inflasi & Deflasi Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Komunikasi PERUBAHAN ANDIL PERUBAHAN ANDIL

1 - TELEPON SELULER -10,22 (0,09)

1 BIAYA PULSA PONSEL -3,16 (0,09)

LAYANAN INFORMASI & KOMUNIKASI (0,09%)

NO

PERALATAN INFORMASI & KOMUNIKASI (0,09%)

KOMODITAS INFLASIINFLASI (% YOY)

KOMODITAS DEFLASIINFLASI (% YOY)

Page 72: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

72

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

3.1.4 Pengendalian Inflasi

Dalam rangka mencapai target inflasi IHK Provinsi Lampung sebesar 3±1% di tahun 2020,

beberapa upaya pengendalian inflasi telah ditempuh tim TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota

di Lampung selama triwulan IV 2020. Upaya-upaya dimaksud meliputi:

a. Rapat Koordinasi dan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah

Dalam rangka melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap inflasi di Provinsi lampung, telah

dilaksanakan, antara lain : 1) Pelaksanaan HLM TPID Kota Metro bersama dengan Walikota Metro

dan TPID Kota Metro membahas terkait strategi dalam menjaga pasokan pangan Lampung pada

tanggal 15 Oktober 2020; 2) Pelaksanaan HLM TPID Kota Metro bersama dengan Walikota Metro

dan TPID Kota Metro membahas terkait strategi dalam menjaga pasokan pangan pada tanggal

20 Oktober 2020; 3) Pelaksanaan HLM TPID Kota Bandar Lampung dipimpin oleh Sekretaris

Daerah Kota Bandar Lampung dan TPID Kota Bandar Lampung pada tanggal 26 Oktober 2020

membahas mengenai Laporan, upaya dan strategi OPD dalam stabilisasi harga di masa pandemi

COVID-19; 4) Pelaksanaan Rakornas TPID pada tanggal 22 Oktober 2020 secara nasional

membahas terkait dengan Evaluasi Koordinasi Pengendalian Inflasi 2019-2020 dan arah kebijakan

ke depan, optimalisasi APBD, dan penguatan pengembangan model kerjasama KAD. Pada

kegiatan tersebut diumumkan pemenang TPID Award dimana provinsi Lampung mendapatkan

Nominasi I TPID terbaik di Sumatera untuk pelaporan Tahun 2019.

b. Me-review kecukupan pasokan dan perkembangan harga-harga kebutuhan pokok di

pasar, distributor, dan gudang oleh TPID baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota

sekaligus dalam rangka memastikan kualitas barang pokok memiliki kualitas yang baik dan layak

konsumsi.

1. Melaksanakan pemantauan harga secara harian yang dilaksanakan melalui Pusat Infromasi

Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang aktif disosialisasikan dalam setiap rapat koordinasi TPID.

Selain itu, pemantauan harga juga aktif dilakukan oleh Dinas Perdagangan Provinsi Lampung.

2. KPwBI Provinsi Lampung secara aktif menyampaikan analisis perkembangan harga komoditas

bahan pokok di Lampung secara harian berdasarkan data PIHPS yang disampaikan pada

WhatsApp Group TPID Lampung dan Satgas Pangan Lampung.

c. Melakukan koordinasi dalam rangka Pengendalian Inflasi Melalui Pasar Murah

Melalui koordinasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Provinsi Lampung, TPID

Provinsi Lampung telah melaksanaan pasar murah bersubsidi dalam rangka Ramadhan/Idul Fitri

di tengah COVID-19 dilaksanakan oleh Provinsi Lampung melalui Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Lampung bekerja sama dengan Gojek dengan harga per paket sembako

sebesar Rp45.000 (5 kg beras, 2 kg gula pasir, 1 kg tepung terigu, dan 1 liter minyak goreng).

Rekomendasi Pengendalian Inflasi di Provinsi Lampung

Menghadapi risiko inflasi pada triwulan IV-2020, TPID Provinsi Lampung melakukan beberapa langkah

dalam rangka menjaga laju inflasi agar berada dalam range 3%±1, antara lain sebagai berikut:

1. Keterjangkauan Harga :

Melakukan pemantauan harga harian dan perbandingan harga dengan daerah lain, salah satunya

melalui aplikasi Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (https://hargapangan.id/), untuk melihat

perkembangan harga yang terjadi dan melakukan intervensi kebijakan yang diperlukan. Selain itu,

perlu dilakukan upaya penyerapan komoditas yang mengalami deflasi cukup dalam melalui

penyerapan oleh industri pengolah makanan atau pengolahan produk turunan dengan

memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT). Lebih lanjut, beberapa program pemerintah

Page 73: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

73

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

terhadap Koperasi dan UMKM terdampak COVID-19, khususnya di bidang pertanian, diharapkan

dapat mendukung upaya stabilisasi harga.

2. Ketersediaan Pasokan :

sebagai antisipasi lonjakan permintaan akibat optimisme masyarakat akan adanya vaksin COVID-

19. Untuk itu, TPID Provinsi/Kabupaten/Kota perlu meningkatkan intensitas koordinasi, salah

satunya melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) dalam hal pemenuhan komoditas pangan strategis

menghadapi risiko kenaikan harga. Kota Bandar Lampung sebagai wilayah yang memiliki

kontribusi besar pada inflasi Provinsi Lampung perlu mengupayakan KAD, khususnya untuk

komoditas-komoditas utama penyumbang inflasi. Lebih lanjut, MoU tentang Kerjasama

dalam rangka Peningkatan Perekonomian Daerah oleh 10 Gubernur di Sumatera pada

tahun 2020 dapat menjadi dasar untuk penguatan Kerjasama Antar Daerah dalam

pemenuhan pasokan bahan makanan di wilayah Sumatera. Pengawalan dalam pemberian

bantuan sosial bagi kelompok masyarakat yang rentan terdampak COVID-19 juga perlu

ditingkatkan, termasuk ketersediaan pasokan komoditasnya agar tidak mendorong kenaikan

harga. Sementara itu, implementasi Program Kartu Petani Berjaya (KPB), selain dapat

meningkatkan kesejahteraan petani, tentunya dapat mendukung upaya peningkatan

produktivitas pertanian dan ketersediaan pasokan sehingga berdampak positif pada stabilitas

harga.

3. Kelancaran Distribusi :

Menjaga koordinasi aktif dengan asosiasi yang menaungi transportasi maupun operator

transportasi di daerah agar distribusi pasokan bahan pangan dapat menjadi prioritas di tengah

pembatasan akses di sejumlah daerah.

4. Komunikasi Efektif :

Melakukan penguatan komunikasi terkait ketersediaan pasokan dan rencana pemenuhan

pasokan sehingga dapat memberi ekspektasi positif bagi masyarakat, sekaligus himbauan untuk

berbelanja secara bijak.

3.2. Inflasi Kota-Kota di Provinsi Lampung

3.2.1. Inflasi Kota Bandar Lampung

Pada bulan Oktober 2020, indeks harga komoditasi di Kota Bandar Lampung mengalami

inflasi sebesar 0,23% (mtm), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang

mengalami deflasi sebesar -0,26% (mtm), peningkatan tekanan inflasi terutama didorong

oleh peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil

bulanan sebesar 0,18% dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil

0,04%. Secara tahunan, inflasi di Kota Bandar Lampung tercatat sebesar 1,53% (yoy). Komoditas

cabai merah, minyak goreng dan bawang merah dengan andil bulanan masing-masing sebesar

0,15%, 0,05% dan 0,03%. Peningkatan tekanan inflasi, khususnya cabai merah disebabkan oleh

terganggunya produksi seiring dengan meningkatnya curah hujan. Meningkatnya harga minyak

goreng disebabkan oleh peningkatan harga dari produsen yang didorong oleh kenaikan harga CPO

sebagai bahan baku utama minyak goreng. Harga bawang merah juga naik seiring masuknya musim

penghujan yang menyebabkan aktivitas panen di sentra produksi menjadi tidak optimal.

Kota Bandar Lampung di bulan November 2020 tercatat kembali mengalami inflasi sebesar

0,09% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,23% (mtm), inflasi tersebut menjadikan

pencapaian secara tahunan sebesar 1,65% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi pada bulan November

didorong oleh peningkatan harga pada beberapa komoditas seperti telur ayam ras, angkutan udara,

Page 74: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

74

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

cabai rawit dengan andil masing-masing 0,06%, 0,05% dan 0,04%. Meningkatnya tekanan inflasi

pada kelompok makanan khususnya komoditas telur ayam ras disebabkan oleh berkurangnya

pasokan pasca pemberlakuan program stabilisasi harga pada September 2020. Meningkatnya curah

hujan juga menyebabkan terjadinya gagal panen komoditas cabai rawit, selain adanya serangan hama

di sejumlah sentra produksi. Angkutan udara juga mengalami kenaikan seiring upaya maskapai

melakukan normalisasi harga secara bertahap menjelang libur akhir tahun.

Pada bulan Desember 2020, Kota Bandar Lampung terpantau mengalami inflasi sebesar

0,67% (mtm) lebih tinggi dari periode sebelumnya. Penurunan tekanan inflasi pada periode

ini terutama disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman

dan tembakau dengan andil bulanan 0,65% dan kelompok transportasi dengan andil

bulanan sebesar 0,06%. Inflasi yang terjadi pada periode ini menjadikan pencapaian inflasi tahunan

2020 sebesar 2,00% (yoy). Adapun komoditas utama penyumbang inflasi pada periode ini adalah

komoditas cabai merah, cabai rawit dan telur ayam ras dengan andil masing-masing sebesar 0,3%,

0,13% dan 0,09%. Peningkatan tekanan inflasi, khususnya cabai merah dan cabai rawit disebabkan

oleh terganggunya produksi seiring dengan meningkatnya curah hujan. Sementara harga telur ayam

ras juga naik dipengaruhi oleh naiknya permintaan menjelang libur akhir tahun serta kenaikan harga

pakan ternak, diantaranya jagung dan kedelai. Selain itu, kenaikan harga telur ayam disebabkan oleh

terbatasnya pasokan day old chicken (DOC). Harga beras juga mengalami kenaikan seiring dengan

berkurangnya pasokan memasuki masa tanam di beberapa daerah.

3.2.2. Inflasi Kota Metro

Sejalan dengan Kota Bandar Lampung, Kota Metro pada bulan Oktober 2020 mencatatkan

inflasi yaitu sebesar 0,05% (mtm) relatif lebih rendah dibandingkan inflasi pada periode

sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,10% (mtm). Secara tahunan, inflasi Kota Metro

pada bulan Oktober 2020 adalah sebesar 2,24% (yoy). Meningkatnya permintaan pada periode

adaptasi kebiasaan baru dan kondisi cuaca mendorong kenaikan harga beberapa komoditas termasuk

cabai merah. Sementara itu harga bawang merah juga naik seiring masuknya musim penghujan yang

menyebabkan aktivitas panen di sentra produksi menjadi tidak optimal. Di sisi lain berlanjutnya

peningkatan harga emas perhiasan sejalan dengan naiknya harga komoditas emas dunia. Peningkatan

tersebut seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat di tengah kekhawatiran pasar terkait

kondisi perekonomian akibat COVID-19.

Sumber: BPS Kota Bandar Lampung, diolah

Sumber: BPS Kota Bandar Lampung, diolah

Sumber: BPS Kota Bandar Lampung, diolah

Grafik 3. 29 Inflasi Tahunan Kota

Bandar LampungSumber: BPS Kota Bandar

Lampung, diolah

Grafik 3.14 Inflasi Bulanan Kota Bandar Lampung

Grafik 3. 28 Inflasi Bulanan Kota Bandar Lampung

Grafik 3.15 Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung

Grafik 3. 30 Inflasi Bulanan Kota MetroGrafik 3. 31 Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung

Page 75: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

75

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Di bulan November 2020, Kota Metro mengalami inflasi sebesar 0,40% (mtm) lebih tinggi

dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya 0,05% (mtm), tekanan inflasi pada periode

November terutama didorong oleh peningkatan harga komoditas tomat, telur ayam ras dan

bawang merah dengan andil masing-masing sebesar 0,07%, 0,06% dan 0,06%. Secara

tahunan, inflasi di Kota Metro pada November 2020 tercatat sebesar 2,40% (yoy). Peningkatan tarif

komoditas tomat di Metro dikarenakan terbatanya pasokan, sementara itu meningkatnya tekanan

inflasi pada kelompok makanan khususnya komoditas telur ayam ras disebabkan oleh berkurangnya

pasokan pasca pemberlakuan program stabilisasi harga pada September 2020. Di sisi lain harga

bawang merah juga naik seiring masuknya musim penghujan yang menyebabkan aktivitas panen di

sentra produksi menjadi tidak optimal.

Pada bulan Desember 2020, Kota Metro mengalami inflasi sebesar 0,51% (mtm) lebih tinggi

dibandingkan inflasi pada periode sebelumnya. Meningkatnya tekanan inflasi pada periode

ini didorong oleh meningkatnya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, cabai

rawit dan telur ayam ras dengan andil masing-masing sebesar 0,3%, 0,1% dan 0,1%.

Peningkatan tekanan inflasi, khususnya cabai merah dan cabai rawit disebabkan oleh terganggunya

produksi seiring dengan meningkatnya curah hujan. Selain itu, kenaikan harga telur ayam disebabkan

oleh terbatasnya pasokan day old chicken (DOC). Harga beras juga mengalami kenaikan seiring

dengan berkurangnya pasokan memasuki masa tanam di beberapa daerah.

3.3. Inflasi Kota-Kota di Sumatera

Secara umum laju inflasi tahunan kota-kota di Sumatera pada triwulan IV 2020 tercatat

relatif lebih lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan sebelumnya. Inflasi

Sumatera pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,90% (yoy) lebih tinggi dengan pencapaian

triwulan sebelumnya yaitu sebesar 0,66% (yoy). Adapun pencapaian inflasi Sumatera pada

periode laporan juga tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi Nasional yang sebesar

1,69% (yoy).

Sumber: BPS Kota Metro, diolah

Sumber: BPS Kota Metro, diolah

Sumber: BPS Kota Metro, diolah

Sumber: BPS Kota Metro, diolah

Sumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3. 37 Inflasi tahunan Kota-Kota SumateraSumber : BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 3.16 Inflasi Bulanan Kota Metro

Grafik 3. 32 Inflasi Tahunan Kota MetroGrafik 3. 33 Inflasi Bulanan Kota Metro

Grafik 3.17 Inflasi Tahunan Kota Metro

Grafik 3. 34 Inflasi Tahunan Kota Metro

Grafik 3.18 Inflasi tahunan Kota-Kota Sumatera

Grafik 3. 35 Realisasi Inflasi vs Nilai Historis Inflasi 5 Tahun TerakhirGrafik 3. 36 Inflasi tahunan Kota-Kota

Sumatera

Page 76: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

76

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Dari 24 kota perhitungan inflasi di Sumatera (SBH 2018), terdapat 19 kota yang memiliki inflasi di atas

inflasi Nasional dan 5 kota yang memiliki inflasi di bawah inflasi Nasional. Kota Bandar Lampung dan

Metro termasuk ke dalam kota-kota yang tercatat mengalami inflasi di atas Nasional dengan inflasi

tahunan masing-masing sebesar 1,93% (yoy) dan 2,25% (yoy). Dengan pencapaian inflasi tahunan

tersebut, Kota Bandar Lampung dan Metro masing-masing menempati peringkat pencapaian inflasi

yang cukup moderat yakni ke-18 dan 10 dari 24 kota perhitungan inflasi di Sumatera. Kota dengan

inflasi tertinggi di Sumatera adalah gunung sitoli dengan inflasi tahunan sebesar 5,32% (yoy).

3.4. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan III 2020

Tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Januari 2021

meningkat yaitu sebesar 0,76% (mtm), lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi bulan

sebelumnya sebesar 0,66% (mtm), namun lebih rendah dari rata-rata inflasi Januari dalam

3 (tiga) tahun terakhir sebesar 0,80% (mtm). Pencapaian tersebut juga lebih tinggi dibandingkan

inflasi Nasional dan Sumatera yang masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 0,25% (mtm)

dan 0,52% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung tercatat sebesar 1,78% (yoy), atau lebih

tinggi dibandingkan inflasi Nasional yang sebesar 1,55% (mtm) namun lebih rendah dari inflasi

Sumatera yaitu sebesar 1,88% (yoy). Secara spasial, dibandingkan 90 kota perhitungan inflasi

nasional, inflasi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro pada bulan Januari 2021 tergolong relatif

tinggi dan masing-masing menempati urutan ke-9 dan ke-23.

Dilihat dari sumbernya, tekanan inflasi pada bulan Januari 2021 didorong oleh peningkatan

tekanan harga pada sub kelompok makanan dengan andil sebesar 0,52% (mtm) dan sub

kelompok pendidikan dengan andil sebesar 0,07% (mtm). Adapun beberapa komoditas

penyumbang inflasi terbesar antara lain seperti cabai rawit, cabai merah, tempe, bimbingan

belajar dan beras dengan andil masing-masing sebesar 0,23%, 0,18%, 0,12%, 0,07% dan 0,05%.

Peningkatan tekanan inflasi, khususnya cabai rawit dan cabai merah disebabkan oleh terganggunya

produksi di tengah meningkatnya curah hujan. Mengacu pada laporan BMKG periode Desember

2020, La Nina diperkirakan mempengaruhi kondisi cuaca Provinsi Lampung sejak Januari 2021 dan

akan melemah pada Maret 2021. Harga tempe juga naik dipengaruhi oleh meningkatnya bahan baku

kedelai. Sementara itu, kenaikan harga beras terjadi seiring dengan berkurangnya pasokan pada

periode tanam di beberapa daerah. Di sisi lain, kenaikan tarif bimbingan belajar merupakan

penyesuaian tarif memasuki semester baru.

Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode Januari 2021 tertahan oleh deflasi

yang terjadi pada sebagian komoditas diantaranya telur ayam, angkutan udara, petai,

daging ayam ras dan bawang merah dengan andil masing-masing sebesar -0,08%, -0,03%,

-0,01%, -0,01% dan -0,01%. Penurunan telur ayam dan daging ayam terjadi seiring dengan mulai

stabilnya pasokan dari produsen dan normalisasi permintaan pasca periode Natal dan Tahun Baru.

Tarif Angkutan Udara juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh normalisasi harga pasca libur

panjang akhir tahun. Di sisi lain, peningkatkan pasokan turut mendorong penurunan harga komoditas

petai. Sementara itu, komoditas bawang merah mengalami penurunan disebabkan mulai masuknya

pasokan dari sentra produksi di Pulau Jawa.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Februari 2021 mengalami

inflasi yaitu sebesar 0,14% (mtm), lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi bulan

sebelumnya sebesar 0,76% (mtm), namun lebih tinggi dari rata-rata inflasi Februari dalam

3 (tiga) tahun terakhir sebesar 0,07% (mtm). Pencapaian tersebut juga lebih tinggi dibandingkan

inflasi Nasional yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,11% (mtm) dan Sumatera yang tercatat

mengalami deflasi sebesar -0,29% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung tercatat sebesar

1,60% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yang masing-masing

mengalami inflasi sebesar 1,38% (yoy) dan 1,44% (yoy). Secara spasial, dibandingkan 90 kota

Page 77: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

77

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

perhitungan inflasi nasional, inflasi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro pada bulan Februari 2021

tergolong relatif moderat dan masing-masing menempati urutan ke-42 dan ke-16.

Dilihat dari sumbernya, tekanan inflasi pada bulan Februari 2021 didorong oleh

peningkatan tekanan harga pada sub kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan

andil sebesar 0,13% (mtm) dan kelompok transportasi dengan andil sebesar 0,05% (mtm).

Adapun beberapa komoditas penyumbang inflasi terbesar antara lain seperti cabai rawit,

mobil, bawang merah, mie kering instant dan ikan kembung dengan andil masing-masing

sebesar 0,08%, 0,04%, 0,02%, 0,02% dan 0,02%. Peningkatan harga yang terjadi pada cabai rawit

disebabkan oleh masih terganggunya produksi di tengah meningkatnya curah hujan. Kenaikan harga

bawang merah dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan dikarenakan curah hujan yang tinggi

mengakibatkan hasil panen yang kurang maksimal di beberapa daerah. Sementara itu meningkatnya

harga mie kering instant dikarenakan adanya peningkatan harga dari distributor. Di sisi lain komoditas

ikan kembung mengalami peningkatan disebabkan oleh berkurangnya pasokan dikarenakan hasil

tangkapan yang berkurang di tengah musim penghujan yang masih berlanjut. Selain komoditas

makanan, komoditas yang menyumbang inflasi pada periode ini adalah komoditas mobil yang

didorong oleh adanya kenaikan harga dari produsen dikarenakan penambahan fitur untuk beberapa

jenis mobil.

Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode Februari 2021 tertahan oleh deflasi

yang terjadi pada sebagian komoditas di antaranya biaya jaringan saluran tv, cabai merah,

cumi cumi, jeruk dan daging ayam ras dengan andil masing-masing sebesar -0,03%, -

0,03%, -0,03%, -0,02% dan -0,01%. Penurunan harga biaya jaringan saluran TV disebabkan oleh

potongan harga dari penyedia jasa untuk mendorong penjualan, sementara itu harga cabai merah

mulai mengalami penurunan yang disebabkan oleh bertambahnya pasokan seiring dengan masuknya

masa panen di beberapa wilayah. Di sisi lain, peningkatan pasokan juga turut mendorong penurunan

harga komoditas cumi-cumi dan jeruk. Penurunan daging ayam juga terjadi seiring dengan mulai

stabilnya pasokan dari produsen seiring dengan permintaan masyarakat yang belum sepenuhnya

pulih.

.

Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memandang bahwa inflasi akan tetap terkendali pada

rentang sasaran 3±1%. Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu dimitigasi, antara

lain: Pertama, berlanjutnya curah hujan tinggi seiring dengan siklus La Nina di awal tahun 2021 yang

diperkirakan akan memengaruhi kenaikan harga cabai rawit dan ikan segar seiring kurang optimalnya

produksi pada musim penghujan. Kedua, kenaikan harga kedelai yang berisiko mendorong naiknya

harga bahan makanan, termasuk harga produk peternakan. Ketiga, berlanjutnya kenaikan harga

beras seiring dengan belum masuknya musim panen raya yang diperkirakan berlangsung Maret 2021.

Keempat, peningkatan harga daging sapi yang disebabkan oleh meningkatnya harga impor sapi

Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah

Grafik 3.20 Realisasi Inflasi April 2020 Provinsi Grafik 3.20 Realisasi Inflasi Jan 2021 Provinsi Grafik 3.19 Realisasi Inflasi vs Nilai Historis Inflasi 5 Tahun Terakhir

Grafik 3. 38 Realisasi Inflasi April 2020 ProvinsiGrafik 3. 39 Realisasi Inflasi vs Nilai

Historis Inflasi 5 Tahun Terakhir

Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah

Page 78: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

78

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

bakalan disamping kecenderungan peningkatan permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.

Kelima, tekanan inflasi dari sisi permintaan (demand pull inflation) yang cenderung meningkat sejalan

dengan semakin tingginya aktivitas dan mobilitas masyarakat. Keenam, kenaikan harga rokok seiring

dengan pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 198/PMK.010/2020 tentang Tarif

Cukai Hasil Tembakau yang menetapkan kenaikan rata-rata cukai rokok sebesar 12,5% per 1 Februari

2021.

Page 79: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

79

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN UMKM

Kinerja sektor rumah tangga kembali melambat pada triwulan IV 2020 dan masih terkontraksi karena dampak COVID-19. Namun demikian, stabilitas keuangan daerah masih terjaga diantaranya didorong oleh peningkatan konsumsi, pertumbuhan kredit, dan optimisme konsumen. Kinerja korporasi Lampung secara umum dipengaruhi oleh faktor permintaan domestik maupun eksternal, dimana pada periode laporan juga meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Secara umum, indikator utama kinerja Bank Umum (berdasarkan lokasi bank) di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2019 menunjukkan peningkatan sejalan dengan mulai munculnya optimisme masyarakat dan peningkatan aktivitas ekonomi. Sementara itu, kinerja perbankan syariah pada triwulan IV 2020 terindikasi lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan pertumbuhan aset yang secara keseluruhan terpantau meningkat. Dukungan perbankan Lampung pada UMKM di triwulan IV 2020 juga mengalami peningkatan meskipun masih rendah karena sikap perbankan yang masih berhati-hati dalam menyalurkan kredit (sisi supply) dan penundaan UMKM untuk melakukan ekspansi di tengah ketidakpastian ekonomi dan pandemi COVID-19 (sisi demand).

BAB

Page 80: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

80

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

4.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga

Kinerja sektor rumah tangga kembali melambat pada triwulan IV 2020 dan masih terkontraksi

karena dampak COVID-19. Sektor rumah tangga yang merupakan penopang utama perekonomian

Lampung (62,28% PDRB), tumbuh negatif -3,97% (yoy) pada triwulan IV 2020 melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar -2,59% (yoy). Hal ini antara lain dipengaruhi oleh

pengetatan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan larangan perayaan selama cuti

bersama Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang menahan konsumsi masyarakat. Berbeda dengan

kondisi tersebut, penyaluran kredit sektor rumah tangga mengalami peningkatan disertai dengan

risiko yang menurun. Penurunan risiko tersebut tercermin pada NPL yang turun dari 2,75% pada

triwulan III 2020 menjadi 2,49% pada triwulan IV 2020.

4.1.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

Kinerja rumah tangga di Provinsi Lampung menunjukkan perlambatan sepanjang triwulan IV

2020. Namun demikian, perlambatan kinerja tersebut dapat diimbangi oleh peningkatan

pertumbuhan kredit, penurunan rasio NPL dan optimisme konsumen sehingga stabilitas

keuangan daerah masih tetap terjaga. Pertama, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada

periode laporan terpantau melambat dibandingkan triwulan III 2020 (Grafik 4.1) sejalan dengan

pengetatan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kendati demikian, keyakinan

konsumen untuk melakukan konsumsi terpantau membaik. Hal ini terindikasi pada hasil survei

konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) triwulan IV

2020 yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 4.2). Sejalan dengan optimisme

konsumen atas ketersediaan lapangan kerja di periode laporan, keyakinan konsumen terhadap kondisi

ekonomi (Indeks Kondisi Ekonomi - IKE) triwulan laporan tercatat meningkat dari 72,3 pada triwulan

III 2020 menjadi 79,7 atau lebih optimis (Grafik 4.3).

.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 4. 1 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 4. 2 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga

Grafik 4. 4 Kredit Perseorangan Lampung

Grafik 4. 3 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Page 81: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

81

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Pada triwulan IV 2020 pertumbuhan kredit oleh perbankan Lampung kepada debitur perseorangan

(sebagai proksi utang rumah tangga) mengalami peningkatan tipis menjadi 3,30% (yoy)

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,16% (yoy), dan masih di atas

pertumbuhan keseluruhan portofolio kredit (3,00%;yoy – lokasi bank) (Grafik 4.4). Merebaknya

COVID-19 yang menurunkan konsumsi rumah tangga menyebabkan pertumbuhan permintaan kredit

perseorangan masih rendah. Sebaliknya, masih rendahnya aktivitas konsumsi tercermin pada

pertumbuhan PDRB konsumsi Lampung yang pada triwulan laporan masih terkontraksi sebesar -3,97

% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-2,59%;yoy).

Terjadi penurunan rasio NPL yaitu dari 2,75% pada triwulan III 2020 menjadi 2,49% pada triwulan

IV sejalan dengan membaiknya kemampuan membayar rumah tangga. Risiko mulai menurun

mengingat pangsa kredit perseorangan yang relatif tinggi pada portofolio perbankan Lampung,

penurunan rasio ini diperkirakan dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong perbaikan kinerja

keuangan secara keseluruhan.

Di tengah kinerja konsumsi rumah tangga yang melambat pada triwulan laporan, optimisme

konsumen Lampung terhadap kondisi perekonomian ke depan mengalami peningkatan. Kondisi

ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) triwulan laporan yang rata-rata sebesar 141,5

atau meningkat dari triwulan III 2020 yang mencapai 128,5 seiring meningkatnya ekspektasi terhadap

kenaikan penghasilan 6 bulan ke depan dan keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan

kerja dan peningkatan kegiatan usaha. (Grafik 4.5). Preferensi konsumsi barang tahan lama (durable goods) pada triwulan IV 2020 juga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain,

pertumbuhan pada penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) kembali melambat, yakni tumbuh

sebesar 2,59% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (3,55%;yoy) yang mengindikasikan bahwa

permintaan properti mengalami perlambatan. Sejalan perlambatan pertumbuhan KPR, harga aset di

Lampung bergerak turun, meskipun masih tercatat pada level yang tinggi. Hal ini tercermin pada

Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV 2020, yang merupakan hasil survei Bank Indonesia,

yang turun menjadi 203,11 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 209,97.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 4. 5 Indeks Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Mendatang

Page 82: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

82

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

4.1.2 Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Meskipun andil konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung melambat,

penghasilan konsumen di Lampung mengalami peningkatan. Hasil survei konsumen Bank Indonesia

triwulan IV 2020 menunjukkan rata-rata indeks penghasilan yang naik dari 54,50 pada triwulan III

2020 menjadi 70,83 meskipun masih pada level pesimis. Kondisi ini berimplikasi pada peningkatan

konsumsi masyarakat sebagaimana tercermin pada peningkatan konsumsi tahan lama, yang

merupakan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, dari 86,00 pada triwulan III 2020 menjadi 86,17

pada triwulan III 2020.

Adapun dari sisi dunia usaha, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan perbaikan,

tercermin dari SBT realisasi kegiatan usaha yang meningkat menjadi 11,21 pada triwulan III 2020 dari

-7,97 pada triwulan III 2020. Sejalan dengan hal itu, indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini,

berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, menunjukkan peningkatan dari 23,50 pada triwulan

III 2020 menjadi 42,83 pada triwulan laporan. Adapun dari sisi NPL, tercatat mengalami penurunan

dari 2,75% pada triwulan III 2020 menjadi 2,49% pada triwulan IV 2020.

4.1.3 Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan

Di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi akibat pandemi COVID-19, simpanan rumah tangga

mengalami peningkatan. Dana Pihak Ketiga (DPK) perseorangan di perbankan Lampung tercatat

mampu tumbuh signifikan sebesar 9,82%, (yoy) pada triwulan III 2020, meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya (7,68%, yoy) (Grafik 4.6). Pertumbuhan DPK perseorangan ini lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan total DPK perbankan yang tumbuh 7,73% (yoy) pada periode yang sama.

Sektor rumah tangga masih menjadi pendorong utama kinerja sekaligus sumber utama funding

perbankan Lampung dengan pangsa mencapai 83,6% (Grafik 4.7).

Peningkatan pertumbuhan DPK perseorangan terutama didorong oleh menguatnya pertumbuhan

deposito perseorangan (Grafik 4.8), yang naik cukup tinggi dari -4,11% menjadi 2,98%. Selain itu,

pertumbuhan tabungan perseorangan juga mengalami peningkatan menjadi 13,6% dari 11,98%

pada triwulan III 2020. Sebaliknya, giro perseorangan mengalami kontraksi, dari 16,38% (yoy) pada

triwulan III 2020 menjadi -5,62% (yoy) di periode laporan. Di tengah pelemahan ekonomi dan

ketidakpastian pandemi COVID-19, masyarakat lebih memilih untuk menyimpan uang dalam deposito

yang memberi keuntungan lebih.

Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia

Grafik 4. 6 Pertumbuhan DPK Perbankan

Grafik 4. 7 Komposisi DPK Perbankan

Page 83: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

83

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

4.1.4 Eksposur Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga

Portofolio kredit sektor rumah tangga (kredit perseorangan) pada triwulan laporan tercatat

melambat (6,16%;yoy) dari triwulan III 2020 (14,40%;yoy) di tengah risiko kredit yang terpantau

meningkat. Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan terjadi pada kredit investasi dan

konsumsi yang masing-masing menjadi -4,17% (yoy) dan 3,03% (yoy) pada triwulan laporan dari

35,02% (yoy) dan 17,02% (yoy) pada triwulan III 2020 (Grafik 4.9). Sementara itu, kredit modal kerja

meningkat dari 7,60% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi 11,24% (yoy) pada triwulan laporan.

Kredit konsumsi masih menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit perbankan Lampung.

Penurunan penyaluran kredit perseorangan ini dibarengi dengan penurunan risiko kredit yang yang

tercermin dari NPL yang turun dari 2,75% pada triwulan III 2020 menjadi 2,49% pada triwulan IV

2020.

Deselerasi pada kredit konsumsi perseorangan terutama disebabkan oleh kinerja kredit kendaraan

bermotor (KKB), kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit multiguna. KKB terkontraksi sedangkan

KPR dan kredit multiguna melambat menjadi masing-masing -21,12% (yoy), 2,59% (yoy) dan 7,60%

(yoy) pada triwulan IV 2020, dari -14,12% (yoy), 3,55% (yoy) dan 9,52% pada triwulan III 2020

(Grafik 4.10). Sementara itu, kredit alat rumah tangga pada triwulan III 2020 meningkat tajam

menjadi sebesar 16,37% (yoy) dibandingkan triwulan III 2020 sebesar -0,60% (yoy). Hal ini

mengindikasikan prioritas konsumsi masyarakat telah bergeser dari kebutuhan sekunder dan tersier

menuju kebutuhan primer rumah tangga.

Menurunnya pertumbuhan KPR perbankan terutama disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan KPR

pada tipe/ukuran >70m2, yang terkontraksi sebesar -21,12% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya (-

14,12%;yoy). Sebaliknya, pertumbuhan KPR pada tipe/ukuran s.d 70m2 meningkat sebesar 4,84%

(yoy) dibanding triwulan sebelumnya (3,28%;yoy). Kondisi ini mengindikasikan bahwa permintaan

properti masih lemah. Hal tersebut berdampak pada pergerakan harga properti pada triwulan laporan,

sebagaimana tercermin pada Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV 2020, yang

merupakan hasil survei Bank Indonesia, yang turun menjadi 203,11 lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya 209,97 (Grafik 4.12).

Eksposur risiko perbankan lainnya pada sektor rumah tangga bersumber dari kredit multiguna dan

konsumsi lainnya, yang tercatat mendominasi penyaluran kredit konsumsi perseorangan dengan

pangsa 37,82% (Grafik 4.11). Penggunaan dana yang fleksibel untuk pengeluaran konsumtif dengan

maupun tanpa agunan, menjadi faktor penarik pertumbuhan kredit jenis tersebut. Meski demikian,

struktur perekonomian Lampung yang masih dipengaruhi harga dan permintaan komoditas dapat

mengganggu stabilitas pendapatan rumah tangga yang berpotensi membatasi kemampuan untuk

melunasi kewajiban kreditnya, sehingga dapat meningkatkan risiko kredit rumah tangga.

Sumber: LBU Bank Indonesia

Grafik 4. 8 Pertumbuhan DPK Perseorangan

Page 84: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

84

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

4.2 Asesmen Sektor Korporasi

4.2.1 Kinerja Korporasi

Kinerja korporasi Lampung yang secara umum dipengaruhi oleh faktor permintaan domestik

maupun eksternal pada periode laporan membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Peningkatan kinerja korporasi terjadi di salah satu sektor utama Lampung yakni industri pengolahan

dan perdagangan. Sektor industri pengolahan yang merupakan salah satu sektor utama Lampung

dengan pangsa 19,41% PDRB tercatat tumbuh sebesar 1,13% (yoy), membaik dibandingkan

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar -10,08% (yoy). Pertumbuhan sektor industri

pengolahan didorong oleh meningkatnya aktivitas industri pengolahan karena dampak COVID-19.

Sebaliknya, kontraksi terjadi pada sektor perdagangan besar dan reparasi yang memiliki pangsa

11,14%, yaitu sebesar -9,87% (yoy) seiring dengan belum pulihnya konsumsi dan aktivitas

perdagangan luar negeri. Secara umum, kinerja korporasi tercermin pada realisasi kegiatan usaha,

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan perbaikan, tercermin dari SBT realisasi

kegiatan usaha yang meningkat menjadi 11,21 pada triwulan IV 2020 dari -7,97 pada triwulan III

2020 (Grafik 4.13). Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil liaison, LS (likert scale) penjualan

domestik korporasi tercatat membaik meskipun masih terkontraksi dari -2,13 pada triwulan III 2020

menjadi -0,33 pada triwulan laporan (Grafik 4.14).

Grafik 4. 9 Pertumbuhan Kredit Perseorangan

Grafik 4. 10 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perseorangan

Grafik 4. 12 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial

Grafik 4. 11 Komposisi Kredit Konsumsi Perseorangan

Page 85: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

85

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor Lampung pada triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar -

6,8% (yoy) membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (-10,0%; yoy). Kontraksi ekspor Lampung

terutama disebabkan oleh ekspor antar daerah yang menurun seiring melemahnya permintaan

domestik dan pembatasan wilayah di beberapa daerah akibat COVID-19. Sementara itu, berdasarkan

hasil liaison, ekspor dunia usaha pada triwulan IV 2020 juga terpantau masih rendah (0,00 SBT), sama

dengan triwulan sebelumnya (Grafik 4.15). Perbaikan ekspor luar negeri Lampung pada triwulan IV

2020 terutama dipengaruhi oleh peningkatan ekspor beberapa komoditas perkebunan (kopi dan CPO)

dan industri pengolahan (pulp, batubara, dan hasil penggilingan), seiring pemulihan ekonomi di

beberapa negara mitra dagang.

4.2.2 Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi

Di tengah perbaikan kinerja korporasi pada triwulan IV 2020, pertumbuhan kredit perbankan pada

sektor korporasi terpantau membaik meskipun masih terkontraksi sebesar -3,36% (yoy) (Grafik 4.17).

Kenaikan tersebut antara lain disebabkan oleh perbaikan penyaluran kredit sektor pertanian dari -

7,64% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -3,36% (yoy) pada triwulan laporan. Penyaluran kredit

pada sektor perdagangan juga membaik dari -17,36% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi -2,84%

(yoy) pada triwulan II 2020. Penyaluran kredit pada sektor konstruksi juga membaik sebesar -9,63

(yoy) dari -18,92% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Grafik 4.18).

Sumber: Survei Bank Indonesia, diolah

Sumber: liaison Bank Indonesia dan BPS, diolah

Grafik 4.13 Survei Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 4.14 Likert Scale Penjualan Domestik

Grafik 4.15 Perkembangan Ekspor

Grafik 4.16 Perkembangan Investasi

Page 86: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

86

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Hasil laison ke sejumlah korporasi selama periode laporan turut mengindikasikan terdapat perusahaan

yang mengandalkan fasilitas pembiayaan investasi dari perbankan domestik. Namun, permintaan

kredit ataupun kebutuhan untuk meningkatkan porsi pembiayaan eksternal masih relatif terbatas.

Pelaku usaha umumnya mengandalkan internal cash flow atau modal dari induk perusahaan untuk

pembiayaan kebutuhan modal kerja. Lebih lanjut, kredit korporasi meingkat di tengah menurunnya

suku bunga kredit yang secara umum turun tipis 0,70 bps menjadi 10,47% pada triwulan IV 2020,

menunjukkan perilaku optimisme korporasi (Grafik 4.19).

Sementara itu, risiko kredit korporasi non keuangan pada triwulan laporan mengalami peningkatan,

tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL gross) yang naik dari 3,78% pada triwulan III 2020 menjadi

3,82% pada triwulan laporan (Grafik 4.20). Posisi NPL tersebut juga terpantau lebih tinggi

dibandingkan NPL keseluruhan portofolio bank pada triwulan III 2020 yang tercatat sebesar 2,49%. Di

tengah upaya restrukturisasi kredit untuk mendorong pemulihan ekonomi, perbankan tetap perlu

mengedepankan kehati-hatian dan selektif terhadap sektor yang secara historis memicu kenaikan risiko

kredit.

Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia

Sumber: COGNOS Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.18 Komposisi Penyaluran Kredit Korporasi

Grafik 4.17 Pertumbuhan Kredit Korporasi

Grafik 4.19 Rata-Rata Suku Bunga Kredit Bank Umum

Grafik 4.20 Perkembangan NPL Kredit Korporasi

Page 87: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

87

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

4.3 Asesmen Institusi Keuangan

4.3.1 Bank Umum

Secara umum, indikator utama kinerja Bank Umum (berdasarkan lokasi bank) di Provinsi Lampung

pada triwulan III 2019 menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan aset bank umum di Lampung per

Desember 2020 tercatat sebesar Rp65,5 triliun atau terkontraksi sebesar -0,26% (yoy) namun

membaik dibandingkan dengan triwulan III 2020 (-2,25% (yoy)) (Tabel 4.1). Sejalan dengan

kecenderungan masyarakat untuk melakukan penyimpanan dana di tengah ketidakpastian dampak

ekonomi akibat pandemi COVID-19, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada periode laporan

tercatat meningkat (7,73%;yoy) dibandingkan triwulan lalu (5,83%;yoy). Adapun NPL (gross) terindikasi sedikit menurun sebesar 2,49%, seiring dengan masih rendahnya penyaluran kredit.

Tabel 4. 1 Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Lampung

Kinerja kredit bank umum pada triwulan IV 2020 tumbuh 3,00%;yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya (-0,24%;yoy) dikarenakan perilaku perbankan yang lebih optimis dalam

menyalurkan kredit (sisi supply) dan pelaku usaha melakukan ekspansi yang sempat tertunda karena

ketidakpastian ekonomi dan pandemi COVID-19 (sisi demand) pada triwulan sebelumnya.

Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit Bank Umum di Provinsi Lampung masih

terkonsentrasi untuk kredit modal kerja, dengan pangsa yang mencapai 49,91% dari keseluruhan

penyaluran kredit Bank Umum, diikuti oleh kredit konsumsi (30,93%) dan selebihnya kredit investasi

(19,14%). Pertumbuhan kredit konsumsi meningkat tipis menjadi 3,30% (yoy), dibandingkan periode

sebelumnya sebesar 3,29% (yoy) (Grafik 4.22). Peningkatan kredit konsumsi ini berkebalikan dengan

kontraksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2020 sebesar -2,97% (yoy), yang

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -2,59% (yoy). Peningkatan kinerja kredit juga

terjadi pada kredit investasi dan modal kerja. Penyaluran kredit investasi pada triwulan IV 2020 sebesar

I II III IV I II III IV I II III IV

Total Aset (Rp. Milyar) 61.889,11 64.402,98 64.441,15 63.864,15 64.790,52 69.033,03 69.229,27 65.722,13 63.608,32 65.114,75 67.672,08 65.548,03

Pertumbuhan Aset (%yoy) 10,06 5,83 4,90 6,07 4,69 7,19 7,43 2,91 (1,82) (5,68) (2,25) (0,26)

Total DPK (Rp. Milyar) 38.999,35 41.434,24 41.810,27 41.432,59 42.666,26 45.085,43 44.977,02 43.425,18 43.247,89 45.809,59 47.599,89 46.780,94

Pertumbuhan DPK (%yoy) 6,39 7,25 7,85 7,44 9,40 8,81 7,57 4,81 1,36 1,61 5,83 7,73

Total Kredit (Rp. Milyar) 52.138,02 53.414,21 53.688,73 54.795,38 54.610,69 56.081,14 56.756,27 55.724,68 55.776,98 54.863,98 56.621,73 57.396,36

Pertumbuhan Kredit (%yoy) 9,17 5,25 6,13 4,61 4,74 4,99 5,71 1,70 2,14 (2,17) (0,24) 3,00

NPL (%) 2,33 2,36 2,34 2,32 2,67 2,69 2,25 2,82 2,94 2,85 2,75 2,49

LDR (%) 135,35 130,65 130,56 133,66 130,14 126,12 128,29 129,69 131,28 122,72 122,38 124,12

20202019Indikator Perbankan

2018

Sumber: LBU Bank Indonesia

Grafik 4.21 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Grafik 4.22 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: LBU Bank Indonesia

Page 88: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

88

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

-4,54% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya (-7,23%;yoy) meskipun masih

terkontraksi. Peningkatan kredit investasi tersebut sejalan dengan peningkatan kinerja investasi yang

dipengaruhi oleh realisasi belanja modal pemerintah yang meningkat, perbaikan pada kegiatan sektor

konstruksi, serta optimisme investor terkait dampak pandemi COVID-19. Sementara itu, penyaluran

kredit modal kerja pada periode laporan juga tercatat meningkat tajam sebesar 6,02% (yoy),

dibandingkan periode sebelumnya (0,63%;yoy) seiring dengan membaiknya kegiatan usaha.

Secara sektoral, perbaikan pertumbuhan kredit Bank Umum di Provinsi Lampung disebabkan oleh

peningkatan tajam yang terjadi khususnya pada sektor utama ekonomi Lampung, yaitu sektor

pertanian sebesar 8,15% (yoy), dibanding periode sebelumnya (1,95%;yoy). Demikian halnya pada

sektor perdagangan, dengan pangsa 11,14%, tercatat menguat signifikan (2,17%;yoy) dibanding

triwulan sebelumnya yang terkontraksi (-1,49%). Peningkatan juga terjadi pada sektor angkutan, jasa

umum dan jasa lain (Grafik 4.22).

Sementara itu di tengah penurunan penyaluran kredit, risiko kredit yang dihadapi bank umum relatif

menurun. Rasio NPL (gross) bank umum per Desember 2020 sebesar 2,49% menurun dari posisi

September 2020 (2,75%) dan masih dibawah 5% sehingga dapat diperkirakan bahwa risiko kredit

bank-bank umum di Lampung masih terkendali.

Sementara itu di sisi pendanaan, pertumbuhan DPK bank umum memperlihatkan peningkatan

dibandingkan triwulan lalu dari sebesar 5,83% (yoy) menjadi 6,48% (yoy) pada triwulan IV 2020. Hal

ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan tabungan sebesar 12,30% (yoy) dari 10,57% (yoy) pada

triwulan sebelumnya (Grafik 4.25). Sementara itu, deposito tumbuh meningkat dari -5,62% (yoy)

menjadi -0,93% (yoy) dalam periode yang sama. Di sisi lain giro terkontraksi sebesar -3,32% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (7,72%, yoy).

Adapun efisiensi dan profitabilitas Bank Umum di Lampung diperkirakan mengalami penurunan, yang

tercermin dari rasio BOPO di triwulan IV 2020 yang meningkat menjadi sebesar 121,87%. Hal tersebut

bersamaan dengan menurunnya efisiensi penggunaan biaya, di samping perbaikan pendapatan dan

pertumbuhan kredit. Sejalan dengan hal tersebut, rasio ROA terkontraksi di level -0,30%, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya (1,98%).

Sumber: LBU Bank Indonesia

Grafik 4.23 Loan to Deposit Ratio (LDR) Grafik 4.24 Pertumbuhan Aset Bank Umum di Provinsi Lampung

Grafik 4.25 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum

Page 89: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

89

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

4.3.3 Bank Syariah

Kinerja perbankan syariah pada triwulan IV 2020 terindikasi lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sama dengan pertumbuhan aset Bank Umum yang secara keseluruhan terpantau

meningkat, pertumbuhan aset bank syariah turut meningkat dari sebelumnya 8,33% (yoy) pada

triwulan III 2020 menjadi 12,71% (yoy) pada triwulan IV 2020. Dari sisi pembiayaan, permintaan

pembiayaan pada triwulan laporan juga tercatat meningkat dari sebesar 4,86% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi sebesar 7,62% (yoy) seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi

Lampung pada periode laporan.

Sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan yang meningkat, pertumbuhan DPK Bank Syariah juga

terpantau mengalami akselerasi dari sebelumnya 10,53% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi

14,09% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 4.27). Lebih tinginya kinerja penghimpunan dana Bank

Syariah diperkirakan terkait dengan perilaku masyarakat pada triwulan IV 2020 yang lebih memilih

menabung dibandingkan berbelanja akibat ketidakpastian pandemi COVID-19. Kondisi ini tercermin

dari akselerasi pertumbuhan komponen DPK Bank Syariah yang memiliki pangsa terbesar, yaitu

tabungan sebesar 11,23% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya (9,34%;yoy).

I II III IV I II III IV I II III IVTotal Aset (Rp. Milyar) 3.254 3.410 3.589 3.750 3.749 3.970 4.150 4.324 4.351 4.367 4.496 4.874 Pertumbuhan Aset (%yoy) 4,97 1,20 10,51 12,56 15,23 16,45 15,66 15,31 16,05 9,98 8,33 12,71Total DPK (Rp. Milyar) 2.377 2.295 2.434 2.489 2.631 2.779 2.865 3.014 3.026 3.041 3.167 3.438 Pertumbuhan DPK (%yoy) 2,88 -1,76 4,53 3,77 10,67 21,08 17,71 21,10 14,99 9,41 10,53 14,09Total Pembiayaan (Rp. Milyar) 2.672 2.827 2.923 2.992 3.079 3.162 3.260 3.303 3.322 3.266 3.419 3.555 Pertumbuhan Pembiayaan (%yoy) 18,54 10,74 14,25 14,63 15,24 11,85 11,53 10,42 7,91 3,30 4,86 7,62NPF (%) 4,45 4,16 4,16 3,98 3,46 2,77 2,45 2,65 3,08 2,96 2,68 2,46FDR (%) 114,81 125,89 122,88 121,92 119,07 116,02 117,21 110,87 111,65 108,86 109,74 104,22

20202019Indikator Perbankan Syariah

2018

Sumber: LBUS Bank Indonesia

Grafik 4.26 Pertumbuhan Aset, DPK & Pembiayaan Bank Syariah

Grafik 4.27 Pertumbuhan DPK Bank Syariah

Tabel 4. 2 Indikator Kinerja Bank Syariah Provinsi Lampung

Sumber: LBU Bank Indonesia

Sumber: LBUS Bank Indonesia Sumber: LBUS Bank Indonesia

Page 90: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

90

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Dari sisi pengelolaan resiko, rasio non performing financing (NPF) kredit bank syariah terus mengalami

perbaikan sejak tahun 2018. Pada triwulan laporan, rasio NPF tercatat masih cukup baik yakni 2,46%.

Sementara itu, di tengah kondisi penurunan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2020, pembiayaan

konsumsi yang merupakan kredit dengan risiko relatif rendah, terpantau meningkat (27,27%;yoy)

dibanding triwulan sebelumnya (25,04%;yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan risiko

kredit pada triwulan laporan masih relatif baik (Grafik 4.29). Sementara untuk pada sektor lapangan

usaha pembiayaan tertinggi tercatat masih dialokasikan untuk sektor perdagangan (24%), pertanian

(8%) dan industri (7%) (Grafik 4.28).

4.4 Perkembangan Kredit UMKM

Dukungan perbankan Lampung pada UMKM di triwulan IV 2020 mengalami sedikit peningkatan,

tercermin dari pertumbuhan kredit UMKM sebesar 2,9% (yoy) yang lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya (2,8%;yoy) (Grafik 4.30). Meskipun meningkat, pertumbuhan kredit UMKM ini tercatat

masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit perbankan pada triwulan IV 2020 yang

tumbuh sebesar 3,00% (yoy). Per Desember 2020, posisi penyaluran kredit UMKM tercatat hanya

meningkat tipis menjadi Rp19,6 triliun karena sikap perbankan yang masih berhati-hati dalam

menyalurkan kredit (sisi supply) dan penundaan UMKM untuk melakukan ekspansi di tengah

ketidakpastian ekonomi dan pandemi COVID-19 (sisi demand).

Di tengah meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM, kualitas kredit UMKM terpantau meningkat.

Hal ini tercermin dari turunnya rasio non performing loan (NPL) kredit UMKM dari sebelumnya 2,91%

pada triwulan III 2020 menjadi 2,51% pada triwulan III 2020. Restrukturisasi kredit UMKM sebagai

salah satu bentuk stimulus pemerintah kepada UMKM juga perlu terus ditingkatkan untuk

mempercepat pemulihan dunia usaha dan pemulihan ekonomi. Ke depan, sebagai salah satu upaya

meningkatkan kesejahteraan.

Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4. 29 Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Penggunaan

Grafik 4.28 Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Sektoral

Grafik 4.30 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.31 NPL Kredit UMKM

Page 91: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

91

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DENGAN TEKNOLOGI PERIKANAN

AQUAPONIK DI PONDOK PESANTREN ROUDLATUSSOLIHIN, KAB. LAMPUNG TENGAH

Kebijakan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah merupakan upaya Bank

Indonesia untuk mendukung kebijakan ekonomi dan keuangan syariah nasional yang bertujuan

menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia. Dalam rangka

mencapai visi tersebut, maka terdapat 3 strategi utama yaitu Pemberdayaan Ekonomi Syariah;

Pendalaman Pasar Keuangan Syariah; dan Penguatan Riset, Asesmen, dan Edukasi.

Gambar 1. Blueprint Kebijakan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah BI

Pemberdayaan Ekonomi Syariah diimplementasikan untuk mendorong pengembangan

dan penguatan usaha syariah di berbagai lini (usaha mikro kecil, menengah, dan besar termasuk

pesantren) melalui pengelolaan kesinambungan aktivitas ekonomi dan keuangan usahanya sesuai

nilai dan prinsip dasar syariah, dalam rangka membangun ekosistem Rantai Nilai Halal (RNH)/Halal

Value Chain yang terintegrasi.

Indonesia memiliki 30.507 pesantren dan tersebar hampir di seluruh provinsi dengan keunikan dan keunggulan masing-masing. Pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan, namun juga memiliki potensi untuk dikembangkan dalam mencapai kemandirian ekonomi pesantren. Sementara di Provinsi Lampung terdapat 904 pondok pesantren yang tersebar di beberapa kabupaten/kota. Dilatarbelakangi oleh SDM yang dimiliki, ikatan komunitas yang kuat, didukung dengan daya juang pesantren yang tinggi, serta dikombinasikan dengan kemampuan kewirausahaan dan konsep pemberdayaan ekonomi pesantren sebagai bagian dari ibadah, maka Bank Indonesia berinisiatif mengembangkan Program Kemandirian Ekonomi Pesantren.

Program Kemandirian Ekonomi Pesantren merupakan wujud dari implementasi Kebijakan

Pengembangan ekonomi dan Keuangan Syariah yaitu Pemberdayaan Ekonomi Syariah. Kondisi

yang diharapkan atas terselenggaranya Program Kemandirian Ekonomi Pesantren adalah: (1)

Tingkat kemandirian ekonomi pesantren meningkat untuk mendukung proses pendidikan

pesantren; (2) Peningkatan aspek governance sehingga dapat meningkatkan akses pembiayaan;

(3) Kapabilitas pengembangan ekonomi meningkat; (4) Pesantren menjadi subyek

Page 92: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

92

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

pengembangan usaha; (5) Terdapat dokumentasi kelebihan setiap pesantren (repository

knowledge); dan (6) Pesantren berjemaah melalui holding pesantren.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung bekerjasama dengan Pusat Inkubator

Bisnis – Politeknik Negeri Lampung (PIB Polinela) pada tahun 2020 mengimplementasikan

Program Kemandirian Ekonomi Pesantren dengan melakukan pendampingan kepada 4 (empat)

pondok pesantren, yaitu: 1. Pondok Pesantren Roudlotussolihin, Kab.Lampung Tengah - unit usaha perikanan;

2. Pondok Pesantren Wali Songo, Kab.Lampung Tengah - usaha perikanan;

3. Pondok Pesantren Darul Islah, Kab.Tulang Bawang - unit usaha peternakan unggas; dan

4. Pondok Pesantren Minhadul Ulum, Kab.Pesawaran - unit usaha pertanian tanaman

hortikultura (labu madu).

Pondok pesantren Roudlatussolihin berlokasi di Kampung Purwosari, Kec. Padang Ratu,

Kab. Lampung Tengah. Berdasarkan pemetaan dan survei yang dilakukan, Pondok Pesantren

tersebut memiliki potensi perikanan yang didukung oleh ketersediaan air yang melimpah, kolam

ikan yang berfungsi baik, dan sumber daya manusia produktif yang memiliki pengalaman

berusaha tani perikanan, serta telah terbentuknya kelembagaan koperasi primer aktif dan

memiliki jejaring bisnis. Guna pengembangan usaha pesantren, maka perlu dilakukan

pendampingan dan pelatihan perikanan dengan teknologi aquaponik (floating).

Konsep pelatihan aquaponik adalah mengintegrasikan antara perikanan dan tanaman

sayuran. Sayuran kangkung ditanam di atas kolam dengan menggunakan media terapung.

Keunggulannya adalah penanaman sayuran (antara lain kangkung) tidak membutuhkan areal

lahan tanam, bahkan tidak perlu lagi dipupuk, dikarenakan tanaman sayuran telah memperoleh

nutrisi dari air kolam ikan. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele, dengan

mempertimbangkan waktu yang singkat untuk budidaya (3 bulan). Selain itu, kotoran ikan lele

juga mengandung nutrisi tanaman yang relatif banyak. Selain ikan lele, jenis ikan lain yang dapat

dibudidayakan adalah ikan gurami, namun membutuhkan waktu tunggu yang cukup lama (10

bulan).

Page 93: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

93

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Gambar 2. Model Bisnis Teknologi Perikanan Aquaponik di Pondok Pesantren Roudlatussolihin

Adapun tahapan pendampingan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Lampung kepada Pondok Pesantren Roudlatussolihin adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan peningkatan nilai tambah budidaya perikanan aquaponik yang dilaksanakan pada

tanggal 16 Oktober 2020. Selain meningkatkan pengetahuan santri dalam berwirausaha

bidang perikanan, dengan praktek pelatihan diharapkan dapat menciptakan kemandirian

pesantren. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pelatihan ini, Pondok Pesantren

Roudlatussolihin yang memiliki unit usaha bidang perikanan menerapkan teknis budidaya

perikanan dengan sistem aquaponik.

2. Pendampingan teknis pemberian pakan ikan diselenggarakan pada November 2020. Tingkat

kematian (survival rate) saat dilaksanakan pendampingan adalah 0%. Hal ini dibuktikan dari

hasil penyisiran ikan di kolam yang menunjukkan tidak terdapat bangkai ikan lele. Bersamaan

dengan pendampingan tersebut, dilakukan panen tanaman kangkung dengan hasil panen

pertama sejumlah 43 ikat. Kemudian panen kedua dilakukan 2 minggu kemudian.

3. Monitoring pemberian pakan apakah telah sesuai dengan SOP dan memastikan sanitasi air

kolam dalam kondisi baik, dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2020 .

4. Pendampingan pra panen perikanan aquaponik dilakukan secara virtual pada tanggal 6

Desember 2020. Pendampingan ini bertujuan agar pesantren mengetahui teknis pelaksanaan

dan menyiapkan alat dan bahan panen.

5. Panen perdana perikanan aquaponik dilaksanakan tanggal 13 Desember 2020. Kegiatan

dihadiri oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Bp. Budiharto Setyawan

beserta anggota Komite IV DPD RI yaitu Bp.Abdul Hakim dan tim.

Page 94: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

94

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Gambar 3.

Penebaran Bibit Ikan dan Media Aquaponik Gambar 4.

Pembuatan Media Tanam Aquaponik

Tahapan produksi yang diterapkan di Pondok Pesantren Roudlatussolihin :

a) Penyiapan kolam ikan ukuran 6 x 12 meter;

b) Pengurasan kolam dan penetralan kadar asam (pH) air dengan memberikan kapur pertanian

sejumlah 1 sak;

c) Pengaplikasian pupuk kompos; d) Pengisian air bersih pada kolam;

e) Pembuatan media tanam aquaponik dan penanaman di wadah aquaponik. Selanjutnya

dilakukan penebaran bibit ikan lele dan peletakkan media tanam aquaponik;

f) Pemberian pakan rutin dilakukan setiap pagi, sore, dan malam;

g) Panen kangkung dapat mulai dilakukan 3 minggu setelah tanam dan dapat dipanen per 2

minggu;

h) Panen ikan dilakukan setelah 2 s.d. 3 bulan tergantung bobot ikan lele.

Pakan yang digunakan tercatat sebanyak 200 kg, sehingga ideal panen ikan lele adalah

200 kg. Namun lebih dari itu, ternyata volume real hasil panen ikan lele mampu mencapai 234

kg. Hal ini menunjukan bahwa hasil budidaya mampu melampaui target. Sementara itu, hasil

panen kangkung selama budidaya ikan lele sebanyak 181 ikat. Hasil panen ikan lele dan

kangkung dijual kepada pengurus pondok pesantren dengan harga jual kangkung Rp2.000/ikat

dan ikan lele Rp20.000/kilogram. Dengan demikian, total penerimaan pesantren dari unit usaha

perikanan adalah sebesar Rp4.835.000 atau Revenue Cost Ratio1 sebesar 1,67.

Secara umum pendapatan/penerimaan usaha aquaponik jika dilihat dari sekali panen

masih cenderung kecil. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya investasi pembuatan media tanam

terapung yang terbuat dari pipa PVC. Meskipun demikian, media tanam tersebut dapat

dipergunakan kembali untuk tahapan budidaya berikutnya. Adapun biaya media tanam

kangkung yang kuat dan tahan lama untuk luasan kolam 6x12m adalah sebesar Rp850.000,

dengan umur ekonomis investasi mencapai 3 hingga 5 tahun. Selain itu, terdapat juga biaya

1 Revenue Cost Ratio adalah jumlah ratio yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif yang akan diperoleh dari sebuah proyek/usaha. Proyek akan dikatakan layak untuk dijalankan jika nilai R/C yang diperoleh lebih besar daripada 1. Hal ini dapat terjadi jika nilai R/C semakin tinggi, maka tingkat keuntungan yang diperoleh sebuah proyek/usaha akan menjadi lebih tinggi.

R/C ratio = Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya Variabel)

Penerimaan

Page 95: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

95

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

variabel atau biaya rutin yang harus. Untuk penebaran benih ikan kembali sebanyak 2.000 ekor,

membutuhkan biaya variabel sebesar Rp2.785.000. Dengan demikian, total biaya usaha

aquaponik ini selama 1 tahun (3 kali tebar) adalah sebesar Rp4.835.000.

Penerimaan usaha perikanan bervariasi dikarenakan produk yang dihasilkan terdiri dari 2

komoditas yaitu kangkung dan ikan lele. Berdasarkan hasil analisa ekonomi usaha, keuntungan

yang diperoleh Pondok Pesantren Roudlatussolihin cenderung kecil. Hal ini dikarenakan jumlah

benih ikan yang ditebar masih kurang dari jumlah ideal, mengingat terbatasnya luasan kolam

ikan lele yang tersedia akibat keterbatasan modal. Kegiatan yang dilakukan masih merupakan

demplot/uji coba kemampuan pesantren dalam menerapkan teknologi aquaponik. Apabila

pondok pesantren mampu meningkatkan skala ekonomi penambahan tebar benih ikan dan

tanaman kangkung, maka keuntungan usaha pun akan bertambah.

Gambar 5. Panen Perdana yang dihadiri Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung dan Anggota Komisi

IV DPD RI

Adapun kondisi ideal yang sebaiknya dilakukan adalah tebar ikan lele sebanyak 9.000

ekor pada luasan kolam 6 x 12 meter, sehingga jumah produksi ikan lele dapat mencapai

Rp62.400.000/tahun dengan keuntungan sebesar Rp18.160.000/tahun. Perbandingan analisis

ekonomi antara kondisi ideal dengan yang diterapkan di Pondok Pesantren Roudlatussolihin

sebagaimana pada tabel 6 dan 7.

Penerapan model bisnis perikanan aquaponik di PP Roudlatussolihin masih belum

dilakukan secara optimal/ideal yang disebabkan oleh beberapa kendala berikut:

a) Keterbatasan modal usaha pondok pesantren, sehingga kegiatan praktik yang dilakukan

menggunakan modal sebesar Rp4.000.000 per periode tebar atau Rp9.205.000/tahun (3 kali

tebar). Sementara kondisi ideal, biaya budidaya adalah sebesar Rp14.840.000 per periode

tebar atau Rp38.840.000/tahun (3 kali tebar);

b) Teknologi aquaponik merupakan ilmu baru bagi pondok pesantren, sehingga membutuhkan

bimbingan teknis agar hasil produksi optimal;

c) Terbatasnya hasil produksi, sehingga hasil panen hanya dapat memenuhi kebutuhan

pesantren, yaitu dibeli oleh pihak pesantren untuk konsumsi santri.

Adapun dampak/manfaat dari penerapan teknologi produksi perikanan aquaponik di

Pondok Pesantren Roudlatussolihin adalah:

a) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengurus pesantren dan santri, terutama dalam

budidaya ikan lele yang dimulai dari penyiapan kolam, proses budidaya, hingga panen;

Page 96: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

96

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

b) Menjadi peluang unit usaha/bisnis baru bagi pesantren, yaitu produksi ikan lele dan sayuran

kangkung. Sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, pesantren membeli di

pasar.

c) Hasil penjualan ikan dan kangkung menjadi tambahan pendapatan usaha koperasi pondok

pesantren (Koperasi Al Fata).

Selanjutnya, rencana pengembangan unit usaha Pondok Pesantren Roudlatussolihin

adalah sebagai berikut:

a) Pengembangan teknologi budidaya perikanan aquaponik dengan jenis ikan gurame;

b) Pembentukkan unit produksi pakan ikan organik, sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi

oleh internal pesantren;

c) Pembentukkan unit produksi olahan ikan dan sayuran organik (ikan asap dan fillet ikan

frozen).

Melalui kegiatan pengembangan kemandirian usaha Pondok Pesantren Roudlatussolihin

ini, diharapkan dapat menjadi model percontohan bagi pondok pesantren lainnya, sehingga

kemandirian usaha pondok pesantren di Provinsi Lampung dapat semakin berkembang dalam

rangka mewujudkan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Provinsi Lampung.

Page 97: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

97

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Sejalan dengan pola historisnya dalam beberapa tahun ke belakang, alirang uang kartal di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 tercatat mengalami net outflow sebesar Rp0,79 triliun. Adapun kondisi ini seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat khususnya menjelang akhir tahun. Meski demikian, tekanan outflow yang terjadi pada periode laporan terpantau tidak lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari pertumbuhannya yang tercatat terkontraksi sebesar -5,30% (yoy). Kondisi tersebut tidak terlepas dari kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang terjadi sejak bulan Maret 2020.

Sejalan dengan kondisi tersebut, transaksi pembayaran melalui sistem pembayaran Bank Indonesia baik yang melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) maupun Real Time Gross Settlement (RTGS) keduanya mencatatkan perbaikan pertumbuhan pada triwulan IV 2020. Hal tersebut antara lain juga ditopang oleh kebijakan Bank Indonesia untuk menurunkan biaya transaksi SKNBI yang berlaku mulai 1 April hingga 31 Desember 2020. Adapun biaya kliring dari nasabah ke bank diturunkan dari semula maksimum Rp 3.500 menjadi Rp 2.900, sementara biaya transfer kliring dari perbankan ke BI diturunkan dari semula Rp 600 menjadi Rp 1.

Selanjutnya, di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlanjut hingga saat ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung juga terus mendorong penggunaan transaksi non tunai. Hal ini juga sebagai salah satu bentuk upaya untuk mencegah penyebaran virus yang lebih luas lagi. Adapun dalam perkembangannya, diketahui bahwa preferensi penggunaan non tunai dalam bertransaksi semakin meningkat di Provinsi Lampung. Kondisi ini tercermin dari terus meningkatnya transaksi belanja online, serta persentase pangsa penggunaan uang elektronik pada transportasi online yang jauh meningkat dibandingkan kondisinya dalam 3 tahun ke belakang.

Page 98: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

98

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Tunai

Pemantauan transaksi sistem pembayaran tunai dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain

jumlah aliran uang masuk dari Perbankan ke Bank Indonesia (inflow), jumlah aliran uang keluar dari

Bank Indonesia ke Perbankan (outflow), termasuk dukungan penyediaan Uang Layak Edar (ULE)

kepada masyarakat luas melalui berbagai kegiatan, seperti penukaran uang melalui Bank Indonesia,

Kas Keliling, dan Kas Titipan.

5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal

Aliran uang kartal di Provinsi Lampung pada triwulan IV 2020 tercatat mengalami net outflow sebesar

Rp0,79 triliun, lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami net outflow

Rp0,28 triliun (Grafik 5.1). Adapun kondisi tersebut sejalan dengan meningkatnya aktivitas

perekonomian di akhir tahun, khususnya pada saat periode hari raya Natal dan liburan akhir tahun.

Meski tercatat net outflow, jika dilihat secara lebih rinci, tekanan outflow pada periode laporan masih

tidak lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tercermin dari

pertumbuhannya yang terkontraksi sebesar -5,30% (yoy) (Grafik 5.2). Kondisi ini tentunya sebagai

dampak dari kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan di tengah pandemi yang

terjadi.

Adapun meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat di atas terpantau sejalan dengan

perkembangan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung yang pada triwulan IV 2020 tumbuh lebih

baik dibandingkan triwulan sebelumnya meski masih terkontraksi, yakni sebesar -2,26% (yoy).

Sementara itu, hasil yang konsisten juga ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit di Provinsi Lampung

(lokasi bank), yang pada periode laporan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (Grafik 5.4).

Grafik 5. 1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Triwulanan

Grafik 5. 2 Aliran Uang Kartal Inflow Grafik 5. 3 Aliran Uang Kartal Outflow

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 99: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

99

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Sama halnya dengan kondisi di Provinsi Lampung, secara spasial seluruh Provinsi di wilayah Sumatera

juga mengalami net outflow pada triwulan IV 2020. Net outflow terbesar ada di Provinsi Sumatera

Utara dengan nominal sebesar Rp8,00 triliun dan diikuti oleh Provinsi Riau sebesar Rp5,61 triliun.

Adapun total net outflow yang terjadi di Sumatera tercatat sebesar Rp29,75 triliun, lebih besar

dibandingkan triwulan III 2020 yang juga tercatat net outflow sebesar Rp7,66 triliun (Tabel 5.1).

5.1.2. Penyediaan Uang Layak Edar

Dalam melaksanakan tugasnya di bidang Pengelolaan Uang Rupiah, Bank Indonesia melakukan

pengedaran uang ke berbagai daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yakni tersedia dalam

jumlah yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan tentunya dalam kondisi yang layak

edar.

Sebagai strategi untuk memenuhi kebutuhan uang kartal yang layak edar (clean money policy) tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung secara berkala melaksanakan layanan

penukaran Uang Tidak Layak Edar (UTLE) baik secara langsung melalui loket penukaran kantor Bank

Indonesia dan kas keliling, serta bersinergi dengan Perbankan untuk turut menerima penukaran uang.

Selain itu, untuk terus meningkatkan kualitasnya (soil level), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Lampung juga secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE).

Pada triwulan IV 2020 penukaran uang melalui Bank Indonesia tercatat sebesar Rp7,91 miliar, lebih

tinggi dibandingkan dengan nominal penukaran pada triwulan sebelumnya yang sebesar Rp6,86

miliar sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian di akhir tahun (Grafik 5.5). Selanjutnya,

untuk memaksimalkan penukaran uang terutama di daerah terpencil, penukaran juga dilakukan

melalui kas titipan. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung saat ini memiliki 1 (satu) Kas

Grafik 5. 4 Pertumbuhan Ekonomi & Konsumsi RT Provinsi Lampung

Tabel 5. 1 Aliran Uang Spasial

Sumber : Bank Indonesia & BPS

Sumber : Bank Indonesia

Inflow Outflow Netflow Inflow Outflow Netflow

Aceh 1,26 3,05 (1,79) 0,88 4,22 (3,34)

Sumatera Utara 7,82 8,54 (0,72) 7,17 15,17 (8,00)

Riau 1,77 4,39 (2,62) 1,31 6,92 (5,61)

Kep. Riau 1,52 1,66 (0,14) 1,20 2,96 (1,76)

Jambi 1,15 1,93 (0,79) 0,94 3,64 (2,69)

Sumatera Barat 2,50 1,56 0,94 2,00 2,91 (0,91)

Bengkulu 1,14 1,67 (0,53) 0,79 2,15 (1,36)

Sumatera Selatan 2,88 4,31 (1,43) 2,11 6,08 (3,98)

Kep. Babel 0,46 0,75 (0,29) 0,25 1,56 (1,31)

Lampung 3,36 3,64 (0,28) 2,74 3,53 (0,79)

Sumatera 23,85 31,51 (7,66) 19,40 49,15 (29,75)

ProvinsiTw III 2020 Tw IV 2021

Page 100: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

100

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Titipan yang berada di Liwa (Kabupaten Lampung Barat) dengan dikelola oleh Bank BRI KC Liwa. Kas

Titipan Liwa memiliki Bank Peserta yang terdiri dari Bank BNI, Bank Mandiri, BSM, dan BPD Lampung

KC Liwa. Selama triwulan IV 2020, nominal kas titipan tercatat sebesar Rp269 miliar (Grafik 5.6). Di

sisi lain, penukaran uang melalui kegiatan kas keliling pada triwulan IV 2020 masih belum dapat

dilakukan sejalan dengan komitmen Bank Indonesia untuk memitigasi penyebaran virus Covid-19

yang lebih luas lagi melalui penundaan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengumpulkan masyarakat

dalam jumlah yang banyak (Grafik 5.7). Adapun kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar Rp896 miliar atau 32,65% terhadap total inflow (Grafik 5.8).

5.1.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu

Pada triwulan IV 2020, terdapat temuan uang palsu sebanyak 683 lembar di Provinsi Lampung (Grafik

5.9). Jumlah tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan temuan uang palsu pada triwulan sebelumnya

yang sebanyak 605 lembar. Sebagai informasi, pada triwulan II 2020 Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Lampung meniadakan/menutup layanan klarifikasi uang rupiah yang diragukan

keasliannya untuk sementara waktu sejalan dengan kebijakan untuk memitigasi penyebaran Covid-

19.

Selanjutnya, berdasarkan komposisinya temuan uang palsu pada triwulan IV 2020 masih didominasi

oleh Uang Pecahan Besar (UPB), yakni uang kertas pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 dengan pangsa

keduanya sebesar 291 lembar (42,61%) dan 378 lembar (55,34%) (Grafik 5.10). Sementara itu,

temuan uang palsu lainnya pada periode laporan terdiri dari Rp20.000 sebanyak 2 lembar, Rp10.000

sebanyak 2 lembar, dan Rp5.000 sebanyak 10 lembar.

Grafik 5. 5 Penukaran Uang Melalui BI Grafik 5. 6 Kas Titipan

Grafik 5.8 Perkembangan Pemusnahan UTLE

Grafik 5.7 Kas Keliling

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 101: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

101

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Adapun berdasarkan trennya, temuan uang palsu di Provinsi Lampung sudah jauh menurun

dibandingkan dengan rata-ratanya dalam 8 tahun terakhir yang mencapai ±1.000 lembar. Kondisi ini

tentunya tidak terlepas dari kontinuitas kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah (CIKUR) yang

dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap uang palsu. Selain itu, sinergi juga dilakukan dengan Perbankan dan pihak

aparatur hukum sebagai upaya untuk terus menurunkan tindak kejahatan uang palsu khususnya di

Provinsi Lampung.

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Bank Indonesia

Sejalan dengan perkembangan aliran uang kartal, transaksi pembayaran melalui sistem pembayaran

Bank Indonesia baik yang melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) maupun Real Time Gross Settlement (RTGS) keduanya mencatatkan perbaikan pertumbuhan pada triwulan IV 2020.

Perkembangan positif tersebut tentunya ditopang oleh pola seasonal-nya, dimana terdapat

peningkatan aktivitas ekonomi khususnya menjelang akhir tahun. Sama halnya dengan aliran outflow,

meski transaksi melalu sistem pembayaran Bank Indonesia meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya, secara tahunan pertumbuhannya masih tidak lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2019.

Kondisi ini sejalan dengan perekonomian yang masih dalam tahap recovery pasca pandemi Covid-19

yang melanda Indonesia sejak Maret 2020.

Mengacu pada Grafik 5.11, diketahui bahwa transaksi pembayaran melalui SKNBI tercatat tumbuh

sebesar -12,03% (yoy). Meski masih terkontraksi, pertumbuhan tersebut terpantau lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam. Membaiknya transaksi tersebut

ditopang oleh baik kliring kredit maupun kliring kredit yang keduanya juga tumbuh membaik sebesar

-8,61% (yoy) dan -16,90% (yoy).

Grafik 5.10 Pecahan Uang Palsu Grafik 5.9 Temuan Uang Palsu

Grafik 5.11 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi RTGS

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 102: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

102

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Sejalan dengan SKNBI, transaksi pembayaran melalui RTGS juga tercatat mengalami perbaikan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meskipun masih terkontraksi. Nilai transaksi RTGS pada

triwulan IV 2020 tercatat sebesar Rp23.106 triliun atau tumbuh sebesar -20,56% (yoy), membaik

dibandingkan triwulan III 2020 yang juga terkontraksi sebesar -37,88% (yoy) (Grafik 5.12).

Di tengah pandemi yang terjadi selama tahun 2020, Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan

untuk menurunkan biaya transaksi SKNBI guna mendorong penggunaan pembayaran non tunai

sebagai upaya mitigasi penyebaran virus Covid-19. Biaya transfer dana sistem kliring nasional dari

nasabah ke bank atau juga sering disebut Lalu Lintas Giro (LLG) diturunkan dari semula maksimum Rp

3.500 menjadi Rp 2.900 dan biaya transfer kliring dari perbankan ke BI diturunkan dari semula Rp

600 menjadi Rp 1. Penurunan biaya transaksi tersebut berlaku mulai 1 April hingga 31 Desember

2020. Adapun sebagai catatan, sejak tahun 2016 perkembangan transaksi SKNBI berada pada area

pertumbuhan negatif. Hal ini ditengarai seiring dengan semakin berkembangnya digitalisasi sistem

pembayaran yang memberikan kemudahan dan lebih banyaknya pilihan channel pembayaran kepada

masyarakat luas.

5.3. Perkembangan Transaksi APMK dan Uang Elektronik

Bank Indonesia sebagai otoritas di bidang sistem pembayaran memiliki tugas untuk mewujudkan

sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar serta mendorong sistem keuangan nasional bekerja

secara efektif dan efisien. Elektronifikasi merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut

guna mengubah mindset masyarakat dalam bertransaksi dari tunai menjadi non tunai. Elektronifikasi

diharapkan dapat memperpendek proses transaksi dan mempermudah masyarakat dalam melakukan

pembayaran. Selain untuk meningkatkan inklusivitas keuangan, elektronifikasi juga ditujukan sebagai

solusi masyarakat aman dalam bertransaksi di tengah masih berlanjutnya pandemi Covid-19.

Penggunaan kartu ATM/debit, kartu kredit, uang elektronik, termasuk pembayaran berbasis QR code

(QRIS) di Provinsi Lampung terus mengalami perkembangan positif sebagai wujud dari perubahan

mindset masyarakat dalam bertransaksi keuangan. Sebagai salah satu indikator, kondisi tersebut

terlihat dari pangsa penggunaan kartu ATM/debit yang pada tahun 2020 penggunaannya untuk

penarikan tunai tercatat sedikit menurun, yakni dari 39,74% di tahun sebelumnya menjadi sebesar

39,45% (Grafik 5.13). Peningkatan pangsa terutama berasal dari transaksi antarbank. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam bertransaksi, masyarakat Provinsi Lampung sudah lebih mengedepankan

pemilihan metode non tunai. Sejalan dengan hal tersebut, indikator penggunaan kartu kredit juga

menunjukkan hasil yang konsisten. Pada tahun 2020 pangsa penggunaan kartu kredit untuk transaksi

online tercatat meningkat dari 14,99% menjadi 18,77% (Grafik 5.14). Selain ditopang oleh mindset masyarakat Provinsi Lampung yang saat ini mulai beralih ke arah non tunai, hal tersebut juga tidak

terlepas dari dorongan kondisi pandemi yang mengharuskan masyarakat untuk dapat tetap

bertransaksi di tengah mobilitas yang lebih terbatas.

Grafik 5.13 Pangsa Jenis Transaksi

Kartu ATM/Debit

Grafik 5.14 Pangsa Jenis Transaksi Kartu Kredit

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 103: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

103

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Selanjutnya, sebagaimana pola seasonalnya di akhir tahun, peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat

juga tercermin pada penggunaan transaksi kartu ATM/Debit maupun kredit. Rata-rata triwulanan

nominal transaksi kartu ATM/Debit tercatat meningkat signifikan dari sebesar Rp11,28 triliun menjadi

Rp14,50 triliun pada triwulan IV 2020 (Grafik 5.15). Begitu pula pada nominal transaksi kartu kredit

yang rata-rata triwulanannya meningkat dari Rp72,4 miliar menjadi sebesar Rp79,1 miliar (Grafik

5.16).

Di tengah masih berlanjutnya kondisi pandemi Covid-19, opsi penggunaan transaksi secara non tunai

semakin menjadi pilihan utama bagi masyarakat di Provinsi Lampung. Adapun kondisi tersebut

tercermin dari perkembangan nominal transaksi uang elektronik (Grafk 5.17) dan perkembangan

transaksi e-commerce (Grafik 5.18) yang terus meningkat dan bahkan mencapai posisi tertingginya

pada bulan Desember 2020, dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Selain itu,

pergeseran mindset penggunaan transaksi non tunai ke arah yang lebih baik di Provinsi Lampung juga

terlihat dari pangsa antara penggunaan tunai dan e-money, khususnya pada transaksi transportasi

online. Diketahui bahwa pangsa penggunaan e-money pada tahun 2017 pangsanya hanya sebesar

23,71%, sementara pada tahun 2020 pangsanya jauh meningkat hingga 39,02% (Grafik 5.19).

Grafik 5.15 Perkembangan Nominal Transaksi Kartu ATM/Debit

Grafik 5.16 Perkembangan Nominal Transaksi Kartu Kredit

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.17 Perkembangan Nominal

Transaksi Uang Elektronik

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.18 Perkembangan Transaksi E-Commerce

Grafik 5.19 Pangsa Metode Pembayaran Transaksi E-Commerce

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.19 Pangsa Metode Pembayaran Transportasi Online

Sumber : Bank Indonesia

Page 104: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

104

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Guna mendukung penerapan elektronifikasi di Provinsi Lampung, Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas

Bakauheni-Terbanggi Besar (Bakter) dan Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Terpeka)

juga telah mengimplementasikan penggunaan uang elektronik Perbankan hingga hampir 100%

dalam penerimaan pembayaran di gardu tol. Adapun untuk terus mendukung peningkatan

penggunaan UE, beberapa hal yang telah dilakukan pihak pengelola, yaitu :

I. Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar

Kebijakan keharusan penggunaan uang elektronik untuk pembayaran jalan tol

Penyediaan sarana top up melalui ATM mobile bekerjasama dengan Perbankan

Pembukaan 8 rest area dari 12 rest area yang direncanakan dan penyediaan layanan ATM

mobile di rest area KM 20B (arah Bakauheni) dan KM 87A (arah Palembang)

II. Ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung

Telah dibukanya 5 rest area di ruas Terpeka

Ruas Kayu Agung dan Lampung Gibang telah 100% menerapkan pembayaran

menggunakan uang elektronik Perbankan. Meski demikian, masih terdapat kendala dari sisi

keterbatasan sinyal jaringan yang menyebabkan adanya hambatan pada penggunaan

perangkat mesin reader Perbankan.

Telah tersedianya ATM di rest area 215. Selain itu, pihak pengelola ruas Terpeka juga

berencana untuk melakukan peminjaman ATM mobile di rest area tersebut untuk dapat

digunakan sebagai media top up.

5.4. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB)

Kegiatan Penukaran Valuta Asing merupakan kegiatan jual beli uang kertas asing serta pembelian cek

pelawat (Traveller’s Cheque). Kegiatan tersebut pada umumnya dilakukan oleh Perbankan maupun

badan usaha bukan bank yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, atau biasa disebut dengan

money changer. Guna mendukung terciptanya perdagangan valuta asing yang sehat dan aman bagi

masyarakat, Bank Indonesia telah mengatur tata cara perizinan dan pengawasan Kegiatan Penukaran

Valuta Asing yang dilakukan oleh Bukan Bank (KUPVA BB). Ketentuan tersebut tertuang pada

Peraturan Bank Indonesia No.18/20/PBI/2016 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.18/42/DKSP

tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank.

Adapun berdasarkan lokasinya, KUPVA BB di Provinsi Lampung (Kantor Pusat & Kantor Cabang)

tersebar di beberapa Kab/Kota dengan mayoritas ada di daerah Bandar Lampung (6), diikuti oleh

Pringsewu (2), Metro (1), Lampung Timur (1), Lampung Selatan (1), dan Lampung Tengah (1) (Grafik

5.20).

Selanjutnya, pada triwulan IV 2020 transaksi KUPVA BB di Provinsi Lampung tercatat sebesar

Rp565,81 miliar, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp382,54 miliar dan

jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp107,88 miliar (Grafik

5.21). Berdasarkan jenis transaksinya, pangsa transaksi jual pada periode laporan tercatat sebesar

50,09%, sedangkan transaksi beli sebesar 49,91%. Sementara itu, berdasarkan komposisi mata

uangnya, dapat dilihat bahwa pangsa transaksi penukaran mata uang USD pangsanya meningkat

cukup signifikan, baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama pada

tahun 2019 (Grafik 5.22). Adapun cenderung meningkatnya pangsa transaksi USD tersebut tidak

terlepas dari pergerakannya terhadap Rupiah yang mencatatkan apresiasi khususnya sejak munculnya

kondisi pandemi di bulan Maret 2020. Adapun secara tahunan, rata-rata kurs tengah USD-IDR tahun

2020 tercatat sebesar Rp14.572, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya di tahun sebelumnya

yang sebesar Rp14.146. Selain hal tersebut, peningkatan aktivitas penukaran valas di triwulan IV-2020

ditengarai juga didorong oleh periode libur akhir tahun. Berdasarkan data penerbangan internasional

di Bandara Soekarno-Hatta, jumlah penumpang keberangkatan triwulan IV meningkat cukup

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun belum setinggi sebagaimana kondisi

normalnya.

Page 105: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

105

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Grafik 5.20 Sebaran KUPVA BB di Provinsi Lampung

Grafik 5.21 Transaksi KUPVA BB di Provinsi Lampung

Grafik 5.22 Transaksi KUPVA BB Per Jenis Mata Uang

Grafik 5.23 Pergerakan Kurs Nilai Tukar USD-IDR

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 106: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

106

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Sebagai salah satu implementasi Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 dan bagian

inisiatif Blueprint Sistem Pembayaran Indoesia 2025, Bank Indonesia telah menetapkan standar

kode Quick Response (QR) untuk pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based,

dompet elektronik, atau mobile banking, dengan nama Quick Response Code Indonesia Standard

atau disingkat QRIS pada tanggal 17 Agustus 2019.

Kode QR standard ini memungkinkan pembayaran yang menggunakan kode QR di Indonesia

dapat disatukan memakai kode tunggal, yang dihubungkan melalui Gerbang Pembayaran

Nasional (GPN). Sehingga pencatatan dan penyelesaian transaksi dapat diproses secara domestik.

Selanjutnya sejak 1 januari 2020, QRIS tersebut wajib diimplementasikan sebagai salah satu kanal

pembayaran dengan menerapkan Merchant Presented Mode (MPM) yaitu metode dimana

merchant atau pedagang menyediakan kode QR, lalu konsumen memindai kode QR tersebut.

Gambar 1. Jenis QRIS

Struk POS

EDC

Device

Lanyard Acrylic

QRIS Dinamis QRIS Dinamis

Page 107: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

107

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Pandemi COVID-19 yang mulai menyebar ke Indonesia sejak awal tahun 2020 sampai

dengan saat ini mampu memperlambat laju perekonomian khususnya di Provinsi Lampung

namun mulai menunjukkan perbaikan di akhir tahun 2020. Perbaikan tersebut ditopang oleh

pelonggaran aktivitas dan mobilitas masyarakat, harga komoditas utama yang cenderung

menguat, dan mulai pulihnya demand global mendorong aktivitas ekspor impor. Berdasarkan

data BPS, memasuki fase adaptasi new normal, Lampung mengalami perbaikan didukung kinerja

LU pertanian, LU industri, dan LU perdagangan mendukung perbaikan sisi demand yaitu

konsumsi RT, konsumsi pemerintah dan net ekspor. Secara tahunan, perekonomian Lampung

tahun 2020 terkontraksi sebesar -1,67% (yoy). Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tercatat -1,19% (yoy), meski lebih baik dibandingkan

Nasional yakni -2,07% (yoy). Realisasi tersebut secara spasial menempatkan Lampung pada

peringkat ke-8 dari 10 provinsi di Sumatera pada tahun 2020.

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Lampung

QRIS adalah inovasi kanal pembayaran untuk mendukung ekonomi segmen retail. Adanya

wabah COVID-19 menyebabkan pergeseran interaksi antar manusia, antara lain mengurangi

intensitas pertemuan fisik, tatap muka termasuk juga meminimalkan kontak fisik dalam

bertransaksi belanja sehari-hari. Pembayaran menggunakan QRIS dapat dilakukan tanpa kontak

fisik sehingga mampu mencegah penularan virus Covid-19. Dalam perkembangannya, QRIS telah

dapat ditransaksikan tanpa tatap muka dengan pengiriman image QRIS kepada konsumen

melalui aplikasi messaging.

Page 108: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

108

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Gambar 3. QRIS Tatap Muka dan Tanpa Tatap Muka

Dukungan dari Pemerintah terhadap digitalisasi pembayaran juga terasa juga terasa dengan

menjadikan percepatan transformasi digital sebagai upaya Pemulihan Ekonomi Nasional sebagai

dampak penyebaran COVID-19 sebagaimana arahan Presiden RI pada tanggal 3 Agustus 2020

baik di Pemerintah Pusat maupun Daerah. Digitalisasi pembayaran juga merupakan himbauan

dari Organisasi Internasional yaitu WHO yang menganjurkan agar dalam transaksi pembayaran

menggunakan contact less electronic payments atau mobile payments untuk mengurangi risiko

penyebaran virus.

Di tengah pandemi selama tahun 2020, transaksi pembayaran menggunakan uang

elektronik di Provinsi Lampung secara perlahan namun mampu menunjukkan penetrasi yang

positif. Jika dilihat se Sumatera, BI Provinsi Lampung menempati urutan ketiga terbesar setelah

Sumatera Utara dan Sumatera Selatan dalam jumlah dan nominal transaksi pembayaran uang

elektronik.

-

2.000.000

4.000.000

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

jun

Jul

Ags

t

Sep

t

Okt

No

v

Des

Volume Transaksi Uang ElektronikProvinsi Lampung

Vol Belanja Vol Transfer Vol Tarik Tunai

-

200.000

400.000

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

jun

Jul

Ags

t

Sep

t

Okt

No

v

Des

Nilai Transaksi Uang ElektronikProvinsi Lampung

Nom Belanja (Rp Ribu) Nom Transfer (Rp Ribu)

Nom Tarik Tunai (Rp Ribu)

Page 109: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

109

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Grafik 1. Perkembangan Transaksi Uang Elektronik Provinsi Lampung

Perkembangan transaksi e-commerce di wilayah Sumatera tercatat tumbuh meningkat pada

2020 yaitu 91,16% (yoy). Hal ini sejalan dengan data google mobility report pada triwulan IV

2020, dimana mobilitas masyarakat masih menurun yang diprakirakan menyebabkan pergeseran

pola belanja masyarakat dari offline menjadi online dan perubahan pola pembayaran dari tunai

menjadi non tunai. Untuk transaksi e-commerce, transaksi penjualan/pembelian terbesar adalah

produk fashion dan personal care yang pembayarannya sebagian besar dilakukan dengan cara

transfer bank/e-money. Adapun Provinsi Lampung menempati urutan ketiga setelah Sumatera

Utara dan Sumatera Selatan di dalam pangsa pasar se Sumatera.

Grafik 2. Pangsa Pasar Spasial

Potensi lainnya adalah potensi UMKM dimana berdasarkan data Sensus BPS 2016, Provinsi

Lampung menempati urutan ketiga dengan jumlah UMKM sebesar 770.632 UMKM.

Bank Indonesia yang memiliki wewenang dalam bidang sistem pembayaran telah

menerbitkan persetujuan izin kepada 48 Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) untuk

melakukan kegatan sebagai penyelenggara QRIS. Dari 48 PJSP tersebut, kurang lebih 27 PJSP

yang memiliki market atau target market merchant QRIS di wilayah Provinsi Lampung.

QRIS merupakan inovasi kanal pembayaran layaknya mesin EDC. Teknologi QRIS

memungkinkan transaksi dapat dilakukan tanpa bersentuhan secara fisik. Selain itu QRIS bukan

merupakan aplikasi melainkan salah satu fitur yang terdapat di dalam layanan mobile banking

maupun mobile payment. Standardisasi QRIS yang dikembangkan oleh Bank Indonesia bersama

dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mampu membuat interoperabilitas dengan

mekanisme 1 QRIS dapat dibaca oleh seluruh aplikasi mobile banking maupun mobile payment

non bank milik Penerbit lainnya yang memiliki fitur pembayaran QR.

Page 110: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

110

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Kanal pembayaran dengan menggunakan teknologi QRIS dapat diterapkan di berbagai

sektor yaitu pasar tradisional, pedagang kuliner/oleh-oleh, UMKM, komunitas lingkungan

Pemerintah Daerah, pendidikan, donasi keagamaan, Food and Beverage (F&B), pariwisata, aparat

penegak hukum, dan komunitas-komunitas seperti dharmawanita, ibu-ibu PKK, dekranasda dan

lainnya.

Pada tahun 2021 ini, Bank Indonesia baik Kantor Pusat maupun perwakilan di daerah

memilik program Flagship untuk mempercepat penetrasi QRIS sebagai kanal pembayaran yang

Cepat, Mudah, Murah, Aman dan Handal (CEMUMUAH) yaitu Program “QRIS – 12 Juta

Merchant” secara nasional.

Program “QRIS – 12 Juta Merchant” ini memiliki target pencapaian merchant QRIS di

masing-masing daerah dengan target yang berbeda-beda. Adapun Bank Indonesia Provinsi

Lampung ditargetkan pencapaian merchant QRIS sampai dengan akhir 2021 mencapai 179.200

(posisi). Sehingga apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya maka target yang harus

dicapai sampai dengan akhir tahun 2021 adalah sebanyak 92.889.

Berdasarkan data yang tercatat di Departemen Kebijakan Ssistem Pembayaran (DKSP)-Kantor

Pusat Bank Indonesia, total merchant QRIS yang ada di Provinsi Lampung posisi per akhir 2020

adalah sejumlah 86.311 merchant, yang merupakan urutan ke-16 dari 26 wilayah di Indonesia

yang telah terpenetrasi oleh kanal pembayaran QRIS. Selanjutnya update terkini per 29 Januari

2021 telah mencapai 90.612.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Merchant QRIS secara Nasional

Total merchant QRIS secara nasional sampai dengan 29 Januari 2021 berjumlah 6.011.693.

Dari total secara nasional tersebut, wilayah Lampung memiliki pangsa 1,44% yaitu sebesar

86.311 merchant.

Berdasarkan data DKSP, nilai dan volume transaksi QRIS secara nasional mencapai masing-

masing sebesar Rp979,8 Milyar dan 15,65 juta transaksi QRIS. Adapun transaksi QRIS Provinsi

Lampung baik nominal maupun volume apabila dibandingkan dengan pencapaian nasional

masing-masing memiliki pangsa 0,86% (Rp8,4 Milyar) dan 0,90% (141 ribu transaksi).

Page 111: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

111

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Penerapan kanal pembayaran dengan menggunakan teknologi QRIS tentunya memiliki

kendala-kendala yang dirasakan dan dihadapi oleh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran

khususnya Penyelenggara QRIS Berizin baik Bank maupun non Bank Berdasarkan hasil pengisian

data dan informasi kepada 24 Penyelenggara QRIS berizin yang memiliki pangsa pasar di Provinsi

Lampung, sebanyak 50% diantaranya mengemukakan kendala dalam penerapan QRIS adalah

sinyal jaringan telekomunikasi yang masih kurang kuat di wilayah Provinsi Lampung.

Grafik 3. Kendala yang dihadapi dalam penerapan teknologi QRIS

Berdasarkan data DKSP, nominal dan volume transaksi QRIS tertinggi di Provinsi Lampung

berdasarkan kabupaten/kota adalah Kota Bandar Lampung sebesar 69%, kemudian diikuti oleh

Kabupaten Lampung Tengah sebesar 12%, Kabupaten Lampung Selatan sebesar 5%, dan

Kabupaten Pringsewu 3%.

Gambar 4. Grafik Pangsa Nilai dan Volume Transaksi QRIS Provinsi Lampung

Dalam pelaksanaan penerapan kanal pembayaran menggunakan QRIS, nominal dan volume

transaksi QRIS tertinggi di Provinsi Lampung berdasarkan kabupaten/kota adalah Kota Bandar

Lampung sebesar 69%, kemudian diikuti oleh Kabupaten Lampung Tengah sebesar 12%,

Kabupaten Lampung Selatan sebesar 5%, dan Kabupaten Pringsewu 3%.

Perluasan penggunaan QRIS dilakukan dengan 2 sasaran yaitu sisi demand yaitu pengguna

dan sisi supply yaitu pedagang, para UMKM maupun penyedia tour and travel. Terkait dengan

50%

29%

21%

Kendala yang dihadapi dalam penerapan Teknologi QRIS

Sinyal/jaringan masih kurang kuat

kurangnya pemahaman merchantakan penggunaan teknologismartphone

Preferensi masyarakat masih tunai

69%12%5

3%

3%

31%

1%

1%

1%1%

0%0%

0%

0%

0% 0%

0%

0%0%0%

Pangsa Nilai Transaksi QRIS Provinsi Lampung

Kota Bandar Lampung

Kab. Lampung Tengah

Kab. Lampung Selatan

Kab. Pringsewu

Kab. Lampung Timur

73%

10%3%2%2%

5%

1%0%1%0%0%0%0%0%

0%0%0%0% 0%0% 0%

Pangsa Volume Transaksi QRIS Provinsi Lampung

Kota Bandar Lampung

Kab. Lampung Tengah

Kab. Lampung Selatan

Kab. Pringsewu

Kab. Lampung Timur

Page 112: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

112

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

sisi demand kami berencana melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat umum dan

tidak terkecuali di lingkungan ASN Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kota / Kabupaten, seperti

pegawai Pemda, Dharmawanita, dan komunitas-komunitas lainnya seperti komunitas bersepeda,

komunitas donasi, komunitas memasak/kuliner dan lainnya. Sedangkan dari sisi supply, kami

berencana melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pedagang pasar, pedagang kuliner khas

daerah, pedagang oleh-oleh kriya khas daerah, kesehatan, kantin-kantin di lingkungan Pemda,

Koperasi Pemda, sarana ibadah (donasi), transportasi, retribusi/pajak, pembayaran biller dan

sektor-sektor lainnya.

Sehubungan dengan rencana tersebut, dibutuhkan koordinasi secara intensif dan kerjasama

dengan Pemerintah Daerah beserta OPD-OPD dan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran baik

Bank dan non Bank. Kerjasama dilakukan melalui edukasi dan sosialisasi bersama secara massif

kepada masyarakat (dari sisi Supply) terkait awareness penggunaan QRIS dalam setiap transaksi

pembayaran dan kepada penjual/penyedia produk atau jasa (merchant) seperti pedagang pasar,

pedagang kuliner, pedagang kaki lima, UMKM, kantin-kantin, sekolah, universitas, tempat

kursus, rumah sakit, klinik, apotek, transportasi seperti armada bis, travel, kereta, penyeberangan

kapal antar pulau di kawasan wisata, komunitas-komunitas seperti komunitas lingkungan

Pemerintah Daerah, dharmawanita, komunitas sepeda, komunitas tour and travel, komunitas

apoteker, komunitas Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Lampung dan lainnya.

Perluasan penerapan QRIS sebagai salah satu kanal pembayaran di Provinsi Lampung perlu

didukung dengan sarana dan prasarana yang mampu meningkatkan dan mempercepat penetrasi

QRIS seperti penyediaan akses sinyal/jaringan telekomunikasi, berkoordinasi dengan Bank

Indonesia untuk melakukan campaign bersama, memberikan pelatihan/sosialisasi/edukasi seperti

“Kiat Sukses Usaha di Masa Pandemi” maupun “Kiat aman dan bebas dari bahaya Covid 19

dalam bertransaksi” dan bekerjasama dalam upaya meminimalisir penularan COVID-19 di Provinsi

Lampung.

Page 113: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

113

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

6. KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan Provinsi Lampung pada Agustus 2020 secara umum cenderung

meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari 69,06% pada Agustus 2019 menjadi 70,16% per Agustus 2020. Kenaikan ini terutama didukung oleh bertambahnya serapan penduduk yang bekerja secara absolut yang mencapai 93,9 ribu pekerja (2,24%), hal tersebut mengindikasikan suplai lapangan kerja yang meningkat meskipun ekonomi pada periode laporan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2019 yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Peningkatan angkatan kerja pada periode Agustus 2020 terutama berasal dari sektor pertanian dengan penambahan persentasi angkatan kerja sebesar 4,16%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian pada triwulan III 2020 yang berhasil tumbuh sebesar 3,15% (yoy).

Secara sektoral, ekonomi provinsi Lampung masih ditopang oleh sektor pertanian dengan pangsa terhadap PDRB pada triwulan IV 2020 mencapai 29,90%, sektor industri pengolahan dengan pangsa 19,41% dan sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 12,70%. Searah dengan komposisi sektor ekonomi, penyerapan tenaga kerja didominasi oleh sektor pertanian sebesar 44,76% penduduk bekerja, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 18,86%. Adapun sektor industri berhasil menyerap 9,17% penduduk bekerja. Pada triwulan IV 2020 merebaknya pandemi COVID-19 berdampak langsung terhadap kondisi ketenagakerjaan dimana terdapat 655,9 ribu orang yang terdampak baik yang masih bekerja maupun yang sudah tidak bekerja.

Sementara itu, kesejahteraan pekerja yang mayoritas bekerja pada sektor pertanian relatif membaik. Kondisi ini ditandai oleh perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan IV 2020 yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III 2020. Adapun peningkatan ini didorong terutama oleh sektor perkebunan dan hortikultura.

BAB

Page 114: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

114

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

6.1 Ketenagakerjaan

Sampai dengan rilis Sakernas Februari 2020, penghitungan indikator ketenagakerjaan yang dilakukan

oleh BPS masih menggunakan penimbang dari proyeksi hasil Sensus Penduduk (SP 2010). Penimbang

adalah faktor pengali sampel suatu survei untuk menghasilkan estimasi populasi penduduk. Pada

tahun 2015, BPS melaksanakan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS 2015). Hasil SUPAS 2015

digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2045 dan mengoreksi

proyeksi hasil SP2010. Dengan adanya koreksi tersebut, maka mulai Sakernas Agustus 2020 dan

selanjutnya, penghitungan indikator akan menggunakan proyeksi hasil SUPAS 2015.

Berdasarkan data terkini kondisi ketenagakerjaan Provinsi Lampung pada Agustus 2020

secara umum cenderung meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kondisi ini tercermin dari peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari

69,06% pada Agustus 2019 menjadi 70,16% per Agustus 2020. Kenaikan ini terutama didukung

oleh bertambahnya serapan penduduk yang bekerja secara absolut yang mencapai 93,9 ribu pekerja

(2,24%). Hal tersebut mengindikasikan suplai lapangan kerja yang meningkat meskipun ekonomi

pada periode laporan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2019. Peningkatan angkatan

kerja pada periode Agustus 2020 terlihat pada peningkatan angkatan kerja di sektor pertanian dengan

penambahan persentasi angkatan kerja sebesar 4,16%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di

sektor pertanian juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian pada triwulan III 2020

yang berhasil tumbuh sebesar 3,15% (yoy).

Aspek lain terkait TPAK adalah sedikit berkurangnya disparitas gender di pasar tenaga

kerja, yang terindikasi dari peningkatan angka TPAK pekerja wanita dari 50,95% per

Agustus 2019 menjadi 54,13% di Agustus 2020, disisi lain TPAK pria mengalami sedikit

penurunan dari 86,24% menjadi 85,41% pada periode laporan.

Namun, tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Lampung pada Agustus 2020

tercatat meningkat dibanding tahun lalu, yaitu sebesar 4,67% dari 4,03% pada tahun 2019.

Meningkatnya angka TPT merupakan salah satu tolak ukur meningkatnya permasalahan

ketenagakerjaan akibat kondisi perekonomian yang tidak stabil, terlebih di tengah pandemi COVID-

19. Meski demikian, angka ini tercatat masih berada di bawah angka TPT nasional sebesar 7,07%.

Secara jumlah, angka pengangguran terbuka di Provinsi Lampung mencapai 209,6 ribu orang, tercatat

naik sebesar 19,31% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Satu hal yang perlu juga

menjadi perhatian, bahwa angka pengangguran terbuka terpantau lebih tinggi di kawasan perkotaan

(7,58%) dibandingkan kawasan pedesaan (3,40%), seiring dengan relatif tingginya penyerapan

tenaga kerja pada sektor pertanian di pedesaan yang relatif lebih mudah diakses oleh tenaga kerja.

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Tabel 6. 1 Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung

2018 2019 2019 2020 2020

Aug Aug ∆ %YOY Aug ∆ %YOY

Penduduk Usia Kerja (15+) (ribu) 6.233,1 6.315,8 1,33% 6.399,5 1,33%

Angkatan Kerja (ribu) 4.339,3 4.361,9 0,52% 4.489,7 2,93%

Bekerja 4.163,8 4.186,2 0,54% 4.280,1 2,24%

Pengangguran 175,5 175,7 0,11% 209,6 19,31%

Bukan Angkatan Kerja (ribu) 1.893,9 1.954,0 3,17% 1.909,9 -2,26%

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) % 69,62 69,06 (0,56) 70,16 1,10

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % 4,04 4,03 (0,01) 4,67 0,64

Pekerja Tidak Penuh (ribu) 2.646,1 2.515,9 -4,9% 2.362,5 -6,10%

Setengah Penganggur 387,1 362,7 -6,3% 564,3 55,6%

Pekerja Paruh Waktu 1.130,6 1.307,6 15,7% 1.353,3 3,5%

Indikator

Page 115: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

115

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Sementara jika dilihat dari sisi upah, perbaikan kondisi tenaga kerja direfleksikan oleh

membaiknya tingkat upah. Peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) Lampung tahun 2020

dibandingkan tahun sebelumnya tercatat mencapai 8,51% menjadi Rp2.432.002,00 dari

Rp2.241.269,00 pada tahun 2019. Bersamaan dengan itu, Upah Minimum Kota Bandar Lampung

juga meningkat 8,51% menjadi Rp2.653.222,00 dari Rp2.445.141,00 pada penetapan tahun 2019

(Grafik 6.1).

Di sisi lain, produktivitas tenaga kerja di periode laporan dibandingkan periode yang sama

tahun 2019 relatif mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan oleh turunnya jumlah full time

worker (jam kerja minimal 35 jam per minggu) sebesar -6,10% (yoy) dibanding Agustus 2019 atau

tercatat sebesar 2.362,5 ribu orang (55,20%). Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja paruh

waktu dan tidak memerlukan tambahan pekerjaan mengalami peningkatan sebesar 3,5% (yoy) atau

tercatat sebesar 1.192,8 ribu orang (31,62%) dari total penduduk bekerja. Adapun pada kategori

pekerja setengah penganggur dalam arti bekerja kurang dari 35 jam dan masih mengharapkan

tambahan pekerjaan dan jam kerja, tercatat mengalami peningkatan yang sangat tinggi sebesar

55,6% (yoy) atau sebesar 564,3 ribu orang.

Kemudian, dilihat dari sisi status pekerjaan utama, belum terjadi perubahan yang signifikan

pada kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Lampung dibandingkan periode sebelumnya,

dimana sektor informal terpantau masih mendominasi penyerapan tenaga kerja dengan

pangsa 72,26% (Grafik 6.2) jauh lebih tinggi dibanding sektor formal yang hanya mencapai 27,74%

dari total tenaga kerja. Dibandingkan posisi Agustus 2019, jumlah pekerja informal mengalami

peningkatan sebesar 7,87% (yoy) (Grafik 6.2). Di sisi lain, pada sektor pekerja formal tercatat

mengalami penurunan, yaitu sebesar -9,99% (yoy), dengan penurunan terbesar terjadi pada kategori

buruh/karyawan (25,09%), hal ini mengindikasikan bahwa suplai lapangan kerja di sektor formal

semakin berkurang dikarenakan ketidakpastian kondisi perekonomian yang terdampak pandemi

COVID-19

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 6. 1 Perkembangan Upah Minimum Lampung

Grafik 6. 3 TPAK Menurut Tingkat Pendidikan Grafik 6. 2 Porsi Penduduk Bekerja

Page 116: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

116

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Ditinjau dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, pada periode Agustus 2020, tercatat

bahwa mayoritas pekerja masuk kategori pendidikan rendah atau tamatan SMP ke bawah.

Sebesar 1.710,4 ribu orang (39,96%) merupakan tamatan SD dan 1.004,6 ribu orang (23,47%)

merupakan tamatan SMP. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah atau tamatan SMA umum

maupun SMK Kejuruan, tercatat masing-masing sebesar 774,1 ribu orang (18,11%) dan 413,3 ribu

orang (9,66%). Adapun untuk level pendidikan tinggi atau DI/II/III dan Universitas tercatat masing-

masing sebesar 92,9 ribu orang (2,17%) dan 283,7 ribu orang (6,63%) (Grafik 6.3). Persentase

tersebut relatif tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya, namun yang perlu menjadi

perhatian, kecenderungan kondisi pengangguran yang tercermin dari TPT mayoritas merupakan

pekerja dengan level pendidikan SMK Kejuruan (9,21%), SMA Umum (6,97%) dan Universitas

(5,51%). Sebaliknya, TPT pada pekerja level pendidikan rendah atau lulusan SMP ke bawah cenderung

rendah, yaitu sebesar 3,96% untuk lulusan SMP dan 2,64% untuk lulusan SD, demikian pula halnya

pada TPT lulusan DI/II/III tercatat lebih rendah dari TPT lulusan SMA dan SMK yaitu sebesar 5,29%. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa penyerapan tenaga kerja untuk level pendidikan SMA dan SMK di

Provinsi Lampung masih cukup rendah sejalan dengan suplai lapangan kerja di sektor formal yang

masih relatif rendah.

Secara sektoral, ekonomi Provinsi Lampung masih ditopang oleh sektor pertanian dengan

pangsa terhadap PDRB pada triwulan IV 2020 mencapai 29,90%, sektor industri pengolahan

dengan pangsa 19,41% dan sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 12,70%. Searah

dengan komposisi sektor ekonomi, penyerapan tenaga kerja didominasi oleh sektor pertanian sebesar

44,76% penduduk bekerja, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 18,86% (Grafik 6.4). Adapun

sektor industri berhasil menyerap 9,17% penduduk bekerja. Berdasarkan data realisasi kegiatan usaha

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Lampung triwulan IV 2020 secara keseluruhan

tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III 2020. Adapun secara sektoral peningkatan

terjadi di sektor-sektor seperti Konstruksi (9,01% SBT); Perdagangan Hotel & Restoran (8,66% SBT);

Pengangkutan & Komunikasi (3,51% SBT); Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan (2,20% SBT);

Jasa-Jasa (2,07% SBT), serta Listrik, Gas, & Air Bersih (0,18% SBT). Dampak lanjutan pandemi COVID-

19 masih dapat dirasakan oleh dunia usaha terutama di sektor-sektor seperti seperti Pertanian,

Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (-10,54% SBT); Industri Pengolahan (-2,29% SBT); serta

Pertambangan dan Penggalian (-1,60% SBT) (Grafik 6.5).

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: SKDU KPw BI Prov. Lampung, diolah

Grafik 6. 4 Share Tenaga Kerja Grafik 6. 5 Hasil SKDU Realisasi Kegiatan Usaha Berdasarkan Sektor

Page 117: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

117

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Dibandingkan periode yang sama tahun 2020, persentase penduduk bekerja di Lapangan

Usaha (LU) pertanian mengalami peningkatan, sejalan dengan tren pertumbuhan LU

tersebut di triwulan IV 2020 (0,28%; yoy). Di sisi lain, jumlah penduduk bekerja di LU industri

pengolahan mengalami penurunan sebesar 0,16%. Adapun LU lain yang juga mencatatkan

penurunan serapan pekerja adalah LU pengadaan listrik, gas dan air minum, Pengelolaan Sampah

(0,37%), LU transportasi, pergudangan & komunikasi (0,11%), LU konstruksi (0,06%), serta LU

penyedia akomodasi dan makan minum (0,03%). (Tabel 6.2).

Pada triwulan IV 2020 merebaknya pandemi COVID-19 berdampak langsung terhadap

kondisi ketenagakerjaan dimana terdapat 655,9 ribu orang yang terdampak, baik yang

masih bekerja maupun yang sudah tidak bekerja. Secara total dari 6.399,5 Penduduk Usia Kerja

(PUK), terdapat 10,25% orang yang terdampak COVID-19, dimana sebesar 52,6 ribu orang menjadi

pengangguran hingga akhir tahun 2020. Dari total PUK yang terdampak oleh COVID-19, sebesar

83,80% merupakan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19.

Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang dirumahkan atau di PHK sejalan dengan realisasi penggunaan

tenaga kerja pada periode triwulan IV 2020 yang tercatat menurun, yang tercermin oleh Saldo Bersih

Tertimbang (SBT) yaitu sebesar -11,52%. Hal ini antara lain dilakukan perusahaan sebagai salah satu

upaya efesiensi keuangan perusahaan ditengah kondisi ekonomi yang terdampak pandemi COVID-

19.

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Tabel 6. 2 Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung

Tabel 6. 3 Penduduk yang terdampak Covid-19 di Provinsi Lampung Tahun 2020

Aug-18 Porsi Aug-19 Porsi Aug-20 Porsi %yoy

1

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,

Perburuan, & Perikanan; Pertambangan dan

Penggalian

1.805,30 43,36 1.727,50 41,27 1938,2 45,29 0,12

2 Industri Pengolahan 374,40 8,99 470,10 11,23 392,6 9,17 (0,16)

3Pegadaan Listrik, Gas, & Air Minum, Penglolaan

Sampah 18,00 0,43 22,60 0,54 14,2 0,33 (0,37)

4 Konstruksi 257,20 6,18 255,30 6,10 241 5,63 (0,06)

5Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan

Perawatan Mobil dan Sepeda Motor797,10 19,14 786,20 18,78 807,3 18,86 0,03

6 Transportasi, Pergudangan, & Komunikasi 192,70 4,63 180,80 4,32 161,8 3,78 (0,11)

7 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 154,00 3,70 173,50 4,14 168,8 3,94 (0,03)

8Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate; Jasa

Perusahaan66,20 1,59 64,80 1,55 61,5 1,44 (0,05)

9Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib136,10 3,27 132,40 3,16 123,4 2,88 (0,07)

10 Jasa Pendidikan 165,70 3,98 196,70 4,70 180,6 4,22 (0,08)

11 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 50,80 1,22 46,50 1,11 45,5 1,06 (0,02)

12 Jasa Lainnya 146,40 3,52 129,70 3,10 145,1 3,39 0,12

202020192018Lap. Pekerjaan UtamaNo

Perkotaan Perdesaan Laki-laki Perempuan

1 Pengangguran Karena Covid-19 27,80 24,70 26,20 26,40 52,60

2 Bukan Angkatan Kerja (BAK) Karena Covid-19 4,40 8,10 1,80 10,80 12,60

3 Sementara Tidak Bekerja Karena Covid-19 20,30 20,60 19,40 21,50 40,90

4

Penduduk Bekerja yang Mengalami Pengurangan

Jam Kerja Karena Covid-19 220,50 329,10 326,10 223,60 549,70

273,00 382,50 373,50 282,30 655,80

6.399,50

TotalNo KomponenDaerah tempat Tinggal Jenis Kelamin

Total Penduduk Usia Kerja (PUK)

Total

Page 118: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

118

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Untuk mengantisipasi potensi meningkatnya jumlah pengangguran akibat dampak COVID-

19, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung bekerja sama

untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain

melakukan pendataan/monitoring kepada perusahaan-perusahaan terdampak COVID-19 serta

menghimbau perusahaan agar sebisa mungkin tidak melakukan PHK. Selain itu Pemerintah Provinsi

Lampung turut menghimbau perusahaan untuk dapat melakukan dialog dua arah atau bipartit

dengan pekerja dan mendampingi penyelesaian kasus perselisihan dan hubungan industrial bagi

tenaga kerja yang dirumahkan/PHK. Pemerintah Provinsi Lampung mengalokasikan tambahan

anggaran untuk mengantisipasi dampak COVID-19 terhadap ketenagakerjaan, a.l. memberikan

bantuan/insentif terhadap tenaga kerja terdampak COVID-19 dalam bentuk stimulan.

6.2 Nilai Tukar Petani

Berdasarkan perhitungan tahun dasar baru yakni 2018=100 NTP, di pedesaan pada triwulan

IV 2020 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. NTP pada

triwulan IV 2020 tercatat sebesar 95,78 dari 94,29 pada triwulan III 2020, hal ini didorong oleh

peningkatan indeks yang diterima petani (It) yaitu sebesar 2,16% (qtq), sementara itu indeks yang

dibayar oleh petani (lb) tercatat tumbuh 0,57% (qtq) (Grafik 6.6). Secara sektoral, hampir seluruh

sektor mengalami peningkatan NTP pada triwulan IV 2020 dengan peningkatan terbesar terjadi pada

sektor perkebunan dan hortikultura. Sektor yang mengalami penurunan terbesar terjadi pada sektor

padi dan palawija seiring dengan turunnya harga komoditas dimaksud di Lampung akibat gangguan

produksi dan cuaca (Grafik 6.7). Secara lebih rinci, indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) di Provinsi

Lampung pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan sebesar (0,57%; qtq) menjadi

sebesar 106,38 dari 105,77 pada triwulan sebelumnya (Grafik 6.8). Sementara itu, pada triwulan IV

2020 indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Lampung juga tercatat mengalami peningkatan

sebesar 2,16% (qtq) menjadi sebesar 101,89 dari 99,74 pada triwulan sebelumnya. (Grafik 6.9).

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 6.8 Indeks yang Dibayar per Sub Sektor

Grafik 6.6 NTP Provinsi Lampung dan Komponen Penyusunnya

Grafik 6.7 NTP Per Sub Sektor

Grafik 6.9 Indeks yang Diterima per Sub Sektor

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Page 119: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

119

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Sejalan dengan hal tersebut, bila dibandingkan dengan petani provinsi lain di Sumatera,

NTP Provinsi Lampung menempati posisi terakhir dari 10 Provinsi dan berada di bawah

Nasional yang sebesar 103,25 (Grafik 6.10). Sementara dilihat dari NTUP yang mencerminkan

pengeluaran riil petani untuk usaha taninya, tercatat mengalami peningkatan sebesar 1,85% (mtm),

dengan peningkatan terbesar terjadi pada sektor perkebunan dan hortikultura masing-masing sebesar

7,00% (mtm) dan 3,12% (mtm) (Grafik 6.11).

6.3 Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin Provinsi Lampung pada September 2020 (1,09 juta jiwa) tercatat

mengalami peningkatan sebesar 4,77% (yoy) jika dibandingkan dengan periode sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebanyak 1,05 juta jiwa. Berdasarkan komposisinya, sampai dengan

September 2020, penduduk miskin di Provinsi Lampung utamanya berada di daerah pedesaan dimana

sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dengan pangsa sebesar 76,24%,

sedangkan sisanya berada di daerah perkotaan.

Presentase penduduk miskin Provinsi Lampung relatif tinggi (12,76%) dan berada di atas

presentase Nasional (10,19%) (Grafik 6.12). Dari 10 (sepuluh) provinsi di Sumatera, presentase

penduduk miskin Provinsi Lampung merupakan tertinggi ke-4 setelah Provinsi Aceh (15,43%), Provinsi

Bengkulu (15,30%) dan Provinsi Sumatera Selatan (12,98%).

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 6.11 Pertumbuhan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) per Subsektor

Grafik 6.10 NTP Kota-Kota di Sumatera

Grafik 6.12 Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dibandingkan Nasional

Grafik 6.13 Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan dan Pedesaan di Lampung

Page 120: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

120

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Jumlah penduduk miskin perkotaan di Provinsi Lampung pada September 2020 mencapai 259,28

ribu jiwa, atau mengalami peningkatan sebesar 15,39% dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya (224,69 ribu jiwa). Di wilayah pedesaan, jumlah penduduk miskin pada September 2020

tercatat sebanyak 831,86 ribu jiwa atau mengalami peningkatan sebesar 1,85% (yoy) dibandingkan

posisi data September 2019 yang mencapai 816,79 ribu jiwa (Grafik 6.13).

Selain dilihat dari faktor penghasilan, tingkat kemiskinan juga ditentukan oleh angka garis

kemiskinan (GK). Dilihat dari pergerakan Garis Kemiskinan pada periode September 2019

sampai dengan September 2020, GK Provinsi Lampung tercatat meningkat 5,25% menjadi

sebesar Rp457.495 per kapita/bulan pada September 2020 dibandingkan dengan September

2019 sebesar Rp 434.675 per kapita/bulan. Angka GK dipengaruhi oleh komponennya yang terdiri

dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Pergerakan

harga kelompok makanan sebagai komponen utama GKM (75,40%) dengan beras dan rokok kretek

filter sebagai komoditas kelompok makanan yang memiliki sumbangan terbesar terhadap GK di kota

maupun desa. Di perkotaan dan di pedesaan, beras memberikan sumbangan terbesar terhadap GKM,

yaitu 16,59% di perkotaan dan 22,45% di pedesaan. Selain kelompok makanan, komoditi non-

makanan yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap GKM adalah perumahan, listrik, dan bensin,

sehingga perkembangan harga komoditas ini juga perlu terus dicermati. (Tabel 6.4).

Permasalahan kemiskinan juga dapat diukur dari seberapa besar jarak rata-rata pengeluaran

penduduk miskin terhadap garis kemiskinan serta keragaman tingkat pengeluaran penduduk miskin.

Indikator untuk pengukuran keduanya disebut dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2). Nilai P1 Provinsi Lampung dalam satu tahun terakhir mengalami

peningkatan hingga 0,12 poin, yakni dari 1,99 pada September 2019 menjadi 2,11 pada

September 2020 (Grafik 6.14). Sementara itu, nilai P2 Provinsi Lampung dalam satu tahun terakhir

mengalami peningkatan hingga 0,13 poin, yakni dari 0,44 pada September 2019 menjadi 0,57

pada September 2020 (Grafik 6.15)

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Tabel 6. 4 Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh pada GK September 2020

Sep-20 Kota Komoditi Desa

% thd. GKM % thd. GKM

Makanan 72,82 Makanan 76,82

Beras 16,59 Beras 22,45

Rokok Kretek Filter 10,65 Rokok Kretek Filter 11,36

Telur Ayam Ras 5,03 Cabe Rawit 4,49

Cabe Merah 3,23 Telur Ayam Ras 3,94

Cabe Rawit 2,76 Gula Pasir 2,91

Roti 2,57 Tempe 2,56

Gula Pasir 2,41 Bawang Merah 2,32

Daging Ayam Ras 2,17 Roti 2,28

Mie Instan 2,06 Mie Instan 2,12

Tempe 2,04 Cabe Merah 1,72

Bukan Makanan 27,18 Bukan Makanan 23,18

Perumahan 7,74 Perumahan 6,67

Listrik 3,73 Bensin 3,70

Bensin 3,02 Listrik 2,08

Pendidikan 2,41 Pendidikan 1,38

Angkutan 1,50 Kesehatan 0,88

Perlengkapan Mandi 1,21 Pakaian Jadi Anak-Anak 0,67

Page 121: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

121

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Sementara itu, Koefisien Gini sebagai indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan

pendapatan, pada September 2020 tercatat menurun sebesar 0,011 poin dibanding September

2019 atau indeksnya menjadi 0,320 dari 0,331 pada September 2019. Sementara di level Nasional,

Koefisien Gini mengalami peningkatan sebesar 0,005 poin pada September 2020 dibandingkan

September 2019 (Grafik 6.16).

Pemerintah Provinsi Lampung telah menetapkan program Desa Berjaya yang merupakan

program bantuan keuangan yang bersumber dari APBD Provinsi, Kabupaten, Desa di

Lingkungan Provinsi Lampung dan sumber lainnya. Program Desa Berjaya sebagai upaya

untuk mengentaskan desa-desa tertinggal dengan menitikberatkan pada penanganan

masalah-masalah kemiskinan, ketertinggalan dan potensi yang ada melalui peran aktif

seluruh stakeholder provinsi dan kabupaten menuju desa-desa Lampung yang

Berjaya. Pada akhir 2019, Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan 19 desa sangat tertinggal

sebagai locus pengentasan kemiskinan Program Desa Berjaya Tahun 2019. Provinsi Lampung memiliki

2435 desa yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota. Dari jumlah tersebut berdasarkan Indeks Desa

Membangun (IDM), terdapat 19 Desa yang masih dalam kategori sangat tertinggal. Setiap desa yang

telah ditetapkan sebagai locus Program Desa Berjaya akan ditangani secara spesifik sesuai dengan

kebutuhan masing-masing berdasarkan rekomendasi dari tim yang telah melakukan observasi di

lapangan. Akan dilakukan pemetaan permasalahan menjadi dasar bagi masing-masing OPD untuk

berkoordinasi menangani permasalahan sesuai dengan kekhususan setiap OPD yang disesuaikan

dengan kebutuhan desa. Masing-masing OPD dan Pemerintah Kabupaten/Kota akan melakukan

penanganan mulai dari pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, perekonomian, sosial

kemasyarakatan hingga pengembangan SDM. Selain itu, Pemerintah Provinsi Lampung juga

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Grafik 6.14 Indeks Kedalaman Kemiskinan Grafik 6.15 Indeks Keparahan Kemiskinan

Grafik 6.16 Koefisien Gini Lampung dan Nasional

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

Page 122: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

122

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

memperhatikan pengembangan kawasan pedesaan dan melakukan inovasi-inovasi yang dibutuhkan,

demi tercapainya percepatan pembangunan wilayah pedesaan untuk pengentasan kemiskinan.

Jenis dana Bansos Pemerintah Pusat tahun 2020 yang diterima Provinsi Lampung terdiri

dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang maksimal diberikan kepada 4 orang per

keluarga, serta bantuan sembako. Sebelum pandemi COVID-19, penyaluran PKH dilakukan

4 (empat) kali per tahun (Januari, April, Juli, dan Oktober). Namun sejak April 2020,

dilakukan satu bulan sekali, bahkan penyaluran untuk April, Mei, Juni disalurkan 2 kali

dalam sebulan. Besaran penerima manfaat PKH per tahun untuk ibu hamil Rp3 juta, usia dini Rp3

juta, SD Rp1,1 juta, SMP Rp1,9 juta, SMA Rp2,5 juta, lansia Rp3 juta, disabilitas Rp3 juta. Kemudian,

bantuan sembako, nominal bantuanya dinaikkan dari Rp150 ribu/bulan Januari dan Februari, menjadi

Rp200 ribu/bulan pada Maret hingga Desember 2020. Bahan pokok yang diterima oleh Keluarga

Penerima Manfaat (KPM) yakni 10 kg beras (kualitas premium) beras dan telur. Pada tahun 2020,

bantuan sembako diperkaya dengan jenis karbohidrat lain berupa protein nabati, sayuran atau buah.

Selanjutnya pada tahun 2020 juga telah disalurkan Kartu Prakerja, dengan nominal Rp3,55

juta/orang yang terdiri dari biaya pelatihan yang dipilih peserta sebesar Rp1 juta, uang

insentif Rp2,4 juta yang diangsur Rp600 ribu/bulan selama 4 bulan, biaya survei sebagai

bahan evaluasi program yakni Rp150 ribu. Selain itu, selama masa pandemi juga terdapat

Bantuan Langsung Tunai (BLT) reguler bagi keluarga yang belum terima PKH, bantuan sembako, dan

Kartu Prakerja sebesar Rp600 ribu/bulan selama 3 bulan, serta BLT dana desa bagi keluarga yang

belum terima PKH, bantuan sembako, dan Kartu Prakerja. Nominal Rp600 ribu/bulan selama 3 bulan

yang diambil dari Dana Desa. Bantuan khusus dari alokasi Dana Desa ini ditujukan kepada keluarga

miskin/prasejahtera, belum terdata di program-program bantuan sosial pemerintah dan memiliki

anggota keluarga yang rentan sakit atau memiliki penyakit kronis.

Pada triwulan IV 2020, realisasi penyaluran PKH mencapai 471.520 KPM atau sebesar 100%,

dengan nilai nominal mencapai 355.294 juta. Nilai penyaluran KPM untuk periode ini

mengalami peningkatan dibandingkan periode September 2020. Peningkatan KPM didorong

oleh pelemahan ekonomi akibat dampak merebaknya pandemi COVID-19. Adapun untuk persentase

penyerapan hampir mencapai 98,32% dari penyaluran (Tabel 6.5).

Sementara terkait bantuan pangan, realisasi penyerapan per Desember 2020 mencapai

730.100 KPM atau 92,75% dengan total nominal sebesar 1.457.707 juta. Bantuan program

sembako disalurkan kepada seluruh kabupaten/kota di Provinsi Lampung, dengan kabupaten/kota

penerima penyaluran terbanyak yaitu yaitu Kab. Lampung Tengah (108.747 KPM), Kab. Lampung

Timur (103.733 KPM) dan Kab. Lampung Selatan (94.358 KPM). Berdasarkan data per Desember

PROVINSI - KOTA/KAB Penyaluran

(Jml KPM)

Penyaluran

(Nominal)

% Penyaluran (Jml

KPM)

% Penyaluran

(Nominal)

Penyerapan

(Jml KPM)

% Penyerapan

(Jml KPM)

LAMPUNG 471.520 355.293.675.000 100,00% 100,00% 463.599 98,32%

KOTA BANDAR LAMPUNG 39.162 29.681.000.000 100,00% 100,00% 38.002 97,04%

KOTA METRO 4.120 2.963.525.000 100,00% 100,00% 4.113 99,83%

LAMPUNG BARAT 17.679 12.984.175.000 99,99% 99,99% 16.963 95,95%

LAMPUNG SELATAN 56.012 41.705.925.000 100,00% 100,00% 55.077 98,33%

LAMPUNG TENGAH 71.576 52.896.950.000 100,00% 100,00% 70.997 99,19%

LAMPUNG TIMUR 68.156 49.274.975.000 100,00% 100,00% 67.125 98,49%

LAMPUNG UTARA 50.713 39.143.000.000 100,00% 100,00% 50.061 98,71%

MESUJI 10.144 7.054.175.000 100,00% 100,00% 9.982 98,40%

PESAWARAN 32.283 25.177.525.000 100,00% 100,00% 31.827 98,59%

PESISIR BARAT 10.826 10.031.025.000 100,00% 100,00% 10.744 99,24%

PRINGSEWU 19.569 14.145.775.000 100,00% 100,00% 19.375 99,01%

TANGGAMUS 39.869 31.470.800.000 100,00% 100,00% 39.309 98,60%

TULANG BAWANG BARAT 12.472 9.428.075.000 100,00% 100,00% 11.950 95,81%

TULANGBAWANG 15.690 11.544.875.000 100,00% 100,00% 15.184 96,78%

WAY KANAN 23.249 17.791.875.000 100,00% 100,00% 22.890 98,46%

Sumber: HIMBARA, diolah

Tabel 6. 5 Penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) Triwulan IV 2020

Page 123: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

123

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

2020, dari total yang telah disalurkan, total nominal yang diserap oleh penerima bantuan sebesar

88,22%. (Tabel 6.6).

Jml KPM Nominal Rp Jml KPM % Jml KPM Nominal Rp % Nominal Jml KPM % Jml KPM Nominal Rp % Nominal

Kab Lampung Selatan BRI 94.364 18.872.800.000 94.358 99,99% 18.871.600.000 99,99% 92.863 98,42% 180.711.619.059 85,16%

Kab Lampung Tengah BRI 108.751 21.750.200.000 108.747 100,00% 21.749.400.000 100,00% 111.482 102,52% 229.433.524.812 89,59%

Kab Pesisir Barat BRI 18.302 3.660.400.000 18.302 100,00% 3.660.400.000 100,00% 18.646 101,88% 36.034.650.000 88,98%

Kab Pringsewu BRI 33.443 6.688.600.000 33.443 100,00% 6.688.600.000 100,00% 33.150 99,12% 67.023.258.542 92,87%

Kota Bandar Lampung BRI 65.551 13.110.200.000 65.452 99,85% 13.090.400.000 99,85% 63.587 97,15% 121.617.254.151 86,82%

Kota Metro BRI 7.532 1.506.400.000 7.532 100,00% 1.506.400.000 100,00% 7.395 98,18% 15.306.404.875 94,16%

Lampung Barat MANDIRI 31.074 6.214.800.000 31.074 100,00% 6.214.800.000 100,00% 26.183 84,26% 52.801.935.874 83,92%

Lampung Timur MANDIRI 103.733 20.746.600.000 103.733 100,00% 20.746.600.000 100,00% 94.674 91,27% 195.784.370.905 88,81%

Lampung Utara MANDIRI 74.947 14.989.400.000 74.947 100,00% 14.989.400.000 100,00% 68.652 91,60% 141.644.761.630 90,63%

Mesuji MANDIRI 19.586 3.917.200.000 19.586 100,00% 3.917.200.000 100,00% 17.293 88,29% 33.447.487.198 87,78%

Pesawaran MANDIRI 59.393 11.878.600.000 59.393 100,00% 11.878.600.000 100,00% 49.573 83,47% 96.316.495.455 83,04%

Tanggamus MANDIRI 66.737 13.347.400.000 66.737 100,00% 13.347.400.000 100,00% 61.250 91,78% 119.773.441.765 90,72%

Tulang Bawang MANDIRI 30.938 6.187.600.000 30.938 100,00% 6.187.600.000 100,00% 26.956 87,13% 49.886.939.200 86,43%

Tulang Bawang Barat MANDIRI 20.003 4.000.600.000 20.003 100,00% 4.000.600.000 100,00% 17.224 86,11% 34.776.974.453 84,67%

Way Kanan MANDIRI 45.726 9.145.200.000 45.726 100,00% 9.145.200.000 100,00% 41.172 90,04% 83.148.770.437 89,76%

Penyerapan

780.080 156.016.000.000 779.971 99,99% 155.994.200.000 99,99% 730.100 92,75% 1.457.707.888.356 88,22%Total

Kab/Kota Bank Penyalur

SP2D Penyaluran

Sumber: HIMBARA, diolah

Tabel 6. 6 Penyaluran Program Sembako Posisi Desember 2020

Page 124: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

124

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

BOKS 1 : PROGRAM KARTU PETANI BERJAYA (KPB)

Program Kartu Petani Berjaya (KPB) merupakan sebuah program unggulan Pemerintah Provinsi

Lampung yang dibentuk dalam rangka membangun kekuatan ekonomi masyarakat berbasis pertanian

melalui kepastian sarana produksi, kemudahan akses keuangan, pembinaan manajemen usaha dan

teknologi secara terintegrasi (Petani Go Digital). Hal ini didasarkan pada Keputusan Gubernur

Lampung No. G/494/B.04/HK/2019 tanggal 5 Juli 2019 tentang Pembentukan Kelompok Kerja

Pengembangan Teknologi Informasi Pemerintah Provinsi Lampung. Digagas oleh Gubernur Provinsi

Lampung, program ini bekerja sama dengan berbagai stakeholder, seperti Bank Indonesia, Otoritas

Jasa Keuangan (OJK), PT BNI, PT Mandiri, PT BRI, PT BPD Lampung, Universitas Bandar Lampung (UBL),

perusahaan asuransi, perusahaan pupuk, dan stakeholder terkait lainnya untuk membantu petani

mengembangkan usaha dan meningkatkan kesejahteraannya. Dalam pelaksanaan Program KPB ini,

Pemerintah Provinsi Lampung menunjuk Universitas Bandar Lampung (UBL) sebagai tim pengembang.

Program KPB ini ditujukan untuk memberikan akses informasi kepada petani serta memberikan

kemudahan bagi mereka dalam hal memperoleh penyaluran dan pendistribusian pupuk, obat-obatan

tanaman, benih dan alat produksi pertanian, penanganan panen dan pasca panen, pendampingan

budidaya, ketersediaan teknologi pertanian, permodalan, manajemen risiko usaha tani, jadwal tanam,

serta penyaluran irigasi. Selain menggunakan fasilitas kartu sebagai bentuk keanggotaan dan sebagai

instrumen pembayaran ATM/Debet dan Uang Elektronik, Program KPB ini juga memiliki aplikasi yang

dapat diakses oleh petani, yang berisikan:

a. Rencana Usaha Tani. Pada menu ini, petani dapat menyusun rencana digital terkait usaha taninya.

Terdapat rekomendasi dari ahli yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai

acuan, dengan harapan dapat meningkatkan keuntungan yang dihasilkan petani, serta

memudahkan dalam perolehan benih, bibit serta pupuk.

b. Laporan Usaha Tani. Laporan ini tersedia berdasarkan kegiatan petani selama masa tanam, yang

merupakan realisasi usaha tani.

c. Fitur yang dapat menyediakan fasilitas pembiayaan modal, berupa penyaluran Kredit Usaha

Rakyat (KUR) dari perbankan mitra KPB.

Adapun proses transaksi pembayaran transaksi pembelian saprotan dilakukan melalui proses

pemindahbukuan antar rekening Petani ke rekening perusahaan penyedia saprotan (distributor) dan

dinyatakan oleh PT Bina Tani Berjaya bahwa tidak ada dana yang mengendap di dalam rekening PT

Bina Tani Berjaya. Semua transaksi dilakukan melalui Automated Fund Transfer (AFT) dengan

mendebet rekening Petani dan mentransfer pembayaran ke rekening distributor, dimana di awal

Gambar 2. Tampilan Menu Aplikasi KPB Mobile

Gambar 1. Tampilan Website Kartu Petani Berjaya (KPB)

Page 125: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

125

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Petani melakukan registrasi, Petani sekaligus mengajukan approval proses AFT sebagai mekanisme

pembayaran (standing instruction).

Program KPB ini sesuai dengan salah satu misi Bank Indonesia, yaitu turut mengembangkan ekonomi

dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia dan sinergi

dengan kebijakan pemerintah serta mitra strategis lain. Selain itu, program ini juga sejalan dengan visi

Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 yang termuat dalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia

2025, yaitu mendukung integrasi ekonomi-keuangan digital nasional sehingga menjamin fungsi bank

sentral dalam proses peredaran uang, kebijakan moneter, dan stabilitas sistem keuangan, serta

mendukung inklusi keuangan. Dalam pelaksanaan Program KPB ini, terdapat digitalisasi proses

pertanian (digital farming) yang dikelola secara terstruktur dan terpusat, dimana praktik ini sejalan

dengan program digitalisasi yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Hal ini mengingat di dalam

aplikasi KPB, Petani dapat mengatur Rencana Usaha, menentukan masa tanam, dan memilih

kebutuhan saprotan sesuai dengan kebutuhan Petani serta menerima hasil penjualan dari hasil panen

melalui aplikasi.

Implementasi

Pada 6 Oktober 2020 telah diluncurkan Program KPB berlokasi di Desa Tempuran, Kecamatan

Trimurjo, Lampung Tengah oleh Gubernur Provinsi Lampung, Arinal Djunaidi, dan dihadiri oleh

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo. Dalam kesempatan tersebut Menteri Pertanian (Menpan)

mengemukakan peluncuran Program KPB di masa pandemi ini diharapkan akan membuat sektor

pertanian semakin berjaya dan dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini mengingat

di masa pandemi saat perekonomian tertekan, sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan yang

signifikan mencapai 16,24%. Menpan menyambut baik Program KPB dan diyakini akan meningkatkan

kualitas pertanian di Provinsi Lampung, sebab dengan adanya Program KPB, petani mudah untuk

mendapatkan akses informasi dan ketersediaan benih, bibit dan pupuk terbaik untuk pengembangan

usahanya. Hal ini mengingat Program KPB melibatkan peran pabrik pupuk (petrokimia dan PUSRI).

Selain itu diinformasikan juga oleh Gubernur Provinsi Lampung bahwa sektor pertanian berperan

penting untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Lampung memiliki banyak komoditas

unggulan seperti padi (penghasil keenam se-Indonesia), jagung (penghasil ketiga se-Indonesia), kopi

(penghasil pertama se-Indonesia), cokelat (penghasil ketiga se-Indonesia), pisang, ubi kayu, dan nanas.

Oleh karena itu dengan adanya Program KPB, diharapkan dapat memperkuat produksi pertanian

sehingga meningkatkan kesejahteraan para Petani di Provinsi Lampung.

Gambar 3. Peluncuran Program Kartu Petani Berjaya di Lampung Tengah

Page 126: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

126

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Program KPB ini memiliki target pasar yaitu seluruh petani di Provinsi Lampung agar tergabung dalam

KPB. Keanggotaan KPB diikuti oleh petani di Kabupaten Lampung Tengah dimana launching

diselenggarakan. Pada tahap awal program KPB ini telah diinisiasi oleh BNI di Kabupaten Lampung

Tengah, dan secara bertahap akan diikuti oleh bank-bank BUMN lain serta BPD Lampung di seluruh

Kabupaten/Kota. Hingga November 2020, total Petani di Provinsi Lampung yang telah bergabung

dalam keanggotaan KPB berjumlah 18.960 petani.

Kendala/Permasalahan Pelaksanaan serta Tindak Lanjut

Sejak resmi diluncurkan pada 6 Oktober 2020, Program KPB ini menemui beberapa kendala/

permasalahan dalam implementasinya. Salah satu permasalahan yang paling utama adalah terkait

fasilitas/akses internet dan jaringan telekomunikasi. Dari 15 kabupaten/kota se-Provinsi Lampung yang

terdiri dari 231 kecamatan dan 2.434 desa baru memiliki coverage internet sebesar 61,6%. Terdapat

juga permasalahan terkait layanan server dari aplikasi Program KPB. Lalu lintas pemesanan dan

transaksi di dalam aplikasi tersebut lebih tinggi dibandingkan kemampuan server yang tersedia

sehingga sering terjadi crash atau error. Hal ini juga disebabkan karena kemampuan server yang

terbatas, di mana dalam durasi 1 hari hanya dapat melayani sekitar 5.000 transaksi petani. Disamping

itu, masih banyaknya petani yang belum memiliki pemahaman yang memadai terkait Informasi

Teknologi (IT) serta terbatasnya sarana seperti handphone android.

Selain permasalahan teknis di atas, dalam implementasi Sistem Digital untuk sistem KPB Perkebunan

dimana hingga saat ini masih mengalami kendala seperti aplikasi sering berubah dan auto-update

(pekebun tidak bisa mengoperasionalkan aplikasi KPB setelah keluar dari sistem); isi menu sistem KPB

Perkebunan yang belum sesuai dengan program strategis KPB (tidak ada pilihan menu pupuk

bersubsidi); Pekebun yang sudah terdaftar manual harus disahkan dengan terdaftar menjadi nasabah

BNI, sedangkan dari BNI sendiri hingga saat ini belum ada update terkait hal tersebut; dan terkait

infrastruktur seperti jaringan internet dan komputerisasi untuk operator KPB Disbun yang terbatas.

Jumlah petani yang terdata di E-RDKK (Sistem Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) baru

dari 756.000 petani baru 38.000 yang teregistrasi di Program KPB untuk distribusi pupuk bersubsidi.

Jumlah peternak yang teregistrasi ke dalam sistem KPB juga masih rendah. Dalam pembelian saprotan

(sarana prasarana pertanian) yang diproses oleh sistem juga masih sifatnya per petani, sedangkan dari

pihak petani sendiri lebih menginginkan untuk diproses per kelompok tani karena dirasa lebih mudah.

Peserta penerima KPB selama ini saat teregistrasi juga sekaligus didaftarkan pada AUTP (Asuransi

Usaha Tani Padi) yang merupakan program dari Kementerian Pertanian. Setiap tahunnya secara

nasional setiap petani dianggarkan 1 juta hektar pertahun. Dari 11.000 hektar yang dianggarkan

Provinsi Lampung untuk mengikuti AUTP, hanya sekitar 6.322 hektar yang terealisasi polis AUTP. Hal

ini disebabkan karena data calon peserta asuransi yang diterima dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

tidak sinkron dengan data yang diterima dari Dinas Pertanian Provinsi, sehingga dibutuhkan waktu

dan proses tambahan untuk menyamakan data. Selain itu, kuota nasional 1 juta hektar telah terpenuhi

di awal bulan November 2020, sehingga pendaftaran AUTP ditutup secara nasional yang berdampak

tidak dapat lagi mendaftar AUTP untuk periode tahun anggaran 2020.

Terdapat pula kendala terkait stakeholder terkait khususnya pada perbankan terkait penyerapan

alokasi KUR. Pengawalan implementasi dan penyerapan KUR sulit dilakukan karena perbankan merasa

tidak memiliki kewajiban untuk menginformasikan detail pekebun mana saja yang sudah menyerap

program KUR kepada OPD Disbun. Dari pihak distributor dan kios/pengecer pupuk juga belum

memiliki pemahaman yang seragam mengenai urgensi pembukaan rekening terkait dengan proses

digitalisasi program KPB.

Page 127: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

127

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Menindaklanjuti permasalahan dan kendala di atas, dapat dilakukan perluasan area coverage internet

yang masih masih kurang lebih 61% memerlukan bantuan dan kerjasama penyedia jaringan untuk

dapat memperluas jangkauan internet. Selain itu, dengan digagasnya program Smart Village yang

diinisiasi di Provinsi Lampung diharapkan dapat mengatasi kendala bagi ± 39% wilayah yang belum

terjangkau jaringan internet.

Terkait standing instruction, ke depan pelaksanaannya akan disesuaikan dengan regulasi baik OJK dan

BI. Sampai dengan saat ini SI masih menggunakan prosedur manual sehubungan dengan tahap

verifikasi sebagai kontrol yang harus dilakukan perbankan. SI merupakan prosedur baku di perbankan,

sehingga ke depannya diarahkan agar dapat menggunakan SI digital. Diharapkan juga nantinya ini

dapat diakses pula oleh agen bank melalui program Laku Pandai. Kemudian, untuk menjembatani

kekurangan dalam hal pemahaman Teknologi Informasi (TI), akan dilakukan pelatihan/ bimbingan

teknis bagi Petani terkait penggunaan dan pengoperasian aplikasi Kartu Petani Berjaya. Yang terakhir,

diperlukan koordinasi dan sinergi yang intensif dengan stakeholder terkait yang tergabung dalam

proses bisnis Program Kartu Petani Berjaya (KPB) khususnya perbankan, terutama untuk

penginformasian detail penyerapan program KUR).

Page 128: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

128

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

7. PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan II 2021 diperkirakan membaik. Konsumsi rumah

tangga pada triwulan II 2021 diperkirakan tumbuh positif, meskipun tidak setinggi periode yang

sama tahun 2020. Optimisme vaksinasi COVID-19 pada awal tahun 2021 berdampak pada

meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat. Adapun kinerja investasi pada triwulan II 2021

diperkirakan cukup kuat, meskipun masih terbatas seiring perilaku wait and see dunia usaha terkait

perkembangan COVID-19. Namun demikian, berlanjutnya pembangunan beberapa proyek

strategis, serta proyek infrastruktur pemerintah lainnya diperkirakan dapat menopan pemulihan

Kinerja investasi. Sementara ekspor pada triwulan II 2021 diperkirakan ditopang oleh ekspor antar

daerah yang meningkat sejalan dengan berlangsungnya puncak musim panen padi dan pulihnya

konsumsi rumah tangga.

Secara keseluruhan tahun 2021, perekonomian Lampung diprakirakan akan tumbuh menguat dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2020 yang terkontraksi sebesar -1,67% (yoy) dengan asumsi kegiatan social distancing akibat pandemi COVID-19 masih akan berlangsung di 2021 meskipun akan menurun seiring dengan meluasnya implementasi vaksin COVID-19. Secara umum, prospek akselerasi ekonomi didorong oleh kembali meningkatnya aktivitas ekonomi pasca perlambatan yang terjadi selama pandemi COVID-19 di tahun 2020 (base effect).

Prospek inflasi pada triwulan II 2021 dan keseluruhan tahun 2021 diperkirakan masih tetap terjaga

pada kisaran 3,0%±1% (yoy), dengan probabilitas di akhir tahun 2021 mendekati nilai tengah

3,0% mengingat terdapat beberapa hal yang menjadi risiko peningkatan tekanan inflasi khususnya

yang berasal dari kelompok bahan makanan serta kelompok inti seiring dengan proyeksi

meningkatnya konsumsi masyarakat didorong oleh optimisme vaksin COVID-19.

BAB

Page 129: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

129

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

7.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan II 2021 diperkirakan membaik. Konsumsi rumah

tangga pada triwulan II 2021 diperkirakan tumbuh positif, meskipun tidak setinggi periode yang sama

tahun 2020. Optimisme vaksinasi COVID-19 pada awal tahun 2021 berdampak pada meningkatnya

aktivitas ekonomi masyarakat. Adapun kinerja investasi pada triwulan II 2021 diperkirakan cukup kuat,

meskipun masih terbatas seiring perilaku wait and see dunia usaha terkait perkembangan COVID-19.

Namun demikian, berlanjutnya pembangunan beberapa proyek strategis, serta proyek infrastruktur

pemerintah lainnya diperkirakan dapat menopan pemulihan Kinerja investasi. Sementara ekspor pada

triwulan II 2021 diperkirakan ditopang oleh ekspor antar daerah yang meningkat sejalan dengan

berlangsungnya puncak musim panen padi dan pulihnya konsumsi rumah tangga.

Peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwilan II 2021 diperkirakan tertahan. Hal ini disebabkan

oleh peningkatan disposible income tahun 2021 yang terbatas seiring penetapan UMP Provinsi

Lampung tahun 2021 yang nilainya sama dengan UMP tahun 2020, yakni sebesar Rp2,432.001,57.

Namun demikian, Pemerintah mewajibkan bagi perusahaan yang tidak terdampak pandemi COVID-

19 untuk menaikkan upah sebesar 3,27%. Adapun tingkat pengangguran di Provinsi Lampung pada

Agustus 2020 tercatat naik 4,67% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 (4,03%)

sebagai dampak pandemi COVID-19. Di samping itu, penetapan kebijakan terkait tidak adanya

kenaikan gaji pokok atau pensiun pokok PNS (Pegawai Negeri Sipil) tahun 2021 dapat menjadi faktor

lain yang menahan pertumbuhan konsumsi lebih tinggi di tahun depan.

Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah pada triwulan II 2021

diperkirakan tumbuh moderat. Perkiraan tersebut konsisten dengan dinamika perkembangan

konsumsi pemerintah yang secara historis tinggi di akhir tahun dan cenderung rendah di awal tahun.

Perkembangan dana pemerintah di perbankan daerah secara siklikal meningkat antara bulan Januari-

Mei bersamaan dengan masuknya dana transfer dan penerimaan pajak, namun sebagian pengeluaran

masih dalam tahap persiapan atau pengadaan.

Investasi diprakirakan membaik pada triwulan II 2021 sejalan dengan pemulihan aktivitas usaha

serta ditopang oleh upaya Pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi melalui RUU Cipta

Kerja dan Perpajakan. Perbaikan investasi tersebut didorong oleh berlanjutnya investasi yang sempat

tertunda akibat COVID-19 pada tahun 2020 (base effect). Selain itu, pertumbuhan investasi Lampung

dapat kembali meningkat dengan dukungan masuknya investasi PMA dan PMDN yang bernilai besar,

seperti pengembangan kawasan terintegrasi pariwisata Bakauheni, pembangunan beberapa kawasan

ekonomi khusus dan kawasan industri serta realisasi peningkatan kapasitas industri pengolahan di

tahun 2021.

Diantara komoditas utama ekspor Lampung, ekspor minyak sawit dan produk turunannya pada

triwulan II 2021 diperkirakan akan lebih rendah seiring faktor musiman menurunnya produksi

kelapa sawit bersamaan dengan berlangsungnya musim penghujan. Namun, untuk keseluruhan

tahun 2021, produksi CPO diperkirakan tumbuh positif. Peningkatan produksi sejalan dengan cuaca

kemarau basah yang meningkatkan produktivitas, hasil replanting dari beberapa perusahaan besar,

serta perbaikan permintaan dari domestik dan global. Selanjutnya, dengan menggunakan asumsi

blending B30 masih tetap berjalan hingga tahun 2021, ekspor CPO pada 2021 diperkirakan tumbuh

menguat didorong oleh peningkatan permintaan mitra dagang.

Sejalan dengan komoditas CPO, ekspor kopi (robusta) di triwulan II 2021 diperkirakan akan lebih

rendah sejalan dengan pola seasonal yang memasuki musim penghujan. Lebih lanjut untuk

keseluruhan tahun 2021, kenaikan harga kopi robusta diperkirakan terbatas. Pada triwulan IV

(November) 2020 harga kopi robusta tercatat sebesar USD0,78 cent/pound, masih relatif stabil

dibandingkan posisi triwulan sebelumnya. Produktivitas kopi robusta juga diperkirakan masih rendah

seiring dengan tren penurunan impor pupuk pada tahun 2020. Namun demikian, program Kartu

Petani Berjaya (KPB) Pemerintah Provinsi Lampung yang diawali dengan fasilitasi penyediaan pupuk

Page 130: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

130

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

bagi petani diharapkan dapat diimplementasikan dengan lancar sehingga dapat meningkatkan

produktivitas petani.

Adapun ekspor antar daerah pada triwulan II 2021 diperkirakan tetap dalam tren meningkat,

sejalan dengan berlangsungnya puncak musim panen padi dan pulihnya konsumsi rumah tangga.

Sebagai salah satu lumbung padi dengan luasan lahan tanam terbesar ke-6 di nasional (544,06 ribu

Ha) dan memiliki produksi yang surplus, hasil panen padi dari Provinsi Lampung umumnya dipasarkan

ke Pulau Jawa sehingga menjadi faktor pendorong ekspor antar daerah.

Secara lapangan usaha (LU), perekonomian Lampung masih bertumpu pada tiga LU utama

yakni LU pertanian, kehutanan, dan perikanan, LU industri pengolahan, dan LU

perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor. LU pertanian, perikanan

dan kehutanan pada triwulan II 2021 diindikasikan dapat tumbuh lebih kuat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Secara seasonal, produksi tanaman pangan khususnya padi di triwulan II akan

meningkat. Selain itu, kinerja sub sektor tanaman pangan pada 2021 masih ditargetkan meningkat

oleh pemerintah daerah, sehingga dukungan terkait penyediaan pupuk dan alsintan, pencegahan

hama, mitigasi gangguan cuaca, ataupun fasilitasi lainnya tetap menjadi prioritas pemerintah. Adapun

kinerja subsektor perkebunan diperkirakan sedikit melambat, sejalan dengan siklus penurunan

produksi sejumlah komoditi utama yaitu kopi, lada, karet dan kelapa sawit pada musim penghujan.

Secara umum, program Kartu Petani Berja (KPB) yang telah diluncurkan oleh Pemerintah Provinsi pada

tahun 2020 diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan secara terintegrasi sehingga

meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.

Sementara itu, sektor industri pengolahan pada triwulan II 2021 diperkirakan dapat tumbuh lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara seasonal aktivitas industri pengolahan

akan cenderung meningkat satu periode sebelum puasa dan lebaran dalam rangka mempersiapkan

produksi untuk memenuhi permintaan yang tinggi di periode tersebut. Lebih lanjut, stimulus dan

relaksasi yang telah disiapkan oleh Pemerintah dalam mendukung pemulihan dunia usaha, seperti

tetapnya UMP dan relaksasi impor, diharapkan dapat menjadi stimulus pemulihan LU industri

pengolahan.

Kinerja LU perdagangan (besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor) pada triwulan II

2021 juga diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Perkiraan ini didukung oleh pertumbuhan konsumsi domestik yang secara perlahan membaik. Kinerja

LU ini juga akan dipengaruhi pertumbuhan permintaan ekspor yang diperkirakan termoderasi di awal

tahun 2021 sesuai dengan pola seasonalnya. Di samping itu, proyeksi peningkatan volume

perdagangan dunia yang diperkirakan akan terjadi di sepanjang tahun 2021 berpotensi mendorong

akselerasi LU perdagangan. Adapun dukungan penyaluran kredit ke sektor perdagangan tercatat

mulai pulih (1,47%, yoy) pada triwulan I 2021, lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan asesmen terhadap komponen PDRB tersebut, ekonomi Lampung pada triwulan II 2021

dan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2021 diperkirakan dapat tumbuh lebih baik

dibandingkan tahun sebelumnya.

Secara tahunan, perekonomian Lampung diprakirakan meningkat pada tahun 2021. Secara

keseluruhan tahun 2021, perekonomian Lampung diprakirakan akan tumbuh menguat dibandingkan

pertumbuhan ekonomi 2020 yang terkontraksi sebesar -1,67% (yoy) dengan asumsi kegiatan social distancing akibat pandemi COVID-19 masih akan berlangsung di 2021 meskipun akan menurun

seiring dengan meluasnya implementasi vaksin COVID-19. Secara umum, prospek akselerasi ekonomi

didorong oleh kembali meningkatnya aktivitas ekonomi pasca perlambatan yang terjadi selama

pandemi COVID-19 di tahun 2020 (base effect). Sejumlah indikator dini pada Desember 2020

mengindikasikan perbaikan ekonomi global yang berlanjut, seperti peningkatan mobilitas masyarakat,

ekspansi PMI manufaktur dan jasa yang berlanjut di AS dan Tiongkok, serta keyakinan konsumen dan

bisnis yang membaik di AS dan kawasan Eropa. Dengan perkembangan tersebut, perbaikan ekonomi

dunia diprakirakan akan berlanjut pada tahun 2021. Berdasarkan data WEO IMF Januari 2021,

Page 131: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

131

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

perekonomian global tahun 2021 diperkirakan tumbuh 5,5% (yoy), naik signifikan dibandingkan

pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang diproyeksikan tumbuh -3,5% (yoy) (Tabel 7.1).

Prospek perbaikan pertumbuhan ekonomi global tahun 2021 berpotensi meningkatkan volume

perdagangan dunia. Lebih lanjut, peningkatan volume perdagangan dunia akan meningkatkan

kebutuhan impor dunia. Indikasi peningkatan volume perdagangan tercermin pada tren kenaikan

indeks kontainer logistik global (Drewry World Container Index) hingga Desember 2020 yang

menunjukkan pemulihan kegiatan ekspor di berbagai negara (Grafik 7.1). Dari sisi ekspor,

pertumbuhan World Trade Volume di tahun 2021 diprakirakan tumbuh jauh lebih baik dibandingkan

dengan tahun sebelumnya seiring dengan pemulihan ekonomi global. Sejalan dengan hal tersebut,

harga komoditas diprakirakan meningkat, termasuk komoditas unggulan ekspor Lampung seperti

kopi, CPO, batubara, udang, didorong kenaikan permintaan komoditas seiring ekspansi ekonomi

Tiongkok, perbaikan investasi dan manufaktur global, serta perkembangan positif proses vaksinasi

yang memicu perilaku risk on. Sementara itu, harga minyak berada dalam tren meningkat merespons

optimisme pemulihan ekonomi global dan sentimen positif di pasar aset di tengah prakiraan suplai

yang lebih rendah dikarenakan keputusan OPEC+ untuk menahan besaran peningkatan produksi.

Sejalan dengan ekspor, volume impor Lampung diprakirakan mengalami perbaikan di tahun 2021

setelah mengalami kontraksi di tahun sebelumnya sejalan dengan ekspansi aktivitas di sektor industri

pengolahan yang mendorong kinerja impor barang modal dan bahan baku penolong serta perkiraan

perbaikan demand masyarakat yang mendorong impor barang konsumsi di sepanjang tahun 2021.

Konsumsi rumah tangga berada dalam tren pemulihan di tahun 2021 dan tetap menjadi

penopang utama pertumbuhan ekonomi Lampung. Berdasarkan hasil survei konsumen periode

Januari 2021, optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian masih dalam kondisi yang baik

(indeks > 100). Prakiraan pertumbuhan konsumsi sejalan dengan pulihnya aktivitas ekonomi,

peningkatan omset penjualan, perbaikan disposable income dan perbaikan keyakinan konsumen. Prakiraan konsumsi rumah tangga yang membaik didukung pula oleh perbaikan sisi pendapatan yang

antara lain bersumber dari mulai kembali berlangsungnya aktivitas produksi dan kegiatan ekonomi

masyarakat serta masih berlanjutnya stimulus fiskal dalam bentuk perlindungan sosial pada 2021 yang

menopang daya beli masyarakat bawah. Perbaikan ekspektasi masyarakat turut didukung oleh

optimisme akan tersedianya vaksin melalui Program Vaksinasi Nasional yang telah dimulai pada

Januari 2021.

Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh positif seiring dengan meningkatnya

optimisme konsumen terhadap kinerja perekonomian ke depan. Berdasarkan hasil Survei

Konsumen (SK) KPw BI Provinsi Lampung, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada triwulan I 2021

tercatat sebesar 130,42 yang menunjukkan optimisme masyarakat, meningkat dibandingkan dengan

ekspektasi pada triwulan sebelumnya (126,22). Terjaganya optimisme tersebut dipengaruhi oleh

Sumber: WEO Januari 2021 Sumber: Drewry World Container Index, Bloomberg

Tabel 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi & Volume Perdagangan Dunia Grafik 7. 1 Drewry World Container Index

Page 132: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

132

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

ekspektasi akan perkiraan dunia usaha, penghasilan pada 6 bulan ke depan, serta ketersediaan

lapangan kerja 6 bulan yang berada pada zona optimis (Grafik 7.2).

Di sepanjang tahun 2021, pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan cukup kuat seiring

akselerasi realisasi anggaran pemerintah untuk pemulihan ekonomi. Pada rancangan RAPBD

Provinsi Lampung tahun 2021 yang diajukan per November 2020, pendapatan daerah dialokasikan

sebesar Rp7,59 triliun dan belanja daerah sebesar Rp7,48 triliun. Belanja daerah yang dialokasikan

tahun 2021 tercatat berada diatas target APBD-P tahun 2020 sebesar Rp7,03 triliun serta berada

diatas target pendapatan daerah sebesar Rp6,91 triliun.

Di samping itu, ketergantungan fiskal pemerintah daerah di Lampung pada dukungan APBN

terpantau masih cukup tinggi. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan risiko (downside risk) seperti

penundaan kegiatan pada tahun berikutnya, menjadi hutang daerah, hingga kemungkinan pembatan

program mengingat refocusing anggaran yang juga dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Sesuai

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 50 tahun 2017, proses penarikan TKDD (Transfer ke Daerah

dan Dana Desa) bersifat dinamis yaitu tergantung pemenuhan persyaratan misalnya terkait kesiapan

rencana kerja pada DAK, atau (pada DAU) menyesuaikan progress penerimaan dalam negeri (PDN

neto) pemerintah pusat.

Sementara itu, proyeksi investasi swasta pada tahun 2021 relatif diuntungkan oleh proyeksi

naiknya harga komoditas dibandingkan dengan tahun 2020 sehingga diprediksikan relatif masih

kuat. Berdasarkan hasil liaison, sebagian perusahaan tercatat memiliki rencana untuk merealisasikan

investasi yang tertunda akibat pandemi COVID-19 dan menunggu hasil Pilkada serentak 2020. Lebih

lanjut, UU Cipta Kerja diharapkan dapat menjadi pendorong realisasi investasi di tahun mendatang.

Beberapa investasi yang tertunda antara lain dalam bentuk pembangunan outlet/fasilitas baru, dan

umumnya dalam bentuk pemeliharaan mesin dan fasilitas usaha. Perkiraan tersebut juga didukung

masih berlangsungnya penetapan kebijakan B30 oleh pemerintah sehingga meningkatkan kapasitas

utilisasi dan investasi dari industri pengolahan di Provinsi Lampung. Meski demikian, perkembangan

investasi di Provinsi Lampung dihadapkan pada beberapa faktor penahan (downward risk) diantaranya

berasal dari kondisi wait and see oleh investor di awal tahun 2021 dalam melakukan ekspansi bisnis

seiring dengan masih berlangsungnya pandemi COVID-19. Dari segi pembiayaan, dukungan kredit

investasi perbankan mengalami perlambatan pada triwulan IV 2020. Adapun dari sisi risiko kredit, NPL

kredit di Lampung tercatat relatif turun sebesar 2,49% di bulan Desember 2020 sehingga dapat

mendukung perbaikan pertumbuhan kredit investasi.

Terkait ekspor, pertumbuhan World Trade Volume pada tahun 2021 diperkirakan meningkat

setelah mengalami penurunan di tahun 2020 seiring penurunan pertumbuhan ekonomi pada

negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok dan Jepang. Hal ini mendorong IMF

menurunkan proyeksi pertumbuhan volume perdagangan dunia tahun 2021 sebesar 8,1% (WEO

Sumber: SK, Bank Indonesia

Grafik 7. 2 Perkembangan Ekspektasi Konsumen

Page 133: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

133

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Januari 2021). Meski harga komoditas dunia seperti kelapa sawit, kopi dan lada diperkirakan mulai

pulih di tahun 2021, levelnya masih diproyeksikan rendah. Permintaan ekspor CPO diperkirakan masih

tinggi seiring dengan program B30. Sementara itu, permintaan kertas juga diperkirakan masih tinggi

untuk produksi tissue dari beberapa negara.

Dari sisi impor, secara seasonal di triwulan adanya puasa dan lebaran, terdapat kenaikan impor

barang konsumsi yang cukup signifikan dalam rangka memenuhi peningkatan permintaan di

periode tersebut. Selain itu, kontraksi ekspor yang diprakirakan lebih rendah dari prakiraan

sebelumnya juga akan mendorong perbaikan impor bahan baku. Lebih lanjut, pemerintah juga telah

mengeluarkan stimulus fiskal pada Maret 2020, salah satunya berupa insentif pajak PPh 25 dan PPh

22 impor. Adapun impor yang berasal dari daerah lain diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, ditopang permintaan impor bahan baku industri dan barang konsumsi

merespons pemulihan aktivitas ekonomi serta perbaikan kualitas infrastruktur logistik seiring

meningkatnya pemanfaatan jalan tol Trans Sumatera dan dermaga pelabuhan Panjang.

Di tahun 2021, sektor industri pengolahan diperkirakan dapat kembali menjadi penopang utama

pertumbuhan ekonomi Lampung. Pemulihan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang akan

meningkatkan permintaan akan produk olahan berorientasi ekspor. Lebih lanjut, harga komoditas

yang diperkirakan mulai pulih di sepanjang tahun 2021 berpotensi mendorong perbaikan kinerja

industri (upside risk), terutama yang berorientasi ekspor seperti pengolahan kopi, lada dan kelapa

sawit. Selain itu, perkembangan ekspektasi di hulu (sektor) pertanian yang lebih tinggi diperkirakan

dapat menjadi salah satu faktor penopang pertumbuhan industri pengolahan mengingat dominasi

industri olahan makanan dan minuman di Provinsi Lampung.

7.2 Inflasi

Prospek inflasi pada triwulan II 2021 dan keseluruhan tahun 2021 diperkirakan masih tetap

terjaga pada kisaran 3,0%±1% (yoy), dengan probabilitas di akhir tahun 2021 dapat

mendekati nilai tengah 3,0% mengingat terdapat beberapa hal yang menjadi risiko peningkatan

tekanan inflasi seiring proyeksi meningkatnya konsumsi pasca pandemi COVID-19 dan optimisme

keberhasilan vaksinasi. Pada triwulan II 2021, terdapat potensi kenaikan harga bahan makanan

terutama untuk beberapa komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah, cabai merah dan cabai

rawit mengingat adanya potensi peningkatan permintaan memasuki bulan Ramadhan. Potensi

kenaikan tersebut bersumber dari tingginya potensi gangguan produksi dan distribusi pada periode

puncak musim hujan sehingga juga menjadi faktor risiko kenaikan inflasi. Di samping itu, masih

terdapat risiko dari kenaikan harga kelompok padi-padian khususnya pada komoditas beras meski

pola seasonalnya di awal triwulan II 2021 telah memasuki musim panen raya.

Untuk keseluruhan tahun 2021, tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari semua

kelompok disagregasi. Dari kelompok inflasi inti, potensi tekanan inflasi bersumber dari pemulihan

ekonomi pasca pandemi yang dapat meningkatkan kembali aktivitas usaha dan permintaan

masyarakat. Adapun kenaikan UMP Tahun 2021 untuk beberapa sektor yang tidak terdampak COVID-

19 akan mendorong peningkatan disposable income dan konsumsi masyarakat. Selain itu, perbaikan

harga komoditas global berpotensi meningkatkan biaya produksi yang berimplikasi pada kenaikan

harga komoditas. Namun demikian, tekanan inflasi inti dapat mereda seiring dengan pergerakan

harga emas yang diperkirakan turun di tengah pemulihan ekonomi dunia. Sementara itu, inflasi

volatile foods juga diperkirakan naik disebabkan oleh normalisasi permintaan masyarakat dan kegiatan

usaha (hotel dan restoran) akan komoditas bahan pangan. Keterbatasan pupuk seiring dengan

deselerasi impor pupuk saat ini juga berisiko menyebabkan terganggunya hasil produksi dan

ketersediaan pasokan bahan pangan. Sementara itu, risiko inflasi kelompok administered prices bersumber dari normalisasi tarif listrik dan tiket angkutan udara, serta dicabutnya kebijakan

pembebasan tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara. Selain itu, kenaikan cukai rokok sebesar

12,5% diperkirakan tertransmisi pada kenaikan harga eceran rokok.

Page 134: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

134

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

7.3 Rekomendasi

Berdasarkan asesmen kinerja ekonomi Provinsi Lampung, untuk mengantisipasi penurunan kinerja

ekonomi yang lebih dalam dan menjaga stabilitas makroekonomi di tengah pandemi COVID-19,

diperlukan upaya bersama seluruh pihak. Beberapa catatan penting yang perlu mendapatkan

perhatian sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan memperluas sosialisasi dan edukasi terkait pelaksanaan protokol COVID-19

secara ketat untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi.

b. Memastikan proses vaksinasi COVID-19 dapat berlangsung sesuai dengan perencanaan dan

melakukan percepatan vaksinasi ke seluruh lapisan masyarakat.

c. Pemerintah Daerah memiliki peran kunci melalui percepatan penyerapan APBD. Selain itu,

Pemerintah Daerah diharapkan semaksimal mungkin dapat mendukung kelancaran program

Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah dipersiapkan oleh Pemerintah Pusat. Upaya-upaya

tersebut perlu didukung pula dengan penguatan koordinasi dan sinergi antar OPD dan

stakeholder terkait lainnya.

d. Secara bertahap membuka sektor-sektor produktif dengan memperhatikan keamanan dan

protokol COVID-19, terutama sektor pertanian, sektor transportasi dan pergudangan, sektor

perdagangan, serta sektor industri pengolahan.

e. Menyukseskan restrukturisasi kredit perbankan dan dunia usaha.

f. Mendorong UMKM sebagai kekuatan baru dalam perekonomian nasional, melalui:

i. Sinergi antara dinas terkait diperlukan untuk mengangkat UMKM sebagai salah satu

sumber pemulihan perekonomian di era digital.

ii. Transformasi UMKM memasuki era digital harus dipersiapkan dengan program antar

dinas terkait yang terstruktur dan sistematis.

iii. Program Pengembangan UMKM secara end-to-end, sejak hulu hingga hilir, termasuk

perluasan pemasangan QRIS (QR Code Indonesian Standard) sebagai kanal pembayaran

digital bagi UMKM, interkoneksi di antara platform e-commerce hingga mendorong

paten atas produk-produk UMKM.

iv. Penguatan kreativitas untuk memberikan nilai tambah dan kampanye penggunaan

produk UMKM.

Inflasi Faktor Risiko Triwulan IV 2020

Volatile Food

Potensi kenaikan harga bahan makanan terutama untuk beberapa komoditas dalam kelompok bumbu-bumbuan mengingat tingginya potensi gangguan produksi dan distribusi pada periode puncak musim hujan (upside risk)

Potensi kenaikan harga beras, panen raya diperkirakan pada akhir Maret. (upside risk)

Administered Prices

Potensi kenaikan harga eceran rokok merespons kenaikan tarif cukai rokok (upside risk)

Normalisasi harga tiket listrik pasca HBKN Nataru dan libur sekolah (downside risk)

Core

Pemulihan ekonomi pasca pandemi yang dapat meningkatkan kembali aktivitas usaha dan permintaan masyarakat (upside risk)

Perbaikan harga komoditas global berpotensi meningkatkan biaya produksi (upside risk).

Tabel 7. 2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor

Page 135: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

135

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

v. Kebijakan afirmatif untuk mendorong sisi permintaan atas produk-produk UMKM

Indonesia, antara lain dalam serapan/penggunaan anggaran pemerintah dan dukungan

program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.

g. Memperkuat antisipasi risiko inflasi daerah melalui TPID, diantaranya melalui:

1. Memastikan keterjangkauan harga, dengan cara melakukan pemantauan harga harian

dan perbandingan harga dengan daerah lain, salah satunya melalui aplikasi Pusat Informasi

Harga Pangan Strategis (https://hargapangan.id/), untuk melihat perkembangan harga yang

terjadi dan melakukan intervensi kebijakan yang diperlukan. Selain itu, perlu dilakukan upaya

penyerapan komoditas yang mengalami deflasi cukup dalam melalui penyerapan oleh

industri pengolah makanan atau pengolahan produk turunan dengan memberdayakan

Kelompok Wanita Tani (KWT). Lebih lanjut, beberapa program pemerintah terhadap

Koperasi dan UMKM terdampak COVID-19, khususnya di bidang pertanian, diharapkan

dapat mendukung upaya stabilisasi harga.

2. Memastikan ketersediaan pasokan, khususnya dalam mempersiapkan fase adaptasi

kebiasaan baru. Aktivitas masyarakat yang meningkat secara bertahap pada fase ini,

diperkirakan dapat menaikkan permintaan. Kondisi ini perlu diwaspadai dengan memastikan

ketersediaan pasokan agar tidak meningkatkan tekanan kenaikan harga. Untuk itu, perlu

dilakukan pendataan yang akurat oleh TPID dan Satgas Pangan terkait ketersediaan

komoditas strategis. Pendataan neraca pangan secara akurat setelah terjadinya COVID-19,

termasuk rencana produksi, kendala produsen, dan langkah antisipasi terkait berkurangnya

pasokan bahan pangan. Selain itu, TPID Provinsi/Kabupaten/Kota perlu meningkatkan

intensitas koordinasi, salah satunya melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) dalam hal

pemenuhan komoditas pangan strategis menghadapi risiko kenaikan harga. Kota Bandar

Lampung sebagai wilayah yang memiliki kontribusi besar pada inflasi Provinsi Lampung perlu

mengupayakan KAD, khususnya untuk komoditas-komoditas utama penyumbang inflasi.

Lebih lanjut, pengawalan dalam pemberian bantuan sosial bagi kelompok masyarakat yang

rentan terdampak COVID-19 perlu ditingkatkan, tidak hanya dari sisi daftar penerima

bantuan melainkan juga mekanisme penyaluran dan ketersediaan pasokan komoditasnya

agar tidak mendorong kenaikan harga.

3. Memastikan kelancaran distribusi melalui TPID dan Satgas Pangan dengan cara

melakukan koordinasi untuk memastikan kembali kecukupan pasokan dan kelancaran akses

distribusi bahan pokok. Selain itu, kelancaran distribusi dari daerah produsen akan sangat

membantu pihak petani dalam memasarkan produknya dan mendapatkan harga pembelian

yang wajar.

4. Meningkatkan komunikasi efektif terkait ketersediaan pasokan, rencana pemenuhan

pasokan, dan himbauan untuk berbelanja secara bijak yang perlu disampaikan oleh

Pemerintah Daerah untuk menjaga ekspektasi positif bagi masyarakat dan menjaga stabilitas

harga.

Page 136: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

136

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

LAMPIRAN

Tabel Porsi PDRB Sektoral Lampung (%)

Tabel PDRB Lampung Menurut Harga Berlaku (Miliar Rp)

I II III IV I II III IV I II III IV

Pertanian, Kehutanan, &

Perikanan 31,82 31,86 31,08 24,63 29,90 30,71 30,17 29,54 24,60 28,80 29,70 32,52 31,51 25,61 29,90

Pertambangan & Penggalian 5,71 5,48 5,70 6,09 5,74 5,75 5,54 5,17 5,79 5,55 5,18 4,82 5,02 5,20 5,06

Industri Pengolahan 18,60 18,73 19,63 21,07 19,50 18,75 19,68 20,60 20,94 20,00 18,86 18,06 19,11 21,71 19,41

Pengadaan Listrik, Gas 0,16 0,14 0,16 0,17 0,16 0,16 0,16 0,16 0,17 0,16 0,16 0,16 0,17 0,15 0,16

Pengadaan Air 0,11 0,10 0,10 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10 0,11 0,10 0,10 0,11 0,11 0,12 0,11

Konstruksi 9,01 8,88 9,43 10,63 9,48 9,17 8,99 9,43 10,56 9,53 9,23 9,00 8,93 10,30 9,35

Perdagangan Besar & Eceran dan

Reparasi Mobil & Sepeda 10,96618 11,11 10,70 11,92 11,16 11,58 11,48 11,39 11,96 11,60 11,85 10,88 10,76 11,10 11,14

Transportasi & Pergudangan 5,1330547 5,27 4,86 5,49 5,18 5,13 5,31 4,97 5,59 5,24 5,36 4,73 4,95 5,02 5,01

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 1,50 1,58 1,54 1,69 1,58 1,56 1,58 1,61 1,76 1,63 1,68 1,52 1,50 1,56 1,56

Informasi & Komunikasi 3,8346337 3,84 3,94 4,11 3,93 3,89 3,89 3,97 4,20 3,99 4,04 4,42 4,22 4,57 4,31

Jasa Keuangan 2,209638 2,15 2,04 2,20 2,15 2,07 1,99 2,06 2,26 2,09 2,16 2,07 2,11 2,39 2,18

Real Estate 2,8524003 2,73 2,74 3,05 2,84 2,95 2,86 2,89 3,16 2,96 3,11 2,96 2,82 3,08 2,99

Jasa Perusahaan 0,150894 0,15 0,14 0,16 0,15 0,15 0,15 0,14 0,16 0,15 0,15 0,15 0,14 0,15 0,15

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan, dan Jaminan Sosial 3,39 3,36 3,38 3,70 3,45 3,37 3,36 3,27 3,58 3,39 3,42 3,67 3,60 3,78 3,62

Jasa Pendidikan 2,7306859 2,78 2,76 3,00 2,82 2,80 2,90 2,86 3,11 2,92 3,01 3,11 3,08 3,13 3,08

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 0,9380243 0,92 0,90 1,00 0,94 0,94 0,92 0,92 1,01 0,95 0,99 0,97 1,11 1,19 1,07

Jasa Lainnya 0,8947136 0,91 0,89 0,97 0,92 0,92 0,92 0,94 1,03 0,95 0,99 0,84 0,85 0,95 0,91

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

202020192019

Lapangan Usaha2018

20182020

I II III IV I II III IV I II III IV

Pertanian, Kehutanan, &

Perikanan 25.532 26.855 27.235 19.784 99.406 26.557 27.418 27.671 21.088 102.735 26.509 28.668 29.150 21.702 106.029

Pertambangan & Penggalian 4.577 4.621 4.997 4.894 19.089 4.971 5.036 4.838 4.965 19.810 4.627 4.246 4.645 4.410 17.928

Industri Pengolahan 14.922 15.786 17.198 16.925 64.831 16.210 17.885 19.292 17.954 71.341 16.831 15.923 17.679 18.399 68.832

Pengadaan Listrik, Gas 131 120 137 133 522 141 144 147 148 579 146 139 155 129 569

Pengadaan Air 85 86 87 87 345 89 91 92 93 364 93 95 98 98 384

Konstruksi 7.226 7.489 8.263 8.534 31.511 7.927 8.168 8.829 9.056 33.981 8.236 7.936 8.264 8.731 33.167

Perdagangan Besar & Eceran dan

Reparasi Mobil & Sepeda 8.798 9.364 9.377 9.573 37.111 10.014 10.432 10.670 10.254 41.370 10.572 9.586 9.949 9.407 39.514

Transportasi & Pergudangan 4.118 4.442 4.257 4.407 17.224 4.434 4.824 4.652 4.797 18.707 4.781 4.165 4.575 4.254 17.775

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 1.202 1.336 1.350 1.359 5.248 1.352 1.438 1.506 1.510 5.806 1.498 1.342 1.387 1.318 5.544

Informasi & Komunikasi 3.077 3.240 3.456 3.302 13.074 3.364 3.536 3.716 3.603 14.220 3.601 3.897 3.906 3.869 15.273

Jasa Keuangan 1.773 1.809 1.789 1.765 7.135 1.789 1.810 1.926 1.939 7.463 1.927 1.828 1.949 2.026 7.730

Real Estate 2.288 2.304 2.401 2.453 9.447 2.549 2.594 2.704 2.712 10.559 2.772 2.613 2.612 2.608 10.606

Jasa Perusahaan 121 125 126 127 499 129 132 133 133 527 137 129 134 131 530

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan, dan Jaminan Sosial 2.718 2.830 2.958 2.973 11.479 2.913 3.051 3.060 3.071 12.095 3.056 3.238 3.331 3.200 12.826

Jasa Pendidikan 2.191 2.340 2.419 2.412 9.361 2.422 2.633 2.682 2.664 10.402 2.688 2.743 2.848 2.654 10.932

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 753 772 786 804 3.114 812 832 865 869 3.378 884 859 1.029 1.006 3.779

Jasa Lainnya 718 771 781 783 3.052 797 840 881 880 3.398 887 740 787 801 3.215

PDRB 80.230 84.288 87.615 80.313 332.446 86.471 90.865 93.667 85.734 356.736 89.244 88.145 92.499 84.744 354.632

202020192019

2018Lapangan Usaha2018 2020

Page 137: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

137

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

Tabel Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Bandar Lampung (%, mtm)

Tabel Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Metro (%, mtm)

Tabel Indikator Kinerja Perbankan Lampung (Miliar Rp)

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

-0,05 -0,03 0,39 0,86 0,44 -0,43 -0,17 -0,28 0,03 0,34 0,41 -0,26 0,23 0,08 0,68

1 Makanan, Minuman dan Tembakau -1,01 -0,02 0,79 2,97 0,98 -1,06 -0,16 -1,60 -0,08 0,57 0,12 -0,66 0,63 0,16 2,33

2 Pakaian dan Alas Kaki 0,00 0,00 0,15 -0,14 0,36 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,01 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Lainnya 0,00 0,00 0,15 0,00 0,44 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,06 -0,05 -0,02

4 Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga 0,14 0,64 0,10 0,14 -0,11 -0,23 0,25 0,36 0,20 0,68 0,10 -0,09 0,01 -0,07 0,16

5 Kesehatan 0,00 0,00 0,00 0,54 0,64 0,09 -0,10 0,28 0,00 1,16 0,27 0,04 0,00 0,00 -0,02

6 Transportasi 0,20 -0,19 0,71 -0,12 -0,19 -0,13 -0,42 0,37 0,19 0,89 -0,60 -0,34 0,12 0,46 0,46

7 Jasa Keuangan 0,00 -0,78 0,00 0,00 0,03 -2,18 -1,97 1,52 -0,37 -0,11 0,00 0,01 0,00 0,00 -1,35

8 Rekreasi, Olahraga dan Budaya 0,04 -0,07 0,31 0,08 3,39 -0,06 0,00 -0,03 0,00 -0,03 2,48 -0,19 0,09 0,00 0,06

9 Pendidikan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,59 0,00 0,00 0,00 0,00

10 Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran 2,31 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,00 0,04 2,45 0,00 0,00 0,00 0,00

11 Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya 0,12 0,05 0,49 0,36 0,02 -0,09 0,30 0,47 0,58 -0,09 0,87 -0,30 0,82 -0,16 0,10

Umum

Kelompok 2019 2020

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0,27 0,42 -0,16 0,06 0,24 0,39 1,15 0,19 0,26 -0,23 -0,35 0,25 0,12 0,05 0,10 0,05 0,51 0,53

1 Makanan, Minuman dan Tembakau 0,76 0,67 -0,94 0,06 0,59 0,79 2,26 0,40 0,34 -0,94 -1,45 0,30 0,37 -0,93 -0,30 -0,15 1,85 1,24

2 Pakaian dan Alas Kaki -0,08 -0,22 0,32 0,00 -0,38 0,57 0,01 0,49 0,00 0,00 0,00 0,30 0,10 0,00 0,04 0,09 0,00 0,00

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Lainnya 0,00 0,11 0,04 0,10 0,09 -0,11 0,36 -0,05 0,01 0,04 0,07 0,13 -0,06 -0,12 0,44 -0,03 0,02 0,02

4 Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga 0,14 0,33 -0,67 -0,06 0,71 -0,17 0,91 0,22 0,45 0,00 -0,14 -0,91 0,34 -0,82 0,35 0,48 -0,27 0,56

5 Kesehatan 0,32 0,34 0,32 0,07 0,12 1,01 0,02 0,74 0,92 0,63 0,00 0,31 0,09 -0,44 0,00 0,58 0,04 0,31

6 Transportasi 0,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,60 -0,35 0,00 0,53 -0,01 0,36 -0,38 1,29 0,02 -0,02 0,11 0,14

7 Jasa Keuangan 0,00 -0,13 0,00 -0,07 0,00 -0,82 -0,11 0,40 0,38 -1,85 0,04 1,40 0,07 0,45 0,36 0,17 0,12 0,64

8 Rekreasi, Olahraga dan Budaya 0,30 0,00 -0,23 0,00 0,05 0,00 1,78 0,22 0,00 -0,17 0,00 1,54 0,00 0,13 0,54 0,35 0,00 0,38

9 Pendidikan 0,00 2,79 0,99 0,00 0,00 0,00 0,76 0,56 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,37 0,00 0,14 0,00 0,00

10 Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran 0,00 0,45 0,00 0,42 0,04 1,82 2,05 0,00 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,68 0,00 0,08 0,00 0,63

11 Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya 0,37 0,32 1,08 0,06 0,52 0,45 1,10 0,15 1,35 0,85 0,93 0,33 0,62 1,63 0,85 0,19 -0,10 0,17

Kelompok 2019

Umum

2020

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV

Aset 73.677,88 76.376,30 76.583,36 76.395,36 77.293,21 81.918,53 82.105,46 79.948,05 78.047,69 80.270,75 83.647,41 83.088,49

Kredit Berdasarkan Jenis 61.254,79 62.686,50 62.987,42 64.420,63 64.438,00 66.096,36 66.880,01 66.137,74 55.776,98 55.289,96 56.621,73 57.396,36

Modal Kerja 25.921,75 27.108,31 27.066,58 27.714,97 27.280,60 28.311,56 28.932,28 28.189,82 26.978,23 26.738,47 27.994,41 28.648,00

Investasi 12.350,32 12.476,55 12.482,98 12.396,48 12.438,67 12.659,90 12.288,49 11.835,26 11.383,04 11.237,41 11.147,01 10.991,16

Konsumsi 22.982,72 23.101,64 23.437,86 24.309,19 24.718,73 25.124,89 25.659,24 26.112,66 17.415,71 17.314,09 17.480,31 17.757,20

Kredit Berdasarkan Sektor 61.254,79 62.683,56 62.987,42 64.420,63 64.438,00 66.096,36 66.880,01 65.457,85 55.776,98 55.289,96 56.621,73 57.396,36

Pertanian 9.235,30 8.786,10 9.219,86 9.324,24 9.591,33 9.904,38 9.805,73 9.451,95 9.620,40 9.598,81 9.796,55 10.055,02

Pertambangan 156,96 164,07 159,75 130,53 140,55 158,86 147,90 136,04 122,12 122,13 118,56 118,89

Industri 4.253,48 4.428,06 4.511,39 4.512,95 3.946,17 3.800,40 3.609,48 3.978,99 4.054,50 3.929,69 3.944,02 3.999,80

Listrik 29,31 34,02 48,48 74,84 111,71 113,21 106,27 103,78 100,84 98,45 99,00 97,88

Konstruksi 1.896 1.989,77 1.996,25 1.925,02 1.919,44 2.287,21 2.387,79 2.226,43 1.934,16 1.666,21 1.757,48 1.796,00

Perdagangan 14.175,30 15.567,68 15.121,10 15.220,01 15.221,65 15.732,59 16.287,71 15.218,65 14.553,16 14.342,98 15.103,22 15.052,03

Angkutan 3.877,86 3.167,83 3.127,38 3.129,87 3.154,96 3.177,19 3.187,76 3.175,24 2.803,42 2.725,06 2.738,33 2.758,28

Jasa Umum 3.328,69 4.083,25 3.971,16 4.132,45 4.007,81 4.161,99 4.032,31 3.894,77 3.654,86 4.032,92 4.097,40 4.243,97

Jasa Sosial 1.259,18 1.330,12 1.357,75 1.625,78 1.599,86 1.612,06 1.632,20 1.629,25 1.516,51 1.438,33 1.469,58 1.502,91

Lain-lain 23.042,93 23.132,66 23.474,31 24.344,93 24.744,51 25.148,47 25.682,84 25.642,75 17.417,00 17.335,39 17.497,58 17.771,58

NPL Gross (%) 2,21 2,24 2,30 2,18 2,50 2,58 2,21 2,73 2,94 2,79 2,75 2,49

Dana Pihak Ketiga 44.406,27 46.796,06 47.313,40 47.017,05 48.317,92 50.983 50.779 49.138 43.248 45.810 47.600 46.781

Giro 7.736,70 8.489,08 7.989,32 5.941,77 7.894,54 8.724 8.454 6.512 8.407 9.570 9.750 7.050

Tabungan 21.993,24 23.444,80 23.943,88 25.461,66 23.857,56 25.288 25.344 26.468 23.827 25.283 26.896 28.728

Simpanan Berjangka 14.676,33 14.862,18 15.380,20 15.613,61 16.565,82 16.970 16.980 16.158 11.014 10.956 10.954 11.003

LDR (%) 137,94 133,96 133,13 137,02 133,36 129,64 131,71 134,60 131,28 122,72 122,38 124,12

L/R 149,96 1.342,92 2.334,46 3.118,06 560,05 1.386,47 2.363,49 3.143,68 400,56 385,86 848,82 1.299,68

Kredit UMKM 17.517,28 17.987,82 18.409,95 18.674,33 16.149,01 19.869,85 20.318,04 20.353,23 19.473,52 19.252,60 19.459,48 19.604,88

Kredit UMKM (%) 28,60 28,69 29,23 28,99 25,06 30,06 30,38 31,09 34,91 34,82 34,37 34,16

Komponen2018 2019 2020

Page 138: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

138

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

DAFTAR ISTILAH

Administered Prices Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.

Andil Inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot Inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

CAR Capital Adequacy Ratio. Merupakan ratio yang menunjukkan ukuran perbandingan antara modal yang dimiliki suatu bank dengan tingkat risiko yang terjadi.

Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

DPK Dana Pihak Ketiga. Yaitu dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank.

IEK Indeks Ekspektasi Konsumen. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomienam bulan mendatang, dengan skala 1-100.

IHK Indeks Harga Konsumen. Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

IKE Indeks Kondisi Ekonomi. Salah satu pembentukan IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

IKK Indeks Keyakinan Konsumen. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

IPM Indeks Pembangunan Manusia. Ukuran Kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan dan daya beli.

LDR Loan to Deposit Ratio. Merupakan ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Page 139: FEBRUARI 2021 - Bank Indonesia

139

KPW BI PROVINSI LAMPUNG LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2021

NPL Non Performing Loan. Merupakan klasifikasi yang menunjukkan tingkat kesehatan terhadap pinjaman yang disalurkan kepada masyarakat.

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

Rhs Right Hand Scale (axis kanan).

PAD Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan yang di peroleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Qtq Quarter to quarter.Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Share Effect Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB

Share of Growth Kontribusi pertumbuhan suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB.

Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor musiman.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.