fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · web viewbelanja...

51
1 PENGARUH KEMANDIRIAN DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA MODAL PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Pulau Sumatera) Oleh Atika Lusi Tania Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

Upload: doancong

Post on 26-May-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

1

PENGARUH KEMANDIRIAN DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA MODAL

PEMERINTAH DAERAH(Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Pulau Sumatera)

Oleh

Atika Lusi Tania

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2013

Page 2: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

2

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa

Jurusan

Fakultas

No.Telpon

E-Mail

Pembimbing I

Pembimbing II

:

:

:

:

:

:

:

:

:

PENGARUH KEMANDIRIAN DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA MODAL PEMERINTAH DAERAH

0911031032

Akuntansi

Ekonomi dan Bisnis

085764286311/085279004401

[email protected]

Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.

Pigo Nauli, S.E., M.Sc.

Atika Lusi Tania

Page 3: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

3

ABSTRAK

PENGARUH KEMANDIRIAN DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA MODAL

PEMERINTAH DAERAH

Oleh

ATIKA LUSI TANIAUniversitas Lampung

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh kemandirian daerah, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah penduduk terhadap belanja modal pemerintah daerah.

Penelitian ini mengambil populasi seluruh kabupaten dan kota di Pulau Sumatera pada periode pengamatan dari tahun 2007 s.d. 2011. Data yang digunakan adalah data sekunder diperoleh melalui website Dirjen Perimbangan Keuangan dan Badan Pusat Statistik. Jumlah populasi adalah 151 kabupaten dan kota, dengan metode purposive judgment sampling diperoleh sampel sebanyak 45 kabupaten dan kota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemandirian daerah, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah penduduk secara simultan berpengaruh terhadap belanja modal pemerintah daerah, (2) kemandirian daerah dan jumlah penduduk secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal pemerintah daerah, (3) pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pemerintah daerah.

Kata kunci: Kemandirian Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk, dan Belanja Modal.

Page 4: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

4

ABSTRACT

INFLUENCE OF LOCAL INDEPENDENCE, ECONOMIC GROWTH, AND THE POPULATION OF THE LOCAL GOVERNMENT CAPITAL

EXPENDITURE

By

ATIKA LUSI TANIA

The purpose of this study is to demonstrate empirically of Influence of local independence, economic growth, and the population of the local government capital expenditure.

This study took the entire population of countries and cities on the island of Sumatera in the observation period from 2007 to 2011. The data used are secondary data obtained through the Director General of Fiscal Balance website and the Central Bureau of Statistics. Total population was 151 countries and cities, with Purposive Judgment Sampling Method obtained a sample of 45 countries and cities.

The result shows that: 1) local independence, economic growth, and the population simultaneously affect the local government capital expenditures, 2) local independence and the population is partially significant positive effect on local government capital expenditures, 3) economic growth does not significantly influence the local government capital expenditures.

Key words: local independence, economic growth, population, and the capital expenditure.

Page 5: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

5

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Belanja modal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

merupakan salah satu unsur belanja langsung. Belanja modal merupakan

pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran

dan akan menambah aset atau kekayaan daerah, dan selanjutnya akan

menambah anggaran rutin untuk biaya rutin, biaya operasional dan

pemeliharaannya. Belanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, salah satu dari 11

(sebelas) prioritas pembangunan nasional tersebut adalah Infrastruktur.

Infrastruktur diprioritaskan dalam penganggaran belanja modal, setelah

dikurangi belanja pegawai pada kelompok belanja tidak langsung dan

belanja wajib lainnya sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun

2010 tentang RPJMN Tahun 2010-2014.

Penelitian mengenai belanja modal ini menarik untuk dilakukan karena

belanja modal diprioritaskan dalam pembangunan nasional tahun 2010

sampai dengan 2014. Faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi

belanja modal juga menjadi hal yang menarik dibahas mengingat belanja

modal merupakan belanja pembangunan infrastruktur yang memicu

langsung peningkatan perekonomian penduduknya. Rencana

pembangunan nasional ini didukung dengan adanya Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sesuai Peraturan

Presiden Nomor 5 Tahun 2010. Upaya pencapaian sasaran prioritas

pembangunan nasional dengan daerah tentunya perlu sinkronisasi capaian

sasaran dan target kinerja antara program dan kegiatan dengan menyusun

rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon

Anggaran Sementara (PPAS) dengan berpedoman pada Rencana Kerja

Page 6: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

6

Pemerintah Daerah (RKPD). Sinkronisasi ini tertuang dalam rancangan

APBD.

Faktor-faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Kemandirian

Daerah, Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk. Alasan yang

mendasari pengambilan variabel-variabel ini adalah terkait dengan

kemandirian daerah berhubungan erat dengan proporsi PAD maksimal

10% dari total pendapatan daerah, kontribusinya dalam anggaran cukup

besar (Abdullah dan Asmara dalam Abdullah dan Halim, 2006). Nanga

dalam Harianto dan Adi (2007) mengindikasikan terjadinya ketimpangan

fiskal antar daerah dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi

daerah. Terjadinya ketimpangan fiskal antar daerah ini memunculkan

tuntutan yang semakin kuat untuk mengubah struktur belanja ke belanja

modal, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal

rendah (Halim dalam Adi, 2007). Selain itu rasio belanja modal terhadap

jumlah penduduk ini menurut Dirjen Perimbangan Keuangan dalam

Deskripsi dan Analisis APBD 2012, rasio tersebut menunjukkan

kecenderungan pola belanja daerah, apakah suatu daerah cenderung

mengalokasikan dananya untuk belanja yang terkait erat dengan upaya

peningkatan ekonomi, seperti belanja modal.

Kemandirian daerah menunjukkan seberapa besar ketergantungan

pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dalam membiayai

pembangunan (Sukanto Reksohadiprojo, 1999).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang

menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun

tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2007).

Perkembangan tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan

PDRB pada suatu tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Page 7: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

7

Penduduk menurut Badan Pusat Statistik adalah mereka yang sudah

menetap di suatu wilayah paling sedikit enam bulan atau kurang dari enam

bulan tetapi bermaksud untuk menetap.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitan yang dilakukan oleh

Yonia Ivana (2009). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak

pada variabel independen yang peneliti gunakan memasukkan variabel non

keuangan yaitu Jumlah Penduduk dan variabel keuangan yaitu

kemandirian daerah. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel

independen yaitu DAU, PAD dan Pertumbuhan Ekonomi. Waktu yang

diambil memiliki rentan waktu lebih lama yaitu lima tahun dari tahun

2007-2011 yang sebelumnya tiga tahun. Objek penelitian sebelumnya

menjadikan Provinsi Lampung baik kabupaten dan kota, penelitian ini

memilih wilayah penelitian lebih luas dibanding penelitian sebelumnya,

yaitu Pulau Sumatera baik kabupaten maupun kota.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengetahui bagaimana

“Pengaruh Kemandirian Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, dan

Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah.”

Page 8: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

8

II. LANDASAN TEORI

II.1. Belanja Modal

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Pasal 53,

belanja modal adalah belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang

dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan asset

tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas)

bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam

bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan

jaringan, dan aset tetap lainnya.

Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud

sebagaimana dimaksud di atas, dianggarkan dalam belanja modal hanya

sebesar harga beli/bangun aset. Belanja honorarium panitia pengadaan dan

administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang

dianggarkan pada belanja modal, dianggarkan pada belanja pegawai

dan/atau belanja barang dan jasa.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010,

klasifikasi aset tetap dalam neraca adalah sebagai berikut:

1) tanah

2) peralatan dan mesin

3) gedung dan bangunan

4) jalan, irigasi dan jaringan

5) aset tetap lainnya

6) konstruksi dalam pengerjaan.

Page 9: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

9

II.2. Kemandirian Daerah

Kemandirian Fiskal daerah merupakan salah satu aspek yang sangat

penting dari otonomi daerah secara keseluruhan. Menurut Mardiasmo

(1999) disebutkan bahwa manfaat adanya kemandirian fiskal adalah:

1. mendorong peningkatan partisipasi prakarsa dan kreativitas

masyarakat dalam pembangunan serta akan mendorong pemerataan

hasil-hasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan

memanfaatkan sumber daya serta potensi yang tersedia di daerah,

2. memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran

penghambilan keputusan publik ketingkat pemerintahan yang lebih

rendah yang memiliki informasi lebih lengkap.

Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber

keuangan yang digali dari dalam wilayah yang bersangkutan. Sumber-

sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

1. sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, pajak daerah,

yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat,

2. menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, retribusi daerah, yang

selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan,

3. hasil perusahaan milik daerah, merupakan hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis penerimaan yang termasuk

hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan antara lain

bagian laba, deviden dan penjualan saham milik daerah,

4. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain hasil penjualan

aset negara dan jasa giro.

Page 10: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

10

Menurut Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, jenis pajak dibagi menjadi:

1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan; dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.21 tahun 2011 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kelompok pendapatan dana

perimbangan/transfer dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:

a. dana bagi hasil (pajak dan bukan pajak;

b. dana alokasi umum; dan

c. dana alokasi khusus.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, penerimaan pinjaman daerah

digunakan untuk menganggarkan penerimaan pinjaman daerah termasuk

Page 11: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

11

penerimaan atas penerbitan obligasi daerah yang akan direalisasikan pada

tahun anggaran berkenaan.

II.3. Pertumbuhan Ekonomi

Tambunan (2006) mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi

kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.

Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya

kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka

dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.

Selain dari sisi permintaan (konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan

penduduk juga membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber

pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan

kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari

penambahan pendapatan tersebut (cateris paribus), yang selanjutnya akan

menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan

kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kesempatan kerja itu

sendiri hanya bisa dicapai dengan peningkatan output agregat (barang dan

jasa) atau PDB yang terus-menerus. Dalam pemahaman ekonomi makro,

pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB, yang berarti peningkatan

Pendapatan Nasional.

II.4. Jumlah Penduduk

Penduduk menurut Badan Pusat Statistik adalah mereka yang sudah

menetap disuatu wilayah paling sedikit enam bulan atau kurang dari enam

bulan tetapi bermaksud untuk menetap.

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi

dua:

a. orang yang tinggal di daerah tersebut,

b. orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut, dengan

kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di daerah

Page 12: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

12

itu. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah

lain.

II.5. Model Penelitian

Model penelitian ini disusun berdasarkan variabel-variabel penelitian,

yaitu:

Gambar 1. Model Penelitian

II.6. Pengembangan Hipotesis

II.6.1. Kemandirian Daerah dan Belanja Modal

Kemandirian dihitung melalui rasio kemandirian daerah dengan cara

membandingkan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dibagi dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan

provinsi serta pinjaman daerah. Semakin tinggi angka rasio ini

menunjukkan semakin tinggi kemandirian keuangan daerahnya (Mahmudi,

2011). Hal ini menunjukkan keterkaitan erat antara Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dengan kemandirian daerah. Berdasarkan penelitian

sebelumnya yang menguji tentang adanya keterkaitan atau hubungan

antara Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal yang dilakukan oleh

Priyo Hari Adi (2007).

Berdasarkan penjelasan tersebut dibentuklah hipotesis:

H1: Kemandirian daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal.

II.6.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal

Kemandirian daerah

Pertumbuhan ekonomi

Jumlah Penduduk

Belanja Modal

Page 13: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

13

Kajian empiris tentang pertumbuhan ekonomi oleh Lin dan Liu dalam

Darwanto dan Yustikasari (2007) menunjukkan desentralisasi memberikan

dampak yang sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Nanga

dalam Harianto dan Adi (2007) mengindikasikan terjadinya ketimpangan

fiskal antar daerah dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi

daerah. Ketimpangan fiskal antar daerah ini memunculkan tuntutan yang

semakin kuat untuk mengubah struktur belanja ke belanja modal,

khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah

(Halim dalam Adi, 2007).

Berdasarkan penjelasan tersebut dibentuklah hipotesis:

H2: Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap belanja

modal.

II.6.3. Jumlah Penduduk dan Belanja Modal

Menurut Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah, dalam

evaluasi dana desentralisasi dan perekonomian daerah;

“Rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk merupakan Rasio

Belanja Modal per kapita menunjukkan seberapa besar belanja

yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur

daerah per penduduk. Rasio Belanja Modal per kapita memiliki

hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi karena Belanja

Modal merupakan salah satu jenis belanja pemerintah yang

menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Rasio ini bermanfaat

untuk menunjukkan perhatian pemerintah dalam meningkatkan

perekonomian penduduknya dari pembangunan infrastruktur yang

dikeluarkan”.

Hasil penelitian tesis Akbar (2011) membuktikan bahwa secara simultan

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan

Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah

kabupaten/kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 74,10%.

Page 14: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

14

Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan

Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.

Berdasarkan penjelasan tersebut dibentuklah hipotesis:

H3: Jumlah Penduduk berpengaruh positif terhadap belanja modal.

Page 15: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

15

III. METODE PENELITIAN

III.1. Sampel dan Data Penelitian

Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh kabupaten dan kota di Pulau

Sumatera. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan metode

purposive judgement sampling yaitu penentuan sampel secara tidak acak

yang informasinya diperolah dengan menggunakan pertimbangan tertentu

(Indriantoro dan Supomo, 2002).

Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. kabupaten dan kota yang menerbitkan laporan keuangan secara

berturut-turut pada tahun 2007-2011 melalui situs Dirjen Perimbangan

Keuangan,

b. kabupaten dan kota yang memuat secara lengkap data-data variabel

independen dalam penelitian ini.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan sumber dari penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain). Data dalam penelitian ini adalah data realisasi anggaran dan belanja

daerah (APBD) kabupaten dan kota di Pulau Sumatera tahun 2007-2011

yang diperoleh dari wesite Dirjen Perimbangan Keuangan

(www.djpk.depkeu.go.id). Selain itu, data jumlah penduduk dan PDRB

diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).

III.2. Operasional Variabel Penelitian

A. Variabel Dependen

Page 16: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

16

Variabel dependen atau juga dikenal variabel terikat adalah variabel

yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah belanja modal. Menurut Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Pasal 53, adalah belanja yang

digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk

digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,

dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan

aset tetap berwujud sebagaimana dimaksud di atas, dianggarkan dalam

belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset. Belanja

honorarium panitia pengadaan dan administrasi

pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang

dianggarkan pada belanja modal, dianggarkan pada belanja pegawai

dan/atau belanja barang dan jasa.

B. Variabel Independen

Variabel independen atau juga dikenal variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi variabel terikat. variabel independen dalam

penelitian ini adalah:

1. Kemandirian Daerah

Menurut Halim (2002), gambaran citra kemandirian dalam

berotonomi dapat diketahui melalui berapa besar kemampuan

sumber daya keuangan untuk daerah tersebut, agar mampu

membangun daerahnya di samping mampu pula untuk bersaing

secara sehat dengan provinsi lainnya dalam mencapai otonomi

sesungguhnya. Upaya nyata dalam mengukur tingkat kemandirian

yaitu dengan membandingkan besarnya realisasi PAD dengan

pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan provinsi serta

pinjaman dikali 100% (Mahmudi, 2011).

Rumus:

Page 17: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

17

Tingkat Kemandirian ¿Pendapatan Asli Daerah(PAD )PendapatanTransfer+Pinjaman

x 100 %

2. Pertumbuhan Ekonomi

Indikator pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan

ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan

struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan

pergeserannya yang didasarkan pada PDRB atas dasar harga

berlaku. Di samping itu PDRB menunjukkan laju pertumbuhan

ekonomi baik secara total maupun per sektor dengan

membandingkan PDRB tahun berjalan terhadap tahun

sebelumnya menggunakan atas dasar harga tetap tahun 2000.

(www.bps.go.id)

Rumus:

Pertumbuhan Ekonomi=PDRB t−PDRB t−1

PDRBt−1x100 %

Keterangan:

PDRBt = PDRB tahun tertentu

PDRBt-1 = PDRB tahun sebelumnya

3. Jumlah Penduduk

Penduduk menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah mereka

yang sudah menetap di suatu wilayah paling sedikit enam bulan

atau kurang dari enam bulan tetapi bermaksud untuk menetap.

Rasio belanja modal terhadap jumlah penduduk merupakan Rasio

Belanja Modal per kapita menunjukkan seberapa besar belanja

yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur

daerah per penduduk.

Page 18: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

18

III.3. Alat Analisis

III.3.1.Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian ini bertujuan agar asumsi-asumsi yang mendasari model linear

dapat dipenuhi dan penelitian tidak menjadi bias. Pengujian ini dilakukan

sebelum suatu model regresi linear digunakan. Pengujian asumsi klasik

yang dilakukan adalah:

a. Uji Normalitas.

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah variabel bebas/variabel terikat

kedua-duanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas

data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov satu

arah.

b. Uji Multikolinieritas.

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent).

c. Uji Autokorelasi.

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah terjadi korelasi (hubungan)

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi dalam

konsep regresi linier berarti komponen error berkorelasi berdasarkan

waktu (pada data time series) atau urutan ruang (pada data cross

sectional). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam

model regresi, digunakan uji Durbin Watson.

Page 19: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

19

Tabel 1. Tabel Uji Durbin Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi (+) Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi (+) No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi (-) Tolak 4-dl < d < 4

Tidak ada autokorelasi (-) No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl

Tidak ada autokorelasi (+) (-) Tidak Tolak du < d < 4-du

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi masih

terjadi ketidaksamaan variance dari suatu residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika variance dari suatu residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas.

III.3.2.Uji Regresi Linear Berganda

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi

berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh seberapa

variabel independen terhadap variabel dependen (Sekaran, 1992).

Persamaan regresi adalah :

Y = α + ß1KD + ß2PE + ß3JP + e

dimana :

Y : Belanja Modal (BM)

α : Konstanta

β1, β2, β3 : Slope atau koefisien regresi

KD : Kemandirian Daerah

PE : Pertumbuhan Ekonomi

Page 20: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

20

JP : Jumlah penduduk

e : error

III.3.3.Uji Hipotesis

Secara statistik, ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai

aktual dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan

nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik

apabila nilai uji statistik nya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho

ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya

berada dalam daerah dimana Ho diterima.

1. Uji Koefisien Determinasi.

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

2. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t).

Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial bertujuan untuk

mengetahui pengaruh dari signifikasi dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap

koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji-t

pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat kesalahan analisis (α) 5%.

Apabila sig > 0,05, maka Ha ditolak, dan sebaliknya jika sig < 0,05,

maka Ha diterima.

3. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F).

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang

digunakan, sehingga nilai koefisien regresi secara bersama-sama dapat

Page 21: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

21

diketahui. Tujuan uji F adalah untuk mengetahui pengaruh bersama-

sama variabel independen terhadap variabel dependen. Jika p-value

lebih kecil dari level of significant yang ditentukan maka uji F

menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Page 22: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Sampel Penelitian

Berdasarkan pengambilan sampel secara purposive judgement sampling

dengan kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel penelitian ini

yaitu:

a. kabupaten dan kota yang menerbitkan laporan keuangan secara

berturut-turut pada tahun 2007-2011 melalui situs Dirjen Perimbangan

Keuangan,

b. kabupaten dan kota yang memuat secara lengkap data-data variabel

independen dalam penelitian ini,

maka diperoleh 45 kabupaten dan kota sebagai sample penelitian.

IV.2. Statistik Deskriptif

Variabel Kemandirian Daerah memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar

0.00 atau 0,00% yang terjadi di Kabupaten Mandailing Natal, Asahan,

Pakpak Bharat tahun 2007 dan nilai terbesar (maksimum) sebesar 40.64

atau sebesar 40,64% terjadi pada Kota Medan tahun 2010.

Variabel Pertumbuhan Ekonomi mempunyai nilai terkecil (minimum)

yaitu -81.32 atau sebesar -81,32% terjadi pada tahun 2010 di Kabupaten

Nias. Sedangkan Pertumbuhan Ekonomi terbesar (maksimum) yaitu pada

tahun 2007 di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 35.31 atau

sebesar 35,31%. Nilai rata-rata Variabel Pertumbuhan Ekonomi pada

periode 2007-2011 adalah 10,24%.

Page 23: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

23

Variabel Jumlah Penduduk paling sedikit (minimum) yaitu 38.726,00

terjadi pada tahun 2007 di Kabupaten Pakpak Bharat. Sedangkan Jumlah

Penduduk terbanyak (maksimum) yaitu 2.1206 atau sebesar 2.115.338

jiwa pada tahun 2011 di Kota Medan.

Variabel Belanja modal memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 5.8109

atau sebesar Rp 5.805.174.406,00 pada Kota Padang Sidimpuan tahun

2009 dan nilai terbesar (maksimum) sebesar 6.82011 atau sebesar Rp

681.884.000.000 pada Kota Medan tahun 2011.

IV.3. Uji Asumsi Klasik

IV.3.1.Uji Normalitas

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa model regresi memiliki pola

distribusi normal. Hal ini sesuai dengan titik-titik pada gambar normal plot

yang terlihat mengikuti arah garis diagonal dan penyebarannya mendekat

di sekitar garis diagonal. Begitu juga berdasarkan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai sebesar 1,069 dengan

probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardized Residual sebesar 0,203

lebih besar dari signifikansi 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai

residual data penelitian terdistribusi secara normal.

IV.3.2.Uji Multikolinearitas

Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel

independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti

tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%.

Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan

hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF

lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas

antar variabel independen dalam model regresi.

IV.3.3.Uji Autokorelasi

Page 24: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

24

Dari hasil pengujian Autokorelasi, dapat dinyatakan hasil uji autokorelasi

dengan nilai Durbin-Watson sebesar 1,894 dimana nilai d berada di atas dU

=1,799 dan di bawah 4- dU =2,201. Hal ini berarti hasil pengujian

menghasilkan kesimpulan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

IV.3.4.Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar scatterplot di atas tampak bahwa titik-titik menyebar secara

acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi.

IV.3.5. Goodness of Fit Test

Besarnya adjusted R2 adalah 0,190 hal ini berarti 19% variasi Belanja

Modal dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen yang terdiri dari

Kemandirian Daerah, Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk.

Sedangkan 81% dijelaskan sebab-sebab lain di luar model.

IV.4. Uji Statistik F

Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung (1.034) lebih kecil

daripada F tabel (2.66) yang berarti model regresi adalah dalam bentuk

linear. Sedangkan signifikansi 0,000 berarti probabilitas lebih kecil dari

0,05 maka model regresi pada penelitian ini layak digunakan dan dapat

digunakan untuk menjelaskan Belanja Modal. Dari F test ini juga dapat

dikatakan bahwa variabel Kemandirian Daerah, Pertumbuhan Ekonomi

dan Jumlah Penduduk secara bersama-sama berpengaruh terhadap Belanja

Modal.

Dengan demikian model yang digunakan dalam penelitian ini dapat

digunakan untuk menjelaskan perilaku Belanja Modal dalam Realisasi

APBD pemerintah daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Sumatera.

Pengolahan data menggunakan bantuan program SPSS (Statistical

Package for Social Science) for windows release 16.0.

Page 25: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

25

IV.5. Uji Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil uji dari ke tiga variabel independen yang dimasukkan ke

dalam model regresi yaitu kemandirian daerah dan Jumlah Penduduk

menunjukkan hasil signifikansi masing-masing 0,00 dan 0,027. Sedangkan

Pertumbuhan Ekonomi tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

Pada variabel kemandirian daerah dan jumlah penduduk, angka beta 0,397

dan 0,138 menunjukkan bahwa setiap penambahan 10% kemandirian

daerah akan menambah Rp 397 belanja modal, dan peningkatan jumlah

penduduk sebesar 1000 jiwa akan meningkatkan jumlah belanja modal Rp

138. Sedangkan nilai B2 (0,397x0,397)= 0,157 dan (0,138x0,138)= 0,019

menunjukkan besarnya pengaruh kemandirian daerah dan jumlah

penduduk terhadap belanja modal. Hal ini berarti sebesar 15,7% belanja

modal dapat dijelaskan oleh variabel kemandirian daerah, dan 1,9%

belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel jumlah penduduk, sedangkan

sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

Dari tabel di atas dapat dibentuk suatu persamaan regresi berganda yaitu :

BM = 15,111 + 0,397KD + 0,028PE + 0,138JP

Keterangan :

BM : Belanja Modal

KD : Kemandirian Daerah

PE : Pertumbuhan Ekonomi

JP : Jumlah Penduduk

IV.6. Pengujian Hipotesis

IV.6.1.Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama (H1) yang diuji dalam penelitian ini adalah

”Kemandirian Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal”.

Pengujian hipotesis dilakukan secara individual bertujuan untuk

Page 26: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

26

mengetahui pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen.

Pada Tabel 10 di atas tampak bahwa hasil pengujian regresi menunjukkan

nilai signifikansi sebesar 0,000 menyatakan bahwa pengaruh Kemandirian

Daerah terhadap Belanja Modal adalah signifikan (di bawah 0,05) maka

H1 didukung.

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Priyo Hari Adi

(2007) menguji adanya keterkaitan antara Pendapatan Asli Daerah dengan

Belanja Modal. Oleh karena itu setelah mengetahui bahwa Pendapatan

Asli Daerah (PAD) berhubungan dengan Belanja Modal, serta besar PAD

terkait dengan tingkat Kemandirian Daerah, selanjutnya peneliti menguji

pengaruh Kemandirian Daerah terhadap Belanja Modal. Hasil penemuan

dalam penelitian ini menunjukkan Kemandirian daerah berpengaruh

signifikan terhadap Belanja Modal.

Hasil penemuan yang positif signifikan ini berarti tingkat kemandirian

daerah mempengaruhi besarnya realisasi belanja modal pemerintah daerah.

Semakin tinggi tingkat kemandirian daerah maka semakin tinggi pula

realisasi belanja modal. Rasio kemandirian diperoleh dengan

membandingkan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dibagi dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan

provinsi serta pinjaman daerah. Dalam realisasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD), Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah

satu komponen total pendapatan daerah, belanja modal merupakan salah

satu komponen belanja daerah. Jadi besarnya belanja daerah dipengaruhi

oleh besarnya total pendapatan daerah, meskipun proporsi PAD dalam

total pendapatan daerah masih di bawah 10%.

Hasil penemuan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh Kemandirian

Daerah terhadap Belanja Modal ternyata sejalan dengan penelitian Priyo

Page 27: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

27

Hari Adi (2007) yang menguji adanya keterkaitan antara Pendapatan Asli

Daerah dengan Belanja Modal.

IV.6.2.Pengujian Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua (H2) yang diuji dalam penelitian ini adalah ”Pertumbuhan

Ekonomi berpengaruh positif terhadap Belanja Modal”. Pengujian

hipotesis dilakukan secara individual bertujuan untuk mengetahui

pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen.

Pada Tabel 10 di atas tampak bahwa hasil pengujian regresi menunjukkan

nilai signifikansi sebesar 0,802 menyatakan bahwa pengaruh Pertumbuhan

Ekonomi terhadap Belanja Modal adalah tidak signifikan (di atas 0,05),

maka H2 tidak didukung.

Salah satu kegunaan PDRB adalah untuk menentukan tingkat pertumbuhan

ekonomi yang dicapai suatu daerah dari tahun ke tahun. Dengan

mengamati tingkat pertumbuhan PDB yang tercapai dari tahun ke tahun

dapat dinilai prestasi dan kesuksesan negara mengendalikan kegiatan

ekonominya dalam jangka pendek dan usaha peningkatan jangka panjang.

Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya, pertumbuhan ekonomi

berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku

disuatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri,

perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan

produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal (Sukirno,

2007). Perkembangan infrastruktur dan jumlah sekolah dibiayai oleh

belanja modal. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi diduga oleh

peneliti mempengaruhi realisasi anggaran salah satunya realisasi belanja

modal.

Namun hasil penelitian ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi tidak

berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini terjadi karena

Page 28: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

28

pertumbuhan ekonomi dihitung dari Produk Domestik Bruto (PDB),

sedangkan PDB didapat berdasarkan nilai barang dan jasa dalam suatu

negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara

tersebut dan negara asing. Barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh

perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara

lain (Sukirno, 2007). Produk Domestik Bruto (PDB) diwilayah dinamakan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Adanya faktor-faktor produksi

yang berasal dari luar negeri inilah yang menyebabkan Pertumbuhan

Ekonomi tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.

Penemuan tentang tidak adanya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap

belanja modal ini sama dengan penelitian sebelumnya yang meneliti

tentang pengaruh PDRB terhadap belanja modal (Yonia Ivana, 2009),

yaitu PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal.

IV.6.3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga (H3) yang diuji dalam penelitian ini adalah ”Jumlah

Penduduk berpengaruh positif terhadap Belanja Modal”. Pengujian

hipotesis dilakukan secara individual bertujuan untuk mengetahui

pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen.

Pada Tabel 10 di atas tampak bahwa hasil pengujian regresi menunjukkan

nilai signifikansi sebesar 0,027 menyatakan bahwa pengaruh Jumlah

Penduduk terhadap Belanja Modal adalah signifikan (di bawah 0,05) maka

H3 didukung.

Hal ini terjadi karena jumlah penduduk mempengaruhi seberapa besar

belanja yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur

daerah, menurut tim Subdirektorat Evaluasi Dana Desentralisasi dan

Perekonomian Daerah dalam APBD tahun 2012, yang ada dalam evaluasi

dana desentralisasi dan perekonomian daerah yaitu perhitungan rasio

Page 29: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

29

belanja modal per jumlah penduduk. Rasio ini bermanfaat untuk

menunjukkan perhatian pemerintah dalam meningkatkan perekonomian

penduduknya dari pembangunan infrastruktur yang dikeluarkan. Semakin

bertambahnya jumlah penduduk maka semakin banyak pula infrastruktur

yang diperlukan. Jadi bertambahnya jumlah penduduk akan menambah

pula jumlah realisasi belanja modal.

Penemuan ini mendukung penelitan Akbar (2011) bahwa Jumlah

Penduduk berpengaruh terhadap belanja daerah. Dalam penelitian ini

jumlah penduduk berpengaruh terhadap belanja modal, salah satu

komponen belanja daerah.

Page 30: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

30

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data yang dikemukakan pada bab

sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Kemandirian daerah berpengaruh positif signifikan sebesar 15,7%

terhadap belanja modal pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau

Sumatera pada tahun 2007-2011.

Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja

modal pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau Sumatera pada

tahun 2007-2011.

Jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan sebesar 1,9% terhadap

belanja modal pemerintah daerah kabupaten dan kota di Pulau Sumatera

pada tahun 2007-2011.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya masih memiliki beberapa keterbatasan.

Keterbatasan ini diharapkan dapat dijadikan penyempurnaan untuk

penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain:

Penelitian ini mengambil sampel kabupaten dan kota yang telah lama ada

tanpa memperhatikan apakah mengalami pemekaran selama periode

pengamatan.

Pengambilan sampel penelitian yang tidak merata mewakili tiap-tiap

provinsi di Pulau Sumatera.

Page 31: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

31

5.3. Saran

Untuk keperluan penelitian dimasa mendatang agar diperoleh hasil yang

lebih baik dan akurat, perlu diperhatikan saran-saran sebagai berikut:

Penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan kabupaten dan kota yang

mengalami pemekaran selama periode pengamatan. Berikut daerah

otonomi baru selama periode pengamatan pada provinsi yang kabupaten

dan kotanya menjadi sampel, antara lain; Kab.Padang Lawas 2007,

Kab.Padang Lawas Utara 2007, Kab.Batu Bara 2007, Kab.Labuhan Batu

Selatan 2008, Kab.Labuhan Batu Utara 2008, Kab.Nias Utara 2008,

Kab.Nias Barat 2008, Kota Gunungsitoli 2008, Kota Sungai Penuh 2008,

Kab.Pesawaran 2007, Kab.Pringsewu 2008, Kab.Mesuji 2008, dan

Kab.Tulang Bawang Barat 2008.

Penelitian selanjutnya agar mencari dan mengembangkan variabel-variabel

lain selain dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain diluar model regresi

yang mempengaruhi belanja modal adalah Dana Alokasi Umum (DAU),

Dana Alokasi Khusus (DAK), dan komponen lain dari pendapatan daerah.

Penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan pemungutan sampel

penelitian, tidak random tetapi diambil beberapa kabupaten dan kota

merata mewakili masing-masing provinsi di Pulau Sumatera.

Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel lain selain Pulau

Sumatera.

Page 32: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

32

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Halim. 2002 . Akuntansi Keuangan Daerah .Jakarta. Salemba Empat.

Akbar, Ali MHD. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Daerah pada Pemda di Sumatera Utara. Tesis. Medan. Universitas Sumatera Utara.

Darwanto & Yulia Yustikasari.2007.Pengaruh Pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.Makassar. Jurnal Akuntansi. SNA X.

Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan.2012. Deskripsi dan analisis APBD 2012.

Dwirandra. 2007. Efektivitas dan Kemandirian Keuangan Daerah Otonom (Kabupaten/Kota di Propinsi Bali Tahun 2002-2006). Skripsi. Bali. FE Udayana.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul & Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan masalah keagenan di pemerintahan daerah: sebuah peluang penelitian anggaran dan akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah.

Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal, dan Pendapatan Perkapita.Jurnal Akuntansi. SNA X.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2002.Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta.BP-FE Yogyakarta.

Ivana, Yonia. 2009. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal Pemerintah daerah (Studi empiris pada Provinsi Lampung). Skripsi.Akuntansi-FEB UNILA.

Kuncoro. 2004. Metode Penelitian. Jakarta. Prenhallindo.

Mahmudi, Yogya.2011.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta.UII Press.

Page 33: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08052013-0911031032.docx · Web viewBelanja modal terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

33

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta. Penerbit Andi.

__________.1999. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta. Erlangga.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi pemerintahan.

Radianto, Elia. 1997. Otonomi Keuangan Daerah Tingkat II, Suatu Studi di Maluku. Prisma No.3 Tahun XXVI. Jakarta. LP3ES.

Reksohadiprodjo, Sukanto.1999. Ekonomika Publik (Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah).Yogyakarta.BPFE.

Sekaran, Uma.1992. Research Methods for Business (A Skill Building Approach), Second Edition, John Wiley & Sons, New York.

Sukirno, Sadono.2007. Makro Ekonomi Modern. Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada.

Tambunan, Tulus. 2006. Perekonomian Indonesia sejak Orde Lama hingga Pasca Krisis.Jakarta.Pustaka Quantum Jakarta.

Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

www.djpk.depkeu.go.id

www.bps.go.id