fatwa tarjih

33
SUJUD SYUKUR DAN SUJUD TILAWAH A. Sujud Syukur Sujud syukur ialah sujud yang dilakukan oleh seseorang ketika ia diberitahu atau memperoleh sesuatu yang menggemberikan hatinya, atau ia merasa telah memperoleh nikmat yang besar dari Allah SWT. Sujud syukur dilakukan sebagai reaksi spontan dari seseorang atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya, lalu ia bersujud kepada Allah sebagai tanda bahwa ia tunduk dan patuh kepada-Nya dan mensyukuri atas nikmat serta kegembiraan yang telah dianugerahkan-Nya. Dasar hukum sujud syukur ialah beberapa hadits berikut ini :

Upload: aliefiah-az

Post on 16-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Fatwa Tarjih

SUJUD SYUKUR DAN SUJUD TILAWAH

A. Sujud Syukur

Sujud syukur ialah sujud yang dilakukan

oleh seseorang ketika ia diberitahu atau

memperoleh sesuatu yang menggemberikan

hatinya, atau ia merasa telah memperoleh nikmat

yang besar dari Allah SWT. Sujud syukur dilakukan

sebagai reaksi spontan dari seseorang atas nikmat

yang diberikan Allah kepadanya, lalu ia bersujud

kepada Allah sebagai tanda bahwa ia tunduk dan

patuh kepada-Nya dan mensyukuri atas nikmat

serta kegembiraan yang telah dianugerahkan-Nya.

Dasar hukum sujud syukur ialah beberapa hadits

berikut ini:

"ذ ا إ ك ان ل)م و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى "ي) )ب الن أ ن) -ه0 ع ن الله0 ض"ي ر ة -ر ب ك "ي بأ ع ن-

.] [ . النسائى إال الخمسة رواه اج"دGا لله" س خ ر) ه0 Kر ي س0 م-ر أ ج اء ه0

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Bakrah ra.,

bahwasanya Nabi saw apabila datang sesuatu yang

menggemberikan kepadanya ia tunduk dalam

keadaan bersujud kepada Allah.” [HR. lima Imam

Hadits kecuali an-Nasaa’i]

)م ل و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى "ي) )ب الن أ ن) -ه0 ع ن الله0 ض"ي ر Zع از"ب -ن" ب اء" -لب ر) ا ع ن-

- - ال م"ه"م- "س- "إ ب "ي ع ل ف ك ت ب ق ال -ث0 -ح د"ي ال ف ذ ك ر -ي م ن" ال "ل ى إ iا "ي ع ل ب ع ث

Page 2: Fatwa Tarjih

. "ك ذ ل ع ل ى ت ع ال ى ا لله" Gر- ك ش0 اج"دGا س خ ر) -ك"ت اب ال الله" و-ل0 س0 ر أ ق ر ف ل م)ا

.] البخاري] في وأصله البيهقي رواه

Artinya: “Diriwayatkan dari Al-Baraa’ bin ‘Azib ra.,

bahwasanya Nabi saw telah mengutus Ali ke

Yaman, - maka tersebut dalam hadits, - ia berkata:

Maka Ali menulis surat (kepada Nabi saw) yang

memberitakan tentang masuk Islamnya penduduk

Yaman. Maka tatkala Rasulullah saw membaca

surat itu, beliau tersungkur dalam keadaan sujud

sebagai tanda syukur kepada Allah atas peristiwa

itu.” [HR. al-Baihaqi dan asalnya dari al-Bukhari].

الله" و-ل0 س0 ر ج د س ق ال -ه0 ع ن الله0 ض"ي ر Zع و-ف -ن" ب ح-م ن" الر) -د" ع ب ع ن-

-ل -ر"ي ب ج" "ن) إ ف ق ال ه0 س - أ ر ف ع ر 0م) ث ج0و-د Kالس ف أ ط ال ل)م و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى

.] [ . الحاكم وصححه أحمد رواه ا Gر- ك ش0 لله" ج د-ت0 ف س "ي ن ر ف ب ش) "ي أ ت ان

Artinya: “Diriwayatkan dari Abdurrahman bin ‘Auf

ra., ia berkata: Rasulullah saw pernah sujud dan

lama sujudnya, kemudian beliau mengangkat

kepalanya, lalu bersabda: Sesungguhnya Malaikat

Jibril telah datang kepadaku (membawa kabar), dan

kabar itu menggemberikan hatiku, karena itu aku

sujud sebagai tanda syukur kepada Allah.” [HR.

Ahmad dan dinyatakan shahih oleh al-Hakim]

Tidak ditemukan tuntunan tentang sujud

syukur itu, kecuali sebagaimana diterangkan

hadits-hadits di atas. Karena itu para ulama

Page 3: Fatwa Tarjih

berbeda pendapat tentang kaifiyat sujud syukur

tersebut. Sebagian ulama mengqiyaskannya

kepada shalat biasa, dengan arti sebelum sujud

syukur itu berwudlu lebih dahulu, kemudian takbir

dengan menghadap ke kiblat, kemudian sujud dan

berdoa dan diakhiri dengan salam (Subulus-Salam,

Jilid 1 hal. 211). Sedang pendapat yang lain

menyatakan bahwa sujud syukur itu dilakukan

tanpa wudlu, tidak perlu menghadap ke kiblat, di

sembarang tempat, dilakukan sekali saja, tanpa

takbir dan salam, serta dilakukan di luar shalat.

Pendapat yang terakhir ini berdasarkan

pemahaman terhadap arti zhahir dari hadits-hadits

di atas. Pada waktu sujud dibaca doa dan tasbih,

berdasarkan hadits:

)م ل و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى الله" و-ل س0 ر أ ن) -ه0 ع ن الله0 ض"ي ر ة -ر ي ه0ر "ي بأ ع ن-

[ . رواه الدKع اء و-ا "ر0 -ث كف أ اج"دGا س و ه0و �ه" ب ر م"ن- -د0 -ع ب ال 0و-ن "ك م ال ب0 أ ق-ر ق ال

مسلم[.

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.,

bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Paling

dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya ialah

pada waktu ia sedang sujud, oleh karena itu

perbanyaklah doa.” [HR. Muslim]

Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran

Islam mengikuti pendapat yang kedua, dengan arti

Page 4: Fatwa Tarjih

bahwa sujud syukur itu dilakukan tanpa wudlu,

tidak dalam shalat,tanpa takbir dan salam serta

langsung bersujud ketika mendengar atau

memperoleh sesuatu yang menggembirakan,

dengan mengucapkan tasbih, tahmid, dan doa.

B. Sujud Tilawah

Sujud tilawah ialah sujud yang dilakukan

oleh seorang muslim pada waktu membaca atau

mendengar bacaan ayat-ayat sajdah yang

dilakukan baik dalam keadaan sedang

melaksanakan shalat maupun di luar shalat,

berdasarkan beberapa hadits berikut:

-ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى Kي" )ب الن أ ن) ق ال ق ال -ه0 ع ن الله0 ض"ي ر ة -ر ي ه0ر "ي بأ ع ن-

-ل ه0 و ي ي ا ي ق0و-ل0 -ك"ي ي ب -ط ان0 ي الش) ل "ع-ت ز ا ج-د ة الس) آد م -ن0 اب أ ق ر "ذ ا إ )م ل و س

-ت0 ف ع ص ي ج0و-د" Kالس" ب ت0 0م"ر- و أ )ة0 -لج ن ا ف ل ه0 ج د ف س ج0و-د" Kالس" ب آد م -ن0 اب 0م"ر أ

.] [ . ماجه وابن ومسلم أحمد رواه )ار0 الن ف ل"ي

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia

berkata: Rasulullah saw bersabda: Apabila

seseorang membaca ayat sajdah lalu ia sujud,

maka menyingkirlah syaithan dengan menangis

berkata: Sungguh celaka, manusia diperintah sujud

lalu ia sujud, maka baginya surga. Sedangkan aku

diperintah sujud tetapi aku membangkang, maka

Page 5: Fatwa Tarjih

bagiku neraka.” [HR. Ahmad, Muslim, dan Ibnu

Majah]

)م ل و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى الله" و-ل0 س0 ر أ ق ر )م ا ب ر0 ق ال )ه0 ن

أ ع0م ر -ن" اب ع ن-

ي ج"د0 م ا )ى ح ت -د ه0 ع"ن د ح م-ن ا از- )ى ح ت "ن ا ب ج0د0 ف ي س- ج-د ة" "الس) ب Kف ي م0ر آن -ق0ر- ال

] [ . مسلم رواه Zص ال ة -ر" غ ي ف"ي -ه" ف"ي ج0د "ي س- ل Gا م ك ان أ ح د0ن ا

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., ia

berkata: Pernah Nabi saw membaca al-Qur’an lalu

bertemu dengan ayat sajdah, kami bersama-sama

beliau sujud, sehingga kami berdesak-desakan di

sekitarnya, sehingga di antara kami ada yang tidak

mendapatkan tempat sujud. Hal ini bukan di dalam

shalat.” [HR. Muslim]

Hukum sujud tilawah adalah sunat, berdasarkan

hadits:

ف ق د- ج د س ف م ن- ج0و-د" Kالس" ب 0ؤ-م ر- ن ل م- )ا "ن إ )اس0 الن Kه ا يأ ق ال ع0م ر -ن" اب ع ن-

.] [ . البخاري رواه -ه" ع ل ي -م "ث إ ف ال ج0د- ي س- ل م- و م ن- ص اب أ

Artinya: “Diriwayatkan dari Umar ra., ia berkata:

Hai sekalian manusia, kita tidak diperintah untuk

bersujud, barangsiapa yang bersujud ia mendapat

pahala, dan barangsiapa yang tidak bersujud ia

tidak berdosa.” [HR. al-Bukhari]

Jika sujud tilawah dalam shalat, tergantung kepada

imam pada saat membaca ayat sajdah. Jika imam

Page 6: Fatwa Tarjih

sujud makmum pun sujud, jika imam tidak sujud

makmum pun tidak sujud, berdasarkan hadits:

)م ل و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى "ي� )ب الن -د ع"ن أ ق ر غ0ال مGا "ن) إ ق ال Z ل م س-أ -ن" ب -د" ي ز ع ن-

و-ل س0 ر ي ا ق ال ل)م و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى "ي) )ب الن -غ0ال م0 ال -ت ظ ر ف ان ج-د ة الس)

ب ل ى )م ل و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى ق ال ج0و-دGا س0 ج-د ة" الس) ه ذ"ه" ف"ي ل ي-س الله"

.] [ . شيبة أبي ابن رواه ج د-ن ا ل س ج د-ت س و ل و- -ه ا ف"ي "م ام ن ا إ -ت 0ن ك )ك و ل ك"ن

Artinya: “Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam ra.,

sesungguhnya seorang anak membaca ayat sajdah

di samping Nabi saw, ia tunggu Nabi saw sujud, tapi

beliau tidak sujud, anak itu berkata: Ya Rasulullah,

bukankah pada (waktu membaca) ayat sajdah ini

ada sujud? Nabi saw bersabda: Benar, tetapi

engkau menjadi imam kami padanya, dan kalau

engkau sujud kami pun sujud.” [HR. Ibnu Abi

Syaibah].

Sebaiknya membaca takbir sebelum melaksanakan

sujud tilawah, berdasarkan hadits:

"ذ ا ف إ آن -ق0ر- ال -ن ا ع ل ي 0 أ ي ق-ر )م ل و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى Kي" )ب الن ك ان ع0م ر -ن" اب ع ن-

.] [ . داود أبو رواه م ع ه0 ج د-ن ا و س ج د و س )ر ك ب ج-د ة" "الس) ب م ر)

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., ia

berkata: Pernah Nabi saw membacakan al-Qur’an

atas kami. Maka apabila sampai kepada ayat

sajdah beliau bertakbir dan sujud, dan kami pun

sujud bersama beliau.” [HR. Abu Dawud]

Page 7: Fatwa Tarjih

Jika sujud tilawah dilakukan di luar shalat, tidak

perlu berwudlu lebih dahulu dan menukar pakaian

dengan yang bersih, berdasarkan hadits:

.] [ . البخاري رواه Zو0ض0و-ء -ر" غ ي ع ل ى ج0د0 ي س- ع0م ر -ن اب أ ن)

Artinya: “Bahwasanya Ibnu Umar melakukan sujud

tilawah (di luar shalat) tidak berwudlu lebih

dahulu.” [HR. al-Bukhari]

Pada waktu melakukan sujud tilawah dibaca doa:

“Sajada wajhii lil-ladzii khalaqahu wa shawwarahu

wa syaqqa sam‘ahu wa basharahu wa bi haulihi wa

quwwatihi”, berdasarkan hadits:

ج0و-د" س0 ف"ي ي ق0و-ل0 )م ل و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى Kي" )ب الن ك ان ق ال ت- ة "ش ع ائ ع ن-

ه0 و ب ص ر م-ع ه0 س ق) و ش ه0 و ص و)ر ل ق ه0 خ )ذ"ي- "ل ل و ج-ه"ي- ج د س -ل" )ي "الل ب آن" -ق0ر- ال

.] [ . داود أبو رواه "ه" و ق0و)ت "ه" "ح و-ل و ب

Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah ra., ia berkata:

Adalah Nabi saw membaca pada sujud tilawah di

malam hari (yang artinya): Wajahku sujud kepada

Dzat yang menjadikan dan membentuknya, dan

yang memberi pendengaran dan penglihatan

dengan kekuatan dan kekuasaannya.” [HR. Abu

Dawud].

Sekalipun tidak ada dalil yang menerangkan,

namun dari hadits-hadits tersebut di atas dapat

Page 8: Fatwa Tarjih

difahami bahwa sujud tilawah itu dilakukan sekali

saja.

Ada lima belas ayat-ayat sajdah yang terdapat

dalam al-Qur’an, sebagaimana diterangkan oleh

hadits:

أ ق ر ل)م و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى الله" و-ل س0 ر أ ن) ق ال -لع اص" ا -ن" ب و ع م-ر ع ن-

و ف"ي -لم0ف ص)ل" ا ف"ي ث ال ث¡ -ه ا ف"ي آن" -ق0ر- ال ف"ي Gج د ة س ة ر ع ش- خ م-س ف"ي

.] [ . ماجه وابن داود أبو رواه ج د ت ان" س -لح ج� ا

Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Amr bin ‘Ash ra., ia

berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw

mengajarkan lima belas ayat sajdah dalam al-

Qur’an, tiga di antaranya terdapat dalam surat

mufashshal (pendek-pendek) dan dua dalam surat

al-Hajj.” [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah].

Ayat-ayat sajdah yang lima belas itu ialah

sebagai berikut:

1. QS. al-A‘raf (7): 206

2. QS. ar-Ra‘d (13): 15

3. QS. an-Nahl (16): 49

4. QS. al-Israa’ (17): 107

5. QS. Maryam (19): 58

6. QS. al-Hajj (22): 18

7. QS. al-Hajj (22): 77

8. QS. al-Furqan (25): 60

Page 9: Fatwa Tarjih

9. QS. an-Naml (27): 25

10. QS. as-Sajdah (32): 15

11. QS. Shaad (38): 24

12. QS. Fushshilat (41): 37

13. QS. an-Najm (53): 62

14. QS. al-Insyiqaq (84): 21

15. QS. al-‘Alaq (96): 19.

Page 10: Fatwa Tarjih

PENGERTIAN SYIRIK DAN MACAM-MACAMNYA 

Kata ‘syirik’ ( ك¡ ر- ,( ش" berasal dari kata

‘syarika’ ( ر"ك ,yang berarti: berserikat, bersekutu ( ش

bersama atau berkongsi. Arti lughawi (bahasa) ini

mengandung makna bersama-sama antara dua

orang atau lebih dalam satu urusan atau keadaan.

Dalam al-Qur’an, kata syirik dengan

berbagai bentuknya disebutkan 227 kali dengan

makna yang berbeda-beda sesuai dengan

konteksnya, antara lain:

a. Persekutuan dalam pemilikan harta, seperti

disebutkan dalam surat an-Nisa’ (4): 12.

Kل0ث" ... الث ف"ي ك اء0 ر ش0 ف ه0م- ذ ل"ك م"ن- -ث ر كأ 0وا ك ان "ن- ف إ

Artinya: “Jika saudara-saudara seibu itu lebih dari

seorang, maka mereka bersekutu dalam yang

sepertiga itu, …” [QS. an-Nisa (4): 12]

b. Persekutuan dalam merasakan adzab di akhirat,

seperti disebutkan dalam surat az-Zukhruf (43): 39.

0ون ت ر"ك م0ش- -ع ذ اب" ال ف"ي 0م- )ك أ ن 0م- ظ ل م-ت "ذ- إ -ي و-م ال 0م0 -ف ع ك ي ن و ل ن-

Page 11: Fatwa Tarjih

Artinya: “(Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan

memberi manfaat kepadamu di hari itu karena

kamu telah menganiaya (dirimu sendiri).

Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu.”

[QS. az-Zukhruf (43): 39]

c. Persekutuan dalam kekuasaan atau penciptaan

antara Allah dengan berhala-berhala atau makhluk

lain ciptaan Allah, seperti disebutkan dalam surat

Yusuf (12): 106 dan Ali ‘Imran (3): 36.

. 0ون ر"ك م0ش- و ه0م- ( "ال إ "الله" ب ه0م- -ث ر0 كأ 0ؤ-م"ن0 ي و م ا

Artinya: “Dan sebahagian besar dari mereka tidak

beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan

mempersekutukan Allah (dengan sembahan-

sembahan lain).” [QS. Yusuf (12): 106]

Gا ... -ئ ي ش "ه" ب 0وا ر"ك 0ش- ت و ال الله 0د0وا و اع-ب

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun …”

[QS. an-Nisa (4): 36]

Macam ketiga inilah yang dimaksudkan

dengan ‘syirik’ ini, yaitu menyekutukan Allah

dengan selain-Nya yang diharamkan oleh Allah

SWT. Menurut ar-Raghib al-Asfahaniy, syirik terbagi

menjadi dua:

Page 12: Fatwa Tarjih

1. Asy-Syirk al-Akbar ( -ب ر0 ك-أل ا ك0 ر- ,(الش� syirik besar,

yaitu syirik dalam bidang keyakinan, yaitu meyakini

adanya Tuhan selain Allah atau menyekutukan

Allah dengan makhluk ciptaannya dalam hal

ketuhanan.

2. Asy-Syirk al-Ashgar ( ص-غ ر0 -أل ا ك0 ر- ,(الش� syirik kecil,

yaitu menyekutukan Allah dalam tujuan beribadah

atau beramal kebaikan yang tujuannya untuk

memperoleh pujian dari orang lain, padahal tujuan

beribadah dan beramal kebaikan itu seharusnya

hanya untuk mencari keridlaan Allah SWT. (al-

Mausu’ah al-Qur’aniyah: 369)

Kedua macam syirik tersebut hukumnya

haram, dan Allah SWT tidak akan mengampuninya

kecuali dengan bertaubat sebelum meninggal,

sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT:

و م ن- اء0 ي ش "م ن- ل ذ ل"ك د0ون م ا و ي غ-ف"ر0 "ه" ب ك ر 0ش- ي أ ن- ي غ-ف"ر0 ال الله "ن) إ

النسآء، ] ع ظ"يمGا -مGا "ث إ ى اف-ت ر ف ق د" "الله" ب ر"ك- 0ش- [48: 4ي

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan

mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni

segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa

yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang

mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah

berbuat dosa yang besar.” [QS. an-Nisa’ (4): 48]

Page 13: Fatwa Tarjih

Adapun bentuk syirik, tidak terhitung

banyaknya; misalnya meyakini kekuasaan atau

kekuatan ilahiyah (ketuhanan) pada benda-benda

yang dianggap keramat seperti pohon beringin,

keris, akik, akar bahar, binatang, kuburan, batu,

patung dan sebagainya. Mengucapkan perkataan -ل و

(seandainya) apabila mengesampingkan takdir

(kepastian) Allah, juga termasuk bentuk syirik.

Misalnya seseorang berkata: ‘Seandainya ia tidak

naik pesawat, niscaya ia selamat’, karena

berkeyakinan bahwa penyebab tewasnya adalah

naik pesawat yang mengalami kecelakaan. Padahal

tewasnya karena sudah ditakdirkan Allah SWT.

Tidak naik pesawat pun, jika sudah ditakdirkan

Allah, pasti akan mati juga. Memberikan penjelasan

dengan disertai uraian tentang sebab akibat adalah

sah-sah saja, karena Islam juga mengakui adanya

sebab dan akibat. Namun harus disertai pula

dengan penjelasan bahwa semua itu karena takdir

Allah. Mengembalikan peristiwa kepada sebab

akibat saja, tanpa dengan meyakini takdir Allah

adalah adat kebiasaan orang-orang munafik. Allah

menegaskan dalam firman-Nya:

عمران... ... ] ) آل ه اه0ن ا -ن ا "ل ق0ت م ا ي-ء¡ ش -أل م-ر" ا م"ن ل ن ا ك ان ل و- ي ق0ول0ون

3 :)154]

Page 14: Fatwa Tarjih

Artinya: “… mereka berkata: ‘Sekiranya ada bagi

kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam

urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh

(dikalahkan) di sini’ …” [QS. Ali Imran (3): 154]

Pada ayat lainnya Allah berfirman:

عمران، ... ] آل "ل0وا ق0ت م ا أ ط اع0ون ا ل و- و ق ع د0وا "ه"م- "خ-و ان إل" 0وا ق ال )ذ"ين :3ال

168]

Artinya: “(Mereka itu adalah) orang-orang yang

mengatakan kepada saudara-saudaranya dan

mereka tidak turut pergi berperang: ‘Sekiranya

mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak

terbunuh’ …” [QS. Ali Imran (3): 168]

Dalam suatu hadits ditegaskan sebagai berikut:

اح-ر"ص- ل)م و س -ه" ع ل ي الله0 ص ل)ى الله" س0ول0 ر ق ال ق ال ة -ر ي ه0ر "ي بأ ع ن-

ل و- ت ق0ل- ف ال ي-ء¡ ش ص اب ك أ "ن- و إ ت ع-ج ز- و ال "الله" ب ت ع"ن- و اس- -ف ع0ك ي ن م ا ع ل ى

ل و- "ن) ف إ ف ع ل اء ش و م ا الله" ق د ر0 ق0ل- و ل ك"ن- و ك ذ ا ك ذ ا ك ان ف ع ل-ت0 �ي أ ن

] مسلم ] أخرجه -ط ان" ي الش) ع م ل ت ف-ت ح0

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa

Rasulullah saw bersabda: Usahalah dengan keras

untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu

dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan

janganlah kamu lemah semangat. Dan apabila

kamu tertimpa musibah janganlah berkata:

seandainya saya melakukan ini dan itu, niscaya

menjadi begini dan begitu, melainkan katakanlah:

Allah telah mentakdirkan, dan apa yang Dia

Page 15: Fatwa Tarjih

kehendaki, Dia kerjakan. Sebab sesungguhnya

perkataan ‘lau’ (seandainya) itu membuka

perbuatan syaitan.” [Ditakhrijkan oleh Muslim]

Kedua ayat di atas menegaskan bahwa

terbunuhnya adalah karena takdir Allah SWT,

sedangkan hadits Nabi saw melarang mengatakan

‘lau’ (seandainya), yang maksudnya hanya

memikirkan sebab akibat saja, dan memberi

perintah wajib menyerahkan semuanya kepada

Allah SWT, karena sebab dan akibatnya Allah jualah

yang menghendaki dan menciptakannya. Lain

halnya jika perkataan ‘lau’ tersebut merupakan

ungkapan penyesalan sebagai bagian dari usaha

untuk introspeksi atau mengambil hikmah dari

suatu peristiwa dan tidak mengingkari takdir Allah,

maka hal itu diperbolehkan.

Sungguhpun demikian, manusia dituntunkan

untuk menggapai takdir yang baik dari Allah

dengan melakukan usaha atau ikhtiar. Bahkan

manusia wajib berikhtiar dengan semaksimal

mungkin, baru kemudian menyerahkan segala-

galanya (bertawakkal) kepada Allah SWT tentang

takdir-Nya. Tidak dibenarkan seseorang pasrah

begitu saja tanpa melakukan usaha atau ikhtiar

sama sekali, hanya menunggu takdir Allah datang.

Page 16: Fatwa Tarjih

Sebagai contoh, misalnya seseorang yang

dalam keadaan mengantuk berat, sebagai bentuk

ikhtiar hendaknya ia tidak mengemudikan mobil

sebelum beristirahat secukupnya. Bagaimanapun

juga mengemudi dalam keadaan mengantuk

sangat berbahaya dan dapat menimbulkan

kecelakaan. Setelah dirasa cukup istirahat dan

tidak lagi mengantuk, barulah ia dapat

mengemudikan mobil secara lebih baik dan

bertawakkal pada Allah dengan berdoa atau

setidaknya membaca basmalah (Dengan menyebut

asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang). Apabila ternyata tetap terjadi

kecelakaan dan ia meninggal dunia, maka itulah

takdir Allah. Di sini, yang perlu difahami adalah

orang tersebut sudah memaksimalkan kewajiban

berikhtiar dan bertawakkal.

Allah SWT berfirman:

... [ آل "ين �ل -م0ت و ك ال K0ح"ب ي الله "ن) إ الله" ع ل ى )ل- ف ت و ك م-ت ع ز "ذ ا ف إ

[159: 3عمران،

Artinya: “... kemudian apabila kamu telah

membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang bertawakkal kepada-Nya.” [QS. Ali Imran, 3:

159]

Page 17: Fatwa Tarjih

Contoh lain, ketika seseorang menderita

sakit, maka hendaknya ia berikhtiar dengan

berobat. Setelah sembuh, apabila ia mengucapkan

‘saya sembuh karena berobat’, asalkan dengan

keyakinan bahwa berobat tersebut adalah bagian

dari ikhtiar dan kesembuhannya adalah takdir

Allah, maka hal itu bukan termasuk syirik dan tidak

ada masalah. Apabila ternyata ia tidak sembuh

bahkan kemudian meninggal dunia, sama dengan

contoh sebelumnya, bahwa orang itu sudah

memaksimalkan kewajiban berikhtiar dan

bertawakkal.

Page 18: Fatwa Tarjih

ARWAH GENTAYANGAN

Majlis Tarjih dan Tajdid Divisi Fatwa

mengucapkan terima kasih atas pertanyaannya.

Sebelum menjawab pertanyaan Saudara tentang

posisi ruh (arwah) manusia yang telah meninggal,

terlebih dulu ingin kami paparkan beberapa hal

yang ada hubungannya dengan masalah itu.

Pertama, tentang alam, bahwa alam itu

terbagi menjadi tiga, yaitu alam dunia, alam

barzakh dan alam akhirat. Ketiga jenis alam itu

memiliki status dan aturan sendiri. Alam dunia

adalah refieksi dari jasad sedangkan ruh sebagai

bagiannya, namun sebaliknya alam barzakh adalah

refleksi dari ruh sedangkan jasad sebagai

bagiannya. Dan terakhir alam akhirat atau Dar al-

Qarar adalah alam setelah kebangkitan manusia

dari kuburnya untuk mendapatkan balasan, di

mana jasad dan ruh digabungkan kembali.

Kedua, kematian atau maut adalah

berpisahnya ruh dengan jasad, dan ketika

pemisahan tersebut terjadi, ruh berada di alam

barzakh atau alam kubur. Ibarat perjalanan waktu,

manusia yang sudah pindah ke alam lain itu tidak

akan kembali ke alam semula. Ruh manusia yang

sudah pindah ke alam barzakh juga tidak akan

Page 19: Fatwa Tarjih

kembali ke alam dunia. Ketiga, barzakh secara

bahasa berarti pembatas antara dua hal, dan di sini

maksudnya pembatas antara alam dunia dengan

alam akhirat.

Dengan demikian, ketika seorang meninggal

(mati, berpisah jasad dari ruhnya), maka ia tidak

akan kembali ke alam dunia. Pada hari kiamat

nanti, orang-orang kafir akan memohon kepada

Allah agar dikembalikan lagi ke dunia untuk

beramal shalih, tetapi permintaan itu tidak

dikabulkan oleh Allah. Ada beberapa pendapat

tentang keberadaan ruh setelah meninggal hingga

hari kiamat. Dari sekian banyak pendapat yang

ada, tidak satu pun yang menerangkan bahwa ada

ruh yang gentayangan. Ruh orang-orang beriman

berada di alam barzakh yang luas, yang di

dalamnya ada ketenteraman dan rezeki serta

kenikmatan, sedangkan ruh orang-orang kafir

berada di barzakh yang sempit, yang di dalamnya

hanya ada kesusahan dan siksa. Allah berfirman:

G ال"حا ج"ع0ون" . ل ع ل�ي أ ع-م ل0 ص¼¼ ب� ار- -م و-ت0 ق ال ر "ذ ا ج اء أ ح د ه0م0 ال )ى إ ح ت

" و-م "ل ى ي¼¼ خ¡ إ ز ر- "ه"م ب¼¼ ائ ا و م"ن و ر 0ه¼¼ "ل و ق ائ ة¡ ه¼¼0 ا ك ل"م¼¼ )ه¼¼ "ن -ت0 ك ال) إ ك ف"يم ا ت ر

0ون -ع ث 0ب ي

Artinya: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir

itu), hingga apabila datang kematian kepada

seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku

Page 20: Fatwa Tarjih

kembalikanlah aku (ke dunia). agar aku berbuat

amal yang shaleh terhadap yang telah aku

tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu

adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di

hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari

mereka dibangkitkan".” [QS. al-Mukminun (23):

100]

Memang ada sebagian kalangan yang

berkeyakinan dan menyatakan bahwa ruh orang

Islam yang meninggal akan berputar-putar di

sekitar rumahnya selama satu bulan sejak

meninggalnya dan setelah itu berputar-putar

sekitar makamnya selama satu tahun. Keyakinan

tersebut berdasarkan pada hadits yang bersumber

dari Abu Hurairah r.a.

ه" ل)ى الل¼¼ه ع ل ي¼¼- و-ل" الل¼¼ه ص¼¼ س¼¼0 ه0 ع ن- ر ض"ي الله ع ن¼¼- ة ر -ر ي "ي- ه0ر ب ع ن- أ

"ل ى ر0 إ -ظ¼¼0 ا ف ي ن Gه-ر و-ل د ار"ه" ش¼¼ و-ح0ه0 ح¼¼ -م0ؤ-م"ن0 ح ام ر0 "ذ ا م ات ال ل)م : إ و س

"ذ ا أ ت م) إ ه0 ف¼ 0و-ن¼ ؤ د�ي- د0ي ف ي¼0 م0 م ال ه0 و ك ي¼- -ف ي ق-س" "ه" ك ي ي ال م ن- خ ل ف م"ن- ع"

ه0 ه" و ي د-ع0و-ل¼¼ "ي¼¼- ت- ر0 م ن- ي أ -ظ¼¼0 -ر"ه" و ي ن "ه" ف ي ح0و-م0 ح و-ل ق0ب ت "ل ى ح ف-ر د) إ ا ر0 Gه-ر ش

و اح0 ر--أل ه" ا -ث0 ي ج-ت م"ع0 ف"ي¼¼- "ل ى ح ي و-ح0ه0 إ ف"ع ر0 ن ةG ر0 "ذ ا أ ت م) س -ه" ف إ و ي ح-ز"ن0 ع ل ي

-ف خ0 ف"ى الصKو-ر" 0ن " ي "ل ى ي و-م إ

Artinya : (Diriwayatkan) dari Abu Hurairah r.a., dari

Rasulullah saw bahwa apabila seorang mukmin

meninggal dunia, maka arwahnya berkeliling-

keliling diseputar rumahnya selama satu bulan. Ia

memperhatikan keluarga yang ditinggalkannya

Page 21: Fatwa Tarjih

bagaimana mereka membagi hartanya dan

membayarkan hutangnya. Apabila telah sampai

satu bulan, maka arwahnya itu dikembalikan ke

makamnya dan ia berkeliling –keliling di seputar

kuburannya selama satu tahun, sambil

memperhatikan orang yang mendatanginya dan

mendoakannya serta yang bersedih atasnya.

Apabila telah sampai satu tahun, maka arwahnya

dinaikkan ditempat dimana para arwah berkumpul

menanti hari ditiupnya sangkakala.

Namun setelah ditelusuri dan diteliti, yaitu

menggunakan Program al-Maktabah asy-Syamilah

(edisi 2), Program al-Jami’ al-Akbar (edisi 2), dan

Program al-Jami’ al-Kabir (edisis 4, 2007-2008) kami

tidak menemukan sumber hadits yang dinyatakan

di atas. Dapat dinyatakan bahwa hadits yang

sedang kita selidiki ini tidak tercantum dalam

satupun dari sumber-sumber orisinal hadits yang

ada.

Oleh karena itu, apa yang ditanyakan,

bahwa ada ruh-ruh yang bergentayangan itu adalah

setan yang melakukan tipu daya dengan

menyerupai orang yang sudah meninggal. Dan

ketika ruh akan dibangkitkan dari alam barzakh

(alam kubur) ke alam akhirat, ruh itu dikembalikan

ke jasad yang baru yang diciptakan untuk alam

Page 22: Fatwa Tarjih

akhirat. Begitu juga kaitannya dengan Jin, bahwa Jin

itu makhluk yang dapat menjelma atau merubah

fisiknya menyerupai bentuk manusia atau makhluk-

makhluk yang lain. Setan yang berasal dari Jin,

ingin menyebarkan tipu daya dan keraguan pada

keimanan manusia, maka salah satu caranya

adalah dengan menjelma menyerupai seseorang

yang telah meninggal. Akibat dari penjelmaan

tersebut, orang-orang yang melihat menganggap

dan berkeyakinan bahwa yang mereka lihat adalah

ruh dari orang yang mereka kenal sebelumnya.

Oleh karena itu, apa yang dikatakan oleh kaum

awam tentang adanya ruh gentayangan tidaklah

benar menurut ajaran Islam.

Tentunya agar kita bisa terbebas dari

gangguan-ganguan arwah jahat yang itu

merupakan setan yang melakukan tipu daya, yaitu

dengan senantiasa meningkatkan keimanan dan

ketakwaan kepada Allah swt, dengan menjalankan

segala perintah-Nya dan menjauhkan segala

larangan-Nya yang merupakan jalan setan, serta

senantiasa berdzikir dan mengingat Allah.

Bukankah dengan senantiasa berdzikir hati kita

akan tenang, sebagaimana dalam firman-Nya:

-ق0ل0وب0 "نK ال )ه" ت ط-م ئ -ر" الل "ذ"ك )ه" أ ال ب -ر" الل "ذ"ك 0ه0م- ب 0وب "نK ق0ل 0وا و ت ط-م ئ )ذ"ين آ م ن ال

Page 23: Fatwa Tarjih

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan

hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat

Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah

hati menjadi tenteram.” [QS. ar-Ra’d (13): 28]

Adapun mengenai kemungkinan adanya

komunikasi antara manusia yang masih hidup

dengan orang yang sudah meninggal juga tidak

benar, sampai para Nabi dan wali yang telah

meninggal sekalipun, tidak bisa berkomunikasi

dengan manusia yang masih hidup. Memang ada

firman Allah:

�ه"م- ب اء ع"ن¼¼د ر ل- أ ح-ي¼¼ G ب¼¼ م-و ات¼¼اÄه" أ "يل" الل ب - ف"ي س 0وا "ل )ذ"ين ق0ت ب ن) ال و ال ت ح-س

ق0ون ز 0ر- ي

Artinya: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-

orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan

mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan

mendapat rezeki.” [QS. Ali Imran (3): 169]

Demikian juga hadis Nabi saw yang

diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya,

Hayat al-Anbiya fi Quburihim, bahwasanya

Rasulullah saw bersabda:

اء0 "ي¼¼ -ب : ا أل- ن ل)م -ه" و س¼¼ ول0 الله" ص ل)ى الله0 ع ل ي س0 -ن" م ال"كZ ق ال ر ع ن- أ ن س" ب

. [رواه البيهقى] Kو-ن 0ص ل 0و-ر"ه"م- ي أ ح-ي اء¡ ف"ي- ق0ب

Artinya: “Para Nabi itu hidup di dalam kubur

mereka senantiasa dalam keadaan shalat.” [HR. al-

Baihaqi]

Page 24: Fatwa Tarjih

Namun demikian, maksud ayat di atas

adalah menjelaskan tentang adanya bentuk

kehidupan yang dialami para Syuhada dan para

Nabi setelah mereka meninggal. Kehidupan yang

dimaksud adalah kehidupan secara khusus yang

tidak dapat diketahui hakikatnya kecuali oleh Allah

swt. Dan mengenai hadits di atas, setelah diteliti

dan ditelusuri sumber haditsnya, kami menemukan

ada rawi yang dinilai bermasalah yaitu Hasan bin

Qutaibah dan Husain bin ‘Arafah yang

mengakibatkan kedaifan kualitas hadits diatas.

Wallahu a’lam.