aliran gafatar dan fatwa sesat mui analisis fatwa...

98
ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis Ulama Indonesia No.06 Tahun 2016 Tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)” SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Oleh: Muhammad Rizal Rizqi Faisal NIM. : 1111043100003 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H/2017M

Upload: vuonghanh

Post on 13-Mar-2019

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI

“Analisis Fatwa Majelis Ulama Indonesia No.06 Tahun 2016 Tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Oleh:

Muhammad Rizal Rizqi Faisal NIM. : 1111043100003

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438H/2017M

Page 2: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis
Page 3: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis
Page 4: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis
Page 5: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

ABSTRAK

Muhammad Rizal Rizqi Faisal, 1111043100003 , GAFATAR DANFATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majlis Ulama Indonesia Nomor 06Tahun 2016. Perbandingan Mazhab dan Hukum Tentang Aliran GerakanFajar Nusantara (GAFATAR)”. Fakultas Syari’ah dan Hukum. UniversitasIslam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyakmasalah dalam urusan keagamaan. Negara ini begitu sensitif terhadap isu-isu yang berhubungan dengan agama.Tidak hanya konflik antar agama,konflik internal dalam satu agama pun kadang masih terjadi di negara ini.Seperti dalam agama Islam, adanya kasus sunni-syiah, selain itu jugamuncul kasus tereksposnya kelompok Gerakan Fajar Nusantara(GAFATAR) pada bulan Februari tahun 2015. Kasus tersebut telahmempengaruhi kehidupan sosial yang ada, Mulai timbul keresahan dalammasyarakat yang membuat orang-orang yang awam menjadi bingung,mereka tidak tau mana yang benar dan mana yang salah. Dengandemikian atas keresahan tersebut, lembaga agama Islam terbesar, yaituMajlis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa untuk meghilangkankeresahan yang terjadi di masyarakat. Berkaitan dengan kasus terakhir diatas yaitu kasus GAFATAR, MUI menyatakan dalam fatwanya bahwakelompok gafatar adalah aliran yang sesat.Terkait fatwa tersebut timbulpertanyaan, Bagaimana kriteria sesat menyesatkan menurut MUI danhukum Islam secara umum?Bagaimana kajian fiqh mengenai dalil-dalilyang digunakan MUI dalam penetapan fatwa gafatar?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahuipenjelasan kriteria sesat menyesatkan menurut Majelis Ulama Indonesiadan Hukum Islam. Untuk mengetahui kajian fiqh dalil-dalil yang digunakanMajelis Ulama Indoesia dalam menetapkan fatwa Nomor: 06 Tahun 2016tentang Gafatar.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitiankualitatif dengan sumber data primer dan sekunder. Kemudian dilengkapidengankajian kepustakaan yaitu upaya pengidentifikasi secara sistematisdan melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang memuatinformasi yang berkaitan dengan tema, objek dan masalah penelitian yangakan dilakukan.Kata kunci: Fatwa, MUI, Gafatar.

Daftar Pustaka: Tahun 1965 s.d Tahun 2016

Page 6: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada allah swt. dialah

sumber tempat bersandar, dialah sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas, rahman

dan rahim tetap menghiasi namanya. sehingga penulis diberikan kekuatan fisik,

mental serta psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ALIRAN

GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis Ulama

Indonesia No.06 Tahun 2016 Tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara

(Gafatar)”

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para

keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya, yang telah membuka pintu keimanan

yang bertauhidkan kebahagiaan, kearifan hidup manusia dan pencerahan atas

kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah pembelajaran bagi

umat manusia hingga akhir zaman.

Skripsi ini, penulis susun guna memenuhi syarat akhir untuk mencapai gelar

Sarjana Syariah (S1) pada program studi Perbandingan Madzhab dan Hukum

Fakultas Syariah dan Hukum Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Selama proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat

bantuan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga terselesaikannya skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si Ketua Program Studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum

3. Ibu Hj. Siti Hana Lc, M.A. Sekretaris Program Studi Perbandingan Madzhab

dan Hukum.

4. Bapak Dr. Ahmad Sudirman Abbas, M.A. Dan Bapak H. Qosim Arsyadani,

MA. dosen pembimbing skripsi ini yang telah meluangkan waktu,

memberikan masukan dan ilmunya selama penulis mengerjakan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen yang penulis hormati, yang telah memberikan tenaga dan

pikirannya untuk mendidik penulis.

6. Segenap karyawan Perpustakaan Utama dan perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang jug

memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam

penulisan skripsi.

7. Orang tua penulis Ayahanda Didin Dim Yati dan Ibunda Rossadah tercinta

yang selalu penulis hormati dan sayangi yang selalu mencurahkan kasih

sayangnya kepada penulis, memberikan bimbingan, arahan, nasehat serta doa

demi kesuksesan penulis. Semoga Allah selalu memberikan rahman dan

rahimnya kepada mereka, aamiin.

8. Seluruh teman-teman seperjuangan penulis kelas PMF angkatan 2011.

9. Seluruh santri Pon-Pes Dar el-Hikam, Ciputat Tangerang Selatan.

Page 8: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak baik berupa moril maupun

materil penulis panjatkan doa semoga Allah SWT. membalasnya dengan imbalan

pahala yang berlipat ganda dan menjadikan sebagai amal shaleh yang tidak pernah

surut mengalir pahalanya, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan semua pihak. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.

Jakarta, 26 Desember 2017

Page 9: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................... iii

ABSTRAK.................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR................................................................................................ v

DAFTAR ISI............................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah....................................................6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.............................................................7

D. Metode Penelitian..................................................................................8

E. Study Review Terdahulu......................................................................10

F. Sistematika Penulisan Skripsi..............................................................11

BAB II ALIRAN SESAT DAN FATWA MUI

A. Eksistensi MUI sebagai Mufti............................................................. 12

1. Definisi Fatwa.................................................................................12

2. Apakah MUI Memenuhi Kriteria Sebagai Mufti............................14

Page 10: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

B. Teori Kebebasan Ekspresi Beragama.................................................. 18

C. Aliran Sesat Dalam Islam ................................................................... 20

1. Definisi Aliran Sesat.................................................................... 20

2. Kriteria Aliran sesat..................................................................... 21

D. Proses Fatwa MUI Tentang Aliran GAFATAR................................ 23

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI MAJELIS ULAMA INDONESIA

(MUI)

A. Sejarah dan Status Kelembagaan MUI............................................... 27

B. Metode Penetapan Fatwa MUI.......................................................... 33

C. Sejarah dan Ajaran Gafatar................................................................. 41

D. Prosedur Penetapan Fatwa ................................................................. 47

BAB IV ANALISIS KRITERIA SESAT DAN DALIL-DALIL FATWA

GAFATAR MENURUT MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)

A. Analisis Kriteria Aliran Sesat Menurut MUI...................................... 48

B. Analisis Kajian Fiqh Mengenai Dalil-Dalil yang Digunakan MUI

Dalam Penetapan Fatwa Gafatar.………………………………........ 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 71

B. Saran ................................................................................................... 72

Page 11: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 73

LAMPIRAN ............................................................................................................. 76

Page 12: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara hukum yang segala aspek kehidupannya

diatur dalam peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis.

Adapun peraturan yang tertulis berbentuk undang-undang, sedangkan

yang tidak tertulis berbentuk hukum adat yang sampai sekarang masih

berlaku di beberapa daerah. Ada berbagai macam aspek kehidupan yang

diatur antara lain aspek ekonomi, politik, hukum, dan sosial.

Merinci kepada aspek sosial yang pada hakikatnya adalah kehidupan

bermasyarakat, yaitu interaksi gafatar antar individu dan lembaga.

Hubungan timbal balik antara satu orang kepada orang lainnya dan

lembaga satu dengan lembaga lainnya. Namun, perlu di pahami bahwa

interaksi tersebut tidak boleh mengganggu hak-hak dasar yang telah

dimiliki oleh manusia sejak lahir, atau yang disebut dengan hak asasi

manusia.1 Dan Indonesia dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah

mengatur berbagai macam hak asasi manusia yang harus dilindungi.

Dari sekian banyak hak asasi manusia ada salah satu hak asasi yang

sangat penting keberadaannya yaitu hak beragama. Dalam undang-

undang dasar pasal 28 dijelaskan bahwa setiap individu berhak meyakini

agama masing-masing. Dengan demikian, setiap orang yang beragama

harus dilindungi keberadaannya berdasarkan aturannya. Setiap orang yang

beragama harus saling menghormati meskipun berbeda keyakinan.

Namun, undang-undang yang ada tidak menunjukkan fungsi

prefentifnya, yaitu tidak mencegah dan mengantisipasi adanya

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi kemudian. Terbukti dengan begitu

banyaknya persoalan-persoalan yang berkaitan dengan agama, baik itu

1Heri Herdiyanto dan Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, Dan AktifBerwaganegara, (Jakarta: Erlangga, 2010), hal. 15.

Page 13: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

2

persoalan internal dalam satu agama maupun persoalan antar lintas

agama. Sebagaimana yang terjadi di Yogyakarta; Aliansi Nasional Bhineka

Tunggal Ika2 menyebut Yogyakarta semakin kehilangan semangat

toleransi. Maraknya kasus penutupan rumah ibadah menjadi catatan

buruk pelanggaran hak beribadah di daerah ini. Koordinator Aliansi

Nasional Bhineka Tunggal Ika, Agnes Dwi Rusjiyati, mengatakan kasus

intoleransi pada 2015 hinngga Maret 2016 paling b anyak terjadi di

Kabupaten Sleman. Contoh kasusnya di antaranya penutupan tempat

ibadah, pelanggaran aktivitas ibadah, tidak dikeluarkannya izin mendirikan

tempat ibadah, dan larangan melakukan diskusi di kampus.3 Masih banyak

lagi kasus-kasus lainnya yang terjadi di beberapa daerah.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak

masalah dalam urusan keagamaan. Negara ini begitu sensitif terhadap isu

-isu yang berhubungan dengan agama, sebagai gambaran bahwa negara

Indonesia mengakui adanya lima agama resmi. Namun demikian, menurut

Menteri Agama masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono,

Suryadharma Ali, menilai wajar masih adanya konflik-konflik antar agama

yang terjadi di tanah air ini. Meski demikian, ia tetap melihat tingkat

toleransi antar umat beragama di Indonesia lebih baik dibandingkan

dengan negara-negara lainnya di dunia.4

Perlu diingat, bukan hanya konflik antar agama saja yang terjadi di

Indonesia, konflik internal dalam satu agama pun kadang masih terjadi di

negara ini. Sebagai contoh, pada tahun 2012 terjadi konflik antara sunni-

2 Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika adalah aliansi keberagaman kebudayaandan kepercayaan, yang bekerja untuk mempertahankan Indonesia sebagai sebuah negarabangsa yang beragam dan menjunjung konstitusi.

3 Shinta Maharani, Kasus Intoleransi Di Yogyakarta tinggi, arikel diakses pada 11maret 2016, www.tempo.com

4Sabrina Asril, “Menteri Agama: Konflik Beragama Wajar, Yang Tak Wajar “tukangkompor”, artikel diakses pada 17 juli 2013 www.kompas.com

Page 14: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

3

syiah di Madura.5 Kedua kelompok tersebut merupakan bagian dari

sejarah agama Islam. Konflik yang terjadi di Sampang tersebut,

merupakan konflik yang masuk kategori ekstrim, karena dalam konflik

tersebut telah menewaskan beberapa orang dan yang lainnya terluka.

Dengan kata lain, konflik ini bukan lagi konflik berbeda pendapat, tetapi

sudah mencapai konflik fisik yang telah menimbulkan kematian. Selain

kasus sunni-syiah, peristiwa lainnya muncul, seperti yang terjadi pada

bulan februari tahun 2015, yaitu tereksposnya kelompok Gerakan Fajar

Nusantara (GAFATAR).

Menurut Ken Setiawan (mantan pengikut MUI sekaligus pendiri situs

NII crisis center) mengungkapkan bahwa organisasi bernama Gerakan

Fajar Nusantara atau GAFATAR merupakan suatu bentuk pecahan dari

Negara Islam Indonesia (NII). Ken mengatakan bahwa selepas

dibubarkannya NII dibentuk suatu organisasi yang bernama al-Qiyadah

Islamiyyah di bawah pimpinan Ahmad Musadeq. Beberapa waktu

kemudian, Ahmad Musadeq ditahan oleh pihak kepolisian dengan tuduhan

telah menistakan agama selama 2,5 tahun. Hal ini merupakan bentuk

pelanggaran penodaan agama didasarkan pada pasal Penetapan Presiden

Republik Indonesia No 1 tahun 1965 Jo. pasal 156 butir a Kitab Undang

Hukum Pidana (KUHP) setelah bebasnya Musadeq dari penjara, kemudian

dirinya kembali mendirikan sebuah komunitas bernama Milah Abraham.

Komunitas yang didirikan Ahmad Musadeq selepas terbebas dari

penjara tersebut ternyata juga dilarang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

lantaran dianggap sesat dan keluar dari jalur syariat Islam. Ini berdasarkan

salah satu ayat dalam al-Qur’an surat an-Nissa ayat 115 yang berbunyi:

ام هلون نينمؤملا ليبس ريغ عبتيو ىدهلا هل نيبت ام دعب نم لوسرلا ققاشي نمو

اريصم تءاسو منهج هلصنو ىلوت

5Zuhairi Misrawi, “Konflik Sunni-Syiah di Madura?”, artikel diakses pada 28 agustus2012, www.sindonews.com

Page 15: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

4

Artinya: Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaranbaginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kamibiarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu[348] danKami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruktempat kembali.

Tak henti sampai disitu, Musadeq akhirnya membentuk lagi sebuah

organisasi bernama gafatar pada tahun 2011. Kali ini gafatar banyak

diterima oleh masyarakat lantaran beberapa kegiatan yang dilakukan

organisasi tersebut dinilai positif dikarenakan lebih bersifat sosial.6

Namun pada akhirnya, kelompok gafatar tersebut senasib dengan

kelompok-kelompok yang sebelumnya.

Dari kasus keagamaan tersebut, tentunya mempengaruhi kehidupan

sosial yang ada, khususnya di daerah dimana kasus tersebut terjadi. Mulai

timbul keresahan dalam masyarakat dengan kasus terebut, akan

membuat orang-orang yang awam menjadi bingung, mereka tidak tau

mana yang benar dan mana yang salah. Maka atas keresahan tersebut,

lembaga agama islam terbesar, yaitu Majlis Ulama Indonesia menjalankan

tugasnya, dengan mengeluarkan fatwa yang akan mengurangi atau

meghilangkan keresahan yang terjadi di masyarakat. Berkaitan dengan

kasus terakhir di atas yaitu kasus gafatar, MUI menyatakan dalam

fatwanya bahwa kelompok gafatar adalah aliran yang sesat.

Aliran sesat ditinjau dari bahasa terdiri dari dua kata yaitu aliran dan

sesat. Kata aliran berasal dari kata alir yang berarti kata aliran adalah

sesuatu yang mengalir (tentang hawa, air, listrik, dan sebagainya); sungai

kecil, selokan, saluran untuk benda air yang mengalir (seperti pipa air);

gerakan maju zat air (fluida), misal gas, uap atau cairan secara

6 Fadli. “asal usul gafatar ternyata tidak jauh berbeda dengan nii”. artikel diaksespada 13 januari 2016 dari www.jelasberita.com.

Page 16: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

5

berkesinambungan.7 Arti kata sesat adalah salah jalan, tidak melalui jalan

yang benar, keliru, berbuat yang tidak senonoh, menyimpang dari

kebenaran.8 Pengertian aliran sesat apabila dikaitkan arti katanya dapat

dimaknakan sebagai suatu gerakan yang berkesinambungan (terus

menerus) yang menyimpang dari kebenaran.

Berdasarkan paparan di atas, penulis memfokuskan pembahasan

kepada fatwa MUI NOMOR 6 TAHUN 2016 Tentang Gafatar. Dalam hal ini,

penulis akan menganalisis dalil-dalil yang digunakan MUI dalam

menetapkan fatwa tersebut menurut kajian fiqh. Selanjutnya akan

menganalisis kriteria-kriteria sesat yang dijadikan patokan MUI menurut

ulama-ulama islam. Dengan demikian penulis memberikan judul terhadap

penelitian ini sebagai berikut:

ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis FatwaMajelis

Ulama Indonesia No.06 Tahun 2016 Tentang Aliran Gerakan Fajar

Nusantara (Gafatar)”

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

A. Apa definisi aliran Gafatar?

B. Pokok-pokok pemikiran aliran Gafatar?

C. Apa yang menyebabkak aliran Gafatar dinyatakan sesat oleh MUI?

D. Apakah yang menjadi pertimbangan MUI sehingga menyatakan

Gafatar sebagai aliran sesat dan dilarang berkembang di

Indonesia?

7 Departemen Pendidikan Naisonal, Kamus Besar Bahasa Bahasa Indonesia,(jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 42.

8 Departemen Pendidikan Naisonal, Kamus Besar Bahasa Bahasa Indonesia, hal.1337.

Page 17: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

6

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis

merumuskan pokok permasalahan skripsi ini adalah kajian fiqih

mengenai dalil-dalil yang digunakan MUI dalam menetapkan fatwa

GAFATAR. Pokok permasalahan di atas diurai dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

a. apa sajakah faktor yang menjadi kriteria aliran atau sekte dianggap

sesat menyesatkan menurut MUI dan hukum Islam?

b. Apa sajakah dalil-dalil yang digunakan MUI dalam penetapan fatwa

sesat aliran gafatar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian.

Suatu penelitian yang dilakukan tentu harus mempunyai tujuan

dan manfaat yang ingin diperoleh dari hasil penelitian. Dalam

merumuskan tujuan penelitian, penulis berpegang pada masalah yang

telah dirumuskan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui penjelasan kriteria sesat menyesatkan menurut

Majelis Ulama Indonesia dan Hukum Islam.

b. Untuk mengetahui kajian fiqh dalil-dalil yang digunakan Majelis

Ulama Indoesia dalam menetapkan fatwa Nomor: 06 Tahun 2016

tentang Gafatar.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Akademis:

Adapun tujuan penelitian bagi dunia akademis yaitu:

1) Memberikan pengetahuan dan informasi tentang kriteria sesat

menurut MUI dan Hukum Islam.

Page 18: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

7

2) Menambah khazanah keilmuan di bidang aqidah dan fikih

terkait ajaran sesat yang menyesatkan.

b. Manfaat Masyarakat:

Adapun manfaat dari penelitian ini untuk masyarakat yaitu:

1) Memberikan pemahaman tentang kriteria aliran-aliran sesat.

2) Memberikan masukan agar masyarakat lebih waspada dan

berhati-hati dalam menerima organisasi yang

mengatasnamakan agama Islam di lingkungan mereka.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Dimana penelitian kualitatif adalah berpijak dari

realita atas peristiwa yang berlangsung di lapangan. Apa yang di

hadapi dalam penelitian adalah sosial kehidupan sehari-hari.

Penelitian seperti berupaya memandang apa yang sedang terjadi

dalam dunia tersebut dan meletakkan temuan-temuan yang diperoleh

di dalamnya. Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh peneliti selama

dilapangan termasuk dalam suatu posisi yang berdasarkan kasus,

yang mengarahkan perhatian pada spesifikasi kasus-kasus tertentu.9

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah cara pandang yang digunakan

dalam melihat permasalahan penelitian. penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif untuk menganalisis isi Fatwa Majelis Ulama

Indonesia Nomor : 06 Tahun 2016 Tentang Fatwa Gerakan Fajar

Nusantara (Gafatar).

menurut Sugiyono, metodologi kualitatif merupakan metode

9 Burhan Bungin¸Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2001), cet. 3, hal. 82.

Page 19: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

8

penelitian yang naturalistik karena digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiyah (natural setting) dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan

hasil penelitian lebih menekankan maknna daripada generalisasi.10

sehingga pendekatan ini, peneliti dapat menafsirkan makna pada teks

berita dengan menguraikan cara bagaimana media mengkontruksikan

berita tersebut.

oleh karena itu, karena fokusnya pendekatan penelitian ini adalah

interpretatif dan naturalistik terhadap pokok kajiannya, maka dalam

menggunakan penelitian kualitatif, peneliti berusaha melakukan studi

gejala dalam keadaan alamiah. penelitian kualitatif juga berusaha

membentuk pengertian terhadap fenomena sesuai dengan makna

yang lazim digunakan oleh subjek penelitian.11

3. Sumber Data

Dalam penelitian hukum empirik, data primer diperoleh langsung

dari data yang didapatkan melalui observasi dan wawancara dengan

subjek penelitian. Di dalam penelitian ini, digunakan pula data

sekunder yang memiliki kekuatan mengikat yang dibedakan dalam

beberapa macam:

a. Bahan hukum primer yaitu: bahan-bahan hukum yang mengikat.

Dalam skripsi ini adalah Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor :

10 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung:: Alfabeta, 2013).h. 8-9

11 Jamroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UINJakarta Press, 2006), h. 28.

Page 20: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

9

06 Tahun 2016 Tentang Fatwa Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

b. Bahan hukum sekunder yaitu: berupa buku-buku, makalah seminar,

jurnal-jurnal, laporan penelitian, artikel, majalah, situs, testimony,

koran maupun blog, karya ilmiyah berita berita dimedia massa dan

lainnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penulisan skripsi ini berpedoman pada “buku pedoman penulisanskripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri SyarifHidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh FSH UIN jakarta tahun2016/2017.”

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpensikan, atau mudah

dipahami dan diinformasikan kepada orang lain.

Pada tahapan analisis data, data diolah dan dimanfaatkan

sedemikian rupa sampai dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran

yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam

penelitian. Adapun data-data tersebut dianalisis menggunakan metode

deskriptif analisis, yaitu suatu metode menganalisis dan menjelaskan

suatu permasalahan dengan memberikan suatu gambaran secara

jelas sehingga menemukan jawaban yang diharapkan.

E. Review Study Terdahulu

1. Skripsi milik Acep Mulingki Oktadi Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Bengkulu yang berjudul “ANALISIS POLA PEMBINAANTERHADAP ALIRAN ISLAM SESAT AMANAT KEAGUNGAN ILAHI DI

Page 21: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

10

ARGAMAKMUR BENGKULU UTARA”.Dalam skripsi ini, penelitian bertujuan untuk mengetahui pola

pembinaan terhadap aliran Islam Amanat Keagungan Ilhai di Arga

makmur Bengkulu Utara dan untuk mengetahui faktor-faktor

penghambat pembinaan terhadap aliran Islam Amanat Keaguangan

Ilahi di Argamakmur Bengkulu Utara. Sangat berbeda dengan

pembahasan skripsi yang saya kerjakan, yang akan menjelaskan

beberapa kajian fiqh dalam dalil-dalil yang digunakan majelis ulama

indonesia untuk menetapkan fatwa nomor 06 tahun 2016 tentang

gerakan fajar nusantara. Dan kesamaannya ialah pembahasan seputar

aliran sesat yang menyimpang dari ajaran Islam.

2. Skripsi milik Anggelia Felia Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

“STRATEGI MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) KOTA PEKANBARUDALAM MENGANTISIPASI BERKEMBANGNYA ALIRAN-ALIRANSESAT”.

skripsi ini, penelitian bertujuan untuk mengetahui cara Majelis

Ulama Indonesia dalam upaya mengantisipasi berkembangnya aliran-

aliran sesat yang ada di Indonesia. Sangat berbeda dengan

pembahasan skripsi yang saya kerjakan, yang akan menjelaskan

beberapa kajian fiqh dalam dalil-dalil yang digunakan majelis ulama

indonesia untuk menetapkan fatwa nomor 06 tahun 2016 tentang

gerakan fajar nusantara. Dan kesamaannya ialah pembahasan seputar

aliran sesat yang menyimpang dari ajaran Islam.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, Pembagian kedalam

beberapa bab dan sub bab adalah bertujuan untuk memudahkan

pembahasan terhadap isi penulisan ini, dengan tehnik penulisan mengacu

kepada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Page 22: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

11

Syarif Hidayatullah Jakarta dengan perincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini meliputi: latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian dan penulisan serta library research, studi pustaka dan

sistematika penulisan. Dengan berangkat dari pendahuluan kita

sudah mengetahui garis besar penelitian Bab pertama ini adalah

sebagai pengantar. Adapun isi penelitian seluruhnya tertuang

dalam bab II, III, IV. Inti dari penelitian seluruhnya tertuang dalam

bab V, berisi kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORITIS MENGENAI FATWA

Bab II ini membahas tentang tinjauan umum mengenai fatwa

dalam kajian fiqh, yang meliputi pengertian fatwa, kedudukan

fatwa, syarat-syarat fatwa dan metode pembuatan Fatwa Majelis

Ulama Indonesia (MUI).

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI MAJELIS ULAMA INDONESIA

(MUI)

Bab III ini membahas tentang gambaran umum mengenai Majelis

Ulama Indonesia (MUI), yang meliputi sejarah dan status

kelembagaan MUI, metode penetapan fatwa MUI, daN Sejarah

terbentuk dan Ajaran Gafatar.

BAB IV ANALISIS KRITERIA SESAT DAN DALIL-DALIL FATWA GAFATAR

MENURUT MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)

Bab IV ini membahas tentang analisis kriteria sesat menyesatkan

menurut MUI dan Hukum Islam secara Umum dan Analisis Kajian

Fikih mengenai dalil-dalil yang digunakan MUI dalam Penetapan

Fatwa Nomor: 06 Tahun 2016 Tentang GERAKAN FAJAR

Page 23: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

12

NUSANTARA (GAFATAR).

BAB V PENUTUP

Dalam Bab V ini penulis mengakhiri penulisan ini dengan

memberikan beberapa kesimpulan dan juga menyampaikan

beberapa saran yang berhubungan dengan kajian penulisan.

Page 24: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

BAB II

ALIRAN SESAT DAN FATWA MUI

A. Eksistensi MUI sebagai Mufti

1. Definisi Fatwa

Fatwa bagi sebagian orang sebagai sebuah ketentuan yang harus

dijalankan juga sebagai anjuran. Fatwa berasal dari bahasa Arab aftaa-

yufti,yang secara sederhana berarti memberi keputusan.1 Fatwa adalah

jawaban resmi terhadap pertanyaan dan persoalan yang menyangkut masalah

hukum. Fatwa bukanlah sebuah keputusan hukum yang di buat dengan

gampang, atau yang disebut dengan membuat hukum tanpa dasar.2 Fatwa

secara etimologi (bahasa) ialah:

3المسائل الشرعیةاوالقانونیة الجواب عما یشكل من

Artinya: “Jawaban dari permasalahan-permasalahan syariah dan hukum”

Fatwa secara terminologis berarti penjelasan hukum syar’i dalam menjawab

suatu persoalan yang diajukan seseorang, baik penjelasannya jelas (terang) atau

tidak jelas (ragu-ragu) baik penjelasan itu mengarah pada kepentingan pribadi

atau kepentingan masyarakat.4

Menurut Khalil Ahmad, sebagai mana di kutif oleh Fuad Thohari, terkadang

fatwa dibaca al-futya. Bentuk plural al-fatwa adalah al-afta’. Sebagai contoh, jika

1 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus wa Dzurriyah, 2010), h. 308.

2 Ahyar A. Gayo, “kedudukan Fatwa MUI Dalam Upaya Mendorong Pelaksanaan Ekonomi

Syariah”, Penelitian Hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum Dan HAM RI, 2011, h.13.

3 Ahmad Mukhtar Umar, Mu’jam al-Lughah al-Arabiyya al-Mu’ashirah, (Kairo: ‘Alim al-

Kutub, 2008), juz III, h. 1672. 4 Fuad Thohari, Pedoman Penetapan Fatwa Bagi DA’I, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia,

2012), h 58.

12

Page 25: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

13

si fulan adalah seorang mujtahid yang dihadapkan pada persoalan seseorang yang

menikah tanpa wali, kemudian si fulan memikirkannya dengan menggunakan dalil

syar’i atau dengan istinbath (penetapan) hukum, kemudian mengambil

kesimpulan bahwa tidak sah nikah tanpa wali, kesimpulan ini disebut fatwa. Fulan

yang berfatwa disebut mufti dan orang yang meminta fatwa disebut mustafti.5

Fatwa dapat didefinisikan sebagai pendapat mengenai suatu hukum Islam

yang merupakan tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh

peminta fatwa dan tidak mempunyai daya ikat.6 Fatwa biasanya cenderung

dinamis, karena merupakan tanggapan terhadap perkembangan baru yang sedang

dihadapi masyarakat peminta fatwa. Isi fatwa itu sendiri belum tentu dinamis,

tetapi minimal fatwa itu responsif. Fatwa merupakan salah satu metode dalam Al-

Qur’an dan al-Sunnah dalam menerangkan hukum-hukum syara’, ajaran-

ajarannya, dan arahan-arahannya.

Fatwa yang dimaksudkan untuk mencari jawaban dari suatu masalah telah

diatur didalam surat An-Nisa ayat 127:

مى ٱل ب في یت یفتیكم فیھن وما یتلى علیكم في ٱلكت تي ال ویستفتونك في ٱلنساء قل ٱہلل نساء ٱل

مى تؤتونھن ما ك ن وأن تقوموا للیت تب لھن وترغبون أن تنكحوھن وٱلمستضعفین من ٱلولد

كان بھۦ علیما . بٱلقسط وما تفعلوا من خیر فإن ٱہلل

Artinya:. Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang Para wanita. Katakanlah:

"Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan

kepadamu dalam Al Quran (juga memfatwakan) tentang Para wanita yatim yang

kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka,

sedang kamu ingin mengawini mereka dan tentang anak-anak yang masih

dipandang lemah. dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak

yatim secara adil. dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, Maka

Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahuinya. (Q.S An-Nisa: 4: 127)

5 Fuad Thohari, Pedoman Penetapan Fatwa Bagi DA’I, h. 59. 6 Ensiklopedia Hukum Islam jilid I, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Houve, h.326.

Page 26: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

14

2. Apakah MUI Memenuhi Kriteria Sebagai Mufti

Untuk menetapkan hukum Islam, seorang mufti harus memenuhi

persyaratan yang ditetapkan ulama. mengutip dari buku Fuad thahari menurut

Ibnu Qoyyim secara khusus, syarat-syarat yang harus dimiliki seorang mufti

antara lain:7

a. Memahami Al-Qur’an dan ilmu-ilmu yang terkait (ulum Al-Qur’an)

b. Mengetahui sebab-sebab turunya ayat- ayat Al-Qur’an dan sebab- sebab

keluarnya hadis

c. Mengetahui ayat Al-Qur’an yang nasikhah (ayat yang menghapus) dan ayat

Al-Qur’an yang mansukhah (ayat yang dihapus)

d. Mengetahui secara persis ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat musytabihat (

samar )

e. Mengetahui secara detail penta’wilan Al-Qur’an dan penafsirannya secara

valid dan akurat

f. Mengetahui secara mendetail tentang hadis-hadis Rasulullah S.A.W.

g. Mengetahui ayat-ayat Makiyah ( ayat-ayat yang diturunkan kepada

Rasulullah S.A W. Sebelum hijrah ke Madinah, kendatipun tidak turun di

Mekah ) dan Madaniyah ( ayat-ayat yang turun sesudah hijrah kendatipun

tidak turun di Madinah )

h. Mengetahui ilmu-ilmu agama Islam secara menyeluruh, seperti ilmu Fikih,

Ushul Fikih, Ilmu Kalam, Ilmu Nahwu, Balaghah, dan ilmu lain yang

menunjang dalam menetapkan fatwa.

i. Mengetahui tentang kepentingan masyarakat banyak (mashlahah al-

‘ammah)

j. Harus terhindar dari sikap tercela dan mengutamakan kepentingan ilmiah.

7 Fuad Thohari, Pedoman Penetapan Fatwa Bagi Da’I, h.62.

Page 27: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

15

Dari rumusan syarat-syarat yang berbeda yang disampaikan oleh beragam

pakar ushul fiqh, syarat mufti itu dikelompokkan pada empat kelompok sebagai

berikut:8

1. Syarat umum. Karena ia menyampaikan hal-hal yang berkenaan dengan

hukum syara’ dan pelaksanaannya, maka ia harus seorang mukalaf yaitu

muslim, dewasa dan sempurna akalanya.

2. Syarat keilmuan: yaitu bahwa ia ahli dan mempunyai kemampuan untuk

berijtihad. Untuk itu ia harus memiliki syarat-syarat sebagaiman syarat

yang berlaku bagi seseorang mujtahid antara lain mengetahui secara baik

dalil-dalil sam’i mengetahui secara baik dalil-dalil aqli.

3. Syarat kepribadian: yaitu adil dan dipercaya. Dua persyaratan ini dituntut

dari seseorang mufti karena ia secara langsung akan menjadi ikutan bagi

umat dalam beragama. Dua syarat ini bahkan tidak dituntut dari seseorang

mujtahid karena tugasnya hanya meneliti dan menggali.

4. Syarat pelengkap dalam kedudukannya sebagai ulama panutan yang oleh

al-Amidi di uraikan antara lain: dengan berfatwa ia bermaksud untuk

membidik untuk mengetahui hukum syara’, bersifat tenang (sakinah) dan

berkecukupan. Ditambahkan sifat oleh Imam Ahmad menurut yang

dinukilkan oleh Ibn al-Qoyyim yaitu: mempunyai niat dan itikad yang baik,

kuat pendirian dan dikenal di tengah umat. Al-Asnawi secara umum

mengemukakan syarat mufti, yaitu sepenuhnya syarat-syarat yang berlaku

pada seorang perawi hadis karena dalam tugas-tugasnya memberi

penjelasan sama dengan tugas perawi.

Begitu pentingnya posisi mufti, hampir seluruh kitab Ushul Fiqih

membicarakan dan menetapkan sejumlah prinsip, adab (kode etik), dan

persyaratan ketat yang harus dimiliki setiap mufti (orang yang akan memberikan

fatwa) maka dengan demikian fatwa tidak bisa dijadikan sebagai sumber

ketetapan hukum. Fatwa merupakan suatu pilihan hukum yang bisa diikuti dan

bisa saja dikritisi, karena produk hukum hasil fatwa tidak ubahnya seperti produk

8Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, ( Jakarta: Kencana 2014 ), h. 486.

Page 28: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

16

hasil ijtihad lainnya yang tidak memiliki nilai kebenaran mutlak dan nilai

kekuatan untuk mengikat.9 Secara prinsipil dan beberapa hal yang telah diuraikan

diatas bahwa Kedudukan fatwa dalam sistem hukum Islam sangat penting

mengingat permasalahan sosial semakin hari semakin banyak. Walaupun secara

substansi bahwa fatwa memiliki otoritas hanya sebatas dalam rangka responsif,

proaktif, dan antisipatif yang sifatnya tidak mengikat namun tidak mengurangi

keluhurannya dalam rangka menjalankan dan menunaikan tanggung jawab serta

tugasnya demi melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan

agama Islam menuju kehidupan umat manusia yang berada pada jalan lurus dan

garis yang benar.

Jika diamati fatwa-fatwa MUI memberi kesan pada masarakat bahwa MUI

tidak professional dan tidak banyak mengetahui persoalan-persoalan

perkembangan keislaman di masyarakat. Selain itu juga terkesan MUI tidak

mendalam pengusaannya tentang ilmu-ilmu keislaman.

Buktinya banyak ulama dan tokoh masyarakat yang mampu membantah

fatwa MUI dengan argument-argumen yang mematahkan. Ditambah lagi fatwa-

fatw MUI tidk dapat mengcover ormas-ormas (NU, Muhammadiya, dll), Misalnya

yang terjadi pada fatwa haram rokok bagi anak-anak dan wanita hamil. Juga

tentang fatwa haramnya golput.

Jika fatwa-fatwa MUI memberi kesan bahwa ulama dan kiyai yang ada di

MUI tidak professional atau belum memenuhi syarat sebagai ulama dan mujtahid,

ini akan membahayakan kehidupan masyarakat Islam di Indonesia.

Beberapa pertanyaan dan keraguan tentang MUI:

1. Sudahkah ulama yg bertugas di MUI memenuhi syarat sebagai mufti atau

mujtahid? Jika belum, tentu fatwanya tidak sah, alias tidak sah diikuti.

2. Sudahkah ulama di MUI itu diuji secara professional oleh ulama atau

mujtahid yang telah memenuhi syarat sebagai mujtahid? Jika belum, mengapa

mereka berani mengeluarkan fatwa yang memberi kesan “urun-rembuk”.

9 Ija Suntana, Daya Ikat Fatwa, (Bandung: Unversitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2009), h. 3.

Page 29: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

17

Yakni tidak menunjukkan sebagai seorang mufti yang benar berani

bertanggung jawab atas fatwanya kelak di hadapan Allah swt.

3. Mengapa di MUI belum ada forum Mujtahid yang layak untuk menguji para

calon mujtahid yang akan bertugas di MUI? Jika belum ada, mengapa mereka

tidak diuji di negeri muslim yg telah memiliki mujtahid seperi Mesir dan

Iran?

4. Dalam sepengetahuan seorang Prof. DR dalam bidang ilmu tafsir, apalagi

lulusan SI dan S2, belum pasti memenuhi syarat sebagai mujtahid, kecuali

telah lulus diuji oleh seorang mujtahid atau beberapa mujtahid dalam bidang

hukum Islam.

5. Lebih fatal lagi jika ulama atau kiyai di MUI mengeluarkan fatwa

berdasarkan pesan sponsor, atau mengikuti kebijakan pemerintah yang tidak

paham ajaran Islam. Dan lebih bahaya lagi jika fatwa MUI mengikuti

kepentingan politisi. Seperti mengharamkan Golput. Apa dasarnya dalam Al-

Qur’an dan hadis? Yang jelas dan qath’i dalilnya adalah kita haram mematuhi

penguasa zalim dan ulama su’ (ulama yang buruk mentalnya).

6. Supaya lebih professional, bagaimana kalau calon-calon ulama dan kiyai yg

akan bertugas di MUI diuji secara formal kemampuan dan pengusaannya

tentang ilmu-ilmu keislaman, juga moral dan pribadinya? Supaya tidak

membingungkan dan membinasakan umat dan masyarakat. Sungguh akan

lebih berbahaya jika seorang ulama di MUI diangkat berdasarkan

kedekatannya dengan penguasa. Bukan berdasarkan ketinggian ilmunya dan

kemuliaan akhlaknya.10

10 Muhammad Dainuri, MUI Dalam tinjauan Proporsional dan Profesional, http://daeeleea.blogspot.co.id/2013/06/mui-proporsional-dan-profesional.html (Diakses:15-03-18 Jam: 15:20

Page 30: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

18

B. Teori Kebebasan Ekspresi Beragama

agama-agama resmi di Indonesia dijamin keberadaanya oleh negara

dengan adanya regulasi Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang

Pencegahan Penyalahgunaan Dan/Atau penodaan Agama. namun anehnya masih

ada beberapa kelompok yang ingin menghapuskan sebagian atau keseluruhan dan

isi undang-undang tersebut. seperti misalnya Musdah Mulia bersama 7 LSM yang

pernah mengajukan Judicial Review terkait Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965

tersebut, sehingga kemudian menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat.

Salah satu dasar gugatannya diantaranya adanya ketidakpastian hukum, sehingga

dianggap menjadi alat penekan kelompokk mayoritas untuk memaksakan

kebenaran kepada kelompok minoritas. Anggapan tersebut terlihat aneh, adanya

jaminan perlindungan agama resmi malah dianggap alat penekan kelompok

tertentu terhadap kelompok lainnya. Padahal negara Indonesia notabene negara

multikultural yang memilik ragam, budaya, bangsa, bahasa dan agama telah rukun

dan damai dibawah naungan Pancasila yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Menurut Yayan Sopyan, masyarakat diberikan hak dan kebebasan untuk

memeluk agama dan menjalankan ibadah serta ajaran agamanya masing-masing

sesuai dengan kepercayaanya, sebagaimana tertuang dalam amanat konstitusi,

selain itu negara pun turut bertanggung jawab dalam meningkatkan ketakwaan

dan menuntun warganya untuk berprilaku mulia. Karenanya bila ada wacana

kebebasan berekspresi dan kebebasan berpendapat termasuk didalamnya

kebebasan untuk menyiarkan keyakinan dan pemahaman keagamaan yang

“menyimpang” dan bertentangan dengan “mainstream” keyakinan dan

pemahaman keagamaan pada umumnya, hal itulah pada dasarnya yang

merupakan bentuk pelanggaran hak konstitusional warga negara. Para pemohon

dalam pengajuan uji materi UU No. 1/PNPS/1965 berdalih dengan

mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam hal kebebasan berasgama

dan berkeyakinan. sehingga hal tersebut tanpa sadar malah melupakan hak asasi

pemeluk agama resmi yang diakui negara. Hal tersebut diulas Sodikin dalam

makalahnya sebagai berikut: “Realitas menunjukkan berbagai peristiwa yang

Page 31: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

19

mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bidang keagamaan yang

belakangan ini muncul. Hak kebebasan beragama ini dijadikan alasan untuk

secara bebasa menganut kepercayaan sendiri tanpa juga memperatikan hak

beragama orang lain.”

Secara sederhana seolah perlindungan agama resmi dan pelanggaran aliran

kepercayaan baru bertentangan dengan Hak Asasi Manusia untuk berekspresi

dengan berkeyakinan, sehingga kemudian dianggap bertentangan dengan hak

konstitusional warga negara. Artinya kelompok pemohon dalam uji materi

undang-undang ini ingin memberikan ruang bebas seluas-luasnya kepada seluruh

warga negara Indonesia untuk memeluk agama, keyakinan dan kepercayaan apa

saja walaupun bertentangan dengan agama resmi yang diakui negara. Sehingga

kebebasan yang diberikan akan menghilangkan perlindungan atas kemurnian

agama resmi yang sudah ada. maka kemudian memungkinkan munculnya

sempalan-sempalan aliran yang mirip dengan agama Islam, agama Katolik, agama

Kristen, agama Hindu, agama Budha, dan agama Konghucu. Bila hal ini dibiarkan

tidak menutup kemungkinan agama resmi yang sudah diakui negara tadi akan

pudar keasliannya, dan secara tidak langsung hak konstitusional warga negara

untuk memeluk agamanya akan terlanggar.

Menurut penulis, pemahaman akan Hak Asasi Manusia dalam memeluk

agama yang diusung oleh kelompok pemohon uji materi UU No.1/PNPS/1965

tidaklah relevan dalam konteks keindonesiaan. Karena filosofi dari HAM itu

sendiri tidak lain memberikan kewajiban kepada seseorang untuk menghormati

hak asasi orang lain. Artinya ada kewajiban menghormati agama yang sudah ada

diatas tuntutan hak untuk membuat inovasi agama baru. Pengakuan adanya hak

asasi pada seseorang berarti mengakui adanya kewajiban yang harus dilakukan

terhadap orang lain artinya adanya kewajiban asasi semua orang untuk

menghormati hak asasi yang dimiliki oleh orang lain. Dengan demikian,

hubungan antara hak dan kewajiban adalah resiprokal yang harmonis, karena

pengakuan hak pada pada pihak tertentu berimplikasi kewajiban pada pihak lain.11

11 Nuraahim Yunus, “Hak Konstitutional Warga Negara Dalam Beragama”. (Surat Kabar ADALAH) 01 Januari 2017

Page 32: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

20

C. Aliran Sesat Dan Fatwa

1. Definisi Aliran Sesat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sesat memiliki arti tidak

melalui jalan yang benar; salah jalan atau menyimpang dari kebenaran

(tentang agama dan sebagainya). Sedangkan menyesatkan berarti membawa

kejalan yang salah; menyebabkan sesat (salah jalan).12 Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sesat adalah usaha untuk mempengaruhi orang untuk

menyimpang dari kebenaran atau menuju jalan yang salah.

Sesat dalam bahasa arab disebut dengan dhalal atau dhalalah. Al-

Qurthubi, menyatakan bahwa asal dari kata dhalal atau al-ghaybubah

(tersembunyi/gaib). Menurut Al-Alusi dan Abu Hilal al-‘Askari, asal dari

dhalal adalah al-halak (rusak). Kemudian Al-Baghawi menggabungkan

keduanya bahwa asal dari dhalal adalah al-halak wa al-ghaybubah (rusak dan

tersembunyi). Al-Qurthubi mengatakan bahwa dhalal hakikatnya adalah pergi

meninggalkan kebenaran, diambil dari tersesatnya jalan, yaitu menyimpang

dari jalan yang seharusnya.13

Dhalal secara mutlak mencangkup orang yang tersesat dari petunjuk, baik

sengaja maupun karena kejahilan, dan tentu saja ia akan mendapatkan adzab.

Penyebab kesesatan adalah karena kejahilan (bodoh atau tidak tahu tentang

ajaran agama), lalu orang jahil itu mengikuti leluhurnya atau oorang-orang

yang dikasihinya sehingga ia menyimpang dari jalan yang lurus karena

kejahilannya terhadap perintah dan larangan Allah sebagaimana disebutkan

dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Atau bisa juga karena hanya mengikuti

12 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sesat, http://kbbi.web.id/sesat. Diakses pada 21 Mei 2016, pukul 18.51 WIB. 13 Yahya Abdurrahman, Sesat (Dhalal), http://hizbuh-tahrir.or.id/2008/08/01/sesat-dhalal/. Diakses pada 21 Mei 2106, Pukul 19.18 WIB.

Page 33: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

21

nafsunya tanpa petunjuk dari Allah sehingga ia berpaling dari menuntut ilmu

syari’ dan mengetahui kebenaran.14

Al-Jili mengatakan bahwa jalan sesat adalah jalan yang ditempuh berbagai

pemeluk agama dan keyakinan selain umat nabi Muhammad Saw. Tetapi

keyakinan mereka telah dinodai oleh sikap politeistik dan ateistik, sehingga

mereka terpecah-belah dan tersesat. Dengan demikian Al-Jili dengan tegas

menyampaikan bahwa jalan Muhammad adalah jalan yang lurus, jalan yang

menyampaikan kepasa kebahagian sejati tanpa ada kesulitan sedikitpun.15

2. Kriteria Aliran Sesat

untuk menilai suatu aliran dikategorikan sesat atau tidak dalam pandangan

islam maka harus dilihat ketentuan-ketentuan yang ada dalam al-Quran

maupun sunnah.16 secara umum ajaran Islam dapat digolongkan dalam dua

kelompok, yaitu Ushul yang merupakan ajaran pokok yang mencakup aqidah

dan ibadah serta furu’ yang merupakan rincian dari ajaran pokok yang juga

mencakup aqidah dan ibadah.

secara metodologis suatu ajaran dapat dikatakan sesat jika menyimpang

dari ajaran pokok yang bersumber dari al-Quran dan sunnah . contohnya

adalah pengingkaran terhadap hari akhir dan kenabian Nabi Muhammad

SAW sebagai penutup para nabi. sedangkan perbedaan dalam rincian-rincian

ajaran (Furu) tidak dianggap sebagai sebuah kesesatan, melainkan hanya

dipandang sebagai perbedaan pendapat dalam hal aqidah dinamakan aliran.

sedangkan perbedaan pendapat dalam hal fiqih disebut mazhab.

majelis ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan 10 (sepuluh)

kriteria untuk menilai suatu aliran kepercayaan dipandang sebagai aliran sesat

atau tidak. jika suatu aliran kepercayaan dipandang sebagai aliran sesat atau

14 Ummu Tamim, Menyingkap Aliran dan Paham Sesat, (Jakarta: Pustaka Imam Ahmad, 2010) h.7-8 15 Media Zainul Bahri, Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn Arabi, Rumi dan Al-Jili, (Jakarta; PT. Mijan Publika, 2011) h.302-303. 16 Yulkarnain. Harahap, Jurnal“Aliran sesat dalam perspektif hukum pidana islam dan Hukum pidana nasional” H.03

Page 34: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

22

tidak. jika suatu aliran terdapat salah satu atau lebih dari 10 kriteria tersebut,

maka aliran tersebut sudah dapat dikatakan sebagai suatu aliran sesat.

pertama, mengingkari salah satu dari rukun iman yang enam. Kedua,

meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan al-Quran dan

Hadits. ketiga, meyakini turunnya wahyu setelah al-Quran. Keempat,

mengingkari otentisitas dan kebenaran isi al-Quran. Kelima, melakukan

penafsiran al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir. Keenam,

mengingkari kedudukan Hadits sebagai sumber ajaran Islam. Ketujuh,

menghina, melecehkan atau merendahkan para nabi dan rasul. kedelapan,

mengingkari nabi Muhammad sebagai rasul terakhir. kesembilan, mengubah

pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke

baitullah, shalat wajib tidak 5 waktu. kesepuluh, mengkafiri sesama muslim

hanya karena bukan termasuk kelompoknya.17

disamping itu, ada beberapa indikator untuk menilai suatu aliran

keagamaan dipandang sesat. pertama, mengingkari kekadiman Allah SWT.

Kedua, mendustakan salah seorang Rasulullah. ketiga, mengingkari sunah

rasul. keempat, mengingkari mabi muhammad adalah nabi terakhir, dengan

kata lain meyakini adanya nabi sesudah nabi Muhammad SAW. Kelima,

memiliki aqidah yang bertentangan denga al-Quran dan hadits yang telah

disepakati oleh para ulama (ijma).

secara teknis di Indonesia, pihak yang mempunyai otoritas untuk

menyatakan bahwa suatu aliran termasuk sesat adalah pemerintah melalui

bakorpakem setelah ada penelitian mendalam tentang sejauh mana

kesesatannya. adapun proses untuk menyatakan sesat adalah. pertama,

penelitian dilapangan oleh Departemen Agama, hal ini untuk melihat apakah

suatu aliran menunjukan indikasi meresahkan masyarakat dan menodai

agama, kemudian, Kedua, melakukaan koordinasi dengan instansi terkait

yaitu kejaksaan, polda dan mendagri. jika bakorpakem sudah menyatakan

sesat, maka kanwil depag melalui para penyuluh agama akan berusaha

17 Sigit Pranowo, “Sepuluh kriteria aliran sesat”, http://www.eramuslim.com//ustadz-menjawab/aqidah/10-kriteria-aliran-sesat.htm. (diakses: 04 april 2018)

Page 35: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

23

membina mereka untuk bertaubat dan kembali pada ajaran yang benar.

terhadap para pengikut aliran sesat, tidak boleh ada aksi anarkis mereka

karena hal tersebut akan menimbulkan hal yang tidak baik.18

sesat tidaknya suatu aliran bermula dari fatwa yang dikeluarkan MUI.

kekuatan suatu fatwa tergantung pada kredibelitas lembaga yang

mengeluarkan fatwa. Fatwa dapat dianggap sebagai sebuah pendapat hukum

jika fatwa tersebut dikeluarkan oleh orang atau lembaga yang kredibel maka

fatwa tersebut tidak dapat diabaika. Diindonesia MUI merupakan forum

ulama, cendikiawan dan pemimpin umat islam dari 46 ormas islam, sehingga

gaung dari fatwa MUI cukup besar bahkan berskala nasional.

D. Proses Fatwa MUI Tentang Aliran GAFATAR

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa bahwa Gerakan Fajar

Nusantara (Gafatar) adalah sebuah ajaran atau aliran sesat. Ketua Umum MUI

KH. ma’aruf Amin menyampaikan fatwa tersebut dalam konferensi pers di kantor

MUI jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, hari Rabu.

Yang meyakini paham dan ajaran keagamaan Gafatar adalah Murtad, dan

wajib bertaubat. Ajaran Gafatar telah menggabungkan beberapa agama di

antaranya Islam, Yahudi, Nasrani, yang itu dinilai telah melecehkan. KH. Ma’aruf

Amin meminta pemerintah wajib melarang penyebaran aliran Gafatar serta setiap

paham dan keyakinan serupa. Selain itu melakukan penindakan hukum sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap pemimpin Gafatar t

terus menyebarkan aliran dan ajaran keagamaannya.

Seluruh umat Islam di seluruh Indonesia juga di minta memperkeruh

kondisi itu dengan tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum. Untuk itu

segala kerugian terhadap aset yang dibakar dan dirampas agar dipulangkan

kembali atau diganti.

18 Yulkarnain. Harahap, Jurnal“Aliran sesat dalam perspektif hukum pidana islam dan Hukum pidana nasional” H.05

Page 36: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

24

Fatwa tersebut dikeluarkan setelah MUI melakukan pertemuan bersama

dengan perwakilan dari daerah di seluruh Indonesia dan juga pertemuan dengan

Kejaksaan Agung. Setelah melalui proses tersebut maka MUI menetapkan Gafatar

sebagai organisasi atau ajaran yang menyesatkan dan tidak diperkenankan untuk

berdiri kembali.

Dalam jumpa Pers Ketua Umum didampingi oleh Ketua Bidang Fatwa

MUI Khuzaemah T. Yanggo, Ketua Komisi Fatwa Hasanuddin, dan Sekkretaris

Komisi Fatwa Asrorun Ni’am Sholeh.19

Vonis sesat MUI itu dapat dipandang sebagai perwujudan dari peran MUI

sendiri, disamping sebagai pelanjut dari tradisi takfir yang telah terjadi di Sejarah

Pemikiran Islam yang cukup awal. Di dalam Muqaddimah Pedoman Dasar

Majelis Ulama Indonesia menyadari keberadaannya sebagai ahli waris para nabi

(warasatul anbiya’), pelayan umat (khadimul ummah), dan penerus misi yang

diemban Rasulullah Muhammad Saw. Selanjutnya , dijelaskan bahwa sebagai

warasatul anbiya’, Ulama Indonesia menyadari bahwa merupakan suatu

kewajiban bersama (fardlun jama’iy) untuk menegakkan kebeneran dan keadilan

dengan cara yang baik dan terpuji. Kemudian, diungkapkan pula bahwa Ulama

Indonesia menyadari peran dan fungsinya sebagai pemimpin umat yang harus

lebih ditingkatkan, sehingga mampu mengarahkan dan mengawal umat Islam

dalam menanamkan Aqidah Islamiyah, membimbing umat dalam menjalankan

ibadat, menuntun umat dalam mengembangkan akhlakul karimah agar terwujud

masyarakat yang berkualitas (khair ummah). Bila dikaitkan dengan persoalan

fatwa tidak dapat dilepaskan dari peran dan fungsi MUI ini. Di samping berkaitan

dengan peran dan funsi MUI itu, pemberian fatwa terhadap umat juga

berhubungan dengan tekad MUI untuk tidak membiarkan umat dalam

kebingungan.

Di dalam Muqaddimah Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa Majelis

Ulama Indonesia disebutkan bahwa membiarkan persoalan tanpa ada jawaban dan

19 Yan Chrisna Dwi Atmaja, MUI Menetapkan Fatwa Gafatar Sesat, www.satuharapan.com diakses pada Rabu, 03 Februari 2016. 13.13 WIB.

Page 37: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

25

membiarkan umat dalam kebingungan tidak dapat dibenarkan, baik secara i’tiqadi

maupun secara syar’i. Tekad ini dilanjutkan dengan klaim MUI sebagai pengayom

umat dan sebagai lembaga yang paling kompeten dan paling dipercaya.

Dinyatakan di dalam Muqaddimah Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa

bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang merupakan wadah musyawarah para

ulama, zu’ama, dan cendikiawan muslim serta menjadi pengayom bagi seluruh

muslim Indonesia adalah lembaga yang paling berkompeten bagi pemecahan dan

menjawab setiap masalah sosial keagamaan yang senantiasa timbul dan dihadapi

masyarakat serta telah mendapat kepercayaan penuh, baik dari masyarakat

maupun dari pemerintah.20

sejalan dengan klaimnya itu di Bab IV yang mengatur tentang

“Kewenangan dan Wilayah Fatwa” dinyatakan di Pasal 1 bahwa MUI berwenang

menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah keagamaan secara umum, terutama

masalah hukum fikih dan masalah aqidash yang menyangkut kebenaran dan

kemurnian keimanan umat Islam Indonesia.21

Dengan demikian, MUI berkepentingan dengan kebenaran beragama,

kebenaran aqidah dan kemurnian keimanan Islam Indonesia. Dari sinilah MUI

merasa berkewajiabn mengawal atau menjaga umat agar tetap pada jalur

kebeneran beragama, kebenaran aqidah dan kemurnian keimanan. Atas dasar

inilah MUI akan selalu memberikan fatwa (jawaban atau penjelasan) di setiap ada

persoalan baru yang muncul, baik yang yang berkenaan dengan persoalan i’tiqadi

maupun syar’i, persoalan akhlak maupun hukum. Apalagi kalau persoalan

keagamaan yang muncul itu berkaitan dengan masalah penyimpangan atau

penyelewengan agama, maka MUI akan segera meresponnya walaupun tidak

diminta.22

20 Dr. Hm. Asrorun Ni’am Sholeh, MA, Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa, dalam Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, jakarta: Sekretaris Majelis Ulama Indonesia,2010, h.3-4. 21 Dr. Hm. Asrorun Ni’am Sholeh, MA, Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa, dalam Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, jakarta: Sekretaris Majelis Ulama Indonesia,2010, h.7

Page 38: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

26

Klaim MUI sebagai lembaga yang berkompeten dan berwenang memang

mengindikasikan suatu klaim diri bahwa paham MUI lah yang benar atau MUI lah

yang berkompeten dan berwenang menetapkan kebenaran beragama di Indonesia.

Dengan sepuluh kriteria aliran sesat yang telah di tetapkan oleh MUI, maka segala

bentuk paham dan praktek keagamaan yang memenuhi salah satu unsur itu tidak

lagi dipandang sebagai bentuk perbedaan, tapi ditetapkan sebagai bentuk

penyimpangan dan penyelewengan yang sesat dan menyesatkan.

22Di Pedoman Dasar Majeslis Ulama Indonesia Bab III tentang “Sifat dan Fungsi” Pasal 4 mengenai “Fungsi” dinyatakan bahwa MUI merupakan pemberi fatwa kepada umat Islam dan pemerintah, baik diminta maupun tidak diminta.

Page 39: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJLIS ULAMA INDONESIA

A. Sejarah dan Status Kelembagaan Majlis Ulama Indonesia (MUI)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) didirikan pada tanggal 26 Juli 1975 M atau

17 Rajab 1375 H di Jakarta berdasarkan Pedoman Dasar 2005 pada Bab I 162

pasal 1 ayat (2).1 Bermula dari konferensi para ulama di Jakarta yang

diselenggarakan oleh Pusat Dakwah Islam bentukan pemerintah pada waktu KH.

M. Dahlan sebagai Menteri Agama, tanggal 30 September s.d. 4 Oktober 1970,

pada waktu itu diajukan saran untuk memajukan kesatuan kaum muslimin dalam

kegiaan sosial dengan membentuk sebuah majelis para ulama Indonesia yang

diberi tugas untuk memberikan fatwa-fatwa.2

Tahun 1974 diadakan lokakarya nasional Persatuan Dakwah Nasional,

Dakwah Muslim Indoensia, presiden pada waktu itu Soeharto menyarankan

perlunya sebuah badan nasional bagi para ulama untuk mewakili kaum muslimin

dalam sebuah wadah pertemuan antar umar beragama. Pada tanggal 24 Mei 1975

ketika presiden Soeharto menerima delegasi Dewan Masjid Indonesia, ia

menekankan kembali perlunya dibentuk Majelis Ulama Indonesia dengan alasan

agar kaum muslimin bersatu dan sadar bahwa permasalahan bangsa harus

diselesaikan dengan turut sertanya ulama. Menteri Dalam Negeri Amin Machmut

juga menganjurkan daerah-daerah agar membentuk Majelis Ulama dan hasilnya

Mei 1975 sebanyak 26 propinsi telah membentuk Majelis Ulama daerah.3

Pada tanggal 1 Juli 1975 pemerintahan Soeharto melalui Departemen

Agama mengumumkan penunjukkan sebuah panitia persiapan pembentukan

Majelis Ulama tingkat Nasional, dengan ketua H. Sudirman, penasehat Dr.

1 Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia Tahun 2005, (Jakarta: Sekretaris MUI Pusat, 2005), h. 31.

2 Muhammad Atho Mudzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah Studi tentang

Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988, (Jakarta: INIS, 1993), h. 66. 3 Muhammad Atho Mudzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah Studi tentang

Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988, h. 55.

27

Page 40: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

28

Hamka, KH. Abdullah Syafi'i dan KH. Syukri Ghazali. Pada muktamar nasional

ulama tanggal 21-27 Juli 1975 dengan akhir muktamar disepakati "Piagam

Pembentukan MUI" dengan ditanda tangani 66 orang peserta dan mengumumkan

terbentuknya Majelis Ulama Indonesia, dengan ketua umum pertama yaitu Dr. H.

Abdul Malik Karim Amrullah yang biasa dipanggil Buya Hamka.4 Tanda

berdirinya MUI diabadikan dalam bentuk penandatanganan Piagam Pembentukan

MUI terdiri dari; 3 orang ulama, 26 orang ketua MUI dari se-Indoensia, 10 orang

ulama dari unsur organisasi Islam tingkat pusat, 4 orang ulama dari Dinas Rohani

Islam AD, AU, AL dan Polri, serta 13 orang ulama yang hadir dari sebagai

pribadi. Kesepuluh Ormas Islam tersebut adalah: NU (KH. M. Dahlan),

Muhammadiyah (Ir. H. Basit Wahid), Syarikat Islam (H. Syafi'I Wirakusumah),

Perti (H. Nurhasan Ibnu Hajar), Al-Wasliyah (Anas Tanjung), Mathla'ul Anwar

(KH. Saleh Su'aidi), GUPPI (KH. S. Qudratullah), PDI (H. Sukarsono), DMI

(KH. Hasyim Adnan), Al-Itthiadiyah (H. Zaenal Arifin Abbas).5

Sebagai organisasi sosial keagamaan MUI telah menetapkan visinya sebagai

berikut: Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan

kenegaraan yang baik, memperoleh ridha dan ampunan Allah swt (baldah

tayyibah wa rabbun gafur) menuju masyarakat berkualitas (khairu al-'ummah)

demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum muslimin ('izzul al-Islam wa al-

muslim) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai manifestasi

dari rahmat bagi seluruh alam (rahmah li al-'alamin).6 Disamping visi, ditetapkan

pula misi untuk mencapai sasaran visi tersebut, yaitu:7

1. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan

menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah al-hasanah), sehingga mampu

4 Rusjd Hamka, Pribadi dan Martabat Prof. Dr. Hamka, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1981), h. 68.

5 Tim Penyusun MUI Pusat, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia Pusat, 2001), h. 41.

. 6 Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia

Tahun 2005, h. 21. 7 Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia

Tahun 2005, h. 21.

Page 41: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

29

mengarahkan dan membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk

aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariat Islamiyah.

2. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma'ruf nahi mungkar dalam

mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyakat berkualitas

{khairu al-'ummah) dalam berbagai aspek kehidupan.

3. Mengembangkan ukhuwwah al-Islamiyyah dan bekersamaan dalam

mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Peran utama MUI yang akan dilakukan berdasarkan pedoman yang telah

ditetapkan dalam Pedoman Dasar, dan Pedoman Rumah Tangga Majelis Ulama

Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 yaitu:8

1. Sebagai ahli waris tugas para Nabi (warasah al-anbiya) yang menyebarkan

ajaran Islam, terwujudnya kehidupan Islami, dan memperjuangkan

perubahan kehidupan sesuai dengan ajaran Islam

2. Sebagai pemberi fatwa (mufti) dalam memberi fatwa diminta atau tidak

diminta, mengakomodasikan dan menyalurkan aspirasi umat yang beragam

aliran dan organisasi keagamaan.

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (ra'iy wa khadim al- 'ummah)

dimana melayani umat dan bangsa dalam memenuhi harapan, aspirasi dan

tuntutan dalam bimbigan dan fatwa keagamaan.

4. Sebagai Penegak Amar Makruf Nahyi Munkar dengan menegaskan

kebenaran sebagai kebenaran dan kebatilan sebagai kebatilan dengan penuh

hikmah dan istiqamah. Pejuang dakwah (mujtahid da'wah) dengan

berusaha merubah dan memperbaiki keadaan masyarakat dan bangsa

menjadi masyarakat dan bangsa yang berkualitas (khairu al- 'ummah)

sejalan dengan ajaran Islam.

5. Sebagai pelopor gerakan pembaharuan {al- tajdid) yaitu gerakan

pembaharuan pemikiran Islam.

8 Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia Tahun 2005, h. 24-26.

Page 42: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

30

6. Sebagai Pelopor Gerakan Islah adalah sebagai juru damai terhadap

perbedaan yang terjadi di kalangan umat. Menempuh jalan al-jam'u wa al-

taufiq (penggabungan dan pengkompromi/persesuaian) dan tarjih (mencari

hukum yang tebih kuat), sehingga terpelihara persaudaraan (ukhuwwah)

umat Islam Indonesia.

Disamping peran yang telah digariskan, MUI juga menetapkan fungsinya

pada Pedoman Dasar 2005-2010, antara lain:9

1. Sebagai wadah musyawarah para ulama, zuama dan cendekiawan muslim

dalam mengaomi umat dan mengmebangkan kehidupan yang Islami

2. Sebagai wadah silaturrahmi para ulama, zu'ama' dan cendekiawan muslim

untuk mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam dan menggalang

ukhuwwah al-Islamiyyah

3. Sebagai wadah yang mewakili umat Islam dalam hubungan dan kosultasi

antar umat beragama

4. Sebagai pemberi fatwa kepada umat Islam dan pemerintah, baik diminta

maupun tidak diminta.

Dengan kesungguhan ikhtiar, ketakwaan dan permohonan ampun kepada

Allah swt. MUI bermaksud turut serta dalam memajukan umat Islam, bangsa dan

negara Indonesia di bawah naungan ridha dan ampunan Allah, sehingga

terwujdnya negara baldah tayyibah wa rabbun gafur.10

Berdirinya komisi fatwa MUI tidak dapat dipisahkan dari sejarah berdirinya

lembaga MUI itu sendiri, dimana MUI itu dibentuk untuk memajukan kesatuan

kaum muslimin dalam kegiatan sosial dengan membentuk sebuah majelis para

ulama Indonesia yang diberi tugas untuk memberikan fatwa-fatwa.11

Komisi fatwa ada sejak ditetapkannya susunan kepengurusan MUI pusat

dengan ketua pertama Buya Hamka, dan ketua komisi pertama adalah Syukri

9 Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia Tahun 2005, h. 32.

10 Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia Tahun 2005, h. 92.

11 Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia

Tahun 2005, h. 92.

Page 43: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

31

Ghozali. Komisi ini diberi tugas untuk merundingkan dan mengeluarkan fatwa

mengenai persoalan-persoalan hukum Islam yang dihadapi masyarakat. Tahun

1975 MUI tidak mengeluarkan fatwa karena baru saja dibentuk, kemudian baru

pada 1976 sampai dengan 1984 MUI mengeluarkan fatwanya. Tahun 1985 sampai

dengan 1986 MUI tidak mengeluarkan fatwa karena MUI ingin menghindari

pengeluaran fatwa terlampu banyak dan adanya kritik habis-habisan dalam

fatwanya tentang adu tinju yang dilarang oleh agama Islam, masyarakat

beranggapan MUI tidak perlu menanggapi hal ini.12

Sifat khusus dari tugas MUI adalah memberi nasihat, karena itu MUI tidak

boleh melakukan program praktis, dan hal ini disampaikan sejak awal oleh

Presiden Soeharto pada Konferensi Nasional Pertama para ulama tanggal 21 Juli

1975, bahwa MUI tidak boleh terlibat dalam program praktis seperti

menyelenggarakan madrasah, masjid, rumah sakit dan lainnya, karena ada

organisasi Islam lain yang telah mengelolanya, disamping itu MUI juga dilarang

berpolitik praktis, karena ada partai politik seperti PPP dan PDI, serta Golkar.13

MUI dalam pedoman dasarnya melaksanakan tugas dalam memberi fatwa

dan nasihat, baik kepada pemerintah ataupun kaum muslim mengenai persolan

keagamaan dan kebangsaan, sambutan Presiden Soeharto pada Pembukaan

Musyawarah Alim Ulama I di Istana Merdeka tanggal 21 Juli 1975 bahwa

diharapkan MUI berperan sebagai pemberi fatwa dalam mengatasi perbedaan

pendapat dalam menjalankan ibadah14 dan MUI juga diharapkan menggalakkan

persatuan di kalangan umat Islam, bertindak selaku penengah antara pemerintah

dan kaum ulama, dan mewakili kaum muslimin dalam permusyawaratan

antargolongan agama.15

12 Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia Tahun 2005, h. 79.

13 Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi: Selayang Pandang Sejarah Para Ulama, h. 324.

14 Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi: Selayang Pandang Sejarah Para Ulama,

h. 320. 15 Muhammad Atho Mudzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah Studi

tentang Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988, h. 63.

Page 44: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

32

Pada waktu berdiri hingga tahun 1986, MUI tidak membuat pedoman

berfatwa, yang mengakibatkan ketidakseragaman dalam mengeluarkan fatwa,

misalnya antara pusat dan daerah, sebagai contoh MUI Sumatera Barat

membolehkan peternakan kodok yang bersidang pada 21 Juli 1984, sementara

MUI Nusa Tenggara Barat mengharamkan peternakan kodok. Melihat gejala itu,

maka MUI pusat melakukan sidang pada 12 Nopember 1984 dengan kesimpulan

bahwa berternak kodok boleh atas dasar mazhab Maliki dan memakannya

dilarang atas dasar mazhab Syafi'i.16

Pada tanggal 30 Januari 1986 MUI pusat mengeluarkan buku pedoman rinci

untuk berfatwa dan MUI bertanggung jawab untuk mengeluarkan fatwa atas

masalah kaum muslimin dan kebangsaan. MUI daerah apabila ingin berfatwa

harus berkonsultasi dengan MUI pusat sebelum mengeluarkan fatwanya. Buku

pedoman itu juga mengatur bahwa komisi fatwa tidak boleh mengeluarkan fatwa

tanpa adanya tanda tangan ketua umum MUI setempat.17

Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-VI/MUI/VII/2005

tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan, Pedoman Dasar, dan Pedoman

Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28

Juli 2005 M, berdasarkan salah satu fungsi MUI sebagai pemberi fatwa kepada

umat Islam dan pemeintah, baik diminta maupun tidak diminta, sehingga secara

kesejarahan komisi fatwa sebagai perangkat organisasi terpenting dalam Majelis

Ulama Indonesia.18

16 Muhammad Atho Mudzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988, h.85-86.

17 Muhammad Atho Mudzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah Studi

tentang Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988, h.87. 18 Tim Penyusun MUI Pusat, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama

Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia Pusat, 2001), h. 46.

Page 45: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

33

B. Metode Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Hasil sidang pleno MUI pada 18 Januari 1986 menetapkan dasar-dasar

berfatwa di lingkungan MUI, yaitu:

1. Setiap keputusan Fatwa harus mempunyai dasar atas kitabullah dan sunnah

rasul yang mu'tabarah,19 serta tidak bertentangan dengan kemasalahatan

umat.

2. Jika tidak terdapat dalam kitabullah dan sunnah rasul, keputusan Fatwa

hendaklah tidak bertentangan dengan ijma’', qiyas dan mu'tabar serta dalil-

dalil hukum yang lain, seperti istihsan, masalih al mursalah, dan sadd al-

zari'ah.

3. Sebelum pengambilan keputusan fatwa hendaklah ditinjau pendapat-

pendapat para ahli hukum maupun yang berhubungan dengan dalil yang

dipergunakan oleh pihak yang berbeda pendapat.

4. Pandangan tenaga ahli dalam bidang masalah yang akan diambil keputusan

fatwanya.

Selain itu juga ditetapkan prosedur penetapan fatwa sebagai berikut:

1. Setiap masalah yang disampaikan kepada komisi hendaklah terlebih dahulu

dipelajari dengan seksama oleh para anggota komisi atau tim khusus

sekurang-kurangnya seminggu sebelum disidangkan.

2. Mengenai masalah yang telah jelas hukumnya qat'i hendaklah komisi

menyampaikan sebagaimana adanya, dan fatwa menjadi gugur setelah

diketahui ada nas-nya dari Alquran dan sunnah.. Dalam masalah yang

terjadi khilafiyyah di kalangan mazhab, maka yang difatwakan adalah hasil

Tarjih, (pendapat yang terkuat) setelah memperhatikan fiqih muqaranah

(perbandingan) dengan menggunakan kaidah-kaidah usul fiqih muqaranah

yang berhubungan dengan usaha mencari pendapat yang terkuat. MUI

19pembatasan akses dimaksud di atas ditegaskan dalam hasil keputusan Munas Alim Ulama NU 1993 di situbondo. Berasarkan keputusan Munas tesebut, yang dimaksud al-kutub al-mu’tabarah adalah kitab-kitab empat mazhab. Dalam perumusan tersebut tampak bahwa klasifikasi al-kutub al-mu’tabarah lebih ditekankan pada persoalan fikih. Rumusan yang lebih luas diputuskan dalam Munas Bndar Lampung yang menegaskan bahwa Kitab al-mutabarah adalah kitab-kitab tentang ajaran islam yang sesuai dengan aqidah ahli sunnah wal jama’ah.

Page 46: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

34

dalam menetapkan fatwa melakukan pendekatan dengan tiga cara.yaitu:

Pertama, pendekatan dengan menggunakan dalil yang jelas , yaitu

berpegang pada dalil Alqur'an dan hadis, sehingga fatwa yang dilakukan

apabila telah jelas hukumnya (al-Ahkam al- Qat'iyah) disampaikan

sebagaimana adanya. Kedua, pendekatan qawli, yaitu jawabannya dicukupi

oleh pendapat (qawl) dalam al-kitab al-mu'tabarah apabila terjadi

perubahan sosial maka dilakukan telaah ulang terhadap qawl tersebut. Dan

ketiga, pendekatan manhaji, yaitu dilakukan degan ijtihad jama'iy (ijtihad

kolektif).20

Komisi fatwa MUI melakukan ijtihad jika terjadi khilafiyah di kalangan

mazhab dengan cara:

a) Al-Jam'u wa al-Taufiq,

Apabila seorang Mujtahid tidak menemukan jalan untuk mentarjih

salah satu dari dua dalil yang berlawanan, hendaklah berusaha untuk

mengumpulkan dan mengkompromikan kedua dalil tersebut (Al-Jam'u wa

al-Taufiq). Yakni mengalihkan makna dari setiap dalil kepada makna yang

lain sehingga tidak terdapat perlawanan lagi.21 Berlainan dengan tarjih,

dalam taufiq ini, kedua dalil yang berlawanan itu diberlakukan semua.

Penggunaan metode al-jam'u wa al-taufiq yaitu mengalihkan makna dari

setiap dalil kepada makna yang lain sehingga tidak terdapat perlawanan

lagi.

Cara men-jama' dan men-taufiq dua buah dalil yang nampak

berlawanan dengan cara:22

1) Men-ta’wil salah satu dalil sehingga tidak berlawanan dengan nas lain

dan

20 Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika Kontemporer (Himpunan Fatwa Ulama), (Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Prop. KalSel dan Comdes Kalimantan, 2007), Cet. Ke-I, h.217.

21 Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fikih Islami, h,

477. 22 Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fikih Islami, h,

477.

Page 47: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

35

2) Salah satu dalil – dalil yang dijadikan takhsish terhadap dalil yang lain.

Contoh, men-ta'wil salah satu dalil sehingga tidak berlawanan dengan

dalil lain, hadis Abu Hurairah r.a:

23)رواه البخارى(ال ھامة وال صفر العدوى والطیرة و

Artinya:"Bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Tidak ada penularan,

ramalan jelek, penyusupan (reinkarnasi), roh (orang yang meninggal

kepada burung hantu) dan tidak ada bencana bulan safar. "(HR. Bukhari).

Hadis di atas menegaskan tidak ada penularan penyakit, karena

bencana itu sudah ada takdirnya sekalipun ia berkumpul dengan orang yang

sakit. Akan tetapi kalau diperhatikan dengan hadis:

)رواه البخارى( وفر من المجذوم كم تفر من االسدArtinya:"Larilah dari orang yang sakit lepra, sebagaimana kamu lari dari

singa dan seterusnya. " (HR. Bukhari).

Kandungan hadis ini terkesan adanya penularan peyakit. Dilakukanlah

jama' dan taufiq dengan men-ta'wil arti "la 'adwa" pada hadis pertama

dengan "Penyakit itu tidak dapat menular dengan sendirinya. Tetapi yang

menularkannya secara hakiki adalah Allah swt. dengan sebab adanya

percampuran antara si sakit dengan si sehat melalui media-media yang

berbeda-beda satu sama lain.

23 Abu Abdullah Muhammad, Sahih Bukhariy, nomor hadis 5707, (Beirut: Dar al-Fikri,

1996), jilid 7, h.22.

Page 48: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

36

b) Penggunaan ilhaq

Masalah yang tidak ditemukan pendapat hukumnya di kalangan

mazhab, yang memberikan makna bahwa salah satu metode fatwa MUI

adalah menggunakan ilhaq,24

Ilhaqi yaitu pendapat hukum yang ada di kalangan mazhab, dengan

cara menyamakan sesuatu masalah yang terjadi dengan kasus yang ada

padanya dalam al-kutub al-mu'tabarah. Penggunaan ilhaqi ini dipertegas

oleh Imam 'Abdurrahman bin Ziyad, bahwa:25

ین العراقى رحم هللا إلحاق حمن ابن زیاد نقال عن الشیخ زین الد وقال اإلمام عبد الر

بنظائرھا أولي من إختراع حكم لھا مستقل المسائل Artinya: "al-Imam 'Abdurrahman bin Ziyad melansir pendapat Syaikh

Zainiddin al-lraqiy bahwa (ilhaq al-masail binaza’iriha.) menyamakan

suatu masalah yang terjadi dengan kasus padananya dalam al-kutub al-

mu'tabarah dengan memperhatikan argumentasinya adalah lebih baik dari

pada membuat-buat hukum.”

c) Melakukan ijtihad jam’i (kolektif)

Langkah berikutnya adalah melakukan ijtihad jam'i (kolektif) dengan

menggunakan:

1) Metode bayani dengan cara memperhatikan pemakaian al-uslub (gaya

bahasa) bahasa Arab dan cara penunjukkan lafaz nas kepada artinya,26

atau pendekatan qawa'id al-lugawiyah,27 meliputi: dilalah lafziyah,

24 Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika Kontemporer (Himpunan Fatwa Ulama), (Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Propinsi. KalSel dan Comdes Kalimantan, 2007), Cet. Ke I, h. 223.

25 Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika Kontemporer

(Himpunan Fatwa Ulama), (Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Propinsi. KalSel dan Comdes Kalimantan, 2007), Cet. Ke I, h. 223.

26 Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman., Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fikih Islami, h.

179. 27 Muhammad Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih, h. 188.

Page 49: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

37

mafhum al- mukhalafah, dilalah nas yang jelas, dilalah nas yang

kurang ielas, lafaz musytarak, lafaz 'am dan lafaz khas.

2) Metode ta’lili dengan mengandalkan penalaran, meliputi qiyasi,

istihsani, ilhaqi. Qiyasi yaitu menghubungkan atau memberlakukan

ketentuan hukum, sesuatu persoalan yang sudah ada ketetapanya di

dalam nas kepada persoalan baru yang tidak disebutkan oleh nas,

karena keduanya mempunya kesamaan 'illat, Istihsani yaitu

meninggalkan qiyas yang nyata (jalliy) untuk menjalankan qiyas yang

tidak nyata (samar-samar /khafiy) atau meninggalkan hukum kulli

untuk menjalankan hukum istisna'i (pengecualian) disebakan ada dalil

yang menurut akal/logika membenarkannya, atau mencari alternatif

terbaik terhadap dua dalil.28 Ilhaqi adalah mengeluarkan hukum dari

'ibarah pendapat para ulama atau menetapkan hukum pada

permasalahan yang bersifat kulli (umum), karena telah ditetapkan

hukum pada sebagian besar masalah yang bersifat juz’i (khusus).29

3) Metode Istislahi adalah metode yang digunakan untuk mencari dan

menemukan maslahah mursalah (asas manfaat dan mudarat),30

sedangkan maslahah mursalah berarti kemaslahatan yang tidak

disyariatkan oleh syari' hukum untuk ditetapkan.31 Maslahah mursalah

ialah kemaslahatan yang tidak didukung oleh nas syar'i tertentu.

Istislahi ini diperkenalkan oleh Imam haramain al-Juwaini (w. 478 H)

dalam kitab al-Burhan, dan oleh Imam al-Gazalli digunakan kata ini

28 Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunah wal jama'ah dalam Persepsi dan Tradisi NU,

(Jakarta: Lantabora Press, 2005), Cet. Ke-3, h. 71. 29 Imam Yahya, Fiqih Sosial NU: Dari Tradisionalis Menuju Kontekstualis, dalam M.

Imdadun Rahmat (Ed), Kritik Nalar NU: Transformasi Paradigma Bahtsul Masa'il, (Jakarta: Lakpesdam, 2002), Cet. Ke-I, h. 54.

30 Ahmad Munif Suratmaputra, Filsafat Hukum Islam, al Ghazali Mashlahah Mursalah dan

Relevansinya dengan Pembaharuan Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), Cet. Ke-1, h. 65.

31 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, Terj. Halimuddin SH, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2005), Cet. Ke-5, h. 98. Anang Haris Hilmawan, H.80.

Page 50: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

38

dalam kitab al-Mustasfa. Tiga syarat diterimanya istislahi/maslahah

mursalah menurut Muhammad Abu Zahra, yaitu persesuaian antara

sumber pokok maslahah tujuan syariat (maqasid al-syari 'ah), harus

masuk akal, dan dapat menghilangkan kesulitan (raf’u haraj lazim),32

firman Allah Swt. QS. Al-hajj (22): 78:

لة ین من حرج م حق جھادهۦ ھو ٱجتبٮكم وما جعل علیكم في ٱلد ھدوا في ٱہلل وج

سول شھیدا علیكم ذا لیكون ٱلر ٮكم ٱلمسلمین من قبل وفي ھ ھیم ھو سم أبیكم إبر

ھو وتكونوا كوة وٱعتصموا بٱہلل لوة وءاتوا ٱلز شھداء على ٱلناس فأقیموا ٱلص

.مولٮكم فنعم ٱلمولى ونعم ٱلنصیر Artinya: "Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang

sebenar- benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak

menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)

agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu

sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al

Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya

kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah

sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali

Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung

dan sebaik- baik Penolong. "

d) Sadd al-zari'ah

Sadd al-zari'ah adalah meniadakan atau menutup jalan yang menuju

kepada/perantara (wasilah) perbuatan yang terlarang.33 Contohnya fatwa

MUI tentang Perdukunan dan Peramalan adalah haram dengan alasan

perbuatan itu membawa syirik, dosa besar.

32 Muhammad Abu Zahra, Ushul al-Fiqh, (Beirut: Dar al-Fikri, t.t.), h. 427-428. 33 Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman., Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fikih Islami, h.

347.

Page 51: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

39

Imam al-Syathibi mengemukakan tiga syarat yang harus dipenuhi,

sehingga suatu perbuatan itu dilarang, yaitu:34

1. Perbuatan yang boleh dilakukan itu membawa kepada kemafsadatan.

2. Kemafsadatan lebih kuat dari kemaslahatan pekerjaan.

3. Dalam melakukan perbuatan yang dibolehkan unsur kemafsadatannya

lebih banyak.

e) Maslahah 'ammah

Yaitu kemaslahatan umum yang menyangkut kepentingan orang

banyak. Kemaslahatan umum itu tidak berarti untuk kepentingan semua

orang, tetapi bisa berbentuk kepentingan mayoritas umat atau kebanyakan

umat. Misalnya, para ulama membolehkan membunuh penyebar bid’ah

yang dapat merusak akidah umat, karena menyangkut kepentingan orang

banyak.35

Fatwa MUI Senantiasa memperhatikan kemaslahatan umum (maslahah

'ammah) atau kepentingan umum. Kemaslahatan yang dicari itu adalah

sebenarnya bukan hanya dugaan semata, untuk orang banyak bukan untuk

kelompok atau pribadi, tidak bertentangan dengan nas, ijma’ atau qiyas.36

Kriteria maslahat yang ada hubungan dengan maqasid al-syari’ah MUI

menetapkan bahwa kemaslahatan adalah tercapainya tujuan syariat yang

diwujudkan terpelihaanya kebutuhan primer (al-daruriyat al-khamsah)

yaitu agama, akal, jiwa, harta dan keturunan. Apabila metode fatwa itu

telah dijalankan dan menghasilkan ijtihad jam’iy (kolektif) yang berupa

ijtihad dilakukan dalam sidang pleno MUI atas usulan komisi fatwa yang

membawa konsep fatwa. Hasil sidang pleno inilah yang disebut dengan

ijtihad kolektif dalam setiap surat keputusan fatwa MUI setelah itu di-

34 Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, h.197. 35 Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, h. 155. 36 Muhammad Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih, h. 119.

Page 52: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

40

tanfiz-kan dan diberi nomor serta ditandatangani oleh ketua umum,

sekretaris umum dan ketua komisi fatwa MUI.37

Fatwa merupakan pekerjaan yang berat dan beresiko, karena fatwa itu

dipertanggung jawabkan kepada Allah Swt. dan dipedomani oleh

masyarakat. Salah satu tokoh komisi fatwa, Ibrahim Hoesin, menyatakan

persyarat seorang mufti, yakni mendalami hukum Islam dan dalil-dalilnya,

memiliki integritas moral yang kuat sehingga fatwa itu netral, berdasarkan

kemaslahatan. Fatwa MUI dilandasi oleh: Alqur'an QS. Al-Nahl (16): 116

ٱلكذب إن وال تقولوا ذا حرام لتفتروا على ٱہلل ل وھ ذا حل لما تصف ألسنتكم ٱلكذب ھ

ٱلكذب ال یفلحون .ٱلذین یفترون على ٱہللArtinya: "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-

sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-

adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang

mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.”

Dan dari 'Umar bin Khattab berkata:

38ناراجرؤكم على الفتیاأ ؤكم على ال

Artinya: "Orang yang paling berani diantara kamu dalam berfatwa adalah

orang yang paling berani masuk neraka"

Memperhatikan situasi dan kondisi yang berkembang di masyarakat,

sejalan dengan tujuan syariat (maqasid al-syari'ah) yaitu membawa kepada

kemaslahatan umat, mendahulukan dalil qat'i daripada maslahat non-syariat

yang berdasarkan pertimbagan akal, lapangan ijtihad hanya pada dalil

zanniy masalah fiqh dipilih yang lebih membawa kepada kemaslahatan dan

37 www.mui.or.id. Diakses 30 Oktober 2015. 38 Yusuf Qardhawi, Fatwa antara Ketelitian dan Kecerobohan, diterjemahkan oleh As’ad

Yasin, (Jakarta: Gema Isani Press, 1977),Cet. Ke I, h. 16.

Page 53: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

41

melakukan ijtihad jam'iy yang bebas namun tetap terikat kepada kaidah

ijtihad/istinbat yang telah dirumuskan oleh para imam mazhab.39

C. Prosedur Pemberian Fatwa

Berdasarkan Peraturan Organisasi MUI tentang Pedoman Penetapan Fatwa

MUI ada 8 tahapan secara garis besar yang harus dilalui.40

1. Sebelum fatwa ditetapkan, MUI melakukan kajian komprenhensif guna

memperoleh deskripsi utuh tentang masalah yang sedang dipantau.

Tahapan ini disebut tashawwur al-masalah. selain kajian, tim juga

membuat rumusan masalah, termasuk dampak sosial keagamaan yang

ditimbulkan dan titik kritis dari beragam aspek hukum (syariah) yang

berhubung dengan masalah.

2. menelusuri kembali dan menelaah pandangan fuqaha (ahli fikih) mujtahid

masa lalu, pendapat para imam mazhab dan ulama yang mu’tabar, telaah

atas fatwa terkait, dan mencari pandangan-pandangan para ahli fikih

terkait masalah yang difatwakan.

3. menugaskan anggota Komisi Fatwa atau ahli yang memiliki kompetensi di

bidang masalah yang akan difatwakan untuk membuat makalah atau

analisis. Jika yang dibahas sangat penting, pembahasan bisa melibatkan

beberapa Komisi lain.

4. Jika telah jelas hukum dan dalil-dalilnya (ma’lum min al din bi al-

dlarurah), maka Komisi Fatwa dengan menyamapaikan hukum

sebagaimana apa adanya. Adakalanya masalah yang ditanyakan sudah

jelas jawabannya dalam syariah.

39 Yusuf Qaradhawi, Fatwa antara Ketelitian dan Kecerobohan, diterjemahkan oleh As’ad Yasin, (Jakarta: Gema Isani Press, 1997), Cet. Ke I, h. 16.

40 Dr. Hm. Asrorun Ni’am Sholeh, MA, Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa, sekretaris Komisi Fatwa MUI.

Page 54: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

42

5. Mendiskusikan dan mencari titik temu jika ternyata ada perbedaan

pendapat (masail khilafiyah) di kalangan ulama mazhab. Hasil titik temu

pendapat akan sangat menentukan. Ada metode tertentu yang bisa

ditempuh untuk mencapai titik temu. Penetapan fatwa yang didasarkan

pada hasil pencapaian titik temu di antara pendapat dapat melalaui metode

al-jam’u al-taufiq. Sedangkan jika tidak tercapai titik temu, penetapan

fatwa didasarkan pada hasil tarjih melalui metode muqaranah

(perbandingan) dengan menggunakan kaidah-kaidah ushul fikih muqaran.

6. Ijtihad kolektif di antara para anggota Komisi Fatwa jika ternyata tidak

ditemukan pendapat hukum di kalangan mazhab atau ulama yang

mu’tabar. Metode penetapan pendapat itu lazim disebut bayani dan ta’lili

(qiyas, istihsaniy, ilhaqiy, dan sad ad-dzariyah), serta metode penetapan

hukum (manhaj) yang dipedomani para ulama mazhab.

7. Dalam masalah yang terdapat perbedaan di kalangan peserta rapat, dan

tidak tercapai titik temu, maka penetapan fatwa disampaikan tentang

adanya perbedaan pendapat tersebut disertai penjelasan dalam hal

pengalamannya, sebaiknya mengambil yang paling hati-hati (ihtiyath)

serta sedapat mungkin keluar dari perbedaan pendapat. (al-khuruj min al-

khilaaf).

8. Penetapan fatwa senantiasa memperhatikan otoritas pengaturan hukum

oleh syariat serta mempertimbangkan kemaslahatan umum serta tujuan

penetapan hukum (maqashid al-syariah).

D. Sejarah dan Ajaran Gafatar

Gafatar ini adalah nama atau baju baru dari Al-Qiyadah Al-Islamiyyah dan

KOMAR (Komunitas Millah Abraham), setelah “nabi” Ahmad Moshaddeq

ditangkap dan divonis oleh pengadilan Negeri Jakarta dengan hukuman penjara 4

(empat) tahun. Ahmad Moshaddeq menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya pada 29

Oktober 2007 dan dijatuhkan vonis penjara 4 (empat tahun) pada 23 April 2008.

Setelah Ahmad Moshaddeq dipenjara, akhirnya para pengikut Al-Qiyadah Al-

Page 55: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

43

Islamiyyah merubah nama kelompok mereka dari Al-Qiyadah Al-Islamiyyah

menjadi Millah Abraham. Dengan demikian, mereka bisa tetap bergerak dan

mengembangkan fahamnya di seluruh Indonesia. Mereka hanya merubah

namanya saja akan tetapi ajarannya masih tetap sesat, karena mengikuti ajaran

“nabi” Ahmad Moshaddeq.41

Ajaran dan faham yang dibawa oleh Ahmad Moshaddeq dengan

organisasinya yang bernama Komunitas Millah Abraham inibanyak berkembang

di wilayah NAD (Nanggroe Aceh Darussalam). Dikarenakan ajarannya banyak

meresahkan masyarakat Aceh, maka MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama)

meneliti dan mengkaji buku-buku Millah Abraham ini, sehingga MPU mendesak

Gubernur Aceh untuk mengeluarkan SK yang berisi larangan untuk ajaran Millah

Abraham di seluruh wilayah Aceh karena dianggap sesat dan menyesatkan.

Akhirnya, keluarlah SK gubernur Aceh No.9 tahun 2011 yang berisi larangan

untuk Millah Abraham diseluruh Aceh.42

Setelah dilarang di Aceh, akhirnya mereka berganti nama (baju) lagi dari

Millah Abraham menjadi Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara). Gafatar ini didirikan

pada tanggal 14 Agustus 2011 dan dideklarasikan pada tanggal 21 Januari 2012 di

gedung JIEXPO Kemayoran Jakarta Pusat dengan Ketua Umumnya Mahful Muis

Tumanurung (mengaku sebagai lulusan UIN Ciputat) dan wakil Ketua Umumnya

Ir. Wahyu Sanjaya. Dengan nama baru ini, mereka melakukan kegiatan sosial di

mana-mana seperti baksos, kerja bakti, donor darah dan lain-lain di seluruh

propinsi Indonesia.43

Inti dari gerakan Gafatar ini adalah ussaha untuk menyatukan tiga agama,

yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Mereka mengatakan bahwa seluruh agama yang

41 M. Amin Djamaluddin, Mewaspadai GAFATAR, Gerakan Pemurtadan Terhadap Umat Islam, (Jakarta : Lembaga Penenelitian Pengkajian Islam, 2016) , h. 1.

42 M. Amin Djamaluddin, Mewaspadai GAFATAR, Gerakan Pemurtadan Terhadap Umat

Islam, (Jakarta : Lembaga Penenelitian Pengkajian Islam, 2016) , h. 2. 43 M. Amin Djamaluddin, Mewaspadai GAFATAR, Gerakan Pemurtadan Terhadap Umat

Islam, (Jakarta : Lembaga Penenelitian Pengkajian Islam, 2016) , h. 3.

Page 56: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

44

tiga ini adalah dijamin masuk surga dan merupakan agama yang benar karena

bersumber dari satu orang nabi, yaitu Nabi Ibrahim AS.

Padahal di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa hanya Islam lah satu-satunya

agama yang diridhai oleh Allah SWT, karena ajaran Islam masih murni dan tidak

tercampuri oleh ajaran manusia. Allah SWT berfirman didalam Surat Ali Imran

ayat 19:

ب إال من بعد ما جاءھم ٱل م وما ٱختلف ٱلذین أوتوا ٱلكت سل ٱإل ین عند ٱہلل ا بینھم إن ٱلد علم بغی

سریع ٱلحساب ٴ ومن یكفر ب فإن ٱہلل ت ٱہلل .ایArtinya : “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam, tiada berselisih orang-

orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah dating pengetahuan kepada

mereka, karena kedengkian ( yang ada ) di antara mereka. Barang siapa yang

kafir terhadap ayat-ayat Allah semoga cepat hisab-Nya.”

Sedangkan ajaran Taurat dan Injil sudah tercampur oleh kebatilan.

Bagaimana mungkin bisa disejajarkan dengan Islam. Di dalam keyakinan Gafatar

yang sama persis dengan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyyah, Ahmad Moshaddeq

masih mengajarkan ajaran dan doktrin yang sama dengan Al-Qiyadah Al-

Islamiyyah kepada seeluruh anggota Gafatar. Ajaran dan doktrin tersebut dapat

ditemui di dalam buku pegangan mereka, di antaraanya kami kutipkan sebagai

berikut :44

1. Rasulullah Muhammad SAW telah berakhir masa tugasnya sampai dengan

tahun 1400H.

2. Allah SWT telah mengutus rasul baru yaitu Ahmad Moshaddeq yang

menamakan dirinya “Rasul Al-Masih Al-Maw’ud”.

3. Dua kalimat syahadat: ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH WA

ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULULLAH diganti dengan

syahadat baru yang berbunyi ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH WA

44 M. Amin Djamaluddin, Mewaspadai GAFATAR, Gerakan Pemurtadan Terhadap Umat Islam, (Jakarta : Lembaga Penenelitian Pengkajian Islam, 2016) , h. 4.

Page 57: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

45

ASYHADU ANNA AL-MASIH MAW’UUDA RASUULLAH.45 Kitab sucinya

masih menggunakan Al-Qur’an, tetapi mereka berkeyakinan bahwa Al-

Qur’an sekarang hanya tulisan (bacaan)-nya yang tertinggal, sedangkan jiwa

(ruhnya) sudah hilang sejak 1300 (seribu tiga ratus) tahun yang lalu.

4. Kitab sucinya masih menggunakan Al’Qur’an, tetapi mereka berkeyakinan

bahwa Al’Qur’an sekarang hanya tulisan (bacaan)-nya yang tertinggal,

sedangkan jiwa (ruhnya) sudah hilang sejak 1300 tahun yang lalu.

5. Rasul Al-Masih Al-Maw’ud (Ahmad Moshaddeq) diutus oleh Allah SWT

untuk mengembalikan jiwa (ruh) Al-Qur’an yang telah hilang tersebut dalam

dada setiap muslim, agar hidup jiwanya. Cara kerja Al-Masih Al-Maw’ud

sama persis dengan Muhammad, karena petunjuk dan pedomannya juga

sama yaitu Al-Qur’an.

6. “Bila seseorang melakukan ibadah tanpa mengikuti Rasul setelah

Muhammad, yaitu Al-Masih Al-Maw’ud, maka tidak akan diterima

ibadahnya”. Rasul Al-Masih Al-Maw’ud mewajibkan setiap pengikutnya

untuk MITSAQ (bai’at) sebagai bukti telah mengikuti rasul baru Al-Masih

Al-Maw’ud.

7. Rasul Al-Masih Al-Maw’ud mewajibkan setiap pengiktnya untuk MITSAQ

(bai’at) sebagai bukti telah mengikuti rasul baru Al-Masih Al-Maw’ud.

8. “Untuk menjadi saksi bahwa Al-masih Al-Maw’ud sebagai rasul Allah,

maka mu’min harus berani mempertanggung-jawabkannya kepada manusia,

bahwa dia sebagai saksi tentang kedudukan Al-Masih Al-Maw’ud sebagai

rasul Allah di abad ini, seperti yang dinubuwatkan oleh Al-Qur’an dan

hadist Muhammad tentang Al-Masih yang akan datang setelah periode

Muhammad Rasulullah.”

9. Iman kepada Al-Masih Al-Maw’ud sebagai rasul Allah adalah kewajiban

mengikuti bimbingan dan tuntunan arah jalan yang akan ditempuh oleh Al-

Masih Al-Maw’ud yang berepedoman kepada ayat Al-Qur’an sebagai

shirothol mustaqiem yang yang diminta oleh semua orang, yang baik oleh

Bani Isroil maupun Bani Ismail, yaitu jalan yang lurus atau jalan kebenaran.

45 Siraj, Binayah Roin, Al-Qiyadah Al-Islamiyyah, (Jakarta: 2 November 2006), hal.10.

Page 58: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

46

Jadi Al-Masih Al-Maw’ud akan menggunakan menggunakan Al-Qur’an

sebagai shiroth, dan semua orang yang beriman harus mengikuti Al-Masih

Al-Maw’ud, karena Al-Masih Al-Maw’ud adalah orang yang diberikan ilmu

tentang Al-Qur’an (wahyu) oleh Allah. Dia akan memimpin manusia dengan

tuntunan Al-Qur’an yang difahaminya secara konsekuen dan konsisten.

10. Setelah mendapatkan Rahul Qudus yang diturunkan oleh al-masih Al-

maw’ud kepada kami, dengan dipermaklumkan kepada kepada seluruh

ummat manusia dari segala bangsa,suku,ras dan segenap orang yang

membaca kitab ini,bahwa kami orang yang telah bersaksi bahwasanya Al-

Masih Al-Maw’ud adalah rasul Allah, sebagaimana yang telah

dinubuwahkan oleh Al-Qur’an di dalam surat Al Jumma’ah ayat 2 dan 3

sebagai berikut:

ی یھم ویعلمھم ھو ٱلذي بعث في ٱألم تھۦ ویزك نھم یتلوا علیھم ءای ب ن رسوال م ٱلكت

بین ل م ا یلحقوا بھم وھو ٱلعزیز .وٱلحكمة وإن كانوا من قبل لفي ضل وءاخرین منھم لم

.ٱلحكیم

Artinya: “Dialah yang membangkitkan dari bangsa yang ummi seorang

Rasul diantara mereka,yang membacakan ayat-ayat Nya kepada mereka,

mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hukmah.

Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesehatan yang

nyata. Dan (juga) kepada bangsa yang lain dari mereka yang berhubungan

dengan mereka. Dan Dial lah Yang Maha Perkasa Dan Maha

Bijaksana”(QS. 63/2,3).

11. Shalat lima waktu tidak wajib karena saat sekarang sudah kembali menjadi

periode Makkah karena tidak berlakunya hukum Islam (Al-Qur’an dan Al-

Hadist).

Page 59: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

47

12. Yang wajib adalah qiyamul lail (shalat malam) dan shalat waktu terbit

matahari dan waktu terbenamnya matahari seperti yang dilakukan oleh

Rasul Muhammad SAW sewaktu periode Makkah.

13. Orang Islam di luar kelompok mereka di anggap kafir/jahiliyyah.

14. Anggota mereka yang lalai mengerjakan shalat malam dikenakan bayar

kafarat (tebus dosa) dan besar kafarat tersebut tergantung dari ketetapan atas

mereka.

15. Wanita muslimah boleh menikah dengan laki-laki Nasrani.

16. Bertasbih diartikan dengan “Sibuk berjuang melaksanakan intruksi Allah

sebersih-bersihnya.”

17. Kalau ingin berbicara khusus dengan “Rasulullah” maka harus

mengeluarkan shodaqoh sebelum pembicaraan itu.46

46 M. Amin Djamaluddin, Mewaspadai GAFATAR, Gerakan Pemurtadan Terhadap Umat Islam, (Jakarta : Lembaga Penenelitian Pengkajian Islam, 2016) , h.6.

Page 60: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

BAB IV

ANALISIS KRITERIA SESAT DAN DALIL-DALIL FATWA GAFATAR

MENURUT MAJLIS ULAMA INDONESIA (MUI)

A. Analisis Kriteria Aliran Sesat Menurut MUI

Paham dan aliran yang tidak sesuai dengan ajaran Rasululah terus

berkembang dan mulai merasuk ke dalam sistem kekuasaan dan pemerintahan di

Indonesia tanpa disadari sebagaian besar umat Islam. Maka dari itu pada tanggal 6

November 2007 Majlis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan 10 kriteria

aliran atau paham yang menyimpang dari ajaran Islam sebagai pedoman yang

harus diperhatikan oleh umat Islam. 10 kriteria yang dimaksud antara lain:

1. Mengingkari salah satu dari rukun Iman dan Islam

Iman adalah keyakinan dalam hati, perkataan dilisan, amalan dengan

aggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang

dengan mela kukan maksiat. Rukun iman itu sendiri terdiri pada 6 perkara

yaitu:1

1) Iman kepada Allah

2) Iman kepada malaikat-malaikat-Nya

3) Iman kepada kitab-kitab-Nya

4) Iman kepada Rasul-Nya

5) Iman kepada hari akhir

6) Iman kepada takdir baik dan buruk dari Allah Swt

1 Salim Bin Sumair Al Hadhramiy, Matan Safinatun Najah, (Beirut: Maktabah Ar Razin, 2011), h. 2.

48

Page 61: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

49

Rasulullah SAW Bersabda:

عنھما قال صلى هللا علیھ وسلم : عن ابن عمر، رضي هللا بني " قال رسول هللا

: اإلسالم على خمس دا رسول هللا وأن محم الة، شھادة أن ال إلھ إال هللا ، وإقام الص

، وصوم رمضان كاة، والحج )متفق علیھ و اللفظ للبخاري (وإیتاء الزArtinya: “Rasulullah Saw bersabda: Islam didirikan atas lima perkara:

bersaksi bawa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan Muhammad

Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa

ramadhan”(HR Muttafaq ‘Alaih dan Lafadz milik al-Bukhari)

Sedangkan rukun Islam lima tindakan dasar dalam Islam, dianggap

sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari

kehidupan seorang muslim adapun rukun Islam yang 5 itu adalah:2

1) Syahadat

2) Shalat

3) Zakat

4) Puasa

5) Haji ke baitullah bagi yang mampu

Maka siapa saja yang mengingkari salah satu rukun Iman atau Islam

sudah dipastikan dia telah sesat dan ajaran yang dia bawa tidak boleh

diikuti.

2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan al-Qur’an

dan sunnah.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah

ayat 48 ;

2 Syaikh Salim Bin Sumair Al Hadhramiy, Matan Safinatun Najah, h.1.

Page 62: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

50

قا لما بین یدیھ من ٱلك ب بٱلحق مصد ب ومھیمنا علیھ فٱحكم بینھم بما وأنزلنا إلیك ٱلكت ت

ا جاءك من ٱلحق لكل جعلنا منكم شرعة ومنھاج وال تتبع أھواءھم عم ا ولو أنزل ٱہلل

كن لیبلو حدة ول ة و لجعلكم أم شاء ٱہلل ت إلى ٱہلل كم في ما ءاتٮكم فٱستبقوا ٱلخیر

.مرجعكم جمیعا فینبئكم بما كنتم فیھ تختلفون

Artinya:. Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa

kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang

diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;

maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan

kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara

kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah

menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah

hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka

berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali

kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu

perselisihkan itu. ( QS. Al-Miadah : 48).

Kriteria sesat MUI ke 2 adalah “ meyakini atau mengikuti akidah yang

tidak sesuai dengan dalil syar’I”. kata syar’I ( berasal dari kata syara’a

yasyra’u syar’an makna aslinya mengarahkan, jalan yang terang menuju ke

sumber air) artinya menurut syariat. Sebagaimana direangkan dalam ayat

suci Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 48 di atas segala sesuatu yang

diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dan beliau

praktekkan dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian berupa nash-nash

atau teks-teks yang termaktub dalam Qur’an Suci dan Sunnah atau Hadis

Nabi.

Menurut istilah, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak

ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya. Jadi aqidah

Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Swt

Page 63: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

51

dengan segala pelaksanaan kewajiban-kewajiban, bertauhid kepada dan taat

kepada-Nya, Rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan

buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-

prinsip agama (Ushuluddin). 3

Objek kajian aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagi ilmu, sesuai

dengan konsep ahlu al-Sunnah wa jama’ah meliputi topik-topik: Tauhid,

iman, Islam, masalah-masalah yang menyangkut ghaib, kenabian, takdir,

berita-berita yang telah berlalu maupun yang akan datang, dasar-dasar

hukum yang qath’i (pasti), seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan,

termasuk pula sanggahan terhadap ahlul ahwa wal bida’ (pengikut hawa

nafsu dan ahli bid’ah) semua aliran dan sekte yang menyesatkan serta sikap

terhadap mereka.4

Jika ada sebuah pertanyaan mengenai apakah aqidah Islam sesuai

dengan al-Qur’an? Sudah jelas aqidah Islam telah sesuai dengan apa yang

tedapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. maka siapa saja yang telah

melenceng dari aqidah shahihah yang telah dibangun diatas kitabullah dan

sunnah Rasulullah maka mereka telah sesat dari jalan kebenaran.

3. Meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur’an.

إال وحیا أو من وراي حجاب أو یرسل رسوال فیوحي وما كان لبشر أن یكلمھ ٱہلل

.بإذنھۦ ما یشاء إنھۥ علي حكیم Artinya: Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah

berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau

dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu

diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.

Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (Qs. Ash-shura 51).

3 Nashir Ibn Abdul Karim al-‘Aql, Buhuuts fii’Aqiidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, Daarul ‘Ashiimah cet II tahun 1419 H, h. 11-12.

4 Dr Nashir Ibn Abdul Karim al-‘Aql, Buhuuts fii’Aqiidah Ahli Sunnah wal Jama’ah,

Daarul ‘Ashiimah cet II tahun 1419 H, h. 12-14.

Page 64: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

52

Termasuk dalam hal ini adalah meyakini ada Nabi dan Rasul baru

setalah rasulullah. Itu saja sudah menunjukan sebuah kelompok tersebut

sesat, apalagi meyakinkan ada wahyu yang diturunkan setelah rasulullah

wafat. Sering dengar kana da nabi-nabi palsu yang bermunculan, bukan

hanya di Indonesia, tapi juga di dunia.5 Sebagaimana firman Allah di dalam

Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 3 :

م دینا سل ٱلیوم أكملت لكم دینكم وأتممت علیكم نعمتي ورضیت لكم ٱإلArtinya: pada hari ini telah aku sempurnakan untukmu agamamu, dan

telah aku cukupkan kepadamu nikmat-KU, dan telah aku ridhai Islam

sebagai agama bagimu…” ( QS. Al-Maidah: 3)

Seperti Gafatar yang meyakini Ahmad Moshadeq sebagai Nabi bagi

mereka.

4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi al-Qur’an.

Sebagaimana firman Allah SWT surat Al-Hijr ayat 9 :

فظون كر وإنا لھۥ لح لنا ٱلذ .إنا نحن نزArtinya: Sesungguhnya Kami yang menurunkan peringatan (Al-Qur’an)

dan Kami pula yang menjadi penjaganya” (QS Al-Hijr : 9).

ada yang beranggapan bahwa al-Qur’an adalah produk budaya

“mumtadz tsaqafi” hanya teks sejarah, teks kebahasaan, dan teks manusia

“nasshun tarikhiyyun lughawiyyun basyariyyun”. Karena ini adalah produk

budaya, maka harus berubah-ubah disesuaikan dengan perubahan zaman.

Mudah saja untuk mengenal kesalahan argumentasi terburu-buru seperti

yang telah disebutkan diatas.

5 www.hujjahnu.com Muhammad Makruf Khozin,di akses pada 25 januari 2103.

Page 65: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

53

Kesalahan pertama adalah kekeliruan dalam memahami al-Qur’an.

Mereka (orientalis) seharusnya tahu bahwa pada prinsipnya al-Qur’an itu

bukanlah tulisan tapi bacaan. Baik itu proses penyampaiannya,

pengajarannya, dan periwayatannya, semua dilakukan melalui lisan dan

hafalan, bukan melalui tulisan. Tulisan hanyalah sebagai penunjang.

Sebagai contoh kita pasti sangat mudah membaca surah al-Fatihah,

walaupun tidak terdapat harakat bahkan titik sekalipun. Ini berarti bahwa

inti al-Qur’an adalah hafalan/lafaz bukan pada tulisan. Sehingga kemudian

al-Qur’an tidak bisa dianggap sebagai dokumen tertulis atau teks.

Melainkan sebagai hafalan yang dibaca dan bukan tulisan.

Kekeliruan yang kedua adalah kesalahpahaman pada sejarah kodifikasi

al-Qur’an. Sejarah telah mencatat bahwa kodifikasi al-Qur’an sudah

dimulai dan dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw, sampai kepada

khalifah Utsman. Tidak sedikit orang mengingkari fakta sejarah itu. Al-

Qur’an bukan lahir dari manuskrip, tetapi sebaliknya manuskriplah yang

lahir dari al-Qur’an.

Sedangkan kesalahan yang ketiga adalah pengingkaran terhadap

otentitas al-Qur’an yang muncul dari kesalahpahaman dalam memahami

rasm dan qiraat. Tulisan atau khat memang mengalami perkembangan

dalam sejarahnya, meskipun demikian rasm Utsmani tidak memiliki

masalah sama sekali, karena saat kaum muslimin generasi awal belajar al-

Qur’an, mereka menggunakan metode hafalan atau dengan cara menghafal

secara langsung, bukan membaca tulisan, seperti yang terjadi pada zaman

sekarang. Disamping itu kesalahan juga muncul ketika orang menganggap

rasm menjadi penyebab munculnya berbagai macam qiraat, padahal qiraat

sudah ada terlebih dahulu sebelum adanya rasm.6

5. Melakukan penafsiran al-Qur’an yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah

tafsir.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 7 :

6Sadzali, Otentitas Wahyu, artikel ini diakses pada 13 September 2014 dari http//sadzalikecil.blogspot.co.id

Page 66: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

54

ا ٱلذین ھو ٱلذي أنزل علی ت فأم بھ ب وأخر متش ت ھن أم ٱلكت حكم ت م ب منھ ءای ك ٱلكت

بھ منھ ٱبتغاء ٱلفتنة وٱبتغاء تأویلھۦ وما یعلم تأویلھۥ إال في قلوبھم زیغ فیتبعون ما تش ٱہلل

أولوا ٱأل ن عند ربنا وما یذكر إال سخون في ٱلعلم یقولون ءامنا بھۦ كل م ب وٱلر .لب

Artinya: Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di

antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al

qur´an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang

yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti

sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk

menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta´wilnya, padahal tidak ada yang

mengetahui ta´wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam

ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat,

semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran

(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (QS Al-Imran : 7)

Al-Qur’an merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad Saw

sekaligus petunjuk untuk umat manusia kapan dan dimana pun, memiliki

berbagai macam keistimewaan. Keistimewaan tersebut antara lain, susunan

bahasanya yang unik memesonakan, dan pada saat yang sama mengandung

makna-makna yang dapat dipahami oeh siapapun yang memahami

bahasanya, walaupun tentunya tingkat pemahaman mereka akan berbeda-

beda akibat berbagai faktor.

Redaksi ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana redaksi yang diucapkan atau

ditulis, tidak dapat diijangkau maksudnya secara pasti, kecuali oleh pemilik

redaksi tersebut. Hal ini lah yang kemudian menimbulkan keanekaragaman

penafsiran. Dalam hal al-Qur’an, para sahabat Nabi sekalipun, yang secara

umum menyaksikan turunnya wahyu, mengetahui konteksnya, serta

memahami secara alamiah struktur bahasa dan arti kosakatanya tidak jarang

Page 67: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

55

berbeda pendapat, atau bahkan keliru dalam pemahaman mereka tentang

maksud firman-firman Allah.7

Ibn ‘Abbas, yang dinilai sebagai salah seorang sahabat Nabi yang

paling mengetahui maksud firman-firman Allah menyatakan bahwa tafsir

terdiri dari empat bagian;

1) Yang dapat dimengerti secara umum oleh orang-orang Arab

berdasarkan pengetahuan bahasa mereka

2) Yang tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak mengetahuinya

3) Yang tidak diketahui oleh ulama dan;

4) Yang tidak diketahui kecuali oleh Allah8

Terdapat beberapa kaidah yang terkait dengan al-Qur’an di antaranya

adalah:9

1. al-Qur’an merupakan dasar dan sumber utama hukum Islam, sehiingga

seluruh sumber hukum atau metode istinbat hukum harus mengacu

kepada kaidah umum yang dikandung al-Qur’an.

2. Untuk memahami kandungan al-Qur’an, mjtahid harus mengetahui

secara baik sebab-sebab diturunkannya al-Qur’an (asbab an-nuzul),

karena ayat-ayat al-Qur’an itu diturunkan secara bertahap sesuai

dengan situasi dan kondisi masyarakat ketika itu.

3. Dalam memahami kandungan hukum dalam al-Qur’an, mujtahid juga

dituntut untuk memhami secara baik adat kebiasaan orang Arab, baik

yang berkaitan dengan perkataan maupun perbuatan, karena tidak

memahami hal ini akan membawa kepada kerancuan dalam memhami

al-Qur’an.

Bagi mereka yangg tidak memenuhi persyaratan diatas, tidak

dibenarkan untuk menafsirkan al-Qur’an. Untuk itu ada dua hal penting

yang harus di garisbawahi yaitu:10

7Muhammad Husain al-Zahabity, Al-Tafsir wa al-Mufassirun, Dar al-Kutub al-Haditsah, mesir 1961, jilid 1 h. 59.

8Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, Al-Halabiy, mesir, 1975 jilid 11 h. 164 9 Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, h.71-73.

Page 68: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

56

1. Menafsirkan berbeda dengan berdakwah atau berceramah berkaitan

dengan tafsir ayat al-Qur’an. Seseorang yang tidak memenuhi syarat-

syarat diatas, tidak berarti dilarang untuk menyampaikan uraian tafsir

selama uraian yang dikemukakan berdasarkan pemahaman para ahli

tafsir yang telah memenuhi syarat.

2. Faktor-faktor yang mengakibatkan kekeliruan dalam penafsiran

adalah:

a. Subjektivitas sorang mufassir

b. Kekeliruan dalam menerapkan metode atau kaidah

c. Kedangkalan dalam ilmu-ilmu alat

d. Kedangkalan pengetahuan tentang materi uraian (pembicaraan)

ayat

e. Tidak memperhatikan konteks, baik asbabun al-nuzul, hubungan

antar ayat, maupun kondisi sosial masyarakat

f. Tidak memperhatikan siapa pembicara dan terhadap siapa

peembicaran ditujukan.

Melihat begitu mendalam dan sistematisnya dalam memahami al-

Qur’an dengan adanya berbagai persyaratan penafsiran terhadap al-Qur’an

sebagaimana yang telah disebutkan, maka tidaklah mengherankan bila al-

Qur’an sebagai sumber ajaran Islam dan menempati posisi sentral bukan

saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keIslaman tetapi

juga merupakan pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat

belas abad sejarah pergerakan umat ini.11

10 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan), Mizan, Bandung, 1994 h. 78-79.

11Dr. M. Quraish Shiab, Membumikan al-Qur’an (fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan), Mizan, Bandung, 1994 h. 79.

Page 69: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

57

6. Mengingkari kedudukan hadits nabi sebagai sumber ajaran Islam.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qura’an surat Al-Hasyr:

شدید العقاب إن هللا سول فخذوه وما نھاكم عنھ فانتھوا واتقوا هللا .وما آتاكم الرartinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa

yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.’’ ( Q.S. Al-

Hasyr:7)

Ayat ini menegaskan bahwa Hadis Rasulullah adalah sebuah sumber

hukum dalam Islam, selain itu hadis juga sebagai penjelas dari Al-Qur’an.

Baik hadis tersebut diriwayatkan secara massal (mutawatir), atau

perorangan (ahad), dengan catatan hadis tersebut berstatus sahih. Sementara

hadis dhaif diperbolehkan dalam hal-hal keutamaan beramal shaleh.12

7. Menghina, melecehkan, dan atau meerendahkan para nabi dan rasul.

Nabi dan rasul merupakan manusia-manusia yang dipilih Allah.

mereka dibedakan dengan makhluk lain terutama manusia yang lain. hal ini

yang ditunjukkan oleh firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 57 sebagai

berikut:13

نیا واآلخرة وأعد لھم عذابا مھی في الد ورسولھ لعنھم هللا ناإن الذین یؤذون هللاArtinya: sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya

Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan

baginya siksa yang menghinakan. (Qs. Al-Ahzab (33): 57)

Berdasarkan ayat tersebut Allah menciptakan manusia kemudian

memilih diantara mereka untuk dijadikan nabi atau rasul sebagai panutan

bagi masing-masing umatnya. dengan terpilihnya beberapa manusia

12 www.hujjahnu.com Muhammad Makruf Khozin, di akses pada 25 januari 2103. 13 umar sulaiman al-Asqor, Rasul dan Risalah, (riyadh: international Islamic Publishing

House, 2008), h. 275.

Page 70: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

58

tersebut maka itu mengisyaratkan bahwa mereka merupakan manusia yang

berbeda dan diberikan keutamaan lebih dari yang lain. hal ini dibuktikan

dengan ayat al-Qur’an sebagai berikut:

تنا آتیناھا إبراھیم على قومھ نرفع درجات من نشاء إن ربك حكیم علیم وتلك حج

یتھ داوود ووھبنا لھ إسحاق ویعقوب كال ھدینا ونوحا ھدینا من ) 83( قبل ومن ذر

وزكریا ) 84(وسلیمان وأیوب ویوسف وموسى وھارون وكذلك نجزي المحسنین

الحین وإسماعیل والیسع ویونس ولوطا ) 85(ویحیى وعیسى وإلیاس كل من الص

لنا على العالمین وكال . فض

Artinya: Dan Itulah hujjah kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk

menghadapi kaumnya. kami tinggikan siapa yang kami kehendaki beberapa

derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha

Mengetahui.84. Dan kami Telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub

kepadanya. kepada keduanya masing-masing Telah kami beri petunjuk;

dan kepada Nuh sebelum itu (juga) Telah kami beri petunjuk, dan kepada

sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf,

Musa dan Harun. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang

yang berbuat baik.85. Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya

termasuk orang-orang yang shaleh.86. Dan Ismail, Alyasa', Yunus dan

Luth. masing-masing kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya),

(QS. Al-An’am: 83-86).

Dengan demikian tidak layak bagi manusia biasa untuk menghina,

melecehkan atau merendahkan manusia-manusia pilihan Allah SWT.

mereka yang melakukan demikian telah ditetapkan sebagai ciri kesesatan

oleh ulama pada umumnya dan MUI khususnya.

8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir

Page 71: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

59

bagi mereka yang mengingkari nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul

terakhir, maka mereka termasuk orang yang sesat. kesesatan juga ditujukan

bagi mereka yang mengaku sebagai utusan Allah setelah nabi Muhammad:

ثنا أنس بن مالك، قال علیھ وسلم : حد صلى هللا ة قد :قال رسول هللا سالة والنبو إن الر

)رواه احمد و الترمذي(انقطعت فال رسول بعدي وال نبي Artinya: “Rasulullah Saw bersabda: sesungguhnya kerasulan dan

kenabian telah terhenti. Oleh karena itu tidak ada lagi rasul dan nabi

sesudahku”(HR. Ahmad dan Tirmidzi)

9. Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang

telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti haji ke baitullah, shalat wajib 5 waktu

tidak wajib dll. Sebagaimana firman Allah SWT surat Al- Maidah:3

سالم دینا الیوم أكملت لكم دینكم وأتممت علیكم نعمتي ورضیت لكم اإلArtinya: Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan

telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-Ridhai Islam itu

jadi agama bagimu.” (Q.S. Al-Maidah:3)

10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i seperti mengkafirkan

muslim hanya karena bukan dari kelompoknya. Sebagaimana sabda Nabi

Muhammad SAW:

إذا كفر الرجل أخاه فقد باء بھا احدھما Artinya: “apabila seorang mengkafirkan saudaranya, maka ucapannya itu

benar-benar kembali kepada salah satunya” (HR. Bukhari)

Page 72: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

60

Dan sabda Nabi Muhammad SAW:

كفواعن اھل الإلھ إالهللا ال تكفرھم بذنب فمن كفر اھل الإلھ إالهللا فھو إلى الكفر

أقرب Artinya: “Menghindarlah dari umat Islam yang mengucapkan kalimat

tauhid Tiada Tuhan selain Allah’, jangan kau hukumi kafir lantaran

mereka melakukan sebuah dosa. Barangsiapa yang mengkafirkan mereka,

maka dia lebih dekat dengan kekufuran”. (HR. Tabrani dalam kitab al-

Mu’jam al-Kabir No.12912 dari Ibnu Umar).

Begitu jelasnya kriteria yang dikeluarkan oleh majlis ulama Indonesia,

namun masih saja ada orang yang berusaha memanfaatkan kebodohan masyarakat

dengan mengaburkannya dan menggantinya dengan kriteria yang justru malah

sesat. Misalnya ada yang mengatakan kepada masyarakat bahwa kriteria faham

dan aliran sesat adalah faham atau aliran yang menyimpang dari ordo-ordo

keagamaan yang ada dimasyarakat.

B. Analisis mengenai dalil-dalil yang digunakan MUI dalam penetapan Fatwa

Gafatar

Adapun dalam penetapan fatwa ini, Majlis Ulama Indonesia (MUI)

mengkaji beberapa dalil yang ditimbang sehingga dapat disimpulkan dalam fatwa

ini. beberapa dalil tersebut terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an, sunnah, dan juga

kaidah fiqhiyyah. Berikut beberapa penjelasan mengenai dalil-dalil tersebut:

1. Al-Qur’an

a. Firman Allah yang menegaskan keharusan memahami dan

menjalankan ajaran agama dengan jalan yang ittiba’ (mengikuti)

aturan-aturan agama yang telah ditetapkan antara lain:

Page 73: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

61

لكم ق بكم عن سبیلھۦ ذ بل فتفر طي مستقیما فٱتبعوه وال تتبعوا ٱلس ذا صر وأن ھ

ٮكم بھۦ لعلكم تتقون ۱٥۳وص

Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu

yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-

jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari

jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu

bertakwa” (Q.S Al-An’am (6) 153)

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia

menafsirkan ayat ini bahwa Allah menyuruh kaum Mukminin bersatu

dan melarang mereka bercerai-cerai dan berselisih. Allah

memberitahukan kepada mereka bahwa binasanya orang-orang

terdahuslu ialah karena berbangga-bangga dan bermusuhan soal agama

Allah. Penafsiran semacam ini dikemukakan pula oleh Mujahid dan

ulama lain yang tidak hanya seorang.14

Ad-Darimi Abu Muhammad meriwayatkan dalam Musnad-nya

dengan sanad shahih, bahwa Affan memberitahukan kepada kami,

Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami, Ashim bin Bahdalah

menceritakan kepda kami, dari Abu Wa’il, dari Abdullah bin Mas’ud

dia berkata, “Suatu hari Rasulullah SAW mengukir kepada kami

sebuah garis, kemudian beliau bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah,

‘Setelah itu beliau membuat garis di sebelah kanan beliau dan dua

garis di sebelah kiri beliau. Lantas beliau meletakkan tangan beliau

pada garis yang ada di tengah dan bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah.

Jalan-jalan tersebut sifatnya umum, yaitu jalan orang-orang

Yahudi, Nasrani, Majusi, seluruh aliran, ahli bid’ah dan kesesatan,

para pengikut hawa nafsu, yang terlalu berlebihan dalam perdebatan

14 Tafsir Ibn Abbas, Tanwirul Miqbas min, Bairut, Libanon, 1412.

Page 74: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

62

dan terlalu menjerumus dalam ilmu kalam. Ini semua adalah jalan yang

akan mengantarkan pada jalan ketergelinciran dan keyakinan yang

buruk. Ini adalah ucapan Ibnu Athiyyah.15

Menurut Al Qurthubi, riwayat tersebut shahih. Ath-Thabari dalam

Adb An-Nufus berkata: Muhammad bin Abdul A’la Ash-Shan’ani

menceritakan kepda kami, dia berkata: Muhammad bin Tsaur

menceritakan kepada kami dari Ma’mar, dari Abban, bahwa seseorang

pernah bertanya kepada Ibnu Mas’ud, “Apakah yang dimaksud dengan

jalan yang lurus itu?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Nabi Muhammad SA

telah meninggalakan kita berada di bawah jalan tersebut, sedangkan

ujungnya adalah surga. Pada bagian kanannya terdapat beberapa

bagian jalan, demikian pula pada sebelah kirinya. Kemudian, mereka

menyerukan kepada orang-orang yang berjalan di hadapan mereka

bahwa siapa saja yang mengambil jalan tersebut maka perjalanannya

akan berakhir ke neraka. Dan, siapa saja yang mengambil jalan ini

maka perjalanannya akan berakhir ke surga. Abdullah bin Mas’ud berkata, “Pelajarilah ilmu pengetahuan

sebelum ilmu itu diangkat. Ilmu itu diangkat dengan memfatwakan

ulama. Ingatlah, hendaknya kalian menghindari sikap berlebihan dan

bid’ah serta menjadi orang-orang yang pertama (mempelajari ilmu).”16

Oleh karena itu, orang yang menempuh jalan kecelakaan maka dia

akan celaka. Sedangkan orang yang menempuh jalan keselamatan dan

berepgang teguh pada jalan yang lurus, serta Sunnah Rasulullah SAW

seperti yang ditempuh oleh kaum salaf, maka dia akan selamat. Jalan

tersebut layaknya perniagaan yang mengutungkan. Para imam hadist

meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata Rasulullah bersabda:

15Abu Abdullah Muhammad al-Qurtubi, al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, Riyadh: Dar ‘alim Kutub, 2003, juz 7, h.137.

16 Abdullah ibn Abdurrahman al-Darimi, Musnad al-Darimi, Riyadh: Dar al Mughni, 2000,

h. 96.

Page 75: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

63

ما امرتكم بھ فخذؤه وما نھاكم عنھ فا نتھواArtinya: “Apa saja yang aku perintahkan untuk dilakukan maka

laksanakanlah dan apa saja yang aku larang maka tinggalkanlah.”

Ibnu majah dan yang lainnya meriwayatkan dari Iradh bin Syariah,

dia berkata, Rasulullah SAW pernah menasihati kamu hingga

membuat mata yang melihatnya berlinang dan hati menjadi bergetar.

Kami kemudian bertanya, ‘Wahai Rasulullah, ini adalah nasihat

perpisahan, apa pesanmu bagi kamu?’ Beliau bersabda, ‘Aku telah

meninggalkan kalian dalam keadaan putih bersih. Waktu malam

seperti waktu siang. Tidak ada orang yang menyeleweng

sepeninggalanku melainkan dia akan binasa. Siapa di antara kalian

masih hidup, maka dia akan melihat banyaknya perselisihan. Oleh

karena itu, kalian hendaknya tetap pada pengetahuan kalian beberapa

Sunnahku dan Sunnah para Khulafa rasyidin sepeninggalku. Kalian

hendaknya menghindari bid’ah (menciptakan atau mengada-adakan

ajaran baru). Karena sesungguhnya setiap bid’ah itu sesat. Kalian

hendaknya taat (kepada pemimpin), meski dia hanya seorang budak

Habasyah (budak hitam. Sesungguhnya seorang mukmin itu seperti

unta jinak, jika dia patuh maka dia akan tunduk.’17

b. Firman Allah SWT yang menegaskan larangan mencampuradukkan

yang hak dengan yang batil, antara lain:

طل وتكتموا ٱلحق وأنتم تعلمون وال تلبسوا ٱلحق بٱلبArtinya: Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang

bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu

mengetahui.

17 HR. Ibnu Majah dalam muqaddimah, bab: Mengikuti Sunnah Khulafa Rasyiddin (1/6, no.43) dan At-Tirmidzi secara makna dalam pembahasan tentang ilmu, bab: Mengikuti Sunnah dan Menghindari Bid’ah (5/44-45,no. 2676). At-Tirmidzi berkata, “Hadist ini hasa shahih.”

Page 76: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

64

Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, dia berkata: Adam

Al Asqalani menceritakan kepada kami dari Rabi’ bin Anas, dari dari Abu

Aliyah, tentang firman Allah, “Dan janganlah kamu campur adukkan yang

hak dengan yang bathil, “ dia berkata: Janganlah kalian mencampur

kebenaran dengan kebatilan, dan sampaikanlah kebenaran tentang

Muhammad SAW kepada orang-orang.18

Al Qasim menceritakan kepada kami, dia berkat: Hajjaj menceritakan

kepadaku dari Ibnu Juraij, dari Mujahid, dia berkata: Kalian

menyembunyikan kenabian Muhammad, padahal kalian mengetahui

(kebenarannya) dan mendapatinya termaktub dalam Kitab Suci kalian,

yaitu Taurat dan Injil.19

Jadi, penakwilan ayat ini adalah: wahai para Ahli Kitab, janganlah

kalian mengaburkan kebenaran tentang kenabian Muhammad dan

ajarannya atas sekalian manusia, dengan mengatakan bahwa dia diutus

kepada sebagian manusia, dengan mengatakan bahwa dia diutus kepada

sebagian manusia tanpa sebagian yang lain, padahal kalian mengetahui

bahwa dia diutus kepada semua manusia. Dengan demikian, kalian telah

mencampur adukkan dengan kedustaan, menyembunyikan apa yang kalian

ketahui dari Kitab Suci kalian, bahwa dia seorang nabi dan rasul yang

diutus kepada seluruh manusia, dia adalah Rasul-Ku dan aapa yang

diajarkannya datang dari-Ku. Kalian juga telah mengetahui bahwa

sumpah-Ku atas kalian yang telah termaktub dalam Kitab Suci kalian

adalah hendaknya kalian mengimaninya dan membenarkan ajarannya.20

18 Abi Hatim al-Razi, Tafsir al -Qur’an al–Adzim , Saudi : Maktabah al-Asyriya, tt. Juz I, h. 98.

19 Abi Hatim al-Razi, Tafsir al -Qur’an al–Adzim , Saudi : Maktabah al-Asyriya, tt. Juz I,

h.99. 20 Abu Ja’far at-Thabarri Jami’ al-Bayan, Beirut: Dar al-Fikr, 1995, Juz 3, h.128.

Page 77: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

65

2. Sunnah

Ada beberapa hadist yang digunakan MUI dalam menetapkan fatwa

mengenai Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR), antara lain sebagai

berikut:

ثنا عاصم ثنا أبى حد بن معاذ حد ثنا عبید هللا -حد د بن زید بن عبد هللا وھو ابن محم

قا -بن عمر عن أبیھ قال قال عبد هللا بنى « -صلى هللا علیھ وسلم-ل رسول هللا

الة دا عبده ورسولھ وإقام الص وأن محم اإلسالم على خمس شھادة أن ال إلھ إال هللا

كاة وحج البیت وصوم رمضان 21)رواه مسلم( وإیتاء الز

Artinya : Rasulullah SAW bersabda: Islam dengan atas lima perkara:

bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selai Allah dan Muhammad

Rasulullah, mendirikan sholat, membayar zakat, haji dan puasa

Ramadhan.”

Hadis ini mengandung penjelasan bahwa:22

1. Rasulullah SAW menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan

tegak di atas tiang-tiang yang kuat.

2. Pernyataan tentang keesaan Allah SWT dan keberadaan-Nya

membenarkan kenabian Muhammad SAW, merupakan hal yang paling

mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.

3. Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan

syarat rukunnya, adab-adabnya dan sunah-sunahnya aar dapat

memberikah buahnya dalalm diri seorang muslim yaitu meninggalkan

21 Abu Husein Muslim al-Naisaburi, Shahih Muslim, ( Beirut: Daar al-Afaq al-Jadidah, t.t.) h.34.

22 Muhyyiddin Yahya al-Nawawi, Arbain Nawawiyah, ( Riyadh: Maktab Dakwah 2010 )

h.15.

Page 78: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

66

perbuatan keji dan mungkar karena shalat mencegah dari seseorang dari

perbuatan keji dan mungkar.

4. Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang sudah terpenuhi

syarat-syarat zakat lalu memberikannya kepada orang-orang fakir dan

yang membutuhkan.

5. Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi stiap

muslim.

6. Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang

mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma.

از عن أبى ثنا شعبة عن فرات القز د بن جعفر حد ثنا محم ار حد د بن بش ثنا محم حد

صلى هللا علیھ -خمس سنین فسمعتھ یحدث عن النبى قاعدت أبا ھریرة : ال حازم ق

وإنھ ال نبى كانت بنو إسرائیل تسوسھم األنبیاء كلما ھلك نبى خلفھ نبى :قال -وسلم

23)رواه مسلم( .بعدى

Artinya: “Dari Abi Hurairah ra ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

dahulu Bani Israil dipimpin oleh para Nabi, setiap seorang Nabi

meninggal, digantikan oleh Nabi yang lain. Dan sesungguhnya tiadak ada

Nabi setelah aku.”

Dalam konteks hadis yang dinukil dari Abu Hurairah tersebu, Imam

Nawawi dalam kitab Riyadus Sholihin menjelaskan bahwa dalam hadis

tersebut, Nabi telah memberitakan perihal mengenai Bani Israil yang ketika

itu telah di utus para Nabi pada mereka untuk memimpin dan memperbaiki

keadaan mereka. Apabila ada Nabi yang meninggal maka akan ada Nabi

selanjutnya. Dan Rasulullah SAW mengatakan tidak akan ada Nabi setelah

aku. Hal ini membuktikan bahwasannya Nabi Muhammad SAW adalah

23 Abu Husein Muslim al-Naisaburi, Shahih Muslim, ( Beirut: Daar al-Afaq al-Jadidah, t.t.) h.17.

Page 79: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

67

penutup para Nabi. Berdasarkan dalil dan ijma para ulama sebagaimana

Allah SWT berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 40:

بكل وخاتم النبیین وكان هللا كن رسول هللا د أبا أحد من رجالكم ول .شيء علیما ما كان محم

Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki

di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan

adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ( QS. Al- Ahzab 40. )

Dengan demikian barang siapa mengaku atau berpura-pura sebagai

Nabi setelah Nabi Muhammad SAW maka orang tersebut dikatakan kafir,

murtad dan diwajibkan membunuhnya.Dan apabila orang yang

membenarkan dan meyakinkan bahwasannya ia mengakui orang tersebut

sebagai Nabi maka orang tersebut telah berbohong dan murtad. Maka wajib

bagi dia untuk di bunuh kecuali ia bertaubat.24

Pembuktian bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir juga

dijelaskan dalam hadis yang di riwayatkan oleh Imam Tirmidzi sebagai

berikut:

ثنا عبد الواحد یعني ثنا عفان بن مسلم حد عفراني حد د الز ثنا الحسن بن محم ابن حد

ثنا أنس بن مالك قال ثنا المختار بن فلفل حد عل : زیاد حد صلى هللا یھ قال رسول هللا

ة قد انقطعت فال رسول بعدي سالة والنبو )25 الترمذي رواه (.وسلم إن الر

Artinya : Rasulullah SAW besabda sesungguhnya kerasulan dan kenabian

telah terhenti. Oleh kareana itu tidak ada lagi Rasul dan Nabi sesudahku.

24 Abu Zakariya Muhyddin Yahya Nawawi, Riyadus Sholihin, ( Surabaya Daar al-Al’im, tt. ) h. 314.

25 Abu Isa Muhammad al-Tirmidzi, al-Jami’ al-Kabir, (Beirut Daar al-Arabi al-Islami,

1998.) h. 118.

Page 80: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

68

3. Qaidah Ushul:

الضرر یزالArtinya: “Dharar (bahaya) harus dihilangkan”

Pengertiannya adalah suatu kerusakan harus dihilangkan. Dengan kata

lain kaidah ini menunjukan bahwa kerusakan itu tidak diperbolehkan dalam

agama Islam. Adapun dengan ketentuan Allah sehingga kerusakan ini

menimpa seseorang, keduanya menjadi lain. Kedua menjadi lain bahkan

bisa dianggap sebagai sebagian dari keimanan terhadap qadha dan qadarnya

Allah Swt, karena segala sesuatu bagi Allah Swt.26

Kaidah tersebut diatas sering diungkapkan dengan apa yang ada di

dalam hadits nabi:

27ال ضرار وال ضرار

Artinya: “tidak boleh memudharatkan dan tidak boleh dimudharatkan”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Prof. Dr. Hj. Huzaemah T.

Yanggo, MA. Dari qaidah fiqhiyah tersebut, beliau menjelaskan

bahwasannya bahaya yang harus dihilangkan karena merusak atau merubah

aqidah islam. Dan bahaya khusus harus dicegah sebelum terjadinya bahaya

umum , maka MUI mengambil keputusan tegas dengan membuat fatwa

tentang gafatar karena telah merusak aqidah syariat islam. Di dalam

maqasid syariah yang terdiri dari hifdzu dzin yaitu menjaga agama yang

sebenarnya. Tidak boleh mencampur adukkan agama dengan agama yang

lainnya yang sudah tercamtum dan termaktubkan di dalam alquran surat al

Baqarah ayat 42:

26Ibnu Nuzaim al-Hanafiyah al-Abidin Ibn Ibrahim, al-Asybah wa al-Nadzair cet, Damaskus: Dar al-Fikr 1402 H/1983 M.

27 Imam Jalaluddin, Abdurrohman As-Suyuti, Al Asybah wa al nadzhoir fi qowai’di wa furu’fiqhis Syafi’iyah ( Beirut: Dar al-Fikr )1983 M.

Page 81: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

69

.وال تلبسوا الحق بالباطل وتكتموا الحق وأنتم تعلمون Artinya: Janganlah kamu campur-adukkan antara kebenaran dan

kebatilan, dan kamu sembunyikan yang benar padahal kamu

mengetahuinya.

Maksudnya ialah mencampur adukkan agama islam yahudi dan

nasrani maka gafatar merupakan aliran sesat menyesatkan dengan merubah

dan menafsirkan ayat-ayat alqur’an yang tidak sesuai dengan kaedah

tafsir.28

28 Hasil wawancara dengan Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, pada tanggal 22 Desember 2016.

Page 82: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan dari penjelasan – penjelasan sub bab

diatas dan literature yang berkaitan dengan pembahasan penulis dan untuk

mengakhiri pembahasan skripsi ini, maka penulis menrujuk beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Bahwa gafatar yang menyatakan diri sebagai salah satu aliran sekte dalam

agama Islam, memiliki aturan hukum sendiri dalam keyakinan dan ibadah

yang tidak sesuai dengan ajaran agama islam secara umum seperti:

keyakinan tentang adanya rasul baru yakni Ahmad Musadeq,

pengingkaran terhadap perintah shalah, puasa ramadhan dan haji, serta

mencampuradukan (sinkretisme) antara ajaran Islam, Yahudi dan Nasrani

dengan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an tidak sesuai dengan kaidah tafsir.

kemudian sesuai fatwa MUI Nomor. 06 Tahun 2016 Gafatar ditetapkan

sebagai aliran sesat berdasarkan dalil-dalil yang tertera dalam fatwa.

2. Adapun dalil-dalil yang digunakan MUI bersumber dari al-Quran, Sunnah

dan Qaidah Ushul yang keseluruhan membahas mengenai ajaran aqidah

islam dan membuktikan bahwa apa yang menjadi ajaran aliran

GAFATAR adalah sesat. Dengan demikian, aliran tersebut patut

dibubarkan dan dikembalikan kepada ajaran islam yang sesuai dengan al-

Qur’an dan Sunnah.

B. SARAN.

1. Gafatar adalah Organisasi yang illegal di Indonesia dan tidak sesuai

ajaran agama yang diakui di Indonesia khususnya agama Islam maka

menurut penulis pemerintah harus berperan dengan cara membubarkan

70

Page 83: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

71

GAFATAR kemudian para pengikutnya diarahkan agar mendapatkan

kehidupan yang normal kembali dalam masyarakat yang madani.

2. MUI sebagai organisasi perkumpulan para ulama Indonesia harus

bertindak cepat dalam menangani masalah kesesatan dalam kehidupan

beragama yang terjadi di Indonesia sebelum menyebar ke lingkup

masyarakat yang lebih luas. Untuk menghindari adanya kejadian serupa

MUI harus lebih giat mendidik masyarakat dengan ajaran-ajaran islam

yang benar sehingga ajaran yang menyimpang tidak dapat mempengaruhi

masyarakat.

Page 84: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abbas, Abdullah, Tanwirul Miqbas min, Bairut, Libanon, 1992. Al-Nawawi, Abi Zakariya Yahya,Adab al-Fatwa wa al-Mufti, wa al-Mustafti,

Damaskus: Daar al-Fikr, 1988. Al Hadhramiy, Salim bin Sumair,Matan Safinatun Najah, Beirut: Maktabah Ar

Razin, 2011. Al Hadhramiy, Syaikh Salim Bin Sumair,Matan Safinatun Najah, Daarul Minhaj,

2009. al-‘Aql, Dr Nashir Ibn Abdul Karim, Buhuuts fii’Aqiidah Ahli Sunnah wal

Jama’ah, Daarul ‘Ashiimah, 1998. al-Asqor, umar sulaiman,Rasul dan Risalah, Riyadh: international Islamic

Publishing House, 2008. al-Buhuti, Mansur bin Yunus,Syarah al-Muntaha, Beirut:Alim al-Kutub, 1996. Al-Darimi, Abdullah ibn Abdurrahman, Musnad al-Darimi, Riyadh: Dar al

Mughni, 2000. Ali Syariati, Ali,Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, Bandung: Mizan, 1992. Al-Jauziah, Ibnu Qayym,I’lam al-Muwaqi’un, Beirut: Daar al-Jalil, 1973. al-Naisaburi,Abu Husein, Muslim Shahih Muslim, Beirut: Daar al-Afaq al-

Jadidah, t.t. al-Naisaburi,Abu Husein, Muslim Shahih Muslim, Beirut: Daar al-Afaq al-

Jadidah, t.t. al-Nawawi, Muhyyiddin Yahya,Arbain Nawawiyah, Riyadh: Maktab Dakwah

2010.

72

Page 85: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

73

al-Qurtubi, Abu Abdullah Muhammad,al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, Riyadh: Dar ‘alim Kutub, 2003.

al-Razi,Abu Hatim,Tafsir al -Qur’an al–Adzim , Saudi : Maktabah al-Asyriya, t.t. al-Suyuti,Abdurrahman Jalaludin,al-Durr al-Matsur, Beirut, Dar al-Fikr, 1993. al-Tirmidzi, Abu Isa Muhammad al-Jami’ al-Kabir, Beirut Daar al-Arabi al-

Islami, 1998. al-Zahabity, Muhammad Husain,Al-Tafsir wa al-Mufassirun, Mesir: Dar al-Kutub

al-Haditsah, 1961. Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, Mesir: Al-Halabiy, 1975. Amin, Ma’ruf,Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, Jakarta: Elsas, 2008. Asy-Syaukani,Muhammad,Fathul Qadir , Beirut: Dar al-Fikr, t.t. at-Thabarri, Abu Ja’far,Jami’ al-Bayan, Beirut: Dar al-Fikr, 1995. at-Thabarri, Abu Ja’far,Jami’ al-Bayan, Beirut: Dar al-Fikr, 1995. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif,Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2001. Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Bahasa Indonesia,

Jakarta: Pusat Bahasa, 2008. Djamaluddin, M. Amin,Mewaspadai GAFATAR, Gerakan Pemurtadan Terhadap

Umat Islam, Jakarta : Lembaga Penenelitian Pengkajian Islam, 2016. Ensiklopedia Hukum Islam jilid I, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Houve, 2001. Fatah, Rohadi Abd, Analisa Fatwa Keagamaan dalam Fiqih Islam, Yogyakarta:

Bumi Aksara, 1991. Gayo, Ahyar A, “kedudukan Fatwa MUI Dalam Upaya Mendorong Pelaksanaan

Ekonomi Syariah”, Penelitian Hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum Dan HAM RI, 2011.

Page 86: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

74

Hamka, Rusjd,Pribadi dan Martabat Prof. Dr. Hamka, Jakarta: Pustaka Panjimas,

1981. Hasan, Muhammad Tholhah,Ahlussunah wal jama'ah dalam Persepsi dan Tradisi

NU, Jakarta: Lantabora Press, 2005. Hasil wawancara dengan Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, pada tanggal

22 Desember 2016. Hasyim, Umar,Mencari Ulama Pewaris Nabi: Selayang Pandang Sejarah Para

Ulama, Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1998. Heri Herdiyanto dan Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, Dan Aktif

Berwaganegara, Jakarta: Erlangga, 2010. Hooker, M. B,Islam Mazhab Indonesia; Fatwa-fatwa dan Perubahan Sosial, terj.

Iding Rosyidin Hasan, Jakarta: Teraju, 2003. Ibrahim, Ibnu Nuzaim,al-Asybah wa al-Nadzair cet, Damaskus: Dar al-Fikr, 1983. Katsir, Ismail Ibn,Tafsir Al-Qur’anak Al-azhim, Beirut: Dar Thayyibah Lin Nasyr

Wat Tauzi, 1999. Khairul Umam dan A. Achyar Aminuddin, Ushul Fiqh II, Bandung: Pustaka

Setia, 2001. Khallaf, Abdul Wahab,Ilmu Ushul Fikih, Terj. Halimuddin SH, Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2005. Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika

Kontemporer (Himpunan Fatwa Ulama), Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Prop. KalSel dan Comdes Kalimantan, 2007.

Mudzhar, Muhammad Atho,Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988, Jakarta: INIS, 1993.

Muhammad, Abu Abdullah,Sahih Bukhari, Beirut: Dar al-Fikri, 1996.

Page 87: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

75

Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fikih Islami,Bandung: al-ma’arif, 1993.

Nawawi, Abu Zakariya Muhyddin Yahya,Riyadus Sholihin, Surabaya Daar al-

Al’im, t.t. Pusat Bahasa dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2007. Qardhawi, Yusuf,Fatwa antara Ketelitian dan Kecerobohan, diterjemahkan oleh

As’ad Yasin, Jakarta: Gema Isani Press, 1977. Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an (fungsi dan peran wahyu dalam

kehidupan), Bandung: Mizan, 1994. Shihab, M. Quraisy,Fatwa-Fatwa Seputar Ibadah Mahdah, Jakarta: Mizan, 1999. Siraj, Binayah Roin, Al-Qiyadah Al-Islamiyyah, Jakarta: TP, 2006. Suntana, Ija,Daya Ikat Fatwa, Bandung: Unversitas Islam Negeri Sunan Gunung

Djati Bandung, 2009. Suratmaputra, Ahmad Munif,Filsafat Hukum Islam, al Ghazali Mashlahah

Mursalah dan Relevansinya dengan Pembaharuan Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.

Syarifuddin, Amir,Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana 2014. Syukur, Muhamad Asywadie,Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih, Surabaya:

PT BINA ILMU,1990. Thohari, Fuad,Pedoman Penetapan Fatwa Bagi DA’I, Jakarta: Majelis Ulama

Indonesia,2012. Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama

Indonesia Tahun 2005, Jakarta: Sekretaris MUI Pusat, 2005. Tim Penyusun MUI Pusat, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama

Indonesia, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia Pusat, 2001.

Page 88: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

76

Umar, Ahmad Mukhtar,Mu’jam al-Lughah al-Arabiyya al-Mu’ashirah, Kairo: ‘Alim al-Kutub, 2008.

Khozin, Muhammad Makruf, www.hujjahnu.com25 januari 2103. Yahya, Abu Zakariya al-Farra, Ma’ani al-Qur’an, Mesir: Dar al-Masyriah, t.t. Yahya, Imam,Fiqih Sosial NU: Dari Tradisionalis Menuju Kontekstualis, dalam

M. Imdadun Rahmat (Ed), Kritik Nalar NU: Transformasi Paradigma Bahtsul Masa'il, Jakarta: Lakpesdam, 2002.

Yunus, Muhammad,Kamus Arab Indonesia,Jakarta: PT. Mahmud Yunus wa

Dzurriyah, 2010. Zahra, Muhammad Abu,Ushul al-Fiqh, Beirut: Dar al-Fikri, t.t.

B. INTERNET Asril, Sabrina,“Menteri Agama: Konflik Beragama Wajar, Yang Tak Wajar

“tukang kompor””, artikel diakses pada 17 juli 2013 www.kompas.com Fadli. “asal usul gafatar ternyata tidak jauh berbeda dengan nii”. artikel diakses

pada 13 januari 2016 dari www.jelasberita.com Maharani, Shinta,Kasus Intoleransi Di Yogyakarta tinggi, artikel diakses pada 11

maret 2016, www.tempo.com Misrawi, Zuhairi,“Konflik Sunni-Syiah di Madura?”, artikel diakses pada 28

agustus 2012, www.sindonews.com Sadzali, Otentitas Wahyu, artikel ini diakses pada 13 September 2014 dari

http//sadzalikecil.blogspot.co.id www.mui.or.id. Diakses 30 Oktober 2015.

Page 89: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis
Page 90: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

FATWA FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Nomor 6 Tahun 2016

Tentang

ALIRAN GERAKAN FAJAR NUSANTARA (GAFATAR)

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah :

MENIMBANG : a. bahwa di tengah masyarakat telah berkembang organisasi bernama Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) yang bergerak di bidang sosial, namun pada faktanya mengajarkan keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan masyarakat muslim;

b. bahwa di antara keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan tersebut berasal dari ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah dan millah Abraham, yakni menyakini adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad SAW, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru selamat; mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa ramadhan, dan haji; serta mencampuradukkan pokok-pokok ajaran Islam, Nasrani dan Yahudi dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran tidak sesuai dengan kaidah tafsir;

c. bahwa aliran ini berkembang di beberapa daerah yang kemudian menimbulkan keresahan masyarakat, sehingga sebagian organisasi, lembaga termasuk Kejaksaan Agung RI mengajukan permintaan fatwa tentang masalah tersebut;

d. bahwa oleh karena itu Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menetapkan fatwa tentang aliran GAFATAR guna dijadikan pedoman.

MENGINGAT : 1. Al-Quran :

a. Firman Allah SWT yang menegaskan soal perintah tunduk dan patuh dalam hal beragama serta ajaran Islam merupakan ajaran yang hanif, antara lain:

أسلمت لرب العالمين إذ قال له ربه أسلم قال

Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk

patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh

kepada Tuhan semesta alam". (QS. Al-Baqarah [2]:131)

Page 91: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

Fatwa tentang Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) 2

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

ين عند الله اإلسالم وما اخت لف ال ذين أوتوا الكتاب إال من ب عد ما إن الدن هم ومن يكفر بآيات الله فإن الله سريع الحساب جاءهم العلم ب غيا ب ي

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah

hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang

telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang

pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang

ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap

ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat

hisab-Nya. (QS. Ali Imran [3]:19)

ومن أحسن دينا مم ن أسلم وجهه هلل وهو محسن وات بع مل ة إب راهيم حنيفا وات خذ الله إب راهيم خليال

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada

orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah,

sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti

agama Ibrahim yang lurus ? Dan Allah mengambil

Ibrahim menjadi kesayanganNya. (QS. Al-Nisa’ [4]:

125)

يفا مسلما وما كان من ما كان إب راهيم ي هوديا وال نصرانيا ولكن كان حن المشركين

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula)

seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang

lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali

bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.

(QS. Ali ‘Imran [3]:67)

b. Firman Allah SWT yang menegaskan keharusan memahami dan menjalankan ajaran agama dengan jalan ittiba’ (mengikuti) aturan-aturan agama yang telah ditetapkan, antara lain:

والت ت بعوا السبل ف ت فر ق بكم عن سبيله ذالكم وأن هذا صراطي مستقيما فات بعوه وص اكم به لعل كم ت ت قون

“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan- jalan (yang lain), karena jalan- jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya, yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al- An’am [6]: 153)

ر سبيل المؤمنين ن وله ومن يشاقق الر سول من ب عد مات ب ي ن له الهدى وي ت بع غي مات ول ى ونصله جهن م وسآءت مصيرا

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan

Page 92: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

Fatwa tentang Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) 3

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

orang- orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam,dan Jahannam itu seburuk- buruk tempat kembali.” (QS. An- Nisa [2]: 115)

قل أطيعوا اهلل والر سول فإن ت ول وا فإن اهلل ال يحب الكافرين

“Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang kafir”. (QS. Ali- Imran [3]: 32)

c. Firman Allah SWT yang menjelaskan kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, antara lain:

ول اهلل وخاتم الن بيين م اكان محم د أبآ أحد من رجالكم ولكن ر س

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al-Ahzab [33]: 40)

d. Firman Allah SWT yang menegaskan larangan mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil, antara lain:

وال ت لبسوا الحق بالباطل وتكتموا الحق وأنتم ت علمون

”Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]:42)

e. Firman Allah SWT yang menjelaskan soal kemurtadan dan hukumannya, antara lain:

ومن ي رتدد منكم عن دينه ف يمت وهو كافر فأولئك أصحاب الن ار هم فيها خالدون

“Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia- sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 217)

f. Firman Allah SWT yang memerintahkan taubat atas kesalahan yang dilakukan, antara lain:

فر لهم م ا قد سلف وإن ي عودوا ف قد مضت سن ة قل لل ذين كفروا إن ينت هوا ي غ األو لين

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu ". (QS. Al-Anfaal [8]: 38)

Page 93: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

Fatwa tentang Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) 4

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

يا أي ها ال ذين آمنوا توبوا إلى الل ه ت وبة نصوحا عسى ربكم أن يكفر عنكم سيئاتكم ويدخلكم جن ات تجري من تحتها األن هار

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, (QS. Al-Tahrim[66]:8)

إن ما الت وبة على الل ه لل ذين ي عملون السوء بجهالة ثم ي توبون من قريب فأولئك حكيما ي توب الل ه عليهم وكان الل ه عليما

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Nisa[4]:17)

ين ون فصل اآليات لقوم فإن تابوا وأقاموا الص الة وآت وا الز كاة فإخوانكم في الد ي علمون

Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (QS. Al-Anfaal [9]:11)

2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:

هما ابن عمر عن بني صل ى الل ه عليه وسل م قال قال رسول الل ه رضي الل ه عن سالم على خمس شهادة أن ال إله إال الل ه وأن رسول الل ه وإقام الص الة محم دا اإل

(متفق عليه واللفظ للبخاري)وإيتاء الز كاة والحج وصوم رمضان

“Rasulullah SAW bersabda: Islam dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan sholat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan.”

كان " : قال رسول اهلل صل ى الل ه عليه وسل م ، قال : عن أبي هريرة رضي اهلل عنه قال . " ...ب نو إسرائيل تسوسهم األنبياء كل ما هلك نبي خلفه نبي ، وإن ه ال نبي ب عدي

(يهمتفق عل)"Dari Abi Hurairah ra ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Dahulu Bani Israel dipimpin oleh para nabi, setiap seorang nabi meninggal,

Page 94: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

Fatwa tentang Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) 5

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

maka digantikan oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku…."

اهلل صلى اهلل عليه وسلم إن الرسالة والنبوة قد قال رسول : حدثنا أنس بن مالك قال (رواه أحمد والترمذي)انقطعت فال رسول بعدي وال نبي

"Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terhenti. Oleh karena itu, tidak ada lagi rasul dan nabi sesudahku…."

3. Ijma’ Ulama mengenai kekafiran orang yang mengingkari keimanan bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi dan rasul terakhir.

4. Qaidah Ushul :

ي زال الض رر “Dharar (bahaya) harus dihilangkan.”

درء المفاسد مقد م على جلب المصالح “Menghindarkan mafsadat didahulukan atas mendatangkan maslahat.

ي تحم ل الض رر الخاص لدفع الض رر العام “Dharar yang bersifat khusus harus ditanggung untuk menghindarkan dharar yang bersifat umum (lebih luas).”

من وط بالمصلحة تصرف اإلمام على الر عي ة “Kebijakan imam (pemerintah) terhadap rakyatnya didasarkan pada kemaslahatan.”

MEMPERHATIKAN : 1. Surat dari Kejaksaan Agung RI Nomor B-165/D.2/Dsp.2/01/2016 tanggal 29 Januari 2016 perihal Permohonan Fatwa MUI tentang Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR)

2. Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2007 tentang Aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang menyatakan sebagai sesat dan menyesatkan;

3. Keputusan Majelis Permusyawaratan Ulama Kota Banda Aceh Nomor 02 Tahun 2011 tentang Analisa/Kajian Kegiatan Pengrusakan Aqidah/Pemurtadan/Penistaan Agama Islam di Kota Banda Aceh yang melakukan pengkajian tentang aliran Millata Abraham;

4. Fatwa MUI Maluku Utara Nomor 11 Tahun 2015 Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR);

Page 95: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

Fatwa tentang Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) 6

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

5. Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Nomor 01 Tahun 2015 tentang Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR);

6. Fatwa MUI Kalimantan Barat Nomor 01/MUI-Kalimantan Barat/I/2016 tentang Ajaran Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR);

7. Keputusan Rapat Kerja Nasional MUI Tahun 2007 tentang Kriteria Aliran Sesat;

8. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia V Tahun 2015 tanggal 7 – 10 Juni 2015 tentang Kriteria Pengkafiran (Dhawabith at-Takfir)

9. Hasil Pengkajian dari Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI tentang aliran Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) yang disampaikan pada tanggal 28 dan 30 Januari 2016, yang antara lain sebagai berikut:

a. GAFATAR merupakan metamorphosis dari Al-Qiyadah Al-Islamiyah dan Komunitas Millah Abraham.

b. Paham keagamaan GAFATAR sama dengan paham keagamaan Al-Qiyadah Al-Islamiyah dan Komunitas Millah Ibraham;

c. GAFATAR menyebarkan keyakinan dan pemahaman keagamaan: (i) adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa, sebagai mesias dan juru selamat, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi yang hakikatnya nabi akhir zaman setelah nabi Muhammad saw; (ii) mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa ramadhan, dan haji; (iii) mencampuradukkan (sinkretisme) antara ajaran Islam, Yahudi dan Nasrani dengan menafsirkan ayat-ayat al-Quran tidak sesuai dengan kaidah tafsir.

10. Pandangan, saran, dan pendapat yang berkembang dalam Rapat Pimpinan Harian Majelis Ulama Indonesia bersama Komisi Fatwa MUI dan Komisi Pengkajian dan Penelitian pada 2 Februari 2016.

11. Penjelasan dari Kejaksaan Agung RI pada forum tabayun (klarifikasi) dalam Rapat Komisi Fatwa MUI serta Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI pada 2 Februari 2016, yang pada intinya menyatakan bahwa organisasi GAFATAR semula bergerak di bidang sosial, namun dalam perkembangannya mengajarkan aliran keagamaan yang merupakan metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah serta aliran Millah Abraham.

Page 96: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

Fatwa tentang Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) 7

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

12. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang dalam Sidang Komisi Fatwa MUI pada tanggal 30 Januari 2016 dan 3 Februari 2016.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : FATWA TENTANG ALIRAN GERAKAN FAJAR NUSANTARA (GAFATAR)

Pertama : Ketentuan Umum Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:

1. Aliran GAFATAR (Gerakan Fajar Nusantara) adalah sebuah aliran keagamaan yang menempatkan Ahmad Moshaddeq sebagai Guru Spiritual dengan meyakini dan mengajarkan ajaran antara lain; (i) adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa, sebagai mesias dan juru selamat, yaitu Ahmad Moshaddeq alias Abdus Salam Messi yang hakikatnya nabi setelah nabi Muhammad saw; (ii) belum mewajibkan shalat lima waktu, puasa ramadhan, dan haji.

2. Millah Abraham adalah pemahaman dan keyakinan GAFATAR yang mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan Yahudi dengan menafsirkan ayat-ayat al-Quran tidak sesuai dengan kaidah tafsir;

3. Aliran al-Qiyadah al-Islamiyah adalah aliran yang berkembang dengan dipimpin oleh Ahmad Moshaddeq yang mengajarkan ajaran keagamaan, antara lain; (i) adanya syahadat baru, yang berbunyi: “Asyhadu alla ilaha illa Allah wa asyhadu anna masih al- Mau’ud Rasul Allah”; (2) adanya nabi/rasul baru sesudah Nabi Muhammad SAW, dan (3) belum mewajibkan shalat, puasa dan haji.

4. Murtad adalah orang yang telah keluar dari ajaran agama

Islam. Kedua : Ketentuan Hukum

1. Aliran GAFATAR adalah sesat dan menyesatkan, karena:

a. merupakan metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang sudah difatwakan sesat melalui Fatwa MUI Nomor 04 Tahun 2007

Page 97: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

Fatwa tentang Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) 8

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

b. mengajarkan paham dan keyakinan Millah Abraham, yang sesat menyesatkan karena mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan Yahudi dengan menafsirkan ayat-ayat al-Quran yang tidak sesuai dengan kaedah tafsir.

2. Setiap muslim pengikut aliran GAFATAR dikelompokkan sebagai berikut :

a. yang meyakini faham dan ajaran keagamaan GAFATAR adalah murtad (keluar dari Islam), wajib bertaubat dan segera kembali kepada ajaran Islam (al-ruju’ ila al-haq).

b. yang mengikuti kegiatan sosial tetapi tidak meyakini ajaran keagamaannya tidak murtad, tetapi wajib keluar dari komunitas GAFATAR untuk mencegah (sadd al-dzari’ah) tertular/terpapar ajaran yang menyimpang.

3. Pemerintah wajib melarang penyebaran aliran GAFATAR serta setiap paham dan keyakinan yang serupa, dan melakukan penindakan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap pimpinan GAFATAR yang terus menyebarkan keyakinan dan ajaran keagamaannya.

4. Pemerintah wajib melakukan rehabilitasi dan pembinaan secara terus menerus terhadap pengikut, anggota dan pengurus eks GAFATAR.

Ketiga : Rekomendasi

1. Para Ulama agar memberikan pembinaan dan pembimbingan terhadap para pengurus, pengikut, dan simpatisan eks GAFATAR supaya kembali kepada ajaran Islam (al-ruju’ ila al-haq) serta mengingatkan umat Islam untuk mempertinggi kewaspadaannya agar tidak terpengaruh oleh aliran sesat.

2. Pemerintah diminta untuk tetap menjamin hak keperdataan dari para pengikut, anggota dan pengurus GAFATAR, termasuk hak kepemilikan atas aset dan properti.

3. Masyarakat dan umat Islam dihimbau dapat menerima kembali para pengikut, anggota dan pengurus GAFATAR yang mau bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam agar dapat kembali menjadi bagian dari umat Islam dengan mengedepankan semangat ukhuwwah Islamiyah (persaudaran seagama), ukhuwwah wathaniyah (persudaraan kebangsaan), dan ukhuwwah basyariyyah (persaudaraan kemanusiaan).

4. Masyarakat agar senantiasa mengawasi penyebaran ajaran menyimpang dan melaporkan kepada yang berwenang, serta tidak melakukan langkah-langkah anarkis.

Page 98: ALIRAN GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI Analisis Fatwa …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41677/1/MUHAMMAD... · GAFATAR DAN FATWA SESAT MUI “Analisis Fatwa Majelis

Fatwa tentang Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) 9

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Keempat : Ketentuan Penutup

1. Fatwa ini berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata dibutuhkan perbaikan, akan diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini.

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 23 Rabi’ul Akhir 1437 H 03 Februari 2016 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA

KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris

PROF. DR. H. HASANUDDIN AF, MA DR. HM. ASRORUN NI’AM SHOLEH, MA