fase laten, aktif, dan kala 2 memanjang

7
Fase Laten Memanjang Friedman mengembangkan konsep tiga tahap fungsional pada persalinan untuk menjelaskan tujuan-tujuan fisiologis persalinan. Walaupun pada tahap persiapan (preaptory division) hanya terjadi sedikit pembukaan serviks,cukup banyak perubahan yang terjadi pada komponen jaringan ikat serviks. Tahap pembukaan/dilatasi (dilatational division) adalah saat pembukaan paling cepat berlangsung. Tahap panggul (pelvic division) berawal dari fase deselerasi pembukaan serviks. Mekanisme klasik persalinan yang melibatkan gerakan-gerakan dasr janin pada presentasi kepala seperti masuknya janin ke panggul, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi dan putaran paksi luar terutama berlangsung dalam fase panggul. Namun dalam praktik, awitan tahap panggul jarang diketahui dengan jelas. Pola pembukaan serviks selama tahap persiapan dan pembukaan persalinan normal adlah kurva sigmoid. Dua fase pembukaan serviksa adalah fase laten yang sesuai dengan tahap persiapan dan fase aktif yang sesuai dengan tahap pembukaan. Friedman membagi lagi fase aktif menjadi fase akselerasi, fase lereng (kecuraman) maksimum, dan fase deselerasi.

Upload: abqariyah-taisir

Post on 17-Feb-2015

440 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fase Laten, Aktif, Dan Kala 2 Memanjang

Fase Laten Memanjang

Friedman mengembangkan konsep tiga tahap fungsional pada persalinan untuk

menjelaskan tujuan-tujuan fisiologis persalinan. Walaupun pada tahap persiapan (preaptory

division) hanya terjadi sedikit pembukaan serviks,cukup banyak perubahan yang terjadi pada

komponen jaringan ikat serviks. Tahap pembukaan/dilatasi (dilatational division) adalah saat

pembukaan paling cepat berlangsung. Tahap panggul (pelvic division) berawal dari fase

deselerasi pembukaan serviks. Mekanisme klasik persalinan yang melibatkan gerakan-

gerakan dasr janin pada presentasi kepala seperti masuknya janin ke panggul, fleksi, putaran

paksi dalam, ekstensi dan putaran paksi luar terutama berlangsung dalam fase panggul.

Namun dalam praktik, awitan tahap panggul jarang diketahui dengan jelas.

Pola pembukaan serviks selama tahap persiapan dan pembukaan persalinan normal

adlah kurva sigmoid. Dua fase pembukaan serviksa adalah fase laten yang sesuai dengan

tahap persiapan dan fase aktif yang sesuai dengan tahap pembukaan. Friedman membagi lagi

fase aktif menjadi fase akselerasi, fase lereng (kecuraman) maksimum, dan fase deselerasi.

Awitan persalinan laten didefinisikan sebagai saat ketika ibu mulai merasakan

kontraksi yang teratur.Selama fase ini, orientsi kontraksi uterus berlangsung bersama

pendataran dan pelunakan serviks. Kriteria minimum Friedman untuk fase laten ke dalam

fase aktif adalah kecepatan pembukaan serviks 1,2 jam bagi nulipara dan 1,5 cm untuk ibu

multipara. Kecepatan pembukaan serviks ini tidak dimulai pada pembukaan tertentu.

Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten berkepanjangan sebagai apabila lama

fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada multipara.

Page 2: Fase Laten, Aktif, Dan Kala 2 Memanjang

Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah anestesia

regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk (misal: tebal, tidak

mengalami pendataran atau tidak membuka) dan persalinan palsu. Friedman mengklaim

bahwa istirahat atau stimulasi oksitosin sama efektif ndan amannya dalam dalam

memperbaiki fase laten berkepanjangan. Istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu

sering tidak disadari. Karena adanya kemungkinan persalinan palsu tersebut, amniotomi tidak

dianjurkan.

Page 3: Fase Laten, Aktif, Dan Kala 2 Memanjang

Fase Aktif Memanjang

Page 4: Fase Laten, Aktif, Dan Kala 2 Memanjang

Kemajuan peralinan pada ibu nulipara memiliki makna khusus karena kurva-kurva

memperlihatkan perubahan cepat dalam kecuraman pembukaan serviks antara 3-4 cm. Dalam

hal ini, fase aktif persalinan dari segi kecepatan pembukaan serviks tertinggi. Secara

konsistensi berawal dari saat pembukaan serviks 3-4 cm atau lebih, diserati kontraksi uterus,

dapat secara meyakinkan digunakan sebagai batas awal persalinan aktif. Demikian pula

kurva-kurva ini memungkinkan para dokter mengajukan pertanyaan, karena awal persalinan

dapat secara meyakinkan didiagnosis secara pasti, berapa lama fase aktif harus berlangsung.

Kecepatan pembukaan yang dianggap normal untuk persalinan pada nulipara adalah

1,2cm/jam, maka kecepatan normal minimum adalh 1,5 cm/jam. Secara spesifik, ibu nulipara

yang masuk ke fase aktif dengan pembukaan 3 – 4 cm dapat diharapkan mencapai

pembukaan 8 sampai 10 cm dalam 3 sampai 4 jam. Pengamatan ini mungkin bermanfaat.

Sokol dan rekan melaporkan bahwa 25% persalinan nulipara dipersulit kelainan fase aktif,

sedangkan pada multigravida angkanya adalah 15%.

Memahami analasisi Friedman mengenai fase aktif bahwa kecepatan penurunan janin

diperhitungkan selain kecepatan pembukaan serviks, dan keduanya berlangsung bersamaan.

Penurunan dimulai pada saat tahap akhir dilatasi aktif, dimulai pada pembukaan sekitar 7-8

cm. Friedman membagi lagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction

(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arest (macet, tak maju).

Ia mendefinisikan protraksi sebagai kecepatran pembukaan atau penurunan yang

lambat, yang untuk nulipara, adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau

penurunan kurang dari 1 cm per jam. Untuk multipara, protraksi didefinisikan sebagai

kecepatan pembukaan kurang dari 1,5 cm per jam atau penurunan kurang dari 2 cm per jam.

Sementar itu, ia mendefinisikan arrest sebagai berhentinya secara total pembukaan atau

penurunan. Kemacetan pembukaan didefinisikan sebagai tidak adanya perbahan serviks

dalam 2 jam, dan kemacetan penurunan sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.

Prognosis kelainan berkepanjangan dan macet ini cukup berbeda, dimana disproporsi

sepalopelvik terdiagnosa pada 30% dari ibu dengan kelainan protraksi. Sedangkn disproporsi

sefalopelfik terdiagnosa pada 45% ibu dengan persalinan macet. Ketertkaitan atau faktor lain

yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan dan macet adalah sedasi berlebihan,

anestesi regional dan malposisi janin. Pada persalinan yang berkepanjang dan macet,

Friedman menganjurkan pemeriksaan fetopelvik untuk mendiagnosis disproporsi

sefalopelvik. Terapi yang dianjurkan untuk persalinan yang berke3panjangan adalah

Page 5: Fase Laten, Aktif, Dan Kala 2 Memanjang

penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan untuk persalinan yang macet

tanpa disproporsi sefalopelvik.

Untuk membantu mempermudah diagnosa kedua kelainan ini, WHO mengajukan

penggunaan partograf dalam tatalksana persalinan. Dimana berdasarkan partograf ini, partus

lama dapat didagnosa bila pembukaan serviks kurang dari 1cm/ jam selama minimal 4 jam.

Sementara itu, American College of Obstetrician and Gynecologists memiliki kriteria

diagnosa yang berbeda,. Kriteria diagnosa tersebut ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Kriteria diagnostik kelainan persalinan

Kala Dua Memanjang

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan

keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit unutk nulipara dan 20 menit untuk

multipara. Pada ibu dengan paritas tinggi yang vagina dan perineumnya sudah melebar, dua

atau tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk

mengeluarkan janin sebaliknya pada seorang ibu, dengan panggul sempit atau janin besar,

atau denan kelainan gaya ekspulsif akibat anestesia regional atau sedasi yang berat, maka

kala dua dapat memanjang. Kala II pada persalinann nulipara dibatasi 2 jam dan diperpanjang

sampai 3 jam apabila menggunakan anestesi regional. Untuk multipara 1 jam diperpanjang

menjadi 2 jam pada penggunaan anestesia regional.