fase akut
DESCRIPTION
luka bakarTRANSCRIPT
A. PENGERTIAN
Cedera inhalasi terjadi kalau menghirup gas toksit yang suhunya sangat tinggi atau
asap kebakaran . Karbon monoksida ( CO) merupakan produk sampingan kebakaran yang
paling sering ditemukan : Hidrogen Klorida dan Hidrogen sianida merupakan produk
sampingan lainnya yang sering terdapat pada kebakaran.
Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas dari api , air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi/
Luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul , perubahan suhu , zat kimia, ledakan , sengatan listrik
atau gigitan hewan ( buku ilmu ajar bedah). Luka bakar adalah kerusakan secara langsung
maupun yang tidak langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai
keorgan dalam, yang disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air/ uap
panas, bahan kimia, radiasi, arus listrik dan suhu sangat dingin.
Pada kebakaran dalam ruangan tertutup dan bilamana kebakaran mengenai daerah
muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan nafas akibat gas , asap atau uap
panas yang terhisap. Cidera inhalasi disebabkan oleh jenis bahan kimia terbakar
( traceobronkitis) dari saluran pernafasan. Bila cidera ini terjadi pada pasien dengan luka
bakar kulit yang parah kematian sangat tinggi antara 48 %- 86 %. Edema yang terjadi dapat
menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan nafas.
Keracuanan asap yang disebabkan oleh termodegredasi material alamiah dan materi
yang diproduksi. Termodegredasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hidrogen
sianida , nitrogen oksida , hidrogen klorida dan partikel-partikel tersuspensi. Efek akut dari
bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokontriksi pada saluran nafas. Obstruksi jalan
nafas akan menjadi lebih hebat akibat adanya bronkitis dan edema
B. GAMBARAN KLINIS
Oleh karena onset terjadinya tidak segera dan sering tidak ditangani sesegera mungkin, maka
perlu diketahui tanda- tanda yang dapat mengarahkan kita untuk bertindak dan harus
mencurigai bahwa seseorang telah mengalami trauma inhalasi antala lain:
Ø Luka bakar pada wajah
Ø Alis mata dan bulu hidung hangus
Ø Adanya timbunan karbon dan tanda-tanda inflamasi akut di dalam orofaring
Ø Sputum yg mengandung arang atau karbon
Ø Wheezing, sesak dan suara serak
Ø Adanya riwayat terkurun dalam kepungan api
Ø Ledakan yng menyebakan trauma bakar pada kepala dan badan
Ø Tanda-tanda keracunan CO ( karboksihemoglobin > 10 % setelah berada dalam
lingkungan api) seperti kulit berwarna pink sampai merah, takikardi, takipnea, sakit kepala,
mual, pusing, pandangan kabur, halusinasi, ataksia, kolaps sampai koma.
C. MEKANISME TRAUMA
1.1 Mekanisme trauma dibagi 2 :
1.1.1 Inhalasi Carbon Monoksida (CO)
CO merupakan gas yang dapat merusak oksigenasi jaringan , dalam darah berikatan dengan
Hb dan memisahkan Hb dengan O2 sehingga akan menghalangi penggunaan oksigen.
1.1.2 Trauma panas langsung mengenai saluran nafas
Sering mengenai saluran nafas bagian atas jarang mengenai bagian bawah karena sebelum
mencapai trachea secara reflek terjadi penutupan plica dan penghentian spasme laryng.
Edema mukosa akan timbul pada saluran nafas bagian atas yang menyebabkan obstruksi
lumen, 8 jam pasca cedera. Komplikasi trauma ini merupakan penyebab kematian terbanyak.
1.2 Cedera Termis
Menimbulkan gangguan sirkulasi keseimbangan cairan & elektrolit, sehingga berakibat
terjadi perubahan permeabilitas kapiler dan menyebabkan odema selanjutnya terjadi syok
hipovolemi
Kejadian ini akan menimbulkan :
a. Paru
Perubahan inflamatorik mukosa bagian nafas bawah, akan menimbulkan gangguan difusi
oksigen Acquired Respiratory Distress Syndrome(ARDS), ini akan timbul hari ke – 4 dan 5
pasca cedera termis
b. Hepar
SGOT, SGPT meningkat
c. Ginjal (gagal ginjal akut)
d. Lambung
Stres Ulcer
e. Usus
Illeus menyebabkan translokasi bakteri kemudian terjadi sepsis yang menyebabkan perforasi
akhirnya terjadilah peritonitis
1.3 Macam Fase
a ) Fase Sub-Akut
Terjadi setelah shock teratasi, luka terbuka disini akan menimbulkan : Proses Inflamasi
disertai eksudasi dan kebocoran protein. Infeksi yang menimbulkan sepsis. Proses penguapan
cairan tubuh disertai panas (evaporasi heat loss).
b ) Fase Lanjut
Terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah yang timbul adalah jaringan
parut, kontraktur dan deformitas akibat kerapuhan jaringan atau organ struktural.
D. ETIOLOGI
Trauma inhalasi disebabkan oleh berbagai inhalan. Dibedakan atas 4 macam aitu:
1. Gas Iritan
Bekerja dengan melapisi mukosa saluran nafas dan menyebabkan reaksi inflamasi. Amonia,
klorin,, kloramin lebih larut air sehingga dapat menyebabkan luka bakar pada saluran nafas
atas dan menyebabkan iritasi pada mata , hidung dan mulut. Gas iritan yang lain yaitu sulfur
dioksida, nitrogen dioksida, yang kurang larut dengan air sehingga menyebabkan trauma paru
dan distres pernafasan.
2. Gas asfiksian
Karbon dioksida, gas dari bahan bakar ( metana, etana, propane, asetilana), gas-gas ini
mengikat udara dan oksigen sehingga menyebabkan asfiksia.
3. Gas yang bersifat toksik sistemik
CO yang merupakan komponen terbesar dari asap hidrogen sianida merupakan komponen
asap yang berasal dari api , hidrogen sulfida. Gas-gas ini berhubungan dengan pengangkutan
oksigen untuk produksi energi bagi sel. Sedangkan toksik sistemik seperti hidrokarbon
halogen dan aromatik menyebabkan kerusakan lanjut dari hepar , ginjal, oatak, paru-paru dan
organ lain
4. Gas yang menyebabkan alergi
Dimana jika asap terhirup , partikel dan aerosol menyebabkan bronkoospasme dan edema
yang menyerupai asma.
E. PATOFISIOLOGI
Trauma inhalasi terjadi melalui kombinasi dari kerusakan epitel jalan nafas oleh panas dan
zatkimia atau akibat intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran itu sendiri. Hasil pembakaran
tidak hanya terdiri dari udara saja, tetapi merupakan campuran dari udara, partikel padat yang
terurai di udara ( melalui suatu efek iritasi dan sitotoksik). Aerosol dari cairan yang bersifat
iritasi dan sitotoksik serta gas toksik dimana gabungan tersebut bekerja sistemik. Partikel
padat yang ukurannya > 10 mikrometer tertahan di hidung dan nasofaring. Partukel yang
berukuran 3-10 mikrometer tertahan pada cabang trakeobronkial, sedangkan partikel
berkuran 1-2 mikrometer dapat mencapai alveoli.
Gas yang larut air bereaksi secara kimai pada saluran nafas , sedangkan gas yang kurang larut
air pada saluran nafas bawah. Adapau gas yang sangat kurang larut air masuk melewat barier
kapiler dari alveolus dan menghasilkan efek toksik yang bersifat sistemk. Kerusakan
langsung dari sel-sel epitel, menyebabkan kegagalan fungsi dari apparatus mukosilier dimana
akan merangsang terjadinya suatu reaksi inflamasi akut yang melepaskan makrofagg serta
aktifitas netrofil pada daerah tersebut. Selanjutnya akan di bebaskan oksigen radikal, protease
jaringan, sitokin, dan konstriktor otot polos( tromboksan A2,C3A, C5A). Kejadian ni
mrnyebabkan peninfkatan iskemia pada saluran nafas yang rusak, selanjutnay terjadi edema
dari dinding saluran nafas dan kegagalan mikrosirkulasi yang akan meningkatkan resistensi
didding saluran nafas dan pembuluh darah paru. Komplains paru akan turun akibat terjadinya
edema paru interstitiil sehingga terjadi edema pada saluran nafas bagian bawah akibat
sumbatan pada saluran nafas yang dibentuk oleh sel-sel epitel nekrotik, mukus dan se- sel
darah.
F. KLASIFIKASI TRAUMA INHALASI
1) Trauma pada saluran nafas bagian atas ( trauma supraglotis)
Trauma saluran nafas atas dapat menyebabkan ancaman hidup melalui obstruksi jalan nafas
sesaat setelah trauma . Jika proses ini ditangani secara benar , edema saluran nafas dapat
hilang tanpa sekuele beberapa hari.
2) Trauma pada saluran nafas bawah dan parenkim paru ( trauma subglotis)
Trauma ini dapat menyebabkan lebih banyak perubahan signifikan dalam fungsi paru dan
mungkin akan susah ditangani. Trauma subglotis merupakan trauma kimia yang disebabkan
akibat inhalasi hasil- hasil pembakaran yang bersifat toksik pada luka bakar. Asap memiliki
kapasitas membawa panas yang rendah, sehingga jarang didapatkan trauma termal langsung
pada jalan nafas bagian bawah dan parenkim paru, trauma ini terjadi bila seseorang terpapar
uap yang sangat panas.
3) Toksisitas sistemik akibat inhalasi gas toksik seperti karbon monoksida (CO) dan
sianida
Inhalasi dari gas toksik merupakan penyebab utama kematian cepat akibat api, meskipun
biasanya trauma supraglotis, subglotis dan toksisitas sistemik terjadi bersamaan. Intoksikasi
CO terjadi jika afinitas CO terhadap hemoglobin lebih besar dari afinitas oksigen terhadap
hemoglobin, sehingga ikatan Codan hemoglobin membentuk suatu karbonsihemoglobin dan
menyebabkan hipoksia.