fartoks hadis.docx

7
1. Kelompok 5: Resep 1. Amlodipin Gastridin Terbutaline Sulfate Dari resep yang diberikan, kami dapat simpulkan bahwa pasien ini terkena hipertensi dengan resiko angina pectoris. Dimana hubungannya, ketika seseorang terkena hipertensi yang disebabkan oleh asterosklerosis, maka bisa terjadi penyumbatan pada pembuluh darah yang menyebabkan suplai darah ke jantung berkurang. Saran untuk resep ini, bisa diberikan simvastatin dari obat hipolipidemik termasuk golongan statin atau disebut juga golongan obat HMG CoA reductase inhibitors (obat penghambat konversi lemak tubuh). a. Amlodipin: Mekanisme kerja : Menghambat ion kalsium ketika memasuki saluran lambat atau area sensitif tegangan selektif pada otot polos vaskuler dan miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi otot polos vaskuler koroner dan vasodilatasi koroner, meningkatkan penghantaran oksigen pada pasien angina vasospastik. Indikasi : Amlodipin diindikasikan untuk pengobatan hipertensi, dapat digunakan sebagai agen tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar penderita hipertensi. Penderita hipertensi yang tidak cukup terkontrol jika hanya menggunakan anti hipertensi tunggal akan sangat menguntungkan dengan pemberian amlodipin yang dikombinasikan dengan diuretik thiazida, inhibitor β-adrenoreseptor, atau inhibitor angiotensin converting enzyme. Amlodipin juga diindikasikan untuk pengobatan iskemia myokardial, baik karena obstruksi fixed (angina stabil), maupun karena vasokonstriksi (angina varian) dari pembuluh darah koroner. Amlodipin dapat digunankan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan obat-obat anti angina lain, terutama pada penderita angina yang sukar disembuhkan dengan nitrat dan atau dengan β-blocker pada dosis yang memadai. Efek Samping : Efek samping pada kardiovaskular: Palpitasi; peripheral edema; syncope; takikardi, bradikardi, dan aritmia. Pada SSP: sakit kepala, pusing, dan kelelahan. Pada kulit: dermatitis, rash, pruritus, dan urtikaria. Efek pada Saluran

Upload: evi-lauw

Post on 11-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1. Kelompok 5: Resep 1. Amlodipin Gastridin Terbutaline Sulfate

Dari resep yang diberikan, kami dapat simpulkan bahwa pasien ini terkena hipertensi dengan resiko angina pectoris. Dimana hubungannya, ketika seseorang terkena hipertensi yang disebabkan oleh asterosklerosis, maka bisa terjadi penyumbatan pada pembuluh darah yang menyebabkan suplai darah ke jantung berkurang. Saran untuk resep ini, bisa diberikan simvastatin dari obat hipolipidemik termasuk golongan statin atau disebut juga golongan obat HMG CoA reductase inhibitors (obat penghambat konversi lemak tubuh).a. Amlodipin:Mekanisme kerja : Menghambat ion kalsium ketika memasuki saluran lambat atau area sensitif tegangan selektif pada otot polos vaskuler dan miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi otot polos vaskuler koroner dan vasodilatasi koroner, meningkatkan penghantaran oksigen pada pasien angina vasospastik.Indikasi : Amlodipin diindikasikan untuk pengobatan hipertensi, dapat digunakan sebagai agen tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar penderita hipertensi. Penderita hipertensi yang tidak cukup terkontrol jika hanya menggunakan anti hipertensi tunggal akan sangat menguntungkan dengan pemberian amlodipin yang dikombinasikan dengan diuretik thiazida, inhibitor -adrenoreseptor, atau inhibitor angiotensin converting enzyme. Amlodipin juga diindikasikan untuk pengobatan iskemia myokardial, baik karena obstruksi fixed (angina stabil), maupun karena vasokonstriksi (angina varian) dari pembuluh darah koroner. Amlodipin dapat digunankan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan obat-obat anti angina lain, terutama pada penderita angina yang sukar disembuhkan dengan nitrat dan atau dengan -blocker pada dosis yang memadai.Efek Samping : Efek samping pada kardiovaskular: Palpitasi; peripheral edema; syncope; takikardi, bradikardi, dan aritmia. Pada SSP: sakit kepala, pusing, dan kelelahan. Pada kulit: dermatitis, rash, pruritus, dan urtikaria. Efek pada Saluran pencernaan: mual, nyeri perut, kram, dan tidak nafsu makan. Efek pada saluran pernafasan: nafas menjadi pendek-pendek, dyspnea, dan wheezing. Efek samping lain: Flushing, nyeri otot, dan nyeri atau inflamasi. Pada penelitian klinis dengan kontrol plasebo yang mencakup penderita hipertensi dan angina, efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala, edema, lelah, flushing, dan pusing.Interaksi Obat : Amlodipin meningkatkan level atau efek dari aminofilin, flufoksamin, meksiletin, mirtazipin, ropinirol,teofilin, trifluoroperazin dan substrat CYP1A2 lain. Level atau efek amlodipin dapat ditingkatkan oleh antifungi golongan azol, klaritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin, imatinib, isoniazid,nefodazon, nikardipin, propofol, inhibitor protease, kuinidin, telitromisin, verapamil dan substrat;inhibitor CYP3A4 lain. Kadar siklosporin dapat ditingkatkan oleh amlodipin. Penurunan efek: kalsium dapat menurunkan efek hipotensif dari bloker saluran kalsium. Level atau efek amlodipin dapat diturunkan oleh aminoglutetimida, karbamazepin, nafsilin, nevirapin,fenobarbital, fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lain.Dosis dan Aturan Pakai : Untuk hipertensi dan angina, dosis awal yang biasa digunakan adalah 5 mg satu kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga maksimum 10 mg tergantung respon pasien secara individual dan tingkat keparahan penyakitnya. Untuk anak-anak, pasien lemah, dan usia lanjut atau pasien dengan gangguan fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg amlodipin satu kali sehari. Dosis ini juga dapat digunakan ketika amlodipin diberikan bersama anti hipertensi lain.b. Gastridin (kandungan Ranitidine HCL)Mekanisme Kerja : merupakan antagonis receptor Histamin H2, kerjanya terutama menghambat sekresi basal maupun sekresi asam lambung akibat rangsangan makanan, histamin dan pentagastrin.Indikasi : Tukak lambung dan usus dua belas jari. Kondisi hipersekresi asam lambung yang menyertai sindroma Zollinger Ellison.Efek Samping : sakit kepala, pusin, gangguan pencernaa, ruam kulit.Interaksi Obat : Mengurangi klirens Warfarin, Prokainamida, N-asetilprokainamida.meningkatkan absorpsi Midazolam tetapi mengurangi absorpsi Kobalamin.Dosis dan Aturan Pakai : Dewasa, pada tukak lambung dan tukak usus dua belas jari dosis sehari 300 mg (sehari 2 kali 1 tablet) selama 4 minggu. Jika perlu pengobatan dapat diperpanjang hingga 6-8 minggu. Untuk penderita yang mempunyai kecenderungan kambuhnya tukak, dianjurkan untuk melanjutkan pengobatan dengan dosis pemeliharaan sebesar 150 mg (1 tablet) sehari menjelang tidur. Pada esofagitis dosis sehari 300 mg (sehari 2 kali 1 tablet) selama 8 minggu. Pada sindroma Zollinger-Ellison, dosis permulaan sehari 450 mg (sehari 3 kali 1 tablet). Bila perlu takaran dinaikkan menjadi 600-900 mg sehari. Pada pendarahan karena tukak saluran pencernaan bagian atas : sehari 2 kali 1 tablet.c. Terbutaline SulfateMekanisme Kerja : Terbutalin menstimulasi reseptor beta adrenergik di sistem saraf simpatetik sehingga menyebabkan relaksasi oto polos bronkus dan pembuluh darah vaskular. Efek pada reseptor alfa adrenergik sedikit atau tidak ada.Indikasi : Untuk pasien dengan sesak napas atau asma.Efek Samping : Tremor (terutama di tangan), sakit kepala, otot kaku, palpitasi, takikardi, aritmia, gangguan tidur dan perilaku pada anak, paradoxical bronchospasm, urtikaria, dan angioderma pernah dilaporkan, hipokalemia terutama pada dosis tinggi. Interaksi Obat : Toksisitas meningkat dengan MAO inhibitor, antidepresan trisiklik, efek menurun dengan beta bloker, resiko hipokalemia meningkat dengan kortikosteroid, diuretik, xantin, obat-obat simpatomimetik yang lain kemungkinan akan meningkatkan efek samping pada kardiovaskular, kombinasi dengan teofilin berpotensi menimbulkan aritmia jantung.Dosis dan Aturan Pakai : Peroral 2,5 mg 3xsehari selama 1-2 minggu, lalu dinaikkan 5m 2xsehari, anak: 75mcg/kg 3xsehari, 7-15th: 2,5mg 2-3xsehari.

2. Kelompok 8 :Resep 1 : HCT Piroxicam Valisanbe

Dari resep yang diberikan, maka kami menyimpulkan bahwa pasien terkena edema yang menyebabkan hipertensi dan gout. Dimana, edema ini merupakan pembengkakan yang terjadi karena penumpukkan zat cair pada bagian tertentu pada tubuh. Efek dari edema ini bisa menyebabkan hipertensi. Oleh karena itu diberi terapi farmakologi dengan pemberian HCT, setelah itu diberikan piroxicam yang merupakan AINS untuk mencegah terbentuknya prostaglandin sebagai mediator inflamasi, namun ketika edema tersebut menyebabkan rasa sakit berlebih, maka pemberian valisanbe yang berisi diazepam dosis rendaaah ditujukan untuk memberi kondisi tenang pada pasien akibat nyeri yang berlebihan.a. HCT (Hidroclorothiazid)Mekanisme Kerja : Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.Indikasi : Untuk pasien dengan edema dan hipertensi.Efek samping : hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir), pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.Interaksi obat : alkohol, barbiturat atau narkotik; obat-obat antidiabetik (oral dan insulin), kolestiramin dan resin kolestipol, kortikosteroid, ACTH, glikosida digitalis; AINS; pressor amine (seperti noradrenalin), relaksan otot skelet nondepolarizing, garam kalsium, atropin, beperiden, siklofosfamid, metotreksatDosis dan aturan pakai : edema, dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali seminggu, hipertensi 12,5 25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari.b. PiroxicamMekanisme Kerja : Piroksikam adalah obat antiinflamasi non steroid yang mempunyai aktifitas antiinflamasi, analgetik-antipiretik. Aktifitas kerja piroksikam belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan melalui interaksi beberapa tahap respons imun dan inflamasi, antara lain: penghambat enzim siklo-oksigenase pada biosintesa prostaglanin, penghambat pengumpulan netrofil dalam pembuluh darah, serta penghambat migrasi polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke daerah inflamasi.Indikasi : Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.Efek Samping : Keluhan gastrointestinal, misalnya anoreksia, nyeri perut, konstipasi, diare, flatulen, mual, muntah, perforasi, tukak lambung dan duodenum. gangguan hematologik seperti trombositopenia, depresi sumsum tulang. Gangguan kulit: eritema, dermatitis eksfoliatif, sindroma Stevens-Johnson. Gangguan Saraf pusat: sakit kepala, pusing, depresi, insomnia, gugup. Efek samping lain seperti hiperkalemia, sindroma nefrotuk, nyeri, demam, penglihatan kabur, hipertensi dan reaksi hipersensitif.Interaksi Obat : Pemberian piroksikam bersama antikoagulan oral, sulfonil urea atau salisilat harus hati-hati dan dipantau. Asetosal dan piroksikam tidak boleh diberikan secara bersama-sama. Piroksikam dilaporkan dapat meningkatkan kadar litium dalam darah.Dosis dan Aturan Pakai : Dewasa, rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, dosis awal 20 mg dalam dosis tunggal. Gout akut, 40 mg sehari dalam dosis tunggal selama 4-6 hari. Gangguan muskuloskeletal akut, 40 mg sehari dalam dosis tunggal selama 2 hari, selanjutnya 20 mg sehari dalam dosis tunggal selama 7-14 hari. Dosis untuk anak belum diketahui.c. ValisanbeMekanisme kerja : mengandung diazepam yang mempunyai efek kerja spesifik pada behavioural system di otak. Diazepam juga berkhasiat menenangkan mental, menstabilkan saraf otonom dan menimbulkan efek hipnotik-sedatif. Valisanbe juga memiliki efek merelaksasi otot, sehingga sangat berguna pada pengobatan penyakit -penyakit muskuloskeletal.Indikasi : Keadaan neurotik, keadaan psikosomatik, gejala-gejala withdrawal alkohol, status epileptikus dan pra operasi.Efek Samping : Rasa mengantuk, ataksida, depresi pernafasan, tremor, vertigo, konstipasi, kesukaran berbicara.Interaksi Obat : pemberian diazepam bersamaan dengan obat antikoagulan karena dapat menghambat kerja dari obat antikoagulan tersebut, tetapi belum terbukti secara klinis, pemberian bersamaan dengan obat relaksasi otot dapat mempengaruhi kerja dari obat relaksasi otot tersebut.Dosis dan Aturan Pakai : Dewasa : 5 - 10 mg, jika perlu dapat diulang dengan interval 10-15 menit, maksimal 30 mg, anak >5 tahun : 1 mg diberikan secara perlahan-lahan setiap 2 - 5 menit, maksimal 10 mg, bayi & anak < 5 tahun : 0.2 - 0.5 mg diberikan secara perlahan-lahan setiap 2 - 5 menit, maksimal 5 mg. Bila pemberian secara interval tidak dapat dilakukan, Valisanbe dapat diberikan secara intramuskular.3. Kelompok 7Resep 1 : Lanzoprazol Spironolakton Furosemid SotaticDari resep yang diberikan, dapat kita simpulkan bahwa pasien ini terkena hipertensi dengan resiko gagal jantung dan dibarengi dengn peptic ulcer. Dimana, obat spironolakton dan furosemid merupakan obat antihipertensi golongan diuretika, dimana sering dikombinasikan untuk pasien dengan resiko gagal jantung. Dan lanzoprazol diberikan untuk pasien dengan peptic ulcer yang cukup parah dan sotatic sebagai antiemetic untuk mencegah refluks cairan keluar.a. Lanzoprazol Mekanisme Kerja :