farmasi klinis dan farmasi komunitas
DESCRIPTION
FILSAFAT FARMASITRANSCRIPT
FARMASI KLINIS DAN FARMASI KOMUNITAS
OlehDRA.HJ.NURLINA IBRAHIM,M.SI.,APT
Tujuan
• Mengetahui apa yang dimaksud dengan Farmasi Klinis dan Farmasi Komunitas
• Mengetahui peranan dari Farmasi Klinis dan Farmasi Komunitas dalamperkembangan Kefarmasian
• Bagaimana penerapan Farmasi Klinis dan Farmasi Komunitas diIndonesia
• Kalau Apoteker boleh berkomunikasi dengan pasien, apakah akan membingungkan pasien dan dapat menganggu hubungan pasien dengan dokter yang merawatnya.
• Selama ini tidak banyak masalah-masalah mengenai obat yang dijumpai di bangsal dan cukup diselesaikan oleh perawat dan nasehat dokter.
• Kehadiran Apoteker akan menambah biaya pengeluaran bagi Rumah Sakit yang selama ini sudah dirasakan berat oleh pasien dan rumah sakit.
• Apoteker tidak memiliki pengalaman klinis, keadaan ini akan menyulitkan komunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
• Apakah yang akan dilakukan oleh Apoteker apabila menjumpai pengobatan yang dianggap tidak rasional?
• Inilah beberapa komentar yang sering didengar di antara perawat dan dokter ketika pengenalan program pelayanan farmasi klinis disosialisasikan di rumah sakit.
• Begitu asing dan penuh pertanyaan bagi tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit yang selama ini hanya sebatas layanan farmasi produk (perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian).
PERKEMBANGAN PRAKTEK KEFARMASIAN
• Sudah terjadi perubahan pekerjaan kefarmasian di apotek dan peran apoteker lambat laun berubah dari peracik obat (compounder) dan supplier sediaan farmasi ke arah pemberian pelayanan dan informasi dan akhirnya berubah lagi sebagai pemberi kepedulian pada pasien.
• Disamping itu,ditambah lagi tugas seorang apoteker adalah memberikan obat yang layak, lebih efektif, lebih aman serta memuaskan pasien. Pendekatan cara ini disebut dengan pharmaceutical care (asuhan kefarmasian).
1.FARMASI KOMUNITASLAYANAN FARMASI KOMUNITAS DENGAN KONSEP“ PHARMACEUTICAL CARE “• Untuk Peranan Apoteker di Farmasi Komunitas di
antaranya meliputi:1.Tanggung jawab pada obat yang tertulis pada resep.
Saat ini, pelayanan yang paling utama dari peran apoteker adalah informasi tentang obat yang sering kali diperlukan dan dibutuhkanoleh pasien.
Untuk memberikan informasi yang benar tentang obat, seorang apoteker harus selalu berada di TKP (Tempat Kegiatan Penjualan &Pelayanan ).
• Di samping itu juga harus mengetahui tentang:a. bagaimana obat diminum (penggunaan)b. bagaimana reaksi samping obatc. bagaimana stabilitas obat pada berbagai
kondisid. toksisitas dan dosis obate. rute penggunaan obatf. ada yang ingin menambahkan ?
2.Tanggung jawab terhadap penjualan obat bebas Tanggung jawab apoteker juga penting dalam kasus swamedikasi(pengobatan sendiri/penggunaan obat tanpa resep). Apoteker wajib:a.“menasehati” pasien
b.mengarahkan pasien Misalnya, apakah obat yang dipilih
pasien itu cocok/sesuai? Atau pasien sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter tentang penyakit dan obat yang sesuai dsb
Pharmaceutical Care Concept
dapat diadopsi secara baik, dengan tujuan utama pada :1. Memberikan perlindungan pada masyarakat
agar mendapatkan pelayanan kefarmasian yang didasarkan pada kebutuhan dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi ;
2. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian sesuai dengan standar dan persyaratan yang didasarkan pada ilmu pengetahuandan teknologi di bidang farmasi.
Pelayanan kefarmasian
• pelayanan kefarmasian perlu adanya penataan secara menyeluruh agar dapat memberikan kepastian hukum dan pelayanan yang diberikan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuandan teknologi di bidang farmasi.
• Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka kajian atas hal ini dilakukan kajian menurut tradisi keilmuan hukum, yaitu kajian normative.
Fungsi Pharmaceutical care
1. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan lainnya. Tujuan yang ingin dicapai mencakup : mengidentifikasikan hasil pengobatan dan tujuan akhir pengobatan, agar pengobatan untuk terapis, agar diterapkan penggunaan secara rasional, memantau efek samping obat , menentukan metode penggunaanobat.
2. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat.
Profesi Kefarmasian
• Secara historis, profesi kefarmasian mengalami berbagai perubahan secara drastis dalam kurun waktu 40 tahun terakhir terjadi di abad ke 20.
• Perkembangan ini dibagimenjadi empat periode yaitu:
• Periode Tradisional (sebelum 1960), Periode Transisional (1960-1970),
• Periode Masa kini (Farmasi Klinis), • Periode Masa Depan (Pharmaceutical Care).
Farmasi Klinis
• Yaitu menguraikan kerja apoteker yang tugas utamanya berinteraksi dengan tim kesehatan lain, interview dan menaksir pasien,membuat rekomendari terapi spesifik, memonitor respons pasien atas terapi obat dan member informasi tentang obat.
• Farmasi klinik dipraktekkan terutama pada pasien rawat inap dimana data hubungan dengan pasien dan tim kesehatan mudah diperoleh.
LAYANAN FARMASI KLINIS DI RUMAH SAKIT
• Layanan farmasi klinis berkembang untuk menanggapi keprihatianan masyarakat terhadap tingginya angka morbiditas dan mortilitas yang terkait dalam penggunaan obat,
• cepatnya peningkatan biaya perawatan kesehatan,• tingginya harapan yang terkait dalam penggunaan
obat, • serta ledakan pengetahuan medis dan ilmiah.
• Layanan farmasi klinis merupakan praktek kefarmasian yang berorientasi kepada pasien lebih dari pada layanan berorientasi produk.
• Apoteker dapat berkontribusi selama proses peresepan, yaitu sebelum, selama dan sesudah resep ditulis.
Peran Farmasis/Apoteker di Komunitas (Puskesmas)
• Peran farmasis/apoteker di puskesmas masih sangat minim, padahal jumlah penggunaan obat di puskesmas sangatlah banyak.
• Hampir sebagian besar puskesmas di Indonesia, tugas-tugas yang berhubungan dengon obat (baik distribusi atau penggunaan obat) dilaksanakan bukan oleh farmasis/apoteker,
• padahal seperti kita ketahui bahwa tidak ada profesi yang tahu dan berkompeten mengenai obat kecuali farmasis/apoteker.
• Dari segi pengelolaan, farmasis/apoteker mampu memberikan manfaat berupa peningkatan efisiensi dalam penyimpanan obat dan menurunkan jumlah obat yang rusak dan kadaluwarsa. karena pengaturan dan penyimpanan yang tidak tepat.
• Dalam hal penggunaan obat di puskesmas, peran farmasis masih sangat minim, padahal farmasis/apoteker mempunyai bekal yang cukup untuk meningkatkan rasionalitas terapi suatu penyakit pada pasien.
• Farmasis/apoteker telah diberi bekal yang cukup mengenai farmakoterapi, Pharmaceutical care, swa medikasi maupun farmakoekonomi untuk menuju terapi yang rasional.
• kendala yang dihadapi profesi farmasis/apoteker dalam perannya di puskesmas adalah tidak adanya kebijakan dari pemerintah pusat ataupun di sebagian pemerintah daerah yang mengharuskan adanya farmasis/apoteker untuk bertanggung jawab terhadap obat yang ada di puskesmas.