farmakoterapi penyakit jantung koroner

16
TUGAS KHUSUS FARMAKOTERAPI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) Disusun oleh: Irma Yuliana Gultom, S.Farm. (11311747050108) PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2013

Upload: irmina-gultom

Post on 09-Aug-2015

369 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Patofisiologis, Diagnosis & Farmakoterapi PJK

TRANSCRIPT

Page 1: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

TUGAS KHUSUS

FARMAKOTERAPI

PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

Disusun oleh:

Disusun oleh:

Irma Yuliana Gultom, S.Farm. (11311747050108)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2013

Page 2: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

2

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Jantung merupakan organ yang sangat penting yang berfungsi memompa

darah ke seluruh tubuh supaya organ-organ tubuh memperoleh pasokan oksigen dan

nutrisi yang dibawa oleh darah, sehingga dapat melaksanakan fungsi fisiologisnya

dengan baik. Salah satu penyakit jantung yang paling berbahaya adalah Penyakit

Jantung Koroner.

Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau disebut juga dengan Coroner Artery

Disease (CAD), merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia,

termasuk di negara-negara berkembang seperti Indonesia, diikuti penyakit stroke di

peringkat 2. Sekitar 12,8 % kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung

iskemik (WHO, 2011). Pada tahun 2007, PJK telah menduduki peringkat pertama

sebagai penyakit yang paling mematikan di Indonesia mengalahkan Diabetes

Mellitus (DM) dan kanker (Depkes, 2008).

Munculnya PJK didasari oleh adanya proses aterosklerosis yang bersifat

progresif, bahkan saat ini aterosklerosis telah terjadi sejak anak-anak. Hal ini

menunjukkan bahwa resiko Penyakit Jantung Koroner tidak memandang usia.

Aterosklerosis menyebabkan penyempitan pembuluh darah setempat oleh plak

aterosklerotik sehingga mengganggu aliran darah, oksigen dan hasil metabolisme ke

Page 3: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

3

otot jantung sehingga menimbulkan serangan jantung. Faktor resiko PJK umumnya

akibat hipertensi, kadar kolesterol berlebih, merokok, genetik, kurang latihan dan

sebagainya.

Dalam pembahasan kali ini akan dipaparkan mengenai patofisiologis PJK,

diagnosis, pengobatan serta penanggulangannya. Dengan adanya makalah ini

diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi lebih banyak kepada

masyarakat mengenai Penyakit Jantung Koroner serta pencegahannya.

2. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:

a. Menyajikan informasi lebih dalam kepada masyarakat mengenai

patofisiologis, gejala, diagnosis serta farmakoterapi Penyakit Jantung

Koroner (PJK).

b. Sebagai tugas khusus untuk melengkapi laporan Praktek Kerja Profesi

Apoteker.

Page 4: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Patofisiologis Aterosklerosis

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Penyakit Jantung Koroner (PJK)

diawali dengan adanya aterosklerosis yang bersifat progresif dalam beberapa tahun.

Menurut Kamus Kedokteran Dorland, aterosklerosis merupakan proses penebalan

pembuluh darah oleh plak aterosklerotik (ateroma) yang mengandung kolesterol,

bahan lipoid dan lipofag yang terbentuk dalam intima dan media interna arteri

berukuran besar dan sedang. Bila ateroma ini menyebabkan penyempitan lebih dari

70% pada pembuluh darah jantung (coronary artery), aliran darah akan terganggu

dan robekan plak aterosklerotik / tukak akan menimbulkan infark miokard dan

angina pectoris yang tidak stabil.

Gambar 1. Potongan Melintang Pembuluh Darah Normal dan Aterosklerosis

Aterosklerosis pada dasarnya merupakan gabungan dari 3 komponen penting

yaitu:

Page 5: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

5

a. Athrosis, merupakan akumulasi senyawa kaya kolesterol (ateroma).

b. Sclerosis, ekspansi jaringan fibrosa.

c. Inflamasi yang melibatkan aktifitas monosit/makrofag, limfosi T dan sel mast.

Dua macam lipoprotein yang berperan dalam PJK adalah Low Density

Lypoprotein (LDL) dan High Density Lypoprotein (HDL). LDL adalah hasil akhir

metabolism lemak dari Very Low Density Lypoprotein (VLDL). Peningkatan LDL

dalam plasma sangat berperan dalam proses terjadinya aterosklerosis dan

meningkatnya resiko PJK. LDL dapat masuk ke dalam tunika intima, kemudian

mengalami oksidasi sempurna yang menyebabkan kemotaksis monosit, diferensiasi

monosit menjadi makrofag, bersifat sitotoksik, memacu asupan LDL ke dalam

makrofag dan merangsang hiperkoagulasi sehingga makrofag menjadi foam cell (sel

busa) sebagai cikal bakal terbentuknya ateroma.

High Density Lypoprotein (HDL) berperan dalam pengangkutan lemak dan

memiliki sifat antiaterogenik dengan mendorong terjadinya pengangkutan kembali

kolesterol dari sel perifer ke sel hati (Reverse Cholesterol Transport-RCT). Adapun

manfaat HDL antara lain:

a. Membantu keluarnya kolesterol dari makrofag,

b. Mencegah pertumbuhan plak aterosklerotik baru,

c. Mempertahankan stabilitas plak dan mencegah terjadinya rupture,

d. Memiliki sifat antioksidan, antiinflamasi, antifibrinogenesis dan agregasi platelet.

Page 6: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

6

B. Patofisiologis Penyakit Jantung Koroner

Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh

darah yang mengalami gangguan aterosklerosis akan menyebabkan terjadinya

iskemia sementara pada tingkat sel dan jaringan serta menekan fungsi miokardium

(otot jantung). Berkurangnya kadar oksigen mendorong perubahan metabolisme

aerob menjadi anaerob dan mengakibatkan terjadinya asidosis dan mengganggu

fungsi ventrikel sinister. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya daya kontraksi dan

gangguan gerakan jantung. Perubahan ini bervariasi tergantung lokasi dan luas

iskemia. Menurunnya fungsi ventrikel sinister akan mengurangi curah jantung

sehingga volume ventrikel meningkat dan menaikkan tekanan jantung kiri dan

kapiler paru-paru. Timbulnya nyeri dada (angina pectoris) terjadi akibat

ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokard.

Gambar 2. Penyumbatan pada Arteri Koronaria

Page 7: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

7

Gambar 3. Bagan Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Etiologi

(Aterosklerosis Pembuluh

Koroner)

Penimbunan lipid dalam

jaringan fibrosa dalam arteri

koroner

Lumen pembuluh darah

menyempit

Resistensi terhadap aliran

darah meningkat

Penurunan kemampuan

pembuluh vascular untuk

melebar

Ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan O2 miokardium

Infark miokardium

Timbul endapan

lemak dalam tunika

intima

Regresi sebagian dan

sebagian berkembang menjadi plak fibrosa

Ateroma (kompleks

aterosklerosis)

Perdarahan,

kalsifikasi, trombosis

Risti Penurunan

Cardiac Output

Gangguan

Pertukaran Gas

Nyeri dada

Page 8: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

8

C. Diagnosis

Beberapa gejala umum yang dirasakan oleh penderita antara lain nyeri dada,

sesak nafas, kelelahan, palpitasi, pusing dan pingsan, serta keringat dingin. Sensasi

ini dapat berlangsung antara 30 detik – 30 menit. Diagnosis Penyakit Jantung

Koroner dilakukan melalui:

1. Anamnesis

Dilakukan melalui wawancara untuk mengetahui keluhan pasien. Umumnya

pasien akan merasakan sakit di daerah sternum, dada sebelah kiri dan terkadang

menjalar hingga ke lengan kiri, punggung, rahang dan leher atau lengan kanan,

bahu. Nyeri dada yang dirasakan seperti tertekan benda berat (pressure like),

seperti diperas (squeezing), terasa panas (burning), atau perasaan tidak enak di

dada (chest discomfort).

2. Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan melalui pemeriksaan dengan elektrokardiograf (EKG) atau foto

rontgen dada, tekanan darah dan pemeriksaan jumlah denyut jantung.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahu kadar kolesterol dan gula darah

pasien. Pada dasarnya, kolesterol dibutuhkan oleh tubuh untuk mensintesis

hormon, vitamin D dan merupakan bagian dari asam empedu. Namun kadar

kolesterol yang berlebihan dapat menimbulkan endapan lemak yang menempel

dan menyumbat arteri.

Page 9: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

9

BAB III

PEMBAHASAN

Tujuan jangka pendek terapi PJK adalah mengurangi atau mencegah gejala

angina, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah mencegah infark miokard,

aritmia, dan gagal jantung. Adapun kelompok obat yang digunakan dalam

pengobatan PJK antara lain anti-iskemik, antitrombotik dan obat tambahan lainnya.

Berikut ini akan dibahas mengenai farmakoterapi PJK.

A. Terapi Farmakologi

1. Terapi Anti-Iskemik

a. Senyawa Beta Bloker (Prototipe : Propanolol)

Obat-obat golongan betabloker bekerja dengan menghambat secara

kompetitif efek adrenergik (epinefrin/norepinefrin) yang mengakibatkan

penurunan denyut jantung, kontraktilitas dan tekanan darah sehingga dapat

menurunkan frekuensi serangan angina dengan menurunkan kebutuhan

oksigen. Namun demikian, golongan betabloker tidak memperbaiki suplai

oksigen. Obat ini bekerja sepanjang waktu sehingga menjadi pilihan pertama

untuk pengobatan angina kronis yang membutuhkan terapi pemeliharaan

setiap hari.

Contah obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain

Propanolol, Atenolol, Asebutolol, Bisoprolol, Sotalol HCl dan lainnnya.

Page 10: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

10

Penggunaan betabloker tergantung pada jenisnya. Setiap 12 jam (untuk dosis

2 x sehari), setiap 8 jam (untuk dosis 3 x sehari) atau setiap 6 jam (untuk

dosis 4 x sehari).

Efek samping obat golongan betabloker antara lain hipotensi, gagal

jantung, bradikardi, penat (fatigue) dan perasaan tidak enak (malaise).

Selain itu, obat golongan ini juga berefek bronkospasme sehingga

dikontraindikasikan pada penderita asma. Begitu juga dengan penderita

Diabetes Mellitus yang mendapatkan pengobatan dengan insulin, senyawa

betabloker dapat menyebabkan perubahan metabolisme glukosa dan

menghilangkan warning effect ketika kadar gula darah turun. Pengentian obat

ini harus dilakukan dengan hati-hati dan bertahap untuk mencegah terjadinya

fenomena rebound dan infark miokard.

b. Nitrat (Prototipe : Nitrogliserin)

Obat-obat golongan nitrat bekerja sebagai vasodilator dengan

melepaskan Nitrit Oksida (NO) di otot polos vaskuler yang menyebabkan

vasodilatasi dan meningkatkan konsumsi oksigen dan menurunkan kerja

jantung, sehingga mengurangi gejala angina.

Contoh obat yang termasuk dalam golongan nitrat antara lain

Isosorbid Dinitrat (ISDN), Isosorbid Mononitrat (ISMN) dan Gliseril

Trinitrat. Golongan nitrat tersedia dalam bentuk sediaan tablet oral, tablet

Page 11: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

11

kunyah, sublingual, patch maupun semprot/spray. Penggunaan sediaan patch

sebaiknya ditempelkan pada tempat yang berbeda untuk menghindari iritasi

dan sebaiknya tidak menggunakannya selama 24 jam penuh untuk mencegah

toleransi.

Beberapa efek samping yang dapat terjadi antara lain sakit kepala,

takikardi, dan hipotensi.

c. Calcium Chanel Bloker (CCB)

Obat-obat golongan CCB bekerja dengan memblok influk ion

Kalsium (Ca2+

) sehingga menurunkan kontraktilitas miokard. Selain itu

golongan ini juga menyebabkan vasodilatasi arteriol yang menyebabkan

peningkatan suplai oksigen dan menurunkan tekanan darah sehingga dapat

mengurangi gejala angina.

Contoh obat yang termasuk dalam gologan CCB antara lain

Nifedipin, Amlodipin Besilat, Diltiazem HCl, Nimodipin. Obat-obat ini lebih

baik digunakan pada pasien yang dikontraindikasikan dan intoleransi

terhadap betabloker.

Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh pengobatan ni antara lain

sakit kepala (karena vasodilatasi berlebihan), inotropik negatif.

Page 12: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

12

2. Terapi Antitrombotik

a. Penghambat Siklo-Oksigenase (COX Inhibitor)

Contohnya Asam Asetil Salisilat / ASA (Aspirin). Aspirin bekerja

dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX 1) melalui reaksi asetilasi

sehingga menekan pembentukan tromboksan A2 dan menghambat agregasi

trombosit. Selain itu aspirin juga memilki efek antiinflamasi sehingga dapat

mengurangi ruptur plak. Aspirin sebaiknya diminum bersama makanan untuk

mencegah iritasi lambung.

b. Antagonis Reseptor ADP

Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat Adenosin

Difosfat sehingga agregasi trombosit dan perubahan reseptor fibrinogen

menjadi bentuk dengan afinitas kuat dapat dihambat.

Contohnya Tiklopidin dan Klopidogrel. Obat-obat ini dapat

digunakan bagi pasien yang mempunyai hipersensitivitas atau gangguan

gastrointestinal akibat Aspirin.

Efek samping yang mungkin terjadi antara lain trombositopeni dan

granulositopenia yang umumnya reversibel setelah pemberian obat

dihentikan.

Page 13: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

13

3. Terapi Tambahan

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, PJK erat kaitannya dengan

dislipidemia (tingginya kolesterol darah). Oleh sebab itu obat-obat penurun

kolesterol seperti golongan Statin dapat dijadikan sebagai terapi tambahan untuk

mengurangi kolesterol.

Obat golongan statin bekerja dengan menghambat HMGCoA reduktase,

yang merupakan suatu enzim yang mengontrol biosintesis kolesterol. Dengan

dihambatnya sintesis kolesterol di hati, akan menurunkan kadar LDL dan

meningkatkan kadar HDL plasma.

Beberapa contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain

Simvastatin, Atorvastatin, dan Pravastatin. Obat-obat golongan statin biasanya

diminum sebagai dosis tunggal pada malam hari. Efek samping umumnya jarang

terjadi, seperti diare, sembelit, mual dan gangguan pencernaan.

Obat golongan statin memiliki sifat Pleotrophic Effect, yakni efek lain

selain menekan kolesterol darah. Statin dapat memperbaiki fungsi endotel,

menstabilkan plak, mengurangi pemebentukan thrombus, antiinflamasi dan

mengurangi oksidasi lipid, sehingga Statin selain dapat mengontrol kolesterol

juga dapat melindungi jantung. Oleh sebab itu terkadang pada penderita PJK

tetap diberikan obat golongan Statin meskipun kadar kolesterolnya normal.

Page 14: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

14

B. Terapi Non-Farmakologi

1. Tindakan Revaskularisasi

Meliputi operasi pintas koroner (Coronary Artery Bypass Grafting / CABG),

angioplasti koroner (Percutaneous Transluminal Coronar Angioplasty / PTCA),

dan pemasangan stent.

2. Rehabilitasi Medik

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja organ mendekati semula dan

mengoptimalkan fisik pasca operasi, melalui latihan treadmill, eurocycle test,

fisioterapi dan lain-lain.

3. Modifikasi Faktor Resiko

Misalnya berhenti merokok, mengontrol berat badan normal, olahraga

kardiovaskular (bersepeda, berenang, jalan cepat, dan sebagainya), diet,

menurunkan kolesterol dan hipertensi, mengontrol kadar gula darah.

Page 15: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

15

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penyakit Jantung Koroner merupakan penyakit kardiovaskular akibat

aterosklerosis yang bersifat progresif dan menyebabkan gangguan aliran darah,

oksigen dan nutrisi pada arteri koronaria, sehingga menyebabkan nyeri dada

(angina pectoris) dan infark miokard.

Pengobatan dilakukan melalui terapi farmakologi dengan obat golongan

betabloker, nitrat, Calcium Chanel Bloker disertai terapi tambahan seperti

aspirin, klopidogrel dan senyawa statin. Terapi nonfarmakologi dilakukan

dengan operasi, rehabilitasi medik dan modifikasi faktor resiko.

B. Saran

Perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai pelaksanaan farmasi

klinik untuk penderita Penyakit Jantung Koroner, meliputi konseling, Monitoring

Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Terapi Obat (PTO).

Page 16: Farmakoterapi Penyakit Jantung Koroner

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1978. Farmakologi dan Terapi Edisi 3. Jakarta: Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anonim. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Jantung Koroner: Fokus

Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 2009. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun

2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djohan, T. Bahri Anwar. 2004. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit jantung

Koroner. Medan: e-USU Repository.

Oktaviono, Yudi Her. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner. Surabaya: Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga/RSU Dr. Soetomo.

Saragi, Sahat. 2011. Panduan Penggunaan Obat. Jakarta: Rosemata Publisher.

Sukandar, Elin Yulinah, Retnosari Andrajati, Joseph I Sigit, I Ketut Andyana, A.Adji

Prayitno Setiadi, Kusnandar. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI

Penerbitan.

World Health Organization. 2011. The 10 Leading Causes of Death by Broad

Income Group 2008. Dilihat 1 Februari 2013.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/index.html