farmakognosi pembuatan simplisia nabati

17
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PERCOBAAN I PEMBUATAN SIMPLISIA NABATI Disusun Oleh: Feby Fitria Noor (G1F013012) Diyana Puspa Rini (G1F013014) Aliyah (G1F013016) Novian Intan Munawaroh (G1F013018) JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Upload: diyanapusparini

Post on 21-Nov-2015

1.506 views

Category:

Documents


90 download

DESCRIPTION

Pembuatan simplisia nabati umbi bawang merah dan daun singkong

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSIPERCOBAAN IPEMBUATAN SIMPLISIA NABATI

Disusun Oleh:Feby Fitria Noor(G1F013012)Diyana Puspa Rini(G1F013014)Aliyah(G1F013016)Novian Intan Munawaroh(G1F013018)

JURUSAN FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2014

Pembuatan Simplisia Nabati

A. Tujuan PercobaanMampu membuat simplisia nabati dari tumbuhan obat dengan harapan kandungan zat aktif tidak rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lama.

B. PendahuluanObat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit (Ditjen POM, 1994). Simplisia merupakan sediaan obat tradisisonal yang berupa bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan (Anonim, 2000).Menurut Material Medika (1995), simplisia dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, simplisia pelikan (mineral). Sedangkan pada simplisia nabati, bagian-bagian simplisia yang digunakan yaitu, Kulit (cortex) , Kayu (lignum), Daun (folium), Herba, Bunga (flos), Akar (radix), Umbi (bulbus), Rimpang (rhizoma), Buah (fructus), Kulit buah (perikarpium) dan Biji (semen) (Widyastuti, 2004).Sedangkan tahap-tahap pembuatan suatu simplisia menjadi simplisia jadi yaitu,pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,perajangan,pengeringan, sortasi kering,pengepakan dan penyimpanan danpemeriksaan mutu (Anonim,1985).

C. Bahan dan AlatAlat yang digunakan dalam praktikum ini adalah aluminium foil, tampah, bak plastik, label/etiket, kertas payung, talenan, timbangan, pisau dapur, gunting, dan oven. Bahan yang digunakan yaitu daun singkong (Mannihot folium) dan bawang merah (Allium cepa)

D. Cara kerjaBahan

Disortasi basah Dipisahkan daun dari tangkainya (untuk singkong)Dikupas kulitnya (untuk bawang) Ditimbang dan dicatat beratnya Dicuci dengan menggunakan air mengalir Dirajang Dibungkus dengan aluminum foil Dikeringkan dengan sinar matahari dan oven Ditimbang dan disortasi kering Dilakukan pengepakan dengan kertas payung dan diberi etiket Disimpan ditempat yang kering

Simplisia

E. Data PengamatanRendemen : x 100%a. Daun singkong : x 100% = 82,5%b. Bawang merah : x 100 % = 14,7%

F. Hasil dan Pembahasan

Simplisia adalah sediaan obat tradisional yang berupa bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengelohan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan (Anonim,2000). Simplisia dibagi menjadi tiga macam berdasarkan sumbernya yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Dalam praktikum kali ini simplisia yang akan dibuat adalah simplisia nabati. Simplisia nabati merupakan simplisia yang berasal dari tanaman yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudatnya (MMI, 1995). Bagian Tumbuhan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu daun singkong (Manihot utilissima Folium) dan umbi lapis dari bawang merah (Allium cepa bulbus). Klasifikasi dari tanaman bawang merah adalah sebagai berikut :Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Liliales Family : Liliaceae Genus : Allium Spesies : Allium cepa L. Nama Lokal : Bawang Merah

Secara morfologi, tanaman bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, berbatang pendek dan berakar serabut, tinggi dapat mencapai 15-20 cm dan membentuk rumpun. Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang. Bentuk daun tanaman bawang merah seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis (Hapsoh dan Yaya Hasanah, 2011). Berdasarkan penelitian bawang merah dapat digunakan sebagai obat herbal yaitu sebagai obat untuk penyakit-penyakit seperti batuk, haid tidak teratur, kencing manis, demam pada anak-anak (obat luar) dan perut kembung pada anak-anak (obat luar) (Hapsoh dan Yaya Hasanah, 2011).

Sedangkan bahan kedua yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah daun singkong. Adapun klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot Spesies : Manihot utilisima (Tjitrosoepomo, 2005).Berdasarkan morfologi dari daun singkong yang telah diamati dalam praktikum, daun singkong memiliki daun besar menjari dengan 5 hingga 9 belahan lembar daun. Dengan tangkai daun berwarna merah muda dengan daun berwarna hijau tua.Daunnya yang bertangkai panjang bersifat cepat luruh yang berumur paling lama hanya beberapa bulan (Rubatzky, 1998). Sedangkan dalam pemanfaatannya sebagai obat herbal, daun singkong memiliki banyak manfaatkan dintaranya sebagai anti kanker, mencegah konstipasi dan anemia, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Vitamin A dan C pada daun singkong berperan sebagai antioksidan yang mencegah proses penuaan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Kandungan kalsium yang tinggi sangat baik untuk mencegah penyakit tulang seperti rematik dan asam urat (Anonim, 2011).Selanjutnya setelah pemanenan bahan baku simplisia, maka langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan simplisia adalah sortasi basah. Sortasi basah yaitu pemisahan dan pembuangan bahan organic asing atau bahan tumbuhan lain yang tidak dibutuhkan (Anonim, 1985). Karena bahan baku simplisia haruslah bersih dan tidak mengandung bagian tumbuhan lain yang tidak digunakan sebagai bahan baku simplisia ataupun bercampur dengan campuran tanah, kerikil dan batu yang ikut terbawa saat proses pasca panen untuk menjaga keamanan dan standarisasi yang berlaku. Pada bawang merah, sortasi basah dilakukan dengan mengupas kulit bawang merah, sedangkan sortasi basah pada daun singkong yaitu dengan memisahkan tangkai daun singkong dari bagian daun singkong yang akan digunakan sebagai bahan baku simplisia. Sortasi harus dilakukan dengan teliti agar tidak ada kotoran ataupun bagian tumbuhan yang tidak digunakan yang masih tertinggal. kemudian bahan baku tersebut ditimbang. Dari hasil penimbangan didapatkan bobot awal daun singkong sebanyak 400gr sedangkan bobot awal dari bawang merah adalah sebesar 440 gram. Bobot awal tersebut kemudian dicatat. Setelah dilakukan sortasi basah, tahapan selanjutnya yaitu pencucian. Proses pencucian dilakukan dengan menggunakan air yang mengalir.Tahapan ketiga yaitu perajangan. Perajangan dilakukan untuk mempermudah dalam proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan dan penyimpanan. Ukuran pada perajangan bawang merah adalah sekitar 1-2 cm sedangkan ukuran perajangan pada daun singkong sebesar 4-5 cm. tidak boleh terlalu tebal karena proses pengeringan akan terlalu lama dan bahkan dapat menyebabkan simplisia membusuk dan berjamur, namun tidak boleh pula terlalu tipis karena dapat menurunkan mutu dari simplisia atau merusak kandungan kimia dari simplisia karena oksidasi atau reduksi (Anonim, 1985).Tahap keempat atau tahap pengeringan dapat dilakukan dengan penyinaran sinar matahari langsung atau dengan oven pada suhu 60 C, tetapi pada praktikum ini dilakukan keduanya bertujuan untuk mendapatkan pengeringan yang optimal. Tujuan dari dilakukannya proses pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu pula pengeringan berguna untuk menghindari terurainya kandungan kimia Karen apengaruh enzim yang dapat menyebabkan pembusukan. Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan hingga kadar air tidak lebih dari 10% (Anonim, 1985). Setelah simplisia benar-benar kering, dilakukan sortasi kembali atau sortasi kering untuk memisahkan kotoran, bahan organic asing dan simplisia yang rusak akibat proses sebelumnya. Kemudian simplisia tersebut ditimbang untuk mengetahui nilai susut pengeringannya. Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap, termasuk air, ditetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 105 hingga bobot tetap (Anonym, 1979). Hasilnya setelah penimbangan didapatkan niali bobot simplisia akhir yaitu sebanyak 165 gram untuk simplisia daun singkong dan 65 gram untuk simplisia bawang merah. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan bobot awal bahan baku jumlah pengurangan yang sangat besar. Pengurangan bobot tersebut selain dikarenakan berkurangnya jumlah kadar air dalam simplisia juga dapat disebabkan proses pemanasan dibawah matahari yang tidak sesuai. Yaitu dalam proses pengeringannya simplisia dibiarkan dalam keadaan terbuka selama beberapa jam tanpa kain penutup atau penahan apapun sehingga banyak bahan simplisia yang hilang dikarenakan factor angin yang cukup kencang. Berikut adalah cara menghitungan randemen simpliisa :

Randemen simplisia : x 100 %Dengan rumus ini dapat ditentukan randemen dari simplisian Allium cepa BulbusRandemen simplisia : x 100 % = 14,7%

Sehingga hasilnya didapat rendemen simplisia daun singkong 82,5 % dan rendemen simplisia bawang merah 14,7 %.Terakhir dilakukan pengepakan. Bahan pengemas yang dipakai untuk mengemas dalam praktikum kali ini adalah kertas payung dan kemudian diberi etiket yang terdiri dari nama latin simplisia serta waktu penyimpanannya. Pengemasan dengan etiket dilakukan untuk mencegah simplisia tertukar dengan simplisia lain, mencegah tercemar atau saling mencemari serta untuk memudahkan dalam pengambilan, pemeriksaan dan pemeliharaannya (Anonim, 1985).

G. KesimpulanBerdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa simplisia daun singkong dan bawang merah yang dihasilkan memiliki rendemen sebanyak 82,5% dan 14,7%. Karena dihasilkan rendemen yang cukup besar dapat diartikan bahwa simplisia yang dihasilkan sudah benar-benar kering dan dapat stabil dalam penyimpanan dalam jangka waktu yang lama tanpa kontaminasi jamur atau pembusukan.

Daftar Pustaka

Anonim . 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 3 5, Depkes RI, Jakarta.Anonim, 1985,Cara Pembuatan Simplisia. 2 22, Depkes RI, Jakarta.Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia, jilid VI, Depkes RI, Jakarta.Anonim, 2011 , Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia, Edisi 1, Depkes RI, Jakarta.Anonym, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta. Dirjen POM RI. (1994). Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Hapsoh dan Yaya Hasanah. 2011. Budidaya Tanaman Obat Dan Rempah. USU Press, Medan.Tjitrosoepomo, G., 2005. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). UGM-Press, Yogyakarta.Widyastuti, 2004, Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial, Trubus Agriwidya, Ungaran.

LampiranTugas1. Tuliskan nama latin dari simplisia berikut2. Sebutkan tujuan pengolahan pasca panen tumbuhan obat3. Sebutkan urutan proses pengolahan pasca panen tumbuhan obat serta tujuan dari masing-masing proses?4. Berikan salah satu contoh penanganan pasca panen untuk simplisia rimpang (rhizome)Jawaban

1. Nama latina) Cinnamomum verum Radix (kayu manis)b) Psidium guajava Folium (jambu biji)c) Garcinia mangostana Cortex (manggis)2. Waktu dan cara panen yang tepat dan benar amat menentukan kadar senyawa aktif atau zat berkhasiat yang ada di dalam tanaman. Pada dasarnya tujuan penanganan dan pengelolaan saat panen adalah sebagai berikut :1) Untuk memperoleh bahan baku yang memenuhi standar mutu.2) Menghindari terbuangnya hasil panen secarapercuma serta mengurangi kerusakan hasilpanen.3) Agar semua hasil panen dapat dimanfaatkan sesuai harapan.

3. Tahap pasca panen 1) pertama adalah Sortasi basah yaitu pemisahan dan pembuangan bahan organic asing atau bahan tumbuhan lain yang tidak dibutuhkan. 2) pencucian. Proses pencucian dilakukan dengan menggunakan air yang mengalir.3) perajangan. Perajangan dilakukan untuk mempermudah dalam proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan dan penyimpanan.4) pengeringan. dapat dilakukan dengan penyinaran sinar matahari langsung atau dengan oven pada suhu 60 C. Tujuan dari dilakukannya proses pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu pula pengeringan berguna untuk menghindari terurainya kandungan kimia Karen apengaruh enzim yang dapat menyebabkan pembusukan. 5) sortasi kering untuk memisahkan kotoran, bahan organic asing dan simplisia yang rusak akibat proses sebelumnya.6) terakhir pengemasan. Dilakukan menggunakan kantung plastic atau karung goni. Untuk memudahkan dalam pengambilan, pemeriksaan, dan pemeliharaannya.

4. Penanganan Rimpang Jahe Penyortiran awal (segar)Rimpang jahe dari hasil panen secepatnya dilakukan penyortiran supaya mutunya tetap terjaga. Tanah/kotoran, gulma yang menempel pada rimpang langsung dibersihkan; demikian juga bahan yang busuk dengan yang sehat harus segera dipisahkan. Tujuan sortasi adalah untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan, mencegah lecetnya permukaan kulit serta mempermudah pencucian.

PencucianPencucian terhadap rimpang segera dilakukan untuk mencegah kontaminasi serta pembusukan yang dapat mempengaruhi mutu rimpang. Sumber air untuk mencuci rimpang diharapkan berasal dari mata air, sumur ataupun PAM. Penggunaan air sungai tidak dianjurkan untuk menghindari terkontaminasi baik oleh bakteri E.coli ataupun patogen. Cara pencucian dapat dilakukan dengan penyemprotan bertekanan tinggi dan dibantu dengan sikat yang terbuat dari plastik. Menurut Risfaheri et al.(1997), rimpang jahe dapat dicuci/dibersihkan dengan menggunakan alat pembersih rimpang jahe. Kapasitas riil pencucian rata-rata 290 kg rimpang/jam dengan persentase jahe bersih hasil pencucian rata-rata 90%.

Penirisan/pengeringanRimpang yang sudah dicuci bersih langsung ditiriskan menggunakan rak pengering dan ditempatkan dalam lapisan yang tipis. Alat pengering yang digunakan terbuat dari kawat yang berlubang untukmempermudah sirkulasi udara, rimpang dibolak-balik secara periodik untuk memastikan keseragaman pengeringan serta mencegah fermentasi. Rak pengering harus bersih,tidak berkarat dan tidak bereaksi dengan rimpang yang dijemur serta ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Pengeringan cukup dengan cara diangin-anginkan dan dilakukan sampai airnya tidak tiris lagi (4-6 hari).

Sortasi dan GradingRimpang yang telah dicuci bersih dan sudah ditiriskan dipisahkan sesuai dengan ukuran atau grade serta tujuan penggunaan. Untuk dipasarkan grading disesuaikan dengan mutu/kualitas permintaan atau standar perdagangan. Jenis jahe yang paling banyak dibutuhkan untuk pasaran dunia adalah jahe gajah.Jepang meminta persyaratan berat 150 g/rimpang, Perancis 300 g/rimpang dan Arab 120 g/rimpang. Sedangkan berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar kategorinya adalah sebagai berikut:1.Mutu I: bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak terdapat benda asing dan pengotor dan tidak berjamur2.Mutu II: bobot 150-249 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur3.Mutu III: bobot bobot dibawah 150 g/rimpang atau sesuai hasil analisi, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 35 dan kapang maksimum 10%

PengemasanBahan baku yang kering dan sudah disortir sesuai mutu grade dapat dikemas dengan menggunakan jala plastik ataupun peti yang terbuat dari kayu yang dilapisi dengan kertas ataupun kemasan sesuai dengan kesepakatan eksportir/pembeli. Hal ini untuk menjaga kerusakan baik selama pengangkutan kepasar ataupun selama penyimpanan.6. PenyimpananRimpang sudah dikemas dapat disimpan sebelum diolah lebih lanjut. Ruang tempat penyimpanan harus bersih bila perlu dilakukan fumigasi terlebih dahulu untuk membasmi hama/serangga perusak rimpang. Selain itu sirkulasi udara melaui ventilasi cukup baik, kelembaban udara rendah (65%), cahaya cukup (suhu gudang penyimpanan maksimal 30C) dan tidak bocor.